evaluasi penanggulangan bencana banjir dalam pemanfaatan ruang di kelurahan hedam distrikheram kota...
DESCRIPTION
Tugas AkhirMida Emilou MayorFakultas Teknik Sipil Dan PerencanaanProgram Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Sains dan Teknologi JayapuraTRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
EVALUASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIRDALAM PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN HEDAM
DISTRIK HERAM KOTA JAYAPURA
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana TeknikProgram Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaavan- USTJ
Disusun Oleh :
MIDA EMILOU MAYOR11 141 049
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA2015
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Tugas Akhir : Evaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam
Pemanfaatan Ruang Di Kelurahan Hedam Distrik Heram
Kota Jayapura
Nama : Mida Emilou Mayor
NIM : 11 141 049
Fakultas : Teknik Sipil Dan Perencanaan
Program Studi : Perencanaan Wilayah Dan Kota (S-1)
Telah Disetujui Dan Diperiksa Oleh :
Mengetahui :
Dosen Pemimbing I
Ir.A.SUKOHEDI, M.MTLektor
Dosen Pemimbing II
AGUS HARTOPO, M.MT
Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota
Ketua,
NORMALIA ODE YANTHY, MTLektor
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tugas Akhir : Evaluasi Penanggulangan Bencana Banjir DalamPemanfaatan Ruang Di Kelurahan Hedam Distrik HeramKota Jayapura
Nama : Mida Emilou MayorNIM : 11 141 049Fakultas : Teknik Sipil Dan PerencanaanProgram Studi : Perencanaan Wilayah Dan Kota (S-1)
Telah dipertanggungjawabkan di depan Pembimbing dan Tim PengujiProgram Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota
Universitas Sains Dan Teknologi Jayapura
Mengetahui/Menyetujui:
Disahkan Oleh :
Dosen Pemimbing I
Ir.A.SUKOHEDI, M.MTLektor
Dosen Penguji II
ALBERTH E.S. ABRAUW, ST.M.Sc
Dosen Pemimbing II
AGUS HARTOPO, M.MT
Dosen Penguji I
CENTURIO ASMURUF, M.Eng
DekanFakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
JOKO PURCAHYONO, M.MTLektor
KetuaProgram Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota
NORMALIA ODE YANTHY, MTLektor
Dosen Penguji III
Ir.A.SUKOHEDI, M.MTLektor
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Ruang Di Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
menyatakan bahwa penelitian yang diajukan sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar Kesarjanaan pada Program Studi Perencanaan Wilayah DanKota Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Sains Dan TeknologiJayapura bukan merupakan karya orang lain atau murni merupakan hasilpenelitian dan penulisan saya. Sepanjang pengetahuan saya, didalamnya jugatidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh oranglain, kecuali secara tertulis diakui dalam naska ini dan disebutkan dalam daftarpustaka. Apabilah dalam Tugas Akhir ini ternyata ditemui duplikasi, jiplakan, danplagiat dari Tugas Akhir orang lain ataupun hasil penulisan milik pihak lain, makasaya secara sadar dan bertanggung jawab bersedia menerima sanksi untukdibatalkan kelulusan saya dan melepas Gelar Kesarjanaan saya.
Jayapura, 14 Februari 2015
Mida Emilou Mayor
Nama/ NIM : Mida Emilou Mayor/11141049
Judul Penelitian : Evaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sukses Tak Akan Pernah Dicapai Tanpa Doa Dari Mama & PapaDan Kesuksesan Terbesar Adalah Ketika Saya Mampu Membuat Mama Dan Papa Menangis
Bangga “Karena Tuhan Yesus Menjawab Doa Mereka”(Alfa M. Suabey)
Dengan Ungkapan Syukur Kepada Tuhan Yesus, Tugas Akhir iniKupersembahkan Untuk Papa Dan Mama Tersayang;
Dan Juga Untuk Yang Tercinta;
Ronni M.Suabey
Ade Epen Mayor
Kak Bani Mayor
Ade Phemyralna Sewimara
------------------------------------------------------
Yusuf Mayor – Thressia Wanggan
v
EVALUASI PENANGGULANGAN BANJIR DALAM PEMANFAATANRUANG DI KELURAHAN HERAM DISTRIK HERAM KOTA
JAYAPURA
Kata Kunci: Evaluasi,Banjir, Pemanfaatan Ruang
ABSTRAK
Bencana banjir yang terjadi terus menerus di Kota Jayapura sangatlah merugianmasyarakat terutama dari segi ekonomi, kawasan rawan bencana banjir adalahkawasan Perumnas IV Dan Perumahan Organda Kelurahan Hedam DistrikHeram . Dari peristiwa ini timbul pertanyaan bagaimana dan sejauh mana upayayang dilakukan pemerintah Kota Jayapura, masyarakat maupun stakeholderlainnya dalam mengatasi masalah banjir. Tujuan penelitian ini adalahmengevaluasi upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, danstakeholders lainnya dalam mengatasi masalah banjir di Perumnas IV danPerumahan Organda. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalahmetode komparatif yaitu membandingkan upaya yang dilakukan seluruhstakeholder,kondisi eksisting dan standar teori dari data sekunder dan primeryang di dapat melalui Istansi Pemerintah dan hasil Survey/Observasi. Dari hasilpenelitian ditemukan beberapa masalah penyebab banjir yaitu Pengendapan didrainase primer/Kali Acai, Kerusakan Box Kawat saringan sampah di mulut GoaAlami aliran sungai bawah tanah Kali Acai, Sampah yang menyumbat mulut Goaalami aliran sungai bawah tanah Kali Acai, dan kurangnya daerah resapan air.Dari hasil penelitian ini maka direkomendasikan mengenai pengawasan danpeningkatan pembersihan endapan di Kali Acai, Peningkata dan pemeliharaandrainase oleh pemerintah dan masyarakat, dan pembuatan lubang resapanbiopori sebagai alternatif lain untuk mengurangi genangan air.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Tuhan
Yesus Kristus karena rencana dan kehendak- Nya, penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI PENANGGULANGAN
BENCANA BANJIR DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN
HEDAM DISTRIK HERAM KOTA JAYAPURA“
Laporan Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjan Teknik (ST), pada Program Studi Perencanaan Wilayah
Dan Kota Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Sains Dan
Teknologi Jayapura.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Joko Purcahyono, M.MT, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan
2. Ibu Normalia Ode Yanthy, MT, selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota
3. Bapak Klinius Toker, ST, selaku Sekertaris Prodi Perencanaan Wilayah
Dan Kota.
4. Bapak Ir. Sukohedi, M.MT, selaku Dosen Pembimbing I
5. Bapak Agus Hartopo M.MT,selaku Dosen pembimbing II
6. Bapak Centurio Asmuruf, M.Eng,selaku Dosen Penguji I
7. Bapak Alberth E. S. Abrauw, ST.M.Sc,selaku Dosen Penguji II
vii
8. Bapak dan Ibu Dosen di Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas
Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Sains Dan Teknologi Jayapura.
9. Kedua Orang Tua tercinta Yusuf Mayor – Thressia Wanggan. Dan keluarga
besar Mayor di Timika.
10. Kekasih yang selalu membantu dalam suka maupun duka Ronny M.Suabey,
Kak Ardiyanto Max, dan ade Phemyralna Sewimara, Terimah kasih buat
semua bantuan dukungan yang telah di berikan. Love You So Much.
11. Buat teman-teman Planologi angkatan 2011 ”Ivan, Johan, Gusty, Elly,
Candra, Yulianus, Ever, Frengky, Dorsius, Icul, Obet, Jhonly, Anis, Alen,
Albert, Irwan, Rinda, Caca, Dina, Nav, Tina, Rosi, Mince, Kedua Sherly”
kam saja trada yang blok.
12. Semua Orang yang telah berjasa dan peduli sejak penulis mengenyam
kuliah di Universitas Sains Dan Teknologi Jayapura sampai selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan karena itu kritik dan saran yang sangat membangun demi
kesempurnaan laporan ini sangat diharapkan.
Akhir kata semoga penulisan “ Evaluasi Penanggulangan Bencana Banjir
Dalam Pemanfaatan Ruang Di Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura ”
dapat berguna bagi pembaca.
Jayapura, Februari 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
LEMBAR PERYATAAN BEBAS PLAGIAT................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Hipotesa ........................................................................................... 4
1.4 Tujuan ............................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Khusus ........................................................................ 5
1.4 Sasaran ............................................................................................. 5
1.5 Ruang Lingkup Wilayah .................................................................. 6
1.5.1 Lingkup Wilayah ..................................................................... 6
1.5.2 Lingkup Substantif .................................................................. 7
ix
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................... 7
1.7 Kerangka Pikir .................................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1Pengertian Banjir ............................................................................... 10
2.2 Sistem Peringatan Dini Tentang Banjir ............................................ 16
2.3 Renaturalisasi sungai ........................................................................ 18
2.4 Pemanfaatan Ruang Di Kawasaan Rawan Bencana Banjir (KRB) . 23
2.4.1 Ruang Lingkup ........................................................................ 23
2.4.2 Pengendalian Pemanfaatan Ruang KRB ................................. 25
2.4.2.1 Sistem Perijinan .......................................................... 25
2.4.2.2 Pengawasan ................................................................. 27
2.4.2.3 Penertiban .................................................................... 29
2.4.2.4 Kelembagaan ............................................................... 30
2.4.2.5 Peran Masyarakat ........................................................ 34
BAB III METODEOLOGI
3.1 Data dan Sumber Data ..................................................................... 35
3.2 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 35
3.3 Metode Analisis ............................................................................... 36
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDY
4.1 Gambaran Umum Wilayah Makro ................................................... 41
x
4.1.1 Batas Administratif ................................................................. 41
4.1.2 Letak Geografis ....................................................................... 43
4.1.3 Kondisi Fisik Dasar Wilayah Studi Makro ............................. 43
4.1.4 Kependudukan Wilayah Studi Makro Kota Jayapura .............. 51
4.2 Gambaran Umum Wilayah Mikro ................................................... 54
4.2.1 Gambaran Umum Distrik Heram ............................................ 54
4.2.1.1 Batas Administratif ..................................................... 54
4.2.1.2 Ketinggian dari Permukaan air laut.............................. 57
4.2.1.3 Iklim ............................................................................ 57
4.2.1.4 Musim ......................................................................... 57
4.2.1.5 Ekonomi ...................................................................... 57
4.2.1.6 Infrastruktur ................................................................. 57
4.2.1.7 Kesehatan .................................................................... 58
4.2.2 Gambaran Umum Kelurahan Hedam ...................................... 58
4.2.2.1 Batas – Batas Administratif ........................................ 58
4.2.2.2 Kondisi geografis ........................................................ 60
4.2.2.3 Kependudukan ............................................................. 60
4.2.2.5 Bidang Pembangunan .................................................. 61
4.2.2.4.1 Sarana Umum ............................................... 61
4.3 Kondisi Eksiting Sarana Penanggulangan Banjir ............................ 62
4.4 Zona Rawan Banjir .......................................................................... 64
xi
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Kebijakan Penanganan Masalah Banjir Di Kota Jayapura ............ 65
5.1.1 Latar belakang kebijakan .......................................................... 65
5.1.2 Analisa Kebijakan ..................................................................... 67
5.1.2.1 Pilihan Kebijakan ......................................................... 67
5.1.2.2 Pelembagaan Kebijakann ............................................. 67
5.1.2.3 Instrumen Kebijakan Dalam Masalah
Penanggulangan Banjir ................................................. 68
5.2 Faktor penyebab banjir di Kota Jayapura ......................................... 69
5.2.1 Faktor Penyebab banjir Secara Umum di kota jayapura ........ 69
5.2.2 Identifikasi Penyebab Banjir Secara Khusus Di Lokasi Studi . 70
5.3 Evaluasi Penanggulangan Banjir di Perumnas IV dan Organda ...... 76
5.3.1 Evaluasi Sistem Drainase ......................................................... 76
5.3.2 Evaluasi Penanggulangan Banjir Yang Dilakukan Oleh
Pemerintah ................................................................................ 78
5.3.3 Evaluasi Penanggulngan Banjir Yang Dilakukan Oleh
Masyarakat ................................................................................ 79
5.4 Alternatif Penangulangan Banjir/Genangan Air ............................... 79
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 80
6.2 Rekomendasi dan Saran .................................................................. 82
xii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Pelayanan Minimum Bidang Drainase Dan
Pengendalian Banjir ........................................................................ 17
Tabel 2.2 Pengawasan .................................................................................... 28
Tabel 2.3 Lingkup Tugas Kelembagaan Perijinan, Lembaga Penawasan,
Lembaga Penertiban....................................................................... 32
Tabel 2.4 Lingkup Tugas Kelembagaan Dalam Pengendalian Pemanfaatan
Ruang KRB .................................................................................... 33
Tabel 4.1 Rata – rata Suhu Udara Kota Jayapura Tahun 2013 ...................... 47
Tabel 4.2 Rata – Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan
Di Kota Jayapura Tahun 2013 ...................................................... 48
Tabel 4.3 Rata – rata Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin
Kota Jayapura Tahun 2013 .............................................................. 49
Tabel 4.4 Perkembangan Guna Lahan/Pemanfaatan Sumber Daya
Alam Kota Jayapura Tahun 2013 .................................................. 52
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Dirinci Per Distrik
Kota Jayapura 2013 ....................................................................... 52
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Dirinci Per Kelurahan / Kampung
Kota Jayapura Tahun 2013 ............................................................. 52
Tabel 4.7 Tabel Kelurahan dan Luas Wilayah Mikro .................................... 55
Tabel 4.8 Jumlah penduduk menurut Agama (tahun 2012) .......................... 60
Tabel 4.9 Sarana Peribadatan ........................................................................ 61
Tabel 4.10 Sarana Kesehatan ......................................................................... 61
xiv
Tabel 4.11 Sarana Olahraga ............................................................................ 61
Tabel 4.12 Tempat Usaha ............................................................................... 62
Tabel 4.13 Jenis Dan Ukuran Drainase ........................................................... 64
Tabel 5.1 Faktor Penyebab Banjir di Padang Bulan dan Organda .................. 71
Tabel 5.2 Evaluasi Drainase Perumnas IV dan Organda ................................ 77
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sketsa Perumnas IV dan Organda ............................................ 6
Gambar 1.2 Alur Kerangka Pikir .................................................................... 9
Gambar 2.1 Metode Kolam Konservasi........................................................... 13
Gambar 2.2 Metode Biopori ........................................................................... 15
Gambar 2.3 Mengaktifkan Tanggul Sodetan Atau Oxbox .............................. 20
Gambar 2.4 Penanaman Bantaran Dan Tebing Dengan Vegetasi ................... 21
Gambar 2.5 Pelebaran daerah bantaran sungai untuk konsentrasi hulu .......... 22
Gambar4.1 Peta Administrasi Kota Jayapura ................................................. 42
Gambar 4.2 Peta Morfologi Kota Jayapura .................................................... 46
Gambar4.3 Peta Pola Penggunaan Lahan Kota Jayapura ............................... 50
Gambar4.4 Peta pembagian BWK C Heram .................................................. 56
Gambar4.5 Sketsa Wilayah kelurahan Hedam ................................................ 59
Gambar4.6 Skema Drainase Perumnas IV dan Organda ................................ 63
Gambar5.1 Sistem Drainase Perumahan Organda .......................................... 73
Gambar5.2 Sistem Drainase Perumnas IV ...................................................... 74
Gambar5.3 Aliran Kali Acai ........................................................................... 75
BAB l
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai
perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam
arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir
diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap
atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran
air, terutama drainase primer/sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah
dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat
banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain,
orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan
biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia
terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air
lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik (Wikipedia.com).
