emfisema
TRANSCRIPT
EMFISEMA
1. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya pembesaran permanen rongga
udara yang terletak distal dari bronkiolus terminal yang disertai dengan
destruksi dinding rongga tersebut
2. Epidemiologi
Emfisema merupakan salah satu PPOK yang menjadi pembunuh nomor 4 di
Amerika Serikat. Sejak tahun 1950,insidensi PPOK meningkat 450 % akibat
pola hidup yang tidak sehat seperti merokok dan polusi udara yang kotor.
PPOK menyerang laki-laki dua kali lebih banyak daripada wanita, akan tetapi
baru-baru ini survey menunjukkan adanya peningkatan angka prevalensi
pada wanita akibat pola hidup yang memburuk.
3. Klasifikasi
A. Emfisema Sentrilobular (CLE)
- Secara selektif hanya menyerang bagian bronkiolus respiratorik dan
duktus alveolaris, dindingnya berlubang, membesar dan bergabung
sehingga akhirnya menjadi satu ruangan.
- Emfisema tipe ini lebih sering menyerang bagian atas paru dan tidak
merata.
- Emfisema sentrilobular paling sering terjadi pada perokok yang tidak
menderita defisiensi congenital α antiprotease.
B. Emfisema Panlobular (PLE)
- Emfisema ini secara merata menyerang asinus, sehingga asinus
membesar mulai dari bronkiolus respiratorius sampai alveolus.
- Tersebar secara merata akan tetapi bagian basal paru cenderug lebih
parah.
- PLE merupakan tipe emfisema yang mengalami defisiensi congenital
α antiprotease.
4. Patogenesis
Terjadinya kedua bentuk umum emfisema, sentriasinar dan panlobular masih
belum diketahui sepenuhnya. Pendapat yang sekarang berkembang adalah
bahwa kemfisema tersebut terjadi akibat dua ketidak seimbangan penting,
yaitu :
a. Ketidakseimbangan protease-antiprotease
Neutrofil secara normal mengalami sekuestrasi di kapiler perifer,
termasuk di paru dan beberapa memperoleh akses ke rongga alveolus,
setiap rangsangan yang meningkatkan, baik jumlah leukosit di paru
maupun pelepasan granula yang mengandung protease akan
meningkatkan aktivitas proteolitik.
Pada perokok, kandungan nikotin akan menyebabkan neutrofil dan
makrofag berkumpul di alveolus. Neutrofil dan makrofag yang berkumpul di
alveolus tersebut akan mengalami pengaktifan dan membebaskan
granulanya yang kaya akan berbagai protease sel. Protease sel adalah zat
yang dapat menyebabkan destruktif jaringan paru dengan merusak serabut
reticuler dan serabut elastin paru. Pada orang yang mengalami defisiensi
antiprotease, maka ia akan mengalami emfisema sentrilobular, sedangkan
yang tidak memiliki enzim anti protease, maka jaringan paru orang tersebut
dapat rusak dan mengalami emfisema panlobular.
b. Ketidakseimbangan oksidan dan anti oksidan
Dalam keadaan normal, paru mengandung sejumlah
antioksidan( superoksida dismutase, glutation) yang menekan kerusakan
oksidati hingga tingkat minimum.
Asap rokok mengandung banyak spesies oksigen reaktif (radikal
bebas) yang menghabiskan mekanisme antioksidan ini sehingga terjadi
kerusakan jaringan. Akibat sekunder cedera oksidatif ini adalah inaktivasi
antiprotease yang terdapat dalam paru.(Robin Kuman:Basic Pathology)
5. Perjalanan Penyakit
A. Pink Puffers
Timbul dipsnea tanpa batuk dan mengi
Biasanya terjadi pada usia 30-40 tahun
Dada berbentuk tong ( barrel shape chest )
Pasien mengambil ekspirasi memanjang, pasien duduk maju dalam
posisi membungkuk ke depan, berupaya memeras udara keluar
dari paru setiap kali ekspirasi
B. Blue Bloaters
Timbul batuk produktif dan pasien mengalami infeksi pernapasan
yang berulang
Dorongan untuk bernapas menurun sehingga pasien mengalami
hipoventilasi, hipoksia dan hiperkapnia yang merangsang ginjal
untuk memproduksi eritopoetin sehingga jumlah RBC meningkat
dan terjadi peningktan Hb tereduksi yang menyebabkan pasien
gampang mengalami sianosis.
6. PENGOBATAN
- Berhenti merokok dan hindari polusi udara yang berlebihan.
