eliminasi
DESCRIPTION
Ilmu KeperawatanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang:
Eleminisasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointenstinal dan sistem tubuh lainnya, karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor, dan kebiasaan eliminasi bervariasi diantara individu. Namun telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar, dan karakteristiknya normal. Biasanya berbanding lurus dengan rendahnya incident kanker kolorektal.(PERRY, 2005)B. Tujuan 1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum mengenai asuhan keperawatan eliminasi fecal.
2. Tujuan Khusus
a. Mempelajari diagnosa keperawataneliminasi fecal.
b. Mempelajari intervensi keperewataneliminasi fecal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PengertianEliminasi fekal merupakan proses pembuangan sisa metabolisme makanan yang tidak terpakai lagi. Sisa metabolisme tersebut berbentuk feses. Eliminasi fekal yang teratur penting untuk menjaga fungsi tubuh normal. Organ yang berperan dalam pembuangan eliminasi fekal adalah gastrointenstinal yang dimulai dari mulut sampai anus. (Lyndon Saputra, 2013)B. Organ-organ yang berperan dalam eliminasi fekal:
Adalah sebagai berikut:
Oral atau mulut, esofagus atau tenggorokan, gaster atau lambung, usus halus, usus besar atau kolon: 125-150 cm.
Usus halus (duadenum, jejenum, illeum)
Sekum/ ileusekal (menghubungkan usus halus dan usus besar untuk mencegah regurkitasi
Kolon (asending, transfersum, desending, sigmoid)
Rektum : 10-15 cm, normalnya kosong sampai menjelang defekasi
Anal/ onifisium eksternal (2,5-5 cm) mempungai spingter : internal (involunter) dan eksternal (volunteer)1. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung dengan panjang sekitar 6 m dan diameter 2,5 cm. Terdiri dari 4 lapisan yaitu lapisan luar, lapisam berotot, lapisan submukosa dan lapisan mukosa. Fungsi usus halus adalah :
Mensekresikan getah usus
Menerima getah empedu dan getah pankreas
Mencerna makanan
Mengabsorpsi air, garam dan mineral
Menggerakan kmus ke usus besar dengan gerak peristalktik
2. Usus Besar
Batas antara usus halus dan usus besar adalah ileosekal. Usus besar kemudian dimulai dari sekum hingga anus (dubur). Usus ini memiliki panjang sekitar 1,5 dengan diameter 5-6 cm. Bagian-bagian usus besar meliputi sekum, apendiks, kolon (asenden, transversus, desenden serta sigmoid) rektum dan anus. Fungsi usus besar adalah :
Menyerap air dan makanan
Tempat tinggal bakteri koli
Tempat menampung feses
Proses perjalanan sisa makanan di kolon memiliki beberapa gerakan, antara lain :
Haustral shuffing : gerakan mencampur kimus untuk membantu absorpsi air.
Kontraksi haustral : gerakan mendorong materi cair dan semi padat di sepanjang kolon.
Peristaltik : gerakan berupa gelombang menuju anus.
Susunan feses :
Bakteri yang umumnya sudah mati.
Lepasan epithelium dari usus.
Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin.
Garam, terutama kalsium fosfat.
Sedikit zat besi, selulose.
Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml).
C. Faktor yang mempengaruhi fekal :
1. Usia
Bayi belum dapat mengendalikan defekasi secara penuh sehingga ia sering melakukan defekasi langsung. Sedangkan pada lansia, kemampuan defekasi berkurang karena kemampuan fisiologis sejumlah organ menurun sehingga ia sering melakukan defekasi langsung.
2. Diet
Diet atau pola makan tertentu memengaruhi asupan nutrisi. Beberapa jenis makanan dapat membantu proses defekasi, misalnya makanan berserat. Kekurangan makanan berserat akan menyebabkan kesulitan melakukan defekasi.
3. Asupan cairan
Kekurangan asupan cairan menyebabkan feces menjadi keras karena adanya absorbsi air di kolon. Akibatnya proses defekasi menjadi sulit.
4. Tonus otot
Proses defekasi dibantu oleh kontraksi dari berbagai macam otot, contohnya otot perut dan diafragma. Aktivitas tonus otot tersebut membantu kelancaran proses defekasi. Apabila tonus otot colon baik, gerakan peristaltik daerah kolon juga baik sehingga defekasi dapat berjalan lancar.
5. Gaya hidup dan kebiasaan
Orang yang terbiasa buang air besar toilet tertutup akan kesulitan apabila harus buang air besar ditempat terbuka begitu pula sebaliknya.
