efektivitas model pembelajaran kooperatif …digilib.unila.ac.id/25784/3/skripsi tanpa bab...

Download EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …digilib.unila.ac.id/25784/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 ... Kata kunci:

If you can't read please download the document

Upload: ngomien

Post on 05-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN

    MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1

    Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017)

    (Skripsi)

    Oleh:

    Ni Kadek Suriani

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG2017

  • ABSTRAK

    EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN

    MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1

    Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017)

    Oleh

    Ni Kadek Suriani

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe

    Think Pair Share (TPS) ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa.

    Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih

    Mataram tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 180 siswa yang terdistribusi dalam

    lima kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII B dan VIII C yang

    dipilih dengan teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan

    pretest-posttest control group design. Berdasarkan hasil penelitian dan

    pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran koorperatif tipe TPS tidak

    efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa.

    Kata kunci: efektivitas, pembelajaran kooperatif tipe TPS, penalaran matematis

  • EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN

    MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1

    Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017)

    Oleh

    Ni Kadek Suriani

    (Skripsi)

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

    Pada

    Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG2017

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Desa Darma Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabu-

    paten Lampung Tengah pada tanggal 21 Januari 1995. Penulis merupakan anak

    pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak I Wayan Darmita dan Ibu Ni Ketut

    Setuti.

    Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Darma Agung pada

    tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Seputih Mataram pada

    tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Seputih Mataram

    pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada

    tahun 2012 melalui jalur mandiri (UM) Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

    Negeri (SNMPTN) dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika.

    Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa pesanguan, Kecamatan

    Pematang Sawa, Kabupaten Tanggamus dan menjalani Program Pengalaman

    Lapangan (PPL) di SMP Negeri Satu Atap Pematang Sawa.

  • MOTTO

    Keberhasilan di peroleh dari keberanian yang lebih besar daripada ketakutan

    (Anonim)

  • PERSEMBAHAN

    Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa

    Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkankarya ini untuk orang-orang yang berharga

    dalam hidupku

    Bapak dan Ibuku tercinta: I Wayan Darmita dan Ni Ketut Setuti, yang telah bekerja keras,memberikan kasih sayang, mendidik, selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan

    sehingga anak mu ini yakin bahwa Tuhan selalumemberikan yang terbaik untuk Umat-Nya.

    Adikku I Komang Sucandra serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungandan doanya kepadaku.

    Kadek Sukanadi, yang senantiasa mendukung dan menasehatiku dengan penuh kesabaran.

    Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.

    Semua sahabat terbaik yang begitu menyayangiku dan menerima segalakekuranganku, dari kalian aku belajar banyak hal tentang hidup dan memahami kebersaman

    didalam perbedaan.

    Almamater universitas lampung tercinta.

  • ii

    SANWACANA

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

    Ditinjau Dari Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa (Studi Pada

    Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram Semester Ganjil Tahun

    Pelajaran 2016/ 2017).

    Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari

    bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

    tulus kepada:

    1. Bapak (I Wayan Darmita) dan Ibu (Ni Ketut Setuti) tercinta, adikku

    (I Komang Sucandra), serta seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan,

    memberikan motivasi, semangat, dan dukungan baik secara moril dan materil

    kepadaku.

    2. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I, Dosen

    Pembimbing Akademik, dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

    yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

    sumbangan pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran

    yang membangun kepada penulis selama menempuh pendidikan di perguruan

    tinggi dan dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  • iii

    3. Bapak Dr. Caswita, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua Jurusan

    PMIPA yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi

    perhatian, memotivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun

    kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

    4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

    masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi

    ini selesai dan menjadi lebih baik.

    5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan serta nasehat

    kepada penulis.

    6. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku dekan FKIP Universitas

    Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

    penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    7. Bapak I Ketut Tompel, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Seputih Mataram

    yang telah memberikan izin penelitian.

    8. Bapak Wayan Sukra, B.Sc., selaku guru mitra yang telah banyak membantu

    dalam penelitian.

    9. Sahabat-sahabatku tercinta: Wayan, Okta, Diza, Deslita, Mega, Putu, Imur,

    Didi, Deby, Ana dan Siska yang sangat kusayangi, yang selalu memberikan

    doa, semangat, nasehat, dan menciptakan rasa bahagia dalam kebersamaan.

    10. Kadek Sukanadi, yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi untuk

    menyelesaikan skripsi ini.

    11. Teman-teman karibku tersayang: Septi Nurlaili dan Nikita Yunika Sari.

    Terima kasih atas segala nasehat dan bantuan yang kalian berikan.

  • iv

    12. Siswa/siswi kelas VIII B dan VIII C SMP Negeri 1 Seputih Mataram Tahun

    Pelajaran 2016/2017 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

    13. Teman-teman seperjuangan, seluruh angkatan 2012 Pendidikan Matematika

    yang selalu berbagi ilmu, memberi semangat, bantuan serta kebersamaan

    yang penuh kenangan.

    14. Kakak-kakakku angkatan 2009, 2010, 2011 serta adik-adikku angkatan 2013,

    2014, 2015 terimakasih atas kebersamaannya.

    15. Sahabat-sahabat KKN di Desa Pesanguan, Kecamatan Pematang Sawa,

    Kabupaten Tanggamus dan PPL di SMP Negeri Satu Atap Pematang Sawa:

    Ani, Tika, Rohim, Lukman, Ni Luh Eka D.Y, Netika,Winda, Fara, dan Vany

    atas kebersamaannya selama kurang lebih dua bulan penuh makna dan

    kenangan.

    16. Pak Mariman dan Pak Liyanto, penjaga gedung G, terima kasih atas bantuan

    dan perhatiannya selama ini.

    17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

    Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada

    penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga

    skripsi ini bermanfaat.

    Bandarlampung, Februari 2017Penulis

    Ni Kadek Suriani

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6

    C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 7

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

    E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 8

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori..................................................... ....................................... 9

    1. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ........................................... 9

    2. Efektivitas Pembelajaran..................................................................... 11

    3. Pembelajaran Kooperatif..................................................................... 12

    4. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ...................... 16

    5. Pembelajaran Konvensional................................................................ 17

    B. Penelitian Relevan................................................................................... 19

    C. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 19

    D. Anggapan Dasar ...................................................................................... 21

  • E. Hipotesis Penelitian................................................................................. 22

    III. METODE PENELITIAN

    A.Populasi dan Sampel ................................................................................ 23

    B.DesainPenelitian....................................................................................... 24

    C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 24

    D. Data penelitian ........................................................................................ 25

    E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 25

    F Instrumen Penelitian ................................................................................ 26

    G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis...................................... 32

    IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian....................................................................................... 38

    1. Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ............................. 38

    2. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 41

    3. Pencapaian Indikator Kemampuan Penalaran Matematis .................. 42

    B. Pembahasan............................................................................................. 44

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ................................................................................................. 50

    B. Saran ...................................................................................................... 50

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMP Negeri 1 SeputihMataram .......................................................................................... 4

    Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) ............................ 17

    Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram............ 23

    Tabel 3.2 Presstest-Posttest Control Group Desaign ..................................... 24

    Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Reliabiitis ........................................................... 29

    Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda................................................... 30

    Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran ............................................ 31

    Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Normalitas data Gain Kemampuan PenalaranMatematis Siswa .............................................................................. 31

    Tabel 3.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan PenalaranMatematis Siswa ............................................................................ 34

    Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Penalaran Matematis Siswa................ 38

    Tabel 4.2 Data Skor Akhir Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ............... 39

    Tabel 4.3 Data Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ..................... 40

    Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua rata-rata Data Kemampuan PenalaranMatematis Siswa................................................................................. 41

    Tabel 4.5 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Penalaran Matematis Siswa.... 42

    Tabel 4.6 Pencapaian Indikator Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ........ 43

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

    A.1 Silabus ............................................................................................. 59

    A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) TPS .............................. 63

    A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kovensional ................ 100

    A.4 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ...................................................... 121

    B. PERANGKAT TES

    B.1 Kisi-kisi Soal ................................................................................... 157

    B.2 Soal Pretest - Posttest...................................................................... 158

    B.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa 159

    B.4 Kunci Jawaban Soal Pretest Posttest ........................................... 160

    B.5 Form Penilaian Validitas Isi............................................ ............... 165

    C. ANALISIS DATA

    C.1 Analisis Reliabilitas Instrumen ......................................................... 168

    C.2 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Butir Soal ........... 169

    C.3 Analisis Indikator Kemampuan Penalaran Matematis Siswa KelasKontrol .............................................................................................. 170

    C.4 Analisis Indikator Kemampuan Penalaran Matematis Siswa KelasEksperimen........................................................................................ 178

    C.5 Analisi Peningkatan Skor Pretest - Posttest .................................... 186

  • C.6 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Penalaran Matematis KelasKontrol .............................................................................................. 190

    C.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Penalaran Matematis KelasEksperimen........................................................................................ 193

    C.8 Hasil Uji Homogenitas........................................................................ 196

    C. 9 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Peningkatan Kemampuan PenalaranMatematis Siswa ................................................................................. 197

    C.10 Uji Proporsi Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Eksperimen . 200

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan adalah faktor penting dalam kehidupan umat manusia, melalui

    pendidikan tranformasi ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berlangsung secara

    berkesinambungan dari generasi ke generasi, menuju peningkatan kualitas sumber

    daya manusia. Inilah yang mendorong negara-negara di dunia berlomba untuk

    meningkatkan mutu pendidikan agar dihasilkan sumber daya manusia yang dapat

    membangun diri, bangsa, dan negaranya.

    Melalui pendidikan berbagai aspek kehidupan dikembangkan dengan proses

    belajar dan pembelajaran. Oleh karena itu, program pendidikan di Indonesia

    berupaya mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan,

    berpikir kritis, dan mampu bersaing dalam era globalisasi. Hal ini dikarenakan

    orang yang memiliki pendidikan akan merubah orang yang tidak tahu menjadi

    tahu dan yang sudah tahu menjadi paham, serta dapat memberikan kontribusi

    yang positif kepada negara. Akan tetapi, yang perlu diingat bahwa pendidikan

    akan berhasil dengan maksimal manakala setiap elemen dari pendidikan dasar,

    menengah, dan tinggi senantiasa berorientasi pada tujuan pendidikan nasional.

  • 2

    Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UU No.20 Tahun 2003 pasal 3

    adalah:

    Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bang-sa, bertujan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Tujuan pendidikan nasional dioperasionalkan menjadi tujuan pembelajaran di

    sekolah melalui mata pelajaran yang diberikan. Salah satu pembelajaran yang

    diberikan di sekolah adalah pembelajaran matematika.

    Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

    modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dengan

    memajukan daya pikir manusia (Depdiknas, 2006). Matematika tumbuh dan

    berkembang sebagai aktivitas manusia yang membentuk pola pikir dalam bidang-

    bidang tertentu, terlatih bernalar, berfikir kritis, logis, dan sistematis. Oleh karena

    itu penguasaan materi matematika harus ditanamkan sejak dini, sehingga siswa

    mempunyai dasar ilmu untuk dikembangkan dalam menghadapi perkembangan

    zaman dan teknologi saat ini dan masa yang akan datang.

    Dalam pembelajaran matematika terdapat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

    Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006, pembelajaran matematika diberikan

    kepada siswa bertujuan agar siswa memiliki kemampuan yaitu: 1) memahami

    konsep matematika menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan

    konsep algoritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan

    masalah: 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

    dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

  • 3

    pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

    memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

    menafsirkan solusi yang diperoleh ; 4) mengomunikasikan gagasan dengan

    simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

    5) memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

    memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

    serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan

    tujuan pembelajaran matematika menurut National Council of Teachers of

    Mathematics (NCTM, 2000: 67) terdiri dari lima standar kemampuan matematika

    yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah,

    kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan penalaran, dan

    kemampuan representasi.

    Kemampuan penalaran merupakan salah satu hal yang harus dimiliki siswa dalam

    belajar matematika. Selain karena matematika merupakan ilmu yang diperoleh

    dengan bernalar, tetapi juga karena salah satu tujuan dari pembelajaran

    matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada pola dan

    melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau

    menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

    Menurut Keraf (1985: 5) penalaran merupakan suatu proses berpikir dengan

    menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu

    kesimpulan. Penalaran dalam matematika diperlukan pada proses penentuan

    suatu argumen matematika benar atau salah dan digunakan untuk membangun

    suatu argumen matematika.

  • 4

    Kemampuan penalaran matematis siswa di Indonesia masih tergolong rendah.

    Hal ini dapat dilihat dari hasil survey yang dilakukan Trends in International

    Mathematics and Science Study (TIMSS, 2011) yang menunjukkan bahwa per-

    sentase kelulusan kemampuan matematis siswa di Indonesia untuk penalaran

    sebesar 17%. Persentase jauh dibawah rata-rata presentase kelulusan interna-

    sional yaitu penalaran 30%. Presentase ini menunjukan bahwa penalaran

    matematis siswa di indonesia masih rendah. Hal ini karena siswa di Indonesia

    kurang terbiasa menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti soal-soal

    pada TIMSS, yang subtansinya kontekstual, menuntut penalaran, argumentasi dan

    kreativitas dalam penyelesaian (Wardhani dkk, 2011: 1). Siswa yang terbiasa

    mengerjakan soal-soal rutin dan meniru cara guru dalam menyelesaikan masalah

    akan mengalami kesulitan ketika mendapat soal-soal tidak rutin.

    Hasil survei tersebut sejalan dengan hasil wawancara kepada guru mitra di SMP

    Negeri 1 Seputih Mataram yang menyatakan bahwa kemampuan penalaran

    matematis di SMP tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya

    siswa yang mampu mengajukan dugaan, melakukan manipulasi matematika,

    memberikan alasan atas jawabannya, dan menarik kesimpulan dari suatu masalah

    matematika yang diberikan. Selain itu, dapat lihat dari hasil ulangan harian yang

    soal-soalnya adalah soal pemahaman konsep.

    Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMP Negeri 1 SeputihMataram

    No Kelas Rata-rata Nilai1. VIIIA 65,542. VIIIB 62,053. VIIIC 61,424. VIIID 59,565. VIIIE 58,12

  • 5

    Nilai ini masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 72.

    Rendahnya tingkat pemahaman konsep siswa menyebabkan rendahnya matematis

    siswa.

    Pembelajaran yang selama ini diterapkan di SMP Negeri 1 Seputih Mataram yaitu

    dimulai dari guru menjelaskan materi pelajaran, mengerjakan latihan, dan

    pemberian PR. Dalam kegiatan tersebut guru merupakan sumber informasi utama

    dalam pembelajaran sehingga terlihat komunikasi berpusat pada guru, meskipun

    guru telah menerapkan belajar secara diskusi yang terjadi hanya melibatkan siswa

    tertentu saja. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecen-

    derungan siswa lebih banyak menuggu sajian guru dari pada mencari dan

    menemukan sendiri pengetahuan serta keterampilan, siswa hanya mencontoh dan

    mencatat bagaimana cara menyelesaikan soal setelah dikerjakan oleh gurunya,

    jika mereka diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, mereka mulai

    bingung. Para siswa jarang bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas atau

    kurang di pahami dan siswa juga kurang memiliki keyakinan untuk megerjakan

    soal kedepan kelas.

    Salah satu penyebab kurangnya kemampuan penalaran matematis siswa adalah

    proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikelas kurang melibatkan siswa

    dalam proses pembelajaran atau tidak terjadi diskusi antara siswa dan siswa

    dengan guru. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak mengeksplorasi, mene-

    mukan sifat-sifat, mengajukan konjektur dan hanya menerima apa yang disajikan

    oleh guru.

  • 6

    Untuk mengatasi rendahnya kemampuan penalaran matematis diperlukan model

    pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran,

    sehingga pada proses pembelajaran tidak hanya menerima sajian dari guru. Selain

    dituntut aktif dalam berpikir, siswa juga dilatih untuk menganalisis suatu

    permasalahan, mendiskusikan dan mengutaran ide-ide yang mereka miliki. TPS

    memungkinkan untuk menciptakan situasi tersebut, sehingga TPS diduga dapat

    mengembangkan kemampuan penalaran siswa.

    Pembelajaran Kooperatif TPS dicetuskan oleh Frank Lyman 1985 yang bertujuan

    untuk mengajarkan peserta didik agar lebih mandiri dalam menyelesaikan soal-

    soal yang dapat mengembangkan kemampuan matematis siswa. Menurut lie

    (2008: 57) keunggulan TPS adalah optimalisasi partisipasi peserta didik.

    Pembelajaran TPS memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja sendiri

    serta bekerja sama dengan peserta didik lainya. Selain itu, peserta didik dapat

    mengembangkan ide-ide yang mereka miliki dalam mengukapkan suatu argumen.

    Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakan penelitian yang berjudul Efektivitas

    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Ditinjau dari

    Kemampuan Penalaran Matematis Siswa.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah Apakah pembelajaran TPS efektif ditinjau dari kemampuan penalaran

    matematis siswa?

  • 7

    Mengacu pada pengertian efektivitas pembelajaran, rumusan masalah di atas

    dapat dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian, yaitu :

    1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang

    mengikuti pembelajaran TPS lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti

    pembelajaran konvensional?

    2. Apakah persentase siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang

    dikategorikan baik dengan KKM yaitu 72 pada kelas yang menggunakan

    pembelajaran TPS mencapai lebih dari 60% dari jumlah siswa?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

    mengetahui efektifitas pembelajaran TPS terhadap kemampuan penalaran

    matematis siswa.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini antara lain:

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

    terhadap pembelajaran matematika, terkait pembelajaran TPS serta

    hubungannya dengan kemampuan penalaran matematis siswa.

    2. Manfaat Praktis

    Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

    guru dan peneliti lain.

  • 8

    a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan

    dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan

    kemampuan penalaran matematis siswa.

    b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitan

    lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

    E. Ruang Lingkup Penelitian

    Adapun Ruang lingkup penelitian ini antara lain:

    1. Penelitian ini membahas materi relasi dan fungsi dengan menerapkan

    pembelajaran TPS ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa kelas

    VIII.

  • 9

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

    Pada dasarnya setiap penyelesaian soal matematika memerlukan kemampuan

    penalaran. Melalui penalaran, siswa diharapkan dapat melihat bahwa matematika

    merupakan kajian yang masuk akal atau logis. Dengan demikian siswa merasa

    yakin bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan, dibuktikan, dan dapat

    dievaluasi.

    Materi matematika dan penalaran merupakan dua hal yang saling berkaitan dan

    tidak dapat dipisahkan karena materi matematika dipahami melalui penalaran dan

    penalaran dipahami dan dilatih melalui belajar matematika (Depdiknas, 2002:6).

    Brodie(2010:7) menyatakan bahwa, Mathematical reasoning is reasoning about

    and with the object of mathematics. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa

    penalaran matematis adalah penalaran mengenai dan dengan objek matematika.

    Kemudian Suriasumantri (2007:42) mengatakan bahwa penalaran merupakan

    suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

    Selain itu, Shadiq (2004:2) menjelaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir

    yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang

    diketahui menuju kepada suatu kesimpulan.

  • 10

    Menurut Wardani (2008:12) ada dua cara untuk menarik kesimpulan yaitu secara

    induktif dan deduktif, sehingga dikenal dengan istilah penalaran induktif dan

    penalaran deduktif. Adapun pengertian dari penalaran induktif dan penalaran

    deduktif yaitu:

    a. Penalaran induktif adalah proses berpikir yang berusaha menghubungkan

    fakta-fakta atau kejadian-kejadian khusus yang sudah diketahui menuju

    kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.

    b. Penalaran deduktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang

    hal khusus yang berpijak pada hal umum atau hal yang sebelumnya telah

    dibuktikan (diasumsikan) kebenaranya.

    Menurut Suriasumantri (1999 : 43) sebagai suatu kegiatan berpikir maka

    penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola

    berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Kegiatan penalaran merupakan

    suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan

    berpikir menurut suatu pola tertentu. Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat

    analitik dari proses berpikirnya.

    Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal 11

    November 2004 ( Wardani, 2005:1) tentang penilaian perkembangan anak didik

    SMP dicantumkan indikator dari kemampuan penalaran matematika adalah

    a. Menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar

    b. Mengajukan dugaan

    c. Melakukan manupilasi matematika

    d. Menarik kesimpulan

  • 11

    Menurut Saragih (2007:4) pembelajaran yang lebih menekankan pada penalaran

    dan pemecahan masalah sangat erat kaitannya dengan prestasi yang dicapai oleh

    siswa. Dengan kata lain, untuk memperoleh prestasi siswa yang tinggi dalam

    pembelajaran matematika, proses pembelajaran ditekankan pada penggalian

    kemampuan penalaran siswa.