Kota Jayapura sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan dan perekonomian
Provinsi Papua telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan
pesat ini ditandai meningkatnya sarana dan prasarana pembangunan yang ada di Kota
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2
Jayapura. Hal ini tentu saja bukan hanya membawa dampak yang baik bagi
masyarakat Kota Jayapura, tetapi juga membawa dampak buruk. Salah satu masalah
yang paling sering muncul di daerah perkotaan akibat pesatnya pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan adalah masalah banjir. Maka aspek yang paling penting
untuk ditata dan disempurnakan dalam pembangunan infrastruktur adalah prasarana
pengendalian banjir kota. Terdapat indikasi bahwa tingkat kebutuhan akan prasarana
tersebut sudah jauh di atas kapasitas jaringan drainase yang ada, terutama untuk kota-
kota yang sedang mengalami proses pembangunan. Rencana induk atau master plan
banjir yang menyeluruh untuk Kota Jayapura belum ditata dan disiapkan secara
detail.
Kota Jayapura sangat rentan terhadap banjir, ketika terjadi hujan deras
terutama di beberapa titik seperti Pasar Yotefa dengan ketinggian bisa mencapai 1,5
Meter (PapuaPos.com 24/01/2013,. Entrop dua RT terendam banjir (tempo.com
11/02/2012), Organda, Padang bulan, Perumnas III, Perumnas IV, Banjir dan tanah
longsor di APO dan DOK V yang menyebabkan 1 orang meninggal dan 9 orang luka
(detiknews.com 23/02/2014), Perumnas IV atau lebih umumnya Wilayah distrik
Jayapura selatan, Jayapura utara, Abepura Dan Distrik Heram. Untuk itu dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah distrik di Kota Jayapura Memiliki
kawasan rawan bencana Banjir.
Kawasan rawan bencana banjir adalah daerah Kelurahan Hedam Distrik
Heram yaitu Perumnas IV ( RW 7,RW 8, RW 9,RW1O, RW 11) dan Perumahan
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 3
Organda (RW 4) . Dari data yang di kumpulkan di beberapa media masa dalam
beberapa tahun terakhir (2010-2014) pada setiap tahunnya sering terjadi banjir antara
2 sampai 4 kali terjadinya banjir dengan ketinggian banjir antara 30 cm sampai 4
meter pada daerah yang paling rendah. Sesuai Data yang tercatat Kantor SAR
Jayapura pada tanggal 12 Juni 2013 terjadi banjir dengan ketinggian mecapai 4
meter, selang beberapa hari kemudian yaitu tanggal 20 Juni 2013 kembali terjadi
banjir dengan ketinggian mencapai 2 Meter. Dari semua kejadian banjir diatas rata-
rata membutuhkan waktu 1-3 hari untuk surutnya banjir. Titik – titik
Ada beberapa faktor penyebab banjir yang terlihat pada lokasi studi untuk
banjir di Perumnas IV dan Organda yaitu, 1) Sistem drainase yang belum optimal, 2)
Alih fungsi lahan terutama di kawasan hutan lindung Gunung Cyclop atau kawasan
perbukitan di Perumnas IV dan Organda, 3) Curah hujan tinggi, 4) Kurangnya daerah
resapan air di kawasan permukiman 5) Sampah dan sedimentasi di Sungai Acai atau
drainase primer.
Dari Permasalahan diatas maka evaluasi terhadap penangulangan banjir
sangat penting untuk dilakukan di kawasan Perumnas IV dan kawasan Organda,
untuk itu penulis mencoba membuat suatu penelitian tetang “Evaluasi
Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan Ruang Di Kelurahan Hedam
Distrik Heram Kota Jayapura.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 4
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya pemerintah, masyarakat dan stakeholdel lainnya dalam
mengatasi permasalahan banjir dan genangan air di perumnas IV dan Organda
Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura.
2. Bagaimana Efektifitas dari upaya penanganan masalah banjir di Perumnas IV
dan Organda Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura.
1.3. Hipotesa
Berdasarkan Rumusan masalah penulis menarik Hipotesa yaitu :
1. Upaya pemerintah, masyarakat dan Stakehoder lainya dalam penanganan
banjir di Perumnas IV dan Organda belum terlihat optimal.
2. Banjir yang terus terjadi di Perumnas IV dan Organda Kelurahan Hedam
Distrik Heram Kota Jayapura membuktikan bahwa program penangulangan
banjir yang dilakukan belum efektif.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 5
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasikan upaya penanggulangan bencana banjir dalam
pemanfaatan ruang di Perumnas IV dan Organda Kelurahan Hedam Distrik Heram
Kota Jayapura
1.4.2. Tujuan Khusus
Sebagaimana masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dilakukan
penelitian ini yakni :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor non alami penyebab banjir atau akibat
kelalaian manusia
2. Mengidentifikasi efektifitas upaya penanganan masalah banjir di Kelurahan
Hedam Distrik Heram.
1.5. Sasaran
Setelah melihat daripada tujuan diatas, maka sasaran yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tercapainya suatu program penaganan banjir yang efektif di lokasi studi.
2. Menjadi ukuran dalam menilai kinerja pemerintah dalam melayani
masyarakat.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 6
1.6. Ruang Lingkup Studi
1.6.1. Lingkup Wilayah
Penelitian ini memiliki lingkup wilayah yang meliputi wilayah
administrasi Kota Jayapura tepatnya pada Distrik Heram dengan fokus masalah
di:
1. Padang Bulan (Perumnas IV)
2. Perumahan Organda
Gambar 1.1. Sketsa Perumnas IV Dan Organda
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 7
1.6.2. Lingkup Substantif
Ruang lingkup substansi dalam pembahasan materi terbatas antara lain pada :
1. Kondisi fisik dan lingkungan
2. Permasalahan-permasalahan secara spasial yang terjadi akibat banjir
3. Strategi-strategi sebagai bentuk upaya pengendalian banjir
4. Prioritas pembangunan yang dilaksanakan penanggulangan banjir
5. Permasalahan sarana dan prasarana
1.7. Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian tentang “Evaluasi Penanggulangan
Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan Ruang Di Kelurahan Hedam Distrik Heram
Kota Jayapura , terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN,
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup studi, sistematika penulisan, dan
kerangka pikir.
BAB II LANDASAN TEORI,
Dalam bab ini berisikan tentang kajian-kajian teori atau referensi yang dapat
digunakan untuk membantu penyusunan studi ini.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 8
BAB III METODE PENELITIAN,
Pada bab ini berisikan tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian
dan proses penyusun laporan.
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDY,
Berisikan tentang gambaran umum lokasi studi ataupun rona wilayah studi baik
dalam lingkup makro maupun mikro, yang meliputi karakteristik fisik dasar
wilayah, pola penggunaan lahan, kepedudukan serta sarana dan prasarana yang
terdapat pada lokasi penelitian.
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN,
Dalam bab ini dijelaskan mengenai upaya penanggulangan bencana banjir di
Kota Jayapura khususnya Di Perumnas IV dan Organda Distrik Heram
Kelurahan Hedam dan Evaluasi terhadap program tersebut
BAB VI PENUTUP,
Berisikan tentang kesimpulan, saran serta rekomendasi dari keseluruhan
pembahasan penelitian.
1.8. Kerangka Pikir
Alur kerangka pikir penelitian yang merupakan pola pikir dalam
penelitian ini dimana untuk evaluasi dari upaya penanggulangan banjir dapat yang
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 9
Evaluasi Bencana Banjir
Evaluasi Penanggulangan Bencana Banjir DalamPemanfaatan Ruang
Kondisi wilayah studi
Program penanggulangan banjirKelebihan dan Kekurangan
REKOMENDASIPENANGGULANGAN BANJIR DAN
PEMANFAATAN RUANG
telah dilakukan dengan melihat kondisi wilayah dan program apa yang telah
dilakukan untuk mengatasi permasalahan banjir tersebut. Dari program yang telah
dilaksanakan dan informasi di lokasi studi maka dapat di tetapkan kelebihan dan
kekurangan yang menjadi dasar untuk evaluasi terhadap program yang telah di
laksanakan. Dari sinilah dapat ditentukan strategi guna optimalisasi terhadap
program‒program yang belum berjalan dengan baik. Bagan alur kerangka pikir
dapat di lihat pada gambar 1.2.
Gambar 1.2 : Alur Kerangka Pikir
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Banjir
Menurut Haryono (1999), genangan air/banjir pada umumnya terjadi akibat
adanya hujan lebat dengan durasi lama sehingga meningkatkan volume air dan
mempercepat akumulasi aliran permukaan (run off) pada permukaan tanah. Akhir-
akhir ini banjir terjadi dimana-mana, hal ini terjadi disebabkan oleh intensitas dan
frekuensi curah hujannya meningkat.
Sedangkan menurut Irianto (2003), kajian masalah banjir terlebih dahulu
harus dianalisa penyebab utamanya sebelum menyusun strategi antisipasinya. Secara
teoritis banjir terjadi dengan intensitas cenderung meningkat merupakan akibat dari
masukan sistem yang berlebihan, dalam hal curah hujan yang melibihi normalnya
atau sering dikenal dengan curah hujan perkecualian (eksepsional). Kejadian banjir
yang terus berulang merupakan hasil (resultan) dari kerusakan sistem dalam hal ini
adalah daerah aliran sungai (DAS).
Banjir adalah merupakan suatu keadaan sungai dimana aliran airnya tidak
tertampung oleh palung sungai, karena debit banjir lebih besar dari kapasitas sungai
yang ada. Secara umum penyebab terjadinya banjir dapat dikategorikan menjadi dua
hal, yaitu karena sebab – sebab alami dan karena tindakan manusia. Yang termasuk
sebab alami diantaranya :
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 11
Curah hujan-Pada musim penghujan curah hujan yang tinggi akan
mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai, maka
akan timbul banjir atau genangan .
Pengaruh fisiografi-Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, dan
kemiringan Daerah Pengaliran Sungai (DPS), kemiringan sungai, Geometri
hidrolik (Bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang,
material dasar sungai), lokasi sungai .
Erosi dan sedimentasi-Erosi di DPS berpengaruh terhadap kapasitas
penampungan sungai, karena tanah yang tererosi pada DPS tersebut apabila
terbawa air hujan ke sungai akan mengendap dan menyebabkan terjadinya
sedimentasi. Sedimentasi akan mengurangi kapasitas sungai dan saat terjadi
aliran yang melebihi kapasitas sungai dapat menyebabkan banjir.
Kapasitas sungai-Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai
disebabkan oleh pengendapan yang berasal dari erosi dasar sungai dan
tebing sungai yang berlebihan, karena tidak adanya vegetasi penutup.
Pengaruh air pasang-Air laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada
waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi, maka tinggi
genangan/ banjir menjadi lebih tinggi karena terjadi aliran balik (back water)
Yang termasuk penyebab banjir akibat tindakan manusia diantaranya :
Perubahan kondisi daerah pengaliran sungai
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 12
Perubahan DPS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang
tepat, perluasan kota dan perubahan tata guna lainnya dapat memperburuk
masalah banjir karena berkurangnya daerah resapan air dan sediment yang
terbawa ke sungai akan memperkecil kapasitas sungai yang mengakibatkan
meningkatnya aliran banjir.
Kawasan kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat di bantaran sungai merupakan penghambat
aliran sungai.
Sampah
Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air banjir
karena menghalangi aliran.
Berdasarkan kajian menurut Maryono (2000), ada beberapa metode
pencegahan banjir perkotaan, yaitu metode kolam konservasi, metode river side
polder, metode sumur peresapan, dan metode pengembangan areal perlingsungan air
tanah (ground water protection area).
1. Metode kolam konservasi. Dalam metode ini dikatakan dengan membuat
kolam-kolam air, baik di perkotaan, permukiman, pertanian, atau perkebunan.
Kolam konservasi ini dibuat untuk menampung air hujan terdahulu,
diresapkan dan sisanya dapat dialirkan ke sungai secara perlahan-lahan.
Kolam konservasi dapat dibuat dengan memanfaatkan daerah-daerah bekas
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 13
galian pasir atau galian material lainnya, atau secara ekstra dibuat dengan
menggali suatu areal atau bagian tertentu (Gambar 2.1.)
2. Metode river side polder. Metode menahan air dengan mengelola/menahan
kelebihan air (hujan) disepanjang bantaran sungai. Pembuatan polder pinggir
sungai ini dilakukan dengan memperlebar bantaran sungai di berbagai tempat
secara selektif disepanjang sungai. Lokasi polder perlu dicari, sejauh mungkin
polder dengan pintu-pintu hidraulik teknis dan tanggul-tanggul lingkar
hidraulis yang mahal. Pada saat muka air naik (banjir), sebagian air akan
mengalir ke polder dan akan keluar jika banjir reda, sehingga banjir di bagian
hilir dapat dikurangi dan konservasi air terjaga (Gambar 2.1.).
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.1. Metoda Kolam Konservasi Dan Metode River Side Polder
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 13
galian pasir atau galian material lainnya, atau secara ekstra dibuat dengan
menggali suatu areal atau bagian tertentu (Gambar 2.1.)
2. Metode river side polder. Metode menahan air dengan mengelola/menahan
kelebihan air (hujan) disepanjang bantaran sungai. Pembuatan polder pinggir
sungai ini dilakukan dengan memperlebar bantaran sungai di berbagai tempat
secara selektif disepanjang sungai. Lokasi polder perlu dicari, sejauh mungkin
polder dengan pintu-pintu hidraulik teknis dan tanggul-tanggul lingkar
hidraulis yang mahal. Pada saat muka air naik (banjir), sebagian air akan
mengalir ke polder dan akan keluar jika banjir reda, sehingga banjir di bagian
hilir dapat dikurangi dan konservasi air terjaga (Gambar 2.1.).