- Untuk mengurangi obstruksi saluran napas:
a. Berikan hidrasi yang memadai untuk mengencerkan secret bronkus
b. Pemberian bronkodilator seperti atrovent.
c. Ekspektoran
TUBERCULOSIS (TBC)
1. Definisi
Suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya terjadi di paru-paru, tetapi
tidak menutup kemungkinan menyerang organ/jaringan lain di dalam tubuh.
Granulomatosa : pola peradangan yang khas dan terjadi pengumpulan
makrofag dalam jumlah besar dan agregasi makrofag membentuk
gumpalan-gumpalan nodular (granuloma) yang biasanya disebabkan
oleh respon terhadap menetapnya organ penyerang yang tidak bias
disingkirkan.
2. Epidemiologi
- Tahun 1993, WHO menyatakan TBC sebagai “global health
emergency”.
- TBC terjadi 95% di Negara-negara berkembang dan kebanyakan
menyerang usia-usia produktif (20-49 tahun)
- Prevalensi TB akan meningkat seiring dengan meningkatnya
kemiskinan, jumlah penduduk, epidemic HIV dan menurunnya upaya
perlindungan kesehatan dalam suatu Negara, pendidikan, dan lain
lain.
- Indonesia menduduki peringkat ke 3 sebagai Negara dengan
prevalensi TB tertinggi di dunia setelah India dan China.
3. ETIOLOGI
- Penyebabnya adalah ycobacterium tuberculosis, kuman berbentuk
batang dengan ukuran 1-4 um dan tebal 0,3-0,6 um
- Sifat kuman TB tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dinding kuman TB terdiri atas asam lemak (lipid), peptidoglikan,
dan arrabinomannan. Kandungan lipid membuat kuman tersebut
menjadi bakteri yang tahan terhadap asam serta tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik.
b. Kuman TB dapat hidup dalam lingkungan padat, kering, dingin
sehinnga kuman ini memiliki kemampuan untuk dorman.
c. Hidup dalam sitoplasma makrofag di dalam jaringan paru
d. Termasuk dalam golongan bakteri aerob, sehingga kuman ini lebih
suka menyerang bagian apical paru-paru.
4. PATOGENESIS
A. Tuberkulosis primer
Penularan TB paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Kuman akan dihadapi
pertamakali oleh neutrofil, kemudian oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini
akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar percabangan
trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang
tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer
atau sarang(fokus) GOHN. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian
jaringan paru. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar
getah bening hilus ( limfadenitis regional) membentuk sutu kompleks primer
(kompleks ranke).
Semua proses ini terjadi dalam waktu 3-8 minggu.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
- Sembuh sama sekali tanpa cacat, ini yang banyak terjadi
- Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis
fibrotic, kalsifikasi di hilus. Keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia
yang luasnya > 5mm dan ± 10 % diantaranya dapat terjadi reaktivasi
lagi karena kuman yang dormant.
- Berkomplikasi yang menyebar secara :
a. Perkontinuatum, yakni menyebar ke sekitarnya
b. Bronkogen pada paru yang bersangkutan atau paru di sebelahnya.
Kuman dapat tertelan ke usus
c. Limgogen,ke organ tubuh lainnya.
d. Hematogen.
B. Tuberculosis Sekunder
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer dapat muncul kembali
sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa sehingga disebut TB
pasca primer =TB sekunder. Mayoritas reinfeksi 90%. TB sekunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi,alcohol, HIV aids,dll.
TB pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region atas
paru. Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus
hiller paru.
Sarang ini mula-mula berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari
sel histiosit dan sel datia langhans yang dikelilingi oelh sel-sel limfosit dan
berbagai jaringan ikat.
TB pasca primer h=juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda
ke usia tua.Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien,
sarang dini ini dapat menjadi:
a. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa cacat
b. Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan
serbukan jaringan fibrosis.
c. Sarang dini yang meluas menjadi granuloma dan berkembang
menghancurkan jaringan ikatsekitarnya dan bagian tengahnya
menhalami nekrosis, menjadi lembek dan membentuk jaringan keju. Bila
jaringan keju ini dibatukkan keluar,maka akan terjadi kavitas. Kavitas ini
mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena
infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar sehingga menjadi kavitas
sklerotik.
Kavitas dapat :
1. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia yang baru.
2. Memadat dan membungkus diri menjadi tuberkuloma yang dapat
mengapur dan menyembuh atau aktif kembali dan menjadi cair lalu
jadi kevitas kembali
3. Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Kadang-kadang
berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut da berbentuk
seperti binyang yang disebut stellate shaped.