lembar pengesahan skripsi efektifitas pendidikan...
TRANSCRIPT
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
“EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP FATAHILLAH GROGOL JAKARTA BARAT
DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH”
(Studi Kasus di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat)
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
Moehammad Arief Wicaksono
NIM. 106011000115
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Dra. Hj. Djunaidatul Munawwaroh, MA
NIP. 19580918 198701 2 001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2011 M
ABSTRAK
Moehammad Arief Wicaksono
106011000115
Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah Grogol Jakarta
Barat dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah.
Skripsi ini merupakan studi kasus di SMP Fatahillah Grogol Jakarta-Barat.
Penulisan ini diangkat karena masih banyak peserta didik yang kurang
memahami bagaimana menjalankan ibadah shalat lima waktu secara tertib dan
benar, kurangnya kesadaran peserta didik dalam memahami dan disiplin
melaksanakan ibadah shalat lima waktu yang merupakan kewajiban agama yang
tidak boleh ditinggalkan.
Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kedisiplinan
peserta didik dalam beribadah khususnya shalat lima waktu dan mengetahui
efektifitas Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut dalam meningkatkan
disiplin ibadah peserta didik.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP dalam meningkatkan
disiplin ibadah shalat berlangsung efektif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
indikator di bawah:
1. Guru memberikan pemahaman tentang kewajiban, tata cara dan
pelaksanaan pelaksanaan ibadah shalat kepada peserta didik dengan
strategi, metode serta pendekatan yang tepat.
2. Guru menyelenggarakan praktek, pemantauan dan pengontrolan ibadah
shalat peserta didik, baik di sekolah mau pun di rumah.
3. Guru menyelenggarakan kegiatan penanaman kedisiplinan kepada peserta
didik terutama pada aspek ibadah khususnya ibadah shalat.
4. Peserta didik melaksanakan ibadah shalat dengan disiplin dan tertib.
5. Peserta didik merasa takut bahkan rugi bila tidak melakukan ibadah shalat
lima waktu
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirrobil’alamiin. Segala Puji hanya milik Allah dan atas
limpahan Rahmat dan Karunia serta Hidayah Allah swt, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP
Fatahillah Grogol Jakarta Barat Dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah”,
disusun sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I).
Selama dalam penyusunan, penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan
serta bimbingan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Dan juga tak sedikit
hambatan yang penulis hadapi saat menyelesaikan skripsi ini. Karena bantuan dari
orang-orang terdekatlah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, khususnya
penulis megucapkan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
banyak memberi masukan untuk penulis. Kepada Ibu Dra. Hj. Djunaidatul
Munawwaroh, MA. penulis mengucapkan rasa syukur dan rasa terima kasih
yang mendalam atas semua bimbingan dan arahannya.
Selanjutnya tak lupa, penulis haturkan syukur Alhamdulillah dan terima
kasih yang mendalam kepada semua pihak, karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Kepada Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Kepada segenap dosen pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberikan kuliah dan membekali penulis dengan pengetahuan
yang bermanfaat.
4. Kepada Bapak Yudi Munadi M.Ag, Bapak Bahrissalim M.Ag dan Bapak
Abdul Haris M.Ag yang selalu memberi doa dan support kepada penulis agar
selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada Bapak Faza, staff Jurusan Pendidikan Agama Islam yang selalu
membantu penulis dalam memberikan seluruh data nilai akademik penulis
sehingga penulis melengkapi seluruh persyaratan mengikuti sidang skripsi.
6. Kepada seluruh pegawai dan staff perpustakaan tarbiyah dan perpustakaan
utama, yang telah memfasilitasi penulis terutama dalam peminjaman buku
sehingga mempermudah penulis dalam penyelesaian skripsi.
7. Kepada segenap keluarga-Ku ibu, ayah, Ahmad prio Budiyono, Nur, paman,
mbak wong, mbak ammah, teh bunga, Arief bukan siapa-siapa tanpa ikatan
tali silaturrahmi dari keluarga, semangat, motivasi, dan keharmonisan dalam
keluarga adalah sebuah modal besar untuk Arief menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih-Ku ucapkan untuk semua, semoga karya ini dapat bermanfaat.
8. Kepada seluruh sahabat-sahabat kelas C jurusan PAI angkatan 2006, terutama
saudari Lesti from Ciamis, Habibi from Tanjung Priok, Jojo, Jihad from
Cengkareng, Fazrin Usman From Medan, Ina from Medan, Ali Abar From
Senen, Jurahman from Cilandak, Juned from Cibinong, Fera from Lampung,
Duo Ida from Jakarta dan Majalengka, Toto from Pemalang PAI kelas E dan
sahabat-sahabat lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
9. Kepada sahabat-sahabat alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Yang
selalu memberikan dukungan moral dan motivasi kepada penulis.
10. Kepada rekan-rekan guru Embun Pagi Islamic School yang selalu mendoakan
penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga kebaikan yang telah diberikan dibalas dengan setimpal oleh Allah
Swt. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan nama dan gelar. Semoga
dapat bermanfaat, khususnya bagi civitas akademis dunia pendidikan dan
umumnya bagi masyarakat yang cinta akan ilmu. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang RI no.23 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 3 bab II tentang fungsi Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Pendidikan Agama Islam merupakan satu diantara sarana
pembudayaan (enkulturasi) masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu sarana,
pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada
titik optimal kemampuan untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan
kebahagiaan hidup di akhirat.2 Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT
salah satu tujuannya untuk memperbaiki keadaan umat dengan ajaran agama
1 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-
undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2007, h. 8 2 Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung ; Pustaka Setia, 1999) cet ke-
2.h.14
Islam. Rasulullah SAW sebagai pelaksana pendidikan Islam secara umum
menuntun umat dari kegelapan menuju jalan yang terang.
Pendidikan Agama Islam berfungsi mengarahkan perkembangan hidup
manusia, maka dari itu dalam hal ini dibutuhkan kegiatan yang nyata seperti
efektifitas Pendidikan Agama Islam itu sendiri pada aspek ibadah. Efektifitas
berarti menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif
apabila usaha itu telah mencapai tujuannya.3 Dengan kata lain terjadinya efek
atau akibat yang dikehendaki.
Ibadah merupakan salah satu pelajaran yang dapat diambil dalam
Pendidikan Agama Islam. Ibnu Taimiyah mengartikan ibadah adalah ketaatan
dan ketundukan yang sempurna dengan rasa cinta kepada yang disembah
untuk mencapai keridaan-Nya dan mengharap imbalan pahala di akhirat kelak.
Lebih lanjut Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ibadah mencakup semua
aktivitas yang dilakukan manusia yang disenangi Allah dan meridhoinya, baik
berupa perkataan atau perbuatan yang lahir maupun yang batin.4
Shalat adalah sebagai sarana penghubung antara hamba dengan
Tuhannya. Mendirikan shalat berarti mencerminkan keimanan sebagai tanda
syiar agama dan sebagai tanda syukur kepada Allah. Meninggalkan shalat
berarti memutuskan tali penghubung dengan Allah, berakibat tertutupnya
rahmat dari-Nya, terhentinya pengaliran nikmat-nikmat-Nya, terhentinys
uluran kebaikan-Nya dan berarti juga mengingkari fadhol ( keutamaan) dan
kebesaran Allah.5
Kewajiban shalat termasuk ke dalam salah satu rukun Islam,
diwajibkan ketika Rasulullah SAW mi‟raj. Tetapi kewajiban shalat yang
merupakan rukun Islam ini sering diabaikan dan dianggap tidak penting, hal
3 Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve). Jilid 2,
h.883 4 Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum,
(Bandung : Pustaka Setia, 2003). h. 145 5 Al-Syaikh Muhammad Mahmud al-Shawaf, Pengajaran Shalat Lengkap, (Semarang ;
Dina Utama Semarang, 1995), h. 12
ini dapat dilihat dengan masih banyaknya manusia yang tidak mengerjakan
shalat.
Di sekolah banyak para siswa yang kurang sadar akan kewajiban
melaksanakan shalat serta banyak pula yang sudah sadar namun kurang
disiplin dalam melaksanakan shalat. Seperti pengalaman yang didapat oleh
peneliti sewaktu menjalani Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT),
peneliti mendapatkan banyak siswa yang belum disiplin dalam pelaksanaan
sholat baik dalam tata cara pelaksanaannya maupun waktu pelaksanaannya.
Guru yang merupakan pembimbing mereka di sekolah pun sering kali tidak
didengar nasehatnya agar mereka tidak meninggalkan shalat. Hal itu
menunjukkan seakan-akan mereka tidak takut dengan keberadaan Allah SWT
yang selalu megawasi makhluknya di muka bumi ini.
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya melaksanakan
ibadah terutama shalat wajib lima waktu, maka penulis tertarik untuk
menela‟ah mengenai “EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SMP FATAHILLAH GROGOL JAKARTA BARAT DALAM
MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH, studi kasus di SMP
FATAHILAH Grogol, Jakarta-Barat.” Dengan adanya disiplin beribadah
siswa diharapkan dapat meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT
dengan melaksanakan shalat lima waktu secara rutin.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:
1. Siswa kurang memahami bagaimana menjalankan ibadah shalat lima
waktu secara tertib dan benar.
2. Kurangnya kesadaran siswa dalam memahami ibadah shalat lima waktu
yang merupakan kewajiban agama yang tidak boleh ditinggalkan.
3. Siswa kurang berdisiplin dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu
dalam kehidupan sehari-ha
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah hanya pada :
1. Efektifitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam terhadap disiplin pengamalan
ibadah shalat. Disiplin ini meliputi :
- Disiplin mendirikan shalat lima waktu setiap hari.
- Disiplin melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu.
- Disiplin dalam tata cara pelaksanaan shalat yang baik dan benar.
2. Pendidikan Agama Islam untuk SMP yang dibatasi pada aspek fiqh
ibadah yaitu shalat lima waktu, yang dibahas meliputi :
- Pengertian, hukum, kedudukan dan hikmah pelaksanaan shalat lima
waktu.
- Hukum meninggalkan shalat lima waktu dan sebab-sebab
meninggalkannya.
- Syarat, rukun dan sunnah dalam shalat.
- Tata cara pelaksanaan shalat.
- Khusyu‟ dalam shalat.
3. Pembinaan disiplin ibadah siswa yang meliputi :
- Upaya guru dalam meningkatkan disiplin ibadah shalat siswa.
- Sikap guru dalam meningkatkan ibadah siswa.
- Upaya sekolah dalam meningkatkan ibadah siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
“Bagaimana Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah
Grogol Jakarta Barat dalam Meningkatkan Disiplin siswa-siswinya dalam
menjalankan shalat lima waktu”.
Berikut ini dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian yang
berkaitan dengan perumusan masalah:
1. Bagaimana penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di SMP
Fatahillah Grogol Jakarta Barat?
2. Bagaimana pembinaan disiplin siswa di SMP Fatahillah Grogol Jakarta
Barat dalam aspek ibadah shalat, khususnya shalat lima waktu?
3. Bagaimana tingkat efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP
Fatahillah Grogol Jakarta Barat?
E. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Berguna untuk menyumbangkan pemikiran penulis bagaimana
meningkatkan disiplin beribadah.
2. Menjadi referensi tambahan bagi sekolah yang diteliti.
3. Bagi Guru sebagai bahan bacaan untuk mendidik siswa dalam
meningkatkan minat beribadah (shalat lima waktu).
F. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Kegunaan Hasil Penelitian,
Sistematika Penulisan.
Bab II: Kajian Teoritis seputar Pengertian Pendidikan Agama Islam, Tujuan
Pendidikan Agama Islam, Ruang Lingkup Pendidikan
Agama Islam, Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah
Pengertian Disiplin, Unsur-unsur Disiplin, Langkah-
langkah Penanaman Disiplin, Pengertian Ibadah, Jenis-
jenis Ibadah, Bentuk-bentuk Ibadah, Pengertian Shalat,
Kedudukan Shalat, Kewajiban Melaksanakan Shalat
dan Hikmahnya, Sebab-sebab Tidak Melaksanakan
Shalat dan Hukum Meninggalkannya, Syarat, Rukun
dan Sunah dalam Shalat, Tata cara Pelaksanaan Shalat,
Khusyu‟ dalam Shalat, Pengertian Efektifitas, Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pembelajaran,
Fungsi Pendidikan Agama Islam terhadap Disiplin
Ibadah Shalat Siswa, Strategi dan Langkah-langkah
Pendidikan Agama Islam dalam Membina Disiplin
Shalat Siswa, Indikator Efektifitas Pembelajaran Ibadah
pada Pendidikan Agama Islam. Kerangka Berfikir.
Bab III: Paparan Mengenai Metodologi Penelitian yang digunakan, Tempat dan
Waktu Penelitian, Tujuan Penelitian, Variabel
Penelitian, Operasional Variabel, Populasi dan Sampel
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik
Pengolahan dan Analisis Data.
Bab IV: Hasil Penelitian Berisi tentang Gambaran Umum Sekolah, Pendidikan
Agama Islam di SMP Fatahillah, Penyelenggaraan
Pendidikan Agama Islam, Pembinaan Disiplin dalam
Ibadah Shalat.Kedisiplinan Peserta didik
Bab V: Penutup mengenai Kesimpulan, Saran dan Daftar Pustaka
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2007 Bab I pasal 1 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan menyebutkan bahwa
Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran/ kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan.6
Berdasarkan pengertian di atas, maka Pendidikan Agama dalam hal ini
berarti Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam memberikan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran
agama Islam yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/
kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
6 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, Kumpulan Undang-undang dan
Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta 2007), h.
Zuhairini dkk., mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah segala
usaha sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka
hidup sesuai dengan ajaran Islam.7
Menurut Ramayulis Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran
agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur‟an dan al-Hadits, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.8
Merujuk pada PP nomor 55 tahun 2007 dan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses
bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan
dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan
yang maksimal, sehingga tertertanamlah nilai-nilai Islam dalam jiwa peserta
didik sehingga dapat diamalkan dalam kehidupannya sebagai muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana peserta didik akan
dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk
mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis. Pendidikan
Agama Islam yang merupakan suatu proses bimbingan jasmani dan rohani
yang berlandaskan ajaran Islam tentunya memiliki tujuan yang mulia.
Dalam Peraturan Pemerintahan nomor 55 tahun 2007 Bab II pasal 2
tentang Pendidikan Agama disebutkan bahwa Pendidikan Agama bertujuan
untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami,
7 Rika Sa‟diyah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta, PT. Wahana
Kardofa, 2009), h.13 8 Prof. DR, Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia,
2008), h. 21
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.9
Ramayulis menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan
meningkatkan keimanan, pemahaman, pengamalan peserta didik tentang
agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan bertakwa
kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan Pendidikan Agama Islam
di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi.10
Mahmud Yunus merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu
untuk :
a) Menanamkan rasa cinta dan taat kepada Allah
b) Menananmkan i‟tikad yang benar dan kepercayaan yang sesuai dengan
tuntunan agama.
c) Mendidik untuk selalu mengikuti perintah Allah dan meninggalkan segala
larangan-Nya.
d) Mendidik untuk membiasakan berakhlaq mulia dan adat kebiasaan yang
baik.
e) Mengajarkan peserta didik untuk mengetahui macam-macam ibadah dan
cara melaksanakannya serta mengetahui hikmah, faedah dan pengaruh dari
ibadah tersebut dalam pencapaian kebahagian dunia dan akhirat.
9 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, Kumpulan Undang-undang dan
Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, . . . , h. 230 10
Prof.DR, Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, . . . , h. 22
f) Memberi petunjuk untuk hidup di dunia dengan baik dan bahagia di
akhirat.
g) Memberikan contoh dan suri tauladan yang baik serta pengajaran dan
nasehat.
h) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, berbudi
luhur dan berakhlak mulia serta berpegang teguh dengan ajaran agama.11
Dr. Abdul Qodir Ahmad menjelaskan bahwa di antara tujuan
Pendidikan Agama Islam diajarkan yaitu untuk:
1) Membina murid-murid untuk beriman kepada Allah, mencintai,
mentaati-Nya dan berkepribadian yang mulia.