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.1. Metoda Kolam Konservasi Dan Metode River Side Polder
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 13
galian pasir atau galian material lainnya, atau secara ekstra dibuat dengan
menggali suatu areal atau bagian tertentu (Gambar 2.1.)
2. Metode river side polder. Metode menahan air dengan mengelola/menahan
kelebihan air (hujan) disepanjang bantaran sungai. Pembuatan polder pinggir
sungai ini dilakukan dengan memperlebar bantaran sungai di berbagai tempat
secara selektif disepanjang sungai. Lokasi polder perlu dicari, sejauh mungkin
polder dengan pintu-pintu hidraulik teknis dan tanggul-tanggul lingkar
hidraulis yang mahal. Pada saat muka air naik (banjir), sebagian air akan
mengalir ke polder dan akan keluar jika banjir reda, sehingga banjir di bagian
hilir dapat dikurangi dan konservasi air terjaga (Gambar 2.1.).
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.1. Metoda Kolam Konservasi Dan Metode River Side Polder
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 14
3. Metode Sumur Resapan. Metode ini merupakan metode praktis dengan cara
membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air hujan yang jatuh apada atap
perumahan atau kawasan tertentu. Sumur resapan ini juga dapat
dikembangkan pada areal oleh raga dan wisata. Perlu diketahui bahwa sumur
peresapan ini hanya dikhususkan untuk air hujan dan tidak boleh memasukan
air limbah rumah tangga.
4. Metode Pengembangan Areal Perlindungan Air Tanah. Metode ini dilakukan
dengan cara menetapkan kawasan lindung untuk air tanah, dimana di kawasan
tersebut tidak boleh dibangun apapun. Areal tersebut dkhususkan untuk
meresapkan air hujan ke dalam tanah. Pada berbagai kawasan perlu segera
mungkin dicari tempat-tempat yang cocok secara geologi dan ekologi sebagai
areal untuk recharge dan perlindungan air tanah sekaligus sebagai bagian
penting dari komponen drainase kawasan.
5. Metode Biopori
Biopori adalah lubang-lubang dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai
aktifitas organisme di dalamnya seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan
fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan
menjadi tempat berlalunya air dalam tanah .
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 15
Gambar 2.2 Metode Biopori
Selanjutnya menurut Irianto (2003, rekayasa dan rancang bangun antisipasi
serta minimalisasi resiko banjir dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1. Curah hujan perkecualian (eksepsional). Perubahan iklim global yang terjadi
belakangan ini ternyata berdampak pada terjadinya akumulasi curah hujan
tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan curah hujan tahunan yang relatif
sama, namun dengan durasi yang singkat akan berdampak pada meningkatnya
intensitas banjir yang terjadi. Apalagi kalau curah hujannya
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 15
Gambar 2.2 Metode Biopori
Selanjutnya menurut Irianto (2003, rekayasa dan rancang bangun antisipasi
serta minimalisasi resiko banjir dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1. Curah hujan perkecualian (eksepsional). Perubahan iklim global yang terjadi
belakangan ini ternyata berdampak pada terjadinya akumulasi curah hujan
tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan curah hujan tahunan yang relatif
sama, namun dengan durasi yang singkat akan berdampak pada meningkatnya
intensitas banjir yang terjadi. Apalagi kalau curah hujannya
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 15
Gambar 2.2 Metode Biopori
Selanjutnya menurut Irianto (2003, rekayasa dan rancang bangun antisipasi
serta minimalisasi resiko banjir dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1. Curah hujan perkecualian (eksepsional). Perubahan iklim global yang terjadi
belakangan ini ternyata berdampak pada terjadinya akumulasi curah hujan
tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan curah hujan tahunan yang relatif
sama, namun dengan durasi yang singkat akan berdampak pada meningkatnya
intensitas banjir yang terjadi. Apalagi kalau curah hujannya
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 16
2. Kerusakan sistem daerah aliran sungai (DAS). Laju pertumbuhan penduduk
yang sangat tinggi dan terkonsentrasi pada wilayah tertentu menyebabkan
terjadinya alih fungsi lahan. Lahan yang dahulunya merupakan areal pertanian
(cultivated land) akibat bertambahnya jumlah penduduk lahan-lahan tersebut
berubah menjadi daerah permukiman, sehingga penggunaan lahan melampaui
daya dukungnya.
2.2. Sistem Peringatan Dini Tentang Banjir
Menurut Irianto (2003), sistem peringatan dini tentang banjir dimaksudkan
supaya masyarakat di daerah endemik banjir memperoleh informasi awal tentang
besaran (magnitude) banjir yang mungkin terjadi serta waktu evakuasi korban
sehingga resiko yang ditimbulkan dapat diminimalkan. Sistem peringatan dini sangat
penting, hal ini disebabkan karena:
1. Intensitas dan keragaman hujan menurut ruang dan waktu sangat tinggi
sehingga bisa terjadi secara tiba-tiba atau yang dikenal dengan banjir
kiriman/bandang (flash food).
2. Curah hujan yang tinggi umumnya terjadinya pada sore sampai malam hari
sebagai akibat proses orografi, sehingga terjadinya debit puncak umumnya
malam hari di saat masyarakat sedang tidur.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 17
Selanjutnya menurut Irianto (2003), resiko banjir dapat juga diminimalkan
dengan perbaikan sistem daerah aliran sungai (renaturalisasi sungai). Untuk itu perlu
dilakukan peningkatan jumlah dan kualitas vegetasi penutup tanah maupun daya
tampung jaringan hidrologi daerah aliran sungai. Caranya antara lain yaitu dengan
menanami kembali kawasan daerah aliran sungai dengan tanaman yang akarnya
mampu meretensi air dan melakukan perbaikan bila terdapat penyempitan jaringan
hidrologi.
Jaringan hidrologi yang optimal dalam menampung aliran permukaan akan
membantu menyediakan air secara merata di seluruh permukaan daerah aliran sungai,
menurunkan debit banjir, memperpanjang waktu respons daerah sungai berupa selang
antara aliran sungai pada musim kemarau sesuai dengan standar pelayanan minimal
drainase.
Tabel 2.1. Standar Pelayanan Minimal Bidang Drainase Dan Pengendalian
Banjir
BidangPelayanan
Indikator Standar Pelayanan KeteranganKuantitas Kualitas
Cakupan TingatPelayanan
Drainase danpengendalianbanjir
Luas penangananbanjir tertanganidi daerahperkotaan
Tidak adagenangan banjirdi daerahperkotaan > 10Ha
Di lokasigenangan :Dengan tinggigenangan rata-rata> 30 cm, lamagenangan >2jam,ferekuensikejadian banjir >2kali/tahun.
Tidak terjadigenangan banjirbila terjadigenangan. Tinggigenangan rata-rata <30cm. lamagenangan <2jam,frekuensikejadian banjir <2kali/jam.
Indikasipenanganan :Genangan <10 Ha,penanganandrainase mikro,penanganandrainase makro.
Sumber : Keputusan Kementrian Permukiman dan Prasarana Wilaya No.53/KPTS/M/2001
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 18
2.3. Renaturalisasi sungai
Untuk mencegah terjadinya banjir pada daerah perkotaan mengingatkan kita
pentingnya merenaturalisasi sungai-sungai yang ada. Menurut Maryono (2000),
renaturalisasi adalah usaha koreksi terhadap kesalahan konsep hidraulik murni pada
pembangunan wilayah sungai dekade lalu dan sekaligus menghambat laju
pembangunan sungai dengan konsep hidraulik murni yang sekarang masih sering
dilakukan.
Di Swiss renaturalisasi ini sering disebut river revitalization, di kawasan
Eropa lain disebut river restoration, sedangkan di Amerika dan Kanada disebut
renaturalization. Renaturalisasi didefenisikan sebagai usaha mengembalikan kondisi
sungai atau wilayah air ke kondisi natural atau paling tidak mendekati, setelah
sebelumnya dilakukan koreksi terhadap berbagai pembangunan seperti sodetan,
pelurusan, penanggulangan, penalutan, pemindahan sungai, maupun penutupan alur.
Selanjutnya menurut Maryono (2000), tujuan renatulisasi adalah untuk
meningkatkan kualitas ekosistem dan keanekaragaman hayati wilayah sungai,
meningkatkan konservasi air di hulu, meningkatkan retensi ekologi hidraulik
sepanjang sungai, menurunkan intensitas banjir di hilir, menanggulangi kekeringan,
kelongsoran di hulu serta meningkatkan kualitas air sungai. Lokasi renaturalisasi
harus dipilih secara selektif sehingga apa yang terjadi dapat terkontrol dengan baik.
Namun di era keterbukaan ini mudah-mudahan usulan ini bisa menjadi entry
point untuk merevisi kekurangan-kekurangan konsep lama yang dampaknya sedang
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 19
dirasakan hari ini. Sebagian orang menganggap bahwa konsep renaturalisasi ini
bersifat Eropa Sentris sehingga mengkhawatirkan ketetapan aplikasinya di Indonesia.
Mereka lupa bahwa pelurusan, sodetan dan pembuatan tanggul adalah juga produk
Eropa 300 tahun silam. Pada prinsipnya renaturalisasi, konservasi, dan konsep back
to nature merupakan konsep yang sebenarnya sudah dianut secara tradisional oleh
bangsa-bangsa di dunia termasuk di Indonesia.
Berdasarkan kajian Maryono (2000), disajikan berbagai macam metode
renaturalisasi yang sedang giat dilakukan di beberapa Negara Eropa, Kanada,
Amerika, dan Jepang. Diharapkan metoda-metoda ini dapat diimplementasikan di
Indonesia. Di antara metode tersebut ada yang membuka kembali tanggul yang
menutup oxbow sungai lama atau mengaktifkan oxbow menjadi sungai lagi tanpa
harus menutup sungai sodetan, menanami bantaran dan tebing sungai yang telah
diluruskan dengan berbagai vegetasi, menginisiasi sungai yang diluruskan menjadi
meander, membangun pulau buatan di sungai, dan memperlebar bantaran banjir di
sepanjang sungai.
Mengaktifkan tanggul sodetan atau oxbow buatan (Gambar 2.2) di sungai
bekas pelurusan sodetan biasanya disebut danau oxbow buatan (initial oxbow lake).
Sedangkan oxbow lake adalah danau oxbow natural hasil proses alamiah terputusnya
meander sungai setelah ratusan tahun terjadi penggerusan. Energi kelebihan atas
putusnya meander secara alamiah ini akan diredam meander-meander lain di bagian
hulu-hilirnya.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 20
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.3 Mengaktifkan Tanggul Sodetan Atau Oxbow
Danau oxbow buatan merupakan penggal ekosistem sungai yang mati, airnya
diam, kualitas airnya jelek dan sering menjadi sarang nyamuk, selain biasanya
menjadi tempat pembuangan sampah masyarakat. Lambat laun oxbow buatan ini akan
dangkal dan tertutup sedimen, baik sedimen yang berasal dari daerah sekitarnya
maupun endapan sisa-sisa vegetasi. Akhir dari perkembangan oxbow baik alamiah
maupun hasil sodetan adalah berupa hutan moor atau dijadikan areal persawahan,
industri dan pemukiman oleh penduduk setempat.
Cara renaturalisasi oxbow adalah dengan membuka kembali tanggul pembatas
oxbow dengan sungai utama. Dengan dibukanya tanggul pemisah, aliran air sungai
akan melewati oxbow kembali, di samping air masih dapat melewati sungai sodetan
yang ada. Aliran air yang kembali ke danau oxbow akan mengurangi kecepatan air ke
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 20
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.3 Mengaktifkan Tanggul Sodetan Atau Oxbow
Danau oxbow buatan merupakan penggal ekosistem sungai yang mati, airnya
diam, kualitas airnya jelek dan sering menjadi sarang nyamuk, selain biasanya
menjadi tempat pembuangan sampah masyarakat. Lambat laun oxbow buatan ini akan
dangkal dan tertutup sedimen, baik sedimen yang berasal dari daerah sekitarnya
maupun endapan sisa-sisa vegetasi. Akhir dari perkembangan oxbow baik alamiah
maupun hasil sodetan adalah berupa hutan moor atau dijadikan areal persawahan,
industri dan pemukiman oleh penduduk setempat.
Cara renaturalisasi oxbow adalah dengan membuka kembali tanggul pembatas
oxbow dengan sungai utama. Dengan dibukanya tanggul pemisah, aliran air sungai
akan melewati oxbow kembali, di samping air masih dapat melewati sungai sodetan
yang ada. Aliran air yang kembali ke danau oxbow akan mengurangi kecepatan air ke
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 20
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.3 Mengaktifkan Tanggul Sodetan Atau Oxbow
Danau oxbow buatan merupakan penggal ekosistem sungai yang mati, airnya
diam, kualitas airnya jelek dan sering menjadi sarang nyamuk, selain biasanya
menjadi tempat pembuangan sampah masyarakat. Lambat laun oxbow buatan ini akan
dangkal dan tertutup sedimen, baik sedimen yang berasal dari daerah sekitarnya
maupun endapan sisa-sisa vegetasi. Akhir dari perkembangan oxbow baik alamiah
maupun hasil sodetan adalah berupa hutan moor atau dijadikan areal persawahan,
industri dan pemukiman oleh penduduk setempat.
Cara renaturalisasi oxbow adalah dengan membuka kembali tanggul pembatas
oxbow dengan sungai utama. Dengan dibukanya tanggul pemisah, aliran air sungai
akan melewati oxbow kembali, di samping air masih dapat melewati sungai sodetan
yang ada. Aliran air yang kembali ke danau oxbow akan mengurangi kecepatan air ke
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 21
hilir sehingga resiko banjir juga berkurang. Sementara konservasi air di hulu dapat
ditingkatkan dan ekosistem daerah sungai oxbow akan hidup kembali. Menanami
kembali bantaran tebing dengan vegetasi setempat akan meningkatkan kualitas
ekosistem dan retensi air banjir sehingga menjamin stabilitas tebing sungai (Gambar
2.3).
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.4 Penanaman Bantaran Dan Tebing Dengan Vegetasi
Berikutnya adalah menginisiasi meander. Sungai yang telah diluruskan dapat
dimeanderkan lagi dengan cara menginisiasi meander di berbagai tempat secara
berselang-seling. Sarana inisiasi ini dapat dipakai vegetasi setempat atau kombinasi
bronjong batu dan vegetasi. Secara simultan maka sungai yang bersangkutan akan
membentuk meander atau berkelok-kelok lagi, diservifikasi flora dan fauna
meningkat, banjir dihulu berkurang.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 21
hilir sehingga resiko banjir juga berkurang. Sementara konservasi air di hulu dapat
ditingkatkan dan ekosistem daerah sungai oxbow akan hidup kembali. Menanami
kembali bantaran tebing dengan vegetasi setempat akan meningkatkan kualitas
ekosistem dan retensi air banjir sehingga menjamin stabilitas tebing sungai (Gambar
2.3).
