essay pemberdayaan wilhan 1a

22
PEMBERDAYAAN WILAYAH PERTAHANAN SEBAGAI STRATEGI PERTAHANAN UNTUK MENGANTISIPASI DAN MENANGKAL ANCAMAN TERHADAP KEDAULATAN NEGARA 1. Pendahuluan. Pemilihan system pertahanan territorial oleh sebuah negara, pada dasarnya dengan pertimbangan karena wilayah negara yang relatif kecil dan populasi penduduknya yang sedikit, sehingga semua warga negara dan sumberdaya dilibatkan sebagai kekuatan pertahanan. Pelibatan warga negara dalam memperkuat pertahanan tidak terbatas pada pria saja tetapi wanita juga mendapat kewajiban yang sama. Kepentingan negara dalam melibatkan seluruh warga negaranya dalam pertahanan negara, tidak hanya untuk kepentingan perang, tetapi kebijakan negara dalam melibatkan warga negara dan komponen kekuatan negara, selama masa damai lebih ditujukan untuk membiasakan seluruh warga negaranya agar bersikap disiplin, tertib, respek dan terutama cinta tanah air. Dengan menanamkan sikap ini, negara dapat menilai dan mengukur sampai sejauh mana jiwa nasionalisme warganegaranya dalam pertahanan negara. Kesiapan warga negara semenjak awal dalam misi negara, akan memudahkan negara dalam mengorganisir dan mengendalikan warga negara serta kekuatan nasional lainnya. Apabila suatu saat negara menghadapi perang karena negara diserang musuh maka seluruh warga negara telah siap menjadi

Upload: wandassffd

Post on 20-Jun-2015

1.955 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

PEMBERDAYAAN WILAYAH PERTAHANAN

SEBAGAI STRATEGI PERTAHANAN UNTUK MENGANTISIPASI DAN

MENANGKAL ANCAMAN TERHADAP KEDAULATAN NEGARA

1. Pendahuluan.

Pemilihan system pertahanan territorial oleh sebuah negara, pada dasarnya dengan

pertimbangan karena wilayah negara yang relatif kecil dan populasi penduduknya yang

sedikit, sehingga semua warga negara dan sumberdaya dilibatkan sebagai kekuatan

pertahanan. Pelibatan warga negara dalam memperkuat pertahanan tidak terbatas pada

pria saja tetapi wanita juga mendapat kewajiban yang sama. Kepentingan negara

dalam melibatkan seluruh warga negaranya dalam pertahanan negara, tidak hanya untuk

kepentingan perang, tetapi kebijakan negara dalam melibatkan warga negara dan

komponen kekuatan negara, selama masa damai lebih ditujukan untuk membiasakan

seluruh warga negaranya agar bersikap disiplin, tertib, respek dan terutama cinta tanah

air. Dengan menanamkan sikap ini, negara dapat menilai dan mengukur sampai sejauh

mana jiwa nasionalisme warganegaranya dalam pertahanan negara.

Kesiapan warga negara semenjak awal dalam misi negara, akan memudahkan negara

dalam mengorganisir dan mengendalikan warga negara serta kekuatan nasional lainnya.

Apabila suatu saat negara menghadapi perang karena negara diserang musuh maka

seluruh warga negara telah siap menjadi anggota organisasi militer serta siap mengangkat

senjata, melawan musuh.

Adam Robert (1986; 34) membuat definisi tentang pertahanan wilayah yaitu :

"Territorial defence is a system of defence in depth; it is the governmentally-organized defence of a state's own territory, conducted on its own territory. It is aimed at creating a situation, in which an invader, even though he may at least for a time gain geographical possession of part or all of the territory, is constantly harassed and and attacked from all sides. It is a form of defence strategy which has important organnational implications, being liable to involve substantial reliance on a citizen army, including local units of a militia type.Characteristically, a territorial defence system is based on weapons systems, strategies and methods of military organization which are better suited to their defensive role than to engagement in major military actions abroad".

Bila diterjemahkan secara bebas adalah :

Pertahanan teritorial adalah sistem pertahanan secara mendalam; suatu bentuk pertahanan yang dibuat pemerintah yang terorganisir di wilayah negara dan dilakukan di wilayahnya sendiri. Hal ini ditujukan untuk menciptakan situasi, di mana penyerbu, telah menguasai sebagian atau seluruh wilayah negara, terus diganggu dan diserang dari semua sisi. Ini adalah bentuk strategi pertahanan yang memiliki implikasi organisasi penting, yang berimplikasi besar

Page 2: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

2

terhadap organisasi yang bertanggung jawab untuk menggantungkan harapan besar dengan melibatkan pada tentara warga negara, termasuk unit lokal dalam bentuk milisi. Karakteristik, sistem pertahanan teritorial didasarkan pada sistem senjata, strategi dan metode organisasi militer yang lebih berperan sebagai pertahanan daripada keterlibatan dalam aksi militer besar di luar negeri "

Untuk dapat mewujudkan kondisi seperti dalam definisi ini, tidak cukup hanya

dengan perhatian seadanya, namun membutuhkan pemikiran yang komprehensif.

