edisi magang agustus 2014

Upload: informatika-icmi-kairo

Post on 11-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Edisi: 169/Juli 2013

    Editorial

    2

    T anah, salah satu bahan

    yang mengantarkan

    manusia menjadi ma-

    khluk yang paling mulia. Manusia disebut

    juga sebagai hewan, yaitu hewan yang

    bertutur kata. Salah satu pembeda an-

    taranya dengan hewan adalah akal budi.

    Akal diartikan sebagai kemampuan daya

    berfikir, sedangkan budi adalah kebijaksa-

    naan.

    Lalu, apakah tugas terpenting

    manusia? Sejatinya manusia diciptakan

    untuk mengabdikan diri kepada Sang Kha-

    liq. Esensi ini dapat diaplikasikan ke

    berbagai elemen penting dalam lini ke-

    hidupan. Mengabdikan diri kepada orang-

    tua, instansi pendidikan, dan masyarakat.

    Mahasiswa sebagai makhluk sosial

    dengan kelebihan intelektualitasnya tentu

    mengenal Thidharma Perguruan Tinggi

    yang memiliki pengaruh besar dalam men-

    iti masa depan. Pendidikan, penelitian,

    dan pengabdian masyarakat.

    Masisir sebagai wakil masyarakat

    mempunyai peran penting, terkhusus un-

    tuk mampu berkontribusi di Tanah Air.

    Semakin banyak kita bermanfaat untuk

    orang lain, maka semakin banyak pula

    manfaat yang akan kita dapatkan. Orang

    dapat sukses sebab dia memiliki ilmu itu

    biasa. Orang memiliki ilmu, harta, tetapi

    tidak sukses itu suatu masalah. Namun

    ketika seseorang itu dapat bermanfaat

    untuk jutaan orang itu baru dapat

    dikatakan luar biasa sukses karena ia

    mampu memberikan manfaat untuk orang

    banyak. "khairun naas 'anfa'uhum linnaas."

    Dalam dinamika Masisir dapat

    dikatakan bahwa sebagian sudah dapat

    mengabdikan dirinya untuk masyarakat.

    Contoh kecil masisir yang membentuk

    suatu komunitas cenderung kepada

    keilmuan guna meningkatkan akademis

    Masisir lainnya. Ada lagi dalam bentuk

    tenaga haji musiman (Temus) yang

    mengabdi kepada masyarakat Indonesia

    khususnya yang bertanggungjawab dalam

    memobilisasi ritual haji.

    Temus merupakan bagian dari

    pengabdian diri dalam melayani jamaah

    haji. Di sisi lain, temus juga merupakan

    berkah bagi mahasiswa yang sangat luar

    biasa. Disamping melayani, para Maha-

    siswa juga diperbolehkan untuk

    menunaikan ibadah haji, bahkan ada duit

    pesangon yang sudah lebih dari cukup

    untuk ukuran kantong mahasiswa. Maka

    pengabdian ini hendaklah dikerjakan

    dengan serius dan sepenuh hati.

    Alhamdulillah, di sela-sela dis-

    ibukkan kami yang lumayan padat, kami

    dapat menerbitkan edisi magang ini. Hal

    ini tidak terlepas dari usaha dan kerja-

    keras para pengurus dan kru. Terima

    kasih banyak kami ucapkan.

    Pada edisi kali ini, disamping

    Temus yang menjadi suara mayoritas, ada

    permasalahan Camaba, yang sedang

    menjadi sorotan, sistem penerimaan yang

    berbeda menjadi hal yang banyak membu-

    at para camaba galau, karena mereka

    harus melewati sekolah bahasa terlebih

    dahulu. Ada juga permasalahan ketua-

    ketua kekelurgaan yang cenderung sepi

    peminat. Walaupun iming-iming temus di

    depan mata.

    Dan akhirnya, selamat membaca,

    semoga bermanfaat. Dan alangkah ber-

    bahagianya kami, jika ada yang berkenan

    untuk mengkritisi dan memeberi masukan

    guna lebih baik kedepannya.

    Abdikan Diri, Muliakan Hati

    Email: [email protected]

    Telp / Mobile: 01157926958/01128872152

    Alamat Redaksi: Wisma Nusantara, 8 Wahran St. Rabea el-Adawea , Nasr City, Cairo, Egypt.

    Web Master: Lukmanul Hakim, Dana Ahmad Dahlani

    Distributor dan Periklanan: Khoirun Nisa: +201158328145 Fatimah NK: +201128016755

    Layouter & Ilustrator: Al-Khawarizmi

    Editor: Sifrul Akhyar, Ahwazy Anhar, Achmad Fawatih, Fakhry Emil Habib, Fitra Yuzarni.

    Reporter: Moch Hammam, Maulana Abdul Aziz, Irfan Muhammad Ali, Muhammad Fahmi, Nawa Syarif, Laela Nurhidayah, Shofuriya, Nurul Aini Azizah, Wasliyah J, Rifatud Darojah.

    Redaktur Ahli: Ahmad Satriawan Hariadi, Fajar Pradika, Lc., Hilmy Mubarok, Sayyid Zuhdi, S.S., Nurul Azizah, Ayu Rizki Amalia

    Penanggungjawab: Koordinator Departemen Media dan Komunikasi ICMI Orsat Kairo

    Pengarah: Drs. Ahmad Isrona Bitoh Purnomo, Lc. Indra Gunawan, Lc.

    Pelindung: Ketua Umum ICMI Orsat Kairo

    Informatika

    Dewan Redaksi: Raidah Sekar Harani, Suhardi Junaidi, Nur Fitria Qurrotu Aini, Nashirat Zimam al-Husna, Abdi Zakaria, Rabbani Rizki Fadhi-la, Pangeran Arsyad, Assadullah Rouf, Miftakhudin

    Sekretaris Redaksi: Aisyah Ummu Fadhilah, Ikhwan Hakim Rangkuti, Durratul Azkiya

    Pemimpin Redaksi: Miftah Firdaus

    Pemimpin Usaha: Fatimah Nurul Khoiriyah

    Pemimpin Umum: Hielya Abdurrahman

  • Edisi: 169/Juli 2013 3

    Selengkapnya...Hal 8

    Suara Mayoritas

    T inggal

    menunggu hi-

    tungan hari,

    seluruh anggota calon tenaga

    musim haji syariat Mesir akan

    berangkat menuju tanah suci,

    melaksanakan amanah mem-

    bantu para jamaah dari

    Indonesia beribadah haji.

    Para calon tenaga musim haji

    disibukkan dengan

    pengurusan visa dan

    penyelesaian persyaratan

    yang telah ditentukan dari

    Konsulat Jenderal (Konjen)

    RI di Jeddah Arab Saudi.

    Sebagian besar peserta

    temus sudah melengkapi

    persyaratan tersebut, hanya

    ada sedikit masalah pada

    pengurusan visa. Salah satu

    peserta temus, Khoirotul

    Islamiyah, Lc. masih

    mengurus visa. Ya kemarin

    sempet muter-muter kesana-

    kemari, tapi walhasil yang

    ngurus KBRI. Saya

    didampingi oleh pihak KBRI.

    Pihak KBRI melobi pihak

    jawazat bersama saya.

    Semoga besok titik akhir

    mengurus jawazat, tuturnya.

    Persyaratan visa

    keberangkatan haji tidaklah

    sama dengan visa biasa.

    Jamaah umrah atau haji

    diharuskan ada tasir `audah,

    yaitu visa untuk kembali.

    Sepertinya ini persyaratan

    dari Saudi yang merupakan

    kerja sama antara Saudi dan

    Indonesia, tambah Fauzan

    Adhim, Lc. Calon temus ta-

    hun ini mengenai persyaratan

    temus.

    Selain masalah per-

    syaratan temus, desas-desus

    pengurangan jatah temus

    Mesir dari jatah 98 orang

    menjadi 68 orang pun sempat

    menjadi perbincangan hampir

    di setiap kekeluargaan

    Masisir. Menurut kabar yan

    beredar, pengurangan ini

    disebabkan oleh ulah salah

    satu oknum temus yang

    mengadakan protes terkait

    Sorot

    Berkah Iuran Temus

    A pa kau punya Peta di ru-mah? Saya sarankan segera membeli dan

    menempelkannya kuat-kuat di dinding kamar. Atau alternatif lainnya bisa dengan mengunduhnya di layar androidmu. Bisa juga dengan menggambarnya di buku tulis. Lakukan saja senyaman mungkin. Setelah itu akan saya berikan suatu infor-masi berharga dari kitab suci kita tentang janji kesuksesan yang indah dan bagaima-na mendapatkannya.

    Di dalam kitab pedoman hidup kita itu sering kali ditemui beberapa ka-limat yang sama, dan sering berulang. Barangkali itulah latar belakang muncul-nya kitab Dalil huffadz fi mutasyabihat alfadz. Yang begitu saya sadari adalah ada tingkat kesulitan yang harus diketahui untuk dipahami bahwa pengulangan dan kemiripan yang ada itu untuk dipelajari. Metode pengulangan inilah yang Allah ajarkan agar manusia yang lalai untuk selalu ingat bahwa dengannya merupakan cara belajar yang baik. Iya, dengan men-

    gulang. Al-quran memang diperuntukkan

    untuk umat nabi Muhammad hingga akhir jaman, sehingga pelajaran mengenai pen-gulangan ini begitu umum dan menye-luruh. Saya kira kita semua tahu bahwa kemampuan bangsa Indonesia untuk mengingat tidak jauh lebih baik dari bang-sa Timur Tengah. Contoh mudahnya dari buku diktat yang ditulis para dosen Azhar. Tidak jarang penyusunan bukunya me-nyerupai novel, berisikan paragraf-paragraf tanpa sub judul yang beraturan. Itulah mengapa tidak jarang mahasiswa azhar membuat rangkuman untuk memu-dahkan belajarnya. Memetakan.

    Jadi, hemat saya cara mudah untuk menghafalkan dan mengingat sesuatu adalah bertemu dengan sesuatu yang sama setiap hari, peta hidup yang kita tempelkan di dinding kamar, misalnya, mengulangnya.

    Marwah Daud Ibrahim dalam bukunya, Mengelola Hidup dan Me-rencanakan Masa Depan menegaskan, bahwa kebanyakan orang yang berwawa-san yang luas dan mampu melihat pelu-ang adalah mereka yang banyak melakukan perjalanan di dalam dan luar negeri. Para nabi dan rasul pun banyak melakukan perjalanan dan berhijrah.

    Kalau kita sudah biasa mengubah pola pikir, pola sikap atau paradigm kita untuk siap mencari peluang belajar, bekerja dan berkarya di titik manapun di bumi ini, maka semakin banyak pula peluang yang terbuka bagi kita. Tegasnya dalam bukunya.

    Saya kira perencanaan yang

    matang dalam peta begitu membantu un-

    tuk mengembangkan potensi yang ada

    dalam diri manusia. Dengan melihatnya

    dalam dinding kamar juga membantu

    mengingatkan tujuan kita sebagai khalifah

    di muka bumi ini. Memberikan manfaat

    sebanyak-banyaknya karena kita adalah

    makhluk ciptaan Allah yang terbaik.

    Sesungguhnya Kami telah menciptakan

    manusia dalam bentuk yang sebaik-

    baiknya QS Al-Tin:4

    *Keluarga Informatika

    S aya hanya bisa menerimanya, mungkin itu yang

    terbaik buat saya jawab Asril Hamidi pasrah. Asril meruapakan salah satu camaba yang dipastikan belum bisa mengikuti perkuliahan tahun ini karna hanya lulus di tingkatan mutawashit tsani, sehingga ia harus mengikuti pelatihan bahasa arab di Markaz Lughah untuk Sampai kepada level yang disyaratkan, yaitu mutamayyiz. Alumnus ponpes Islamic Centre Riau ini mengaku telah berusaha semaksimal mungkin ketika mengikuti tes seleksi masuk Al Azhar yang diadakan di Indonesia beberapa waktu lalu, bertempat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berbeda dengan Claudya Mega Rani, camaba asal Jambi ini mengaku puas dan senang dengan hasil yang ia dapat, kelulusannya di tingkat mutaqaddim awal menjadi kartu As baginya guna untuk dapat mengikuti perkuliahan tahun ini, walaupun ia harus menyelesaikan proses belajar di Daurah Lughah terlebih dahulu.