2) Memperkenalkan hukum-hukum agama dan cara-cara menunaikan
ibadah serta membiasakan mereka senang melakukan syiar-syiar
agama dan menaatinya.
3) Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan memperkenalkan
adab sopan santun Islam serta membimbing kecenderungan mereka
untuk mengembangkan pengetahuan sampai mereka terbiasa
bersikap patuh menjalankan ajaran agama atas dasar cinta dan
senang hati.
4) Memantapkan rasa keagamaan pada siswa-siswa, membiasakan diri
berpegang pada akhlak mulia dan membenci pada akhlak yang
rendah.
5) Membina perhatian siswa terhadap aspek-aspek kesehatan.
6) Membiasakan siswa-siswa bersikap rela, optimis, percaya pada diri
sendiri, menguasai emosi, tahan menderita dan berlaku sabar.
11
Rika Sa‟diyah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, … , h. 21-22
7) Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat yang dapat membantu
mereka berinteraksi sosial yang baik dan memiliki hubungan baik
dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai kebaikan untuk
orang lain, suka membantu orang, rasa sayang kepada yang lemah
dan miskin, menganggap semua orang itu sama, menghargai orang
lain dan menghargai hak milik pribadi, ngara dan kepentingan
umum.
8) Membiasakan siswa sopan santun di rumah, sekolah dan di jalan.
9) Membina siswa agar menghargai kerja, menghargai kepentingan
kerja, baik terhadap individu maupun masyarakat.12
Jadi, tujuan Pendidikan Agama Islam adalah berkisar kepada
pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan seseorang, baik
dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Atau lebih jelas lagi,
ia berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang percaya
pada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak
mulia, sehat jasmani dan rohani.
Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna
maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan
tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman
nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai kebaikan hidup (hasanah) di dunia
bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan
(hasanah) di akhirat kelak.
Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Fatahillah ini untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. serta berakhlak
mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai
perwujudan dari pendidikan agama.
12
Dr. Muhammad Abdul Qodir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta;
PT. Rineka Cipta, 2008), h. 15-16.
Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam merupakan
pengalaman nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim
melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian
Islami yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan yang diwujudkan
dalam pengamalan syari‟at dalam kehidupan sehari-hari yang salah satunya
ialah shalat.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara:
a. Hubungan manusia dengan Allah swt.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.13
a. Hubungan manusia dengan Allah swt.
Hubungan manusia dengan Allah swt merupakan hubungan vertikal
antara makhluk dengan Khlaik. Hubungan manusia terhadap Allah swt sang
penciptanya dapat ditunjukkan dengan beberapa cara, diantaranya:
1) Mentauhidkan Allah swt
Mentauhidkan Allah swt dapat dilakukan dengan mempertegas keesaan
Allah swt, atau mengakui bahwa tidak ada sesuatu pun yang setara dengan zat,
sifat dan asma Allah swt.
2) Taqwa kepada Allah swt.
Taqwa kepada Allah swt yang berarti patuh terhadap perintah-perintah
Allah swt baik yang menuntut pelaksanaannya maupun meninggalkannya.
Perintah-perintah tersebut terkumpul dalam hukum-hukum syariat yang
apabila dilaksanakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat
dosa.
13
Prof.DR, Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, . . . . , h.22
3) Dzikrullah (ingat kepada Allah swt).
Ingat kepada Allah swt merupakan tanda bahwa seorang hamba
memiliki hubungan yang erat kepada sang penciptanya. Dengan mengingat
Allah swt berarti manusia sadar akan keberadaan dirinya yang tak mungkin
lepas dari campur tangan Allah swt. Dengan mengingat Allah swt, hati seorang
hamba akan menjadi tenang dan terhindar dari kegelisahan.
4) Tawakkal.
Tawakkal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pemahaman
manusia akan takdir, ridha, ikhtiar, sabar dan do‟a. Tawakkal adalah
kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah swt, untuk mendapatkan
kemashlahatan serta mencegah kemudharatan, baik menyangkut urusan dunia
maupun urusan akhirat. Barangsiapa yang mewujudkan ketakwaan dan
tawakkal kepada Allah swt, dia akan menggapai kebaikan yang ada di dunia
ini.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
Hubungan manusia dengan sesama manusia merupakan hubungan
horizontal. Secara garis besar hubungan antara sesame dapat dilakukan dengan
cara berbuat baik kepadanya dan menolongnya dari kesulitan yang sedang
dihadapi. Menolong seseorang dapat dilakukan dengan cara memberikan
bantuan berupa harta, benda, ataupun tenaga. Sedangkan berbuat baik bisa
berupa menghormati, menghargai, sopan santun, dsb. Jika antar sesama sudah
dapat saling berbuat baik dan saling menolong, maka akan terciptalah
kehidupan yang harmonis antar satu dengan yang lainnya.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
Selain kita membina hubungan baik dengan Allah swt dan orang lain,
kita pun harus pandai membina diri kita sendiri, diantaranya dengan cara :
1) Menanamkan rasa sabar dalam diri kita. 2) Bersyukur atas pemberian Allah
swt. 3) Amanah. 4) Benar. 5) Menepati janji, serta 6) Memelihara diri.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkunganya.
Manusia terhadap makhluk Allah swt lainnya seperti hewan dan
tumbuhan harus memelihara dan menyayangi dengan sepenuh hati atas dasar
cinta kepada Allah swt. Sesama makhluk ciptaan-Nya manusia harus
senantiasa menjaga dan menyayangi serta merawatnya. Islam menjelaskan
bahwa manusia di bumi ini adalah sebagai khalifah (pengayom) yang
melindungi dan menjaga bumi beserta isinya secara bijaksana.
Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya, Pendidikan Agama
Islam yang umum dilaksanakan di perguruan-perguruan agama sekarang
terdiri dari sejumlah mata pelajaran, yaitu :
1) Pengajaran Keimanan
2) Pengajaran Akhlak
3) Pengajaran Ibadat
4) Pengajaran Fiqih
5) Pengajaran Ushul Fiqih
6) Pengajaran Qira‟at Qur‟an
7) Pengajaran Tafsir
8) Pengajaran Ilmu Tafsir
9) Pengajaran Hadis
10) Pengajaran Ilmu Hadis
11) Pengajaran Tarikh
12) Pengajaran Tarikh Tasyri‟14
4. Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah
Pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama bertujuan
untuk membekali murid dengan berbagai pengetahuan agama sesuai
dengan tingkat perkembangannya, baik tentang dasar-dasar atau hikmah-
hikmah hukum Islam maupun tentang pelaksanaan ibadah dan penanaman
akhlak.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam
Sekolah Menengah Pertama berfokus pada aspek:
a. Aqidah Akhlak
b. Al-Qur‟an/Hadits
14
Dr.Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta; PT.Bumi
Aksara,2008), h.59-114.
c. Syari‟ah
d. Fiqh/Ibadah
e. Tarikh15
Klasifikasi di atas digunakan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di Madrasah. Adapun di sekolah umum mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam memuat pada aspek keimanan, akhlak, fiqih, al-qur‟an dan
tarikh.
Pada tingkat Sekolah Dasar penekanan diberikan kepada lima unsur
pokok yaitu : Keimanan dan Akhlaq, Ibadah, al-Qur‟an dan Tarikh.
Sedangkan pada tingkat menengah lanjutan dan menengah atas, unsur syariah
semakin dikembangkan. Tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan
pendidikan.
B. Disiplin
1. Pengertian Disiplin
Disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh
yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan
dari lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga
keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat
sesuatu yang dapat dan ingin diperoleh dari orang lain atau karena situasi
kondisi tertentu, dengan pembatasan peraturan yang diperlukan oleh
lingkungan.
Disiplin dalam kamus besar Bahasa Indonesia, mengandung
beberapa arti, yaitu:
a. Tata tertib (di sekolah kemiliteran, dsb)
b. Ketaatan (kepatuhan) kepada ketentuan tata tertib
c. Tata tertib dibidang studi yang mempunyai objek system dan
metode tertentu.16
15
Prof. DR Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, . . .,.h.23 16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990). h. 208
Menurut Prof. DR. Utami Munandar, disiplin diartikan sebagai
pengendalian diri sehubungan dengan proses penyesuaian diri dan
sosialisasi.17
Sedangkan makna disiplin secara istilah berasal dari istilah
bahasa Inggris, yaitu:”Dicipline berarti:
1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri,
kendali diri.
2) Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu,
sebagian kemampuan mental atau karakter moral.
3) Hukuman yang diberikan untuk melatih memperbaiki.
4) Kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.18
Dari beberapa pengertian disiplin diatas, inti dari disiplin tersebut yaitu
untuk membentuk perilaku seseorang hingga ia sesuai dengan peran-peran di
mana ia diidentifikasikan. Dalam penelitian ini, disiplin dalam ibadah shalat.
Disiplin dalam shalat berarti latihan yang membentuk, meluruskan atau
menyempurnakan pelaksanaan shalat, baik dalam tata cara melaksanakannya
maupun dalam disiplin waktu pelaksanaannya. Disiplin dalam shalat juga
dapat berarti usaha membentuk perilaku seseorang untuk disiplin dalam
pelaksanaan shalat baik gerakan, bacaan dan juga waktu pelaksanaannya.
2. Unsur-unsur Disiplin
Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka disiplin harus memiliki
empat unsur pokok, yaitu :
a) Peraturan, berfungsi sebagai pedoman perilaku
b) Konsistensi, berfungsi sebagai pemacu motivasi dalam proses
pembinaan disiplin.
17
Prof. DR. Utami Munandar dkk, Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan
Remaja, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2001). H. 109 18
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, ( Jakarta: PT. Grafindo
Widia Sarana Indonesia, 2004), h. 31
c) Hukuman, diberikan untuk pelanggaran terhadap peraturan
d) Penghargaan, diberikan sebagai balasan bagi perilaku yang baik dan
sesuai dengan yang diharapkan.19
Hilangnya salah satu dari keempat hal pokok di atas akan
menyebabkan sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan standar yang telah
ditentukan dan akan jauh dari harapan sosial. Karena masing-masing sangat
berperan dalam perkembangan moral pada perilaku anak menuju tingkat
kedisiplinan yang diharapkan.
3. Langkah-langkah penanaman disiplin
Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan sejak dini sehingga
nantinya akan tumbuh dari hati sanaubari dengan sendirinya. Disiplin dapat
dilakukan dengan cara; 1) pembiasaan, 2) contoh dan tauladan, 3) penyadaran
dan 4) pengawasan.20
- Pembiasaan.
Jika seseorang diberikan pembiasaan untuk melakukan sesuatu dengan
didiplin, tertib dan teratur, maka akan tertanam dalam dirinya sikap disiplin,
tertib dan teratur dalam melakukan segala aktivitasnya.21
- Dengan contoh dan tauladan
Dalam menanamkan disiplin, pendidik atau orang tua harus selalu
memberi contoh dan tauladan kepada anak atau murid. Jika pembiasaan yang
diberikan kepada anak tidak diiringi dengan contoh dan teladan serupa dari
pendidik atau orang tua. Jika pendidik atau orang tua tidak memberikan
contoh dan teladan serupa dengan pembiasaan yang diberikan kepada anak,
maka akan timbul jiwa berontak dari dalam diri anak dan disiplin pun akan
sulit tertanam pada diri si anak.22
19
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta; Erlangga), cet. Ke 6, h.84-
92 20
Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya; PT. Usaha
Nasional, 1973), h. 143-144. 21
Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 143 22
Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 143
- Dengan penyadaran
Disamping dengan adanya pembiasaan yang disertai dengan contoh dan
tauladan, maka kepada anak yang mulai kritis, sedikit demi sedikit harus
diberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan
diadakan. Sehingga lambat laun anak itu akan sadar terhadap peraturan-
peraturan tersebut. Jika sudah timbul kesadaran dalam diri si anak, berarti
telah mulai tumbuh disiplin dari dirinya sendiri.23
- Dengan pengawasan
Pengawasan diberikan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar
tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan khususnya yang bertentangan
dengan peraturan yang telah diadakan. Sehingga dengan pengawasan tingkat
kedisiplinan anak akan terkontrol.24
D. Ibadah
1. Pengertian Ibadah
Ibadah adalah kata masdar dari „abada yang berarti memuja,
menyembah, mengabdi, berkhidmat. Dalam kamus Bahasa Arab - Indonesia
karangan Prof. DR. H Mahmud Yunus ibadah diartikan amal yang di ridhai
Allah.25
Jadi ibadah berarti pemujaan, penyembahan, pengabdian,
pengkhidmatan secara lughawi. Adapun menurut istilah agama Islam sebagai
berikut :
- Menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan disertai rasa
kekhidmatan yakni bersikap khidmat terhadap yang dipuja dengan segenap
jiwa raga yang diliputi oleh rasa kekuasaan dan keagungan Nya dan
senantiasa memohonkan rahmat dan karunia Nya.
23
Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 143 24
Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 144 25
Prof. DR. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia, (Jakarta; PT. Mahmud Yunus
Wadzuriyah),h. 252
- Menurut ilmu fiqih ibadah ialah amal perbuatan hamba Allah yang
bertentangan dengan kehendak hawa nafsunya karena memuliakan
keagungan Tuhannya.26
Al-Imam Ibnu Kasir dalam kitabnya tafsir al-Qur‟an al-Karim juz 1
surat al-Fatihah - al-Baqarah menjelaskan bahwa al-„ibadah menurut istilah
bahasa berasal dari makna az-zullah, artinya mudah dan taat. Sedangkan
menurut istilah syara‟ yaitu suatu ungkapan yang menunjukkan suatu sikap
sebagai hasil dari himpunan kesempurnaan rasa cinta, tunduk dan takut.27
Menurut Yusuf Qardhawi, ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu
yang Maha Besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Di
kalangan orang arab ibadah diartikan sebagai puncak ketundukan yang
tertinggi, yang timbul dari kesadaran hati sanubari dalam rangka
mengagungkan yang disembah.
Menurut ulama tauhid dan hadits, ibadah adalah mengesakan dan
mengagungkan Allah sepenuhnya, serta menghinakan diri dan menundukkan
jiwa kepada-Nya. Menurut mereka ibadah sama dengan tauhid. Sedangkan
menurut ahli akhlak, ibadah adalah mengerjakan segala bentuk ketaatan
badaniyah dan menyelenggarakan segala syariat (hukum). Menurut mereka,
akhlak dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang dibebankan
kepada setiap individu, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga
maupun masyarakat, termasuk dalam pengertian ibadah.
Ahli tauhid, ahli tafsir dan ahli hadits mengartikan ibadah sebagai
berikut:
- Ibadah adalah mengesakan Allah, menta‟zimkannya dengan sepenuh
ta‟zim, serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya
(menyembah Allah sendirinya).
- Ibadah adalah tauhid (mengesakan Allah sekalian alam).
- Segala lafaz ibadah dalam al-Qur‟an diartikan dengan tauhid.
26
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta; Bumbu Dapur
Communication-PT. Mitra Cahaya Utama, 2008), h. 16-17 27
Al-Imam Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 1, (Bandung, Sinar Baru
Algensindo, 2000). h. 124
- Tauhid adalah mengesakan Allah SWT, tuhan yang disembah (mengikuti
keesaaNya) serta mengitikadkan pula keesaaNya pada zatNya dan pada
pekerjaanNya. Dalilnya :
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Juga firman Allah:
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun.
Secara istilah, ibadah memiliki beberapa pengertian diantaranya:
- Berhidmat kepada Allah, melakukan segala sesuatu yang diridhai-Nya,
taat kepada-Nya
- Melakukan segala sesuatu yang disukai Allah, diridhai-Nya, baik
perkataan, perbuatan, lahir dan batin.
- Tafakkur kepada Allah, yaitu memperhatikan kebesaran Allah,
memperhatikan ni‟mat-Nya yang terdapat di alam ini.
- Melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT dalam:
syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji (rukun Islam).28
Dari uraian di atas dapat dipahami, disiplin beribadah berarti
melakukan ketertiban, keteraturan, ketaatan dalam beribadah serta
menyempurnakan ibadah dengan melaksanakan segala peraturan yang
berlaku.