Tidak cukup hanya dengan sebuah strategi, tetapi dibutuhkan Grand Strategi sebuah

negara, agar semua aspek dalam penyiapan pertahanan dalam mempertahankan

kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa dapat diwujudkan.

TNI sesuai Bujukin TNI tentang pemberdayaan wilayah pertahanan, yang

disyahkan dengan peraturan Panglima TNI NOMOR PERPANG/ 97 / XII / 2009

TANGGAL 28 DESEMBER 2009, menyatakan bahwa Operasi Teritorial pada

Operasi Konvensional bertujuan untuk mengerahkan, menggunakan Ruang,

Alat dan Kondisi Juang (RAK Juang) dalam mendukung keberhasilan operasi tempur

dalam menggagalkan, menghambat dan menghancurkan serangan dan ancaman nyata

kekuatan perang musuh, sedangkan pada Operasi Teritorial dalam operasi

perlawanan wilayah bertujuan untuk menciptakan, mengerahkan, menggunakan

Ruang, Alat dan Kondisi Juang untuk membantu operasi tempur dalam rangka

merubah perimbangan kekuatan yang menguntungkan kita. Pertimbangan Indonesia

menerapkan RAK Juang, karena Indonesia menganut kompartementasi, sebagai

bentuk pertahanan pulau-pulau besar dan rangkaian pulau kecil. Dengan geografi

Indonesia yang sangat luas yang terdiri dari beberapa pulau besar dan rangkaian

pulau kecil, kemungkinan terjadi ancaman tidak terjadi kepada seluruh wilayah,

sehingga setiap pulau, harus mampu menyelenggarakan pertahanan mandiri, sebagai

penyanggah awal, sebelum tindakan lain dilaksanakan. Pemikiran ini menjadi logis

bila Indonesia mengadopsi konsep pertahanan teritorial, meskipun dalam aplikasinya

tidak murni seperti yang diterapkan negara lain.

2. Perkembangan Politik Internasional.

Trend ancaman yang berkembang saat sekarang tidak hanya ancaman keamanan

secara fisik saja, namun ancaman yang bersifat menyeluruh dalam setiap sendi kehidupan

bangsa dan negara. Perkembangan sejauh ini dapat dilihat bagaimana ancaman terhadap

perekonomian, politik, sosial budaya dan bidang lain yang pada muaranya akan

Page 3: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

3

berimplikasi terhadap pertahanan negara. Beberapa teori tentang hubungan

internasional, setiap negara pada dasarnya adalah anarkhis, selalu berusaha untuk

membuat negara lain menjadi lebih lemah, meskipun tidak dilakukan secara nyata, namun

upaya untuk memposisikan negara menjadi lebih kuat dibandingkan negara lain yang

bertetangga atau beraing tetap dilakukan. Invasi dan Agresi militer sebuah negara

terhadap negara lain yang berdaulat, akan dikecam oleh negara-negara lain, bahkan dalam

piagagam PBB memastikan bahwa tidak sebuah negarapun boleh menyerang negara lain

yang berdaulat. Upaya- upaya perdamaian terus dilakukan dan negara –negara

mendukung, melalui berbagai kegiatan berusaha mewujudkan perdamaian dunia. Namun

demikian kepentingan nasional sebuah negara juga harus tetap diprioritaskan, bagaimana

setiap negara berusaha untuk dapat memenuhi kesejahteraan rakyatnya. Bila kebutuhan

hidup rakyatnya terganggu, apapun akan dilakukan oleh sebuah negara. Sebuah negara

yang merasa bahwa tidak ada ancaman terhadap kepentingan nasional dan kedaulatannya,

negara tersebut akan kesulitan untuk mengembangkan kapabilitas pertahanannya.

Kekuatan sebuah negara dalam menghadapi ancaman, dinyatakan oleh Jenderal Carl Von

Clausewitz dengan teori Trinitri, bahwa kekuatan militer harus didukung oleh kebijakan

politik negara dan didukung pula oleh semangat mempertahankan diri oleh segenap

rakyat. Sebuah negara meskipun secara fisik tidak mampu melakukan perlawanan

bersenjata, selama semangat rakyat masih ingin melepaskan diri dari cengkeraman

musuh, maka negara tersebut belum dapat dikatakan kalah perang. Akan tetapi tdak

cukup hanya semangat rakyat untuk mempertahankan negara, harus ada kebijakan negara

mempersenjatai militernya. Confusius mengatakan bahwa rakyat adalah dasar dari

sebuah negara, tanpa rakyat sebuah negara tidak akan eksis dan tanpa rakyat, tidak

mungkin dapat membentuk kekuatan tentara. Belajar dari Amerika bagaimana

hubungan sipil sebagai rakyat, menciptakan banyak inovasi dan tentara yang

memanfaatkannya bagi kepentingan pertahanan.