6. Faktor psikologis
Stres psikologis seperti perasaan cemas atau takut dapat mempengaruhi gerak peristaltik atau motilitas usus. Akibatnya, proses defekasi terganggu dan akibatnya dapat menyebabkan diare atau konstipasi.
7. Medikasi
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan konstipasi, misalnya morfin dan kokain. Obat laksatif dan katartik dapat melunakan fecesserta meningkatkan peristaltik.
8. Nyeri
Kondisi tertentu, misalnya hemoroid, bedah rektum, dan melahirkan, dapat menyebabkan rasa nyeri pada saat defekasi. Hal ini menyebabkan pasien sering kali menahan keinginaanya untuk defekasi. Jika hal ini dibiarkan terlalu lama, dapat terjadi konstipasi.
9. Kerusakan sensoris dan motoris
Kerusakan pada sistenm sensoris dan motoris di medula spinalis atau di daerah kepala dapat menyebabkan penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi.
10. Pembedahan dan anestesi
Pemberian anestesi pada saat pembedahan dapat menurunkan atua memberhentikan gerakan peristaltik untuk sementara waktu. Kondisi ini disebut ileus paralitik dan umumya berlangsung selama 24-28 jam.
11. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik tertentu mengharuskan dilakukan pengosongan lambung, misalnya dengan enema atau katartik. Tindakan ini dapat menyebabkan pola eliminasi terganggu. Prosedur pemeriksaan dengan menggunakan barium juga dapat mengganggu defekasi karena barium yang tersisa di saluran pencernaan dapat mengeras dan menyebabkan impaksi usus. D. Masalah defekasi yang umum:
1. KonstipasiKonstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi
2. Impaksi
Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat dikeluarkan. Tanda impaksi yang jelas ialah ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses selama beberapa hari walaupun terdapat keinginan berulang untuk melakukan defekasi.
3. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare merupakan gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan, absorpsi, dan sekresi di dalam saluran GI.4. Inkontinensia
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol feses dan gas dari anus.
5. Flatulen
Flatulen merupakan keadaan ketika dinding usus meregang dan berdistendi saat gas terakumulasi di dalam lumen usus.
6. Hemoroid
Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN PADA KEBUTUHAN ELIMINASI FEKALA. DIAGNOSA NANDA1. KONSTIPASIDefinisi: penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/ atau pengeluaran feses yang keras, kering, dan banyak.
Batasan karakteristika. Nyeri abdomen
b. Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot
c. Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot
d. Anoreksia
e. Penampilan tidak khas pada lansia
f. Borborigmi
g. Darah merah pada feses
h. Perubahan pada pola defekasi
i. Penurunan frekuensi
j. Penurunan volume feses
k. Distensi abbdomen
l. Rasa rektal penuh
m. Rasa tekanan rrektal
n. Keletihan umum
o. Feses keras dan berbentuk
p. Sakit kepala
q. Bising usus hiperaktif
r. Bising usus hipoaktif
s. Peningkatan tekanan abdomen
t. Tidak dapat makan
u. Mual
v. Rembesan feses cair
w. Nyeri pada saat defekasi
x. Masa abdomen yang dapat dirabay. masa rektal yang dapat diraba
z. adanya feses lunak, seperta pasta di dalam rektum
aa. perkusi abdomen pekak
ab. sering flatus
ac. mengejan pada saat defekasi
ad. tidak dapat mengeluarkan feses
ae. muntah
Faktor yang berhubunganFungsional:
kelemahan otot abdomen
kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi
ketidakadekuatan toiletting
kurang aktivitas fisik
kebiasaan defekasi tidak teratur
perubahan lingkungan saat ini
Psikologis
Depresi
Stress emosi
Konvusi mental
Farmakologis
Antasida mengandung aluminium
Antikolinergik
Antikonfulsan
Agen antilipemik
Garam bismuth
Kalsium karbonat
Penyekat saluran kalsium
Deuretik
Garam besi
Penyalahgunaan laksatif
Agens anti-inflamasi non steroid
Opiat
Fenoti azid
Sedative
Simphatomimetik
