rmk etbis topik iii
TRANSCRIPT
LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI
EKSPEKTASI MASYARAKAT TERHADAP BISNIS DAN AKUNTANSI
Ekspektasi Masyarakat Terhadap Profesional Bisnis:
Pelayanan yang diberikan oleh sebuah profesi sangat penting bagi masyarakat, tempat profesi
tersebut berada. Dalam pandangan umum, kebijakan yang diharapkan muncul dari sebuah
profesi, diantaranya adalah mempertahankan:
Kompetensi dalam keahlian
Objektivitas dalam menawarkan pelayanan
Integritas dalam perjanjian dengan klien
Menjaga kerahasiaan data klien
Disiplin dengan tetap mengacu pada standar.
Kebijakan ini memiliki pengaruh yang sangat vital terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
Hal ini terlihat sangat signifikan, karena kepercayaan dari seorang profesional yang memang
harus digantungkan pada klien-kliennya. Pemberian kepercayaan ini timbul ketika sebuah
pelayanan dirasakan sangat penting bagi klien, dan adanya perbedaan yang signifikan mengenai
tingkat keahlian antara para profesional dan klien-kliennya, yang membuat para klien harus
mempercayakan keputusan-keputusan mereka berdasarkan keahlian para profesional. Jadi, para
profesional cenderung harus mengorbankan diri mereka untuk mempertahankan kepercayaan
yang telah diberikan oleh para kliennya.
Selama dua dekade terakhir, terdapat peningkatan ekspektasi bahwa bisnis ada untuk melayani
kebutuhan pemegang saham dan masyarakat. Banyak orang memiliki kepentingan dalam
bisnis, baik dalam aktivitasnya maupun dampaknya. Jika kepentingan stakeholder tidak
dihargai, maka akan terjadi tindakan yang sering merugikan pemegang saham, karyawan, dan
direktur. Pada kenyataannya, tidak mungkin bisnis itu dapat mencapai tujuan strategis jangka
panjangnya tanpa dukungan dari stakeholder, seperti pemegang saham, karyawan, pelanggan,
kreditur, supplier, pemerintah, masyarakat, dan aktivis.
Dukungan untuk sebuah bisnis tergantung pada kredibilitas stakeholder pada komitmen
perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan dari keunggulan kompetitif. Semua ini
tergantung pada kepercayaan terhadap posisi stakeholder dalam aktivitas perusahaan dan
1
kepercayaan terhadap nilai penting aktivitas perusahaan. Stakehoder sangat mengharapkan
bahwa operasi perusahaan dapat meningkatkan nilai dan keuntungan mereka. Untuk jangka
panjang, peningkatan terhadap nilai dan keuntungan stakeholder menentukan kesuksesan
perusahaan. Oleh karena itu, pemilik perusahaan mengharapkan manajemen perusahaan
bertindak sesuai dengan etika. Selain itu, manajemen diharapkan untuk dapat bertangggung
jawab kepada stakeholder melalui sikap transparan dan beretika. Perubahan harapan
masyarakat terhadap pengelolaan bisnis, perilaku dan pertanggungj awaban dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut.
a. Perhatian terhadap lingkungan
Tidak ada hal yang dapat mernbantah pendapat masyarakat bahwa kesehatan public dan
kesehatan beberapa pekerja terancam oleh aktivitas perusahaan. Diawali dengan
polusi udara yang berpusat pada cerobong asap dan asap dari pipa pembuangan gas,
hujan asam, penggundulan hutan, dan hilangnya lapisan ozon bumi. Pada akhirnya,
tingkat kesadaran akan masalah ini menjadi cukup besar untuk membuat risalah
internasional dan regulasi lokal yang lebih ketat. Menghilangnya lapisan ozon bumi
baru-baru ini diakui sebagai ancaman yang serius terhadap kesehatan fisik kita.
