efektifitas metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan...

79
EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SMP YAPIA Ciputat) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh: HALIMATUS SADIYAH 206011000045 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Upload: lekiet

Post on 02-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Studi Kasus di SMP YAPIA Ciputat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

HALIMATUS SADIYAH

206011000045

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 2: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

EFEKTIFITAS METODE DISKUSI

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Studi Kasus di SMP YAPIA Ciputat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh :

Halimatus Sadiyah 206011000045

Di bawah Bimbingan:

Bahrissalim, M. Ag NIP. 1968 0307 199803 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M  

Page 3: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Halimatus Sadiyah

No. Induk Mahasiswa : 206011000045

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Jl. Raja Kecik No. 87 RT 03 RW 04 Desa.

Teluk Merbau Kec. Dayun Kab. Siak Pekan

Baru Riau

Judul Skripsi :Efektifitas Metode Diskusi dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam studi

kasus di SMP YAPIA Ciputat

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Sarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Agustus 2010

Halimatus Sadiyah

i

Page 4: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

ABSTRAKSI

Nama : Halimatus Sadiyah NIM : 206011000045 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/PAI Judul : Efektifitas Penggunaan Metode Diskusi dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMP YAPIA Ciputat) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (Studi Kasus di SMP YAPIA Ciputat).

Secara operasional yang dimaksud dengan metode diskusi pada penelitian ini adalah salah satu alternatif metode/cara yang dapat dipakai oleh guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah proses belajar mengajar dalam pendidikan agama Islam yang meliputi aqidah, akhlak, fiqih, alqur’an hadits dan sejarah kebudayaan Islam untuk membentuk kepribadian pada anak didik sehingga menjadi pribadi yang berakhlakul karimah sesuai dengan tujuan agama Islam meliputi tauhid, fiqh, sejarah Islam dan aqidah akhlak.

Semakin baik metode diskusi yang dilaksanakan pada pembelajaran pendidikan agama Islam maka semakin baik juga hasil belajar siswa. Sebaliknya jika metode diskusi yang dilaksanakan pada pembelajaran pendidikan agama Islam tidak baik maka tidak baik juga hasil belajar siswa. Metode analisis data yang digunakan adalah one group pretest-posttest disain dengan taraf 5%.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP YAPIA Ciputat dari bulan Februari-April 2010. Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i SMP YAPIA Ciputat kelas VIII dengan jumlah 41 orang. Ini merupakan sebagian dari populasi yang jumlahnya 300 orang siswa/i SMP YAPIA Ciputat. Data tentang efektifitas penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam diperoleh berdasarkan hasil ulangan yang diisi oleh siswa/i SMP YAPIA Ciputat. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus uji t diperoleh t hitung sebesar 2,84. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan t table dengan taraf signifikansi 5% adalah 2,02, berarti t hitung lebih besar dari pada t table. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam dengan nyata di SMP YAPIA Ciputat diterima.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam dengan nyata di SMP YAPIA Ciputat. Hal ini menunjukkan bahwa metode diskusi memiliki peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam dengan nyata di SMP YAPIA Ciputat.

ii

Page 5: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرحمن الرحيم Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat,

taufik dan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nyalah penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabat serta seluruh umatnya yang setia.

Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapat gelar sarjana

Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah

penulis membuat skripsi ini dengan judul ”EFEKTIFITAS METODE DISKUSI

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus

di SMP YAPIA Ciputat).

Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan

skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga

bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Atas bantuan dan dorongan baik berupa moril maupun materil kepada

penulis, maka penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebanyak-

banyaknya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

beserta seluruh stafnya.

2. Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh stafnya.

3. Bapak Bahrissalim, M. Ag yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, MA selaku dosen Penasehat Akademik.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Ayahanda Sobirin dan ibunda Nurjanah tercinta dengan semangat dan

pengorbanannya yang senantiasa mendorong dan mendoakan penulis untuk

selalu berjuang dalam menyelesaikan study ini. Serta adik-adikku tersayang,

iii

Page 6: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

iv

Kutsiyah, Ahmad Hasanudin, dan Baldatun Toybah yang selalu memotivasi

penulis hingga dapat menyelesaikan study ini.

7. Sahabat-sahabat terbaikku; Dian Indriyani, S. Pd. I (ka dian), Budin Habudin,

S. Pd. I (ka adin), Erna Maryamah S. Pd. I (ka ina), Ariestya Yustana, S. S

(ka aris), Hamidah (midut), Inke Suharni, S.Fil. I (ka inke), ka iyes, ka Mey,

Mufli, dll yang selalu ada untuk memberi support yang sangat berarti. Semoga

persahabatan yang terbina selama ini akan menjadi kenangan yang tak

terlupakan. Amin.

8. Untuk teman-teman senasib dan seperjuangan Mahasiswa PAI ”A-B”

angkatan 2006, T rini, B Hj, Ika, Nurhayati, Zainab, Fica, Apnie, Bang Awan,

V3, Ci2, Di2 Cs, Lupenk, Qwer, Dkk. Terima kasih banyak telah menjadi

teman-teman yang baik.

9. Teman terbaikku Abdul Aziz Naim terima kasih telah menjadi penyemangat

yang sangat berarti.

10. Untuk teman-teman penghuni kosan bapak H. Maus, Terima kasih telah

menjadi tetangga dan saudara yang baik dan menyenangkan.

11. Tim editor skripsi Bang Juri mudah-mudahan rentalnya bisa lebih maju.

12. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala

dan rahmat dari Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal ’Alamin.

Jakarta, 12 Agustus 2010

Halimatus Sadiyah

Page 7: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ i ABSTRAKSI ........................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6 D. Perumusan Masalah ...................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS A. Efektifitas Metode Diskusi ............................................................ 8

1. Pengertian Efektifitas .............................................................. 8 2. Pengertian Metode Diskusi ..................................................... 9 3. Macam-Macam Metode Diskusi Sebagai Usaha Mencapai

Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Yang Lebih Efektif .. 11 4. Kelebihan Metode Diskusi ...................................................... 16 5. Kelemahan Metode Diskusi .................................................... 17 6. Strategi Meningkatkan Metode Diskusi .................................. 17 7. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Diskusi Yang

Efektif Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .......... 19 B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam........................................ 20

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............... 20 2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .............................. 23 3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ...................................... 23

v

Page 8: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

vi

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ............................................ 25

C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 27

D. Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian ...................................................... 29

B. Metode Dan Disain Penelitian ...................................................... 29

C. Variabel Penelitian ........................................................................ 30

D. Populasi Dan Sampel .................................................................... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 31

F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP YAPIA Ciputat ....................................... 34

1. Sejarah Berdirinya SMP YAPIA Ciputat ................................ 34

2. Visi dan Misi Sekolah ............................................................. 35

3. Keadaan Guru dan Siswa ........................................................ 35

4. Sarana Prasarana ..................................................................... 36

5. Kurikulum SMP YAPIA Ciputat ............................................ 37

B. Deskriptif Data Penelitian ............................................................. 37

1. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 37

2. Pelaksanaan Metode Diskusi pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat .................................... 39

C. Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Diterapkan Metode

Diskusi .......................................................................................... 44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 52

B. Saran .............................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 9: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting bagi manusia dan tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan. Sifatnya mutlak bagi setiap orang, baik dalam lingkup keluarga

maupun bangsa dan negara. Perkembangan suatu bangsa banyak ditentukan

oleh perkembangan pendidikan bangsa itu.

Di akui bahwa pendidikan agama menduduki peranan yang sangat

penting dalam pembinaan kelompok maupun individu. Pendidikan agama

menjadi semacam alat motivator sekaligus kontrol dalam kehidupan setiap

keluarga sampai negara. Pendidikan agama mempunyai peran langsung dalam

pembentukan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa. Manusia dengan

kualitas tersebut diyakini mampu bertindak bijaksana baik dalam kapasitas

sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Pendidikan agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang pokok di

sekolah.

Di berbagai media massa, telah banyak diungkapkan mengenai

rendahnya mutu pendidikan. Keadaan ini mengundang para cendekiawan

mulai mengadakan kegiatan penelitian dan terus berusaha menemukan metode

pembelajaran terbaru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Dalam

kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi antara siswa dan guru, agar

1

Page 10: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  2

kegiatan tersebut berjalan dengan lancar dan baik serta efektif dan efisien,

maka diperlukan keaktifan siswa disamping guru sebagai pengajar.

Dalam mengajarkan setiap mata pelajaran, seorang pendidik/guru selalu

menggunakan daya dan usaha agar murid dapat mengerti dan paham apa yang

diterangkannya, lebih jauh lagi agar murid itu mendapatkan perubahan di

dalam dirinya dengan pengetahuan yang baru itu.

Seorang pendidik yang berkecimpung dalam proses belajar mengajar,

kalau ia benar-benar menginginkan agar tujuan dapat dicapai secara efektif

dan efisien, maka penguasaan materi saja tidak mencukupi. Pendidik harus

menguasai berbagai metode penyampaian materi dan dapat menggunakan

metode yang tepat dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang

diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerima.

Dalam proses belajar mengajar dikenal ada beberapa macam metode

antara lain metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan lain

sebagainya.

Semua metode tersebut dapat diaplikasikan di dalam proses belajar mengajar termasuk menggunakan metode diskusi yang berfungsi untuk merangsang murid berpikir dan berani mengeluarkan pendapatnya sendiri. Karena metode menempati posisi terpenting dari sederetan komponen-komponen pembelajaran, guru, tujuan, metode, materi, media dan evaluasi.1

Masalah pendidikan tidak terlepas dari faktor yang mendasarinya

antara lain, siswa, pendidik, lingkungan, media, metode, alat dan tujuan

keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Berdasarkan penelitian di SMP YAPIA Ciputat, diperoleh gambaran bahwa

sering kali dalam kegiatan pembelajaran guru menemukan siswa yang kurang

semangat dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

sekolah. Hal itu dapat terlihat dari banyaknya siswa yang kurang aktif dalam

proses belajar mengajar, hanya menerima penjelasan guru tanpa adanya

komunikasi yang terjadi antara guru dan murid karena tidak nyaman dengan

cara pengajaran guru tersebut.

                                                            1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002) cet ke-1 hal 109 

Page 11: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  3

Oleh karena itu, penggunaan metode diskusi yang efektif, efisien dan

menarik perhatian siswa dengan mengangkat permasalahan yang hangat dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki hubungan yang erat. Dan

salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya efektif penggunaan metode

diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena guru tidak

menerapkan metode diskusi pada jam-jam sebelumnya, guru tidak terbiasa

menggunakan metode diskusi dan kemampuan guru yang kurang dalam

mengajar.

Metode diskusi juga diperhatikan oleh al-qur’an dalam mendidik dan

mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap

pengetahuan mereka terhadap masalah. Perintah Allah dalam hal ini adalah

agar mengajak ke jalan yang benar dengan hikmah dan mauidah yang baik dan

membantah dengan berdiskusi dengan cara yang paling baik. Allah berfirman

dalam surat An-Nahl: 125, yaitu:

هى بالتى وجدلهم الحسنة والموعظة بالحكمة ربك سبيل إلى أدع .لمهتدين با أعلم وهو سبيله عن ضل بمن هوأعلم ربك إن أحسن

Artinya: “Seluruh manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Allah juga berfirman dalam surat Al-Ankabut: 46, yaitu:

.أحسن هي بالتى إال الكتب أهل والتجدلواArtinya: “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan

dengan cara yang paling baik”.

Suatu diskusi baru dapat berjalan dengan baik bila dilakukan dengan

persiapan beserta bahan-bahannya yang cukup jelas, dengan pembicaraan

yang berlangsung secara rasional (aqliyyah), tidak didasarkan atas luapan

Page 12: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  4

emosi dan lebih mementingkan pada kesimpulan rasional daripada

kepentingan egoistis pribadi peserta.2

Seperti halnya metode yang lainnya, metode diskusipun mempunyai

kelemahan namun apabila hasil belajar siswa dengan menggunakan metode

diskusi ini lebih menunjukkan angka yang membaik maka mau tidak mau

guru harus belajar menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Namun pada kenyataannya, cara atau metode mengajar yang

digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang

ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,

keterampilan dan sikap (kognitif, afektif dan psikomotorik). Khusus metode

mengajar di dalam kelas, efektifitas suatu metode dipengaruhi oleh faktor

tujuan, siswa, situasi, dan faktor guru itu sendiri.3

Ketika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, maka sebagian besar

anak didik membuat kegaduhan, sehingga anak didik menunjukkan kelesuan,

dan minat anak didik semakin berkurang serta sebagian besar anak didik tidak

menguasai bahan yang telah guru sampaikan, oleh sebab itu guru

mempertanyakan faktor penyebabnya dan berusaha mencari jawabannya secara

tepat. Karena bila tidak, maka apa yang guru sampaikan akan sia-sia. Boleh

jadi dari sekian keadaan tersebut, salah satu penyebabnya adalah faktor metode.

Karenanya, efektifitas penggunaan metode patut dipertanyakan.

