efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai

120
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI PENGETAHUAN MENGENAI PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 3 TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: LARAS AYUNDA PRATAMA NIM: 1110104000048 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

PENGETAHUAN MENGENAI PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

(SADARI) PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 3 TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

LARAS AYUNDA PRATAMA

NIM: 1110104000048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI
Page 3: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

iii

SCHOOL OF NURSING

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF

JAKARTA

Undergraduate Thesis, Juli 2014

Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048

The Effectiveness of Health Education on the Knowledge Score of Breast

Self-Examination (BSE) in Adolescents at SMPN 3 Tangerang Selatan

xviii + 74 pages + 5 charts + 8 tables + 8 attachments

ABSTRACT

Patients with breast malignancy mostly come when advanced stage, so that

treatment can not be adequately or appropriately. The effort of BSE is very

important because approximately 75-85% of breast cancer malignancy was found

at the time of BSE. Lack of knowledge of the public, especially adolescents about

breast self-examination needs to be addressed with improved promotive-

preventive against breast health issues. This study aims to determine the

effectiveness of health education on the knowledge score about BSE in adolescent

in SMPN 3 Tangerang Selatan. This research is a quantitative research method of

pre-experimental design with one group pre-test post-test design. The amount of

samples were 33 people with consecutive sampling. Data collected by using

questionnaire and analyzed by used a paired t test. The results showed there was

an increase in knowledge score of 24,65% after being given health education

about BSE. The results of hypothesis test with α = 0.05 obtained significant value

of p <0.05. Effectiveness of health education value is calculated with the formula

obtained results Eta Squared of 0.89 which means that health education has great

effectiveness in improving the knowledge of adolescents.

Keywords: adolescents, health education, breast self-examination, breast cancer

Reference: 82 (2003-2014)

Page 4: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

iv

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2014

Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048

Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3

Tangerang Selatan

xviii + 74 halaman + 5 bagan + 8 tabel + 8 lampiran

ABSTRAK

Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut, sehingga

pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat. Upaya SADARI sangat penting

sebab sekitar 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan

SADARI. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai

SADARI perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif terhadap

masalah kesehatan payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas

pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai SADARI pada remaja

putri di SMPN 3 Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif menggunakan desain penelitian pre experimental design dengan one

group pre-test post-test design. Sampel berjumlah 33 orang diperoleh melalui

teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan

dianalisis menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian didapatkan terdapat

peningkatan skor pengetahuan sebesar 24,65% setelah diberikan pendidikan

kesehatan mengenai SADARI. Hasil uji hipotesis dengan α=0,05 didapatkan nilai

siginifikan p<0,05. Nilai efektifitas pendidikan kesehatan dihitung dengan rumus

Eta Squared diperoleh hasil 0,89 yang berarti pendidikan kesehatan memiliki

efektifitas yang besar dalam meningkatkan nilai pengetahuan remaja putri

mengenai SADARI.

Kata kunci : remaja putri, pendidikan kesehatan, SADARI, kanker payudara

Referensi : 82 (2003-2014)

Page 5: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI
Page 6: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI
Page 7: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI
Page 8: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : LARAS AYUNDA PRATAMA

Tempat, tanggal Lahir : Tangerang, 28 Desember 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Kp. Tukang Kajang RT/RW 005/002 Desa Rawa

Rengas Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang

Banten

HP : +6285780932089

E-mail : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program

Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Islam Al Fajar 1996-1998

2. SDN 04 Rawa Rengas 1998-2004

3. SMPN 1 Teluknaga 2004-2007

4. SMAN 6 Tangerang 2007-2010

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-sekarang

Page 9: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

ix

PERSEMBAHAN

“..Bahwa sesungguhnya Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang berilmu

pengetahuan dengan beberapa derajat..” (QS Al Mujadilah: 11)

Bismillah, Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Mama, wanita terhebat yang pernah saya temui. Betapa bangganya bisa

terlahir dari rahimmu. Seluruh kasih sayang, doa, perhatian, dan dukungan

selalu tercurah dari mu selama ini. Mama adalah salah satu nikmat terbesar

yang pernah saya dapatkan, alhamdulillah. I love you, Mom

Papa, Laki-laki kuat yang selalu menjadi motivasi saya untuk terus belajar.

Seorang ayah yang tiada henti mencurahkan dan memanjatkan doa nya

untuk anak-anaknya. Tetaplah menjadi kebanggaan keluarga, tetaplah

menjadi papa yang hebat untuk kami, anak-anakmu

Adik-adikku, Fully dan Agri. Dua malaikat yang selalu memberikan saya

keceriaan dan kasih sayang. Dua orang yang tak kalah penting dalam

hidup saya. I love you, both

Teman-teman seperjuangan, PSIK UIN 2010 yang selalu memberikan

semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Hani, septi, kiki,

vica, alif, adis, gaby, dan ratna yang selalu memberikan semangat dan

dukungan, you know we can do it, guys

Semua orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu tanpa

mengurangi rasa terima kasih saya terhadap kalian. Semua orang yang

mendoakan saya dalam sholatnya tanpa saya ketahui

Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, dukungan, dan bantuan yang kalian

berikan kepada saya selama ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian,

Aamiin Ya Allah.

Page 10: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

x

KATA PENGANTAR

السلام عليكن ورحمة الله وبركاته

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat,

hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektifitas Pendidikan

Kesehatan terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan”. Sholawat serta

salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna

mendapat gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis dapatkan selama

kuliah.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi

dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun metodologi.

Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun mengenai tulisan ini

sangat penulis harapkan.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta

kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.Penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.

2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Puspita Palupi, M.Kep, Ns. Sp. Kep., Mat dan Bapak Ns. Waras Budi

Utomo, S.Kep., MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan

waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta

motivasi kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan

skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

selama kuliah.

5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan

Akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Seluruh guru di SMPN 3 Tangerang Selatan yang dengan sabar

memberikan bantuan dan dukungan moriil kepada penulis dalam proses

penelitian.

7. Orang tua tercinta, Ibunda Naiyah dan Ayahanda Syamsudin, yang selalu

memberikan kasih sayang yang tiada henti, doa, dukungan, dan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak

lupa, kepada adik-adik tersayang Fully dan Agri serta seluruh keluarga

Page 11: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

xi

besar yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada seluruh keluarga PSIK, kakak-kakak, adik-adik, khususnya teman-

teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010,

yang telah membantu dan memotivasi dalam proses pembuatan skripsi ini.

Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis

berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis

khususnya.

وبركاتهوالسلام عليكن ورحمة الله

Ciputat, Juli 2014

Laras Ayunda Pratama

Page 12: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Pernyataan Keaslian Karya ii

Abstract iii

Abstrak iv

Pernyataan Persetujuan v

Lembar Pengesahan vi

Daftar Riwayat Hidup viii

Lembar Persembahan ix

Kata Pengantar x

Daftar Isi xii

Daftar Singkatan xv

Daftar Bagan xvi

Daftar Tabel xvii

Daftar Lampiran xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan 6

1. Tujuan Umum 5

2. Tujuan Khusus 6

D. Manfaat Penelitian 6

1. Manfaat Ilmiah 6

2. Manfaat Praktis 6

E. Ruang Lingkup Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja 8

1. Pengertian Remaja 8

2. Periode Remaja 9

Page 13: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

xiii

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 9

a. Tugas Perkembangan Remaja 9

b. Pertumbuhan Remaja 12

c. Anatomi Fisiologi Payudara 14

B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja 16

1. Kanker Payudara 16

2. Fibroadenoma (FAM) 17

3. Papiloma Intraduktal 18

4. Fibrokistik Payudara 18

C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 19

1. Pengertian SADARI 19

2. Langkah-langkah SADARI 20

3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai 22

D. Health Promotion Model (HPM) 22

E. Pendidikan Kesehatan 24

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan 24

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan 27

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan 27

4. Metode Pendidikan Kesehatan 28

5. Media Pendidikan Kesehatan 34

6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan 35

F. Pengetahuan 36

G. Ingatan 40

H. Kerangka Teori 42

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep 43

B. Definisi Operasional 44

C. Hipotesis 45

Page 14: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

xiv

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 46

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 47

C. Populasi dan Sampel 47

D. Teknik Pengambilan Sampel 47

E. Instrumen Penellitian 48

F. Uji Validitas dan Reliabilitas 50

G. Tahapan Pengaambilan Data 51

H. Pengolahan Data 53

I. Analisis Data 54

J. Etika Penelitian 55

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian 57

B. Analisis Univariat 58

C. Analisis Bivariat 63

BAB VI PEMBAHASAN

A. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Responden

Mengenai SADARI 66

B. Keterbatasan Penelitian 70

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 72

B. Saran 72

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 15: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

xv

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

UIN : Universitas Islam Negeri

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

BPS : Badan Pusat Statistik

SADARI : Pemeriksaan Payudara Sendiri

SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri

SMA : Sekolah Menengah Atas

RI : Republik Indonesia

DEPKES : Departemen Kesehatan

HPM : Health Promotion Model

HBM : Health Belief Model

SD : Standart Deviasi

CI : Confidence Interval

YKPJ : Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta

PMR : Palang Merah Remaja

PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat

Page 16: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI 21

Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale 33

Bagan 2.3 Kerangka Teori 42

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 43

Bagan 4.1 Desain Penelitian 46

Page 17: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional 44

Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian 49

Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden 57

Tabel 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan Sesudah

Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) 59

Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sebelum Diberikan Pendidikan

Kesehatan 60

Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sesudah Diberikan Pendidikan

Kesehatan 61

Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI

Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan 62

Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengeahuan Tentang SADARI Sebelum dan

Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan 63

Page 18: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Perizinan Studi Pendahuluan

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian, Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat

Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Bivariat

Page 19: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan seseorang yang berada pada tahapan antara fase anak dan

dewasa serta ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi

(Efendi, 2009). Rentang usia remaja menurut World Health Organization (WHO)

pada tahun 2013 adalah antara usia 10-19 tahun, sedangkan menurut Efendi (2009),

remaja yang sudah menikah tidak lagi tergolong sebagai remaja melainkan sebagai

dewasa. Data yang diperoleh dari sensus penduduk tahun 2010 yaitu populasi remaja

perempuan sekitar 21.275.092 jiwa atau 8,8% dari jumlah penduduk di Indonesia.

Diperkirakan pada tahun 2012 jumlah remaja perempuan usia muda (<15 tahun) di

Indonesia akan meningkat menjadi 34.307.709 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2012).

Tahap perkembangan remaja ditandai dengan perubahan fisik, sosial, dan

kematangan emosional. Perubahan fisik terjadi secara cepat pada remaja laki-laki

maupun perempuan (Funnell, 2009). Periode remaja sering dikenal dengan masa

pubertas. Masa pubertas adalah masa dimana remaja mengalami proses kematangan,

hormonal dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai

berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul. Masa pubertas ditandai

dengan beberapa perubahan fisik salah satunya yaitu adanya pembesaran payudara

yang dikenal sebagai telarke, terjadi antara usia 9 sampai 13,5 tahun (Wong, 2008).

Rasjidi (2010) mengungkapkan bahwa seorang remaja putri telah mencapai

masa pubertas dan mulai mengalami perkembangan pada payudaranya, maka

Page 20: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

2

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) perlu dilakukan. SADARI merupakan

salah satu cara yang dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini

meliputi inspeksi dan palpasi payudara serta dapat dilakukan pada posisi berdiri

maupun berbaring (Otto, 2003). Waktu yang paling baik untuk melakukan SADARI

adalah 7 sampai 10 hari setelah menstruasi, saat pembengkakan dan nyeri payudara

telah mereda. Benjolan di payudara yang ditemukan saat SADARI harus dievaluasi

terhadap satu dari tiga kemungkinan: (1) kista, (2) tumor jinak, atau (3) tumor ganas

(Gruendemann, 2005). Upaya SADARI sangat penting sebab sekitar 75-85%

keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan SADARI (Purwoastuti,

2008). Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut,

sehingga pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat (Manuaba, 2009). Hal ini

menjadikan pengetahuan yang baik tentang prosedur SADARI sangat penting

dimiliki oleh remaja putri karena tahu tentang prosedur SADARI merupakan salah

satu alasan yang menyebabkan remaja putri mengaplikasikan SADARI (Karayurt,

2008).

Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan penyakit

payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat dihindari dengan

diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008). Kanker payudara

umumnya menyerang perempuan yang telah berumur lebih dari 40 tahun, perempuan

muda pun bisa terserang kanker ini (Mardiana, 2004). Statistik Kanker RSUP

dr.M.Djamil Padang pada tahun 2010 melaporkan bahwa jumlah kasus kanker

payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1758 kasus dan usia termuda penderita

kanker payudara berusia 15 tahun (Lenggogeni, 2011). Jakarta Breast Center

Page 21: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

3

melaporkan bahwa klinik khusus penanganan keluhan pada payudara di Jakarta

menunjukkan dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien

diantaranya menderita tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita

kanker payudara (Diananda, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Utama (2008) di SMA Negeri 5 Jambi

menunjukkan bahwa sebanyak 72,6% dari 201 responden memiliki pengetahuan

kurang baik mengenai SADARI. Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI

sangat penting dalam pendeteksian dini serta penanggulangan kanker payudara,

terutama jika mengingat bahwa kejadian kanker payudara saat ini semakin banyak

menyerang usia remaja (YKPJ, 2011). WHO (2013) melaporkan bahwa kanker

payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh perempuan baik di

negara maju maupun di negara kurang berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh

dunia lebih dari 508.000 perempuan meninggal pada tahun 2011 karena kanker

payudara (Global Health Estimate, WHO 2013). Kanker payudara menempati urutan

kedua yang paling banyak diderita kaum perempuan setelah kanker mulut atau leher

rahim (serviks) (Depkes RI, 2013).

Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai bahaya

kanker payudara perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif. Upaya

tersebut salah satunya adalah dengan edukasi di berbagai elemen masyarakat. Edukasi

akan lebih efektif jika dilakukan lebih awal, antara lain pada siswa sekolah (Depkes

RI, 2013). Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja khususnya mengenai

masalah payudara yang dilakukan oleh professional telah terbukti efektif dalam

meningkatkan pengetahuan mengenai kanker payudara dan praktik SADARI (Yi &

Page 22: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

4

Park, 2012). Kanker payudara biasanya terjadi setelah usia 45 tahun, tetapi saat ini

usianya menuruns dan banyak perempuan muda yang menderita kanker payudara

(Fry & Prentice, 2006 dalam Karayurt, 2008). Kanker payudara yang menyerang

perempuan muda lebih agresif dan sedikit yang dapat bertahan hidup, hal ini

membuat deteksi dini lebih penting (Rosenberg & Levy, 2001 dalam Karayurt, 2008).