Beberapa pengalaman yang terjadi pada beberapa perang, di Vietnam sebagai

contoh. Bila ditinjau dari kemampuan kekuatan militer, kemampuan ekonomi dalam

membiayai perang, tidak satupun yang dapat diperhitungkan untuk dapat memenangkan

perang. Setiap pertempuran hampir selalu kemenangan difihak Amerika, namun

semangat rakyat untuk berjuang melawan musuh masih tertanam kuat, sehingga segala

upaya dilakukan demi membebaskan diri dari penguasaan Amerika yang pada akhirnya

Page 4: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

4

Vietnam berhasil melepaskan diri dan menjadi negara merdeka. Apakah perlawanan

seperti itu hanya menggunakan semangat saja, suatu hal yang tidak mungkin, perlu

kebijakan negara menyiapkan senjata dan logistik lainnya serta memperkuat strategi

militer.

Perang, terlalu penting bila hanya diserahkan kepada militer, karena perang adalah

urusan negara, yang harus disiapkan oleh seluruh komponen bangsa, secara olitik,

ekonomi dan sosial budaya. Carl Von Clausewitz mengatakan bahwa perang adalah

kelanjutan dari politik, perang tidak selalu menggunakan kekerasan, tetapi dapat

dilakukan dalam bentuk lain, pada intinya kemenangan perang sudah diraih apabila dapat

memaksa fihak lain mengikuti kemauan fihak penekan.

Peparangan generasi ke 4 memiliki target yang jauh lebih dalam, sasaran perang

pada generasi ke 4 bukan secara fisik pada takluknya pasukan musuh, Akan tetapi

diarahkan lebih dalam dan langsung menyerang pada keruntuhan motivasi politik pihak

lawan. Pada level strategi, target peperangan pada generasi ini adalah menyerahnya

motivasi pembuat kebijakan difihak lawan, sehingga kemenangan strategis diperoleh

dengan serangkaian serangan terkoordinasi dan simbolik melalui ragam cara untuk

menghacurkan infrastruktur eknomi, social budaya dan Politik Negara, yang akan

meruntuhkan semangat perlawanan pemimpin Politik Negara.

Politik adalah wilayah sipil dan Menteri adalah jabatan politik, oleh karenanya

menteri adalah jabatan sipil. Dalam politik Indonesia sipil yang memegang posisi kunci

dalam jabatan politik saat ini masih belum memahami konsep dan strategi pertahanan

untuk menjaga kedaulatan Indonesia. Sipil sangat penting memiliki pengetahuan dan

memahami konsep pertahanan. Pemahaman terhadap pertahanan Negara, merupakan

kebutuhan dan sangat diharapkan pada para politisi sipil, karena mereka perlu memahami

bahwa. Pertahanan adalah persoalan bangsa, bukan bagian TNI saja. Tanpa dukungan

sipil yang faham pertahanan akan sulit mewujudkan keseimbangan, akan sulit

melaksanakan pertahanan secara optimal.

2. Perkembangan perang dari masa kemasa.

Pada 400-320 tahun sebelum masehi, Su tzu telah menyusun sebuah seni perang, yang

dikenal dengan Su Tzu Art of War,sebagai buku filsafat militer dan pertama kalinya

dikembangkan di Jepang pada tahun 716 – 735 Masehi. Tjio Tjiang Feng (2009;iii)

Page 5: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

5

selanjutnya buku ini diterjemahkan di perancis dan di inggris. Pada awal-awal

kekaisaran di Eropa perang juga terjadi sebagai bentuk arogansi para pangeran untuk

memperebutkan wilayah dan sumber daya. Meskipun pada masa itu perang belum

dilakukan oleh kekuatan tentara yang dibentuk negara namun masih menggunakan

kekuatan tentara bayaran, dan akhirnya berkembang setiap negara membutuhkan tentara

untuk melindungi negaranya. Setelah terbentuknya negara-negara bangsa, ternyata

perang juga masih terjadi yang dapat dipelajari dalam Perang dunia I, dimana unsur

kekuatan ditentukan oleh populasi manusia, sehingga pada masa tersebut, negara yang

dapat mengerahkan kekuatan yang lebih besar, maka negara itu yang akan memenangkan

perang.

Setelah berakhirnya perang dunia I, sebagian besar negara berharap bahwa perang

ini menjadi perang terakhir dan tidak berharap terjadi perang lagi. Akan tetapi dengan

berjalannya waktu, perubahan politik dan kepemimpinan, ternyata masih muncul Perang

Dunia II, yang melibatkan hampir seluruh wilayah di dunia. Akibat dari perang dunia II

ini akhirnya konsep kolonialis mendapat tentangan dari semua negara koloni, dan secara

berangsur-angsur negara-negara koloni menjadi negara merdeka, baik melalui perjuangan

atau diberikan kemerdekaan oleh pihak kolonial.

