enzim
TRANSCRIPT
ENZIM
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Hampir
semua enzim merupakanprotein. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh
enzim, molekul awal reaksi disebut sebagaisubstrat, dan enzim mengubah molekul
tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Hampir semua
proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat.
Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang
bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi
karena enzim menurunkanenergi pengaktifan yang dengan sendirinya akan
mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang
artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu
macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap
enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat digunakan
pada proses perombakan pati menjadi glukosa.
Hal-ihwal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam dunia
pendidikan tinggi, enzimologi tidak dipelajari tersendiri sebagai satu jurusan
tersendiri tetapi sejumlah program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi
terutama dipelajari dalam kedokteran,ilmu pangan, teknologi pengolahan pangan,
dan cabang-cabang ilmu pertanian.
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama
adalah substrat, suhu, keasaman,kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan
suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim
adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman
berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja
secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan
menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga
dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitoradalah molekul yang menurunkan aktivitas
enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim.
Banyak obat dan racun adalah inihibitor enzim.
Peran dan Bagian Enzim
Enzim adalah protein yang khusus disintesa oleh sel hidup untuk mengkatalisa
reaksi yang langsung didalamnya. Oleh karena itu reaksi itu banyak sekali, maka
biokatalisator yang membentuk jumlah maupun jenisnya tak terhitung banyaknya.
Untuk aktifitasnya kadang-kadang enzim itu membutuhkan kofaktor yang bisa
berupa senyawa organik dengan besar molekul cukup tinggi, atau logam. Fungsi
logam pada umumnya adalah untuk memantapkan ikatan antara substrat pada
enzim atau mentransfer elektron yang timbul selama proses katalisa. Kecepatan
gerak pada enzim dapat diukur dari jumlah substrat yang berkurang.
Enzim tersusun atas protein, oleh karena itu pengaruh pH berhubungan erat dengan
sifat asam-basa yang dipunyai oleh protein. Pengaruh reaksi sebagian besar naik,
dengan kenaikan suhu sampai batas tertentu. Setiap naik 10*C kecepatan reaksinya
naik dua kali. Suhu mempunyai dua pengaruh yang saling berlawanan terhadap
aktivitas enzim. Pertambahan suhu akan menaikkan aktivitas enzim, sebaliknya juga
akan mendenaturasi enzim. Pada umumya suhu berada pada 50-60*C(Martoharsono,
1984)
Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan dalam aktivitas
biologis. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan sifatnya sangat khas.
Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga
dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan hasil reaksinya. Enzim akan
kehilangan aktivitasnya karena panas, asam dan basa kuat, pelarut organik atau apa
saja yang bisa menyebabkan denaturasi protein. Enzim dinyatakan mempunyai sifat
yang sangat khas karena hanya bekerja pada substrat tertentu (Girinda, 1990).
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme zat, bekerja dengan urutan yang
teratur. Enzim mengkatalis ratusan reaksi tahap yang menguraikan molekul nukleat.
Reaksi yang menyimpan dan mengubah energi kimia dan membuat makromolekul
sel dan prekusor sederhana. Diantara sekelompok yang berpartisipasi dalam
metabolisme terdapat sekelompok khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur
yang dapat mengenali berbagai isyarat metabolik dan mengubah kecepatan
kataliknya sesuai dengan isyarat yang diterima. Melalui aktivitasnya, sistem enzim
terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis antara
sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda yang diperlukan untuk menunjang
kehidupan(Lehnninger, 1995).
Fungsi penting dari enzim adalah sebagai biokatalisator, reaksi kimia secara kolektif
membentuk metabolisme perantara sel, suatu bagian yang sangat kecil dari suatu
molekul besar protein enzim sangat berperan untuk katalis reaksi. Bagian yang kecil
ini dinamakan bagian aktif enzim. Aktivitas katalik enzim dapat ditentukan juga
melalui struktur tiga dimensi molekul enzim tersebut.
Enzim disini mempunyai peranan katalis dalam menurunkan aktivitas dari reaksi
energi. Aktivasi dapat diartikan sebagai sejumlah energi atau kalori yang diturunkan
oleh suatu mol zat pada temperatur tertentu untuk membawa molekul kedalam
aktifnya atau keadaan aktivnya(Wirahadikusuma, 1989)
Enzim terdiri atas dua bagian, yaitu koenzim dan apoenzim. Koenzim dan apoenzim
membentuk haloenzim yang merupakan enzim aktif. Tanpa adanya koenzim, enzim
menjadi tidak aktif(Winarno, 1983).
Berdasarkan macam reaksi yang dikatalisa, enzim dapat dikelompokkan dalam 6
jenis, yaitu oksidoreduktase, transferase, hididase, lipase, isomerase, dan lipase.
Enzim memerlukan komponen kimia bagi aktivitasnya, komponen ini disebut
kofaktor-kofaktor berupa molekul organik kompleks yang disebut koenzim(Harpet,
1979).
1. A. Fungsi enzim antara lain(Martoharsono, 1998):
1. menurunkan energi aktivasi
2. mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan tetap tanpa mengubah besarnya
tetapan seimbangnya
3. mengendalikan reaksi
1. B. Sifat-sifat enzim adalah sebagai berikut:
2. Biokatalisator
Enzim mempercepat laju reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi.
1. Termolabil
Enzim mudah rusak bila dipanaskan sampai dengan suhu tertentu.
2. Merupakan senyawa protein
3. Bekerja secara spesifik.Satu jenis enzim bekerja secara khusus hanya pada
satu jenis substrat. Misalnya enzim katalase menguraikan Hidrogen peroksida
(H2O2) menjadi air (H2O) dan oksigen (O2), sedangkan enzim lipase
menguraikan lemak + air menjadi gliserol + asam lemak.
1. C. Susunan Enzim
Secara kimia, enzim yang lengkap (holoenzim) tersusun atas 2 bagian yaitu:
1. Bagian protein disebut Apoenzim yang bersifat labil ( mudah berubah) yang
dipengaruhi oleh suhu dan keasaman.
