Download - EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 412
EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN
PERUNTUKAN INDUSTRI DI KABUPATEN LAMONGAN
Lidya Ningrum1,*, Anak Agung Sagung Alit Widyastuty2
1Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Indonesia
*Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Penggunaan lahan Kabupaten Lamongan, berupa lahan terbangun 7.19% dan lahan non terbangun
berupa sawah 43,76%, dengan aksesbilitas yang dilalui jalan arteri primer. Kabupaten Lamongan
diarahkan menjadi kawasan peruntukan industri di Jawa Timur, sesuai RTRW Kabupaten Lamongan
kawasan peruntukan industri diarahkan pada kawasan Utara Kabupaten Lamongan. Berdirinya industri-
industri baru diluar kawasan peruntukan industri yang telah ditetapkan oleh RTRW Kabupaten
Lamongan dapat memicu berbagai masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
kemampuan lahan, mengevaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan peruntukan industri berdasarkan
RTRW Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis spasial overlay untuk
menghitung kemampuan lahan dan juga untuk evaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan industri.
Kemampuan lahan dihitung berdasarkan satuan kemampuan lahan dan didapat hasil Kabupaten
Lamongan memiliki kemampuan pengembangan tinggi, cukup, dan sedang dengan Persentase
kemampuan pengembangan cukup sebesar 118.307 Ha (63,7%) diikuti oleh kemampuan sedang seluas
58.523 Ha (32,3%) dan kemampuan pengembangan tinggi 4.450 Ha (2,5%). Tingkat Kesesuaian lahan
eksisting terhadap kemampuan lahan di Kabupaten Lamongan memiliki presentase sesuai sebesar 96%
dengan luas 173.855 Ha dari total luas Kabupaten Lamongan dan penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan kemampuan lahan sebesar 4% atau seluas 7.425. peruntukan lahan industri di Kabupaten
Lamongan yang sudah sesuai yaitu seluas 447 Ha atau 75,25% dari total luas Peruntukan lahan Industri
di Kabupaten Lamongan. Sedangkan penggunaan lahan industri yang belum sesuai seluas 147 Ha atau
25,75%. Kesesuaian pola ruang RTRW dengan Kemampuan lahan pada Kabupaten Lamongan yaitu
luas pola ruang yang sesuai dengan kemampuan lahan seluas 164.810 Ha atau 90,9%, sedangkan pola
ruang yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan seluas 16.470 Ha atau 9,1% dari total luas Kabupaten
Lamongan.
Kata Kunci : Kawasan Peruntukan Industri, Kemampuan Lahan, Kesesuaian Lahan
PENDAHULUAN
Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lamongan 2011-2031 (Pemerintahan Kabupaten Lamongan, 2010) menyatakan
bahwa Kabupaten Lamongan menjadi kawasan Pusat Kegiatan Nasional terdapat di perkotaan
Lamongan yang merupakan Gerbangkertosusila. Luas wilayah Gerbangkertosusila adalah 592.584 Ha
yang mencakup 7 wilayah Administrasi. Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Timur yang mempunyai luas kurang lebih 1.812,8 Km2 atau 3,78% dari luas wilayah
Provinsi Jawa Timur dengan luas panjang garis pantai sepanjang 47 Km. Kabupaten Lamongan terbagi
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 413
atas 27 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 474 desa/kelurahan (462 desa/12
kelurahan). Kondisi Topografi Kabupaten Lamongan ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan
ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter diatas
permukaan air laut. Kepadatan penduduk tahun 2018 adalah sebesar 814jiwa/km². Penggunaan lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Lamongan, berupa lahan terbangun 7.19% dan lahan non terbangun
berupa sawah 43,76%. Aksesbilitas wilayah Kabupaten Lamongan dilalui jalan arteri primer yang
menghubungkan Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Tuban.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Tahun 2011-2031 (Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Timur, 2010) menyebutkan bahwa