Tidak hanya berhenti sampai disana, ternyata, pertentangan ideologi antar kutub

kekuatan telah menciptakan bentuk perang baru yaitu perang dingin, sebagai pertentangan

perbedaan ideologi antara kekuatan barat yang dipimpin Amerika dan dibagian Timur

dipimpin oleh Uni Soviet. Pertentangan ideologi juga akhirnya berkembang menjadi

perlombaan senjata nuklir. Fihak barat maupun fihak timur, masing-masing menggelar

pasukan disepanjang perbatasan dan menempatkan senjata-senjata pelempar hulu ledak

nuklir di wilayah masing-masing. Meskipun selama perang dingin tidak terjadi perang

secara nyata, namun ketegangan yang terjadi sangat menyita konsentrasi para pemimpin

Amerika dan Soviet. Kehadiran dua kekuatan tersebut hanya terjadi pada wilayah untuk

memperebutkan pengaruh masing-masing, seperti yang terjadi di Korea, perebutan

pengaruh yang menyebabkan perang. Bomb nuklir yang pernah diledakkan untuk

kepentingan perang justru terjadi pada akhir perang dunia II, dimana Amerika

menjatuhkan Bomb Nuklir di jepang dengan sasaran kota Nagasaki dan kota Hirosima,

yang menjadi alasan Kaisar Jepang menyerah kalah tanpa syarat.

Page 6: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

6

Persaingan pemgembangan persenjataan nuklir dan teknologi militer, ternyata

dimanfaatkan amerika sebagai sebuah strategi untuk menghancurkan Soviet. Amerika

mengatahui bahwa perekonomian Russia dan kelompoknya tidak sehebat yang dimilki

oleh Amerika. Dengan pengembangan persenjataan dan teknologi yang dilakukan oleh

Amerika memancing soviet untuk selalu mengimbangi, namun diluar perhitungan,

kekuatan ekonomi dalam negeri Soviet tidak mampu dan membuat Uni Soviet bangkrut.

Kondisi ini sebagian orang mengatakan sebagai pemicu perpecahan negara Uni Soviet,

selain peran pemimpin Uni soviet yang menerapkan konsep Perestroika.

Dengan kehancuran Soviet, kekuatan dunia menjadi terpusat pada satu Kutub

yaitu Amerika sebagai Negara Adidaya, sebagai satu-satunya kekuatan dan menjadikan

dirinya sebagai polisi dunia, yang dapat melakukan aksi semena-mena yang didukung

oleh negara-negara lain sebagai sebuah aliansi, dengan mengabaikan keberadaan

Perserikatan bangsa-bangsa. Kondisi ini menyebabkan perlawanan dari kekuatan lain

yang tidak mampu menghadapi kekuatan yang dimiliki oleh Amerika secara langsung,

sehingga perlawanan dilakukan dalam bentuk Asymetry yang dinyatakan dengan

menerapkan taktik bertempur layaknya Insurjen, dan dengan berjalannya waktu aksi

insurjensi berkembang menjadi Terrorism. Puncak aksi terror terhadap Amerika

terlihat pada tragedi 11 september 2001, yang mendorong Amerika untuk menyatakan

perang terhadap terror dan dengan menggunakan diplomasi koersif, mengajak negara lain

didunia untuk mengikuti keinginannya, dengan pernyataan bahwa negara manapun yang

mengikuti cara Amerika memerangi terror akan menjadi teman sedangkan yang menolak,

akan menjadi musuh.

Situasi mencekam, dimana negara masih menghadapi ancaman perang dan invasi

dari negara lain, sementara PBB dengan piagamnya menyatakan bahwa setiap negara

berhak atas kedaulatan negara masing-masing, pada akhirnya dunia mengupayakan

perdamaian abadi, tanpa kekerasan berbentuk perang. Namun apakah akan berhenti

seperti itu ? Sebuah negara besar tentu saja akan menanamkan hegemoni secara luas,

dengan menerapkan strategi perang secara lunak, menguasai negara lain dengan kekuatan

politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Dengan cara yang halus namun

menjadikan negara lemah akan kehilangan kedaulatannya.

Page 7: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

7

Satu-satunya cara menghindari hal ini adalah dengan meningkatkan daya saing

yang disampaikan Yuwono Sudarsono, Changing Role of Indonesian Military, 2008 ,

sehingga sebuah negara seperti Indonesia, yang masih pada kondisi negara berkembang,

perlu memberdayakan sumber daya manusia, untuk menguatkan semua aspek kehidupan

agar tidak mudah dipengaruhi dan dikendalikan kekuatan dari luar. Tanpa upaya itu,

ancaman akan muncul dari dalam, berupa kemiskinan, pengangguran, hilangnya lapangan

kerja dan hilangnya kemampuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apabila ancaman

dari dalam ini tidak dapat tertangani, akan memunculkan kondisi negatif, yang membuka

peluang fihak asing menanamkan pengaruhnya untuk memotivasi rakyat tidak lagi

mempercayai pemerintah dan pada ujungnya melakukan pemberontakan, perlawanan

kepada pemerintah. Dalam kondisi seperti yang digambarkan ini maka fihak asing yang

berkepentingan akan melakukan intervensi, dengan alasan kemanusiaan, meskipun

terselubung niat untuk menguasai Indonesia.

