essay korupsi

7
GURITA PRAKTIK KORUPSI AKIBAT DESENTRALISASI Oleh : Muhammad Irham Fathoni Apakah korupsi telah menjadi budaya? jawabannya pasti akan beragam tergantung apa yang dimaksud dengan budaya serta kekuatan ikatannya dalam menentukan pola nilai dan norma kehidupan sosial masyarakat. Bung Hatta pernah menyatakan bahwa korupsi di indonesia telah menjadi budaya dengan melihat fenomena yang terjadi, namun bila budaya itu diwariskan apakah nenek moyang kita mengajarkan korupsi atau suatu perbuatan yang kemudian dalam masa modern ini disebut korupsi ? Banyak orang cerdas di Indonesia yang menduduki berbagai jabatan penting di pemerintahan. Namun, rupanya kecerdasan akademik tidak linier dengan pembangunan karakter luhur dan moral yang baik. Artinya, cerdas belum tentu bermoral dan berkarakter baik. Bahkan, dalam realita sosial, orang yang cerdas seringkali menjadi koruptor besar yang merugikan masyarakat. Korupsi dan kekuasaan memang ibarat dua sisi dari satu mata uang. Korupsi selalu mengiringi perjalanan kekuasaan dan sebaliknya kekuasaan merupakan “pintu masuk” bagi tindak korupsi. Dengan adagium Lord Acton, kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut cenderung korup secara absolut. Gagasan tentang desentralisasi kemudian menjadi energi baru bagi masyarakat untuk mendobrak hegemoni negara dengan kekuasaannya yang mengerucut kepada kekuasaan yang absolut di era orde baru, menyebabkan dukungan yang luas terhadap gelombang desentralisasi. Namun memicu pertanyaan

Upload: irham-fathoni

Post on 09-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anti-corruption essaay

