tek edisi februari 2013

32

Upload: fantau

Post on 07-Dec-2014

1.023 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Februari 2013Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

TRANSCRIPT

Page 1: TEK Edisi Februari 2013
Page 2: TEK Edisi Februari 2013

Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Koordinator : Bobby

Hamzar Rafinus Editor : Edi Prio Pambudi, M Edy Yusuf Analis : Windy Pradipta, Masyitha Mutiara

Ramadhan, Fitria Faradila, Insani Sukandar, Alexcius Winang, Dara Ayu Prasti i , Oktya Setya

Pratidina, Riski Raisa Putra, Al isa Fatimah Distribusi : Chandra Mercury Kontributor : Ratih

Purbasari Kania, Adji Dharma, Gita Putri Pertiwi, Erns Saptenno, Budi Dywyacitta, Doddy Zulverdi,

Said Iqbal , Triyono, Mudrajat Kuncoro, M. Cahyohadi, Tim Pemantauan dan Pengendal ian Inflasi ,

Komite Kebijakan KUR, Tim Koordinasi Kebijakan Stabil isasi Harga Pangan Pokok.

PERLUASAN KESEMPATAN KERJA 8

Upaya Pemerintah dalam Perluasan Tenaga Kerja|

Menyoroti Produktivitas Tenaga Kerja dan Daya

Saing di Balik Kebijakan Upah Minimum|

Strategi Keuangan Inklusif: Jembatan

Pertumbuhan Ekonomi dan Perluasan

Kesempatan Kerja|

Upah, Standar Kehidupan Layak dan Peningkatan

Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia|

Optimalisasi Penerimaan Remitansi di Indonesia|

Asuransi Perlindungan TKI|

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembanganindikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010

KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI 2

Ketahanan Pangan 2013: Stok, Perkembangan

Harga dan Koordinasi Kementerian/Lembaga

EKONOMI INTERNASIONAL 4

Perkembangan Harga Komoditas 2013

EKONOMI DOMESTIK 5

Inflasi Januari 2013

Perkembangan Ekspor Impor Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012: Tertinggi

Kedua Setelah Cina

EKONOMI DAERAH 8

Peranan Pemerintah Daerah dalam Mengatasi

Permasalahan Tenaga Kerja: Sebagai Solusi

Penciptaan Lapangan Kerja di Daerah

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) & UKM 27

Penyaluran KUR Januari 2013

OPINI PAKAR 20

Perluasan Kesempatan Kerja di Indonesia-

Professor Mudrajat Kuncoro|

Politik Ekonomi Upah Buruh Kerja-Triyono |

KEUANGAN 23

Strategi Keuangan Inklusif: Pendorong

Penyerapan Tenaga Kerja

BUMN 24

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

PERTAMINA

FISKAL & REGULASI EKONOMI 25

Realisasi Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun 2012

MP3EI 26

Mengenal Debottlenecking KP3EI

Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi - Republik Indonesia

LAPORAN KEGIATAN 28Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dalam

Rangka Mempercepat Transformasi Ekonomi

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia

Page 3: TEK Edisi Februari 2013

Editorial

N egara manakah yang terbaik dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya

saat ini ? Norwegia, demikian menurut publikasi ‘FromWealth to Well Being – Introducing the BCGSustainable Social Economic DevelopmentAssessment’ dari Boston Consulting Group. Publikasiini merupakan hasil telaah terhadap perkembangan

sosial ekonomi 1 50 negara oleh Boston ConsultingGroup (BCG). Telaah dilakukan untuk mendapatkangambaran kemampuan masing-masing negara dalam

melakukan proses transformasi dari pendapatan

kepada kesejahteraan masyarakat. Ada sepuluh

dimensi pembangunan yang dievaluasi untuk menilai

keluaran dari proses transfromasi tersebut yaitu

pendapatan, ketenagakerjaan, pemerataan

pendapatan, stabil itas ekonomi, tingkat kesehatan

masyarakat, kualitas pendidikan, tata kelola,

kelestarian l ingkungan, infrastruktur, dan masyarakat

madani.

Menurut laporan tersebut Indonesia merupakan salah

satu negara yang berhasil melakukan transformasi

tersebut . Bahkan dalam beberapa dimensi

pembangunan, seperti stabil itas ekonomi,

ketenagakerjaan, dan l ingkungan Indonesia dinilai lebih

baik daripada negara kelompok BRICS. Kinerja

Indonesia lebih rendah pada dimensi infrastruktur,

kesehatan, dan pendidikan. Sementara negara-negara

Timur Tengah dan Afrika yang merupakan penghasil

minyak dan mineral menunjukkan kinerja transformasi

yang kurang baik. Pada kelompok negara maju pada

umumnya tingkat pendapatan tinggi juga diikuti

kesejahteraan yang membaik. Dari pengamatan

perkembangan proses transformasi di negara maju

maka dimensi tata kelola, pendidikan, dan masyarakat

madani merupakan kunci keberhasilan transformasi

tersebut.

Penilaian laporan di atas khususnya pada masalah

ketenagakerjaan perlu dicermati karena dalam laporan

global yang lain, World Competitiveness Report 2012

dari World Economic Forum , d isampaikan peringkat

daya saing Indonesia menurun dari posisi 46 ke posisi

50, dan penurunan terbesar terjadi pada efisiensi pasar

tenaga kerja yaitu sebanyak 24 peringkat. Dalam pilar

ini terjadi penurunan peringkat pada aspek upah dan

produktivitas serta biaya pemutusan hubungan kerja/

PHK (redundancy cost) .

Kebijakan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) yang

tinggi beberapa tahun terakhir ini , menurut studi Bank

Dunia telah menyebabkan tingkat produktivitas (rasio

upah terhadap nilai tambah) pekerja Indonesia turun

dibanding negara tetangga. Untuk itu kenaikan upah

harus segera diikuti dengan peningkatan produktivitas.

Hanya dengan langkah tersebut yang dilakukan secara

harmonis oleh pekerja, pengusaha, dan pemerintah

maka peningkatan kesejahteraan pekerja dapat

berdampingan dengan perluasan lapangan kerja.

Semoga.

Bobby Hamzar Rafinus

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 1

Indikator Ekonomi

Page 4: TEK Edisi Februari 2013

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 20132

P ersediaan sejumlah bahan

pangan strategis seperti

beras, minyak goreng, gula pasir,

telur dan daging (unggas dan sapi)

berada pada level aman untuk

mencukupi kebutuhan dalam

negeri, terutama untuk

menghadapi kemungkinan

terjadinya cuaca ekstrim sampai

dengan pertengahan bulan Maret

2013. Disisi lain, stok jagung,

kedelai , bawang merah dan cabe

diperkirakan masih belum

mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat selama

triwulan pertama 2013. Gambaran

ini merupakan ikhtisar dari

Prognosa Neraca Bahan Pangan

Strategis Tahun 2012 yang

disampaikan oleh Badan Ketahanan

Pangan Kementerian Pertanian

dalam Rakortas Kebijakan Stabil itas

Pangan di Kantor Menko

Perekonomian (17/01).

Total stok beras di awal tahun 2013

tercatat 7,6 juta ton atau

mengalami peningkatan hampir

l ima kal i l ipat bila dibandingkan

dengan stok awal tahun 2012.

Jumlah ini sudah mencakup stok

beras di BULOG sebanyak 2,27 juta

ton yang setara dengan kebutuhan

selama 7 bulan ke depan, termasuk

raskin dan kebutuhan lainnya.

Produksi gula pasir selama tahun

2012 sebanyak 2,9 juta ton ikut

berperan dalam tersedianya stok

awal tahun 2013 yang mencapai

1,12 juta ton. Jumlah ini

diproyeksikan dapat memenuhi

kebutuhan gula pasir sampai

dengan bulan Mei 2013.

Sementara itu untuk komoditas

minyak goreng, stok menurun

sekitar 39% dibandingkan dengan

periode sebelumnya. Walaupun

mengalami penurunan, stok minyak

goreng sebanyak 856.916 ton

diyakini cukup untuk mengisi

kebutuhan dalam negeri selama 3

bulan.

Stok daging sapi yang berada pada

angka 29.856 ton dinilai cukup

untuk dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat selama bulan Januari.

Selain penggunaan produksi

daging sapi di dalam negeri,

pemenuhan kebutuhan daging sapi

domestik juga akan dilakukan

melalui mekanisme impor tahun

2013 sebesar 80.000 ton.

Sebal iknya, komoditas bawang

merah dan cabe justru memberikan

indikasi yang kurang baik. Total

stok bawang merah, cabe rawit dan

cabe merah masing-masing sebesar

164,5 ton, 12.663 ton dan 9.605

ton. Badan Ketahanan Pangan

memprediksikan bahwa produksi

ketiga komoditas ini pada bulan

Januari-Februari 2013 akan sangat

rendah. Hal ini disebabkan oleh

cuaca yang kurang

menguntungkan.

Secara umum perkembangan harga

pangan pokok tahun 2012 relatif

lebih baik dibanding tahun 2011.

Harga gula, daging sapi, terigu,

cabe rawit, bawang merah, tempe

dan kedelai pada bulan Desember

2012 mengalami kenaikan sedikit

lebih tinggi dibanding kenaikan

harga yang terjadi pada tahun

2011. Untuk komoditas pangan

Koordinasi Kebijakan Ekonomi

Erns Saptenno

Ketahanan Pangan 2013:Stok, Perkembangan Harga dan Koordinasi

Kementerian/ Lembaga

Sumber : http//2.bp.blogspot.com

Page 5: TEK Edisi Februari 2013

lainnya, kenaikan harga rata-rata tahun

2012 (yoy) tercatat lebih rendah

dibanding tahun sebelumnya.

Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa

tingkat inflasi tahun 2012 tercatat

sebesar 4,3%. BPS pun mencatat bahwa

bahan makanan menyumbang 0,37%

dalam pembentukan inflasi bulan

Desember 2012 sebesar 0,54%.

Komoditas yang dominan memberikan

sumbangan inflasi antara lain: beras

0,10%, daging ayam ras 0,08%, telur

ayam ras 0,04% serta daging sapi dan

bawang merah masing-masing 0,03%.

Sedangkan komoditas yang memberikan

sumbangan deflasi adalah minyak

goreng dan cabe merah masing-masing

0,1%.

Harga beras umum pada bulan Januari

2013 naik sebesar 3,44% (yoy), lebih

rendah dibanding bulan Januari 2012

sebesar 12,93%. Sementara itu, harga

beras termurah meningkat sebesar 3%

(yoy) pada bulan Januari 2013. Kondisi ini

lebih rendah dibanding bulan Januari

2012 sebesar 21,96% (yoy).

Dalam rangka pencapaian surplus beras

10 juta ton, pemerintah telah

menargetkan peningkatan produksi

beras sebesar 6,32% atau setara dengan

72,06 juta ton Gabah Kering Gil ing (GKG)

pada tahun 2013. Kementerian/lembaga

terkait pun telah menetapkan sejumlah

program dalam rangka mendukung

pencapaian program peningkatan

surplus beras 10 juta ton tersebut.

Untuk mencapai target tersebut,

Kementerian Pertanian akan

melaksanakan peningkatan efektivitas

pelaksanaan SL-PTT, pencetakan sawah

baru, percepatan diversifikasi konsumsi

pangan non beras dengan mel ibatkan

BKP Propinsi/Kabupaten/Kota, dan

percepatan pelaksanaan Bantuan

Langsung Pupuk/ Bantuan Langsung

Benih Unggul tahun 2013.

Sementara itu, Kementerian Pekerjaan

Umum akan berpartisipasi melalui

program percepatan rehabil itasi jaringan

irigasi dan waduk, dan peninjauan

kembal i PP Nomor 20 Tahun 2006

tentang Irigasi agar memungkinkan

intervensi pusat untuk

pembangunan/pemel iharaan jaringan

irigasi yang menjadi kewenangan daerah.

Sedangkan Kementerian BUMN akan

menggalakan peningkatan efektivitas

pelaksanaan intensifikasi melalui GP3K.

Untuk Kementerian Kehutanan sendiri ,

mereka mentargetkan peningkatan luas

lahan dengan pola tumpang sari melalui

pemanfaatan kawasan hutan.

Selanjutnya, Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) akan

mengerahkan peralatan dan personil

dalam memberikan dukungan dalam

pengendal ian penanganan bencana alam

khususnya bencana banjir dan

kekeringan pada lahan pertanian.

Secara khusus, Perum BULOG diharapkan

dapat berperan dalam melakukan

stabil isasi harga kedelai dan harga gula

di pasar domestik. Dalam rangka

stabil isasi harga kedelai , Bulog akan

melakukan pembel ian kedelai di tingkat

petani sesuai dengan harga yang

ditetapkan oleh pemerintah selama

musim panen, yakni Rp 7.000 per

kilogram dengan kadar air 14% untuk 3

bulan masa panen.

