makalah eliminasi uri

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam. Eliminasi urin secara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin. Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran feses melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan dalam kebutuhan eliminasi urin ? 1.3 Tujuan

Upload: nuris-zaman

Post on 16-Feb-2015

152 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Eliminasi Uri

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak

dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru

secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama

metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh

sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium /

keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan

kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.

Eliminasi urin secara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi

volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran

urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas,

urin dan kandungan produk sampah didalam urin.

Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran feses

melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan dalam kebutuhan eliminasi urin ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mempelajari eliminasi urin

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Menjelaskan anatomi fisiologisistem perkemihan

1.3.2.2 Menjelaskan konsep pemenuhan kebutuhan eliminasi urine

1.3.2.3 Menjelaskan proses perkemihan

1.3.2.4 Menjelaskan masalah eliminasi urin

1.3.2.5 Menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine

1.3.2.6 Menjelaskan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan urin

1.4 Manfaat

Mengetahui dan dapat memahami konsep kebutuhan eliminasi urin beserta anatomi

fisiologi sistem perkemihan dan proses perkemihan tersebut.

Page 2: Makalah Eliminasi Uri

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin

2.1.1 Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan

darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan

menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak

dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Susunan Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua

ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu

vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra, urin dikeluarkan dari

vesika urinaria.

Ginjal (Ren)

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.

Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian

Page 3: Makalah Eliminasi Uri

atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal

kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.

Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.

Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal)

yang membantu meredam goncangan.

Fungsi ginjal

a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,

b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,

c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh

d. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan

amoniak.

Struktur Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat

cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di

bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla

berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap

kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya

pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong

yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices

renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices

renalis minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional

ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :

Glomerulus, tubulus proximal, angsa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

Page 4: Makalah Eliminasi Uri

Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.

Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada

rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

2. Lapisan tengah lapisan otot polos

3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin

masuk ke dalam kandung kemih.

Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah

pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika

urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).

2. Tunika muskularis (lapisan berotot).

3. Tunika submukosa.

4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi

menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :

1. Urethra pars Prostatica

2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)

Page 5: Makalah Eliminasi Uri

3. Urethra pars spongiosa.

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).

Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra

disini hanya sebagai saluran ekskresi.

Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan:

1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.

Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter uretra menjaga agar uretra

tetap tertutup.

2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.

3. Lapisan mukosa.

Urin (Air Kemih)

Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)

cairan dan faktor lainnya.

2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.

4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

5. Berat jenis 1,015-1,020.

6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur

menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:

1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan

kreatinin.

3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.

4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).

5. Toksin.

6. Hormon.

Page 6: Makalah Eliminasi Uri

Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.

Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat

melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin),

keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2).

2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung

kemih.

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian

besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem

saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna,

sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis:

impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi

MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

Ciri-Ciri Urin Normal

1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan

yang masuk.

2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.

3. Baunya tajam.

4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

2.1.2 Proses Berkemih

1. Proses Filtrasi ,di glomerulus

Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.

Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air,

sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang

disaring disebut filtrate glomerulus.

Page 7: Makalah Eliminasi Uri

2. Proses Reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,

sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif

(obligator reabsorbsi) di tubulus proximal.

Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion

bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi

fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

3. Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla

renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine

1. Diet dan Asupan (intake)

Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine

(jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga

dapat meningkatkan pembentukan urine.

2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih

Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine

banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan

jumlah urine.

3. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam

kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

4. Stres Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan

berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan

jumlah urine yang diproduksi.

5. Tingkat Aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi

sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan

berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

Page 8: Makalah Eliminasi Uri

6. Tingkat Perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal

tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk

mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang

air kecil.

7. Kondisi Penyakit

Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.

8. Sosiokultural

Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya

kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat

tertentu.

9. Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih

dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

10. Tonus Otot

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah

otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam

kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.

11. Pengobatan

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau

penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan

jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat

menyebabkan retensi urine.

12. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,

khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan

saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah

asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat

menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

2.1.4 Masalah Eliminasi Urin

Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah

satu yang tersering ialah gangguan urine.

Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :

Page 9: Makalah Eliminasi Uri

a. Retensi

Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan

ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.

Kemungkinan penyebabnya :

1. Operasi pada daerah abdomen bawah.

2. Kerusakan ateren

3. Penyumbatan spinkter.

Tanda-tanda retensi urine :

1. Ketidak nyamanan daerah pubis.

2. Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.

3. Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.

4. Meningkatnya keinginan berkemih.

5. Enuresis

b. Eniorisis

Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam

hari. Kemungkinan peyebabnya :

1. Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.

2. Kandung kemih yang irritable

3. Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan

4. ISK atau perubahan fisik atau revolusi.

c. Inkontinensia

Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.

Jenis inkotinensia

Inkontinensia Fungsional/urgensi

Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine

karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet

sebelum berkemih.

Faktor Penyebab:

1. Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.

2. Penurunan tonur kandung kemih

3. Kerusakan moviliasi, depresi, anietas

4. Lingkungan

Page 10: Makalah Eliminasi Uri

5. Lanjut usia.

Inkontinensia Stress

Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran

urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.

Faktor Penyebab:

1. Inkomplet outlet kandung kemih

2. Tingginya tekanan infra abdomen

3. Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga

4. Lanjut usia.

Inkontinensia Total

Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine

terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.

Faktor Penyebab:

1. Penurunan Kapasitas kandung kemih.

2. Penurunan isyarat kandung kemih

3. Efek pembedahan spinkter kandung kemih

4. Penurunan tonus kandung kemih

5. Kelemahan otot dasar panggul.

6. Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih

7. Perubahan pola

8. Frekuensi

9. Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.

10.Urgency

11.Perasaan seseorang harus berkemih.

2.2 Asuhan Keperawatan dengan Pemenuhan Kebutuhan Urin

2.2.1 Pengkajian

1. Kebiasaan berkemih

Pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya.

Frekuensi berkemih bergantung ada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang

berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu

berkemih pada malam hari.

2. Pola berkemih

Page 11: Makalah Eliminasi Uri

Frekuensi berkemih

Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu

24 jam.

Urgensi

Perasaan sesorang untuk berkemih seperti seseorang sering ke toilet karena

takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.

Disruria

Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan demikianlah dapat

ditemukan pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika

urinaria, dan uretra.

Poliuria

Keadaan produksi urin yang abnormal pada jumlah yang besar tanpa adanya

peningkatan asupan cairan.

Urinaria supresi

Keadaan produksi urin yang berhenti secara mendadak.

3. Volume Urin

Volume urin menentukan berapa jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24

jam.

4. Faktor yang mempengaruhi kebiasaaan buang air kecil

a. Diet

b. Gaya hidup

c. Stres psikologis

d. Tingkat aktivitas

5. Karakteristik urin

Warna

Normal : pucat, kekuningan, kuning coklat.

Merah gelap : perdarahan diginjal / ureter

Merah terang : perdarahan KK atau uretra

Coklat gelap : peningkatan bilirubin akibat disfungsi hati bila dikocok busa

kuning.

Kejernihan

Normal : transparan

Peningkatan protein : keruh atau berbusa

Bakteri : pekat dan akeruh.

Page 12: Makalah Eliminasi Uri

Bau     : Amonia

Urin berbau buah : DM dan kelaparan akibat aseton dan asam asetoasetik.

Pemeriksaan urin

Urinalisis

Berat jenis urin

Kultur urin

Pemeriksaan Urin (pengumpulan urin)

Acak

Bersih tapi tidak harus steril

Untuk urinalisis/ mengukur BJ, PH, kadar glukosa

Cara : klien berkemih dalam wadah urin yg bersih

Klien berkemih sebelum defekasi.

