gerontik eliminasi fix
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses secra perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus – menerus
berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada
semua makhluk hidup.
Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan bagian
dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami
oleh setiap individu. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu
fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat diobservasi di
dalam satu sel dan berkembang pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu
terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup
sempit, proses tersebut tidak tertandingi.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan
jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit
demi sedikit, dan terjadi juga pada sistem pencernaan.
Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai
bagian dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman
panca indera, menurunnya daya tahan tubuh , lebih mudah terkena konstipasi
merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka masih
harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.
B. Tujuan
Setelah menyelesaikan tugas keperawatan gerontik diharapkan :
1. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada lansia.
2. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan
ganguan eliminasi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik
1. Gerontologi
Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu
gerontologi, geriatri, dan keperawatan gerontik.
Gerontologi berasal dari kata Geros : lanjut usia dan Logos : ilmu. Jadi
Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-
faktor yang menyangkut lanjut usia.
Gerontologi yaitu Ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (Kozier,
1987). Jadi, gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses
menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990).
2. Geriatri
Geriatri berasal dari kata Geros : Lanjut usia dan Eatrie :
kesehatan/medikal.
Geriatri yaitu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit
pada lanjut usia
Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis,
preventif maupun terapeutis bagi klien lanjut usia.
Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat-
akibatnya pada tubuh manusia.
Dengan demikian jelaslah bahwa objek dari geriatri adalah manusia
lanjut usia.
Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan
penyakit dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia.
Geriatri : Cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah
kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black &
Matassari Jacob, 1997).
3. Geriatric Nursing :
a. Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses
menua (Kozier, 1987)
b. Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya
pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan,
keahlian dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi
optimal lanjut usia/lansia secara komprehensif. Oleh karena itu,
perawatan lansia yang menderita penyakit (geriatric nursing) dan
dirawat di rumah sakit merupakan bagian dari Gerontic nursing.
4. Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes,
1994).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara
alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup.
Proses menua sertiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda)
tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (Deskripansi). Menurut
undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan pasdal 8
ayat 2, berbunyi : Dalam istilah sakit termasuk cacat, kelemahan dan
lanjut usia.
Berdasarkan pernyataan ini, maka lanjut usia dianggap sebagai semacam
penyakit. Hal ini tidak benar. Gerontologi berpendapat lain, sebab lanjut
usia bukan suatu penyakit melainkan suatu masa/tahap hidup manusia,
yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam tubuh maupun
dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses
menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf,
dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit.
Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan “proses menua,”
mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan
vital, teori terjadinya atrofi, yaitu : teori yang mengatakan bahwa proses
menua adalah proses evolusi dan teori imunologik, yaitu : teori adanya
produk sampah/waste products dari tubuh sendiri yang makin bertumpuk.
Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergendengan dengan
perubahan fisiologik maupun psikologik. Yang penting untuk diketahui
bahwa aktivitas fisik dapat menghambat/memperlambat kemunduran
fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.
5. Teori-Teori Proses Menua
a. Secara individual
1.) Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
2.) Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
3.) Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua.
b. Teori-teori biologi
1.) Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori ini semua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin. (terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel).
2.) “Pemakaian dan Rusak” kelebihan usaha dan stres menyebabkan
sel-sel tubuh lelah (terpakai).
3.) Pengumpulan dari pigmen/lemak dalam tubuh yang disebut teori
akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen
Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada
orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu
sendiri.
4.) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
5.) Tidak ada perlindungan terhadap : radiasi, penyakit dan
kekurangan gizi.
6.) Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai
contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun.
(Menurut Goldteris & Brocklehurst, 1989).
c. Teori immunologik slow virus (Immunology slow virus theory)
Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
d. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
e. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini meyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.
f.Teori rantai silang
Sel-sel yang tua/usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
g. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapakn jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
6. Teori Kejiwaan Sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (Activity Taheory)
1.) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial.
2.)Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lanjut usia.
3.)Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Putusnya pergaulan/hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan
oleh Cumming and Henry 1961. teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjadi kehilangan ganda (Triple loos), yakni:
1.) Kerhilanhan peran (Loss of Role)
2.) Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation
Ships)
3.) Berkurangnya komitmen (Redused commitmen to social Mores
and Values).