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan

menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak

bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan

metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas,

serta situasi kelas. Guru yang selalu senang menggunakan metode ceramah

sementara tujuan pengajarannya adalah agar anak didik dapat memperagakan

materi, adalah kegiatan belajar mengajar yang kurang kondusif. Seharusnya

penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya

tujuan yang harus menyesuaikan dengan metode.                                                             

2 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999) hal. 118-119 3 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka

Setia, 1997) hal. 52 

Page 13: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  5

Karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada

kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah

diprogramkan dalam satuan pelajaran sebagai persiapan tertulis.4

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa anak didik adalah subjek

pendidikan, ini berarti bahwa sebagian besar keberhasilan pendidikan

tergantung pada faktor metode pendidikan yang digunakan dan proses belajar

mengajar tidak akan berhasil kalau metode yang dipakai tidak mempunyai daya

tarik terhadap anak didik. Oleh karena itu guru khususnya guru Pendidikan

Agama Islam dituntut mempunyai kemampuan dan penguasaan yang baik

dalam faktor pengguanaan metode pendidikan agar guru Pendidikan Agama

Islam dapat mendidik anak didiknya pintar dalam iptek dan imtaq.

Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk menyelidiki dalam

bentuk skripsi dengan judul “EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE

DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMP YAPIA CIPUTAT”.

B. Identifikasi Masalah

Efektif atau tidaknya suatu metode dapat dilihat dari tiga sudut

pandang yaitu tahap perencanaan dan pemilihan metode, penggunaan atau

proses di kelas proses belajar mengajar (PBM) meliputi penyampaian materi

dan perhatian siswa serta evaluasi (mengukur keberhasilan metode yang telah

digunakan dengan melihat prestasi siswa).

Dari uraian yang dipaparkan, ada beberapa masalah yang dapat

diidentifikasi di antaranya adalah:

1. Kurangnya perhatian siswa selama proses pembelajaran.

2. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

3. Pada saat pelajaran berlangsung, ada beberapa siswa yang mengobrol,

main handphone dan melakukan aktifitas lain yang tidak ada hubungannya

dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

                                                            4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaih, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1996) cet ke-1 hal: 87 

Page 14: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  6

4. Kurangnya siswa dalam memberikan respon terhadap metode

pembelajaran yag diterapkan oleh guru Pendidikan Agama Islam.

5. Rendahnya pemahaman guru tentang materi yang hendak disajikan.

6. Pandangan hidup guru itu sendiri. Bilamana dia seorang guru berpaham

demokrasi liberal, maka biasanya lebih banyak memberikan kebebasan

luas kepada murid-muridnya melalui metode diskusi atau tanya jawab,

atau dengan melalui metode proyek dan sebagainya. Akan tetapi bila guru

tersebut berpaham otoriter, maka yang disenangi adalah antara lain metode

one-man show yaitu berpidato atau ceramah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, agar

penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak terlalu lebar pembahasannya,

maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan guru Pendidikan Agama Islam dalam menggunakan metode

diskusi di kelas.

2. Keterampilan guru Pendidikan Agama Islam untuk menerapkan metode

diskusi di kelas.

3. Hasil belajar dengan metode diskusi terdapat perbedaan yang signifikan

yang pada nantinya dapat ditentukan apakah metode diskusi dapat

memberikan efektifitas yang nyata pada proses pembelajaran ataukah

tidak.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah yang

akan dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat?

2. Bagaimana guru Pendidikan Agama Islam menerapkan metode diskusi

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat ?

Page 15: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  7

3. Apakah metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

E. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini penulis berharap sebagai berikut:

1. Bagi instansi sekolah tulisan ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk

mengetahui kelebihan dan kekurangan metode diskusi dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat.

2. Bagi guru bidang studi Pendidikan Agama Islam, sebagai bahan acuan

untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran diskusi dalam

meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat menerapkan metode diskusi

dengan lebih baik.

3. Sedangkan bagi penulis sendiri penelitian ini diharapkan menjadi

konsentrasi lebih lanjut sehingga dapat mengetahui permasalahan yang

dihadapi dan dicari solusinya serta sebagai bahan masukan dan koreksi

atas metode-metode yang dipergunakan selama ini, yaitu apakah nantinya

guru perlu memperbaiki metode mengajarnya dengan metode diskusi

ataukah metode yang selama ini digunakan perlu dipertahankan.

F. Tujuan Penelitian

Sedangkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

yang bersangkutan dan penulis khususnya diantaranya adalah:

1. Memperoleh informasi tentang metode diskusi dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam yang efektif.

2. Dapat menganalisa apakah metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Sebagai acuan untuk lebih meningkatkan lagi dalam menggunakan metode

pembelajaran yang efektif dan efisien.

Page 16: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Efektifitas Penggunaan Metode Diskusi

1. Pengertian Efektifitas

Kata efektifitas dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai segala sesuatu yang dapat membawa hasil dan usaha yang dapat

mencapai tujuan.1 Sedangkan menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia

berasal dari kata efek yang berarti akibat atau pengaruh dan berkembang

menjadi efektif yang berarti tepat guna.2

Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, efektifitas yaitu kegiatan

berkenaan dengan sejumlah sesuatu yang direncanakan atau diinginkan

dapat terlaksana/tercapai.3

Jadi efektifitas pada hakikatnya adalah tercapainya tujuan suatu

kurikulum program sesuai rencana semula sehingga dapat bermanfaat baik

bagi pelaku maupun penyelenggara.

                                                            

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998). Cet. Ke-1, h. 226 

2 Tim Ganesco Sains Bandung, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Penabur Ilmu, 2001) , h. 211 

3 Sucipto dan Rafli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 40 

8

Page 17: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  9

2. Pengertian Metode Diskusi

Metode diskusi terdiri dari dua kata yaitu metode dan diskusi.

Kata metode dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan

sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan

agar tercapai sesuai yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

ditentukan.4

Metode adalah cara-cara yang digunakan oleh seorang guru untuk

menyampaikan kandungan pelajaran kepada seorang murid untuk

mencapai tujuan pendidikan yang terkandung dalam kurikulum.5

Adapun metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari

dua suku kata metodos berarti cara atau jalan dan logos yang berarti ilmu.

Metodologi berarati ilmu tentang jalan atau cara.6

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis

besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan. 7 Menurut Mahmud Yunus yang dikutip oleh Dr. Armai Arief,

MA, strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran yang khusus.8

Sedangkan teknik yaitu metode atau sistem mengerjakan sesuatu.9

Jadi metode, metodologi, strategi dan teknik adalah cara atau sistem dan

cermat dan terencana dalam mencapai sasaran khusus.

Kata diskusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai

pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah, cara

                                                            4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 740 5 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam (Jakarta: Pustaka Al Husna),

h. 79 6 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002) . Cet. Ke-1, h. 87 7 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1996). Cet. Ke-1, h. 5  8 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 91 9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1158 

Page 18: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  10

belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dan

guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi.10

Metode diskusi adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran

melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman

yang telah diperoleh, guna memecahkan suatu masalah.

Dengan kata lain, dalam diskusi ini siswa mempelajari sesuatu

melalui cara musyawarah diantara sesama mereka dibawah pimpinan atau

bimbingan guru.

Hal ini perlu bagi kehidupan siswa kelak, bukan saja karena manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan seorang diri, melainkan juga karena melalui kerja sama atau musyawarah mungkin diperoleh suatu pemecahan yang lebih baik, menarik minat sesuai dengan taraf perkembangan, mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari sebuah yang dapat dipertahankan kebenarannya dan pada umumnya tidak mempermasalahkan manakah jawaban yang benar melainkan lebih mengutamakan hal yang mempertimbangkan dan membandingkan.11

Menurut Usman Basyiruddin bahwa metode diskusi ialah suatu

cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang

timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.12

Menurut J.J. Hasibuhan Dip, Ed dan Moejiono yang dikutip oleh

Dr. Armai Arief, MA bahwa “metode diskusi adalah suatu cara penyajian

bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa

untuk mengadakan pembahasan ilmiah guna mengumpulkan pendapat,

membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas

suatu masalah”.13

Dengan demikian metode diskusi adalah salah satu alternatif

metode/cara yang dapat dipakai oleh guru di kelas dengan tujuan dapat

memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa.

                                                            10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 269 11 Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan “Visi, Misi dan Aksi”

(Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000) h. 66-67 12 Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT. Intermasa,

2002) h. 36  13 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 146 

Page 19: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  11

3. Macam-macam Metode Diskusi sebagai Usaha Mencapai Hasil

Belajar PAI yang lebih Efektif

a. Diskusi Formal

Diskusi ini terdapat seperti pada lembaga-lembaga

pemerintahan atau semi pemerintahan dimana dalam diskusi itu perlu

adanya ketua dan penulis serta pembicara yang diatur secara formal.14

Diskusi ini berlangsung dalam suatu diskusi yang serba diatur

dari pimpinan sampai dengan anggota kelompok. Diskusi dipimpin

oleh seorang guru atau seorang murid yang dianggap cakap. “Karena

semua telah diatur maka para anggota diskusi tidak dapat begitu saja

berbicara (berbicara spontan), semua harus diatur melalui aturan yang

dipegang oleh pimpinan diskusi. Diskusi yang diatur seperti ini

memang lebih baik”.15

b. Diskusi Tidak Formal (Informal)

Diskusi ini seperti dilaksanakan dalam kelompok-kelompok

belajar dimana satu sama lain bersifat “face to face relationship” (tatap

muka dalam keakraban).16

Diskusi ini terdiri dari satu diskusi yang pesertanya terdiri dari

murid-murid yang jumlahnya sedikit. Peraturan-peraturannya agak

longgar. Dalam diskusi informal ini hanya seorang yang menjadi

pimpinan, tidak perlu ada pembantu-pembantu, sedangkan yang lain-

lainnya hanya sebagai anggota diskusi.17

c. Diskusi Panel

Kata “panel” berasal dari bahasa Latin yaitu panulus yang

berarti sejumlah orang yang ditunjuk menyelenggarakan tugas tertentu.

Misalnya: mengadili, mendiskusikan sesuatu dan lain-lain sebagainya.

                                                            14 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV.

Pustaka Setia, 1997) h. 57 15 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

1995) h. 294 16 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, h. 57 17 Zakiah Dradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 293-294 

Page 20: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  12

Jadi panel adalah pertukaran pikiran dan pendapat beberapa

orang dan pembicaraannya bersifat informal dan terarah serta

dilakukan dihadapan kelompok pendengar. Sebagai metode mengajar

panel adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran melalui metode

diskusi dengan guru sebagai moderatornya dan beberapa orang murid

sebagai anggota panel (panelis) sedangkan murid-murid yang lain

sebagai pendengarnya. Panelis biasanya 3 sampai 5 orang.

Bahan-bahan yang dipanelkan itu hendaknya sesuai dengan

kemampuan para pelajar, sehingga bahan-bahan tersebut tidak harus

diambil dari kurikulum saja, tetapi boleh juga di luar kurikulum dan

sifatnya aktual.18

Diskusi ini menghadapi masalah yang ditinjau dari beberapa

pandangan. Pada umumnya panel ini dilaksanakan oleh beberapa orang

saja, yang dapat juga diikuti oleh banyak pendengar.

Diskusi ini dapat diikuti oleh banyak murid sebagai peserta,

yang dibagi menjadi peserta aktif dan peserta tidak aktif. Peserta aktif

yaitu langsung mengadakan diskusi, sedangkan peserta tidak aktif

adalah sebagai pendengar.19

d. Diskusi Simposium

Kata simposium berasal dari bahasa Yunani yaitu symposion.

Akar katanya ialah syn artinya bersama dan posis artinya minuman.

Jadi simposium artinya sekumpulan orang minum dengan gembira

bersama. Dahulu di zaman Yunani diartikan orang sebagai suatu

perjamuan yang mempunyai ciri khusus dengan minuman, musik dan

diskusi diantara para cendekiawan.

Menurut Zalko symposium berarti pertukaran pikiran diantara

beberapa partisipan biasanya 3 sampai 4 dihadapan kelompok

pendengar yang besar, pembicaranya disiapkan secara formil yang

dibuat oleh masing-masing partisipan untuk setiap pase dari

                                                            18 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia), h. 149 19 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, h. 57-58 

Page 21: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  13

keseluruhan topik. Dalam symposium itu terlibat diskusi antara 3 atau

4 pembicara mengenai sesuatu topik umum yang tertentu. Masing-

masing pembicara tersebut mengemukakan pembahasannya disegi atau

aspek tertentu yang masih dalam kaitan topik tersebut.

Menurut Webster “symposium diartikan sebagai pertemuan

sosial dimana diadakan pertukaran pikiran secara bebas. Jadi cirinya

ialah bersifat sosial, berfungsi mencapai saling pengertian dan tempat

menghimpun pendapat-pendapat”.20

Dalam simposium, masalah-masalah yang akan dibicarakan

diantarkan oleh seorang atau lebih pembicara dan disebut pemrasaran.