Perusahaan menegaskan bahwa mereka tidak memiliki solusi teknis untuk mengurangi
polusi air dan udara pada biaya yang masuk akal sehingga sulit untuk melakukan hal itu
dan di sisi lain tetap mampu bersaing. Bagaimanapun, ancaman terhadap kesehatan
individu mulai menekan pemerintah dan perusahaan secara langsung untuk mengubah
standar keselamatan untuk emisi perusahaan.
b. Sensitivitas moral
Selama tahun 1980-an dan 1990-an, terjadi peningkatan yang signifikan terhadap
sensitivitas akan kekurangan dalam keadilan dan kejujuran yang secara normal
dilakukan oleh individu dan kelompok dalam masyarakat. Beberapa kelompok
bertanggung jawab terhadap keluhan masyarakat yang memuncak, termasuk
pergerakan kaum feminis dan juru bicara terhadap pertentangan mental dan fisik,
yang dialami penduduk asli dan minoritas. Tekanan publik membawa perubahan pada
institusi sampai badan legislatif atau pengadilan agar lebih jujur dan adil serta
mengurangi diskriminasi.
2
Sensitivitas moral juga dijelaskan dalam isu-isu intemasional. Kampanye untuk
memboikot pembelian dari perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan anak kecil
dan tenaga kerja luar negeri dengan upah rendah banyak terjadi di sini, dan berakibat,
pada pembuatan kode etik praktik untuk suplier, sebagai pemenuhan mekanisme untuk
memastikan mereka mematuhinya. Organisasi seperti Social Accountability International
dan Accaunt Ability mengembangkan aturan tempat kerja, standar, program pelatihan
tempat kerja auditor, dan rerangka pelaporan.Keputusan yang salah dan aktivis
stakeholder. Direktur, eksekutif, dan manager juga manusia, mereka bisa membuat
kesalahan.
Terkadang masyarakat atau kelompok tertentu, mengambil hati atas kejadian ini dan
bertindak untuk membuat direktur dan manajemen sadar bahwa yang mereka lakukan
tidak disetujui. Dua aktivis lain juga membuat pernyataan di akhir tahun 1980-an dan di
awal 1990-an yaitu, etika konsumen dan etika investor. Etika konsumen mengatakan
bahwa pembelian produk dan pelayanan harus dilakukan sesuai dengan etika yang
dapat diterima. Etika investor berpandangan bahwa investasi mereka tidak boleh
hanya menghasilkan keuntungan yang besar, tetapi juga harus dilakukan dengan
carayang beretika.
c. Tekanan ekonomi dan persaingan
Perkembangan pasar global membawa pada produksi dan pencarian sumber daya produk
di seluruh dunia. Reshukturisasi perusahaan dipandang sebagai kemungkinan produksi
yang besar dan biaya rendah dengan tingkat tenaga kerja domestik yang rendah. Selain
itu, kompetisi yang ketat, akan meningkatkan volume kebutuhan untuk meningkatkan
laba, sehingga tekanan pada perusahaan kemungkinan tidak akan kembali pada level
sebelumnya.
d. Skandal keuangan: kesenjangan ekspektasi dan kredibilitas (expectations and credibility
gap)
Tidak diragukan lagi bahwa kegagalan keuangan yang terjadi akan mengejutkan dan
menghancurkan publik. Hal ini mengakibatkan publik mengolok-olok integritas
keuangan perusahaan, sehingga terjadi kesenjangan ekspektasi untuk menggambarkan
perbedaan antara apa yang masyarakat pikir akan diperoleh dalam laporan keuangan
audit dan apa yang sebenamya didapat. Tuntutan publik terjadi setelah kegagalan
3
keuangan yang berulang-ulang, baik di AS maupun Kanada, untuk mengetatkan
peraturan, ketajaman yang lebih tinggi, dan investigasi dalam integritas,
independensi, dan aturan profesi akuntansi dan auditing, dan kedekatan lebih dari
direktur dan eksekutif. Hilangnya kepercayaan ini meluas dari pengurusan laporan
keuangan hingga bidang lain dari aktivitas perusahaan, yang dikenal dengan nama
kesenjangan.
e. kredibilitas.Kegagalan pengelolaan dan penilaian risiko
Kegagalan Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom membuat wujud tata kelola
(governance) perusahaan menjadi jelas dan pelaporan aktivitas mereka tidak cukup
untuk melindungi kepentingan investor, dan lebih luas kepentingan publik dalam
permintaan pasar dan aktivitas perusahaan. Direktur perusahaan berharap untuk dapat
meyakinkan bahwa perusahaannya bertindak untuk kepentingan investor dengan
penjelasan tentang aktivitas perusahaan disediakan oleh perusahaan dimana mereka
beroperasi. Tapi dalam kasus Enron, WorldCom, dan kasus-kasus lainnya, kelalaian
direktur perusahaan tentu mengandung ketamakan dari eksekutif manajer, dan karyawan
lain. Perusahaan ini dan perusahaan lain lepas kendali dan melakukan praktik yang
tidak dapat diterima.