Permatasari (2013) dalam penelitiannya di SMA Negeri 2 Pontianak Barat

mengungkapkan bahwa penyuluhan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker

payudara efektif dapat meningkatkan pengetahuan siswi tentang SADARI. Hal ini

juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ouyang dan Hu (2014) di Cina

yang menunjukan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan

tentang kanker payudara dan SADARI.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 11 orang siswi SMPN 3

Tangerang Selatan didapatkan data bahwa 9 diantaranya belum mengetahui dan

belum pernah mendapat informasi mengenai SADARI. Berdasarkan hal tersebut,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektifitas pendidikan

kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) pada

tahun 2005 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan

dini payudara. Sebanyak 70% kasus kanker payudara ditemukan dalam stadium lanjut

sehingga angka penyembuhannya rendah. Hal ini dikarenakan masih rendahnya

Page 23: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

5

kesadaran, pengertian, dan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara,

sementara penanganan kanker payudara secara lintas sektoral belum mendapat

prioritas dari pemerintah (Rasjidi, 2010). Menurut Nursalam (2008), perilaku

kesehatan (health behavior) juga menentukan status kesehatan, perubahan perilaku

menuju kearah hidup yang kondusif untuk kesehatan dapat dilakukan salah satunya

melalui pendidikan kesehatan.

Masalah dalam penanggulangan kanker payudara di Indonesia adalah

penderita datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut. Data yang

didapatkan berdasarkan survei di RS Kanker Dharmais menunjukkan jumlah

penderita yang datang pada stadium lanjut sebanyak 70% (Bustan, 2007). Di

Sumatera Barat, data rekam medik RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2010

menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak

1758 kasus, sedangkan usia termuda penderita kanker payudara berusia 15 tahun

(Statistik Kanker RSUP dr.M.Djamil Padang, 2011 dalam Lenggogeni, 2011).

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai

SADARI pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan

kesehatan terhadap skor pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri di

SMPN 3 Tangerang Selatan.

Page 24: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

6

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya sumber informasi remaja putri mengenai SADARI sebelum

diberikan pendidikan kesehatan.

b. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sebelum

diberikan pendidikan kesehatan.

c. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sesudah

diberikan pendidikan kesehatan.

d. Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

mengenai SADARI pada remaja putri.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Menjadi landasan dalam promosi kesehatan pada remaja dalam rangka

meningkatkan pengetahuan remaja putri dalam melakukan SADARI.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan

pertimbangan untuk meningkatkan kualitas khususnya mata kuliah

keperawatan maternitas dan mengembangkan instrumen-instrumen

pengkajian kesehatan reproduksi pada perempuan serta pengembangan

kurikulum dalam pendidikan keperawatan.

Page 25: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

7

b. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk perawat di Indonesia

dalam menjalankan peran sebagai health educator dalam upaya

melakukan promosi kesehatan reproduksi remaja dan untuk meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang SADARI.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai

acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang

berbasis evidence base practice khususnya dalam upaya pencegahan

terhadap kanker payudara.

d. Bagi SMPN 3 Tangerang Selatan

Melalui penelitian ini diharapkan pihak sekolah mampu menjadi

indikator tingkat pengetahuan siswi di SMPN 3 Tangerang Selatan

mengenai SADARI dan sebagai upaya promosi kesehatan yang dapat

bekerjasama dengan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan sekolah.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini bersifat kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Juni

2014 di SMPN 3 Tangerang Selatan dengan objek penelitian yaitu siswi-siswi

SMPN 3 Tangerang Selatan kelas VII dan VIII. Penelitian ini menggunakan jenis

penelitian pre experimental design dengan one group pre-test post-test design.

Page 26: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence merupakan masa peralihan seseorang dari

fase anak-anak menuju fase dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik,

perilaku, kognitif, biologis dan emosi secara berkesinambungan (Efendi,

2009; Depkes, 2005). Rentang usia remaja adalah antara usia 10-19 tahun

sedangkan jika dalam rentang usia tersebut sudah menikah maka tidak lagi

tergolong sebagai remaja melainkan sebagai dewasa (WHO, 2013; Efendi,

2009).

Periode remaja adalah periode yang cepat berubah yang dapat

dijadikan sebuah kesempatan untuk mengajarkan hal-hal untuk membentuk

perilaku kesehatan hingga dewasa (Karayurt, 2008). Periode remaja

merupakan perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik

dilihat dari kognitif, emosi, maupun fisik (Teguh, 2013). Istilah adolescence

biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas

menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan

hormonal mengakibatkan perubahan penampilan pada remaja, dan

perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan

berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).

Page 27: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

9

2. Periode Remaja

Wong (2008) mengungkapkan bahwa ada tiga periode remaja, yang

pertama yaitu remaja awal (early adolescent). Periode ini remaja berada

pada rentang usia 11-14 tahun, pada masa ini laju pertumbuhan terjadi

dengan cepat, puncak kecepatan pertumbuhan, karakteristik seks sekunder

muncul.

Periode selanjutnya yaitu periode remaja pertengahan (middle

adolescent). Periode ini remaja berada pada rentang usia 15-17 tahun,

remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan melambat pada remaja putri,

tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa, karakteristik seks

sekunder berkembang dengan baik.

Periode terakhir adalah remaja akhir (late adolescent). Rentang usia

remaja pada periode ini adalah 18-20 tahun, terjadi kematangan secara fisik,

pertumbuhan struktur dan reproduktif hampir lengkap (Wong, 2008).

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber. Masa puber

atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan

intelektual berkembang sangat cepat (Djiwandon, 2006).

a. Tugas Perkembangan Remaja

1) Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara

lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun

perempuan

2) Memperoleh peranan sosial

3) Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif

Page 28: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

10

4) Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa

lainnya

5) Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri

sendiri

6) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

7) Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

8) Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

(Soetjiningsih, 2004).

Ada tiga aspek perkembangan pada remaja menurut Papalia

(2001), yaitu:

1) Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,

otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada

tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,

pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ seksual dan

fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya

semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Papalia,

2001).

Perubahan fisik pada remaja yang sangat jelas tampak pada

pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakkan serta

perkembangan karateristik seks sekunder. Perubahan yang tidak

tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan

neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi.

Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan

Page 29: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

11

karateristik pembeda, yaitu karakteristik seks primer dan

karakteristik seks sekunder. Karakteristik seks primer merupakan

organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif

(misalnya ovarium, uterus, payudara). Sedangkan, karakteristik

seks sekunder adalah perubahan yang terjadi di seluruh tubuh

sebagai hasil dari perubahan hormonal tetapi tidak berperan

langsung dalam reproduksi (Wong, 2008).

2) Perkembangan Kognitif

Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena

perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif

membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang

didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema

kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal

atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja

juga menghubungkan ide-ide tersebut (Santrock, 2007).

Piaget (1976) dalam Bastable (2004) menamakan tahap

perkembangan kognitif ini sebagai periode formal operation.

Remaja telah mendapatkan penalaran baru yang lebih tinggi

tingkatannya melampaui pemikiran saat masa kanak-kanak awal.

Mereka sanggup berpikir secara abstrak dan melakukan penalaran

logis yang kompleks yang merupakan suatu masalah sendiri jika

dibandingkan dengan silogistis. Penalaran mereka bersifat induktif

dan deduktif, serta mereka sanggup membuat hipotesis dan

Page 30: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

12

menerapkan prinsip-prinsip logika pada situasi yang belum pernah

dihadapi.

Remaja mampu memahami konsep kesehatan dan penyakit,

berbagai penyebab kesehatan dan penyakit, pengaruh variabel atas

status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi

kesehatan dan pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit

sebagai suatu proses akibat kelainan fungsi atau tidak berfungsinya

satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami akibat

atau prognosis suatu penyakit. Mereka juga mampu

mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak

untuk mempraktikkannya atau mulai terlibat dalam perilaku

berisiko karena mendapat tekanan sosial dari teman sebaya juga

adanya perasaan tak terkalahkan (Bastable, 2004).

3) Perkembangan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu

berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik

sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam

berhubungan dengan orang lain. Perkembangan sosial pada masa

remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang

tua. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam

menentukan perilaku remaja (Papalia, 2001; Santrock, 2007).

b. Pertumbuhan Remaja

Soetjiningsih (2004) menerangkan bahwa pertumbuhan

menggambarkan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta

Page 31: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

13

jaringan intraseluler yang terlihat secara fisik dan dapat diukur dengan

menggunakan satuan panjang atau satuan berat dengan proses yang

berkesinambungan dipengaruhi oleh faktor genetik (ras atau keluarga)

dan faktor lingkungan bio-psikososial yang dimulai dari masa

konsepsi hingga masa dewasa.

Potter & Perry (2005) menjelaskan mengenai empat fokus

utama pada pertumbuhan fisik remaja, yaitu: peningkatan kecepatan

pertumbuhan skelet, otot, dan visera; perubahan spesifik-seks, seperti

perubahan bahu dan lebar pinggul; perubahan distribusi otot dan

lemak; perkembangan system reproduksi dan karakteristik seks

sekunder.

Pertumbuhan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa hormon

(Soetjiningsih, 2004), antara lain:

a) Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)

Hormon yang paling berpengaruh selama remaja, yang dihasilkan

terutama pada saat tidur nyenyak malam hari. Mempunyai dua efek

terhadap tulang rawan epifisis, serta berefek langsung pada

metabolism protein, karbohidrat, dan lemak dengan bersifat

anabolik.

b) Hormon Tiroid

Hormon tiroid berefek langsung pada maturasi tulang, selain itu

juga hormon tiroid ini mempengaruhi produksi hormon

pertumbuhan dan sebaliknya hormon tiroid juga tidak dapat bekerja

tanpa adanya hormon pertumbuhan.

Page 32: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

14

c) Glukokortikoid

Glukokortikoid berfungsi untuk menekan sintesis tulang dan tulang

rawan serta mineralisasi, sehingga produksi glikoprotein

meningkat.

d) Calcium Regulating Hormone

Kalsium diatur oleh hormon paratiroid yang berpengaruh besar

pada elemen jaringan tulang yang terlibat dalam osteogenesis.

Selain itu juga ada vitamin D yang mempengaruhi maturasi tulang.

c. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara wanita disebut juga glandula mammae merupakan alat

reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum

dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak

pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus

pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium.

Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan

mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila

(cauda axillaris Spence). Ukuran payudara berbeda untuk setiap

individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak

jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada

payudara yang lain (Verralls, 2004). Variasi ukuran payudara

bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan

bukan pada jumlah jaringan glandular aktual (Sloane, 2003).

Struktur payudara terdiri dari beberapa jaringan dan lobus, yaitu

(1) jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus mayor, setiap lobus dialiri

Page 33: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

15

duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus

(ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20

mulut (opening). (2) lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan

dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas jaringan ikat

adiposa). Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada

otot pektoralis sampai fasia superfisial tepat dibawah kulit. (3) Lobus

mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus

kemudian bercabang menjadi duktus menjadi duktus-duktus kecil yang

berakhir di alveoli sekretori. (4) Puting dikelilingi oleh area kulit

berpigmen dengan diameter sekitar 3 cm yang disebut dengan areola.

Diatas permukaan areola terdapat beberapa kelenjar sebasea

(montgomery’s tubercles) yang berguna sebagai penghasil lubrikasi

puting ketika menyusui (Ross, 2001; Sloane, 2003; Monkhouse, 2007).

Masa pubertas merupakan masa terjadinya peningkatan kadar

hormon. Peningkatan kadar hormon pada perempuan saat pubertas akan

terjadi pekembangan payudara lebih lanjut dan biasanya mendahului

saat datangnya menstruasi, yaitu dua tahun sebelumnya. Peningkatan

kadar estrogen memacu pertumbuhan pembuluh lactifer dan papilla

serta areola mammae akan menjadi lebih nyata. Peningkatan kadar

progesteron memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan lemak dan

fibrosa akan meningkat dan jaringan lemak ini terutama yang

menyebabkan bertambah besarnya payudara (Verralls, 2004).

Perubahan fisiologis kelenjar payudara dapat dibedakan menjadi 3

(tiga) menurut Prawirohardjo (2009), yaitu:

Page 34: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

16

a. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara

Pada waktu bayi lahir payudara merupakan suatu sistem

saluran yang bermuara ke mamilla. Permulaan pubertas antara 10-

15 tahun areola membesar dan lebih mengandung pigmen.

Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa

hingga berbentuk seperti kuncup.

b. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid

Pada masa haid payudara akan sedikit membesar dan tegang

bahkan pada beberapa wanita akan timbul rasa nyeri (mastoidenia).

Perubahan ini ada hubungannya dengan perubahan vaskular dan

limfogen.

c. Perubahan payudara pada waktu hamil dan laktasi

Beberapa minggu sesudah konsepsi akan timbul perubahan

pada kelenjar payudara. Payudara menjadi terasa penuh, tegang,

areola lebih banyak mengandung pigmen dan puting sedikit

membesar.

B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja

1. Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan

payudara (Mardiana, 2007). Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu

in situ (masih lokal) atau ditemukan sebagai neoplasma maligna (telah

menyebar). Kanker payudara hampir selalu merupakan adenokarsinoma dan

biasanya timbul di duktus. Gen-gen kanker payudara dapat dibawa dan

Page 35: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

17

diwariskan oleh kedua orang tua, tampaknya diwariskan dengan cara

dominan-autosom (Corwin, 2009).

Gejala yang paling sering terjadi pada kanker payudara yaitu adanya

massa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada

payudara atau daerah aksila; rabas puting payudara unilateral, persisten,

spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau

cair; retraksi atau inversi puting susu; perubahan ukuran, bentuk atau tekstur

payudara (asimetris); pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya; kulit

yang bersisik di sekeliling puting susu. Adapun gejala penyebaran lokal atau

regional yaitu adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena;

perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk); pembesaran kelenjar getah

bening aksila (Otto, 2005).

2) Fibroadenoma (FAM)

Fibroadenoma adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan

konsistensi padat kenyal dan merupakan tumor primer yang paling banyak

ditemukan pada kelompok umur muda (Price, 2005; Underwood, 2000

dalam Sidauruk, 2012). Fibroadenoma Berdasarkan laporan dari NSW

Breast Cancer Institute (2005), fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita

dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun,

sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena

fibroadenoma. Penelitian Anyikam (2008) di Nigeria Timur menunjukkan

dahwa dari 1.050 spesimen payudara yang diteliti, 722 kasus (68,8%)

merupakan tumor jinak. Fibroadenoma adalah lesi yang paling banyak dan

umum terjadi dengan 318 kasus (44%) yang terjadi pada usia rata-rata 16-32

Page 36: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

18

tahun (Anyikam, 2008). Di Indonesia data penyakit masih belum lengkap.

Jakarta Breast Center melaporkan bahwa klinik di Jakarta yang

mengkhususkan untuk penanganan keluhan pada payudara, menunjukkan

dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien menderita

tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita kanker

payudara (Diananda, 2009).

3) Papiloma Intraduktal

Papiloma yang terjadi pada duktus puting biasanya terlalu kecil untuk

dipalpasi tapi sering mengeluarkan cairan serosanguinosa atau darah dari

puting susu. Apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang abnormal

dari puting harus ditentukan dan keganasannya harus dihilangkan (Price,

2005).