2. Jenis-jenis Ibadah
Secara umum bentuk perintah beribadah kepada Allah dibagi dua,
yaitu sebagai berikut :
28
Zurinal & Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: lembaga Penelitian UIN, 2008. h. 26-27
a. Ibadah Mahdhah
b. Ibadah Ghair Mahdhah
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah
jelas secara zahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan.
Ibadah ini ditetapkan oleh dalil-dalil yang kuat (qath‟iah-dilalah), misalnya
perintah shalat, zakat, puasa, ibadah haji dan bersuci dari hadats kecil maupun
besar.
Ibadah ghair mahdhah ialah ibadah yang cara pelaksanaanya dapat
direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti
situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga. Misalnya perintah
melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih, larangan
melakukan perdagangan yang gharar, mengandung unsur penipuan dan
sebagainya. Dalam praktik perdagangannya, baik bentuk maupun objeknya
dibebaskan, misalnya Rasul berdagang hasil pertanian maka bukan berarti
semua umat Islam wajib berdagang hasil pertanian, tetapi merupakan bentuk
kebolehan untuk umat Islam melakukan perdagangan, baik hasil pertanian,
peternakan, perikanan, dan sebagainya.
3. Bentuk-Bentuk Ibadah
Bentuk-bentuk peribadatan dalam Islam bermacam-macam tergantung
corak, isi, alat dan gerak-geriknya. Tetapi saran dan tujuannya hanya satu juga
yaitu untuk berbakti kepada Allah. Diantara macam-macam peribadatan itu
menurut Prof. Dr. M. Ardani ada lima ibadah pokok yang biasa disebut
arkanul Islam yaitu :
- Ibadah lisan ialah ikrar keyakinan dengan syahadatain, dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat.
- Ibadah badaniyah murni harian, ialah sholat yang bersifat harian yang
mesti dilakukan 5 kali dalam sehari.
- Ibadah badaniyah tahunan, ialah puasa yang dilakukan setahun sekali
selama satu bulan Ramadhan.
- Ibadah harta bersifat sosial, ialah zakat dengan mengeluarkan harta yang
ditujukan kepada Allah untuk kesejahteraan masyarakat.
- Ibadah badaniyah antara bangsa, ialah haji yang merupakan ibadah
setahun sekali atau seumur hidup sekali (jika mampu). Haji merupakan
ibadah kolektif antar bangsa-bangsa di dunia di pusat kelahiran Islam.29
Ibadah dilihat dari tata cara melaksanakannya terbagi lima yaitu :
- Ibadah badaniyah (dzatiyah), seperti shalat.
- Ibadah maaliyah, seperti zakat, infaq dan sedekah.
- Ibadah ijtima‟iyah, seperti haji, shalat berjamaah, shalat idul fitri dan idul
adha dan shalat jum‟at.
- Ibadah ijabiyah, seperti thawaf.
- Ibadah salbiyah, meninggalkan segala yang diharamkan dalam masa
berihram.30
Dari berbagai bentuk peribadatan, shalat merupakan kewajiban utama
bagi umat Islam yang sudah terkena hukum taklify. Semua ibadah yang
dilakukan oleh umat Islam bertujuan untuk mengharap ridha Allah swt.
C. Shalat
1. Pengertian Shalat
Menurut mayoritas ahli bahasa, shalat artinya do‟a, sebagaimana yang
tercantum dalam al-Qur‟an.31
:
Artinya : Dan do‟akanlah mereka, sesungguhnaya do‟amu
menenteramkan mereka. Dan Allah itu Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
29
Prof, Dr,H,Moh.Ardani, Fikih Ibadah Praktis, …, h.18-19. 30
Drs. KH. Abdul Hamid M.Ag, Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Fiqih Ibadah, Pustaka
Setia (Bandung; 2009)), h. 72 31
Dewan Hisbah PP Persis, Risalah Shalat, Bandung; Pustaka Umat, 2002. h. 67
Menurut ahli fiqih adalah suatu tindakan ibadah disertai bacaan do‟a-
doa yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan
syarat-syarat dan rukun-rukunnya.32
2. Kedudukan Shalat
Dalam Islam shalat merupakan salah satu jenis kewajiban yang
menduduki peringkat kedua dalam rukun Islam setelah syahadat. Kewajiban
shalat diberikan kepada nabi Muhammad melalui perjalanan yang luar biasa
yaitu isra‟ mi‟raj. Sehingga shalat memiliki kedudukan penting dalam Islam.
Kedudukan shalat dalam syari‟at Islam sebagai berikut :
1) Shalat sebagai tiang agama.
Hadits Nabi SAW
Artinya: “shalat itu tiangnya agama”
2) Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang ditetapkan secara
langsung melalui peristiwa isra‟ mi‟raj.
3) Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang pertama akan dihisab di
hari akhirat.
4) Shalat merupakan amalan paling utama di antara amalan-amalan lain
dalam Islam.
5) Perbedaan antara kaum muslim dengan kafir terletak pada shalatnya.33
3. Kewajiban Melaksanakan Shalat dan Hikmahnya.
1) Kewajiban Melaksanakan Shalat.
Banyak dalil-dalil yang menunjukkan kewajiban melaksanakan shalat
baik yang bersumber dari al-Qur‟an dan al-Hadits.
Firman Allah SWT
32
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Penebar Salam, 1998. H. 321 33
Drs. KH. Abdul Hamid M.Ag, Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, . . . ., h. 182
“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'”.(Al-Baqarah : 43)
“Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan
keji dan mungkar”(Al-Ankabut : 45)
Hadits Nabi SAW
Artinya :“shalat itu tiangnya agama”
2) Hikmah Melaksanakan Shalat
Menurut Prof. DR H. Moh Ardani di antara hikmah shalat ditinjau dari
kaitannya dengan akhlak, yaitu shalat dapat :
- Membawa ketenangan dan kedamaian
- Memperkuat rasa syukur kepada Allah swt
- Membersihkan fikiran dan perbuatan
- Memupuk rasa persaudaraan
- Menumbuhkan rasa persamaan dan persatuan
- Menanamkan sikap disiplin
- Menanamkan rasa toleransi 34
4. Sebab-sebab tidak Melaksanakan Shalat dan Hukum Meninggalkannya
1) Sebab-sebab seseorang tidak melaksanakan shalat
Banyak kita temukan orang-orang yang dalam hidupnya sering
meninggalkan shalat, baik dengan sengaja atau pun tidak disertai beragam
34
Prof. DR. H. Moh Ardani, Akhlak-Tasawuf, Nilai-nilai Akhlak/ Budipekerti dalam Ibadat &
Tasawauf, (Jakarta; CV. Karya Mulia, 2005), h. 118-141
alasan. Prof. Dr. Hasbi Ash Shidieqy menjelaskan sebab-sebab seseorang
meninggalkan shalat, diantaranya:
- Salah sangka dan salah menempatkan, disini mereka beranggapan
bahwa shalat itu hanya untuk meluruskan akhlaq dan budi pekerti. Bila
mereka sudah berakhlaq, cerdas dan memiliki ilmu pengetahuan berarti
tidak harus melaksanakan shalat. Karena menurut mereka shalat hanya
untuk orang-orang tertentu: pak haji, pak tani dan pak penghulu.
- Tidak mengetahui pengertian tentang shalat, golongan ini beranggapan
shalat tidak perlu dilaksanakan karena mereka lahir, hidup dan besar
dikalangan keluarga yang tidak pernah melaksanakan shalat. Tidak
pernah melihat orang tua mereka melakukan shalat. Tapi yang mereka
lihat adalah selamatan-selamatan secara kecil-kecilan dan besar-
besaran, jadi beragama menurut mereka adalah mengadakan
selamatan-selamatan, tasyakuran dan sebagainya.
- Kemalasan yang sangat mempengaruhi, golongan ini terang-terangan
tidak shalat karena rasa malas padahal mereka tahu salat merupakan
ibadah wajib.
- Keremajaan dan kemudaan, golongan ini beranggapan bahwa ibadah
itu hanya dilakukan bagi orang-orang yang sudah tua untuk
mendekatkan diri pada Allah swt, sedangkan bagi yang muda
bersenang-senang dengan kehidupan dunia saja, merasa masih muda
dan hidupnya lama.
- Pengaruh kacaunya perasaan, golongan ini sengaja meninggalkan
shalat karena rusuh hati, tertimpa kesedihan dan kesusahan.
- Takut kepada iblis dan syetan, golongan ini beranggapan bahwa jika
melaksanakan shalat nanti diganggu oleh iblis, karena takut akan
hilang sakti dan mandra yang sedang diamalkan.35
2) Hukum Meninggalkan Shalat.
35
Prof. DR. Hasbi ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1983), cet
ke-1, h. 29-30
Shalat adalah ibadah yang pertama-tama diwajibkan oleh Allah swt
dan berada pada peringkat ke dua dalam rukun Islam. Barang siapa yang
menjauhi shalat, berarti ia menjauhi Islam dan akan memperoleh kutukan
Allah swt. Dia sesungguhnya telah menyalahi perintah agamanya, berarti ia
telah menghantarkan dirinya kepada kehancuran. Dan dengan meninggalkann
shalat ini akan lebur semua kebaikan amalannya, karena dia telah telah
menyalahi ayat-ayat al-Qur‟an yang sharih mengenai shalat. Orang yang
membuat kesalahan ini termasuk ke dalam hukum orang yang ingkar.36
Prof. Dr. Hasbi Ash Shidieqy menjelaskan bahwa :
- Orang yang meninggalkan shalat pada suatu waktu dengan karena
kemalasan atau mengerjakan kemaksiatan karena kejahilan dengan
merasa penyesalan dan kekecewaan hati serta ingin bertaubat, tiadalah
iman orang itu berlawanan dengan iman muthlaq dan tiadalah halnya
itu mengeluarkan dirinya dari millah (agama), walaupun berulang-
ulang.
- Seseorang yang terus-menerus meninggalkan shalat dengan tidak
merasa keberatan apa-apa, tidak merasa penyesalan dan tidak merasa
kekecewaan serta tidak merasa perlu bertaubat, maka orang itu
dipandang dan dihukum kafir.37
5. Syarat, Rukun dan Sunnah dalam Shalat
Sebelum shalat dilakukan perlu diperhatikan beberapa hal agar shalat
yang dilakukan menjadi sah, hal-hal tersebut terkumpul dalam syarat-syarat
sah shalat. Syarat-syarat sah shalat tersebut yaitu :
1) Islam
2) Suci dari hadas, haid, nifas seluruh anggota badan, pakaian dan
tempat.
3) Berakal dan baligh
4) Menutup aurat
5) Mengetahui masuknya waktu shalat
36
Al-Syaikh Muhammad Mahmud Al-Shawaf, Pengajaran Shalat Lengkap,(Semarang;
DinaUtama), h. 14 37
Prof. Dr. TM Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, . . . ., h.571
6) Menghadap ke kiblat
7) Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunah
Selain itu seseorang yang akan melaksanakan shalat harus
memperhatikan rukun-rukun dalam shalat. Adapun rukun-rukun dalam shalat
yaitu :
1) Niat
2) Berdiri bagi orang yang kuasa
3) Takbiratul ihram (membaca Allahu Akbar)
4) Memabaca surat al-Fatihah
5) Ruku‟ serta tuma‟ninah (diam sebentar)
6) I‟tidal serta tuma‟ninah (diam sebentar)
7) Sujud dua kali serta tuma‟ninah (diam sebentar)
8) Duduk di antara dua sujud serta tuma‟ninah (diam sebentar).
9) Duduk tasyahud akhir serta tuma‟ninah (diam sebentar).
10) Membaca tasyahud akhir serta tuma‟ninah (diam sebentar).
11) Membaca shalawat Nabi Muhammad ketika tasyahud akhir.
12) Membaca salam yang pertama sambil berpaling ke kanan.
13) Menertibkan rukun38
Di dalam shalat terdapat beberapa sunah-sunah, yaitu sunnah sebelum
shalat dan sunah ketika shalat dilaksanakan.
a. Sunah Sebelum Shalat. 39
1) Azan ialah memberitahukan bahwa shalat telah tiba dengan lafaz
yang telah ditentukan syara‟.
2) Iqomah ialah memberitahukan kepada hadirin supaya siap berdiri
untuk shalat.
3) Membatasi tempat shalat maksudnya membatasi tempat shalat
dengan dinding, dengan tongkat, dengan menghamparkan sajadah
atau dengan garis, supaya orang tidak lalu lintas di depan orang
38
H. Fachrurazi, Tata Cara Shalat, (Bandung; Sinar Baru Algensindo), h.25-26 39
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam,(Bandung; Sinar Baru), h. 58-65
yang sedang shalat, sebab lalu lintaas di depan orang shalat
hukumnya haram.
b. Sunah dalam pelaksanaan shalat.40
1) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram setentang tinggi
ujung jari dengan telinga, dan telapak tangan setinggi bahu serta
keduanya dihadapkan ke kiblat.
2) Mengangkat kedua tangan ketika akan ruku‟, berdiri dari ruku‟ dan
tatkala berdiri dari tasyahud awal dengan cara yang telah
diterangkan pada takbiratul ihram.
3) Meletakkan telapak tangan kanan atas punggung tangan kiri dan
keduanya diletakkan dibawah dada.
4) Melihat ke arah tempat sujud.
5) Membaca doa iftitah sesudah takbiratul ihram.
6) Membaca a‟uzubillah sebelum membaca bismillah
7) Diam sebentar sebelum membaca al-Fatihah dan sesudahnya.
8) Membaca amin sehabis membaca Fatihah.
9) Membaca surat atau ayat qur‟an sesudah membaca Fatihah pada dua
rakaat pertama.
10) Sunah bagi ma‟mum mendengarkan bacaan imamnya.
11) Mengeraskan bacaan pada shalat subuh dan dua rakaat pertama
pada shalat maghrib dan isya‟.
12) Takbir dan tatkala turun dan bangkit, selain ketika bangkit dari
ruku‟.
13) Membaca sami‟allahu liman hamidah.
14) Membaca rabbana walakal hamdu.
15) Meletakkan dua telapak tangan di atas lutut ketika ruku.
16) Membaca tasbih tiga kali ketika ruku‟.
17) Membaca tasbih tiga kali ketika sujud.
18) Membaca do‟a ketika duduk diantara dua sujud.
19) Duduk iftirasy pada semua duduk dalam shalat kecuali duduk akhir.
40
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, … h. 94-103
20) Duduk tawarrukdi duduk akhir
21) Duduk istirahat sesudah sujud kedua sebelum berdiri.
22) Bertelekan ke tanah tatkala hendak berdiri dari duduk.
23) Memberi salam yang ke dua, hendaklah menoleh ke sebelah kiri
sampai kelihatan pipinya yang kiri dari belakang.
24) Ketika memberi salam hendaklah diniatkan memberi salam kepada
yang disebelah kanan dan kirinya.
c. Sunah yang lebih penting (sunah muakkad)
1) Membaca tasyahud pertama sesudah sujud ke dua dari rakaat yang
ke dua.
2) Membaca salawat atas keluarga Nabi saw pada tasyahud akhir.
3) Qunut sesudah i‟tidal pada akhir shalat subuh dan shalat witir sejak
malam ke 16 sampai akhir bulan Ramadhan.41
.
D. Tata Cara Pelaksanaan Shalat
1) Berdiri tegak menghadap kiblat, kalau mampu. Jarak antara kedua kaki
kira-kira sekepal tangan. Kedua tangan beserta jari-jari lepas dan
berkembang ke bawah sejajar badan di samping kiri kanan pinggul.
Yang tidak sanggup berdiri boleh shalat sambil duduk. Yang tidak
sanggup duduk boleh shalat sambil berbaring. Bila shalat dalam
kendaraan yang tidak menuju satu arah maka pada permulaan shalat
harus menghadap kiblat dan selanjutnya arah kiblat tidak menjadi
syarat walaupun ternyata berubah dalam pertengahan shalat.
2) Berniat mengerjakan shalat dengan membaca dalam hati.
3) Takbiratul Ihram dengan membaca “Allahu Akbar” sambil
mengangkat kedua tangan beserta jari-jari terkembang serentak
masing-masing telinga ibu jari tangan mendekati daun telinga bagian
bawah; telapak tangan menghadap kiblat; kemudian kedua tangan
dilipat di atas perut, telapak tangan di atas pergelangan tangan kiri atau
di atas tangan kiri.