    Polemik CAMABA

    Oleh: Raidah Sekar Harani*

    Gerbang

    PETA

    Selengkapnya... Hal 4 Selengkapnya... Hal 7

    Do

    c.

    Jam

    il A

    bd

    ul

    La

    tif

    Petugas tenaga haji musiman (indonesia

  • Edisi: 169/Juli 2013

    kejelasan gaji temus.

    Menyikapi hal ini, Abdurahman

    Wijaya, ketua Komite Temus Mesir, yang

    mengutip dari Muchlis Hanafi, M.A. dari

    Kementerian Agama, menegaskan bahwa

    pengurangan jatah temus tersebut terjadi

    karena memang jatah temus untuk semua

    negara Timur Tengah dikurangi sebanyak

    30% oleh Konsulat Jenderal (Konjen) RI di

    Jedah Arab Saudi. Jatah jamaah haji Indo-

    nesia setiap tahun hingga 2018 juga diku-

    rangi 20% karena Masjidil Haram masih

    dalam proses renovasi dan pelebaran area.

    Masa jatah temus tetap atau nambah,

    jamaah haji Indonesia saja dikurangi,

    tambah Abdurahman Wijaya.

    Beberapa persyaratan temus juga

    dirasa memberatkan. Salah satunya adalah

    batas minimal calon temus yang harus su-

    dah S1, padahal rata-rata peserta calon

    undian temus masih tingkat 4. Akan tetapi

    setelah pihak PPMI dan sebagian kekeluar-

    gaan lainnya melobi KBRI, akhirnya

    masalah tersebut bisa diselesaikan.

    Adapun tentang persyaratan untuk

    calon temus mahasiswi, yaitu tidak boleh

    hamil, menurut Abdurahman Wijaya hal itu

    tidak masalah selama ia telah mendapat

    restu dari suami. Ia juga mengutip dari

    Atase Sosial Budaya KBRI Kairo, Dr. Win-

    dratmo, bahwa persyaratan itu tidak ada

    dari Konjen, jadi tidak masalah. Persyara-

    tan ini katanya adalah tambahan dari pihak

    KBRI untuk berjaga-jaga agar kinerja temus

    perempuan menjadi efektif.

    Salah satu calon temus, Khoirotul

    Islamiyah, Lc. mengatakan bahwa jatah

    temus perempuan tahun ini bertambah

    menjadi 7 orang, dari yang sebelumnya

    hanya 5 orang. Ini disebabkan karena

    temus wanita sangat dibutuhkan oleh

    jamaah haji. Bahkan ada yang diminta un-

    tuk menerjemahkan berita oleh salah satu

    media cetak Indonesia.

    Dalam perjalanan temus Mesir, ter-

    dapat istilah temus profesional dan temus

    biasa. Gozali, salah satu calon temus tahun

    ini, mengatakan bahwa untuk istilah temus

    profesional dan biasa sebetulnya tidak ada

    perbedaan dalam pembagian tugas. Yang

    membedakan hanya pengalaman, karena

    temus profesional sudah pernah menjadi

    temus dan lebih mengetahui lapangan.

    Akan tetapi dalam penghitungan gaji temus,

    setelah dipotong untuk pendanaan PPMI

    dan kekeluargaan, gaji temus biasa lebih

    banyak dari pada temus profesional, sesuai

    kesepakatan AD/ART masing - masing

    kekeluargaan.

    Waktu pelaksanaan ibadah haji yang

    berbenturan dengan jadwal ujian tashfiyah

    (remedi) Al-Azhar juga menjadi masalah

    tersendiri. Para calon temus yang harus

    mengikuti ujian harus memilih antara

    mengikuti ujian atau pergi ke tanah suci.

    Jasri Waldi, salah satu peserta temus,

    mengambil sikap untuk tetap melaksanakan

    ibadah haji. Ia mengatakan bahwa ia akan

    merosibkan diri, dan menunggu satu tahun

    untuk ikut tashfiyah ulang lebih baik dari

    pada tidak ikut temus, karena temus adalah

    kesempatan langka. Abdurahman Wijaya

    pun berpendapat sama. Lebih baik nunggu

    satu tahun dari pada menunggu 16 tahun

    untuk bisa haji, karena di Jakarta harus

    sampai menunggu 16 tahun, ujarnya.

    Berbagai persiapan dari calon temus

    tahun ini telah dilakukan, mengingat

    keberangkatan mereka ke tanah suci

    tinggal menunggu hari. Diperkirakan, akhir

    bulan Agustus mereka sudah mulai

    berangkat. Persiapan tersebut termasuk

    pengurusan visa, tiket, dan lain-lain.

    Bahkan untuk pembelian tiket terbang ke

    tanah suci dan bekal sampai harus memin-

    jam pada teman. Kira - kira jumlah uang

    yang mereka butuhkan sampai 2500.

    Belum lagi persinggahan dana temus

    untuk kekeluargaan dan PPMI, dimana

    calon temus harus memberi pendanaan

    untuk keduanya sesuai kesepakatan di

    awal atau di akhir, sesuai dengan AD/ART

    masing - masing kekeluargaan.

    Untuk PPMI, calon temus harus mem-

    berikan dana sekitar 800 dan untuk

    WIHDAH menurut penuturan Khoirotul Is-

    lamiyah.Lc, calon temus harus memberikan

    $100 di awal, serta dana temus kese-

    luruhan dipotong 7%. Sedangkan untuk

    setiap kekeluargaan, iuran wajib temus

    berbeda-beda, tergantung kesepakatan dan

    sesuai AD/ART setiap kekeluargaan.

    Contoh untuk kekeluargaan KMM

    (Kesepakatan Mahasiswa Minangkabau),

    calon temus harus memberi pendanaan

    sekitar $300 bagi temus biasa dan $350

    bagi temus profesional. Dari kekeluargaan

    KPMJB, calon temus perdana harus mem-

    beri dana sekitar $450 dan temus profe-

    sional sejumlah $800. Bahkan ada calon

    temus yang harus memberi dana sampai

    $1100, yaitu untuk kekeluargaan IKMAL

    Lampung, sesuai kesepakatan atau AD/

    ART temusnya.

    Pengeluaran para calon temus tidak

    hanya sampai di situ. Acara adat penembus

    temus, yaitu syukuran,

    setelah banyak dana

    awal yang dikeluarkan

    untuk kekeluargaan dan

    lain-lain, pun

    membutuhkan dana

    yang tidak sedikit

    sebelum berangkat

    menuju tanah suci. Ini

    membuat para peserta

    temus mencari uang

    secepat mungkin untuk

    pendaan sebelum

    keberangkatan. Ada

    yang mampu dan ada

    yang harus hutang

    kesana kemari. Kadang

    ada dari mereka yang

    menyempatkan acara

    syukurannya setelah

    kepulangannya dari

    Mekah. (Moch Hammam

    dan Laela Nurhidayah)

    4

    Temus Halaman 3

    Jamaah Haji Indonesia saat turun dari pesawat

    Do

    c.

    Kem

    en

    ag

    .go

    .id

  • Edisi: 169/Juli 2013

    Jadi Ketua Gamajatim? Emoh! tampik Kholili saat diminta maju sebagai kandidat ketua. Meski sudah dirayu sejumlah kawan yang siap mendukungnya, namun mantan Sekretaris Gamajatim itu keukeuh menolak pencalonannya. Sepinya peminat jabatan ketua di Gamajatim ini juga dialami kekeluargaan lain, salah satunya KSW (Kelompok Studi Walisongo). Meski pendaftaran bakal calon (Balon) ketua kekeluargaan masyarakat Jawa Tengah itu telah dibuka sejak tanggal 3 Agustus sampai 9 Agustus, namun hingga kami minta keterangan panitia (8/8) ternyata belum seorang pun mendaftarkan dirinya. Walaupun pada akhirnya terdapat dua calon yang maju dan dimenangkan oleh pasangan no-mor urut 2, yaitu, Ahmad Ulinnuha dan Sopandi. Itupun setelah panitia memperpanjang masa pendafta-ran. Menanggapi hal tersebut, Ketua KSW, Muhammad Rosyad Sudrajat, menyebutkan dua tahun silam Balon Ketua KSW malah cuma seorang. Dengan santai, mahasiswa Jurusan Tafsir ini menyatakan hal demikian memang dasar watak orang Jawa yang identik dengan tawadu. Akibatnya, mereka bisa dipastikan enggan mencalonkan diri sebagai Balon ketua. Padahal melihat kualitas dan kuantitas anggota kami, sebenarnya bisa mencapai 4 bahkan 6 Balon tiap periode, ungkap pria kelahiran Surakarta 22 tahun silam itu. Ketua KSW tersebut juga memaklumi minimnya minat anggotanya menjadi ketua atau pengurus harian. Minat untuk menjadi ketua ini memang bisa dikatakan minim, akunya. Terbukti pendaftaran kandidat ketua yang diadakan pada tanggal 3-9 Agustus hanya menghasilkan satu pasang calon. Meski demikian, Rosyad optimis dan baginya satu calon saja sudah cukup. Alasannya kita hanya memilih ketua yang berkualitas, serius dan loyal, demi berjalannya roda kepemimpinan satu periode ke depan, tegasnya. Sama halnya dengan KSW, saat kami wawancara warga Gamajatim mereka pun menuding sifat tawadu orang Jawalah yang membuat minimnya Balon ketua kekeluargaan mereka. Menurut Mukhtar Nabali Mufawwaq, Ketua SPA Gamajatim, perlu usaha keras untuk mendorong para anggotanya menjadi ketua. Mereka memiliki kualitas mumpuni sebagai ketua, tapi enggan mendaftarkan diri, ungkap pelajar di markaz bahasa Arab ini. Abil, sapaan akrab Nabali, juga menekankan

    pentingnya penekanan poin tersebut, berkaca kepada Balon Ketua Gamajatim tahun sebelumnya yang hanya berjumlah dua orang. Lebih lanjut, Furna Hubbatalillah, warga Gamajatim asal Jember, turut mengiakan perkataan Abil. Pelajar putri di markaz bahasa Arab ini pun mengeluhkan rendahnya minat menjadi top-leader organisasi di lingkungan Masisir, bahkan cenderung stagnan dan menurun. Menurut

