efek penggunaan oral minyak cengkeh (oleum...

75
EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum caryophylli) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS WISTAR YANG DIBERI ISONIAZID-RIFAMPISIN DOSIS TOKSIK THE EFFECT OF ORAL ADMINISTRATION OF CLOVE OIL (Oleum caryophylli) TO UREUM AND CREATININE LEVELS OF RATS INDUCED BY ISONIAZID-RIFAMPISIN TOXIC DOSE MINI ARISKA FEBRIANTY N111 14 024 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Upload: trannga

Post on 08-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH

(Oleum caryophylli) TERHADAP KADAR UREUM

DAN KREATININ TIKUS WISTAR YANG DIBERI

ISONIAZID-RIFAMPISIN DOSIS TOKSIK

THE EFFECT OF ORAL ADMINISTRATION OF

CLOVE OIL (Oleum caryophylli) TO UREUM AND

CREATININE LEVELS OF RATS INDUCED BY

ISONIAZID-RIFAMPISIN TOXIC DOSE

MINI ARISKA FEBRIANTY N111 14 024

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

Page 2: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH

(Oleum caryophylli) TERHADAP KADAR UREUM

DAN KREATININ TIKUS WISTAR YANG DIBERI

ISONIAZID-RIFAMPISIN DOSIS TOKSIK

THE EFFECT OF ORAL ADMINISTRATION OF

CLOVE OIL (Oleum caryophylli) TO UREUM AND

CREATININE LEVELS OF RATS INDUCED BY

ISONIAZID-RIFAMPISIN TOXIC DOSE

MINI ARISKA FEBRIANTY N111 14 024

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

Page 3: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

ii

EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum caryophylli) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS WISTAR YANG

DIBERI ISONIAZID-RIFAMPISIN DOSIS TOKSIK

THE EFFECT OF ORAL ADMINISTRATION OF CLOVE OIL (Oleum caryophylli) TO UREUM AND CREATININE LEVELS OF RATS

INDUCED BY ISONIAZID-RIFAMPISIN TOXIC DOSE

SKRIPSI

untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

MINI ARISKA FEBRIANTY N111 14 024

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASA NUDDIN MAKASSAR

2018

Page 4: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

iii

EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum caryophylli) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ

TIKUS WISTAR YANG DIBERI ISONIAZID-RIFAMPISIN DOSIS TOKSIK

MINI ARISKA FEBRIANTY

N111 14 024

Pada Tanggal, 9 Mei 2018

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Yulia Yusrini Djabir, S.Si., MBM.Sc., M.Si., Ph.D., Apt. NIP. 19780728 200212 2 003

Pembimbing Kedua

Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt. NIP. 19730309 199903 2 002

Pembimbing Pertama

Sumarheni, S.Si, M.Sc., Apt. NIP. 19811007 200802 2 001

Page 5: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

iv

SKRIPSI

EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum caryophylli) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS WISTAR YANG

DIBERI ISONIAZID-RIFAMPISIN DOSIS TOKSIK

THE EFFECT OF ORAL ADMINISTRATION OF CLOVE OIL (Oleum caryophylli) TO UREUM AND CREATININE LEVELS OF RATS

INDUCED BY ISONIAZID-RIFAMPISIN TOXIC DOSE

Disusun dan diajukan oleh :

MINI ARISKA FEBRIANTY

N111 14 024

telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Panitia Penguji Skripsi :

1. Ketua : Dra. Rosany Tayeb, M.Si., Apt. .....................

2. Sekretaris : Rina Agustina, S.Si., M.Pharm.Sc., Apt. .....................

3. Anggota : Aminullah, S.Si., M.Pharm.Sc., Apt. .....................

4. Ex Officio : Yulia Y. Djabir, S.Si., MBM.Sc., M.Si., Ph.D., Apt. ...............

5. Ex Officio : Sumarheni, S.Si, M.Sc., Apt. .....................

6. Ex Officio : Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt. ......................

Mengetahui, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. NIP. 19641231 199002 1 005

Page 6: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini benar-benar

adalah hasil karya saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

pernyataan saya ini tidak benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh,

batal demi hukum.

Makassar, 9 Mei 2018

Yang menyatakan

Mini Ariska Febrianty N111 14 024

Page 7: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala berkat, rahmat, karunia, dan nikmat yang tiada hentinya diberikan

kepada manusia. Terutama nikmat akal yang menjadikan manusia

sebagai makhluk yang paling sempurna yang mampu menikmati ilmu

pengetahuan. Tak akan pernah puas dan letihnya penulis mengucap

syukur atas anugerah yang telah Allah subhanahu wata’ala berikan hingga

penulis mampu menyelesaikan salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan studi di Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, doa, dan

bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Banyak kendala yang penulis hadapi dalam

penyusunan skripsi ini, namun berkat dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan beberapa kendala hingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus dan

penuh rasa hormat menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan

yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya, ayahanda H. Muh

Kuddus dan ibunda Hj. Nurhayati yang banyak memberikan kasih sayang

dan motivasi serta pengorbanan yang besar baik moril maupun materil

yang tidak akan mungkin bagi penulis untuk membalasnya hingga akhir

hayat. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan rasa

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

Page 8: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

vii

1. Ibu Yulia Yusrini Djabir, S.Si., MBM.Sc., M.Si., Ph.D., Apt. selaku

pembimbing utama serta Ibu Sumarheni, S.Si, M.Sc, Apt. dan Ibu Dr.

Mufidah., S.Si., M.Si., Apt. selaku pembimbing pertama dan

pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan pikirannya

untuk memberikan masukan, arahan serta motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Tim Penguji penulis Ibu Dra.Rosany Tayeb, M.Si., Apt. Ibu Rina

Agustina, S.Si., M.Sc., Apt. dan Bapak Aminullah, S.Si., M.Pharm.Sc.,

Apt. yang telah memberikan kritik dan saran yang membantu dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

serta seluruh dosen dan Staf Fakultas Farmasi Universitas

Hasanuddin.

4. Seluruh Laboran Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin atas

bantuan serta motivasi-motivasi yang diberikan selama perkuliahan

hingga penelitian selesai

5. Saudara saya Sarwani S.Pd, Meriam, S.Pdi, Nursanti S.Pd dan Anna

Nurjannah A.Md yang telah memberikan segala bantuan, motivasi

serta semangat bagi penulis.

6. Teman-teman seperjuangan penelitian Andi Dian Aslin Agustiah dan

Putri Mandasari Yusuf yang selama ini menjadi rekan selama

penyelesaian penelitian.

Page 9: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

viii

7. Teman dekat saya Ayu Hartina, Anugrah, Isra Yani Ningsih, Ridha

Aulia, Rezki Nabila Pratiwi, Maghfira, dan Hardianti Lestari yang telah

memberikan dukungan dan bantuannya selama penyelesaian skripsi.

8. Seluruh teman-teman angkatan 2014 “Hiosiamin” yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang luas serta telah membantu

dalam penyelesaian skripsi dan memberikan wadah pengembangan

diri untuk penulis.

9. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas

sumbangsih dan dukungannya terhadap penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih terdapat banyak kesalahan yang tidak disadari

oleh penulis. Untuk itu, segala kritik dan saran penulis harapkan dari

berbagai pihak guna menghasilkan skripsi yang dapat bermanfaat bagi

masyarakat dan peneliti lainnya.

Akhir kata, penulis berdo’a semoga penelitian ini dapat membantu

dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di

bidang Farmasi.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Makassar, 9 Mei 2018

Mini Ariska Febrianty

Page 10: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

ix

ABSTRAK

MINI ARISKA FEBRIANTY. Efek Penggunaan Oral Minyak Cengkeh (Oleum caryophylli) Terhadap Kadar Ureum dan Kreatinin Tikus Wistar yang Diberi Isoniazid-Rifampisin Dosis Toksik (Dibimbing oleh Yulia Yusrini Djabir, Sumarheni, dan Mufidah).

Minyak cengkeh memiliki potensi antioksidan yang cukup besar

namun penggunaan secara oral masih sangat terbatas. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui potensi pemberian oral minyak cengkeh

dalam mengurangi kerusakan ginjal pada tikus akibat induksi obat

isoniazid-rifampisin berdasarkan parameter ureum dan kreatinin. Hewan

coba dibagi menjadi 5 kelompok: kelompok 1 (kontrol negatif) yang

diberikan minyak pembawa, kelompok 2 (minyak cengkeh 10mg),

kelompok 3 (minyak cengkeh 50mg), kelompok 4 (minyak cengkeh

100mg), dan kelompok 5 (kontrol positif) yang diberikan vitamin E (250

mg/kg BB). Semua tikus diberi isoniazid-rifampisin dosis 100 dan

200mg/kgBB 3 jam setelah pemberian perlakuan. Hasil penelitian

menunjukkan kelompok yang diberi minyak pembawa saja (kelompok 1)

mengalami peningkatan ureum yang signifikan dibandingkan kelompok

yang diberi minyak cengkeh 50mg dan 100mg. Walaupun nilai

peningkatan rata-rata kreatinin tidak signifikan antar kelompok, namun

lebih dari 1 tikus kelompok 1 mengalami peningkatan kadar kreatinin dua

kali lipat, sedangkan pada kelompok yang diberi minyak cengkeh 50mg

dan 100mg tidak terdapat peningkatan kreatinin sebesar dua kali lipat

kadar awalnya (hari 0). Disimpulkan bahwa minyak cengkeh pada dosis

50mg dan 100mg mampu menurunkan resiko gangguan fungsi ginjal pada

tikus yang diberi isoniazid-rifampisin.

Kata kunci: Minyak cengkeh, isoniazid-rifampisin, ginjal, ureum, kreatinin.

Page 11: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

x

ABSTRACT

MINI ARISKA FEBRIANTY. The Effect Of Oral Administration Of Clove Oil (Oleum caryophylli) To Ureum and Creatinine Levels Of Rats Induced By Isoniazid-Rifampisin Toxic Dose (Supervised by Yulia Yusrini Djabir, Sumarheni, and Mufidah).

Clove oil has considerable antioxidant activity but its oral use is still very limited. This study aimed to determine the activity of oral administration of clove oil in reducing renal impairment in rats due to induction of isoniazid-rifampicin drugs based on the parameters of urea and creatinine serum. The animals were divided into 5 groups: group 1 (negative control) was given vehicle, group 2 (clove oil 10mg), group 3 (clove oil 50mg), group 4 (clove oil 100mg), and group 5 (positive control) was given vitamin E (250 mg / kg body weight). All mice were given doses of 100 and 200 mg / kg body weight of isoniazid-rifampicin 3 hours after administration of treatments. The results showed that group given only vehicle (group 1) experienced a significant increase in urea compared to clove oil treated group (50 mg dan 100mg). Although the value of creatinine increase was not significant between group, but more than 1 of group 1 mice had doubled creatinine levels, where as in clove oil treated group 50mg and 100mg there was no creatinine increase twice the baseline (days 0). It was concluded that clove oil concentrations of 50 mg and 100 mg were able to reduce the risk of impaired renal function in rats treated with isoniazid-rifampicin.

Keywords: Clove oil, isoniazid- rifampicin, renal, urea, creatinine.