Kabupaten Lamongan diarahkan menjadi kawasan peruntukan industri dan kawasan industri di Jawa
Timur, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Lamongan peruntukan industri di Kabupaten lamongan dibagi menjadi 2 yaitu
pengembangan industri besar berada pada wilayah utara Kabupaten Lamongan dan industri kecil
menengah tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Kawasan peruntukan industri bentang lahan yang
diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kabupaten Lamongan menurut data BPS tahun 2019
terdapat 45 industri besar tersebar di Kecamatan Sambeng, Kecamatan Mantup, Kecamatan
Kembangbahu, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Babat, Kecamatan Pucuk, Kecamatan Lamongan,
Kecamatan Tikung, Kecamatan Deket, dengan jumlah terbanyak pada Kecamatan Paciran dan
Kecamatan Brondong.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2019 Tentang Percepatan Pembangunan
Ekonomi Di Kawasan Gresik - Bangkalan Mojokerto - Surabaya - Sidoarjo Lamongan, Kawasan Bromo
- Tengger Semeru, Serta Kawasan Selingkar Wilis Dan Lintas Selatan (Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 80 Tahun 2019, 2019) menyebutkan bahwa pemicu terbangunnya industrialisasi
adalah adanya Oil Tank Terminal di Kabupaten Lamongan yang memicu berdirinya Kawasan-Kawasan
Industri baik yang sudah dalam bentuk kawasan (dikelola oleh Pengembang Industrial Estate), maupun
rencana-rencana kawasan industri baru diluar kawasan peruntukan industri yang telah diatur dalam
rencana pola ruang RTRW Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031 (Pemerintahan Kabupaten
Lamongan, 2010). Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu adanya evaluasi kesesuaian
pemanfaatan kawasan peruntukan industri berdasarkan kemampuan lahan untuk kegiatan industri di
wilayah pengembangan industri yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Lamongan.
METODE
A. Metode Pengumpulan Data
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 414
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer, yaitu data yang diperoleh dari
observasi. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu BPS Kabupaten Lamongan,
Bappeda Kabupaten Lamongan, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lamongan.
B. Metode Analisa
Metode analisis yang digunakan dalam mencapai tujuan terdiri atas dua tahapan yaitu
1) Menganalisis Kemampuan Lahan Untuk Pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industri
Analisis kemampuan lahan variabel yang digunakan adalah variable yang seperti
kemiringan lereng, banjir, tingkat erosi, gerak tanah, curah hujan, jenis tanah dan penggunaan
lahan terbangun. Metode yang digunakan yaitu metode skoring, overlay dan metode deskriptif
yang berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007) Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik Dan
Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Output
yang dihasilkan dari analisis ini yaitu berupa peta kesesuaian lahan perumahan berdasarkan
aspek fisik. Berikut merupakan informasi mengenai skor yang ditentukan untuk menganalisis
kondisi fisik lahan.
a. Satuan Kemampuan Lahan Morfologi
Besar sudut dan kemiringan lereng, untuk mengetahui kelas kemiringan lereng
digunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1 Pembobotan (SKL) Morfologi
Peta
Kemiringan
(%)
Nilai Peta Morfologi Nilai SKL Morfologi
(Nilai) Nilai
0-2 5 Dataran 5 Tinggi (9-10) 5
2-5 4 Landai 4 Cukup (7-8) 4
5-15 3 Perbukitan Sedang 3 Sedang (5-6) 3
15-40 2 Pegunungan/
Perbukitan Terjal
2 Kurang (3-4) 2
>40 1 Pegunungan/ Perbukitan
Sangat Terjal
1
Rendah (1-2) 1
Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)
b. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng
Kestabilan lereng memiliki variabel yang ada dapat juga meningkatkan kualitas lereng
menjadi lebih baik sehingga akan memberikan dampak pembangunan masa depan.
