kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

61
SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di MTsN Tangerang II Pamulang) Disusun Oleh: CORY EKA BUDIARTI 105017000453 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010/1931 H

Upload: ulfah-faoziyah

Post on 19-Jul-2015

484 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE

INSIDE-OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di MTsN Tangerang II Pamulang)

Disusun Oleh:

CORY EKA BUDIARTI

105017000453

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010/1931 H

Page 2: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

ABSTRAK CORY EKA BUDIARTI (105017000453), ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle untuk Meningkatkan Kemampuan komunikasi Matematik Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustus 2010. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Ouside Circle. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Proses pembelajaran matematika di kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Ouside Circle, 2) Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Ouside Circle, 3) Kerjasama siswa dalam pembelajaran matematika setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Ouside Circle, 4) kemampuan komunikasi siswa setelah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Ouside Circle. Penelitian ini dilakukan di MTsN Tangerang II PamulangTahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi kemampuan komunikasi matematik, jurnal harian siswa, wawancara, dan tes kemapuan komunikasi matematik. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa, memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika dan meningkatkan kerjasama siswa. Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle dan kemampuan komunikasi matematik

i

Page 3: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

ABSTRACT

CORY EKA BUDIARTI (105017000453), "The Application of Cooperative Learning Model Inside-Outside Circle Type to Increase the Capability of Students Mathematic Communication.." Paper Department of Mathematics Education, Faculty Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, August 2010. Generally the aim of this research is to describe students’ mathematics communication capability through the application of cooperative learning model inside-outside circle type. This research is especially aimed to reveal: 1) The process of mathematic learning in the classroom by using cooperative learning model inside-outside circle type, 2) The students response toward mathematic learning by using cooperative learning model inside-outside circle type, 3) Student’s cooperation in learning mathematic after applicated cooperative learning model inside-outside circle type, 4) the student’s mathematics communication capability after learning mathematics by using cooperative learning model inside-outside circle type. This research was conducted in MTsN Tangerang II Pamulang in academic Year 2009/2010. The method used in this research is the Classroom Action Research, which consists of four stages of planning, execution, observation, and reflection. The research instrument used is the observation sheet student’s mathematics communication capability, observation sheet student’s cooperation, the daily student journals, interview, and test of mathematic communication. The result of this research shows that the application of cooperative learning model inside-outside circle type could increase the student’s mathematics communication capability, give positive response toward mathematics learning and increase student’s cooperation. Keyword : cooperative learning model inside-outside circle type and

mathematics communication

ii

Page 4: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika

pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat

terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak

sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan.

2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika sekaligus dosen pembimbing I yang selalu memberikan

bimbingan, nasehat, serta ilmu yang sangat bermanfaat dalam penulisan

skripsi ini.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Matematika.

4. Ibu Lia Kurniawati, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang selalu

memberikan bimbingan, nasehat, serta ilmu yang sangat bermanfaat dalam

penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika.

6. Bapak Drs. Suhardi, MA dan Bapak Ulik Widiantoro, MM selaku kepala dan

wakil kepala MTsN Tangerang II Pamulang yang telah memberikan ijin pada

penulis untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Usep Rahmat, M.Si, selaku guru matematika kelas tempat penulis

mengadakan penelitian, yang telah banyak membantu penulis selama

penelitian berlangsung.

iii

Page 5: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

8. Ibunda tercinta (Upi Suryati) yang senantiasa memberikan do’a, motivasi, dan

dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan Ayahanda

yang memberikan motivasi dengan cara yang berbeda.

9. Adik-adikku (Dwi Puspita Sari dan Dinda Putri Budiana) tercinta yang

senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Dra. Eny Suryani M.Pd (Encink ku) yang banyak memberikan masukan dan motivasi.

11. Siswa dan siswi kelas VIII-2 MTsN Tangerang II Pamulang, yang telah

bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.

12. Sahabat-sahabatku, Novi, Ria, Nita, Dewi, Eny, Ubay, Maryatul serta seluruh

teman-temanku tercinta, jurusan pendidikan matematika angkatan 2005, khususnya

kelas B. Teman-teman PPKT, Eva, Ani, Wati, Jamal, Faza, Jalal, dan Amien.

Terima kasih untuk kerjasamanya selama PPKT.

13. Bayu Iswadi,S.E yang selalu memberi support dan motivasi selama penulis

menyelesaikan skripsi dan keluarga yang dengan sabar menunggu.

14. Kelurga Besar SmartGAMA, terutama mas Harris yang banyak memberikan

kemudahan-kemudahan.

15. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi serta

pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik

yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-

kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu

pengetahuan. Amin.

Jakarta, Agustus 2010

Penulis

Cory Eka Budiarti

iv

Page 6: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

DAFTAR DIAGRAM ................................................................................... x

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. . 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ...................................... 6

C. Pembatasan Fokus Masalah ....................................................... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian .................................................. 7

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN .......................................................... 9

A. Kemampuan Komunikasi Matematik ........................................ 9

1. Definisi Komunikasi ............................................................ 9

2. Definisi Kemampuan Komunikasi Matematik ..................... 11

3. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik ................... 16

B. Pembelajaran Kooperatif ............................................................ 18

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ................................... 18

2. Pembelajaran Matematika .................................................... 22

v

Page 7: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

3. Definisi Pembelajaran Kooperatif ........................................ 24

4. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif ............................. 27

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle 27

6. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Inside-Outside Circle ................................................... 28

C. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan .......................................... 31

D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ........................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 32

A. Jadwal Penelitian ........................................................................ 32

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan .................. 32

C. Subjek Penelitian ........................................................................ 37

D. Peran dan posisi Peneliti dalam Penelitian ................................. 37

E. Tahapan Perencanaan Tindakan ................................................. 38

F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan ................................ 40

G. Data dan Sumber Data ............................................................... 40

H. Insrumen Penelitian .................................................................... 41

I. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 42

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthinees)

Study .......................................................................................... 44

K. Teknik Analisis Data .................................................................. 45

L. Tindak Lanjut atau Pengembangan Perencanaan Tindakan ....... 46

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

TEMUAN PENELITIAN .............................................................. 48

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan .............................................. 48

1. Survei Pendahuluan .............................................................. 47

2. Siklus I ................................................................................. 50

3. Siklus II ................................................................................ 78

B. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................... 98

C. Analisis Data .............................................................................. 99

vi

Page 8: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

D. Interpretasi Hasil Analisis .......................................................... 106

E. Pembahasan Temuan Penelitian ................................................. 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 111

A. Kesimpulan ................................................................................ 111

B. Saran ........................................................................................... 111

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 112

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 115

vii

Page 9: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Penelitian ........................................................................... 32

Tabel 2 Tahapan Kegiatan Pendahuluan .................................................... 38

Tabel 3 Tahap Penelitian Siklus I .............................................................. 39

Tabel 4 Teknik Pengumpulan data ............................................................. 43

Tabel 5 Kriteria Pemberian Skor dengan menggunakan Rubrics .............. 45

Tabel 6 Rekapitulasi Persentase Hasil Observasi Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa Siklus I ......................................... 69

Tabel 7 Rekapitulasi Persentase Hasil Observasi Kerjasama Siswa

Dalam Kelompok pada Siklus I .................................................... 72

Tabel 8 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus I .............. 75

Tabel 9 Refleksi Kegiatan Tindakan Siklus I ............................................ 76

Tabel 10 Rekapitulasi Persentase Hasil Observasi Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa Siklus II ........................................ 91

Tabel 11 Rekapitulasi Persentase Hasil Observasi Kerjasama Siswa

Dalam Kelompok pada Siklus II ................................................... 94

Tabel 12 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus I .............. 97

Tabel 13 Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa 100

Tabel 14 Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa ........................................................................... 101

Tabel 15 Rekapitulasi Hasil Observasi Kerjasama Siswa dalam Kelompok 103

Tabel 16 Rekapitulasi Respon Siswa Selama Pembelajaran ........................ 104

Tabel 17 Rekapitulasi hasil pengukuran kemampuan komunikasi

matematik siswa ............................................................................ 109

viii

Page 10: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika

pada Penelitian Pendahuluan ................................................... 49

Gambar 2 Guru Sedang Memberi Pengarahan ........................................ 74

Gambar 3 Siswa yang Lebih Pintar sedang Memberi Penjelasan kepada

Siswa Lain pada Saat Berdiskusi ............................................ 74

Gambar 4 Siswa sedang menjelaskan argument mereka

ketika menjelaskan hasil Lembar Tugas Diskusi

kepada kelompok lain ............................................................. 75

Gambar 5 Siswa Sedang Berdiskusi Ketika Mengerjakan

Lembar Tugas Diskusi ............................................................ 96

Gambar 6 Kelompok Inside dan Outside sedang Menjelaskan

Argumen Mereka Masing-Masing .......................................... 96

Gambar 7 Siswa Maju ke Depan Menyelesaikan Soal Ketika

Guru Menunjuknya pada Akhir Pembelajaran ........................ 97

ix

Page 11: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Diagram Batang Tingkat Kemampuan Komunikasi

Matematik (KKM) Siswa ....................................................... 100

x

Page 12: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Alur Prosedur Pelaksanaan PTK ............................................. 36

xi

Page 13: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ............... 115

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II .............. 121

Lampiran 3 Lembar Tugas Diskusi .............................................. .............. 127

Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematik ………… ........................................... 163

Lampiran 5 Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematik ....……........ . 164

Lampiran 6 Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Awal Komunikasi

Matematik ………………………………………….. ............ 165

Lampiran 7 Deskriptor Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematik . .. 168

Lampiran 8 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik Siklus I .............................. .................................... 169

Lampiran 9 Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus I ..…… ....... 170

Lampiran 10 Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

Siklus I ……………............................................................. .. 171

Lampiran 11 Deskriptor Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus I 174

Lampiran 12 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik Siklus II .. .............................................................. 175

Lampiran 13 Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II . ............... 176

Lampiran 14 Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

Siklus II ................................................................................... 178

Lampiran 15 Deskriptor Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II 181

Lampiran 16 Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa 182

Lampiran 17 Pedoman Wawancara Guru Sebelum Penelitian ..................... 183

Lampiran 18 Pedoman Wawancara Guru Setelah Penelitian ....................... 184

Lampiran 19 Nilai Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematik ............ 185

Lampiran 20 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus I .... .... 186

Lampiran 21 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II ....... 187

Lampiran 22 Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematik .. 188

xii

Page 14: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

xiii

Lampiran 23 Rekapitulasi Lembar Observasi Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa Siklus I ................................... 189

Lampiran 24 Rekapitulasi Lembar Observasi Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa Siklus II .................................. 190

Lampiran 25 Lembar Observasi Kerjasama Siswa dalam Kelompok .. ........ 191

Lampiran 26 Pedoman Observasi Untuk Guru ............................................. 192

Lampiran 27 Jurnal Harian Siswa ................................................................ 193

Lampiran 28 Hasil Wawancara Guru Sebelum dan Setelah Penelitian ........ 194

Lampiran 29 Lembar Catatan Lapangan ...................................................... 197

Lampiran 30 Validitas Isi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik .......... 198

Lampiran 31 Lembar Tugas Diskusi yang dikerjakan siswa ........................ 239

Lampiran 32 Tes Kemampuan Komunikasi Matematik yang

dikerjakan siswa ...................................................................... 249

Page 15: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi bagian

yang menyeluruh dari kehidupan manusia. Banyak kenyataan bahwa untuk

meningkatkan taraf hidupnya, manusia dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Kemampuan dalam memanfaatkan dan mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata ditentukan oleh

keberhasilan pembangunan dalam bidang pendidikan, karena pendidikan

merupakan bagian integral dari pembangunan, sehingga mutu pendidikan di

Indonesia samakin ke depan semakin dituntut untuk lebih baik.

Bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang sedang membangun dituntut

untuk dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam

mencapai tujuan dan cita-cita pembangunan bangsanya yaitu mewujudkan

masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Kemampuan dalam

memanfaatkan dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

ternyata ditentukan oleh keberhasilan pembangunan dalam bidang pendidikan,

karena pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan, sehingga

mutu pendidikan di Indonesia samakin ke depan semakin dituntut untuk lebih

baik. Perbaikan proses belajar mengajar tak lepas dari upaya meningkatkan

mutu pendidikan. Hal itu sangat erat kaitannya dengan akses untuk

menggunakan sarana belajar yang sesuai dan memadai, kualitas mengajar,

strategi pembelajaran yang digunakan, dan pengembangan sistem penilaian.

Upaya perbaikan proses belajar mengajar akan mempengaruhi individu

secara langsung, terutama melatih individu memiliki kemampuan berpikir

logis, kritis, sistematis, kreatif, dan inivatif, serta kemampuan untuk

berargumentasi atau mengemukakan pendapat (komunikasi). Cara berpikir

seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika

mempunyai peranan dalam melatih logika berpikir. Mengingat pentingnya

matematika, maka pemerintah dalam hal ini DEPDIKNAS selalu berusaha

Page 16: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

2

meningkatkan mutu pengajaran matematika di segala jenjang pendidikan

formal. Menurut DEPDIKNAS Jakarta (2003), disebutkan bahwa kecakapan

atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar

matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA adalah sebagai

berikut :1

1. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarai, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.

3. Menggunakan penalaran pada pola, sifat, atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

4. Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.

5. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. 6. Catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Demikian juga, NCTM (2000) mengungkapkan bahwa dalam

pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, guru harus memperhatikan

lima aspek pengajaran matematika yaitu : koneksi (connections), penalaran

(reasoning), komunikasi (communication), pemecahan masalah (problem

solving), dan representasi (representations).2 Jadi salah satu kemampuan yang

harus dimiliki siswa dalam belajar matematika adalah kemampuan komunikasi

matematik, yaitu bagaimana siswa mampu menggunakan matematika sebagai

alat komunikasi untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh sebab itu, kemampuan komunikasi matematik menjadi kemampuan yang

perlu ditingkatkan pada diri siswa.

Berkaitan dengan pentingnya komunikasi, salah satunya komunikasi

yang dilakukan manusia yaitu komunikasi dengan Tuhan yaitu Allah SWT,

salah satunya adalah melalui media Al-Qur'an. Al-Qur,an mengatakan :

1 Sri Anitah, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 7.31 2 NCTM, Principles and Standart for School Mathematics. (Reston, VA : NCTM, 2000), p. 4

Page 17: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

3

"Tuhan yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan

manusia, yang mengajarinyapandai berbicara"(Q.SAr-Rahman: 1-4)

Salah satu keberhasilan pembelajaran matematika sangat didukung oleh

proses komunikasi yang sukses. Lindquist, mengemukakan bahwa kita akan

memerlukan komunikasi dalam matematika jika hendak meraih secara penuh

tujuan sosial seperti melek matematika, belajar seumur hidup, dan matematika

untuk semua orang.3 Bell berpendapat bahwa yang menjadi penyebab siswa

kesulitan belajar matematika adalah lemahnya kemampuan membaca secara

umum dan ketidakmampuan membaca secara khusus, apalagi matematika

merupakan ilmu yang bahasanya sarat oleh simbol dan istilah.4

Komunikasi dalam matematika atau komunikasi matematik merupakan

suatu aktivitas berbagi informasi berupa kemampuan memodelkan situasi ke

dalam bentuk gagasan-gagasan matematika dengan menggunakan simbol-

simbol dan notasi-notasi matematika baik secara lisan maupun tulisan.

Komunikasi matematika perlu menjadi perhatian dalam pembelajaran

matematika sebab, melaui komunikasi siswa dapat mengorganisasi berpikir

matematisnya.

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi komunikasi matematik

siswa adalah faktor pembelajaran, sehingga untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi matematik siswa diperlukan strategi pembelajaran yang

merangsang siswa untuk berdiskusi (berkomunikasi), mengeluarkan

argumennya. Karena dengan berdiskusi, siswa menjadi aktif berkomunikasi

dengan siswa lainnya atau dengan guru, sehingga kemampuan komunikasi

matematiknya terasah.

NCTM (2000), mengungkapkan peran guru dalam membangun

kemampuan komunikasi matematik pada grade 6-8, yaitu guru sebaiknya

3Mary M. Lindquist, NCTM 1996 year book: Communication in Mathematics, K-12 and

Beyond. (USA : NCTM INC, 2000), p. 1 4 Mumun Syaban, Menumbuhkan Daya Matematis Siswa, [online]. Tersedia: http://educare.e-

fkipunla.net

Page 18: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

4

berusaha untuk membangun komunikasi yang lebih banyak di kelas, sehingga

siswa menjadi bersemangat untuk membagi ide-ide mereka dan mencoba

untuk mengklarifikasi ide-ide tersebut sampai mereka mengerti.5 Sering kali

ditemui bahwa beberapa siswa mengalami kejenuhan saat menerima materi

pelajaran dari guru di sekolah sehingga materi yang dijelaskan guru kurang

begitu diserap oleh siswa. Hal tersebut antar lain dikarenakan gaya mengajar

guru yang cenderung monoton. Pembelajaran di kelas berpusat kepada guru

(teacher centered), sementara siswa diposisikan sebagai objek, sehingga

kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif dalam

kegiatan belajar dan komunikasi yang terjadi di kelas merupakan komunikasi

satu arah yaitu antara guru dengan siswa, sehingga kemampuan komunikasi

matematik siswa relatif rendah.

Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi

pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih

berpusat pada siswa (student centered), Untuk itu, guru tidak hanya cukup

menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi guru juga harus pandai

menciptakan suasana belajar yang baik, serta juga mempertimbangkan

pemakaian metode dan strategi dalam mengajar yang sesuai dengan materi

pelajaran dan sesuai pula dengan keadaan anak didik. Namun pada

kenyataannya, efesiensi dan efektifitas pembelajaran matematika di sekolah

belum mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Namun ditengah

kondisi pendidikan yang demikian, Indonesia tetap mampu melahirkan

prestasi yang cukup membanggakan dalam dunia pendidikan, antara lain

Indonesia meraih tiga emas, tujuh perak, serta 17 perunggu dalam 13th

Primary Mathematics World Contest atau Kontes Dunia Matematika yang

digelar di Kota Incheon, Korea Selatan pada Juli 2010.6

Berdasarkan laporan hasil seminar dan lokakarya pembelajaran

matematika di P4TK (PPPG) Matematika, data TIMSS 2007 menunjukkan

bahwa penekanan pembelajaran di Indonesia lebih banyak pada penguasaan

keterampilan dasar (basic skills), namun sedikit atau sama sekali tidak ada

5 NCTM, Principles and Standart for School Mathematics. (Reston, VA : NCTM, 2000), p.

227 6 Prestasi Indonesia di Dunia, tersedia : www.berita.liputan6.com

Page 19: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

5

penekanan untuk penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari,

berkomunikasi secara matematis, dan bernalar secara matematis.7

Terdapat fakta di lapangan yang menunjukkan siswa bahwa kemampuan

komunikasi matematik siswa relatif rendah, seperti yang terjadi di MTsN

Tangerang II Pamulang. Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan

peneliti tepatnya di kelas VIII-2 diperoleh kesimpulan bahwa tingkat

kemampuan komunikasi matematik siswa relatif rendah. Hal ini dibuktikan

dengan setelah dilakukannya tes awal kemampuan komunikasi matematik

siswa dengan nilai rata-rata 46,75 (terlampir). Selain itu hasil wawancara

dengan guru matematika pada kelas tersebut juga mengatakan hal yang sama

bahwa memang kemampuan komunikasi matematik siswa untuk kelas

tersebut relatif rendah. Kemudian berdasarkan hasil observasi di kelas, ketika

pembelajaran matematika berlangsung, metode yang digunakan guru adalah

konvensional, ceramah, tanya jawab. Sebagian besar siswa kelas VIII-2 sangat

pasif dalam belajar namun berisik pada saat pembelajaran matematika

berlangsung.

Beranjak dari kondisi yang telah diuraikan, maka masalah yang muncul

adalah model pembelajaran apa yang dapat dikembangkan guru dalam upaya

peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa? Peneliti tertarik untuk

menerapkan suatu model pembelajaran yang diperkirakan mampu mendukung

upaya peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yaitu Model

Pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle.

Model Pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle merupakan

salah satu model pembelajaran yang menerapkan banyak diskusi/sharing.

“Teknik mengajar Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar (Inside-Outside Circle)

dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada anak

didik agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.” 8 Bahan yang

paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan

pertukaran pikiran dan informasi antar anak didik.

7 Fajar Shodiq, Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran Matematika di P4TK

(PPPG) Matematika, [online]. Tersedia: www.docstoc.com 8M Yudha Saputradan Iis Marwan, Strategi Pembelajaran Kooperatif. (Bandung: CV. Bintang

WarliArtika, 2008), h. 79

Page 20: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

6

Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa dapat berbagi pada

pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa

jugabekerja dengan siswa laindalam suasana gotong-royong dan mempunyai

banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan

berkomunikasi. Guru disarankan memberikan banyak kesempatan siswa untuk

berdiskusi dan mengolah informasi antar siswa dalam pembelajaran

matematika sehingga dapat mengasah kemampuan komunikasi matematiknya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian

dengan judul:"Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Inside-Ouside

Circle Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa".

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka timbul

permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Gaya mengajar guru cenderung monoton dalam pembelajaran matematika

2. Pembelajaran matematika di kelas berpusat pada guru bukan siswa

sehingga siswa cenderung pasif.

3. Kemampuan komunikasi matematika siswa di sekolah masih rendah

4. Guru belum menerapkan metode belajar yang variatif sehingga dapat

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

C. Pembatasan Fokus Masalah

Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk membuat

pembaca mudah memahaminya. Dalam skripsi ini penulis hanya

memfokuskan pada :

1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran

kooperatif tipe Inside-Outside Circle yaitu siswa membentuk lingkaran

dalam dan luar lalu berputar dan berbagi dengan setiap pasangan baru.

2. Kemampuan komunikasi matematik yang diukur dalam penelitian ini

adalah kemampuan siswa yang mencakup kemampuan written text,

drawing dan mathematical expression pada pokok bahasan kubus, balok,

prisma, dan limas, khususnya siswa kelas VIII-2 di MTsN Tangerang II

Pamulang.

Page 21: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

7

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah "Apakah Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Inside-Outside Circle Dapat Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa?"

Dari perumusan masalah tersebut, maka dijabarkan beberapa pertanyaan

yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana pembelajaran matematika dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle di kelas?

2. Bagaimana respon siswa dalam pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle?

3. Bagaimana kerjasama siswa dalam pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle?

4. Bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa setelah

pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Inside-Outside Circle?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

kemampuan komunikasi matematik siswa melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. proses pembelajaran matematika di kelas dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle.

2. respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle.

3. kerjasama siswa dalam pembelajaran matematika setelah diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle.

4. kemampuan komunikasi matematik siswa setelah pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside

Circle.

Page 22: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

8

F. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini mempunyai beberapa manfaat yang dapat diperoleh,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat suatu

kebijakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika di sekolah dalam rangka perbaikan mutu pendidikan.

2. Bagi Guru, sebagai alternatif model pembelajaran yang digunakan di kelas

serta dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar

mengajar.

3. Bagi siswa, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematiknya,

sehingga akan bermanfaat bagi peningkatan prestasi di sekolah dan

mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bagi peneliti, sebagai umpan balik dalam proses belajar mengajar

matematika, dan menambah pengetahuan serta pengalaman.

5. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan

bahan referensi untuk dijadikan bahan kajian dan bahan referensi untuk

diadakan penelitian lebih lanjut.

6. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat

menambah informasi mengenai penerapan model kooperatif tipe Outside

Inside-Outside Circle untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

matematik siswa.

Page 23: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika

1. Definisi Komunikasi

Komunikasi merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia.

Kehidupan manusia akan tampak “hampa” apabila tidak ada komunikasi.

Dengan adanya komunikasi berarti ada interaksi antar manusia. Komunikasi

itu tidak timbul dengan sendirinya, namun komunikasi itu dapat diperoleh

melalui belajar, yakni melalui komunikasi dengan orang lain maupun melalui

membaca dan lain-lain.

Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin “communis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara 2 orang atau lebih. Akar katanya communis adalah “communico”, yang artinya berbagi. Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris, “communicate” berarti (1) untuk bertukar pikiran, perasaan dan informasi; (2) untuk membua tahu; (3) untuk membuat sama; (4) untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), “communication”, berarti: (1) pertukaran symbol, pesan-pesan yang sama, dan informas; (2) proses pertukaran di antara individu-individu melalui system symbol-simbol yang sama; (3) seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan, dan (4) ilmu pengetahuan tetang pengiriman informasi.1

Sebagai sesuatu yang abstrak, setiap orang dapat mendefinisikan

komunikasi menurut sudut pandang masing-masing, hal ini disebabkan

karena banyaknya disipilin ilmu yang telah memberi masukan terhadap

perkembangan ilmu komunikasi, adapaun definisi komunikasi dari beberapa

ahli antara lain:

1Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet. I,

h. 3 

Page 24: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

10

a. Komunikasi adalah sebuah cara berbagi ide-ide dan memperjelas

pemahaman, maka melalui komunikasi ide-ide direfleksikan,

diperbaiki, didiskusikan dan diubah2.

b. Sebuah definisi yang dibuat kelompok sarjana komunikasi yang

mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human

Communication) bahwa “komunikasi adalah suatu transaksi, proses

simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya

dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2) melalui

pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku

orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”.

c. Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang

telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya

dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa “komunikasi

adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu

penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku

mereka”.3

d. Carl I. Hovland, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana

seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang

(biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah

tingkah laku orang-orang lain (komunikan).

e. Holland, Jenis dan Kelly (1953) menyatakan bahwa komunikasi adalah

suatu proses melalui dimana seseorang (komunikator) menyampaikan

stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah

atau membentuk prilaku orang lainnya (khalayak).

2 Gusni Satriawati, “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-ended untuk

Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP”, dalam Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika,vol. 1, tahun 2006, h. 109. 

3 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2005), Cet. II, h. 19-20 

Page 25: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

11

f. Berelson dan Steiner (1964) mengatakan bahwa komunikasi adalah

suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-

lain.4

Dari beberapa definisi komunikasi yang telah dipaparkan, maka dapat

disimpulkan bahwa komunikasi merupakan interaksi antara manusia dengan

bentuk bahasa verbal, tulisan, dan sebagainya untuk mentransfer suatu

informasi.

2. Definisi Kemampuan Komunikasi Matematika

Komunikasi merupakan bagian yang penting dari pendidikan matematika

sebab komunikasi merupakan sebuah jalan untuk berbagi ide dan

mengklarifikasi pemahaman. Menggunakan komunikasi, ide-ide matematik

dapat dibentuk menjadi simbol-simbol, notasi-notasi, grafik, dan istilah.