Sedangkan dalam rangka stabil isasi

harga gula, BULOG diusulkan agar dapat

melakukan hal-hal sebagai berikut : (i)

membel i gula mil ik PTPN/RNI untuk

selanjutnya dijual ke pasar,; (i i )

melakukan impor raw sugar untuk

kebutuhan PTPN/RNI, dan (ii i ) melakukan

impor dan distribusi gula untuk wilayah-

wilayah remote dan kurang terjangkau.

"Total stok berasdi awal tahun2013 tercatat 7,6juta ton ataumengalamipeningkatan

hampir lima kalilipat bila

dibandingkandengan stok awaltahun 2012.

Jumlah ini sudahmencakup stokberas di BULOGsebanyak 2,27juta ton yangsetara dengan

kebutuhan selama7 bulan kedepan. "

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 3

Page 6: TEK Edisi Februari 2013

Tahun 2012 merupakan tahun

yang cukup bergejolak akibat

kondisi geopol itik di Timur Tengah

seperti Iran dan Libya masih belum

stabil , krisis yang dialami oleh

kawasan Eropa dan kondisi cuaca

yang semakin tidak bisa diprediksi.

Kondisi tersebut tentunya

berpengaruh terhadap supply dan

demand dari beberapa komoditas

global seperti misalnya minyak

mentah dan pertanian. Selain itu,

kondisi perekonomian Cina tahun

lalu juga berdampak pada

penurunan harga bahan mineral

hingga 15%, dimana Cina

merupakan konsumen logam

terbesar di dunia.

Pada tahun 2013 harga minyak

diperkirakan akan mengalami

penurunan dibandingkan tahun

sebelumnya. Secara rata-rata, harga

minyak tahun 2013 diperkirakan

berada dikisaran 102

USD/barel , lebih rendah 3%

dibandingkan tahun 2012. Dalam

jangka waktu dekat, harga minyak

akan naik hingga 120USD/barel

sebagai dampak dari induce

demand, d imana demand akan

minyak mentah semakin meningkat

seiring dengan peningkatan supply

minyak mentah yang diakibatkan

oleh pelesanan cadangan strategis

minyak mentah di Prancis, Inggris

dan AS.

Namun dalam jangka waktu yang

lebih panjang, harga minyak

kembal i akan menurun akibat

adanya peningkatan efisiensi energi

di negara-negara maju.

Komoditas bahan mineral secara

rata-rata diprediksikan mengalami

kenaikan pada tahun ini. Misalnya

saja komoditas aluminium dan nikel

yang akan mengalami kenaikan

masing-masing sebesar 3% dari

tahun 2012. Dilain sisi , komoditas

tembaga akan turun sebesar 2%

yang disebabkan oleh

meningkatnya komoditas subtitusi

dari tembaga sehingga demand

untuk komoditas ini menurun.

Berbeda dengan demand, untuk

minyak mentah negara-negara non-

Organization of the Petroleum

Exporting Countries (OPEC)

mengalami peningkatan, khususnya

Amerika Serikat. Hal tersebut

disebabkan adanya peningkatan

investasi , terutama pada sektor

teknologi di beberapa pusat

produksi minyak di Amerika seperti

Dakota Utara dan Texas yang

mengalami peningkatan

produktivitas akan minyak mentah

beberapa tahun terakhir.

Dalam kurun waktu yang singkat,

harga minyak akan mencapai 120

USD/barrel sebagai dampak dari

induced demand. Sedangkan, dalam

jangka waktu menengah, demand

minyak akan meningkat secara

moderat 1,5% yang didominasi

oleh negara – negara non-OECD.

Harga minyak mentah tahun 2013

dan 2014 diperkirakan mencapai

102 USD. Dalam jangka panjang

harga minyak mentah diperkirakan

turun karena adanya peningkatan

supply dari minyak konvensional

dan non-konvensional .

Kenaikan harga emas di

tahun 2012 nampaknya

tidak akan terulang di

tahun ini. J ika dil ihat

dari sisi supply,

tingginya harga emas

meningkatkan minat

investasi pada industri

pertambangan, baik

dalam peremajaan

tambang lama dan juga

pembuatan lahan

tambang baru. Cina

mentargetkan produksi 450 ton

emas/tahun pada tahun 2015.

Meningkatnya investasi tersebut

memicu peningkatan supply emas

global yang akan berpengaruh pada

penurunan harga emas sebesar 4%

pada tahun ini.

Pada tahun 2013 harga komoditas

pertanian secara umum

diprediksikan turun hingga 3,2%

dibandingkan tahun 2012. Stabilnya

supply komoditas beras, khususnya

beras Thailand, yang diiringi oleh

peningkatan demand beras oleh

Cina, berdampak pada penurunan

harga beras hingga 4%. Komoditas

kelapa sawit dan kedelai juga akan

turun hingga 2,1% dan 3,6%

dibandingkan harga tahun 2012.

Penurunan harga kedua komoditas

tersebut diakibatkan oleh

meningkatnya konsumsi akan

keduanya hingga 6,1% pada tahun

ini. Dengan adanya peningkatan

konsumsi untuk kedua komoditas

tersebut, khususnya kelapa sawit,

Indonesia harus bisa memanfaatkan

situasi ini . Dimana seperti yang kita

ketahui bahwa Indonesia memil iki

potensi kelapa sawit yang besar

baik dari segi jumlah dan kual itas.

Referensi :

Global Economic Prospects :

Commodity Market Outlook (World

Bank, January 2013)

Perkembangan Harga Komoditas 2013

Dara Ayu Prastiwi

EKONOMI INTERNASIONAL

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 20134

Grain Prices

Page 7: TEK Edisi Februari 2013

T ingkat inflasi bulan Januari 2013 tercatat 1,03%

(mtm) atau 4,57% 2012 (yoy). Nilai ini lebih tinggi

dibandingkan tingkat inflasi bulan Desember 2012

sebesar 0,54% (mtm) atau 4,30% (yoy). Kenaikan ini

disebabkan oleh inflasi volatile food yang tinggi.

Inflasi volatile food pada bulan Januari 2013 tercatat

7,48% (mtm) atau 3,70% (yoy). Cuaca buruk yang

melanda Indonesia awal tahun ini menyebabkan

gangguan produksi dan distribusi khususnya pada

komoditas yang mudah rusak, seperti sayur, buah, dan

bumbu-bumbuan. Inflasi volatile food tertinggi terjadi di

Kawasan Sumatera dan Jawa.

Berbeda dengan inflasi volatile food, inflasi inti

cenderung lebih stabil . Pada bulan Januari 2013, inflasi

inti tercatat 0,36% (mtm) atau 4,32% (yoy). Ekspektasi

inflasi yang relatif terkendal i , permintaan yang sesuai

dengan kapasitas produksinya, stabil itas nilai tukar dan

harga komoditas yang terjaga merupakan faktor utama

stabilnya tingkat inflasi inti .

Inflasi administered prices yang rendah berhasil

menahan tingginya inflasi umum lebih lanjut. Inflasi

administered prices tercatat 0,20% (mtm) atau 2,42%

(yoy) pada bulan Januari 2013. Kenaikan Tarif Tenaga

Listrik (TTL) sebesar 15% per 1 Januari 2013

dirasakan belum mempengaruhi inflasi

administered prices karena pembayaran TTL oleh

konsumen baru akan dilakukan bulan Februari

2013.

Secara spasial , hampir seluruh kota IHK mengalami

inflasi . Dari 66 kota IHK, 62 kota mengalami inflasi ,

sedangkan 4 lainnya mengalami deflasi . Inflasi

tertinggi terjadi di Sibolga, Sumatera Utara

sebesar 3,78% (mtm) dan inflasi terendah terjadi di

Pontianak sebesar 0,01% (mtm). Sebal iknya, deflasi

tertinggi di kota Sorong, Papua sebesar 0,98%

(mtm) dan deflasi terendah terjadi di ternate

sebesar 0,20%(mtm).

Secara umum, inflasi Januari 2013 lebih disebabkan

oleh meningkatnya harga pada kelompok bahan

makanan. Gangguan pasokan akibat dari cuaca buruk

mendorong inflasi kelompok bahan makanan sebesar

7,28% (yoy). Selain itu, kenaikan harga yang tinggi pula

terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok

dan tembakau sebesar 5,91% (yoy) dan kelompok

sandang sebesar 5,01% (yoy).

TPI memperkirakan tingkat inflasi pada Triwulan I-2013

akan lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh potensi

berlangsungnya gangguan produksi dan distribusi

bahan pangan, terbatasnya tambahan pasokan dari luar

negeri , khususnya produk holtikultura, dan mundurnya

masa panen raya beras. Selain itu, dampak lanjutan dari

kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2013

dibeberapa daerah juga akan mempengaruhi tingkat

inflasi kedepannya. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut, Pemerintah melalui forum TPI dan TPID perlu

meningkatkan koordinasi kebijakan dan mendorong

distribusi barang agar lebih merata.

Referensi:

Anal isis Inflasi Januari 2013 – Tim Pengendal i Inflasi

(TPI)

Inflasi Januari 2013

Fitria Faradila

Ekonomi Domestik

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 5

Sumber : http//www.stakeholdergroup.com

Page 8: TEK Edisi Februari 2013

Perkembangan Ekspor Impor IndonesiaFitria Faradila

E kspor Indonesia pada bulan Desember 201 2,

mengalami penurunan sebesar 5,58% dibanding

November 201 2 (mtm) dan 9,78% dibanding Desember

2011 (yoy). Ekspor tercatat US$1 5,41 Mil iar pada bulan

Desember 201 2. Secara kumulatif Januari-Desember

201 2, ekspor mencapai US$1 90,04 Mil iar atau menurun

6,61% dibanding tahun 2011 (yoy). Baik ekspor migas

maupun nonmigas tercatat mengalami penurunan

masing-masing sebesar 1 0,86% (yoy) dan 5,52% (yoy).

Secara kumulatif Januari-Desember 2012, ekspor migas

tercatat US$36,97 Mil iar, menurun dibandingkan tahun

2011 yang mencapai

US$41,48 Mil iar. Penurunan

ekspor migas terutama

bersumber dari

menurunnya ekspor hasil

minyak sebesar 12,93%.

Pada bulan Desember

2012, ekspor hasil minyak

tercatat US$4,16 Mil iar.

Selain itu, komposisi migas

lainnya, seperti minyak

mentah dan gas juga

mengalami penurunan

masing-masing sebesar 11,10% (yoy) dan 10,28%(yoy).

Sementara itu, kumulatif ekspor nonmigas juga

mengalami penurunan dari US$162,02 Mil iar pada

tahun 2011 menjadi US$153,07 Mil iar pada tahun 2012.

Penurunan ini bersumber dari menurunnya impor bij ih,

kerak dan abu logam sebesar 30,78% (yoy) serta karet

dan barang karet sebesar 27,02% (yoy). Walaupun

mengalami penurunan, ekspor nonmigas masih menjadi

penopang ekspor secara keseluruhan. Ekspor nonmigas

memil iki kontribusi sebesar 80,55% terhadap total

ekspor Indonesia. Berdasarkan negara tujuan, ekspor

Indonesia lebih banyak ditujukan ke China sebesar

US$20,86 Mil iar, diikuti oleh Jepang US$17,23 Mil iar dan

Amerika Serikat US$14,59 Mil iar. Secara sektoral , ekspor

sektor industri dan pertambangan menurun sebesar

4,95% (yoy) dan 9,57% (yoy), sedangkan sektor

pertanian meningkat sebesar 7,98% (yoy).

Sama halnya dengan ekspor, impor pun mengalami

penurunan sebesar 8,11% (mtm) dan 5.55% (yoy) pada

bulan Desember 2012. Impor bulan Desember 2012

tercatat US$15,56 Mil iar, sehingga secara kumulatif

tahun 2012 impor mencapai US$191,67 Mil iar. Kondisi

ini meningkat dibandingkan tahun 2011 yang mencapai

US$177,43 Mil iar. Secara kumulatif, peningkatan impor

terutama ditopang oleh impor migas sebesar 4,58%

(yoy) dan nonmigas sebesar 9,05% (yoy).

Secara umum, sebagian besar impor Indonesia masih

ditopang oleh impor nonmigas yang memil iki kontribusi

sebesar 77,79%. Berdasarkan nilai kumulatif Januari-

Desember 2012, impor nonmigas tecatat US$149,10

Mil iar, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang

mencapai US$136,73 Mil iar. Peningkatan impor

nonmigas terutama terjadi pada barang dari besi dan

baja sebesar 36,82% (yoy), diikuti oleh kapal terbang

dan bagiannya (31,39%, yoy) dan kendaraan bermotor

dan bagiannya (28,29%, yoy). Berdasarkan negara asal ,

sebagian besar impor Indonesia berasal dari China yaitu

sebesar US$28,96 Mil iar, diikuti oleh Jepang sebesar

US$22,69 Mil iar dan Amerika

Serikat sebesar US$11,47 Mil iar.