    Furna, kuantitas Masisir seabreg, namun bila dipersenkan hanya sekitar 30% saja yang peduli dengan organisasi. Belum lagi dari jumlah minim tersebut, kebanyakan tersebar di berbagai organisasi, ucapnya. Ditanya mengenai persiapan men-jelang SPA Gamajatim, Abil menyatakan panitia SPA baru dibentuk dua minggu sebelum hari-H dan akan maksimal beker-ja. Tanggal 3 Agustus minggu lalu Panitia SPA baru dibentuk, dengan harapan bisa maksimal bekerja, layaknya panitia yang dibentuk sebulan sebelumnya, ungkap Ketua SPA Gamajatim itu. Pada akhirnya ada dua calon ketua yang maju pada SPA Gamajatim, Sabtu, 16 Agustus 2014. Akh-mad Akbar Fasikhullisan dan Alif Bahrurrozi Akbar, yang dimenangkan oleh saudara Akbar. Kembali ke pemilihan Ketua KSW. Rosyad Sudrajat, menilai sukses atau tid-aknya suksesi pemilihan ketua bisa dikatakan berkat kerja keras panitia. Enam puluh persen murni hasil kerja keras panitia dengan dibantu anggotanya, tuturnya. Dan idealnya kepanitiaan ini dibentuk sebulan sebelum penyelenggaraan pemilihan. Namun bisa saja dua atau seminggu

    seperti tahun ini, ujar Ketua KSW itu tenang. Lantas, perlukah pemilihan umum jika akhirnya calon tunggal yang terjadi? Ketua KSW, Rosyad Sudrajat, mengemukakan alasan mendasar perlunya pemilihan, meski dengan satu calon, adalah pelaksanaan demokrasi secara natural. Lalu ia menjelaskan mekanisme pemilihan tersebut. Jadi panitia menyiapkan dua kolom gambar di kertas suara, satu

    bergambar calon dan satunya lagi kosong. Anggota nanti bisa memilih salah satunya, jelas Rosyad. Masih menurut pelajar yang datang ke Mesir awal September 2010 tersebut, umumnya Balon ketua mulai berkampanye beberapa minggu sebelum pemilihan. Saat-saat itu tentu tingkat kesibukan meningkat, terlebih ketua yang akan demisioner. Termasuk calon ketua terpilih dan panitia pemilihan. Bahkan, anggota biasa ikut disibukkan akibat minimnya waktu persiapan pemilihan, jelas Ketua KSW itu di sela-sela kesibukannya mempersiapkan LPJ dan AD/ART KSW. Iwan Jenal Aripin, Gubernur KPMJB, turut mengomentari hal tersebut. Ia menyimpulkan penurunan calon ketua tiap tahun ini disebabkan tidak matangnya kesiapan mengemban amanah. Menurut

    pria lajang berusia 26 tahun ini permasala-han menjadi ketua bukan hanya duduk diposisi tertinggi, namun memikul tugas yang berat pula. Pemimpin juga wajib mempertahankan prestasi akademik anggotanya, bahkan memperbaikinya, imbuh Iwan ketika kami wawancarai, Sabtu ((8/8). Mantan Ketua Indonesia al-Quran Community (IAC) itu menambahkan karena beratnya tugas ketua, maka butuh pertimbangan matang untuk mencalonkan diri. Selain juga perlu diadakan pemilihan umum agar calon yang mendaftar layak mengemban tanggung jawab selama satu periode dan proses regenerasi organisasi berjalan sukses. Iwan juga mengatakan bahwa calon Ketua KPMJB meski hanya berjumlah dua pasang, tapi keduanya bisa dipastikan memiliki kapabilitas yang mumpuni. Lebih lanjut ia menuturkan, Melalui pemilihan ketua diharapkan proses regenerasi demokrasi berjalan

    alami. (Wasliyah J)

    Lapsus

    5

    Kursi Terhormat, Minim Peminat

    Doc. Google

  • Edisi: 169/Juli 2013

    Toleransi dengan Non Muslim Keislaman

    6

    Oleh: : Achmad Fawatih*

    A l-Quran menekankan satu-satunya yang berhak men-ghisab manusia atas ke-

    absahan akidahnya hanya Allah Swt, ter-masuk masalah balasannya kelak. Firman-Nya dalam surat Az-Zumar ayat 41 yang artinya: Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu al-kitab (al-Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka. Dan di lain tempat, Surat Yunus ayat 99, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Melalui ayat ini jelas bah-wasanya kaum muslimin sama sekali tak berwenang terhadap urusan akidah umat lain. Masalah akidah menjadi tanggung jawab mereka masing-masing. Bila timbul perdebatan hendaknya diputuskan dengan bijaksana, melalui pelajaran dan bantahan yang baik. Adapun berlaku baik terhadap non-muslim sudah merupakan kewajiban tiap muslim yang mengaku taat pada syariat Islam, asalkan mereka tak berbuat aniaya atau membantu musuh memerangi Islam. Sejak zaman Nabi SAW sampai hari ini, tak terhitung riwayat mengemukakan kerukunan umat Islam dengan umat lain, bahkan betapa banyak perjanjian damai dibuat oleh umat Islam dengan mereka. Tak ada bukti sejarah yang sah menyatakan kaum muslimin memaksa non-muslim agar mengikuti kepercayaan mereka. Lihatlah rumah peribadatan non-muslim tetap di-perkenankan berdiri dan kemerdekaan ber-ibadah juga dijamin. Hal ini adalah manifes-tasi dari surat al-Hajj ayat 39-40: Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: Tuhan kami hanyalah Allah. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Rasulullah SAW sendiri pernah mengizinkan delegasi kaum nasrani Najran untuk melaksanakan ibadah mereka di masjidnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam Sirah Ibnu Hisyam. Begitu pula para khalifah sepeninggalannya mem-

    beri ahlul dzimmi jaminan atas perlakuan baik dari kaum muslimin dan keamanan dari gangguan apapun. Sebagaimana dicon-tohkan Khalifah Umar bin Khattab dalam perjanjiannya dengan penduduk Baitul Maqdis: Ini adalah perjanjian yang diberi-kan oleh hamba Allah, Amirul mukminin Umar bin Khattab bagi penduduk Iliyad atas jaminan keamanan, yaitu atas jiwa mereka, harta, gereja, salib dan segala kepercayaan mereka. Gereja mereka juga tidak akan ditempati, dihancurkan atau berkurang sua-tu apa pun darinya, baik wilayah, salib mau-pun hartanya. Mereka juga tak akan dipaksa memeluk agama ataupun diusik... Tatkala revolusi di Mesir kita juga temui umat muslim salat dikawal oleh kaum nasrani. Sebaliknya, mereka juga dalam penjagaan umat Islam kala beribadah. Bahkan ketika mereka pergi merayakan hari raya, kaum musliminlah yang menjaga ger-eja mereka. Berkat rahmat ajaran Islam ini, tak jarang kita dapati gereja-gereja di nega-ra Islam bersebelahan dengan masjid tanpa terganggu sedikit pun. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah SAW berpesan kepada umatnya: Barang siapa meng-ganggu ahlul dzimmi maka ia telah meng-gangguku, dan barang siapa mengganggu-ku maka ia telah mengganggu Allah! Kemudian para sahabat dan penerus mere-ka semuanya menunjukkan sikap toleran ini, melalui nasihat dan wasiat mereka agar berdamai dan saling mengasihi pada non-muslim. Amirul mukminin Umar bin Khattab sebelum meninggal berkata, Aku berpesan kepada para amirul mukminin setelahku agar berbuat baik kepada ahlul dzimmi dan menepati perjanjian dengan mereka, serta berperang membela mereka dan jangan sampai membebani di luar batas mereka. Ia juga sering menanyakan utusan tiap wila-yah tentang kondisi ahlul dzimmi dan bagaimana muamalah dengan mereka. Mereka pun menjawab kami tak menemui selain perjanjian yang terpenuhi. Sayidina Abdullah bin Umar pun kerap menyuruh pembantunya agar memberi daging kurban kepada tetangganya Yahudi. Beliau terus berpesan demikian hingga si pembantu heran apa yang membuatnya melakukan hal itu. Abdullah berkata, Rasulullah SAW pernah mengatakan Jibril terus menerus menasihatiku agar berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai aku kira kelak ia akan memperoleh warisan. Tak kalah penting toleransi Islam tak jarang membangkitkan non-muslim un-tuk mencintai Islam. Fakta itu diakui sendiri oleh para musuh Islam. Imam Malik RA berkata telah sampai kabar bahwa saat pasukan muslimin datang membuka Syam seorang Nasrani berkata, Demi Allah, ked-atangan mereka ini lebih baik dari apa yang pernah dibawa para hawari kepada kita. Meski sayang lembaran putih tersebut ka-

    dang justru ditanggapi dengan perlakuan yang tak pantas dari umat lain; Yahudi, Nasrani, Budha, Hindu dsb. Namun, pent-ing menyuarakan kepada tiap orang toler-ansi Islam ini atas dasar perdamaian dan kasih sayang, serta mewujudkan keadilan, baik muslim maupun non-muslim. Dan inilah gambaran etika dan toleransi yang dilukiskan Islam dan terus terekam sepan-jang sejarah. Bukan berarti dengan bertoleransi dan berkelakuan baik ini kita menyia-nyiakan agama, alias lepas tanggung jawab melindungi kehormatannya, sebagaimana terkadang salah diartikan orang. Dalam bukunya Ghairul Muslimna fil Mujtama`il Islmi Dr. Yusuf al-Qaradhawi berkata, Sebagian orang menanamkan paham tol-eransi ini untuk menyamaratakan agama-agama, merenggangkan ikatannya lalu mengelilingkan mereka dan memadamkan semangat Iman, dengan dalih toleransi, patriotisme, nasionalisme atau sema-camnya.. Dr. Thala`at Afifi, mantan Menteri Wakaf, tampil menanggapi hal tersebut. Ia menyanggah, Justru seharusnya kitalah penyeru toleransi. Bukankah agama kita yang menyuruh demikian. Siapa lagi yang memerintahkannya kalau bukan Allah dan rasul-Nya. Adapun mencabut hak agama, untuk merelakan hal-hal yang terjadi supa-ya terjadi, tentu bukan makna toleransi Is-lam. Namun hal itu termasuk berpaling dari agama atau kufur. Bahkan meninggikan makhluk di atas khalik serta kebatilan di atas kebenaran... Tak perlu memaksa umat lain memeluk Islam, justru mereka akan berpaling. Ingat, toleransi bukanlah yang membuat ajaran Islam jumud dan bukan pula toleransi jika mengabaikan hudud dalam Islam, dengan alasan kuanti-tas non-muslim sedikit, atau supaya mereka merasa aman dan agar perasaan mereka

    tak tersakiti, dsb. Wallahualam.

    *Editor Informatika

  • Edisi: 169/Juli 2013

    Tahun ini Kementrian Agama yang bekerjasama dengan IAAI kembali mengadakan tes seleksi masuk Universitas al-Azhar di Indonesia, setelah sempat tahun lalu ditiadakan karena alasan keamanan Mesir yang tidak kondusif pasca pemakzulan Mursi. Namun tahun ini dilaksanakan dengan mekanisme yang sedikit berbeda. Semua peserta tes yang dinyatakan lulus, boleh berangkat ke Mesir namun harus mengikuti pelatihan bahasa arab di Markaz Lughah al-Azhar Mesir sebelum mengikuti perkuliahan. Memang untuk tahun ini mekanismenya sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, bagi Camaba yang lulus ditingkatan mutaqaddim awal dan tsani bisa langsung masuk kuliah setelah menamatkan Daurah Lughah, sedangkan yang hanya lulus ditingkatan mubtadi dan mutawashit harus mengikuti Daurah Lughah selama setahun penuh, jelas Darul Qudni, selaku KPP MABA, saat dihubungi via telepon. Di sisi lain, setelah keluar pengu-mumam tersebut, pamflet-pamflet dari berbagai mediator tampak mewarnai dunia maya. Mereka saling berebut menawarkan jasa pemberangkatan maba. Mumtaza contohnya, mediator yang sudah berpengalaman selama lima tahun terakhir ini menyatakan kesiapan diri untuk mengurus pemberangkatan maba tahun ini, demikian yang dijelaskan oleh Muhammad Hanif Ilyas selaku ketua Mumtaza Mesir. Kami dari Mumtaza siap memberikan pelayanan yang baik, mulai dari mencarikan rumah, kasur, lemari dan buku pedoman bahasa amiyah, paparnya. Pengakuan yang tak jauh berbeda juga diutarakan oleh ketua mediator IKPM, mediator yang baru pertama kali mengurus keberangkatan maba setelah berganti manajemen itu optimis akan memberikan pelayanan maksimal, bahkan mereka mengaku telah membentuk panitia khusus untuk itu. Penawaran jasa pemberangkatan maba ini seperti sudah menjadi ladang bisnis bagi pihak-pihak tertentu setiap tahunnya. Di zaman ekonomi yang sedikit sulit saat ini, seperti anjloknya mata uang rupiah, kebutuhan pasti mencapai harga puncaknya. Begitu-pun dengan administrasi keberangkatan Camaba yang sudah sering kali men-imbulkan berbagai pertanyaan dikalangan mahasiswa selama ini. Terutama masalah biaya yang seringkali berbeda jauh antara satu mediator dengan mediator yang lainnya. Walaupun sudah ada undang-undang yang mengaturnya, namun hal ini masih sering terjadi. Ini boleh-boleh saja selagi masih dalam batas kewajaran, tutur Tsabit Qodami, mantan penum Terobosan