Lindquist (NCTM, 1996) mengemukakan “Jika kita sepakat bahwa

komunikasi itu merupakan suatu bahasa dan bahasa terbaik dalam

komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi

dari mengajar belajar, mengakses matematika.”5 Kitcher mengklaim bahwa

matematika terdiri atas komponen-komponen: “(1) bahasa (language) yang

dijalankan oleh para matematikawan, (2) pernyataan (statements) yang

digunakan oleh para matematikawan, (3) pertanyaan (questions) penting yang

hingga kini belum terpecahkan, (4) alasan (reason) yang digunakan untuk

menjelaskan pertanyaan, dan (5) ide matematika itu sendiri.”6

Mengacu pada pandangan Kitcher, komponen bahasa dalam matematika

bisa diwujudkan dalam bentuk simbol atau lambang yang memiliki makna

tersendiri. Penggunaan lambang dalam matematika lebih efisien, dan dalam

proses pembelajaran menjadi alat untuk mengkomunikasikan ide-ide

matematika. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Nesher, bahwa

4 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), Cet. 1, h. 20-21 5 Mary M. Lindquist, NCTM 1996 year book: Communication in Mathematics, K-12 and

Beyond.(USA : NCTM INC, 1996), p. 2 6 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif

dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 128 

Page 26: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

12

mengonsepsikan karakteristik matematika terletak pada kekhususannya

dalam mengomunikasikan ide matematika melalui bahasa numerik.7

Salah satu standar kurikulum yang dikemukakan NCTM (2000) adalah

komunikasi matematik atau mathematical communication yang bertujuan

membantu siswa untuk mengatur dan mengaitkan mathematical thinking

mereka secara koheren (tersusun logis) dan jelas kepada teman-temannya,

guru dan orang lain, menganalisis dan menilai mathematical thinking dan

strategi yang dipakai orang lain, dan menggunakan bahasa matematika

untuk mengekspresikan ide-ide matematik secara benar.8

Menurut Sumarmo, komunikasi matematik atau komunikasi dalam matematika merupakan suatu aktivitas baik fisik maupun mental dalam mendengarkan, membaca, menulis, berbicara, merefleksikan, dan mendemonstrasikan, serta menggunakan bahasa dan simbol untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika. 9

Baroody(1993) mengungkapkan, “ada 2 alasan penting komunikasi

matematika dijadikan fokus dalam belajar matematika, yaitu (1) matematika

sebagai bahasa, dan (2) matematika sebagai aktivitas sosial.”10Untuk itu,

dalam pembelajaran matematika, siswa harus memiliki kemampuan

komunikasi matematik. Karena pada dasarnya matematik merupakan

bahasa.

Pada pembelajaran matematika di kelas ketika guru memberikan sebuah

konsep informasi matematika kepada siswa atau siswa mendapatkannya

sendiri melalui bahan bacaan, maka saat itu sedang terjadi transformasi

informasi matematika. Respon yang diberika si penerima informasi

merupakan interpretasi si penerima tentang informasi tadi. “Dalam

7 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran menciptakan Proses……………………………., h. 130 8 Gusni Satriawati, “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-ended untuk

Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik………, h. 109 9 Abdul Muin, Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Matematik Siswa

SMA, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika.( Jakarta : CeMED Jur. Pend Matematika, 2005), h. 36 

10 I Gusti Putu Suarta dan I Made Suarjana, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik Untuk siswa Sekolah Dasar yang Berorientasi pada Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi Matematika. (Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan GANESHA, 2007), h. 11 

Page 27: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

13

matematika, kualitas interpretasi dan respon itu seringkali menjadi masalah

istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik matematika itu

sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol.” Karena itu, kemampuan

berkomunikasi dalam matematika menjadi tuntutan khusus. Kemampuan

berkomunikasi dalam matematika merupakan kemampuan yang

dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi

dalam bentuk:11

a. merefleksikan benda-benda nyata, gambar, atau ide-ide matematika.

b. membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode oral,

tertulis, konkrit, grafik, dan aljabar.

c. menggunakan keahlian membaca, menulis, dan menelaah, untuk

menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta

informasi matematika.

d. merespon suatu pernyataan/persoalan dalam bentuk argumen yang

meyakinkan.

Pada proses pembelajaran di kelas, ketika siswa mencoba memecahkan

permasalahan matematika, komunikasi merupakan bentuk yang penting

pada siswa untuk mengemukakan jawaban dari apa yang mereka pikirkan

baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi merupakan cara untuk

mengubah ide-ide matematik yang bersifat abstrak ke dalam model

matematika, sehingga memudahkan untuk dipahami oleh siswa lain.

Ketika siswa ditantang untuk berpikir dan bernalar tentang matematika

dan mengkomunikasikan hasil-hasil pikiran mereka kepada yang lain, maka

siswa belajar menjelaskan dan meyakinkan yang lain, mendengarkan

penjelasan siswa lain, berarti memberikan kesempatan siswa untuk

mengembangkan pemahamannya sendiri. “Siswa perlu didorong untuk

berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan. Di kelas, siswa

11 Bambang, Aryan, Komunikasi dalam Matematika, dari

http://rbaryans.wordpress.com, 27 Januari 2010 

Page 28: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

14

berkomunikasi untuk belajar matematika dan mereka belajar untuk

berkomunikasi secara matematik.”12

Guru memiliki peranan yang penting dalam membangun kemampuan

komunikasi matematik siswa karena guru merupakan perancang kegiatan

pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran matematika di kelas harus

dapat merangsang/mengasah kemampuan komunikasi matematika siswa

sehingga menghasilkan suatu pembelajaran yang bermakna.

Guru dapat menggunakan komunikasi lisan maupun tulisan untuk

memberikan kesempatan siswa dalam berpikir, memecahkan masalah,

menyususun penjelasan, menemukan kata-kata atau notasi-notasi baru,

bereksperimen dalam bentuk argumentasi, menggunakan konjektur,

meninjau kebenaran, dan merefleksikan pemahaman mereka dengan ide-ide

orang lain.13

Bahkan membangun komunikasi matematik menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 1996) memberikan manfaat pada siswa berupa:14

a. Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara

aljabar.

b. Merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-

gagasan matematika dalam berbagai situasi.

c. Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-gagasan matematika

termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika.

d. Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk

menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika.

e. Mengkaji gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang

meyakinkan

12 I Gusti Putu Suarta dan I Made Suarjana, Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika Realistik Untuk siswa Sekolah Dasar yang Berorientasi………….., h. 11 13 NCTM. 2000. Principles and Standart for School Mathematics. Reston, VA : NCTM, p.

228-229 14 Bambang, Aryan, Membangun Ketrampilan Komunikasi Matematika dan Nilai Moral

Siswa Melaui Model Pembelajaran Bentang Pangajen, dari http://rbaryans.wordpress.com, 20 Januari 2010 

Page 29: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

15

f. Memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam

pengembangan gagasan matematika.

Adapun beberapa faktor yang berkaitan dengan komunikasi matematik,

antara lain :15

a. Pengetahuan prasyarat (Prior Knowledge) Pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai akibat proses belajar sebelumnya. Hasil belajar siswa tentu saja bervariasi sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Jenis kemampuan yang dimiliki siswa sangat menentukan pembelajaran selanjutnya.

b. Kemampuan membaca, diskusi, dan menulis Dalam komunikasi matematik, kemampuan membaca, diskusi, dan menulis dapat membantu siswa memperjelas pemikiran dan dapat mempertajam pemahaman (NCTM, 1989). Diskusi dan menulis adalah dua aspek penting dari komunikasi untuk semua level (NCTM, 2000)

c. Pemahaman matematik (Mathematical knowledge)

Merujuk pada pengertian komunikasi matematika di atas, maka dapat

disimpulkan komunikasi matematika sebagai kemampuan untuk

berkomunikasi dalam matematika secara lisan maupun tulisan berupa

aktivitas membaca, berdiskusi, sharing, mengevalusi ide, simbol, istilah

yang berkaitan dengan matematika.

15 Gusni Satriawati, “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-ended untuk

Meningkatkan ……. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika,vol. 1, tahun 2006, h. 111  

Page 30: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

16

3. Indikator Dalam Kemampuan Komunikasi Matematik

Untuk melihat bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa

dalam proses pembelajaran di kelas, maka perlu ada indikator-indikator

yang menunjukkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Adapun

indikator-indikator kemapuan komunikasi matematik siswa menurut

beberapa ahli adalah sebagai berikut:

Indikator komunikasi matematis yang dikemukakan NCTM (1986)

dalam Abdul Muin diantaranya adalah:16

a. Mengungkapkan gagasan matematika secara lisan dan tulisan. b. Merumuskan definisi matematik dan mengekspresikan generalisasi

yang ditemukan melalui pengamatan. c. Merefleksikan dan menjelaskan pemikiran melalui gagasan matematik

dan hubungan-hubungannya.

Standar Kurikulum NCTM (2000), tentang komunikasi matematik, dapat

disimpulkan indikator-indikatornya adalah : 17

a. Mengatur dan mengaitkan mathematical thinking mereka dengan

komunikasi

b. Mengkomunikasikan ide-ide matematis mereka secara koheren

(tersusun logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru, dan yang

lainnya.

c. Menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi yang

dipakai orang lain,

d. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide

matematik secara benar.

16Abdul Muin, Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Matematik

Siswa SMA, Jurnal Matematika dan ………………….., h. 36 17 NCTM. 2000. Principles and Standart for School Mathematics. Reston, VA : NCTM, p.

225 

Page 31: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

17

Dalam National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 1996),

dapat disimpulkan indikator-indikator kemampuan komunikasi matematik

yaitu sebagai berikut :18

a. Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara

aljabar.

b. Merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-

gagasan matematika dalam berbagai situasi.

c. Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-gagasan matematika

termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika.

d. Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk

menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika.

e. Mengkaji gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang

meyakinkan

f. Memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam

pengembangan gagasan matematika.

