edisi ke9 - 20 februari

2
Kaum Quraisy Mempersiapkan Perang Untuk Menuntut Balas Dendam Kekalahan Mereka Di Perang Badr Kaum Quraisy terbakar kebencian terhadap kaum Muslimin karena kekalahan mereka di perang Badr dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saat itu. Hati mereka membara dibakar rasa ingin menuntut balas. Bahkan karena itu, Kaum Quraisy melarang semua penduduk Makkah untuk meratapi korban mereka di perang Badr, dan tidak perlu buru menebus para tawanan, agar kaum Muslimin tidak merasa di atas angin karena tahu kegundahan dan kegelisahan hati mereka. Setelah perang Badr berakhir, Kaum Quraisy bersepakat untuk melancarkan serangan habis- habisan terhadap kaum Muslimin, agar kebencian mereka bisa terobati dan dendam kesumat mereka bisa terbalaskan. Karena itu mereka mempersiapkan sekali lagi peperangan besar. Diantara pemimpin Quraisy yang paling bersemangat dan paling getol mempersiapkan perang adalah Ikrimah ibn Abu Jahl, Shafwan ibn Umayyah, Abu Sufyan ibn Harb, dan 'Abdullah ibn Abu Rabi’ah. Pertama-tama mereka menghimpun kembali barang dagangan yang bisa diselamatkan Abu Sufyan yang menjadi sebab pecahnya perang Badr. Mereka juga menghimbau kepada orang-orang yang kaya hartanya, “Wahai Orang-orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah membuat kalian ketakutan dan membunuh orang-orang terbaik diantara kalian. Maka tolonglah kami dengan harta kalian untuk memeranginya. Siapa tahu kita bisa menuntut balas.Mereka memenuhi himbauan ini, sehingga terkumpullah 1000 unta dan 1500 dinar. Mengenai hal ini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berrman, Sesungguhnya orang-orang yang kar itu, menafkahkan mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan.” (Q.S Al-Anfal: 36) Kaum Quraisy membuka pintu dukungan bagi siapapun yang hendak ikut memerangi kaum Muslimin, baik ia berasal dari kabilah mana saja. Mereka melakukan segala cara untuk membangkitkan semangat, bahkan Shafwan ibn Umayyah membujuk Abu Azzah, seorang penyair yang sebelumnya tertawan dalam perang Badr, namun dibebaskan oleh Rasulullah tanpa tebusan apapun, tetapi dengan syarat dia tidak boleh memerangi beliau dengan cara apapun. Shafwan membujuknya unutk menggugah semangat berbagai kabilah, dia berjanji, jika Abu Azzah kembali dari perang dalam keadaan selamat, maka dia akan memberinya harta melimpah. Jika tidak, maka anak- anaknya mendapat perlindungan. Maka Abu Azzah bangkit menggugah semangat berbagai kabilah dengan syair-syairnya. Kaum Quraisy juga menggunakan penyair lain, seperti Musa’ ibn Abdi Manaf Al-Jumahy. Abu Sufyan juga termasuk yang paling bersemangat, setelah dia kembali dari perang Sawiq dengan tangan hampa, bahkan ia kehilangan harta yang cukup banyak saat itu. Dendam mereka semakin membara setelah terakhir kali kaum Quraisy kehilangan barang dagangannya di tangan pasukan kaum Muslimin yang dipimpin Zaid ibn Haritsah, dan bahkan mengancam ekonomi mereka. Kesedihan dan kegalauan yang bertumpuk-tumpuk ini semakin mendorong mereka untuk mempercepat persiapan memerangi kaum Muslimin. Kebangkitan Pasukan Kaum Quraisy Setelah genap setahun, persiapan mereka benar- benar matang. Tidak kurang dari 3000 prajurit telah berhimpun bersama sekutu dan beberapa kabilah kecil. Para pemimpin Quraisy berpikir untuk membawa serta para wanita. Adapun jumlah wanita yang ikut serta ada 15 orang. Hewan pengangkut dalam pasukan Quraisy ada 3000 unta, penunggang kuda ada 200, yang disebar HIMPUNAN REMAJA MASJID SABILUL JAMAAH HRM SABILUL JAMAAH -Terbit Setiap Jum’at- Hari Jum’at, 20 Februari 2015 1 Jumadil Awwal 1436H Sekretariat: Jln. Sukup Lama, Rt 03/01, Kec Ujungberung, Kel Cigending, Bandung 40611. Kontak: 087824964894 BULETIN MINGGUAN Perang Uhud (Bagian 1) Oleh: Muh Ridwan Fauzi Ayo bergabung bersama kami di sosial media: Edisi ke-9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Mendatar: 1. Arti dari surat ke-8 " Harta ... Perang" 3. Sesuatu yang sering dialami saat tidur. 5. Hewan yang ada di daerah Arab. 7. Kota tujuan hijrah Nabi Muhammad. 9. Istilah meng-arti-kan mimpi. 10. Kaum yang masuk Islam disebut? 12. Orang-orang yang berada dekat dan mengikuti Rasulullah. 13. Nama sebuah kaum, penduduk yang menghuni Kota Makkah Menurun: 2. Arti kata "Leader"? 4. Sebutan orang-orang yang kelihatannya beriman, tetapi hatinya ingkar. 5. Sebuah gunung yang menjadi tempat perang. 6. Surat ke-8 dalam Al-Qur'an? 8. Paman Nabi yang gugur syahid dalam perang Uhud. 11. Sesuatu yang dipakai orang Makkah untuk melawan Al-Qur'an Beliau memilih 50 orang untuk berjaga-jaga disekitar pasukan. Beliau menunjuk Dzakwan ibn Abdul Qais sebagai pernjaga beliau secara khusus. 'Abdullah ibn Ubay dan rekan-rekannya membelot Sesaat sebelum fajar menyingsing, selagi shalat shubuh hampir dilaksanakan, sementara musuh sudah bisa dilihat dan musuhpun dapat melihat kaum Muslimin, tiba-tiba 'Abdullah ibn Ubay membelot. Tidak kurang dari sepertiga pasukan kaum Muslimin menarik diri. Mereka berkata, “Kita tidak tahu atas dasar apa kita memerangi diri kita sendiri?” 'Abdullah ibn Ubay berasalasan karena Nabi suka mengabaikan pendapatnya dan lebih suka mendengar pendapat orang lain. Pendapat 'Abdullah ini sangat tidak masuk akal, kalau memang seperti itu, tentu dia akan menolak sejak awal. Tujuannya tiada lain adalah ingin menimbulkan kegoncangan dam keresahan di tengah pasukan Muslimin. Setelah melihat pasukan musuh, banyak orang yang mundur dari pasukan Nabi dan sisanya yang masih bergabung menjadi jatuh mentalnya, sementara keberanian musuh bisa saja semakin meningkat dan semangatnya semakin membara karena melihat hal ini. Cara ini mungkin bisa mempercepat kehancuran Nabi dan para sahabat, setelah itu kepemimpinan Madinah bisa dikuasai oleh tangan-tangan munak ini, begitu pikiran mereka. Insya Allah dilanjutkan ke edisi berikutnya, Wallahu A’lam bish-shawab. 1 4