Pemrasaran boleh berpendapat berbeda-beda terhadap suatu masalah,

sedangkan peserta boleh mengeluarkan pendapat menanggapi yang

telah dikemukakan oleh pemrasaran.21

e. The social problem meeting

Para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelasnya atau di sekolahnya dengan harapan, bahwa setiap siswa akan merasa terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti misalnya hubungan antar siswa, hubungan siswa dengan guru atau personal sekolah lainnya, peraturan-peraturan di kelas/sekolah, hak-hak dan kewajiban siswa dan sebagainya.22

f. The open-ended meeting

Kegiatan dalam bentuk diskusi ini akan dapat mendorong siswa

agar lebih tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar

dalam mengemukakan pendapat, mendengarkan dengan baik, dan

memperhatikan suatu pokok pembicaraan dengan tekun. Jumlah

anggota kelompok yang baik terdiri antara 3-9 orang peserta. “Dengan

diskusi ini dapat membantu para siswa belajar mengemukakan

pendapat secara jelas, memecahkan masalah, memahami apa yang

                                                            20 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 150 21 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 294 22 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 143 

Page 22: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  14

dikemukakan oleh orang lain, dan dapat menilai kembali

pendapatnya”.23

Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja

yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, dengan kehidupan

mereka di sekolah, dengan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan

sekitar mereka dan sebagainya.

g. The educational-diagnosis meeting

Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas

dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas

pelajaran yang telah diterimanya agar masing-masing anggota

memperoleh pemahaman yang lebih baik/benar.24

h. Whole group

Whole group merupakan bentuk diskusi kelas dimana para

pesertanya duduk disetengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru

bertindak sebagai pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah

direncanakan sebelumnya.25

Kelas merupakan satu kelompok diskusi, whole group yang

ideal apabila jumlah anggota kelompok tidak lebih dari 15 orang.26

i. Musyawarah

Suatu cara menyajikan bahan pelajaran melalui perundingan

untuk mencapai tujuan pelajaran. Peserta-peserta dalam musyawarah

ini di sekolah adalah guru dan pelajar. Dalam musyawarah ini guru

berfungsi sebagai manusia sumber dan petunjuk arah.27

j. Diskusi Kelas

Guru mengajukan persoalan kepada seluruh kelas, kemudian ditanggapi oleh anak-anak. Guru berfungsi sebagai pengatur, pendorong dan pengarah pembicaraan. Pimpinan diskusi dapat juga dilakukan oleh anak. Diskusi semacam ini tampaknya agak formal karena itu ada kalanya disebut diskusi formal. Pembicaraan diatur oleh

                                                            23 Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 42 24 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 143 25 Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 40 26 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 148 27 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 148-153. 

Page 23: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  15

ketua diskusi. Yang mau berbicara kadang-kadang harus mencatatkan diri, baru kemudian diperkenankan berbicara. Segala pembicaraan dicatat oleh penuulis dan pada akhir diskusi diajukan beberapa kesimpulan untuk ditanggapi anggotanya.28

k. Small Group Discussion

Yaitu diskusi kelompok yang terdiri antara empat sampai

enam orang siswa yang tidak diikuti oleh keterlibatan guru. Diskusi

kelompok membahas suatu topik. Keterlibatan guru terbatas pada

kegiatan memonitor dari suatu kelompok ke kelompok lain.29

Agar kegiatan diskusi itu berhasil dalam mencapai tujuan yang

dimaksud, baik diskusi formal maupun informal perlu diperhatikan

bahwa anggota diskusi diharapkan supaya mendengarkan dengan baik

apa yang sedang dibicarakan, berbicara dengan baik dalam

menyampaikan pembicaraannya dan tidak mendiskusikan sendiri

dengan teman di kanan-kirinya.

Setelah penulis melihat beberapa bentuk atau macam diskusi

tersebut di atas maka dapat penulis tarik suatu pengertian bahwa

bentuk diskusi pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam bentuk

informal dan formal.

Diskusi dalam bentuk informal adalah bentuk diskusi yang

tidak terlalu terikat dengan peraturan-peraturan yang ada. Semua

anggota kelompok diskusi juga aktif tanpa harus diberi waktu terlebih

dahulu oleh pimpinan diskusi. Adapun macam-macam diskusi yang

termasuk ke dalam bentuk ini yaitu whole group dan diskusi informal.

Adapun diskusi dalam bentuk formal adalah bentuk diskusi

yang terikat dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Juga

semua anggota kelompok diskusi dapat ikut aktif dengan catatan

setelah terlebih dahulu diberi waktu oleh pimpinan diskusi.

                                                            28 Engkoswara, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1984) .Cet.

Ke-1. h. 51 29 Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001). h. 14 

Page 24: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  16

Anggota kelompok diskusi biasanya tidak dibatasi jumlahnya.

Adapun yang termasuk diskusi ini antara lain panel, symposium dan

musyawarah. Sehingga dari beberapa definisi macam-macam diskusi

penulis tertarik pada diskusi informal dan formal yang terkadang-

kadang digunakan di dalam kelas untuk menyampaikan materi

pembelajaran pendidikan agama Islam.

4. Kelebihan Metode Diskusi

Setiap metode yang dipakai dalam proses belajar mengajar (PBM)

mempunyai kelebihan dan kelemahan. Demikian halnya dengan metode

diskusi. Di antara kelebihan metode diskusi adalah :

a. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau

pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.

b. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka

mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.30

c. Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-gagasan

dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.

d. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, memperluas

wawasan dan membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat

dalam memecahkan suatu masalah.31

e. Dapat menjalin hubungan sosial antar individu siswa sehingga

menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berpikir kritis dan

sistematis.

f. Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mematuhi aturan-

aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan

sikap mereka untuk berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain.32

                                                            

30 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 148 31 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 99 32 Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 37 

Page 25: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  17

5. Kelemahan Metode Diskusi

Di samping kelebihan yang dimiliki oleh metode diskusi juga

memiliki kelemahan yaitu di antaranya:

a. Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga diskusi

baginya hanyalah merupakan kesempatan untuk melepaskan tanggung

jawab.

b. Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan

untuk diskusi cukup panjang.33

c. Pembicaraan terkadang menyimpang sehingga memerlukan waktu

yang panjang, tidak dapat dipakai pada kelompok besar, peserta

mendapat informasi yang terbatas dan mungkin dikuasai oleh orang-

orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.34

6. Strategi Meningkatkan Metode Diskusi

Strategi yang penulis gunakan untuk meningkatkan metode diskusi

pada penelitian ini adalah35:

a. Menyusun sebuah pernyataan yang berisi pendapat tentang isu

kontroversial yang terkait dengan pembahasan pada saat itu.

b. Kemudian membagi siswa menjadi dua tim debat secara acak dan

memberikan posisi pro kepada satu kelompok dan posisi kontra kepada

kelompok lain.

c. Selanjutnya, membuat dua hingga empat sub kelompok dalam masing-

masing tim debat dan memerintahkan tiap sub kelompok untuk

menyusun argumen bagi pendapat yang dipegangnya, atau

menyediakan daftar panjang argumen yang mungkin akan mereka

didiskusikan dan pilih. Pada akhir diskusi guru memerintahkan sub

kelompok untuk memilih juru bicara.

                                                            33 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 149 34 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 99-100 35 Mubibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1995). H. 207 

Page 26: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  18

d. Dalam hal ini sebagai guru mata pelajaran pendidikan agama Islam,

hendaknya guru menyiapkan dua hingga empat kursi bagi para juru

bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah

kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra. Kemudian

siswa yang lain diposisikan di belakang tim debat mereka. Sehingga

diskusipun dimulai dengan meminta para juru bicara mengemukakan

pendapat mereka. Proses ini disebut sebagai argumen pembuka.

e. Setelah semua siswa mendengarkan argumen pembuka, diskusipun

dihentikan dan guru menyuruh mereka kembali ke sub kelompok awal

mereka. Penelitipun memerintahkan sub-sub kelompok untuk

menyusun strategi dalam rangka merangkum argumen pembuka dari

pihak lawan. Sekali lagi, guru memerintahkan tiap sub kelompok

memilih juru bicara dengan menggunakan orang baru.

f. Sekembalinya mereka untuk berdiskusi lagi dengan juru bicara baru,

mereka diberi tugas untuk memberikan argumen tandingan.

Pembicaraan dalam hal ini selalu diselangi antara kedua belah pihak.

Selain itu guru juga memberikan tugas kepada siswa yang lain untuk

memberkan catatan yang memuat argumen tandingan atau bantahan

kepada pendiskusi mereka. Untuk membuat diskusi ini lebih hidup

guru juga menganjurkan mereka untu member tepuk tangan atas

argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim diskusi mereka.

g. Sebelum siswa diperintahkan untuk kembali berkumpul membentuk

satu lingkaran diskusi diakhiri tanpa menyebutkan siapa pemenangnya.

Kemudian siswa diminta untuk duduk bersebelahan dengan siswa yang

berasal dari pihak lawan diskusi. Diskusi dalam satu kelas penuh pun

dilakukan untuk mengetahui apa yang didapatkan oleh siswa dari

persoalan yang didiskusikan. Juga diperintahkan kepada siswa untuk

mengenali apa yang menurut mereka merupakan argumen terbaik yang

dikemukakan oleh kedua belah pihak.

Inilah salah satu usaha dalam memaksimalkan penggunaan metode

diskusi. Usaha-usaha lain seperti tidak membiarkan siswa yang menguasai

Page 27: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  19

kelas atau siswa yang tidak dapat mengungkapkan keberatannya karena

malu atau enggan dengan memberikan kesempatan berbicara kepada siswa

yang lain merupakan strategi-strategi lain yang harus digunakan oleh guru

agar proses pembelajaran dengan metode diskusi berjalan lancar dan dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang baik.

Dalam pelaksanaan metode diskusi harus ada suatu kerja sama

yang baik antar guru dan siswa agar jalannya diskusi tersebut berjalan

dengan baik dan lancar sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam proses

belajar mengajar akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator saja, bukan yang

menguasai diskusi. Guru membangkitkan, memotivasi dan berusaha

semaksimal mungkin agar siswa dapat mengungkapkan pendapatnya,

mengutarakan keberatannya, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam

diskusi ini.

7. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Diskusi yang Efektif dalam

Pendidikan Agama Islam

Metode diskusi merupakan salah satu metode dalam penyampaian

pelajaran yang tidak dapat diterapkan pada setiap bidang studi. Metode

diskusi dapat diterapkan pada bidang studi yang sifatnya problematis,

seperti dalam Pendidikan Agama Islam metode diskusi ini banyak

digunakan dalam bidang syari’ah dan akhlak.

Agar hasil belajar pendidikan agama Islam dapat tercapai secara

lebih efektif dengan menggunakan metode diskusi, perlu diperhatikan

langkah-langkah penyelenggaraan metode diskusi. Mengenai pelaksanaan

diskusi ini Usman Basyiruddin mengemukakan sebagai berikut:

Pertama, pemilihan topik yang akan didiskusikan dapat dilakukan

oleh guru dengan siswa atau oleh siswa itu sendiri. Kriteria pemilihan

topik disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, kesesuaian dengan

kemampuan siswa, kekohesifan para siswa atau latar belakang

pengetahuannya.

Page 28: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  20

Kedua, dibentuk kelompok diskusi, yang terdiri 4-6 anggota setiap

kelompok dan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang notulis.

Pembentukan kelompok dapat dilakukan secara acak, atau memperhatikan

minat dan latar belakang siswa.

Ketiga, dalam pelaksanaan diskusi, para siswa melakukan diskusi

dalam kelompok masing-masing, sedangkan guru memperhatikan dan

memberikan petunjuk bilamana diperlukan.

Keempat, laporan hasil diskusi, hasil diskusi dilaporkan secara

tertulis oleh masing-masing kelompok kemudian diadakan secara forum

panel diskusi untuk menanggapi setiap laporan kelompok tersebut.36

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar

ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari

oleh orang yang belajar untuk diarahkan agar mencapai ketiga ranah,

kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman,

aplikasi dan kemampuan berpikir analisis, sintesis dan evaluasi adapun

afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakterisasi, sedangkan

psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan

keterampilan gerak maupun ekspresi verbal dan non verbal.37

Secara harfiah, Pendidikan berasal dari kata educare, yang artinya

"mengeluarkan suatu kemampuan". Jadi educare adalah membimbing

untuk mengeluarkan kemampun yang tersimpan dalam diri anak untuk

tercapainya kedewasaan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan “Education

artinya pendidikan yang dikaitkan dengan pendidikan sekolah karena

sekolah merupakan tempat dimana anak dididik melalui pendidikan secara

formal”. 38

                                                            36 Usman Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 39-40. 37 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995) h. 58-59. 38 Dwi Nugroho, ED, Mengenal Manusia dan Pendidikan, (Yogyakarta : Liberty, 1998),

Cet. Ke-1, h. 1 

Page 29: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  21

Secara terminologis, Drs. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa,

pendidikan adalah segala usaha orang dewasa pada pergaulannya dengan

anak-anak dalam memimpin perkembangan jasmaniah dan rohaniahnya

kearah kedewasaan.39

Pendidikan dalam bahasa arab disebut "tarbiyah", berasal dari kata

kerja Rabba yang berarti mendidik, bertambah, tumbuh, memelihara,

merawat, berkembang, mengatur dan menjaga kelestarian atau

eksistensinya sebagaimana dalam ayat ke 24 dari surat Al-Isra(17) yaitu:

☺ ☺

☺ ⌧ ☺⌧

Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan

penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".

Dan ayat 18 surat As-Syura (26) yaitu:

Artinya: Fir'aun menjawab: "Bukankah kami Telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.

“Tarbiyah juga berarti proses persiapan dan pengasuhan manusia

pada fase-fase awal kehidupannya yakni pada tahap perkembangan masa

bayi dan kanak-kanak”.40

Sedangkan secara istilah pendidikan dalam Islam menurut Ahmad

Tafsir, adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang

agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran agama Islam.41

                                                            39 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teorits dan Praktis, (Bandung: Remaja Karya,

!998),Cet. Ke-1, h. 3 40 Zuhairini, Abdul Gafir, Slamet AS, Yusuf, Metode Khusus Pendidikan Agama,

(Malang: Biro Ilmiah Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel, 1981). Cet. Ke-7, h. 25 

Page 30: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  22

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, “pendidikan Islam berarti

pembentukan pribadi muslim. Al-Syaibani mengemukakan pendidikan

Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada

kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya”.42

Berdasarkan pengertian umum Pendidikan Agama Islam tersebut, Dirjen Pembinaan Kelembagaan agama Islam,Departemen Agama RI, Merumuskan pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.43

Dalam menghadapi era globalisasi pendidikan memiliki tugas yang

tidak ringan, disamping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatkan

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diharapkan juga mampu

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) terhadap Tuhan Yang

Maha Esa. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan dilakukan untuk

mengantisipasi dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Oleh karena itu sebagaimana ketentuan dalam UU RI No. 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah keseluruhan

komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai

tujuan pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Dengan demikian jelaslah bahwa kalau mendidik itu mengenai

masalah perasaan, antara akal dan perasaan memang mempunyai

hubungan yang sangat erat.