Akhirnya, publik menjadi muak terhadap direktur, eksekutif, dan pihak lain yang
memperkaya diri sendiri dengan membebani publik. Sudah jelas bahwa direktur dan
eksekutif tidak mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko etika dengan cara atau
pada departemen yang sama yang mereka lakukan terhadap risiko bisnis lainnya. Tapi
dalam kasus Enron, AA, dan WorldCom mengakibatkan kebangkrutan dua perusahaan
terbesar di dunia, dan tenggelamnya perusahaan akuntansi professional yang paling
dihormati di dunia hanya dalam I tahun. Kemungkinan kesalahan karena tidak
mengelola risiko etika akan menyebabkan bencana besar, tidak pernah diperkirakan
siapapun.
Penyusunan kembali tata kelola diartikan sebagai kebutuhan untuk melindungi
kepentingan publik, dimana direktur diharapkan untuk menilai dan memastikan bahwa
risiko etika yang saat ini dilihat sebagai aspek kunci dari proses ini, yang dihadapi
perusahaan, telah dikelola dengan baik.
f. Peningkatan kebutuhan akan akuntabilitas
4
Kurangnya kepercayaan dalam proses dan aktivitas perusahaan juga menimbulkan
keinginan untuk meningkatkan akuntabilitas investor, dan terutama stakeholder
lainnya. Perusahaan di seluruh dunia menanggapinya dengan mengumumkan lebih
banyak informasi pada websitenya maupun free-standing report terkait tanggung jawab
sosial perusahaan, termasuk di dalamnya subjek lingkungan, kesehatan dan
keselamatan, sumbangan, dan faktor sosial lainnya. Dimana beberapa informasi ini
condong kepada tujuan manajemen, kemunculan verifikasi luar, dan reaksi terhadap
misinformasi yang berangsur-ansur mengubah kandungan informasi. Trend
sesungguhnya adalah meningkatkan pelaporan nonkeuangan untuk menyesuaikan
pertumbuhan ekspektasi publik.
g. Hubungan antara perusahaan dengan kekuatan institusional (pemerintah)
Hubungan antara perusahaan-perusahaan mempengarui ekspektasi publik dalam
pelaksanaan etika yang masih diperkenalkan, tetapi tidak untuk memperluas masing-
masing kekuatan hubungan dan menambah kebutuhan publik dalam tindakan. Pada
gilirannya, publik sadar akan pengaruh politik, yang bereaksi dengan mempersiapkan
hukum-hukum baru atau peraturan-peraturan yang ketat. Pengaruhnya, banyak berita
yang menjangkau tingkat kesadaran publik dalam kekuasaan institusional dan
penyusunan hukum di daerahnya.
Salah satu contoh penting dari perundang-undangan yang baru adalah US Sentencing
Guidlines tahun 1991. Dalam catatan sebelumnya, hal itu menimbulkan kepentingan
yang signifikan bagi direktur dan eksekutif dimanapun di Amerika Utara apakah
perusahaan mereka menyediakan petunjuk yang cukup untuk personil mereka tentang
kelakuan yang pantas
h. Outcomes
Pada umumnya, ekspektasi publik berubah untuk menunjukkan sedikit toleransi,
meningkatkan kesadaran moral dan memperbesar ekspektasi dari perilaku bisnis.
Dampak dari mempertinggi ekspektasi, sejumlah penjaga dan penasehat muncul untuk
membantu atau mengganggu masyarakat dan bisnis. Konsultan tersedia untuk
menasehati perusahaan dan disebut investor etika tentang bagaimana untuk menyaring
kegiatan dan investasi dalam kesatuan antara keuntungan dan etika. Kesenjangan
kepercayaan bukan merupakan organisasi bisnis favorit. Kurangnya kepercayaan
5
membawa peningkatan peraturan dan perubahan besar dalam pemerintahan dan praktik
manajemen.
Ekspektasi Masyarakat Terhadap Profesional Akuntansi:
Dalam hal seorang akuntan dipekerjakan oleh sebuah organisasi atau KAP, tidak akan ada
undang-undang atau kontrak tanggung jawab terhadap pemilik perusahaan atau publik.