4) Membaca doa iftitah dengan suara lemah.
41
Fachrurazi, Tata Cara Salat Lengkap, ... h. 28
5) Membaca surat al-Fatihah pada shalat subuh dan dua rakaat pertama
pada shalat maghrib dan isya, serta membacanya lemah pada shalat
zuhur, ashar dan dua rakaat terakhir pada shalat isya dan rakaat ketiga
shalat maghrib.
6) Membaca surat pendek/ ayat al-Qur‟an pada rakaat 1 dan 2.
7) Ruku‟ dengan membaca “Allahu Akbar” sambil mengangkat tangan
seperti takbiratul ihram, terus membungkuk dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada tulang masing-masing lutut dengan jari-jari
terkembang lurus ke bawah; punggung dan kepala datar rata sejajar
tempat berdiri. Dalam posisi ruku‟ membaca do‟a ketika ruku‟.
8) Bangkit dari ruku‟
9) I‟tidal
10) Sujud
11) Duduk bangkit dari sujud (duduk antara dua sujud) sambil membaca
“Allahu Akbar”.
12) Sujud kembali (sujud kedua) sambil membaca “Allahu Akbar”
13) Bangkit dari sujud kedua sambil membaca “Allahu Akbar”
14) Duduk tahiyat akhir
15) Membaca tasyahud
16) Membaca shalawat
17) Membaca doa (sebelum salam)
18) Salam sambil menoleh ke kanan, sehingga terlihat muka orang yang
berada di sebelah kanan (kalau ada) seraya melepaskan jari kanan yang
tergenggam.
19) Menoleh ke kiri sambil memberi salam ke dua.42
E. Khusyu‟ Dalam Shalat
Dalam pelaksanaan shalat, khusyu‟ menjadi salah satu hal penting
mengingat shalat adalah ibadah batiniyah yang menuntut kekhusyu‟an dalam
pelaksanaannya. Karena untuk meraih khusyu‟ dalam shalat bukanlah sesuatu
42
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, …. , h. 70-75
yang mudah maka memerlukan upaya dan kiat-kiat yang khusus untuk
mencapainya. Diantara kiat-kiat khusus tersebut antara lain :
1) Menjauhi hal-hal yang bisa merusak kekhusyu‟an shalat.
Hal-hal tersebut dapat berupa tempat yang tidak nyaman, berisik,
panas dan bau. Selain itu tidak melaksanakan shalat dengan mengenakan atau
di depan orang yang mengenakan pakaian bergambar. Sebaiknya tidak shalat
di depan atau di belakang orang yang sedang bercakap-cakap. Shalat juga
sebaiknya tidak dilakukan dengan mendongak ke atas, kiri dan kanan serta
tidak menguap, karena dengan mendongak dan menoleh ke suatu arah akan
menghilangkan kekhusyu‟an, dan juga jika menguap akan membuka pintu
syetan untuk masuk menggoda hati kita.
2) Menolak dan melenyapkan was-was dalam hati.
Sesungguhnya ketika seseorang tengah berdiri dalam shalat, maka
syaitan akan berusaha memperdayainya agar ia tidak mampu merih
kekhusyu‟an dalam shalatnya. Oleh sebab itu untuk mengawali shalatnya
hendaknya memohon perlindungan kepada Allah swt agar dijauhkan dari
godaan syaitan dan was-was yang dihembuskan oleh syaitan. Hal itu dapat
dengan membaca Q.S An-Nas ayat 1-6 dan Q.S Al-Mu‟minun 97-98.
1.Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)
manusia.
2. Raja manusia.
3. Sembahan manusia.
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5.Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin
dan manusia.
6. Dari (golongan) jin dan manusia. (Q.S An-Nas : 1-6)
97. Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku Aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-
bisikan syaitan.
98. Dan Aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan
mereka kepadaku."
3) Membayangkan bahwa shalat yang sedang kita kerjakan adalah shalat
yang terakhir.
Hal ini biasa dilakukan para sufi yang membayangkan malaikat izrail
seakan sedang mengawasi dan siap mencabut nyawa kita ketika sedang shalat.
Sehingga dengan begitu rasa malu pun akan muncul dan shalat pun akan
dilakukan dengan baik dan penuh kekhusyu‟an.
4) Meyakini bahwa Allah swt selalu melihat dan mengawasi kita.
Ketika seseorang sedang melaksanakan shalat berarti ia sedang
menghadap dan berdiri di hadapan-Nya. Maka tentunya Allah swt akan
mengawasi dan memperhatikan orang yang berdiri dan berhadapan dengan-
Nya. Ia pun akan meberi ridho dan pahala bagi yang mengerjakan shalatnya
dengan khusyu‟ dan murka-Nya bagi yang mengerjakan shalat tidak khusyu‟
dan penuh dengan kemalasan serta main-main.
5) Membayangkan nikmat dan indahnya kehidupan di surga.
Keadaan syurga yang indah dan penuh dengan kenikmatan yang tiada
tara, jika kita hadirkan di dalam hati dan pelupuk mata kita kemudian kita
mengerjakan shalat dengan bayangan keindahan syurga yang terus melekat
dalam benak, maka insya Allah, kita akan mampu meraih khuyu‟ dalam shalat
yang sedang kita kerjakan.
6) Membayangkan sakit dan pedihnya kehidupan di neraka.
Keadaan neraka yang penuh dengan kepedihan dan siksaan, kita
bayangkan dan hadirkan dalam hati, maka kita pun akan memohon kepada
Allah untuk dihindarkan dan dijauhkan dari semuanya, sehingga kita pun akan
sungguh-sungguh, konsenterasi dan khusyu‟ dalam melaksanakan shalat kita.
Dengan kiat-kiat tersebut di atas, akan membantu seseorang yang
hendak melaksanakan shalat sehingga shalatnya akan menjadi khusyu.
F. Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Membina Disiplin
Pelaksanaan Ibadah Shalat.
1. Pengertian Efektifitas
Pengertian efektifitas yang terdapat dalam ensiklopedia Indonesia
berarti “ menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif
apabila usaha itu mencapai tujuannya”.43
Sedangkan dalam ensiklopedia administrasi, kata efektifitas adalah “
suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek
atau akibat yang dikehendaki”.44
Dalam kamus lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris karangan
Prof. Drs. S. Wojo Wasito dan Drs. Tito Wasito W. Effective adalah berhasil,
berarti mencapai tujuannya.45
Sesuatu dapat dinyatakan efektif jika telah berhasil mendapatkan apa
yang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Sehingga dari
berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berarti
ketercapaian suatu usaha dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam dunia pendidikan efektifitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
segi efektifitas guru & segi efektifitas murid. Efektifitas mengajar guru
terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan
dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan efktifitas belajar murid terutama
43
Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru- Van Hoeve). Jilid 2, h.
883 44
Panata Wasna (ed), Ensiklopedia Administrasi, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989),
h. 126 45
S . Wojo Wasito & Tito Wasito W, Kamus Lengkap (Inggeris-Indonesia, Indonesia-
Inggeris), (Bandung : Hasta, 1980 ), cet ke-15, h. 49
menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui
kegiatan-kegiatan yang telah ditempuh.46
Dengan demikian salah satu bentuk efektifitas Pendidikan Agama
Islam adalah tingkat keberhasilan yang dicapai terhadap peserta didik dalam
proses pembelajaran agama Islam khususnya dalam meningkatkan disiplin
beribadah (shalat lima waktu) mereka, mengingat salah satu dari tujuan
Pendidikan Agama Islam yaitu agar siswa dapat menguasai dan mengamalkan
ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pembelajaran
Untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang baik dan efektif
tidaklah mudah, mengingat permasalahan dalam proses belajar mengajar yang
begitu banyak dan kompleks. Dalam artian untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang kondusif dan efektif sangat dipengaruhi oleh faktor
komponen-komponen yang terlibat di dalamnya baik yang sifatnya intern
maupun ekstern. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
proses belajar mengajar adalah :
b. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni kondisi/ keadaan
jasmani dan rohani siswa.
c. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar
siswa baik, lingkungan sekolah, guru, dan lingkungan pergaulan antar
siswa.
d. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni segala jenis upaya
membelajarkan siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
untuk melakukan kegiatan pembelajaran.47
46
Madya Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effar Offset, 1990 ), cet ke-
1,h. 63 47
Muhibin Syah, . . . , h.36
Jadi untuk menuju proses Pendidikan Agama Islam yang efektif guru
harus pandai melihat kondisi siswa dan mengatur suasana pembelajaran yang
kondusif serta mampu memilih strategi, metode dan pendekatan-pendekatan
yang tepat.
1. Fungsi Pendidikan Agama Islam terhadap Disiplin Ibadah Shalat Siswa.
Pendidikan Agama Islam berfungsi membentuk manusia yang beriman
dan taqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Sehingga dalam
penerapannya Pendidikan Agama Islam memperbaiki sikap dan tingkah laku
manusia serta membina budi pekerti luhur dan juga menghidupkan hati nurani
manusia untuk memperhhatikan (muroqobah) Allah swr, baik dalam keadaan
sendirian maupun bersama orang lain.48
Budi luhur dan akhlak mulia yang
sangat penting di dalam kehidupan seseorang yaitu kedisiplinan dalam segala
kegiatan kehidupan.
Dalam Islam disiplin dapat tumbuh dan dilatih melalui ibadah shalat.
Sehingga dalam Pendidikan Agama Islam disiplin melaksanakan shalat
menjadi prioritas utama di atas kegiatan-kegiatan lainnya. Sehingga
diharapkan dari kedisiplinan pelaksanaan shalat akan memberikan efek
kedisiplinan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya. Di sekolah,
penerapan disiplin ibadah shalat pun selalu menjadi fokus utama bagi siswa
yang beragama Islam. Terkadang di beberapa sekolah mengadakan kegiatan
keagamaan tambahan dalam rangka mendalami ajaran agama khususnya
dalam rangka penguasaan pelaksanaan shalat guna meningkatkan kesadaran
dan kedisiplinan siswa terhadap pelaksanaan shalat.
2. Strategi dan langkah-langkah Pendidikan Agama Islam dalam Membina
Disiplin Shalat Siswa.
Upaya menanamkan disiplin kepada seseorang dibutuhkan penggunaan
strategi, metode dan pendekatan yang tepat.. Dalam pengajaran agama Islam
penanaman disiplin dalam pelaksanaan shalat harus menggunakan metode dan
alat yang khusus mengingat hampir seluruh materi bersifat abstrak dan objek
48
Dr. Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, . . . ., h. 9
(anak/ siswa) yang dihadapi pun beragam jenis dan sifatnya. Beberapa metode
khusus yang dapat digunakan dalam pengajaran agama Islam, yaitu :
a. Metode Ceramah
Dalam metode ceramah guru memberikan uraian atau penjelasan
terhadap suatu masalah kepada murid dengan bahasa lisan pada waktu tertentu
(waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula. Dalam metode ini murid duduk,
melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru
itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri
dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang
bersangkutan.
b. Metode Tanya Jawab
Metode ini merupakan komunikasi langsung antara guru dengan
murid, bisa dalam bentuk guru bertanya murid menjawab, atau sebaliknya
murid bertanya dan guru menjawab. Dalam metode ini akan didapat hubungan
timbal balik antara guru dan murid secara langsung, dan dengan metode ini
pula akan diketahui penguasaan pelajar terhadap pengetahuan yang telah di
berikan oleh guru.
c. Metode Demonstrasi
Metode ini menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaiamana melakukan sesuatu kepada
anak didik. Memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat
dilakukan oleh guru itu sendiri atau langsung oleh anak didik.
d. Metode Eksperimen
Metode ini digunakan ketika seseorang melakukan sesuatu percobaan
setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap peserta didik. Metode
ini dilakukan untuk membuktikan hukum-hukum dan teori-teori yang berlaku.
Dengan metode ini, seseorang dapat memiliki pengetahuan, pengalaman dan
pengertian yang lebih jelas.
e. Metode Diskusi
Metode ini yaitu suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran
dimana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik/ kelompok-
kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternative pemecahan atas suatu masalah.
f. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Metode ini digunaka dalam penyajian bahan dengan cara
memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan.
Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosio yang kemudian
diminta beberapa orang peserta didik untuk memerankannya.
g. Metode Drill
Metode ini disebut juga dengan latihan siap dimaksudkan untuk
memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang
dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan
dapat disempurnakan dan disiap-siagakan.
h. Metode Kerja Kelompok
Metode ini digunakan dalam penyajian materi dengan cara pemberian
tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar
yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Tuga-tugas tersebut
dikerjakan dalam kelompok secara bergotong-royong.
i. Metode Proyek
Dalam metode ini anak didik disuguhi bermacam-macam masalah dan
anak didik bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti
langkah-langkah tertentu secara ilmiah,logis dan sistematis.
Khusus untuk penanaman disiplin dalam pelaksanaan shalat, sebaiknya
diawali dengan pemahaman murid terhadap tata cara pelaksanaan shalat yang
baik dan benar. Dalam hal ini sebaiknya diawali dengan menggunakan metode
demonstrasi yaitu metode yang menggunakan peragaan-peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana
memperlakukan sesuatu kepada anak didik.49
Di sini guru mendemonstrasikan
kaifiyat shalat yang baik dan benar di hadapan murid.
49
DR. Zakiah Darajat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, . . . ., h. 296
Di samping metode yang sesuai, dibutuhkan pula berbagai pendekatan
yang tepat untuk efektifitas penanaman disiplin pelaksanaan shalat tersebut.
Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu :
1) Pendekatan Pengalaman yaitu pemberian pengalaman keagamaan
kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai
keagamaan. Pendekatan ini dapat digunakan dalam penanaman
disiplin siswa agar siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman
tentang manfaat dari disiplin mengerjakan shalat dan akibat dari
tidak disiplin mengerjakan shalat.
2) Pendekatan Pembiasaan yaitu pemberian kesempatan kepada
peserta didik agar terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik
secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan
sehari-hari. Pendekatan ini sangat bermanfaat bagi siswa dalam
penanaman disiplin mengerjakan shalat, karena siswa diberikan
kesempatan
3) Untuk memiliki pengalaman mengamalkan shalat secara benar dan
tepat waktu. Jika pembiasaan ini terus dilakukan, maka
kedisiplinan siswa akan tertanam.
4) Pendekatan Emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan
emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat
merasakan mana yang baik dan yang buruk. Pendekatan ini harus
sering dilakukan agar siswa selalu mendapatkan motivasi untuk
disiplin dalam mengerjakan shalat dengan benar dan tepat waktu.
5) Pendekatan Fungsional yaitu usaha memberi materi agama
menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Pendekatan ini berguna bagi siswa agar siswa memahami fungsi
kedisiplinan mereka dalam mengerjakan shalat. Jika mereka
memahami maksud dan fungsi kedisiplinan dalam shalat, maka
akan tumbuh kesadaran dalam diri siswa untuk melaksanakan
shalat dengan benar dan tepat waktu tanpa dorongan orang lain.
6) Pendekatan Keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik
yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab
antara personal sekolah, perilaku pendidikan dan tenaga
pendidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang
tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah
teladan.50
Dalam usaha memberikan pemahaman siswa terhadap kedisiplinan
pelaksanaan shalat, sebaiknya seorang guru terlebih dahulu memberikan
pemahaman kepada siswa tentang fungsi, tujuan dan manfaat shalat serta
disiplin dalam pelaksanaannya bagi mereka. kemudian mengajarkannya
kepada para siswa bagaimana kaifiyat pelaksanan shalat yang baik dan benar.
Sebelum mengajarkan kaifiyat shalat yang benar kepada siswa, guru
sebaiknya menguasai terlebih dahulu tata cara pelaksanaan shalat tersebut,
baik dalam gerakan maupun bacaannya.
Sebagai langkah awalnya, guru mendemonstrasikan terlebih dahulu
bentuk gerakan dan bacaan shalat yang benar di hadapan siswa. Setelah itu
siswa memperagakan gerakan-gerakan dan bacaan shalat tersebut di bawah
bimbingan guru. Kemudian siswa dilatih (drill) berulang-ulang dalam
memperagakan gerakan dan bacaan shalat yang benar sampai menguasainya.