Upload: muhammad-ridwan-fauzi

Post on 25-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Buletin Mingguan Himpunan Remaja Masjid Sabilul Jamaah Rw 01 Sukup

TRANSCRIPT

Kaum Quraisy Mempersiapkan Perang Untuk Menuntut Balas Dendam Kekalahan Mereka Di Perang Badr

Kaum Quraisy terbakar kebencian terhadap kaum Muslimin karena kekalahan mereka di perang Badr dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saat itu. Hati mereka membara dibakar rasa ingin menuntut balas. Bahkan karena itu, Kaum Quraisy melarang semua penduduk Makkah untuk meratapi korban mereka di perang Badr, dan tidak perlu buru menebus para tawanan, agar kaum Muslimin tidak merasa di atas angin karena tahu kegundahan dan kegelisahan hati mereka.

Setelah perang Badr berakhir, Kaum Quraisy bersepakat untuk melancarkan serangan habis-habisan terhadap kaum Muslimin, agar kebencian mereka bisa terobati dan dendam kesumat mereka bisa terbalaskan. Karena itu mereka mempersiapkan sekali lagi peperangan besar.

Diantara pemimpin Quraisy yang paling bersemangat dan paling getol mempersiapkan perang adalah Ikrimah ibn Abu Jahl, Shafwan ibn Umayyah, Abu Sufyan ibn Harb, dan 'Abdullah ibn Abu Rabi’ah.