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
Meliputi :
a. Hereditas : Keturunan/genetik
b. Nutrisi : Makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
8. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara
memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai
batasan umur.
Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :
a. Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) ialah antara 60 dan 70 tahun
c. Lanjut usia tua (old) ialah antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun
Menurut Dra. Ny. Jos masdani (Psikolog UI)
Mengatakan : lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
a. Fase iuventus, antara 25 dan 40 tahun
b. Fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun
c. Fase praesenium, antara 55 dan 65 tahun
d. Fase senium, antara 65 hingga tutup usia.
D. Konsep Dasar Eliminasi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolism tubuh baik
yang berupa urine maupun fekal (Tarwoto dan wartonah, 2010).
1. Eliminasi Urine
a. Konsep eliminasi urine
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil
filtrasi dari plasma darah diglomerolus. Dari 180 liter darah yang
masuk keginjal untuk difiltrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat
berupa urine, sebagian besar hasil filtrasi akan diserap kembali
ditubulus ginjal untuk dimanfaatkan tubuh.
b. Karakteristik urine normal:
1) Volume berkisar 250-400ml yang dikeluarkan setiap kali
berkemih.
2) Warna normal kekungin-kunginan jernih. Pada dehidrasi warna
kuning gelap atau kuning coklat, sedangkan karena obat urine
dapat berwarna merah atau orange gelap.
3) Bau bervariasi tergantung komposisi, bau urine yang aromatic
yang menyengat atau memusingkan timbul karena mengandung
amonik.
4) pH sedikit asam yaitu antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0. Namun
demikian, pH dipengaruhi oleh intake makanan. Misalnya urin
pada vegetarian menjadi sedikit basa.
5) Berat jenis 1.003-1.030.
6) Komposiss air 93-97%.
7) Osmolaritas (konsentrasi osmotic) 855-1.335 mOsm/liter
8) Bakteri tidak ada.
c. Komposisi Urine
1) Zat buangan nitrogen seperti urea, kreatinin, amoniak, asam urat
serta urobilin.
2) Hasil nutrient dari metabolism seperti karbohidrat, keton, lemak,
dan asam amino.
3) Ion-ion seperti natrium, klorida, kaliun dan magnesium
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi urine
1) Diet dan intake
Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine, seperti
protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2) Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan
respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan
berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan
dalam kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas
kamdung kemih yang lebih dari normal.
3) Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal
eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi
dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi
keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
4) Stress psikologi
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi
keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk
keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang
diproduksi.
5) Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang
baik untuk tonus spingter internal dan eksternal.
6) Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan
mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas
kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus
atau adanya
7) Kondisi patologis
Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal
ini disebabkan oleh keinginan untuk minum sedikit.
e. Masalah-masalah eliminasi urine:
1) Retensio urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih dan
ketidakmampuan pada kandung kemih untuk mengosongkan
kandung kemih. Penyebab distensi kandung kemih adalah urine
yang terdapat dalam kandung kemih melebihi 400 ml normalnya
250-400 ml.
2) Inkontinensia urine
Ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis inkontinensia
urina, yaitu, Inkontinensia stres adalah strea yang terjadi pada
saat tekanan intraabdomen meningkat.
Inkontinensia urgensi adalah inkontinensia yang terjadi saat
klien terdesak ingin berkemih, terjadi akibat ISK bagian bawah
atau spasme kandung kemih.
3) Enuresis. Ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter
eksterna .
f. Perubahan pola berkemih:
1) Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan
yang meningkat, biasanya terjadi pada sistitis, stres, wanita hamil
2) Urgensi : Perasaan segera ingin berkemih yang biasanya terjadi
pada anak karena kemampuan sfingter untuk mengontrol
berkurang.
3) Disuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misal, ISK.
4) Poliuri (diuresis) : produksi urine melebihi normal tanpa
peningkatan intake cairan, misal pada pasien DM.
5) Urinari suppression: keadaan ginjal tidak memproduksi urine
secara tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24jam) dan
oliguria (urine berkisar 100-500ml/24jam).