Page 12: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

xi

DAFTAR ISI

halaman

UCAPAN TERIMA KASIH vi

ABSTRAK ix

ABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

I.1 Latar Belakang 1

I.2 Rumusan Masalah 3

I.3 Tujuan Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

II.1 Pengobatan Tuberkulosis 4

II.2 Isoniazid 6

II.2.1 Isoniazid dan Nefrotoksisitas 6

II.2.2 Mekanisme Kerja 7

II.2.3 Farmakokinetik 7

II.2.4 Resistensi 8

II.3 Rifampisin 9

II.3.1 Rifampisin dan Nefrotoksisitas 9

Page 13: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

xii

II.3.2 Mekanisme Kerja 11

II.3.3 Farmakokinetik 11

II.3.4 Resistensi 12

II.4 Ginjal 12

II.4.1 Anatomi 12

II.4.2 Fisiologi Ginjal 13

II.5 Biomarker Fungsi Ginjal 16

II.6 Antioksidan 18

II.7 Minyak Cengkeh dan Sifat Antioksidan 19

II.7.1 Klasifikasi Tanaman Cengkeh 19

II.7.2 Uraian Minyak Cengkeh 20

II.7.3 Minyak Cengkeh Bersifat Antioksidan 22

II.8 Manfaat Penggunaan Oral Minyak cengkeh 22

BAB III METODE PENELITIAN 24

III.1 Alat dan Bahan 24

III.2 Cara Kerja 24

III.2.1 Penyiapan Hewan Coba 24

III.2.2 Pembuatan Suspensi Isoniazid-Rifampisin 25

III.2.3 Penyiapan Minyak Cengkeh 25

III.2.4 Pemberian Induksi Isoniazid-Rifampisin 26

III.2.5 Penyiapan Vitamin E (Natur E®) 26

III.3. Prosedur Percobaan 27

III.3.1 Preparasi Serum 28

Page 14: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

xiii

III.3.2 Pengukuran Menggunakan Humalyzer 28

III.3.2.1 Pengukuran Kreatinin 28

III.3.2.2 Pengukuran Ureum 28

III.3.3 Analisis Data 29

BAB IV Hasil dan Pembahasan 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 37

V.1 Kesimpulan 37

V.2 Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 38

Page 15: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Spesifikasi minyak cengkeh (Oleum caryophylli) 21

2. Profil perhitungan kadar ureum sebelum dan setelah perlakuan ... 31

3. Profil perhitungan kadar kreatinin sebelum dan setelah perlakuan 32

4. Sertifikat analisis minyak cengkeh ................................................. 42

5. Prosedur pengukuran kreatinin dan ureum ................................... 44

6. Hasil analisis statistik kreatinin ...................................................... 50

7. Hasil analisis statistik ureum .......................................................... 51

Page 16: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Struktur kimia isoniazid 6

2. Cengkeh 20

3. Proses destilasi uap 22

4. Grafik kadar ureum 33

5. Grafik kadar kreatinin 35

6. Tikus putih (Rattus novergicus) 54

7. Penimbangan hewan coba 54

8. Anastesi hewan coba 54

9. Pengambilan darah melalui vena lateral 54

10. Pemberian secara oral minyak cengkeh 55

11. Pemberian secara oral induksi obat isoniazid-rifampisin 55

12. Sampel plasma 55

13. Pengukuran sampel plasma 55

14. Sertifikasi analisis minyak cengkeh 42

Page 17: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Sertifikat analisis minyak cengkeh ................................................... 42

2. Skema kerja 43

3. Prosedur pengukuran kreatinin dan ureum ................................... 44

4. Komposisi reagen .......................................................................... 45

5. Perhitungan hasil analisis kraetinin ............................................... 46

6. Hasil analisis statistik kreatinin ...................................................... 50

7. Hasil analisis statistik ureum ............................................. 51

8. Gambar penelitian ......................................................................... 54

9. Kode persetujuan etik .................................................................... 56

Page 18: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018
Page 19: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

World Health Organization (2010), melaporkan bahwa jumlah

penderita tuberkulosis di Indonesia sebesar 429 ribu orang, dan Indonesia

berada pada peringkat kelima dengan jumlah terbesar insiden kasus

tuberkulosis di dunia (Depkes, 2010). Data dari Riskesdas (Riset

Kesehatan Dasar) tahun 2013 melaporkan hasil prevalensi penduduk

indonesia yang didiagnosis tuberkulosis oleh tenaga kesehatan adalah 0,4

persen (Riskesdas, 2013).

Pengobatan tuberkulosis dapat menggunakan obat kombinasi

isoniazid-rifampisin, namun penggunaan yang melebihi jangka waktu 6-9

bulan dapat menyebabkan efek samping. Efek samping yang dihasilkan

salah satunya gangguan fungsi ginjal berupa insufisiensi ginjal dan gagal

ginjal akut (Gunawan, 2007). Presentasi kejadian nefrotoksisitas akibat

pemberian rifampisin telah dilaporkan mencapai 1,8% sampai 16% dari

semua kasus gagal ginjal akut (Singh dkk, 2003). Kombinasi isoniazid

dengan rifampisin dapat menyebabkan toksisitas ginjal bertambah parah

(Mori dkk, 2011).

Kerusakan ginjal yang disebabkan induksi obat isoniazid dan

rifampisin terkait dengan pembentukan metabolit aktifnya yang memicu

produksi Reactive oxygen species (ROS) (Martin dkk, 2016). Lopez-

1

Page 20: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

2

Lopez-Novoa dkk. (2011), melaporkan bahwa Reactive Oxygen Species

(ROS) dan stres oksidatif merupakan kunci dalam patogenesis kerusakan

ginjal akibat obat. Berdasarkan hasil penelitian pada tikus, kombinasi

isoniazid-rifampisin yang dapat menyebabkan nefrotoksisitas yaitu dosis

isoniazid 50mg/kgBB dan rifampisin 100mg/kgBB (Hussein dkk, 2016).

Hingga saat ini belum banyak terapi yang secara spesifik

mengatasi kerusakan ginjal yang disebabkan oleh obat. Oleh karena itu

perlu diketahui potensi obat herbal sebagai nefroprotektor. Salah satu

keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia adalah tanaman

cengkeh (Syzygium aromaticum). Rempah-rempah seperti cengkeh telah

digunakan selama berabad-abad sebagai bahan pengawet makanan dan

sebagai tanaman obat terutama dimanfaatkan karena khasiat antioksidan

yang kuat dan aktivitas antimikrobanya (Shan dkk, 2005). Gulcin dkk.

(2012) melakukan penelitian untuk mengevaluasi sifat antioksidan minyak

cengkeh dan menemukan bahwa minyak cengkeh mampu menangkap

radikal bebas.

Pramod dkk. (2010), dalam penelitian secara in vitro mendapatkan

bahwa eugenol sebagai antioksidan minyak cengkeh mempunyai potensi

yang baik dalam pengobatan penyakit. Minyak cengkeh (Oleum

caryophylli) mengandung senyawa eugenol yang merupakan komponen

utama dengan kandungan yang dapat mencapai 70-96% (Towaha, 2012).

Peneliti lain menemukan efektivitas antioksidan minyak cengkeh eugenol

5 kali lebih besar dibandingkan α-tokoferol (Nagababu dkk, 2011).

Page 21: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

3

Dengan efek antioksidan minyak cengkeh yang kuat, dapat

diperkirakan bahwa minyak cengkeh dapat melindungi sel dari efek buruk

radikal bebas termasuk yang dihasilkan oleh obat isoniazid-rifampisin.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dosis minyak cengkeh yang dapat

diberikan pada hewan uji tikus secara oral yaitu 5-200mg/kg BB (Al-Okbi

dkk, 2014). Adapun LD50 dari minyak cengkeh pada tikus yaitu 2650

mg/kg (MSDS, 2017).

I.2 Rumusan masalah

Apakah pemberian oral minyak cengkeh (Oleum caryophylli) dapat

mengurangi kerusakan ginjal pada tikus akibat induksi obat isoniazid-

rifampisin dosis toksik berdasarkan parameter ureum dan kreatinin.

I.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas pemberian oral

minyak cengkeh dalam mengurangi kerusakan ginjal pada tikus akibat

induksi obat isoniazid-rifampisin berdasarkan parameter ureum dan

kreatinin.

Page 22: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengobatan Tuberkulosis

Di seluruh dunia ada sekitar 2 miliar orang terinfeksi tuberkulosis,

angka ini adalah sepertiga dari jumlah penduduk dunia. Indonesia

menyumbang jumlah terbesar ketiga setelah India dan China. Indonesia

setiap 2 menit ada satu orang yang jatuh menderita TB baru dan satu

orang yang meninggal setiap 4 menitnya. Data ini terdeteksi dari penderita

TB di Indonesia yang dilakukan oleh WHO tahan 2003 (Lumenta, 2006).

Penelitian untuk pengobatan TB terus berlanjut sampai ditemukan

obat anti kuman yang dilakukan oleh Selman A Waksman pada 1940.

Hasil penemuan Waksman yakni anti TB antibiotik dinamai actinomycine.

Namun obat ini belum bisa digunakan karena mengandung suatu racun

bagi manusia. Penemuan baru waksman yang baru streptomycin (1943)

yakni sebuah antibiotik yang dihasilkan oleh streptomyces griseus, dan

khasiatnya terbukti dapat menghambat pertumbuhan kuman TB. Obat ini

kemudian dicobakan kepada pasien TB yang parah. Sukses terlihat

sangat impresif ketika kuman pada dahak pasien ini hilang (Lumenta,

2006).

Sukses yang cepat didapat dengan penemuan-penemuan obat anti

TB lain. Penemuan-penemuan ini sangat penting, karena ternyata, terapi

tunggal streptomycine menyebabkan kekebalan (resistensi) kuman dalam

4

Page 23: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

5

kurun waktu bulanan. Setelah penemuan obat streptomycine, kemudian

ditemukan p-aminosalicylic acid (1949), isoniazid(1952), pyrazinamide

(1955), cycloserine (1955), ethambutol (1962) dan rifampisin (1963)

sebagai obat anti TB. Dr. John Crofton adalah seorang ahli TB di Inggris

yang mengusulkan mengkombinasi obat-obat TB pada tahun 60-an.

Hasilnya sangat menggembirakan karena penyakit TB dapat disembuhkan

walaupun pada saat itu secara bersamaan terjadi perbaikan standar

hidup. Antar kurun waktu 1950 hingga 1985, terjadi penurunan tingkat

kejadian TB serta kematiannya (Lumenta, 2006).

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase

intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang

digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama

yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin,

Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Lumenta, 2006).

Namun ketidakpatuhan terhadap pengobatan terjadi, karena

seorang pasien TB harus meminum kombinasi obat-obat TB paling tidak

12 tablet/kapsul sehari pada fase intensif, yaitu kombinasi Rifampisin (R),

Isoniazid (H), Pyrozinamid (Z), dan Ethambutol (E) atau (RHZE) 3 kali

sehari dengan lamanya pengobatan selama 2 bulan, sedangkan 4 bulan

selanjutnya merupakan fase lanjutan dengan meminum paling tidak 6

tablet/kapsul dalam sehari berupa kombinasi RH (atau EH selama 6

bulan) (Lumenta, 2006).

Page 24: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

6

II.2 Isoniazid

Derivat asam isonikotinat ini berkhasiat tuberkulostatis paling kuat

terhadap Mycobacteria Tuberkulosis (dalam fase istirahat) dan bersifat

bakterisid terhadap basil yang sedang tumbuh pesat. Aktif terhadap

kuman yang berada intraseluler dalam makrofag maupun diluar sel

(ekstraseluler). Obat ini praktis tidak aktif terhadap bakteri lain (Thay dkk.

2002).

Isoniazid, hidrazid asam isonikotinat adalah analog sintesis

piridoksin. Obat ini merupakan obat antituberkulosis yang paling kuat,

tetapi tidak pernah diberikan sebagai senyawa tunggal dalam pengobatan

tuberkulosis aktif (Harvey dkk. 2013). Isoniazid atau yang sering disingkat

INH mempunyai rumus bangun seperti gambar di bawah (Gunawan,

2007).