4. Persepsi Sipil menghadapi Ancaman.

Persepsi yang berkembang di Indonesia saat ini yang masih tertanam difikiran

sebagian besar politikus yang menganggap bahwa tidak ada ancaman yang berbentuk

agresi atau invasi militer terhadap Indonesia. Bahkan Kementrian pertahanan dalam

buku ( putih/doktrin /strategi pertahanan) menyatakan secara jelas bahwa kemungkinan

adanya agresi militer sangat kecil kemungkinannya. Sebuah negara yang menganggap

bahwa tidak ada ancaman bagi negaranya, akan sulit mengembangkan kekuatan

pertahanan. Sementara negara lain berfikir bukan ada atau tidaknya ancaman, tetapi

mereka memfokuskan pada pesaing, mereka menganggap bahwa semua negara dapat saja

suatu saat menjadi musuh dan musuh yang paling mungkin adalah tetangga terdekat.

Oleh karenanya tetangga terdekat itulah yang dianggap sebagai pesaing. Beberapa

peneliti mempelajari tentang perkembangan penyiapan pertahanan sebuah negara yang

akhirnya memunculkan sebuah pendapat yang disebut sebagai dilema keamanan. Dilema

keamanan diterjemahkan sebagai sebuah perkembangan kekuatan pertahanan negara.

Kebijakan pertahanan sebuah negara akan menjadi bahan pertimbangan negara lain dalam

mengembangkan kekuatan pertahanan negara masing-masing, terutama bagi negara-

negara yang bertetangga. Seorang pemimpin militer Indonesia pernah mengatakan

bahwa bila waktu lampau terjadi perang, dan diikuti lagi dengan perang, maka pada masa

Page 8: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

8

depan sangat mungkin terjadi perang. Entah apa penyebabnya, kemungkinan perang

dimasa depan masih terbuka.

Presiden RI dalam sambutannya pada acara Ulang tahun I Universitas pertahanan,

menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dunia saat ini adalah makanan, sumber

tenaga dan air ( Food, energy and water). Hal ini menunjukkan bahwa perselisihan antar

negara dapat saja terjadi karena memperebutkan penguasaan atas ketersediaan makanan,

energi dan air, karena ketiganya merupakan unsur vital bagi sebuah bangsa dan negara.

Ketiadaan kebutuhan makanan, energi dan air bagi sebuah negara, akan mengakibatkan

kehancuran. Sebuah negara tentunya tidak ingin hancur karena tidak mampu

menyediakan makanan, energi dan air bagi warga negaranya, sehingga untuk memperoleh

unsur-unsur kebutuhan hidup itu, maka salah satu jalan adalah perang untuk

memperebutkan penguasaan atas kebutuhan hidup rakyatnya.

Sebagai akibat persepsi yang dipikirkan oleh para politikus, yang menganggap

tidak ada lagi ancaman perang, sehingga mereka mengganggap bahwa Indonesia hanya

butuh menyediakan “mentega” bagi rakyat dengan pengertian bahwa mengutamakan

kesejahteraan, yang dalam perjalananya belum juga kunjung dicapai karena masing-

masing bidang saling bersaing demi kepentingan sektornya, merasa seolah-olah hanya

sektornya yang paling menentukan, sehingga upaya meningkatkan kerjasama yang efektif

untuk menyelesaikan permasalahan secara terfokus, belum terlihat secara nyata.

Perbedaan pandangan terhadap sebuah permasalahan besar masih terjadi di

Indonesia, lihat saja bagaimana pemerintah ingin menyusun kebijakan tentang kemanan

nasional, namun masih ada aktor institusi yang belum mendukung, karena masing-masing

takut kehilangan kekuasaan, bahkan mencurigai kekuatan lain ingin mengambil alih dan

ingin berkuasa kembali. Sebuah pemikiran yang sempit, demi kepentingan sektor,

mengorbankan kepentingan negara, yaitu kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan

keselamatan bangsa. Permasalahan lain bagaimana negara memandang terror hanya

sebagai extra ordinary crime, pelanggaran hukum yang berat, padahal dunia menganggap

terror sebagai sebuah strategi perang yang harus dihadapi juga dengan strategi perang.