Berdasarkan penggunaan barang,

impor barang modal tercatat

mengalami pertumbuhan

tertinggi yaitu 15,21% (yoy) atau

sebesar US$38,14 Mil iar.

Walaupun impor barang modal

meningkat pal ing tinggi, namun

impor bahan baku atau penolong

masih menjadi penopang impor

secara keseluruhan. Kumulatif

impor bahan baku atau penolong

tercatat US$140,11 Mil iar, meningkat 7,01% dibanding

tahun sebelumnya (yoy).

Baik ekspor maupun impor Indonesia mengalami

penurunan pada bulan Desember 2012. Penurunan

ekspor Indonesia bersumber dari harga komoditas

ekspor yang menurun di pasar internasional . Sebal iknya,

penurunan impor lebih dipacu oleh menurunnya

volume impor itu sendiri . Penurunan impor yang lebih

tinggi dari penurunan ekspor menyebabkan defisit

neraca perdagangan berkurang. Pada bulan Desember

2012, defisit neraca perdagangan tercatat US$155,20

Juta, lebih rendah dibandingkan bulan November 2012

yang mencapai US$618,10 Juta (hasil revisi dari US$478

Juta).

Volume perdagangan yang cenderung melesu

mencerminkan rendahnya daya bel i dan produksi di

Indonesia. Hal ini disebabkan oleh perlambatan

ekonomi global akibat krisis utang yang terjadi di Eropa

dan kondisi ekonomi Amerika Serikat yang tidak stabil .

Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan kebijakan

dalam rangka mendorong volume perdagangan

Indonesia, khususnya ekspor.

Referensi:

Berita Resmi Statistik Ekspor Impor Indonesia bulan

Desember

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 20136

Page 9: TEK Edisi Februari 2013

P

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 7

Perekonomian Indonesia selama

tahun 2012 mampu tumbuh

6,23% ditengah ketidakpastian

global . Pertumbuhan ini tercatat

sebagai pertumbuhan tertinggi

kedua di dunia setelah Cina. Nilai

PDB nominal tahun 2012

mencapai Rp 8.241,9 tri l iun, atau

naik Rp 819,1 tri l iun

dibandingkan tahun 2011.

Secara sektoral , sektor industri

pengolahan, sektor pertanian dan

sektor perdagangan, hotel dan

restoran menyumbang

pembentukan PDB masing-

masing sebesar 23,9%, 14,4%,

dan 13,9%. Namun, pertumbuhan

sektor industri pengolahan dan

sektor pertanian masih dibawah

pertumbuhan ekonomi

keseluruhan yakni masing-masing

sebesar 6,2% dan 1,9%.

Pertumbuhan tertinggi dicapai

oleh sektor pengangkutan dan

komunikasi sebesar 9,6%.

Sementara itu, sektor

perdagangan, hotel dan restoran

tumbuh sebesar 7,8%. Hal ini

mengindikasikan tingginya

aktivitas ekonomi di sektor

tersier.

Menurut penggunaan, konsumsi

domestik masih dominan dalam

pembentukan PDB 2012, yakni

mencapai 54,6%. Sementara itu

investasi Pembentukan Modal

Tetap Bruto (PMTB)

menyumbang sebesar 33%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia

pada tahun 2012 menurut sisi

penggunaan tertinggi terjadi pada

PMTB sebesar 9,81%. Selanjutnya

diikuti oleh komponen konsumsi

rumah tangga sebesar 5,28%.

Komponen ekspor hanya tumbuh

2,01%. Sedangkan, komponen

impor sebagai faktor pengurang

tumbuh 6,65%. Laju pertumbuhan

impor yang lebih tinggi

dibandingkan ekspor menyebabkan

neraca perdagangan Indonesia

memburuk pada tahun 2012.

Dibandingkan triwulan III-2012,

pertumbuhan ekonomi turun 1,45

persen. Penurunan ini disebabkan

adanya penurunan pada sektor

pertanian yang cukup signifikan,

yakni sebesar 23,06% akibat

faktor siklus musiman.

Sementara itu, sektor lainnya

tumbuh positif dengan kisaran

pertumbuhan pada angka 0,2% -

4,02%.

Secara spasial , struktur

perekonomian Indonesia masih di

dominasi oleh Pulau Jawa dengan

porsi 57,62 %, kemudian Pulau

Sumatera sebesar 23,77% dan

Kal imantan sebesar 9,30%.

Berdasarkan perbandingan

provinsi , tiga provinsi

penyumbang PDB terbesar di

Pulau Jawa adalah DKI Jakarta,

Jawa Timur dan Jawa Barat.

Dominasi Pulau Jawa juga

terl ihat dalam kegiatan ekonomi

di sektor sekunder dan tersier.

Lebih dari 60% aktivitas ekonomi

sekunder dan tersier terjadi di

Pulau Jawa. Sedangkan 74,2%

kegiatan sektor primer, seperti

sektor pertanian dan

pertambangan berada di luar

pulau Jawa.

Pada tahun 2012, PDB perkapita

Indonesia mencapai Rp33,3 juta,

naik dari posisi Rp30,4 juta pada

tahun 2011. Laju peningkatan

PDB perkapita tahun 2012

tercatat naik 9,58 persen

dibandingkan dengan tahun 2011.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia

pada tahun 2013 diprediksi masih

tetap tinggi. Meskipun ekspor

menurun akibat permintaan

global yang belum pul ih dari

krisis, neraca perdagangan

diprediksi akan terus membaik.

Kondisi ekonomi yang relatif

kondusif juga masih menjadi

faktor utama yang mendorong

kenaikan arus modal masuk.

Referensi:

Berita Resmi Statistik Februari 2103,

BPS

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012 :

Tertinggi Kedua Setelah Cina

Masyitha Mutiara Ramadhan

Page 10: TEK Edisi Februari 2013

Angkatan kerja di Indonesia yang sangat besar

jumlahnya yaitu sekitar 118.053.110 orang pada

tahun 2012. Dari jumlah angkatan kerja tersebut

sebanyak 110.808.154 merupakan penduduk yang

bekerja dan sisanya sebanyak 7.244.956 merupakan

pengangguran terbuka. Sektor pertanian, perkebunan,

kehutanan, perburuan dan perikanan merupakan sektor

terbesar yang dapat menyerap tenaga kerja yaitu

sebanyak 38,88 juta orang. Selanjutnya diikuti oleh

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sebanyak

23,15 juta orang dan sektor Jasa Kemasyarakatan, sosial

dan perseorangan 17,10 juta orang serta sektor Industri

sebanyak 15.37 juta orang tenaga kerja.

Pengangguran terbuka merupakan permasalahan

ketenagakerjaan yang menjadi salah satu fokus

Pemerintah melalui program penciptaan lapangan kerja

satu juta netto. Pengangguran terbuka didefinisikan

sebagai orang yang mencari pekerjaan,

mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin

mendapatkan pekerjaan , serta sudah mempunyai

pekerjaan tetapi belum dimulai .

Penanganan pengangguran terbuka dalam era otonomi

daerah sebagian menjadi kewajiban pemerintah daerah

disamping pemerintah pusat. Berikut upaya yang

disarankan untuk ditempuh Pemerintah Daerah.

Pertama adalah peningkatan optimal isasi Balai Latihan

Kerja (BLK). Balai Latihan Kerja (BLK) adalah tempat

khusus untuk berlatih atau praktik bermacam-macam

pekerjaan, antara lain, otomotif, tata niaga, atau,

teknologi mekanik. Saat ini masih banyak BLK yang

belum beroperasi optimal karena kurangnya sarana dan

prasarana pendukung seperti alat peraga yang belum

tersedia, harus mendatangkan instruktur dari pusat dan

propinsi serta terbatasnya anggaran daerah dalam

pelaksanaan diklat teknis bagi pekerja. Optimal isasi BLK

akan mengembangkan kompetensi tenaga kerja.

Link and match sebagai upaya kedua adalah

merupakan salah satu upaya lainnya yang dilakukan

oleh sektor pendidikan antara lembaga pendidikan

dengan dunia usaha. Hal ini akan menjembatani antara

pencari kerja dengan lapangan usaha yang tersedia.

Upaya ketiga adalah menarik investor ke daerah. Arus

investasi ke daerah akan meningkatkan penyerapan

tenaga kerja serta penciptaan lapangan usaha baru. Hal

ini perlu didukung oleh regulasi daerah yang

memangkas prosedur dan persyaratan berinvestasi

yang panjang dan membutuhkan waktu lama. Program

pelayanan terpadu satu pintu yang telah berdiri di

sejumlah daerah juga belum berjalan sebagaimana

mestinya.

Alternatif lainnya yang sedang booming di beberapa

daerah seperti Kota Solo, Kota Bandung, Kota

Tangerang serta Kota Sukabumi adalah pengembangan

ekonomi kreatif. Industri kreatif adalah industri yang

berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta

bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta

lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan

mengekspol itasi daya kreasi dan daya cipta individu

tersebut. Menurut data pemetaan industri kreatif

kementerian Perdagangan tahun 2007 didapat

kontribusi PDB Industri kreatif tahun 2006 sebesar 5,7%

dari total PDB. PDB Industri kreatif banyak

disumbangkan oleh kegiatan fesyen, kerajian,

periklanan dan desain.

Ratih Purbasari Kania

Ekonomi Daerah

Peranan Pemerintah Daerah dalam MengatasiPermasalahan Tenaga Kerja:

Sebagai Solusi Penciptaan Lapangan Kerja di Daerah

Sumber : http//solopos.com Sumber : www.infobanknews.com

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 20138

Page 11: TEK Edisi Februari 2013

BUKALOWONGAN

KERJA PENCARIKERJA

UPAYA PERLUASAN KESEMPATAN KERJA

Referensi : .http:/media.economist.com

Upaya Pemerintah dalam Perluasan Tenaga Kerja | MenyorotiProduktivitas Tenaga Kerja dan Daya Saing di Balik Kebijakan

Kenaikan Upah Minimum | Inklusi Finansial: Jembatan PertumbuhanEkonomi dan Perluasan Kesempatan Kerja | Upah, Standar Kehidupan

Layak dan Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia|Optimalisasi Penerimaan Remitansi di Indonesia | Asuransi

Perl indungan TKI

Page 12: TEK Edisi Februari 2013

Laporan Utama

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201310

UPAYA PEMERINTAH DALAM PERLUASAN

KESEMPATAN KERJAInsani Sukandar

1 Kebijakan dan RegulasiIklim Investasi dan Usaha . Pendelegasian

PTSP, kepastian lembaga PTSP, Tracking Sistem,

aturan divestasi , Standarisasi Bisnis Proses,

penerbitan ij in usaha

Iklim Ketenagakerjaan. Memberi kepastian

bagi dunia usaha dan pekerja

Insetif Fiskal . Pembebasan atau pengurangan

pajak, pemberian fasi l itas perpajakan, fasi l itas

pembebasan biaya masuk barang, pemberian

insentif bagi industri padat karya

Akses Permodalan. KUR dan Modal Ventura

Sistem Logistik Nasional . Peningkatan

kelancaran arus barang terutama melalui

pengembangan pusat distribusi regional

2 Program APBNInformasi dan layanan ketenagakerjaan .Penerapan standar pelayanan minimum di

Provinsi/Kab.Kota, pelayanan kerja untuk memenuhi

kebutuhan perusahaan dan meningkatkan job matching

Peningkatan Keterampilan dan KapasitasAngkatan Kerja. Kerjasama pemerintah dan swasta

dalam penyusunan standar kompetensi kerja dan sistem

sertifikasi

Pengembangan UMKM . Keterl ibatan sektor swasta

dan pemangku kepentingan dalam desain dan pelaksanaan

program, program dalam rangka dukungan pengembangan

usaha

Program Padat Karya dan Infrastruktur.Program-program pemerintah yang berkontribusi untuk

menciptakan lapangan pekerjaan

Program Darurat Penciptan Lapangan Kerja .Meresponse kondisi krisis atau adanya bencana alam

3 Pembangunan InfrastrukturInfrastruktur Pembiayan Pemerintah:(1) Pelebaran jalan, pembangunan jalan, jembatan, (2) Pengembangan

infrastruktur air l imbah, (3) Sistem penyediaan air minum, (4) Sistem

pemrosesan akhir sampah, (5) Perumahan, (6) Jaringan Gas dan (7)

Listrik Pedesaan

Infrastruktur Pembiayan BUMN :(1) Pembangkit Tenaga Listrik 10.000MW Tahap I, (2) Pembangkit

Tenaga Listrik 10.000MW Tahap II, (3) Proyek Pembangkit dan

Transmisi Tenaga Listrik Jaringan Gas, (4) Pelabuhan Udara dan Laut

dan (5) Kereta Api

Infrastruktur Pembiayan Swasta-PPP:(1) PLTU Jawa Tengah, (2) PLTU Indramayu, (3) Jalan Tol , (4) Pelabuhan

CruiseTanah Ampo dan (5) Properti

4 Pembangunan Sektor Rii lRencana investasi PMA/PMDM ,yang perizinannya oleh BKPM dan

direal isasikan tahun 2013

Proyek, tidak termasuk proyek

konstruksi (Pembangunan)

Properti

5Proyek KhususProyek berjalan , kegiatan proyek yang sudah

berjalan tetapi terhambat oleh adanya kebutuhan

tertentu . Tidak termasuk kegiatan proyek

infrastruktur yang masih terhambat

Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung ,

melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2012.