Setelah siswa mengetahui dan dapat memperagakan seluruh gerakan
dan bacaan shalat dengan baik dan benar, selanjutnya guru mulai menanamkan
kedisiplinan siswa pada aspek pelaksanaan gerakan shalat yang benar. Setelah
itu ditingkatkan lagi pada aspek kedisiplinan waktu pelaksanaan shalat.
Untuk membantu siswa lebih menguasai dan disiplin dalam melakukan
gerakan shalat, guru dapat membantu memberikan gambar-gambar, buku-
buku atau video tentang gerakan-gerakan shalat yang benar. Sehingga dengan
demikian siswa dapat mempelajarinya lebih jauh di luar jam sekolah atau di
rumah.
Untuk membantu siswa agar disiplin terhadap waktu pelaksanaan
shalat, guru dapat melakukan pengawasan dengan menggunakan buku
50
Prof. DR Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, . . .,.h. 127-131
monitoring pelaksanaan shalat siswa. Hal itu agar melatih siswa melaksanakan
shalat tepat pada waktunya. Dalam melaksanakan pengawasan (monitoring)
ini diharapkan adanya kerja sama antara guru agama dengan orang tua.
Diharapkan pula kesungguhan orang tua dalam mengawasi tingkat
kedisiplinan siswa dalam pelaksanaan ibadah shalat.
Dengan perpaduan penggunaan metode dan pendekatan-pendekatan
yang ada diatas, tingkat kedisiplinan peserta didik dalam pelaksanaan ibadah
shalat yang benar dan tepat waktu di dalam kehidupan sehari-hari akan dapat
diwujudkan.
3. Indikator Efektifitas Pembelajaran Ibadah pada Pendidikan Agama Islam.
Untuk mengetahui suatu pembelajaran telah tercapai secara efektif atau
tidak, maka dapat diketahui dengan tingkat prestasi yang telah dicapai.
Tingkat keberhasilan dapat dibagi atas beberapa tingakatan atau taraf, yaitu
istimewa (maksimal), baik sekali (optimal), baik (minimal) dan kurang.51
Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan efektif jika telah mencapai
kriteria atau indikator efektifitas. Menurut Nana Sudjana (1989), indikator-
indikator efektifitas pembelajaran meliputi :
1. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum.
2. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru.
3. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa.
4. Adanya interaksi antara guru dan siswa.
5. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran.
6. Motivasi siswa meningkat.
7. Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi.
8. Kualitas hasil belajar yang dicapai siswa.52
Adapun indikator-indikator efektifitas dalam pembelajaran ibadah
pada Pendidikan Agama Islam diantaranya:
51
Syaifu Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2002), h.
121 52
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung; PT. Rosda Karya,1991), cet.
Ke 3, h. 60-63
1. Siswa memahami materi ibadah yang diajarkan.
2. Siswa mampu melaksanakan dengan baik ibadah yang diajarkan.
3. Siswa memiliki motivasi dan kesadaran untuk melaksanakan ibadah.
4. Tingkat pelaksanaan ibadah siswa meningkat.
5. Ketertarikan siswa untuk mengikuti pembelajaran pendidikan agama
Islam untuk menambah pengetahuan beribadah.
G. Kerangka Berfikir
Pendidikan agama Islam merupakan pondasi yang mendasari umat
Islam dalam menjalankan kehidupannya, sehingga dalam sekolah, pendidikan
agama sangatlah penting dan harus dimulai sejak dini atau pada jenjang
pendidikan taman kanak-kanak. Mendidik siswa sangatlah sulit apalagi dalam
hal menyangkut ibadah yang merupakan sesuatu yang abstrak dan tidak kasat
mata hasilnya dan tidak ada satu orangpun yang mengetahui kekhusyu‟annya.
Hanya Allah SWT yang megetahui ibadah seorang hamba-Nya. Dari sisi
inilah seseorang menganggap ibadah itu sebagai suatu hal yang tidak penting
dan sering melalaikanya, terutama pada usia sekolah.
Oleh karena itu sebagai pendidik haruslah mengetahui dan dapat
mengatasi prilaku anak didik terutama dalam hal ibadah. Apakah mereka
sudah dapat menjalankan dengan benar sesuai ajaran yang telah di dapat, atau
sebaliknya hanya mengetahui tanpa melaksanakanya. Dalam menyikapi hal ini
salah satu yang harus diperhatikan adalah disiplin beribadah siswa. Dengan
adanya disiplin beribadah khususnya dalam ibadah shalat lima waktu, secara
otomatis akan ada pembelajaran dan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas ibadahnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam
penelitian. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal mengenai metode
penelitian, diantaranya tempat dan waktu penelitian, tujuan dan aspek
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan, pengolahan dan analisis data .
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Nana Sudjana,
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa atau kejadian pada saat sekarang.53
Dengan perkataan lain
penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan masalah-masalah
aktual pada saat penelitian dilaksanakan.
Menurut Moleong, data dalam penelitian deskriptif adalah data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini
disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang
dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah
diteliti.54
53
Dr. Nana Sudjana & Dr. Ibrahim M.A, Penelitian dan Penelitian Pendidikan,
(Bandung; Sinar Baru Algensindo, 2009), cet.ke 5, h. 64 54
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002), h 6
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data-data yang berupa
dokumen, buku penghubung, program pembelajaran dan catatan-catatan
selama proses penelitian. Selain data-data di atas peneliti juga data kuantitatif
yang diolah dari angket sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Dengan
demikian penelitian yang peneliti laku
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Fatahillah Grogol yang
beralamat di Jalan Dr. Sumeru Raya Grogol, Jakarta Barat. Penelitian ini
dilakukan oleh penulis selama bulan Oktober sampai dengan bulan November
2010.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah:
- Untuk mendeskripsikan kegiatan siswa sehari-hari pada waktu
pelaksanaan shalat lima waktu.
- Untuk mendeskripsikan disiplin siswa dalam beribadah.
- Untuk mendeskripsikan efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP
Fatahillah Grogol dalam meningkatkan disiplin beribadah.
D. Aspek Penelitian
Aspek dalam penelitian yang berjudul “Efektifitas Pendidikan Agama
Islam di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat dalam Meningkatkan Disiplin
Beribadah” adalah sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah Grogol
Jakarta Barat.
b. Disiplin (peserta didik) dalam beribadah.
Adapun definisi dari kedua variabel dari penelitian ini adalah:
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang dimaksud mencakup
proses penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta
pembinaan disiplin ibadah. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap efektifitas
pelaksanaannya berdasarkan indikator-indikator berikut ini:
1. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum.
2. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru.
3. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh peserta didik.
4. Adanya interaksi antara guru dan peserta didik.
5. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran.
6. Motivasi peserta didik meningkat.
7. Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan
materi.
8. Kualitas hasil belajar yang dicapai peserta didik.
Sedangkan disiplin beribadah yaitu disiplin peserta didik dalam
melaksanakan ibadah shalat yang dilihat dari kesadaran peserta didik terhadap:
1. Kewajiban mengetahui tata cara pelaksanaan shalat.
2. Kemauan melaksanakan shalat.
3. Pelaksanaan seluruh shalat lima waktu sehari-hari.
4. Ketepatan waktu pelaksanaan shalat lima waktu.
Berdasarkan definisi tersebut, maka aspek pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam diukur dari data-data yang diperoleh melalui wawancara dengan
Kepala Sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan beberapa peserta didik
mengenai proses pelaksanaan pembelajaran dan pembinaan Pendidikan
Agama Islam dalam membina disiplin beribadah khususnya ibadah shalat serta
dokumen-dokumen pendukung lainnya. Adapun aspek kedisiplinan siswa
dalam melaksanakan ibadah shalat diukur melalui kuesioner atau angket
mengenai sikap dan perasaan siswa dalam melaksanakan shalat lima waktu.
E. Sumber Data
Data-data dalam penelitian ini didapat dari sumber-sumber data
berikut:
- Fenomena pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh
guru.
- Kepala Sekolah.
- Guru Pendidikan Agama Islam.
- Peserta didik.
- Dokumen.
- Angket.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti berperan atas keseluruhan proses
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti juga bertindak sebagai guru
pendamping pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Keberhasilan
penelitian akan dipengaruhi oleh instrumen penelitian yang digunakan.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data-data penelitian ini menggunakan instrumen-instrumen
sebagai berikut:
1. Observasi.
Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung kegiatan yang
terjadi di sekolah. Adapun observasi ini di lakukan untuk mendapati data-data
tentang penyelenggaraan kegiatan Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan disiplin peserta didik dalam beribadah khususnya ibadah shalat.
2. Wawancara.
Wawancara digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi
langsung dari sumbernya. Informasi tersebut didapat dari komunikasi dengan
sumber data melalui dialog secara lisan secara langsung. Dalam penelitian ini
peneliti mewawancarai Kepala Sekolah untuk mendapat informasi data
tentang sejarah berdirinya sekolah, keadaaan sekolah dan hal-hal lain seputar
masalah yang menyangkut dalam penelitian ini.
Selain itu, peneliti mewawancarai guru Pendidikan Agama Islam untuk
memperoleh informasi data mengenai penyelenggaraan Pendidikan Agama
Islam dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan
disiplin peserta didik dalam beribadah, khususnya ibadah shalat lima waktu.
Peneliti juga mewawancarai beberapa peserta didik yang dianggap dapat
mewakili peserta didik lainnya untuk mendapatkan informasi data tentang
keselarasan data yang didapat dari sumber data lainnya. Adapun waawancara
dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan terbuka (open ended question).
3. Dokumentasi.
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data-data administrasi,
data guru, data peserta didik, data penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam
dan data-data lain tentang kegiatan-kegiatan pembinaan disiplin ibadah yang
dilakukan di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat.
4. Angket.
Teknik angket ini, penulis tujukan kepada siswa SMP Fatahillah
Grogol, Jakarta Barat, kelas IX tahun ajaran 2010-2011 dengan populasi yang
telah dijadikan sampel sebanyak 22 siswa. Angket ini digunakan penulis untuk
memperoleh data tentang disiplin siswa dalam melaksanakan ibadah shalat.
Angket dalam penelitian ini menggunakan jawaban yang menggunakan skala
likert. Menurut Sugiyono yang dimaksud dengan skala likert adalah skala
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Selain itu angket tersebut
digunakan untuk memperoleh data tentang perspektif siswa terhadap
efektifitas Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan oleh Guru
Pendidikan Agama Islam sebagai data yang ke dua, data ini sebagai
pembanding terhadap data informasi yang didapat dari guru. Angket dalam
penelitian ini berbentuk angket tertutup yang berisi pernayataan-pernyataan
(closed statement) dengan disertai beberapa pilihan (option) jawaban. Adapun
jawaban yang digunakan untuk angket pada penelitian ini menggunakan
“selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah”.
5. Catatan lapangan.
Sebelum menyusun catatan lapangan yang lengkap, peneliti
menggunakan abstraksi berupa coretan yang berisi inti dari pengamatan dan
hasil wawancara ketika di lapangan. Penyusunan catatan lapangan dilakukan
secara langsung setelah peneliti menyelesaikan pengamatan atau wawancara
agar tidak lupa dan tercampur dengan informasi yang lain.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menurut Potton dan Biklen dalam buku Moleong yang berjudul
penelitian kualitatif, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.55
Dengan adanya
data, hasil penelitian dapat digunakan sebagai suatu informasi baru yang
memiliki sifat ilmiah.
Dengan demikian analisa data adalah penyelidikan atau pengolahan
data-data agar dapat dipahami antara satu dengan yang lainnya berdasarkan
bukti nyata yang dikumpulkan oleh peneliti di lapangan berdasarkan masalah
yang diteliti.
Adapun analisa data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini
melalui beberapa langkah, yaitu:
1) Menganalisa dokumen-dokumen kegiatan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di sekolah, khususnya dalam hal ibadah shalat.
55
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; Remaja Rosdakarya,
2006), h. 248
2) Menganalisa hasil observasi dan wawancara yang mengacu pada
indikator efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
ibadah shalat.
3) Mengolah jawaban angket responden dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
- Editting yaitu; memeriksa angket yang telah diisi oleh responden
satu persatu yang diurutkan dari nomor satu sampai dengan nomor
terakhir.
- Scoring yaitu memberikan skor terhadap butir-butir pernyataan
yang terdapat dalam angket. Dalam pemberian skor ini penulis
memperhatikan jenis data yang ada agar tidak terjadi kesalahan
terhadap pernyataan yang ada dalam pemberian skor. Adapun
dalam pemberian skor terhadap item-item yang positif diberikan
skor 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk
jawaban jarang, dan 1 untuk jawaban tidak pernah.
- Tabulasi; yaitu memindahkan jawaban responden ke dalam tabel
frekuensi. Tabulasi yang dilakukan bermaksud untuk mengetahui
gambaran frekuensi dalam setiap item yang ada.
- Membuat rentangan acuan tingkat kedisiplinan ke dalam empat
rentangan yaitu, sangat baik, baik, cukup dan kurang. Adapun jarak
antar rentangan bernilai 18,75. Nilai tersebut didapat dari selisih
antar nilai komulatif maksimum dengan nilai komulatif minimum,
kemudian hasil tersebut dibagi dengan jumlah rentangan.
Nilai komulatif maksimum = 4 X 25 = 100
Nilai komulatif minimum = 1X 25 = 25
Selisih Nilai komulatif maksimum dan minimum = 100 – 25 = 75
Rentangan tiap tingkat = 75 : 4 = 18.75
Maka acuan tingkat kedisiplinan adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Acuan Kriteria Tingkat Kedisiplinan
Dalam Rentangan Keterangan
81.26 – 100 Sangat Baik
62.26 – 81.25 Baik
43.76 – 62.5 Cukup
25 – 43.75 Kurang
- Mengklasifikasikan hasil scoring jawaban tiap butir item ke dalam
acuan tingkat kedisiplinan.
4) Menarik kesimpulan dari hasil penganalisaan seluruh data yang
didapat yang mengacu pada indikator-indikator efektifitas Pendidikan
Agama Islam terhadap disiplin peserta didik dalam beribadah shalat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
- Sejarah SMP Fatahillah Grogol, Jakarta Barat.
Sekolah Menengah Pertama Fatahillah adalah suatu Lembaga
Pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Masjid Al-Muhajirin.
Sekolah ini didirikan oleh para tokoh masyarakat sekitar Grogol untuk
memberikan pengajaran berupa pengetahuan yang sistematis dan terencana
dengan kurikulum yang terencana dari Departemen Pendidikan serta
diperkaya dengan pendidikan keagamaan tambahan lainnya. Sehingga
nantinya akan menghasilkan lulusan yang pintar dalam keilmuan serta
berakhlak mulia.
Sekolah Menengah Pertama Fatahilah Grogol ini didirikan pada tahun
1974 di atas tanah fasilitas umum. Kemudian dengan berjalannya waktu
sekolah ini mendapat perhatian dan bantuan dalam pembangunannaya dari
PEMDA DKI pada tahun 1977 dan kemudian diserah terimakan kepada
Yayasan Masjid Al-Muhajirin oleh Gubernur DKI Bapak Ali Sadikin ketika
itu.
Dalam perjalanannya sampai saat ini, SMP Fatahillah telah mengalami
empat kali pergantian kepemimpinan dan banyak mengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut tampak dari penambahan fisik bangunan sekolah yang
disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah peserta didik dari tahun ke
tahun56
.
- Struktur Organisasi 57
a. Zulkarnaini S.Pd : Ketua Komite
b. Budi Waluyo, Spd : Kepala Sekolah
c. Marwita, S.Pd : Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum
d. Eva Widia S.Pd : Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan
e. Mayasari : Kepala Tata Usaha
f. Sri Suprapti S.Pd : Koordinator Bidang Kurikulum
g. Drs. Haryono : Koordinator Bidang Kesiswaan
h. Ali Mahfudh, S.Kom : Koordinator Bidang Sarana Prasarana
i. Komariyah : Perpustakaan
- Visi, Misi dan Tujuan SMP Fatahillah Jakarta Barat58
- Visi SMP Fatahillah
Mewujudkan wahana pendidikan bernuansa Islami dan Mandiri.