2. Eliminasi fekal
a. Konsep Eliminasi Fekal
Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan.
Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan
dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan
proses penernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran)
dengan enzim dan zat cair dari mulut sampai anus. Organ utama
yang berperan dalam eliminasi fekal adla usus besar. Usus besar
memiliki beberapa fungsi utama yaitu mengabsorpsi cairan dan
elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan mensekresikan mukus
yang akan melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan
aktivitas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke anus
dengan berkontraksi.
Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin.
Pusat refleks ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks
defekasi timbul karena adanya feses dalam rectum.
b. Proses Eliminasi
1) Sistem digestif (GIT) bertambah lambat sehingga menyebabkan
sekresi cairan digestif dan peristaltik lamban sehingga terjadi
penurunan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan tertentu.
2) Pada lansia banyak makanan yang tidak tercerna dan
kadangkadang tak cukup cairan untuk mencerna sehingga timbul
konstipasi.. konstipasi dapat juga terjadi karena tidak
mengkonsumsi makanan yang memadai/kurang melakukan
latihan fisik.
3) Tidak memadainya konsumsi makanan juga sebagai akibat dari
penurunan respon terhadap tanda-tanda internal terhadap lapar
dan haus, perubahan pada gigi (karena sakit/trauma) sehingga
sulit untuk mengunyah.
4) Keadaan sakit, misalnya : stroke akan menimbulkan kesulitan
untuk mengunyah/menelan.
5) Kadang lupa dalam konsumsi makanan.
6) Penggunaan laksatif yang berlebihan dapat menurunakan
penyerapan vitamin-vitamin tertentu yang larut dalam lemak (A,
D, E, K).
7) Pada umumnya keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak
biasanya akibat makanan yang kurang bisa dicernakan akibat :
a) Menurunnya fungsi kelenjar pencernaan.
b) Menurunnya toleransi terhadap makanan berlemak.
8) Konstipasi dapat terjadi karena kurangnya kadar selulosa,
kurangnya nafsu makan akibat gigi sudah lepas.
c. Masalah-masalah umum pada eliminasi Fekal
1) Konstipasi: gangguan eliminasi yang mengakibatkan adanya
feses yang keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh
pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif dalam
jangka waku yang lama, stress fsikologis, obat-obatan, kuang
aktifitas dan usia.
2) Imfaksi fekal : massa fees yang keras di lipatan rectum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material yang
berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi.
3) Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya buang air besar
akibat cepatnya kimus melewati usus besar, sehingga usus besar
tidak mempunyai waktu cukup untuk menyerap air. Diare
disebabkan oleh stress fisik, obat-obatan,alergi dan lain-lain.
4) Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaaran feses dan gas yang melalui spingter
anus akibat kerusakan fungsi spingter / persarafan didaerah
anus. Penyebabnya karena penyakit neoromuskular, atau tumor
spingter anus eksternal.
5) Kembung : platus yang berlebihan didaerah intestinal, sehingga
menyebabkan distensi intestinal, dapat disebakan karena
konstipasi, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
gas dapat berefek anestesi.
6) Hemoroit : kelebran vena didaerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan darah tersebut. Penyebabnya adalah,
konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi,
kehamilan, dan obesitas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN ELIMINASI
Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang mengarahkan
perawat dalam memberikan asuhan. Pengkajian merupakan langkah pertama
dalam proses ini yaitu meliputi pengumpulan dan analisa data dan menghasilkan
diagnosa keperawatan. Pengkajian yang berfokus pada keperawatan sangat
penting untuk menetukan diagnosa keperawatan yang dapat menentukan
intervensi dan implementasi keperawatan.
1. Pengkajian
a. Eliminasi urine
1) Urine. Warna : Normal kuning jernih. Bau : Normal aromatik amonia.
Pada overhidrasi hampir tidak berwarna. Pada dehidrasi orange-
kecoklatan.
2) Jumlah urine bervariasi tergantung intake. Normal 1 x BAK 250-400
ml.
3) Distensi kandung kemih ® inkontinensia (tidak dapat menahan BAK)
4) Frekuensi BAK, tekanan dan desakan.