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 415
Tabel 2 Pembobotan SKL Kestabilan Lereng
Ketinggian Nilai Kemiringan Nilai Morfologi Nilai SKL Kestabilan
Lereng Nilai
< 500 5 0 - 2 % 5 Dataran 5 Tinggi (14-15) 5
2 - 5 % 4 Landai 4 Cukup (12-13) 4
500 -1500 4 5 -15 % 3 Perbukitan Sedang 3 Sedang (9-11) 3
1500 – 2500
3
15 - 40 % 2 Pegunungan/Perbukitan
Terjal 2 Kurang (6-8) 2
> 40 % 1
Pegunungan/Perbukitan
Sangat
Terjal
1 Rendah (4-5) 1
Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)
c. Satuan Kemampuan Lahan Bencana Alam
Kerentanan terhadap banjir, parameter ini dapat dinilai berdasarkan interpretasi
penggunaan lahan maupun berdasarkan data yang diperoleh dari badan terkait. Klasifikasi
dan kriteria lama penggenangan akibat banjir disajikan sebagai berikut:
Tabel 3 Pembobotan SKL Bencana Alam
Gerakan Tanah Nila
i Rawan Gempa Nilai
SKL
Bencana
Alam
Nilai
Tinggi 5 Zona Tinggi >0,4 g 5 Tinggi (10-9) 5
Menengah 4 Zona Sedang 0,3-0,4 g 4 Sedang (8-7) 4
Rendah 3 Zona Rendah 0,1-0,2 g
3 Rendah (5-6) 3
Sangat Rendah 2
Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)
d. Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air
Tingkat Ketersedian sumber daya air dapat dilihat pada variabel dibawah untuk
menyesuiakan kebutuhan dengan kondisi eksisting. Bobot SKL ketersediaan air disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4 Pembobotan SKL ketersediaan air
Peta DAS Nilai Peta Curah
Hujan Nilai
Peta
Guna
Lahan
Nilai
SKL
Ketersediaan
Air
Nilai
Baik merata 5
4000-4500
mm 5
Terbangun 2
Tinggi (11-12) 5
3500-4000
mm 4 Cukup (9-10) 4
Baik tidak merata 4 3000-3500
mm 3
Non
Terbangun
1
Sedang (7-8) 3
Setempat terbatas 3 2500-3000
mm 2 Kurang (5-6) 2
Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007) e. Satuan Kemampuan Lahan Drainase
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 416
Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mematuskan
air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal ataupun
meluas dapat dihindari SKL drainase berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam mematuskan air hujan secara alami.
Tabel 5 Pembobotan SKL Drainase
Peta
Ketinggian Nilai
Peta
Kemiringan
(%)
Nilai Peta Curah
Hujan Nilai SKL Drainase Nilai
<500 5 0 - 2 % 5 2500-3000 mm 2
Tinggi
(12-14) 3
2 - 5 % 4 3000-3500 mm 3 Cukup
(6-11) 2
500-1500 4 5 - 15 % 3 3500-4000 mm 4
1500-2500 3 15 - 40 % 2
4000-4500 mm 5 Kurang
(3-5) 1
>40% 1
Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)
f. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi
SKL kestabilan pondasi berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan untuk
mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang
sesuai untuk masing-masing tingkatan.
Tabel 6 Pembobotan SKL Kestabilan Pondasi
SKL Kestabilan Lereng Jenis
Tanah
Nilai
SKL
Kestabilan
Lereng
Nilai Ketinggian Nilai Kemiringan Nilai Morfologi Nilai
< 500 5
0 - 2 % 5 Dataran 5 Alluvial 5 Tinggi (18-20) 5
2 - 5 % 4 Landai 4 Latosol 4 Cukup (15-17) 4
500 -1500 4 5 -15 % 3 Perbukitan
Sedang
3
Mediteran,
Brown
Forest
3 Sedang (11-14)
3
1500 –2500 3
15 - 40 % 2 Pegunungan/
Perbukitan Terjal 2
Podsol
Merah
Kuning
2
Kurang (8-10) 2
> 40 % 1
Pegunungan/Perb
ukitan
Sangat Terjal
1 Rendah (5-7) 1
Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)
g. Satuan Kemampuan Lahan Erosi
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 417
Satuan kemampuan lahan gerakan tanah didasarkan pada kenampakan erosi yang
terdapat diwilayah studi. Kriteria kenampakan erosi dinilai sebagai berikut :
Tabel 7 Pembobotan SKL Erosi
Curah
Hujan Nilai Jenis Tanah Nilai Morfologi Nilai Kemiringan Nilai SKL Erosi Nilai
2500 - 3000 1 Podsol Merah
Kuning 2
Perbukitan
sangat terjal 1 0 -2 % 5 Tinggi (7-10) 5
3000 - 3500
2
Mediteran,
Brown Forest 3 perbukitan
terjal
2
2 -5 % 4 Cukup (11-15) 4
Latosol 4 5 - 15 % 3 Kurang (16-20) 3
3500-4000 3 Alluvial 5 Perbukitan
Sedang 3
15 -40 % 2 Rendah (21-24) 2
> 40 % 1
Sumber (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)
h. Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah
Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan limbah merupakan satuan untuk mengetahui
daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan
pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.