                                                                                                                                                                   41 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1994), Cet. Ke-1, h. 32 42 Omar Muhammad Al-Touny al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang,1979), Cet. Ke-l, h. 11 43 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, CV. Pedoman Ilmu Jaya, (Jakarta: 1999 ), h : 74 

Page 31: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  23

Pendidikan Islam merupakan komponen yang tidak dapat

dipisahkan antara satu dengan lain, karena pada dasarnya pendidikan Islam

merupakan transformasi nilai - nilai Islam sebagai substansi dan implikasi

dari segala aspek kehidupan.

2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Menurut Drs. Yunus Namsa yang merupakan ruang lingkup

pendidikan atau pengajaran agama Islam meliputi keserasian, keselarasan,

dan keseimbangan antara lain :

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia

c. Hubungan manusia dengan dirinya

d. Hubungan manusia dengan mahluk lain di lingkungannya.44

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ruang

lingkup PAI meliputi tiga aspek yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Ketiga

aspek ini dikembangkan dalam materi pelajaran yang beragam sesuai

dengan kebutuhan lembaga yang bersangkutan.

3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

“Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan,

sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-

muridnya didalam dan diluar sekolah dengan maksud menolongnya untuk

berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku

mereka sesuai dengan tujuan pendidikan”.

Kurikulum harus di desain berdasarkan pada pemenuhan

kebutuhan manusia didik dan isinya terdiri dari pengalaman yang sudah

teruji kebenarannya. Pengalaman yang edukatif, eksperimental dan adanya

rencana dan susunan yang teratur.

                                                            44 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000),

Cet. Ke-l, h. 23 

Page 32: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  24

Adapun pengertian kurikulum menurut UU RI No. 20 tentang

Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu.

Sesuai dengan pengertian tersebut, maka kurikulum pendidikan

Agama adalah termasuk salah satu komponen pendidikan Agama yakni

berupa alat untuk mencapai tujuan pendidikan Agama.Untuk mencapai

tujuan pendidikan, maka dengan sendirinya dibutuhkan terdapatnya

kurikulum yang sesuai.

Adapun materi pokok dalam Pendidikan Agama Islam, sebagai

berikut:

a. Aqidah adalah bersifat keyakinan batin, mengajarkan keesaan Allah.

b. Syari'ah adalah berhubungan dengan amal lahir guna mengatur

hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan

hidup dan kehidupan manusia.

c. Akhlak adalah suatu bentuk amalan yang bersifat pelengkap

penyempurna bagi kedua amal diatas yang mengajarkan tentang

tatacara pergaulan hidup manusia.45

Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk

rukun iman, rukun Islam dan akhlak, Dari ketiganya lahirlah beberapa

keilmuan agama, yaitu: ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan ilmu akhlak. Ketiga

kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar

hukum Islam, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits, serta ditambah lagi dengan

sejarah Islam (Tarikh).

Pada tingkat SMP secara psikologis, peserta didik mengalami

perkembangan kejiwaan dan intelektualitas yang berbeda dibandingkan

peserta didik pada sekolah dasar. Kondisi kejiwaannya yang memasuki

jiwa remaja dan intelektualitasnya yang menuju kematangan harus di

                                                            45 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 18 

Page 33: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  25

formulasi standar pendidikan agama Islam yang sesuai dengan kejiwaan

dan intelektualitasnya.

Oleh karena itu pengajaran agama di SMP dapat dibagi menjadi:

a. Keimanan

b. Ibadah/Fiqh

c. Akhlak

d. Sejarah Islam

e. Al-Qur'an

f. Mu'amalah46

g. Syari'ah

h. Tarikh47

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam merupakan proses bimbingan dan membina

fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi

peserta didik sebagai muslim sempurna (insan kamil) yang meliputi

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan Pendidikan Agama Islam, menurut beberapa pendapat para

ahli, antara lain:

a. Dr. Zakiah Daradjat, dkk, membagi tujuan pendidikan Islam ini dalam

4 (empat) bagian. Yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara

dan tujuan operasional. Sebagai tujuan umum pendidikan meliputi

sikap. Tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan

sementara dari pendidikan Islam beliau berpendapat bahwa proses

pendidikan itu yang dianggap sebagai tujuan akhirnya adalah insan

kamil yang mati dan akan menghadap Tuhan-nya. Sedangkan yang

menjadi tujuan sementara yang dimaksud oleh Zakiah Daradjat ialah

tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah

pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum                                                             

46 DEPAG RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta,2001), hal.9 47 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-garis

Besar Program Pengajaran (GBPP) h. 3.  

Page 34: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  26

pendidikan formal, tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan

dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.48

b. Al-Abrasyi masih yang disadur oleh Prof. Dr. Ramayulis, memiliki

pendapat yang Iebih komplit, yaitu bahwa pendidikan Islam memiliki

5 (lima) tujuan pokok, antara lain:

1) Sebagai pembentukan akhlak mulia

2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat

3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

pemanfaatan. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat

membawa manusia kepada kesempurnaan

4) Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan

untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji

ilmu sekedar sebagai ilmu

5) Mempersiapkan para pelajar untuk suatu profesi tertentu sehingga

ia mudah mencari rezeki.49

Demikian beberapa pendapat rumusan tujuan pendidikan Islam,

makna dan fungsinya dalam upaya pembentukan kepribadian, perpaduan

iman dan amal soleh, yaitu keyakinan adanya kebenaran mutlak yang

menjadi satu-satunya tujuan hidup dan sentral pengabdian diri dan

perbuatan yang sejalan dengan harkat dan martabat kemanusiaan.

Tujuan pendidikan agama adalah agar para siswa memiliki akhlak

yang tinggi, beriman yang ditunjukan oleh perilaku-perilaku yang terpuji

dalam interaksinya dengan manusia dan lingkungannya. Pendidikan agama

membantu anak didik menjadi insan kamil yaitu ia mempunyai kualitas

hubungan yang amat baik, bik kepada Allah SWT, terhadap manusia dan

terhadap lingkungannya yang lain.

Tujuan pendidikan pada tingkat SMP sebagaimana dirumuskan

dalam buku "Kendali mutu pendidikan agama Islam", adalah:

a. Beriman kepada Allah SWT, rukun Islam dan rukun Iman

                                                            48 Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 18 49 Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 26. 

Page 35: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  27

b. Dapat membaca dan menulis serta memahami ayat suci al-Qur'an serta

mengetahui hukum membacanya

c. Beribadah dengan baik sesuai dengan tuntunan syariat Islam baik

ibadah wajib maupun sunah

d. Dapat mentauladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah SAW.

e. Mempraktikan hukum mu'amalah Islam dalam kehidupan sehari-

hari.50

C. Kerangka Berfikir

Dalam penelitian yang berjudul: “Efektifitas penggunaan metode

diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam” (studi kasus di SMP

YAPIA Ciputat). Terdapat dua variabel yaitu metode diskusi sebagai variabel

X dan pembelajaran PAI sebagai variabel Y). Metode diskusi adalah cara

penyajian pelajaran, dimana siswa-siswi dihadapkan kepada suatu masalah

yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk

dibahas dan dipecahkan bersama.

Sedangkan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah proses

belajar mengajar dalam pendidikan agama Islam yang meliputi aqidah, akhlak,

fiqih, alqur’an hadits dan sejarah kebudayaan Islam untuk membentuk

kepribadian pada anak didik sehinggga menjadi pribadi yang berakhlakul

karimah sesuai dengan tujuan agama Islam meliputi tauhid, fiqh, sejarah Islam

dan aqidah akhlak.

Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, penulis mempunyai

anggapan dasar sebagai berikut bahwa efektifitas metode diskusi sangat

diperlukan dalam proses pembelajaran PAI sebab untuk melatih keaktifan

siswa dalam menanggapi permasalahan yang dibahas, berani menyampaikan

pendapatnya, mampu bertukar pikiran dengan teman yang lain dan terjadi

hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan siswa/murid.

                                                            

50 DEPAG RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, h. 9 

Page 36: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  28

Berani Berpendapat

Bertukar Pikiran

Siswa Aktif

Suasana Kelas Lebih

Hidup

Merangsang Kreatifitas Anak Didik

Diskusi

Fiqh

Aqidah

Akhlaq

Syariah

Pembelajaran PAI

Metode Pembelajaran

SKI

D. Pengajuan Hipotesis

Sebelum perhitungan dilakukan, peneliti mengajukan hipotesis

alternatif (Ha) sebagai berikut:

Ha : Metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama

Islam di SMP YAPIA Ciputat.

Page 37: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2010 hingga selesai

sedangkan tempat yang dijadikan penelitian adalah SMP YAPIA Jalan. RE.

Martadinata No. 7 Cipayung Ciputat Tangerang.

B. Metode dan Disain Penelitian

Untuk memperoleh data, informasi dan fakta yang akan

mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan penulis menggunakan metode

survey dengan analisis deskriptif, yaitu dengan cara menganalisis data

kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data dan informasi

mengenai permasalahan yang dibahas.

Dalam hal ini penulis menggunakan penelitian experimen untuk

membuktikan kebenaran suatu hipotesa tentang apakah terdapat perbedaan

yang signifikan antara sebelum dan sesudah digunakannya metode diskusi

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas. Jenis yang digunakan

dalam penelitian experimen adalah pre-experimen disain yang menggunakan

alat uji hasil experimennya one group pretest-posttest disain. Adapun seting

penelitiannya adalah guru membuat dua kelompok yaitu kelas experiment atau

kelompok bebas yang jadi obyek pokok percobaan dan kelas kontrol atau

29

Page 38: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  30

kelompok terkendalikan dalam menggunakan metode diskusi dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian.1

Kata variabel berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti ubahan, faktor

tak tetap, atau gejala yang dapat berubah-ubah.2 Variabel penelitian adalah

segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan penelitian.3

Pada penelitian ini penulis mengambil dua variabel. Variabel pertama

yaitu metode diskusi dan variabel yang kedua yaitu pembelajaran pada bidang

studi pendidikan agama Islam.

Variabel metode diskusi merupakan variabel independent ( bebas )

yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain, secara bebas berpengaruh

terhadap varibel lain. Variabel ini disimbolkan dengan huruf X atau variabel

X.

Dan pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan variabel yang

menduduki posisi sebagai variabel dependent ( terikat ) yaitu variabel yang

dipengaruhi oleh variabel lain atau disebut variabel yang dipengaruhi.

Variabel ini disimbolkan dengan huruf Y atau variabel Y.

Maka variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu metode diskusi.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.4 Penulis memilih kelas

VIII sebagai populasi terjangkau dalam penelitian ini dikarenakan para siswa

yang duduk ditingkat ini lebih lama mengenal guru agama mereka yang

                                                            1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2005). H. 111 2 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2003). Cet. Ke-12, h. 33 3 Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka

Setia, 1998) h. 205 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 108  

Page 39: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  31

menjadi objek dalam penelitian ini dibandingkan dengan siswa yang berada di

kelas VII.

Sedangkan sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang

diteliti.5 Untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data,

maka penulis mengambil teknik sampel dengan mengacu kepada pendapat

Suharsimi Arikunto, yaitu apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil 10-15%, atau 20-

25%, atau lebih.6

Jadi sampel dalam penelitian ini penulis hanya mengambil pada kelas

VIII jumlah 113 siswa juga sebagai populasi terjangkau. Maka, sampel yang

di ambil hanya 14% dari 113 siswa dengan jumlah 41 siswa sebagai populasi

target pretest atau sebelum metode diskusi dilakukan dan sebagai target

posttest yakni sesudah metode diskusi diterapkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini

dilakukan melalui teknik-teknik sebagai berikut:

1. Observasi merupakan alat pengumpulan data dengan cara mendatangi

langsung ke objek penelitian. Observasi ini dilaksanakan untuk mengamati

kemampuan guru dalam menggunakan metode diskusi dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam meliputi pembelajaran di kelas

dengan menggunakan metode diskusi, siswa saat berlangsungnya diskusi,

guru sebagai pengguna metode diskusi dalam pembelajaran pada saat

diskusi berjalan serta keadaan SMP YAPIA Ciputat secara keseluruhan.

2. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan keterangan yang dapat

menguatkan informasi data yang diperoleh sebagai bahan penulisan

skripsi. Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung

dengan kepala sekolah dan guru bidang studi pendidikan agama Islam

                                                            5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 109 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 108-109 

Page 40: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  32

untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode diskusi dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam.

3. Pretest dan posttest untuk mengukur keberhasilan dari metode diskusi

yaitu dengan memberikan test kepada siswa setelah diterapkannya metode

diskusi dengan bentuk one group pretest-posttest disain.

Didalam disain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum

eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi dilakukan sebelum

eksperimen disebut pretest dan observasi dilakukan sesudah eksperimen

disebut posttest.7

Pretest Treatment Posttest

T1 X T2

Keterangan:

1. T1 yaitu pretest untuk mengukur mean prestasi belajar sebelum subjek

diajar dengan metode diskusi.