5) Kondisi-kondisi tertentu misalnya :
a) Disuria, keadaan nyeri waktu BAK.
b) Nokturia, keadaan BAK sering pada malam hari.
c) Enurisis, keadaan sadar BAK (umumnya pada anak-anak)
d) Polyurie, peningkatan jumlah BAK baik frekuensi maupun volume.
e) Oliguri, penurunan jumlah BAK frekuensi/jumlahnya.
f) Anuri, produksi urine <100 /hari.
g) Retensio, ketidakmampuan mengosongkan bladder, misalnya :
karena obstruksi saluran urethra.
b. Eliminasi bowel
1) Status gizi
2) Pemasukan diit
3) Anorexia, tidak dicerna, mual dan muntah.
4) Mengunyah dan menelan.
5) Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6) Auskultasi bising usus.
7) Palpasi apakah perut kembung, fecal.
8) Konstipasi, sudah berapa hari tidak BAB.
9) Keadaan diare.
2. Intervensi
a. Eliminasi Urine
1) Cukupkan cairan masuk 2000-3000 ml/hari.
2) Cegah terjadinya inkontinensia :
a) Jelaskan dan dorong klien untuk BAK tiap 2 jam.
b) Pertahankan penerangan dikamar mandi untuk mencegah jatuh.
c) Observasi jumlah urin
d) Batasi cairan terutama waktu menjelang tidur.
b. Eliminasi Bowel
1) Berikan sikap fowler waktu makan
2) Pertahankan keasaman lambung.
3) Berikan makanan yang tidak membentuk gas
4) Cukup cairan
3. Untuk mencegah sembelit/konstipasi.
a. Awasi kecukupan cairan dalam diit.
b. Dorong untuk melakukan aktivitas
c. Fasilitasi gerak usus dalam mencerna.
d. Berikan kebebasan dan gerak posisi tubuh normal
e. Berikan kecukupan konsumsi serat.
f. Ajarkan latihan kegel.
g. Ajarkan latihan perut.
h. Atur waktu makan dan minum.
i. Atur jumlah makan dan minum.
j. Berikan laxatif jika perlu.
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
I. BIODATA
Nama : Ny. P
Umur : 69 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan B.S. Riadi Gg. X Oro-Oro Dowo Malang
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SD
Penghasilan : -
Suku : Jawa – Indonesia
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Kawin
Status Rumah : Milik sendiri
Tanggal Pengkajian : 05 April 2013
II. STATUS KESEHATAN SAAT INI
Sejak lima tahun yang lalu klien mengeluh linu-linu pada bagian ekstrimitas
bawah . Rasa linu-linu pada kedua kaki timbul bila klien melakukan aktivitas
yang berlebihan. Klien juga menderita penyakit hipertensi yang kadang-
kadang kambuh.Dua hari ini klien mengeluh tidak bisa BAB karena intake
makanan klien yang kurang.
III. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakit Difteri dan tetanus.
Tujuh tahun yang lalu klien pernah menderita penyakit jantung koroner dan
pernah dirawat di RS selama 9 hari.
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Dalam keluarga klien ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama
dengan klien yaitu hipertensi . Sementara itu anaknya tidak ada yang
menderita penyakit DM , asma dll.
V. SUMBER / SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
Klien datang ke dokter jika merasakan ada keluhan yaitu terasa linu- linu
pada kedua kaki,serta jika ada keluhan pusing. Kadang – kadang selain
minum obat dari dokter, klien juga minum ramuan obat tradisional yaitu jamu
asam urat.
VI. TINJAUAN SISTEM
a. Keadaan Umum
Compos Mentis , GCS 4, 5, 6
TTV :
1) TD : 150 / 90 mmHg
2) DN : 74 x / menit
3) RR : 25 x / menit
4) Suhu : 36,5 C
b. Integumen
Tekstur : kulit kehilangan elastisitasnya yaitu keriput, melipat, berkantung
dan kekeringan. Kulit teraba hangat, turgor kembali dalam waktu kurang
dari 2 detik, kebersihan kulit terjaga, tidak ada lesi dan terjadi perubahan
pada rambut.
c. Kepala
Bentuk oval, simetris, warna rambut memutih, penyebaran merata dan
rambut mulai rontok.