    Berdasarkan uraian di atas kemampuan penalaran matematis adalah suatu aktivitas

    atau proses penarikan kesimpulan yang ditandai adanya langkah-langkah dalam

    proses berpikir

    2. Efektivitas Pembelajaran

    Efektivitas berasal dari Bahasa Inggris effective yang berarti berhasil atau tepat.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektivitas adalah sesuatu yang

    memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

    keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Efektivitas menekankan pada hasil

    yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara mencapai

    hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya

    (Siagian, 2001: 24). Dalam lingkup pembelajaran, lebih lanjut menurut Hamalik

    (2004:171) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

    kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan aktivitas-

    aktivitas belajar. Adapun hasil dari pembelajaran yang efektif adalah siswa

    mendapat pemahaman, pengetahuan, dan wawasan.

    Depdiknas (2008:4) menyatakan bahwa kriteria keberhasilan pembelajaran salah

    satunya ialah peserta didik menyelesaikan serangkaian tes, baik tes formatif, tes

  • 12

    sumatif, maupun tes ketrampilan yang mencapai tingkat keberhasilan rata-rata

    60%. Keefektifan suatu pembelajaran dapat terlihat dari persentase siswa yang

    mencapai ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator. Pernyatan tersebut

    sejalan dengan BSNP (2006;12) ketuntasan belajar setiap indikator yang telah

    ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara kriteria ideal untuk

    masing-masing indikator adalah dengan kriteria ketuntasan minimal ditentukan

    masing-masing lembaga pendidikan. Untuk mata pelajaran matematika kemam-

    puan yang diukur dalam pencapaian ketuntasan belajar terdiri dari kemampuan

    rendah hingga kemampuan tingkat tinggi.

    Dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tercapai tidaknya

    ukuran atau tingkat keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran dan mampu

    melatih kemampuan penalaran setelah melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Pada

    penelitian ini keefektifan pembelajaran yang diukur hanya dari kemampuan

    penalaran matematis sehingga kriteria masing-masing indikator yang digunakan

    adalah dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sesuai dengan yang

    ditetapkan sekolah yaitu 72 serta diperoleh jumlah siswa yang mencapai KKM

    lebih dari 60% dari jumlah siswa dalam satu kelas.

    3. Pembelajaran kooperatif

    Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian belajar yang dilakukan oleh

    siswa dgalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran

    yang telah dirumuskan . Menurut Slavin (2008: 103) pembelajaran kooperatif

    adalah model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok

    kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen dan

  • 13

    terdiri dari empat sampai enam orang siswa. Selanjutnya menurut Agus Suprijono

    (2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua

    jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

    diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan

    serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu

    siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Sistem penilaian dilakukan

    terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan ( reward),

    jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan.

    Model pembelajaran kooperatif mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam

    memecahkan masalah yang ditemui selama proses pembelajaran. Pola interaksi

    yang bersifat langsung dan terbuka diantara anggota kelompok sangat membantu

    siswa dalam memperoleh keberhasilan proses belajarnya. Hal ini disebabkan

    mereka melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan, pengalaman, pemaha-

    man dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar

    (Suprayekti, 2006: 89).

    Menurut Isjoni (2009: 17) ada beberapa ciri-ciri dari cooperative learning,

    diantaranya adalah sebagai berikut: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi

    hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok

    bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya,

    (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal

    kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

    Roger dan Davin Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) mengatakan bahwa

    tidak semua belajar kelompok bisa semua belajar kelompok bisa dianggap

  • 14

    pembelajaran koopeatif. Untuk mencapi hasil maksimal, lima unsur dalam

    pembelajaran kooperaif harus diterapkan, yaitu:

    1) Positive interdependence ( saling ketergantungan) unsur ini menunjukan bahwa

    dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok.

    Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua,

    menjamin semua anggota kelompok secara individual mempelajari bahan yang

    ditugaskan tersebut.

    2) Personal responsbiity (tanggung jawab perseorangan) Pertanggung jawaban

    ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan

    pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi

    pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin

    semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

    3) Face to face promotive interaction (Interaksi promotif) unsur ini penting

    karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi

    promotif adalah (a) saling membantu secara efektif dan efesien; (b) saling

    memberi informasi dan sarana yang diperlukan; (c) memproses informasi bersama

    secara lebih efektif dan efesien; (d) saling mengingatkan; (e) saling membantu

    dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan

    kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi. (f) saling percaya; (g)

    saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

    4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) Untuk mengkoordinasikan

    kegiatan peserta didik dalam pencapian tujuan peserta didik dalam pencapaian

    peserta didik harus: (a) saling megenal dan mempercayai; (b) mampu

  • 15

    berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius; (c) saling menerima dan

    mendukung; (d) mampu menyelesaikan konflik secara konsttuktif.

    5) Group processing (pemrosesan kelompok) melalui pemrosesan kelompok dapat

    diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari

    anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan

    siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan

    efektifitas anggota dalam memberikan konstibusi terhadap kegiatan kolaboratif

    untuk mencapai tujuan kelompok.

    Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif: 1) guru menyampaikan semua

    tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan motivasi belajar kepada

    peserta didik; 2) Guru menyampaikan informasi kepada peserta didik, baik de-

    ngan peragaan atau teks; 3) Peserta didik dikelompokkan ke dalam kelompok-

    kelompok belajar; 3) Bimbingan kelompok-kelompok belajar pada saat peserta

    didik bekerja sama mengerjakan tugas yang diberikan; 4) Setiap akhir pembelaja-

    ran guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran

    oleh peserta didik; dan 5) Menyampaikan hasil evaluasi kepada peserta didik.

    Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran

    kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam

    kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen untuk saling

    membantu dan bekerja sama mempelajarai materi pelajaran agar belajar semua

    anggota maksimal.

  • 16

    4. Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)

    Pembelajaran TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelaja-

    ran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model

    TPS ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif pertama kali dikembang-

    kan oleh Frank Lyman di Maryland University. Menurut Huda (2011: 132) dalam

    pembelajaran TPS, pertama-tama setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri-

    sendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian

    mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangan disebelahnya untuk

    memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka

    berdua.

    Asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk

    mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam

    TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan

    saling membantu (Trianto, 2007:61). Guru memperkirakan hanya melengkapi

    penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda

    tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa

    yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pair Share

    untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.

    Menurut Ibrahim (2000: 26-27 ) ada tiga tahapan dalam pembelajaran Tipe TPS.

    Untuk masing-masing tahapnya disajikan dalam tabel berikut:

  • 17

    Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)

    Fase PembelajaranTipe TPS

    Tingkah Laku Guru

    1. Berpikir (think) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yangberhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswadiminta untuk memikirkan pertanyaan atau isutersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

    2. Berpasangan (pair) Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lainuntuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannyapada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggotapada kelompok membandingkan jawaban atau hasilpemikiran mereka dengan mendefinisikan jawabanyang dianggap paling benar, paling meyakinkan, ataupaling unik.Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untukberpasangan

    3. Berbagi( share) Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasanganuntuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yangtelah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalamseluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjukpasangan yang secara sukarela bersedia melaporkanhasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangandemi pasangan hingga sekitar seperempat pasangantelah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran Tipe TPS adalah

    pembelajaran yang dilakukan siswa dengan cara berpasangan dengan cara tersebut

    siswa mampu berpikir dan merespon apa yang diperoleh serta membagi informasi

    yang didapat dari siswa lainya.