4) Fibrokistik Payudara

Penyakit yang tergolong penyakit fibrokistik payudara antara lain

pembentukan kista, proliferasi duktus epitelial, papilomatosis difusa, dan

adenosis duktus dengan pembentukan jaringan fibrosa. Gejala klinisnya

yaitu perubahan ini dapat menimbulkan nodula teraba, massa, dan keluarnya

cairan dari puting. Sekitar 50% perempuan mengalami penyakit fibrokistik

payudara. Keadaan ini biasanya terjadi bilateral (Price, 2005). Hubungan

antara penyakit fibrokistik dan kanker payudara belum pasti. Hampir semua

peneliti mempercayai bahwa penyakit fibrokistik bukan pencetus kanker

payudara, kecuali jika klien menunjukkan bukti-bukti hiperplasia epitelial

(penambahan abnormal pada sel-sel epitel), yang disebut juga penyakit

fibrokistik florid (Morton, 2004).

Page 37: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

19

C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

1. Pengertian SADARI

Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat

diketahui secara tepat dengan pemeriksaan sendiri (Mardiana, 2007).

Pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) dan pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

terlatih. SADARI dilakukan oleh setiap perempuan tiap bulan dimulai pada

usia 20 tahun atau sejak menikah. SADARI adalah metode termudah,

tercepat termurah, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini

kanker payudara (Nisman, 2011). Pemeriksaan klinis oleh petugas

kesehatan terlatih sebaiknya dilakukan pada perempuan berusia 30-50 tahun

setiap tiga tahun sekali, kecuali bagi mereka yang memiliki faktor risiko,

pemeriksaan mammografi dilakukan setahun sekali setelah berusia di atas

40 tahun dan dilakukan USG satu tahun sekali dibawah 40 tahun (Depkes,

2009).

Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan

penyakit payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat

dihindari dengan diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008).

Pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan

memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan. Melalui

pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah

lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk

diobati. SADARI dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari

pertama mulai haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau

Page 38: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

20

bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal

yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal lahirnya).

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah

dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang

sedang dilakukan pemeriksaan (Depkes, 2009).

2. Langkah-langkah SADARI

Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes

(2009), yaitu:

1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan

di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat

perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada

kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit.

2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di

atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang

sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk

melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang.

3. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara

lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.

4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil

berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring,

diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan

diperiksa.

5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk

menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah, dan

Page 39: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

21

manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari

tersebut dengan gerakan memutar keluar di seluruh permukaan

payudara.

6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk

memeriksa daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan

di bawah tulang selangka.

7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk

payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan

ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan

pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap

bulannya.

1 2

3 4

5 6

Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI

(Depkes, 2009)

Page 40: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

22

3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai

Tanda-tanda yang harus diwaspadai saat dilakukan SADARI antara lain

adalah penambahan ukuran atau besar yang tak biasa pada payudara; salah

satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya; Lekukan seperti

lesung pipi pada kulit payudara; cekungan atau lipatan pada puting;

perubahan penampilan puting payudara; keluar cairan seperti susu atau darah

dari salah satu putting; adanya benjolan pada payudara; pembesaran kelenjar

getah bening pada lipat ketiak atau leher; pembengkakan pada lengan bagian

atas (Depkes, 2009).

D. Health Promotion Model

Health Promotion Model (HPM) adalah teori yang dicetuskan oleh Pender

(1982) yang merupakan seorang professor keperawatan di Universitas Michigan

(Health Promotion Model, 2014). HPM merupakan konsep model yang

berdasarkan upaya pada pemberdayakan terhadap kemampuan individu atau

keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatannya (Tomey & Alligood, 2006).

HPM menunjukkan bahwa kesehatan yang baik adalah bukan tidak adanya

keluhan atau penyakit, lebih daripada itu. Kesehatan yang baik berarti keadaan

sejahtera secara umum dan holistik, perilaku sehat individu dan keseimbangan,

dan pencapaian dalam hidup. Teori ini melihat langkah-langkah di mana

seseorang dapat mencapai kesehatan yang lebih baik atau kesehatan yang ideal.

Untuk mencapainya, teori ini mempertimbangkan karakteristik dan pengalaman

individu (Health Promotion Model, 2014).

Page 41: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

23

Teori HPM ini mirip dengan teori Health Belief Model (HBM) (Becker,

1974 dalam Tomey & Alligood, 2006) tetapi tidak terbatas menjelaskan

perilaku pencegahan penyakit. Perbedaan HPM dengan teori HBM yaitu dalam

HPM tidak terkandung rasa takut atau ancaman sebagai sumber motivasi untuk

perilaku kesehatan. Hal ini dikarenakan HPM meliputi perilaku untuk

meningkatkan kesehatan dan dapat diterapkan sepanjang rentang hidup manusia

(Pender, 1996; Pender et al., 2002 dalam Tomey & Alligood, 2006). Perbedaan

lainnya yaitu pada HBM memberikan tekanan pada kerentanan terhadap

penyakit dan kemungkinan tindakan pencegahan, sementara HPM memberikan

tekanan atau berfokus pada potensi kesehatan dan kemungkinan perilaku yang

mempromosikan kesehatan (Bastable, 2004).

Faktor-faktor yang terlibat dalam HPM ini adalah gaya hidup individu,

cara berpikir, kesehatan psikologi (motivasi diri, status kesehatan, harga diri),

aspek sosial dan kultural (Suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi), tingkat

pengetahuan, pengalaman masa lampau, persepsi individu, faktor biologis (usia,

jenis kelamin), dan faktor interpersonal (keluarga, kelompok sebaya, pemberi

pelayanan kesehatan) (Health Promotion Model, 2014; Bastable, 2004).

Asumsi utama dari Model Promosi Kesehatan menurut Pender (1982)

dalam Tomey (2006), yaitu:

1. Manusia berusaha untuk menciptakan kondisi agar tetap hidup dimana

mereka mengekspresikan keunikannya

2. Manusia memiliki kapasitas untuk merefleksikan kesadaran diri, termasuk

mengkaji kompetensi yang mereka punya

Page 42: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

24

3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan

berusaha untuk mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas

4. Setiap individu berusaha untuk secara aktif mengatur perilaku mereka

sendiri

5. Individu dalam semua kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan

lingkungan, mengubah lingkungan dan terus menerus berubah dari waktu

ke waktu

6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan yang interpersonal

yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya

7. Rekonfigurasi diri dimulai dari pola interaksi dengan lingkungan adalah

penting untuk perubahan perilaku

E. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan

(Fitriani, 2011). Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman

yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan

dengan kesatuan individu, masyarakat, dan ras (Wood, 1926 dalam

Mubarak, 2007).

Pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama dengan proses

pembelajaran yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak

faktor diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses

Page 43: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

25

pendidikan, dan perubahan yang diharapkan. Perubahan perilaku seseorang

yang tampak sesungguhnya hanya refleksi dari perubahan internalisasi

persepsi dirinya terhadap sesuatu sedang diamati dan dipikirkannya

(Setiawati, 2008). Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005)

membagi perilaku ke dalam tiga domain yaitu domain kognitif (cognitive

domain), domain sikap (affective domain), dan domain psikomotor

(psychomotor domain).

1. Kognitif (cognitive domain)

Kognitif (pengetahuan) adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Fitriani, 2011).

Sebelum individu mengadopsi perilaku baru, di dalam diri individu

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: kesadaran (awareness),

individu tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)

terlebih dahulu; merasa tertarik (interest), yaitu mulai merasa tertarik

kepada stimulus; evaluasi (evaluation), menimbang-nimbang terhadap

baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya; mencoba (trial),

individu mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang

dikehendaki stimulus; adopsi (adoption), individu telah berperilaku

baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap

stimulus (Fitriani, 2011; Mubarak, 2007). Perilaku yang didasari

pengetahuan umumnya bersifat langgeng (long lasting). Sedangkan

perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran tidak akan

Page 44: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

26

berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan akan memberikan

penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan

dalam berperilaku (Setiawati, 2008).

2. Sikap (affective)

Sikap (affective) merupakan sebuah reaksi atau respons

seseorang terhadap suatu stimulusatau objek. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan

atau perilaku (Mubarak, 2007). Allport (1954) dalam Mubarak (2007)

menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen utama, yaitu

kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek;

kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suattu objek;

kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen

tersebut membentuk sikap yang utuh (total attitude).

3. Praktik atau tindakan (psychomotor)

Sebuah sikap tidak akan terwujud secara otomatis dalam suatu

tindakan (overt behavior). Demi terwujudnya sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung, antara lain adalah

fasilitas. Di samping itu, diperlukan juga dukungan atau support dari

berbagai pihak, misalnya guru, ayah, ibu, kakak, adik, teman, dan lain-

lain (Mubarak, 2007).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Manurung (2006) adalah

(1) untuk meningkatkan pengetahuan, (2) mengubah atau memperbaiki

Page 45: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

27

perasaan dengan tindakan yang dapat dilakukan yaitu bermain peran,

pengalaman langsung, diskusi, memberikan contoh atau model, dan (3)

meningkatkan keterampilan dengan kegiatan seperti mendemonstrasikan,

bermain peran, simulasi, dan latihan kerja. Sedangkan menurut Nursalam

(2008) tujuan dari pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan

pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus,

dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta

berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga (3) kelompok sasaran,

yaitu sasaran primer (primary target), sasaran langsung pada masyarakat

segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan; sasaran sekunder

(secondary target), sasaran para tokoh masyarakat adat, diharapkan

kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat

disekitarnya; sasaran tersier (tersiery target), sasaran pada pembuat

keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah,

diharapkan dengan keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada

perilaku kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer

(Mubarak, 2007).

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Metode adalah prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk

menghadapi situasi problematis. Metode pendidikan kesehatanmerupakan

prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk menghadapi situasi

problematis dalam bidang kesehatan. Pemilihan metode pendidikan

Page 46: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

28

kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu: karakteristik sasaran atau

partisipan (jumlah, status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin); waktu dan

tempat yang tersedia; serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan

pendidikan kesehatan tersebut (perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik

partisipan) (Nursalam dan Efendi, 2008).

Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992) dalam Maulana (2009) dan

mengungkapkan bahwa metode pendidikan kesehatan dikelompokkan

menjadi tiga (3) metode, yaitu:

a. Metode Pendidikan Individual

Bentuk dari metode ini dibagi menjadi dua (2), yaitu:

1) Bimbingan atau konseling

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui bimbingan

atau konseling diantaranya adalah mampu mendapatkan data yang

lebh spesifik dan kontak antara klien dengan petugas lebih intensif

(Fitriani, 2011; Maulana, 2009).

2) Interview atau wawancara

Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan

dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum

diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat

(Fitriani, 2011).

Page 47: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

29

b. Metode Pendidikan Kelompok Masyarakat

Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah

kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain (Fitriani,

2011). Ada dua (2) kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok

besar. Kelompok besar dapat menggunakan metode, yaitu:

1) Ceramah

Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang

pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar

(Maulana, 2009). Metode ceramah dapat dikatakan satu-satunya

metode yang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur

atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya

paham peserta didik (Simamora, 2009). Metode ini merupakan

metode yang paling sering digunakan karena metode ini baik untuk

sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo,

2007). Hasil penelitian Nasrul (2002) dalam Darmiastuty (2004)

menyatakan bahwa metode ceramah tanya jawab lebih efektif bila

dibandingkan dengan pemberian brosur dalam komunikasi

persuasif. Ceramah tanya jawab juga menguntungkan bila

dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subyek dengan

memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk

mengambil suatu tindakan, disamping itu juga menimbulkan sikap

kritis pada pendengar, bersifat informatif secara relatif dapat

menghemat waktu karena sebagian besar mesyarakat atau

Page 48: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

30

pendengar dapat dipahamkan pada suatu waktu (Darmiastuty,

2004).

Kesuksesan metode ceramah sangat ditentukan oleh

kemampuan guru menguasai suasana kelas, cara berbicara dan

sistematika pembicaraan, jumlah materi yang disajikan,

kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan,

dan lain-lain (Danim, 2010). Keuntungan metode ceramah, yaitu:

1) mudah digunakan; 2) dapat menyampaikan informasi; 3)

mempengaruhi pendapat; 4) merangsang pikiran dan kritik; dan 5)

dapat dikombinasi dialog antara pemberi ceramah dan audiens

(Emilia, 2008).

2) Seminar

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli

atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan

biasanya dianggap hangat di masyarakat (Fitriani, 2011).

Metode untuk kelompok kecil, antara lain (Fitriani, 2011;

Notoatmodjo, 2007):

1) Diskusi kelompok

Diskusi merupakan metode yang berfokus pada peserta

(student centered method) (Mubarak, 2007). Diskusi kelompok

merupakan pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran

antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang

direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu (Fitriani, 2011).

2) Mengemukakan pendapat (brain storming)

Page 49: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

31

Curah pendapat merupakan suatu bentuk diskusi dalam

rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,

pengalaman, dari semua peserta (Fitriani, 2011).

3) Bola salju (snow balling)

Teknik bola salju (snow balling) dimulai dengan memasang-

masangkan sasaran. Satu pasangan terdiri atas dua sasaran. Masing-

masing pasangan diberi topik yang sama satu sama lain. Kemudian

dilontarkan satu permasalahan, setelah berdiskusi pasangan tersebut

bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusi masalah yang

sama. Kemudian, tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang

ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian

seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas (Fitriani, 2011;

Efendi, 2009).

4) Kelompok kecil (Buzz group)

Sasaran langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil

(buzz group) yang kemudian diberikan sebuah permasalahan.

Permasalahan yang diberikan bisa sama atau berbeda antar

kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan tersebut

dan kemudian dicari kesimpulannya (Efendi, 2009; Fitriani, 2011).

Biasanya sesi buzz memerlukan waktu 10-20 menit tergantung pada

topik yang dibicarakan (Suprijanto,2008).

5) Bermain peran (role play)

Role play adalah permainan sebuah situasi dalam hidup

manusia dengan atau tanpa melakukan latihan sebelumnya

Page 50: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

32

(Maulana, 2009). Pada prinsipnya, role play merupakan metode

untuk „menghadirkan‟ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke

dalam satu „pertunjukkan peran‟ di dalam kelas pertemuan, yang

kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan

penilaian (Fitriani, 2011).

6) Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah bentuk metode praktik yang

sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar

(keterampilan mental maupun fisik atau teknis). Metode ini

memindahkan suatu kondisi yang nyata ke dalam kegiatan atau

ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di

dalam situasi yang sesungguhnya (Fitriani, 2011). Demonstrasi

merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang sesuai pada

tahap perkembangan remaja (Efendi, 2009).

Sanjaya (2009) mengemukakan bahwa metode demonstrasi

adalah metode penyajian pelajaran atau materi dengan

memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu

proses, situasi atau benda tertentu baik benda sebenarnya maupun

hanya tiruan dan tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh

pendidik. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) di

Surakarta menunjukkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan

metode demonstrasi lebih baik jika dibandingkan dengan penerapan

metode ceramah.