Walaupun demikian, sebagaimana tanggung jawabnya pada atasan, akuntan profesional
diharapkan untuk mempertahankan nilai-nilai kejujuran, integritas, objektivitas, serta
kepentingan akan hak dan kewajiban. Nilai-nilai tersebut mencegah akuntan profesional menjadi
terikat atau terpengaruh dengan kepentingan-kepentingan dari pemilik perusahaan.
BELAJAR DARI MASA LALU PROFESI AKUNTANSI: KASUS ENRON DAN KAP
ARTHUR ANDERSEN DAN WORLDCOM
Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen
A. (Kasus ini saya kutip dari sebuah blog yang Diposkan oleh Dr. Dedi Kusmayadi, SE.,
M.Si., Ak di 04:47)
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam
melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun
1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan
diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya
dengan industri energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future
transaction, trading commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus Enron
mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun
2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan
menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari
Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh
dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan
energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $
31.2 milyar.
6
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi
laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar
saham tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam
gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Kronologis, fakta, data dan
informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat
penulis kemukakan sebagai berikut:
1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif)
membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan
dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa
di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi
dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan.
Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula
adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap
kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan,
mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis
enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai
klien KAP Andersen.
4. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting
perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan
dengan hal tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001.
CEO Enron menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi
atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk
mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan.
Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-
hal yang serius yang perlu diperhatikan.
7
5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393
juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay,
menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang
sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya
akuntansi khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang
sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644
juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1
miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.
6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke
pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat
hutang perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan
pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang
dalam jumlah yang sama.
7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk
penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron
(penghambatan terhadap proses peradilan
8. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron.
Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.
9. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002.
sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah
berakhir pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi
masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari
Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.
11. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar
untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
12. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron
dan KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga
pemerintahan di Amerika.
8
13. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen
bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah
menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
14. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa
kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan
pengungkapan yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam
kasus Enron.
15. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut
untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP
Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan
membentuk suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen
baru.
16. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari
jabatannya.
17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak
sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan
hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi
kasus KAP Andersen dan Enron .
18. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai
presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah
telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi dari masalah ini adalah Bagaimana Kasus Enron dilihat dari Perspektif Etika
Bisnis dan Profesional Akuntan beserta implikasinya.
C. Pembahasan Masalah
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan
kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu
opportunity; pressure; dan rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari
melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita
meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap
9
kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut
dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari
kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang
menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar
modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor terhapus
seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika
dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan
dari pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information
mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari
principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional
untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika
bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah
ketidak jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis? adalah hutang
dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping
proses peradilan dan tuntutan hukum.
D. Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen Kasus ini memberikan dampak di
Amerika bahkan di Indonesia.
Seperti yang saya kutip dari sumber yang sama (blog yang Diposkan oleh Dr. Dedi
Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:47), kasus ini mempunyai implikasi terhadap
pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat
antara lain :
1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para
investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang
dilakukan perusahaan publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company
Accounting Oversight Board) yang bertugas:
-Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan public
-Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian
mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan
public
-Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan
mengenakan sanksi jika perlu
10
-Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar
professional di KAP
-Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar
professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.
2. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act
- Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa non
audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah jasa non audit
yang dilarang :
a.Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
b.Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.
c.Jasa appraisal dan valuation
d.Opini fairness
e.Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen
f.Broker, dealer, dan penasihat investasi
-Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan
sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena
definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi
audit committee.
-Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa
audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
-KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee
yang menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif
perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan
manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.
-KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief
accounting officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP
tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi
investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu,
kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang
mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi yang
11
dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan material. Sebagai tambahan,
menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran
ini.
4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi
kode etik bagi para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai
berikut “ para profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam kaidah-
kaidah aturan profesi saja tetapi profesional juga dalam menyatakan kebenaran pada
saat masyarakat akan dirugikan atau ada tindakan-tindakan perusahaan yang tidak
sesuai dengan hukum yang berlaku”.
5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang
melarang KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya
kepada perusahaan yang menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.
5. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe
SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-
Undang yang mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan dan melaporkan
ketaatanyan terhadap pedoman corporate governance.
6. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE),
menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam
pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi bisnis, dan
setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern (James : 2003).