Mekanis
Ketidakseimbangan elektrolit
Kemoroid
Penyakit hirschsprung
Gangguan neurologis
Obesitas Obstruksi pasca bedah
Kehamilan
Pembesaran prostat
Abses rectal
Fisura anak rectal
Strektur anak rectal
Prolaps rectal
Ulkus rektals
Rektokel
Tumor
Fisiologis
Perubahan pola makan
Perubahan makanan
Penurunan motilitas traktus
Gastro intestinal
Dehidrasi
Ketidakedekuatan gigi geliki
Ketidakadekuatan hygene oral
Asupan serat tidak cukup
Asupan cairan tidak cukup
Kebiasaan makan buruk
2. PERSEPSI KONSTIPASIDefinisi: diagnosis diri tentang konstipasi dan penyalahgunaan laksatif, enema, dan/atau supositoria untuk menciptakan defekasi rutin setiap hari
Batasan karakteristika. Harapan defekasi setiap hari
b. Harrapan pasase feses pada waktu yang sama setiap harinya
c. Penggunaan laksatif berlebihan
d. Penggunaan enema berlebihan
e. Penggunaan supositoria berlebihan
Faktor yang berhubungana. Keyakinan kesehatan budaya
b. Keyakinan kesehatan keluarga
c. Kesalahhan penilaian
d. Gangguan proses pikir
3. RISIKO KONSTIPASIDefinisi: berisiko terhadap penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai dengan kesulitan atau pasase feses tidak lapias dan/atau pasase feses yang keras, kering dan banyakFaktor risikoFungsional
Kelemahan otot abdomen
Mengabaikan kebiasaan dorongan untuk defekasi
Ketidakadekuatan toiletting
Kurang aktivitas fisik
Kebiasaan defekasi tidak teratur
Perubahan lingkungan baruPsikologis
Depresi
Stress emosi
Konfusi mental
Fisiologis
Perubahan pola makan
Perubahan makanan
Perubahan motilitas traktus gastrointestinal
Dehidrasi
Ketidakadekuatan gigi geligi
Ketidakadekuatan higine oral
Asupan serat tidak cukup
Asuupan cairan tidak cukup
Kebiasaan makan buruk
Farmakologis
Antasida mengandung aluminium
Antikolinergik
Antikonvulsan
Antidepresan
Agens antilipemik
Garam bismuth
Kalsium karbonat
Penyekat saluran kalsium
Diuretik
Garam besi
Penyalahgunaan laksiatif
Agens antiinflamasi nonstreroid
Opiat
Fenotiazid
Sedatif
Simpatomimetik
Mekanis
Ketidakseimbangan elektrolit
Hemoroid
Penyakit hirschsprung Gangguan neurologis
Obesitas
Obstruksi pasca-bedah
Kehamilan
Pembesaran prostat
Abses rektal
Fisura anal rektal
Striktur anal rektal
Prolaps rektal
Ulkus rektal
Rektokel
Tumor
4. DIAREDefinisi: pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk
Batasan karakteristik Nyeri abdomen
Sedikitnya tiga kali defekasi per hari
Kram
Bising usus hiperaktif
Ada dorongan
Faktor yang berhubungan:
Psikologis
Ansietas
Tingkat stress tinggi
Situasional
Efek samping obat
Penyalahgunaan alkohol
Kontaminan
Penyalahhgunaan laksatif
Radiasi
Toksin
Melakukan perjalanan
Slang makan
Fisiologis
Proses infeksi
Inflamasi
Iritasi
Malabsorbsi
Parasit
5. DISFUNGSI MOTILITAS GASTROINTESTINALDefinisi: peningkatan, penurunan, ketidakefektifan, atau kurang aktivitas peristaltik di dalam sistem gastrointestinal
Batasan karakteristik
Kram abdomen
Distensi abdomen
Nyeri abdomen
Tidak flatus
Akselerasi pengosongan lambung
Residu lambung berwarna empedu
Perubahan bising usus
Diare
Kesulitan mengeluarkan feses
Feses kering
Feses keras
Peningkatan residu lambung
Mual
Regurgitasi
Muntah
Faktor yang berhubungan Penuaan
Ansietas
Pemberian makan enteral
Intoleransi makanan
Imobilitas
Makan kontaminan
Malnutrisi
Mediaksil
Prematuritas
Gaya hidup menonton
Pembedahan
6. RISIKO DISFUNGSI MOTILITAS GASTROINTESTINALDefinisi: resiko peningkatan, penurunan, ketidakefektifan, atau defisit aktivitas peristaltik di dalam sistem gastrointestinal.
Faktor Risiko Pembedahan abdomen
Penuaan
Ansietas
Perubahan makanan
Perubahan air
Penurunan sirkulasi gastrointestinal Diabetes melitus
Intolerensi makanan
Penyakit refluks gastroesofagus
Imobilitas
Infeksi
Mediaksi
Prematuritas
Gaya hidup kurang gerak
Stres
Penyiapan yang kurang higienis
7. INKONTINENSIA DEFEKASIDefinisi: perubahan pada kebiasaan defekasi normal yang dikarakteristikkan dengan pasase feses involunter.