    5. Pembelajaran Konvensional

    Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan

    oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Menurut Djamarah (1996),

    metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau

    disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah

  • 18

    dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam

    proses belajar dan pembelajaran. Menurut Freire (1999), memberikan istilah

    terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber

    gaya bank penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas

    pemberian informasi yang harus ditelan oleh siswa, yang wajib diingat dan

    dihafal. Menurut Sanjaya (2006: 259) pada pembelajaran konvensional siswa

    ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi

    secara pasif.

    Menurut Sanjaya (2009:177), pembelajaran konvensional adalah model

    pembelajaran yang menekankan pada penyampaian materi secara verbal dari seo-

    rang guru kepada kelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai

    materi secara optimal. Pembelajaran konvensional ini lebih banyak guru bercera-

    mah di kelas. Peran guru dalam metode ceramah lebih aktif dalam hal menyam-

    paikan bahan pelajaran, sedangkan peserta didik hanya mendengarkan dan men-

    catat penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru.

    Secara umum, Menurut Djamarah (1996) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran

    konvensional sebagai berikut: 1) Peserta didik adalah penerima informasi secara

    pasif, dimana peserta didik menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan

    diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai

    standar; 2) Belajar secara individual; 3) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis;

    4) Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan; 5) Kebenaran bersifat absolut dan

    pengetahuan bersifat final; 6) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran;

    7) Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik; 8) Interaksi di antara peserta

  • 19

    didik kurang; 9) Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang

    terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran konvensiaonal adalah

    pembelajaran dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian

    tugas dan latihan.

    B. Penelitian Relevan

    Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini :

    1. Juniza (2014) menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada

    pembelajaran konvensional pada siswa kelas IX SMPN 1 Kepenuhan Hulu.

    2. Nataliasari (2013) menyatakan bahwa peningkatan kemampuan penalaran

    matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model kooperatif

    tipe TPS lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

    C. Kerangka pikir

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran tipe TPS

    terhadap kemampuan penalaran matematis siswa. Pembelajaran tipe TPS dalam

    penelitian ini diterapkan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional

    pada kelas kontrol dijadikan sebagai variabel bebas. Kemampuan penalaran

    matematis siswa sebagai variabel terikat.

    Pembelajaran tipe TPS merupakan pembelajaran yang menekankan agar siswa

    dapat aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran tipe TPS siswa tidak hanya

    dituntut agar dapat memecahkan masalah dalam kelompok, namun siswa juga

  • 20

    diberi waktu untuk dapat menyelesaikan masalah secara individu. Tahapan dalam

    model pembelajaran tipe TPS dimulai dengan pendahuluan, berpikir secara

    mandiri ( Think), kemudian dilanjutkan berpasangan ( Pair), selanjutnya yaitu

    berbai (Share).

    Tahap pertama yaitu pendahuluan, pada tahap ini guru memberikan penjelasan

    mengenai tujuan pembelajaran dan menjelaskan hal-hal yang diperlukan selama

    proses pembelajaran. Guru memberikan motivasi kepada siswa, dan meng-

    kondisikan siswa dengan memberikan apersepsi yang berhubungan dengan

    masalah sehari-hari. Pada tahap ini siswa diajak memahami pertanyaan atau

    pernyataan yang diberikan tersebut, kemudian siswa mengubah pernyataan yang

    diberikan guru ke dalam bahasa matematika. Pada tahap ini, rasa ingin tahu siswa

    akan muncul. Dengan demikian, siswa akan lebih semangat dalam proses pem-

    belajaran serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menyajikan pernyataan

    matematis secara tertulis dan gambar.

    Tahap kedua yaitu berpikir (Think). Memasuki tahap ini, guru membagikan

    Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa. Pada tahap ini siswa dituntut

    mengoptimalkan kemampuan individu siswa dalam menyajikan pertanyaan atau

    pernyataan matematika secara tertulis atau gambar, serta mengajukan suatu

    dugaan dari permasalahan tersebut. Dengan demikian kemampuan penalaran

    matematis siswa dapat ditingkatkan.

    Tahap ketiga yaitu berpasangan (Pair). Pada tahap ini guru membagi siswa

    kedalam kelompok heterogen beranggota dua orang. Dalam aktivitas diskusi,

    siswa dituntut dapat mengungkapkan jawaban dari pertanyaan pada tahap kedua.

  • 21

    Menyusun suatu jawaban yang diduskusikan memerlukan suatu manipulasi

    matematis. Selain itu dengan berpasangan, siswa diharapkan mampu

    mengembangkan ide-ide, mengungkapkan alasan dari suatu jawaban dan

    menambah atau merinci secara detail jawaban dari masing-masing siswa dalam

    kelompok, sehingga mereka memperoleh ragam jawaban dari hasil diskusi

    tersebut. Serta siswa dapat membuat suatu kesimpualan dari jawaban yang

    dianggap paling benar. Dengan demikian kemampuan penalaran matematis siswa

    dapat ditingkatkan.

    Tahap selanjutnya yaitu berbagi (Share). Pada tahap ini, masing-masing pasangan

    berbagi dengan pasangan lainya. Guru membantu siswa dalam mengevaluasi

    hasil diskusi, serta bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil diskusi yang

    telah dilakukan. Pada tahap ini siswa dapat merinci suatu jawaban dari kelompok

    lainnya. Selain itu siswa akan lebih lancar dalam menggunakan konsep ma-

    tematika, karena dengan berbagi siswa dapat mengetahui berbagai macam

    jawaban yang mungkin benar dan berbeda dengan yang mereka hasilkan.

    Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran TPS memberikan kesempatan bagi

    siswa untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis .

    D. Anggapan Dasar

    Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

    1. Setiap siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Seputih Mataram

    memperoleh materi pelajaran matematika dan sesuai dengan Kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

  • 22

    2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan penalaran matematis siswa

    selain model pembelajaran tipe TPS dan model pembelajaran konvensional

    dianggap memiliki pengaruh yang sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

    E. Hipotesis Penelitian

    1. Hipotesis Umum

    Pembelajaran TPS efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa.

    2. Hipotesis Khusus

    a. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti

    pembelajaran TPS lebih tinggi dari pada kemampuan penalaran matematis

    siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

    b. Siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang dikategorikan baik setelah

    pembelajaran TPS mencapai lebih dari 60% dari jumlah siswa.

  • 23

    III. METODE PENELITIAN

    A. Populasi dan Sampel

    Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/ 2017 di

    SMP Negeri 1 Seputih Mataram yang terletak di Jln. AMD Wirata Agung,

    Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Populasi dalam

    penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram

    yang berjumlah 180 siswa yang terdistribusi dalam lima kelas.

    Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram

    Dari kelima kelas tersebut dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian.

    Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random

    sampling. Terpilihlah kelas VIIIB dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas

    eksperimen dan kelas VIIIC dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas kontrol.

    Kelima kelas tersebut diajar oleh guru yang sama, dan menggunakan model

    pembelajaran konvensional yang diterapkan sehingga tingkat kemampuan kedua

    kelas relatif sama.

    No Kelas Rata-rata Nilai1. VIIIA 65,542. VIIIB 62,053. VIIIC 61,424. VIIID 59,565. VIIIE 58,12

  • 24

    B. Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan

    the pretestposttest control group design. Seperti yang terlihat pada Tabel 3.1.

    berikut:

    Tabel 3.2. Pretest Posttest Control Group Design

    KelompokPerlakuan

    Pretest Pembelajaran PosttestEksperimen A1 X A2

    Kontrol B1 - B2Menurut Sugiyono (2009:112)

    Keterangan:A1 : pretest yang dilaksanakan pada kelas eksperimenA2 : posttest yang dilaksanakan pada kelas eksperimenX : perlakuan yang diberikan dikelompok eksperimen yaitu model

    pembelajaran TPSB1 : pretest yang dilaksanakan pada kelas kontrolB2 : posttest yang dilaksanaka pada kelas kontrol

    dan kelas kontrol

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes

    yang dilakukan sebelum (pretest) dan sesudah diberikan perlakuan (posttest). Tes

    yang digunakan berupa tes kemampuan penalaran matematis siswa yang

    berbentuk uraian. Pemberian tes berguna untuk mengukur kemampuan penalaran

    matematis siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran TPS dan kelas yang

    mengikuti pembelajaran konvensional.

  • 25

    D. Data Penelitian

    Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kemampuan penalaran

    matematis siswa yang diinterpretasikan dengan skor pretest-posttest dan data skor

    peningkatan (gain). Data ini berupa data kuantitatif.

    E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian yang akan dilakukan meliputi beberapa tahapan. Urutan pelaksanaan

    penelitian yaitu:

    1. Tahap Persiapan

    a. Melakukan observasi untuk melihat karekteristik populasi yang ada.

    b. Menentukan sampel penelitian

    c. Menentukan materi yang akan digunakan dalam penelitian

    d. Menyusun proposal penelitian

    e. Membuat perangkat pembelajaran dan instrumen tes untuk kelas eksperimen

    dan kelas kontrol

    f. Mengonsultasikan bahan ajar dan instrumen dengan dosen pembimbing dan

    guru bidang studi matematika

    g. Melakukan ujicoba instrumen penelitian

    2. Tahap Pelaksanaan

    a. Memberikan pretest pada kelas kontrol dan eksperimen sebelum mendapatkan

    perlakuan.

    .

  • 26

    b. Melaksanakan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

    koorperatif tipe TPS pada kelas eksperimen dan model pembelajaran

    konvensional pada kelas kontrol

    c. Memberikan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah

    mendapat perlakuan.

    3. Tahap Akhir

    a. Mengumpulkan data dari sampel terkait hasil tes kemampuan pretest dan

    posttest penalaran matematis siswa.

    b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh dari masing-masing

    kelas serta membuat kesimpulan.

    c. Menyusun laporan penelitian.

    F. Instrumen Penelitian

    Penelitian ini menggunakan instrumen tes untuk mengukur kemampuan penalaran

    matematis siswa. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal

    uraian yang disusun berdasarkan indikator kemampuan penalaran matematis

    siswa. Tes yang diberikan pada setiap kelas yaitu soal-soal pretest dan posttest.

    Materi yang diujikan adalah pokok bahasan Relasi dan Fungsi. Penyusunan

    perangkat tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    1) Melakukan pembatasan materi yang diujikan

    2) Menentukan tipe soal

    3) Menentukan jumlah butir soal

  • 27

    4) Menentukan waktu mengerjakan soal dan menuliskan petunjuk mengerjakan

    soal

    5) Membuat kisi-kisi soal berdasarkan indikator pembelajaran yang ingin

    dicapai

    6) Menuliskan butir soal

    7) Menuliskan kunci jawaban, dan pedoman penskoran

    8) Menganalisis validitas isi

    9) Mengujicobakan instrumen

    10) Menganalisis reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran

    11) Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah

    dilakukan

    Berdasarkan indikator penalaran metematis siswa, pedoman penskoran

    kemampuan penalaran matematis siswa dapat dilihat pada ( Lampiran B.3) .

    a. Validitas Isi

    Validitas isi tes kemampuan penalaran matematis diketahui dengan cara menilai

    kesesuaian isi yang terkandung dalam tes penalaran matematis dengan indikator

    kemampuan penalaran matematis siswa yang telah ditentukan.

    Pengujian validitas instrumen tes dalam penelitian ini dilakukan oleh guru mata

    pelajaran matematika kelas VIII dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran

    matematika kelas VIII SMP Negeri Seputih Mataram Lampung Tengah

    mengetahui dengan benar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk

    tingkat SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru

    mata pelajaran matematika. Instrumen Tes yang dikateorikan valid adalah yang

  • 28

    butir-butir tesnya telah dinyatakan sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi

    dasar dan indikator pembelajaran yang diukur.

    Penilaian terhadap kesesuain isi instrumen tes terhadap kesesuaian isi tes dengan

    kisi-kisi tes yang diukur dan penilaian terhadap kesesuaian bahasa yang

    digunakan dalam tes dengan kemampuan penalaran siswa dilakukan dengan

    menggunakan daftar checklist oleh guru mitra. Hasil konsultasi dengan guru

    menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data kemampuan

    penalaran masalah matematis siswa telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5).

    Setelah semua butir soal dinyatakan valid maka selanjutnya soal tes tersebut

    diujicobakan pada siswa kelas diluar sampel yaitu kelas IXA. Data yang diperoleh

    dari hasil uji coba kemudian diolah dengan menggunakan bantuan Software

    Microsoft Excel untuk mengetahui reliabilitas tes, daya pembeda, dan indeks

    kesukaran butir soal.

    b. Reliabilitas Tes

    Reliabilitas berhubungan dengan ketetapan hasil dari data yang diperoleh, yang

    artinya data tidak berubah-ubah dan apabila hasilnya berubah-ubah, perubahannya

    dapat dikatakan tidak berarti. Perhitungan reliabilitas instrumen tes dalam

    penelitian ini menggunakan reliabilitas total dari semua butir soal. Perhitungan

    ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2011 : 208-209) yang menyatakan bahwa

    untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus Alpha, yaitu :

    2

    2

    11 11i

    i

    n

    nr

  • 29

    Keterangan:

    11r : koefisien reliabilitas instrumen tes

    n : banyaknya item

    2i : jumlah varians dari tiap-tiap item tes2

    i : varians total.

    Menurut Sudijono (2011:209) koefisien reliabilitas11r yang diperoleh

    diinterpretasikan ke dalam kriteria koefisien reliabilitas sebagai berikut.

    Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Reliabilitas

    Koefisien reliabilitas Kriteria0,00 - 0,20 Sangat Rendah0,21 - 0,40 Rendah0,41 - 0,60 Sedang0,61 - 0,80 Tinggi0,81 - 1,00 Sangat tinggi

    Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai

    koefisien reliabilitas tes adalah 0,93 dapat dilihat pada ( Lampiran C.1) Hal ini

    menunjukkan bahwa instrumen tes yang digunakan memiliki reliabilitas yang

    sangat tinggi.

    c. Indeks Daya Pembeda

    Daya pembeda tiap butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal

    tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab benar

    (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak dapat menjawab dengan benar

    (berkemampuan rendah). Menurut Suherman (2003:159) mengungkapkan bahwa

    Daya pembeda (DP) dari suatu butir soal menyatakan kemampuan butir soal

    tersebut untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa

  • 30

    yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan indeks daya pembeda digunakan

    rumus sebagai berikut (Suherman, 2003) :

    = Keterangan :

    DP : indeks daya pembeda butir soal tertentu

    : Rata-rata skor siswa kelompok atas

    : Rata-rata skor siswa kelompok bawah

    : skor maksimal ideal

    Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda

    Nilai Interpretasi-1,00 0,09 Sangat Buruk0,10 0,19 Buruk0,20 0,29 cukup baik0,30 0,49 Baik0,50 1,00 Sangat Baik

    Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang memiliki interpretasi

    cukup baik, baik, atau sangat baik. Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda

    butir soal instrumen pada uji coba diperoleh daya pembeda tes yang baik .Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya pembeda soal instrumen sesuai

    dengan kriteria yang digunakan sehingga instrumen dapat digunakan dalam

    penelitian. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2

    d. Tingkat Kesukaran

    Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir

    soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak

  • 31

    terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang

    siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu

    sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat

    untuk mencoba mengerjakan kembali karena di luar jangkauannya.

    Menurut Sudijono (2008: 372) untuk menghitung tingkat kesukaran soal,

    digunakan rumus sebagai berikut.=Keterangan:

    TK : indeks tingkat kesukaran suatu butir soal

    JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

    IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

    Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria

    indeks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) sebagai berikut :

    Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran

    Nilai Interpretasi0.00 0.15 Sangat Sukar0.16 0.30 Sukar0.31 0.70 Sedang0.71 0.85 Mudah0.86 1.00 Sangat MudahSoal yang akan diambil dalam penelitian ini adalah soal yang termasuk dalam

    kriteria mudah, sedang dan sukar. Berdasarkan hasil perhitungan data uji coba

    instrumen tes, semua butir soal memiliki tingkat kesukaran yang sedang.

    Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C.2.

  • 32

    G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

    Data yang diperoleh dari hasil pretest dan postest dianalisis untuk mengetahui

    besarnya peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen

    dan kelas kontrol. Menurut Hake (1998: 1) besarnya peningkatan dihitung dengan

    rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yaitu:

    = Hasil perhitungan skor gain kemampuan penalaran matematis siswa selengkapnya

    dapat dilihat pada Lampiran C.3 dan C.4.

    Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terhadap data gain skor kemampuan

    Penalaran matematis siswa, maka dilakukan uji prasyarat terhadap data kuantitatif

    dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian prasyarat ini dilakukan untuk

    mengetahui apakah data sampel berasal dari data populasi yang berdistribusi

    normal dan memiliki varians yang homogen.

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data gain kemampuan

    penalaran kedua sampel penelitian, yaitu data kelas eksperimen dan kelas kontrol,

    berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas

    dilakukan dengan uji Chi Kuadrat. Uji Chi Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273),

    yaitu

    a. Hipotesis

    Ho: data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal

  • 33

    H1 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

    b. Taraf signifikan : = 0,05

    c. Statistik uji

    Rumus uji Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:= ( )Keterangan:

    = frekuensi pengamatan= frekuensi yang diharapkan= banyaknya pengamatan

    d. Kriteria Uji

    Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika < dengan = ( )( )Rekapitulasi uji normalitas data gain kemampuan matematis disajikan pada Tabel

    3.5. perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan Lampiran C.7

    Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan PenalaranMatematis

    Pembelajaran X2hitung X2

    kritis Keputusan H0TPS 6,724 9,49 diterima

    konvensional 7,623 9,49 diterima

    Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa data gain kemampuan

    penalaran matematis pada siswa yang mengikuti pembelajaran TPS dan

    konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

    2. Uji Homogenitas

    Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dalam kedua

    kelompok data gain memiliki varians yang sama atau tidak .

  • 34

    Menurut Sudjana (2005: 249), untuk menguji homogenitas dapat dilakukan

    dengan ketentuan berikut:

    a. Hipotesis

    Ho: = (kedua kelompok data gain memiliki varians yang sama)H1: (kedua kelompok gain memiliki varians yang tidak sama)

    b. Taraf signifikan : = 0,05

    c. Statistik Uji=Keterangan:s = varians terbesars = varians terkecil

    d. Kriteria Uji

    Terima H0 jika < dengan ( , ) didapatdari daftar distribusi F dengan = 0,05 Untuk 1 adalah dk pembilang(varians terbesar) dan 1 adalah dk penyebut (varians terkecil). Hasilperhitungan uji normalitas disajikan pada Tabel 3.9 berikut.

    Tabel 3.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan PenalaranMatematis Siswa

    Kelas Varians Keputusan Uji

    Eksperimen 0,0082,25 0,51 ditolak

    Kontrol 0,018

    Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas varians data kemapuan penalaran

    matematis siswa yang mengikuti Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan siswa

  • 35

    yang mengikuti pembelajaran konvensional diperoleh > . Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa varians kedua populasi tidak sama. Hasil

    perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8.

    3. Uji Hipotesis

    Setelah dilakukan uji prasyarat, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji hipotesis.

    Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji kesamaan dua rata-rata untuk hipotesis 1

    dan uji proporsi untuk hipotesis 2. Adapun penjelasan dari masing-masing uji

    hipotesis sebagai berikut.

    a. Uji kesamaan dua rata-rata

    Pada uji normalitas dan homogenitas, kedua data gain berdistribusi normal dan

    kedua kelompok data gain tidak memiliki varians yang sama. Uji hipotesis

    yang digunakan adalah uji-t. Hipotesis uji data kemampuan penalaran

    matematis sebagai berikut.

    a) Hipotesis

    : 1 = 2 (tidak terdapat perbedaan antara rata-rata skor peningkatan

    kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti TPS

    dengan rata-rata skor peningkatan kemampuan penalaran

    matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

    : 1 > 2 (rata-rata skor peningkatan kemampuan penalaran matematis

    siswa yang mengikuti TPS lebih tinggi daripada rata-rata skor

    peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang

    mengikuti pembelajaran konvensional)

  • 36

    b) Taraf signifikan: = 0,05

    c) Uji Statistik

    Statistik yang digunakan untuk uji-t menurut Sudjana ( 2005: 243) adalah:

    = +Keterangan: = rata-rata gain kemampuan penalaran matematis siswa pada kela

    eksperimen = rata-rata gain kemampuan penalaran matematis siswa pada kelaskontrol

    = banyaknya subyek kelas eksperimen= banyaknya subyek kelas kontrol= varians yang mengikuti kelas eksperimen= varians yang mengikuti kelas kontrol

    d) Kriteria pengujian adalah terima H0 jika < , dan sebaliknyadengantkritis=

    = ; =

    1 = (1 ),( 1 1)2 = (1 ),( 2 1)

    b. Uji Proporsi

    Untuk mengetahui besarnya proporsi siswa yang memiliki kemampuan

    penalaran matematis terkategori baik pada siswa yang mengikuti TPS,

    dilakukan uji proporsi satu pihak. Uji proporsi menurut Sudjana (2005: 235)

    adalah sebagai berikut.