    ini. Namun yang menjadi masalahnya ada pihak-pihak tertentu yang sengaja mengambil keuntungan jauh di atas standar yang telah ditetapkan, dan ini yang amat disayangkan karena akan sangat memberatkan para maba, tidak sedikit di antara meraka yang telah lulus seleksi namun gagal berangkat ke Mesir karena

    tersendat biaya keberangkatan. Irwan Ardiansyah, maba yang mengaku sangat mengagumi dan ingin sekali menuntut ilmu di al-Azhar ini terancam tidak jadi berangkat ke Mesir walaupun telah lulus tes disebabkan karena besarnya biaya keberangkatan. IAAI yang mengurus proses pemberkasannya dikabar-kan menarik iuran sebesar 15 juta rupiah. Begitu juga dengan Asril Hamidy, yg mengaku sedikit keberatan dengan masa-lah pembiayaan keberangkatan yang cukup tinggi tersebut. Hal inilah yang patut dipertan-

    yakan ketika terdapat selisih perbedaan pembiayaan keberangkatan Camaba dari Indonesia yang memakan biaya yang tidak cukup rendah dan juga terdapat perbedaan pembayaran yang cukup jauh. Mengenai perbedaan menurut saya sah sah saja. Penyebabnya adalah setiap broker pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan,

    misalnya ada broker yang hanya memberangkatkan anak baru sampai Mesir saja setelah itu mereka dilepas begitu saja. Ada juga broker yang memfasilitasi anggotanya dengan kebutuhan dan perlengkapan hidup di Mesir, maka masuk akal jika bayarn-ya lebih tinggi. Saya pribadi mendengar kabar burung bahwa PPMI Mesir akan membentuk tim KPP MABA. Jadi rencana kalo ada KPP MABA. Pembayaran anak baru akan teratur, karena ada rincian yang jelas dari pihak KPP MABA, ujar Muhammad Hanif Ilyas. Masalah ini juga ditanggapi oleh saudara Tsabit Qodami. Menurut saya perbedaan biaya pem-berangkatan Camaba terjadi karena tidak maksimalnya kerja dari BPA dan MPA PPMI, yang seharusnya bertugas mengawasi dan ber-

    tanggung jawab atas hal ini, jika mereka bekerja dengan maksimal, tidak akan ada mediator-mediator nakal yang mengambil keuntungan jauh diatas standar yang telah ditetapkan, tegasnya. Tidak jauh berbeda, bagi Abdul Malik, adanya mediator yang hanya mencari keuntungan patut disesal-kan. Seharusnya tidak ada lagi hal-hal ter-sebut, dan BPA/MPA harus tegas terhadap mereka yang melanggar. Bisa dengan diberhentikan sementara menjadi mediator dan jika tetap membandel, bubarkan sekal-ian!, geramnya. (Nurul Aini Azizah, Irfan

    Muhammad Ali)

    7

    Halaman 3

    Suasana kampus al-Azhar impian mereka untuk belajar

    Camaba yang akan berangkat ke Al-Azhar 4 tahun lalu

    Do

    c. M

    um

    taza

  • Edisi: 169/Juli 2013

    Taqdir nilai kamu apa?, ungkap NF pada salah satu temannya. Sebuah ungkapkan

    yang selalu terlontar dari mulut Masisir seu-sai turunnya nilai mereka. Nilai memang bukan ukuran kemuliaan seseorang, namun sering dijadikan patokan oleh sebagian golongan. Bahkan bisa juga dipandang sebagai momok tersendiri oleh sebagian yang lainnya.

    Menurut Sunfan Ulum Fi, ketua senat Ushuluddin mengungkapkan bahwa prediksi nilai untuk sementara waktu ini ada peningkatan nilai yang sangat signifikan pada mahasiswa yang duduk di tingkat tiga. Sementara itu, penurunan nilai terjadi bagi mahasiswa yang duduk di tingkat dua. Saya belum bisa menentukan presen-tase kelulusan dan kegagalan Tapi saya lihat dari prediksi sementara ada pen-ingkatan yang luma-yan pada tingkat tiga Ushuludin, dan penurunan di tingkat dua Jurusan Tafsir, ujarnya.

    Berbeda lagi dengan ugkapan Rise Rosita, maha-siswi tingkat tiga syariah. Kalau dilihat dari teman-teman sekeliling saya, saya merasa ada peningkatan. Ditambah lagi dengan adanya predikat imtiyaz dari salah satu teman kita yang tahun kemarin belum sempat di-raih, imbuhnya

    Sebagai ketua senat, Ulum dan Riki Warman telah melakukan beberapa program untuk meningkatkan mutu akade-mis di lembaga senat mahasiswa yang mereka pegang. Di antara program tersebut adalah mengadakan program bimbingan belajar dan seminar yang berkaitan dengan fakultas masing-masing. Meski senat Ushuludin dan senat Syariah telah mengga-lakkan program tersebut, namun hasilnya belum dirasa sangat signifikan. Pasalnya, menurut mereka, respon para mahasiswa untuk mengikuti program tersebut sangat minim. Saya sudah berusaha mengadakan bimbel, tapi kalau mahasiswanya sendiri tidak berminat, dan enggan diajak, iya sa-ma saja. Saya juga tidak tahu apa saya yang salah, kurang mengajak atau merekanya yang tidak mau, ungkap Riki.

    Menurut Ayu Rizqi Amalia juga, satu-satunya mahasiswa yang mencapai predikat Imtiyaz di Fakultas Akidah Filsafat itu memberikan tanggapannya tentang hasil nilai yang sudah turun. Untuk tahun ini

    saya rasa ada penurunan dalam presen-tase Mumtaz terutama dalam fakultas Akidah Filsafat sendiri. Bisa dibilang tingkat empat Akidah Filsafat tahun kemarin lebih bagus, itu jika dibandingkan ketika kita masih tingkat tiga. Sebab yang mendapat predikat Mumtaz mencapai tiga orang dan sekarang hanya satu orang. Jika dibanding-kan dengan tingkat empat tahun lalu, secara garis besar tingkat empat tahun ini lebih baik. Kemudian Fakultas Syariah dan Tafsir tingkat empat juga meningkat, jika dibandingkan dengan mereka ketika tingkat tiga. Tapi, kalau dibandingkan dengan ting-kat empat tahun lalu, kita lebih bagus. Menurut saya penurunan ini disebabkan

    tidak fokusnya mereka ketika kuliah dan tidak seringnya mengikuti kelas perkulia-han. Pentingnya pemahaman dan hafal materi itu penting, tapi tidak asal menghafal saja. Gimana kita bisa faham, kalau buka buka saja sebelum ujian, tidak jauh-jauh hari. Jika jauh-jauh hari kita bisa me-mahami, menghafal, dan mencari tambahan atau maraji ke kitab yang lain, tegasnya.

    Dari nilai yang telah dikeluarkan oleh pihak Universitas al-Azhar, tidak sedikit mahasiswa yang terpaksa harus men-gurungkan niat mereka untuk naik ke ting-kat selanjutnya. Pasalnya, nilai mata kuliah mereka tidak mencapai target kelulusan yang telah ditetapkan oleh pihak kampus.

    Salah satu mahasiswa dari fakultas Ushuludhin tingkat dua menuturkan bahwa dirinya rasib pada 6 mata kuliah. Ia merasa kecewa dengan hasil tersebut pa-dahal telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghadapi ujian. Meski begitu, dirinya pun mengaku bahwa ia mengalami kendala dalam membagi waktu antara kuliah atau aktif organisasi.

    Fenomena ketidaklulusan ini seb-

    etulnya menjadi problematika yang tidak ada habisnya. Banyak pihak yang memberi alasan bahwa hal ini merupakan akibat dari terlalu aktif mengikuti organisasi di Masisir ataupun karena sibuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja di berbagai tem-pat.

    Sementara itu, banyak pihak yang telah memberikan bantuan untuk menun-jang kesuksesan akademis Masisir seperti PPMI. Organisasi induk Masisir ini telah melakukan kerja sama dengan kekeluar-gaan ataupun lembaga bimbingan belajar seperti al-Syatibi Center untuk membantu mahasiswa meraih kelulusan di perkulia-han.

    Dari pihak KBRI, Atase Pendidikan (Atdik) juga ikut mendukung pro-gram-program yang bertujuan untuk meningkat-kan kualitas intel-ektual Masisir. Salah satu ben-tuk dukungan tersebut adalah dengan mem-berikan dana stimulus untuk setiap kegiatan positif yang ada di Masisir. Selain itu, Atdik Kairo Mesir juga menyangkal bah-wa ada wacana penghapusan bimbel untuk per-siapan ujian al-Azhar. Sebab, program tersebut

    merupakan salah satu kegiatan yang yang sangat signifikan untuk melakukan per-cepatan kelulusan bagi Masisir.

    Banyak usaha dan kegiatan positif yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk meningkatkan intelektualitas Masisir. Meski demikian, hal tersebut akan menjadi sia-sia jika Masisir sendiri tidak antusias mengikuti program-program tersebut. Di samping itu, menurut Dr. Fahmy Lukman Atase Pendidikan KBRI Kairo, tidak sedikit mahasiswa yang justru memilih un-tuk tidak meluluskan diri mereka di bangku perkuliahan untuk mendapatkan Visa. Izin tinggal tersebut ingin mereka dapatkan dengan tujuan untuk mengembangkan bisnis, mengikuti istri yang belum lulus atau-pun juga karena hanya ingin menikmati suasana Mesir lebih lama. Tentunya, kata Dr. Fahmi, fenomena seperti ini tidak seha-rusnya terjadi di ranah Masisir. Sebab, masisir telah ditunggu oleh masyarakat untuk pulang ke tanah air. (Shofuriya, Moch

    Hammam)

    8

    Lapsus

    Antara Najah dan Rasib

  • Edisi: 169/Juli 2013 9

    E nam puluh sembilan tahun sudah sejak bangsa ini memperoleh kemerdekaan.