2. Subjek dikenakan X yaitu diterapkannya metode diskusi.

3. T2 yaitu posttest untuk mengukur mean prestasi belajar setelah subjek

dikenakan variabel eksperimental X.

4. T1 dan T2 dibandingkan untuk menentukan seberapakah perbedaan

yang timbul, jika sekiranya ada, sebagai akibat dari digunakannya

variabel eksperimental X.

5. Untuk mengukur perbedaan antara T1 dan T2 digunakan jenis Uji

Beda Rata-rata untuk sampel yang saling berhubungan. Disebut juga

dengan t-test untuk melakukan apakah perbedaan itu signifikan.

6. Dari hasil pengukuran tersebut diambil kesimpulan yang merupakan

hasil penelitian, yaitu :

a. Apabila T hitung lebih besar atau sama dengan T tabel hipotesis

alternatif (Ha) diterima atau disetujui.

                                                            7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 78 

Page 41: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  33

Meskipun metode penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, namun

pretest itu memberikan landasan untuk membuat komparasi prestasi subjek

yang sama sebelum dan sesudah dikenai X (eksperimental treatment).8

F. Teknik Analisis Data

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kemudian penulis

olah dengan metode deskriptif dan analisis sehingga menjadi penjelasan yang

gamblang mengenai penggunaan metode diskusi di kelas, baik dari aspek guru

maupun dari aspek siswa.

Data yang diperoleh melalui pretest dan posttest yang diujikan kepada

siswa sebelum dan setelah diterapkannya metode diskusi dihitung dengan

menggunakan uji “t”.9

( )1

2

−Σ

=

NNdx

Mdt

Dengan keterangan:

Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest

xd = deviasi masing-masing subjek (d- Md)

dx 2Σ    = jumlah kuadrat deviasi

N = subjek pada sampel

db = ditentukan dengan N-1

 

                                                            8 Sumadi Suyabrata, Metodelogi Penelitian, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003).

Cet. Ke-13, h. 103 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 275 

Page 42: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP YAPIA Ciputat

1. Sejarah Berdirinya SMP YAPIA Ciputat

SMP YAPIA Ciputat adalah sekolah menengah pertama yang

berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah. Yayasan

Al-Hidayah sendiri berdiri sejak tahun 1926 yang didirikan oleh K. H.

Moch Noor.

Pada awalnya yayasan pendidikan ini hanya menyelenggarakan

pendidikan non formal berupa majlis ta’lim yang kemudian

menyelenggarakan pendidikan formal tingkat dasar yaitu Madrasah

Diniyah. Dalam perjalanannya yayasan Al-Hidayah kemudian

menyelenggarakan jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMPS

(Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial) yang kemudian menjadi SMK Al-

Hidayah. Bersamaan dengan adanya SMPS, pada waktu itu juga telah

berdiri SMP YAPIA Ciputat yang pada awalnya bernama SMP Al-

Hidayah.

SMP YAPIA Ciputat tepat berdiri dan operasional sejak tahun

1983. Sekolah ini sekarang telah memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup

lengkap dengan jumlah siswa yang terus berkembang. SMP YAPIA

34

Page 43: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  35

Ciputat yang awalnya berada di daerah yang sekarang telah menjadi pusat

perbelanjaan Ciputat telah memiliki tempat sendiri.

2. Visi dan Misi Sekolah

SMP YAPIA mempunyai visi yaitu unggul dalam kualitas belajar

dan berkarya, kokoh dalam IMTAQ dan serasi dalam kebersamaan.

Sedangkan misinya yaitu :

a. Mewujudkan pendidikan yang bermutu

b. Mewujudkan pengembangan standar pencapaian ketuntasan belajar

dan peningkatan standar kelulusan tiap tahunnya.

c. Mewujudkan pendidikan dan tenaga kependidikan yang jujur,

profesional, terampil dan tangguh.

d. Mewujudkan sistem yang transparan, akuntabel, partisipatif dan

objektif.

3. Keadaan Guru dan Siswa

a. Keadaan Guru

Jumlah pengajar yang ada di SMP YAPIA Ciputat berjumlah

24 orang, yang terdiri dari 1 kepala sekolah merangkap guru (bidang

studi Pendidikan Agama Islam dan IPS Terpadu) dan 23 tenaga

pengajar. Dari ke 24 orang itu yang menjadi guru Pendidikan Agama

Islam berjumlah 2 orang.

Tabel 4.1 Jumlah Guru di SMP YAPIA Ciputat

NO NAMA GURU MATA PELAJARAN

PEND. TERAKHIR

1 Badri, S.Ag Pendidikan Agama Islam S1 2 Siti Suryani, S. Pd IPA S1 3 Muhamad Idrus, S.Pd.I Bahasa Inggris S1 4 Drs. Yasmin Bahasa Arab SI 5 Drs. Sukoco IPS Terpadu S1 6 E. Hidayat, A.Ma.Pd Matematika D2 7 Umaeroh, S.Pd PPKN S1 8 Ade Laily Suryani, S.Ag Agama & Al-Qur’an S1

Page 44: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  36

9 Imron, S.Pd Geografi S1 10 Supardi, BA Komputer S1 11 Dra. Maryanah IPS Terpadu S1 12 Drs. Ruslan A. Gani Bahasa Indonesia S1 13 Lukman Hakim, A.Md. Penjaskes S1 14 Dra. Wiwin Alawiyah Geografi S1 15 Via Aprilian S.N Komputer SMA 16 Juanita Siska, S.Pd. IPA S1 17 Rozikin, A.Md Bahasa Inggris D2 18 Hafidulloh, S.Pd. Bahasa Inggris SI 19 Dewi Aprianti, A.Md TIK D2 20 Sulha Saidah, S.Ag Pendidikan Agama Islam S1 21 Dini Darsilah, S.Pd. Matematika S1

22 Madhani, S.Pd Bahasa Indonesia S1 23 Saan Saputra, S.Pd Sejarah S1 24 Maryanah Azizah, S.Pd IPS Terpadu S1

b. Keadaan Siswa

Jumlah keseluruhan siswa SMP YAPIA adalah 310 siswa.

Dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMP Yapia Ciputat

Kelas Siswa

Laki-laki Perempuan

VII 40 51

VIII 73 40

IX 51 55

Jumlah 164 146

4. Sarana Prasarana

Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar

di sekolah tidak terlepas dari sarana prasarana yang memadai. Suatu

kegiatan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya sarana prasarana

yang dibutuhkan. Sarana prasarana yang dimiliki SMP YAPIA Ciputat

dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 45: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  37

Tabel 4.3 Keadaan Sarana Prasarana

Sarana Prasarana Jumlah Ruang Belajar 9 kelas ( Tiga lantai) Ruang Kepala Sekolah 1 ruang Ruang guru 2 ruang Ruang Tata Usaha 1 ruang Masjid - Perpustakaan 1 ruang Laboratorium Komputer 1 ruang Lapangan Olah Raga 1 ruang Kantin 1 ruang WC Guru 1 ruang WC Siswa 2 ruang Tempat Parkir Sepeda Motor 1 ruang

5. Kurikulum SMP YAPIA Ciputat

Kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum yang telah di buat

oleh pemerintah melalui DIKNAS sehingga siswa siswi dapat memperoleh

materi-materi yang sama dengan sekolah negeri dan dapat bersaing dengan

pelajar lain, baik dari negeri maupun swasta. Hal ini juga membuat SMP

YAPIA selalu up to date dengan kurikulum yang ada. Selain itu SMP

YAPIA juga melengkapi kurikulum yang sudah ada dengan program-

program tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi dan minat

peserta didik.

B. Deskriptif Data Penelitian

1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama delapan minggu atau delapan

kali pertemuan muka guru dan siswa. Topik yang dibahas mulai dari Bab

X sampai dengan Bab XII, hal ini dikarenakan tidak semua pokok bahasan

dapat diselesaikan dalam satu pertemuan atau dua jam pelajaran.

Page 46: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  38

Metode diskusi yang digunakan guru selama dalam pengamatan

penulis sebanyak delapan kali, jadi tidak setiap kali pertemuan diadakan

diskusi. Topik- topik yang didiskusikan oleh guru diantaranya adalah Iman

Kepada Rasul Allah, Adab Makan dan Minum, serta Binatang yang Halal

dan Haram.

Untuk mengetahui hasil belajar dengan diterapkannya metode

diskusi, penulis mengujikan tes yang berupa ulangan harian yang hasilnya

dapat dilihat pada hasil belajar dengan menggunakan metode diskusi pada

pembahasan selanjutnya.

Untuk mendekatkan kepada kebenaran tentang hasil penelitian ini

penulis juga mewawancarai kepala sekolah, dan guru mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam sebagaimana terlampir.

Sebelum melaksanakan penelitian ada beberapa persiapan atau

beberapa hal yang penulis rumuskan, tentukan dan lakukan, diantaranya

adalah:

a. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dijadikan penulis untuk

mengukur keberhasilan dari penggunaan metode diskusi yang penulis

terapkan dalam pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam.

Untuk mengukur keberhasilan proses diskusi di kelas penulis

menggunakan uji tes yang berupa ulangan harian. Pelaksanaan

penelitian yaitu pada tanggal 01 Februari 2010 sampai dengan selesai,

yang bertempat di SMP YAPIA Ciputat, JL. R.E Martadinata No.7

Cipayung Ciputat.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati penggunaan

metode diskusi dalam proses pembelajaran di kelas. Baik itu

penggunaan metode diskusi oleh siswa, dalam hal ini aspek siswalah

yang diteliti. Maupun penggunaan metode diskusi oleh guru, aspek

guru yang diteliti.

Page 47: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  39

Sesuai dengan uji tes ulangan harian tersebut, jika hasilnya

terisi maksimal maka metode diskusi di kelas telah memberikan

efektifitas yang nyata, namun apabila hanya beberapa ulangan harian

yang terisi, maka metode diskusi tidak dapat memperlihatkan

efektifitasnya yang nyata.

Di akhir penelitian, penulis akan mewawancarai kepala

sekolah, guru bidang studi Pendidikan Agama Islam dan salah satu

siswa mengenai metode diskusi ini di kelas.

Setelah data terkumpul maka penulis akan memberikan

interpretasi terhadap data tersebut.

b. Analisis dan Interpretasi Data

Dari hasil penelitian selama dua bulan di SMP YAPIA

Ciputat, dan dari data yang terkumpulkan maka data- data itu

diperiksa, diedit, dan dianalisis yang kemudian hasilnya dapat

dideskripsikan dalam sebuah kesimpulan dan diinterpretasikan sesuai

dengan data yang terkumpul.

2. Pelaksanaan Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat

Model metode diskusi yang diamati oleh penulis dalam

pelaksanaan penelitian ini ada dua model yaitu model diskusi debat aktif

dan diskusi lepas. Kedua model diskusi tersebut beberapa kali digunakan

guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, namun yang paling

sering digunakan oleh guru adalah model diskusi debat aktif.

Hasil pengamatan penulis pada pengamatan pertama masih belum

menunjukkan hasil karena pada saat itu masih penyampaian materi. Baru

kemudian pada pengamatan kedua dan setarusnya guru menggunakan

metode diskusi.

Pada pengamatan III, IV, dan V diskusi masih dikuasai oleh guru

artinya murid masih enggan mengeluarkan pendapatnya. Meskipun ada

Page 48: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  40

namun masih beberapa siswa saja. Hal itu berbeda dengan pengamatan

yang dilakukan penulis pada pengamatan VI, VII dan VIII siswa sudah

banyak yang ikut berpartisipasi dalam diskusi.

Dalam penggunaan metode diskusi oleh guru tersebut, ada dua

aspek yang penulis anggap penting untuk diangkat dalam penulisan skripsi

ini. Kedua aspek tersebut yaitu aspek guru dan aspek siswa. Aspek- aspek

tersebut penulis anggap penting karena dalam melakukan penelitian ini

yang penulis temukan dilapangan adalah kedua aspek tersebut.

a. Aspek Guru1

Aspek guru berarti melihat penggunaan metode diskusi dari sisi

guru yang menggunakan metode ini sebagai salah satu metodenya

dalam pengajaran.

Ketika diskusi dilihat dari aspek guru, terutama diskusi yang

berlangsung di SMP YAPIA Ciputat yaitu pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam hal ini Sulha Saidah, S.Ag sebagai

guru mata pelajarannya, maka akan dapat penulis tampilkan

sebagaimana berikut:

1) Kemampuan guru dalam memberikan stimulus diskusi

Kemampuan ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh

guru dalam rangka menghidupkan kelas sehingga siswa

mempunyai semangat untuk belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari:

a) Memberikan tema- tema kontekstual dan kekinian

Kemampuan guru dalam memberikan stimulus diskusi

kaitannnya dengan memberikan tema- tema kontekstual dan

kekinian ditunjukkan dengan memberikan contoh yang sesuai

dengan konteks kekinian. Seperti pada pembahasan iman

kepada Rasul Allah guru memberi contoh pada saat ini telah

terdapat Rasul palsu.

                                                            

1 Observasi dan wawancara guru Pendidikan Agama Islam 19 Maret 2010 

Page 49: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  41

b) Membangkitkan minat belajar siswa

Dalam membangkitkan minat siswa untuk belajar guru

biasanya menunjuk salah satu dari siswa untuk menjawab atau

mengemukakan pendapatnya sesuai dengan tema yang telah

dilontarkan.

c) Memberikan statemen yang kontraversi

Statemen atau pendapat yang kontraversi dilontarkan

guru agar siswa dapat meresponnya dengan positif. Tujuannya

adalah agar siswa berani mengemukakan ketidaksepakatannya.