Sektor yang akan dikembangkan adalah pariwisata

Kelima fokus bidang kerja diatas akan dilakukan sesuai dan dengan koordinasi pelaksaan Rencana Tindak Penciptaan

Kesempatan Kerja oleh tim.

Tujuan Pemerintah tidak hanya memperluas kesempatan kerja. Namun, juga mempertahankan kesempatan kerja

yang sudah ada atau dengan kata lain menghindar dari penutupan usaha atau PHK. Selain itu, peningkatkan kualitas

dari kesempatan kerja itu sendiri dan menciptakan wirausaha baru.

Page 13: TEK Edisi Februari 2013

B eberapa waktu terakhir tuntutan kenaikan upah

minimum menjadi salah satu sorotan utama dalam

isu ketenagakerjaan di Indonesia. Serikat buruh

menuntut pembagian yang lebih adil dari keuntungan

perusahaan. Menanggapi hal ini , beragam tanggapan

muncul dari daerah. Salah satunya Pemerintah DKI

Jakarta sepakat untuk menaikkan upah minimum dari

Rp 1,53 juta pada tahun 2012 menjadi Rp 2,2 juta

untuk tahun 2013. Beberapa daerah lain bertahan

untuk tidak menaikkan upah minimum. Pertanyaan

mendasar dari kebijakan ini adalah, apakah kenaikan

upah ini sejalan dengan peningkatan produktivitas

serta apa impl ikasinya terhadap stake holder lainnya?

Kemudian, bagaimana dampaknya terhadap

perekonomian nasional secara keseluruhan? Serta apa

benar

kenaikan upah

minimum ini

secara tidak

sengaja

meningkatkan

pemerataan di

Indonesia?

Kekhawatiran

pertama tentu

muncul dari

pengusaha

yang

menganggap

kebijakan ini

akan

mempengaruhi daya saing dan dapat menghalangi

investasi pada industri-industri padat tenaga kerja,

seperti manufaktur. Kenaikan upah minimum pada

suatu daerah tentu akan mendorong daerah lain untuk

menyesuaikan. Untuk memahami kedua hal di atas kita

tentu perlu mel ihat lebih dalam pada struktur dan

produktivitas tenaga kerja Indonesia.

Pertama, struktur tenaga kerja di Indonesia memil iki

komposisi yang berbeda dari negara-negara kawasa

Asia lainnya. Angkatan kerja di Indonesia kini berjumlah

sekitar 110,8 juta jiwa (Sakernas, tahun 2012), dimana

40 persennya bekerja di sektor formal . Sementara itu,

sekitar 90 persen dari angkatan kerja ini terdiri dari

pekerja yang tidak memil iki kontrak atau bekerja di

sektor informal . Secara langsung, serikat pekerja hanya

mewakil i 11 persen dari angkatan kerja. Sehingga

keterwakilan dari sisanya juga harus menjadi perhatian

dari pemerintah sebagai pihak yang berwenang dalam

pembuatan regulasi .

Sebagai contoh di beberapa negara menggunakan

pendekatan yang berbeda dalam menetapkan upah

minimum. Sejumlah negara menetapkan upah

minimum yang rendah untuk mel indungi pekerja

berupah rendah dan menjamin tingkat pendapatan

dasar. Lebih lanjut, hasi l kajian World Bank di beberapa

negara pada periode 1993 sampai 2007 juga

menunjukkan bahwa peningkatan upah minimum

sebesar 10 persen mendorong kenaikan upah untuk

seluruh pekerja

penerima upah dan

gaji sebesar 3

persen pada tahun

yang sama.

Di sisi lain,

penyesuaian

besaran upah

minimum ternyata

secara tidak

langsung

mendorong

pemerataan antar

daerah di Indonesia.

Kenaikan upah

minimum ditanggapi dengan pengal ihan wilayah

produksi sejumlah industri manufaktur. Beberapa

industri memindahkan lokasi produksi mereka ke

daerah dengan tingkat upah minimum yang lebih

rendah.

Kedua, produktivitas tenaga kerja juga menjadi fokus

perhatian dalam penerapan kenaikan upah minimum.

Kenaikan upah harusnya dibarengi dengan kenaikan

produktivitas tenaga kerja. Hal ini yang kemudian akan

mempertahankan daya saing dan nilai investasi pada

industri padat karya seperti manufaktur.

Berdasarkan nilai produktivitas dan rasio upah

Menyoroti Produktivitas Tenaga Kerjadan Daya Saing Indonesia di BalikKebijakan Kenaikan Upah Minimum

Riski Raisa Putra

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 11

Perbandingan Upah Minimum Negara-negara Kawasan Asia

Page 14: TEK Edisi Februari 2013

minimum terhadap value added per tenaga kerja (MW-

VA) Indonesia mengalami perbaikan dibanding tahun

2008. Tahun 2008 rasio MW-VA Indonesia 0,46 dan

menurun menjadi 0,42 pada tahun 2012. Peningkatan

produktivitas juga tercermin dari ni lai value added per

tenaga kerja yang meningkat dari 207,3 USD menjadi

362,2 USD pada tahun 2012.

Sejalan dengan tingkat produktivitas tersebut, sejak

2006 sampai 2012 upah minimum naik rata-rata 7,6

persen per tahun. Kenaikan ini juga terjadi pada

negara-negara tetangga dan negara berkembang

berpenghasilan menengah lainnya. Pemerintah daerah

harus peka dengan perkembangan ini terutama

beberapa provinsi yang pada awal tahun 2013 ini sudah

mengalami kenaikan signifikan.

Tahun 2013, Jakarta dan Kal imantan Timur mengalami

kenaikan upah minimum masing-masing sebesar 43,9

persen dan 49,7 persen, jauh di atas Sumatra Utara

hanya naik sebesar 8,8 persen dan Papua hanya naik

sebesar 7,9 persen. Secara rata-rata kenaikan upah

minimum Indonesia naik tinggi dibanding dengan

negara-negara Asia Timur lain. Kenaikan ini bisa saja

membuat perusahaan mengal ihkan lokasi produksinya

ke daerah lain di Indonesia dan meningkatkan

pemerataan. Namun, bila kenaikan ini berimbas pada

penurunan minat investasi dan penurunan daya serap

tenaga kerja tentu tidak baik untuk perekonomian

Indonesia secara umum.

Para pemangku kepentingan perlu memperhatikan

perpaduan kebijakan dan instrumen yang tepat.

Walaupun upah minimum penting dalam penurunan

ketimpangan dan peningkatan kesejahteraan tenaga

kerja, namun pada batas tertentu kenaikan upah dapat

membawa risiko-risiko negatif. Diantaranya, penurunan

penciptaan lapangan kerja di sektor formal dan

mendorong segmentasi yang membatasi pekerjaan dan

mobil itas sosial .

Selain itu, mekanisme penetapan upah minimum, dan

besarannya, tidak dapat dipandang secara terpisah. Hal

tersebut adalah bagian dari banyak faktor yang

mempengaruhi kuantitas dan kual itas lapangan kerja

dan keuntungan usaha, termasuk remunerasi non-

upah, uang pesangon, jaminan sosial dan peraturan

pemerintah yang mengatur tentang pekerjaan kontrak.

Banyak hal yang dapat diperoleh dengan

menggunakan pendekatan yang lebih hol istik dan

inklusif terhadap tawar-menawar di pasar tenaga kerja,

dengan memastikan bahwa seluruh pemangku

kepentingan, termasuk pekerja sektor informal , telah

diwakil i , dan dengan membuat proses penetapan upah

minimum lebih transparan dan mendapat masukan

secara teknis.

Referensi:

Indonesia Economic Quarterly December 2012, World

Bank

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201312

PRODUKTIVITAS

Page 15: TEK Edisi Februari 2013

Tahun 2012 sudah berlalu , pertama

tentu kita patut berbangga dengan

sederetan pencapaian di tahun lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) meril is data

pertumbuhan ekonomi Indonesia

menunjukkan secara tahunan ekonomi

Indonesia tumbuh 6,2% atau ketiga

tertinggi di kawasan Asia, setelah China

7,8% dan Fil ipina 6,6%.

Hebatnya Indonesia dapat

mempertahankan pertumbuhan

ekonomi di atas rata-rata pertumbuhan

l ima tahun terakhir sebesar 6%.

Kenyataan tersebut merupakan bukti

bahwa Indonesia menjadi salah satu dari

sedikit negara yang mempunyai daya

tahan kuat dalam menghadapi gejolak

ekonomi dan keuangan global .

Dari aspek sosial juga terl ihat bahwa

pencapaian kinerja ekonomi hingga

2012 cukup menggembirakan, yang

ditunjukkan dengan menurunnya

tingkat pengangguran menjadi 6,1%

pada tahun 2012 dibandingkan dengan

9,1% pada tahun 2007. Selanjutnya

tingkat kemiskinan pun menurun

menjadi 11,4% dari 16,6% di periode

yang sama.

Hal ini seiring dengan meningkatnya

pendapatan per kapita Indonesia yang

naik hampir dua kal i l ipat dalam lima

tahun terakhir menjadi US$3.562 di

2012 dari US$1.916 di 2007. Sampai di

sini nampaknya tidak ada yang salah

dengan pertumbuhan kita, karena

hampir semua indikator menunjukkan

perbaikan yang signifikan.

Kedua, tentu setelah bersyukur akan

pencapaian tahun 2012 kita perlu pula

mel ihat beberapa catatan penting dan

pekerjaan rumah yang belum selesai.

Diantaranya adalah apakah kesuksesan

di atas mampu memperluas kesempatan

kerja dan tidak hanya data di atas kertas

saja? Hal ini penting mengingat

berdasarkan data yang ada,

kemampuan perekonomian kita dalam

menyerap tenaga kerja (TK) semakin

berkurang. Pada tahun 2012, setiap 1%

pertumbuhan ekonomi hanya mampu

menyerap 180.000 TK, lebih rendah

dibandingkan tahun 2010 yang mampu

menyerap 400.000 TK.

Koefisien Gini juga meningkat menjadi

0,41 di 2012 dari 0,36 pada 2007. Hal ini

menggambarkan adanya ketimpangan

pendapatan antara kaya dan miskin

yang semakin lebar. Dengan kata lain,

kual itas pertumbuhan ekonomi kita

belum bersifat inklusif karena masih ada

sebagian kelompok yang belum

menikmati.

Keuangan Inklusif Alternatif SolusiPemerhati kemiskinan dunia, Prof Abhij it

V Banerjee, menul is buku Poor

Economics yang menyoroti masalah

kemiskinan dan pengangguran di dunia.

Menurut Abhij it, selama ini kita sering

salah memahami kemiskinan dan

Riski Raisa Putra

"Inklusi sektorkeuangan inidiharapkanbisa menjadijembatan daripertumbuhanekonomi agar

mampumemperluaskesempatan

kerja. "

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 13

Strategi Keuangan Inklusif: JembatanPertumbuhan Ekonomi dan Perluasan

Kesempatan Kerja

Sumber : http://wiratno81.files.wordpress.com

Page 16: TEK Edisi Februari 2013

pengangguran. Kesalahan dalam pendefenisian ini yang

membuat seringkal i program kemiskinan dan

pengangguran tidak berjalan sebagaimana yang

diharapkan. Salah satunya program penanggulangan

kemiskinan melalui pemberian bantuan dana atau

barang kurang efektif karena hanya akan meningkatkan

kehidupan mereka sesaat saja sampai bantuan tersebut

berakhir.

Salah satu cara yang tepat adalah dengan membuka

akses keuangan bagi kelas masyarakat miskin dan

pengangguran. Terbukanya peluang mereka untuk

mengakses kredit dan membuka akun tabungan akan

memperluas kesempatan mereka untuk lebih produktif.

Bank Dunia dalam penel itiannya pada tahun 2009

menyatakan ada sekitar 2,7 mil iar penduduk dewasa di

negara berkembang tidak mempunyai akses terhadap

sektor keuangan, baik dari sisi deposito, kredit, asuransi

maupun dana pensiun. Bahkan, dalam Global Financial

Inclusion Index 2012 yang dikeluarkan World Bank, d i

Indonesia saat ini hanya sekitar 20% dari penduduk

berusia di atas 15 tahun yang menikmati akses jasa

keuangan, sementara di China dan India masing-

masing telah mencapai 64% dan 35%. Rendahnya

layanan keuangan di Indonesia juga tecermin dari

jumlah rekening bank per 1.000 penduduk usia dewasa

yang baru mencapai 505.