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.4 Penanaman Bantaran Dan Tebing Dengan Vegetasi
Berikutnya adalah menginisiasi meander. Sungai yang telah diluruskan dapat
dimeanderkan lagi dengan cara menginisiasi meander di berbagai tempat secara
berselang-seling. Sarana inisiasi ini dapat dipakai vegetasi setempat atau kombinasi
bronjong batu dan vegetasi. Secara simultan maka sungai yang bersangkutan akan
membentuk meander atau berkelok-kelok lagi, diservifikasi flora dan fauna
meningkat, banjir dihulu berkurang.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 21
hilir sehingga resiko banjir juga berkurang. Sementara konservasi air di hulu dapat
ditingkatkan dan ekosistem daerah sungai oxbow akan hidup kembali. Menanami
kembali bantaran tebing dengan vegetasi setempat akan meningkatkan kualitas
ekosistem dan retensi air banjir sehingga menjamin stabilitas tebing sungai (Gambar
2.3).
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.4 Penanaman Bantaran Dan Tebing Dengan Vegetasi
Berikutnya adalah menginisiasi meander. Sungai yang telah diluruskan dapat
dimeanderkan lagi dengan cara menginisiasi meander di berbagai tempat secara
berselang-seling. Sarana inisiasi ini dapat dipakai vegetasi setempat atau kombinasi
bronjong batu dan vegetasi. Secara simultan maka sungai yang bersangkutan akan
membentuk meander atau berkelok-kelok lagi, diservifikasi flora dan fauna
meningkat, banjir dihulu berkurang.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 22
Memperlebar daerah bantaran banjir dan memanjangkan sungai (Gambar 2.4)
juga bisa dilakukan. Daerah bantaran banjir (flood plain) yang biasanya berubah
menjadi areal pertanian atau dibuat talud memanjang dan diuruk dapat
direnaturalisasi dengan membuka kembali talud, tanggul, atau mengeruk kembali
timbunan yang ada.
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.5 Pelebaran Daerah Bantaran Sungai Untuk Konsentrasi Hulu
Di samping itu pada bantaran-bantaran yang sempit diperlebar secara
proporsional. Areal terbuka bantaran sungai dapat dibiarkan sebagai kolam retensi
bantaran atau direvegetasi dengan tanaman yang sesuai. Cara ini sangat efektif untuk
menahan banjir dan meningkatkan konservasi air di hulu. Membangun pulau-pulau
buatan (lihat Gambar 2.5) menjadi pilihan lain.
Pulau-pulau sungai buatan pada normalisasi dan pelurusan sungai umumnya
dikeruk atau dihilangkan. Dalam renaturalisasi pembuatan pulau-pulau di tengah
sungai ini umumnya sangat digemari di Eropa karena merupakan komponen ekologi-
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 22
Memperlebar daerah bantaran banjir dan memanjangkan sungai (Gambar 2.4)
juga bisa dilakukan. Daerah bantaran banjir (flood plain) yang biasanya berubah
menjadi areal pertanian atau dibuat talud memanjang dan diuruk dapat
direnaturalisasi dengan membuka kembali talud, tanggul, atau mengeruk kembali
timbunan yang ada.
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.5 Pelebaran Daerah Bantaran Sungai Untuk Konsentrasi Hulu
Di samping itu pada bantaran-bantaran yang sempit diperlebar secara
proporsional. Areal terbuka bantaran sungai dapat dibiarkan sebagai kolam retensi
bantaran atau direvegetasi dengan tanaman yang sesuai. Cara ini sangat efektif untuk
menahan banjir dan meningkatkan konservasi air di hulu. Membangun pulau-pulau
buatan (lihat Gambar 2.5) menjadi pilihan lain.
Pulau-pulau sungai buatan pada normalisasi dan pelurusan sungai umumnya
dikeruk atau dihilangkan. Dalam renaturalisasi pembuatan pulau-pulau di tengah
sungai ini umumnya sangat digemari di Eropa karena merupakan komponen ekologi-
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 22
Memperlebar daerah bantaran banjir dan memanjangkan sungai (Gambar 2.4)
juga bisa dilakukan. Daerah bantaran banjir (flood plain) yang biasanya berubah
menjadi areal pertanian atau dibuat talud memanjang dan diuruk dapat
direnaturalisasi dengan membuka kembali talud, tanggul, atau mengeruk kembali
timbunan yang ada.
Sumber: Maryono, 2000
Gambar 2.5 Pelebaran Daerah Bantaran Sungai Untuk Konsentrasi Hulu
Di samping itu pada bantaran-bantaran yang sempit diperlebar secara
proporsional. Areal terbuka bantaran sungai dapat dibiarkan sebagai kolam retensi
bantaran atau direvegetasi dengan tanaman yang sesuai. Cara ini sangat efektif untuk
menahan banjir dan meningkatkan konservasi air di hulu. Membangun pulau-pulau
buatan (lihat Gambar 2.5) menjadi pilihan lain.
Pulau-pulau sungai buatan pada normalisasi dan pelurusan sungai umumnya
dikeruk atau dihilangkan. Dalam renaturalisasi pembuatan pulau-pulau di tengah
sungai ini umumnya sangat digemari di Eropa karena merupakan komponen ekologi-
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 23
hidraulik yang sangat vital dan secara cepat dapat menyediakan lokasi
berkembangnya keanekaragaman hayati sekaligus dapat menaikkan retensi hidraulik.
Selanjutnya menurut Maryono (2000), untuk membangun pulau di sungai
perlu dipelajari dan diteliti karakteristik pulau yang pernah ada dilokasi tersebut.
Pulau-pulau buatan di sungai yang paling stabil adalah pulau buatan yang baik
bentuk, formasi, maupun tata letaknya di sungai mengikuti karakteristik pulau
alamiah yang pernah ada.
Pembuatan pulau ditengah sungai dapat dilakukan dengan cara langsung, yaitu
dengan membangun pulau ditengah sungai dan cara tidak langsung yaitu membuat
pelebaran di suatu penggal sungai sehingga kecepatan aliran sungai turun.,
pengendapan ditengah sungai terbentuk, selanjutnya secara simultan terbentuk pulau
sungai. Keterlambatan renaturalisasi sungai biasanya banyak mendapat kesulitan
misalnya, mahalnya pembongkaran kembali bantaran yang telah di talud dan
seterusnya.
2.4. Pemanfaatan Ruang Di Kawasan Rawan Bencana Banjir (KRB)
2.4.1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi tipologi kawasan rawan bencana banjir
(KRB), pemanfaatan ruang KRB, pengendalian pemanfaatan ruang di KRB,
kelembagaan, dan peran masyarakat .
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 24
Tipologi KRB merupakan pengelompokan kawasan yang berpotensi tinggi
mengalami bencana banjir, sebagai contoh : daerah pesisir/ pantai, daerah
dataran banjir (flood plain area), daerah sempadan sungai, dan daerah cekungan.
Pemanfaatan ruang di KRB bertujuan untuk memberikan pedoman bagi
pemerintah dan masyarakat untuk melakukan kegiatan dalam KRB. Ketentuan
pemanfaatan ruang di KRB dirumuskan berdasarkan tingkat resiko/ kerawanan
KRB.
Pengendalian pemanfaatan ruang KRB dilakukan melalui kegiatan :
perijinan, pengawasan dan penertiban. Perijinan merupakan instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang KRB yang bertujuan untuk menyeleksi permohonan kegiatan
pemanfaatan ruang atau investasi yang sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang
yang telah ditetapkan. Pengawasan pemanfaatan ruang KRB bertujuan untuk
memastikan pemanfaatan ruang KRB sesuai dengan rencana tata ruang KRB.
Kegiatan pengawasan dilakukan oleh kelembagaan yang ditetapkan dan peran
masyarakat. Penertiban pemanfaatan ruang KRB bertujuan agar penyimpangan
pemanfaatan ruang di KRB dapat dicegah dan diantisipasi. Kegiatan penertiban
dilakukan melalui perumusan kebijakan dan mekanisme sistem perijinan.
Kelembagaan dalam pedoman ini bertujuan untuk menguraikan fungsi, ruang
lingkup tugas dan lembaga/instansi yang bertanggung jawab dalam pengendalian
pemanfaatan ruang KRB.
Peran masyarakat dalam memantau keseimbangan lingkungan sekitarnya
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 25
makin penting. Peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang KRB
terbagi menjadi : hak, kewajiban, bentuk, dan prosedur peran masyarakat.
2.4.2. Pengendalian Pemanfaatan Ruang KRB
Pengendalian pemanfaatan ruang KRB dilakukan melalui 3 (tiga) kegiatan
utama, yaitu :
a) Sistem perijinan
b) Pengawasan
c) Penertiban
2.4.2.1. Sistem Perijinan
Kebijakan sistem perijinan merupakan bagian dari pengendalian pemanfaatan
ruang KRB. Sistem perijinan yang dikeluarkan instansi pemerintah dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang terdiri dari :
a. IjinLokasi
Ijin Lokasi yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah kota/kabupaten
merupakan mekanisme penertiban dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Ijin lokasi untuk KRB dapat diberikan berdasarkan :
Sesuai dengan rencana pemanfaaran ruang dalam RTRW kota/kabupaten;
Sesuai dengan kriteria pemanfaatan ruang untuk KRB;
Memiliki rencana evakuasi (emergency exit plan).
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 26
b. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
IMB dikeluarkan oleh instansi pemerintah kota/kabupaten, merupakan
mekanisme dalam penertiban pengendalian pemanfaatan ruang. IMB untuk
KRB dapat diberikan berdasarkan :
Sesuai dengan Ijin Lokasi yang telah dikeluarkan oleh instansi
Pemda kota/kabupaten;
Sesuai dengan kriteria mendirikan bangunan yang ditetapkan untuk KRB;
Memiliki rencana detil enginering yang lengkap, aman dan sesuai dengan
kriteria mendirikan bangunan di KRB;
Memiliki rencana evakuasi darurat (emergency exit plan).
c. Ijin Penggunaan Bangunan (IPB)
IPB dikeluarkan oleh instansi pemerintah kota/kabupaten yang terkait,
merupakan mekanisme penertiban dalam pengendalian pemanfaatan
ruang. IPB dapat diberikan berdasarkan :
a) Sesuai dengan IMB yang telah dikeluarkan oleh instansi Pemda
kota/kabupaten;
b) Sesuai dengan kriteria penggunaan bangunan yang ditetapkan
untuk KRB;
c) Memiliki rencana evakuasi darurat (emergency exit plan).
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 27
2.4.2.2. Pengawasan
Pengawasan merupakan bagian dari pengendalian pemanfaatan ruang yang
bertujuan untuk mengamati, memeriksa kesesuaian pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang. Pengawasan perlu dilakukan agar pemanfaatan ruang tidak
menyimpang dan tidak melanggar rencana tataruang. Penyimpangan dan
pelanggaran terhadap rencana tataruang KRB berpotensi untuk menimbulkan
musibah bahaya banjir.
Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dilakukan oleh lembaga terkait,
yang meliputi: lembaga pemerintah (pusat, propinsi, kabupaten/kota) maupun
lembaga non pemerintah (LSM) yang peduli lingkungan. Pengawasan terhadap
pemanfaatan ruang dilakukan oleh lembaga terkait dimana lokasi KRB berada, baik
lembaga pemerintah daerah maupun lembaga non pemerintah (LSM).
Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dilakukan dengan menggunakan :
Norma, Standar, Pedoman dan Manual bidang penataan ruang KRB. Lingkup tugas
dan kelembagaan pengawasan pemanfaatan ruang diuraikan lebih lanjut dalam
butir 8 tentang Kelembagaan.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 28
Tabel 2.2. Pengawasan
Tipologi KRB Perijinan
Ijin Terbatas Ijin Bersyarat DilarangPantai A 1 Kawasan lindung Sebagian kegiatan
budidayaSemua kegiatanbudidaya
A 2
A 3 Perikanan, permukiman,perdagangan,industri, pertanian,pertambangan, pariwisata,perhubungan
Kegiatan ygmenyebabkanterjadinya banjir
Dataranbanjir
B 1 Kawasan lindung Semua kegiatanbudidaya
B 2 Sebagiankegiatanbudidaya
B 3 Permukiman permukiman, perdagangan,industri, pertanian,pertambangan, pariwisata,perhubungan
Kegiatan ygmenyebabkanterjadinya banjir
SempadanSungai
C 1 Kaw. Lindung Semua kegiatanbudidaya
C 2 Kaw. Lindung dansebagian budidaya
C 3 Kaw. Lindung dansebagian budidaya
permukiman, perdagangan,industri, pertanian,pertambangan, pariwisata,perhubungan
Kegiatan ygmenyebabkanterjadinya banjir
Cekungan D 1 Kaw. Lindung Kaw. Lindung dansebagian keg.Budidaya
Semua kegiatanbudidaya
D 2 Kaw. Lindung dansebagian budidaya
Kaw. Lindung dansebagian keg. Budidaya
D 3 Permukiman Kegiatan ygmenyebabkanterjadinya banjir
Sumber : DPU, Pedoman Bahan Konstruksi dan Rekayasa Sipil, 2004
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 29
2.4.2.3. Penertiban
Penertiban merupakan bagian dari pengendalian pemanfaatan ruang
KRB untuk : memberikan peringatan, pemberian sanksi sampai kepada
eksekusi di lapangan terhadap penyimpangan dan pelanggaran pemanfaatan ruang
terhadap rencana tataruang KRB yang telah ditetapkan. Penertiban perlu dilakukan
demi penegakan hukum dan kepentingan masyarakat banyak, yaitu agar
kebijakan dan peraturan penataan ruang KRB dapat dilaksanakan. Kebijakan dan
peraturan penataan ruang KRB bertujuan untuk menjaga kelestarian
lingkungan/ekosistem guna mencegah terjadinya bencana banjir di KRB.
Penertiban terhadap pemanfaatan ruang KRB dilakukan oleh lembaga
terkait, yang meliputi: lembaga pemerintah (pusat, propinsi, kabupaten/ kota)
yang membidangi hukum dan ketertiban umum. Lembaga yang bertugas untuk
menegakkan ketertiban dalam pemanfaatan ruang KRB di uraikan lebih lanjut
dalam butir 8 tentang Kelembagaan.