d. Sistem Penglihatan
Mata tidak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera agak keruh, pupil
isokor, kornea agak keruh, visus menurun.
a. Sistem Pendengaran
Fungsinya agak berkurang karena proses ketuaan, tidak ada serumen dan
tidak terjadi perdarahan.
b. Mulut dan Tenggorok
Oral hygiene terjaga, bibir kering,warna coklat tua, tidak ada lesi , gigi
tanggal semua,dan lidah bersih.
c. Hidung
Simetris, posisi septum nasi tidak ada lesi, tidak ada perdarahan, dan tidak
terdapat pernapasan cuping hidung.
d. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, serta tidak terjadi
distensi vena jugularis.
e. Payudara
Simetris, tidak terdapat benjolan.
f. Sistem Pernapasan
Inspeksi : Bentuk dada elips dan simetris, tidak terdapat retraksi
interkostal, pernapasan reguler dengan frekuensi 25 x/ menit.
Palpasi : Pada Vokal Fremitus getarannya seimbang antara kanan
dan kiri.
Auskultasi : Suara napas vesikuler , tidak ada ronki, wheezing.
Perkusi : Bunyi paru resonan.
g. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi dan Palpasi : Tidak terdapat pembesaran jantung .
Auskultasi : Bunyi jantung normal : BJ I pada ICS IV linea sternalis
sinistra dan ICS V linea mid clavikula kiri , BJ II Aorta dan BJ II
Pulmonal dan tidak terdapat bunyi murmur.
Perkusi : Tidak terdapat pembesaran jantung .
h. Sistem Perkemihan
Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada distensi suprapubik , BAK lancar , tidak
terjadi infeksi, frekuensi BAK normal dengan volume BAK 400 ml / hari dan
tidak terjadi inkontinensia urine.
i. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi : Bentuk abdomen flat, tidak terdapat luka.
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran hati dan limpa, serta terdapat
distensi abdomen.
Auskultasi : Bising usus 3 x / menit.
Perkusi : bunyi abdomen hipertympani
Tidak terdapat nyeri abdomen , kemampuan mengunyah dan menelan kurang.
j. Sistem Lokomotorius
Sikap tubuh agak membungkuk , gaya berjalan pelan, kadang- kadang terdapat
nyeri persendian.
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Tidak ada peradangan, edema, dan pembengkakan sendi.
ROM : klien melakukan aktivitas mandiri seperti mandi, makan, jalan- jalan.
k. Sistem Saraf
Tidak terdapat kaku kuduk, muntah dan paralisis. Terkadang terjadi pusing .
dengan GCS : 4, 5,6 , kesadaran compos mentis serta tidak terjadi panas dan
kejang.
l. Sistem Endokrin
Terdapat perubahan warna rambut, tidak mempunyai riwayat DM, dan ada
penurunan fungsi hormon estrogen , tiroid dan paratiroid.
5. POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI
a. Makan dan Minum
Ny. P biasanya makan sesuai dengan selera( bisa 2-3 x/ hari ) dengan lauk – pauk
dan sedikit sayur mayur. Klien biasanya menghindari makan yang menyebabkan
timbulnya linu- linu seperti daging , kacang- kacangan, mlinjo, bayam. Biasanya
klien minum air putih sebanyak 3 gelas / hari.
b. Istirahat tidur
Klien tidak terbiasa tidur siang. Jika malam hari klien mulai tidur pukul
22.00 sampai 04.00 pagi. Pada saat tidur klien sering terbangun.
c. Eliminasi
Kadang-kadang klien selama 2 hari tidak pernah BAB. Frekuensi BAK
normal dengan volume 400 ml / hari.
d. Personal Hygiene
Klien biasanya mandi 2 x / hari , keramas 2x /minggu, dan berganti pakaian
setiap hari.
6. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
a. Psikososial
Kemampuan sosialisasi klien tidak ada masalah, hal ini terbukti dengan klien
masih melakukan kegiatan berjualan. Klien juga tidak mengalami masalah dalam
melakukan sosialisasi dengan tetangga disekitar rumah dan lingkungan sekitar.
b. Identifikasi Masalah Emosional
Status emosional klien stabil. Jika diajak bicara sangat kooperatif terutama
tentang masalah kesehatan dirinya dan keluarga.