2) Kemampuan guru dalam mengaktifkan siswa dan mengelola kelas

Kemampuan ini ditunjukkan oleh guru dengan banyak cara

sesuai dengan kreatifnya. Kemampuan ini sangat dibutuhkan agar

kelas tidak monoton dan membosankan. Kemampuan-kemampuan

tersebut diantaranya adalah:

a) Memberikan kesempatan kepada siswa yang tidak aktif untuk

mengemukakan pendapat mereka.

Dengan cara menunjuk salah satu dari siswa untuk

mengemukakan pendapatnya. Dengan secara acak atau menurut

absensi kelas.

b) Tidak membiarkan diskusi dikuasai oleh sebagian orang

Apabila diskusi dikuasai oleh satu orang atau beberapa

orang, guru mengambil alih diskusi dan mempersilahkan

kepada yang lain. Namun apabila tetap saja tidak ada yang

berpendapat guru menyuruh murid tersebut untuk melanjutkan.

3) Kemampuan guru dalam menyimpulkan hasil diskusi

Setelah diskusi usai, materi yang telah dibahas disimpulkan

oleh guru berdasarkan pendapat yang tidak terbantahkan atau

berdasarkan suara terbanyak. Bila pendapat itu salah menurut guru,

ia membenarkannya.

Page 50: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  42

b. Aspek Siswa

Aspek siswa juga penting diperhatikan untuk menentukan

apakah diskusi dapat berjalan dengan baik sehingga dapat ditentukan

bahwa metode diskusi ini dapat diandalkan.

Aspek siswa yang diperhatikan oleh penulis dalam penelitian

ini antara lain adalah:

1) Keberanian siswa untuk bertanya, ditunjukkan dengan:

a) Keberanian untuk mengangkat tangan untuk mengajukan

pertanyaan atau sanggahan.

Tidak setiap diskusi yang berlangsung di kelas dapat

berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut pengamatan

penulis apabila guru memberikan stimulus yang

membangkitkan siswa dalam belajar diskusi pun akan hidup.

Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang

mengajukan pertanyaan atau mengangkat tangan. Hampir

seluruh siswa mengangkat tangan apabila diberi kesempatan

bertanya meskipun pada akhirnya hanya dipilih beberapa saja.

b) Keberanian untuk menyangkal pendapat yang tidak sesuai

dengan pemahaman siswa.

Ditunjukkan oleh beberapa orang saja apabila temannya

kurang menarik seperti pada pembahasan iman kepada Rasul

Allah. Namun pada pembahasan binatang yang halal dan haram

banyak siswa yang mengutarakan pendapatnya yang tidak

sesuai dengan pendapat yang ada.

Meskipun demikian ada juga siswa yang sama sekali tidak

berpendapat. Keadaan demikian sering terjadi mungkin karena

jam pelajaran yang diletakkan di jam terakhir sehingga siswa

hanya memikirkan pulang saja.

2) Keaktifan siswa dalam diskusi

Sebagus apapun tema yang diangkat oleh guru dalam

diskusi tidak akan menciptakan diskusi yang aktif apabila tidak

adanya peran langsung dari siswa.

Page 51: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  43

Keaktifan siswa dalam diskusi menurut penulis dapat

diketahui melalui beberapa hal berikut ini, yaitu:

a) Mengutarakan pendapatnya

Meskipun kadang harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru

agar siswa mau mengutarakan pendapatnya namun menurut

penulis hal itu sudah merupakan salah satu bentuk

keikutsertaan siswa atau keaktifan mereka dalam diskusi.

b) Mengungkapkan keberatannya

Ketika diskusi berlangsung biasanya keberatan-keberatan

muncul setelah dilontarkan pendapat yang kontraversi. Seperti

ketika menurut siswa pendapatnya benar namun disalahkan

oleh peserta diskusi yang lain.

c) Mengungkapkan pembelaannya

Siswa berani mengungkapkan pembelaannya ketika

pendapatnya disalahkan.

3) Pemahaman siswa terhadap materi

Pemahaman siswa terhadap materi diperlukan untuk

mengetahui sejauh manakah pemahaman mereka terhadap materi

yang baru saja didiskusikan bersama. Hal itu untuk mengetahui

apakah materi yang disampaikan kepada mereka telah tercerna

sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa

terhadap materi, hal-hal yang diteliti oleh penulis adalah sebagai

berikut:

a) Argumen yang digunakan siswa untuk mempertahankan

pendapatnya.

Apakah argumen tersebut berdasarkan atas referensi yang

ada atau pengalaman, atau bahkan merupakan argumen yang

tidak berlandaskan apapun juga.

Rata-rata pada setiap diskusi pendapat yang dilontarkan

oleh siswa merupakan argumen lepas, meskipun kadang-

Page 52: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  44

kadang ada sebagian siswa yang menyertakan referensi yang

diperolehnya. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh siswa yang

berprestasi seperti Ajeng Kartini dan lain-lain.2

b) Argumen siswa untuk mengalahkan pendapat yang tidak sesuai

dengan pemahamannya.

Hampir sama dengan argumen siswa yang dipergunakan

dalam rangka mempertahankan pendapatnya, kebanyakan

siswa berpendapat tidak sesuai dengan referensi yang ada atau

tidak memiliki rujukan.

c) Kemampuan untuk menjawab pertanyaan atau sanggahan dari

peserta diskusi.

Sama seperti argumen-argumen mereka, kemampuan

untuk menjawab pertanyaan atau sanggahan dari peserta

diskusi ditunjukkan berdasarkan pengalaman para siswa.

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

diskusi yang diterapkan di SMP YAPIA Ciputat pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam telah memberikan

efektifitasnya yang nyata yaitu sudah dapat mengaktifkan siswa

dalam belajar dan lain-lain yang termasuk ke dalam kriteria

siswa aktif.

Meskipun kadang diskusi masih dikuasai oleh beberapa

siswa atau salah satu dari mereka namun dengan keterampilan

yang telah dimiliki oleh guru sudah dapat mengatasi masalah

ini.

C. Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Diterapkan Metode Diskusi

Setelah dilakukan pengamatan terhadap proses penggunaan metode

diskusi oleh guru di kelas kemudian penulis menguji para siswa dengan

ulangan harian yang merupakan hasil belajar mereka dengan menggunakan

metode diskusi.                                                             

2 Observasi dan wawancara siswa kelas VIII B 15 Maret 2010 

Page 53: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  45

Dari hasil ulangan tersebut tercatat nilai siswa sesudah diterapkam

metode diskusi rata-rata siswa adalah 88,90 dengan memperlihatkan hasil

belajar ini dengan melihat hasil belajar siswa sebelum diterapkan metode

diskusi yaitu nilai rata-rata siswa adalah 85,97 maka dapat penulis sampaikan

bahwa dalam penggunaan metode diskusi ini telah berhasil.

Untuk lebih jelasnya sengaja penulis menampilkan hasil belajar siswa

sebelum dan sesudah diterapkan metode diskusi yaitu sebagai berikut:

TABEL 4.4 HASIL ULANGAN

SEBELUM METODE DISKUSI DIGUNAKAN Siswa kelas VIII ( 41 siswa )

di SMP YAPIA Ciputat

No. Nama Siswa Sebelum diajar dengan metode diskusi 1. AA 85 2. AB 85 3. AC 80 4. AD 75 5. AE 80 6. AF 95 7. AG 85 8. AH 85 9. AI 85 10. AJ 80 11 BA 90 12. BB 90 13. BC 90 14. BD 85 15. BE 85 16. BF 90 17. BG 85 18. BH 65 19. BI 100 20. BJ 90 21. CA 95 22. CB 75 23. CC 75 24. CD 85 25. CE 90 26. CF 95 27. CG 95

Page 54: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  46

28. CH 90 29. CI 85 30. CJ 90 31. DA 90 32. DB 80 33. DC 90 34. DD 90 35. DE 85 36. DF 90 37. DG 90 38. DH 80 39. DI 90 40. DJ 70 41. EA 90 Rata-rata 3525: 41= 85,97

TABEL 4.5 HASIL ULANGAN

SESUDAH METODE DISKUSI DIGUNAKAN Siswa kelas VIII ( 41 siswa )

di SMP YAPIA Ciputat

No. Nama Siswa Sesudah diajar dengan metode diskusi 1. AA 90 2. AB 80 3. AC 80 4. AD 80 5. AE 80 6. AF 95 7. AG 90 8. AH 90 9. AI 90 10. AJ 90 11 BA 85 12. BB 85 13. BC 95 14. BD 90 15. BE 90 16. BF 85 17. BG 90 18. BH 85 19. BI 95 20. BJ 85 21. CA 90 22. CB 90

Page 55: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  47

23. CC 90 24. CD 90 25. CE 95 26. CF 90 27. CG 95 28. CH 95 29. CI 90 30. CJ 95 31. DA 95 32. DB 90 33. DC 85 34. DD 85 35. DE 85 36. DF 95 37. DG 90 38. DH 80 39. DI 95 40. DJ 90 41. EA 85 Rata-rata 3645: 41= 88,90

Dari kedua hasil ulangan harian tersebut dapat dilihat secara

keseluruhan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Skor hasil ulangan 41 siswa kelas VIII SMP YAPIA Ciputat

No. Nama Siswa Sebelum diajar dengan metode diskusi

Sesudah diajar dengan metode diskusi

1. AA 85 90 2. AB 85 80 3. AC 80 80 4. AD 75 80 5. AE 80 80 6. AF 95 95 7. AG 85 90 8. AH 85 90 9. AI 85 90 10. AJ 80 90 11 BA 90 85 12. BB 90 85 13. BC 90 95 14. BD 85 90 15. BE 85 90 16. BF 90 85

Page 56: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  48

17. BG 85 90 18. BH 65 85 19. BI 100 95 20. BJ 90 85 21. CA 95 90 22. CB 75 90 23. CC 75 90 24. CD 85 90 25. CE 90 95 26. CF 95 90 27. CG 95 95 28. CH 90 95 29. CI 85 90 30. CJ 90 95 31. DA 90 95 32. DB 80 90 33. DC 90 85 34. DD 90 85 35. DE 85 85 36. DF 90 95 37. DG 90 90 38. DH 80 80 39. DI 90 95 40. DJ 70 90 41. EA 90 85 Rata-rata 3525: 41= 85,97 3645: 41= 88,90

Jika dilihat dari rata-rata hasil ulangan siswa sebelum dan sesudah

diajar dengan metode diskusi, sebenarnya dapat disimpulkan bahwa metode

diskusi yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

YAPIA Ciputat sudah memberikan efektifitasnya yang nyata. Oleh karena itu

dapat dijadikan andalan guru ketika akan mengajarkan materi Pendidikan

Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat.

Namun karena secara ilmiah hal itu dapat diterima, maka penulis akan

menghitungnya menurut kaidah-kaidah statistik pendidikan sebagai berikut:

Page 57: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  49

Tabel 4.7 Perhitungan Untuk Memperoleh “t”

No. Sebelum diajar dengan metode

diskusi

Sesudah diajar dengan metode diskusi D d- Md

(xd) x2d

1. 85 90 5 2,07 4,2849 2. 85 80 -5 -7,93 62,8849 3. 80 80 0 0 0 4. 75 80 5 2,07 4,2849 5. 80 80 0 0 0 6. 95 95 0 0 0 7. 85 90 5 2,07 4,2849 8. 85 90 5 2,07 4,2849 9. 85 90 5 2,07 4,2849

10. 80 90 10 7,07 49,9849 11 90 85 -5 -7,93 62,8849 12. 90 85 -5 -7,93 62,8849 13. 90 95 5 2,07 4,2849 14. 85 90 5 2,07 4,2849 15. 85 90 5 2,07 4,2849 16. 90 85 -5 -7,93 62,8849 17. 85 90 5 2,07 4,2849 18. 65 85 20 17,07 291,3849 19. 100 95 -5 -7,93 62,8849 20. 90 85 -5 -7,93 62,8849 21. 95 90 -5 -7,93 62,8849 22. 75 90 15 12,07 145,6849 23. 75 90 15 12,07 145,6849 24. 85 90 5 2,07 4,2849 25. 90 95 5 2,07 4,2849 26. 95 90 -5 -7,93 62,8849 27. 95 95 0 0 0 28. 90 95 5 2,07 4,2849 29. 85 90 5 2,07 4,2849 30. 90 95 5 2,07 4,2849 31. 90 95 5 2,07 4,2849 32. 80 90 10 7,07 49,9849 33. 90 85 -5 -7,93 62,8849 34. 90 85 -5 -7,93 62,8849 35. 85 85 0 0 0 36. 90 95 5 2,07 4,2849 37. 90 90 0 0 0 38. 80 80 0 0 0 39. 90 95 5 2,07 4,2849 40. 70 90 20 17,07 291,3849 41. 90 85 -5 -7,93 62,8849

Jumlah 3525 3645 120 1738,6866 85,97 88,90 2,93

Page 58: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  50

( )1

2

−Σ

=

NNdx

Mdt

Diketahui:

2,9341

120N

dMd ==∑

=

  = 1738, 6866 dx 2Σ

N = 41

db = ditentukan dengan N-1 = 41-1 = 40

( )060,193,2

16406866,1738

93,2

)40(416866,1738

93,2

)141(416866,1738

93,2

1

2===

=

−Σ

=

NNdx

Mdt    

84,263,193,2

==

T tabel t(0,05,40) = 2,02 pada taraf signifikan 5%

t(0,01,40) = 2,71 pada taraf signifikan 1%

 

t hit t tabel

2,84 > 2,02

Dari hasil perhitungan melalui uji “t” tersebut dapat dilihat bahwa t

hitung lebih besar dari pada t tabel karena thit = 2, 84 sedangkan “ttab = 2, 02

dengan tabel “t” pada taraf signifikan 5%. Sedangkan ttab = 2, 71 pada table

“t” pada taraf signifikan 1%”.3 Ini berarti bahwa hipotesis alternatif ( Ha )

diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan metode diskusi merupakan

perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan (signifikan).