2. Bagian yang bukan protein yang disebut dengan gugus prostetik ( gugusan
aktif) yang berasal dari kofaktor.
1. D. Ciri-ciri Enzim
Ciri – ciri dari enzim ialah sebagai berikut :
1. Merupakan sebuah protein. Jadi sifatnya sama dengan protein yaitu dapat
menggumpal dalam suhu tinggi dan terpengaruh oleh temperatur.
2. Bekerja secara khusus. Artinya hanya untuk bekerja dalam satu reaksi saja
tidak dapat digunakan dalam beberapa reaksi.
3. Dapat digunakan berulang kali. Enzim dapat digunakan berulang kali karena
enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi.
4. Rusak oleh panas. Enzim tidak tahan pada suhu tinggi, kebanyakan enzim
hanya bertahan pada suhu 500C, rusaknya enzim oleh panas disebut dengan
denaturasi,
5. Dapat bekerja bolak – balik. Artinya satu enzim dapat menguraikan satu
senyawa menjadi senyawa yang lain.
6. E. Isozim
Isozim atau Iso-enzim adalah dalam suatu campuran terdapat lebih dari satu enzim
yang dapat berperan dalam suatu substrat untuk memberikan suatu hasil yang
sama.
Keuntungan bagi tumbuhan yang mengandung isoenzim adalah karena isozim –
isozim tersebut akan memiliki tanggapan yang berbeda terhadap faltor – faktor
lingkungan. Setiap isozim dihadapkan pada lingkungan kimia yang berbeda dab
masing – masing berperan pada posisi yang berbeda dalam lintasan metabolik.
1. F. Komposisi kimia dan struktur 3-dimensi enzim
Setiap enzim terbentuk dari molekul protein sebagai komponen utama penyusunnya
dan bebrapa enzim hanya terbentuk dari molekul protein dengan tanpa adanya
penambahan komponen lain. Protein lainnya seperti Sitokrom yang membawa
elektron pada fotosintesis dan respirasi tidak pula dapat digolongkan sebagai enzim.
Selain itu, protein yang terdapat dalam biji juga lebih berperan sebagai bahan
cadangan untuk digunakan dalam proses perkecambahan biji.
Protein hanya terbentuk dari satu ikatan poloipeptida yang menggumpal membentuk
suatu struktur yang bulat atau sperikal, contohnya ribonuklease. Setiap rantai
polipeptida atau molekul protein secara sponstan akan membentuk konfigurasi
dengan energi bebas terendah.
Dalam sitisol sel, asam amino lebih bersifat hidrofobik yang akan mengumpul pada
bagian dalam, sedang pada permukaan molekul protein atau enzim asan amino
bersifat hidrofilik.
1. G. Komprementasi Enzim
Enzim – enzim yang berperan untuk fotosintesis terdapat pada kloroplas. Enzim yang
berperan penting dalam respirasi aerobik terdapat pada mitokondria, sedang enzim
respirasi lainnya terdapat dalam sitosol.
Kompertemenisasi enzim akan meningkat edisiensi banyak proses yang beralngsung
di dalam sel, karena :
1. Reaktan tersedia pada tempat dimana enzim tersedia.
2. Senyawa akan dikonversi dikirim ke arah enzim yang berperan untuk
menghasilakn produk sesuai yang dikehendaki dan tidak disimpangkan pada
lintasan yang lain. Akan tetapi kompartemenisasi ini tidak bersifat absolut.
Penggolongan (Klasifikasi) Enzim
1. Hidrolase
Hidrolase merupakan enzim-enzim yang menguraikan suatu zat dengan pertolongan
air. Hidrolase dibagi atas kelompok kecil berdasarkan substratnya yaitu :
1. Karbohidrase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan golongan karbohidrat.
Kelompok ini masih dipecah lagi menurut karbohidrat yang diuraikannya, misal :
1. Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi
maltosa 9 suatu disakarida).
amilase
2 (C6H10O5)n + n H2O n C12H22O11
amilum
maltosa
1. Maltase, yaitu enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa
maltase
C12H22O11 + H20 2 C6H12O6
maltosa
glukosa
1. Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi glukosa dan
fruktosa.
2. Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktase menjadi glukosa dan galaktosa.
3. Selulase, emzim yang menguraikan selulosa ( suatu polisakarida) menjadi
selobiosa ( suatu disakarida)
4. Pektinase, yaitu enzim yang menguraikan pektin menjadi asam-pektin.
1. Esterase, yaitu enzim-enzim yang memecah golongan ester.
Contoh-contohnya :
1. Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
2. Fosfatase, yaitu enzim yang menguraikan suatu ester hingga terlepas asam
fosfat.
1. Proteinase atau Protease, yaitu enzim enzim yang menguraikan golongan
protein.
Contoh-contohnya:
1. Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi asam amino.
2. Gelatinase, yaitu enzim yang menguraikan gelatin.
3. Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari susu.
2. Oksidase dan reduktase , yaitu enzime yang menolong dalam proses oksidasi
dan reduksi.
Enzim Oksidase dibagi lagi menjadi;
1. Dehidrogenase : enzim ini memegang peranan penting dalam mengubah zat-
zat organik menjadi hasil-hasil oksidasi.
2. Katalase : enzim yang menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen.
3. Desmolase , yaitu enzim-enzim yang memutuskan ikatan-ikatan C-C, C-N dan
beberapa ikatan lainnya.
Enzim Desmolase dibagi lagi menjadi :
1. Karboksilase : yaitu enzim yang mengubah asam piruyat menjadi asetaldehida.
2. Transaminase : yaitu enzim yang memindahkan gugusan amine dari suatu
asam amino ke suatu asam organik sehingga yang terakhir ini berubah menjadi
suatu asam amino.
Penggolongan Enzim Berdasarkan Daya Katalisis
1. Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan pemindahan
elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim elektron transfer
oksidase dan hidrogen peroksidase (katalase). Ada beberapa macam enzim electron
transfer oksidase, yaitu enzim oksidase, oksigenase, hidroksilase dan dehidrogenase.