Jawaban dari pertanyaan I :
Klien tidak mengalami sukar tidur.
Klien tidak gelisah.
Klien tidak pernah murung atau menangis sendiri.
Klien tidak merasa was- was atau kawatir saat berjalan.
c. Spiritual
Agama yang dianut klien dan keluarga yaitu kristen dengan melakukan kegiatan
keagamaan yaitu rutin ke gereja.
7. PENGKAJIAN LINGKUNGAN SOSIAL
a. KATZ Indeks
Klien mandiri dalam melakukan aktivitas : makan, kontinensia ( BAK/ BAB ),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet , berpindah, mandi dan aktivitas – aktivitas
yang lainnya.
b. Modifikasi dari Barthel Indeks
No. Kriteria Dengan
Bantuan
Mandiri Keterangan
1. Makan 10 Frekuensi : 2 - 3 x / hari
Jumlah : 3 piring
Jenis : lauk pauk
(tahu, tempe) dan sedikit
sayur
2. Minum 10 Frekuensi : 3 - 4 x/ hari
Jumlah : 3 gelas/
hari
Jenis : air putih ,
kadang-kadang minum
susu.
3. Berpindah dari
tempat tidur ke kursi
roda atau sebaliknya.
15
4. Personal toilet 5 Frekuensi 3x/ hari
5. Keluar masuk toilet (
mencuci pakaian ,
menyeka tubuh )
10
6. Mandi 15 Frekuensi 2x/ hari
7. Jalan di permukaan
datar
5
8. Naik turun tangga 10
9. Mengenakan pakaian 10
10. Kontrol bowel
( BAB)
10 Kadang-kadang 2 hari sekali,
dengan konsistensi keras.
11. Kontrol Blader
(BAK)
10 Frekuensi sering
Warna : jernih , kuning,
(normal)
12. Olah Raga / latihan 10 Frekuensi : 1x/ hari
Jenis : jalan – jalan
13. Rekreasi /
pemanfaatan waktu
luang.
10 Frekuensi : -
Jenis : santai dengan
keluarga
Keterangan : Skor 130 ( Mandiri )
8. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan SHORT
PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER ( SPMSQ )
Ajurkan pertanyaan 1-10 dan catat semua jawaban. Catat jumlah kesalahan total
berdasarkan 10 pertanyaan.
Benar Salah No. Pertanyaan Jawaban
1. Tanggal berapa hari ini Tanggal 24
2. Hari apa sekarang ini ? Kamis
3. Apa nama tempat ini ? Oro-oro Dowo
4. Dimana alamat Anda ? Jl. B.S. Riadi Gg. X
Oro-Oro Dowo
Malang.
5. Berapa umur Anda ? 69 tahun
6. Siapa nama Presiden Indonesia ? Ibu Megawati
7. Siapa Presiden Indonesia dulu ? Gus Dur
8. Kapan Anda lahir ? Tahun 1935
9. Siapa nama Ibu Anda ? -
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka
baru , semua secara menurun.
17 ,selanjutnya benar
Keterangan :
Skor Total : Benar ( 10 ) Fungsi intelektual utuh
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
( Mini Mental Status Exam )
Orientasi
Registrasi
Perhatian
Kalkulasi
Mengingat kembali
Bahasa
No. Aspek
Kognitif
Nilai
Max.
Nilai
Klien
Kriteria
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar tahun, musim,
tanggal, hari, bulan ( Kamis 24 Juni 2004 ,
musim panas )
Dimana kita sekarang berada : di
Indonesia , Propinsi Jawa Timur, Kota
Orientasi 5 5 Malang, Rumah Ny. P
2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama objek untuk menyatakan
masing- masing objek tersebut, kemudian
tanyakan kembali pada klien ketiga objek
tersebut.
3 Perhatian
dan
Kalkulasi
5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
kemudian dikurangi 7 hingga lima kali
yaitu : 93, 86, 79, 72, 65.
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek
pada No. 2 tadi. Bila benar 1 point untuk
masing – masing objek.
5. Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan nama pada klien, misal jam
tangan dan pensil. Minta klien untuk
mengulangi kata tidak ada, jika, dan, atau,
tetapi, bila benar berikan point. Mintaklien
untuk mengikuti perintah yang terdiri dari
tiga langkah yaitu : ambil kertas ditangan
Anda, lipat jadi dua dan taruh di lantai ,
perintahkan pada klien untuk menutup mata
, perintahkan pada klien untuk menulis
kalimat dan menyalin gambar.
Interpretasi Hasil :
Skor 24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif.
9. PENGKAJIAN LINGKUNGAN SOSIAL
a. Interaksi dengan masyarakat
Hubungan klien dengan masyarakat sangat baik hal ini dapat diketahui dengan
akrabnya klien dengan tetangga.
b. Peran dalam keluarga masyarakat
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan tinggal bersama anaknya. Aktivitas
klien setiap hari antara lain : berjualan dan membersihkan rumah.
c. Interaksi dengan fasilitas kesehatan
Klien jika merasakan sakit segera pergi ke dokter. Selama ini klien jarang
datang ke Puskesmas.Interaksi klien dengan petugas kesehatan baik dan klien
memahami tentang pentingnya memeriksakan kesehatan secara teratur dan
menjaga kesehatan dengan menghindari makanan pantangan.
10. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK LANSIA
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
1) Klien bangun dari kursi dengan satu kali gerakan, dan stabil waktu berdiri
pertama kali.
2) Duduk ke kursi
Klien langsung duduk ke kursi dan tidak menjatuhkan diri dikursi, klien
duduk ditengah dan tampak rileks.
3) Menahan dorongan pada sternum
Klien dapat mengerakkan kedua kaki, mampu menyentuh pegangan kursi,
kaki bisa menyentuh lantai.
4) Mata tertutup
Klien mampu berjalan walaupun dengan mata tertutup dengan kekuatan
otot : 5 5
5 5
5) Perputaran leher
Klien mampu mengerakkan leher serta berputar ke kiri dan ke kanan, tidak
pusing , klien dapat mengerakkan kaki dan memegang objek untuk
dukungan.
6) Gerakan menggapai sesuatu
Klien mampu menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya dengan
kedua tangan serta memegang sesuatu untuk dukungan.
7) Membungkuk
Klien mampu membungkuk untuk mengambil benda seperti bolpoin dari
lantai dan pada waktu berdiri tidak memerlukan bantuan dari orang lain.
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
1) Bila klien diminta untuk berjalan ke tempat yang ditentukan klien bisa
melaksanakan dan langsung malakukan tanpa menggunakan objek sebagai
dukungan.
2) Ketinggian langkah kaki
Pada saat klien mengangkat kaki atau melangkah tampak seperti orang
normal pada umumnya. Kaki tidak diseret dan tidak mengangkat kaki terlalu
tinggi.
3) Kesimetrisan langkah
Langkah kaki klien simetris karena tidak ada kecacatan pada tubuh klien .
4) Penyimpangan jalur saat berjalan
Klien bisa berjalan pada garis lurus dan tidak menyimpang saat berjalan.
5) Berbalik
Pada waktu berbalik klien tidak berhenti tapi langsung berbalik . Klien
berjalan tidak sempoyongan dan bergoyang serta jarang sekali bagi klien
untuk mencari pegangan saat berjalan
6) Kontinuitas langkah kaki
Langkah klien biasa seperti sebagaimana mestinya, tetapi langkah kaki klien
pelan.