Tindakan penertiban pemanfaatan ruang KRB dilakukan setelah
mendapatkan rekomendasi dari lembaga pengawas pemanfaatan ruang, tentang
terjadinya penyimpangan dan pelanggaran pemanfaatan ruang terhadap rencana tata
ruang KRB. Penertiban terhadap pemanfaatan ruang KRB dilakukan secara
bertahap, melalui pendekatan yang persuasif, akomodatif dan manusiawi.
Penertiban terhadap pemanfaatan ruang KRB meliputi: sanksi administratif,
sanksi denda, dan tindakan eksekusi di lapangan. Sanksi-sanksi tersebut antara lain,
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 30
meliputi :
1) Peringatan tertulis;
2) Penghentian kegiatan sementara;
3) Penghentian sementara pelayanan umum (listrik, telepon, air bersih, dan lain-
lain);
4) Penutupan lokasi;
5) Pencabutan ijin;
6) Pembatalan ijin;
7) Pembongkaran bangunan;
8) Pemulihan fungsi ruang;
9) Denda;
10) Pidana.
2.4.2.4. Kelembagaan
Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana banjir
(KRB), dilaksanakan dengan tujuan untuk meminimalkan dampak bencana. Dalam
rangka mendukung hal tersebut perlu dilakukan upaya untuk memperkuat
kelembagaan di masing-masing tingkat pemerintahan dalam lingkup kawasan,
baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/ kota, serta mengoptimalkan peran
masyarakat.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 31
Untuk melaksanakan tugas dalam pengendalian pemanfaatan ruang KRB,
maka perlu ditetapkan lembaga yang akan mengurus KRB. Lembaga yang diusulkan
adalah yang memiliki fungsi dan tanggung jawab dalam bidang pengendalian
bencana banjir dan lingkungan hidup. Lingkup tugas lembaga ini meliputi 3 (tiga)
kegiatan, yaitu: kegiatan perijinan, pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang.
Lembaga yang ditunjuk, berdasarkan hirarki administratif dan tipologi KRB, yaitu:
a) KRB dalam wilayah kabupaten kota oleh lembaga pemerintah kota/kabupaten;
b) KRB lintas wilayah kabupaten/kota oleh lembaga pemerintah provinsi
c) KRB lintas wilayah propinsi oleh Pemerintah Pusat.
Instansi yang diusulkan antara lain adalah :
a) Perijinan : Dinas Perijinan, Dinas Tata ruang kota/kabupaten, Dinas
Sektoral terkait.
b) Pengawasan : Dinas Pengawasan Pembangunan kota/ kabupaten, Dinas
LH, LSM tokoh masyarakat
c) Penertiban : Dinas Keamanan & Ketertiban, Kejaksaan, Kepolisian
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 32
Table 2.3 Lingkup Tugas Lembaga Perijinan, Lembaga Pengawasan,
Lembaga Penertiban :
Nama Lembaga
Lembaga Perijinan Lembaga Pengawasan Lembaga Penertiban
Melakukan seleksi proposal
investasi pemanfaatan
ruang KRB;
Mengeluarkan ijin prinsip;
Mengeluarkan ijin lokasi;
Mengeluarkan Ijin
mendirikan bangunan
(IMB);
Mengeluarkan ijin
penggunaan bangunan
(IPB).
Menyusun laporan
pemanfaatan ruang KRB;
Melakukan pemantauan
kegiatan pemanfaatan
ruang KRB;
Melakukan tinjauan
lapangan;
Menyusun evaluasi
pemanfaatan ruang KRB.
Melakukan upaya-upaya
persuasip terhadap
terjadinya penyimpangan
pemanfaatan ruang;
Melakukan tindakan-
tindakan terhadap pelaku
penyimpangan
pemanfaatan ruang, seperti:
mengirimkan peringatan,
teguran dan somasi
Melakukan penuntutan
terhadap pelaku
penyimpangan
pemanfaatan ruang sesuai
dengan peraturan &
perundangan yang berlaku;
Menjatuhkan sanksi
perdata maupun pidana;
Melakukan eksekusi
terhadap putusan
pengadilan.
Sumber :DPU, Pedoman Konstruksi dan Rekayasa Sipil, 2004
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 33
Tabel 2.4 : Lingkup Tugas Kelembagaan Dalam Pengendalian Pemanfaatan
Ruang KRB
No Kegiatan Pengendalian Pemanfaatan RuangKawasan Rawan Bencana Banjir (KRB)
Lembaga
1 Perijinan Ijin prinsip - Dinas Tata Kota/Ruang- Dinas sektoral terkait
Ijin Lokasi - Dinas terkait- Dinas perijinan- Dinas Tata Kota/
Kabupaten
IMB - Dinas Tata Ruang/Kota- Dinas perijinan
IPB - Dinas Tata Ruang- Dinas terkait
2 Pengawasan Pelaporan - Dinas sektor terkait- Investor (User)- LSM, masyarakat
Pemantauan - Dinas pengawasanpembangunan kota/kab
- Dinas sektor terkait- LSM, tokoh masyarakat- Perguruan Tinggi- Pers
Evaluasi - Dinas KLH- Dinas Tata Kota/Ruang- Dinas sektor terkait
3. Penertiban Sanksi administratif :peringatan/ teguran/somasi/eksekusi lapangan
- Dinas pengawasanpembangunan kota/kab.
- Dinas KLH
Sanksi perdata - Dinas Ketertiban /Keamanan
Sanksi pidana - Pengadilan / kejaksaan /kepolisian
Sumber :DPU, Pedoman Konstruksi dan Rekayasa Sipil, 2004
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 34
2.4.2.5. Peran Masyarakat
Undang-Undang Nomor 24 Tahung 1992 tentang Penataan Ruang
mengamanatkan bahwa penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah
dengan peran masyarakat, seperti masyarakat hukum adat, masyarakat ulama,
masyarakat intelektual. Ruang lingkup penataan ruang meliputi perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
BAB III
METODEOLOGI
3.1. Data Dan Sumber Data
Untuk menerangkan, menjelaskan, dan memecahkan permasalahan yang
sesuai dengan maksud penelitian, maka data yang diguna kan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yang
menjadi objek penelitian yaitu melalui survey dan observasi di lokasi Studi
dari subjek penelitian.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak-pihak atau instansi
yang ada hubungannya dengan penelitian ini, yaitu Bappeda, Kantor Distrik
Heram, Kantor Kelurahan Heram, BPS kota Jayapura
3.2. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka metode
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Pertanyaan yang
sama diajukan kepada semua responden, dalam kalimat dan urutan yang
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 36
seragam(Sulistyo-Basuki, 2006: 110).
Wawancara dilakukan di dua lokasi titik penelitian yaitu Perumnas IV dan
Perumahan Organda, Wawancara Tokoh masyasrakat dalam hal ini kepala
kelurahan Heram dan Ketua RW dalam lokasi Fokus Penelitian.
b. Observasi
Observasi terhadap kondisi eksisting Lingkungan dan objek penelitian.
Dalam tahap ini peneliti hanya mengamati dan mencatat permasalahan
yang terjadi di lokasi studi.
c. Permintaan Data sekunder
Permintaan data sekunder di instansi pemerintah yaitu BAPPEDA Kota
Jayapura, Kantor Kelurahan Hedam, Kantor Distrik Heram Dan Badan
Pusat Statistik Kota Jayapura.
d. Data Media
Memperoleh keterangan dan pernyataan pemerintah daerah di media masa
mengenai penaganan masalah banjir di perumnas IV dan Organda
3.3. Metode Analisis
Dalam metode pengolahan data ini akan dianalisa data-data yang
dikumpulkan secara langsung dilapangan. Analisa ini menggunakan dua metode
yaitu:
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 37
1. Analisa Data Kualitatif
Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk
proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa
a. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek (Lurah dan Ketua RW)
melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), Penulis membuat
pertanyaan dalam bentuk tertulis selanjutnya ditanyakan kepada
responden, hasil wawancara dibuat dalam bentuk tertulis. Selanjutnya
data wawancara yang telah dicata dilanjutkan dengan observasi kepada
objek yang akan diteliti yaitu sarana penangulangan banjir sesuai
penjelasan dari subjek.
b. Pengelompokan Berdasarkan Kategori, Tema Dan Pola Jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data,
perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di
luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman
wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai
acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dalam penelitian ini
penulis memberikan Coding pada tiga kategori data yaitu (1)Upaya
pemerintah Kota Jayapura dalam menangulangi banjir,(2)Upaya
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 38
Masyarakat dalam menangulangi banjir,(3)data Kondisi Eksisting sebagai
pembanding dan evaluasi dari upaya pemerintah dan masyarakat.
c. Menguji Asumsi Atau Permasalahan Yang Ada Terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data
tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada
tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali
berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga
dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis (mengenai
Faktor penyebab banjir, cara penangulanan banjir) dengan kondisi
eksisting dan upaya yang telah dialkukan.
d. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
peneliti masuk ke dalam tahap penjelasan. Dan berdasarkan kesimpulan
yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari
suatau alternative penjelasan lain tetnag kesimpulan yang telah didapat.
Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternative
penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-
hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 39
Alternatif lain dalam menjelaskan data penulis tidak mengunakan
referensi tambahan melainkan masukan saran dari dosen pembimbing.
e. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu
hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan
yang dipakaia dalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-
data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi
dengan subjek dan significant other (Tokoh Masyarakat). Proses dimulai
dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca
berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya,
kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan
pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara
keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan
dari hasil penelitian. Selain itu data hasil observasi dibuat dalam catatan
dan dokumentasi, hasil observasi diselanjutnya ditampilkan dalam
sebuah wacana tertulis dan gambar Peta.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 40
2. Analisis Komparatif
Analisis komparatif bersifat membandingkan. Menurut Nazir (2005:
58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin
mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena
tertentu. Teknik analisa dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan
data penagulangan banjir dari seluruh subjek dengan objek Penelitian.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 41
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
4.1. Gambaran Umum Wilayah Makro
Kota Jayapura Merupakan Ibu Kota Provinsi Papua dimana setiap sektor
kegiatan yang ada dan berkembang di dalamnya mempengaruhi pertumbuhan
Kota tersebut. Kota Jayapura merupakan wilayah/kawasan dimana sebagian
wilayah kotanya tertata dengan baik dan sudah memiliki status pemanfaatan
wilayah yang ditetapkan oleh undang – undang. Kota Jayapura terbentuk sejak
tanggal 21 September 1993 terletak dibagian utara Provinsi Papua, luas Kota
Jayapura 940 Km2 atau 94.000 Ha, terdiri dari 5 Distrik, terbagi menjadi 25
Kelurahan dan 14 Kampung.
4.1.1. Batas Administrasi
Kota Jayapura berbatasan dengan negara tetangga yaitu Papua New
Guinea, dengan batas wilayah administrasi :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan samudra pasifik.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Negara PNG.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Keerom.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kab. Jayapur
Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada gambar 4.1. peta administrasi
Kota Jayapura.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 42
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 43
4.1.2. Letak Geografis
Kota Jayapura memiliki letak geografis yaitu 1028’17,26” – 3058’082”
Lintang Selatan dan 137034’10,6” – 14100’8,22” Bujur Timur. Dapat dilihat pada
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Jayapura.
4.1.3. Kondisi Fisik Dasar Wilayah Studi Makro
4.1.3.1. Topografi
Kondisi topografi cukup bervariasi, mulai dari dataran hingga landai dan
berbukit – bukit, dengan ketinggian mencapai ± 700 meter dpl. Secara umum
bentuk morfologi daerah terdiiri atas morfologi struktural, morfologi alluvial, dan
morfologi rawa serta pantai dengan luas wilayah 940 Km2.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2 Peta Topografi/
Kelengan Kota Jayapura
Secara garis besar topografi Kota Jayapura dapat dikelompokan menjadi 3
(tiga) satuan morfologi, yaitu :
a) Morfologi Dataran
Mempunyai karakteristik kemiringan lereng 0 – 8 % dengan penyebaran
menempati 25% wilayah Kota Jayapura dataran ini terdiri dari : dataran
pantai, rawa, dan dataran alluvial. Satuan ini disusun oleh endapan pantai
seperti kerikil, karang, pasir, dan lempung.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 44
b) Morfologi Bergelombang
Menempati ± 10% dari wilayah Kota Jayapura penyebaran satuan ini hampir
diseluruh wilayah Kota Jayapura dengan luas yang bervariasi, karakteristik
kemiringan lereng 8 – 30 % yang disusun oleh batuan sedimen dan
metamorf.
c) Morfologi Terjal
Menempati ± 65%, berdasarkan penyebaran, umumnya terletak dibagian
barat wilayah Kota Jayapura. Kemiringan lereng berkisar 30 – 60 % disusun
oleh batuan sedimen dan metamorf.
4.1.3.2. Kondisi Morfologi
Kota Jayapura menempati dari pada daerah perbukitan dan dataran yang
memanjang dari timur pada ketinggian antara 0 – 780 M DPL. Namun secara
umum permukiman menempati pada ketinggian antara 0 – 500 M DPL, yang
menyebar paling tinggi disekitar kaki gunung, merahriboh dan kompleks
Universitas Cendrawasih pada ketinggian sekitar 485 M DPL. Secara umum
morfologi daerah penelitian terbagi 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu satuan satuan
morfologi perbukitan, satuan morfologi dataran pantai, dan satuan morfologi
pendataran.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 45
a) Satuan Morfologi Perbukitan
Satuan morfologi ini meliputi dibagian barat meliputi wilayah
Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Entrop, Abepura, Abepantai,
Nafri, dan Koya Koso. Pada ketinggian antara 10 – 780 meter dpl.
Tersusun oleh batuan ultranik.
b) Satuan Morfologi Dataran Pantai
Morfologi ini menempati disepanjang pantai dengan ketinggian
antara 0 – 10 Meter dpl. Dimulai dari Hamadi pasar, Argapura,
Batu Putih, Apo, Dok II Bawah, Dok V Bawah, Dok VII, dan Dok
IX Bawah.
c) Satuan Morfologi Pendataran
Satuan morfologi ini menempati bagian timur wilayah Koya Barat,
Koya Tengah, Koya Timur, Holtekamp, Skouw Mabo, Skouw
Yambe, dan Skouw Sae. Pada ketinggian < 10 meter dpl dan
semakin melandai kearah pantai, tersusun oleh endapan dan
endapan rawa. Terdiri atas lumpur, danau, pasir, dan kerikil.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 46
z
Gambar 4.2 Peta Morfologi Kota Jayapura
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 47
4.1.3.3. Hidrologi
Di Kota Jayapura banyak dijumpai sungai – sungai dan rawa – rawa baik
dalam ukuran besar maupun kecil. Adapun sungai yang melewati Kota Jayapura
antara lain Sungai Anafre, Sungai Kloofkamp, Sungai Entrop, Sungai APO,
Sungai Acai, dan Sungai Tami. Sungai – sungai ini dimanfaatkan sebagai sumber
air bersih bagi masyarakat Kota Jayapura dan juga sebagai irigasi pertanian.