Page 51: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

33

Demonstrasi bisa menstimulasi pembelajaran mengenai 1)

kompetisi; 2) kerjasama; 3) empati; 4) sistem sosial; 5) konsep; 6)

skill; 7) kemanjuran; 8) menjalani hukuman; 9) peran kesempatan

atau peluang; 10) kemampuan untuk berpikir kritis (menguji strategi

alternatif dan mengantisipasi hal-hal lain) dan membuat keputusan

(Nesbitt, 1971 dalam Joyce, 2009).

c. Pendidikan Massa

Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-

pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Pesan yang

disampaikan harus dirancang agar dapat diterima oleh massa karena

sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membeda-bedakan

golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan

tingkat pendidikan (Maulana, 2009).

Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale (Edgar Dale, 1964 dalam Nursalam dan

Efendi, 2008)

Page 52: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

34

Kerucut Dale (1964) menggambarkan kemampuan partisipan untuk

mengingat kembali pesan-pesan atau materi dalam pendidikan kesehatan

menurut teknik dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dalam dua

minggu setelah partisipan melakukannya, maka partisipan akan dapat

melakukan hal-hal seperti: membaca (leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya,

maka ia akan mengingat 10% dari materi yang dibacanya; mendengar (tape

atau pembicaraan orang lain), maka ia akan mengingat 20% dari apa yang

didengarnya; melihat (bagan, foto, dan grafik), maka ia akan mengingat

30% dari apa yang dilihatnya; mendengar dan melihat (melihat demonstrasi,

film, dan video), maka ia akan mengingat 50% dari apa yang didengar dan

dilihatnya; mengucapkan sendiri kata-katanya (media wayang, script, dan

drama), maka ia akan mengingat 70% dari apa yang diucapkannya; dan

mengucapkan sambil mengerjakan sendiri suatu materi pendidikan

kesehatan (biasanya menggunakan media yang mirip dengan objek yang

sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata), maka ia akan mengingat

90% dari materi tersebut (Nursalam dan Efendi, 2008).

5. Media Pendidikan Kesehatan

Media adalah alat bantu yang digunakan oleh pendidik dalam

menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran, semakin banyak

pancaindera yang digunakan maka akan semakin banyak dan semakin jelas

pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Maulana, 2009; Fitriani,

2011). Nursalam (2008) menyatakan bahwa ada beberapa media pendidikan

kesehatan, antara lain:

Page 53: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

35

a. Media cetak seperti booklet, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik (flip

chart), poster surat kabar (newspaper), tabloid, jurnal, majalah, dan foto

atua gambar. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan dalam bentuk buku. Leaflet adalah selembar kertas

yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk sasaran

yang dapat membaca. Leaflet terdiri dari 200-400 kata dan berseling

dengan gambar. Flyer adalah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

lipatan. Flip chart merupakan media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik. Poster ialah suatu bentuk media

cetak yang memuat pesan atau informasi kesehatan dan biasanya di

tempel di dinding, tempat umum, atau di kendaraan umum (Fitriani,

2011; Nursalam, 2008).

b. Media elektronik antara lain televisi, radio, video, filmstrip, dan slide

(power point). Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan

secara audiovisual dan gerak. Radio ialah media audio yang

penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang

elektromagnetik dari suatu pemancar. Filmstrip adalah media visual

proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide

(Hassan, 2010). Power point merupakan salah satu media untuk

menyampaikan presentasi. Powerpoint dapat sebagai bagian dari

keseluruhan presentasi maupun menjadi satu-satunya sarana

penyampaian informasi, dapat pula sebagai pendukung presentasi,

misalnya adalah power point sebagai alat bantu visual dalam presentasi

oral (Isroi, 2005).

Page 54: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

36

c. Benda asli atau benda tiruan. Benda asli yaitu benda yang

sesungguhnya baik hidup maupun mati. Sedangkan benda tiruan yaitu

benda yang menyerupai benda asli. Benda tiruan bisa digunakan

sebagai media alat peraga dalam pendidikan kesehatan (Depkes, 2004).

Alat peraga, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anindityas

(2012) di SMPN 3 Kandangan Semarang menunjukkan hasil bahwa

penggunaan alat peraga (benda tiruan) dapat mengoptimalkan kualitas

belajar siswa.

6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Manurung (2009) membagi tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan

menjadi beberapa tahapan, yaitu:

a. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang terdiri dari usia, jenis

kelamin, pendidikan, pengalaman dan pengetahuan tentang kesehatan,

bahasa dan budaya, masalah kesehatan, dan tingkat kemampuan untuk

menerima serta kebutuhan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk

menentukan metode, materi dan media yang cocok yang akan di

berikan (Nursalam, 2008).

b. Menentukan tujuan dari pendidikan kesehatan yang terdiri dari tujuan

umum dan tujuan khusus.

c. Membuat perencanaan isi, metode, dan teknik pendidikan kesehatan

agara dapat tercapai tujuan umum dan tujuan khusus yang telah

direncanakan.

d. Membuat rencana metode evaluasi yang sesuai untuk mengetahui

tingkat keberhasilan pendidikan kesehatan.

Page 55: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

37

e. Mengevaluasi proses dan hasil dari pendidikan kesehatan.

F. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia adakalanya berasal dari

pengalaman dan dari pikiran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman

meliputi semua hal yang dialami baik oleh panca indera, intuisi, atau kata hati.

Sedangkan, pengetahuan yang berasal dari pikiran yaitu pengetahuan yang

diperoleh melalui proses penalaran (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI,

2007).

Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan. Pertama, tahu (know),

diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan atau rangsangan yang telah diterima. Cara untuk mengetahui bahwa

seseorang dianggap tahu tentang apa yang dipelajari adalah mampu

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mendatakan materi yang telah

dipelajari. Kedua, memahami (comprehension), yaitu suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang dapat dianggap

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap materi yang telah dipelajari.

Ketiga, aplikasi (application), adalah sebuah kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi yang

dimaksud adalah sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, prosedur,

dan sebagainya dalam konteks lain.

Page 56: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

38

Keempat, analisis (analysis), merupakan suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya. Kelima, sintesis (synthesis), menunjukkan

pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun,

merencanakan dan dapat meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu teori

yang telah ada. Keenam, evaluasi (evaluation), evaluasi berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek

(Fitriani, 2011; Mubarak, 2007; Notoatmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain

(Notoatmodjo, 2005 dan Mubarak, 2007).

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan formal maupun pendidikan

non formal, sistema pendidikan berjenjang diharapkan mampu meningkatkan

pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2005).

2. Usia

Usia individu berkaitan erat dengan pengetahuan individu. Semakin

bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang pula daya tangkap

Page 57: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

39

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik (Notoatmodjo, 2007).

3. Minat dan kreativitas

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu objek atau dalam melakukan suatu kegiatan (perbuatan), yang

didasari oleh rasa tertarik, senang, yang muncul dalam diri bukan tekanan dari

luar (Notoatmodjo, 2005). Adanya perasaan tertarik dan perasaansenang

menimbulkan adanya minat, maka minat ini merupakan kondisi psikologis

yang dapat mendorong (memotivasi) munculnya kreativitas.

Hurlock (1978) dalam Mataro (2012) menyatakan bahwa ada delapan

pengertian menurut para ahli yang populer. Pertama, menekankan kreativitas

sebagai pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kedua, kretaivitass

dipandang sebagai kreasi sesuatu yang baru dan orisinal. Ketiga, kreativitas

mempunyai anggapan bahwa apa saja yang diciptakan selalu baru dan

berbeda dari yang telah ada dan oleh karenanya unik. Keempat, memandang

kreativitas sebagai proses mental yang unik, yang dilakukan semata-mata

untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Kelima,

kreativitas sering dianggap sama dengan kecerdasan yang tinggi. Keenam,

ada anggapan bahwa kreativitas adalah suatu yang diperoleh atau diwariskan.

Ketujuh, kreativitas selalu dianggap sinonim dengan imajinasi dan fantasi.

Kedelapan, kreativitas adalah pencipta, bukan penurut.

4. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Teori determinan menganalisa yang

Page 58: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

40

menyebabkan seseorang berperilaku tertentu karena adanya pemikiran dan

perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi,

sikap, kepercayaan, seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang

mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman

orang lain (Notoatmodjo, 2005).

Chandra (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat

pengetahuan seseorang mengenai SADARI tidak sepenuhnya dipengaruhi

oleh status perkawinan seseorang, namun lebih dipengaruhi oleh paparan

informasi yang diperolehnya.

5. Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

dapat bersumber dari pandangan agama, kelompok etnis yang mempengaruhi

proses memperoleh informasi atau pengetahuan khususnya dalam penerapan

nilai-nilai keagamaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang

(Notoatmodjo, 2005).

6. Informasi

Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi fungsi

kognitif dan afektif. Fungsi kognitif diantaranya berfungsi untuk menciptakan

atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem,

keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu

(Notoatmodjo, 2005).

Page 59: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

41

G. Ingatan (memory)

Ingatan (memory) merupakan penyimpanan informasi sepanjang waktu.

Ingatan adalah pusat bagi kehidupan mental dan pemrosesan informasi. Remaja

perlu menyimpan informasi dan mengeluarkan kemabli informasi yang

disimpannya agar berhasil belajar dan menalar. Dua sistem ingatan ini ialah

ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang (Santrock, 2004).

Ingatan jangka pendek (short-term memory) adalah sistem ingatan

berkapasitas terbatas, tempat informasi disimpan selama 30 detik, kecuali bila

informasi tersebut diulang lagi, sehingga dapat disimpan lebih lama (Santrock,

2003; Djiwandono, 2006). Ingatan jangka panjang (long-term memory) adalah

sistem ingatan yang relatif menetap, tempat menyimpan sejumlah besar

informasi untuk jangka waktu lama (Santrock, 2004). Cara yang biasa dilakukan

untuk menilai ingatan jangka pendek adalah dengan memberi sederetan hal

untuk diingat, yang sering disebut sebagai tugas rentang ingatan (Fitzgerald,

1991, dalam Santrock, 2004).

Ingatan jangka panjang meningkat amat tajam selama masa kanak-kanak

tengah dan akhir, dan cenderung terus meningkan selama masa remaja,

meskipun hal ini tidak tercatat dengan baik oleh para peneliti (Santrock, 2004).

Hal yang paling diketahui mengenai ingatan jangka panjang ini adalah bahwa

hal ini tergantung pada kegiatan belajar yang dilakukan ketika mempelajari dan

mengingat informasi (Siegler, 1988 dalam Santrock, 2004).

Page 60: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

42

H. Kerangka Teori

Bagan 2.3 Kerangka Teori dimodifikasi dari teori Health Promotion Model

(Pender, 1982 dalam Tomey & Alligood, 2006) dan Notoatmodjo (2007)

A. Faktor Demografi (Usia,

jenis kelamin)

B. Faktor Psikologi

(Kesadaran diri,

motivasi diri,

kompetensi personal)

C. Faktor Sosiokultural

(Ras, budaya,

pendidikan, status

sosial dan ekonomi)

D. Faktor Interpersonal

(Keluarga, kelompok

sebaya, pemberi

pengaruh pelayanan

kesehatan)

Pengetahuan

Remaja mengenai

Pemeriksaan

Payudara Sendiri

(SADARI)

Remaja

Pendidikan

Kesehatan

1. Metode

a. Wawancara

b. Ceramah

c. Seminar

d. Role play

e. Diskusi

Kelompok

f. Simulasi

(demonstrasi)

g. Dll.

2. Media

a. Booklet

b. Leaflet

c. Poster

d. Video

e. Power Point

f. Phantom (alat

peraga)

g. Dll.

Page 61: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

43

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

Pembuatan kerangka konsep akan semakin memperjelas keberadaan

variabel-variabel yang akan diteliti, hubungan dan keterkaitan di dalamnya

(Wasis, 2008). Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu atau teori yang

dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka

atau dengan kata lain kerangka konsep merupakan ringkasan dari tinjauan

pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti

(Setiadi, 2007).

Berdasarkan tinjauan pustaka, pendidikan kesehatan diharapkan

mampu menambah pengetahuan remaja putri mengenai Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) sehingga dapat menjadi salah satu upaya

pencegahan kanker payudara. Kerangka konsep pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Input

Pengetahuan remaja

putri mengenai

SADARI

Intervensi

Pendidikan

kesehatan

Output

Perbedaan nilai

pengetahuan remaja putri

mengenai SADARI

Page 62: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

44

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Berpengaruh

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara oprasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,

2007). Definisi dari operasional menjadikan konsep yang masih bersifat

abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel

tersebut (Wasis, 2008).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara

Pengukuran

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1 Pengetahuan

remaja putri

mengenai

Pemeriksaan

Payudara

Sendiri

(SADARI)

Pengetahuan

yang diukur

berdasarkan

kognitif

remaja putri

kelas VII

dan VIII

tentang

SADARI

Menggunakan

skala

Gutmann. Jika

jawaban “Ya”

bernilai 1,

jawaban

“Tidak”

bernilai 0

Kuesioner

II & III

Data numerik Interval

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah

penelitian atau penjelasan sementara untuk menerangkan fenomena yang

diamati atau suatu pertanyaan tentang hubungan yang diharapkan terjadi

antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara

Page 63: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

45

empirik atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut

(Budiharto, 2008).

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai

pengetahuan remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai SADARI

sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.

Page 64: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

46

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban

terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 2011). Penelitian ini

menggunakan metode pre experimental design dengan one group pre-test

post-test design. Penelitian pre-experimental design merupakan salah satu

bentuk penelitian eksperimen yang memanipulasi independent variable,

pemilihan subjek penelitian ini dilakukan secara non-random, dan tidak

memiliki control group atau comparison group (Carmen, 2010 dalam

Swarjana, 2012).

O1 X O2

Bagan 4.1 Desain Penelitian

Keterangan:

O1 : Mengukur tingkat pengetahuan responden sebelum

diberikan pendidikan kesehatan

X : Memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan

kepada responden O1

O2 : Mengukur kembali tingkat pengetahuan responden setelah

diberikan pendidikan kesehatan

Pre-test Intervensi Post-test

Page 65: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

47

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan pada bulan

Juni 2014.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena

yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian

(Mazhindu dan Scott, 2005 dalam Swarjana, 2012). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII dan VIII SMPN 3 Tangerang

Selatan. Siswi yang hadir, bersedia jadi responden, sehat fisik dan mental

merupakan kriteria inklusi. Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini

adalah siswi yang tidak hadir, tidak bersedia menjadi responden dan sakit

fisik maupun mental. Jumlah populasi siswi di sekolah ini sebanyak 478

siswi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan

menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Sampel dalam penelitian

ini berjumlah 33 orang yang merupakan siswi kelas VII dan VIII bilingual

SMPN 3 Tangerang Selatan.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (teknik sampling) adalah cara untuk

menentukan sampel. Sampel yang representatif dapat diperoleh dengan dua

Page 66: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

48

teknik sampling yang berbeda (Warsis, 2008). Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling.