Kesimpulan yang dapat penulis tarik di sini adalah, berdasarkan hasil

uji coba tersebut di atas, secara meyakinkan dapat dikatakan bahwa

                                                            3 Subana, Moersetyo Rahadi dan Sudrajat, Statistik Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka

Setia, 2005). H. 206 

Page 59: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  51

pembelajaran dengan metode diskusi telah menunjukkan efektifitasnya yang

nyata, dalam arti kata dapat diandalkan sebagai metode yang baik untuk

mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP YAPIA

Ciputat.

Karena metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar siswa antara

lain:

1. Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih

baik ketimbang ia memutuskan sendiri karena terdapat berbagai

sumbangan pikiran dari para peserta lainnya yang dikemukakan dari

berbagai sudut pandangan.

2. Mereka tidak terjebak kepada jalan pikirannya sendiri yang kadang-

kadang salah, penuh prasangka dan sempit, karena dengan diskusi ia

mempertimbangkan alasan-alasan orang lain, menerima berbagai

pandangan dan secara hati-hati mengajukan pendapat dan pandangannya

sendiri.

3. Berbagai diskusi timbul dari percakapan guru dan murid mengenai sesuatu

kegiatan belajar yang akan mereka lakukan. Bila kelompok/kelas itu ikut

serta membicarakan dengan baik, niscaya segala kegiatan belajar itu akan

memperoleh dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas sehingga

dapat diharapkan hasil belajarnya akan lebih baik lagi.

4. Diskusi memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian

terhadap apa-apa yang sedang mereka pelajari, karena itu dapat membantu

murid menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dengan alasan-alasan yang

memadai, bukan hanya sekedar jawaban “ya” atau “tidak” saja.

5. Diskusi juga membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antara

kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari pada

anggota kelas, karena dari pembicaraan itu mereka berkesempatan menarik

hal-hal atau pengertian-pengertian baru yang dibutuhkan.

Page 60: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah memperhatikan hasil pengamatan diskusi dikelas selama

kurang lebih dua bulan dapat penulis simpulkan bahwa metode diskusi yang

digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat telah

berhasil. Hal itu ditunjukkan dengan:

1. Timbulnya keberanian siswa untuk mengangkat tangan dan mengajukan

pertanyaan atau sanggahan serta mengutarakan keberatan atau bahkan

pembelaan ketika siswa tidak setuju atau setuju terhadap salah satu

pendapat.

2. Adanya keikutsertaan siswa dalam mengaktifkan diskusi. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya siswa yang mengangkat tangan ketika

mereka diberi kesempatan mengutarakan pendapat atau bertanya.

3. Pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat dari argumen yang

digunakan mereka untuk mempertahankan pendapatnya, mengalahkan

pendapat yang tidak sesuai dengan pemahamannya serta kemampuan

mereka untuk menjawab pertanyaan atau sanggahan dari peserta diskusi.

Meskipun tidak semuanya namun kebanyakan siswa dapat menghadirkan

referensi dari pendapat yang mereka lontarkan.

52

Page 61: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  53

Selain itu, hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode diskusi

juga telah memperlihatkan perbedaan yang signifikan dengan hasil belajar

siswa sebelum diterapkan metode diskusi.

Apalagi setelah melihat hasil perhitungan melalui uji “t” sebagaimana

dijelaskan pada bab IV kesimpulan yang dapat penulis tarik dari penelitian

yang penulis lakukan di SMP YAPIA Ciputat adalah bahwa memang metode

diskusi yang diterapkan di SMP YAPIA Ciputat telah memberikan efektifitas

yang nyata. Ini berarti bahwa metode diskusi ini dapat digunakan sebagai

salah satu alternatif oleh guru dalam proses belajar mengajar selanjutnya.

Diskusi dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam

pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP YAPIA

Ciputat. Metode ini mempunyai kebaikan dan kelemahan. Diantara kebaikan

metode diskusi ini, seperti yang telah penulis lihat pada saat melakukan

observasi, adalah bahwa siswa dapat aktif berbicara mengeluarkan

pendapatnya, melatih siswa untuk berpikir kritis untuk mempertimbangkan

pendapat teman-temannya, kemudian menerapkan sikap menerima, menolak

atau tidak sependapat.

Diantara kelemahan metode diskusi ini adalah pembicaraan terkadang

dikuasai oleh satu atau dua orang anak, dapat menyebabkan sikap apatis bagi

siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum, tidak dapat digunakan di

awal pelajaran apabila pelajaran itu benar-benar baru karena siswa tidak

menguasai materi tersebut. Yang terpenting adalah dalam penggunaan waktu

memerlukan waktu yang cukup panjang dan lama disebabkan dalam diskusi

sering muncul masalah baru yang berkaitan dengan masalah yang sedang

dibicarakan.

Keberhasilan diskusi tersebut tidak terlepas dari sikap antusias dan

keinginan siswa dalam mendalami dan mempelajari Pendidikan Agama Islam.

Dengan demikian hipotesis alternatif yang penulis rumuskan telah

dapat diketahui kebenarannya pada penelitian kali ini sehingga dapat diambil

sebagai kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa metode diskusi yang

terapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP YAPIA telah

Page 62: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

  54

memberikan efektifitas yang nyata, dalam arti kata dapat diandalkan sebagai

metode yang baik untuk mengajarkan bidang studi pendidikan agama Islam di

sekolah ini.

B. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan penelitian di atas, maka ada

beberapa saran yang dapat dikemukakan antara lain:

1. Untuk meningkatkan pelaksanaan metode diskusi yang dilaksanakan di

SMP YAPIA, hendaknya siswa diberi rangkuman atau catatan tentang

materi yang akan dibahas, sehingga siswa dapat memahami poin-poin

penting dari diskusi yang akan mereka kerjakan.

2. Murid membutuhkan perhatian yang serius dari guru agar mereka dapat

belajar dengan aktif, apalagi dalam memahami pengetahuan agama yang

bersumber dari wahyu al-Qur’an dan hadits, bukan pengalaman empiris.

3. Hendaknya guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP YAPIA

terlibat langsung dengan murid dalam upaya menciptakan iklim belajar,

menyiapkan bahan ajar serta membina keakraban diantara peserta didik.

Bahan-bahan belajar perlu diperoleh siswa sebelum kegiatan pembelajaran

dimulai agar siswa tidak sama sekali tidak tahu tentang materi yang akan

dikaji.

4. Dalam rangka meningkatkan pembelajaran pendidikan agama Islam di

SMP YAPIA, hendaknya guru mata pelajaran pendidikan agama Islam

mengusahakan adanya pembaharuan, dalam hal ini khususnya

pembaharuan dalam penggunaan metode pengajaran yang sesuai dengan

situasi dan lokasi.

5. Perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai referensi yang lebih banyak

lagi berkenaan dengan materi pelajaran agama Islam. Sehingga siswa tidak

kesulitan dalam mencari sumber literatur yang lain.

Page 63: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Drs. Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:

CV. Pustaka Setia, 1997. al-Syaibani, Omar Muhammad Al-Touny, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta:

Bulan Bintang,1979), Cet. Ke-l. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat

Pers, 2002 . Cet. Ke-1. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 2005. Basyiruddin, Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islamm, Jakarta: PT.

Intermasa, 2002. Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi

Aksara, 1995. DEPAG RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta,2001. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1998). Cet. Ke-1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-

garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1996. Cet. Ke-1. Engkoswara, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran, Jakarta: Bina Aksara, 1984

.Cet. Ke-1. Hadi, Amirul dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV.

Pustaka Setia, 1998. Langgulung, Hasan, Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Al

Husna. Namsa, Yunus, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Pustaka Firdaus,

2000, Cet. Ke-l.

55

Page 64: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

56

NK., Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Nugroho, Dwi, ED, Mengenal Manusia dan Pendidikan, Yogyakarta: Liberty,

1998, Cet. Ke-1. Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teorits dan Praktis, Bandung: Remaja

Karya, 1998, Cet. Ke-1. Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, CV. Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta: 1999. Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995. Shaleh, Abdul Rahman, Pendidikan Agama dan Keagamaan “Visi, Misi dan

Aksi” Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000. Sucipto dan Rafli Kosasih, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Sudjono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003. Cet. Ke-12. Suyabrata, Sumadi, Metodelogi Penelitian, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2003. Cet. Ke-13. Syah, Mubibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1995. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1994, Cet. Ke-1. Tim Ganesco Sains Bandung, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung:

Penabur Ilmu, 2001. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999. Zuhairini, Abdul Gafir, Slamet AS, Yusuf, Metode Khusus Pendidikan Agama,

Malang: Biro Ilmiah Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel, 1981. Cet. Ke-7.

Page 65: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Nama :

Kelas / Semester : VIII / II

Mata Pelajaran : PAI

Alokasi Waktu : 2 X 45 menit

Tahun Ajaran : 2009/2010

Sekolah : SMP YAPIA Ciputat

Materi Pelajaran : Hukum Islam tentang binatang

Standar Kompetensi : Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai sumber

bahan makanan

Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan jenis-jenis hewan yang halal dan haram

untuk dimakan

2. Menghindari makanan yang bersumber binatang yang

diharamkan

Indikator : 1. Menjelaskan binatang yang halal, jenis-jenisnya serta

dalil atau hadits yang berkaitan dengan hewan yang

halal

2. Menjelaskan cara menyembelih binatang yang

dihalalkan

3. Menjelaskan hewan yang haram, jenis-jenisnya serta

dalil atau hadits yang berkaitan dengan hewan yang

haram

Buku Materi : Saminu, S.Ag, Pendidikan Agama Islam, CV. Media

Antar Nusa: Jawa Tengah: 2008, h. 39-45

Page 66: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

SOAL SESUDAH METODE DISKUSI DIGUNAKAN

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d didepan jawaban yang

paling benar!

1. Islam sangat memperhatikan dalam masalah makanan, kriteria makanan dan

minuman yang ditentukan Islam adalah yang….

a. Lezat, enak, dan bermanfaat c. Higienis, aman, dan bergizi

b. Halal dan thayyib d. Cepat saji dan buatan luar negeri

2. “Laut adalah suci airnya dan halal bangkainya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menunjukkan….

a. Perintah untuk memakan segala ikan, meminum air laut serta memakan

bangkai laut

b. Segala isi laut dihalalkan bagi manusia tanpa kecuali, meskipun makanan

itu membahayakan bagi tubuh

c. Seluruh ikan laut itu dihalalkan bagi kita dan airnya pun halal untuk kita

minum, bahkan bangkai ikan termasuk halal bagi kita, namun sepanjang

tidak membahayakan tubuh manusia

d. Umat Islam dianjurkan untk membiasakan diri memakan binatang laut,

meminum air laut segala bangkai yang ada dilaut

3. Sumber-sumber makanan yang biasa kita konsumsi berasal dari….

a. Binatang, tumbuhan dan makanan olahan

b. Darat, laut dan udara

c. Ikan, tumbuhan dan daging

d. Sayur-sayuran, lauk pauk dan susu

4. Di bawah ini merupakan jenis binatang halal, kecuali….

a. Binatang buruan laut c. Kuda, biawak, kelinci

b. Burung elang, kalajengking d. Ayam, belalang

5. Yang termasuk binatang halal tanpa disembelih adalah….

a. Ikan mujair b. Lembu c. Kerbau d. Kambing

6. Menyembelih binatang halal hingga putus urat lehernya merupakan…

penyembelihan.

a. Sunah b. Haram c. Syarat d. Rukun

Page 67: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

7. Salah satu alat/benda tajam yang digunakan untuk menyembelih adalah….

a. Kuku b. Gigi c. Pisau d. Tulang

8. Binatang yang haram karena dilarang membunuhnya adalah….

a. Binatang bertaring b. Ular c. Tikus d. Semut

9. Binatang yang hidupnya di dua alam hukumnya….

a. Halal b. Mubah c. Haram d. Makruh

10. Termasuk salah satu sunah menyembelih adalah….

a. Penyembelihnya orang Islam c. Binatang itu halal

b. Menghadap kiblat d. Binatang itu dari laut

11. Binatang yang haram karena kita disuruh membunuhnya adalah….

a. Ular b. Lebah c. Kutu air d. Semut

12. Binatang yang hidup di darat dan haram dimakan adalah….

a. Bebek b. Harimau c. Kerbau d. Domba

13. Menyembelih binatang dengan tanpa menyebut nama Allah maka

hukumnya….

a. Mubah b. Sunah c. Haram d. Makruh

14. Salah satu akibat negatif makanan dan minuman yang haram adalah berikut

ini, kecuali….

a. Manusia mudah terjangkit penyakit rohani

b. Mendorong manusia mengikuti hawa nafsu

c. Manusia menjadi buta mata hatinya

d. Mendekatkan diri terhadap Allah

15. Keharaman jenis binatang yang haram dapat diketahui oleh umat Islam

melalui….

a. Dalil umum dan khusus c. Wasiat para nenek moyang

b. Fatwa para kyai d. Karena naluri

16. Hukum memakan jenis binatang yang tidak ada dalil yang melarang dan

memerintah adalah….