Enzim- enzim tersebut mengkatalisis reaksi-reaksi sebagai berikut:
Oksidase mengkatalisis 2 macam reaksi: O2 + (4e- + 4 H+) 2 H2O
O2 + (2e- + 4 H+) H2O2
Oksigenase (transferase oksigen): O2 + 2 substrat 2 substrat-O
Hidroksilase : substrat + ½ O2 substrat-O2 koenzim-H + ½ O2 2 koenzim + H2O
Dehidrogenase: NaNO3 + (e-+ H+) NaNO2
Na2SO4 + (e-+ H+) H2S
Na2CO3 + (e-+ H+) CH4
Hidrogen peroksidase: 2 H2O2 2 H2O + O2
1. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu molekul ke
molekul yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai berikut:
Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.
Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan fosfat.
Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan asil.
1. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim adalah:
Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan ester karboksil.
Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida).
Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis protein dan polipeptida.
1. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan gugusan
dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh adalah:
L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan
air dari malat sehingga dihasilkan fumarat.
Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi
pengambilan gugus karboksil.
1. Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi, yaitu:
Rasemase, merubah l-alanin D-alanin
Epimerase, merubah D-ribulosa-5-fosfat D-xylulosa-5-fosfat
Cis-trans isomerase, merubah transmetinal cisrentolal
Intramolekul ketol isomerase, merubah D-gliseraldehid-3-fosfat dihidroksi aseton
fosfat
Intramolekul transferase atau mutase, merubah metilmalonil-CoA suksinil-CoA
1. Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan dibebaskannya
molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh adalah enzim
asetat=CoASH ligase yang mengkatalisis rekasi sebagai berikut:
Asetat + CoA-SH + ATP Asetil CoA + AMP + P-P
1. Enzim lain dengan tatanama berbeda
Ada beberapa enzim yang penamaannya tidak menurut cara di atas, misalnya enzim
pepsin, triosin, dan sebagainya serta enzim yang termasuk enzim permease.
Permease adalah enzim yang berperan dalam menentukan sifat selektif permiabel
dari membran sel.
Penggolongan enzim berdasar cara terbentuknya
1. Enzim konstitutif
Di dalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari susunan sel normal,
sehingga enzim tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah tetap pada sel hidup.
Walaupun demikian ada enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar substratnya,
misalnya enzim amilase. Sedangkan enzim-enzim yang berperan dalam proses
respirasi jumlahnya tidak dipengaruhi oleh kadar substratnya.
1. Enzim adaptif
Perubahan lingkungan mikroba dapat menginduksi terbentuknya enzim tertentu.
Induksi menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim dapat dirangsang sampai
beberapa ribu kali. Enzim adaptif adalah enzim yang pembentukannya dirangsang
oleh adanya substrat. Sebagai contoh adalah enzim beta galaktosidase yang
dihasilkan oleh bakteri E.coli yang ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung
laktosa. Mulamula E. coli tidak dapat menggunakan laktosa sehingga awalnya tidak
nampak adanya pertumbuhan (fase lag/fase adaptasi panjang) setelah beberapa
waktu baru menampakkan pertumbuhan. Selama fase lag tersebut E.
colimembentuk enzim beta galaktosidase yang digunakan untuk merombak laktosa.
Enzim juga dapat dibedakan menjadi eksoenzim dan endoenzim berdasarkan tempat
kerjanya, ditinjau dari sel yang membentuknya.Eksoenzim ialah enzim yang
aktivitasnya diluar sel. Endoenzim ialah enzim yang aktivitasnya didalam sel.
Selain eksoenzim dan endoenzim, dikenal juga enzim konstitutif dan enzim induktif.
Enzim konstitutif ialah enzim yang dibentuk terus-menerus oleh sel tanpa peduli
apakah substratnya ada atau tidak. Enzim induktif (enzim adaptif) ialah enzim yang
dibentuk karena adanya rangsangan substrat atau senyawa tertentu yang lain.
Misalnya pembentukan enzim beta-galaktosida pada escherichia coli yang diinduksi
oleh laktosa sebagai substratnya. Tetapi ada senyawa lain juga yang dapat
menginduksi enzim tersebut walaupun tidak merupakan substarnya, yaitu melibiosa.
Tanpa adanya laktosa atau melibiosa, maka enzim beta-galaktosidasa tidak
disintesis, tetapi sintesisnya akan dimulai bila ditambahkan laktosa atau melibiosa.
Koenzim
Dalam peranannya ,enzim sering memerlukan senyawa organik tertentu selain
protein. Ditinjau dari fungsinya, dikenal adanya koenzim yang berperan sebagai
pemindah hidrogen, pemindah elektron, pemindah gugusan kimia tertentu (“group
transferring”) dan koenzim dari isomerasa dan liasa.
Tabel 2. Contoh-contoh koenzim dan peranannya
N
o
Kod
e Singkatan dari
Yang
dipindah
kan
1. NAD
Nikotinamida-adenina
dinukleotida Hidrogen
2.
NAD
P
Nikotinamida-adenina
dinukleotida fosfat Hidrogen
3. FMN Flavin mononukleotida Hidrogen
4. FAD Flavin-adenina dinukleotida Hidrogen
5. Ko-Q Koenzim Q atau Quinon Hidrogen
6. sit sitokrom Elektron
7. Fd Ferredoksin Elektron
8. ATP Adenosina trifosfat
Gugus
fosfat
9. PAPS Fosfoadenil sulfat
Gugus
sulfat
10
. UDP Uridina difosfat Gula
11
.
Bioti
n Biotin
Karboksil
(CO2)
12
. Ko-A Koenzim A Asetil
13
. TPP Tiamin pirofosfat
C2-
aldehida
Struktur dan Mekanisme Enzim
Enzim umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari hanya 62
asam amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan lebih dari
2.500 residu pada asam lemak sintase. Terdapat pula sejumlah kecil katalis RNA,
dengan yang paling umum merupakan ribosom; Jenis enzim ini dirujuk sebagai RNA-
enzim ataupun ribozim. Aktivitas enzim ditentukan oleh struktur tiga dimensinya
(struktur kuaterner). Walaupun struktur enzim menentukan fungsinya, prediksi
aktivitas enzim baru yang hanya dilihat dari strukturnya adalah hal yang sangat
sulit.