Consecutive sampling dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi

kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel

terpenuhi (Hidayat, 2008). Jenis sampling ini merupakan jenis non-

probability sampling yang terbaik dan cara yang agak mudah (Nursalam,

2008). Peneliti mempertimbangkan serta menyesuaikan dengan waktu atau

jadwal siswi yang sedang mengadakan pekan remedial. Pada penelitian ini,

peneliti mengambil sampel siswi kelas VII dan VIII bilingual. Teknik

pengukuran besar sampel menggunakan rumus uji hipotesis data kontinyu:

n =

Keterangan :

n = besar sampel minimum

= nilai distribusi normal baku pada α tertentu

= nilai distribusi normal baku pada β tertentu

= harga varians di populasi

=perkiraan selisih mean yang diteliti dengan mean di populasi

Berdasarkan rumus diatas dengan α= 0,05 diperoleh jumlah sampel

sebanyak 33 orang. Sampel ini terdiri dari 14 orang siswi kelas VII dan 19

orang siswi kelas VIII.

Page 67: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

49

E. Instrumen Penelitian

Jenis instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah

daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang

diinginkan (Warsis, 2008). Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian, bagian I

berisi pertanyaan mengenai data demografi responden yang terdiri dari

identitas responden, dan sumber informasi. Bagian II memuat pertanyaan

mengenai pengetahuan responden tentang SADARI, dan kuesioner bagian III

memuat praktik atau langkah-langkah SADARI serta tanda-tanda yang harus

diwaspadai saat SADARI. Kuesioner bagian II merupakan kuesioner yang

dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada teori, sedangkan

kuesioner bagian III diadaptasi dari Buku Saku Pencegahan Kanker Leher

Rahim & Kanker Payudara (Depkes, 2009). Kuesioner ini berisi 37

pertanyaan menggunakan skala Gutmann yaitu dengan interpretasi penilaian,

apabila jawaban benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat,

2008).

Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian

Variabel Parameter Jumlah

Pertanyaan

Nomor Pertanyaan

Data

demografi

(kuesioner

I)

Umur, kelas,

pengetahuan, dan

sumber pengetahuan 7

1,2,3,4,5,6, dan 7

Pengetahuan

tentang

SADARI

(kuesioner

II)

Definisi

Tujuan

Manfaat

Kriteria

Pengetahuan

tentang kanker

payudara

2

1

3

9

2

1,2

3

4,5,14

6,7,8,9,10,11,12,13,15

16,17

Praktik Posisi SADARI 3 1,2,3

Page 68: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

50

SADARI

(Kuesioner

III)

Teknik SADARI

Tanda yang harus

diwaspadai saat

SADARI

9

8

4,5,6,7,8,9,10,11,12

13,14,15,16,17,18,19,20

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah instrumen

penelitian yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat,

2008). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian pun akan valid dan

reliabel. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu.

Sedangkan, reliabel adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran

dilaksanakan oleh orang dan waktu yang berbeda (Setiadi, 2007).

Uji validitas akan dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan. Peneliti akan

mengambil 30 orang siswi sebagai responden dalam uji validitas dan

reliabilitas ini. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas

konten (content validity) karena setelah dilakukan uji validitas menggunakan

rumus Pearson Product Moment hanya 15 dari 40 pertanyaan yang valid.

Peneliti memutuskan untuk memperbaiki kata-kata dalam kuesioner tersebut

dengan cara content validity sehingga didapatkan 37 pertanyaan valid.

Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data. Uji

reliabilitas dapat menggunakan rumus Spearman Brown (Hidayat, 2008).

Rumus Spearman Brown:

r11=

Page 69: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

51

Keterangan :

r11= koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb= nilai r Pearson dari pokok genap dengan pokok ganjil

G. Tahapan Pengambilan Data

Tahapan pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan responden dalam penelitian

ini

2. Peneliti membuat surat perizinan penelitian dari Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Jakarta untuk pihak sekolah

3. Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan

membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon

responden

4. Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk penelitian

5. Peneliti mendatangi pihak sekolah pada hari yang telah disepakati dan

menemui para calon responden

6. Pihak sekolah mengumpulkan para calon responden dalam satu ruangan

7. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang penelitian yang

akan dilakukan

8. Peneliti dibantu dengan fasilitator membagikan lembar persetujuan

menjadi responden dan lembar kuesioner pada responden sebelum

diberikan pendidikan kesehatan, kuesioner diisi selama 10 menit

9. Fasilitator mengumpulkan kembali lembar persetujuan dan kuesioner

yang telah diisi oleh responden

Page 70: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

52

10. Peneliti memberikan materi pendidikan kesehatan mengenai Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) dibantu oleh observer dan fasilitator. Materi

yang diberikan terdiri dari definisi SADARI, langkah-langkah SADARI,

pentingnya SADARI.

11. Peneliti menggunakan media power point dengan LCD dan phantom

payudara untuk alat peraga serta leaflet. Metode yang digunakan adalah

ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab selama 60 menit

12. Peneliti memberikan evaluasi kepada responden dengan meminta

beberapa siswi untuk mempraktikkan kembali SADARI dan menjawab

beberapa pertanyaan seputar SADARI.

13. Peneliti mengundurkan diri dan membuat kontrak waktu satu minggu

yang akan datang untuk membagikan kuesioner yang sama sebagai post

test yang harus diisi oleh siswi.

14. Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan

membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon

responden

15. Peneliti mempersiapkan kuesioner yang akan dibagikan

16. Peneliti kembali memberikan kuesioner dengan konten yang sama kepada

responden setelah diberikan pendidikan kesehatan satu minggu yang lalu,

pengisian kuesioner ini dilakukan selama 10 menit

17. Peneliti dan fasilitator mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi

oleh responden

18. Peneliti mengundurkan diri dan berpamitan kepada responden dan pihak

sekolah

Page 71: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

53

19. Peneliti melakukan analisa data dari hasil pengisian kuesioner sebelum

dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

H. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suat proses untuk

memperoleh datau atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Hidayat (2008) membagi

proses pengolahan data menjadi empat (4) tahapan, yaitu:

1. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode

dan penjelasannya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Entri data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,

Page 72: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

54

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontigensi.

4. Melakukan teknik analisis

Dalam tahap ini, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan

menggunakan statistik deskriptif. Sedangkan analisis analitik akan

menggunakan statistika inferensial. Statistika inferensial (menarik

kesimpulan) adalah statistika yang digunakan untuk menyimpulkan

parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal

dengan proses generalisasi dan inferensial.

I. Analisis Data

A. Analisis Univariat

Analisis univariat yang digunakan pada penelitian ini adalah

analisis deskriptif. Analisis deskriptif menggambarkan tentang

ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian,

modus, dll (Brink, 2004).

B. Analisis Bivariat

Teknik analisis data bivariat yang digunakan untuk penelitian

ini adalah analisis inferensial dengan uji hipotesis komparatif numerik

berpasangan karena pada penelitian ini menggunakan skala interval

dan penelitian menghasilkan dua data dari satu kelompok yang sama

untuk variabel yang sama. Berdasarkan jenis hipotesis tersebut, maka

Page 73: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

55

uji yang digunakan adalah uji t berpasangan (paired t-test). Syarat uji t

berpasangan yaitu distribusi data harus normal, menggunakan data

interval, terdapat suatu perbedaan yang sama antara dua kelompok

(yaitu mereka mewakili suatu populasi tunggal) (Dahlan, 2011).

J. Etika Penelitian

Seorang peneliti harus memahami hak dasar manusia khususnya jika yang

menjadi objek penelitian adalah manusia. Beberapa prinsip penelitian pada

manusia yang harus dipahami oleh seorang peneliti adalah sebagai berikut

(Hidayat, 2008):

1. Prinsip manfaat

Prinsip ini bersifat membebaskan dan tidak menjadikan

mengeksploitasi manusia. Hasil dari penelitian dapat memberikan

manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek

manfaat, bila penelitian yang dilakukan mengalami dilema dalam etik.

2. Prinsip menghormati manusia

Manusia merupakan makhluk yang harus dihormati karena manusia

mempunyai hak untuk menentukan pilihan antara mau atau tidak untuk

diikusertakan menjadi subjek penelitian. Informed consent dapat

dilakukan sebagai bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden.

Tujuan dari informed consent ini adalah agar calon responden mengerti

maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.

Page 74: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

56

3. Prinsip keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan sesama

manusia yaitu dengan cara menghargai hak atau memperlakukan mereka

secara adil, menjaga privasi manusia dan tidak berpihak pada salah satu

kelompok atau individu.

Page 75: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

57

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan pada hari selasa

tanggal 10 Juni dan hari selasa tanggal 17 Juni 2014. Jumlah responden awal

sebanyak 34 orang, tetapi satu responden tidak mengisi semua pertanyaan

sehingga responden dalam penelitian ini berjumlah 33 orang yang terdiri dari 14

orang siswi kelas 7 dan 19 orang siswi kelas 8. Penelitian dilakukan sebanyak dua

kali pertemuan, pertemuan pertama dilakukan pre-test dan pendidikan kesehatan

yang berlangsung dari jam 08.00 WIB sampai dengan jam 09.00 WIB pada

tanggal 10 Juni 2014. Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 17 Juni 2014

dengan memberikan post-test kepada siswi yang sama seperti pada hari pertama

penelitian yang berlangsung dari jam 08.30 WIB sampai dengan jam 09.00 WIB.

A. Gambaran Lokasi Penelitian

SMPN 3 Tangerang Selatan berlokasi di jalan Ir. H. Juanda Ciputat

Tangerang Selatan, Banten 15412. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1977

dengan nama Kelas Jauh SMPN 2 Tangerang dan dikukuhkan menjadi SMPN

2 Filial pada tahun 1979. Februari 1983, sekolah ini menjadi sekolah mandiri

dengan nama SMP Negeri 1 Ciputat. Perubahan nomenkelatur pada tahun

1999 untuk kecamatan Ciputat menjadikan SMPN 1 Ciputat berubah nama

menjadi SMPN 2 Ciputat hingga SMPN 3 Tangerang Selatan saat ini.

Sekolah ini pun mengalami beberapa kali penggantian kepala sekolah, saat ini

kepala sekolah SMPN 3 Tangerang Selatan adalah Maryono, SE, MMpd

sejak tahun 2009.

Page 76: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

58

Terdapat tiga kategori kelas di SMP ini, yaitu CI-BI akselerasi,

bilingual, dan reguler. Sekolah ini mempunyai visi unggul dalam prestasi,

teladan dalam perbuatan, dan tekun dalam beribadah. Sedangkan misi dari

sekolah ini adalah :

1. Meningkatkan peningkatan kualitas mutu lulusan

2. Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMU/SMK Negeri

3. Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air

4. Meningkatkan prestasi kerja, yang diimbangi dengan penghargaan yang

layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan

5. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan

B. Analisis Univariat

1. Data Demografi

Data demografi terdiri dari umur, kelas, informasi tentang SADARI, waktu

mendapat informasi SADARI dan sumber informasi yang didapat, dapat

dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden

No Item Pertanyaan Jawaban Jumlah Siswi N

1 Umur

12 tahun

13 tahun

14 tahun

8

16

9

33

2 Kelas VII

VIII

14

19 33

3 Pernah Mendapat

Informasi SADARI

Pernah

Tidak Pernah

2

31 33

4 Waktu Saat Mendapat

Informasi SADARI

1 minggu yang lalu

1 bulan yang lalu

6 bulan yang lalu

1 tahun yang lalu

Lain-lain

0

0

1

0

1

33

Page 77: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

59

5 Sumber Informasi

TV/Radio

Media Massa

Petugas Kesehatan

Teman

Orang tua

Saudara Kandung

Lain-lain

0

1

0

0

1

0

0

33

Umur responden berkisar antara 12 hingga 14 tahun. Sebagian besar

responden berusia 13 tahun yaitu sebanyak 16 orang, 8 orang siswi

berumur 12 tahun, dan 9 orang lainnya berumur 14 tahun yang terdiri dari

kelas VII sebanyak 14 orang dan kelas VIII sebanyak 19 orang. Responden

yang pernah mendapat informasi tentang SADARI yaitu sebanyak dua

orang, 31 siswi lainnya belum pernah mendapat informasi mengenai

SADARI. Dua orang siswi yang pernah mendapatkan informasi SADARI

dalam kurun waktu 6 bulan yang lalu didapatkan dari orang tua dan media

massa.

2. Deskripsi Pengetahuan Remaja Putri Sebelum dan Sesudah Diberikan

Pendidikan Kesehatan tentang SADARI

Perbedaan pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Page 78: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

60

Tabel 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan

Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI)

N Min Max Mean SD Median 95%

CI

Nilai

Total

Kuesioner

Sebelum 33 15 30 23.97 3.504 24.00 22.73

25.21 37

Sesudah 33 28 37 33.06 2.150 34.00 32.30

33.82

Hasil analisis didapatkan rata-rata pengetahuan remaja perempuan

tentang SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 23.97,

nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 30 dengan nilai total 37 jika responden

dapat menjawab semua pertanyaan. Nilai median 24.00 dengan standart

deviasi 3.504. Hasil 95% confidence interval (CI) dapat disimpulkan

bahwa 95% diyakini pengetahuan remaja perempuan tentang SADARI

diantara 22.73 sampai dengan 25.21.

Setelah diberikan pendidikan kesehatan, didapatkan hasil analisis

rata-rata pengetahuan remaja perempuan yaitu sebesar 33.06 dengan nilai

terendah 28 dan nilai tertinggi 37. Nilai median 34.00 dengan standart

deviasi 2.150. Standart deviasi (SD) menggambarkan sebaran nilai-nilai

sampel, semakin kecil nilai SD maka semakin mendekati nilai rata-ratanya

yang berarti data tersebut semakin bagus dari data sebelumnya. Hasil 95%

CI diyakini pengetahuan remaja perempuan tentang SADARI diantara

32.30 sampai dengan 33.82.

Data-data diatas menggambarkan bahwa terjadi peningkatan nilai

terkecil, terbesar, dan rata-rata pengetahuan remaja perempuan setelah

diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI

Page 79: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

61

3. Deskripsi Pengetahuan Remaja Putri di Setiap Item Pertanyaan Sebelum

dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sebelum Diberikan

Pendidikan Kesehatan

No Kuesioner Item

Pertanyaan

Benar Salah Total Poin

Keseluruhan

Pertanyaan

Per Item

Poin % Poin %

1

II

Definisi 48 73 18 27 66

2 Tujuan 26 79 7 21 33

3 Manfaat 75 76 24 24 99

4 Kriteria 187 63 110 34 297

5

Pengetahuan

tentang

kanker

payudara

50

76 16

24 66

6

III

Posisi

SADARI

71 72 28 23 99

7

Teknik

SADARI

189

64

108

36

297

8

Tanda yang

harus

diwaspadai

145

55

119

45

264

Total 1.221

Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan yang paling

banyak tidak diketahui oleh responden adalah mengenai tanda yang harus

diwaspadai saat SADARI yaitu sebanyak 55% pertanyaan dijawab benar,

hal ini dikarenakan sebagian besar responden belum mendapatkan

pengetahuan mengenai SADARI maupun kanker payudara sebelumnya,

sedangkan pengetahuan yang paling banyak diketahui oleh responden

Page 80: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

62

adalah mengenai tujuan dilakukan SADARI yaitu sebesar 79% pertanyaan

dijawab benar.

Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sesudah Diberikan Pendidikan

Kesehatan

No Kuesioner Item

Pertanyaan

Benar Salah Total Poin

Keseluruhan

Pertanyaan

Per Item

Poin % Poin %

1

II

Definisi 61 92 5 8 66

2 Tujuan 30 91 3 9 33

3 Manfaat 96 97 3 3 99

4 Kriteria 257 87 40 13 297

5

Pengetahuan

tentang

kanker

payudara

60 91 6 9 66

6

III

Posisi

SADARI

93 94 6 6 99

7

Teknik

SADARI

246 83 51 17 297

8

Tanda yang

harus

diwaspadai

215 81 49 19

264

Total 1.221

Sesudah diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan tentang tanda yang

harus diwaspadai saat dilakukan SADARI meningkat menjadi 81%

pertanyaan dijawab benar, sedangkan untuk item pertanyaan yang paling

banyak diketahui oleh responden yaitu mengenai manfaat dilakukan SADARI

yaitu sebesar 97% pertanyaan dijawab benar. Terdapat perubahan nilai dari

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

Page 81: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

63

C. Analisis Bivariat

1. Uji Normalitas

Normalitas hasil pengetahuan remaja putri tentang SADARI

sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Putri

tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Variabel

One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Test

Sebelum Sesudah

Df Sig. Df Sig.

Pengetahuan 33 0.460 33 0.096

Uji normalitas di atas menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-

Smirno . Hasil uji normalitas di atas diperoleh nilai signifikan pengetahuan

sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 0.460, sedangkan setelah

diberikan pendidikan kesehatan hasilnya menjadi 0.096. Berdasarkan

keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa data sebelum dan

sesudah pendidikan kesehatan berdistribusi normal (p>0.05). Kesimpulan

dari hasil uji normalitas menunjukkan bahwa penelitian ini dapat

menggunakan uji analisis t test berpasangan (Paired T Test).

2. Perbedaan pengetahuan tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan

Hasil analisis data perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan uji t berpasangan

two tail. One tail digunakan jika peneliti sudah mengetahui arah hipotesis,

apakah pengaruhnya positif atau negatif, baik atau buruk, sedangkan two

tail digunakan jika peneliti belum mengetahui arah hipotesis tersebut.

Penelitian ini menggunakan two tail karena peneliti belum mengetahui

Page 82: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

64

arah hipotesis tersebut. Hasil uji t berpasangan dapat dilihat pada tabel

5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengeahuan Tentang SADARI Sebelum

dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Mean SD 95% Confidence

Interval of The

Difference

t Df Sig.(2-

tailed)

Eta

Squared

Lower Upper

Sebelum-

Sesudah

-9,091 3,215 -10,231 -7,951 -16,244 32 0,000 0,89

Uji analisis pada penelitian ini adalah uji T test berpasangan

dengan tingkat kesalahan 5% (α=0,05). Data pada tabel diatas

menunjukkan nilai mean sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan tentang SADARI adalah -9,091 dengan standart deviasi 3,215.

Nilai negatif pada mean didapatkan karena nilai sebelum intervensi lebih

kecil dari nilai sesudah intervensi. Begitu juga dengan nilai t yang bernilai

negatif yaitu sebesar -16,244. Nilai t digunakan untuk melihat tingkat

kemaknaan, jika t hitung > t tabel maka hasil penelitian bermakna. Nilai t

hitung dibandingkan dengan t tabel pada df 30 (2,042) maka didapatkan t

hitung> t tabel, hal ini membuktikan bahwa penelitian bermakna. Nilai p

dari data di atas didapatkan 0,000, hal ini berarti lebih kecil dari nilai α

0,05 (p<0,05). Berdasarkan perhitungan rumus Eta Squared yang

digunakan untuk mengetahui ukuran efektifitas pendidikan kesehatan

yang telah diberikan. Nilai standar dari perhitungan Eta Squared untuk

paired t-test yaitu jika nilai Eta Squared 0,01=efek kecil, 0,06=efek

cukup, ≥0,14=efek besar (Pallant, 2011). Pada penelitian ini didapatkan

Page 83: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

65

hasil sebesar 0,89, nilai tersebut menunjukkan bahwa efektifitas

pendidikan kesehatan sangat besar dalam meningkatkan pengetahuan

remaja putri mengenai SADARI.

Page 84: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

66

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian tentang efektifitas pendidikan

kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

serta keterbatasan dalam penelitian. Hasil penelitian akan dibandingkan dengan teori dan

penelitian sebelumnya.

A. Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan responden mengenai

SADARI

Pengetahuan responden di SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai SADARI sebelum

diberikan pendidikan kesehatan memiliki nilai rata-rata 23.97 atau 64,7% dari jumlah

total nilai tertinggi. Berdasarkan penelitian ini didapatkan data bahwa responden sudah

dapat menjawab pertanyaan dengan benar lebih dari 50% sebelum diberikan pendidikan

kesehatan walaupun hanya 6% responden yang pernah mendapatkan informasi mengenai

SADARI, baik dari orang tua maupun media massa. Hal ini bertentangan dengan teori

yang dikemukakan oleh Piaget (1967) dalam Suparno (2004) yaitu manusia atau

lingkungan sosial lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan pengetahuan seseorang

sebagai pemacu, pengkritik, dan menantang sehingga proses pembentukan pengetahuan

lebih mudah. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Permatasari (2013) di Pontianak yang menyatakan bahwa pengetahuan remaja putri

sebelum diberikan pendidikan kesehatan sudah cukup baik salah satunya karena

dipengaruhi oleh kemudahan dalam mencari sumber informasi melalui akses internet dan

petugas kesehatan sebanyak 40%.

Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sangat penting dalam pendeteksian

dini serta penanggulangan kanker payudara, terutama jika mengingat bahwa kejadian

Page 85: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

67

kanker payudara saat ini semakin banyak menyerang usia remaja (YKPJ, 2011).

Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu pendidikan, usia, minat dan kreatifitas, pengalaman, kebudayaan

lingkungan sekitar, dan informasi. Pada penelitian ini, lingkungan turut mempengaruhi

hasil kuesioner, lingkungan pada saat pengisian kuesioner kurang kondusif yaitu terdapat

beberapa responden yang melakukan kerjasama dalam pengisian kuesioner walaupun

sudah beberapa kali diperingatkan oleh peneliti.

Setelah diberikan pendidikan kesehatan, terjadi peningkatan nilai pengetahuan dari

nilai rata-rata 23,97 atau 64,7% menjadi 33,06 atau 89,35%. Hasil ini menunjukkan

bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan mengenai SADARI dapat meningkatkan

pengetahuan responden. Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan mengenai

SADARI maka terbentuknya perilaku dalam pencegahan masalah kesehatan payudara.

Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu terjadinya perubahan

pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan

masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif

dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2008).

Peningkatan nilai rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan

kesehatan mengenai SADARI terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya adalah informasi. Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi

fungsi kognitif dan afektif seseorang (Notoatmodjo, 2005). Informasi juga bisa

didapatkan dari pendidikan formal maupun non formal, contohnya penyuluhan.

Penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan metode ceramah tanya jawab dan demonstrasi.

Pemilihan metode pendidikan kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

karakteristik sasaran atau responden (jumlah, sosial ekonomi, umur, jenis kelamin),

Page 86: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

68

waktu dan tempat yang tersedia, dan tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan

pendidikan kesehatan tersebut seperti perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik

responden (Nursalam, 2008). Demonstrasi merupakan salah satu metode promosi

kesehatan yang sesuai pada tahap perkembangan remaja (Efendi, 2009). Syarif (1990)

dalam Darmiastuty (2004) mengungkapkan bahwa proses belajar dengan metode

demonstrasi ini memicu remaja untuk lebih mendalami pengetahuan yang mereka miliki

dengan cara mengaktifkan kembali pengetahuan yang dimiliki, mengolah pengetahuan

tersebut kemudian mengorganisasi pengetahuan tersebut sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat tertahan erat dalam sistem penyimpanan dan sulit dilupakan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) di Surakarta

yang menunjukkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan metode demonstrasi lebih

baik jika dibandingkan dengan penerapan metode ceramah. Anindityas (2012) dalam

penelitiannya di SMPN 3 Kandangan Semarang mengemukakan bahwa penggunaan alat

peraga (phantom) dapat mengoptimalkan kualitas belajar siswa. Kerucut Dale dalam

Nursalam dan Efendi (2008) menggambarkan bahwa kemampuan responden untuk

mengingat kembali materi dalam pendidikan kesehatan menurut teknik dan medianya.

Teori ini menyatakan bahwa dengan membaca seseorang akan dapat mengingat 10% dari

yang dibacanya seperti dalam bentuk leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya. Melihat dan

mendengar akan membantu seseorang dalam mengingat apa yang dilihat dan

didengarnya seperti melihat demonstrasi, film, dan video sebesar 50%. Sedangkan 90%

seseorang dapat mengingat apa yang mereka lakukan, biasanya menggunakan media

yang mirip dengan objek yang sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata.

Berdasarkan analisis teori kerucut Edgar tersebut dapat disimpulkan bahwa

pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang disertai demonstrasi (phantom)

sangat efektif untuk membantu remaja putri dalam mengingat kembali materi yang telah

Page 87: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

69

diberikan mengenai SADARI. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan kesehatan

yaitu perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok

khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta

berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam,

2008). Health Promotion Model (HPM) juga menyatakan bahwa kesehatan yang baik

berarti keadaan sejahtera secara umum dan holistik, perilaku sehat individu dan

keseimbangan, dan pencapaian dalam hidup. Teori ini melihat langkah-langkah di mana

seseorang dapat mencapai kesehatan yang lebih baik atau kesehatan yang ideal. Untuk

mencapainya, teori ini mempertimbangkan karakteristik dan pengalaman individu

(Health Promotion Model, 2014). HPM memberikan penekanan atau fokus kepada

potensi kesehatan dan kemungkinan perilaku yang mempromosikan kesehatan (Bastable,

2004).

Penelitian ini juga meningkatkan minat remaja putri untuk mengetahui lebih banyak

tentang kesehatan reproduksi khususnya kesehatan payudara. Hal ini dibuktikan dengan

lebih dari 50% remaja putri yang hadir mengajukan pertanyaan seputar cara perawatan

payudara dan masalah kesehatan payudara setelah diberikan pendidikan kesehatan

mengenai SADARI. Pernyataan ini sesuai dengan karakteristik perkembangan remaja

yang mempunyai rasa ingin tahu yang kuat. Remaja mampu memahami konsep

kesehatan dan penyakit, berbagai penyebab kesehatan dan penyakit, pengaruh variabel

atas status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit sebagai suatu proses akibat kelainan

fungsi atau tidak berfungsinya satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami

akibat atau prognosis suatu penyakit (Bastable, 2004).

Remaja juga mampu mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak

untuk mempraktikkannya atau mulai terlibat dalam perilaku berisiko karena mendapat

Page 88: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

70

tekanan sosial dari teman sebaya juga adanya perasaan tak terkalahkan (Bastable, 2004).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya

dibanding orang tua. Lingkungan juga mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam

menentukan perilaku remaja (Papalia, 2001; Santrock, 2007). Periode remaja merupakan

perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari kognitif, emosi,

maupun fisik (Teguh, 2013). Hal inilah yang menyebabkan pendidikan mengenai

peningkatan kesehatan serta pencegahan masalah kesehatan sangat penting dilakukan

sejak usia remaja.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Waktu penelitian

Waktu penelitian yang diberikan oleh pihak sekolah hanya 45 menit

sedangkan peneliti membutuhkan waktu satu jam untuk melakukan intervensi karena

peneliti berharap agar masing-masing siswi dapat mempraktikan SADARI di depan

kelas. Antusias responden sangat baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswi yang

bertanya mengenai kesehatan payudara dan SADARI, tetapi karena waktu yang

cukup sedikit maka pertanyaan harus dibatasi.

2. Kondisi lingkungan saat pelaksanaan pendidikan kesehatan

Dukungan dari pihak sekolah sangat dibutuhkan demi kesuksesan pendidikan

kesehatan. Pada penelitian ini, dukungan dari pihak sekolah (guru) kurang memadai

dikarenakan guru yang berwenang untuk menemani peneliti saat pendidikan

kesehatan berhalangan hadir. Hal ini mengakibatkan banyaknya responden yang

saling bertukar informasi atau bekerjasama saat pengisian kuesioner berlangsung

walaupun sudah diperingatkan oleh peneliti dan fasilitator sejak pendidikan

kesehatan dimulai.

Page 89: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

71

3. Bagi peneliti

Penelitian ini tidak mencakup demonstrasi SADARI yang dilakukan masing-

masing responden dikarenakan banyaknya responden yang masih merasa malu dan

tidak percaya diri ketika diminta untuk mempraktikkannya menggunakan phantom.

Page 90: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

72

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan

sangat efektif dalam meningkatkan nilai pengetahuan remaja putri mengenai SADARI

dengan nilai Eta Squared sebesar 0,89%. Terjadi peningkatan nilai pengetahuan dari

nilai rata-rata 23,97 atau 64,7% menjadi 33,06 atau 89,35%. Hal ini ditunjang oleh

pemilihan metode pendidikan kesehatan yaitu ceramah dan demonstrasi. Metode ini

terbukti efektif dalam meningkatkan nilai pengetahuan remaja putri mengenai

SADARI. Dukungan dari pihak sekolah juga sangat dibutuhkan demi terbinanya trust

antara peneliti dengan responden.

B. Saran

1. Bagi Sekolah

SMPN 3 Tangerang Selatan diharapkan mampu menjalin kerjasama kembali

dengan puskesmas terdekat untuk mengadakan pendidikan kesehatan

(penyuluhan) mengenai kesehatan payudara maupun kesehatan reproduksi secara

berkala. Pihak sekolah juga diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di

perpustakaan mengenai kesehatan payudara maupun kesehatan reproduksi

khususnya yang sesuia dengan perkembangan remaja. Organisasi ekstrakurikuler

seperti PMR juga diharapkan untuk terlibat aktif dalam penyebaran informasi

mengenai kesehatan. Hal ini dikarenakan antusias atau minat siswi yang cukup

besar pada saat peneliti mengadakan pendidikan kesehatan.

Page 91: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

73

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan atau pelayanan kesehatan

terdekat (puskesmas) diharapkan mampu mengadakan promosi kesehatan yang

berkelanjutan bagi remaja mengenai kesehatan khususnya mengenai SADARI.

Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan terdekat juga diharapkan mampu

bekerjasama dengan ekstrakurikuler yang ada di sekolah-sekolah agar terlibat

aktif dalam promosi kesehatan di sekolah masing-masing dengan mengadakan

penyuluhan atau seminar kesehatan secara berkala mengenai kesehatan

reproduksi pada remaja. Puskesmas juga diharapkan mampu mengadakan

screening masalah kesehatan reproduksi secara berkala ke sekolah-sekolah guna

mendeteksi masalah kesehatan reproduksi sejak dini sehingga penanganan atau

pengobatan dapat memberikan hasil yang lebih baik.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memperhatikan hal-hal yang

dapat mengganggu proses pendidikan kesehatan, terutama pertimbangan dalam

pemilihan waktu yang tepat untuk melakukan pendidikan kesehatan tersebut.