Adapun dampak lain dari kasus ini yang saya kutip dari sebuah artikel yang berjudul
“Audit Eksternal dan Hubungannya dengan Komite Audit”
(Oleh IKAI ) . Dalam artikel tersebut dijelaskan menurut Agus Kretarto-Anggota
Komite Audit PT Bank BII, Tbk dalam pembahasannya tentang “Kriteria Pemilihan
Auditor Eksternal” menjelaskan bahwa profesi akuntan publik saat ini sedang
mendapatkan sorotan tajam bahkan sinis dari masyarakat umum akibat terjadinya
skandal-skandal besar di negara maju seperti AS yaitu kasus Enron dan WorldCom.
Akibat kasus-kasus tersebut kini kredibilitas akuntan publik menjadi jatuh terutama
disebabkan oleh keterlibatan Arthur Andersen salah satu KAP terbesar di dunia di
dalam skandal tersebut. Akuntan Publik tidak lagi dipandang sebagai profesi yang
12
unik melainkan sebagai industri yang tidak lepas dari kepentingan bisnis yang
sempit.
Fenomena ini telah mendorong berbagai upaya untuk memulihkan kepercayaan
masyarakat terhadap profesi akuntan publik. Contoh yang paling nyata adalah
inisiatif Sarbanes-Oxley yang merekomendasikan pembentukan badan pengawas
akuntan publik di pasar modal. Indonesia sendiri tidak terlepas dari pengaruh skandal
tersebut sehingga berbagai pihak seperti IAI dan BAPEPAM kini tengah membahas
pengawasan kompetensi dari Akuntan publik terutama yang terlibat di pasar modal
Indonesia.
Bagi perusahaan di Indonesia sendiri, pelajaran dari AS tersebut harus menjadi acuan
agar tidak sampai terulang di Indonesia. Untuk itu di dalam menunjuk auditor
eksternalnya perusahaan harus memiliki kriteria yang mampu meminimalkan resiko
manipulasi audit.
E. Kasus ini juga berdampak di Indonesia, seperti yang saya kutip dari Jum’at, 05 April
2002 | 10:27 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta dengan judul “Arthur Andersen
Indonesia Belum Terpengaruh Enron”.
Berikut adalah kutipan dari artikel tersebut :
TEMPO Interaktif, Jakarta:Prasetio, Utomo & Co, member akuntan publik Arthur
Andersen di Indonesia, belum mendapat pengaruh bangkrutnya Enron. Country
Managing Partner Arthur Andersen Indonesia, Soemarso Slamet Rahardjo, di
kantornya, Jumat (5/4), juga mengatakan akan mengikuti kantor pusat berkaitan
dengan soal merger. “Kami tetap bekerja seperti biasa tanpa gangguan, dengan
dukungan infrastruktur dan administratif penuh dari jaringan global maupun regional
Andersen Worldwide,” katanya.
Arthur Andersen LLP – member di Amerika Serikat – dianggap ikut bersalah dalam
kebangkrutan Enron. Akibatnya, Member Arthur Andersen di beberapa negara
seperti, Jepang dan Thailand, telah membuat kesepakatan merger dengan KPMG,
Australia dan Selandia Baru dengan Ernst & Young, dan Spanyol dengan Deloitte
Touche Tohmatsu.
Soemarso mengatakan di Amerika Serikat, sejumlah kliennya tidak lagi
menggunakan Andersen sebagai konsultannya akibat kasus Enron. “Kalau Indonesia,
13
seperti saya katakan, secara bisnis masih bisa dipertahankan,” katanya. “Belum ada
klien yang drop gara-gara kasus Enron.”
Ia mengatakan perkembangan terakhir yang terjadi pada Andersen LLP dapat
mempengaruhi hubungan kerjasama perusahaan yang berdiri sejak 1968 itu dengan
Andersen. Tapi, katanya, “Sampai saat ini kami masih bekerjasama dengan
Andersen.”
Tapi jika Andersen di Amerika Serikat kondisinya tidak membaik, katanya, “Mau
tidak mau kita juga nantinya terpaksa harus merger.”
Ia mengatakan Arthur Andersen Indonesia, yang memiliki lebih dari 1000 eksekutif,
akan mengikuti kebijakan pusat. “Dengan siapa [kita merger], kita ikutin,” katanya.
Alasannya, jika merger sendiri, meskipun berhak, nilainya akan dipandang kecil.