a. Mubah b. Haram c. Sunah d. Subhat

Page 68: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

17. Secara rohaniah, makanan dan minuman yang dikonsumsi ternyata memiliki

pengaruh besar dalam kehidupan kita. Pengaruh yang ditimbulkan ini terutama

berhubungan dengan….

a. Gaya hidup sehari-hari c. Pertumbuhan fisik manusia

b. Kedekatan dengan Allah d. Kesehatan manusia

18. Keharaman babi telah ditetapkan secara mutlak dalm Al Qur’an. Haramnya

babi ini mencakup….

a. Daging babi c. Tulang babi

b. Lemak babi d. Seluruh bagian babi

19. Selain untuk menjaga pertumbuhan kesehatan jasmani, ada satu aspek lagi

dalam tubuh manusia yang harus mendapat perhatian khusus dalam

pencanangan makanan dan minuman yang halal yaitu aspek….

a. Materi b. Rohani c. Kenikmatan d. Kecukupan

20. Semua jenis binatang yang dihalalkan bagi umat Islam pasti mendatangkan….

a. Manfaat b. Ancaman c. Kerugian d. Kekhawatiran

Page 69: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Nama :

Kelas / Semester : VIII / II

Mata Pelajaran : PAI

Alokasi Waktu : 2 X 45 menit

Tahun Ajaran : 2009/2010

Sekolah : SMP YAPIA Ciputat

Materi Pelajaran : Iman kepada Rasul Allah swt

Standar Kompetensi : Menerapkan keimanan kepada rasul Allah swt

Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan pengertian beriman kepada rasul Allah

swt

2. Menyebutkan nama dan sifat-sifat rasul Allah swt

3. Meneneladani sifat-sifat Rasulullah SAW.

Indikator : 1. Menjelaskan beriman kepada Rasul Allah

2. Menjelaskan sifat-sifat Rasul Allah

3. Mampu meneladani sifat-sifat rasul Allah swt

Buku Materi : Saminu, S.Ag, Pendidikan Agama Islam, CV. Media

Antar Nusa: Jawa Tengah: 2008, h. 20-22

Page 70: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

SOAL SEBELUM METODE DISKUSI DIGUNAKAN

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d didepan jawaban yang

paling benar!

1. Iman kepada Rasul Allah termasuk salah satu rukun iman yang ke ....

a. 1 b. 2 c. 3 d. 4

2. Beriman kepada para rasul hukumnya ....

a. Wajib b. sunah c. mubah d. wajib kifayah

3. Menurut bahasa rasul berarti ....

a. Pemberi kabar b. Perantara c. Utusan d. Pemberi perintah

4. Rasul-rasul Allah yang wajib kita imani dalam al-qur’an berjumlah ....

a. 25 b. 30 c. Tak terbatas d. 5

5. Nabi/rasul yang terakhir adalah ....

a. Musa b. Isa c. Muhammad d. Khidzir

6. Salah satu sifat wajib yang harus dimilki para rasul adalah siddiq yang

artinya ....

a. Dipercaya b. Menyampaikan c. Cerdas d. Jujur

7. Mukjizat Nabi Nuh adalah ....

a. Dibakar tidak mempan b. Membuat kapal besar untuk berlayar

c. Tongkat berubah jadi ular

d. Menyembuhkan orang buta

Page 71: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

8. Para rasul memiliki sifat fathonah, sehingga mustahil bersifat ....

a. Kizib b. Khianat c. Khitman d. Jahlun

9. Salah satu rasul yang diberi gelar Ulul Azmi adalah ....

a. Sulaiman as b. Zakaria as c. Adam as d. Muhammad saw

10. Yang mempunyai mukjizat dibakar tidak mempan adalah ....

a. Muhammad saw b. Musa as c. Ibrahim as d. Isa as

11. Kitab Taurat diturunkan kepada ....

a. Muhammad saw b. Musa as c. Ibrahim as d. Isa as

12. Kitab Injil diturunkan kepada ....

a. Muhammad saw b. Musa as c. Ibrahim as d. Isa as

13. Anak Nabi Nuh ketika dipanggil ayahnya ....

a. Langsung naik kapal b. Menurut panggilan ayahnya

c. Dekati kapal Nabi Nuh as

d. Tetap bersama orang-orang kafir

14. Tantangan Nabi Ibrahim adalah ayahnya sendiri yang bernama ....

a. Azhar b. Namrud c. Kan’an d. Abrahah

15. Nabi Isa as adalah nabi yang lahir tanpa ayah dilahirkan oleh ibunya yang

bernama ....

a. Siti Hajar b. Siti Aminah c. Siti Aisyah d. Siti Maryam

Page 72: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

16. Para nabi/rasul mustahil bersifat jahlun, arti jahlun adalah ....

a. Dusta b. Bodoh c. Menyembunyikan d. Tidak dapat dipercaya

17. Dapat membelah lautan adalah mujizat yang diberikan kepada nabi ....

a. Nuh as b. Musa as c. Isa as d. Muhammad saw

18. Dapat menghidupkan orang mati adalah mukjizat yang diberikan kepada

nabi ....

a. Nuh as b. Musa as c. Isa as d. Muhammad saw

19. Nabi Muhammad adalah nabi yang di lahirkan di kota ....

a. Madinah b. Mekkah c. Damaskus d. Thaif

20. Tantangan Nabi Nuh disamping kaumnya adalah anaknya sendiri yang bernama ....

a. Abdurrahman b. Kan’an c. Khabil d. Bukhari

Page 73: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

PANDUAN DAN BERITA WAWANCARA DENGAN

GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP YAPIA CIPUTAT

1. Wawancara ke : II

2. Hari/tanggal : Jumat, 19 Maret 2010

3. Tempat wawancara : ruang guru

4. Responden : Sulha Saidah, S. Ag

5. Jabatan : guru mata pelajaran pendidikan agama Islam

Daftar Pertanyaan!

1. Berapa lama ibu mengajar di sekolah ini?

2. Berapa jumlah jam dalam satu minggu ibu mengajar?

3. Buku apakah yang dijadikan pedoman bagi siswa dan guru dalam

mempelajari pendidikan agama Islam?

4. Selain metode diskusi, metode apakah yang digunakan dalam mengajar

pendidikan agama Islam?

5. Bagaimanakah cara ibu mengadakan evaluasi dalam rangka mengukur

keberhasilan belajar siswa baik secara lisan maupun tulisan?

6. Apa saja kesulitan yang dihadapi dalam mengajar pendidikan agama

Islam?

7. Apakah ibu pernah mengikuti pelatihan/ training/ seminar untuk dapat

mengembangkan cara pembelajaran dalam bidang studi Pendidikan

Agama Islam khususnya tentang pelatihan penarapan metode diskusi

dalam kelas?

8. Bagaimana pelaksanaan metode diskusi di kelas serta hasilnya seperti

apa?

9. Menurut ibu, apakah penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam sudah efektif?

10. Bagaimana respon siswa-siswi ketika menggunakan metode diskusi dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam?

Page 74: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Jawaban hasil wawancara

1) Saya mengajar di SMP YAPIA Ciputat ini hampir 10

tahun.

2) Dalam satu minggu saya mengajar 8 jam pelajaran

untuk bidang studi pendidikan agama Islam, dari

kelas VII A/B dan VIII A/B. Jadi saya mengajar

untuk empat kelas.

3) Buku yang dijadikan pedoman bagi siswa dan guru

dalam mempelajari pendidikan agama Islam adalah

buku paket dan LKS.

4) Selain metode diskusi yang digunakan dalam mengajar

pendidikan agama Islam adalah ceramah, demonstrasi,

latihan dan pekerjaan rumah (PR).

5) Ibu mengadakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan

belajar siswa baik secara tulis maupun lisan pada

mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan

menggunakan ulangan harian, tugas dan hafalan.

6) Kendala yang sering saya hadapi adalah siswa

kadang-kadang menyimpang ketika proses pembelajaran

sedang berlangsung. Misalnya ketika saya

menjelaskan materi, siswa ngobrol sendiri dengan

teman sebangkunya. Ada juga yang mengantuk dan

sering mereka pergi ke luar kelas. Selain itu

kurang aktifnya siswa dalam proses belajar

mengajar.

7) Ibu pernah mengikuti seminar salah satunya adalah

MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).

8) Pelaksanaan metode diskusi di kelas sudah berjalan

dengan baik dan hasilnya cukup memuaskan.

9) Penggunaan metode diskusi di kelas dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam hampir efektif.

Page 75: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

10) Respon siswa siswi ketika menggunakan metode

diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

Alhamdulillah mau dan bisa mengikuti dengan baik

dan lancar.

Ciputat, 20 Maret

2010

Interviewer Interviewee

Halimatus Sadiyah Sulha

Saidah, S.Ag

PANDUAN DAN BERITA WAWANCARA DENGAN

KEPALA SEKOLAH DI SMP YAPIA CIPUTAT

1. Wawancara ke : I

2. Hari/tanggal : Sabtu, 20 Maret 2010

3. Tempat wawancara : ruang kepala sekolah

4. Responden : Badri, S. Ag

5. Jabatan : kepala sekolah

Daftar pertanyaan!

1. Kapan sejarah berdirinya SMP YAPIA Ciputat?

2. Berapa jumlah guru, pegawai dan siswa SMP YAPIA Ciputat pada tahun

ajaran sekarang (2009/2010) ?

3. Apa saja usaha yang telah dilakukan sehubungan dengan peningkatan mutu

pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam?

4. Bagaimana cara mengembangkan metode diskusi dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI)?

Page 76: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

5. Apakah penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam sudah efektif?

6. Pelatihan apa saja yang pernah diikuti untuk meningkatkan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam?

7. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP YAPIA Ciputat?

Jawaban hasil wawancara 1) SMP YAPIA Ciputat tepat berdiri dan operasional sejak tahun 1983. Sekolah

ini sekarang telah memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap dengan jumlah siswa yang terus berkembang. SMP YAPIA Ciputat yang awalnya berada di daerah yang sekarang telah menjadi pusat perbelanjaan Ciputat telah memiliki tempat sendiri. Di Jalan. RE. Martadinata No. 7 Cipayung Ciputat Tangerang.

2) Jumlah guru ada 24 orang, pegawai yang didalamnya termasuk TU dan seksi keamanan ada 4 orang serta memiliki jumlah siswa siswi sebanyak 300 orang.

3) Usaha yang telah dilakukan yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan agama Islam adalah: a. Memperingati hari-hari besar Islam. b. Dibentuknya organisasi ROHIS yang diharapkan membantu siswa dalam

memperdalam keislaman. 4) Cara mengembangkan metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam adalah dengan mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan, memberi dorongan kepada siswa untuk aktif dan terlibat, berani berpendapat dan jangan malu-malu atau takut.

5) Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam telah menunjukkan keefektifannya.

Page 77: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

6) Pelatihan yang telah diikuti adalah salah satunya MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).

7) Sarana dan prasarana yang ada di SMP YAPIA Ciputat adalah sebagai berikut: a. Ruang Belajar g. perpustakaan b. Ruang Kepala Sekolah h. lab. komputer c. Ruang guru i. lapangan olagraga d. Masjid j. kantin e. Ruang tata usaha k. WC Guru dan siswa f. parkir

Ciputat, 21 Maret 2010 Interviewer Interviewee Halimatus Sadiyah Badri, S. Ag

PANDUAN DAN BERITA WAWANCARA DENGAN SISWA-SISWI DI SMP YAPIA CIPUTAT

1. Wawancara ke : III 2. Hari/tanggal : Senin, 15 Maret 2010 3. Tempat wawancara : ruang kelas VIII B 4. Responden : siswa/siswi

Daftar pertanyaan! 1. Apa saja metode yang dipakai guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

pembelajaran di kelas ? Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah diskusi, ceramah, demonstrasi, penugasan, latihan dan PR.

2. Metode apa saja yang paling kamu sukai dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya ? Metode yang saya suka ceramah, diskusi dan latihan.

3. Apakah kamu senang ketika guru Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi? Biasa saja.

Page 78: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Apakah kamu merasa metode diskusi lebih baik daripada metode yang lain dalam pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam ? Tidak karena semua metode baik untuk digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

5. Bagaimana hasil belajar yang kamu peroleh ketika metode diskusi digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ? Cukup baik dan memuaskan.

Ciputat, 17 Maret 2010 Interviewer Interviewee

Halimatus Sadiyah Amaliah

Page 79: EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2510/1/98450... · Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

CURRICULUM VITAE

Nama : Halimatus Sadiyah

Tempat Tanggal Lahir : Bangkalan, 17 Agustus 1988

Alamat : Jl. Raja Kecik No. 87 RT. 03 RW. 04 Dusun Demak

Kuantan Desa Teluk Merbau Afd VIIIB Kec. Dayun

Kab. Siak Pekanbaru Riau 28656

No Telp : 081932810423

Email : [email protected]

Fak/ Jur : FITK/ PAI

Nama Ayah : Sobirin

Nama Ibu : Nurjanah

Nama adik-adik : 1. Kutsiyah

2. Ahmad Hasanudin

3. Baldatun Toybah

Pengalaman Belajar:

Tahun 1994-2000 : SD Negeri 046 Sei Buatan Riau

MDA. Hidayatunnajah Riau

Tahun 2000-2003 : SMP Negeri 7 Bangkalan

Pon-Pes Miftahul Ulum Bangkalan

Tahun 2003-2006 : MA. Hidayatunnajah Riau

Tahun 2006- 2010 : UIN Syarif Hidayatulah Jakarta

FITK Pendidikan Agama Islam