ekologi

5
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Efek Global warming sangat berdampak bagi kelangsungan hidup manusia, mulai dari naiknya muka air laut, kerusakan ozon, efek rumah kaca dan cuaca ekstrim yang dapat merusak lingkungan. Pembangunan yang terus berjalan juga berdampak negatif bagi lingkungan, karena tidak sedikit dalam proses pembangunan energi dan material yang dihabiskan dalam jumlah besar. Arsitektur memberikan kontribusi terbesar terhadap pemanasan global atau yang akrab ditelinga kita dengan istilah gobal warming. Hal ini berawal dari masa arsitektur industri (1800-1900), dimana tampilan arsitektur dunia didominasi oleh arsitektur modern dengan pahaminternasionalisme stylenya. Bangunan arsitektur merupakan hasil produksi manufaktur industri. Komponen komponen bangunan dapat di produksi secara masal dan dipergunakan dimana sajatanpa terlalu mempertimbangkan karakteristik iklim dan budaya lokal dan minimalisasi ornamentasi. Juga dikenalnya semen sebagai bahan utama bangunan, dimana proses pembuatan semen banyak menyerap energi dan mengeluarkan gas CO ke udara. Maraknya pembangunan juga menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau sebagai sumber penyerap gas carbondioksida. Padahal sebatang pohon bisa menyerap 1 ton CO2 selama hidupnya. Bisa dibayangkan berapa ribu ton yang bisa diserap dalam 100

Upload: iisislamiyah

Post on 21-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ekologi

TRANSCRIPT

Page 1: ekologi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efek Global warming sangat berdampak bagi kelangsungan hidup

manusia, mulai dari naiknya muka air laut, kerusakan ozon, efek rumah kaca dan

cuaca ekstrim yang dapat merusak lingkungan. Pembangunan yang terus berjalan

juga berdampak negatif bagi lingkungan, karena tidak sedikit dalam proses

pembangunan energi dan material yang dihabiskan dalam jumlah besar.

Arsitektur memberikan kontribusi terbesar terhadap pemanasan global

atau yang akrab ditelinga kita dengan istilah gobal warming. Hal ini berawal dari

masa arsitektur industri (1800-1900), dimana tampilan arsitektur dunia didominasi

oleh arsitektur modern dengan pahaminternasionalisme stylenya. Bangunan

arsitektur merupakan hasil produksi manufaktur industri. Komponen komponen

bangunan dapat di produksi secara masal dan dipergunakan dimana sajatanpa

terlalu mempertimbangkan karakteristik iklim dan budaya lokal dan minimalisasi

ornamentasi. Juga dikenalnya semen sebagai bahan utama bangunan, dimana

proses pembuatan semen banyak menyerap energi dan mengeluarkan gas CO ke

udara. Maraknya pembangunan juga menyebabkan berkurangnya ruang terbuka

hijau sebagai sumber penyerap gas carbondioksida. Padahal sebatang pohon bisa

menyerap 1 ton CO2 selama hidupnya. Bisa dibayangkan berapa ribu ton yang

bisa diserap dalam 100 meter persegi lahan. Belum lagi perhitungan pelepasan CO

ke udara, saat pembangunan gedung terutama gedung bertingkat.

Karena itulah diperlukan gerakan suistanable design yang merupakan

usaha berkelanjutan dimana hal ini merupakan inti dari Green Design. Green

Design atau Green Design adalah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-

citakan terciptanya perancangan dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan

pemakaian material yang ramah lingkungan serta penggunaan energi dan sumber

daya yang efektif dan efisien.

Page 2: ekologi

B. Rumusan Masalah

Bagaimana mengatasi permasalahan pada desain seperti aksesibilitas, sirkulasi, aktivitas, fungsi, kenyamanan, utilitas, pencahayaan, keamanan, dan dimensi ruang?

Bagaimana menciptakan bentuk arsitektur yang dapat menjadi patokan pada bangunan sekitarnya, terutama bangunan tingkat tinggi yang hemat energy, sebagai salah satu langkah mengurangi Global Warming?

C. Tujuan PenulisanTujuan utama dari penulisan ini adalah untuk mengevaluasi dan menjelaskan

sejauh mana prinsip-prinsip arsitektur ekologis diterapkan global warming. Selain itu, tujuan penelitian akan lebih spesifik mengeksplorasi dan menganalisa prioritas desain terkait dengan penerapan prinsip arsitektur ekologis untuk mengrangi Global Warming

Page 3: ekologi

PEMBAHASANIndonesia merupakan negara beriklim tropis yang terdiri dari kepulauan yang

membentang dengan garis pantai terpanjang di dunia. Lokasinya yang berada di daerah khatulistiwa memiliki keuntungan dalam hal penyinaran matahari sepanjang tahunnya dan keberadaan kekayaan alam yang melimpah ruah. Akan tetapi dibalik semua itu terdapat dampak yang cukup merugikan. Penyinaran matahari yang terus-menerus menjadikan suhu permukaan akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kawasan di belahan dunia lainnya. Hal tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan energi untuk mendinginkan ruang pada bangunan-bangunan publik kebanyakan. Saat ini, masalah pemanasan global dan berkurangnya sumber alam seperti bahan bakar fosil, air segar, dan humus adalah tantangan paling sulit yang pernah dihadapi oleh manusia. Parailmuwan telah menyimpulkan bahwa mengurangi pengeluaran karbon dioksida (CO2) akan memperkecil pemanasan global, sehingga pada tahun 1997, 181 pemerintahan menandatangani Protokol Kyoto untuk mengurangi emisi bahan kimia beserta lima “gas rumah hijau” lain

Aspek energi dalam proses perencanaan arsitektur merupakan suatu hal yang fundamental dan menjadi pijakan suatu desain. Aspek tersebut tentunya bukanlah suatu hal yang baru lagi, namun selayaknya sudahmenjadi dasar bagi tiap arsitek dalam mendesain obyek arsitektural. Menurut Jimmy Priatman, KetuaPusat Studi Energi Bangunan dan dosen Pascasarjana Manajemen Konstruksi Fakultas Teknik Arsitektur UK Petra Surabaya, konsep arsitektur hemat energi merupakan salah satu tipologi arsitektur yang berorientasi pada konservasi lingkungan global alami, dimana dalam perspektif yang lebih luas,lingkungan yang dimaksud adalah meliputi bumi, udara, air, dan energi yang perlu dilestarikan.

Banyak yang bisa dilakukan oleh para perancang bangunan untuk menghemat enrgi. Salahsatunya adalah dengan memilih lampu yang hemat energi. Lampu TL bisa menghemat pengeluaran 150 pound gas karbon dioksida per tahun, dibanding lampu pijar. Perancangan bangunan dengan memanfaatkan alam dan iklim yang ada, seperti contoh, di Indonesia yanghampir memperoleh sinar matahari sepanjang tahun, bisa menggunakannya sebagai pengganti penerangan di siang hari.Saat ini di dunia sedang digalakkan pembangunan yang hemat energi. Bahkan di AmerikaSerikat, arsitek yang merancang bangunan harus melalui uji kelayakan hemat energi untuk setiapkaryanya. Bahkan untuk karya arsitektur tertentu harus memenuhi kriteria sustainablearchitecture atau arsitektur yang berkelanjutan. Indonesia sendiri tak mau ketinggalan, meskipun dalam perancangan bangunan di Indonesia belum ada regulasi dari pemerintah yang khusus mengatur hal tersebut. Adalah Jimmy Priatman,Adi Purnomo atau Eddy Priyanto arsitek dari Indonesia yang pernah menerima penghargaan