TRANSCRIPT

GURITA PRAKTIK KORUPSI AKIBAT DESENTRALISASIOleh : Muhammad Irham FathoniApakah korupsi telah menjadi budaya? jawabannya pasti akan beragam tergantung apa yang dimaksud dengan budaya serta kekuatan ikatannya dalam menentukan pola nilai dan norma kehidupan sosial masyarakat. Bung Hatta pernah menyatakan bahwa korupsi di indonesia telah menjadi budaya dengan melihat fenomena yang terjadi, namun bila budaya itu diwariskan apakah nenek moyang kita mengajarkan korupsi atau suatu perbuatan yang kemudian dalam masa modern ini disebut korupsi ?Banyak orang cerdas di Indonesia yang menduduki berbagai jabatan penting di pemerintahan. Namun, rupanya kecerdasan akademik tidak linier dengan pembangunan karakter luhur dan moral yang baik. Artinya, cerdas belum tentu bermoral dan berkarakter baik. Bahkan, dalam realita sosial, orang yang cerdas seringkali menjadi koruptor besar yang merugikan masyarakat. Korupsi dan kekuasaan memang ibarat dua sisi dari satu mata uang. Korupsi selalu mengiringi perjalanan kekuasaan dan sebaliknya kekuasaan merupakan pintu masuk bagi tindak korupsi. Dengan adagium Lord Acton, kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut cenderung korup secara absolut. Gagasan tentang desentralisasi kemudian menjadi energi baru bagi masyarakat untuk mendobrak hegemoni negara dengan kekuasaannya yang mengerucut kepada kekuasaan yang absolut di era orde baru, menyebabkan dukungan yang luas terhadap gelombang desentralisasi. Namun memicu pertanyaan bagaimana kapasitas institusi lokal dalam merespon perubahan tersebut?. Kapasitas ini terkait dengan ranah pengembangan demokrasi, pelayanan publik, ekonomi dan sektor krusial lainnya.Penerapan desentralisasi yang dilakukan pemerintah atas pertimbangan keberagaman potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Tujuan desentralisasi tidak lain adalah sebagai upaya untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun kenyataannya kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang diharapkan berjalan di tempat dan terkesan lambat. Hal ini terjadi dikarenakan maraknya aksi korupsi oleh elit-elit yang ada di daerah. Melihat kebelakang pada UU No. 5 Tahun 1974, penyelenggaraan pemerintahan daerah di belenggu oleh pemerintah yaitu dalam bentuk pengawasan. ujung-ujungnya di tingkat pusat, korupsi juga selalu menjerat.Lahirnya Undang-Undang Otonomi Daerah ternyata tidak serta merta membawa angin segar bagi pemberantasan korupsi. Reposisi pendulum kekuasaan antara pusat dengan daerah yang imbang harusnya menjadi angin segar bagi pemerintah daerah terutama dalam mewujudkan cita-cita bangsa, yakni untuk mensejahterakan rakyat. Faktanya, korupsi justru makin subur di era desentralisasi. Reformasi menghasilkan DPR yang lebih berkuasa dibanding presiden, sedangkan otonomi menghasilkan DPRD yang tidak kalah berkuasanya dibandingkan kepala daerah. Laporan pertanggungjawaban kepala daerah dan pemilihan kepala daerah dijadikan ajang korupsi secara gotong royong. Modus paling populer dalam korupsi berjamaah di daerah yakni APBD jadi-jadian. Misalnya saja untuk tunjangan aktivitas dewan yang dianggarkan minimal Rp 625 juta dan maksimal 1% dari PAD sering dimanipulasi dengan jumlah yang irasional namun tidak tersentuh oleh media dan pemerintah pusat. Sehingga praktik tersebut terus menggurita keseluruh elemen pemerintahan daerah. Hal itu jelas mengancam masa depan negeri ini. Sektor pemerintahan lingkup terkecil dan yang paling dekat dengan masyarakat sudah terinfeksi korupsi. Hal tersebut mengisyaratkan akan adanya faktor yang paling membahayakan bagi masa depan pembangunan bangsa Indonesia yang melebihi gerakan militer atau transisi politik yang kacau. Faktor itu adalah korupsi.Kontrol pemerintah yang dulu kuat, kini tak lagi kokoh. Penyebabnya adalah UU Otonomi Daerah, yang telah jelas membagi kekuasaan politik kepada DPRD dan kekuasaan keuangan kepada Kepala Daerah. Kontrol pemerintah pusat tidak sekuat dulu dan ada perubahan di tingkat eksekutif dan legislatif di daerah. Dan sejalan dengan itu, antara DPRD dan kepala daerah saling menimbulkan ketergantungan kepentingan yang menciptakan praktek-praktek korupsi. Terutama pada musim-musim tertentu. Saat pemilihan kepala derah, penetapan APBD serta pertanggungjawaban kepala daerah kepada DPRD.Salah satu penyebab penyebaran korupsi secara mendasar di daerah karena kekuasaan yang demikian besar pada elite lokal. Untuk mencegah korupsi di daerah adalah dengan membatasi kekuasaan pemerintah daerah dan khususnya DPRD. Sistem demokrasi perwakilan telah memberikan kekuasaan yang besar kepada wakil rakyat untukpublic trustseperti sekarang ini. Karenanya sistem demokrasi langsung sekarang ini relevan dikedepankan, khususnya terhadap beberapa hak demokrasi yang fundamental seperti memilih kepala daerah, melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan negara di tingkat daerah yang selama ini menjadi ajang politik, money politik, kompromi-kompromi politik, dan lain sebagainyaPemerintahan dengan pemimpin dalam balutan kesederhanaan yang mewakili suara dan kegelisahan rakyat yang lantang ia bergempita mengorasikan seruan pembelaan terhadap bangsa Indonesia demi rakyat., dan untuk rakyat sekarang tidak lagi terdengar menggaung seantero negeri. Yang ada hanya pemimpin-pemimpin korup yang berhasil menghancurkan citra pemerintahan di masyarakat dan berhasil membuat citra baru pemerintahan sebagai Sektor yang kotor. Wajar saja jika rakyat menggeneralisasi pemikiran mereka, karena hampir semua bagian dari pemerintahan tersentuh penyakit sosial ini. Tidak terkecuali yudikatif yang harus nya menjadi benteng pelindung bangsa ini dari kejamnya korupsi. Tindakan korupsi tidak hanya terjadi di pemerintahan pusat saja. Pemerintahan daerah yang tidak terjamah oleh media perlu juga diberi perhatian. Karena data menunjukkan bahwa korupsi di daerah juga cukup besar nilainya. Indonesia adalah negara yang besar, dengan berbagai dinamika sosial, politik dan ekonomi yang menuliskan tinta merah di tiap lembar perjalanannya. Mencari asa dalam duka, mencoba berdiri dengan gagah, walau tertatih ia dengan sisa-sisa tenaga. Menjadi seorang pemuda penerus tonggak perjalanan bangsa bukanlah hal yang mudah. Kita harus mulai berfikir saat ini. Bagaimana memutus mata rantai korupsi yang seperti diwariskan dari generasi saat ini ke generasi selanjutnya serta mulai mengakar dalam diri pribadi bangsa kita. Untuk bisa menatap Indonesia yang lebih cerah dan beretika. Tentunya dengan tidak adalagi korupsi di negeri ini. Integrasi masyarakat yang lebih kuat dan kritis mutlak diperlukan saat ini. Karena tugas melawan korupsi bukan hanya oleh KPK, tapi mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. Agar kepercayaan dan gairah demokrasi dapat tumbuh kembali dengan adanya calon pemimpin yang sesuai dengan harapan rakyat. Karena Korupsi bukanlah tanda bahwa negara kuat dan serakah. Korupsi adalah sebuah privatisasi kekuasaan sebagai amanat publik yang telah diperdagangkan sebagai milik pribadi, dan akibatnya ia hanya merepotkan, tapi tanpa kewibawaan