Pertama-tama mereka menghimpun kembali barang dagangan yang bisa diselamatkan Abu Sufyan yang menjadi sebab pecahnya perang Badr. Mereka juga menghimbau kepada orang-orang yang kaya hartanya, “Wahai Orang-orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah membuat kalian ketakutan dan membunuh orang-orang terbaik diantara kalian. Maka tolonglah kami dengan harta kalian untuk memeranginya. Siapa tahu kita bisa menuntut balas.”

Mereka memenuhi himbauan ini, sehingga terkumpullah 1000 unta dan 1500 dinar. Mengenai hal ini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berrman, “Sesungguhnya orang-orang yang kar itu, menafkahkan mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan

mereka akan dikalahkan.” (Q.S Al-Anfal: 36)Kaum Quraisy membuka pintu dukungan bagi

siapapun yang hendak ikut memerangi kaum Muslimin, baik ia berasal dari kabilah mana saja. M e r e k a m e l a k u k a n s e g a l a c a r a u n t u k membangkitkan semangat, bahkan Shafwan ibn Umayyah membujuk Abu Azzah, seorang penyair yang sebelumnya tertawan dalam perang Badr, namun dibebaskan oleh Rasulullah tanpa tebusan apapun, tetapi dengan syarat dia tidak boleh memerangi beliau dengan cara apapun. Shafwan membujuknya unutk menggugah semangat berbagai kabilah, dia berjanji, jika Abu Azzah kembali dari perang dalam keadaan selamat, maka dia akan memberinya harta melimpah. Jika tidak, maka anak-anaknya mendapat perlindungan. Maka Abu Azzah bangkit menggugah semangat berbagai kabilah dengan syair-syairnya. Kaum Quraisy juga menggunakan penyair lain, seperti Musa’ ibn Abdi Manaf Al-Jumahy.

Abu Sufyan juga termasuk yang paling bersemangat, setelah dia kembali dari perang Sawiq dengan tangan hampa, bahkan ia kehilangan harta yang cukup banyak saat itu.

Dendam mereka semakin membara setelah terakhir kali kaum Quraisy kehilangan barang dagangannya di tangan pasukan kaum Muslimin yang dipimpin Zaid ibn Haritsah, dan bahkan mengancam ekonomi mereka. Kesedihan dan kegalauan yang bertumpuk-tumpuk ini semakin mendorong mereka untuk mempercepat persiapan memerangi kaum Muslimin.

Kebangkitan Pasukan Kaum QuraisySetelah genap setahun, persiapan mereka benar-

benar matang. Tidak kurang dari 3000 prajurit telah berhimpun bersama sekutu dan beberapa kabilah kecil. Para pemimpin Quraisy berpikir untuk membawa serta para wanita. Adapun jumlah wanita yang ikut serta ada 15 orang.

Hewan pengangkut dalam pasukan Quraisy ada 3000 unta, penunggang kuda ada 200, yang disebar

H I M P U N A N R E M A J A M A S J I D S A B I L U L J A M A A HHRM SABILUL JAMAAH

-Terbit Setiap Jum’at-Hari Jum’at, 20 Februari 20151 Jumadil Awwal 1436H

Sekretariat: Jln. Sukup Lama, Rt 03/01,Kec Ujungberung, Kel Cigending,

Bandung 40611. Kontak: 087824964894

BULETIN MINGGUAN

Perang Uhud (Bagian 1)

Oleh: Muh Ridwan Fauzi

Ayo bergabungbersama kami di sosial media:

Edisi ke-9

1 2

3 4

5 6 7 8

9

10 11

12

13

Mendatar:1. Arti dari surat ke-8 " Harta ... Perang"3. Sesuatu yang sering dialami saat tidur.5. Hewan yang ada di daerah Arab.7. Kota tujuan hijrah Nabi Muhammad.9. Istilah meng-arti-kan mimpi.10. Kaum yang masuk Islam disebut?12. Orang-orang yang berada dekat dan mengikuti Rasulullah.13. Nama sebuah kaum, penduduk yang menghuni Kota Makkah

Menurun:2. Arti kata "Leader"?4. Sebutan orang-orang yang kelihatannya beriman, tetapi hatinya ingkar.5. Sebuah gunung yang menjadi tempat perang.6. Surat ke-8 dalam Al-Qur'an?8. Paman Nabi yang gugur syahid dalam perang Uhud.11. Sesuatu yang dipakai orang Makkah untuk melawan Al-Qur'an

Beliau memilih 50 orang untuk berjaga-jaga disekitar pasukan. Beliau menunjuk Dzakwan ibn Abdul Qais sebagai pernjaga beliau secara khusus.