Kebanyakan enzim berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi hanya
sebagian kecil asam amino enzim (sekitar 3–4 asam amino) yang secara langsung
terlibat dalam katalisis. Daerah yang mengandung residu katalitik yang akan
mengikat substrat dan kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak aktif.
Enzim juga dapat mengandung tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk
katalisis. Beberapa enzim juga memiliki tapak ikat untuk molekul kecil, yang sering
kali merupakan produk langsung ataupun tak langsung dari reaksi yang dikatalisasi.
Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan aktivitas enzim. Dengan
demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik.
Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam amino
yang melipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan
sifat-sifat kimiawi yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat
berkumpul bersama dan membentukkompleks protein. Kebanyakan enzim dapat
mengalami denaturasi (yakni terbuka dari lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh
pemanasan ataupun denaturan kimiawi. Tergantung pada jenis-jenis enzim,
denaturasi dapat bersifat reversibel maupun ireversibel.
A. Kespesifikan
Enzim biasanya sangat spesifik terhadap reaksi yang ia kataliskan mauapun
terhadap substratyang terlibat dalam reaksi. Bentuk, muatan dan
katakteristik hidrofilik/hidrofobik enzim dan substrat bertanggung jawab terhadap
kespesifikan ini. Enzim juga dapat menunjukkan
tingkatstereospesifisitas, regioselektivitas, dan kemoselektivitas yang sangat tinggi.
Beberapa enzim yang menunjukkan akurasi dan kespesifikan tertinggi terlibat dalam
pengkopian dan pengekspresian genom. Enzim-enzim ini memiliki mekanisme
“sistem pengecekan ulang”. Enzim seperti DNA polimerase mengatalisasi reaksi
pada langkah pertama dan mengecek apakah produk reaksinya benar pada langkah
kedua. Proses dwi-langkah ini menurunkan laju kesalahan dengan 1 kesalahan untuk
setiap 100 juta reaksi pada polimerase mamalia. Mekanisme yang sama juga dapat
ditemukan pada RNA polimerase,aminoasil tRNA sintetase dan ribosom.
Beberapa enzim yang menghasilkan metabolit sekunder dikatakan sebagai “tidak
pilih-pilih”, yakni bahwa ia dapat bekerja pada berbagai jenis substrat yang berbeda-
beda. Diajukan bahwa kespesifikan substrat yang sangat luas ini sangat penting
terhadap evolusi lintasan biosintetik yang baru.
a) Model “kunci dan gembok”
Enzim sangatlah spesifik. Pada tahun 1894, Emil Fischer mengajukan bahwa hal ini
dikarenakan baik enzim dan substrat memiliki bentuk geometri yang saling
memenuhi. Hal ini sering dirujuk sebagai model “Kunci dan Gembok”. Manakala
model ini menjelaskan kespesifikan enzim, ia gagal dalam menjelaskan stabilisasi
keadaan transisi yang dicapai oleh enzim. Model ini telah dibuktikan tidak akurat,
dan model ketepatan induksilah yang sekarang paling banyak diterima.
b) Model ketepatan induksi
Diagram yang menggambarkan hipotesis ketepatan induksi.
Pada tahun 1958, Daniel Koshland mengajukan modifikasi model kunci dan gembok:
oleh karena enzim memiliki struktur yang fleksibel, tapak aktif secara terus menerus
berubah bentuknya sesuai dengan interaksi antara enzim dan substrat. Akibatnya,
substrat tidak berikatan dengan tapak aktif yang kaku. Orientasi rantai
samping asam amino berubah sesuai dengan substrat dan mengijinkan enzim untuk
menjalankan fungsi katalitiknya. Pada beberapa kasus, misalnya glikosidase,
molekul substrat juga berubah sedikit ketika ia memasuki tapak aktif. Tapak aktif
akan terus berubah bentuknya sampai substrat terikat secara sepenuhnya, yang
mana bentuk akhir dan muatan enzim ditentukan.
B. Mekanisme
Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuaannya menurunkan ΔG‡:
Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana
keadaan transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk substrat menjadi
konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim.)
Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan
menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan
dengan keadaan transisi.
Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat
sementara waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.
Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama pada
orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini melibatkan
destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya terhadap katalis relatif kecil.
1. 1. Stabilisasi keadaan transisi
Pemahaman asal usul penurunan ΔG‡ memerlukan pengetahuan bagaimana enzim
dapat menghasilkan keadaan transisi reaksi yang lebih stabil dibandingkan dengan
stabilitas keadaan transisi reaksi tanpa katalis. Cara yang paling efektif untuk
mencapai stabilisasi yang besar adalah menggunakan efek elektrostatik, terutama
pada lingkungan yang relatif polar yang diorientasikan ke distribusi muatan keadaan
transisi. Lingkungan seperti ini tidak ada dapat ditemukan pada reaksi tanpa katalis
di air.
2. Dinamika dan fungsi
Dinamika internal enzim berhubungan dengan mekanisme katalis enzim tersebut.
Dinamika internal enzim adalah pergerakan bahagian struktur enzim, misalnya
residu asam amino tunggal, sekelompok asam amino, ataupun bahwa
keseluruhan domain protein. Pergerakan ini terjadi pada skala waktu yang
bervariasi, berkisar dari beberapa femtodetik sampai dengan beberapa detik.
Jaringan residu protein di seluruh struktur enzim dapat berkontribusi terhadap
katalisis melalui gerak dinamik. Gerakan protein sangat vital, namun apakah vibrasi
yang cepat atau lambat maupun pergerakan konformasi yang besar atau kecil yang
lebih penting bergantung pada tipe reaksi yang terlibat. Namun, walaupun gerak ini
sangat penting dalam hal pengikatan dan pelepasan substrat dan produk, adalah
tidak jelas jika gerak ini membantu mempercepat langkah-langkah reaksi reaksi
enzimatik ini. Penyingkapan ini juga memiliki implikasi yang luas dalam pemahaman
efek alosterik dan pengembangan obat baru.