Hal ini menunjukkan masih banyak tantangan yang

harus dihadapi Indonesia untuk meningkatkan akses

layanan keuangan kepada masyarakat Indonesia. Inklusi

sektor keuangan ini diharapkan bisa menjadi jembatan

dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik agar

juga mampu memperluas kesempatan kerja.

Ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk

mendorong inklusi finansial di Indonesia belajar dari

kesuksesan Pakistan dan Thailand. Salah satunya adalah

program sertifikasi tanah dan aset yang membuat

masyarakat miskin punya agunan untuk mendapatkan

kredit. Indonesia sendiri sudah mengembangkan

program KUR dan Tabunganku yang saat ini sudah

mulai dirasakan manfaatkan oleh masyarakat.

Keuangan inklusif bertujuan untuk menfasil itasi

masyarakat kelas bawah mendapatkan modal usaha

dan jasa keuangan lainnya. Namun bedanya program

ini bukan bantuan atau hibah sehingga secara

behavioral mereka terdidik untuk mampu mengelola

keuangannya secara baik. Lebih jauh keuangan inklusif

akan sangat membantu perkembangan sektor UMKM

terutama yang baru memulai usaha. Sektor ini akan

sangat terbantu dalam akses modal yang selama ini

menjadi salah satu kendala pertumbuhan UMKM.

Sebagai catatan jumlah tenaga kerja pada sektor usaha

mikro lebih dari 94 juta atau setara dengan 90,77% dari

total tenaga kerja yang terserap. Bila jasa keuangan

mampu menyentuh level ini tentu akan mendorong

mereka shifting ke level berikutnya. Sedangkan bagi

masyarakat miskin dan atau pengangguran hal ini dapat

menjadi peluang untuk memulai usaha dan tidak lagi

menjadi penganggur.

Keberhasilan program keuangan inklusif mensyaratkan

kerja sama antar instansi terkait baik pemerintah

maupun swasta/ dunia usaha. Hal ini penting

mengingat dengan adanya sinergi yang kuat maka

konsep dan implementasinya dapat berjalan dengan

baik.

Memang sudah banyak cara yang ditempuh dalam

upaya perluasan kesempatan kerja di Indonesia. Kita

harus terus mengembangkan solusi yang optimal agar

pengangguran dan kemiskinan di negeri ini makin

rendah. Namun satu hal yang penting adalah

pendekatannya harus dari sisi mereka (behavioral

economic approach) . Keuangan inklusif adalah salah

satunya.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201314

Sumber : http://1.bp.blogspot..com

Page 17: TEK Edisi Februari 2013

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 15

Tenaga kerja merupakan salah satu

input dalam proses produksi yang

memil iki peranan dalam

pembangunan perekonomian

Indonesia. Keberhasilan

pertumbuhan perekonomian

seringkal i dikaitkan melalui

produktivitas tenaga kerja. Dengan

semakin produktifnya tenaga kerja

diharapkan mampu meningkatkan

kapasitas produksi yang pada

akhirnya membuat perekonomian

menjadi lebih baik.

Menurut Presiden Konfederesi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said

Iqbal , upah layak terkait dengan

daya bel i masyarakat. Upah yang

layak akan mengerakkan ekonomi

mikro atau sektor rii l , termasuk

sektor informal . Dengan UMP/UMK

yang baik maka buruh bisa

berbelanja untuk memenuhi

kebutuhan

hidupnya. Buruh

akan bekerja

dengan

bersemangat

dan akan merasa

baik karena

buruh merasa

dihargai oleh

pengusahanya.

Secara tidak

langsung hal ini

akan

memberikan

efek domino ekonomi dimasyarakat.

Aktivitas ekonomi masyarakat bisa

berjalan, pasar pasar tradisional bisa

hidup bila upah buruh layak.

Dalam UU No 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan khususnya

pasal 88 ayat 4, disebutkan bahwa

Pemerintah menetapkan standar

Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

sebagai dasar dalam penetapan

Upah Minimum seperti yang diatur

dalam. Seperti yang kita tahu bahwa

standar KHL masing-masing provinsi

di Indonesia berbeda. Hal ini yang

menjadi acuan dalam penetapan

upah minimum di masing-masing

provinsi.

Namun demikian disadari bahwa

penetapan upah minimum juga harus

memperhatikan produktivitas dari

tenaga kerja itu sendiri dan

Oktya Setya Pratidina

Perbandingan Upah Minimum dan KHL

Said Iqbal

Presiden KonfederasiSerikat Pekerja Indonesia

(KSPI)

Upah, StandarKehidupan Layak danPeningkatan ProduktivitasTenaga Kerja Indonesia

Sumber :http://image.yaymicro.com/

Page 18: TEK Edisi Februari 2013

pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data

perbandingan antara upah minimum dan KHL (l ihat

grafik) terl ihat ada beberapa provinsi yang UMP-nya

telah sesuai dengan KHL seperti Aceh, Sumatera Utara,

Lampung, DKI Jakarta, Jawa Timur, Yogyakarta, Banten,

Kal imantan Selatan, Kal imantan Timur, Sulawesi Utara

dan Sulawesi Selatan.

Kalau dicermati, secara umum labor cost tidak lebih

dari 5-7 persen dari total Production Cost. Akan tetapi

biaya siluman yang dikeluarkan pengusaha seperti saat

biaya perij inan, bongkar muat dipelabuhan, kutipan

dijalan raya, restibusi daerah dan lainnya bisa mencapai

10 %. J ika biaya siluman ini tidak ada maka total

Production Cost lebih efisien sehingga biaya yang

dikeluarkan oleh pengusaha bisa menjadi lebih rendah

dan pada akhirnya dapat dialokasikan untuk

meningkatkan upah/ kesejahteraan bagi para

pegawainya/ buruhnya.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201316

Windy Pradipta

Berdasarkan laporan Neraca

Pembayaran Indonesia (NPI), jumlah

tenaga kerja Indonesia (TKI) pada Tw

IV – 2012 mencapai 4,02 juta orang.

Kondisi ini menurun dibandingkan

tahun 2011 yang mencapai 4,09 juta

orang. Berbeda dengan jumlah TKI

yang mengalami penurunan, nilai

penerimaan remitansi tercatat 6,98

mil iar USD, meningkat dibanding

tahun 2011 sebesar 6,74 mil iar USD.

Walaupun mengalami penurunan,

komposisi pengiriman TKI formal lebih

tinggi dibandingkan dengan informal ,

tercatat TKI formal pada tahun 2012

mencapai 52%.

Selanjutnya, Doddy Zulverdi selaku

Direktur Neraca Pembayaran Bank

Indonesia mengatakan terjadi

peningkatan yang melambat pada

worker remittance selama 5 tahun

yang hanya sebesar 5,7% atau sebesar

1,1% pertahun. Hal ini disebabkan

adanya penghentian moratorium

informal .

Pemerintah telah mengupayakan

penempatan TKI pada sektor formal

dengan cara melakukan moratorium

TKI Informal ke beberapa negara

seperti Malaysia pada tahun 2009.

Selain itu, pemerintah kerap

memberikan informasi mengenai

potensi pekerjaan di luar negeri ,

khususnya pada sektor formal .

Dalam rangka optimal isasi remitansi,

beberapa hal yang harus diperhatikan

pemerintah adalah memastikan bahwa

baik TKI maupun kelurga TKI di

Indonesia mempunyai akses

perbankan. TKI dan keluarganya perlu

memil iki rekening di bank agar

pengiriman uang tidak melalui pihak

ketiga. Selain di domestik, pemerintah

juga perlu berkoordinasi dengan

negara penempatan agar tenaga kerja

dapat memperoleh akses perbankan di

luar negeri.

Terkait biaya pengiriman uang, hasil

pertemuan G-20 mengemukakan

bahwa biaya pengiriman harus murah,

cepat dan aman. Doddy Zulverdi

menjelaskan bahwa secara umum

biaya pengiriman uang baik remitansi

maupun penerimaan ekspor

cenderung sama. Namun, karena

pengiriman dana remitansi tergolong

kecil , maka biaya pengiriman uang

seolah menjadi besar dibandingkan

dengan transaksi ekspor yang nilainya

lebih tinggi. Dalam menekan biaya

"Secara umum,dalam

mengoptimalkanpenerimaanremitansi,

pemerintah perlumeningkatkankualitas TKI

Indonesia, bukanhanya pendidikan

dan kinerja,namun juga

perilaku TKI itusendiri. "

Optimalisasi PenerimaanRemitansi di Indonesia

Page 19: TEK Edisi Februari 2013

Asuransi tenaga kerja Indonesia (TKI)

merupakan salah satu program

perl indungan terhadap TKI. Oleh karena

itu, kepesertaan TKI dalam asuransi mau

tidak mau menjadi persyaratan mutlak.

Penyelenggara program asuransi

perl indungan TKI adalah perusahaan

yang telah ditetapkan Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Permenakertrans) Nomor

Per.07/MEN/V/2010 tanggal 31 Mei

2010 yang diubah menjadi

Permenakertrans No.1 Tahun 2012

tanggal 5 Januari 2012. Selanjutnya

berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi

(Kepmenakertrans) Nomor

Kep.209/MEN/IX/2010 tanggal 6

September 2010 ditetapkan konsorsium

penyelenggara asuransi TKI yaitu

Konsorsium Asuransi TKI “Proteksi TKI”

yang anggotanya terdiri atas 10 PT

Asuransi (7 PT Asuransi Kerugian dan 3

PT Asuransi J iwa) dan diketuai oleh PT

Asuransi Central Asia Raya.

Program asuransi TKI sudah mulai

di laksanakan sejak tahun 2004.

Berdasarkan Permenakertrans Nomor

Per.07/MEN/V/2010 besaran premi

yang harus dibayar TKI terdiri dari (i)

premi asuransi TKI pra penempatan

sebesar Rp.50.000,- (i i ) premi asuransi

masa penempatan sebesar Rp.300.000,-

(i i i ) premi asuransi TKI purna

penempatan sebesar Rp.50.000,-.

Namun dalam prakteknya kadangkala

belum bisa sepenuhnya mengikuti

aturan yang telah ditetapkan. Sebagai

contoh, Panja Konsorsium Asuransi

Komisi IX DPR RI menemukan fakta

lapangan di Nunukan, Propinsi

Kal imantan Timur dimana besaran

premi asuransi yang dibayarkan hanya

sebesar Rp.100.000,- yaitu pada pra

penempatan sebesar Rp.50.000,- dan

purna penempatan sebesar Rp.50.000,-

Menuju Asuransi Tenaga Kerja Indonesia

yang Lebih BaikInsani Sukandar

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 17

pengiriman uang, diperlukan suatu perangkat teknologi

yang lebih memadai dan jaringan yang lebih banyak.

Bank Indonesia telah mengupayakan agar tidak terjadi

eksploitasi monopol i pengiriman uang. Selain itu,

perbankan juga harus memperhatikan aspek kewajaran

dan transparansi dalam menetapkan biaya pengiriman.

Menurut Doddy, adanya ketidakseimbangan antara

penawaran dan permintaan pasar tenaga kerja serta

belum pul ihnya kondisi perekonomian Indonesia

menyebabkan kombinasi antara lapangan pekerjaan

dan permintaan tenaga kerja tidak tercapai. Selain itu,

pemerintah telah membuka pintu untuk bekerja di luar

negeri. Dengan begitu, upah yang lebih tinggi akan

diperoleh oleh para tenaga kerja yang bekerja di luar

negeri , hal tersebut menjadi faktor pendorong tenaga

kerja memil ih bekerja di luar negeri.

Menurut data BPS, terjadi peningkatan yang melambat

dalam ratio kesempatan kerja. Tahun 2012 ratio

kesempatan kerja tercatat sebesar 93,93% dan TPT

menurun menjadi 6,1%. Artinya, kesempatan kerja di

Indonesia mengalami peningkatan. Namun,

kesempatan kerja yang meningkat tidak diimbangi di

sektor yang menjadi tumpuan perekonomian. Misalnya,

penduduk Indonesia banyak bekerja sebagai petani

namun pertumbuhan tenaga kerja tertinggi berada di

sektor pertambangan, l istrik. Sektor tersebut memil iki

produktivitas yang tinggi dimana dibutuhkan tenaga

kerja berpendidikan sehingga upah yang didapat akan

tinggi. Disini lain, sektor pertambangan, l istrik, gas dan

air hanya dapat menyerap tenaga kerja yang sedikit

termasuk di sektor lembaga keuangan .