Gambar 1. Struktur kimia Isonaizid (Sumber: Cairns D, 2008)

II.2.1 Isoniazid dan Nefrotoksisitas

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa kombinasi induksi

isoniazid dan rifampisin memicu kerusakan ginjal dikarenakan reaksi

hipersensitivitas tipe II atau tipe III yang disebabkan oleh antigen

rifampisin, dimana antibodi anti-rifampisin akan membentuk kompleks

imun yang mengumpul pada pembuluh ginjal, endotel glomerulus, dan

Page 25: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

7

daerah interstisial (Martin dkk. 2016). Reaksi ini menyebabkan dua

perubahan patologis pada ginjal. Penumpukan kompleks imun pada

pembuluh darah menyebabkan penyempitan vaskular dan iskemia tubular

yang berakibat nekrosis tubular akut, sedangkan penumpukan kompleks

imun di daerah interstisial berakibat terjadinya nefritis interstisial akut

(Lopez-Novoa dkk. 2011).

II.2.2 Mekanisme Kerja

Isoniazid, sering disebut sebagai INH, adalah prodrug yang

diaktifkan oleh katalase-peroksidase (KatG) mikobakterium. Bukti genetik

dan biokimia telah melibatkan setidaknya dua enzim target yang berbeda

untuk isoniazid dalam sistem sintase asam lemak Tipe II yang unik yang

terlibat dalam produksi mycolic acid. Mycolic acid adalah asam β-

hidrosilatat, kelas rantai-sangat-panjang yang unik yang ditemukan dalam

dinding sel mikobakterium. Penurunan sintesis mycolic acid berhubungan

dengan kehilangan ketahanan terhadap asam sesudah paparan dengan

isoniazid. Enzim target adalah reduktase protein pembawa-enoyl acyl

(InhA) dan β-ketoasil-ACP sintase (KasA). Obat yang diaktifkan berikatan

secara kovalen dengan enzim-enzim ini dan menghambat enzim-enzim

ini, yang penting bagi sintesis mycolic acid (Harvey dkk. 2013).

II.2.3 Farmakokinetik

Isoniazid yang diberikan secara oral dapat dengan mudah

diabsorbsi. Absorpsi terganggu bila isoniazid diminum bersama dengan

Page 26: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

8

makanan, khususnya karbohidrat, atau dengan antasida yang

mengandung aluminium. Obat ini berdifusi menuju ke seluruh cairan

tubuh, sel, dan materi kaseosa (jaringan nekrotik yang menyerupai keju

yang dihasilkan dengan tuberkel). Kadar obat dalam cairan serebrospinal

hampir sama dengan kadarnya dalam serum. Obat mudah menembus sel-

sel pejamu dan efektif melawan basil yang tumbuh secara intraseluler.

Jaringan yang terinfeksi cenderung menahan obat lebih lama. Isoniazid

mengalami N-asetilasi dan hidrolisis, menghasilkan produk-produk inaktif.

Asetilasi diatur secara genetik dengan sifat asetilator cepat bersifat

dominan otosom. Terdapat dua model distribusi asetilator, cepat dan

lambat. Penyakit hati kronis menurunkan metabolisme, dan dosis harus

dikurangi. Ekskresi obat ini melalui filtrasi glomerulus, sebagian besar

sebagai metabolit. Asetilator lambat mengeksresikan lebih banyak

senyawa induk. Penurunan fungsi ginjal yang berat menyebabkan

akumulasi obat, terutama pada asetilator lambat (Harvey dkk. 2013).

II.2.4 Resistensi

Hal ini terkait dengan beberapa mutasi kromosom yang berbeda;

setiap mutasi menyebabkan salah satu dari berikut ini: mutasi atau delesi

KatG (menghasilkan mutan yang tidak mampu mengaktifkan prodrug),

mutasi protein pembawa acyl yang bervariasi, atau ekspresi inhA yang

berlebih. Resistensi silang tidak terjadi di antara isoniazid dengan obat

antituberkulosis lainnya (Harvey dkk. 2013).

Page 27: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

9

II.3 Rifampisin

Rifampin, rifabutin, dan rifapentine dianggap sebagai rifampisin;

suatu kelompok antibiotik makrosiklik yang serupa secara struktural, yang

merupakan obat lini pertama untuk tuberkulosis. Rifampisin berasal dari

jamur tanah Streptomyces, mempunyai aktivitas antimikroba yang lebih

luas dari pada isoniazid dan telah ditemukan penggunaannya dalam

pengobatan sejumlah infeksi bakteri yang berbeda. Karena galur yang

resisten muncul secara cepat selama terapi, rifampin tidak pernah

diberikan sebagai agen tunggal dalam pengobatan tuberkulosis aktif

(Harvey dkk. 2013).

II.3.1 Rifampisin dan Nefrotoksisitas

Rifampisin dapat menyebabkan gangguan pada fungsi ginjal atau

bersifat nefrotoksisitas. Meskipun mekanisme secara pasti tidak diketahui,

namun kerusakan yang terjadi pada ginjal, terutama bentuk cedera

tubular, selain diakibatkan oleh iskemia ginjal juga disebabkan oleh obat-

obatan yang bersifat toksik pada ginjal. Cedera akut tubular akan

menyebabkan nekrosis, dan paling sering mengakibatkan gagal ginjal

akut. Obat rifampisin yang diberi dalam dosis tinggi dapat bersifat toksik

pada ginjal sehingga menyebabkan kerusakan ginjal (Cotran dkk. 2007).

Dari penelitian yang telah dilakukan pada ginjal tikus putih (Wistar)

yang diberikan rifampisin dengan dosis 5 mg selama 7 hari menunjukkan

adanya vakuola-vakuola di dalam sel-sel tubulus dan ginjal tikus putih

(Wistar) yang diberikan rifampisin dengan dosis 8 mg selama 10 hari

Page 28: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

10

ditemukan adanya ciri-ciri mikroskopik nekrosis tubular akut, tetapi

nekrosis yang terjadi pada kelompok rifampisin dosis 8 mg hanya sedikit

(Mappa dkk. 2013).

Nekrosis tubular akut (NTA) adalah terjadinya destruksi sel epitel

tubulus dan secara klinis ditandai oleh supresi akut fungsi ginjal. Nekrosis

tubular akut akibat toksik obat-obatan dapat mengakibatkan penurunan

perfusi ginjal, kenaikan sekresi ADH dan aldosteron serta kenaikan

reabsorbsi natrium di tubuli proksimal. Mekanisme ini terjadi untuk

mempertahankan volume intravaskuler dengan mencegah kehilangan

natrium dan air dalam urin. Umpan balik dari tubulo-glomerular adalah

proses yang menyebabkan perubahan aliran glomerular pada nekrosis

tubular yaitu reabsorbsi natrium klorida (NaCl) yang tidak kuat dalam

tubulus proksimal yang rusak, menyebabkan peningkatan NaCl ke tubulus

distal. Peningkatan NaCl dalam tubulus ginjal dapat mempengaruhi

makula densa dan sebaliknya makula densa menyebabkan konstriksi

arteriol aferen yang nantinya akan berpengaruh pada glomerulus. Pada

tubulus akan ditemukan adanya cedera sel disertai vakuolisasi dan sel

radang berkelompok padat pada vasa rekta sebagai respon terhadap

adanya sel nekrosis. Jika hal ini terjadi maka sel-sel tubulus akan hancur

dan menempel pada banyak nefron sehingga urin tidak dapat dikeluarkan

karena nefron tersumbat (Contran dkk. 2007).

Page 29: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

11

II.3.2 Mekanisme Kerja

Rifampisin menghalangi transkripsi dengan berinteraksi dengan

subunit β bakteri, tetapi tidak RNA polimerase yang tergantung DNA

manusia. [Catatan: Jadi, obat ini spesifik untuk prokariotik.] Rifampisin

menghambat sintesis mRNA dengan menekan langkah inisiasi (Harvey

dkk. 2013). Rifampisin terutama aktif terhadap sel yang sedang

bertumbuh. Kerjanya menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari

mikrobakteria dan mikrooganisme lain dengan menekan mula

terbentuknya (bukan pemanjangan) rantai dalam sintesis RNAnya tidak

dipengaruhi. Rifampisin dapat menghambat sintesis RNA mitokondria

mamalia tetapi diperlukan kadar yang lebih tinggi dari kadar untuk

menghambat pada kuman (Gunawan, 2007).

II.3.3 Farmakokinetik

Absorbsi obat ini adekuat pada pemberian oral. Distribusi rifampisin

terjadi pada seluruh cairan tubuh dan organ. Kadar yang dekat diperoleh

dari CSF; bahkan saat tidak terjadi inflamasi. Obat diambil oleh hati dan

mengalami siklus enterohepatik. Rifampisin sendiri dapat menginduksi

oksidase fungsi campuran-hepatik, menyebabkan pemendekan waktu-

paruh. Eliminasi metabolit dan obat induk dilakukan melalui empedu

dalam feses atau melalui urine (Harvey dkk. 2013).

Page 30: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

12

II.3.4 Resistensi

Resistensi terhadap rifampin dapat disebabkan oleh mutasi pada

afinitas RNA polimerase yang tergantung DNA bakteri untuk obat atau

oleh penurunan permeabilitas (Harvey dkk. 2013).

II.4 Ginjal

II.4.1 Anatomi

Ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan-satuan

fungsional ginjal dan diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap

ginjal. Setiap nefron mulai sebagai berkas kapiler (badan malpighi atau

glomelurus) yang erat tertanam dalam ujung atas yang lebar pada

uriniferus atau nefron (Irianto, 2017). Dari sini tubulus berjalan sebagian

berkelok-kelok (tubula proksimal) dan sebagian lurus, dan sesudah itu

terdapat sebuah simpai Henle. Kemudian tubula itu berkelok-kelok lagi

disebut kelokan kedua atau tubula distal yang bersambung dengan tubula

penampung, yang berjalan melintas korteks dan medulla, yang berkarir di

puncak salah satu piramida (Pearce, 2013).

Proses pembentukan urine dimulai dari proses filtrasi di glomerulus

yang terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah

kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai Bowman

yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat, diteruskan

ke tubulus ginjal. Cairan yang di saring disebut filtrat glomerulus (Irianto,

2017).

Page 31: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

13

Reabsorpsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa,

sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi

secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proksimal. Sedangkan pada

tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila

diperkiran tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorpsi fakultatif) dan

sisanya dialirkan pada papila renalis. Selanjutnya proses sekresi,

merupakan sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal ke

papila renalis selanjutnya diteruskan ke luar (Irianto, 2017).

II.4.2 Fisiologi Ginjal

Ginjal memiliki berbagai fungsi antara lain, ultrafiltrasi,

keseimbangan elektrolit, pemeliharaan keseimbangan asam basa,

eritropoiesis, regulasi kalsium dan fosfor, dan regulasi tekanan darah.

a. Ultrafiltrasi

Filtrasi adalah proses ginjal dalam meghasilkan urine. Filtrasi

plasma terjadi ketika darah melewati kapiler dari glomerulus. Dari proses

ultrafiltrasi ini, filtrat glomerular kira-kira 180 liter per hari. Dari volume ini,

99% direabsorpsi oleh ginjal. Oleh karena kemampuan ginjal yang luar

biasa untuk mengabsorpsi, rata-rata keluaran urin per hari (orang dewasa)

hanya 1-2 liter dari volume filtrat glomerular yang berjumlah 180 liter per

hari.Ultrafiltrasi di-ukur sebagai laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration

rate, GFR). GFR pada orang dewasa kira-kira 125 ml per menit (7,5 liter

per jam) (Baradero, 2012).