- Misi SMP Fatahillah
a. Menyiapkan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan siswa didik
yang berprestasi dan berakhlak mulia.
b. Berupaya menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan untuk menuju
pendidikan yang bermutu.
c. Membentuk siswa didik yang beriman, bertaqwa, cerdas, terampil,
berwawasan pengetahuan dan mandiri.
56
Budi Waluyo, wawancara, 12 Nopember 2010. 57
Papan Struktur Organisasi SMP Fatahillah. 58
KTSP SMP Fatahillah 2010-2011.
- Tujuan SMP Fatahillah
a. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian, cerdas, berkualitas dan berprestasi serta berwawasan
IMTAQ.
b. Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi
informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara
mandiri
c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar
mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
d. Menghasilkan peserta didik yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Tabel 2.
Keadaan Guru dan Karyawan
Jabatan Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
Guru S1 14 7 21
Tata Usaha SMK 1 2 3
Pustakawan SMK - 1 1
Satpam SMP 1 - 1
Pesuruh SMA 1 - 1
Dari tabel data keadaan guru dan karyawan di atas, semua guru telah
menyelesaikan jenjang pendidikan S1, ini berarti guru-guru telah memenuhi
kualifikasi akademik sebagai tenaga pendidik. Namun masih terdapat
beberapa ketidak sesuaian antara bidang yang diajar dengan jurusan
pendidikan yang dimiliki beberapa guru. Seperti yang peneliti dapat, untuk
bidang studi PKn di ajar oleh guru lulusan Syari‟ah dan Hukum, yang
seharusnya bidang tersebut dipegang oleh guru yang berasal dari lulusan
Pendidikan Kewarga negaraan.
Tabel 3.
Keadaan Peserta didik
Tahun Ajaran Kelas Putra Putri Jumlah
2010-2011
VII 44 49 93
VIII 68 72 140
IX 48 63 111
Jumlah 160 184 344
Keadaan peserta didik pada tahun ajaran ini menurun dari tahun
sebelumnya yang mengalami kenaikan. Salah satu penyebab hal tersebut yaitu
banyak dari peserta didik yang mengikuti ujian ulang dalam Ujian Nasional
pada tahun pembelajaran kemarin.
Tabel 5.
Sarana dan Prasarana
Jumlah Bangunan Dan Fasilitas Sekolah
No. Jenis fasilitas Jumlah Luas (m2) Kondisi
1. Ruang Kelas 10 250 Baik
2. Ruang Komputer 1 50 Baik
3. Ruang Perpustakaan 1 50 Baik
4. Ruang Lab IPA 1 40 Baik
5. Ruang BP/ BK 1 40 Baik
6. Ruang Kepala Sekolah 1 40 Baik
7. Ruang Guru 1 40 Baik
8. Ruang TU 1 40 Baik
9. Ruang Osis 1 40 Baik
10. Kamar Mandi/ WC Guru 1 5 Baik
11. Kamar Mandi/ WC Siswa 3 15 Baik
12. Gudang 1 30 Baik
13. Masjid 1 400 Baik
Fasilitas yang ada di SMP Fatahillah sudah tergolong baik namun
kurang cukup memadai, seperti jumlah WC untuk peserta didik yang
berbanding jauh dari mereka yang ada. Jumlah WC yang tersedia hanya ada 3
ruangan sedangkan jumlah peserta didik seluruhnya 344 siswa. Begitu pun
dengan WC guru yang hanya ada 1 ruangan berbanding dengan jumlah guru
dan karyawan lain berjumlah 27 orang. Selain itu sekolah ini tidak memiliki
fasilitas lapangan olah raga yang memadai, adapun kegiatan pembelajaran
olah raga di adakan di halaman sekolah dengan memanfaatkan luas halaman
yang ada.
B. Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah.
Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan di SMP Fatahillah
merupakan mata pelajaran unggulan yang mendukung terwujudnya visi dan
misi sekolah. Kurikulum yang dipakai untuk Pendidikan Agama Islam yaitu
kurikulum dari Kemendiknas namun ditambah alokasinya menjadi 4 kali
pertemuan dalam seminggu untuk pengayaan pada aspek aqidah akhlak dan
bahasa Arab59
.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan di kelas-kelas dan di
luar kelas. Dalam proses pembelajarannya di dalam kelas guru menggunakan
buku paket pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu, para peserta didik
diberikan buku lembar kerja siswa (LKS) untuk keaktifan dan pengayaan
mereka dengan menjawab soal-soal yang ada di dalamnya60
.
Pembelajaran di luar kelas dilakukan untuk materi-materi tertentu yang
dianggap perlu dilaksanakan di luar kelas. Sebagai contoh dari hasil
wawancara yang didapat peneliti dengan guru Pendidikan Agama Islam, guru
PAI menerapkan pembelajaran di luar kelas pada salah satu judul materi, yaitu
thaharah (kebersihan). Di awal pembelajarannya peserta didik diajak berperan
aktif dalam menata kebersihan sekitar sekolah kemudian siswa diberikan
kesempatan untuk menilai tentang hasil dari kegiatan tersebut. Hal itu
dilakukan oleh guru karena menurutnya dengan begitu peserta didik akan
59
Budi Waluyo, wawancara, 12 Nopember 2010. 60
Budi Waluyo, wawancara, 12 Nopember 2010.
mendapatkan pengalaman langsung dan dapat memberikan penilaian sesuai
dengan pengalaman yang mereka rasakan61
.
Peserta didik pun merasa senang dengan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di luar kelas. Menurut salah seorang peserta didik yang bernama
Rahman, belajar di luar kelas lebih terasa santai dan tidak membosankan,
karena kalau di luar kelas kita bisa melihat-lihat pemandangan yang berbeda
dari yang ada di kelas. Kalau di kelas yang kita lihat hanya meja, papan tulis,
tembok dan guru. Namun kalau di luar kelas kita bisa melihat-lihat
pemandangan selain meja, bangku dan papan tulis62
.
Interaksi antara guru dan peserta didik selama pembelajaran di kelas
cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada saat guru menjelaskan materi akhlak
yang berjudul takabbur. Guru menggunakan metode yang variatif dan aktif.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menampilkan
drama di depan peserta didik lainnya mengenai kisah orang yang takabbur.
Sebelum peserta didik memerankan drama mengenai takabbur, guru
menjelaskan terlebih dahulu beberapa permasalahan mengenai takabbur. Di
sela-sela penjelasan materi, tampak beberapa peserta didik menanyakan
beberapa hal yang menyangkut perihal materi takabbur. Guru pun menjawab
semua pertanyaan peserta didik dengan baik63
. Setelah penjelasan selesai,
peserta didik menampilkan drama yang mereka ciptakan.
Namun guru pun sering mendapat gangguan-gangguan dari beberapa
peserta didik yang tidak dalam keadaan fokus saat proses pembelajaran
berlangsung. Diantaranya ditemukan beberapa peserta didik yang mengobrol
dan bergurau saat guru memberikan penjelasan dan saat mereka memainkan
drama. Meskipun demikian guru secara sigap menegur dan mengarahkannya
dengan teguran dan nasehat agar kembali memperhatikan penjelasan yang
61
Ahmad Muslim, wawancara, 11 Nop 2010 62
Rahman (responden), wawancara, 15 Nop 2010 63
Hasil Pengamatan Pembelajaran PAI kelas IX-1, 3 Nopember 2010
sedang diberikan64
. Hal ini didukung dengan data yang diperoleh dari
wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam yang mengatakan bahwa di
tiap-tiap kelas pasti terdapat beberapa anak yang menjadi antisipasi kita saat
mengajar, karena mereka terkadang mengganggu proses pembelajaran dengan
ulah khas mereka masing-masing65
.
Selama pembelajaran berlangsung, guru PAI sering memberikan
pujian-pujian berupa kata-kata pembangkit motivasi, seperti “bagus, hebat,
good job” bagi mereka yang berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan dan
berhasil melakukan tugas-tugas yang diberikan. Namun sering juga guru
member teguran bagi mereka yang tidak fokus dan konsentrasi saat
pembelajaran berlangsung. Guru PAI juga sering memotivasi peserta didik
untuk mau dan berani mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka
dengan kata-kata motivasi “kamu pasti bisa, ayo semangat”66
.
Untuk materi ibadah „amaliyah biasanya peserta didik langsung
memperagakannya di masjid Sekolah. Hal ini bertujuan agar peserta didik
terukur kemampuannya dalam memperagakan ibadah yang dipelajari. Dalam
pembelajaran ibadah „amaliyah guru Pendidikan Agama Islam sering
menggunakan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
CBSA yang dilakukan guru PAI untuk ibadah „amaliyah seperti yang
di tunjukkan saat materi “shalat sunnah berjama‟ah”, peserta didik diajak
langsung memperagakkan formasi shalat berjamaah dengan berbagai keadaan.
Siswa membentuk formasi shaf shalat berjama‟ah jika dalam keadaan
ma‟mum semuanya laki-laki di bawah bimbingan guru. Kemudian siswa
membentuk formasi shaf jika keadaan ma‟mum terdiri dari laki-laki dan
perempuan serta bentuk shaf jika keadaan ma‟mum satu orang kemudian ada
ma‟mum yang masbuk67
. Dengan pembelajaran seperti ini peserta didik
terlibat aktif langsung dalam proses pembelajaran.
64
Hasil Pengamatan Pembelajaran PAI kelas IX-2, 4 Nopember 2010. 65
Ahmad Muslim, wawancara, 11 Nopember 2010. 66
Hasil Pengamatan Pembelajaran PAI di Kelas-kelas. 67
Ahmad Muslim, . . . , 11 Nopember 2010.
C. Pembinaan Disiplin Ibadah di SMP Fatahillah.
Pembinaan ibadah di SMP Fatahillah pun menjadi salah satu prioritas
penting, mengingat visi, misi dan tujuan sekolah yang mengarah kepada
pembentukan peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Sekolah menerapkan nuansa islami demi mendukung tujuan mulia yang telah
ditetapkan.
Pembinaan disiplin ibadah dimulai dari disiplin dalam berpakaian yang
menutup aurat. Peserta didik perempuan diwajibkan memakai baju lengan
panjang dan rok panjang ditambah dengan jilbab untuk menutupi kepala.
Adapun peserta didik laki-laki diwajibkan memakai celana panjang. Khusus
hari Jum‟at peserta laki-laki diwajibkan memakai baju taqwa putih dan
mengenakan peci putih68
.
Pembinaan ibadah lain yang diprioritaskan oleh sekolah yaitu baca
tulis al-Qur‟an dan pelaksanaan shalat lima waktu. Baca tulis al-Qur‟an
mendapat waktu khusus yaitu pada hari sabtu untuk beberapa peserta didik
yang dianggap membutuhkan setelah dilakukan uji kemampuan ketika masa
pendaftaran peserta didik baru69
.
Untuk pembinaan ibadah shalat, pemfokusan dilakukan pada beberapa
aspek:
1. Penguasaan peserta didik terhadap tata cara pelaksanaan shalat.
2. Kedisiplinan peserta didik dalam melaksanakan shalat.
Aspek penguasaan peserta didik terhadap tata cara pelaksanaan
meliputi bagaimana mereka melakukan gerakan shalat secara baik dan benar
sesuai dengan tuntunan yang diajarkan nabi Muhammad saw. Dalam
mengajarkan gerakan-gerakan shalat, saya mendemonstrasikannya di depan
peserta didik. Setelah didemonstrasikan, peserta didik diminta untuk
mempraktekkannya dibawah bimbingan saya. Kemudian saya menilai dan
68
Budi Waluyo, wawancara, 12 Nopember 2010. 69
Budi Waluyo, wawancara, 12 Nopember 2010.
mengoreksi jika terdapat kekurangan pada gerakan yang dipraktekkan oleh
para peserta didik.
Selain memfokuskan pada gerakan-gerakan shalat, pembinaan shalat
difokuskan juga pada penguasaan peserta didik terhadap bacaan doa-doa untuk
tiap gerakan shalat. Pada aspek ini guru Pendidikan Agama Islam memeriksa
masing-masing peserta didik, apakah mereka telah menguasai bacaan doa
untuk tiap gerakan shalat atau belum. Peserta didik dikelompokkan menjadi
dua kelompok, kelompok yang sudah menguasai seluruh bacaan doa dan yang
belum menguasai. Selain guru memberikan beberapa catatan keterangan
mengenai kemampuan apa saja yang belum dikuasai oleh peserta didik.
Tujuan utama kami mengadakan pembinaan ibadah shalat kepada
peserta didik yaitu agar mereka disiplin melaksanakan shalat lima waktu
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa
ketetapan indikator, yaitu peserta didik:
1. Melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari-hari.
2. Tepat waktu dalam melaksanakan shalat lima waktu.
3. Khusyu‟ dalam melaksanakan shalat lima waktu.
Dalam membina kedisiplinan peserta didik dalam pelaksanaan ibadah
shalat lima waktu tersebut, kami melakukan beberapa langkah, yaitu:
- Memberi pemahaman kepada peserta didik tentang shalat.
- Menyelenggarakan praktek pelaksanaan shalat.
- Memantau dan mengontrol pelaksanaan shalat peserta didik.
Dalam memberi pemahaman tentang shalat, peserta didik dijelaskan
tentang materi shalat serta diberi buku Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk
menunjang pemahaman peserta didik tentang materi shalat tersebut. Dalam
menjelaskan shalat, saya melakukan demonstrasi berupa beberapa gerakan
shalat yang saya kira membutuhkan visualisasi di hadapan peserta didik.
Selain itu saya mempertontonkan video tentang beberapa perbedaan dalam
gerakan shalat menurut pendapat beberapa ulama kepada peserta didik. Hal
tersebut bertujuan agar peserta didik memiliki wawasan luas tentang beberapa
perbedaan gerakan dalam shalat menurut pendapat beberapa ulama, sehingga
peserta didik tidak asing dan dapat menghargai perbedaan gerakan yang ada
dalam pelaksanaan shalat.
Langkah berikutnya yang saya lakukan selaku guru Pendidikan Agama
Islam yaitu menyelenggarakan kegiatan praktek ibadah shalat. Praktek ini
bertujuan membiasakan peserta didik dalam melakukan tata cara ibadah shalat
secara baik dan benar. Shalat yang dipraktekkan peserta didik yaitu shalat
dhuha dan shalat zuhur. Selama peserta didik mempraktekkan shalat tersebut,
wali kelas mendampingi mereka70
.
Selain praktek shalat, dilaksanakan juga praktek berwudhu kepada
peserta didik untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik dalam
melakukan wudhu secara baik dan sempurna. Dalam hal ini saya terjun
langsung memantau pelaksanaan wudhu peserta didik. Saya pun menegur
peserta didik yang wudhunya tidak sempurna kemudian saya membimbingnya
dan saya arahkan untuk melakukan wudhu dengan sempurna71
.
Langkah selanjutnya untuk menanamkan disiplin shalat para peserta
didik, saya dibantu oleh para wali kelas dan guru-guru yang lain dalam
melakukan pemantauan dan pengontrolan terhadap pelaksanaan ibadah shalat
mereka, baik di sekolah mau pun di rumah mereka masing-masing. Di
sekolah, saya bersama beberapa guru yang lain memantau dan memperhatikan
kegiatan shalat peserta didik. Kami pun sering menegur peserta didik yang
bergurau saat pelaksanaan shalat berlangsung dan mengoreksi serta
memperbaiki gerakan shalat peserta didik yang kurang sempurna.
Selain itu peserta didik dibiasakan untuk selalu berzikir dan berdoa
setiap selesai shalat. Adapun pelaksanaan zikir dan doa setelah selesai shalat
dilakukan secara sirr (halus). Dalam pelaksanaan zikir dan doa, guru PAI dan
guru-guru yang lain terus memantau dan mengingatkan mereka yang tidak
melakukannya agar melakukan zikir dan doa dengan sungguh-sungguh sampai
selesai72
.