'Abdullah ibn Ubay dan rekan-rekannya membelot

Sesaat sebelum fajar menyingsing, selagi shalat shubuh hampir dilaksanakan, sementara musuh sudah bisa dilihat dan musuhpun dapat melihat kaum Muslimin, tiba-tiba 'Abdullah ibn Ubay membelot. Tidak kurang dari sepertiga pasukan kaum Muslimin menarik diri. Mereka berkata, “Kita tidak tahu atas dasar apa kita memerangi diri kita sendiri?”

'Abdullah ibn Ubay berasalasan karena Nabi suka mengabaikan pendapatnya dan lebih suka mendengar pendapat orang lain. Pendapat 'Abdullah

ini sangat tidak masuk akal, kalau memang seperti itu, tentu dia akan menolak sejak awal. Tujuannya tiada lain adalah ingin menimbulkan kegoncangan dam keresahan di tengah pasukan Muslimin. Setelah melihat pasukan musuh, banyak orang yang mundur dari pasukan Nabi dan sisanya yang masih bergabung menjadi jatuh mentalnya, sementara keberanian musuh bisa saja semakin meningkat dan semangatnya semakin membara karena melihat hal ini. Cara ini mungkin bisa mempercepat kehancuran Nabi dan para sahabat, setelah itu kepemimpinan Madinah bisa dikuasai oleh tangan-tangan munak ini, begitu pikiran mereka.

Insya Allah dilanjutkan ke edisi berikutnya, Wallahu A’lam bish-shawab.

14

Di sepanjang jalan yang dilalui, dan yang mengenakan baju besi ada 700 orang.

Komandan perang pasukan tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan ibn Harb, komandan pasukan penunggang kuda dipimpin oleh Khalid ibn Walid (sebelum masuk Islam) dibantu Ikrimah ibn Abu Jahl. Adapun bendera perang diserahkan kepada Bani Abdi Dar.

Setelah persiapan dirasa cukup, pasukan Makkah mulai bergerak menuju Madinah. Hati mereka bergolak karena dendam kesumat dan kebencian yang ditahan-tahan sekian lama, siap diledakkan dalam perang yang dahsyat.

Al-'Abbas ibn Abdul Muthalib mengawasi gerak gerik Kaum Quraisy

Al-'Abbas ibn Abdul Muthalib yang masih menetap di Makkah terus memata-matai setiap tindakan Quraisy dan persiapan perang mereka.

Setelah pasukan itu berangkat, Al-'Abbas segera mengirim surat kilat kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, yakni kabar rinci tentang pasukan Quraisy.

Secepat k i la t u tusan A l - 'Abbas perg i menyampaikan surat, menempuh perjalanan antara Makkah dan Madinah hanya dalam jangka waktu 3 hari. Dia menyerahkan surat itu ketika Rasulullah sedang berada di masjid Quba.

Beliau menyuruh Ubay ibn Ka’b untuk membacakan surat tersebut dan memerintahkannya untuk merahasiakan hal itu. Seketika itu beliau pergi ke Madinah, dan memusyawarahkan dengan pemuka Muhajjirin dan Anshar.

Kota Madinah dalam keadaan Siaga SatuTidak ada seorang pun yang lepas dari

senjatanya. Sekalipun sedang shalat, mereka tetap dalam keadaan siaga untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.

Sekelompok dari Kaum Anshar seperti Sa’d ibn Mu’adz, Usaid ibn Hudhair, dan Sa’d ibn Ubadah senantiasa menjaga Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Mereka selalu berada di dekat pintu rumah beliau.

Setiap pintu gerbang Madinah dijaga oleh sekelompok penjaga, karena dikhawatirkan musuh menyerang dengan tiba-tiba. Juga ada sekelompok yang bertugas untuk memata-matai setiap gerakan musuh, mereka berputar-putar di setiap jalur yang bisa saja dilalui oleh kaum Quraisy untuk menyerang kaum Muslimin.