Ia juga mengatakan dirinya dan sekitar 40 partner Prasetio Utomo akan terus
mengkaji dengan hati-hati beberapa opsi sambil mencermati perkembangan di AS.
Pada waktunya nanti, lanjut dia, Prasetio Utomo akan membuat keputusan yang
sebaik-baiknya untuk melindungi kepentingan karyawan. “(Seandainya merger)Tidak
ada pemutusan hubungan kerja. Tidak ada itu,” tegasnya.
Di Amerika sendiri, aktivitas seluruh member Andersen dibekukan pemerintah.
Akibatnya, menurut Asian Wall Street Journal edisi Jumat (5/4), klien-klien Andersen
LLP beralih ke berbagai auditor. Antara lain Delotte and Touche (10 persen), KPMG
(11 persen), PriceWaterhouseCooper (20 persen), dan Ernst & Young (28 persen).
Dan yang berpindah ke auditor-auditor kecil lainnya atau mengaku belum tahu
berpindah kemana sebanyak 40 persen.
Prasetio, Utomo&Co didirikan tahun 1968. Pada awal pendiriannya, firm ini bekerja
sama dengan SGV Group (Sycip, Gorres, Velayo) yang berbasis di Manila, Filipina.
Pada saat itu, SGV Group merupakan KAP independen yang memiliki jaringan
terbesar di Asia Timur. Pada tahun 1985, SGV Group bergabung menjadi mitra
Arthur Andersen & Co., Societe Cooperative, yang diikuti pula oleh Prasetio Utomo.
(Ucok Ritonga-Tempo News Room)
F. Simpulan
Dari kasus tersebut bisa saya simpulkan bahwa Enron dan KAP Arthur Andersen
sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan
14
tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya
mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas
bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen. Dalam kasus ini, KAP
yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh KAP Arthur
Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya menuai kehancuran dimana
Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangakn KAP Arthur
Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat
terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur
Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus
ini. Kesimpulan yang bisa diambil dar ketiga sumber yang saya kutip kurang lebih
sama seperti yang saya simpulkan.
Salah satunya adalah kesimpulan yang saya kutip dari blog yang Diposkan oleh Dr.
Dedi Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:47 yang berisi sebagai berikut :
* Pihak manajemen Enron telah melakukan berbagaimacam pelanggaran praktik
bisnis yang sehat melakukan (Deception, discrimination of information, coercion,
bribery) dan keluar dari prinsif good corporate governance.Akhirnya Enron harus
menuai suatu kehancuran yang tragis dengan meninggalkan hutang milyaran dolar.
* KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi independensi,
dan profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari
tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat diantaranya melalui Deception,
discrimination of information, coercion, bribery. Akhirnya KAP Andersen di tutup
disamping harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum.
Kasus WorldCom
Bursa-bursa saham utama di dunia, termasuk di Jakarta anjlok tajam pada Juni 2002,
menyusul terbongkarnya skandal akuntansi di WorldCom, perusahaan telekomunikasi terbesar
kedua di Amerika Serikat (AS), enam pekan setelah terbongkarnya kasus Enron. WorldCom
merupakan perusahaan telekomunikasi yang menyediakan berbagai macam produk di seluruh
dunia seperti data,Internet, komunikasi telepon, layanan telekonfrens melalui video, sampai
penjualan kartu telepon prabayar untuk sambungan intemasional.
Perusahaan dengan kode saham Wcom di bursa Nasdaq ini memiliki 73.000 pegawai yang
tersebar di seluruh dunia. Sebanyak 3.300 di antaranyaadalah pegawai yang tinggal di Eropa,
15
Timur Tengah, dan Afrika. WorldCom sendiri adalah salah satu pionir di balik booming
telekomunikasi di AS, yang menjadi besar karena mengakuisisi banyak perusahaan kecil-kecil.
Akuisisi itu membuat WorldCom yang hanya berskala kecil melejit menjadi perusahaan besar
berskala dunia. Namun, pada saat yang sama' WorldCom terbebani utang 30 milyar dollar AS.