Selanjutnya, diharapkan TKI selain mendapat edukasi

keuangan juga harus mempelajari pengetahuan

mengenai pariwisata daerah asal guna untuk

meningkatkan perekonomian Indonesia. Secara umum,

dalam mengoptimalkan penerimaan remitansi,

pemerintah perlu meningkatkan kual itas TKI Indonesia,

bukan hanya pendidikan dan kinerja, namun juga

perilaku TKI itu sendiri .

Referensi:

Doddy Zulverdi

Direktur Grup Neraca Pembayaran

Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, BI

M. Cahyohadi

Kasubdit KelembagaanPenepatan, Dit. PTKLN,Kementerian TenagaKerja dan Transmigrasi

Page 20: TEK Edisi Februari 2013

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201318

dengan alasan asuransi pada masa penempatan sebesar

Rp.300.000,- dilaksanakan di Malaysia.

Terkait dengan mekanisme pencairan klaim,

berdasarkan pasal 26, maka klaim dapat diproses

setelah ada pengaduan dari TKI yang bersangkutan

serta dilampirkan persyaratan umum maupun khusus

yang dibutuhkan. Sayangnya, permasalahan yang sering

muncul , yaitu banyaknya klaim-klaim asuransi yang

merupakan hak TKI tidak selalu dengan mudah diterima

atau ditolak. Konsorsium dengan berbagai alasan tidak

menjalankan kewajiban membayar klaim tersebut.

Alasan yang sering digunakan antara lain tidak adanya

ketentuan di dalam peraturan perundang-undangan

dan dalam Pol is Asuransi yang disepakati , sehingga

pada waktu yang lalu , konsorsium asuransi dengan

alasan tersebut hanya membayarkan klaim asuransi

sesuai kehendak sepihak konsorsium saja. Pada

umumnya klaim-klaim yang ditolak disebabkan oleh (i)

kendala psikologi/mental ; (i i ) penyakit bawaan; (i i i )

pulang karena keinginan sendiri dan (iv) kendala

skil l/keahl ian. Dari kenyataan tersebut dan berdasarkan

hasil Panja Konsorsium Asuransi Komisi IX DPR RI, saat

ini Kemenakertrans sedang melakukan evaluasi

penyelenggaraan asuransi TKI.

Apabila dicermati sebagian besar kasus TKI bermasalah

yang ada berasal dari TKI yang bekerja di sektor

informal sebagai penata laksana rumah tangga.

Kebijakan yang diambil pimpinan Kemenakertrans

sesuai dengan grand design adalah bahwa setelah

tahun 2017, tidak lagi mengirim TKI sektor informal .

Dalam kaitan tersebut pemerintah secara terus menerus

melakukan berbagai upaya antara lain:

Pertama, peningkatan capacity building. Termasuk

didalamnya (i) peningkatan pelatihan, agar TKI yang

akan berangkat ke negara penempatan disiapkan

dengan sebaik-baiknya, (i i ) perbaikan penyelenggaraan

asuransi TKI, (i i i ) penegakkan persyaratan penempatan

TKI dan (iv) pemberian KUR kepada c-TKI dan TKI.

Kedua, melakukan pengetatan sistem pelayanan dan

penempatan TKI. Dimana TKI hanya boleh di tempatkan

di negara-negara yang telah memil iki persetujuan dalam

MoU dengan Indonesia. Saat ini masih ada empat

negara penempatan moratorium, yaitu Arab Saudi,

Kuwait, Jordania dan Siria.

Ketiga, membuat roadmap kantong-kantong TKI.

Roadmap tersebut akan digunakan dan mempermudah

untuk pemerintah dalam memberikan kegiatan-kegiatan

yang bersifat job creation untuk para TKI purna.

Program-program yang akan diterapkan terkait dengan

wirausaha, tenaga kerja mandiri dan sejenisnya. Hal ini

di lakukan agar para TKI yang sudah kembal i ke dalam

negeri dapat mengelola hasil pendapatan mereka

dengan baik dan menurunkan kemungkinan untuk

kembal i bekerja keluar negeri sebagai TKI.

Keempat, mewajibkan seluruh c-TKI untuk mengikuti

psikotes. Kemenakertrans telah menentukan lembaga-

lembaga sebagai mitra dalam pelaksanaan. Proses ini

dirasa penting karena dapat mengurangi tingkat

pemulangan TKI lebih awal dan dari sisi TKI, pemerintah

dapat mengetahui motivasi untuk memutuskan menjadi

seorang TKI. Setelah lolos, c-TKI baru dapat mengikuti

tes kesehatan.

Target kerja Kementerian Koordinator Perekonomian

dan instansi pemerintahan lainnya adalah penciptaan

perluasan kesempatan kerja sebesar 1 juta netto. Dari

sisi Kemenakertrans, target kerja ini hanya untuk di

dalam negeri. Untuk itu, TKI bukan atau tidak dil ihat

sebagai penambahan perluasan kesempatan kerja.

Namun, ketika para TKI sudah kembal i ke dalam kerja

dapat diperdayakan dan di dapat dikategorikan kedalam

upaya target kerja tersebut.

Sumber :http://stutheitandgartland.com

Page 21: TEK Edisi Februari 2013

P ertumbuhan ekonomi Indonesia

yang berada di kisaran 5-6%

sejak tahun 2000 belum mampu

menyerap tenaga kerja Indonesia

yang tumbuh sekitar 1-3 juta orang

per tahunnya. Sebagian besar tenaga

kerja di Indonesia terserap di sektor

informal , yang lebih mengandalkan

low skill worker dengan upah rendah

dan ketiadaan perl indungan sosial .

Saat ini tenaga kerja yang ada di

sektor informal telah mencapai 69%

dari total tenaga kerja Indonesia dan

sisanya, sebesar 31%, bekerja di

sektor formal .

Tingkat penyerapan tenaga kerja

Indonesia tidak terlepas dari

permasalahan regulasi

ketenagakerjaan dan penetapan

kontrak di Indonesia. Kompleksnya

regulasi dan penetapan kontrak

ketenagakerjaan di Indonesia

mempengaruhi ikl im investasi di

Indonesia, sehingga berpengaruh

terhadap perluasan kesempatan kerja.

Akibatnya, pasar tenaga kerja

Indonesia dinilai kurang kompetitif

dibandingkan dengan negara-negara

lainnya.

Berbicara masalah upah, Indonesia

menetapkan Upah Minimum Provinsi

(UMP) yang bertujuan agar

masyarakatnya dapat memperoleh

Kebutuhan Hidup Minimum (KHM)

yang berdasarkan kebutuhan

kehidupan seorang lajang. Sudah

beberapa tahun terakhir,

permasalahan UMP telah menjadi isu

yang hangat, Banyak pakar mel ihat

bahwa menetapan UMP kurang tepat

dalam penentuan upah

ketenagakerjaan di Indonesia.

Sebagai salah satu pakar di bidang

ekonomi, khususnya Ekonomika

Industri dan Regional , Prof. Mudrajad

Kuncoro, guru besar Ilmu Ekonomi,

Universitas Gadjah Mada,

memandang bahwa penentuan upah

sebaiknya dilakukan secara sektoral ,

bukan daerah, seperti yang

diterapkan oleh negara-negara maju

di dunia. Secara teori , biaya pekerja

merupakan salah satu production cost

dari perusahaan, jadi seharusnya

diselaraskan dengan seberapa besar

revenue dari perusahaan tersebut.

Padahal survei menujukkan besarnya

biaya pekerja di industri padat karya

berkisar antara 20-34%.

Misalnya saja di Yogjakarta, di mana

kegiatan perekonomiannya ditopang

oleh UMKM. Adanya kebijakan

kenaikan UMP sebesar 19% di Daerah

Istimewa Yogjakarta tentunya akan

membebani para pemil ik usaha.

Terlebih lagi, tidak adanya sinkronisasi

peraturan mengenai kenaikan UMP

antara pusat dan daerah.

Adanya perbedaan UMP juga akan

berpengaruh terhadap tingkat migrasi

penduduk dari satu daerah ke daerah

lainnya. Pekerja cenderung akan

bermigrasi ke tempat yang mampu

memberikan tingkat kesejahteraan

lebih tinggi. Namun, perusahaan

pencari buruh murah (cost minimisers)

akan mencari daerah dengan UMP

yang lebih rendah. Perpindahan

tersebut akan berpengaruh terhadap

urban growth di Indonesia, di mana

jika tidak didukung dengan

infrastruktur yang memadai, akan

menyebabkan stagnansi atau bahkan

penurunan pertumbuhan ekonomi

wilayah.

Perluasan Kesempatan Kerja di Indonesia

Dara Ayu Prastiwi dan Insani Sukandar

Opini Pakar

Prof. Mudrajat Kuncoro

Guru Besar FakutasEkonomi dan Bisnis

Universitas Gajah Mada

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 19

Page 22: TEK Edisi Februari 2013

Terkait dengan program

pemerintah, perluasan kesempatan

kerja 1 juta ntto. Telah dirancang

l ima pilar fokus bidang tenaga kerja

yaitu (1) kebijakan dan regulasi , (2)

program-program APBN, (3)

pembangunan sektor rii l , (4)

pembangunan infrastruktur dan (5)

proyek-proyek khusus. Di antara

kel ima pilar tersebut, hal terpenting

yang perlu difokuskan, menurut

Mudrajad, pilar yang kemungkinan

dapat menopang target tersebut

adalah program-program APBN. Di

matanya, pemerintah harus mampu

melakukan perubahan pol itik

anggaran yang lebih pro-rakyat.

Belanja APBN masih tersedot untuk

subsidi , belanja pegawai, dan

membayar utang, sedang belanja

untuk si miskin, kelompok marginal ,

dan daerah tertinggal masih relatif

kecil . Selain itu, belanja modal

untuk pembangunan infrastruktur

juga dirasa penting untuk

ditingkatkan karena akan mampu

menyerap tenaga kerja dalam

jumlah yang besar. Walaupun,

dengan rancangan atau upaya yang

dilakukan oleh pemerintah sesuai

dengan teori Okun's law, namun

faktanya berdasarkan trend

pencapaiannya dari tahun 1984-

2011 belum dapat dinyatakan

sesuai dengan kondisi tenaga kerja

Indonesia.

Berdasarkan data yang diolah dari

BI dan BPS terkait hal tersebut,

ditemukan pola huruf U pada

korelasi keduanya, yang berarti

semakin besar perubahan

pengangguran akan menyebabkan

menurunnya pertumbuhan

ekonomi. Terdapat beberapa

kemungkinan dalam penjelasan

temuan tersebut, yaitu (i) j ika terjadi

pertumbuhan output 1% maka

jumlah pekerjaan cenderung tidak

naik sebesar 1% dan (ii) kenaikan

jumlah orang yang dipekerjakan

lebih sedikit dibandingkan kenaikan

jumlah pekerjaan.

Di mata Mudrajad, j ika pemerintah

ingin mencapai target peningkatan

kesempatan kerja sebesar 1 juta

neto, maka hal mendasar yang

sangat perlu dilakukan adalah

perombakan regulasi

ketenagakerjaan Indonesia secara

mendasar. Perombakan tersebut

dilakukan guna memperbaiki ikl im

ketenagakerjaan nasional , sehingga

bisa meningkatkan elastisitas

kesempatan kerja di Indonesia.

Dengan salah satunya, memberikan

insentif fiskal bagi industri yang

padat karya, maupun kemudahan

perolehan bahan baku produksi

karena masih tingginya kandungan

impor berbagai produk Indonesia.

Kesenjangan pembangunan antara

wilayah barat dan timur Indonesia

juga mempengaruhi kondisi

ketenagakerjaan di Indonesia.

Jawa plus Sumatra masih

menyumbang sekitar 80%

ekonomi nasional . Tingginya

pertumbuhan ekonomi di wilayah

barat menjadi magnet tersendiri

bagi angkatan kerja. Di mana

mayoritas dari penduduk

Indonesia akan bermigran ke

bagian barat dan menyebabkan

tingkat pengangguran terbuka

menjadi semakin besar akibat

tidak keselarasan angka antara

penyerapan dan pencari kerja.

Mudrajad menyatakan bahwa kunci

dari masalah tersebut adalah

pembangunan infrastruktur yang

merata, agar tercapai equal ity

antara masyarakat kawasan timur

dan barat Indonesia dalam

mendapatkan fasil itas, akses dan

kebutuhan publ ik lainnya. Wacana

memindahkan ibukota negeri ini ke

kawasan timur perlu dikaji secara

serius kelayakan dan

pembiayaannya.

Pembangunan infrastruktur

tersebut harus diarahkan untuk

menciptakan growth pole baru,

sebagai point of interest bagi

wisatawan dan investor terhadap

wilayah tersebut. Di sini lah peran

Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) amat relevan

untuk membangun dan merancang

kebutuhan-kebutuhan infrastruktur

di kedua belahan kawasan

Indonesia.

Terkait dengan MP3EI, dalam

pandangan Mudrajad, sumber

pendanaan program-program yang

dibangun dan dijalankan oleh

Komite Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia

(KP3EI) belum terl ihat dengan jelas.