BIOGRAPHICAL DATANama: Muchamad Irham FathoniSpesialisasi: Diploma 1 Pajak 2EAlamat: Jalan sekolahan nomor 5 Jurangmangu TimurNomor hp: 085854077734Email: [email protected] Pendidikan: - MI Darul Ulum Pepelegi(2000-2006)- SMP Negeri 1 Taman, Sidoarjo(2006-2009)- SMA Negeri 1 Sidoarjo(2009-2012)- S1 Ekonomi Pembangunan FEB UNAIR(2012-2013)- D1 Pajak STAN(2013-2014)Pengalaman Organisasi: Ketua Try Out Nasional USM STAN 2014 Regional Sidoarjo 2014 Research & Development Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia se-Jawa Timur, Bali & NTB periode 2012-2013 Anggota Departemen Keilmuan HIMA EP UNAIR periode 2013 Ketua Tim Soal Olimpiade Ekonomi UNAIR 2013 Liasion Officer 6th Eccents FEB UNAIR 2012 Ketua Pelaksana Diskusi Ekonomi Terpadu I FEB UNAIR 2012 Anggota MPK SMAN 1 Sidoarjo 2011Prestasi :1. Juara 1 Lomba menulis Artikel Balai Diklat Keuangan Pontianak UNPREDICTABLE 20141. Peserta Terbaik STAN Discussion Panel 20141. Juara 1 Lomba Karya Tulis Mahasiswa YOUTEE 2014 STAN1. Mahasiswa berprestasi HIMA Ekonomi Pembangunan UNAIR 20131. Finalis Lomba Kepenulisan Essay Muslim Day FT UNDIP 20121. Finalis Lomba Essay Ajang Jurnalistik ARJUNA 2012 UNDIP1. Distinction Grade, Australian Nasional Chemistry Quiz 2011 for Senior High School