    Perjuangan jiwa dan raga para pahlawan telah membawa bangsa ini termasuk men-jadi salah satu Negara berkembang yang disegani, bahkan Indonesia merupakan salah satu Negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. ditandai dengan berbagai macam aspek peningkatan, baik insfrastruktur maupun sumber daya manu-sia (SDM). Namun, apakah kemerdekaan yang telah diraih sampai saat ini dapat dile-gitimasi secara penuh, jika mengingat ke-merdekaan 69 tahun Indonesia diwarnai kesenjangan ekonomi yang sangat tinggi. Lebih dari 100 juta orang Indonesia saat ini tergolong miskin absolute dan juga hampir miskin. Mereka pada umumnya tidak mem-iliki keterampilan khusus dan rata-rata pen-didikannya terhenti hanya sampai di enam tahun. Di sisi lain, bangsa ini juga memiliki banyak orang kaya bahkan tergolong super kaya, diperkirakan jumlah mereka yang memiliki aset likuid dari 1 milyar sampai diatas 500 milyar, berjumlah ribuan orang. Bahkan, sekitar 200 orang memiliki kekayaan bersih di atas 1 triliun. Sebuah pertanyaan besar. Inikah makna kese-jahteraan yang diinginkan oleh bangsa ini? Dunia telah memasuki era global-isasi, penyebab dari kapitalisme yang merasuk hampir seluruh Negara di dunia. Hal ini mempengaruhi seluruh Negara da-lam memertahankan kesejahteraan rakyatnya yang tak terlepas dari aktifitas ekonomi. Memaknai globalisasi sendiri bukan perkara yang mudah, karena ban-yaknya dimensi yang harus ditelisik. Na-mun, jika merunut sejarah globalisasi ekonomi dunia berdasarkan kurun waktu, maka terbagi menjadi dua periode. Per-tama, rentang waktu antara tahun 1450 sampai saat ini. Siklus ini disebut sebagi capitalist world economy dimana telah ter-jadi pembangunan ekonomi yang normal. Kedua, kurun waktu antara tahun 1945 sampai kini, yang disebut sebagai abad transisi. Hal ini menyebabkan Indonesia tak bisa lepas dari arus globalisasi yang perla-han dapat memecah kedamaian antara umat manusia. Berakhirnya masa kepemimpinan SBY-JK dan SBY-Budiono, dikatakan be-lum cukup berhasil dalam pemasalahan ekonomi. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Langsung Tunai Sementara (BLSM) dinilai belum maksimal bersumbangsih menyejahterakan rakyat. Selain itu, hasil dari Asia Pasific Economic Corporation (APEC) di Bali tahun lalu disinyalir akan memperparah ekonomi dimasa yang akan datang. Berlakunya perdagangan bebas, diperkirakan akan menjadi alat kepentingan Negara lain, teru-tama Amerika dan Cina. Hal ini disebabkan

    karena Indonesia belum cukup memiliki kualitas sumber daya manusia yang unggul pada bidangnya masing-masing, terlebih dalam bidang tekhnologi yang menjadi an-dalan sebagian besar Negara maju. Untuk itu, masa transisi pilpres Indonesia 2014, mengakibatkan perde-batan dua kutub yang berseteru akibat ke-bijakan pemerintah yang dinilai ada bebera-pa kejanggalan dan bersifat parsial. Pa-dahal, keduanya saling memiliki keterkaitan yang saling mendukung satu sama lain. Karenanya, pengambilan kebijakan politik yang salah akan berdampak pada kese-jahteraan rakyat dan masa depan bangsa ini. Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga dan membina stabilitas sosial dan ekonomi. Karena hal inilah yang dapat meminimalisir kesenjangan sosial dalam masyarakat, hingga menciptakan kelas-kelas ekonomi yang dapat membawa hal negatif dalam bersosialisasi. Umumnya, sejahtera yaitu terpenuhinya suatu kehidupan masyarakat berupa kecukupan dan mutu akan pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan lainnya, seperti lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman. Namun kese-jahteraan yang seha- rusnya dicapai oleh bangsa ini, tid-ak hanya dicapai dari sisi material saja. Kese-jahteraan spiritual dan moral meru-pakan aspek terpenting untuk

    mewujudkan kesejahteraan lainnya. Tanpa dua aspek kesejahteraan ini, bangsa Indo-nesia akan mudah diadu domba oleh pihak bangsa lain yang berkepentingan, bahkan sejarah Negara boneka bisa terulang kem-bali. Pengaruh arus globalisasi inilah salah satu faktor yang membuat manusia mengalami krisis spiritual yang sangat be-sar. Yaitu krisis identitas, untuk menemukan diri sendiri sebagai makhluk spiritual. Sebagai jiwa, manusia satu. Tidak ada jiwa yang terpisah. Secara fisik, mem-iliki bayangan bahwa manusia terpisah, namun sebenarnya adalah satu. Jika hal ini tidak cepat ditanggulangi secara masif, cikal bakal ISIS yang telah menyebar di beberapa titik pulau Indonesia bisa berkem-bang. Bangsa ini bisa kembali pada zaman kolonialisme, karena jiwa dan raga diper-taruhkan. Di umur 69 tahun Indonesia, ban-yak masalah yang harus terus diperbaiki oleh bangsa ini. Maka, fokus usaha dan jantung pembangunan menuju sejahtera itu

    sendiri adalah manusia. Hal ini berarti, pembangunan adalah pembangunan manu-sia dengan lingkungan sosialnya. Menurut konsep pembangunan modern hanya ling-kungan fisiklah, alam, dan kelembagaannya yang menjadi objek aktivitas pembangunan. Namun patutnya, wilayah operasi pem-bangunan adalah manusia di dalam mau-pun di luar. Misalnya, sikap atau perilaku masyarakat, pendidikan, keterampilan, modal, tenaga kerja, organisasi dan se-bagainya. Terus menggali khazanah intel-ektual minimal adalah salah satu usaha yang produktif sebagai seorang pelajar, guna memahami pemikiran atau gagasan yang dapat mengurangi pelbagai macam permasalahan. Maka, sistem yang telah beregularisasi, bisa diperbaiki dengan tiga sistem ekonomi pararel sekaligus. Pertama, takhalli, yaitu meninggalkan semua praktik ekonomi yang buruk. Besarnya gerakan anti korupsi merupakan salah satu wujud-nya. Kedua, tahalli, yaitu mengisi dengan berbagai kegiatan ekonomi yang baik. Tid-ak membiarkan sumber-sumber alam menganggur, tanpa melakukan penge-luaran secara boros, serta terbebas dari produksi komoditas yang haram secara hukum. Ketiga, tajalli, yaitu menghiasi perekonomian dengan akhlak tolong meno-long. Menyemarakkan praktik zakat dan sedekah antar masyarakat, atau bahkan mendirikan banyak lembaga positif yang dapat meningkatkan sumber daya manusia secara spiritual, akhlak, mental, dan intel-ektual. Bukan penyebaran pusat per-belanjaan yang semakin memperkuat bu-daya konsumtif masyarakat. Dengan demikian, potensi bangsa

    Indonesia menjadi Negara yang kuat dan

    sejahtera dapat terwujud. Dengan memper-

    luas objek kesejahteraan dari kualitas

    manusia, konsekuensinya memperluas

    target dan instrumen dari model ekonomi

    yang hendak dikembangkan. Konsekuensi

    lainnya, sebanyak mungkin melibatkan

    partisipasi rakyat yang kondusif dan bermu-

    tu dalam proses pengambilan politik ke-

    bijakan dalam sebuah hukum maupun im-

    plementasi perencanaan. Karena, politik

    tanpa hukum yang terstruktur dengan baik

    akan liar dan buas.

    Indonesia; Antara Globalisasi dan Kesejahteraan Nusantara

    Oleh: Susanti Nur Pratiwi*

    *Aktivis Kajian Pakeis

  • Edisi: 169/Juli 2013 10

    B andara Internasional Soe-karno-Hatta terlihat ramai, orang-orang bak bebek

    yang berbaris rapi mengular hingga ruang penjemputan. Aku keluar dengan hati yang penuh sesak, sepuluh tahun sudah. Ya, sepuluh tahun sudah aku tak menginjakkan kaki di Indonesia. Mataku berkaca-kaca, perasaan yang ada di dalam dadaku tidak dapat diterjemahkan dengan kata. Tidak dapat disampaikan oleh lisan, juga tidak mampu diukir melalui tulisan. Kabut dingin membungkus lembut bandara dan sekitarnya. Aku keluar bandara sambil menarik koper dan tas ranselku. Di luar, temanku Burtuqal sudah menungguku, dia melambai-lambaikan tangan seakan men-gisyaratkan, hei Mi, aku di sini. Aku pun bergegas menuju temanku itu, seketika dia menghambur dan memelukku erat-erat. Kami haru, menangis. Gila Bro!, sepuluh tahun nggak pulang-pulang, nggak kangen lho sama gue? Bur-tuqal melepaskan pelukan sambil men-dorong bahuku, kami tertawa. Isy isy isy sepuluh tahun kutinggalkan, gaya bahasamu masih alay seperti itu? aku menggeleng-gelengkan kepala, gagal pa-ham. Kami tertawa. Semacam ada kode dan kata sandi yang apabila diucapkan membuat kami langsung paham dan ingat masalalu persahabatan kami. 15 menit ber-lalu, rintik-rintik kangen sudah mulai reda. Aku sudah menguasai keadaan. Ayo kita langsung pulang, kamu pasti kele-lahan 12 jam di pesawat. Naik apa? Udah, gampang itu, aku udah nyewa mobil kok. Oke. Pukul 4 pagi, mobil yang kami ken-darai membelah sunyi malam Jakarta. Mobil sedan itu melaju, belok kiri, melewati tol dengan gagah, menerobos kabut pagi, ber-belok ke kiri lagi hingga sampai ke tempat tujuan. Kami hanya berdiam sepanjang perjalanan, aku lelah.

    *** Assalamualaikum, Cal, kamu sibuk nggak hari ini? Aku ingin memperbaharui KTP-ku, 5 tahun yang lalu masa berlakunya habis. Nggak kok. Oke, nanti jam 8 aku jemput ke rumahmu. Makasih, Cal, aku sudah lama tidak di In-donesia jadi sudah lupa dan sungkan berurusan dengan petugas KTP, aku me-nutup telepon. Aku merebahkan tubuhku di kasur, rasa lelah masih setia menemaniku. Aku ingin mengistirahatkan tubuhku sebelum di jemput Burtuqal jam 8 nanti. Suara motor cukup bising di luar sana. Mataku terasa berat, ingin terlelap. Tok Tok Tok, kudengar ada suara mengetuk pintu.

    TokTok..TokTototok, suara itu se-makin mengeras, tidak berhenti memukul daun pintu. Aku bergegas keluar, mukaku tiba-tiba memerah, gigiku bergemeretak, jika ada 10 level tingkat kemarahan, kema-rahanku saat itu sudah mencapai level 10. Orang mau istirahat diganggu, mengetuk pintu tak tahu sopan santunnya pula, guma-mku. Daun pintu kubuka, hampir saja orang yang mengetuk pintu itu menepuk jidatku, untungnya aku sigap menghindar bagai kodok yang meloncat cepat. Dua orang berdiri di depan pintu, seorang lelaki dan seorang wanita. Aku tertegun menatap lamat-lamat sosok lelaki yang berdiri di de-panku itu, mataku menyapu bersih dari ujung rambut hingga ujung sepatunya. Di sampingnya, seorang perempuan berdiri anggun menghadap ke jalan raya, mem-belakangiku. Siapa lelaki berambut ikal dan berkulit kuning langsat ini? Dan perempuan itu aku melamun. Mi lelaki itu berteriak seraya mengham-bur ingin memelukku. Tentu saja aku menghindar. bisa-bisanya orang yang mau kuterkam, kumarahi habis-habisan, eh seenaknya ingin memelukku, tentu saja aku tak mau. Dia heran. Aku heran. Hingga akhirnya aku ingat sesuatu. Thomatim? Hei, aku hampir saja lupa rupa-mu, kami akhirnya berpelukan erat. Hampir lupa? Kau bahkan sudah benar-benar lupa Mi, ujarnya masih terbahak-bahak. Sepuluh tahun tak bertemu kamu berubah 360 derajat. Dulu kamu tuh hitam, pendek, ikal, dekil lagi. Eh sekarang udah kayak

    pejabat aja, Aku masih tidak percaya bertemu dengan Thomatim, teman SMA-ku sepuluh tahun yang lalu. Sebentar Mi, aku punya kejutan buatmu, Thomatim memanggil perempuan yang dari tadi hanya melihat kendaran berlalu-lalang, tak sedikitpun menghiraukan kami. Perempuan itu, oi, tubuhnya tinggi semampai, kerudungnya panjang menjun-tai, aku kenal betul dengan perempuan itu, Beqiya, si bunga desa. Pujaan semua lelaki. dia adik kelasku waktu SMA dulu. Tak ada lelaki yang tidak tertarik dengann-ya, termasuk aku. Demi melihatnya tersenyum, aku sampai lupa mempersilakan mereka untuk duduk. Ayo masuk, silakan duduk, ujarku setelah menguasai keadaan. Kami mengobrol santai, bercanda, sesekali aku menceritakan kesibukanku kuliah di luar negeri. Hingga akhirnya Beqi-ya mengeluarkan kata-kata itu, kata awal yang akan kuingat hingga akhir hayatku kelak. Kakak sepuluh tahun di luar negeri makin ganteng deh, ujarnya sambil tersenyum. Kamu juga, aku tersipu. Hei, Kak! Sepuluh tahun tidak berjumpa kakak, aku tetap perempuan lho, dia tidak terima. Aku tersenyum. Dia tersenyum, kali ini senyumnya terlihat lebih tulus. Masih rajin nulis di blog? Iya, Udah nerbitin buku malah. Alhamdulil-lah, semua best seller. Wah, sudah mapan dong, sudah saatnya nikah, Thomatim tiba-tiba memotong pem-bicaraan kami, aku saja sudah nikah, ujarnya bangga.