4.1.3.4. Iklim dan Curah Hujan
Iklim di wilayah perencanaan adalah iklim tropis yang termasuk dalam
karakteristik Af – Aw berdasarkan skala Koppen. Suhu rata-rata 320 C (Badan
Meteorologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura).
Curah hujan berkisar antara 1.500 – 2.500 mm/tahun. Pada tabel berikut
dapat dilihat hasil pengukuran curah hujan dalam 1 (satu) tahun.
Tabel 4.1. Rata – rata Suhu Udara Kota Jayapura Tahun 2013
No Bulan
Rata – rata Suhu Udara ( 0 C )
Minimum Mutlak Maksimum Mutlak
2010 2011 2010 2011
1 Januari 24,8 25,0 31,1 33,1
2 Februari 24,6 24,9 31,2 31,4
3 Maret 24,9 25,3 31,4 32,5
4 April 24,7 25,1 31,9 32,0
5 Mei 25,9 25,5 32,6 32,1
6 Juni 25,7 24,6 32,8 31,6
7 Juli 25,8 24,8 32,7 31,5
8 Agustus 25,3 24,6 32,2 31,5
9 September 25,8 24,8 32,1 31,8
10 Oktober 25,7 25,2 32,3 31,7
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 48
11 November 25,1 25,3 32,2 31,9
12 Desember 25,3 25,2 32,2 32,1
Sumber : Badan Meteorologi Dan Geofisika Wilayah V Jayapura,2013
Tabel 4.2. Rata – rata Curah Hujan/Hari Hujan Kota Jayapura Tahun 2013
No Bulan Curah Hujan
( mm )
Hari Hujan
1 Januari 115 13
2 Februari 223,1 14
3 Maret 172,9 18
4 April 172,9 17
5 Mei 116,4 11
6 Juni 285,1 20
7 Juli 167,4 17
8 Agustus 268,2 20
9 September 197,0 20
10 Oktober 315,8 20
11 November 147,4 18
12 Desember 265,3 18
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura,2013
4.1.3.5. Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin
Kelembaban udara cukup tinggi, rata – rata 80%. Sedangkan tekanan
udaranya bervariasi, makin tinggi dengan permukaan laut makin rendah tekanan
udaranya.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 49
Tabel 4.3.Rata – rata Kelembaban Udara Dan Kecepatan Angin Kota
Jayapura Tahun 2013
No Bulan Kelembaban Udara( % )
Kecepatan Angin( Knot )
1 Januari 77 6,3
2 Februari 77 6,2
3 Maret 79 6,6
4 April 80 5,7
5 Mei 77 5,7
6 Juni 82 5,9
7 Juli 80 5,9
8 Agustus 81 6,4
9 September 80 6,9
10 Oktober 79 7,4
11 November 79 6,7
12 Desember 80 5,9
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura,2013
4.1.3.6. Perkembangan Guna Lahan/Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Kota Jayapura dengan luas wilayah 94.000 Ha didominasi oleh kawasan
terbuka berupa hutan sekunder sampai primer. Kawasan terbuka meliputi fungsi
lindung dan fungsi budidaya. Secara terperinci pemanfaatan lahan di Kota
Jayapura yang dikelompokan dalam kawasan berdasarkan funsinya (kawasan
lindung dan kawasan budidaya) lihat tabel 4.4.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 4.3 yaitu Peta Guna
Lahan/Pola Ruang Kota Jayapura.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 50
z
Gambar 4.3 Peta Pola Penggunaan Lahan
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 51
Tabel 4.4.Perkembangan Guna Lahan/Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Kota Jayapura Tahun 2013
No. Pemanfaatan Lahan Penggunaan Lahan Luas Areal (Ha) Persentase
1. Kawasan Budidaya Permukiman 8.537,82 9,08
Wilayah Produksi 3.082,00 3,28
Alang-alang 1.875,00 1,99
Rawa/Pasang-surut 75,00 0,08
Danau 650,00 0,69
Jumlah Kawasan Budidaya 14.219,82 15,12
2. Kawasan Lindung Hutan Belum Difungsikan 68.891,20 73,29
Hutan Lindung Peg. Jar 2.246,00 2,39
Hutan Lindung Abepura 561,20 0,60
Cagar Alam Peg. Cycloop 6.431,78 6,84
Taman Wisata Tel. Youtefa 1.650,00 1,76
Jumlah Kawasan Lindung 79.780,18 84,88
JUMLAH TOTAL 94.000 100
Sumber : BPS Kota Jayapura,2013
4.1.4. Kependudukan Wilayah Studi Makro Kota Jayapura
Kota Jayapura yang penduduknya heterogen, yaitu terdiri dari semua
suku bangsa yang ada di Indonesia ini terwakili di Jayapura. Jumlah penduduk
Kota Jayapura tahun 2013 adalah 256.701 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk 4,10% per tahun.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 52
Tabel 4.5.Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Dirinci Per Distrik
Kota Jayapura Tahun 2013
No Distrik Jumlah Penduduk
( Jiwa )
Luas Wilayah
( KM2 )
Kepadatan
1 Jayapura Utara 68.663 51,00 1.346
2 Jayapura Selatan 70.668 43,40 1.628
3 Abepura 77.235 155,70 496
4 Muara Tami 11.757 626,70 19
5 Heram 42.689 63,20 675
Jumlah 271,021 940,00 4.164
Sumber : BPS Kota Jayapura,2013
Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Dirinci Per Kelurahan / Kampung
Kota Jayapura Tahun 2013
No Distrik
Status Pemerintahan Luas Wilayah
( KM2 )
Jumlah
Penduduk
( Jiwa )Kampung Kelurahan
I Jayapura
Utara
1. Angkasapura
2. Trikora
3. Mandala
4. Tanjung Ria
5. Imbi
6. Bhayangkara
7. Gurabesi
6,44
1.90
13,24
1,46
0,34
13,57
7,05
4.499
5.362
5.114
14.140
9.989
13.033
16.215
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 53
- Kayu Batu 7,00 311
51,00 68.663
II Jayapura
Selatan
- Tobati
- Kayu Pulau
8. Numbay
9. Argapura
10. Hamadi
11. Ardipura
12. Entrop
9,30
3,70
7,10
16,30
2,70
2,50
1,80
8.804
7.587
19.838
17.045
16.638
188
568
43,40 70.668
III Abepura
- Enggros
- Nafri
- Koya Koso
13. Asano
14. Awiyo
15. Abepantai
16. Kota Baru
17. Yobe
18. Vim
19. Wahno
20. Waymhorock
12,07
9,98
2,90
13,08
6,50
10,22
5,90
5,80
19,05
34,16
36,04
7.808
12.723
2.944
8.544
7.842
14.244
8.576
9.852
420
1.416
2.866
155,70 77.235
IV Muara
Tami
- Holtekamp
- Skouw Sae
- Skouw Yambe
- Skouw Mabo
- Koya Tengah
- Moso
21. Koya Timur
22. Koya Barat
110,50
62,70
63,30
72,70
81,50
87,70
75,60
72,70
3.493
4.632
1.030
581
596
596
383
446
626,70 11.757
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 54
V Heram
- Waena Kampung
- Yoka
23. Hedam
24. Yabansai
25. Waena
22,05
12,43
14,24
4,36
10,12
11.490
10.623
16.615
1.825
2.136
63,20 42.689
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Jayapura 940,00 217.012
Sumber : BPS Kota Jayapura,2013
4.2. Gambaran Umum Wilayah Mikro
4.2.1. Gambaran Umum Distrik Heram
4.2.1.1. Wilayah Administratif
Distrik Heram memiliki luas wilayah 63,20 km2 (6.320 Ha) yang teridiri
dari 3 kelurahan dan 2 kampung. Batas – batas administrasi Distrik Heram:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Distrik Jayapura Selatan
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Arso Kabupaten
Keerom
- Sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Abepura
- Sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Sentani Timur
Kabupaten Jayapura.
Adapun penyebarannya sebagai berikut :
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 55
Tabel 4.7 Tabel Kelurahan dan Luas Wilayah Mikro
No. Kelurahan/Kampung Luas Wilayah
(Km2)
%
1 Kelurahan Hedam 22.05 35.60
2 Kelurahan Yabansai 12.43 19.66
3 Kelurahan Waena 14.24 22.53
4 Kampung Waena 4.36 6.89
5 Kampung Yoka 10.12 16.01
Jumlah 63.20 100.00
Sumber : Kantor Distrik Heram,2013
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.4 Peta
BWK C Kota Jayapura.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 56Gambar 4.4 Peta BWK C Kota Jayapura
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 57
4.2.1.2. Ketinggian dari Permukaan air laut
Topografi Distrik Heram sebagai besar berbukit/gunung 700 mtr diatas
permukaan air laut
4.2.1.3. Iklim
Distrik Heram tergolong beriklim tropis basah dengan suhu minimum
290C dan maksimum 31.80 C, curah hujam rata-rata 146 mm/tahun, kelembaban
udara rata-rata 80,42 %.
4.2.1.4. Musim
Variasi curah hujan antara 42-255 mm/tahun dengan jumlah hari hujan
rata-rata bervariasi antara 148-175 hari hujan/tahun, musim hujan dan musim
kemarau tidak teratur.
4.2.1.5. Ekonomi
Sebagian besar perekonomian masyarakat di Distrik Heram ditopang dari
dunia usaha yaitu perdagangan dan jasa.
4.2.1.6. Infrastruktur
Infrastruktur di Distrik Heram sudah cukup tersedia, yaitu : Sarana jalan
cukup tersedia sehingga memudahkan dalam berkoordinasi dan berkonsolidasi
dalam mendukung aktifitas pereokonomian masayarakat. Penggunaan air bersih
bagi sebagai besar masyarakat dari PDAM yaitu mencapai 70 % sedangan sisanya
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 58
menggunakan air tanah. Layanan energi listrik PLN bagi masyarakat telah
tersedia.
4.2.2. Gambaran Umum Kelurahan Hedam
4.2.2.1. Batas – batas Administrasi
Kelurahan HEDAM merupakan kelurahan induk dari 2 (dua) kelurahan
dan 2 (dua) kampung yang ada di Distrik Heram Kota Jayapura.
Batas –batas Wilayah Kelurahan Hedam
- Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Lindung
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kota Baru
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Waena dan Yabansai
Kelurahan Hedam memiliki luas wilayah 2.811,4 km². kelurahan
Hedam merupakan barometer bagi 2 (dua) kelurahan dan 2 (dua) kampung
yang ada di Distrik Heram Kota Jayapura, karena letaknya sangat strategis
dimana menjadi pertumbuhan Ekonomi dengan pesat dan juga merupakan
pintu gerbang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura Provinsi
Papua.
Untuk lebih jelas dapat di lihat pada Gambar 4.5 sketsa Wilayah
kelurahan Hedam.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 59Gambar 4.5 Sketsa Wilayah Kelurahan Hedam
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 60
4.2.2.2. Kondisi Geografis
- Ketinggian Tanah dari permukaan laut = 18 mdpl
- Curah Hujan : (2.764) mm/tahun
- Topografi …………………………… = 33 oc 22 oc (Min)
4.2.2.3. Kependudukan
Data penduduk Distrik Heram dengan Jumlah Kepala Keluarga = 3.196
kk dapat dilihat melalui table dibawah ini :
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Menurut Agama (Tahun 2012)
Sumber ; kantor kelurahan hedam, 2013
Agama Jenis Kelamin Jumlah
L P
IslamKristen ProtestanKristen KatolikHinduBudha
2.0482.7201.8884411
2.9972.9581.132555
5.0455.6783.0209926
Jumlah Total 6.711 7.157 13.868
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 61
4.2.2.5 Bidang Pembangunan
4.2.2.5.1. Sarana Umum
Tabel 4.9 Sarana Peribadatan
No. Sarana Peribadatan Jumlah (buah)1. Masjid 32. Gereja 153. Vihara ---4. Pura ---
Jumlah Total 18 buahSumber : Kantor Kelurahan Hedam,2013
Tabel 4.10 Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan
Puskesmas Posyandu Dokter Praktek BidanPraktek
Apotik
1 Unit Posyandu REBALI PERUMNAS IV Posyandu WALIKAMBAIPADANG BULAN I
Posyandu BAHAGIA PADANGBULAN II
Posyandu EMEREUW ORGANDA
- buah 1 buah 6 buah
Sumber : Kantor Kelurahan Hedam ,2013
Tabel 4.11 Sarana Olahraga
No.Sarana Olahraga
Lapangan Jumlah (buah)1. Sepak Bola 1 Buah2. Basket 3 Buah
3. Fudsal 3 Buah4. Volly 4 Buah5. Tenis 1 Buah
Sumber : Kantor Kelurahan Hedam,2013
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 62
Tabel 4.12. Tempat Usaha
Sumber : Kantor Kelurahan Hedam,2013
4.3. Kondisi Eksiting Sarana Penanggulangan Banjir
Sesuai dengan identifikasi lokasi studi sarana penangulangan banjir atau
genangan air di Prumnas IV dan Organda adalah sistem drainase yang terdiri dari
No.Jenis Tempat Usaha Jumlah (buah)
.1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Warnet
Hotel
Pasar
Toko
Kios
Saumile
Meubele
Batu Tela
Air Mineral
Dealer Zusuki (Mobil)
Suzuki (Motor)
Rumah Makan
Warung Makan
Bengkel
Cucian Mobil
Cucian Motor
11
--
--
127
371
10
12
3
5
1
1
30
73
9
--
3
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 63
drainase Primer, Drainase Sekunder Dan Drainase tersier. Seluruh saluran drainase
tersier yang terdapat di sekitar rumah alirannya terpusat pada satu jalur drainase
sekunder, sistem drainase yang ada di perumnas IV dan organda beroutlet di Kali acai
yang berfungsi sebagai saluran drainase primer. Sepanjang aliran drainase ada dua
Goa Kart yang akan dilewati oleh aliran air yaitu di daerah poltekes dan daerah
organda dekat perkebunan kangkung. Untuk Sistem Jaringan dan Jenis drainase dapat
dilihat pada Gambar 4.6. ukuran dan jenis drainase dapat dilihat pada tabel 4.13.