70
Ahmad Muslim, . . . , 11 Nopember 2010. 71
Ahmad Muslim, . . . , 11 Nopember 2010. 72
Pengamatan Pelaksanaan Shalat Zuhur di Masjid Sekolah.
Setelah pelaksanaan shalat selesai, guru sering malakukan evaluasi
pelaksanaan shalat para peserta didik73
. Hal ini bertujuan mengingatkan
kepada mereka akan kekurangan mereka ketika melaksanakan shalat sekaligus
membina gerakan shalat mereka agar menjadi baik dan benar.
Untuk pemantauan dan pengontrolan ibadah peserta didik di rumah,
kami menggunakan buku penghubung sebagai pemberi informasi mengenai
aktifitas ibadah peserta didik selama di rumah. Dalam hal ini kami bekerja
sama dengan para orang tua peserta didik. Buku tersebut harus ditanda tangani
oleh orang tua peserta didik jika anaknya melaksanakan ibadah yang tertera
pada kolom jenis ibadah yang tertera di buku tersebut. Jika terdapat peserta
didik yang jarang melakukan shalat maka akan ada konsekuensi berupa
pemanggilan orang tua dengan tujuan agar orang tua lebih memperhatikan
aktifitas ibadah anaknya74
. Sampai saat ini Alhamdulillah sedikit dari peserta
didik yang mendapat konsekuensi tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa
peserta didik disiplin melakukan ibadah selama di rumah dan peran orang tua
di rumah dalam memantau aktifitas ibadah mereka sudah baik.
Penggunaan buku penghubung tersebut banyak mendapat kritikan dari
peserta didik. Dani (salah seorang peserta didik) mengatakan bahwa “buku
penghubung tersebut cocoknya untuk anak SD bukan untuk anak SMP”75
.
Namun diantara mereka juga ada yang berpendapat buku itu sangat berguna
bagi mereka76
.
D. Analisis Efektifitas.
Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah sudah
berlangsung baik. Hal tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang
berlangsung dengan baik yang ditandai dengan keikutsertaan peserta didik
dalam pembelajaran dengan semangat yang tinggi dan merasa senang saat
73
Pengamatan Pelaksanaan Shalat Zuhur di Masjid Sekolah. 74
Ahmad Muslim, . . . , 11 Nopember 2010. 75
Walikelas IX-1, Wawancara, 13 Nopember 2010 76
Rahmah, salah seorang murid kelas IX-2 mengatakan: “gara-gara buku penghubung itu
saya jadi rajin solat, orang tua saya jadi tambah senang sama saya”.
mengikutinya. Suasana saat pembelajaran pun cukup baik meski terkadang
terdapat kendala dari peserta didik namun dapat diatasi oleh guru PAI sendiri
dengan keterampilan pengelolaan yang dimiliki.
Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru PAI pun sudah cukup kreatif
dengan metode pembelajaran yang aktif dan variatif serta berorientasi pada
keaktifan peserta didik dalam pelaksanaannya. Pemilihan lokasi pembelajaran
pun sesuai dengan materi yang sedang diajarkan sehingga proses pembelajaran
lebih hidup, menyenangkan dan tidak membosankan sehingga peserta didik
dapat menikmati pembelajaran.
Pembinaan disiplin ibadah yang telah ditetapkan target dan tujuannya
sudah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan
pembinaan yang dilakukan sudah intensif dan melibatkan hampir seluruh
guru. Guru Pendidikan Agama Islam pun melaksanakan tanggung jawabnya
dengan baik. Langkah-langkah yang di gunakan untuk membina disiplin pun
sudah tepat dan baik.
Pemahaman, pembiasaan dan pemantauan yang diterapkan agar
peserta didik menjadi disiplin dalam beribadah berlangsung baik. Peserta didik
pun menjadi disiplin dalam beribadah. Hal ini dapat dikuatkan dari hasil
pembinaan shalat yang telah diterapkan sekolah. Peserta didik kini telah
mengetahui dan dapat melakukan tata cara pelaksanaan shalat dengan baik
sesuai dengan yang diajarkan guru. Tingkat disiplin pelaksanaan shalat pun
sudah baik. Hal tersebut berdasar atas keterangan wali kelas dari data buku
penghubung peserta didik.
E. Kedisiplinan Peserta didik Dalam Ibadah Shalat.
Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan ibadah shalat peserta didik,
peneliti menggunakan angket yang disebar kepada beberapa peserta didik
kelas IX. Selain itu, angket tersebut digunakan untuk memperoleh data tentang
perspektif peserta didik terhadap efektifitas Pendidikan Agama Islam yang
dikembangkan oleh Guru Pendidikan Agama Islam sebagai data yang ke dua,
data ini digunakan juga sebagai pembanding terhadap data informasi yang
didapat dari guru. Adapun hasil jawaban angket dari para responden sebagai
berikut:
Tabel 6.
Taat Mendirikan Shalat
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah Selalu Sering
Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
1.
Mengikuti Shalat
Berjamaah di
Sekolah.
72 12 - - 84
2.
Melaksanakan
Kewajiban Shalat
Zuhur di Masjid.
20 24 8 5 57
3.
Melaksanakan Shalat
Lima Waktu di
Rumah.
56 12 8 - 76
4.
Melaksanakan
Seluruh Shalat Lima
Waktu Sehari
Semalam.
64 12 4 - 80
5.
Melaksanakan Shalat
Lima Waktu
Berjamaah
32 15 12 6 65
6. Suka Meninggalkan
Shalat Lima Waktu - - 9 76 85
Total 447
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik taat
mendirikan shalat baik di sekolah maupun di rumah. Hal tersebut terlihat dari
jawaban sebagian besar peserta didik yang menjawab tidak pernah
meninggalkan shalat lima waktu sebanyak 76 karena mereka menganggap
shalat lima waktu merupakan kewajiban, kadang-kadang sebanyak 9 karena
diantara mereka lupa karena beberapa kesibukan tertentu atau pun ketiduran
dan bangun kesiangan untuk shalat subuh.
Tabel 7.
Disiplin Waktu Dalam Melaksanakan Shalat
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah Selalu Sering
Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
7.
Mendahulukan Shalat
Lima Waktu
Daripada Kegiatan
Lain
16 18 16 4 54
8.
Melaksanakan Shalat
Lima Waktu Tepat
Pada Waktunya.
16 9 12 9 46
9.
Suka Mengulur-ulur
Waktu Dalam
Melaksanakan Shalat
Lima Waktu
16 6 28 2 52
Total 152
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik
disiplin waktu dalam mendirikan. Hal tersebut terlihat dari jawaban peserta
didik yang menjawab selalu tepat waktu dalam melaksanakan shalat sebanyak
76 dan sering sebanyak 9 karena mereka menganggap shalat lima waktu harus
didahulukan ketimbang kegiatan lain, kadang-kadang sebanyak 12 dan tidak
pernah sebanyak 9 karena diantara mereka dilalaikan oleh beberapa kesibukan
tertentu yang menyebabkan mereka melaksanakan shalat tidak tepat pada
waktunya.
Tabel 8.
Khusyu’ Melaksanakan Ibadah Shalat
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah Selalu Sering
Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
10. Melaksanakan Rukun
Shalat Dengan Tertib 88 - - - 88
11.
Melaksanakan Shalat
Lima Waktu Tidak
Tergesa-gesa
40 21 10 - 71
12. Melaksanakan Shalat 8 6 6 15 35
Lima Waktu Tanpa
Memikirkan Sesuatu
Dalam Shalat.
13.
Ketika Melaksanakan
Shalat Lima Waktu
Membaca Seluruh
Bacaan Shalat
36 15 8 4 63
Total 257
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik masih
kurang khusyu‟ dalam mendirikan shalat. Hal tersebut terlihat dari jawaban
peserta didik yang menjawab tidak pernah memikirkan sesuatu ketika
mendirikan shalat sebanyak 8, sering 6, kadang-kadang 6 dan tidak pernah 15,
karena dalam fikiran mereka selalu timbul bayang-bayang yang tiba-tiba
muncul saat mereka sedang shalat.
Tabel 9.
Melakukan Ibadah Penyempurna Shalat.
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah Selalu Sering
Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
14. Melakukan Wudhu
Dengan Baik 36 21 4 4 65
15.
Berdo‟a Saat
Memulai dan Selesai
Berwudhu
32 15 12 3 62
16.
Berzikir Setelah
Selesai
Melaksanakan Shalat
Lima Waktu
64 12 3 1 80
17.
Berdoa Setelah
Selesai
Melaksanakan Shalat
Lima Waktu
64 12 3 1 80
18. Tidak Tergesa-gesa
Berzikir dan Berdoa 24 21 6 6 57
Total 344
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik
melakukan ibadah penyempurna shalat. Hal tersebut terlihat dari jawaban
sebagian besar peserta didik yang menjawab 36 untuk selalu melakukan
wudhu, 21 untuk sering, 4 kdang-kadang dan sering. Mereka mengetahui
wudhu adalah salah satu kewajiban sebelum shalat sebagaimana penjelasan
guru. Selain itu jawaban peserta didik untuk selalu berzikir dan berdoa setelah
shalat sebanyak 64, sering sebanyak 12, kadang-kadang 3 dan tidak pernah
sebanyak 1. Hal tersebut karena mereka menyadari bahwa mereka harus
berdoa kepada Allah setelah shalat untuk memohon segala keinginan mereka.
Tabel 10.
Perasaan Setelah Melaksanakan Shalat.
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah Selalu Sering
Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
19.
Merasa Malas
Melaksanakan
Shalat Lima Waktu
24 6 8 10 48
20.
Merasa Terpaksa
Pada Saat
Melaksanakan
Shalat Lima Waktu
8 3 8 15 34
21.
Merasa Senang
Pada Saat
Melaksanakan
Shalat Lima Waktu
60 12 4 1 77
22.
Merasa Rugi
Meninggalkan
Shalat Lima Waktu
52 6 10 2 70
23.
Merasa Malu
Kepada Allah swt
Jika Meninggalkan
Shalat Lima Waktu
88 - - - 88
24.
Merasa Takut Bila
Tidak
Melaksanakan
Shalat Lima Waktu
64 12 4 - 80
25.
Merasa Tenang
Setelah
Melaksanakan
Shalat Lima Waktu
88 - - - 88
Total 485
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik
merasa bahwa mendirikan shalat adalah kebutuhan. Hal tersebut terlihat dari
jawaban seluruh peserta didik yang menjawab merasa tenang setelah
melaksanakan shalat lima waktu. Karena jika belum melaksanakan shalat
seperti ada hutang yang belum terbayarkan. Selain itu jawaban peserta didik
52 untuk selalu merasa rugi jika meninggalkan shalat, sering 6, kadang-
kadang 10 dan tidak pernah 2. Mereka merasa rugi karena menganggap jika
meninggalkan shalat mereka tidak mendapat pahala dan tidak termasuk orang
Islam sesungguhnya.
Tabel 11.
Tingkat Kedisiplinan Hasil Angket Penelitian.
No Indikator
Skor Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
NS X 100
NH
Kriteria
1. Taat Mendirikan
Shalat 447 4 x 6 = 24 447:22=20,32 84,67
Sangat
Baik
2.
Disiplin Waktu
Dalam
Melaksanakan
Shalat
152 3 x 4 = 12 152:22=6,91 57,58 Baik
3.
Khusyu‟
Melaksanakan
Ibadah Shalat
257 4 x 4 = 16 252:22=11,45 71,56 Baik
4.
Melakukan Ibadah
Penyempurna
Shalat
344 5 x 4 = 20 344:22=15,64 78,2 Sangat
Baik
5.
Perasaan Setelah
Melaksanakan
Shalat
485 7 x 4 = 28 485:22=22,04 78,71 Sangat
Baik
Dari hasil tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan
peserta didik SMP Fatahillah dalam beribadah shalat sudah sangat baik. Hal
tersebut terlihat dari hasil penghitungan tingkat ketaatan dan disiplin peserta
didik dalam melaksanakan shalat lima waktu sudah baik, serta sebagian besar
dari mereka merasa membutuhkan shalat dan merasa tenang setelah
melaksanakan shalat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan
mengenai ”efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan disiplin
beribadah” di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat, dapat diambil kesimpulan
sebagai bahwa:
1. Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah berlangsung
baik. Hal tersebut dilihat jumlah jam yang mendapat penambahan dari
pihak sekolah ditambah dengan keterampilan guru yang baik selama
proses pembelajaran.
2. Pembinaan disiplin ibadah peserta didik di SMP Fatahillah sudah baik. Hal
ini terlihat dari data-data yang diperoleh tentang pembinaan yang
dilakukan sekolah dengan melibatkan guru PAI, para wali kelas dan
hampir seluruh guru dalam memantau pelaksanaan disiplin ibadah shalat
peserta didik. Ditambah juga dengan adanya buku penghubung sebagai
pemantau ibadah peserta didik selama di rumah.
3. Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan disiplin
beribadah shalat lima waktu di SMP Fatahillah Grogol, Jakarta Barat dapat
dikatakan cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari upaya sekolah dan guru
Pendidikan Agama Islam dalam membina disiplin peserta didik dengan
cara dan kegiatan yang tepat serta didukung oleh hasil angket yang
disebarkan kepada responden yang menyatakan tingkat ketaatan dan
kedisiplinan peserta didik dalam melaksanakan shalat sangat baik.
B. Saran
1. Hendaknya guru lebih mementingkan mutu pelajaran khususnya bidang
studi Pendidikan Agama Islam karena bidang studi ini bukan karena
kewajiban sekolah saja tetapi merupakan pelajaran yang dapat
memberikan manfaat dan pedoman hidup peserta didik baik di dunia dan
di akhirat.
2. Guru dan seluruh elemen sekolah juga para orang tua peserta didik agar
senantiasa memberikan arahan, bimbingan serta memantau pelaksanaan
ibadah peserta didik khususnya ibadah shalat lima waktu.
3. Hendaknya peserta didik tidak hanya memahami bidang studi PAI secara
kognitif saja tetapi juga dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Bagi guru yang terkait, hendaknya mempertahankan dan meningkatkan
kembali cara mengajar yang lebih baik dan mengembangkan wawasan
peserta didik dengan memberikan matei-materi pelajaran yang lebih
mengenai sasarannya.
5. Para guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam agar lebih
memperhatikan peserta didik dalam hal disiplin beribadah terutama shalat
lima waktu yang dilaksanakan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, Kumpulan
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2007, h. 8.
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung ; Pustaka Setia, 1999)
cet ke-2.h.14.
Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ikhtiar Baru-Van
Hoeve). Jilid 2, h. 883.
Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, Studi Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi Umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2003). h. 145.
Al-Syaikh Muhammad Mahmud al-Shawaf, Pengajaran Shalat Lengkap,
(Semarang ; Dina Utama Semarang, 1995), h. 12.
Rika Sa‟diyah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta, PT. Wahana
Kardofa, 2009), h.13.
Prof. DR, Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Kalam
Mulia, 2008), h. 21.
Dr. Muhammad Abdul Qodir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
(Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2008), h. 15-16.
Dr.Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta;
PT.Bumi Aksara,2008), h.59-114.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990). h. 208.
Prof. DR. Utami Munandar dkk, Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan
Remaja, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2001). H. 109.
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, ( Jakarta: PT.
Grafindo Widia Sarana Indonesia, 2004), h. 31.
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta; Erlangga), cet. Ke 6,
h.84-92.
Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya; PT.
Usaha Nasional, 1973), h. 143-144.
Prof. DR. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia, (Jakarta; PT. Mahmud
Yunus Wadzuriyah),h. 252.
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta; Bumbu Dapur
Communication-PT. Mitra Cahaya Utama, 2008), h. 16-17.
Al-Imam Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 1, (Bandung, Sinar
Baru Algensindo, 2000). h. 124.
Zurinal & Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: lembaga Penelitian UIN, 2008. h.
26-27.
Drs. KH. Abdul Hamid M.Ag, Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Fiqih Ibadah,
Pustaka Setia (Bandung; 2009)), h. 72.
Dewan Hisbah PP Persis, Risalah Shalat, Bandung; Pustaka Umat, 2002. h. 67.
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Penebar Salam, 1998. H. 321.