Adapun indikator komunikasi matematik, yang dikemukakan Gusni

Satriawati (2006), yaitu :19

a. Written Text, yaitu memuat model situasi atau persoalan menggunakan

model matematika dalam bentuk: lisan, tulisan, kongkrit, grafik, dan

aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang

telah dipelajarai, mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang

matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan generalisasi.

b. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram

ke dalam ide-ide matematika, dan sebaliknya.

18 Bambang, Aryan. Membangun Ketrampilan Komunikasi Matematika dan Nilai Moral

Siswa Melaui Model Pembelajaran Bentang Pangajen, dari http://rbaryans.wordpress.com, 20 Januari 2010 

19 Gusni Satriawati, “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-ended untuk Meningkatkan ……. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika,vol. 1, tahun 2006, h. 111

 

Page 32: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

18

c. Mathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika

dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematika.

Berdasarkan indikator-indikator yang telah dikemukakan para ahli,

indikator kemampuan komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu indikator kemampuan komunikasi menurut Gusni Satriawati (2006),

yang mencakup :

a. Written Text, yaitu memuat model situasi atau persoalan menggunakan

model matematika , menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang

matematika, mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang

matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan generalisasi.

b. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke

dalam ide-ide matematika, dan sebaliknya.

c. Mathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika

dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematika.

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,

sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.20

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna

yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah

karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada

makhluk-makhluk lainnya, sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.

20 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 59 

Page 33: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

19

Secara umum, belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang

untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap.21Beberapa pendapat

yang mengemukakan tentang pengertian belajar. Belajar adalah proses

mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan

munculnya perubahan perilaku.22 Hilgrad mengungkapkan bahwa “Belajar

itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam

laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.”23 Sedangkan Cronbach

berpendapat bahwa :”learning is shown by a change in behavior as a result

of experieence”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.24Pengalaman

tersebut diperoleh individu dalam interaksi dengan lingkungannya baik yang

menyangkut ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstuksi

kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberikan penekanan

bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri.25Belajar adalah suatu

proses, dan bukan hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan

integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk

mencapai suatu tujuan.26

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini

berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat

bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di

sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

21 Zurinal dan Wahyu Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan

Pendidikan, (UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 117 22 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(Kencana Prenada Media Grup, 2005), Cet. 3, Ed. 1, h. 89 23 Zurinal dan Wahyu Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar………….,

Cet. 1, h. 117  24Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), Ed. 2, h. 13 25 Triyanto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi

Pustaka, 2007), h. 28 26 Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 5, h.

104-105 

Page 34: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

20

Gagne’, seperti yang dikutip oleh Meriana (1999: 25) menyatakan untuk terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Sebagai hasil belajar (learning outcomes).27

Berdasarkan perbedaan-perbedaan pendapat mengenai belajar, namun

prinsipnya sama, yakni adanya perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara

atau usaha pencapaiannya. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa

belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu sebagai

hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif, afektif maupun psikomotor. Segala aktivitas dan prestasi hidup

manusia tidak lain adalah hasil dari belajar hanya berbeda cara dan usaha

pencapaiannya.

Sedangkan proses yang terjadi yang membuat seseorang melakukan

proses belajar disebut pembelajaran. Kata “pembelajaran” adalah

terjemahan dari “instruction” yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan

Amerika Serikat. Istilah ini bayak dipengaruhi oleh aliran psikologi

kognitif-wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari

kegiatan.28

Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk

menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya kita menggunakan

istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Menurut Gagne,

Bringgs, dan Wager (1992), ”pembelajaran adalah serangkaian kegiatan

yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada

siswa.”29Oleh karena itu, mengajar atau “teaching” merupakan bagian dari

pembelajaran (instruction), dimana peran guru lebih ditekankan kepada

27 Triyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), h. 12 28 Wina Sanjaya. 2005. Kurikulum dan pembelajaran Tori dan Praktek Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, . (Jakarta : Kencana Prenada Grup), h. 213 29 Prof. Dr. Udin S. Wiranataputra, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2007), h. 1.6 

Page 35: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

21

bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas

yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari

sesuatu. 30

Pembelajaran lebih mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh

langsung terhadap proses belajar siswa. Sementara yang dimaksud dengan

“kegiatan pembelajaran adalah satu usaha dan proses yang dilakukan secara

sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi), yaitu

dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.”31

“Kalau kita menggunakan kata “pengajaran”, kita membatasi diri hanya

pada konteks tatap muka guru dan siswa di dalam kelas. Sedangkan dalam

istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru

secara fisik.” 32 Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio,

program televisi, atau media lainnya. Namun guru tetap memainkan peranan

penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajaran. Dengan demikian

pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran.

“Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa (Degeng, 1989).”33

Berdasarkan pernyataan tersebut berarti pembelajaran menuntut adanya

interaksi. Interaksi tersebut antara siswa yang belajar dengan lingkungan

belajarnya, baik dengan guru, siswa lainnya, tutor, media, atau sumber

lainnya. “Ciri lain dari pembelajaran adalah adanya komponen-komponen

yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah

tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.34

Penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang

sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan

yang memungkinkan seseorang atau pelajar melaksanakan kegiatan belajar,

dan proses tersebut dirancang oleh guru sebagai fasilitator sementara siswa

30 Wina Sanjaya. 2005. Kurikulum dan pembelajaran Tori dan Praktek........., h. 213 31 Zurinal dan Wahyu Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar………….,

Cet. 1, h. 117  32 Prof. Dr. Udin S. Wiranataputra, dkk, Belajar dan…………………………., h. 1.6 33 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2009), h. 2 34 Prof. Dr. Udin S. Wiranataputra, dkk, Belajar dan .............., h. 1.6 

Page 36: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

22

diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama dalam

proses belajar.

Setelah membahas tentang belajar dan pembelajaran, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa proses belajar bersifat internal dalam diri

siswa, maksudnya proses belajar merupakan peningkatan memori siswa itu

sendiri sebagai hasil belajar terdahulu. Sedangkan, pembelajaran bersifat

eksternal yaitu kegiatan yang sengaja direncanakan dan dirancang oleh guru

dalam proses belajar.

2. Pembelajaran Matematika

Secara umum ada dua pandangan tentang belajar, yaitu behavioristik dan

kognitif. Menurut pandangan behavioristik belajar pada hakikatnya adalah

perubahan perilaku yang terbentuk karena hubungan stimulus-respon, dan

hasil belajar terbentuk secara mekanis. Siswa itu seperti kertas putih, hendak

di tulis apapun tergantung dari penulisnya. Dalam pandangan kognitif

belajar lebih disebabkan oleh dorongan dari dalam atau oleh pemanfaatan

potensi yang dimiliki oleh siswa, mengutamakan aspek kognitif dan

mementingkan apa yang ada dalam diri siswa sebelumnya.

“Pembelajaran matematika di Indonesia selama ini lebih banyak diwarnai

pandangan behavioristik.”35 Guru memberikan penjelasan tentang konsep-

konsep matematika, contoh-contoh, latihan, dan pekerjaan rumah,

sedangkan siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengkonstruk sendiri

konsep-konsep matematika yang dimilikinya. Tentunya hal ini bukan

mengajar yang sebenarnya. Mengajar yang sebenarnya adalah mengajar

yang bermakna sehingga siswa juga belajar bermakna. “Mengajar bermakna

adalah membawa situasi kehidupan real siswa ke dalam kelas dan

35 I Gusti Putu Suarta dan I Made Suarjana, Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika Realistik Untuk siswa Sekolah Dasar yang Berorientasi pada ……………..h. 5 

Page 37: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

23

menjadikannya sebagai sumber inspirasi pembentukan dan pengembangan

konsep-konsep matematika.”36

Selama ini, siswa selalu berpandangan bahwa matematika itu sulit dan

mengganggap matematika itu pelajaran yang menakutkan. Hal tersebut bisa

dilihat dari hasil belajar matematika mereka yang rendah. Hal itu merupakan

tantangan bagi guru khususnya guru matematika untuk merubah cara belajar

matematika menjadi menyenangkan dan bermakna.

Cockrof (1982), mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan pada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.37

Pembelajaran matematika di kelas dimaksudkan tidak hanya mentransfer

pengetahuan guru kepada siswa, tetapi juga agar siswa dapat mengerti

dengan apa yang dipelajari. “Siswa akan menjadi lebih ingat dan dapat

mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari bila siswa mengerti konsep-

konsep tersebut.”38

Aliran konstruktivisme memandang bahwa untuk belajar matematika,

yang dipentingkan adalah bagaimana membentuk pengertian pada anak. Ini

berarti bahwa ”belajar matematika penekanannya adalah pada proses anak

belajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.”39”Para ahli

konstruktivisme mengatakan bahwa ketika siswa mencoba menyelesaikan

tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan matematika dikonstruksi secara

aktif (Wood, 1990; Cobb, 1992). Didefinisikan oleh Cobb (1992) bahwa

belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif

36 I Gusti Putu Suarta dan I Made Suarjana, Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika Realistik Untuk siswa Sekolah Dasar yang Berorientasi pada ……………..h. 5-6 37 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2009), Cet. 2, h. 253 38 I Gusti Putu Suarta dan I Made Suarjana, Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika Realistik Untuk siswa Sekolah Dasar yang Berorientasi pada ……………..h. 8-9 39Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran menciptakan Proses Belajar Mengajar yang

……, h. 127 

Page 38: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

24

menkonstruksi pengetahuan matematika.”40Jadi orang yang mempelajari

matematika senantiasa membentuk pengertian sendiri.