Page 32: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

14

Ginjal memiliki kemampuan untuk mempertahankan air dan

elektrolit (melalui reabsorpsi) juga sangat penting. Tanpa kemampuan ini,

seseorang dapat mengalami kekurangan air dan elektrolit dalam 3-4

menit. Tubulus kontortus proksimal mereabsorpsi 85-90% air yang ada

dalam ultrafiltrat, 80% dari natrium, sebagian besar kalium, bikarbonat

klorida, fosfat, glukosa, dan asam amino. Tubulus kontortus distal dan

tubulus kolingentes menghasilkan urin (Baradero, 2012).

b. Keseimbangan elektrolit

Sebagian besar elektrolit yang dikeluarkan dari kapsula Bowman

direabsorpsi dalam tubulus proksimal. Konsentrasi elektrolit yang telah di-

reabsorpsi diatur dalam tubulus distal. Dibawah pengaruh hormon

aldosteron dan ADH. Mekanisme yang membuat elektrolit bergerak

menyebrangi membran tubula adalah mekanisme aktif dan pasif. Gerakan

pasif terjadi apabila ada perbedaan konsentrasi molekul. Gerakan aktif

memerlukan energi dan dapat membuat molekul bergerak tanpa

memperhatikan tingkat konsentrasi molekul. Dengan gerakan aktif dan

pasif ini, ginjal dapat mempertahankan keseimbangan elektrolit yang

optimal sehingga menjamin fungsi normal sel (Baradero, 2012).

c. Pemeliharaan keseimbangan asam-basa

Agar sel dapat berfungsi normal, perlu juga dipertahankan pH

plasma 7,35 untuk darah vena dan pH 7,45 untuk darah arteri. Ke-

seimbangan ini dapat dicapai dengan mempertahankan rasio darah bi-

karbonat dan karbon dioksida pada 20:1. Paru-paru bekerja dengan

Page 33: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

15

menyesuaikan jumlah karbon dioksida dalam darah sedangkan ginjal

menyekresi atau menahan bikarbonat dan ion hidrogen sebagai respons

terhadap pH darah (Baradero, 2012).

d. Eritropoiesis

Ginjal mempunyai peranan yang sangat penting dalam produksi

eritrosit. Ginjal memproduksi enzim yang disebut faktor eritropoietin yang

mengaktifkan eritropoietin, hormon yang dihasilkan hepar. Fungsi eritro-

poietin adalah menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah,

terutama sel darah merah. Tanpa eritropoietin, sumsum tulang pasien

penyakit hepar atau ginjal tidak dapat memproduksi sel darah merah

(Baradero, 2012).

e. Regulasi kalsium dan fosfor

Salah satu fungsi penting ginjal adalah mengatur kalsium serum

dan fosfor. Ginjal adalah pengatur utama keseimbangan kalsium-fosfor.

Ginjal melakukan hal ini dengan mengubah vitamin D dalam usus (dari

makanan) kebentuk yang lebih aktif, yaitu 1,25-dihidrovitamin D3. Ginjal

meningkatkan kecepatan konversi vitamin D jika kadar kalsium atau fosfor

serum menurun. Vitamin D molekul yang aktif (1,25-dihidrovitamin D3),

bersama hormon paratiroid dapat meningkatkan absorpsi kalsium dan

fosfor oleh usus (Baradero, 2012).

f. Regulasi tekanan darah

Ginjal mempunyai peranan aktif dalam pengaturan tekanan darah,

terutama dengan mengatur volume plasma dan tonus vaskular (pembuluh

Page 34: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

16

darah). Volume plasma dipertahankan melalui reabsorpsi air dan pengen-

dalian komposisi cairan ekstraseluler (misalnya terjadi dehidrasi). Korteks

adrenal mengeluarkan aldosteron. Aldosteron membuat ginjal menahan

natrium yang dapat mengakibatkan reabsorpsi air (Baradero, 2012).

II.5 Biomarker Fungsi Ginjal

Biomarker fungsi ginjal yang dapat dianalisis diantaranya ureum,

kreatinin, asam urat, β2-microglobulin (β2m) dan elektrolit. Pemeriksaan

fungsi ginjal dapat diketahui melalui pemeriksaan urin dan darah.

1. Ureum merupakan produk buangan yang dibentuk di hati dari hasil

metabolisme protein dan dikeluarkan melalui urine. Batas normal nilai

ureum urine adalah 6-17 g per hari (214-607 mmol per hari). Kadar

ureum yang tinggi biasanya menandakan adanya gangguan pada

ginjal. tetapi karena keberadaan ureum dipengaruhi oleh jumlah

asupan protein yang dikonsumsi dan fungsi hati, maka pemeriksaan ini

biasanya dilakukan bersama dengan pemeriksaan kreatinin darah

(Irianto, 2017). Namun, apabila terjadi kerusakan pada ginjal maka

akan terjadi penumpukan ureum di dalam darah. Ginjal lantas tidak

mampu membuang ureum tersebut sehingga kadarnya semakin

meninggi (Bastiansyah, 2008).

2. Kreatinin merupakan hasil metabolisme energi otot dan dikeluarkan

seluruhnya oleh tubuh melalui ginjal. Oleh sebab itu pemeriksaan

kreatinin urine dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring untuk

mengevaluasi fungsi ginjal. Hasil yang tidak normal dapat

Page 35: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

17

menunjukkan adanya gangguan pada ginjal, gangguan

otoimun,obstruksi saluran kemih, atau banyak mengkonsumsi daging

(Irianto, 2017). Kreatinin serum (SCr) dapat dipertimbangkan sebagai

biomarker yang cukup sensitif untuk insufisiensi ginjal. Namun, SCr

sangat tidak sensitif dan menggambarkan perubahan yang terjadi

belakangan; secara patologis muncul peningkatan bila lebih dari 50%

daya cadang ginjal yang hilang (Jayaratnam dan Koh, 2009).

3. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir purin. Produksi asam

urat tergantung dari makanan yang dikonsumsi (misalnya hati, daging

pankreas anak sapi, ginjal, dan sejenis ikan hering kecil (anchovy)

karena dapat meningkatkan kadar asam urat. Normalnya dua-pertiga

sampai tiga-perempat asam urat dikeluarkan oleh ginjal, dan sebagian

besar oleh saluuran pencernaan (Irianto, 2017). Asam urat merupakan

salah satu indikator untuk mengetahui fungsi ginjal. Orang banyak

yang berasumsi bahwa asam urat dikaitkan dengan lutut atau tumit

yang sakit dan badan terasa pegal-pegal. Asam urat yang meninggi

bisa terdapat apabila anda mengkonsumsi makanan seperti jeroan,

kepiting, melinjo, kacang tanah, bayam, kol, dan lainnya. Faktor

keturunan, mengonsumsi alkohol berlebih, kegemukan, dan penyakit

darah tinggi yang berat juga meningkatkan risiko terjadinya

peningkatan asam urat (Bastiansyah, 2008).

Page 36: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

18

4. Elektrolit yang umum diperiksa adalah natrium (sodium), dan kalium

(potasium). Kedua eletrolit tersebut dikeluarkan oleh tubuh melalui

ginjal (Irianto, 2017).

5. β2-microglobulin (β2m) dalam serum didapatkan berkorelasi terbalik

dengan GFR yang diukur dengan bersihan inulin (Wibell dkk. 1973).

Korelasi ini lebih baik dengan GFR dibandingkan RBP atau α1m dalam

serum, karena di dalam plasma, RBP terikat prealbumin dan α1m

terikat IgA. Kompleks yang besar ini tidak mudah melewati saringan

melalui barier glomerulus dibandingkan β2m dan kurang sensitif

terhadap perubahan GFR (Jayaratnam dan Koh, 2009).

II.6 Antioksidan

Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi

elektron (electron donors). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah

senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan

dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas

senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarsih, 2007).

Secara umum, antioksidan dikelompokkan berdasarkan mekanisme

kerjanya yaitu antioksidan primer, sekunder dan tersier:

a. Antioksidan Primer (Antioksidan Endogenus)

Antioksidan primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa

radikal baru, yaitu mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul

yang berkurang dampak negatifnya sebelum senyawa radikal bebas

Page 37: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

19

bereaksi. Antioksidan primer adalah antioksidan yang sifatnya sebagai

pemutus reaksi berantai (chain-breaking antioxidant) yang bisa bereaksi

dengan radikal-radikal lipid dan mengubahnya menjadi produk-produk

yang lebih stabil (Sayuti dan Yenrina, 2015).

b. Antioksidan Sekunder (Antioksidan Eksogenus)

Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mengkelat logam yang

bertindak sebagai pro-oksidan, menangkap radikal dan mencegah

terjadinya reaksi berantai. Antioksidan sekunder berperan sebagai

pengikat ion-ion logam, penangkap oksigen, pengurai hidroperoksida

menjadi senyawa non radikal, penyerap radiasi UV atau deaktivasi singlet

oksigen (Sayuti dan Yenrina, 2015).

c. Antioksidan Tersier

Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-repair dan

metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi dalam perbaikan

biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas (Winarsih, 2007).

II.7 Minyak Cengkeh dan Sifat Antioksidan

II.7.1 Klasifikasi Tanaman Cengkeh

Sistematika botanis tanaman cengkeh diuraikan sebagai berikut

(Suwarto dkk. 2014) :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Page 38: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

20

Famili : Myrtaceae

Genus : Eugenia

Spesies : Eugenia aromatica L., Syzigium aromaticum L.

Gambar 2. Cengkeh (Sumber: Gardjito, 2013)

II.7.2 Uraian Minyak Cengkeh

Minyak cengkeh (Oleum caryophylli) merupakan minyak atsiri yang

berasal dari tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum), yang termasuk

dalam famili Myrtaceae, yang banyak ditanam di Indonesia, India dan

Madagaskar (Alma dkk. 2007). Isolasi minyak cengkeh didapat dari daun

(1-4%), batang (5-10%), maupun bunga cengkeh (10-20%) (Nurdjannah,

2004). Kelimpahan komponen-komponen dalam minyak cengkeh

bergantung dari jenis, asal tanaman, metode isolasi, dan metode analisa

yang digunakan (Alma dkk. 2007).

Page 39: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

21

Tabel. 1 Spesifikasi minyak cengkeh (Oleum caryophylli)

Karakteristik Spesifikasi

Warna

Berat jenis (25C)

Rotasi optik (20C)

Indeks bias

Kelarutan (70% etanol)

Total fenol

Tidak berwarna hingga kuning pucat

1.038-1.060

-1 30’ to 0

1.527 – 1.535

2 vols

85%

Sumber : handbook of herbs and species 2001. Vol 1. Hal 161

Isolasi minyak bunga cengkeh umum dilakukan menggunakan

metode distilasi uap dan distilasi air. Kedua metode tersebut mudah dan

aman bagi lingkungan karena tidak menggunakan pelarut organik

berbahaya. Isolasi dengan distilasi uap menghasilkan minyak cengkeh

dengan kandungan eugenol lebih tinggi daripada isolasi dengan distilasi

air (Guenther E, 2011, Guan dkk. 2007). Distilasi bunga cengkeh

diperlukan 8 sampai 24 jam untuk menghasilkan minyak cengkeh yang

memenuhi persyaratan mutu SNI (Guenther E, 2011).

Menurut Wallis (2005), Minyak cengkeh diperoleh dari destilasi uap

cengkeh. Uap dari penampung dilewatkan ke ujung bawah silinder besar

dengan dasar yang berlubang. Dari ujung atas silinder, uap dibawa ke

kondensor (berbentuk cacing) pendingin air dan distilat diterima dalam

tempat penampung dengan keran di bagian bawah dan pipa luapan di

dekat bagian atas. Uap pada pipa terhubung dengan penampung akan

didinginkan dengan air mengalir pada kondensor. Kondensasi

menghasilkan fase minyak dan fase air, sampai minyak secara

Page 40: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

22

keseluruhan memiliki gravitasi lebih besar dari air dan tenggelam ke

bagian bawah penampungan. Minyak yang diperoleh ditarik dan

diletakkan dalam botol.

Gambar 3. Proses destilasi uap (Sumber: Wallis, 2005)

II.7.3 Minyak Cengkeh Bersifat Antioksidan

Menurut Gulcin dkk. (2012), aktivitas antioksidan eugenol lebih tinggi

aktivitas antioksidannya dibandingkan dengan hidroksianisol butilasi, BHT,

trolox dan α-tocopherol dari metode uji yang telah dilakukan, dan

menemukan bahwa minyak cengkeh mampu menangkap radikal bebas.