Tabel 8 Pembobotan SKL Pembuangan Limbah
Ketinggian Nilai Kemiringan
(%) Nilai Curah Hujan Nilai
Guna
Lahan Nilai
SKL
Pembuangan
Limbah
Nilai
<500 5
0 - 2 % 5 2500-3000
mm 2
Non
Terbangun 1
Tinggi (4-6) 5
2 - 5 % 4 3000-3500
mm 3 Cukup (7-8) 4
500-1500 4 5 - 15 % 3 3500-4000
mm 4
Terbangun
2
Sedang (9-10) 3
1500-2500 3 15 - 40 % 2 4000-4500
mm 5
Kurang (11-12) 2
>40% 1 Rendah (13-14) 1
Sumber :(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)
i. Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan
SKL kemudahan dikerjakan berfungsi untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan di
wilayah dan/atau kawasan untuk digali / dimatangkan dalam proses pembangunan /
pengembangan kawasan.
Tabel 9 Pembobotan SKL Kemudahan Dikerjakan
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 418
Ketinggian Nilai Kemiringan
(%) Nilai Jenis Tanah Nilai
SKL Kemudahan
Di Kerjakan Nilai
<500 5 0 - 2 % 5 Alluvial 5 11-15 Tinggi 5
2 - 5 % 4 Latosol 4 10-7Sedang 4
500-1500 4
5 - 15 % 3 Brown
Forest,
Mediteran
3 6-3Kurang 3 15 - 40 % 2
1500-2500 3 >40% 1
Podsol
Merah
Kuning
2 0-3Rendah 2
Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)
Mengoverlay setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil pengalian
nilai akhir (tingkatan kemampuan lahan paada setiap SKL) dengan bobotnya secara satu
persatu sehingga diperoleh peta jumlah nilai akhir dikalikan bobot seluruh SKL secara
kumulatif (Djayanegara, 2013). Pembobotan satuan kemampuan lahan dapat dilihat pada
tabel 10.
Tabel 10 Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan
No. Satuan Kemampuan Lahan Bobot
1. SKL Morfologi 5
2. SKL Kemudahan Dikerjakan 1
3. SKL Kestabilan Lereng 5
4. SKL Kestabilan Pondasi 3
5. SKL Ketersediaan Air 5
6. SKL Terhadap Erosi 3
7. SKL Untuk Drainase 5
8. SKL Pembuangan Limbah 0
9. SKL Terhadap Bencana Alam 5
Sumber: (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)
Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan nilai dikalikan
bobot dengan melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah
diperoleh dari hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga
kemudian diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan
secara kumulatif (Hardjowigeno & Widyatmaka, 2018). Sehingga didapatkan klasifikasi
pengembangan kemampuan lahan yang dijabarkan dalam Tabel 11.