Prof. DR. H. Moh Ardani, Akhlak-Tasawuf, Nilai-nilai Akhlak/ Budipekerti
dalam Ibadat & Tasawauf, (Jakarta; CV. Karya Mulia, 2005), h. 118-141.
Prof. DR. Hasbi ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta : Bulan Bintang,
1983), cet ke-1, h. 29-30.
Al-Syaikh Muhammad Mahmud Al-Shawaf, Pengajaran Shalat
Lengkap,(Semarang; DinaUtama), h. 14.
H. Fachrurazi, Tata Cara Shalat, (Bandung; Sinar Baru Algensindo), h.25-26.
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam,(Bandung; Sinar Baru), h. 58-65.
Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru- Van Hoeve). Jilid
2, h. 883.
Panata Wasna (ed), Ensiklopedia Administrasi, (Jakarta : CV. Haji Masagung,
1989), h. 126.
S . Wojo Wasito & Tito Wasito W, Kamus Lengkap (Inggeris-Indonesia,
Indonesia-Inggeris), (Bandung : Hasta, 1980 ), cet ke-15, h. 49.
Madya Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effar Offset, 1990 ),
cet ke-1,h. 63.
Syaifu Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; PT. Rineka Cipta,
2002), h. 121.
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung; PT. Rosda
Karya,1991), cet. Ke 3, h. 60-63.
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002), h. 6.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: alfabeta, 2004), h. 90.
REFERENSI SKRIPSI
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-
undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2007.
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung ; Pustaka Setia, 1999) cet
ke-2.
Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve). Jilid 2.
Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum,
(Bandung : Pustaka Setia, 2003).
Al-Syaikh Muhammad Mahmud al-Shawaf, Pengajaran Shalat Lengkap, (Semarang
; Dina Utama Semarang, 1995).
Rika Sa’diyah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta, PT. Wahana
Kardofa, 2009).
Prof. DR, Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia,
2008).
Dr. Muhammad Abdul Qodir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
(Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2008).
Dr.Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta; PT.Bumi
Aksara,2008).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990).
Prof. DR. Utami Munandar dkk, Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan
Remaja, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2001).
Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, ( Jakarta: PT. Grafindo
Widia Sarana Indonesia, 2004).
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta; Erlangga), cet. Ke 6.
Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya; PT. Usaha
Nasional, 1973).
Prof. DR. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia, (Jakarta; PT. Mahmud
Yunus Wadzuriyah).
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta; Bumbu Dapur
Communication-PT. Mitra Cahaya Utama, 2008).
Al-Imam Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 1, (Bandung, Sinar Baru
Algensindo, 2000).
Zurinal & Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: lembaga Penelitian UIN, 2008.
Drs. KH. Abdul Hamid M.Ag, Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Fiqih Ibadah,
Pustaka Setia (Bandung; 2009).
Dewan Hisbah PP Persis, Risalah Shalat, Bandung; Pustaka Umat, 2002.
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Penebar Salam, 1998.
Prof. DR. H. Moh Ardani, Akhlak-Tasawuf, Nilai-nilai Akhlak/ Budipekerti dalam
Ibadat & Tasawauf, (Jakarta; CV. Karya Mulia, 2005).
Prof. DR. Hasbi ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1983), cet
ke-1.
Al-Syaikh Muhammad Mahmud Al-Shawaf, Pengajaran Shalat Lengkap,(Semarang;
DinaUtama).
H. Fachrurazi, Tata Cara Shalat, (Bandung; Sinar Baru Algensindo).
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam,(Bandung; Sinar Baru).
Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru- Van Hoeve). Jilid 2.
Panata Wasna (ed), Ensiklopedia Administrasi, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989).
S . Wojo Wasito & Tito Wasito W, Kamus Lengkap (Inggeris-Indonesia, Indonesia-
Inggeris), (Bandung : Hasta, 1980 ), cet ke-15.
Madya Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effar Offset, 1990 ), cet
ke-1.
Syaifu Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; PT. Rineka Cipta,
2002).
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung; PT. Rosda Karya,1991),
cet. Ke 3.
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002).
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: alfabeta, 2004).
ANGKET
Nama : _______________________________________
Kelas : _______________________________________
Jenis Kelamin : _______________________________________
Hari Tanggal : _______________________________________
PETUNJUK PENGISIAN
1. Kami mengharapkan anda menjawab pernyataan-pernyataan berikut
dengan sebenar-benarnya.
2. Jawaban anda tidak mempengaruhi nilai anda
3. Kami memberitahukan anda bahwa angket ini untuk keperluan ilmiah dan
semua jawaban akan kami jamin kerahasiaannya.
4. Jawablah pernyataan berikut dengan memilih salah satu alternatif jawaban
yang ada dengan memberi tanda silang (x) sesuai dengan keadaan dan
pendapat anda.
PERNYATAAN
1. Anda mengikuti pelaksanaan shalat berjamaah di sekolah..
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
2. Anda melaksanakan kewajiban shalat Zuhur di Masjid.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
3. Anda melaksanakan kewajiban shalat lima waktu di rumah.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
4. Anda melaksanakan seluruh shalat lima waktu sehari semalam..
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
5. Anda melaksanakan shalat lima waktu berjamaah.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
6. Anda melakukan urutan rukun shalat dengan tertib.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
7. Dalam pelaksanakan shalat lima waktu anda melakukannya dengan tidak
tergesa-gesa.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
8. Ketika melaksanakan shalat lima waktu anda tidak memikirkan sesuatu
dalam shalat.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
9. Ketika melaksanakan shalat lima waktu anda membaca seluruh bacaaan
shalat.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
10. Anda suka meninggalkan shalat lima waktu.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
11. Anda mendahulukan kewajiban shalat dari pada kegiatan lainnya.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
12. Anda melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
13. Anda suka mengulur-ulur waktu dalam melaksanakan shalat lima waktu.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
14. Anda merasakan malas melaksanakan shalat lima waktu.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
15. Anda merasa terpaksa pada saat melaksanakan shalat lima waktu.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
16. Anda merasa senang pada saat melaksanakan shalat lima waktu.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
17. Anda merasa rugi jika meninggalkan shalat lima waktu.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
18. Anda merasa malu kepada Allah swt jika meninggalkan shalat lima waktu.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
19. Anda merasa takut bila tidak melaksanakan shalat.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
20. Anda berzikir setelah selesai melaksanakan shalat lima waktu.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
21. Anda berdoa setelah selesai melaksanakan shalat lima waktu.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
22. Anda berdoa saat memulai dan selesai berwudhu.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
23. Anda tidak tergesa-gesa ketika berzikir dan berdoa.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
24. Perasaan anda setelah melaksanakan shalat.
a. Tenang b. gelisah c. Pusing d. Malas
25. Anda melakukan wudhu dengan baik.
a. Selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
WAWANCARA
Nama : Budi Waluyo S.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari Tanggal : 11 Nopember 2010
=========================================================
Pokok Pembicaraan :
1. Sejarah berdirinya SMP Fathillah
2. Keadaan Guru dan Peserta didik
3. Sarana dan Prasarana
4. Upaya Untuk Meningkatan Keagamaan di Sekolah.
5. Usaha Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Ibadah Siswa
Isi Pembicaraan :
1. Bagaimana sejarah berdirinya sekolah ini?
2. Kemajuan apa saja yang telah dialami oleh sekolah ini?
3. Berapa jumlah guru dan karyawan di sekolah ini?
4. Berapa jumlah peserta didik pada tahun ajaran 2010-2011?
5. Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki oleh sekolah ini?
6. Apa yang dilakukan sekolah untuk mngembangkan kegiatan
keagamaan di sekolah ini?
7. Apa yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan disiplin ibadah
peserta didik?
Jawaban :
1. Sekolah ini bermula dari Yayasan Masyarakat yang didirikan oleh
para tokoh masyarakat di lingkungan Grogol. Pada tahun 1974 berdiri
beberapa lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan ini yaitu
Madrasah Diniyah Al-Ishlaah, Sekolah Fatahillah tingkat Menengah
Pertama dan Sekolah tingkat Menengah Atas. Awalnya sekolah
didirikan dengan memanfaatkan tanah fasilitas umum, kemudian pada
tahun 1977 Pemda DKI memberikan bantuan dalam pembangunan
dan penyelenggaraanya. Setelah selesai, Pemda DKI menyerahkannya
kepada Yayasan Masjid Al-Muhajirin untuk dikelola.
2. Seiring perjalanannya sekolah ini mengalami perkembangan-
perkembangan dalam segi fisik bangunan yang bertambah yang
disebabkan bertambahnya jumlah peserta didik dari tahun ke tahun.
Kepercayaan terhadap sekolah ini bertambah dengan bertambahnya
jumlah peserta didik yang ingin belajar di sekolah ini.
3. Guru yang mengajar di sekolah ini sebanyak 21 guru, sedangkan
jumlah siswa sebanyak 344 orang.
4. Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu ruang kepala sekolah, ruang
guru, ruang ibadah, ruang kelas, ruang OSIS, ruang komputer, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang BK, ruang TU, WC
Guru dan Murid serta Gudang.
5. Sekolah melakukan beberapa langkah dalam mengembangkan
keagamaan peserta didik, yaitu :
- Menambah alokasi waktu untuk kurikulum Pendidikan Agama.
Penambahan ini untuk menambah materi keagamaan dengan
memasukkan materi Aqidah Akhlak dan Bahasa Arab dalam
kurikulum Pendidikan Agama Islam.
- Menyelenggarakan kegiatan keagamaan yang bersifat rutin mau
pun temporer.
- Menyelenggarakan praktek-praktek dan ujian praktek ibadah.
- Memfasilitasi kegiatan keagamaan di sekolah.
6. Sekolah melibatkan guru dalam usaha meningkatkan disiplin ibadah
peserta didik. Guru memantau peserta didik saat melaksanakan shalat
berjamaah di mesjid serta guru kelas memantau ibadah peserta didik
selama di rumah dengan buku penghubung.
WAWANCARA
Nama : Ahmad Muslim, S.Pd.I
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Hari Tanggal : 11 Nopember 2010
=========================================================
Pokok Pembicaraan :
1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
2. Persiapan mengajar
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
4. Alat bantu dalam mengajar
5. Kondisi keagamaan peserta didik
6. Kendala dalam pembelajaran PAI dan ibadah
7. Tujuan pengadaan pembinaan disiplin ibadah shalat
8. Upaya guru membina kedisiplinan ibadah shalat peserta didik
Isi Pembicaraan :
1. Kurikulum apa yang dipakai di sekolah ini?
2. Persiapan apa saja yang dilakukan sebelum mengajar?
3. Bagaimana penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah
ini?
4. Alat bantu apa saja yang digunakan saat mengajar Pendidikan Agama Islam?
5. Bagaimana kondisi keagamaan peserta didik?
6. Kendala apa saja yang ditemukan saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam
khususnya dalam pembelajaran ibadah?
7. Apa tujuan utama pembiasaan ibadah shalat yang dilaksanakan di sekolah ini?
8. Apa indikator dari kedisiplinan peserta didik dalam ibadah shalat?
9. Apa yang dilakukan anda untuk meningkatkan disiplin ibadah shalat peserta
didik?
Jawaban :
1. Kurikulum yang dipakai untuk Pendidikan Agama Islam di sekolah
menggunakan kurikulum dari Kemendiknas ditambah dengan pengayaan pada
aspek aqidah akhlak dan bahasa Arab.
2. Sebelum memberikan materi pengajaran kepada peserta didik ada beberapa
persiapan diantaranya mengenal kemampuan peserta didik, menentukan target
pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran dan alat bantu pembelajaran.
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan di kelas-kelas dan di luar
kelas. Dalam proses pembelajarannya di dalam kelas guru menggunakan buku
paket pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu, para peserta didik
diberikan buku lembar kerja siswa (LKS) untuk keaktifan dan pengayaan
mereka dengan menjawab soal-soal yang ada di dalamnya.
Pembelajaran di luar kelas dilakukan untuk materi-materi tertentu yang
dianggap perlu dilaksanakan di luar kelas. Hal itu dilakukan oleh guru karena
menurutnya dengan begitu peserta didik akan mendapatkan pengalaman
langsung dan dapat memberikan penilaian sesuai dengan pengalaman yang
mereka rasakan
4. Alat bantu ketika mengajar beragam, diantaranya;
- Spidol - LCD Proyektor jika diperlukan
- Penghapus - Tongkat penunjuk
- dsb, sesuai tema yang sedang diajarkan
5. Pada umumnya kondisi pengetahuan peserta didik dapat dikatakan cukup
memiliki bekal karena sebagian besar dari mereka telah mengenyam
pendidikan non formal, baik dari madrasah maupun pengajian di rumah-rumah.
Namun dalam hal membaca al-Qur’an hampir dari seluruh dari mereka belum
lancar, namun sebagian besar dari mereka telah mengetahi huruf dan dapat
membaca huruf-huruf al-Qur’an. Maka untuk mengatasinya pelajaran
Pendidikan Agama Islam diberi tambahan alokasi waktu untuk membina
kemampuan baca tulis al-Qur’an. Selain itu diberi juga tambahan materi berupa
pembelajaran aqidah dan akhlak guna meningkatkan aqidah serta akhlak
peserta didik.
6. Kendala yang sering muncul dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yaitu sikap siswa dalam menerima materi serta seringnya peserta didik
yang berulah dan tidak fokus dan bergurau saat pembelajaran berlangsung. Hal
ini disebabkan karena diantara mereka ada yang tidak membawa buku paket
pelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga hal tersebut mengurangi fokus
mereka dalam menerima materi.
7. Tujuan utama kami mengadakan pembinaan ibadah shalat kepada peserta didik
yaitu agar mereka disiplin melaksanakan shalat lima waktu dalam kehidupan
sehari-hari.
8. Indikator kedisiplinan peserta didik dalam shalat yaitu:
- Melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari-hari.
- Tepat waktu dalam melaksanakan shalat lima waktu.
- Khusyu’ dalam melaksanakan shalat lima waktu.
9. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin ibadah shalat peserta
didik dimulai dari kegiatan yang diadakan di sekolah maupun di rumah
peserta didik berupa:
- Kegiatan shalat zuhur berjamaah di masjid, dengan harapan peserta didik
terbiasa melaksanakan shalat secara berjamaah.
- Memantau peserta didik selama melaksanakan shalat, untuk mengetahui
kondisi pelaksanaan ibadah shalat mereka apakah sudah sesuai atau belum.
Kegiatan ini dilakukan bukan hanya oleh guru Pendidikan Agama Islam
namun dibantu oleh para guru wali kelas dan guru-guru lainnya.
- Memantau kondisi shalat peserta didik selama di rumah melalui buku
penghubung, dengan tujuan baik orang tua maupun guru mengetahui kondisi
ibadah siswa.
HASIL OBSERVASI DI SMP FATAHILLAH
Indikator Aspek Penilaian Tiap Indikator Hasil Observasi
A. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru.
1. Guru dapat mengkondisikan kelas.
2. Waktu pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran.
3. Guru dapat menyampaikan materi sesuai dengan target pembelajaran.
B. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum.
1. Materi sesuai dengan kurikulum.
2. Program pembelajaran sesuai dengan kurikulum.
C. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh peserta didik.
1. Peserta didik mampu menerima materi yang disampaikan guru.
2. Peserta didik mampu mempraktekan gerakan shalat dengan baik.
3. Peserta didik mampu melafalkan bacaan shalat serta zikir dan doa
selesai shalat.
D. Interaksi antara guru dan peserta didik.
1. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru.
2. Guru mencontohkan dan peserta didik menirukan dan mempraktekkan.
3. Peserta didik mengikuti intruksi dari guru pada saat peragaan.
E. Keikutsertaan peserta didik dalam proses pembelajaran.
1. Peserta didik mengikuti pembelajaran dengan baik.
2. Peserta didik mengikuti kegiatan shalat berjamaah.
3. Peserta didik mengikuti praktek pergaan shalat dengan baik dan tertib.
F. Motivasi peserta didik meningkat.
1. Peserta didik sangat semangat dalam memperhatikan guru dan
melakukan praktek shalat.
2. Peserta didik antusias dan kritis terhadap hal yang belum mereka tahu
dan menanyakannya kepada guru.