Pramod (2010) dalam penelitian in vitro mendapatkan bahwa eugenol

sebagai antioksidan mempunyai potensi yang baik dalam pengobatan

penyakit.

II.8. Manfaat Penggunaan Oral Minyak cengkeh

1. Aktivitas Antimikroba Terhadap Patogen Oral:

Dorman dkk. (2000) dan Betoni dkk. (2006) telah mempelajari aktivitas

anti-mikroba dari minyak cengkeh. Kandungan utama dari minyak

cengkeh (60-90%) adalah eugenol (4-allyl-2-methoxyphenol).

Page 41: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

23

Dibandingkan dengan semua ekstrak minyak lainnya, ekstrak minyak

cengkeh menunjukkan penghambatan yang kuat pada konsentrasi yang

sangat rendah (Chaudhari dkk. 2012).

2. Minyak Cengkeh Sebagai Analgesik dan Anastesi Lokal :

Eugenol dan minyak cengkeh digunakan untuk mengurangi rasa

sakit di rongga mulut mungkin karena karies gigi. Penelitian terbaru telah

dilakukan pada penggunaan minyak cengkeh sebagai anestesi umum

pada amfibi. Minyak cengkeh mengandung eugenol yang secara efektif

meredakan rasa sakit dan berfungsi sebagai analgesik dan juga

menghilangkan semua mikroba yang ada di daerah gigi tersebut. Cengkeh

utuh juga dapat dihancurkan dan digunakan tetapi memiliki rasa perih

sehingga minyak cengkeh merupakan cara terbaik dan efektif. Hosseini

dkk. (2011) menunjukkan sifat analgesik minyak cengkeh pada tikus dan

kemudian menyimpulkan bahwa eugenol menekan potensial aksi.

3. Minyak Cegkeh Mengobati Halitosis

Halitosis (bau mulut) terutama disebabkan oleh patogen yang ada

dalam rongga mulut, patogen ini akan membentuk proteolisis asam amino

dan melepaskan belerang volatil. Minyak cengkeh dapat menjadi obat

jangka pendek untuk halitosis karena anti-mikroba, tetapi tidak dapat

digunakan dalam jangka panjang karena tidak memiliki aktivitas pro-biotik

(Aishwarya dkk. 2014).…………………………………………………………

Page 42: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu spoit dan

needle, kanula, gelas kimia, humalyzer (Human®), mikropipet (Socorex®),

sentrifus (Hettich®), tabung ependorf, tabung vacuntainer, timbangan

analitik (Sartorius®), dan kandang tikus.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, tablet isoniazid

(Kimia Farma®), kapsul rifampisin (Kimia Farma®), vitamin E (natur E®),

minyak jagung (Mazola®), reagen diagnostik ureum dan kreatinin

(Human®), minyak cengkeh (Oleum caryophylli) (Happy Green®), dan tikus

(Rattus novergicus).

III.2 Cara Kerja

III.2.1 Penyiapan Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan yaitu tikus putih jantan (Rattus.

novergicus) sebanyak 15 ekor dengan bobot 150-250 g. Kelompok

perlakuan dibagi menjadi 5 kelompok. Sebelum dilakukan perlakuan,

hewan coba diaklimatisasi terlebih dahulu terhadap kondisi lingkungan

laboratorium selama 7 hari. Pemberian pakan (AD2) dan minum (air

suling) yang dilakukan setiap harinya.

24

Page 43: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

25

III.2.2 Pembuatan Suspensi Isoniazid-Rifampisin

Suspensi isoniazid-rifampisin dibuat dengan larutan koloidal

NaCMC sebagai pensuspensi. Cara pembuatan suspensi koloidal NaCMC

1% adalah ditimbang sebanyak 1 gram Natrium CMC dimasukkan sedikit

demi sedikit ke dalam 50 ml air suling panas (suhu 70C), kemudian

masukkan pengaduk elektrik sambil diaduk hingga terbentuk larutan

koloidal, lalu dicukupkan volumenya dengan air suling sebanyak 100 ml.

Isoniazid ditimbang sebanyak 20 tablet, kemudian dirata-ratakan

kesesuai bobot isoniazid dan didapatkan hasil 2,437 g. Isoniazid

ditimbang 2,437 g dan dipindahkan dalam labu tentukur 50 ml yang

dicukupkan menggunakan larutan koloidal NaCMC 1%, kemudian

dihomogenkan dan dipindahkan kedalam wadah botol coklat. Sedangkan

kapsul rifampisin ditimbang 2,151 g dan dengan pengerjaan yang sama

dengan tablet isoniazid.

III.2.3 Penyiapan Minyak Cengkeh

Berdasarkan penelitian sebelumnya dalam jurnal Al-Okbi dkk.

(2014) menyatakan bahwa dosis oral minyak cengkeh pada tikus yang

dapat diberikan adalah 5-200 mg/kgBB.

Sehingga dosis yang dipilih untuk penelitian ini adalah 10 mg, 50

mg, dan 100 mg/kgBB. Maka dosis minyak cengkeh yang diberikan pada

hewan uji adalah 2 mg, 10 mg dan 20 mg dengan bobot tikus 200 g.

Pemberian minyak cengkeh diencerkan menggunakan minyak jagung

Page 44: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

26

sebagai pembawa dengan volume pemberian 1 mL, sehingga konsentrasi

minyak cengkeh yang diberikan adalah 0,2%, 1%, 2% v/v (Lampiran 5).

Penyiapan minyak cengkeh dilakukan dengan menggunakan

mikropipet untuk 0,2% = 200µl, 1% = 1000µl, dan 2% = 2000µl dalam labu

tentukur 100ml dan dicukupkan dengan minyak jagung sebagai minyak

pembawa.

III.2.4 Pemberian Induksi Isoniazid-Rifampisin

Pemberian induksi obat isoniazid-rifampisin dilakukan secara

peroral pada hewan coba. Dosis kombinasi isoniazid-rifampisin yang

diberikan adalah isoniazid 50 mg/kg dan rifampisin 100 mg/kg. Yang

ditentukan berdasarkan penelitian sebelumnya (Hussein dkk. 2016). Untuk

bobot tikus 200 g, volume pemberiannya yaitu 1ml/200gBB, sehingga

untuk volume pemberian dengan bobot 150 g yaitu 0,75 ml. Untuk

isoniazid terdapat 10 mg dan rifampisin 20 mg pada tikus untuk bobot 200

gram (Lampiran 5).

Dosis yang diberikan tersebut ternyata hingga pemberian pada hari

21 tidak menunjukkan hasil perbedaan signifikan, sehingga dosis

dinaikkan hingga dua kali lipat yaitu isoniazid 20 mg/200g BB dan

rifampisin 40 mg/200g BB yang diteruskan pemberiannya hingga hari 28.

III.2.5 Penyiapan Vitamin E (Natur E®)

Dosis vitamin E yang diberikan pada hewan uji ditentukan

berdasarkan penelitian sebelumnya (250 mg/kg BB) yang menunjukkan

Page 45: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

27

perbaikan nilai ureum dan kreatinin pada tikus yang diberi doksirubisin

(Hamka, 2016).

Maka dosis vitamin E yang diberikan pada hewan uji dengan bobot

200 g adalah 50 mg/200g BB. Vitamin E (Natur E®) dalam kemasan 100

IU setara dengan 66,7 mg (untuk 1 IU setara dengan 0,667), jadi untuk 50

mg setara dengan 75 IU (Lampiran 5).

III.3. Prosedur Percobaan

Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu :

1) Kelompok I sebagai kontrol negatif yang hanya diberikan minyak

jagung (Mazola®) sebagai pembawa + suspensi INH-RIF.

2) Kelompok II diberikan minyak cengkeh dosis 2 mg/200gBB (setara

dengan 0,2%) dalam minyak pembawa + suspensi INH-RIF.

3) Kelompok III diberikan minyak cengkeh dosis 10 mg/200gBB (setara

dengan 1%) dalam minyak pembawa + suspensi INH-RIF.

4) Kelompok IV diberikan minyak cengkeh dosis 20 mg/200gBB (setara

dengan 2%) dalam minyak pembawa + suspensi INH-RIF .

5) Kelompok V sebagai kontrol positif diberikan vitamin E (Natur E®)

250 mg/kg (50mg/200gBB) dalam minyak pembawa + suspensi INH-

RIF.

Perlakuan dilakukan selama 28 hari berturut-turut, minyak cengkeh

dan vitamin E dalam pembawa minyak jagung diberikan 2-3 jam sebelum

induksi INH-RIF. Pengambilan darah dilakukan sehari sebelum perlakuan,

dan setelah perlakuan pada hari 28.

Page 46: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

28

III.3.1 Preparasi Serum

Setelah dilakukan perlakuan selama 28 hari, kemudian dilakukan

pengambilan darah melalui vena ekor (vena lateral) sebanyak 2,5 ml dan

ditampung ke dalam tabung vakutainer kemudian disentrifugasi selama 20

menit dengan kecepatan 2500 rpm. Bagian serum dikumpulkan dalam

tabung efendorf dan disimpan pada suhu -20°C. Kemudian dianalisis

menggunakan reagen diagnostik ureum dan kreatinin menggunakan

humalyzer (Hamka, 2016).

III.3.2 Pengukuran Menggunakan Humalyzer

III.3.2.1 Pengukuran Kreatinin

Serum diambil sebanyak 100 µL kemudian dimasukkan ke dalam

tabung dan ditambahkan working reagent 1000 µL kemudian diinkubasi

selama 30 detik pada suhu 37ºC dan diukur. Setelah itu diinkubasi lagi

selama 3 menit pada suhu 37ºC dan diukur kembali (Lampiran 3).

III.3.2.2 Pengukuran Ureum

Serum diambil sebanyak 10 µL kemudian dimasukkan ke dalam

tabung dan ditambahkan working reagent a1 1000 µL lalu diinkubasi

selama 3 menit pada suhu 37ºC. Setelah itu ditambahkan reagent RGT2

1000 µL lalu diinkubasi lagi selama 5 menit pada suhu 37ºC. Setelah

diinkubasi selama 5 menit, kemudian diukur (Lampiran 3).

Page 47: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

29

III.4 Analisis Data

Data pengukuran ureum dan kreatinin ditabulasi dan diberikan

skoring untuk menentukan kategori perubahannya.

Data yang diperoleh dianalisa menggunakan software SPSS 20.

Analisis distribusi data diuji dengan One-Sampel Kolmogorov-Smirnov.

Perbedaan kadar sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan Paired-

Samples T Test. Untuk perbedaan antar kelompok, data yang terdistribusi

normal akan dianalisis menggunakan One Way Anova lalu dilanjutkan

dengan Post Hoc Test Tukey’s HSD. Analisis statistik dinyatakan

signifikan apabila nilai p value <0,05.

Page 48: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengobatan tuberkulosis dapat menggunakan obat kombinasi

isoniazid-rifampisin yang merupakan obat lini pertama dalam pengobatan

tuberkulosis, namun penggunaan yang jangka panjang dapat

menyebabkan efek samping salah satunya nefrotoksisitas (Gunawan.

2007). Meskipun mekanisme penggunaan isoniazid-rifampisin yang

menyebabkan nefrotoksisitas tidak diketahui secara pasti, namun

penyebabnya terkait dengan pembentukan metabolit aktifnya yang

memicu produksi Reactive oxygen species (ROS) (Martin dkk. 2016).