3. Modulasi alosterik
Enzim alosterik mengubah strukturnya sesuai dengan efektornya. Modulasi ini dapat
terjadi secara langsung, di mana efektor mengikat tapak ikat enzim secara lngsung,
ataupun secara tidak langsung, di mana efektor mengikat protein atau subunit
protein lain yang berinteraksi dengan enzim alosterik, sehingga mempengaruhi
aktivitas katalitiknya.
C. Kofaktor dan koenzim
1. Kofaktor
Beberapa enzim tidak memerlukan komponen tambahan untuk mencapai aktivitas
penuhnya. Namun beberapa pula memerlukan molekul non-protein yang disebut
kofaktor untuk berikatan dengan enzim dan menjadi aktif. Kofaktor dapat berupa
zat anorganik (contohnya ion logam) ataupun
zat organik (contohnya flavin dan heme). Kofaktor organik dapat berupa gugus
prostetik yang mengikat dengan kuat, ataupun koenzim, yang akan melepaskan diri
dari tapak aktif enzim semasa reaksi. Koenzim
mencakup NADH, NADPH dan adenosina trifosfat. Molekul-molekul ini bekerja
dengan mentransfer gugus kimiawi antar enzim.
Contoh enzim yang mengandung kofaktor adalah karbonat anhidrase, dengan
kofaktor seng terikat sebagai bagian dari tapak aktifnya. Molekul yang terikat
dengan kuat ini biasanya ditemukan pada tapak aktif dan terlibat dalam katalisis.
Enzim yang memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang terikat
dengannya disebut sebagai aproenzim ataupun apoprotein. Apoenzim beserta
dengan kofaktornya disebut holoenzim (bentuk aktif). Kebanyakan kofaktor tidak
terikat secara kovalen dengan enzim, tetapi terikat dengan kuat. Namun, gugus
prostetik organik dapat pula terikat secara kovalen (contohnya tiamina
pirofosfat pada enzim piruvat dehidrogenase). Istilah holoenzimjuga dapat
digunakan untuk merujuk pada enzim yang mengandung subunit protein berganda,
seperti DNA polimerase. Pada kasus ini, holoenzim adalah kompleks lengkap yang
mengandung seluruh subunit yang diperlukan agar menjadi aktif.
2. Koenzim
Model pengisian ruang koenzim NADH
Koenzim adalah molekul organik kecil yang mengantarkan gugus kimia dari satu
enzim ke enzim lainnya. Beberapa koenzim seperti riboflavin, tiamina, dan asam
folat adalah vitamin. Gugus kimiawi yang dibawa mencakup ion hidrida (H-) yang
dibawa oleh NAD atau NADP + , gugus asetil yang dibawa oleh koenzim A, formil,
metenil, ataupun gugus metil yang dibawa oleh asam folat, dan gugus metil yang
dibawa oleh S-adenosilmetionina.
Oleh karena koenzim secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, adalah dapat
dikatakan koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder.
Sebagai contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan koenzim NADH.
Regenerasi serta pemeliharaan konsentrasi koenzim terjadi dalam sel. NADPH
diregenerasi melalui lintasan pentosa fosfat, dan S-adenosilmetionina melalui
metionina adenosiltransferase.
D. Termodinamika
Tahapan-tahapan energi pada reaksi kimia. Substrat memerlukan energi yang
banyak untuk mencapai keadaan transisi, yang akan kemudian berubah menjadi
produk. Enzim menstabilisasi keadaan transisi, menurunkan energi yang diperlukan
untuk menjadi produk.
Sebagai katalis, enzim tidak mengubah posisi kesetimbangan reaksi kimia. Biasanya
reaksi akan berjalan ke arah yang sama dengan reaksi tanpa katalis. Perbedaannya
adalah, reaksi enzimatik berjalan lebih cepat. Namun, tanpa keberadaan enzim,
reaksi samping yang memungkinkan dapat terjadi dan menghasilkan produk yang
berbeda.
Lebih lanjut, enzim dapat menggabungkan dua atau lebih reaksi, sehingga reaksi
yang difavoritkan secara termodinamik dapat digunakan untuk mendorong reaksi
yang tidak difavoritkan secara termodinamik. Sebagai contoh, hidrolsis ATP sering
kali menggunakan reaksi kimia lainnya untuk mendorong reaksi.
Enzim mengatalisasi reaksi maju dan balik secara seimbang. Enzim tidak mengubah
kesetimbangan reaksi itu sendiri, namun hanya mempercepat reaksi saja. Sebagai
contoh,karbonat anhidrase mengatalisasi reaksinya ke dua arah bergantung pada
konsentrasi reaktan.
(dalam jaringan tubuh; konsentrasi CO2 yang tinggi)
(pada paru-paru; konsentrasi CO2 yang rendah)
Walaupun demikian, jika kesetimbangan tersebut sangat memfavoritkan satu arah
reaksi, yakni reaksi yang sangat eksergonik, reaksi itu akan menjadi ireversible.
Pada kondisi demikian, enzim akan hanya mengatalisasi reaksi yang diijinkan secara
termodinamik.
E. Kinetika
Mekanisme reaksi enzimatik untuk sebuah subtrat tunggal. Enzim (E) mengikat
substrat (S) dan menghasilkan produk (P).
Kinetika enzim menginvestigasi bagaimana enzim mengikat substrat dengan
mengubahnya menjadi produk. Data laju yang digunakan dalam analisa kinetika
didapatkan dari asai enzim.
Pada tahun 1902, Victor Henri mengajukan suatu teori kinetika enzim yang
kuantitatif, namun data eksperimennya tidak berguna karena perhatian pada
konsentrasi ion hidrogen pada saat itu masih belum dititikberatkan. Setelah Peter
Lauritz Sørensen menentukan skala pH logaritmik dan memperkenalkan konsep
penyanggaan (buffering) pada tahun 1909, kimiawan Jerman Leonor Michaelis dan
murid bimbingan pascadokotoralnya yang berasal dari Kanada,Maud Leonora
Menten, mengulangi eksperimen Henri dan mengkonfirmasi persamaan Henri.