    Pulang Kampung Sastra

    Oleh: : M. Fahmi Al-Fath*

    Doc. Google

  • Edisi: 169/Juli 2013

    Dengan siapa? Aku heran, perasaan tidak pernah dia memberi kabar. Itu, dengan perempuan yang di depanmu, ujarnya santai. Aku meneguk ludah, berusaha tak percaya. Badanku lemas seketika. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, alam sekitar mengisyaratkan, kalau aku pulang ke Indonesia, maka aku akan bahagia. Tapi inilah yang terjadi, faktanya Thomatim me-mang telah menikah dengan Beqiya, cincin pernikahan mereka melingkar agung di jemari masing-masing. Oi, puisi-puisi yang kutulis. Surat-surat tak sampai yang ku-karang. Buku-buku yang kuterbitkan, andai kau tau itu semua un-tukmu, Beqiya. Ah, ranting kelapa kini patahlah sudah. Perasaan yang kupen-dam bertahun-tahun kini tak akan bertemu muaranya. Aku tak semangat lagi mene-ruskan canda dengan mereka, hatiku patah, berlipat-lipat. Kamu itu sudah 28 tahun lho, Mi, apalagi yang kamu tunggu? semangat betul Thoma-tim mengomporiku agar segera menikah. Un-tung Burtuqal datang di saat yang tepat. Aku selamat dari bully mereka.

    *** Mau ke mana kita bos? Burtuqal nyengir dengan air muka santainya, masih saja dia suka memanggilku dengan sebutan bos, selera humornya masih tetap seperti dulu, tidak berubah. Kita ke kantor kelurahan dulu, aku mau memperbaharui KTP, Kataku mantap. Kami berempat akhirnya menuju kantor kelurahan menggunakan mobil yang disewa Burtuqal, aku duduk di samping Burtuqal yang asik menyetir. Kursi di belakang diisi Thomatim dan istrinya, siapa? Istrinya? Ah, sakit sekali hatiku me-nyebutnya. Mobil kami terus melaju melewati gang-gang kecil, membelah perumahan, hingga akhirnya sampai ke kantor ke-lurahan. Sudah sampai, Burtuqal mengisyaratkan. Kenapa tidak turun? aku balik bertanya, temenin aku dong. Sudah 28 tahun masih minta temenin bikin KTP? Thomatim sengaja betul menyindir usiaku, belum puas nampaknya dia menya-kitiku. Tunggu saja pembalasanku, guma-mku. Aku keluar mobil dengan muka masam, kesal, berjalan gontai menuju kan-tor kelurahan. Tiba-tiba seorang perempu-an menyapaku, senyumnya manis. Setid-aknya, cukup untuk mengobati kekecewaanku terhadap dua sahabatku itu. Apa? Sahabat? Bahkan mereka selalu mengerjaiku.

    Aku dikasih nomor urut dan air mineral untuk menunggu giliran. Tiga men-it, tiba giliranku. Aku disapa dengan senyum, petugasnya bekerja dengan gesit, tidak lelet apalagi berlama-lama. Semua petugas sibuk melayani, tidak internetan apalagi membuka Facebook. 15 menit, selesai. ini Pak, sebagai terima kasih, Aku me-nyodorkan uang seratus ribuan. Maaf Pak, kami tidak menerima uang tips. Hah? Tapi ini hanya tanda terima kasih karena dilayani dengan baik, aku protes. Maaf Pak, sudah tugas kami melayani

    dengan baik, sebaiknya uang ini diberikan kepada yang lebih berhak. Whattt??? Aku seperti bermimpi, sepuluh tahun yang lalu, ketika mengurus surat pengantar nikah untuk kakakku bahkan petugasnya meminta uang 50 ribu. Kalau tidak diberi, maka surat pengantar ni-kahnya juga tidak diberi. Kan nggak lucu gagal nikah gara-gara tidak ada surat pengantar? Aku berjalan kembali menuju mo-bil, kali ini emosiku sudah stabil. gimana? Mudahkan? Thomatim menggo-daku. Aku hanya diam, tidak menghiraukannya. Kita keliling-keliling Jakarta dulu, sudah lama kan tidak melihat keindahan Jakarta? Burtuqal masih serius dengan setirnya. Eh, kalau ngajak bercanda jangan berlebi-han, hari libur gini mau keliling Jakarta, mending tidur di rumah, lebih sejuk, aku menolak ajakan tidak masuk akal Burtuqal. Kak Haromi kan sudah lama tidak melihat Jakarta, sekali-sekalilah kita keliling Jakarta bersama-sama seperti sepuluh tahun dulu, suara itu, oi, sakit sekali hatiku mendengar Beqiya berbicara, aku kembali teringat per-nikahan mereka. Aku terdiam, menunduk menekuri ujung kaki, buru-buru kubuang niat burukku pada kedua sahabatku itu. Aku ingat kata nenek dulu, salah satu syarat mutlak agar kau bahagia adalah, kau bahagia dan (memang) berbahagia melihat orang lain

    (teman, saudara bahkan musuh) hidup lebih beruntung. Bukan malah dengki, apa-lagi kepada teman sendiri, oi, itu jahat sekali. Mobil kami menerobos membelah gagahnya gedung-gedung Jakarta, aku melirik kiri-kanan. Bersih, tidak ada sam-pah. Bahkan ketika lampu merah, aku melihat motor mengantri tertib di belakang mobil, padahal celah lebar ada di de-pannya. Kenapa? Bingung? Burtuqal seperti pa-ham raut wajahku, Jakarta sekarang bahkan tidak perlu polisi lalu lintas lagi,

    semua orang dengan senang hati mentaati ketertiban, Burtuqal panjang lebar menjelaskan. Aku mengangguk pura-pura percaya. Benar saja, memang sepanjang jalan tak ada polisi dan tak ada pelang-garan. Aku melongo tak percaya. Sepuluh tahun yang lalu bahkan banyak yang parkir semba-rangan, melawan arus, membuat ke-bisingan dengan memencet klakson. Sekarang? Oi, aku menepuk jidat me-mastikan bahwa tidak sedang

    bermimpi. Kami kini tepat melintasi sebuah jembatan di atas sungai Ciliwung. Angin sejuk menerpa wajah, kami sengaja mem-buka jendela mobil, sebab udara alami sungguh lebih sehat daripada AC. Dan lagi-lagi saya tertegun, tidak ada polusi udara. Eh, sejak kapan anak-anak mandi dan bermain di kali Ciliwung yang nampak ber-beda? Kita harus turun, kali ini aku me-maksa mereka semua untuk turun. Kami tiba di tepi kali, menikmati sejuknya angin tepian sungai, Ciliwung benar-benar bersih. Eh, ada Pak Gubernur seorang anak berlari diikuti anak-anak yang lain, juga sebagian bapak-bapak dan ibu-ibu. Mereka antri menyalami Thomatim. Eh??? aku bingung. Tidak usah bingung, Burtuqal menepuk bahuku, 4 tahun yang lalu Thomatim ter-pilih menjadi Gubernur Jakarta. Dan Burtuqal kutunjuk sebagai kontraktor, ujar Thomatim nyengir sambil merangkul istrinya, Kau lihatkan hasil kerja kerasnya selama 4 tahun? Menakjubkan bukan? mereka tersenyum. Saya mengaruk rambut yang tidak gatal, menggigit-gigit wortel tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Pertanyaan:

    darimana saya dapat wortel? ***END***

    11

    Doc. Google

    *Kru Informatika

  • Edisi: 169/Juli 2013

    Kenikmatan Umat Rasulullah SAW

    Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian dari mereka dari sebagian yang lainnya. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat, (QS. 2:253).

    S yeikh Abdussalam Ali Syita dalam al-Siraj al-Munir menjelaskan, maksud dari

    kata Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya, yaitu Nabi Musa AS. Sedangkan kalimat setelahnya ditujukan kepada Rasulullah SAW. Dalam ayat ini, Allah SWT telah menjelaskan pengkhususan Rasulullah SAW daripada Rasul lainnya dengan derajat yang lebih tinggi. Diutusnya Rasulullah SAW membuka pintu keutamaan dan kenikmatan bagi umat Islam. Beliau merupakan nikmat terbesar, terlebih karena diutusnya Rasulullah SAW merupakan rahmat bagi seluruh umat. Lebih dari itu, bahkan Rasulullah SAW pun rahmat bagi para Malaikat, Nabi, Sahabat, hewan dan benda mati sekalipun. Ali bin Abi Thalib suatu hari ditan-ya mengenai nikmat Allah dengan diu-tusnya Rasulullah SAW bagi seluruh umat, apakah ia dapat menghitung nikmat Allah dengan diutusnya Rasulullah SAW. Seketi-ka Ali pun menjawab, "Tidak, bahkan aku tidak dapat menghitung kebaikan budi pekerti Rasulullah SAW." Dari percakapan singkat ini diketahui bahwa Rasulullah SAW merupakan nikmat Allah SWT yang dimaksud bagi umat Islam. Dalam firman Allah SWT, Dan jika kamu menghitung nikmat Allah SWT, kamu tidak akan mampu menghitungnya, (QS.16:18). Jika memperhatikan ayat di atas, dalam ilmu bahasa kata nikmat pada ayat tersebut merupakan kata tunggal. Sedangkan segala sesuatu yang dihitung itu tentu berbentuk jamak. Akan tetapi, dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan

    bahwa hanya satu nikmat yang Allah SWT berikan kepada umat ini, yaitu diutusnya Rasulullah SAW. Maka sebuah nikmat yang harus disyukuri bahwa kita telah menjadi bagian dari umat Rasulullah SAW. Kenikmatan yang dirasakan saat ini, sejatinya telah Allah SWT ciptakan bahkan sebelum diciptakannya Nabi Adam AS. Ruh kenabian Rasulullah SAW sesungguhnya telah diciptakan sebelum adanya Nabi Adam AS. Hal ini tentu menjadi bukti keagungan Rasulullah SAW dibandingkan dengan para Nabi lainnya. Nabi Adam AS yang

    selama ini diketahui sebagai nabi pertama dan manusia pertama yang Allah SWT ciptakan, didahului oleh ruh Rasulullah SAW. Secara lahiriyah Rasulullah SAW terlahir pada tahun 571 M, akan tetapi ruhnya telah tercipta sebelum Nabi Adam AS. Dalam sebuah hadis, Maisarah al-Fajr bertanya kepada Rasulullah SAW, Wahai Rasulullah, kapan engkau menjadi Nabi? Ia pun menjawab, Ketika Adam berada diantara ruh dan jasad, (HR. Bukhari). Dari kenikmatan diutusnya Rasulullah SAW dan keagungannya, Allah SWT mengkhususkan kepadanya untuk memberikan pertolongan bagi umat Islam di hari akhir kelak. Sebuah pertolongan yang tidak didapatkan oleh siapapun kecuali umat Rasulullah SAW. Selain pertolongan umum bagi seluruh umat Islam, salah satu golongan yang akan mendapatkan pertolongannya yaitu orang yang banyak bershalawat kepada Rasulullah SAW. Dari seluruh penghuni surga kelak, dua pertiga di antaranya merupakan umat Rasulullah SAW. Maka Nabi Musa AS dalam hal ini pun bahkan ingin menjadi umat Rasulullah SAW. Sebuah kesyukuran karena kita telah menjadi bagian dari umat Rasulullah SAW dan di antara umat yang akan mendapat pertolongan kelak. Kenikmatan lain dengan diutusnya Rasulullah SAW, Ia merupakan satu-satunya perantara antara umatnya dengan Allah SWT. Maka kecintaan Allah SWT bagi umatnya tidak akan didapat kecuali dengan mengikuti titah Rasulullah SAW. Dalam hal ini, selanjutnya dijelaskan dalam al-Quran bahwa Rasulullah SAW meminta ampunan bagi umatnya. Dan sungguh, sekiranya mereka setelah mendzalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah SWT, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapat Allah SWT Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang, (QS.4:64). Maka ini merupakan keutamaan bagi umat Islam karena telah mendatangi perantara Allah SWT yaitu Rasulullah SAW.