Pasukan Makkah tiba disekitar MadinahPasukan Quraisy meneruskan perjalanan

dengan mengambil jalur utama ke arah barat menuju Madinah. Setibanya di Abwa’, Hindun binti Utbah, Istri Abu Sufyan mengusulkan untuk membuat kuburan Rasulullah. Namun para komandan pasukan Quraisy menolak usulan tersebut. Kali ini mereka sangat berhati-hati terhadap akibat yang harus dihadapi jika mereka berbuat seperti itu.

Akhirnya mereka melewati daerah bernama

Wadi Al-Aqiq, lalu belok ke kanan hingga tiba di dekat bukit Uhud, di satu tempat bernama Ainain, sebelah utara Madinah. Mereka mengambil tempat disana pada hari Jum’at tanggal 6 Syawal 3 H.

Musyawarah untuk Menetapkan Strategi Pertahanan

Kabar tentang pasukan Makkah terus disampaikan oleh mata-mata, termasuk kabar terakhir tentang tempat yang ditempati pasukan Makkah. Saat itu Rasulullah sedang menggelar musyawarah militer, untuk menampung berbagai pendapat dan menetapkan sikap. Dalam kesempatan itu pula, beliau menceritakan mimpi yang dialaminya, beliau bersabda, “Demi Alah, aku telah bermimpi baik. Dalam mimpi itu, aku melihat beberapa ekor lembu yang disembelih, di mata pedangku ada yang rompal, dan aku memasukkan tanganku ke dalam baju besi yang kokoh.”

Beberapa ekor sapi itu ditakwili dengan beberapa orang sahabat yang terbunuh, mata pedang beliau yang rompal ditakwili dengan anggota keluarga beliau yang tertimpa musibah, dan baju besi ditakwili dengan Madinah.

B e r d a s a r k a n m i m p i t e r s e b u t b e l i a u mengusulkan kepada para sahabat untuk tidak keluar Madinah, cukup bertahan di Madinah. Jika orang-orang Musyrik ingin tetap bertahan di luar Madinah tanpa melakukan serangan, biarkanlah seperti itu, dan keadaan ini dibiarkan menggantung tanpa kejelasan. Namun jika mereka masuk Madinah, maka kaum Muslimin akan menyerbu mereka di gang-gang dan para wanita melancarkan serangan dari atap-atap rumah. Inilah pendapat yang disampaikan.

“Ular berbisa” di dalam tubuh Kaum Muslimin

'Abdullah ibn Ubay (Tokoh Munak) sangat setuju dengan pendapat ini, yang saat itu ia hadir di musyawarah militer sebagai wakit dari pemuka kaum Khazraj. Dia setuju dengan pendapat ini bukan karena strategi perang, tetapi agar memungkinkan baginya untuk menjauhi peperangan tanpa mencolok mata dan dia bisa menyelinap (kabur) dari peperangan tanpa diketahui seorangpun.

Namun Allah membuka tabir kekufuran dan kemunakan mereka dengan melecehkan mereka di hadapan kaum Muslimin, sehingga dalam kondisi rawan tersebut, kaum Muslimin bisa mengetahui “ular-ular berbisa” yang menyelinap di tubuh kaum Muslimin.

Sekumpulan para sahabat yang tidak ikut perang Badr mengusulkan kepada Nabi agar mereka keluar dari Madinah. Bahkan mereka sangat ngotot dengan usulannya, sehingga ada diantara mereka yang berkata, “Wahai Rasulullah, sejak dulu kami mengharapkan hari seperti ini dan kami selalu berdo’a kepada Allah. Dia sudah menuntun kami dan tempat yang dituju sudah dekat. Keluarlah untuk menghadapi musuh-musuh kita, agar mereka tidak menganggap kita takut kepada mereka.”

Diantara kelompok yang sangat antusias ini adalah Hamzah ibn Abdul Muthalib, Paman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, yang pada perang Badr hanya menggantungkan pedangnya. Dia berkata kepada Nabi, “Demi yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepada engkau, aku tidak akan memberi makanan sehingga aku membabat mereka dengan pedangku ini di luar Madinah.”

Rasulullah mengabaikan pendapat beliau sendiri karena mengikuti pendapat kebanyakan. Maka ditetapkanlah keluar Madinah dan bertempur di kancah terbuka.