Persamaan ini kemudian dikenal dengan nama Kinetika Henri-Michaelis-
Menten (kadang-kadang juga hanya disebut kinetika Michaelis-Menten). Hasil kerja
mereka kemudian dikembangkan lebih jauh oleh G. E. Briggs dan J. B. S. Haldane.
Penurunan persamaan kinetika yang diturunkan mereka masih digunakan secara
meluas sampai sekarang. Salah satu kontribusi utama Henri pada kinetika enzim
adalah memandang reaksi enzim sebagai dua tahapan. Pada tahap pertama, subtrat
terikat ke enzim secara reversible, membentuk kompleks enzim-substrat. Kompleks
ini kadang-kadang disebut sebagai kompleks Michaelis. Enzim kemudian
mengatalisasi reaksi kimia dan melepaskan produk.
Kurva kejenuhan suatu reaksi enzim yang menunjukkan relasi antara konsentrasi
substrat (S) dengan kelajuan (v).
Enzim dapat mengatalisasi reaksi dengan kelajuan mencapai jutaan reaksi per detik.
Sebagai contoh, tanpa keberadaan enzim, reaksi yang dikatalisasi oleh
enzim orotidina 5′-fosfat dekarboksilase akan memerlukan waktu 78 juta tahun
untuk mengubah 50% substrat menjadi produk. Namun, apabila enzim tersebut
ditambahkan, proses ini hanya memerlukan waktu 25 milidetik. Laju reaksi
bergantung pada kondisi larutan dan konsentrasi substrat. Kondisi-kondisi yang
menyebabkan denaturasi protein seperti temperatur tinggi, konsentrasi garam yang
tinggi, dan nilai pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghilangkan
aktivitas enzim. Sedangkan peningkatan konsentrasi substrat cenderung
meningkatkan aktivitasnya. Untuk menentukan kelajuan maksimum suatu reaksi
enzimatik, konsentrasi substrat ditingkatkan sampai laju pembentukan produk yang
terpantau menjadi konstan. Hal ini ditunjukkan oleh kurva kejenuhan di samping.
Kejenuhan terjadi karena seiring dengan meningkatnya konsentrasi substrat,
semakin banyak enzim bebas yang diubah menjadi kompleks substrate-enzim ES.
Pada kelajuan yang maksimum (Vmax), semua tapak aktif enzim akan berikatan
dengan substrat, dan jumlah kompleks ES adalah sama dengan jumlah total enzim
yang ada. Namun, Vmax hanyalah salah satu konstanta kinetika enzim. Jumlah
substrat yang diperlukan untuk mencapai nilai kelajuan reaksi tertentu jugalah
penting. Hal ini diekspresikan oleh konstanta Michaelis-Menten (Km), yang
merupakan konsentrasi substrat yang diperlukan oleh suatu enzim untuk mencapai
setengah kelajuan maksimumnya. Setiap enzim memiliki nilai Km yang berbeda-beda
untuk suatu subtrat, dan ini dapat menunjukkan seberapa kuatnya pengikatan
substrat ke enzim. Konstanta lainnya yang juga berguna adalahkcat, yang merupakan
jumlah molekul substrat yang dapat ditangani oleh satu tapak aktif per detik.
Efisiensi suatu enzim diekspresikan oleh kcat/Km. Ia juga disebut sebagai konstanta
kespesifikan dan memasukkan tetapan kelajuan semua langkah reaksi. Karena
konstanta kespesifikan mencermikan kemampuan katalitik dan afinitas, ia dapat
digunakan untuk membandingkan enzim yang satu dengan enzim yang lain, ataupun
enzim yang sama dengan substrat yang berbeda. Konstanta kespesifikan maksimum
teoritis disebut limit difusi dan nilainya sekitar 108 sampai 109 (M-1 s-1). Pada titik ini,
setiap penumbukkan enzim dengan substratnya akan menyebabkan katalisis, dan
laju pembentukan produk tidak dibatasi oleh laju reaksi, melainkan oleh laju difusi.
Enzim dengan sifat demikian disebut secara katalitik sempurna ataupun secara
kinetika sempurna. Contoh enzim yang memiliki sifat seperti ini adalah karbonat
anhidrase, asetilkolinesterase, katalase, fumarase, β-laktamase, dansuperoksida
dismutase.
Kinetika Michaelis-Menten bergantung pada hukum aksi massa, yang diturunkan
berdasarkan asumsi difusi bebas dan pertumbukan acak yang didorong secara
termodinamik. Namun, banyak proses-proses biokimia dan selular yang menyimpang
dari kondisi ideal ini, disebabkan oleh kesesakan makromolekuler (macromolecular
crowding), perpisahan fase enzim/substrat/produk, dan pergerakan molekul secara
satu atau dua dimensi. Pada situasi seperti ini, kinetika Michaelis-
Menten fraktal dapat diterapkan.
Beberapa enzim beroperasi dengan kinetika yang lebih cepat daripada laju difusi.
Hal ini tampaknya sangat tidak mungkin. Beberapa mekanisme telah diajukan untuk
menjelaskan fenomena ini. Beberapa protein dipercayai mempercepat katalisis
dengan menarik substratnya dan melakukan pra-orientasi substrat menggunakan
medan listrik dipolar. Model lainnya menggunakan penjelasan penerowongan
kuantum mekanika, walaupun penjelasan ini masih kontroversial. Penerowongan
kuantum untuk proton telah terpantau pada triptamina.
F. Inhibisi
Inhibitor kompetitif mengikat enzim secara reversibel, menghalangi pengikatan
substrat. Di lain pihak, pengikatn substrat juga menghalangi pengikatan inhibitor.
Substrat dan inhibitor berkompetisi satu sama lainnya.
Jenis-jenis inihibisi. Klasifikasi ini diperkenalkan oleh W.W. Cleland.
Laju reaksi enzim dapat diturunkan menggunakan berbagai jenis inhibitor enzim.