  • 37

    a) Hipotesis

    H0 : = 0,60 (proporsi siswa yang berkemampuan penalaran matematis

    terkateori baik sama dengan 60%)

    H1 : > 0,60 (proporsi siswa yang berkemampuan penalaran matematis

    terkategori lebih dari 60%)

    b) Taraf signifikan: = 0,05

    c) Uji Statistik.

    Menurut Sudjana (2005: 234) rumus uji proporsi yang digunakan yaitu:= ,, ( , )Keterangan:

    x = banyaknya siswa yang tuntas dengan pembelajaran TPSn = jumlah sampel

    d) Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika < , dengan= . Diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5).

  • 50

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih

    Mataram Tahun ajaran 2016/2017 dan pembahasan, dapat dilihat bahwa

    peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dengan pembelajaran TPS

    lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dengan

    pembelajaran konvensional, tetapi presentase siswa yang memiliki kemampuan

    penalaran yang terkategori baik kurang dari 60% dari jumlah siswa yang

    mengikuti pembelajaran TPS. Oleh karena itu, dapat dikesimpulan bahwa model

    pembelajaran TPS tidak efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis

    siswa.

    B. Saran

    Berdasarkan hasil pada penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu:

    1. Kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis

    siswa, dapat menerapkan pembelajaran TPS sebagai salah satu alternatif

    diantara banyak pilihan model pembelajaran matematika, dengan pertimbangan

    bahwa guru telah memahami tahap-tahap pada TPS. Khususnya ketika kegiatan

    diskusi berlangsung, guru harus mengelola kelas seefektif mungkin agar

    suasana belajar kondusif.

  • 51

    2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang TPS disarankan

    membuat sebuah skenario dan perencanaan yang matang sehingga

    pembelajaran terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana. Melakukan

    penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama agar subjek penelitian terbiasa

    dengan pembelajaran TPS dan memperhatikan efisiensi waktu agar proses

    pembelajaran berjalan secara optimal.

  • 52

    DAFTAR PUSTAKA

    Anita, Lie. 2008. Kooperatif Learning. Jakarta: PT Grasindo

    Agus, Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Aunurrahman. 2010.Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ke-4.Bandung:Alfabeta

    Alma, Buchari. 2009. Guru Profesional Menguasai Metode dan TerampilMengajar. Bandung: Alfabeta.

    Brodie, Karin. 2010. Teaching Mathematical Reasoning in Secondary SchoolClassroom. New York: Springer.

    BSNP. 2006. Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs.Jakarta: BSNP.

    Depdiknas. 2002 . Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga KependidikanAbad Ke-21. Jakarta: Depdiknas.

    . 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Sinar Grafik.

    . 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

    . 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:Depdiknas.

    . 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Dikdasmen.

    Djamarah dan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

    Freire, Paulo. 1999. Politik pendidikan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

    Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

  • 53

    Hake, Richard R. 1998. Analyzing Change/Gain Scores. [online]. Diakses dighttp://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf. Pada 20 November 2015.

    Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

    Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: University Press.

    Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

    Juniza. 2014. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share TerhadapHasil Belajar Matematika Siswa Kelas IX SMPN 1 Kepenuhan Hulu.Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Pasir Pengaraian. [online]. Diakses di

    http://ejournal.upp.ac.id/index.php/mtkfkip/article/view/268/273 pada 26maret 2016.

    Keraf, Gorys. 1985. Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia.

    Nataliasari, Ike. 2013. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran DanPemecahan Masalah Matematis Siswa MTS.Tasikmalaya: Program Pascasarjana Universitas Terbuka. .[online].Diakses di http://pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JPK/article/download/4/4 Pada 21 januari 2016

    NCTM. 2000. Principles and Standards For School Mathematics. Reston, VA:NCTM.

    Sanjaya, Wina. 2006. Strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana Penada MediaGroup.

    . 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta; Kencana Prenada MediaGroup.

    Saragih,S.2007.Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan KomunikasiMatematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui PendekatanMatematika Realistik. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.[online] Diakses di http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=1474 pada3 januari 2016

    Shadiq.2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta:Makalah Penataran Guru PPPG.

    Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

    Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

  • 54

    .2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

    Sudirman. 2002. Pengaruh Motivasi Kerja Efektifitas Pelayanan. Bandung:Primako Akademika.

    Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CvAlfabeta.

    Suherman, Erman.2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: Jica Jurusan Pendidikan Matematika FIMIPA UniversitasPendidikan Indonesia.

    .2003. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: UPI [online]. Diakses dihttp://a-research.upi.edu/operator/upload/s_d0151_060071_chapter3.pdfpada 21 januari 2016

    Suriasumantri, Jujun S. 1999. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor.

    . 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

    Sondang P, Siagian . 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara.

    Slavin, E. Robert. 2008. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung:Nusa Media.

    Suprayekti. 2006. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. Dalam JurnalPendidikan Penabur, No.7, Th 5, Desember 2006. [Online]. Diakses di :http:// www.bpkpenabur.or.id/id/jurnal?page=2. pada 17 Desember 2016

    Tjokrodihardjo.2003. Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share.Jakarta: Rosdakarya.

    Trianto.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta : Prestasi Pustaka.

    Trihendradi, Cornelius .2005. Step by step SPSS (Analisis Data Statistik).Yogyakarta: Penerbit Andi.

    TIMSS.2011. Internasional Results in Mathematics.[online].Diakses dihttp://timssand pirls.bc.edu. pada 22 januari 2016

    Wardani, Sri. 2005. Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP.Yogyakarta : PPPG Matematika

    . . 2008..Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTsuntuk Optimalisasi Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: DapartemenPendidikan Nasional.

  • 55

    Wardani dan Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar MatematikaSMP:Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta PPPPTK. [Online] Diaksesdi http://p4-tkmatematika.org/ pada 23 januari 2016.

    1. Coper depan.pdf2. ABSTRAK.pdf3. cover dalam.pdfUntitled-Scanned-12.pdfUntitled-Scanned-13.pdfUntitled-Scanned-14.pdf7. Riwayat hidup.pdf8. Motto.pdf9. Persembahan.pdf10. Sanwacana.pdf11.Daftar isi.pdfbab i.pdfbab ii.pdfbab iii.pdfbab V.pdfDAFTAR PUSTAKA.pdf