Batasan karakteristik
Rembesan konstan feses lunak Bau fekal
Warna fekal ditempat tidur, warna fekal pada pakaian, ketidakmampuan menunda defekasi
Ketidakmampuan untuk mengenali dorongan defekasi
Tidak perhatian terhadap dorongan defekasi
Mengenali fekal penuh tetapi menyatakan tidak mampu mengeluarkan feses padat
Kuliat perianal kemerahan
Menyatakan sendiri ketidakmampuan mengenali kepenuhan rektal
Faktor yang berhubungan
Tekanan abdomen abdormal tinggi Tekanan usus abnormal tinggi Diare kronik Lesi kolorektal
Kebiasaan diet
Faktor lingkungan
Penurunan umum tonus otot
Imobilitas
Impaksi
Gangguan kognisi
Gangguan kapasitas reservoar
Pengosongan usus tidak tuntas
Penyalahgunaan laksatif
Penurunan kontrol sfingter rektal
Kerusakan saraf motorik bawah
Medikasi
Abnormalitas sfingter rektal
Stres
Defisit perawatan diri dalam toiletting
Kerusakan saraf motorik atas
8. GANGGUAN PERTUKARAN GASDefinisi: kelebihan atau deficit pada oksigenasi dan/ atau eliminasi karbon dioksida pada membrane alveolar-kapiler.
Batasan karakteristik
pH darah arteri abnormal
Ph arteri normal Pernapasan abnormal
Warna kulit abnormal
Konfusi
Sianosis
Penurunan karbon dioksida
Diaforesis
Dispnea
Sakit kepala saat bangun
Hiperkapnia
Hiposekmia
Hipoksia
Iritabilitas
Napas cuping hidung
Gelisah
Samnolen
Takikardia
Gangguan penglihatan
Faktor yang berhubungan:
Perubahan membrane alveolar kapiler Ventilasi perfusi
B. INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM NIC1. Diarrhea managementDefinisi: menejemen dan penuntasan diareActivities: menentukan riwayat diare
mengevaluasi penggunaan obat untuk pencernaan jika ada efek samping
mengajarkan pasien mengenai penggunaan yang tepat dari obat anti diare
menginstruksikan pasien / keluarga anggota untuk mendokumentasikan warna, volume, frekuensi, dan konsistensi dari tinja
mengevaluasi asupan gizi
mengajar pasien untuk menghilangkan makanan berbentuk gas dan pedas dari diet
menyarankan percobaan penghapusan makanan yang mengandung laktosa
identitas faktor (misalnya, obat, bakteri) yang mungkin menyebabkan atau berkontribusi dalam diare
monitor untuk tanda-tanda dan gejala diare
menginstruksikan pasien untuk memberitahukan staf setiap episode diare
mengamati turgor kulit secara teratur
memantau kulit di daerah perineum untuk iritasi dan ulserasi
mengukur diare (pengeluaran diare)
Menimbang pasien secara teratur
beritahu dokter kenaikan di frekuensi atau nada bunyi usus
Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala diare bertahan
mengajarkan protein rendah, serat tinggi, tinggi kalori, diet, yang sesuai
mengajar pasien / keluarga bagaimana untuk menjaga buku harian makanan
mengajarkan teknik-teknik pengurangan stres pasien, yang sesuai
membantu pasien dalam melakukan teknik pengurangan stres
memonitor persiapan makanan yang aman
melakukan tindakan untuk beristirahat usus
2. Constipation/ Impaction Management
Definisi: pencegahan dan penanggulangan sembelit/impaksi
Activities:
mengajar pasien / keluarga tentang kerangka waktu untuk resulation sembelit
mengajar pasien atau keluarga tentang proses pencernaan normal
menimbang pasien secara teratur
mengelola enema atau irigasi, sesuai
menghapus impaksi kotoran secara manual, jika diperlukan
menginformasikan pasien atau prosedur untuk penghapusan manual tanda bangku, jika diperlukan
menyarankan penggunaan pencahar / feces pelembut sesuai
menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika sembelit atau impaksi berlanjut
mengevaluasi direkam asupan gizi konten
menginstruksikan pasien atau keluarga pada hubungan asupan diet, latihan dan cairan untuk sembelit / impaksi
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Lyndon Saputra. (2013). Kebutuhan Dasar Manusia (p. 70). Tangerang: Bina Rupa Aksara.
PERRY, P. A. P. & A. G. (2005). Fundamental Keperawatan. (S. ke. Devi Yulianti, S.kep $ Monica Ester, Ed.) (4th ed., p. 1739). Jakarta: EGC.