Tabel 11 Klasifikasi Pengembangan Kemampuan Lahan
Nilai Total Kelas Kemampuan
Lahan Keterangan
0 - 6 Zona E Kemampuan Pengembangan Rendah
6 – 15 Zona D Kemampuan Pengembangan Kurang
16 – 25 Zona C Kemampuan Pengambangan Sedang
26 – 35 Zona B Kemampuan Pengembangan Cukup
36 – 45 Zona A Kemampuan Pengembangan Tinggi
Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 419
2) Evaluasi kesesuaian pemanfaatan lahan kawasan peruntukan industri terhadap RTRW Kabupaten
Lamongan
Evaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan lahan peruntukan industri terhadap RTRW
Kabupaten Lamongan menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik overlay. Data
yang digunakan adalah peta kemampuan lahan, peta penggunaan kawasan peruntukan industri
eksisting Kabupaten Lamongan dan peta pola ruang RTRW Kabupaten Lamongan dari sumber
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan. Dengan kriteria sebagai
berikut:
Tabel 12 Kriteria Kesesuaian Lahan
SKL
Kestabil
an
Lereng
SKL
Morfolo
gi
SKL
Ketersedia
an Air
SKL
Kemudah
an
Dikerjaka
n
SKL
Pembuang
an
Limbah
SKL
Draina
se
SKL
Erosi
SKL
Benca
na
Alam
SKL
Kestabil
an
Pondasi
Peta
Guna
Lahan
Eksistin
g
Kesesuai
an
Kestabil
an
Lereng
Tinggi 0-15%,
Datar,
relative
datar,
berbukit
TInggi Tinggi Tinggi Tinggi Ting
gi
Tidak
berada
pada
daerah
rawan
tsuna
mi,
dan
geraka
n
tanah
sedang
Tinggi
Bukan
merupak
an
daerah
sawah
irigasi
Sesuai Kestabil
an
Lereng
Cukup
Cukup Cukup Cukup Cukup Cuku
p Cukup
Sumber: (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/Prt/M/2007, 2007)
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kemampuan Lahan Untuk Pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industri di
Kabupaten Lamongan
Kemampuan menggambarkan potensi fisik tanah secara unum untuk berbagai penggunaan
dengan mempertimbangkan resiko kerusakan tanah dan faktor-faktor pembatas tanah (limiting
factors) Sadyohutomo, (2012). Berdasarkan Permen PU 20/PRT/M/2007 yang membahas
tentang SKL analisis kemampuan lahan terdiri dari 9 satuan kemampuan lahan (SKL) yaitu
SKL Morfologi, SKL Kemudahan Dikerjakan, SKL Kestabilan Lereng, SKL Kestabilan
Pondasi, SKL Kestabilan Ketersediaan Air, SKL Drainase, SKL Erosi, SKL Pembuangan
Limbah, dan SKL Bencana Alam. 9 variabel tersebut akan dilakukam penjumlahan nilai
dikalikan bobot dengan melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah
diperoleh dari hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian
diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan secara kumulatif.
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 420
Kabupaten Lamongan terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Timur, dengan luas
keseluruhan wilayah mencapai 181.280 Ha dan secara administrasi sampai dengan tahun 2019
wilayahnya terbagi atas 27 Kecamatan.
1) Satuan Kemampuan Lahan Morfologi
SKL morfologi pada Kabupaten Lamongan menghasilkan 4 kelas SKL morfologi yaitu
tinggi, cukup, sedang, kurang, dan rendah. SKL Morfologi dengan persentase tertinggi yaitu
54% berada pada kelas SKL Morfologi Tinggi dengan luas 98.452 Ha sedangkan SKL
Morfologi terendah dengan persentase 1% adalah kelas SKL Morfologi Rendah seluas 1.534
Ha. Peta analisis SKL Morfologi dapat dlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Analisis SKL Morfologi Kabupaten Lamongan Tahun 2020
2) Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng
Analisis SKL kestabilan lereng pada Kabupaten Lamongan meliputi kelas kestabilan lereng
tinggi, cukup, sedang dan kurang. Kestabilan lereng terluas pada kelas kestabilan lereng tinggi
sebesar 92.169 Ha atau 51% sedangkan terkecil pada kelas kestabilan lereng kurang sebesar
4.872 Ha atau 2% dari luasan Kabupaten Lamongan. Analisis Kestabilan Lereng untuk
mengetahui tingkat kemantapan lereng di suatu wilayah atau kawasan dalam menerima beban
pada pengembangan wilayah dan kawasan. Kabupaten Lamongan berdasarkan analisis SKL
kestabilan lereng memiliki pengembangan kemampuan lahan yang dapat dikembangkan
mencapai 118.939 Ha. Peta analisis SKL kestabilan lereng dapat dilihat pada Gambar 2.