Suatu pemikiran yang salah, karena bila penanganan yang salah, kekuatan ancaman yang

semakin besar, dan pada er tersebut militer baru dilibatkan, maka permasalahan sudah

sulit ditangani. Dari informasi yang diperoleh dari para profesor yang mendalami

Page 9: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

9

permasalahan keamanan Nasional, salah satu negara yang belum menerapkan kebijakan

tentang keamanan nasional salah satunya adalah Indonesia diantara sedikit negara yang

tidak menerapkan kebijakan keamanan nasional. Keamanan nasional pada hakekatnya

adalah kerjasama antar institusi untuk menghadapi setiap permasalahan negara, sesuai

dengan bentuk dan jenis permasalahan, sehingga setiap institusi yang memiliki sektor

tanggung jawab, masing-masing wajib menyiapkan perangkat sebagai upaya untuk

mencegah terjadinya ancaman dan menghadapi munculnya ancaman, yang dalam istilah

umum dikenal dengan nama rencana kontijensi. Setiap sektor menyusun kajian, atas

penerapan strategi yang telah disusun, apakah kemungkinan ancaman yang akan timbul

dan bagaimana mencegah serta bila tidak dapat dicegah, maka bagaimana

menghadapinya, agar ancaman tersebut tidak menghancurkan infrastruktur yang telah

dibangun. Dengan pemikiran seperti ini maka tidak ada satu sektor yang menjadi

dominan terhadap sektor lain, tetapi setiap sektor sesuai dengan hubungan kerjanya, dapat

saling memperkuat dan saling mendukung, untuk menghindari setiap kemungkinan

ancaman. Dengan telah tersusunnya rencana menghadapi kontijensi, maka setiap sektor

akan dapat menyusun rencana-rencana aksi sesuai tugas dan tanggung jawab sektornya

dalam menghadapi ancaman baik terhadap sektornya sendiri maupun sebagai bantuan

bagi sektor lain yang berkaitan dengan sektornya.

Selain permasalahan yang berkaitan dengan pertahanan, para politisi masih

meracuni pikiran dan persepsi rakyat dengan slogan bahwa Indonesia memiliki sumber

daya alam yang berlimpah, menyebabkan sikap hidup rakyat menjadi malas berfikir,

seolah olah dengan mengandalkan sumberdaya alam, semua urusan negara dapat

terselesaikan. Apabila kondisi dan pola pikir ini tidak segera berubah, dalam perjalanan

waktu sampai 20 tahun mendatang, Indonesia akan menghadapi kesulitan untuk

menghadapi ancaman serius disegala bidang dari para pesaing.

5. Bagaimana seharusnya Indonesia menyikapi Perkembangan politik Internasional

dan melihat trend ancaman masa kini dan masa depan.

Sebuah negara sebesar Indonesia, tidak boleh merasa aman dari kemungkinan

ancaman dari fihak lain, karena dengan demikian akan melupakan kesiapan pertahanan

negara, oleh sebab itu, Indonesia tidak boleh hanya memilih menyediakan “Butter” dan

melupakan “gun” tetapi sebaiknya perlu mempertimbangkan seberapa banyak “butter”

Page 10: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

10

dan seberapa banyak “gun” yang harus disediakan negara untuk menyelamatkan

kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan rakyatnya.

Dalam sebuah organisasi, selalu harus ada keseimbangan antara kesejahteraan dan

kesiapsiagaan, tidak boleh terjadi dalam suatu organisasi hanya memprioritaskan salah

satu unsur tersebut, karena akan mengakibatkan merosotnya disiplin dan merongrong

kekuatan organisasi. Negara adalah sebuah organisasi besar yang juga harus

menyeimbangkan antara kesejahteraan dan kesiapsiagaan, tidak boleh hanya mengurusi

salah satu dari dua unsur tersebut. Bila negara sebagai sebuah organisasi hanya memilih

kesejahteraan, bila terjadi perubahan situasi dunia, dan negara mendapat ancaman musuh,

maka dalam sekejap negara akan runtuh dan penderitaan rakyat semakin besar karena

menjadi rakyat jajahan. Akan tetapi juga tidak perlu memprioritaskan hanya melengkapi

alut sista militer dan membiarkan kesejahteraan diabaikan, karena akan membuat rakyat

miskin dan menderita. Oleh sebab itu kesejahteraan dan pertahanan negara harus dapat

berjalan seiring dan mendapat porsi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan negara.

Sun Tzu menyatakan:

“Now the reason the enlightened prince and the wise general conquer the enemy whenever they move and their achievements surpass those of ordinary men is foreknowledge.  What is called ‘foreknowledge’ cannot be elicited from spirits, nor from the gods, nor by analogy with past events, nor from calculations.  It must be obtained from men who know the enemy situation”.