Inhibisi kompetitif
Pada inihibisi kompetitif, inhibitor dan substrat berkompetisi untuk berikatan dengan
enzim. Seringkali inhibitor kompetitif memiliki struktur yang sangat mirip dengan
substrat asli enzim. Sebagai contoh, metotreksat adalah inihibitor kompetitif untuk
enzim dihidrofolat reduktase. Kemiripan antara struktur asam folat dengan obat ini
ditunjukkan oleh gambar di samping bawah. Perhatikan bahwa pengikatan inhibitor
tidaklah perlu terjadi pada tapak pengikatan substrat apabila pengikatan inihibitor
mengubah konformasi enzim, sehingga menghalangi pengikatan substrat. Pada
inhibisi kompetitif, kelajuan maksimal reaksi tidak berubah, namun memerlukan
konsentrasi substrat yang lebih tinggi untuk mencapai kelajuan maksimal tersebut,
sehingga meningkatkan Km.
Inhibisi tak kompetitif
Pada inhibisi tak kompetitif, inhibitor tidak dapat berikatan dengan enzim bebas,
namun hanya dapat dengan komples ES. Kompleks EIS yang terbentuk kemudian
menjadi tidak aktif. Jenis inhibisi ini sangat jarang, namun dapat terjadi pada enzim-
enzim multimerik.
Inhibisi non-kompetitif
Inhibitor non-kompetitif dapat mengikat enzim pada saat yang sama substrat
berikatan dengan enzim. Baik kompleks EI dan EIS tidak aktif. Karena inhibitor tidak
dapat dilawan dengan peningkatan konsentrasi substrat, Vmax reaksi berubah.
Namun, karena substrat masih dapat mengikat enzim, Km tetaplah sama.
Inhibisi campuran
Inhibisis jenis ini mirip dengan inhibisi non-kompetitif, kecuali kompleks EIS memiliki
aktivitas enzimatik residual.
Pada banyak organisme, inhibitor dapat merupakan bagian dari mekanisme umpan
balik. Jika enzim memproduksi terlalu banyak produk, produk tersebut dapat
berperan sebagai inhibitor bagi enzim tersebut. Hal ini akan menyebabkan produksi
produk melambat atau berhenti. Bentuk umpan balik ini adalah umpan balik negatif.
Enzim memiliki bentuk regulasi seperti ini sering kali multimerik dan mempunyai
tapak ikat alosterik. Kurva substrat/kelajuan enzim ini tidak berbentuk hiperbola
melainkan berbentuk S.
Koenzim asam folat (kiri) dan obat anti kanker metotreksat (kanan) memiliki struktur
yang sangat mirip. Oleh sebab itu, metotreksat adalah inhibitor kompetitif bagi
enzim yang menggunukan folat.
Inhibitor ireversibel bereaksi dengan enzim dan membentuk aduk dengan protein.
Inaktivasi ini bersifat ireversible. Inhibitor seperti ini contohnya efloritina, obat yang
digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh protozoa African
trypanosomiasis. Penisilin danAspirin juga bekerja dengan cara yang sama. Senyawa
obat ini terikat pada tapak aktif, dan enzim kemudian mengubah inhibitor menjadi
bentuk aktif yang bereaksi secara ireversibel dengan satu atau lebih residu asam
amino.
Kegunaan inhibitor
Oleh karena inhibitor menghambat fungsi enzim, inhibitor sering digunakan sebagai
obat. Contohnya adalah inhibitor yang digunakan sebagai obat aspirin. Aspirin
menginhibisi enzimCOX-1 dan COX-2 yang memproduksi pembawa pesan
peradangan prostaglandin, sehingga ia dapat menekan peradangan dan rasa sakit.
Namun, banyak pula inhibitor enzim lainnya yang beracun. Sebagai
contohnya, sianida yang merupakan inhibitor enzim ireversibel, akan bergabung
dengan tembaga dan besi pada tapak aktif enzim sitokrom c oksidase dan
memblok pernafasan sel.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI ENZIMATIK
Protein adalah bagian utama enzim yang dihasilkan sel, maka semua hal yang dapat
mempengaruhi protein dan sel akan berpengaruh terhadap reaksi enzimatik.
1. A. Substrat (reaktan)
Kecepatan reaksi enzimatik umumnya dipengaruhi kadar substrat. Penambahan
kadar substrat sampai jumlah tertentu dengan jumlah enzim yang tetap, akan
mempercepat reaksi enzimatik sampai mencapai maksimum. Penambahan substrat
selanjutnya tidak akan menambah kecepatan reaksi. Kecepatan reaksi enzimatik
juga dipengaruhi kadar enzim, jumlah enzim yang terikat substrat (ES) dan
konstanta Michaelis (Km). Km menggambarkan mesetimbangan disosiasi kompleks
ES menjadi enzim dan substrat. Nilai Km kecil berarti enzim mempunyai afinitas
tinggi terhadap substrat maka kompleks ES sangat mantap, sehingga
kesetimbangan reaksi kearah kompleks ES. Apabila nilai Km besar berarti enzim
mempunyai afinitas rendah terhadap substrat, sehingga kesetimbangan reaksi
kearah E + S.
1. B. Suhu
Seperti reaksi kimia pada umumnya, maka reaksi enzimatik dipengaruhi oleh suhu.
Kenaikan suhu sampai optimum akan diikuti pula oleh kenaikan kecepatan reaksi
enzimatik. Kepekaan enzim terhadap suhu pada keadaan suhu melebihi optimum
disebabkan terjadinya perubahan fisikokimia protein penyusun enzim. Umumnya
enzim mengalami kerusakan (denaturasi) pada suhu diatas 50oC. Walaupun
demikian ada beberapa enzim yang tahan terhadap suhu tinggi, misalnya taka-
diastase dan tripsin.
1. C. Kemasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Daya katalisis enzim menjadi rendah pada
pH rendah maupun tinggi, karena terjadinya denaturasi protein enzim. Enzim
mempunyai gugus aktif yang bermuatan positif (+) dan negatif (-). Aktivitas enzim
akan optimum kalau terdapat keseimbangan antara kedua muatannya. Pada
keadaan masam muatannya cenderung positif, dan pada keadaan basis muatannya
cenderung negatif sehinggaaktivitas enzimnya menjadi berkurang atau bahkan
menjadi tidak aktif. pH optimum untuk masing-masing enzim tidak selalu sama.