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 421
Gambar 2 Peta Analisis SKL Kestabilan Lereng Kabupaten Lamongan Tahun 2020
3) Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi
Analisis kemampuan lahan kestabilan pondasi bahwa luas lahan yang tertinggi pada SKL
kestabilan pondasi adalah pada kelas kestabilan cukup dengan luas mencapai 46.154 Ha
memiliki persentase sebesar 25% dan untuk kelas kestabilan tinggi mencapai 76.345 Ha
dengan persentase 42%. Kabupaten Lamongan berdasarkan analisis SKL kestabilan pondasi
memiliki pengembangan kemampuan lahan yang dapat dikembangkan mencapai 178.406 Ha
dalam memudahkan pengembangan dan pembangunan. Peta analisis SKL kestabilan pondasi
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Peta Analisis SKL Kestabilan Lereng Tahun 2020
4) Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air
Analisis ketersedian air dapat digunakan untuk mengetahui tingkat ketersediaan air dan
kemampuan penyediaan air, guna pengembangan kawasan budidaya di atasnya. hasil analisis
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 422
memiliki ketersedian air yang didominasi oleh kelas kestabilan sedang yaitu mencapai 147.371
Ha dan kelas kestabilan cukup mencapai 33.909 Ha. Peta analisis SKL Ketersediaan Air dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Peta Analisis SKL Ketersediaan Air Kabupaten Lamongan Tahun 2020
5) Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi
Analisis Kemampuan lahan terhadap erosi di Kabupaten Lamongan bahwa nilai yang dapat
dijadikan kelas yaitu Rendah dengan luas sebesar 63.854 Ha dan kelas Kurang dengan luas
sebesar 111.231 Ha, Satuan kemampuan lahan erosi pada Kabupaten Lamongan adalah
kelas rendah dan kelas kurang sehingga tidak tingkat erosi pada Kabupaten Lamongan
cukup rendah. Peta analisis SKL terhadap erosi dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Peta Analisis SKL Terhadap Erosi Kabupaten Lamongan Tahun 2020
6) Satuan Kemampuan Lahan untuk Drainase
Analisis SKL drainase pada Kabupaten Lamongan yang berpotensi sebagai kawasan yang
satuan kemampuan lahan kelas cukup untuk dengan luas 119.931 Ha dan kemampuan lahan
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 423
kelas rendah seluas 61.349 Ha yang memenuhi kebutuhan yang kemungkinan tergenang
air tidak akan berpotensi besar ini dikarenakan lokasi yang berkontur bisa mengalirkan air
ke daerah aliran sungai. Peta analisis SKL untuk drainase dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Peta Analisis SKL Drainase Kabupaten Lamongan Tahun 2020
7) Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah
Analisis SKL pembuangan limbah di Kabupaten Lamongan terdapat empat kelas
pembuangan limbah yaitu Pembuangan limbah kelas tinggi seluas 5.197 Ha, pembuangan
limbah cukup seluas 46.803 Ha, pembuangan limbah kelas sedang seluas 24.949 Ha dan
pembuangan limbah kelas kurang seluas 104.331 Ha. Kabupaten Lamongan berdasarkan
analisis SKL pembuangan limbah memiliki pengembangan kemampuan lahan yang dapat
dikembangkan mencapai 76.949 Ha yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi
penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Peta
analisis SKL pembuangan limbah dapat dilihat pada Gambar 7.