11. PENGKAJIAN LINGKUNGAN FISIK
a. Ventilasi Rumah
Ventilasi pada rumah di nilai kurang adekuat , hal ini dapat dilihat pada
keadaan padat dan sempitnya rumah.terdapat jendela 4 buah yaitu pada sisi
depan 4 buah. Serta hanya terdapat 2 buah lubang angin pada ruang tamu.
b. Lantai
Lantai terbuat dari tegel dan ubin semen.
c. Penerangan
Penerangan pada rumah klien dirasa kurang , hal ini dapat dilihat dari pada
malam hari hanya menggunakan lampu TL yang berjumlah 2 buah yaitu pada
ruang tamu dan di ruang dapur.
d. Pencahayaan
Di rumah klien pencahayaannya kurang , hal ini dapat terlihat pada siang
atau sore hari ruangan agak gelap dan terasa lembab. Karena sinar
matahari yang masuk sangat minimal .
e. Kamar Mandi / WC
Kamar mandi terletak didalam rumah dengan luas 2 x 1 m. lantai terbuat
dari keramik, serta menggunakan WC duduk. Selain itu dikamar mandi
juga terdapat ventilasi.
f. Lingkungan Perumahan
Lingkungan perumahan kondisinya sangat padat , dengan kondisi jalan
yang sangat sempit kira lebar jalan 2 m . Dimana jalan menuju rumah
sebagian besar telah diaspal dan disemen oleh penduduk. Dan keadaan
topografinya mendatar serta rata.
ANALISA DATA
Nama : Ny. P
Umur : 69 Tahun
No. Data Penunjang Masalah Kemungkinan
Penyebab
1. DS :
1. Klien mengatakan 2 hari ini
tidak bisa BAB.
2. Klien mengatakan tidak suka
makan sayur dan hanya minum
air putih sebanyak 3 gelas.
DO :
1. Klien hanya makan nasi dan
sedikit sayur mayur.
2. Bising usus 3 x /menit
3. Perkusi abdomen hypertimpani.
4. TTV :
- TD : 150/90 mmHg
- DN : 74 x / menit
- RR : 25 x / menit
- Suhu : 36,5 C
Gangguan Bowel
Eliminasi ( BAB )
Pemenuhan
kebutuhan gizi tidak
seimbang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny. P
Umur : 69 tahun
No. Tanggal
Muncul
Diagnosa Keperawatan Tanggal
Teratasi
TT.
1. 24 Juni2004 Gangguan Bowel
Eliminasi (BAB) b/d
pemenuhan kebutuhan
gizi tidak seimbang.
- -
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. P
Umur : 69 Tahun
Tgl No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Rencana Intervensi
24
Juni
2004
1. Gangguan Bowel
Eliminasi (BAB)
b/d Intake
makanan yang
kurang adekuat.
Tujuan umum :
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
dalam waktu 2 X 24 jam
klien dapat BAB secara
normal.
Tujuan khusus :
1. Klien secara sadar
mau meningkatkan
intake makanan yang
mengandung tinggi
serat.
2. Adanya motivasi dari
klien dan keluarga
untuk meningkatkan
intake makanan klien.
Kriteria hasil :
1. Klien mendapatkan
nutrisi yang cukup
dengan gizi yang
seimbang.
2. Klien dapat BAB
1. Kaji pengetahuan
klien mengenai
pemahaman
tentang nutrisi.
2. Anjurkan klien
makan sayur dan
buah.
3. Anjurkan klien
untuk
meningkatkan
intake cairan
1500 cc yang
dipenuhi secara
bertahap.
4. Anjurkan klien
untuk makan
makanan yang
tidak bergas.
5. Lakukan
auskultasi bising
usus.
dengan lancar
maksimal dalam
waktu 2 X 24 jam .
CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. P
Umur : 69 Tahun.
No. Tanggal No. Dx Tindakan Keperawatan TT
1. 24 Juni
2004
I 1. Mengkaji tingkat pengetahuan
klien tentang pentingnya nutrisi
yang seimbang.
2. Memberikan penyuluhan mengenai
makanan yang mengandung gizi
seimbang.
3. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan intake cairan secara
bertahap.
4. Mengukur TTV
5. Mengobservasi bising usus.
EVALUASI
Nama : Ny. P
Umur : 69 Tahun
No.Dx Tanggal 27 Juni 2004
1. S :
a. Klien mengatakan sudah dapat BAB dengan lancar.
b. Klien mengatakan sudah minum sebanyak 5 gelas / hari.
c. Klien mengatakan mau mengkonsumsi sayuran dan buah- buahan.
O :
a. Bising usus 12 X / menit.
b. Makan dengan lauk – pauk dan sayuran.
c. Perkusi abdomen tympani.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi