etika inside job

4
TUGAS REVIEW FILM “INSIDE JOB” Disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Etika Ekonomi Oleh : Ahmad Zakariya 125020100111048 Prodi Ekonomi Pembangunan

Upload: ahmad-zakariya

Post on 07-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

etika ekonomi

TRANSCRIPT

TUGAS REVIEW FILMINSIDE JOB

Disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Etika Ekonomi

Oleh :Ahmad Zakariya125020100111048

Prodi Ekonomi PembangunanJurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Brawijaya Malang 2015Film ini menceritakan tentang penyebab terjadinya krisis global pada tahun 2008 silam. Krisis ini terjadi karena kegagalan debitur dalam membayar hutangnya. Eksekutif korporasi finansial menyalurkan kredit dengan keinginan mendapatkan bonus besar. Tidak peduli terhadap layak atau tidak layaknya debitur untuk mendapatkan kredit tersebut. Dengan iming-iming bonus besar, mereka bertindak tamak atau serakah. Demi mendapatkan keuntungan besar, mereka melakukan aktivitas yang tidak wajar dan tidak beretika untuk dilakukan seorang bankir. Menghalalkan segala cara dan tidak peduli aturan bahkan dalam beretika bisnis, prinsip itulah yang mereka pegang.Sepanjang abad belakangan ini, krisis keuangan terus terjadi dan berulang. Setelah didera krisis hebat sejak tahun 1929, ekonomi dunia tak pernah sepi dari krisis yang kekerapannya lebih dari 20 kali krisis. Kini di tahun 2008 perekonomian global kembali mengalami goncangan dahsyat. Bermula dari subprime mortgage crisis di Amerika Serikat (A.S.) tahun 2007 yang lalu, dalam waktu relatif singkat kemudian dalam tahun 2008 berubah menjadi tsunami keuangan yang melanda sistem dan pasar keuangan global, tak terkecuali pasar keuangan Indonesia. Penyebab utama krisis finansial global adalah sifat negatif manusia terhadap harta, yaitu tamak, rakus, dan cenderung bebas tanpa regulasi, terutama dalam bidang finansial. Tujuan utama mendapatkan keuntungan maksimal adalah dengan mengabaikan etika bisnis, seperti yang terjadi di Islandia dan khususnya Amerika Serikat yang berujung pada terjadinya krisis global. Dengan sistem ekonomi serba bebas ini, maka investor hanya akan berlomba untuk mendapatkan keuntungan tanpa ada aturan yang membatasi. Dalam aliran-aliran dalam persoalan yang terjadi di dalam ilmu etika, keadaan ini mencerminkan aliran eudemonisme, hedonisme, egoisme, utilitarisme, dsb., yang mana aliran-aliran ini mengutamakan kenikmatan, kebaikan, dan kesenangan diri sendiri dalam melakukan kegiatan, khususnya dalam hal ini berkegiatan ekonomi.Salah satu penyebab krisis keuangan Amerika Serikat yang kemudian menjalar ke Negara-negara lain adalah transaksi produk derivatif yang dilakukan oleh perusahaan keuangan Amerika. Transaksi derivatif merupakan transaksi finansial dan bukan transaksi yang riil karena tidak ada hubungannya dengan barang secara fisik. Transaksi derivatif sangat berbahaya dampaknya karena dapat menghancurkan ekonomi dunia dalam waktu singkat sebagaimana telah terbukti dengan apa yang dialami oleh Amerika Serikat saat ini. Setelah krisis pada tahun 1930, Pemerintah Amerika sempat melarang transaksi derivatif tersebut dipasar modal. Namun seiring dengan berkembang pesatnya industri keuangan di tahun 1980an, telah terjadi beberapa modifikasi peraturan keuangan yang salah satunya mulai membolehkan kegiatan yang bersifathigh riskdan pada akhir era 1980 an mulai banyak institusi keuangan yang hancur. Kondisi tersebut di atas sangat memprihatinkan, karena transaksi derivatif yang tujuan utamanya untuk mengantisipasi resiko, tetapi malah menjadi senjata keuangan pemusnah massal, karena ulah para pelaku bisnis yang tidak mengedepankan etika bisnis dan nilai-nilai moral. Secara teori, transaksi derivatif berfungsi sebagai alat pelindung atau penjaminan agar suatu usaha dapat produktif dan efisien. Disisi lain, transaksi derivatif juga merupakan alat spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan dari transaksi itu sendiri. Adanya unsur spekulasi dalam transaksi derivatif, maka dapat dikatakan bahwa transaksi derivatif mengandung unsur ghararr, dalam perspektif etika Islam kegiatan transaksi baik yang dilakukan oleh perorangan maupun organisasi dilarang melakukan transaksi yang mengandung unsur gharar, yaitudalam hal yang tidak diketahui pencapaiannya dan juga atas sesuatuyangmajhul(tidakdiketahui). Disamping itu, transaksi derivatif tersebut juga tidak sesuai syariah karena dalam prakteknya saat ini transaksi derivatif tidak berhubungan langsung dengan fisik barang sehingga tidak memberikan nilai tambah kepada sektor produktif/riil dan semata-mata digunakan untuk tujuan spekulasi. Selain itu kapitalisme global yang mengeksploitasi kerakusan manusia mendesak nilai-nilai etika dan moral yang harus dihormati, akhirnya mengalami kehancuran karena tidak memenuhi asas keadilan.