Spesimen midstream

Memperoleh spesimen yg relatif bebas mikroorganisme

Untuk kultur dan sensitivitas urin

Bersihkan genetalia dengan benar

Urin pertama jgn ditampung baru pertengahan ditampung

Spesimen steril

Diambil mll kateter

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan

Inflamasi uretra

Obstruksi pd uretra

Defisit perawatan diri: toileting yg berhubungan dengan

Keterbatasan mobilitas

Kerusakan integritas kulit / resiko kerusakan integritas kulit b.d

Inkontinensia urin

Perubahan eliminasi urin

Kerusakan sensorik motorik

Resiko infeksi berhubungan dengan

Higiene personal yg tidak baik

Insersi kateter uretra

b. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan

Page 13: Makalah Eliminasi Uri

Terapi deuretik

Keterbatasan mobilitas

c. Inkontinensia refleks berhubungan dengan

Penggunaan anestesi untuk pembedahan

Inkontinensia stress berhubungan dengan

Peningkatan tekanan intraabdominal

Kelemahan otot panggul

Inkontinensia urgensi

Iritasi mukosa kendung kemih

Penurunan kapasitas kandung kemih

Retensi urin

Obstruksi leher kandung kemih

2.2.3 Intervensi

Tingkatkan kesehatan untuk memelihara serta melindungi fungsi sistem kemih

yang sehat

Penyuluhan klien

Tingkatkan perkemihan normal

Wanita jongkok / duduk

meningkatkan kontraksi otot panggul dan intra abdomen.

yang membantu mengontrol sfingter serta membantu kontraksi kandung

kemih.

Laki-laki berdiri.

Stimulus sensori : suara air yang mengalir, menepuk paa bagian dalam,

meletakkan tangan dlm panci berair.

Mempertahankan kebiasaan eliminasi

Mempertahankan asupan cairan yg adekuat

mengekskresikan partikel yg dapat berkumpul dlm sistem perkemihan.

2000 s.d 2500 ml / hari, but 1200 s.d 1500 biasanya adekuat.

Hindari minum 2 jam sebelum tidur nokturia

Meningkatkan pengosongan kandung kemih secara lengkap.

Pencegahan infeksi

Pemeliharaan pirenium yang baik

Asupan cairan yang adekuat

Page 14: Makalah Eliminasi Uri

meningkatkan  pengeluaran urin & mikroorganisme dari uretra

Mengasamkan urin

menghambat pertumbuhan bakteri

Mempertahankan kebiasaan eliminasi

Obat-obatan (merelaksasikan kandung kemih, menstimulasi kontraksi kandung

kemih, merelaksasi otot polos prostat.

Perawatan Akut

Kateterisasi

Memasukkan selang plastik aau karet mll uretra ke kandung kemih.

Tipe kateter.

Indweling/intemiten kateter lurus sekali pakai

Kateter menetap/ foley kateter menetap untuk periode waktu tertentu

Kateter caude ujungnya melengkung, untuk pria yang mengalami pembesaran

prostat

Indikasi pemasangan kateter intermiten

Meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi kandung kemih

Mengambil spesimen urin steril

Mengkaji residu urin setelah pengosongan kandung kemih

Penatalaksanaan jangka panjang klien yang mengalami cidera medula spinalis

Indikasi pemasangan kateter meneta sementara

Obstruksi pd aliran urin (pembesaran prostat)

Perbaikan kandung kemih, uretra dan struktur disekeliling mll embedahan

Mencegah obstruksi uretra akibat adanya bekuan darah

Mengukur haluran urin

Irigasi kandung kemih

Keteter menetap jangka panjang

Retensi urin berat

Ruam kulit, ulkus dan iritasiakibat kontak dgn urin

Penderita penyakit terminal

Perawatan restorasi

Menguatkan otot panggul

Kegel exercise meningkatkan kontraksi otot dasar panggul.

Mempertahankan integritas kulit

Cuci kulit yg teriritasi urin dgn sabun dan air hangat

Page 15: Makalah Eliminasi Uri

Pakai pelembabBila sudah teriritasi dokter dpt meresepkan salep steroid.