Diharapkan pula bagi penelitian selanjutnya untuk dapat memperluas variabel

penelitian yaitu dengan menambahkan variabel sikap dan perilaku remaja putri

mengenai SADARI serta pengembangan kuesioner pengetahuan maupun praktik

SADARI. Pengembangan kuesioner dapat mencakup pengembangan konten atau

isi kuesioner yang tidak hanya berfokus kepada SADARI saja tetapi juga dapat

meliputi cara perawatan payudara yang sesuai dengan tahap perkembangan

remaja.

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan metode

yang berbeda, salah satunya penggunaan metode kelompok kecil dan

Page 92: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

74

pengembangan serta penambahan media pendidikan kesehatan. Penambahan

media pendidikan kesehatan dapat berupa video agar lebih atraktif dan menarik

minat responden. Penelitian selanjutnya juga dapat mempersiapkan ruangan

khusus yang memungkinkan responden mau dan tidak merasa malu jika

melakukan demonstrasi SADARI menggunakan phantom.

Page 93: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

Daftar Pustaka

Agustiningsih, Dwi. 2011. Pengaruh penyuluhan tentang SADARI terhadap tingkat pengetahuan

remaja putri di SMAN Kebakkramat Karanganyar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Anindityas, Nurfa Anung, et al. 2012. Penggunaan Alat Peraga Sistem Pernapasan Manusia

Pada Kualitas Belajar Siswa SMP Kelas VIII. Semarang : Unnes Science Education

Journal

Anyikam, A & Nzeqwu M.A. 2008. Benign Breast Lesions in Eastern Nigeria. University of

Nigeria Teaching Hospital. http://www.ncbi.nih.gov/pubmed

Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Rekam Medik RSUP dr.M.Djamil Padang. Statistik Kanker di RSUP dr.M.Djamil Padang

2009-2011.

Bastable, Susan B. 2004. Perawat sebagai pendidik: prinsip-prinsip pengajaran dan

pembelajaran. Jakarta: EGC

Benson, Ralph C. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: EGC

Brink, Pamela L. 2004. Langkah dasar dalam perencanaan riset keperawatan: dari pertanyaan

sampai proposal. Jakarta: EGC

Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan

Gigi. Jakarta: EGC

Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta

Ceber, et al. 2009. The effects of an educational program on knowledge of breast cancer, early

detection practices and health beliefs of nurses and midwives. Turkey: Journal of

Clinical Nursing

Hhandra, Yenny. 2009. Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang SADARI Sebagai Deteksi Dini

Kanker Payudara Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. Medan: Universitas

Sumatera Utara

Coleman MP, et al. 2008. Cancer survival in five continents: a worldwide population-based

study (CONCORD). Lancet Oncol, 9, 730–56

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC

Page 94: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

Dahlan, M. Sopiyudin. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian.

Jakarta: Salemba Medika

Danim, Sudarwan. 2010. Media Komunikasi Pendidikan: pelayanan profesional pembelajaran

dan mutu hasil belajar. Jakarta: Bumi Aksara

Darmiastuty, Meita. 2004. Efektivitas metode ceramah tanya jawab dan simulasi dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan dini penyalahgunaan narkoba

pada remaja SLTP 1 Borobudur Kabupaten Magelang. Semarang: Pasca Sarjana Universitas

Diponegoro

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat Promosi Kesehatan: Pengembangan Media Promosi

Kesehatan. Jakarta: Depkes

____________________. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker

Payudara. Jakarta

Diananda, R. 2009. Kanker Payudara. Yogyakarta: Katahati

Djiwandono, Sri Esti W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik

dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Funnell, Rita, et al. 2009. Tabbner’s Nursing Care: Theory and Practice 5th

Edition. Elsevier:

Chatswood Australia.

Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Gruendemann, Barbara J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol. 2 Praktik. Jakarta:

EGC

Hastono, Sutanto P dan Luknis Sabri. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers

Karayurt, Ozgul. 2008. Awareness of breast cancer risk factors and practice of breast self

examination among high school students in Turkey. Turki: BioMed Central

Kementrian Kesehatan RI. 2013. http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=SNR.13100003

(Diakses pada tanggal 3 Desember 2013 jam 22:14 WIB)

Joyce, Bruce, et al. 2009. Models Of Teaching (Eight Edition). New Jersey: Pustaka Pelajar

Lenggogeni, Putri. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Deteksi Dini

Kanker Payudara Sendiri oleh Mahasiswi Jalur A Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran UNAND Padang Tahun 2011. Skripsi. Padang:

Universitas Andalas

Page 95: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

Manurung, Suryani, et al. 2006. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan Maternitas. Jakarta:

TIM

Mardiana, Lina. 2007. Kanker Pada Wanita. Jakarta: Penebar Swadaya

Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Milda, Yenni. 2013. Hubungan pengetahuan dan motivasi remaja putri dengan pencegahan

kanker payudara di desa Ladang Tuha Meukek kabupaten Aceh Selatan. Aceh: STIKES

U’budiyah

Monkhouse, S. 2007. Clinical Anatomy, 2nd Ed. China: Churchill Livingstone Elsevier

Morton, Patricia Gonce. 2003. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie.

Jakarta:EGC

Mubarak, Wahit I, et al. 2007. Promosi Kesehatan: sebuah pengantar proses belajar mengajar

dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu

National Cancer Institute. Breast cancer [Online]. ; Available from:

URL:http://www.cancer.gov/cancertopics/types/breast (Diakses pada tanggal 13

November 2013 pukul 23.47 WIB)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam dan Ferry Effendi. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

NSW Breast Cancer Institute. 2005. Fibroadenoma of The Breast. http://bci.org.au

Otto, Shiley E. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC

Ouyang, Yan-Qiong dan Xiaoyan Hu. 2014. The effect of breast cancer health education on the

knowledge attitudes, and practice: a community health center catchment area. China:

Springer

Ozgul Karayurt, et al. 2008. Awareness of Breast Cancer Risk Factors and Practice of Breast

Self Examination among High School Students in Turkey. BMC Public Health, 8: 359.

Page 96: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

http://www.biomedcentral.com/1471-2458/8/359/ (Diakses pada tanggal 14 November

2013 23:11 WIB)

Pallant, Julie Florence. 2005. SPSS Survival Manual: A Steap By Step Guide To Data analysis

Using SPSS. Australia: Allen & Unwin

Papalia, DE, et al. 2001. Human Development 8th Edition. Boston: McGraw-Hill

Permatasari, Dewi. 2013. Efektifitas Penyuluhan SADARI Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswi

SMA Negeri Di Kecamatan Pontianak Barat. Jurnal Universitas Tanjung Pura:

Kalimantan Barat

Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta:TIM

Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.

Jakarta: EGC

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Purwoastuti, Th Endang. 2008. Kanker Payudara. Yogyakarta: Kanisius

Rasjidi, Imam. 2010. 100 Questions & Answer KANKER PADA WANITA. Jakarta: Gramedia

Ross and Wilson. 2001. Anatomy an Physiology in Health and Illness, 9th ed. Spain: Churchill

Livingstone Elsevier

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana

Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga

Santrock, JW. 2007. Remaja, Edisi 11. Jakarta: Erlangga

Saputri, Karunia Hadpha. 2012. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang periksa payudara

sendirr (SADARI) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta. Surakarta: STIKES

Kusuma Husada

Page 97: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

Sastroasmoro, S & Ismail, S. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-4.

Jakarta: Sagung Seto

Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Setiawati, S. 2008. Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan. Jakarta: TIM

Sidauruk, Helfiana Agustina, et al. 2012. Karakteristik Penderitas Fibroadenoma Mammae

(FAM) Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011. Skripsi. Medan:

Universitas Sumatera Utara

Sloan, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Sulastri, et al. 2012. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Video Dalam Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri

di SMAN 9 Balikpapan Tahun 2012. Kalimantan Timur: Jurnal Promosi Kesehatan

Nusantara Indonesia

Suparno, Paul. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi Pendidikan. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia

Swarjana, I Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI

Taniredja, Tukiran, et al. 2013. Model-model pembelajaran inovatif dan efektif. Bandung:

Alfabeta

Tapan, Erik. 2005. Kanker, antioksidan, dan Terapi Komplementer. Jakarta: Elex Media

Komputindo

Teguh, Ahmad, et al. 2013. Hubungan Pengetahuan, Sikap terhadap Kesehatan Reproduksi

dengan Praktik Seksual Pranikah pada Mahasiswi di Politeknik Kesehatan DEPKES

Semarang. Skripsi. Semarang: Jurnal Kesehatan Masyarakat UNDIP

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian 1 Ilmu

Pendidikan Teoritis. Bandung: IMTIMA

Tomey, A.M & Alligood, M.R. 2006. Nursing theorist and their work. (6th ed). St. Louis: Mosby

inc.

Utama, S.Y. 2008. Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku remaja putrid terhadap

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMAN 5 Kota Jambi. Laporan penelitian

Poltekkes Jambi jurusan Kebidanan.

Verralls, Sylvia. 2004. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan. Jakarta: EGC

Page 98: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

Wardani, Riska Aprilia. 2011. Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Prestasi Belajar Mata

Kuliah ASKEB II Persalinan (Standart Asuhan Persalinan Normal) Ditinjau dari

Motivasi Belajar pada Mahasiswa Prodi Kebidanan STIKES Dian Husada Mojokerto.

Perpustakaan digital Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC

Wong, Donna L, et al,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Vol 1. Jakarta:

EGC

World Health Organization. 2013. http://www.who.int/topics/adolescent_health/en/ (Diakses

pada tanggal 11 November 2013 pukul 22.53 WIB)

_________________________. http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index.html

(Diakses pada tanggal 13 November 2013 pukul 22.07 WIB)

______________________. http://www.who.int/school_youth_health/en/index.html (Diakses

tanggal 15 des 2013 pukul 16.28 WIB)

Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ). 2011. http://www.antarasumut.com/berita-

sumut/berita-terkini/kesehatan/ypkj-usia-penderita-kanker-payudara-cenderung-menurun/

(diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 14.07 WIB)

Yi, Myungsun & Park Eun Young. 2012. Effects of breast health education conducted by trained

breast cancer survivors. Journal of Advanced Nursing 68(5), 1100-1110. Doi:

10.1111/j.1365-2648.2011.05815.x. Korea

Page 99: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI
Page 100: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI
Page 101: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

“Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang

Selatan”

Saya adalah mahasiswi semester 8 (delapan) Program Studi Ilmu Keperawatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan

terhadap nilai pengetahuan remaja putri mengenai SADARI.

Saya berharap jawaban yang Anda berikan adalah berdasarkan pengetahuan Anda

sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas

Anda. Informasi yang Anda berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu

keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya.

Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan memilih

untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika Anda

bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda menandatangani formulir persetujuan

di bawah ini.

Ciputat, 2014

Peneliti

(Laras Ayunda Pratama)

Peserta

( )

Page 102: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

LEMBAR KUESIONER

Judul Penelitian : Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan

Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja

Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan

Peneliti : Laras Ayunda Pratama

Petunjuk Pengisian :

1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) di kotak yang tersedia

pada pertanyaan bagian I, bagian II dan bagian III.

2. Dimohon untuk tidak berdiskusi atau bekerjasama dengan teman yang lain selama mengisi

kuesioner ini.

3. Isilah kuesioner ini secara JUJUR sesuai dengan pendapat Anda.

4. Anda diperbolehkan bertanya kepada peneliti, apabila merasa kesulitan atau merasa kurang

jelas.

5. Terima kasih atas kerjasama Anda

“Selamat Mengerjakan”

No. Responden : (diisi oleh peneliti)

I. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN (diisi oleh responden)

1. Nama Lengkap :

2. Umur : Tahun

3. Kelas : VII VIII

4. No. Hp :

5. Pernah mendapat informasi tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)? :

Pernah Tidak pernah (lanjut ke halaman selanjutnya)

6. Jika pernah, kapan Anda mendapat informasi tentang SADARI? :

Satu bulan yang lalu Enam bulan yang lalu Satu bulan yang lalu

Satu minggu yang lalu ______________

7. Informasi tentang SADARI didapatkan dari? :

TV/Radio Media massa Petugas kesehatan Teman

Orang tua Saudara Kandung

Page 103: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

II. PENGETAHUAN TENTANG SADARI

No. Pernyataan Ya Tidak

1. SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang perempuan

memeriksa payudaranya sendiri untuk melihat dan merasakan dengan

menggunakan jari sebagai cara mendeteksi apakah ada benjolan atau

tidak pada payudaranya

2. SADARI merupakan pemeriksaaan payudara sendiri yang dilakukan

sekali seumur hidup

3. SADARI bertujuan untuk mencegah masalah atau gangguan kesehatan

pada payudara

4. SADARI juga dapat mendeteksi adanya tumor jinak pada payudara

dan ketiak

5. Pengobatan akan lebih efektif jika masalah kesehatan payudara dapat

dideteksi secara dini melalui SADARI

6. Hanya perempuan yang berusia lebih dari 20 tahun boleh melakukan

SADARI

7. Setiap perempuan yang telah memasuki masa pubertas dapat

melakukan SADARI

8. SADARI dilakukan pada saat menstruasi setiap bulannya

9. Pemeriksaan klinis oleh petugas kesehatan sebaiknya dilakukan pada

perempuan berusia 30-50 tahun setiap tiga tahun sekali

10. SADARI hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan

11. SADARI dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-10 yang dihitung

sejak hari pertama mulai menstruasi

12. SADARI dilakukan hanya ketika ada keluhan pada payudara atau

ketiak

13. SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulannya pada

perempuan yang telah memasuki masa menopause

14. Praktik SADARI tidak memerlukan biaya yang mahal

15. Penting untuk memeriksakan diri ke rumah sakit atau pelayanan

kesehatan terdekat jika terdapat benjolan pada payudara

16. Kanker payudara dapat dideteksi melalui SADARI

17. Kanker payudara hanya menyerang perempuan berusia 30 tahun keatas

Page 104: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

III. PRAKTIK SADARI

No. Pernyataan Ya Tidak

1. SADARI dilakukan dengan posisi berbaring, duduk, atau berdiri di

depan cermin

2. SADARI dengan posisi berbaring memerlukan bantal di bawah pundak

sisi payudara yang akan diperiksa

3. SADARI yang dilakukan dengan posisi berdiri di depan cermin

dilakukan untuk melihat jika terdapat perbedaan bentuk pada payudara

kanan ataupun kiri

4. SADARI menggunakan permukaan tiga jari (jari telunjuk, jari tengah,

dan jari manis)

5. Saat melakukan SADARI, jari-jari digerakkan mulai dari bagian atas

payudara sampai ke bawah dan mengelilingi seluruh bagian payudara

6. SADARI dilakukan dengan gerakan memutar keluar searah jarum jam

di seluruh permukaan payudara

7. Pada saat berbaring benjolan pada payudara lebih mudah untuk diraba

8. Ketiak juga perlu diperiksa ketika melakukan SADARI

9. Benjolan dapat ditemukan tidak hanya di payudara tetapi juga ketiak

10. Penekanan pada puting saat melakukan SADARI dilakukan untuk

melihat adanya cairan yang keluar dari puting

11. Tangan kanan digunakan untuk menekan payudara kiri dengan

menggunakan permukaan tiga jari

12. SADARI dapat dilakukan saat mandi

13. Salah satu payudara yang menggantung lebih rendah dari biasanya saat

dilakukan SADARI adalah tanda yang tidak normal

14. Penebalan kulit payudara merupakan hal yang wajar

15. Benjolan pada payudara yang tidak dapat digerakkan dan terasa nyeri

saat dipegang bukan merupakan tanda kanker payudara

16. Benjolan yang terdapat di payudara merupakan hal yang normal

17. Nanah adalah cairan yang normal keluar dari puting ketika puting

dipencet

18. Adanya benjolan pada ketiak adalah hal yang normal

19. Lekukan seperti lesung pipi pada kulit payudara adalah tanda yang

harus di waspadai

20. Nyeri pada payudara saat dilakukan SADARI adalah hal yang tidak

normal

Page 105: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Sub pokok bahasan : Pengetahuan dan Praktik SADARI

Hari/tanggal : Selasa, 10 Juni 2014

Jam : 08.00-09.00 WIB

Tempat : Ruang kelas SMPN 3 Tangerang Selatan

Sasaran : Siswi SMPN 3 Tangerang Selatan

Penyuluh : Laras Ayunda Pratama

I. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan siswi-siswi dapat mengetahui dan

mempraktikkan SADARI

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan siswi mampu:

1. Menjelaskan pengertian SADARI

2. Menjelaskan kriteria dilakukan SADARI

3. Menjelaskan langkah-langkah SADARI

4. Menjelaskan tanda yang harus diwaspadai saat SADARI

III. Materi

1. Pengertian SADARI

2. Kriteria dilakukan SADARI

Page 106: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

3. Langkah-langkah SADARI

4. Tanda yang harus diwaspadai saat SADARI

IV. Metode

1. Ceramah

2. Demonstrasi

3. Tanya jawab

V. Media

1. Powerpoint

2. Alat peraga (phantom)

VI. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu

Kegiatan

Pembicara Peserta Penanggung

Jawab

1.