Meramalkan masa depan sebuah negara, tidak didapat dari bantuan arwah atau

hanya menunggu petunjuk tuhan, bukan hanya melalui perhitungan saja, tetapi

membutuhkan orang-orang yang mengetahui benar tentang musuh. Musuh dalam hal ini

adalah para pesaing. Perlu diingat bahwa perang generasi keempat diawali dengan

meruntuhkan infrastruktur ekonomi, politik dan sosial budaya, yang menghacurkan

semangat perlawanan para elit politik. Dalam tulisan Daoed Joesoef mengutip kalimat

Mao Zedong, menghancurkan sebuah negara, yang paling mudah adalah dengan

menghancurkan infrastruktur ekonomi sebuah negara. Perekonomian negara yang porak

poranda, menimbulkan ketidak percayaan rakyat atas kinerja pemerintah dan

menimbulkan perpecahan dan pemberontakan. Dalam keadaan kacau seperti itu,

kekuatan militer asing akan sangat mudah menghacurkan negara dan kekuasaan atas

kedaulatan beralih kepada negara penyerang. Indonesia dengan pola penanganan

perekonomian yang belum memperhatikan bagaimana ekonomi rakyat secara mendasar,

menyebabkan kemiskinan yang meluas, rakyat menderita, meskipun negara menghitung

Page 11: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

11

tingkat pencapaian dalam perkembangan ekonomi nasional yang tinggi, namun tidak

meyentuh perekonomian rakyat secara umum, kepercayaan rakyat atas pemerintah

menjadi rendah, yang memancing intervensi asing untuk menanamkan pengaruhnya

kepada rakyat, untuk melakukan perlawanan dan bahkan pemberontakan. Bila ini

terjadi, dengan pola penyiapan kesiap siagaan militer yang sangat renah di Indonesia,

maka bersiap untuk menjadi masyarakat terjajah kembali.

Untuk mencapai perdamaian, bersiaplah untuk perang. Sebuah istilah yang sudah

lama dikenal dikalangan para ahli strategi dan para penguasa negara. Dengan pemikiran

seperti ini maka tidak sebuah negarapun yang tidak menyiapkan negaranya untuk

menghadapi situasi terburuk yang mungkin bakal dihadapi. Dalam sebuah negara unsur

militer hampir selalu ada, karena bila sebuah negara terbentuk, maka tugas utama negara

tersebut adalah menyelamatkan negara dari ancaman negara lain. Indonesia menyatakan

bahwa perang adalah pilihan terakhir, Indonesia cinta damai, tetapi lebih mencintai

kemerdekaan, yang mengandung arti bahwa Indonesia bersama-sama dengan negara lain

didunia berusaha untuk menciptakan perdamaian, namun bila menyangkut ancaman

terhadap kedaulatan negara, Indonesia harus siap berperang untuk mempertahankan

kemerdekaan.

Dengan kenyataan seperti itu, seharusnya tidak ada alasan bagi indonesia untuk

tidak meningkatkan kemampuan militer. Sebuah negara sebesar Indonesia, dimana

wilayah terluas adalah laut, dengan perbandingan 2/3 wilayah Indonesia adalah lautan,

yang didalamnya terkandung kekayaan alam yang berlimpah, sementara Indonesia belum

mampu mengolahnya secara optimal, peluang yang dapat diambil adalah bagaimana

mengamankan asset yang dimiliki, sambil mempersiapkan sumberdaya untuk

mengolahnya dikemudian hari. Pemerintah menyadari brahwa setiap tahun Indonesia

menderita kerugian sebesar 50 triliun karena pencurian kekayaan laut. Keadaan ini

terjadi karena kemampuan mengendalikan laut sangat lemah yang menyebabkan

keleluasaan bagi para pencuri kekayaan alam laut melakukan aksinya di laut Indonesia.

Wilayah yang sangat luas sementara kemampuan mengawasi dan mengendalikan wilayah

tidak dapat dilakukan secara optimal, akan menimbulkan munculnya wilayah yang tidak

dapat dikendalikan , dalam istilah internasional disebut sebagai “ungovern places”

dimana pada wilayah seperti ini dapat saja kekuatan lain melakukan aktifitas yang akan

merugikan Indonesia. Demikian juga halnya wilayah udara, dengan luas wilayah udara

Page 12: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

12

sementara kemampuan Angkatan Udara yang minim, menyebabkan banyak terjadi

pelanggaran batas wilayah yang tidak mampu dikendalikan oleh negara. Bila wilayah

udara digunakan oleh negara lain tanpa kemampuan untuk mencegahnya, apakah hal ini

bukan berarti kedaulatan atas wilayah telah hilang ? Disisi lain wilayah daratan,

kemampuan Angkatan darat belum seutuhnya dapat mengawasi seluruh perbatasan darat

dengan negara tetangga, salah satu penyebab banyak kekayaan alam dicuri oleh fihak-

fihak yang memanfaatkan kelemahan pengawasan. Berapa kerugian Indonesia bila

dihitung dari semua pelanggaran, mencurian kekayaan alam dan bentuk-bentuk lain ini ?

Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, sementara Negara memahami permasalahannya,

tetapi tidak dilakukan tindakan yang benar, maka dalam waktu 10 tahun sampai 20 tahun

mendatang, Indonesia akan menjadi negara miskin karena kekayaan alamnya telah

dikuras oleh fihak lain, tanpa perolehan konpensasi bagi kesejaahteraan rakyat.

Untuk mencegah kondisi diatas, pemerintah perlu melakukan langkah langkah

pengkajian yang komprehensif, untuk mengetahui secara pasti dimana posisi Indonesia

saat ini. Indonesia sebagai negara berkembang yang saat ini sedang berusaha untuk

mengatasi kemerosotan multi dimensional untuk kembali dan menyatarakan posisinya

dengan negara- negara lain didunia. Politik indonesia masih belum stabil, karena para

elit politik masih berfikir sektoral, mengutamakan kepentingan partai daripada

memikirkan nasib negara, kesadaran dan pemahaman atas upaya mempertahankan

kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah negara dan keselamatan rakyat masih

belum tertanam. Memandang suatu permasalahan hanya sebatas kepentingan kelompok

dan kepentingan sektor, sementara kepentingan nasional yang lebih besar relatif

ditinggalkan. Upaya menyamakan persepsi tentang arti pembangunan dan tujuan

nasional masih belum dapat terlaksana dengan baik, sehingga solusi untuk mengatasi

permasalahan negara belum juga ditemukan dan belum disepakati bersama.

Apa tujuan negara ini, sesuai dengan undang-undang dasar 1945, adalah

merupakan tujuan nasional yang harus dicapai dan untuk mencapainya tidak dapat

dilakukan hanya oleh satu atau dua institusi saja. Akan tetapi harus dilakukan bersama-

sama, secara simultan masing-msing sektor melakukan tugas dibidangnya dan saling

mendukung dan saling membantu. Untuk dapat saling mendukung dan saling membantu

harus ada kesepahaman tentang persepsi tentang apa yang ingin dicapai oleh negara dan

bangsa ini. Setiap sektor harus berusaha menemukan hubungan keterkaitan dengan sektor

Page 13: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

13

lain, agar upaya koordinasi dapat berlangsung searah, upaya kerjasama antar sektor dapat

berjalan karena kesamaan kepentingan dalam mencapai sasaran pembangunan. Upaya

ini dapat berbentuk sebagai Grand strategi yang didokumentasikan, yang menjadi

pedoman bagi penyusunan strategi setiap sektor untuk dapat mencapai sasaran dalam

menunjang pencapaian tujuan nasional.

Implemantasi dari masing-masing strategi persektor harus dapat mencapai

tahapan-tahapan yang dicanangkan dan pengawasan atas pelaksanaan semua upaya

menyukseskan strategi yang ditetapkan, koordinasi dan kerjasama lebih ditingkatkan

untuk mencapai efektifitas semua program yang telah ditetapkan. Optimalisasi

pemanfaatan semua sumberdaya, melalui peningkatan mutu sumberdaya manusia, agar

sumberdaya alam yang ada dapat dikelola demi kesejahteraan rakyat dan kemandirian

bangsa dan negara.

Semua kegiatan yang dilaksanakan merupakan tugas dalam memberdayakan

wilayah nasional, yang menjadi tugas pemerintah, sehingga semua potensi dapat

diberdayakan untuk meningkatkan daya saing dan meningkatkan ketahanan disegala

aspek kehidupan, sehingga diharapkan dapat mencegah munculnya permasalahan yang

dapat memancing hadirnya kekuatan asing yang melakukan intervensi mengatasnamakan

kemanusiaan. Tugas TNI adalah membantu tugas pemerintah dalam pemberdayaan

wilayah pertahanan dan melaksanakan tugas tugas tersebut, diharapkan kesejahteraan

rakyat dapat terus ditingkatkan dan kesiapansiagaan dalam menghadapi kemungkinan

munculnya ancaman dapat disiapkan semenjak dini. Dalam upaya membantu pemerintah

dalam pemberdayaan wilayah pertahanan, TNI harus dapat mewujudkan kondisi dimana

kemanunggalan antara TNI dengan rakyat dapat dicapai. Mao, pernah mengatakan

bahwa antara rakyat dan tentara diibaratkan bagai air dan ikan. Tentara harus hidup

diantara rakyat dan rakyat harus terbebas dari racun yang disemburkan oleh fihak asing

yang menginginkan kelemahan negara Indonesia. Secara bertahap, Melalui pergaulan

yang positif antara TNI dengan rakyat, harus mampu mewujudkan semangat cinta tanah

air dan kesediaan rakyat secara ikhlas siap melakukan tugas membela negara, dimanapun

posisi mereka. Pembelaan terhadap negara tidak hanya dalam bentuk siap perang dan

menghadapi musuh, tetapi semua aspek kehidupan, disiapkan untuk mencapai tingkat

ketahanan yang optimal, sehingga dapat menghadapi setiap kemungkinan ancaman yang

mungkin muncul disetiap aspek kehidupan.

Page 14: Essay Pemberdayaan Wilhan 1a

14