Bladder training

Melatih kembali kandung kemih untuk mengembalikan pola normal perkemihan

dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.

Melakukan Kateterisasi

Pada wanita Pada Pria

a. Pengertian

Katerisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke

dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi

kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan

katerisasi dapat dilakukan melalui dua cara : intermiten (straight kateter) dan

indwelling (foley kateter).

Indikasi

Tipe Intermiten

Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi

Retensi akut setelah trauma uretra

Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgestik

Cedera pada tulang belakang

Degenerasi neuromuskular secara progresif

Pengeluaran urin residual

Tipe Indwelling

Page 16: Makalah Eliminasi Uri

Obstruksi aliran urin

Pascaoperasi uretra dan struktur di sekitarnya

Obstruksi uretra

Inkontinensia dan disorientasi berat

a. Tujuan

Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih

Untuk pengumpulan spesimen urine

Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih

Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

b. Alat

a. Tromol steril berisi

b. Gass steril

b. Deppers steril

c. Handscoen

d. Cucing

e. Neirbecken

f. Pinset anatomis

g. Doek

h. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan

i. Tempat spesimen urine jika diperlukan

j. Urobag

k. Perlak dan pengalasnya

l. Disposable spuit

m. Selimut

c. Prosedur kerja

Untuk Pasien Pria

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur

3. Atur ruangan / pasang sampiran

4. Pasang perlak / alas

5. Gunakan sarung steril

Page 17: Makalah Eliminasi Uri

6. Pasang duk steril

7. Pegang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium ditarik sedikit ke

pangkalnya dan bersihkan dengan kapas sublimat / savlon.

8. Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang lebih 12,5-17,5 cm),

lalu masukkan pelan-pelan (kurang lenih 17,5-20 cm) sambil anjurkan untuk

menarik napas.

9. Jika tertahan jangan dipaksa/tegangkan

10. Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk

yang dipasang tetap, dan bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil pasien

disuruh napas dalam.

11. Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah atas paha / abdomen

12. Rapikan alat

13. Cuci tangan

Untuk Pasien Wanita

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur

3. Atur ruangan / pasang sampiran

4. Pasang perlak / alas

5. Gunakan sarung steril

6. Pasang duk steril\

7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (kurang lebih 3 kali

hingga bersih)

8. Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri lalu bersihkan

bagian dalam

9. Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang lebih 2,5-5 cm), lalu

masukkan pelan-pelan sambil anjurkan untuk menarik napas (kurang lenih 2,5-

5 cm) atau hingga urin keluar.

10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya menggunakan

spuit untuk yang dipasang tetap dan bila tidak dipasang tetap tarik kembali

sambil suruh pasien untuk napas dalam.

11. Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah samping

12. Rapikan alat

13. Cuci tangan

Page 18: Makalah Eliminasi Uri

2.2.4 Evaluasi

Klien mampu berkemih secara normal tanpa mengalami gejala-gejala ggn

perkemihan

Karakteristik urin : kekuningan, jernih, tidak mengandung unsur yg abnormal

Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yg mempengaruhi eliminasi

Tidak terjadi komplikasi akibat perubahan pola eliminasi

BAB III

PENUTUP

2.3 Kesimpulan

1. Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Urin

dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.

Page 19: Makalah Eliminasi Uri

2. Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua ureter

yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika

urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra, urin dikeluarkan dari

vesika urinaria.

3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake), respons

keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat , aktivitas,

tingkat perkembangankondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus

otot, pengobatan, dan pemeriksaan diagnostik

2.4 Saran

1. Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi uri dalam kehidupan kita

sehari-hari.

2. Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Mediak.

Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC

Page 20: Makalah Eliminasi Uri

Teguh Subianto. 2011. Prosedur Pemasangan Kateter Kandung Kemih.

http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemasangan-kateter-

kandung.html. Diakses tanggal 10 Maret 2012 Pukul 21.11