Untuk belajar matematika dalam aliran konstruktivisme diperlukan alasan

argumentatif sehingga terbentuk pola pikir seseorang dalam belajar

matematika. Dalam pandangan konstruktivisme, ”belajar matematika

memerlukan penalaran. Dengan penalaran atau logika tersebut siswa dapat

membentuk pengetahuan matematikanya dengan baik.”41 Anak yang

belajar matematika dianggap sebagai subjek yang memiliki potensi untuk

dikembangkan sesuai dengan penalarannya sendiri.

Dari penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, peneliti

menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika didalamnya meliputi

guru, siswa, proses pembelajaran, dan materi matematika. Dimana siswa

secara aktif merekonstruksi pengetahuannya tentang matematika sedangkan

guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan menciptakan situasi

belajar matematika yang bermakna.

3. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Salah satu pembelajaran yang termasuk ke dalam teori pembelajaran

konstrutivistik yaitu pembelajaran kooperatif, dimana dalam proses

pembelajaran siswa harus menemukan dan mengkonstruk sendiri informasi

yang diterimanya melaui pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.

Interaksi-interaksi tersebut bisa berupa interaksi siswa dengan guru,

interaksi siswa dengan siswa, atau interaksi siswa dengan lingkungannya.

“Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk

membelajarkan kecakapan akademik (academic Skill), sekaligus

keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skiil.”42

40 Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press,

2006), h. 114 41 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran menciptakan Proses Belajar Mengajar yang

……, h. 128 42 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi bagi Pendidik

dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas (Jakarta : Kencana, 2009), h. 271 

Page 39: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

25

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa

bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa (Nurhadi dan

Senduk,2003). Menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif adalah sistem

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama

dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem

ini guru bertindak sebagai fasilitator.43 “Cooperative learning adalah suatu

model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan

kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented),

terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam

mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa

yang agresif dan tidak perduli pada orang lain.”44

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha

memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar,

disamping guru dan sumber belajar yang lainnya. Sehingga bukan hanya

aspek kognitif siswa saja yang terasah tetapi juga kemampuan sosialnya.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat

sampai enam orang yang heterogen, artinya siswa dalam satu kelompok

terdiri dari kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang

berbeda.

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. “Ada empat unsur penting

dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok,

43 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif……..(Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h.

189-190. 44 Isjoni, Cooperative Larning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok,

(Bandung: Alfabeta, 2009) Cet. 2, h. 16 

Page 40: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

26

(2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap anggota

kelompok, dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.”45

“Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu

komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur

insentif kooperatif (cooperative incentive structure).” 46 Tugas kooperatif

berkaitan dengan hal yang menyebabkan siswa bekerja sama dalam

menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif

merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja

sama mencapai tujuan kelompok, misalnya reward yang diberikan guru

kepada siswa jika kelompoknya dapat mengerjakan tugas dengan baik.

Strategi pembelajaran kooperatif bisa digunakan manakala :47

a. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha

individual dalam belajar.

b. Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar

saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.

c. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman

lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.

d. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan

komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.

e. Jika guru menghendaki meningkatnya komunikasi siswa dan

menambah tingkat partisipasi mereka.

f. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.

45 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, .

(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 241 46 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…...., h. 243 47 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…...., h. 243 

Page 41: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

27

4. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Secara umum ada 4 pilar pembelajaran seperti yang dirumuskan

UNESCO(1996), yaitu: learning to know atau learning, yang berarti juga

learning to learn;(2)learning to do;(3) learning to be; dan (4) learning to

live together.48 Dalam pembelajaran kooperatif juga terdapat empat prinsip,

seperti yang dijelaskan sebagai berikut :49

1) Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence) artinya adanya saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan.

2) Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability) artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.

3) Interaksi Tatap Muka (Face to Face Ptomotion Interaction) artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan.

4) Use of collaborative/ social skill artinya harus menggunakan keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.

5) Group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.

Apabila prinsip-prinsip tersebut dilaksanakan oleh siswa dalam

pembelajaran maka siswa dapat meraih academic skill, social skill, dan

interpersonal skill yang baik.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle

Teknik mengajar Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar (Inside-Outside

Circle) merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif yang

dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik mengajar ini memberikan

kesempatan pada anak didik agar saling berbagi informasi pada saat yang

bersamaan. “Bahan yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah

bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar anak

didik.”50

48 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 97 49 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajar: Sebagai Referensi bagi Pendidik, h. 270 50 M Yudha Saputradan Iis Marwan, Strategi Pembelajaran……... (Bandung: CV.

Bintang WarliArtika, 2008), h. 79 

Page 42: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

28

Inside-Outside Circle is student rotate around concentric circles sharing

with each new partner.51

Inside-Outside Circle has a variety of uses. It can be : • A classbuilding activity to help the students in the class get acquainted. • An activity to introduce a concept or have students share prior

experience with a topic. • To share specific information about an activity or assignment about to

be started or just completed. • To practice and Learn. Listen to the sentence and tell your partner what

the end punctuation should be.

6. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-

Outside Circle

Langkah-langkah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-

Outside Circle ini sebagai berikut :

1. Separuh kelas (atau seperempat kelas jika jumlah anak didik terlalu

banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkar

dan menghadap ke luar

2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang

pertama. Dengan kata lain, mereka berdiri menghadap ke dalam dan

berpasangan dengan anak didik yang berada di lingkaran dalam.

3. Dua anak didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran

besar berbagi informasi. Anak didik yang berada di lingkaran kecil

yang memulai. Pertukaran informasi ini dapat dilakukan oleh semua

pasangan dalam waktu yang bersamaan.

4. Kemudian, anak didik yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau

dua langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-

masing anak didik mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi.

5. Sekarang giliran anak didik yang berada di lingkaran besar yang

membagikan informasi. Demikian seterusnya.52

51 Stone, Cooperative LearningReading Activities. (Kagan Publishing, 2000) , p. 42 52 M Yudha Saputradan Iis Marwan, Strategi Pembelajaran……... (Bandung: CV.

Bintang WarliArtika, 2008), h. 80 

Page 43: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

29

Adapun menurut Suyatno, langkah-langkah metode Inside-Outside Circle

adalah sebagai berikut :53

a. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap

keluar.

b. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama

menghadap ke dalam.

c. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi

informasi. Pertukaran informasi ini bias dilakukan oleh semua

pasanagan dalam waktu yang bersamaan

d. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara

siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah

searah jarum jam.

e. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi

informasi. Demikian seterusnya.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Inside-

Outside Circle yang dikemukakan para ahli pada prinsipnya sama yaitu

siswa dalam satu kelas dibagi menjadi dua kelompok besar, lalu anggota

kelompok lingkaran dalam berdiri melingkar menghadap keluar dan anggota

kelompok lingkaran luar berdiri menghadap ke dalam. Sehingga, antara

anggota lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan berhadap-

hadapan. Berikan tugas pada tiap-tiap pasangan yang berhadap-hadapan itu.

Kelompok ini disebut kelompok pasangan asal. Sebaiknya, tugas yang

diberikan pasangan asal itu sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran

yang telah dirumuskan. Selanjutnya, berikan waktu secukupnya kepada tiap-

tiap pasangan untuk berdiskusi. Setelah mereka berdiskusi, mintalah kepada

anggota kelompok lingkaran dalam bergerak berlawanan arah dengan

anggota kelompok lingkaran luar. Setiap pergerakan itu akan terbentuk

pasangan-pasangan baru. Pasangan-pasangan ini wajib memberikan

informasi berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, demikian

53 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka,

2009), h. 128 

Page 44: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

30

seterusnya. Pergerakan baru diberhentikan jika anggota kelompok lingkaran

dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali. Pada penelitian ini,

peneliti memodifikasi sedikit penerapan tipe ini yaitu pada setiap pertemuan

pembelajaran di kelas, kelompok inside dan outside secara bergantian

berputar, jadi tidak selalu kelompok outside yang berputar dan berbagi.

Sedangkan Agus Suprijono menambahkan langkah-langkah penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle, yaitu setelah pasangan

asal di lingkaran luar kembali bertemu dengan pasangan asalnya di

lingkaran dalam bertemu kembali, lalu “hasil diskusi di tiap-tiap kelompok

besar tersebut di atas, kemudian dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar

kelompok besar. Diskusi ini diharapkan menghasilkan pengetahuan

bermakna bagi seluruh peserta didik. Pengetahuan ini merupakan

pengetahuan yang lebih komprehensif.” 54 Di penghujung pertemuan, untuk

mengakhiri pelajaran dengan metode Inside-Outside Circle guru dapat

memberi ulasan maupun mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan.

Perumusan kesimpulan dapat juga dibuat sebagai konstruksi terhadap

pengetahuan yang diperoleh dari diskusi.

Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan

memungkinkan anak didik untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda

dengan singkat dan teratur, selain itu, anak didik bekerja dengan sesama

anak didik dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak

kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan

berkomunikasi, khususnya ketrampilan berkomunikasi secara matematik

karena metode Inside-Outside dalam penelitian ini dipraktekkan dalam

pembelajaran matematika. “Teknik ini dapat digunakan untuk semua

tingkatan usia anak didik dan sangat disukai terutama anak-anak.”

Namun, selain terdapat kelebihan teknik ini juga memiliki kekurangan,

kondisi penataan ruang kelas yang tidak menunjang, yaitu tidak ada cukup

ruang di dalam kelas untuk membentuk lingkaran-lingkaran dan tidak selalu

54 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h. 97

 

Page 45: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

31

memungkinkan untuk membawa anak didik keluar dari ruang kelas dan

belajar di luar tempat dinding ruang kelas. Kebanyakan ruang kelas di

Indonesia memang ditata dengan model klasikal/tradisonal.

C. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan komunikasi matematik

diantaranya yaitu Alima Eliani Harahap (2009), ditemukan bahwa

kemampuan komunikasi matematik siswa masih tergolong rendah. Dari

hasil penelitiannya, didapat bahwa kemampuan komunikasi matematik

siswa yang memperoleh model pembelajaran KUASAI lebih tinggi dari

pada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diberi dengan

pembelajaran konvensional.

Selain itu, Ramdani Miftah, dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)”,

memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran terbalik dapat meningkatkan

komunikasi matematika siswa dan dapat memberikan respon positif bagi

siswa.

Nurul Arfinanti (2010), melakukan penelitian tentang Implementasi

Metode Inside-Outside Circle (IOC) Dalam Mencapai Belajar Tuntas

(Mastery Learning). Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa

Implementasi Metode Inside-Outside Circle dapat membantu tercapainya

belajar tuntas siswa kelas VIII E SMPN Muntilan.

D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan

hipotesis tindakan sebagai berikut: ”Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Inside-Outside Circle Dapat Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa”.

Page 46: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jadwal Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian mengenai Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa dilakukan di kelas VIII-2 MTsN Tangerang II Pamulang

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei tahun ajaran

2009/2010.

Tabel 1

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli 1 Persiapan dan

perencanaan √

2 Observasi (Studi lapangan) √

3 Pelaksanaan Pembelajaran √ √

4 Analisis Data √

5 Laporan penelitian √

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan

a. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

Page 47: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

33

bersama. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru

yang dilakukan oleh siswa.1

Metode ini dipilih didasarkan atas pertimbangan bahwa tujuan dalam

penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa

sehingga perlu informasi dari berbagai sumber dan tindak lanjut berdasarkan

prinsip daur ulang. Kemudian, masalah kemampuan komunikasi matematik

siswa yang rendah menuntut kajian yang mendalam dan tindakan secara

reflektif, kolaboratif, dan partisipatif berdasarkan situasi alamiah yang terjadi

dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-

outside circle.

Penelitian ini menjelaskan tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan yang

dilakukannya dalam siklus-siklus, yaitu :

1. Perencanaan ( Planning )

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan

tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan

tersebut akan dilakukan. Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus

peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,

kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta

yang terjadi selama tindakan berlangsung. Secara rinci, pada tahapan

perencanan terdiri dari kegiatan sebagai berikut :

a) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat

dimengerti masalah apa yang akan diteliti.

b) Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan

melatarbelakangi PTK.

c) Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat Tanya maupun

kalimat pernyataan.

1 Suharsimi Arikunto, Peneltian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007) Cet ke-4, h.3 

Page 48: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

34

d) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban,

berupa rumusan hipotesis tindakan.

e) Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan

indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data yang

dapat dipakai untuk menganalisis indicator keberhasilan itu.

f) Membuat secara rinci rancangan tindakan.

2.Tindakan ( Action )

Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan

diterapkan. Skenario atau rancangan tindakan yang akan dilakukan, hendaknya

dijabarkan secara rinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan.

(a) langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan, (b) kegiatan yang

seharusnya dilakukan oleh guru, (c) kegiatan yang diharapkan oleh siswa, (d)

rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara

menggunakanya, (e) jenis instrument yang akan digunakan untuk pengumpulan

data/ pengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana menggunakannya.

3.Pengamatan (Observasi)

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan.

Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya

berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti dibantu oleh

kolaborator melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang

diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/

penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat

pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya

terhadap proses dan hasil belajar siswa.

4.Refleksi

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan

dianalisis oleh peneliti dan kolaborator, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan

Page 49: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

35

yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu

adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki

kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan diterapkan pada penelitian

berikutnya.

b. Desain Penelitian

Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang

diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan maka akan ditindak lanjuti

untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran.

Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini

telah berhasil menguji Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Inside-

Outside Circle Dapat Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa Desain penelitian tindakan kelas yang dimaksud disajikan secara

sistematis pada gambar di bawah ini :

Page 50: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

36

Jika belum

Penelitian dihentikan

Bagan 1.

Alur Prosedur Pelaksanaan PTK

Perencanaan pelaksanaan model pembelajaran model kooperatif tipe inside-outside circle siklus I

Kemampuan komunikasi matematik siswa rendah

Pelaksanaan model pembelajaran model kooperatif tipe inside-outside circle siklus I

Refleksi dari pelaksanaan model pembelajaran model kooperatif tipe inside-outside circle siklus I

Kemampuan komunikasi matematik siswa belum mencapai hasil yang diharapkan

Pengamatan/ pengumpulan data siklus I

Perencanaan pelaksanaan model pembelajaran model kooperatif tipe inside-outside circle siklus II

Pelaksanaan model pembelajaran model kooperatif tipe inside-outside circle siklus II

Refleksi dari pelaksanaan model pembelajaran model kooperatif tipe inside-outside circle siklus II

Pengamatan/ pengumpulan data siklus II

Kemampuan komunikasi matematik siswa sudah mencapai hasil yang diharapkan

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Page 51: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

37

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kelas VIII-2 dengan jumlah siswa 22 orang

yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Pertimbangan

dipilihnya kelas tersebut adalah berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan

sebelum penelitian yang dirundingkan dengan guru kelas.

Dari hasil wawancara dengan guru kelas didapat bahwa minat siswa kelas

VIII-2 terhadap matematika sangat kurang. Sebagian besar siswa sangat pasif

dalam belajar matematika dan memiliki kemampuan yang rendah mulai dari

aspek kemampuan komunikasi, koneksi sampai aspek pemecahan masalah.

Kemudian hasil observasi sebelum penelitian selama proses pembelajaran

matematika di kelas VIII-2, siswa terlihat kurang mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan guru. Kebanyakan siswa malah mengobrol dengan

temannya, sehingga kelas menjadi berisik. Hanya sebagian kecil siswa yang

mencatat materi yang disampaikan.

.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian. Peneliti

bekerja sama dengan guru matematika kelas sebagai kolaborator dan observer.

Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan pembelajaran,

melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya.

Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dan

mengamati komunikasi matematik siswa selama proses pembelajaran dengan

lembar observasi.

Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerja sama antara guru

matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki

kedudukan yang setara, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan

Page 52: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

38

tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk

mencapai tujuan.2

E. Tahapan Perencanaan Tindakan

Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya kegiatan pendahuluan dan

dilanjutkan dengan tindakan berupa siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan,

observasi, evalusi serta analisis dan refleksi. Setelah dilakukan evaluasi dan

refleksi pada siklus I maka peneliti akan melanjutkan pada tindakan II jika data

yang diperoleh memerlukan penyempurnaan maka dilanjutkan kembali pada

siklus selanjutnya.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan adapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2

Tahapan Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan Pendahuluan

Observasi ke MTsN Tangerang II Pamulang Mengurus surat izin penelitian Membuat instrumen penelitian Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah Wawancara dengan guru mata pelajaran Menentukan kelas subjek penelitian Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian Mensosialisasikan pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Inside-Outside Circle

2 Suharsimi Arikunto, dkk, Peneltian Tindakan Kelas........, h. 63 

Page 53: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

39

Tabel 3

Tahap Penelitian Siklus I SI

KLU

S I

Tahap Perencanaan 1 Membuat rencana pembelajaran

2 Mendiskusikan RPP dengan Dosen Pembimbing dan guru kolaborator

3 Menyiapkan lembar tugas diskusi untuk setiap pertemuan

4 Menyiapkan lembar observasi siswa, wawancara, catatan lapangan, catatan harian siswa serta keperluan observasi lainnya.

5 Menyiapkan tes kemampuan komunikasi matematik siswa akhir siklus I

6 Menyiapkan alat dokumentasi. Tahap Pelaksanaan

1 Guru menyampaikan tujuan Pembelajaran

2 Guru menginformasikan bahwa pembelajara yang akan diterapkan adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Inside-Ouside Circle

3 Siswa dibagi ke dalam dua kelompok besar, satu sebagai Outside Circle, dan yang satu sebagai Inside Cicle

4 Dari satu kelompok besar tadi, guru membagi lagi menjadi 8 kelompok kecil. Tiap kelompok kecil mendapat tugas diskusi yang berbeda-beda.

5 Siswa dalam satu kelompok kecil mendiskusikan materi yang ada pada lembar tugas diskusi.

6

Setiap kelompok berputar searah jarum jam, sehingga menemukan kelompok siswa yang baru. Kemudian setiap siswa dalam satu kelompok secara bergantian menjelaskan hasil diskusi mereka yang terdapat pada lembar tugas diskusi.