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 424
Gambar 7 Peta Analisis SKL Pembuangan Limbah Kabupaten Lamongan Tahun 2020
8) Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Bencana
Analisis SKL rawan bencana pada Kabupaten Lamongan terdapat 2 kelas kemampuan
lahan yaitu kelas kemampuan sedang dan kelas kemampuan rendah. Bencana alam kelas
rendah mencapai luas 176.138 Ha atau sebesar 97% dari luas Kabupaten Lamongan sedangkan
bencana alam kelas sedang seluas 5.142 Ha. Oleh sebab itu lahan yang berada pada rawan
bencana rendah masih termasuk daerah yang dapat direncanakan karena rawan bencana masih
bisa diberi arahan. Peta analisis SKL terhadap bencana dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Peta Analisis SKL Bencana Alam Kabupaten Lamongan Tahun 2020
9) Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan
Analisis SKL kemudahan dikerjakan pada Kabupaten Lamongan menghasilkan 2 kelas
SKL kemudahan dikerjakan tinggi dan sedang. Kelas kemudahan dikerjakan Tinggi dengan
luas sebesar 58.649 Ha, sedangkan kelas kemudahan dikerjakan sedang dengan luas sebesar
122.631 Ha. Satuan kemampuan lahan kemudahan di kerjakan pada Kabupaten Lamongan
yang dapat dimanfaatkan pada kelas Tinggi seluas 58.649 Ha memiliki kemudahan lahan untuk
digali / dimatangkan dalam proses pembangunan / pengembangan kawasan. Peta analisis SKL
kemudahan dikerjakan dapat dilihat pada Gambar 9.
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 425
Gambar 9 Peta Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan Kabupaten Lamongan Tahun 2020
10) Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan Kabupaten Lamongan memiliki rentang nilai dari 16 sampai 45 atau
pada kemampuan pengembangan Tinggi (Zona A) seluas 4450 Ha yang terdapat di sebagian
Kecamatan Babat, Brodong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng,
Lamongan, Laren, Maduran, Pucuk, Solokuro, Sugio, Sukorame, Tikung dan Turi, kemampuan
pengembangan Cukup (Zona B) seluas 118.307 Ha terdapat di sebagian Kecamatan Babat,
Blubuk, Brondong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng,
Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Laren, Maduran, Modo, Ngimbang, Paciran,
Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Pucuk, Solokuro, Sugio, Sukodadi, Sukorame, Tikung dan Turi.
Kemampuan Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan sedang (Zona C) seluas 58.523
Ha yang berada di sebagian Kecamatan Babat, Blubuk, Brondong, Kedungpring,
Kembangbahu, Lamongan, Mantup, Modo, Ngimbang, Paciran, Pucuk, Sambeng, Sarirejo,
Sekaran, Solokuro dan Sukodadi. Lahan pada kemampuan pengembangan tinggi dan cukup
merupakan lahan yang sesuai untuk dikembangkan budidaya berupa lahan terbangun,
sedangkan pada kemampuan lahan sedang harus memiliki pembatas dan ancaman sehingga
perlu dijadikan kawasan lindung (Inkantriani, 2008). Luasan kelas kemampuan lahan di
Kabuaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel 13 dan peta analisis kemampuan lahan dapat
dilihat pada Gambar 10.
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 426
Tabel 13 Analisis Kemampuan Lahan di Kabupaten Lamongan
No Keterangan Zona Luas (Ha) Persenta
se (%) Nilai
1 Kemampuan Pengembangan Tinggi Zona A 4.450 2,5 36 – 45
2 Kemampuan Pengembangan Cukup Zona B 118.307 63,5 26 – 35
3 Kemampuan Pengembangan Sedang Zona C 58.523 32,3 16 – 25
Jumlah 181.280 100
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2020
Gambar 10 Peta Analisis Kemampuan Lahan Kabupaten Lamongan Tahun 2020
B. Evaluasi Kesesuaian pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industru terhadap RTRW
Kabupaten Lamongan
1) Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Eksisting Terhadap Kemampuan Lahan
Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan eksisting terhadap kemampuan lahan bertujuan
untuk mengidentifikasi penggunaan lahan eksisting yang sesuai atau tidak sesuai
berdasarkan kemampuan lahan (Hutomo & Rahayu, 2013), sehingga didapatkan
kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dengan kemampuan lahan di Kabupaten
Lamongan menunjukkan bahwa 96% atau 173.855 Ha penggunaan lahan eksisting sesuai
dengan kemampuan lahannya sedangkan 4% atau 7.425 Ha penggunaan lahan eksisting
tidak sesuai dengan kemampuan lahannya dan untuk kesesuaian peruntukan lahan industri
eksisting di Kabupaten Lamongan dengan total luas 594 Ha menunjukan bahwa 75,25%
