etbis kel 8

27
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kompetisi dan globalisasi, setiap profesi dituntut untuk bekerja secara professional. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu bersaing di dunia usaha sekarang ini. Selain keahlian dan kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu profesi, dalam menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi. Dengan adanya etika profesi maka tiap profesi memiliki aturan-aturan khusus yang harus ditaati oleh pihak yang menjalankan profesi tersebut. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak melanggar batas- batas tertentu yang dapat merugikan suatu pribadi atas masyarakat luas. Etika tersebut akan memberi batasan-batasan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari oleh suatu profesi. Etika profesi menjadi tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi. Apabila etika suatu profesi dilanggar maka harus ada sangsi yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh profesi tersebut. Jika tidak maka akan mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut akan berkurang. Sedangkan apabila suatu profesi dijalankan berdasarkan etika profesi yang ada maka hasilnya tidak akan 1 |

Upload: andrisumihar

Post on 26-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya kompetisi dan globalisasi, setiap profesi dituntut untuk

bekerja secara professional. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu

profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu bersaing di dunia usaha

sekarang ini. Selain keahlian dan kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu profesi, dalam

menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

Dengan adanya etika profesi maka tiap profesi memiliki aturan-aturan khusus yang

harus ditaati oleh pihak yang menjalankan profesi tersebut. Etika Profesi diperlukan agar

apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak melanggar batas-batas tertentu yang dapat

merugikan suatu pribadi atas masyarakat luas. Etika tersebut akan memberi batasan-

batasan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari oleh suatu

profesi.

Etika profesi menjadi tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi.

Apabila etika suatu profesi dilanggar maka harus ada sangsi yang tegas terhadap

pelanggaran yang dilakukan oleh profesi tersebut. Jika tidak maka akan mengakibatkan

kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut akan berkurang. Sedangkan apabila

suatu profesi dijalankan berdasarkan etika profesi yang ada maka hasilnya tidak akan

merugikan kepentingan umum dan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

profesi tersebut.

Profesi akuntan sekarang ini dituntut untuk mampu bertindak secara professional

dan sesuai dengan etika. Hal tersebut karena profesi akuntan mempunyai tanggung jawab

terhadap apa yang diperbuat baik terhadap pekerjaannya, organisasinya, masyarakat dan

dirinya sendiri. Dengan bertindak sesuai dengan etika maka kepercayaan masyarakat

terhadap profesi akuntan akan meningkat.Terlebih saat ini profesi akuntan diperlukan oleh

perusahaan, khususnya perusahaan yang akan masuk pasar modal. Hal ini disebabkan setiap

perusahaan yang hendak ikut serta dalam bursa efek wajib diaudit oleh akuntan publik.

1 |

Namun kenyataanya dalam praktek sehari-hari masih banyak terjadi pelanggaran

terhadap Kode Etik tersebut. Berbagai pelanggaran terjadi baik di Amerika maupun di

Indonesia. Di Indonesia sendiri pelanggaran Kode Etik sering dilakukan oleh akuntan publik,

akuntan intern, maupun akuntan pemerintah.

Runtuhnya perusahaan raksasa Enron Corporation yang merupakan salah satu

perusahaan terkemuka di Amerika Serikat telah melibatkan KAP Arthur Andersen sebagai

akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tersebut. Perusahaan

tersebut telah diduga melebihkan neraca dan laporan keuangan. Skandal Enron

memunculkan banyak pertanyaan seputar peranan Arthur Andersen. Sebab auditor bertaraf

internasional ini telah memainkan dua posisi strategis diperusahaan tersebut, sebagai

auditor dan konsultan bisnis Enron. Hal inilah yang kemudian menjadi perdebatan di

kalangan auditor (jasa akuntan publik) mengenai industri akuntansi dan potensi benturan

kepentingan yang dihadapi perusahaan tersebut dalam peranannya di masyarakat.

Etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Di Indonesia issue ini berkembang

seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang terjadi baik yang dilakukan oleh

akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah.

Pelanggaran-pelanggaran ini seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan

mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan menerapkan etika secara memadai dalam

pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Pekerjaan seseorang profesional harus dikerjakan

dengan sikap profesional pula, dengan sepenuhnya melandaskan pada standar moral dan

etika tertentu. Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap

persoalan etika juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Oleh sebab itu

etika profesi akuntan ini dilakukan karena profesi akuntan aktivitasnya tidak terlepas dari

aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga harus

memahami dan menerapkan etika profesinya dalam bisnis.

2 |

BAB 2

Kajian Teori

2.1 Pengertian Etika

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos

sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat

tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,

cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang

oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul

kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang

adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).

Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita

akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus

mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari

perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata 'etika' yang terdapat

dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 - mengutip dari

Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : "ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak

(moral)". Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 - mengutip dari Bertens 2000), mempunyai

arti :

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajib moral

(akhlak)

2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak

3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa

Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan

Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang

3 |

membaca sebuah kalimat di berita surat kabar "Dalam dunia bisnis etika merosot terus"

maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa

Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘etika’ dalam kalimat

tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah yang dianut

suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia yang

lama tidak lengkap.

K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti

kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi

seperti berikut :

      1.  Nilai  dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu             

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan

dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan

etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan

maupun pada taraf sosial.

2. Kumpulan asas atau nilai moral.

Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik

3. Ilmu tentang yang baik atau buruk.

Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai

tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat

dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan

metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.

2.2 Pengertian Profesi

Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau

menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang

tinggi. Keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu

dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu

profesi tertentu disebut professional, sedangkan professional sendiri mempunyai makna

4 |

yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang

penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya.

2.3 Pengertian Etika Profesi

Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup

berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan

penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa

kewajiban terhadap masyarakat.

Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang

secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik

bagi professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan

apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar

professional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan

adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional.

2.4 Pengertian Kode Etik

kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu

kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun

bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma

hukum.

Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis

dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau

tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa

sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi

perbuatan yang tidak profesional.

2.4.1 Fungsi Kode Etik Profesi

Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai

seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok

yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:

5 |

a) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang

prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik

profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh

dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

b) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas

profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat

memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat

memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan

pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).

c) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi

tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat

dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan

yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau

perusahaan.

2.5 Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih

dikenal dengan istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu profesi

yang ada yaitu Akuntan Publik. Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi

masyarakat,yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance.

Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu

informasi bagi pengambil keputusan.

Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan

prosedur yang disepakati (agreed upon procedure).

Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang

independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam

semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di

dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan

temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang

6 |

dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan,

jasa konsultasi.

Sebenarnya selama ini belum ada aturan baku yang membahas mengenai kode etik

untuk profesi Akuntan Publik. Namun demikian, baru-baru ini salah satu badan yang

memiliki fungsi untuk menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi

akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional yaitu Institut

Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah mengembangkan dan menetapkan suatu standar

profesi dan kode etik profesi yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di

Indonesia.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen

Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan

Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan

Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan

anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).

Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A

dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan

memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik

ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi

tertentu.

Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus

diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik

yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang

memberikan jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti

yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini,

individu tersebut di atas selanjutnya disebut ”Praktisi”. Anggota IAPI yang tidak berada

dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa profesional seperti tersebut di atas

tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan

KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada

ketentuan yang diatur dalam Kode Etik ini.

Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan

etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika

profesi yang diatur oleh perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya

7 |

yang berlaku ternyata berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip

dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum,

atau peraturan lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip

dasar dan aturan etika profesi lainnya yang diatur dalam Kode Etik ini.

Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan

laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh

informasi keuangan yang handal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber

ekonomi.

Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global dan tuntutan

transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI

merasa adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan

dan pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi

International. Sebagai langkah awal IAPI telah menetapkan dan menerbitkan Kode Etik

Profesi Akuntan Publik, yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Untuk Standar

Profesional Akuntan Publik, Dewan Standar Profesi sedang dalam proses “adoption”

terhadap International Standar on Auditing yang direncanakan akan selesai di tahun 2010,

berlaku efektif2011.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5

prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:

1. Prinsip Integritas

2. Prinsip Objektivitas

3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional

4. Prinsip Kerahasiaan

5. Prinsip Perilaku Profesional

Selain itu, Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci aturan mengenai hal-hal berikut ini:

1. Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan

2. Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP

3. Seksi 220 Benturan Kepentingan

4. Seksi 230 Pendapat Kedua

5. Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya

6. Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional

8 |

7. Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan Lainnya

8. Seksi 270 Penyimpanaan Aset Milik Klien

9. Seksi 280 Objektivitas – Semua Jasa Profesional

10. Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance

Kewajiban Bagi Seorang Akuntan Publik (AP) Dan (KAP) Terdapat 5 (Lima) Kewajiban

Akuntan Publik Dan KAP Yaitu:

1. Bebas dari kecurangan (fraud), ketidakjujuran dan kelalaian serta menggunakan

kemahiran jabatannya (due professional care) dalam menjalankan tugas

profesinya.