Sumber : Penulis 2014
Gambar 4.6. Skema Drainase Perumnas IV Dan Organda
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 63
drainase Primer, Drainase Sekunder Dan Drainase tersier. Seluruh saluran drainase
tersier yang terdapat di sekitar rumah alirannya terpusat pada satu jalur drainase
sekunder, sistem drainase yang ada di perumnas IV dan organda beroutlet di Kali acai
yang berfungsi sebagai saluran drainase primer. Sepanjang aliran drainase ada dua
Goa Kart yang akan dilewati oleh aliran air yaitu di daerah poltekes dan daerah
organda dekat perkebunan kangkung. Untuk Sistem Jaringan dan Jenis drainase dapat
dilihat pada Gambar 4.6. ukuran dan jenis drainase dapat dilihat pada tabel 4.13.
Sumber : Penulis 2014
Gambar 4.6. Skema Drainase Perumnas IV Dan Organda
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 63
drainase Primer, Drainase Sekunder Dan Drainase tersier. Seluruh saluran drainase
tersier yang terdapat di sekitar rumah alirannya terpusat pada satu jalur drainase
sekunder, sistem drainase yang ada di perumnas IV dan organda beroutlet di Kali acai
yang berfungsi sebagai saluran drainase primer. Sepanjang aliran drainase ada dua
Goa Kart yang akan dilewati oleh aliran air yaitu di daerah poltekes dan daerah
organda dekat perkebunan kangkung. Untuk Sistem Jaringan dan Jenis drainase dapat
dilihat pada Gambar 4.6. ukuran dan jenis drainase dapat dilihat pada tabel 4.13.
Sumber : Penulis 2014
Gambar 4.6. Skema Drainase Perumnas IV Dan Organda
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 64
Tabel 4.13. Jenis Dan Ukuran Drainase
Perumnas IV Organda
Jenis Ukuran Jenis Ukuran
Primer Lebar 3 M
Tinggi 2 M
Primer Lebar 3m
Tinggi 1,5m – 3m
Sekunder Lebar 40 Cm
Tinggi 30 Cm
Sekunder Lebar 80 Cm
Tinggi 40 Cm
Tersier Lebar 20 Cm
Tinggi 20 Cm
Tersier Lebar 20 Cm
Tinggi 20 Cm
Sumber : Hasil survey 2014
4.4. Zona Rawan Banjir
Melihat kondisi topografi dan morfologi perumnas IV dan Perumahan
Organda termasuk dalam zona rawan banjir di Kota Jayapura. Dalam Perda Kota
Jayapura No Tahun 2010 tentang rencana induk drainase juga telah di tetapkan
kawasan ini sebagai prioritas pembangunan drainase karena merupakan daerah rawan
banjir.
Beberapa titik banjir di kelurahan hedam adalah Padang bulan
sosial,Perumnas IV, dan perumahan Organda (RW 04, RW 07, RW 08, RW 09, RW
11 ).
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1. Kebijakan Penanganan Masalah Banjir Di Kota Jayapura
5.1.1. Latar Belakang Kebijakan
Kebersihan, keindahan, kenyamanan suatu perkotaan merupakan suatu syarat
mutlak yang harus dipikirkan saat ini oleh seluruh pemerintah kota yang ada di
indonesia secara khusus pemerintah Kota Jayapura. Apabila Kota Jayapura Bebas
dari sampah akan menjadikan kota tersebut semakin memiliki daya tarik tersendiri,
sehingga setiap orang yang berada di kota tersebut akan merasa nyaman dan tidak
mengalami gangguan kesehatan. Tidak hanya kebersihan kota saja, akan tetapi suatu
kota harus bebas dari banjir. Apalagi suatu kota bebas dari masalah banjir maka
segala aktivitas warga masyarakat di kota tersebut tidak akan terganggu. Aktivitas
yang di maksud di sini adalah aktifitas yang dilakukan oleh masyatrakat sehar-hari,
seperti kegiatan perdagangan, pemerintahan, sekolah, dan lain-lain. Selain itu juga
suatu kota akan menjadi semakin menarik untuk dijadikan tempat tinggal yang layak
apabila, ketersediaan air bersih dapat dinikmati oleh semua orang. Sebagaimana
diketahui, air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar yang paling sering
digunakan oleh masyarakat perkotaan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Permasalahan banjir di Kota Jayapura yang terjadi selalu menimbulkan
kerugian bagi mereka yang terkena banjir baik secara langsung maupun tidak
langsung yang dikenal sebagai dampak banjir.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 66
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya banjir adalah masih buruknya
manajemen sistem drainase di Kota Jayapura. Menurutt Suripin (2004) bahwa
kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada.
Jika suatu kota memiliki sistem drainase yang baik, maka kota tersebut akan bebas
dari genangan air atau masalah banjir. Sistem jaringan drainase yang tidak baik akan
merugikan kota dan masyarakat, karena menganggu lingkungan, menghambat
transportasi dan memberikan dampak buruk terhadap aktifitas sosial ekonomi.
Kota Jayapura secara geografis dan topografis cukup bervariasi, mulai dari
dataran hingga landai dan berbukit / gunung 700 meter di atas permukaan air laut.
Kota Jayapura dengan luas wilayah 94.000 Ha terdapat ± 30% daerah yang tidak
layak huni, karena terdiri dari perbukitan yang terjal, rawa-rawa dan hutan dengan
kemiringan 40% bersifat konservasi dan hutan lindung. Kondisi dengan kemiringan
ditambah dengan variasi curah hujan antara 45-255 mm/th dengan jumlah hari hujan
rata-rata bervariasi antara 148-175 hari hujan / tahun menambah genangan air kalau
hujan turun. Kawasan Padang Bulan adalah gambaran buruk kalau hujan turun dalam
hitungan jam sebagian perumahan di Perumnas IV dan perumahan
Organdaterendam banjir, karena itu analisis dan formulasi menjadi sebuah tahap
penting dalam menyusun sebuah strategi kebijakan secara menyeluruh dalam
memecahkan masalah, sehingga dibutuhkan suatu paradigma baru untuk
menggantikan paradigma untuk mengatasi persoalan banjir di Kota Jayapura
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 67
5.1.2. Analisa Kebijakan
5.1.2.1. Pilihan Kebijakan
Untuk menangani permasalahan banjir di Kota Jayapura, di butuhkan suatu
pilihan kebijakan yang berorientasi pada asas proporsional dan komperhensif.
Dimana pilihan kebijakan yang dimaksud disini adalah, merumuskan suatu rancangan
perautran daerah yang memiliki kekuatan hukum tetap, sehingga dalam proses
pelaksanaanya dapat dijalankan sesuai dengan ketentuan-ketentuan perundang-
undagan yang berlaku.
Pilihan kebijakan yang dapat digunakan dalam menangani masalah banjir di
Kota Jayapura dapat dilakukan dengan mengeluarkan peraturan daerah tentang
revitalisasi sistem drainase yang ada Kota Jayapura., Perda no.5 Tahun 2010 Tentang
Rencana Induk Drainase. Dimana sistem drainase tersebut ditujukan untuk mencegah
hal yang tidak menyenangkan bagi publik Kota Jayapura. Salah satu cara yang dapat
dilukan adalah dengan mendatangkan ahli drainase yang dapat menganalisa sistem
drainase di Kota Jayapura, sehingga nantinya sistem drainase tersebut tidak
menganggu jalannnya pembangunan di Kota Jayapura.
5.1.2.2. Pelembagaan Kebijakann
Hampir sama dengan proses pembuatan undang-undang, proses pembuatan
Perda juga dapat muncul melalui dua jalur, yaitu atas usulan eksekutif (pemda) dan
atas usulan legislatif (DPRD). Selama kebijakan otonomi bergulir yang ditandai
dengan lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 68
kemudian di revisi menjadi UU No 32 tahun 2004, sebagai instrumen hukum dari
pemerintah pusat yang dijadikan landasan atau acuan dalam menyusun peraturan di
tingkat daerah. Sehingga di dalam menangani persoalan sampah, banjir, dan
kebutuhan air bersih, maka di perlukan adanya pelembagaan kebijakan yang mampu
untuk mengatur jalannya pelaksanaan program penanggulangan Masalah sampah,
banjir dan kebutuhan air bersih
Sebagaimana yang telah di bahas dalam bagian pilihan kebijakan tentang
pengaturan sistem drainase di Kota Jayapura, maka untuk mendukung hal tersebut
diperlukan surat keputusan waliKota Jayapura tentang membangun sistem drainase
perkotaan yang mencakup masalah pengoperasian dan pemeliharaan. Sehingga
nantinya dalam pengoperasian dan pemeliharaan dapat didukung oleh lembaga
pengawas yang bertujuan untuk memonitoring tugas dan tanggungjawab yang
dilaksanakan
5.1.2.3. Instrumen Kebijakan Dalam Menangani Masalah Banjir
Dalam melaksanakan instrumen kebijakan dapat ditinjau dari dua aspek yaitu
aspek teknis dan non teknis :
Apek teknis :
1. Menyusun pedoman penanganan masalah banjir secara terpadu dengan
melibatkan instansi-instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum
Kota Jayapura, Dinas Tata Ruang Kota, Dinas Kebersihan dll,
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 69
2. Menata ulang manajemen pengelolaan sistem drainase di Kota
Jayapura mulai dari manajemen struktur organisasi, pengelolaan
drainase, pegendalian sampai pada tahap monitoring.
Aspek Non Teknis :
Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat, yang tinggal di
daerah rawan banjir, terhadap kinerja sarana dan prasarana pengendali
banjr dan sistem drainase
5.2. Faktor Penyebab Banjir Di Kota Jayapura
5.2.1. Identifikasi Penyebab Banjir Secara Umum Di Kota Jayapura
Faktor penyebab banjir di Kota Jayapura adalah faktor alam dan sudah tentu
tidak terlepas akibat dari campur tangan manusia itu sendiri. Disamping curah hujan
yang sangat tinggi 1.500 – 2.500 mm/tahun. Faktor yang miris sebagai penyebab
terjadinya banjir adalah berkurangnya daerah catchment area (daerah resapan air
hujan) akibat penebangan liar dan peralihan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan
serta ditambah lagi dengan pembangunan rumah untuk tempat tinggal di wilayah hulu
(Puncak gunung/perbukitan) seperti KPR (Kompleks Perumahan Rakyat), hotel dan
Villa. Berkurangnya catchment area di wilayah perbukitan di wilayah Kota Jayapura
ini menyebabkan air hujan yang tercurah dengan intensitas tinggi di bagian hulu yang
umumnya adalah puncak perbukitan tidak dapat tertahan apalagi meresap dengan
baik ke permukaan tanah sehingga air yang sangat banyak ini hanya meluncur deras
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 70
ke bagian bawah melalui lereng dan celah-celah gunung yang tentunya
membahayakan masyarakat penghuni rumah yang ada di bawahnya.
Ada satu hal klasik lagi yang merupakan penyebab terjadinya banjir yang
terjadi di wilayah Kota Jayapura, yakni kesadaran masyarakat setempat dalam hal
membuang sampah. Banyaknya sampah plastik yang sengaja dibuang oleh
masyarakat setempat ke aliran sungai memberikan kontribusi aktif terhadap
terjadinya banjir yang dampaknya justru merugikan masyarakat itu sendiri. Bukti
nyata akan sampah plastik yang sengaja dibuang masyarakat pada aliran sungai yakni
dengan banyaknya sampah bekas bungkusan makanan dan minuman, kantung plastik
dan masih banyak lagi sampah limbah rumah tangga yang ikut terbawa aliran banjir
sampai ke tengah-tengah bagian jalan raya.
5.2.2. Identifikasi Penyebab Banjir Secara Khusus Di Lokasi Studi
Pada masa pemerintahan belanda sampai awal pembangunan perumnas IV
tahun 1994 kawasan ini bukan merupakan daerah banjir. Selesai pembangunan tahun
1996 hingga tahun 1998 kawasan ini tidak pernah mengalami banjir, namun awal
tahun 1999 kawasan ini mulai sering mengalami banjir dan yang terparah terjadi pada
15 juli 1999(1).
Banjir di Perumnas IV dan Padang bulan merupakan banjir genangan yang
terjadi pada saat hujan deras. Faktor banjir secara umum di Kota Jayapura yang telah
di bahas diatas sudah tentu sangatlah berpengaruh pada lokasi studi Perumnas IV dan
(1)Dikutip dari Tesis Malla Paruntung/Faktor-faktor yang mempengaruhi pemelihan lokasi perumahan perumnas IV padang bulan Kota JayapuraTahun 2004
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 71
Peumahan Organda. WaliKota Jayapura, Drs. Benhur Tommy Mano, MM(2)
mengatakan, terjadinya banjir di Perumahan Organda dan Perumnas IV Padang
Bulan, disebabkan karena saluran air atau drainase yang tidak lancar, Dari hasil
survey di lapangan berupa idetifikasi dan wawancara(3) di dapatkan bahwa Faktor
utama penyebab banjir di padang bulan dan organda adalah pada sistem drainase.
Namun ada juga Faktor lain, untuk lebih lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.1. Faktor Penyebab Banjir Di Padang Bulan Dan Organda
NO Objek Masalah Keterangan
1 Drainase/
Kali Acai
- Sedimentasi/Pengendapan - Terjadi pengendapan
material lumpur di saluran
drainase primer sehingga
dimensi drainase
berkurang
- Endapan Juga terjadi di
titik X1 dan Titik X2
sehingga mulut saluran
menjadi kecil
- Sampah - Saluran drainase primer
tersumbat oleh sampah.