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 427
penggunaan lahan industri eksisting sesuai dengan kemampuan lahannya sedangkan
24,75% tidak sesuai dengan kemampuan lahannya. dikarenakan masih terdapat lahan
terbangun pada kawasan sawah irigasi atau pada kawasan lindung. Peta Kesesuaian
penggunaan lahan eksisting terhadap kemampuan lahan dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Peta Evaluasi Kesesuaian Pemanfaatan Lahan Eksisting dengan Kemampuan Lahan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh beberapa kesimpulan bahwa Kabupaten
Lamongan memiliki Kemampuan Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan tinggi
yang terdapat di sebagian Kecamatan Babat, Brodong, Deket, Glagah, Kalitengah,
Karangbinangun, Karanggeneng, Lamongan, Laren, Maduran, Pucuk, Solokuro, Sugio,
Sukorame, Tikung dan Turi dengan memiliki luas 4.450 Ha (2,5 %). Sedangkan Kemampuan
Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan cukup seluas 118.307 Ha (63,5%) terdapat
di sebagian Kecamatan Babat, Blubuk, Brondong, Deket, Glagah, Kalitengah,
Karangbinangun, Karanggeneng, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Laren, Maduran,
Modo, Ngimbang, Paciran, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Pucuk, Solokuro, Sugio, Sukodadi,
Sukorame, Tikung dan Turi. Kemampuan Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan
sedang seluas 58.523 Ha (32,3%) yang berada di sebagian Kecamatan Babat, Blubuk,
Brondong, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Mantup, Modo, Ngimbang, Paciran,
Pucuk, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Solokuro dan Sukodadi.
Kesesuaian lahan eksisting terhadap kemampuan lahan di Kabupaten Lamongan memiliki
presentase sesuai sebesar 96% dengan luas 173.855 Ha dari total luas Kabupaten Lamongan
dan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan sebesar 4% atau seluas
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 428
7.425 Ha dari total luas Kabupaten Lamongan. kawasan peruntukan lahan industri di
Kabupaten Lamongan memiliki luas 594 Ha yang tersebar di beberapa kecamatan di
Kabupaten Lamongan. Berdasarkan kesesuaian penggunaan lahan eksisting dengan
kemampuan lahan, peruntukan lahan industri di Kabupaten Lamongan yang sudah sesuai yaitu
seluas 447 Ha atau 75,25% dari total luas Peruntukan lahan Industri di Kabupaten Lamongan.
Sedangkan penggunaan lahan industri yang belum sesuai seluas 147 Ha atau 25,75%.
Kesesuaian pola ruang RTRW dengan Kemampuan lahan pada Kabupaten Lamongan yaitu
luas pola ruang yang sesuai dengan kemampuan lahan seluas 164.810 Ha atau 90,9% dari luas
total Kabupaten Lamongan, sedangkan pola ruang yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan
seluas 16.470 Ha atau 9,1% dari total luas Kabupaten Lamongan..
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima Kasih kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan yang telah
membatu dalam memberikan data untuk mendukung penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Djayanegara, A. (2013). Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kawasan Industri Besar Di Kota
Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Hardjowigeno, S., & Widyatmaka. (2018). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Tataguna Lahan. Yogyakarta: UGM Press.
Hutomo, I. A., & Rahayu, S. (2013). Identifikasi Perkembangan Dan Evaluasi Kesesuaian
Lahan Untuk Kawasan Industri Di Kota Semarang. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah
Dan Kota), 2(3).
Inkantriani, B. P. (2008). Evaluasi Daya Dukung Lingkungan Zona Industri Genuk Semarang.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Timur. (2010). Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011-2031.
Pemerintahan Kabupaten Lamongan. (2010). Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007. (2007). Tentang Pedoman Teknik
Analisa Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Budaya dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/Prt/M/2007. (2007). Pedoman Kriteria Teknis
Kawasan Budi Daya Modul Terapan.
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)
Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 429
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2019. (2019). Tentang Percepatan
Pembangunan Ekonomi Di Kawasan Gresik - Bangkalan - Mojokerto - Surabaya -
Sidoarjo - Lamongan, Kawasan Bromo -Tengger - Semeru, Serta Kawasan Selingkar
Wilis Dan Lintas Selatan.