Pembagian pasukan dan keberangkatan ke medan perang

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mendirikan s h a l a t J u m ' a t b e r s a m a k a u m M u s l i m i n , menyampaikan nasihat dan perintah dengan penuh semangat, mengabarkan bahwa kemenangan pasti di tangan selagi mereka sabar serta memerintahkan untuk bersiap-siap menghadapi musuh. Yang disampaikan beliau ini disambut gembira oleh semua orang.

Orang-orang telah menunggu Nabi yang belum keluar dari rumah. Sa’d ibn Mu’adz, dan Usaid ibn Hudhair berkata kepada kaum Muslimin yang lain, “Rupanya kalian telah memaksa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.” Ketika beliau keluar rumah, kaum Muslimin kembali berkata, “Wahai Rasulullah, bukan maksud kami menentang engkau. Berbuatlah menurut kehendak engkau. Jika engkau lebih suka untuk menetap di Madinah, maka lakukanlah.”

Nabi menjawab, “Tidak selayaknya bagi seorang Nabi apabila sudah mengenakan baju besinya, lalu meletakkannya kembali, hingga Allah membuat keputusan antara dirinya dan musuhnya.”

Beliau membagi pasukan menjadi 3 kelompok:1. Kelompok Muhajjirin, benderanya diserahkan

kepada Mush’ab ibn Umair.2. Kelompok Aus, benderanya diserahkan

kepada Usaid ibn Hudhair.3. Kelompok Khazraj, benderanya diserahkan

kepada Hubab ibn Mundzir.

Jumlah Pasukan kaum MusliminPasukan ini berjumlah 1000 Prajurit; 100 orang

mengenakan baju besi, dan 50 orang penunggang kuda. Ada yang mengatakan, kali ini tidak ada seorang pun yang menunggang kuda. Kota Madinah diwakilkan kepada Ibnu Ummi Maktum, terutama untuk mengimami shalat bersama orang-orang yang berada d i Mad inah , namun kemudian ia diperbolehkan ikut serta perang. Pasukan bergerak ke arah utara, Sa’d ibn Mu’adz dan Sa’d ibn Ubadah berjalan dihadapan Rasulullah dengan memakai baju besi.

Ketika melewati Tsaniyatul Wada’, terlihat dari k e j a u h a n a d a s a t u p a s u k a n l e n g k a p persenjataannya, ketika ditanya, ternyata mereka adalah orang-orang Yahudi sekutu Khazraj. Mereka ingin ikut serta perang melawan orang-orang

Musyrik. Ketika ditanya apakah mereka sudah masuk Islam, dan dijawab bahwa mereka belum masuk Islam. Maka beliau menolak bantuan kepada orang-orang kar untuk memerangi orang-orang Musyrik.

Setibanya di tempat bernama Asy-Syaikhani, b e l i a u m e n g i n s p e k s i p a s u k a n , m e n o l a k keikutsertaan prajurit yang usianya masih terlalu muda dan dianggap belum mampu terjun ke kancah perang. Mereka adalah 'Abdullah ibn 'Umar, Usamah ibn Zaid, Usaid ibn Zhuhair, Zaid ibn Tsabit, Zaid ibn Arqam, Amr ibn Hazm, Abu Sa’id Al-Khudry, dan Sa’d ibn Habbah. Adapula Barra’ ibn ‘Azib, tetapi Imam Bukhari menyebutkan bahwa dia gugur dalam perang Uhud.

Sedangkan Ra’ ibn Khadij dan Samurah ibn Jundub diperbolehkan bergabung meskipun usia mereka masih muda. Ra’ diperbolehkan karena ia mahir melepaskan anak panah; ketika tahu Ra’ diperbolehkan, Samurah protes dengan berkata, “Aku lebih kuat daripada Ra’, karena aku pernah mengalahkannya.” Hal ini disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, lalu beliau memerintahkan keduanya untuk berduel adu kekuatan dihadapan beliau, dan ternyata Samurah yang memenangkannya, maka diapun diperbolehkan ikut peperangan.

Karena hari sudah petang, beliau berhenti di Asy-Syaikhani, lalu shalat Maghrib, kemudian shalat Isya bersama seluruh pasukan, dan memutuskan tetap berada disana.

Jumlah pasukan kaum Muslimin sebanyak 1000, karena 'Abdullah ibn

Ubay membelot, berkurang 300, hingga tersisa 700 orang. Sedang

pasukan Quraisy 3000 orang.

32

Illustrasi Peta Perang Uhud