5 menit

Pembukaan

1. Memberi salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menyampaikan topik

penyuluhan

4. Menjelaskan tujuan

penyuluhan

5. Menjelaskan

mekanisme penyuluhan

6. Melakukan kontrak

waktu

1. Menjawab salam

2. Mendengarkan

3. Mendengarkan

4. Mendengarkan

5. Mendengarkan

6. Mendengarkan

Penyaji

2.

30 Menit

Penyampaian materi

1. Mengkaji pengetahuan

awal mengenai topik

yang akan disampaikan

2. Menyampaikan materi

tentang:

a. Pengertian

SADARI

b. Kriteria SADARI

c. Langkah-langkah

SADARI

d. Tanda yang harus

1. Menjawab

2. Mendengarkan dan

memperhatikan

Penyaji

Page 107: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

diwaspadai saat

SADARI

3. Memberikan

demonstrasi mengenai

langkah-langkah

SADARI

3. Memperhatikan

3.

20 Menit

Evaluasi

1. Memberikan

kesempatan kepada

siswi untuk

mempraktikkan

SADARI menggunakan

phantom

2. Memberikan

kesempatan siswi untuk

bertanya

3. Menanyakan kembali

pada peserta tentang

materi yang

disampaikan

1. Mempraktikkan

langkah SADARI

2. Bertanya

3. Menjawab

Penyaji

4.

5 menit

Penutup

1. Menyimpulkan materi

2. Memberikan salam

1. Mendengarkan

2. Menjawab salam

Penyaji

VII. Pengorganisasian

a. Penyaji : Laras Ayunda Pratama

b. Observer : Ratu Ummu Hani

c. Fasilitator : Septiana

: Gaby Nursila

Page 108: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

VIII. Struktur Ruangan

Keterangan :

: Peserta (siswi)

: Fasilitator

: Observer

: Penyaji

IX. Evaluasi

1. Evaluasi struktur : Rencana kegiatan dan penyaji materi pendidikan kesehatan

dipersiapkan dari sebelum kegiatan

2. Evaluasi proses :

a. Peralatan dan tempat tersedia

b. Waktu sesuai dengan rencana (30 menit)

3. Evaluasi hasil :

a. Mampu menjawab pertanyaan dan mengulang kembali pengertian SADARI

Page 109: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

b. Mampu menyebutkan kriteria SADARI

c. Mampu mendemonstrasikan langkah-langkah SADARI

d. Mampu menyebutkan tanda yang harus diwaspadai saat SADARI

Page 110: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

Materi Penyuluhan

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

1. Pengertian SADARI

SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang perempuan memeriksa

payudaranya sendiri untuk melihat dan merasakan dengan menggunakan jari sebagai

cara mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya (The Center for

Advanced Breast Cancer, 2005).

2. Kriteria SADARI

Berikut ini adalah kriteria melakukan SADARI (Depkes, 2009):

A. Dilakukan setiap bulan pada hari ke-7 sampai dengan hari ke-10 yang dihitung

dari hari pertama menstruasi

B. SADARI dapat dilakukan oleh remaja maupun dewasa

C. SADARI dilakukan dengan posisi berdiri, duduk, maupun berbaring

D. Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sekali dengan memilih tanggal yang sama

setiap bulannya bagi wanita yang telah menopause

E. Pemeriksaan klinis oleh petugas kesehatan sebaiknya dilakukan pada perempuan

berusia 30-50 tahun setiap tiga tahun sekali

3. Langkah-langkah SADARI

Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes (2009), yaitu:

1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh

dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dalam hal ukuran,

bentuk atau warna kulit, atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada

kulit.

2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di atas

kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan

Page 111: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua

payudara menggantung seimbang.

3. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut untuk

melihat apakah ada cairan yang keluar.

4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau

berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring, diletakkan sebuah bantal di

bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa.

5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara

kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah, dan manis). Mulailah dari daerah

putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar keluar di

seluruh permukaan payudara.

6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa

daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan di bawah tulang

selangka.

7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara

sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan ini akan membantu

untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada payudara yaitu dengan

menggunakan teknik yang sama setiap bulannya.

Page 112: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

1 2

3 4

5 6

Bagan : Langkah-langkah Melakukan SADARI (Depkes, 2009)

4. Tanda-tanda yang harus diwaspadai saat SADARI (Depkes, 2009):

a. Penambahan ukuran atau besar yang tak biasa pada payudara

b. Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya

c. Lekukan seperti lesung pipi pada kulit payudara

d. Cekungan atau lipatan pada puting

e. Perubahan penampilan puting payudara

f. Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu puting

g. Adanya benjolan pada payudara

h. Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak atau leher

i. Pembengkakan pada lengan bagian atas

Page 113: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

1. Hasil Olahan SPSS Univariat

A. Hasil Univariat Pre-test

Descriptives Pre-test

Statistic Std. Error

SkorTotal

Mean 23,97 ,610

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 22,73

Upper Bound 25,21

5% Trimmed Mean 24,15

Median 24,00

Variance 12,280

Std. Deviation 3,504

Minimum 15

Maximum 30

Range 15

Interquartile Range 4

Skewness -,947 ,409

Kurtosis 1,143 ,798

Percentiles Pre-test

Percentiles

5 10 25 50 75 90 95

Weighted Average(Definition

1) SkorTotal 15,00 18,40 22,50 24,00 26,00 28,00 29,30

Tukey's Hinges SkorTotal 23,00 24,00 26,00

Extreme Values Pre-test

Case Number Value

SkorTotal

Highest

1 13 30

2 31 29

3 4 28

4 15 28

5 1 27a

Lowest

1 30 15

2 19 15

3 6 18

4 14 19

5 16 21

Page 114: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

a. Only a partial list of cases with the value 27 are shown in the

table of upper extremes.

B. Hasil Univariat Post-test

Descriptives Post-test

Statistic Std. Error

SkorTotal

Mean 33,06 ,374

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 32,30

Upper Bound 33,82

5% Trimmed Mean 33,14

Median 34,00

Variance 4,621

Std. Deviation 2,150

Minimum 28

Maximum 37

Range 9

Interquartile Range 3

Skewness -,787 ,409

Kurtosis -,045 ,798

Percentiles Post-test

Percentiles

5 10 25 50 75 90 95

Weighted Average(Definition

1) SkorTotal 28,70 29,40 32,00 34,00 35,00 35,00 35,60

Tukey's Hinges SkorTotal 32,00 34,00 35,00

Extreme Values Post-test

Case Number Value

SkorTotal

Highest

1 12 37

2 1 35

3 4 35

4 6 35

5 18 35a

Lowest

1 30 28

2 24 29

3 19 29

4 32 30

5 27 30b

Page 115: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

a. Only a partial list of cases with the value 35 are shown in the table of upper

extremes.

b. Only a partial list of cases with the value 30 are shown in the table of lower

extremes.

2. Hasil Olahan SPSS Bivariat

A. Hasil Bivariat Pre-test

Tests of Normality Pre-test

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

SkorTotal ,149 33 ,062 ,929 33 ,034

a. Lilliefors Significance Correction

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SkorTotal

N 33

Normal Parametersa,b

Mean 23,97

Std. Deviation 3,504

Most Extreme Differences

Absolute ,149

Positive ,072

Negative -,149

Kolmogorov-Smirnov Z ,854

Asymp. Sig. (2-tailed) ,460

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

B. Hasil Bivariat Post-test

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

SkorTotal ,214 33 ,001 ,901 33 ,006

a. Lilliefors Significance Correction

Page 116: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SkorTotal

N 33

Normal Parametersa,b

Mean 33,06

Std. Deviation 2,150

Most Extreme Differences

Absolute ,214

Positive ,153

Negative -,214

Kolmogorov-Smirnov Z 1,232

Asymp. Sig. (2-tailed) ,096

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

3. Hasil SPSS Paired T Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum 23,97 33 3,504 ,610

Sesudah 33,06 33 2,150 ,374

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Sebelum & Sesudah 33 ,436 ,011

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 Sebelum -

Sesudah -9,091 3,215 ,560 -10,231 -7,951 -16,244 32 ,000

Page 117: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

4. Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

,675 41

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

SADARI adalah salah satu

cara untuk mencegah

timbulnya kanker payudara

62,10 56,438 ,204 ,672

Hanya yang berusia lebih

dari 20 tahun yang boleh

melakukan SADARI

62,13 55,016 ,518 ,664

SADARI adalah

pemeriksaan payudara

sendiri yang dilakukan

sekali seumur hidup

62,13 55,844 ,296 ,669

SADARI dilakukan segera

setelah menstruasi setiap

bulan

62,67 58,575 -,235 ,689

Pemeriksaan SADARI

hanya dilakukan oleh

perempuan

63,00 56,690 ,072 ,674

Setiap perempuan yang

telah memasuki masa puber

dapat melakukan SADARI

62,17 56,351 ,128 ,673

SADARI dilakukan rutin

setiap bulan bagi remaja 62,27 53,720 ,527 ,657

SADARI hanya boleh

dilakukan oleh tenaga

kesehatan

62,47 53,499 ,450 ,657

Pemeriksaan SADARI

memerlukan waktu 1 jam 62,17 58,695 -,376 ,687

SADARI juga dapat

mendeteksi adanya tumor

jinak pada payudara

62,10 56,438 ,204 ,672

Page 118: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

SADARI dilakukan pada

hari 7-10 yang dihitung

sejak hari pertama mulai

menstruasi

62,50 54,948 ,245 ,667

SADARI bisa dilakukan di

rumah 62,23 55,289 ,283 ,667

SADARI sangat bermanfaat

untuk kesehatan payudara 62,07 57,030 ,000 ,675

Pada perempuan yang telah

memasuki masa

menopause, SADARI

dilakukan pada tanggal

yang sama setiap bulannya

62,43 54,944 ,254 ,666

SADARI penting untuk

dilakukan oleh perempuan

khususnya remaja

62,10 56,990 ,003 ,676

Praktik SADARI tidak

memerlukan biaya yang

mahal

62,47 53,637 ,431 ,658

Kanker payudara dapat di

deteksi melalui SADARI 62,13 55,016 ,518 ,664

Kanker payudara hanya

menyerang perempuan

berusia 30 tahun keatas

62,23 57,220 -,058 ,679

Kanker payudara dapat

menyerang remaja 62,10 56,438 ,204 ,672

Penting untuk

memeriksakan diri ke rumah

sakit atau pelayanan

kesehatan terdekat jika

terdapat benjolan pada

payudara

62,07 57,030 ,000 ,675

Pemeriksaan SADARI

dapat dilakukan sambil

berbaring dan berdiri di

depan cermin

62,07 57,030 ,000 ,675

Pemeriksaan SADARI

menggunakan permukaan

tiga jari

62,20 53,407 ,693 ,654

Jari-jari meraba tiap bagian

payudara kiri dan

sebaliknya

62,13 55,016 ,518 ,664

Page 119: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

Tangan kanan memeriksa

payudara kiri dan

sebaliknya

62,13 55,430 ,406 ,666

Pada saat berbaring

benjolan pada payudara

lebih mudah untuk diraba

62,17 55,385 ,342 ,667

Saat pemeriksaan, jari-jari

digerakkan mulai dari

bagian atas sampai ke

bawah dan mengelilingi

seluruh bagian payudara

62,07 57,030 ,000 ,675

Saat melakukan SADARI,

ketiak juga perlu untuk

diperiksa

62,30 55,045 ,282 ,666

Benjolan dapat ditemukan

tidak hanya di payudara

tetapi juga di ketiak

62,40 54,179 ,371 ,661

Penekanan pada puting

dilakukan untuk melihat

cairan yang keluar dari

puting

62,27 55,099 ,292 ,666

Nanah adalah cairan yang

normal keluar dari puting

ketika puting di pencet

62,67 56,782 ,000 ,678

Pemeriksaan di depan

cermin dilakukan untuk

melihat jika terdapat

perbedaan bentuk pada

payudara kanan ataupun

kiri

62,13 55,016 ,518 ,664

SADARI dapat dilakukan

pada posisi berdiri, duduk,

maupun berbaring

62,13 56,257 ,186 ,672

SADARI juga dapat

dilakukan saat mandi 62,40 53,214 ,513 ,655

Benjolan lebih mudah

diraba pada saat mandi 62,43 58,254 -,196 ,687

Benjolan yang tidak dapat

digerakkan dan terasa nyeri

saat dipegang bukan

merupakan tanda kanker

payudara

62,50 57,293 -,068 ,681

Page 120: EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

Benjolan yang terdapat

dipayudara merupakan hal

yang normal

62,40 55,145 ,232 ,668

SADARI dilakukan dengan

gerakan memutar 62,30 53,803 ,482 ,658

Adanya benjolan pada

ketiak adalah hal yang

normal

62,30 54,355 ,392 ,662

Lekukan seperti lesung pipi

pada payudara adalah

tanda yang harus di

waspadai

62,43 56,737 ,007 ,678

Nyeri pada payudara saat

dilakukan SADARI adalah

hal yang tidak normal

62,17 55,109 ,403 ,665

Skor_total 31,53 14,257 1,000 ,650