7 Begitu seterusnya sehingga siswa kembali ke pasangan awal

8 Guru memberikan ulasan dan evaluasi hal-hal yang telah didiskusikan

9 Siswa menyimpulkan dari materi yang telah didiskusikan

10 Siswa mengerjakan tes akhir siklus untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematik mereka

11 Siswa mengisi jurnal harian 12 Dokumentasi

Tahap Observasi

Page 54: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

40

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa, dan mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran.

Tahap Refleksi

Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus I yang dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan adalah dengan indikator keberhasilan yaitu,

hasil tes kemampuan komunikasi matematik yang diberikan kepada siswa pada

pada akhir siklus harus mencapai KKM yaitu lebih dari atau sama dengan 70 dan

sebesar 75% dari jumlah siswa di kelas sudah mencapai KKM. Indikator

keberhasilan ini diambil berdasarkan pertimbangan bahwa: Berdasarkan hasil

wawancara dengan guru, siswa yang mencapai nilai KKM pada setiap ulangan

akhir bab maksimum mencapai 50%, sisanya mengikuti remedial. ”Pembelajaran

dikatakan berhasil apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar

mencapai taraf keberhasilan”3

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitataif dan data

kuantitatif.

a. Data kualitatif : hasil observasi proses pembelajaran, hasil observasi

kemampuan komunikasi matematik siswa, lembar jurnal harian siswa, hasil

wawancara terhadap guru, dan hasil dokumentasi (berupa foto dan video

kegiatan pembelajaran).

b. Data kuantitatif : nilai hasil tes kemampuan komunikasi matematik tiap siklus.

Sumber data : sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti.

3 Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Ed. Revisi, h. 108 

Page 55: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

41

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Instrumen Tes

Untuk tes digunakan tes kemampuan komunikasi matematik yaitu tes

yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk

menganalisis peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dan

ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah diberikan pada

kedua siklus sebagai implikasi dari PTK.

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:

a. Lembar observasi kemampuan komunikasi matematik siswa

Lembar observasi kemampuan komunikasi matematik siswa digunakan

untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa

secara lisan. Lembar observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan

merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus

berikutnya.

b. Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok

Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok digunakan untuk

mengetahui bagaimana peningkatan kerjasam setiap siswa dalam

kelompoknya selama pembelajaran dengan diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle.

c. Lembar jurnal harian siswa

Lembar jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa

dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside

circle.

Page 56: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

42

d. Lembar wawancara

Peneliti mewawancarai guru, sebelum dan setelah penelitian.

Wawancara sebelum penelitian dilakukan untuk mengetahui secara

langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum

mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi

di kelas. Sedangkan wawancara setelah penelitian dilakukan untuk

mengetahui bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa setelah

diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle.

e. Dokumentasi

Digunakan sebagai bukti otentik proses pembelajaran yang dilakukan

selama penelitian.

I. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas, situasi, atau kejadian yang

berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk

menjawab pertanyaan penelitian.

Untuk lebih jelasnya maka akan dipaparkan teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan matematik siswa secara tulisan diperoleh dari hasil tes

kemampuan komunikasi matematik pada setiap akhir siklus.

b. Observasi kemampuan komunikasi matematik siswa secara lisan; diperoleh

dari lembar observasi Observasi aktivitas belajar matematika siswa yang diisi

oleh observer pada setiap pertemuan.

c. Observasi kerjasama siswa dalam kelompok; diperoleh dari lembar observasi

Observasi kerjasama siswa dalam kelompok yang diisi oleh observer pada

setiap pertemuan.

d. Jurnal Harian Siswa, digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap

pembelajaran matematika dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Inside-

Outside Circle. Jurnal harian ditulis oleh siswa setiap akhir pertemuan

Page 57: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

43

e. Wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan siswa

pada tahap pra penelitian dan pada akhir siklus.

f. Dokumentasi; dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang

diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus.

g. Catatan lapangan; catatan lapangan ini dilakukan ketika proses pembelajaran

berlangsung untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran

yang tidak teramati dengan lembar observasi.

Tabel 4

Teknik Pengumpulan Data

No. Sumber Data

Jenis Data Teknik Pengumpulan

Data

Instrumen yang

Digunakan1 Siswa Kemampuan komunikasi

matematik siswa secara tulisan Pelaksanaan tes akhir siklus

Tes tertulis berbentuk uraian

2 Siswa Kemampuan komunikasi matematik siswa secara lisan dan kerjasama siswa saat pembelajaran

Observasi Lembar Observasi kemampuan komunikasi matematik siswa

3 Siswa Kerjasama siswa dalam kelompok Observasi Lembar Observasi kerjasama siswa dalam kelompok

3 Siswa Respon siswa terhadap pembelajaran

Pengisian Jurnal Harian Siswa

Jurnal Harian Siswa

4 Guru Proses pembelajaran matematika di kelas sebelum dan sesudah penelitian

Wawancara sebelum dan sesudah penelitian

Pedoman wawancara

Page 58: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

44

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi

Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik triangulasi dan saturasi,

yaitu :

a) Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang

berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang

kemampuan komunikasi matematik siswa dilakukan dengan mengobservasi

siswa, memberikan tes kemampuan komunikasi matematik pada siswa , dan

memeriksa hasil kerja siswa dalam mengerjakan lembar tugas diskusi.

b) Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal yang

sama. Untuk memperoleh informasi tentang komunikasi matematik siswa

dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan mengandakan

wawancara dengan guru.

c) Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan-

kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.

d) Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

Saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data

lain yang berhasil dikumpulkan, maka waktunya peneliti untuk mengambil

keputusan untuk mengakhiri siklus.4Agar dapat diperoleh data yang valid

sebelum digunakan dalam penelitian, instrument tes kemampuan komunikasi

matematik terlebih dahulu dilakukan uji validitas secara isi (content validity).

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus

tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.5 Validitas

isi dilakukan dengan mengkonsultasikan instrument tes tersebut kepada para

pakar (ahli) dalam hal ini yaitu dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II

yang merupakan pakar di bidang evaluasi pendidikan matematika.

4 Rochiati Wiriatmadja, Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. I, h. 170. 

5 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), , Ed. Revisi, Cet. 10, h. 67 

Page 59: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

45

K. Teknik Analisis Data

Sebelum menganalisis data, peneliti memeriksa kembali kelengkapan data

dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada semua data yang

sudah terkumpul, yaitu berupa hasil wawancara, hasil observasi, hasil jurnal

harian siswa, hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa dan catatan

komentar observer pada lembar observasi. Semua data dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif.

Tahap menganalisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada

dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan

data sebagai suatu proses siklus. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan

aktivitas-aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan memiliki

nilai ilmiah yang tinggi.

Menganalisis kemampuan komunikasi matematika secara tulisan yaitu dengan

cara jawaban-jawaban siswa terhadap berbagai tipe soal uraian dianalisis dengan

berpatokan pada sistem rubrics. Adapun rentang skor yang digunakan adalah 0, 1,

2, 3, dan 4, dengan kriteria seperti yang dijelaskan dengan tabel berikut :

Tabel 5

Kriteria Pemberian Skor dengan Menggunakan Rubrics

Skor Kriteria

4 Menulis apa yang diketahui dari soal, menyusun argumen lengkap

dan benar, serta jawaban benar

3 Menulis apa yang diketahui dari soal, menyusun argumen lengkap

dan benar, serta jawaban salah

2 Menulis apa yang diketahui dari soal, menyusun argumen kurang

tepat, dan jawaban salah

1 Hanya menulis apa yang diketahui dari soal

0 Tidak ada jawaban atau menginterpretasikan soal

Page 60: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

46

Menganalisis hasil observasi proses pembelajaran yaitu hasil observasi

terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa secara lisan. Setiap kategori

pengamatan diinterpretasikan dengan : sangat baik (5), baik (4), sedang (3),

kurang (2), sangat kurang (1). Kemudian dari hasil pengamatan tersebut dihitung

persentase total skornya menggunakan rumus sebagai berikut :

Menganalisis hasil observasi kerjasama siswa dalam kelompok yaitu setiap

kategori pengamatan diinterpretasikan dengan : baik sekali(4), baik (3), cukup (2),

kurang (1). Menganalisis jurnal harian yaitu dengan mengelompokan respon

siswa ke dalam komentar yang sama atau hampir sama. Kemudian dihitung

persentasenya.

L. Tindak Lanjut atau Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang

diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan kemampuan

komunikasi matematik siswa dalam pembelajaran matematika maka akan ditindak

lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan

pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan,

observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada

siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan

dilanjutkan dengan siklus II. Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari

bahwa penelitian ini telah berhasil menguji penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe inside-outside circle dalam meningkatkan kemampuan

komunikasi matematik siswa.

Kegiatan penelitian yang penulis akan lakukan memerlukan perencanaan dan

persiapan yang cukup panjang, adapun perencanaan tindakannya adalah peneliti

mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi kemampuan

Page 61: Kooperatif tipe inside outside circle dan kemampuan komunikasi

47

komunikasi matematik, observasi kerjasama siswa dalam kelompok, lembar

jurnal harian siswa, tes kemampuan komunikasi matematik. Peneliti juga dapat

menggunakan lembar tugas diskusi yang dibuat oleh peneliti sendiri atau yang

dianjurkan oleh sekolah.

Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi dapat berkolaborasi dengan

observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk membantu kelancaran

penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk berdiskusi membicarakan

kegiatan pada siklus selanjutnya.