Ketidakpercayaan para investor tersebut bermula dari pengakuan manajemen WorldCom yang
menyatakan akan membukukan kerugian pada 2001 dan kuartal 2002, karena ada kesalahan
pelaporan akuntansi atas pengeluaran perusahaan sebesar US$ 3,9 miliar (hampir Rp 38
triliun). Pengeluaran yang dilakukan tersebut berasal dari tranfer dana sebesar US$ 3,055
miliar pada 2000 dan US$ 797 juta pada kuartal I 2002. Seharusnya dana sebesar US$ 3,9
miliar tersebut dibukukan sebagai pengeluaran. Namun oleh auditor yang ditunjuk WorldCom
justru dibukukan sebagai pendapatan. Worldcom terlibat rekayasa akuntansi atau manipulasi
laporan keuangan milyaran dollar AS. Dalam pembukuannya Worldcom mengumumkan laba
sebesar US$ 3.9 milyar antara Januari 2001 sampai Maret 2002.
Skandal ini telah menenggelamkan kepercayaan investor terhadap Korporasi AS dan
menyebabkan harga saham dunia menurun serentak di akhir Juni 2002. Banyak investor lari
dari pasar saham karena mereka telah kehilangan kepercayaan, sehingga mereka
mengurungkan niat untuk membeli saham. Dampak dari kasus tersebut, bursa saham di Wall
Street tekoreksi seperti indeks Dow Jones di New York Stock Exchange OIYSE) yang anjlok
sebesar 155 poin atau 1,67 persen dan Nasdaq sebesar 26,35 poin atau2,49 persenWorldCom
merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar ke-2 di Amerika
Serikat, dengan asset yang hampir 70%lebihbesar daripada Enron. Pada tanggal 25 Juni 2002,
perusahaan mengumumkan bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan mencapai US$3,8
milyar. Hal ini yang kemudian akan menyebabkan terguncangnya kredibilitas pasar modal.
Skandal keuangan WorldCom telah merededikasi fokus akuntan profesional pada peranan
mereka yang diharapkan sebagai pelayan kepentingan publik. Reputasi dan masa depan dari
profesi tersebut telah rusak, dan pengabdian ulang dan kesuksesannya bergantung pada
rededikasi ini. Akuntan profesional harus membuat penilaian dan nilai-nilai yang mencakup
ekspektasi publik, yang menyertai munculnya akuntabilitas dan kerangka kerja pengelolaan
berorientasi stakeholder. Standar dan seksi aturan main yang baru dimunculkan untuk
memandu akuntan profesional dan memastikan tidak adanya kepentingan diri sendiri, bias, dan
atau salah paham dalam pemikiran independen profesional atau yang menunjukkan bahwa
16
terdapat kekurangan independensi. Para pengamat pasar melihat bahwa penyebab dari
terguncangnya pasar modal adalah terjadinya skandal keuangan dalam tubuh WorldCom.
WorldCom mengumumkan keuntungan sebesar US$3,8 milyar yang ternyata merupakan
sebuah rekayasa akuntansi terbesar sepanjang sejarah dunia bisnis. Keuntungan tersebut
tidak lain merupakan hasil dari praktik manajemen laba yang menaikkan keuntungan yang
dilakukan oleh pihak manajemen WorldCom. Akibat skandal itu, harga saham WorldCom
ambruk dari ketinggian US$60 per lembar saham tahun 1999 menjadi hanya sekitar 83 sen
akhir Juni 2002, dan sekarang hanya berkisar l0 sen. Penipuan tersebut dalam konteks besaran
uang, lebih besar daripada kasus Enron, dan menenggelamkan kepercayaan investor terhadap
korporasi Amerika Serikat. Kurs dollar AS ambruk dan harga saham di berbagai bursa saham
dunia amblas serentak. SEC mengatakan kasus keuangan WorldCom merupakan kasus terbesar
yang belum pernah terjadi sebelumnya Skandal WorldCom lagi-lagi menyeret auditor ternama
internasional yang merupakan salah satu anggota auditor "The Big Five" yaitu Arthur Andersen
karena menyetujui laporan keuangan palsu manajemen WorldCom, sebagaimana terjadi juga
pada kasus Enron.1:
DAFTAR PUSTAKA
Leonard J. Brooks. 2004. Business & Profesional Ethics for Accountants. Soulth Western
Collage Publishing.
Ronald, F. Duska dan B.S.Duska.2005. Accounting Ethics. Blackwell Publishing.
Sonny, Keraf, 2006. Etika bisnis:tuntutan dan relevansinya. Pusaka Filsafat:Yogiakarh.
www.google.com
17