Sebagai contoh amylase jamur mempunyai pH optimum 5,0, arginase mempunyai
pH optimum 10.
1. D. Penghambat enzim (inhibitor)
Inhibitor enzim adalah zat atau senyawa yang dapat menghambat enzim dengan
beberapa cara penghambatan sebagai berikut:
Penghambat bersaing (kompetitif)
Penghambatan disebabkan oleh senyawa tertentu yang mempunyai struktur mirip
dengan substrat saat reaksi enzimatik akan terjadi. Misalnya asam malonat dapat
menghambat enzim dehidrogenase suksinat pada pembentukan asam fumarat dari
suksinat. Struktur asam suksinat mirip dengan asam malonat. Dalam reaksi ini asam
malonat bersaing dengan asam suksinat (substrat) untuk dapat bergabung dengan
bagian aktif protein enzim dehidrogenase. Penghambatan oleh inhibitor dapat
dikurangi dengan menambah jumlah substrat sampai berlebihan. Daya
penghambatannya dipengaruhi oleh kadar penghambat, kadar substrat dan aktivitas
relatif antara penghambat dan substrat.
Penghambat tidak bersaing (non-kompetitif)
Zat-zat kimia tertentu mempunyai afinitas yang tinggi terhadap ion logam penyusun
enzim. Senyawa-senyawa seperti sianida, sulfida, natrium azida, dan karbon
monooksida adalah senyawa penghambat untuk enzim yang mengandung Fe, yaitu
dengan terjadinya reaksi antara senyawa-senyawa tersebut dengan ion Fe yang
menyebabkan enzim menjadi tidak aktif. Merkuri (Hg) dan perak (Ag) merupakan
penghambat enzim yang mengandung gugusan sulfhidril (-SH). Pada penghambatan
nonkompetitif tidak terjadi persaingan antara zat penghambat dengan substrat.
Misalnya enzim sitokrom oksidase dihambat oleh CO (karbon monooksida) dengan
mengikat Fe yang merupakan gugusan aktif enzim tersebut. Penghambatan
nonkompetitif tidak dapat dikurangi dengan penambahan jumlah substrat, oleh
karena daya penghambatannya dipengaruhi oleh kadar penghambat dan afinitas
penghambat terhadap enzim.
Penghambat umpan balik (feed back inhibitor)
Penghambatan umpan balik disebabkan oleh hasil akhir suatu rangkaian reaksi
enzimatik yang menghambat aktifitas enzim pada reaksi pertama. Hasil akhir reaksi
juga mempengaruhi pembentukan enzim, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Enzim a Enzim b Enzim c Enzim d A B C D X
Keterangan: A,B,C,D: substrat enzim a,b,c,d.
X: hasil akhir reaksi enzimatik yang menghambat sintesis enzim a.
Penghambat represor
Represor adalah hasil akhir suatu rangkaian reaksi enzimatik yang dapat
mempengaruhi atau mengatur pembentukan enzim-enzim pada reaksi sebelumnya.
Gambaran skematik reaksinya adalah sebagai berikut:
Enzim a Enzim b Enzim c Enzim d
A B C D X
Keterangan: A,B,C,D: substrat enzim a,b,c,d.
X: hasil akhir reaksi enzimatik yang menghambat sintesis enzim a,b,c,d.
Penghambat alosterik
Penghambat alosterik adalah penghambat yang dapat mempengaruhi enzim
alosterik. Enzim alosterik adalah enzim yang mempunyai dua bagian aktif, yaitu
bagian aktif yang menangkap substrat dan bagian yang menangkap penghambat.
Apabila ada senyawa yang dapat memasuki bagian yang menangkap penghambat
maka enzim menjadi tidak aktif, senyawa penghambat tersebut merupakan
penghambat alosterik. Struktur senyawa penghambat alosterik tidak mirip dengan
struktur substrat. Pengikatan penghambat alosterik pada enzim menyebabkan enzim
tidak aktif, sehingga substrat tidak dapat dikatalisis dan tidak menghasilkan produk.
Apabila enzim menangkap substrat maka penghambat tidak dapat terikat pada
enzim, sehingga enzim dapat aktif mereaksikan substrat menjadi produk.
1. E. Aktivator (penggiat) atau kofaktor
Aktivator atau kofaktor adalah suatu zat yang dapat mengaktifkan enzim yang
semula belum aktif. Enzim yang belum aktif disebut pre-enzim atau zymogen
(simogen). Kofaktor dapat berbentuk ion-ion dari unsur H, Fe, Cu, Mg, Mo, Zn, Co,
atau berupa koenzim, vitamin, dan enzim lain.
1. F. Penginduksi (induktor)
Induktor adalah suatu substrat yang dapat merangsang pembentukan enzim.
Sebagai contoh adalah laktosa dapat menginduksi pembentukan enzim beta
galaktosidase, seperti terlihat dalam grafik pertumbuhan mikroba berikut: X
Pertumbuhan mikroba dengan adanya induksi laktosa
Kesimpulan
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Kerja
enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama
adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan
suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim
adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman
berubah. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja
enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan
aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim.
Banyak obat dan racun adalah inihibitor enzim.
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme zat, bekerja dengan urutan yang
teratur. Enzim mengkatalis ratusan reaksi tahap yang menguraikan molekul nukleat.
Reaksi yang menyimpan dan mengubah energi kimia dan membuat makromolekul
sel dan prekusor sederhana. Diantara sekelompok yang berpartisipasi dalam
metabolisme terdapat sekelompok khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur
yang dapat mengenali berbagai isyarat metabolik dan mengubah kecepatan
kataliknya sesuai dengan isyarat yang diterima. Melalui aktivitasnya, sistem enzim
terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis antara
sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda yang diperlukan untuk menunjang
kehidupan(Lehnninger, 1995).