    Akan tetapi kenikmatan ini, senantiasa diimbangi dengan budi pekerti yang mencerminkan sebagai umat Rasulullah SAW. Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti luhur, (QS.68:4). Aisyah RA ketika ditanya mengenai ayat ini, bagaimana sebenarnya budi pekerti Rasulullah SAW, maka ia pun menjawab bahwa budi pekerti Rasulullah SAW adalah al-Quran. Bisa Anda bayangkan, seluruh sifat mulia yang termaktub dalam al-Quran merupakan cerminan dari Rasulullah SAW. Dewasa ini, umat Islam bahkan hampir melupakan teladan Rasulullah SAW. Contoh kecil dalam keseharian yang sering terjadi belakangan ini, sikap seorang anak yang sering membantah perintah orang tua dengan berkata ah. Padahal jika merunut kepada budi pekerti Rasulullah SAW, kepada yang lebih muda saja tidak pernah berkata Ah!. Hal ini terlihat dalam kisah Anas bin Malik, yang selama sepuluh tahun mengabdi kepada Rasulullah SAW. Anas RA bahkan tidak pernah mendengar perkataan tersebut sekalipun keluar dari lisan mulianya. Jika melihat pribadi Rasulullah SAW, maka salah satu hal yang ditanamkan dalam keluaranya tercermin dalam kesederhanaannya. Aisyah RA mengisahkan dalam sebuah hadis, ketika Rasulullah SAW wafat tidak tersisa apapun di rumahnya kecuali sedikit gandum dalam raknya. Namun, beliau menjelaskan bahwa dalam yang sedikit ini terdapat berkah dengan dicukupkannya gandum tersebut untuk jangka yang panjang bagi keluarganya. Dalam kondisi umat Islam saat ini, ihwal Rasulullah SAW seperti di atas sudah hampir terkikis dengan kehidupan modern yang berkembang dan menyebar pada gen-erasi muda masa kini. Hanya sebagian kecil dari kita yang meneladani pribadi Rasulullah SAW seperti ini. Munculnya berbagai sosok baru bahkan dipastikan mampu mengalahkan sosok Rasulullah SAW sebagai role model bagi seluruh umat, Naudzubillah min dzalik. Untuk mengatasi hal ini, tugas bagi umat Islam seluruhnya untuk mendekatkan diri dengan mencontoh pribadi Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini setidaknya akan menjauhkan umat Islam dari fitnah dunia. Diutusnya Rasulullah SAW sebagai Rahmat bagi seluruh alam semesta, kurang lebih tidak disadari sebagai sebuah kenikmatan terbesar bagi

    umat Islam. Wallahu alamu.

    Keislaman

    12

    Oleh: Nur Fitria Qurrotu Aini*

    *Dewan Redaksi Informatika

    Doc. Utusan.com

  • Edisi: 169/Juli 2013

    M enurut Hans Kelsen, ahli hukum terkemuka di Austria: Demokrasi

    adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Dimana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan Negara. Ini berarti bahwa dalam sistem demokrasi, keputusan tertinggi ada di tangan rakyat, namun dalam praktek nyatanya rakyat diharuskan untuk memilih wakil dari sebagian diantara mereka, agar para wakil-wakil tersebut dapat mengatur aspirasi dan memenuhi tuntutan rakyatnya. Maka dalam demokrasi selalu ada dua unsur yang tidak bisa dipisahkan, yaitu: rakyat dan pejabat. Pembagian dalam kategori ini menyebabkan timbulnya ideologi antara yang dikuasai dan yang menguasai. Adanya kekuasaan elit dalam demokrasi memang tidak bisa dihindarkan. Namun disisi lain, demokrasi sendiri merupakan antonim dari aristokrasi yang berarti "kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi. Sebagai contoh: Sistem politik Athena Klasik misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas dan tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik. Namun sebenarnya jika kekuasaan elit dalam sistem demokrasi bisa menyampaikan aspirasi rakyat jelata dan sanggup memenuhi tuntutan-tuntutan mere-ka, tidak curang dalam menjalankan tu-gasnya, maka tidak akan terjadi ketimpan-gan diantara keduanya. Perbedaan antara pejabat dan rakyat hanyalah pada status sosial saja. Inilah yang diharapkan dewasa ini dalam penerapan sistem demokrasi di pemerintahan. Jika kita berbicara dari sudut pan-dang agama Islam, Islam tidak melarang sistem demokrasi, yang dilarang oleh Islam adalah praktek kejahatan dan kecurangan yang ada dalam demokrasi, seperti KKN dan sejenisnya. Ini dikarenakan demokrasi adalah salah satu cara untuk mengatur kepentingan rakyat. Jika dilakukan berdasarkan dengan nilai-nilai luhur yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, maka hal tersebut merupakan pengembanan amanah dan pemanfaatan potensi diri bagi orang banyak. Di Negara kita Indonesia, tahun

    1999 merupakan perjuangan demokrasi, runtuhnya rezim Soeharto berganti dengan era demokrasi. Mahasiswa saling bahu membahu untuk meruntuhkan kediktatoran Suharto dan berharap sebuah rezim baru yang muncul, yang mampu membawa kehidupan bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Dengan demokrasi rakyat dapat mewujudkan kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat, ide gagasan dan opini. Demokrasi akan tumbuh baik jika kemerdekaan berpendapat itu disertai

    dengan sikap bijak, kekeluargaan dan mengandung nilai-nilai musyawarah. Ada konsensus yang tidak boleh dikesampingkan dan ada nurani yang harus dikedepankan. Dalam Islam, sistem demokrasi tidak disalahkan/ dibenarkan begitu saja, namun ada nilai-nilai dari demokrasi yang sejalan dengan ajaran Islam, seperti musyawarah untuk mencapai mufakat, hak untuk memilih dan dipilih, asas keadilan, kejujuran, kesejahteraan rakyat, dan sebagainya. Namun prakteknya dalam beberapa kasus, demokrasi seringkali menyalahi ajaran Islam. Masih banyaknya kasus korupsi dan skenario penjebakan lawan politik adalah bentuk nyata dari pen-yalah-gunaan sistem demokrasi yang dil-arang dalam ajaran Islam. Pemilu diberbagai tingkatan (legislatif dan eksekutif) yang mulai membumi di Negara Indonesia, pada dasarnya merupakan iklim baik bagi tumbuhnya tunas-tunas demokrasi yang telah disematkan saat reformasi lahir. Bagaimana tidak? Aspirasi yang terpasung pada masa Orde Baru tiba-tiba meluap.

    Hampir tiga dekade kemerdekaan, politik dihentikan, baik dalam konsep maupun praktek dikarenakan praktek demokrasi yang tidak berdemokrasi lagi, kekuatan-kekuatan kaum elit politik yang bertangan besi, membaurnya sistem oligarki dan monarki serta praktek aristokrasi diatas. Dalam sistem demokrasi, adakalanya imbas dan efek dari kemerdekaan berpendapat tersebut sering melintasi kerangka dan acuan bagaimana etika kehidupan bernegara harus dipegang teguh. Seringkali kemerdekaan itu timbul

    karena memang kita telah diberi kebebasan untuk apapun tanpa batasan-batasan nilai sekalipun. Hingga pada prakteknya, kemerdekaan dan kebebasan rakyat dalam mengemukakan pendapat pun baru menyentuh kebebasan sebagai sebuah benda. Demokrasi tidak bebas nilai. Sejak Plato hingga era Paolo Preire, demokrasi hidup dalam nilai-nilai yang dipenuhi: semangat Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Universal. Apa yang dipandang baik adalah baik, sementara keburukan tetap disebut buruk. Pembiasaan demokrasi terjadi ketika segala sesautu ditentukan oleh jumlah, bukan kekuatan gagasan dan kualitas dari konten demokrasi tersebut. Maka tidak heran jika Alcuin

    mengatakan Vox poluli vox Dei suara rakyat adalah suara Tuhan. Hanya saja, ketika rakyat dalam iklim pembiasaan demokrasi hidup, mereka hanya akan dipandang sebagai kumpulan dan jumlah angka yang harus dihitung, semakin besar jumlah mereka, maka semakin terbuka lebar peluang untuk meraih kekuasaaan. Ini jelas pandangan yang kabur dalam sistem demokrasi. Namun di Negara kita; setiap pemilu, Komisi Pemilihan Umum (KPU), sering mengajak kepada masyarakat pemilih agar: Menggunakan hak politik mereka sebagai warga Negara, memilih peserta / calon pasangan dengan nurani, serta tidak melakukan kampanye hitam dengan menjelekkan calon lain. Ini dimaksudkan, agar pemilu benar-benar memiliki kualitas bukan sekedar kuantitas. Agar rakyat sebagai entitas terpenting dari demokrasi menjadi aktor penting dalam perhelatan demokrasi lima tahunan ini. Supaya rakyat tidak semata-mata dipandang sebagai objek yang dibendakan dalam bentuk angka-angka, kemudian tersusun rapi menjadi titian tangga bagi

    Antara Kuantitas dan Kualitas Demokrasi Indonesia

    Oleh: Isa Anshori Lc*

    Kolom

    13

    Doc. Kemendagri.co.id

  • Edisi: 169/Juli 2013

    seseorang untuk menjadi pemimpin di negeri ini. Jebakan kuantitatif ini sering melupakan hampir semua pihak-. Seperti contoh: Jika rakyat memang benar di dalam konstitusi Negara disebut sebagai pemeganng kedaulatan tertinggi, identitas mereka pun harus benar-benar dibenarkan, tidak hanya selama pelaksanaan sensus dan pengadaan e-ktp saja. Pendidikan politik pun harus dituntaskan oleh partai-partai politik melalui kampanye-kampanye yang positif, tanpa merendahkan lawan. Kita akan sibuk membahas secara serius data pemilih ketika jumlah hak pilih dengan data yang diumumkan oleh penyelenggara tidak sama dengan jumlah yang didapatkan di lapangan. Padahal ada yang lebih penting dari sekedar mengungkit jumlah perbedaan itu, yaitu bagaimana

    cara agar rakyat berpihak kepada kebenaran yang kita yakini, bukan kebenaran yang saya yakini. Politisi akan turun ke lapangan, saat politisi membutuhkan rakyat, sementara waktu yang cukup efektif selama 5 tahun (5 tahun kebelakang) disia-siakan dengan tidak mengenal tetangga mereka sekali pun. Padahal, setiap partai politik diberikan fasilitas oleh pemerintah, misalkan dana bantuan partai Politik Tahunan dalam bentuk hibah APBN yang ditentukan oleh jumlah perolehan suara partai. Ini hal baik untuk melakukan pembenahan partai dan kaderisasi jika jumlah anggaran yang diberikan oleh pemerintah berbanding lurus dengan maksimalisasi pendidikan politik. Idealnya, demokrasi tidak sekedar angka, meskipun angka itu penting. Demokrasi

    harus dibangun oleh kedaulatan utuh seluruh rakyat Indonesia. Agar kebebasan mengemukakan gagasan menjadi hal utama dalam demokrasi dan tidak tergerus oleh kebebasan melampiaskan hasrat. Inilah pentingnya pemilu dilangsungkan, guna mewujudkan tumbuhnya kedaulatan rakyat tersebut. Demokrasi seharusnya lahir bukan sebatas pada kumpulan angka dan jumlah, namun dibangun diatas landasan berpijak: kualitas rakyat yang berdaulat. Aspirasi yang keluar dari Rakyat yang berdaulat adalah ekspresi yang keluar

    dari hati nurani.