Untuk mencegah kerusakan ginjal yang diakibatkan oleh

penggunaan obat isoniazid-rifampisin dapat digunakan antioksidan untuk

menangkal radikal bebas, salah satunya adalah minyak cengkeh (Oleum

caryophylli) yang memiliki efektivitas antioksidan. Minyak cengkeh

mengandung senyawa eugenol sebagai komponen utama, Menurut

Nagababu (2011), menyatakan bahwa eugenol 5 kali lebih besar

dibandingkan α-tokoferol.

Penggunaan dosis isoniazid-rifampisin yang dapat menyebabkan

nefrotoksisitas yaitu dosis isoniazid 50mg/kgBB dan rifampisin

100mg/kgBB yang diberikan hingga hari 21 (Hussein dkk, 2016). Namun

pada penelitian ini tidak terjadi peningkatan ureum dan kreatinin yang

signifikan, sehingga dosis ditingkatkan dua kali lipat menjadi dosis

30

Page 49: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

31

isoniazid 100mg/kgBB dan dosis rifampisin 200mg/kgBB yang diteruskan

pemberiannya pada hewan coba tikus hingga hari ke 28.

Hasil pengukuran kadar ureum darah yang diukur dengan

humelyzer (Human) :

Tabel 2. Profil perhitungan kadar ureum sebelum dan setelah perlakuan

Kelompok Kadar ureum

(mg/dL) sebelum

perlakuan (H0)

Kadar ureum

(mg/dL) setelah

perlakuan (H28)

∆ ureum

(mg/dL)

(H28-H0)

Kategori Perubah-

an

Kontrol Negatif (Minyak

pembawa + INH-RIF)

46.19 79.70 33.51 3

52.32 73.60 21.28 3

38.01 74.53 36.52 3

Rata-rata ± SD 45.51 ± 7.18 75.94 ± 3.29 - -

Kelompok Minyak cengkeh

0,2% dalam minyak

pembawa + INH-RIF)

33.92 60.77 26.85 3

33.85 64.42 30.57 3

49.07 80.59 31.52 3

Rata-rata ± SD 38.95 ± 8.77 68.60 ± 10.55 - -

Kelompok Minyak cengkeh

1% dalam minyak

pembawa + INH-RIF)

58.06 25.32 -32.74 1

35.52 30.17 -5.35 1

44.85 41.29 -3.56 1

Rata-rata ± SD 46.14 ± 11.33 32.26 ± 8.19 - -

Kelompok Minyak cengkeh

2% dalam minyak

pembawa + INH-RIF)

43.58 49.22 5.64 2

44.08 44.37 0.29 2

35.85 42.42 6.57 2

Rata-rata ± SD 41.17 ± 4.61 45.34 ± 3.50 - -

Kelompok positif (Vit E

250mg/kg dalam minyak

pembawa + INH-RIF)

44.39 24.09 -20.30 1

44.82 26.17 -18.65 1

53.91 31.37 -22.54 1

Rata-rata ± SD 47.71 ± 5.38 27.21 ± 3.75 - -

Ket : SD = Standar deviasi H0 = Sebelum perlakuan H28 = Setelah perlakuan

Kategori :

1. Apabila terjadi penurunan kadar ureum hari 28 dibanding hari 0 (H0) 20%)

2. Apabila kadar ureum relatif tidak berubah (±20%) dari H0

3. Apabila kadar ureum meningkat 20% dari H0

4. Apabila kadar ureum meningkat 100% dari H0

Page 50: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

32

Hasil yang didapatkan kadar ureum meningkat 20% pada semua

tikus kontrol negatif dimana hasil analisis menggunakan paired t test

adalah signifikan.

Hasil pengukuran kadar kreatinin darah yang diukur dengan

humelyzer (Human) :

Tabel 3. Profil perhitungan kadar kreatinin sebelum dan setelah perlakuan

Kelompok Kadar Kreatinin

(mg/dL) sebelum

perlakuan (H0)

Kadar Kreatinin

(mg/dL) setelah

perlakuan (H28)

∆ Kreatinin

(mg/dL)

(H28-H0)

Kategori Perubah-

an

Kontrol Negatif (Minyak

pembawa + INH-RIF)

0.418 0.488 0,070 2

0.186 0.488 0,302 4

0.186 0.444 0.258 4

Rata-rata ± SD 0.263 ± 0.134 0.473 ± 0.025 - -

Kelompok Minyak cengkeh

0,2% dalam minyak

pembawa + INH-RIF)

0.324 0.355 0.031 2

0.279 0.400 0.121 3

0.372 0.488 0.116 3

Rata-rata ± SD 0.323 ± 0.049 0.414 ± 0.068 - -

Kelompok Minyak cengkeh

1% dalam minyak

pembawa + INH-RIF)

0.232 0.533 0.301 3

0.325 0.444 0.119 3

0.325 0.488 0.163 3

Rata-rata ± SD 0.294 ± 0.054 0.488 ± 0.045 - -

Kelompok Minyak cengkeh

2% dalam minyak

pembawa + INH-RIF)

0.325 0.488 0.163 3

0.325 0.444 0.119 3

0.418 0.577 0.159 3

Rata-rata ± SD 0.356 ± 0.054 0.503 ± 0.068 - -

Kelompok positif (Vit E

250mg/kg dalam minyak

pembawa + INH-RIF)

0.325 0.311 -0.014 1

0.279 0.355 0.076 3

0.325 0.533 0.208 3

Rata-rata ± SD 0.310 ± 0.027 0.400 ± 0.118 - -

Ket : SD = Standar deviasi H0 = Sebelum perlakuan H28 = Setelah perlakuan

Kategori :

1. Apabila terjadi penurunan kadar kreatinin hari 28 dibanding hari 0 (H0) 20%)

2. Apabila kadar kreatinin relatif tidak berubah (±20%) dari H0

3. Apabila kadar kreatinin meningkat 20% dari H0

4. Apabila kadar kreatinin meningkat 100% dari H0

Page 51: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

33

Untuk kadar kreatinin diperoleh peningkatan 100% pada 2 dari 3

ekor tikus kontrol negatif. Namun 1 tikus tidak mengalami peningkatan

kreatinin sehingga hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan yang

tidak signifikan.

Alasan mengapa kadar ureum meningkat pada semua tikus

sedangkan kreatininnya tidak meningkat kemungkinan karena terjadi

uremia prarenal. Uremia prarenal biasa disebabkan dekompensasi

jantung, dehidrasi yang berlebihan, peningkatan katabolisme protein dan

diet tinggi protein (Kamal, 2014, Albright, 2001). Adapun perbedaan

peningkatan ureum dan kreatinin terhadap tubuh yaitu ureum bersifat

toksik jika jumlah urea dalam tubuh banyak, sedangkan kreatinin lebih ke

arah penentuan fungsi glomerulus yang menandakan apakah glomerulus

bekerja dengan baik mengeksresi kreatinin atau tidak.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

K1 K2 K3 K4 K5

Ure

um

(m

g/d

L)

H-0

H-28

Gambar 4. Profil rerata ± SD kadar ureum darah tikus putih wistar setelah pemberian

isoniazid-rifampisin yang sebelumnya diberi praperlakuan berdasarkan kelompoknya

K1(kontrol negatif), kelompok minyak cengkeh 0,2% (K2), kelompok minyak cengkeh

1% (K3), kelompok minyak cengkeh 2% (K4), dan kontrol positif (K5).

Page 52: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

34

Peningkatan rerata kadar ureum pada kontrol negatif yang hanya

diberikan isoniazid-rifampisin selama 28 hari menunjukkan hasil yang

signifikan jika dibandingkan sebelum perlakuan (p0,05). Dengan

terjadinya peningkatan kadar ureum pada kontrol negatif sebelum dan

sesudah perlakuan menandakan isoniazid (100mg/kg BB) dan rifampisin

(200mg/kg BB) dapat menyebabkan uremia yang mungkin disebabkan

oleh gangguan fungsi ginjal.

Namun karena kadar kreatinin ditemukan meningkat hanya pada 2

ekor tikus sedangkan 1 ekor relatif tidak berubah menandakan bahwa

meskipun dengan peningkatan dosis dua kali lipat masih belum cukup

untuk menginduksi gangguan pada filtrasi glomerulus.

Pada hasil pengukuran ureum yang meningkat di kontrol negatif

ternyata dapat dicegah pada kelompok yang diberi minyak cengkeh 1%,

2% dan vitamin E. Uji statistik menunjukkan kadar ureum tikus kelompok

3, 4, dan 5 lebih rendah secara signifikan dibanding tikus kelompok 1. Hal

ini menunjukkan minyak cengkeh 1%, 2% dan vitamin E dapat

mengurangi penumpukan urea serum akibat induksi isoniazid-rifampisin.

Page 53: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

35

Gambar 5. Profil rerata ± SD perlakuan kadar kreatinin darah tikus putih wistar setelah

pemberian isoniazid-rifampisin yang sebelumnya diberi praperlakuan berdasarkan

kelompoknya K1(kontrol negatif), kelompok minyak cengkeh 0,2% (K2), kelompok minyak

cengkeh 1% (K3), kelompok minyak cengkeh 2% (K4), dan kontrol positif (K5).

Walaupun nilai rata-rata tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan, tetapi melihat kategori perubahan kreatinin (Tabel 2) terdapat

ada 2 ekor tikus atau sebanyak lebih dari 50% populasi tikus pada

kelompok 1 yang diberikan isoniazid-rifampisin mengalami peningkatan

100%. Sedangkan, pada tikus kelompok lainnya tidak mengalami

peningkatan 100%. Peningkatan kreatinin pada kelompok minyak cengkeh

pada umumnya meningkat diatas 20%, dimana terjadi pada 3 ekor tikus

baik dikelompok 3 maupun kelompok 4, sedangkan kelompok 2 dan

kelompok 5 yang diberi vitamin E yang meningkat diatas 20% hanya

sebanyak 2 dari 3 tikus.

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

K1 K2 K3 K4 K5

Kre

atin

in (

mg/

dL)

H-0

H-28

Page 54: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

36

Hal ini menunjukkan bahwa, baik minyak cengkeh maupun vitamin

E tidak menunjukkan perbaikan pada parameter kreatinin pada tikus yang

diinduksi obat isoniazid-rifampisin dosis toksik selama 28 hari. Penelitian

ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hamka (2016),

menunjukkan hasil penelitian pada kelompok vitamin E terlihat terjadi

penurunan rerata pada kadar kreatininnya yang menunjukkan

nefrotoksisitas yang diakibatkan induksi obat doksorubisin dapat diperbaiki

dengan adanya pemberian vitamin E. m

mmmmmmmmmmmmmmmmmm.

Page 55: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Pemberian isoniazid-rifampisin dengan dosis 50mg-100mg/kgBB

selama 21 hari dan 100mg-200mg/kgBB selama 7 hari hanya

meningkatkan kadar ureum secara signifikan tetapi belum cukup untuk

menginduksi peningkatan serum kreatinin. Peningkatan ureum akibat

induksi isoniazid-rifampisin dapat dicegah dengan penggunaan minyak

cengkeh 1%, 2% dan vitamin E, sedangkan minyak cengkeh dan vitamin

E tidak mampu menurunkan nilai kreatinin. Peningkatan kreatinin ketiga

kelompok tikus masih memperlihatkan peningkatan sebesar 20%.

V.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian gambaran histopatologi ginjal pada tikus

wistar yang diberikan isoniazid dan rifampisin untuk mengetahui apakah

telah terjadi perubahan struktur anatomi dan histologi pada ginjal akibat

isoniazid dan rifampisin.

37

Page 56: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

38

DAFTAR PUSTAKA

Aishwarya, J., Harini, N., Karthikeyan, M. 2014. Clove Oil and Its Role in Oral Health. 4. (3): 161-164.

Albright, R.C. 2001. Acute renal failure: a practical update. Mayo Clin

Proc. 76: 67- 74. Alma, M.H., M. Ertas, S. Nitz, H. Kollmannsberger. 2007. Chemical

Composition and Content of Essential Oil from The Bud of Cultivated Turkish Clove (Syzygium aromaticum L.). J. Bio Resources. 2. (2): 265-269.