Hal ini merupakan sebuah

hambatan guna mencapai

perluasan pembangunan

infrastruktur Indonesia.

"Sebenarnya, permasalahan

pembiayaan ini bisa di atasi dengan

menggunakan dana daerah", kata

Mudrajad. "Ada beberapa daerah di

timur Indonesia yang sebenarnya

mampu mendanai pendanaan

pembangunannya. Ini terbukti dari

triyunan rupiah dana daerah yang

diparkir dalam SBI dan besarnya

Silpa di hampir semua daerah

Indonesia. Oleh karena itu peluang

dan mekanisme daerah untuk

menerbitkan obl igasi daerah perlu

lebih dipermudah dan

disederhanakan. Sumber

pendanaan infrastruktur dari

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201320

Hukum Okun di Indonesia (1984-2011)

Page 23: TEK Edisi Februari 2013

GGejolak akibat penetapan upah

buruh ternyata hingga kini masih

terus berlanjut. Meskipun ritual

penetapan Upah Minimum Propinsi

(UMP) telah ditetapkan pada akhir

Tahun 2012. Namun dalam

kenyataanya hingga kini masih

menyisakan berbagai konfl ik

kepentingan. Salah satu

diantaranya adalah pihak

pengusaha atau pemberi kerja

keberatan dengan besaran upah

yang telah ditetapkan.

Berdasarkan data Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi ,

rata-rata kenaikan upah minimum

provinsi Tahun 2013 adalah sebesar

18,32 persen. Mel ihat kenaikan

upah tersebut, banyak pengusaha

yang mengajukan penangguhan

penerapan besaran upah kepada

para Gubernur di tingkat provinsi

masing-masing. Penangguhan

upah tersebut diajukan terutama

oleh perusahaan mikro, kecil dan

menengah (UMKM). Kenaikan upah

tersebut semakin menambah beban

pengusaha, apalagi bersamaan

kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL)

sebesar 15 persen pada tahun ini;

belum lagi dengan gejolak BBM.

Pergeseran tuntutan ekonomi

mendesak pada dampak sosial

masyarakat yang lebih luas, baik di

perkotaan maupun di perdesaan.

J ika dicermati lebih mendalam,

penetapan upah ada beberapa

kriteria yang harus diperhatikan,

antara lain: Komponen Hidup Layak

(KHL), kondisi perekonomian, daya

saing, kemampuan perusahaan dan

tingkat produktivitas. Dalam KHL,

sesuai dengan Peraturan Menteri

No 13/ 2012 tentang Komponen

dan Pelaksanaan Tahapan

Pencapaian KHL, dicakup 60

komponen; sementara jika

dibandingkan dengan peraturan

lama yaitu Permen Nomor

17/MEN/VIII/2005 tentang hal yang

sama, hanya mencakup 40

komponen. Namun demikian,

dalam kenyataannya penetapan

yang telah memenuhi komponen-

komponen tersebut masih saja

belum memuaskan para pihak.

Selain permasalahan diatas,

kenaikan upah buruh bermuara

pada ancaman PHK yang

di’echo’kan oleh para pengusaha.

J ika hal ini laksanakan, maka akan

merupakan gejala kemunduran

dalam perekonomian Indonesia.

Menyikapi kecenderungan diatas,

pihak pengusaha yang diwakil i oleh

Asosiasi Pengusaha Indonesia

(APINDO) yang didukung oleh

Kamar Dagang Indonesia (KADIN),

menarik diri dari Lembaga

Kerjasama tripartit nasional (LKS

tripartit nasional ) . Keputusan

Penarikan diri tersebut merupakan

Politik Ekonomi Upah Buruh Kerja

Triyono

Peneliti pada Bidang Ketenagakerjaan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 21

obl igasi daerah perlu didorong oleh

Menteri Keuangan, Menteri Dalam

Negeri, dan Menko Perekonomia.

Namun sayangnya saat ini belum

ada satu pun daerah yang berhasil

menerbitkan obl igasi daerah.

Penyebabnya karena: 1.

Menerbitkan obl igasi

membutuhkan persetujuan DPRD,

menkeu, mendagri, dan OJK; 2.

Masih belum banyak daerah yang

mampu meraih status WTP atau

WDP dari hasil audit BPK; 3.

Mekanisme penerbitan obl igasi

dirasa masih berbel it, mahal , dan

makan waktu panjang oleh banyak

daerah karena ada proses teknis

kelayakan, pol itis, dan persetujuan

instansi terkait" , tambah Mudrajad.

Sama halnya dengan Tenaga Kerja

Indonesia (TKI), tingkat upah

merupakan kunci dari "kenekatan"

masyarakat Indonesia untuk keluar

negeri dengan modal keterampilan

yang sangat minim dan

keterbatasan kesempatan kerja di

daerah. Pemikiran seperti ini

tentunya memicu permasalahan

baru untuk negara. Di antaranya

adalah proteksi perlakukan TKI oleh

baik petugas imigrasi , bandara,

PJTKI, maupun parab"calo" TKI di

luar ataupun dalam negeri,

pengguna di negara penempatan

dan bentuk proteksi lainnya yang

dibutuhkan. Tidak hanya dari sisi

proteksi, bantuan pendanaan baik

pada masa sebelum, selama dan

sesudah penempatan bisa lebih

ditingkatkan lagi melalui program

Kredit Usaha Rakyat TKI (KUR TKI)

yang selama ini sudah dijalan oleh

pemerintah dan mitra perbankan.

Secara keseluruhan, baik untuk

permasalahan ketenagakerjaan,

UMP maupun TKI, Mudrajad

menyarankan pemerintah untuk

serius membenahi faktor-faktor

struktural dan sumber

bottlenecking. Perubahan

fundamental yang harus dan perlu

dibenahi harus diidentifikasi dan

dilaksanakan oleh semua pihak

agar "pahlawan devisa" kita

keamanan dan kesejahteraannya

meningkat.

Page 24: TEK Edisi Februari 2013

ungkapan kekecewaan pengusaha

terhadap sikap pemerintah.

Namun demikian yang perlu

dikritisi adalah apakah dengan

adanya penarikan diri APINDO dari

tripartit nasional merupakan jalan

keluar menghadapi permasalahan

ini? Kemudian dari pihak buruh

menilai kenaikan upah tersebut

merupakan hak. Apalagi hingga

saat ini buruh belum sepenuhnya

sejahtera.

Hal positif dalam kenaikan upah

minimum adalah posisi kenaikan

upah di’challenge’ untuk digunakan

sebagai stimulus bagi buruh untuk

meningkatkan produktivitas kerja.

Hal ini diharapkan, akan berdampak

langsung terhadap keuntungan

perusahaan seara ekonomi.

Permasalahan diatas seyogyanya

dicarikan solusi , sehingga buruh

dan pengusaha tidak selalu

berbenturan. Karena permasalahan-

permasalahan diatas tentunya

secara langsung akan berdampak

serius dalam hubungan industrial

dan pada gil irannya, berakibat bagi

hambatan pertumbuhan

perekonomian nasional .

Ada beberapa alternatif solusi yang

dapat ditawarkan. Alternatif

pertama adalah Pemerintah

mengajak rembug-kembal i APINDO

untuk duduk bersama dalam forum

LKS tripartit nasional dan mencari

solusi penyelesaian yang ‘win-win’.

Hal ini mengingat jika tidak segera

di evaluasi dan dicarikan solusi

maka akan berdampak sangat besar

terhadap ikl im dunia usaha dan

investasi .

J ika para pengusaha tida diajak

urun-rembug, tentu dampak nyata

akan tampak pada penurunan

tingkat kepercayaan investor

terhadap ikl im investasi di

Indonesia. Hal ini jelas merupakan

kemunduran karena investasi

merupakan paket kebijakan yang

hingga saat menjadi lokomotif

penciptaan lapangan kerja.

Presiden mengeluarkan Inpres

Nomor 3 Tahun 2006 Tentang

Paket Kebijakan Investasi yang

bertujuan untuk semakin

meningkatkan nilai investasi di

Indonesia. Akan berat bagi

Pemerintah untuk membangkitkan

kepercayaan investor, dan

menjalankan Inpres no 3/2006 jika

tidak segera menangani ‘dispute’

tersebut.

Alternatif kedua adalah

meningkatkan kinerja birokrasi ,

memberantas korupsi dan

meningkatkan infrastruktur. Data

dari World Economic Forum (2012-

2013), menyebutkan bahwa

hambatan ikl im bisnis di Indonesia

banyak disebabkan oleh lemahnya

kinerja birokrasi , korupsi dan

keterbatasan infrastruktur.

Akibatnya, peringkat daya saing

Indonesia turun ke posisi 50 dari

144 negara. J ika dibandingkan

kinerja pada tahun 2011-2012,

maka berarti turun 5 peringkat.

Alternatif ketiga, dalam penentuan

upah harus sesuai dengan

rekomendasi Dewan Pengupahan

dan Gubernur tinggal menetapkan.

Namun dalam kenyataannya sering

kal i upah buruh ini dinaikkan lebih

besar dari rekomendasi Dewan

Pengupahan; apalagi kalau mau

menjelang pemilukada maupun

pemilu. Hal ini mengamini bahwa

tingginya kenaikan upah buruh

Tahun 2013 ini banyak yang menilai

karena adanya agenda pol itik

Tahun 2014. Sehingga gejolak

upah mendorong terciptanya

ekonomi-pol itisasi upah buruh.

Selama ini, berdasarkan

pengamatan penul is, banyak

penetapan upah buruh menjadi

amunisi pol itik bagi bupati maupun

wal ikota yang masa jabatannya

akan habis dan mau mencalonkan

lagi. J ika penentuan ini hanya

didasarkan nafsu kekuasaan belaka,

maka akan cenderung merusak

sistem pengupahan yang ada dan

pada gil irannya, akan menimbulkan

hubungan industrial yang tidak

harmonis. Akhir tul isan ini mari kita

l ihat apakah penetapan upah buruh

menjadi komoditas pol itik-ekonomi

terus menerus atau sebal iknya!

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201322

Sumber : http://proud2ride.fi les.wordpress.com

Page 25: TEK Edisi Februari 2013

Keuangan

SSaat ini struktur Tenaga Kerja di Indonesia masih

didominasi oleh pekerja di sektor informal . Menurut

data BPS, pada Bulan Agustus 2012, terdapat 44,2 juta

orang atau 39,86% bekerja di sektor formal dan 66,6

juta orang atau 60,14% bekerja di sektor informal .

Apabila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi

kenaikan jumlah pekerja formal sebesar 2,7 juta orang

atau naik sebesar 2,03 %. Sedangkan untuk pekerja

informal mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang

dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) yang menjadi bagian dari sektor informal

memil iki proporsi yang cukup signifikan terhadap PDB,

yakni sebesar Rp 3.466,3 tri l iun atau 57,1%, pada tahun

2010 dengan nilai investasi Rp 927,11 tri l iun. Dari data

tersebut dapat dil ihat bahwa UMKM memil iki potensi

yang cukup besar dalam perekonomian, selain itu

UMKM juga cenderung lebih tahan terhadap krisis,

karena menggunakan sumber daya domestik.

Namun potensi yang besar ini belum dimanfaatkan

secara optimal sebagai penggerak roda perekonomian.

Hal ini disebabkan karena beberapa permasalahan yang

dihadapi UMKM, antara lain : i) keterbatasan modal

dan akses pembiayaan; i i ) rendahnya kual itas sumber

daya manusia pelaku usaha; dan ii i ) keterbatasan

jangkauan pemasaran.

Financial Inclusion memberikan perluasan akses

pembiayaan bagi UMKM. Salah satu program

pemerintah yang memberikan perluasan akses

pembiayaan adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yakni

kredit/ pembiayaan modal kerja dan atau investasi

kepada UMKM di bidang usaha yang produktif dan

layak, namun belum bankable dengan plafon sampai

dengan Rp. 500.000.000 (l ima ratus juta rupiah) melalui

skema penjaminan. Selain itu melalui program

sertifikasi lahan, pelaku usaha diharapkan akan memil iki

jaminan untuk mendapatkan kredit dari perbankan

yang digunakan untuk menambah modal usahanya.

Dari sisi statistik, berdasarkan Survei Kegiatan Dunia

Usaha yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada

triwulan IV-2012 menunjukkan akses kredit yang relatif

mudah. Membaiknya kondisi perekonomian berdampak

positif pada keuangan perusahaan yang tercermin dari

l ikuiditas dan rentabil itas yang membaik pada triwulan

IV-2012. Akses kredit ke perbankan selama triwulan IV-

2012 relatif mudah. Hal ini tercermin dari jawaban

responden dimana 19,53% responden menyatakan

akses kredit relatif mudah, 61,34 responden

menyatakan normal dan 19,13% responden

menyatakan cukup sul it untuk memperoleh akses kredit

ke perbankan. Sektor-sektor kredit yang masih merasa

sul it memberikan kredit terutama berasal dari sektor

l istrik, gas dan air bersih dan sektor pertanian.