(2)www. papua Post.com Kamis, 31 Januari 2013 23:36 Banjir Perumnas IV dan Organda Akibat Saluran Drainase Hedam(3)Wawancara Kepala Kelurahan Hedam, 5 Januari 2015, 11:00 WIT
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 72
- Sumbatan sampah pada
Titik X1 dan X2
- Box Kawat Saringan
Sampah
- Box Kawat Saringan
Sampah Pada titik X1 dan
X2 telah rusak
2 Daerah
Resapan
Air
- Kurangya daerah resapan
Air
- Perumnas IV dan Organda
merupakan kawasan padat
perumahan sehingga
hampir seluruh permukaan
tanah sudah tertutup oleh
beton dan aspal
- Alih fungsi lahan diatas
perbukitan sekitar
Perumnas IV dan Organda
Ket : Titik X adalah Box Kawat saringan sampah pada lubang alami aliran Drainase Primer kali Acai
Sumber : Hasil Survey 2014
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa faktor utama penyebab
banjir di perumnas IV dan Organda Tereletak Pada permasalahan drainase dan
kurangnya daerah resapan air. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran
masyarakat dan pemerintah dalam menangani masalah ini.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 73
Gambar 5.1. Sistem Drainase perumahan Organda
Skala 1 : 66
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 74
Gambar 5.2. Sistem Drainase Perumnas IV
Skala 1 : 60
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 75
Keterangan : X1 : Aliran air Goa Kart Perumnas IVX2 : Aliran air Goa Kart Organda
Gambar 5.4.Aliran Kali Acai Dan Letak Mulut Goa( titik X) Karts/Sungai
Bawah Tanah
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 76
5.3. Evaluasi Penanggulangan Banjir Di Perumnas IV dan Organda
Dari hasil identifikasi di lokasi studi yang telah di jelaskan sebelumnya ada
tiga hal yang akan di tinjau kinerjanya. Tiga hal yang di maksud adalah :
1. Evaluasi Sistem Drainase
2. Evaluasi penaganan banjir oleh pemerintah
3. Evaluasi penanganan banjir oleh masyarakat
5.3.1. Evaluasi Sistem Drainase
Berdasarkan keterangan dari masyarakat di lokasi studi pengerokan drainase
primer/kali acai yang dilakukan oleh pemerintah sangatlah efektif dalam
menangulangi genangan air saat terjadi hujan. Setiap kali pengerokan dilakukan
kapasitas drainase menjadi normal sehingga dapat menampung dan mengalirkan air
dengan baik. Jika hujan dalam beberapa hari semakin lama terjadi pengendapan
lumpur tanah di dalam drainase primer yang mengakibatkan kapasistas drainase
berukurang karena pendangkalan, selain itu pada box saringan sampah pada lubang
alami di titik X1 dan X2 sering tersumbat dengan sampah dan endapan lumpur, jika
terjadi demikian maka pada saat hujan deras dalam beberapa menit saja kawasan
padang bulan dan organda sudah terendam air.
Berdasarkan hasil diatas penulis berasumsi untuk Jenis dan ukuran drainase
sudah cukup baik dalam menampung dan mengalirkan air hujan, namun ada beberapa
hal perlu di kaji ulang dan di perbaiki yang telah di uraikan pada tabel di bawah ini :
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 77
Tabel 5.2 Evaluasi Drainase perumnas IV dan Organda
Jenis
saluran
drainase
Keterangan Lokasi
perumnas IV
Organda Masalah
Primer kapasistas
saluran
Cukup Baik Cukup Baik -
Kemiringan
saluran
Dikaji Ulang Di kaji Ulang Sering terjadi
pengendapan
Dinding
drainase
Perlu
perbaikan di
beberapa titik
Perlu Perbaikan
Di beberapa titik
Rusak
/Ditimbuhi
tanaman
Box kawat
saringan
Sampah
Perlu
diperbaiki
Perlu diperbaiki Telah Rusak
Sekunder Jumlah Saluran Di kaji ulang Di kaji Ulang Hanya satu
saluran
Kapasitas
saluran
Di kaji Ulang Di Kaji Ulang Ukuran yang
kecil untuk
menampung
seluruh aliran
air dari drainase
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 78
Titik X1 dan X2 adalah dua mulut goa alami dimana aliran air kali acai masuk
masuk melewatinya. Titik X1 berada di Poltekes dengan panjang aliran bawah tanah
sekitar 300 meter. Titik X2 berada di pinggir areal perkebunan kangkung belakang
kampus USTJ dengan pajang aliran bawah tanah sekitar 417 meter. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada gambar 5.3. Dari hasil identifikasi di lapangan terdapat saringan
sampah berupa Box Pipa di pasang kawat besi pada titik X1 dan X2. Kondisi kawat
telah rusak sehigga fungsinya sebagai penyaring sampah tidak maksimal
memnyebabkan sumbatan sampah pada mulut goa alami.
5.3.2. Evaluasi Penanggulangan Banjir Yang Dilakukan Oleh Pemerintah
Dalam Perda Kota Jayapura No 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Induk
Drainase telah di tetapkan zona rawan banjir yang menjadi perhatian pemerintah Kota
Jayapura. Salah satu program untuk menangulangu banjir adalah dengan perbaikan
drainase dan perawantan. Dalam penyataanya wali Kota Jayapura Drs Benhur
Tommy Mano, MM mengatakan bahwa, pemerintah telah berupanya menangulangi
banjir dengan melakukan pengerukan kali acai dan larangan buang sampah disungai.
tersier
Kemiringan
saluran
Baik Baik -
Sumber : hasil Survey 2014
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 79
Dari hasil survey lokasi studi, informasi yang didapatkan dari masyarakat dan
kelurahan hedam mengenai kinerja pemerintah daerah dalam menangulangi banjir
adalah pengerokan kali acai, namun seringkali sudah terjadi banjir baru penaganan
atau pengerokan dilakukan, jadi dalam hal ini pemerintah dinilai lamban.
5.3.3. Evaluasi Penagulangan Banjir Yang Dilakukan Oleh Masyarakat
Dari hasil wawancara ketua RW di Organda dan perumnas IV didapakan
bahwa ,Kesadaran masyarakat dalam menagulagi banjir yang di perumnas IV dan
Organda sangat kurang, sampai saat ini masyarakat hanya mengandalkan pemerintah
sebagai aktor utama dalam menangulangi banjir. Selain itu ada sebagian masyarakat
yang memanfaatkan endapan lumpur di drainase primer sebagai kebun sayuran
kangkung, padahal hal ini tentulah sangat dilarang. Sampah yang meyumbat di mulut
goa alam sebenarnya bisa diangkat oleh masyarakat secara manual, namun hal ini
tidak pernah dilakukan.
5.4. Alternatif Penangulangan Banjir/Genangan Air
Dengan melihat kondisi Perumnas IV dan Organda yang padat dengan
perumahan sehingga alternative pencegahan banjir genangan air yang sesuai dengan
kondisi ini adalah pembuatan lubang resapan biopori, terknologi ini sangat efektif dan
efisien dalam pembuatanya sehingga tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga ,biaya
dan hanya membutuhkan sedikit ruang.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 80
Lubang resapan Biopori adalah teknologi sederhana yang tepat guna dan
ramah lingkungan. Lubang Biopori ini mampu meningkatkan daya resap air hujan
kedalam tanah sehingga mampu mengurangi resiko banjir akibat meluapnya air
hujan. Selain itu, teknologi ini juga mampu meningkatkan jumlah air bersih didalam
Tanah.
Lubang resapan Biopori sebaiknya dibuat pada drainase tersier guna
mengurangi debit air yang mengalir ke drainase sekunder, lubang resapan biopori
juga sebaiknya dipasang pada daerah paling rawan genangan air.
BAB VI
PERNUTUP
6.1. Kesimpulan
Sesuai pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan
mengenai hasil evaluasi di lokasi studi, kesimpulan yang di ambil antara lain :
1. Penyebab Banjir di Padang bulan dan Organda adalah :
a. Sedimentasi atau pengendapan sehingga kapasitas Drainase Primer/Kali
Acai untuk menampung aliran air semakin berkurang.
b. Tersumbatnya mulut Goa Alam ( titik X ) sebagai pintu saluran bawah
tanah oleh sampah dan pengendapatn lumpur.
c. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah pada sungai masih
sangat kurang. Hal ini terbukti dari banyaknya sampah di Kali Acai.
d. Kurangnya daerah resapan air karena Hampir seluruh permukaan tanah di
kawasan Perumnas IV dan Organda tertutup oleh bangunan dan beton.
2. Perhatian Pemerintah untuk menangulangi banjir di padang bulan sudah
cukup baik walaupun masih ada beberapa kekurangan yang perlu di
tingkatkan karena kondisi alam kota jayapura yang memiliki curah hujan
cukup tinggi.
Tugas AkhirEvaluasi Penanggulangan Bencana Banjir Dalam Pemanfaatan RuangDi Kelurahan Hedam Distrik Heram Kota Jayapura
PRORAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 82
6.2. Rekomendasi Dan Saran
Dari kesimpulan diatas yang telah diuraikan maka ada beberapa hal yang
penulis sarankan yaitu :
1. Perlunya perbaikan box saringan sampah pada mulut goa alami sebagai aliran
Kali Acai.
2. Pemantauan Kali Acai harus sering dilakukan oleh pemerintah agar waktu
pengerokan sungai disesuakan dengan endapan yang terpantau.
3. Masyarakat harus sadar dengan tidak membuang sampah di sungai, salah satu
cara yang paling efektif adalah menulis larangan di sepanjang Kali Acai dan
menyediakan tempat sampah umum di sepanjang jalan utama, hal ini tentunya
akan lebih berhasil lagi jika ada sanksi yang dikenakan bagi pelanggar.
4. Membuat lubang resapan Biopori pada drainase tersier dan sekunder, hal ini
sangat baik untuk mengurangi genagan air yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, S. 2007. Persepsi dan Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan HutanRakyat dalam Upaya Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Tesis IlmuLingkungan. Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta
Banjir “htttp://Id. M. Wikipedia.org/wiki/banjir.2014“ ,dikinjungi pada tanggal 23 Desember2014
Banjir Dan Tanah Longgsor Di APO Dan Dok V “ http://detiknews.com “ di kunjungi padatanggal 13 November 2014
Banjir Di Kota jayapura “http://www.Papua Post.com“ di kunjungi pada tanggal 13November 2014
Banjir Merendam Sebagian Kota Jayapura “http://www.tempo.com“ di kunjungi padatanggal 13 November 2014
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA ) Kota Jayapura, 2008. “ RencanaTata Ruang Wilayah Kota jayapura “
Badan Pusat Statistik ( BPS ) Kota jayapura, 2013 ” Kota Jayapura Dalam Angka ”
Dinas Pekerjaan Umum ( DPU ) Kota Jayapura,2004.“Pedoman Bahan Konstruksi danRekayasa Sipil”
Distrik Heram, 2013 ”Profil Distrik Heram”
Gtor Irianto.2003, “Banjir Dan Kekeringan”,Penerbit CV. Universal Pustaka . Media. Bogor
Haryono, Sukarto. Ir .M.Si.1999, “Draianse Perkotaan“.Penerbit PT. Mediatama Saptakarya. Jakarta
Kelurahan Hedam, 2013 “ Profil Kelurahan Hedam
Keputusan Kementrian Permukiman dan Prasarana Wilayah No.53/KTSP/M/2001 “ Standarpelayanan minimal bidang drainase dan pengendalian banjir “
Kodoatie, Robert J. Dan Sugiyanto, 2002, BANJIR – Beberapa penyebab dan metodepengendaliannya dalam perspektif Lingkungan, Cetakan 1 Tahun 2002, PenerbitPustaka Pelajar, Yogyakarta.
Kondatie, Robert J. dan Roestam S. Jarief. 2005, “ Pengelolahan Sumber Daya Air Terpadu “. Penerbit Andi, Yogyakarta
Kambuaya Lorens.Http://www.lorenstskambuaya.blogspot.com
Maryono, 2000 “Menangani Banjir, Kekeringan Dan Lingkungan “. Gadja Mada UniversitasPress. Yogyakarta
Paruntung Malla 2004, Tesis “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan LokasiPerumahan Perumnas IV Padang Bulan Kota Jayapura “
Siswoko. 1985. Pola Pengendalian Banjir pada Sungai. Buletin pengairan 2.1985 Jakarta:Dirjen Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum
Supriharjo Rimadewi,Dian Rahmawati,Karina Pradinie. 2013,“Diktat Metodologi PenelitianKualitatif “.Institut Teknologi Sepuluh November . Surabaya
Tarjono, 1996. Kajian Erosi Permukaan dan Perlakuan Konservasi Tanah di Sub DASGobeh Kabupaten Dati II Wonogiri.Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana UGM.
Banjir Organda Drainase Perumahan Organda
Endapan pada Drainase Primer di Padang Bulan Drainase Primer / Kali Acai
Mulut Goa pada perumahan organda Penyaring sampah pada mulut goa
Kondisi Jembatan pada mulut goa Kondisi daerah disekitar mulut goa
METODE BIOPORI
PETA KAWASAN PERUMNAS IV
PETA DRAINASE PERUMNAS IV
PETA KAWASAN PERUMNAS IV
PETA KAWASAN PERUMAHAN ORGANDA
PETA DRAINASE PERUMAHAN ORGANDA
PETA KAWASAN PERUMAHAN ORGANDA
HARI TANGGAL : ……………………………………………………………………..
WAKTU/TEMPAT :………………………………………………………………………
NAMA RESPONDEN :………………………………………………………………………
TTL :………………………………………………………………………
PEKERJAAN :.........................................................................
PENDIDIKAN TERAKHIR :……………………………………………………………………..
Target waktu : Minimal 40 menit/Responden
TUJUAN WAWANCARA :
1. UNTUK MEMAHAMI DAN MENGUMPULKAN INFORMASI TERKAIT DENGAN MASALAH BANJIR DI PERUMNAS IV DAN ORGANDA2. UNTUK MENGALI PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT MENGENAI UPAYA PENANGGULANGAN BANJIR DI PADANG BULAN DAN
PERUMNAS IV.3. UNTUK MENGETAHUI LAYANAN PEMERINTAH DAN UPAYA MASYARAKAT DALAM MENANGANI PERMASALAHAN BANJIR.
DATA TEKS WAWANCARA RESPONDEN
EVALUASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DALAM PEMANFAATAN RUANG
DI KELURAHAN HEDAM DISTRIK HERAM KOTA JAYAPURA
PANDUAN PEMBUKAAN
1. UCAPKAN SALAM.2. JELASKAN KEPADA RESPONDEN TENNG TUJUAN WAWANCARA SECARA PRIBADI.3. YAKINKAN KEPADA RESPONDEN BAHWA DATA YANG DIKUMPULKAN HANYA UNTUK TUJUAN STUDI.4. RESPONDEN BERHAK UNTUK TIDAK MEMBERIKAN JAWABAN LEBIH DENGAN ALASAN KEAMAANAN ATAUPUN PRIVASI LAINNYA.5. PERTANYAAN TIDAK BOLEH KELUAR DARI INTI PERMASALAHAN.6. UCAPKAN TERIMAKASIH SESUDAH WAWANCARA.
NO PERTANYAAN JAWABAN1 Berapa lamakah anda tinggal
di kawasan ini?
2 Sejauh mana anda mengenalkawasan ini ?
3 Menurut anda, apa factorpenyebab banjir yang ada dikawasan ini ?
4 Sudah berapa lama banjirselalu terjadi, seberapasering?
5 Sejauh ini apa upayamasyarakat dalam mengatasibanjir di kawasan ini ?
6 Menurut anda, bagaimanaperhatian pemerintah kotajayapura terhadap masalah ini?
7Sebagai masyarakat apa yangada usulkan kepadapemerintah terkait masalahbanjir?
8 Untuk masyarakat sendiri,bagaimana kesadaran tentangaturan yang pemerintah buatdalam hal mecegah banjir?