Al-Okbi, S.Y., Mohamed D.A., Hamed T.E., Edris A.E. 2014. Protective

Effect of Clove Oil and Eugenol Microemulsoins On Fatty Liver and Dyslipidemia As Component Of Metabolic Syndrome. Journal of Medicinal Food. (7): 764-771.

Baradero M., DayritM.W., Siswadi Y., 2009, Klien Gangguan Ginjal : Seri

Asuhan Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. pp. 6-11

Bastiansyah, Eko. 2008. Panduan Lengkap: Membaca Hasil Tes

Kesehatan. Penebar Plus. Bogor. pp. 55-57. Betoni JE., Mantovani RP., Barbosa LN., Di Stasi LC. 2006. Fernandes

Junior A. Synergism between plant extract and antimicrobial drugs used on Staphylococcus aureus diseases. Mem Inst Oswaldo Cruz June.101. (4):387-90.

Cairns, Donald. 2008. Intisari Kimia Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta. p. 108. Chaudhari, L.K.D dkk. 2012. Antimicrobial Activity of Commercially

Available Essential Oils AgainstStreptococcus mutans The Journal of Contemporary Dental Practice. 13. (1):71-74

Cotran, R. S., Rennke, H., Kumar, V. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins.

Edisi 7. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. pp. 571-608. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis, Departemen Kesehatan RI. Jakarta.(www.ejurnal.poltekkestjk.ac.id/index.php/JANALISKES/article/view/432/406, diakses September 2013).

Page 57: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

39

Dorman HJ., Deans SG. 2000. Antimicrobial agents from plants: Antibacterial activity of plant volatile oils. J Appl Microbiol. 88. (2):308-16.

Gardjito, Murdijati. 2013. Bumbu, Penyedap dan Penyerta Masakan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. p. 21.

Guan W., Li S., Yan R., Tang S., Quan C. 2007. Comparison of Essential

Oil of Clove Bud Extracted with Supercritical Carbon Dioxide and Other Three Traditional Extraction Methods, Food Chem. (101): 1558-1564.

Guenther, E., 2011, Minyak Atsiri Jilid I. UI Press. Jakarta. Gulcin I, Elmastaş M, Hassan Y. 2012. Antioxidant activity of clove oil – A

powerful antioxidant source. Arabian Journal of Chemistry. 5: 489–499.

Gunawan, S. G,. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen

Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Jakarta. p. 613, 617-619. Hamka, I.R.N. 2016. Evaluasi Efek Protektif Vitamin E dan Vitamin C

Terhadap Toksisitas Akut Doksorubisin Pada Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus). Makassar. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

Harvey, R. A. dan Champe, P.C,. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar,

Edisi 4. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. pp. 476-477. Hosseini, Mahmoud., Asl, M.K., Rakhshandeh, Hassan. 2011. Analgesic

effect of clove essential oil in mice Avicenna. Journal of Phytomedicine Received. 1. (1): 1-6.

Hussein, O.E, Germoush, M.O., Mahmoud, A.M. 2016. Ruta graveolens

Protects Against Isoniazid/Rifampicin-Induced Nephrotoxicity through Modulation of Oxidative Stress and Inflammation. Glob J Biotechnol Biomater Sci. 2. (1): 008-013.

Irianto, Koes. 2017. Anatomi dan Fisiologi. Alfabeta. Bandung. pp. 376-

387. Jayaratnam. J., Koh. David. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. pp. 34-35.

Page 58: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

40

Kamal, A. 2014. Estimation of blood urea (BUN) and serum creatinin level in patients of renal disorder. Ind J Fund Appl Life Sci. 4. (4):199-202.

Lopez-Novoa, J. M., Quiros, Y., Vicente, L. 2011. New insights into the

mechanism of aminoglycoside nephrotoxicity: an integrative point of view. Kidney Int. 79: 33-45.

Lumenta. A. N., dkk. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara

Penyembuhannya: Manajemen Hidup Sehat. Elex Media Komputindo Jakarta. pp. 162-166.

Martin, Joseph, S., Sabina, Prince, E. 2016. Amelioration of anti-

tuberculosis drug induced oxidative stress in kidneys by Spirulina fusiformis in a rat model. Renal Failure. 38. (7): 1115-1121.

Mappa. I. S., Kairupan. C., Loho. L,. 2013. Gambaran Hitologi Ginjal Tikus

Putih (Wistar) Setelah pemberian Rifampisin. eBM. 1. (1): 340-341.

Mori, S., Matsushita, Y., Arizono, K.. 2011. Minimal-change Nephrotic

Syndrome Associated with Isoniazid in Anti-tuberculosis Chemoprophylaxis for a Patient with Rheumatoid Arthritis. The Japanese Society of Internal Medicine. (50): 253-257.

MSDS Clove Oil. (Science lab.com. Diakses 24 Oktober 2017) Nagababu, E., Rifkind, J.M., Sesikeran, B., Lakshmaiah, N. 2011.

Assesment of Antioxidant Activities of Eugenol by in vitro and in vivo Methods. Methods Mol Biol. (610): 165-180.

Nurdjannah, N., 2004, Diversifikasi Tanaman Cengkeh, J. Perspektif. 3.

(2): 61–70. Pearce. E. C,. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia

Pustaka Utama . Jakarta. pp. 298-299. Peter , K. V., 2001. Handbook of Herbs and Species. Volume 1. Woohead

Publishing Limited. New York. p. 161. Pramod, K., S.H. Ansari J. Ali. 2010. Eugenol: a natural compound with

versatile pharmacological actions. Natural Product Communications. 5. (12): 1999-2006.

Page 59: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

41

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.

Sayuti, K., dan Yenrina, R. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Andalas

University Press. Padang. pp. 7-38. Shan, B., Cai, Y.Z., Sun, M., Corke, H. 2005. Antioxidant capacity of 26

spice extracts and characterization of their phenolic constituents. J Agric Food Chem. 53. (20): 7749-7759.

Singh, N.P., Gangul, A., Prakash, A. 2003. Drug Induced Kidney Disease.

Resident : Nephrology Division of Medicine, Maulana Azad, Medical College and Lok Nayak Hospital. New Delhi.

Suwarto., Octavianty, Y., Hermawati, S. 2014. Top 15 Tanaman

Perkebunan. Penebar Swadaya. Jakarta. p. 22. Thay, T. H., dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat,

Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Elex Media Komputindo. Jakarta. p. 149.

Towaha, J. 2012. Manfaat Eugenol Cengkeh dalam Berbagai Industri di

Indonesia. Perspektif. 2: 79 – 90. Wallis, T. E. 2005. Texbook of Pharmacognosy. CBS Publishers and

Distributors. New Delhi. pp. 173-174. Winarsih, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal bebas: Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta. p. 77 dan 81.

Page 60: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

42

LAMPIRAN 1

Sertifikat Analisis Minyak Cengkeh

Page 61: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

43

LAMPIRAN 2

Skema Kerja

Tikus Jantan Putih (Rattus novegicus) 15 ekor

Penyesuaian Diri Hewan Coba 7 hari

Kelompok 1 Kontrol Negatif

(minyak pembawa +

INH-RIF)

Perlakuan pada masing-masing kelompok selama 28 hari

Pengukuran Menggunakan Humalyzer

Pengelompokkan hewan coba

Analisis statistik

Kelompok 5 Kontrol positif (vit. E

250mg/kg dalam minyak

pembawa + INH-RIF)

Kelompok 4 (Minyak Cengkeh 100

mg/kg dalam minyak

pembawa+ INH-RIF)

Kelompok 3 (Minyak Cengkeh 50

mg/kg dalam minyak

pembawa+ INH-RIF)

Kelompok 2 (Minyak Cengkeh 10

mg/kg dalam minyak

pembawa + INH-RIF)

Pengambilan darah awal

Pembahasan

Kesimpulan

Pengambilan darah tikus pada hari setelah 24 jam perlakuan

Page 62: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

44

LAMPIRAN 3

Prosedur Pengukuran Kreatinin dan Ureum

A. Prosedur Kerja Pengukuran Kreatinin

B. Prosedur Kerja Pengukuran Ureum

Pipet ke dalam tabung Semi-mikro Makro

Sampel/STD 100 µl 200 µl

Working reagent 1000 µl 2000 µl

Campur dan nyalakan stopwatch. Inkubasi selama 30 detik lalu ukur

sampel (S1) atau standar (C1). Inkubasi lagi selama 2 menit lalu ukur

sampel (S2) atau standar (C2).

Pipet ke dalam tabung Reagent blank Sampel atau standar

Sampel/STD --- 10 µl

Reagent a1 1000 µl 1000 µl

Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 20...25ºC atau 5 menit

pada suhu 37ºC

RGT2 1000 µl 1000 µl

Campurkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu 20...25 ºC atau 5 menit

pda suhu 37 ºC. Ukur sampel dan standar

Page 63: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

45

LAMPIRAN 4

Komposisi Reagen

RGT 1 (Reagen 1) : 1 x 100 mL

Komposisi : Buffer Fosfat (pH 7,0) : 120 mmol/l

Natrium Salisislat : 60 mmol/l

Natrium nitroprussid : 5 mmol/l

EDTA : 1 mmol/l

RGT 2 (Reagen 2) : 1x 100 mL

Komposisi : Buffer Fosfat (pH <13) : 120 mmol/l

Hipoklorit : 0,6 g/l Cl

ENZ (Enzim)

Komposisi : urease : >500 KU/I

STD (Standar)

Komposisi : Urea : 80 mg/dl

Akuivalen BUN : 37,28 mg/dL

Natrium azide

Page 64: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

46

LAMPIRAN 5

Perhitungan

1. Perhitungan bahan isoniazid-rifampisin

Isoniazid ditimbang sebanyak 20 tablet kemudian dirata-ratakan

kesesuain bobot;

Rumus perhitungan bahan :

Bobot yang diinginkan = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡𝑥 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

Isoniazid = 243,755 𝑚𝑔

100 𝑚𝑔𝑥 1000 𝑚𝑔

= 2,437 g/100ml (1ml/100gBB)

= 4,874 g/100ml (1ml/200gBB)

Rifampisin = 484,055 𝑚𝑔

450 𝑚𝑔𝑥 2000 𝑚𝑔

= 2,151 g/100ml (1ml/100gBB)

= 4,302 g/100ml (1ml/200gBB)

2. Perhitungan dosis minyak cengkeh

Dosis yang diberikan pada tikus dengan 200 g pada penelitian ini

adalah :

a) Untuk 10 mg/kg = 10 𝑚𝑔

1000 𝑔𝑥 200 𝑔 = 2 mg/200g BB

b) Untuk 50 mg/kg = 50 𝑚𝑔

1000 𝑔𝑥 200 𝑔 = 10 mg/200g BB

c) Untuk 100 mg/kg = 100 𝑚𝑔

1000 𝑔𝑥 200 𝑔 = 20 mg/200g BB

Page 65: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

47

3. Perhitungan kombinasi isoniazid-rifampisin

Dosis yang diberikan pada tiks dengan bobot 200 g pada penelitian

ini adalah:

Isoniazid 50 mg/kg = 50 𝑚𝑔

1000 𝑔𝑥 200 𝑔 = 10 mg/200g BB

Rifampisin 100mg/kg = 100 𝑚𝑔

1000 𝑔𝑥 200 𝑔 = 20 mg/200g BB

Namun tidak menujukkan hasil signifikan sehingga dosis dinaikkan

hingga dua kali lipat yaitu:

Isoniazid 100mg/kg = 100 𝑚𝑔

1000 𝑔𝑥 200 𝑔 = 20 mg/200g BB

Rifampisin 200mg/kg = 200 𝑚𝑔

1000 𝑔𝑥 200 𝑔 = 40 mg/200g BB

4. Perhitungan dosis vitamin E (Natur E®)

Dosis vitamin E yang diberikan pada hewan uji dengan bobot 200 g

pada penelitian ini adalah 250mg/kgBB sehingga bobot 200 g hewan uji

adalah 50 mg/kgBB :

= 250 𝑚𝑔

1000 𝑔 x 200 g = 50 mg/200g BB

Vitamin E (Natur E®) dalam kemasan 300 IU setara dengan 67mg

(dalam 1 IU d-alpha-tokoferol setara 0,67 mg) :

Perhitungan vitamin E (Natur E®) 300 IU:

300 IU vitamin E (setara dengan 201mg)

201 𝑚𝑔

0,3 𝑚𝑙 =

50 𝑚𝑔

𝑥

x = 0,075 ml (dalam 1 ml)

= 3,75 ml (dalam 50 ml)

Page 66: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

48

5. Pehitungan hasil analisis kraetinin

a) Perhitungan hari 0

STD = 0,032 - 0,075 = -0,043

S1 = 0,016 - 0,025 = -0,009

= −0,009

−0,043 = 0,209 x 2 = 0,418

S2 = 0,014 – 0,018

= −0,004

−0,043 = 0,093 x 2 = 0,186

S3 = 0,011 – 0,015 = -0,004

= −0,004

−0,043 = 0,093 x 2 = 0,186

S4 = 0,015 – 0,022 = -0,007

= −0,007

−0,043 = 0,162 x 2 = 0,324

S5 = 0,013 – 0,019 = -0,006

= −0,006

−0,043 = 0,139 x 2 = 0,279

S6 = 0,014 – 0,022 = -0,008

= −0,008

−0,043 = 0,186 x 2 = 0,375

S7 = 0,014 – 0,019 = -0,005

= −0,005

−0,043 = 0,116 x 2 = 0,232

S8 = 0,012 – 0,019 = -0,007

= −0,007

−0,043 = 0,162 x 2 = 0,325

S9 = 0,013 – 0,020 = -0,007

= −0,007

−0,043 = 0,162 x 2 = 0,325

S10 = 0,016 – 0,023 = -0,007

= −0,007

−0,043 = 0,162 x 2 = 0,325

S11 = 0,015 – 0,022 = -0,007

= −0,007

−0,043 = 0,162 x 2 = 0,325

S12 = 0,018 – 0,027 = -0,009

= −0,009

−0,043 = 0,209 x 2 = 0,418

S13 = 0,014 – 0,021 = -0,007

= −0,007

−0,043 = 0,162 x 2 = 0,325

S14 = 0,015 – 0,021 = -0,006

= −0,006

−0,043 = 0,139 x 2 = 0,279

S15 = 0,016 - 0,023 = -0,007

= −0,007

−0,043 = 0,162 x 2 = 0,325

b) Perhitungan hari 28

STD = 0,030 - 0,075 = -0,045

S1 = 0,015 - 0,026 = -0,011

= −0,011

−0,045 = 0,244 x 2 = 0,488

S2 = 0,013 – 0,024 = -0,011

= −0,011

−0,045 = 0,244 x 2 = 0,488

S3 = 0,017 – 0,027 = -0,01

= −0,01

−0,045 = 0,222 x 2 = 0,444

S4 = 0,019 – 0,027 = -0,008

= −0,008

−0,045 = 0,177 x 2 = 0,355

S5 = 0,017 – 0,026 = -0,009

= −0,009

−0,045 = 0,2 x 2 = 0,400

S6 = 0,020 – 0,031 = -0,011

= −0,011

−0,045 = 0,244 x 2 = 0,488

S7 = 0,019 – 0,031 = -0,012

= −0,012

−0,045 = 0,266 x 2 = 0,533

S8 = 0,017 – 0,027 = -0,01

Page 67: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

49

= −0,01

−0,045 = 0,222x 2 = 0,444

S9 = 0,014 – 0,025 = -0,011

= −0,011

−0,045 = 0,244 x 2 = 0,488

S10 = 0,022 – 0,033 = -0,011

= −0,011

−0,045 = 0,244 x 2 = 0,488

S11 = 0,015 – 0,025 = -0,01

= −0,01

−0,045 = 0,222x 2 = 0,444

S12 = 0,017 – 0,030 = -0,013

= −0,013

−0,045 = 0,288 x 2 = 0,577

S13 = 0,020 – 0,027 = -0,007

= −0,007

−0,045 = 0,155 x 2 = 0,311

S14 = 0,017 – 0,025 = -0,008

= −0,008

−0,045 = 0,177 x 2 = 0,355

S15 = 0,016 - 0,028 = -0,012

= −0,012

−0,045 = 0,266 x 2 = 0,533

Page 68: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

50

LAMPIRAN 6

Hasil Analisis Statistik Kreatinin

a. Uji Distribusi Normal Kreatinin

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kreatinin_0 Kreatinin_28

N 15 15

Normal Parametersa,b

Mean .3096 .4557

Std. Deviation .06942 .07398

Most Extreme Differences

Absolute .249 .202

Positive .212 .131

Negative -.249 -.202

Kolmogorov-Smirnov Z .964 .782

Asymp. Sig. (2-tailed) .311 .573

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

b. Uji Paired-Samples T Test

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 kreatinin_0 -

kreatinin_28 .01467 .36641 .21155 -.89555 .92488 .069 2 .951

c. Analisis Anova

ANOVA

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Kreatinin_0

Between Groups .014 4 .004 .674 .625

Within Groups .053 10 .005

Total .067 14

Kreatinin_28

Between Groups .025 4 .006 1.239 .355

Within Groups .051 10 .005

Total .077 14

Page 69: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

51

LAMPIRAN 7

Hasil analisis statistik ureum

a. Uji Distribusi Normal Ureum

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Ureum Hari 0 Ureum Hari 28

N 15 15

Normal Parametersa,b

Mean 43.8947 49.8687

Std. Deviation 7.44513 20.79564

Most Extreme Differences

Absolute .150 .146

Positive .127 .146

Negative -.150 -.140

Kolmogorov-Smirnov Z .580 .567

Asymp. Sig. (2-tailed) .889 .904

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

b. Uji Paired-Samples T Test

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 ureum_0 -

ureum_28 -30.43667 8.07146 4.66006 -50.48728 -10.38605 -6.531 2 .023

Page 70: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

52

c. Analisis One Way Anova Ureum

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Ureum Hari 0

Between Groups 162.279 4 40.570 .661 .633

Within Groups 613.742 10 61.374

Total 776.020 14

Ureum Hari 28

Between Groups 5623.562 4 1405.891 32.630 .000

Within Groups 430.858 10 43.086

Total 6054.421 14

d. Analisis Post Hoc Test Tukey’s HSD

Multiple Comparisons

Tukey HSD

Dependen

t Variable

(I)

KelompokPerl

akuan

(J)

KelompokPerlakuan

Mean

Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

ureum_0

Kontrol

negatif

minyak cengkeh 0.2% 6.56000 6.39657 .838 -14.4916 27.6116

minyak cengkeh 1% -.63667 6.39657 1.000 -21.6883 20.4150

minyak cengkeh 2% 4.33667 6.39657 .957 -16.7150 25.3883

kontrol positif -2.20000 6.39657 .996 -23.2516 18.8516

minyak

cengkeh 0.2%

Kontrol negatif -6.56000 6.39657 .838 -27.6116 14.4916

minyak cengkeh 1% -7.19667 6.39657 .790 -28.2483 13.8550

minyak cengkeh 2% -2.22333 6.39657 .996 -23.2750 18.8283

kontrol positif -8.76000 6.39657 .658 -29.8116 12.2916

minyak

cengkeh 1%

Kontrol negatif .63667 6.39657 1.000 -20.4150 21.6883

minyak cengkeh 0.2% 7.19667 6.39657 .790 -13.8550 28.2483

minyak cengkeh 2% 4.97333 6.39657 .931 -16.0783 26.0250

kontrol positif -1.56333 6.39657 .999 -22.6150 19.4883

minyak

cengkeh 2%

Kontrol negatif -4.33667 6.39657 .957 -25.3883 16.7150

minyak cengkeh 0.2% 2.22333 6.39657 .996 -18.8283 23.2750

minyak cengkeh 1% -4.97333 6.39657 .931 -26.0250 16.0783

kontrol positif -6.53667 6.39657 .840 -27.5883 14.5150

kontrol positif

Kontrol negatif 2.20000 6.39657 .996 -18.8516 23.2516

minyak cengkeh 0.2% 8.76000 6.39657 .658 -12.2916 29.8116

minyak cengkeh 1% 1.56333 6.39657 .999 -19.4883 22.6150

Page 71: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

53

minyak cengkeh 2% 6.53667 6.39657 .840 -14.5150 27.5883

ureum_28

Kontrol

negatif

minyak cengkeh 0.2% 7.35000 5.35947 .657 -10.2884 24.9884

minyak cengkeh 1% 43.68333* 5.35947 .000 26.0449 61.3218

minyak cengkeh 2% 30.60667* 5.35947 .001 12.9682 48.2451

kontrol positif 48.73333* 5.35947 .000 31.0949 66.3718

minyak

cengkeh 0.2%

Kontrol negatif -7.35000 5.35947 .657 -24.9884 10.2884

minyak cengkeh 1% 36.33333* 5.35947 .000 18.6949 53.9718

minyak cengkeh 2% 23.25667* 5.35947 .010 5.6182 40.8951

kontrol positif 41.38333* 5.35947 .000 23.7449 59.0218

minyak

cengkeh 1%

Kontrol negatif -43.68333* 5.35947 .000 -61.3218 -26.0449

minyak cengkeh 0.2% -36.33333* 5.35947 .000 -53.9718 -18.6949

minyak cengkeh 2% -13.07667 5.35947 .182 -30.7151 4.5618

kontrol positif 5.05000 5.35947 .874 -12.5884 22.6884

minyak

cengkeh 2%

Kontrol negatif -30.60667* 5.35947 .001 -48.2451 -12.9682

minyak cengkeh 0.2% -23.25667* 5.35947 .010 -40.8951 -5.6182

minyak cengkeh 1% 13.07667 5.35947 .182 -4.5618 30.7151

kontrol positif 18.12667* 5.35947 .043 .4882 35.7651

kontrol positif

Kontrol negatif -48.73333* 5.35947 .000 -66.3718 -31.0949

minyak cengkeh 0.2% -41.38333* 5.35947 .000 -59.0218 -23.7449

minyak cengkeh 1% -5.05000 5.35947 .874 -22.6884 12.5884

minyak cengkeh 2% -18.12667* 5.35947 .043 -35.7651 -.4882

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

e. Analisis Tukey HSD Ureum hari 28

Ureum Hari 28

Tukey HSD

Kelompok Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Kontrol positif 3 27.2100

minyak cengkeh 1% 3 32.2600 32.2600

minyak cengkeh 2% 3 45.3367

minyak cengkeh 0.2% 3 68.5933

Kontrol negatif 3 75.9433

Sig. .874 .182 .657

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Page 72: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

54

LAMPIRAN 8

Gambar penelitian

Gambar 7. Penimbangan Hewan

Coba Gambar 6. Tikus Putih (Rattus

norvegicus)

Gambar 8. Anastesi Hewan

Coba

Gambar 9. Pengambilan darah

melalui vena latelar (melalui ekor)

Page 73: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

55

Gambar 12. Sampel plasma

Gambar 11. Pemberian secara oral

induksi obat isoniazid-rifampisin

Gambar 10. Pemberian secara oral

minyak cengkeh

Gambar 13. Pengukuran sampel plasma

Page 74: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

56

LAMPIRAN 9

Kode Persetujuan Etik

Page 75: EFEK PENGGUNAAN ORAL MINYAK CENGKEH (Oleum …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada Tanggal 9 Mei 2018

57