    *Keluarga Informatika

    14

    Aktualita

    S abtu (23/8), pasangan Agususanto-Hujaj Nurro-him resmi dilantik setelah

    terpilihnya Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) baru beraggotakan 6 orang. Mereka adalah: M. Hadi Bakri Raharjo (SEMA-FU), Al-Faraby (SINAI), Muhammad Haidar (IKPM), Khofid (PCINU), Melati Nur Izah (WIHDAH). MPA kembali melaksanakan kewajiban tahunan dalam rentetan agenda sidang umum 1 guna melantik Presiden dan Wakil Presiden PPMI untuk masa bakti 2014-2015.

    Acara berlangsung khidmat dengan dihadiri Majelis Permusyawara-tan Anggota (MPA), WIHDAH, dan mantan Presiden PPMI periode 2013-2014, Amrizal Batubara dan Sifrul Akh-yar. Beberapa utusan dari almamater, kekeluargaan, afiliatif, dan organisasi lainnya turut meramaikan acara pelanti-kan tersebut. Dari 67 lembaga resmi dibawah MPA sebagian sudah vacuum, tahun ini 27 lembaga hadir dengan jumlah utusan seluruhnya 48 orang. Jumlah tersebut diluar MPA, presiden de-misioner, panitia, dan media.

    Rentetan acara yang telah diatur panitia berjalan lancar. Diawali dengan pembacaan ayat suci al-Quran, menyanyi-kan lagu Indonesia raya dan Mars PPMI, sambutan ketua panitia oleh Muhammad Zidni Ilmi. Dilanjutkan dengan tentatif sidang, tata tertib sidang, pelantikan MPA, pembentukan fraksi MPA PPMI dan sidang Fraksi, Pemilihan pimpinan MPA PPMI 2014-2015, serah terima jabatan dan pelantikan pimpinan MPA PPMI 2014-2015, progress report BPA-PPMI periode 2013-2014, dilanjutkan dengan pemilihan ketua BPA PPMI baru, pelantikan anggota BPA PPMI baru, dan diakhiri dengan se-rah terima jabatan dan pelantikan Presi-den serta wakil Presiden PPMI Mesir peri-ode 2014-2015.

    Dan untuk BPA PPMI periode 2014-2015 kali ini dibawah pimpinan Ah-

    mad Muhajir (mantan BPA tahun lalu), Riki Warman, Abdullah Sofyan, Aidil, dan Mar-yam Nazar Haris.

    Dalam acara Pelantikan, salah satu mahasiswi merekomendasikan untuk membuat tim formatur dari MPA, BPA, dan 2 utusan yang hadir guna membantu, menemukan kabinet yang memiliki kapa-bilitas, dan meninjau kembali nama-nama kabinet yang diusung Agususanto dan Hujaj Nurrohim. Akan tetapi keputusan final tetap menjadi hak preogratif Presiden.

    Terakhir acara ini ditutup dengan pemberian masukan untuk beberapa bagi-an penting dalam PPMI. Tujuh Fraksi telah berkumpul dan dari tiap-tiap Fraksi terdiri dari ketua, sekretaris, dan 6 anggota. Salah satu dari fraksi memberikan ma-sukan untuk kepengurusan PPMI masa bakti 2014-2015 yaitu pembentukan kabi-net harus diambil dari bidang yang sudah professional. Seperti halnya bagian doku-

    mentasi diambil dari Indonesian Photo-graphic Society in Cairo (IPSC), bagian keilmuan diambil dari al-Syatibi, dsb. Un-tuk MPA agar lebih aktif dalam memantau kinerja serta wibawa PPMI, jika ada isu-isu yang beredar mengenai PPMI harus lang-sung diverifikasi. Untuk BPA agar menin-dak lanjuti broker-broker yang mulai sedikit bergeser dari prosedur yang ada. Seperti halnya dalam mematok harga lebih mahal dari semestinya.

    Walaupun pelantikan kali ini agak sangat disayangkan karena tidak berhasil menghadirkan Atase Pendidikan dan Bapak KBRI selaku lembaga tertinggi yang menaungi warga Negara Indonesia (WNI) beserta para Mahasiswanya. (Hielya Ab-

    durrahman)

    Agususanto dan Ahmad Hujaj Nurrohim Resmi dilantik

    Doc. Tim Redaksi

  • Edisi: 169/Juli 2013

    Analisis Membincang Wanita dalam Tradisi Teks

    Oleh: Ahmad Satriawan Hariadi Oleh: Miftah Firdaus*

    S etiap pembicaraan tentang kedudukan perempuan da-lam Islam, maka akan me-

    maksa kita untuk merujuk kepada surat al-Nisa. Hal ini disebabkan surat ini merupa-kan surat dalam al-Quran yang paling ban-yak memuat persoalan yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban perempu-an. Menurut Sayyid Rasyid Ridho, surah ini dinamakan alNisa karena pada awal pem-bukaanya menuturkan tentang perempuan dan hukum-hukum yang berkenaan dengan mereka. Dari beberapa surat yang terdapat di dalam al-Quran, Al-Nisa ini memang merupakan surat paling banyak menyoroti seluk-beluk yang berkenaan dengan per-empuan. Demikian pendapat yang dikemukakan pengarang tafsir al-Manar tersebut.

    Adapun substansi surah al-Nisa ini, sesuai dengan makna etimologisnya, adalah memuat berbagai persoalan yang berkaitan dengan relasi antara laki-laki dan perempuan, baik sebagai manusia maupun sebagai suamiistri dalam kehidupan ru-mah tangga atau dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik. Meskipun demikian, tidak semua isi surat tersebut berisi tentang persoalanpersoalan yang berkaitan dengan kehidupan perempuan dan laki-laki saja, surat ini juga memuat persoalan-persoalan lain. Pendapat penulis tafsir Al Manar diatas senada dengan pendapat Sayyid Ath-ThabathaI, seorang ulama tafsir terkemu-ka dari Iran yang menulis tafsir monumen-tal bertajuk Mizan. Menurut ThabatabhaI, tujuan diturunkanya surat Al-Nisa ini adalah untuk menjelaskan persoalan-persoalan yang memiliki kaitan langsung dengan per-empuan seperti hukum-hukum perkawinan, jumlah istri, orang-orang yang haram dini-kai, dan hukum-hukum pewarisan. Selain itu, surat ini juga memuat tentang persoa-lan Shalat, Jihad, syahadat, perdagangan,

    dan sebagainya. Di sisi lain, persoalan perlakuan diskriminatif, suboordinatif, dan segregatif terhadap kaum perempuan disinyalir ber-sumber dari legitimasi surat ini. Sebut saja sebagai contoh dalam surat Al-Nisa ( 4 ) ayat 34, Allah SWT berfirman, laki-laki itu pemimpin bagi kaum perempuan, oleh ka-rena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) te-lah menafkahkan sebagian harta dari mere-ka. Senada dengan ini, menurut Prof. Dr. Asma Barlas Ph.D, seorang muslimah intelektual Pakistan yang sekarang menjadi seorang guru besar pada Ithaca College USA, dalam bukunya Cara Al-Quran mem-bebaskan Wanita menuliskan: Saya mem-baca al-Quran dalam kapasitas saya se-bagai, meminjam istilah al-Quran sendiri, seorang perempuan mukmin. Artinya, saya tidak meragukan status ontologis al-Quran sebagai firman Tuhan, atau klaim bahwa Tuhan berbicara dua hal yang di-yakini kaum muslim sebagai kebenaran. Namun, saya mempertanyakan legitimasi berbagi pembacaan Alquran yang bersifat patriarkis, dan saya melakukanya ber-dasarkan konsep teologi islam yang mem-bedakan antara apa yang difirmankan tu-han dan apa yang dipahami dari firman itu. Dalam konteks selanjutnya, saya terutama tertarik untuk menyelidiki klaim bahwa han-ya laki-laki yang mengetahui apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh tuhan. Klaim inilah yang saya yakini bertanggung jawab terhadap penindasan Gender dalam masyarakat muslim dan karena itu, patut digugat. Dalam berbagai tafsir, kata Qow-wamuna selalu diterjemahkan sebagai pemimpin. Tidak kurang dari tujuh tafsir mengartikan kata Qowwamuna diatas se-bagai pemimpin. Pemimpin yang dimaksud

    disini adalah pemimpin dalam segala hal. Interpretasi seperti ini menggiring kepada pemaknaan secara umum bah-wa kaum laki-laki adalah pemimpin dan seorang pemimpin adalah superior dan tidak bisa ditentang meskipun salah. Interpretasi seperti ini kemudian di-turunkan dalam dalam tataran ke-hidupan yang lebih praktis. Sudah tentu, ini merupakan implikasi interpretatif yang tidak semuanya benar. Meskipun kita akui bahwa kepemimpinan itu milik laki-laki, yang dimaksud disini seha-rusnya adalah kepemimpinan yang benar, adil, demokratis, dan penuh pengertian. Implikasi praktis yang lebih serius dari soal kepemimpinan kaum laki-laki ini tergambar dalam kandungan-kandungan kitab-kitab tafsir, fiqih, had-ist, dan sebagainya, misalnya, kalangan ulama tafsir, dan terutama ulama fiqih,

    menjadikan ayat ini sebagai alat justifikasi dan legitimasi bahwa laki-laki itu lebih tinggi kedudukanya dibandingkan dengan per-empuan. Padahal, kalau kita tinjau ulang, baik dari sudut hermeunetis (tafsir teks), sintaktis, maupun historis, ayat diatas masih memuat adanya kemungkinan pemaknaan lain. Artinya, kepemimpinan itu terbatas pada bidang-bidang tertentu, tidak menyeluruh dalam semua aras kehidupan. Kemungkinan makna lain inilah yang jarang tampil dalam kitab-kitab diatas, terutama kitab fiqih. Sesuai dengan wataknya, fiqih bersifat sangat normatif dan cenderung literalis dalm memandang lahir Al-Quran. Kalau kita kembali lagi ke surat al-Nisa, selain ayat 34, ayat yang juga sering dijadikan pangkal penafsiran dari ayat-ayat lain yang menyebabkan kedudukan laki-laki menjadi superior dan kedudukan perempu-an menjadi inferior adalah Al-Nisa ayat 1. Dalam ayat inilah dikupas mengenai asal-usul kejadian manusia. Secara umum dipa-hami bahwa ayat ini mengindikasikan bah-wa kejadian perempuan itu berasal dari tulang rusuk Nabi Adam a.s. Apapun jadinya, penafsiran atas kedua ayat ini sangat berpengaruh ter-hadap wacana Islam secara menyeluruh, terutama wacana fikih, mengenai makhluk bernama perempuan. Namun kebanyakan kita tetap curiga terhadap perubahan. Mungkin inilah satu-satunya sistem yang kita ketahui, dan sistem itu telah merasuki banyak orang sehingga kita sulit mengu-bahnya. Atau, mungkin kebanyakan dari kita terbiasa membenci kebenaran, seperti yang telah dinyatakan dalam Al-Quran, kita memulainya dengan mengubah apa yang ada dalam hati kita, dan dengan membuka hati kita untuk menerima kebenaran. dan kebanyakan dari kita masih terkurung da-lam pekatnya kabut itu sehingga tidak

    mampu melihatnya.

    *Pemred Informatika

    15

    Doc. Republika.co.id

    Doc. Google