2. Menjaga kerahasiaan informasi / data yang diperoleh dan tidak dibenarkan

memberikan informasi rahasia tersebut kepada yang tidak berhak. Pembocoran

rahasia data / informasi klien kepada pihak ketiga secara sepihak merupakan

tindakan tercela.

3. Menjalankan PSPM04-2008 tentang Pernyataan Beragam (Omnibus Statement)

Standar Pengendalian Mutu (SPM) 2008 yang telah ditetapkan oleh Dewan

Standar Profesional Akuntan Publik (DSPAP) Institut Akuntan Publik Indonesia

(IAPI), terutama SPM Seksi 100 tentang Sistem Pengendalian Mutu Kantor

Akuntan Publik (SPM-KAP).

4. Mempunyai staf / tenaga auditor yang profesional dan memiliki pengalaman

yang cukup. Para auditor tersebut harus mengikuti Pendidikan Profesi

berkelanjutan (Continuing Profesion education) sebagai upaya untuk selalu

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang audit dan proses

bisnis (business process). Dalam rangka peningkatan kapabilitas auditor,

organisasi profesi mensyaratkan pencapaian poin (SKP) tertentu dalam kurun /

periode waktu tertentu. Hal ini menjadi penting, karena auditor harus senantiasa

mengikuti perkembangan bisnis dan profesi audit secara terus menerus.

5. Memiliki Kertas Kerja Audit (KKA) dan mendokumentasikannya dengan baik. KKA

tersebut merupakan perwujudan dari langkah-langkah audit yang telah dilakukan

oleh auditor dan sekaligus berfungsi sebagai pendukung (supporting) dari

temuan-temuan audit (audit evidence) dan opini laporan audit (audit report).

KKA sewaktu-waktu juga diperlukan dalam pembuktian suatu kasus di sidang

9 |

pengadilan.

Larangan Bagi Seorang Akuntan Publik ( AP ) Dan ( KAP ) Akuntan Publik

Dilarang Melakukan 3 (Tiga) Hal :

1. Dilarang memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan (general

audit) untuk klien yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 3

tahun. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kolusi antara Akuntan

Publik dengan klien yang merugikan pihak lain.

2. apabila Akuntan Publik tidak dapat bertindak independen terhadap pemberi

penugasan (klien), maka dilarang untuk memberikan jasa.

3. Akuntan Publik juga dilarang merangkap jabatan yang tidak diperbolehkan

oleh ketentuan perundang-undangan / organisasi profesi seperti sebagai

pejabat negara, pimpinan atau pegawai pada instansi pemerintah, Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau

swasta, atau badan hukum lainnya, kecuali yang diperbolehkan seperti

jabatan sebagai dosen perguruan tinggi yang tidak menduduki jabatan

struktural dan atau komisaris atau komite yang bertanggung jawab kepada

komisaris atau pimpinan usaha konsultansi manajemen. Sedangkan, KAP

harus menjauhi.

Ada 4 larangan yaitu,

1. Memberikan jasa kepada suatu pihak, apabila KAP tidak dapat bertindak

independen.

2. Memberikan jasa audit umum (general audit) atas laporan keuangan untuk klien

yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 5 (lima) tahu

3. Memberikan jasa yang tidak berkaitan dengan akuntansi, keuangan dan

manajemen.

4. Mempekerjakan atau menggunakan jasa Pihak Terasosiasi yang menolak atau

tidak bersedia memberikan keterangan yang diperlukan dalam rangka

pemeriksaan terhadap Akuntan Publik dan KAP.

10 |

BAB 3

KASUS

3.1 Contoh Kasus

SUMBER 1

Kasus “kesalahan pencatatan” laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun 2001, dapat

dikategorikan sebagai tindak pidana. Soalnya, ini merupakan rekayasa keuangan dan

menimbulkan menyesatkan publik. Untuk itu, kasus ini akan ditindaklajuti secara serius

dengan pemeriksaan direksi dan kantor akuntan publik yang terlibat. Demikian pernyataan

Robinson Simbolon, Kepala Biro Hukum Bapepam, kepada para wartawan disela seminar

Pasar Modal di Jakarta Senin (4/11)

Seperti diketahui, Kimia Farma diduga kuat melakukan mark up laba bersih dalam laporan

keuangan tahun 2001. Dalam laporan tersebut, Kimia Farma menyebut berhasil meraup

laba sebesar Rp 132 miliar. Belakangan, belang Kimia Farma terkuak lebar. Perusahaan

farmasi tersebut pada tahun 2001 sebenarnya hanya menjala untung sebesar Rp 99 miliar.

Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM), diduga terlibat dalam aksi

penggelembungan tersebut. Memang, belakangan Kimia Farma dan HTM mengoreksi

laporan keuangan tersebut. Mereka beralasan telah terjadi “kesalahan pencatatan”. Sebuah

alasan yang melanggar akal sehat masyarakat. Saat ini, Bapepam masih mencari bukti

lanjutan kasus tersebut

Sayangnya, Bapepam seperti lembaga yang tak bergigi. Kasus pelanggaran di pasar modal

Indonesia masih tak jelas sanksi hukumnya. Tengok saja kasus insider trading Indosat yang

merugikan negara Rp 400 miliar. "Bapepam bukan lembaga penuntut yang bisa menyeret

orang ke pengadilan," kata Robinson. .

11 |

Sumber 2

Terkait dengan kasus penggelembungan dana yang diduga telah dilakukan oleh KAP

ini dan juga keterlibatannya dengan beberapa perusahaan, sebut saja PT. Kimia Farma yang

juga melibatkan Ludovicus Sensi W rekan KAP Hans Tuanakota Mustofa (HTM) selaku

auditor PT.Kimia Farma.

Seperti diberitakan sebelumnya, KAEF terpaksa melakukan audit ulang laporan

keuangan 2001 setelah akuntan publik perseroan, Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM),

menemukan sejumlah kesalahan pencatatan yang berdampak pada naiknya jumlah laba

bersih. Setelah dilakukan audit ulang, ditemukan kesalahan pencatatan bernilai total Rp

32,558 miliar dengan porsi terbesar di pos pajak.

Menurut auditor dari HTM, Ludovicus Sensi W, restated tersebut dilakukan karena

adanya fundamental error dalam laporan keuangan 2001 Kimia Farma. Dia mengakui

kesalahan pencatatan ditemukan sejak Mei 2001 pada saat pihaknya melakukan audit

sehubungan dengan rencana go public Kimia Farma pada Juli 2001.

Penemuan itu, lanjut Ludovicus, kemudian diinformasikan kepada manajemen

perseroan dan pihak terkait, yakni Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Kami informasikan bahwa ada salah saji secara material dalam laporan keuangan tersebut.

Untung saja manajemen Kimia Farma tidak menolak dilakukan restated, sehingga kami tidak

jadi menarik opini kami,” kata Ludovicus.

Dalam restated laporan keuangan 2001, penjualan bersih turun dari Rp 1,422 triliun

menjadi Rp 1,409 triliun dan beban pokok penjualan naik dari Rp 909,290 miliar menjadi Rp

950,875 miliar. Sementara beban usaha turun dari Rp 339,589 miliar menjadi Rp 331,351

miliar dan laba usaha turun dari Rp 173,882 miliar menjadi Rp 127,340 miliar.

Selain itu, laba sebelum pajak turun dari Rp 185,154 miliar menjadi Rp 138,612

miliar. Dengan koreksi beban pajak dari Rp 52,891 miliar menjadi Rp 39,017 miliar, laba

bersih menjadi hanya Rp 99,594 miliar dari sebelumnya Rp 132,263 miliar.

Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah mencatatkan

laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah terjadi

12 |

penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya

hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per 31

Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan

kepada publik. Berikut hasil dari pengamatan Bapepam mengenai kasus tersebut:

1. Kasus ini bermula dari ditemukannya hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam rangka retrukturisasi PT Kimia Farma Tbk. (PT KAEF), Sdr. Ludovicus

Sensi W selaku partner dari KAP HTM yang diberikan tugas untuk mengaudit

laporan keuangan PT KAEF untuk masa 5 bulan yang berakhir pada 31 Mei

2002, menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian

persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun

yang berakhir per 31 Desember 2001.

b. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan

bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi

saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi

penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada

semester I tahun 2002.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam, diperoleh bukti sebagai berikut :

a. Terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT KAEF, adapun

dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih

untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang

merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih PT Kimia Farma

Tbk.

b. Kesalahan tersebut terdapat pada unit-unit sebagai berikut:

Unit Industri Bahan Baku

Kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp 2,7 miliar.

Unit Logistik Sentral

Kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp 23,9

miliar Unit Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp 8,1

miliar.

Kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

13 |

c. Bahwa kesalahan penyajian tersebut, dilakukan oleh Direksi periode 1998–

Juni 2002 dengan cara:

Membuat 2 (dua) daftar harga persedian (master prices) yang

berbeda masing-masing diterbitkan pada tanggal 1 Februari 2002 dan

3 Februari 2002, dimana keduanya merupakan master prices yang

telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur Produksi

PT KAEF. Master prices per 3 Februari 2002 merupakan masterprices

yang telah disesuaikan nilainya (penggelembungan) dan dijadikan

dasar sebagai penentuan nilai persediaan pada unit distribusi PT KAEF

per 31 Desember 2001.

o Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit PBF dan unit Bahan

Baku. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak

disampling oleh Akuntan.

d. Berdasarkan uraian tersebut di atas, tindakan yang dilakukan oleh PT KAEF

terbukti melanggar:

o Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan

Keuangan.

e. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, terbukti bahwa Akuntan

yang melakukan audit Laporan Keuangan per 31 Desember 2001 PT KAEF:

o Telah melakukan prosedur audit termasuk prosedur audit sampling yang

telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, dan tidak

diketemukan adanya unsur kesengajaan membantu manajemen PT KAEF

dalam penggelembungan keuntungan tersebut. Namun demikian proses

audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang

dilakukan oleh PT KAEF.

3. Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-

undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah

Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995

tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma

(Persero) Tbk. Dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp.

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

14 |

4. Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

maka:

o Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002

diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk

disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan

atas laporan keuangan per 31 Desember 2001;

o Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku

auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp.

100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas

resiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba

yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah

melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan.

15 |

BAB 4

Analisis1. Jenis pelanggaran?

Pelanggaran yang telah dilakukan oleh KAP Hans Tuanakotta and Mustofa (Deloitte

Touche Tohmatsu's affiliate) adalah melanggar prinsip dasar etika profesi akuntan,

terutama kompetensi. Hal ini lebih jelas nya terdapat pada Seksi 130 tentang prinsip

kompetensi.

kompetensi : karena dalam kasus ini KAP tidak berhasil mendeteksi adanya

penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut,

meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan

Publik, seharus KAP mempunyai sikap kecermatan dan kehati-hatian dalam menjalankan

tugas dan memiliki segala ilmu pengetahuan dalam bidang nya sebagai Akuntan Publik.

2. Siapa yang melakukan pelanggaran?

Pada kasus ini pihak-pihak yang melakukan pelanggaran adalah manajemen PT.

Kimia Farma karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan

per 31 Desember 2001. Dan Akuntan Publik juga turut bersalah , karena atas resiko audit

yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia

Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur

kesengajaan.

3. Apa akibatnya?

Risiko ini berdampak pada reputasi KAP dimata pemerintah maupun publik, dan

pada akhirnya KAP harus menghadapi konsekuensi risiko seperti hilangnya kepercayaan

publik dan pemerintah akan kemampuan KAP tersebut, penurunan pendapatan jasa audit,

hingga yang terburuk adalah kemungkinan ditutupnya Kantor Akuntan Publik tersebut.

16 |

4. Melanggar UU pasal berapa?

Melanggar UU nomor 5 tahun 2011 tentang akuntan publik (Pasal 55 dan Pasal 56) , dan

Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal maka:

o Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002

diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk

disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan

atas laporan keuangan per 31 Desember 2001;

o Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku

auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp.

100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas

resiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba

yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah

melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan.

17 |

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Menurut kami, setiap auditor yang melakukan jasa audit terhadap klien nya di tuntut

untuk melaksanakan kegiatan nya sesuai prosedur yang telah ditetapkan sebelum nya sesuai

dengan SPAP. Memiliki kompetensi , serta kecermatan dan kehati-hatian professional

merupakan salah satu kewajiban etis yang harus dimiliki oleh profesi akuntan. Hal tersebut

untuk mendukung kualitas audit yang di hasilkan auditor agar tidak terjadi lolos nya salah

saji yang material yang kemudian akan menyesatkan para pemakai laporan keuangan

auditan ataupu akan menciptakan dampak ketidakpercayaan public terhadap jasa audit

yang kompeten.

18 |

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A. Randal J.Elder, Mark S.Beasley, 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Edisi 12.

Bartens, K. 2007. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

IAPI, 2008. Kode Etik profesi Akuntan Publik. Jakarta ; Salemba empat

Purba, Marisi, 2011. Profesi Akuntan Publik di Indonesia. Yogyakarta ; Graha Ilmu

http://www.bapepam.go.id

http://www.bloggerborneo.com/kode-etik-profesi-akuntan-publik

http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JPEB/article/download/379/373

http://www.tempo.co/read/news/2002/09/19/05631324/Hasil-Audit-Kimia-Farma-akan-

Selesai-Akhir-September

http://www.tempo.co/read/news/2002/11/04/05633339/Bapepam-Kasus-Kimia-Farma-

Merupakan-Tindak-Pidana

http://www.bumn.go.id/2289/publikasi/berita/manajen/lama/kimia/farma/dipastikan/

terlibat/kasus/

19 |