Persyaratan kredit yang terlalu rumit dan kebijakan

bank merupakan beberapa hal yang dirasakan

mempersul it pemberian kredit.

Sementara dari sisi penyerapan tenaga kerja, seiring

dengan melambatnya ekspansi kegiatan usaha pada

triwulan IV-2012, penyerapan tenaga kerja sedikit

melambat. Tercatat sebanyak 3 sektor ekonomi

melakukan pengurangan tenaga kerja, yakni sektor

jasa-jasa, sektor industri pengolahan dan sektor

pengangkutan dan transportasi. Pada triwulan I-2013

penggunaan tenaga kerja diperkirakan akan meningkat

seiring dengan adanya ekpansi usaha yang dilakukan

pada awal tahun. Penambahan jumlah tenaga kerja

diperkirakan akan terjadi pada hampir seluruh sektor

ekonomi, kecual i sektor jasa-jasa.

Melalui Financial Inclusion diharapkan semakin banyak

pelaku usaha yang dapat mengakses pelayanan

perbankan dan meningkatkan produktivitas usahanya

yang muaranya akan meningkatkan penyerapan tenaga

kerja.

Sumber : http//jangkungr.fi les..wordpress.com

Strategi Keuangan

Inklusif:

Pendorong

Penyerapan

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 23

Alexcius Winang

Page 26: TEK Edisi Februari 2013

BUMN/ Korporasi

P T Pertamina (Persero),tbk. sebagai perusahaan

BUMN memil iki dua peranan, peran pertama

untuk meningkatkan profit dalam rangka memberikan

kontribusi bagi perkembangan perekonomian nasional ,

sedangkan peran yang kedua adalah melaksanakan

tanggung jawab sosial dan l ingkungan. Peran dan

tanggung jawab sosial Pertamina dilaksanakan salah

satunya melalui program PKBL (Program Kemitraan dan

Bina Lingkungan), sebagaimana yang diatur dalam per-

20/MBU/2012 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Negara BUMN nomor per-05/MBU/2007

tentang Program Kemitraan Badan Usaha Mil ik Negara

dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Pertamina telah melaksanakan program PKBL sejak

tahun 1993. Semangat pelaksanaan program tersebut

masih terasa hingga saat ini . Hal tersebut dibuktikan

dengan real isasi penyaluran dana Program Kemitraan

dan jumlah Mitra Binaan dari tahun 2006 sampai

dengan 2011 yang kian meningkat seperti pada tabel

berikut:

Sejak tahun 1993 hingga 2011, Pertamina telah

melakukan pembinaan kepada kurang lebih 96.000

mitra binaan usaha kecil dengan total ni lai pinjaman

mencapai kurang lebih Rp 2,046 tri l iun. Berdasarkan

RUPS PKBL 2011, Pertamina berhasil melebihi target

real isasi anggarannya mencapai 106,76%. Dana

pinjaman tersebut disalurkan pada beberapa sektor ke

beberapa daerah.

Dalam kurun waktu 2009 sampai 2011, penyaluran

dana Program Kemitraan Pertamina pada beberapa

sektor adalah sebagai berikut: sektor pertanian

mendominasi lebih dari Rp 858 mil iar, sektor

perdagangan mencapai hampir Rp 500 mil iar, sektor

perkebunan mencapai lebih dari Rp 178 mil iar, sektor

jasa senilai Rp 172 mil iar lebih, sektor industri mencapai

lebih dari Rp 150 mil iar, sektor peternakan sebesar Rp

98 mil iar dan sektor perikanan senilai Rp 80 mil iar.

Pertamina telah melakukan Program Bina Lingkungan

Pertamina sejak tahun 2004. Program ini ditujukan

untuk memberikan bantuan kepada masyarakat di

sekitar wilayah operasi perusahaan. Cakupan kegiatan

Program Bina Lingkungan ini mel iputi pemberian

bantuan untuk bencana alam, bantuan pendidikan dan

pelatihan, bantuan prasarana umum, bantuan

kesehatan masyarakat, bantuan sarana ibadah serta

bantuan pelestarian alam. Real isasi penyerapan

anggaran dari program ini belum mencapai targetnya.

Untuk tahun 2011, Program Bina Lingkungan baru

mampu mencapai 43% anggaran, yaitu sekitar Rp 125

mil iar dari Rp 294 mil iar yang telah dianggarkan.

Besarnya real isasi penyaluran PKBL diatas,

menunjukkan keseriusan Pertamina dalam

melaksanakan PKBL yang mampu memberikan dampak

untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar

menjadi tangguh dan mandiri serta dapat

memberdayakan kondisi sosial masyarakat bagi seluruh

sektor. Para Mitra Binaaan tercatat telah mampu untuk

menghasilkan produk atau jasa yang bermanfaat bagi

masyarakat luas. Hal ini dibuktikan dengan pesatnya

perkembangan usaha mereka. Saat ini mereka telah

melakukan aktivitas pemasaran tidak hanya

menjangkau pasar dalam negeri tetapi juga hingga

merambah ke luar negeri.

Referensi:

Annual Report PT.Pertamina,Persero,tbk 2006-2011

Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL) PERTAMINA

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201324

Adji Dharma

Page 27: TEK Edisi Februari 2013

RReal isasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara-Perubahan (APBN-

P) tahun 2012 lebih rendah dari

yang direncanakan. Pendapatan

negara yang diperkirakan dalam

APBN-P 2012 sebesar Rp 1.358,2

tri l iun, real isasinya mencapai Rp

1.333,3 tri l iun atau sekitar 98% (per

Desember 2012). Selain itu, terjadi

peningkatan pada pos penerimaan

negara bukan pajak yaitu sekitar

102% dari perkiraan pada APBN-P

2012, meskipun penerimaan negara

dari pajak baru mencapai sekitar

97% dari perkiraan. Sedangkan

real isasi belanja negara hingga

tutup buku hanya mencapai 96,5%.

Dengan perkembangan real isasi

penerimaan dan belanja tersebut,

APBN-P 2012 mengalami defisit

1,89% yang lebih rendah dari yang

diasumsikan dalam APBN-P 2012

yaitu 2,23%.

Perkembangan real isasi APBN-P

2012 tersebut antara lain

disebabkan berbedanya capaian

dengan asumsi ekonomi makro.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia

pada tahun 2012 mencapai 6,23%,

sedikit lebih rendah dari perkiraan

pertumbuhan ekonomi yang

diasumsikan dalam APBN-P 2012

sebesar 6,5%. Pertumbuhan

ekonomi 2012 masih ditopang oleh

konsumsi domestik yang cukup

tinggi mencapai Rp 4.496,4 tri l iun

atau 54,56% dari total Produk

Domestik Bruto (PDB).

Selain itu juga l ifting minyak yang

diperkirakan 930 ribu barel per hari

pada APBN-P 2012, real isasinya

hanya mencapai 863 ribu barel (per

desember 2012). Namun terjadi

peningkatan lifting gas yang

mencapai 1,2 juta setara barel

minyak sehingga penerimaan

sektor migas tidak terganggu dari

perkiraan semula. Sedangkan

real isasi harga minyak mentah

Indonesia rata-rata mencapai USD

113 per barel , lebih tinggi dari

asumsi APBN-P 2012 yaitu sebesar

USD 105 per barel .

Sementara itu tingkat inflasi tahun

2012 dapat dikendal ikan pada

angka 4,3%, lebih rendah

dibandingkan asumsi APBN-P 2012

yaitu sebesar 6,8%. Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu membaiknya ekspektasi

masyarakat akan inflasi tahun 2012,

stabil itas harga barang-barang

strategis serta dijaganya kecukupan

pasokan barang dan jasa.

Nilai tukar Rupiah yang

diasumsikan pada APBN-P 2012

sebesar rata-rata Rp 9.000/USD

namun real isasinya melemah yaitu

mencapai Rp 9.384/USD. Hal ini

disebabkan karena adanya tekanan

pada neraca pembayaran sebagai

dampak dari ketidakpastian

perekonomian global dan tingginya

permintaan akan impor.

Pada sisi belanja, salah satu

penyebab melesetnya real isasi

APBN-P 2012 adalah melonjaknya

anggaran yang semula diperkirakan

Rp 137,4 tri l iun atau 40 juta kilo

l iter, real isasinya sekitar Rp 211,9

tri l iun atau 45,2 juta kilo l iter.

Pada tahun 2013, pendapatan

negara direncanakan Rp1.507,7

tri l iun atau naik 11% dari target

APBN-P 2012. Penerimaan tersebut

berasal dari penerimaan pajak

sebesar Rp 1.031,7 tri l iun,

penerimaan kepabeanan dan cukai

Rp 147,2 tri l iun dan penerimaan

bukan pajak sebesar Rp 324,3

tri l iun. Dengan sumber daya

domestik yang optimal , diharapkan

belanja dapat didukung dan

memacu pertumbuhan ekonomi

yang berkual itas.

Referensi:

Buku Saku APBN, Desember 2012,

Kementerian Keuangan

Gita Putri Pertiwi

Fiskal dan Regulasi Ekonomi

Realisasi Pendapatan

dan Belanja Negara

Tahun 2012

APBN-P 2012 mengalami defisit1 ,89% yang lebih rendah dari

yang diasumsikan dalam APBN-P2012 yaitu 2,23%.

Sumber : http//greystar-corp.com

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 25

Page 28: TEK Edisi Februari 2013

HMengenal Debottlenecking Komite Percepatandan Perluasan Ekonomi Pembangunan Indonesia

Budi Diwyacitta Rarasati

Kolom MP3EI

Hambatan merupakan hal yang lumrah ditemui dalam

keberlangsungan suatu proyek pembangunan, baik

infrastruktur maupun sektor rii l , dan seringkal i

menimbulkan konfl ik yang berkelanjutan. Demi

tercapainya percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi Indonesia, Komite Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) bertugas

untuk melakukan monitoring serta pengawalan pada

proses penyelesaian konfl ik yang ditemui pada proyek-

proyek MP3EI.

Fungsi penyelesaian konfl ik dari MP3EI atau yang

dikenal juga dengan dispute settlement ini ,

d i laksanakan oleh KP3EI berdasarkan suatu sistem

yang dibagi dalam 4 tahap, (1) Sekretariat KP3EI dan

Tim Kerja akan bekerjasama untuk melakukan

identifikasi dan pengelompokan permasalahan. (2)

Kemudian dibuat dokumen langkah penyelesaian yang

bersifat semi akademik dengan keluaran utama “who

does what”, untuk memperjelas langkah pengambilan

kebijakan dalam proses penyelesaian, (3) Mediasi

penyelesaian masalah dengan stakeholder dan investor,

penyelesaian tingkat menteri dengan rapat pleno

dilakukan untuk permasalahan yang membutuhkan

kebijakan stratejik dan (4) monitoring dan evaluasi

kebijakan yang telah diambil , untuk memastikan bahwa

kebijakan bisa berjalan dengan baik.

Pada proses identifikasi yang dilakukan pada awal

tahun 2012, ditemukan setidaknya 62 konfl ik strategis.

Berdasarkan temuan tersebut, terdapat tiga kelompok

permasalahan utama, pertama konfl ik lahan, kedua

perizinan, dan ketiga regulasi . Terdapat 36 konfl ik

terkait lahan dengan nilai investasi 324 tri l iun,

kemudian 14 konfl ik terkait perizinan dengan nilai

investasi 312 tri l iun, dan 12 konfl ik terkait regulasi

dengan nilai investasi 173 tri l iun. Selain permasalahan

yang berisifat strategis tersebut, monitoring dan

mediasi juga dilakukan pada permasalahan-

permasalahan yang lebih minor, seperti percepatan

proses perizinan dari BPOM, adanya kebutuhan SNI,

dan lain sebagainya. Walaupun tidak ditutup

kemungkinan teridentifkasinya konfl ik baru dalam

proyek MP3EI, saat ini secara umum proses

penyelesaian konfl ik berada pada tahap tiga dan juga

empat.

Sejauh ini debottlenecking yang dilakukan KP3EI adalah

pertama pada permasalahan terkait regulasi . MP3EI

telah memperbaiki 41 regulasi sementara 16 regulasi

sedang dalam proses perbaikan. Tiga diantaranya

merupakan undang-undang, 21 peraturan pemerintah,

21 peraturan presiden dan 10 peraturan tingkat

menteri. Perbaikan regulasi di lakukan dengan dasar

mengkonsistensikan kebijakan untuk merevital isasi

kinerja sektor rii l demi mencapai tujuan MP3EI.

Kedua, untuk penyelesaian permasalahan terkait lahan.

Diterbitkannya Undang-Undang No.2/2012 tentang

Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum merupakan kunci utama

penyelesaian masalah lahan. Pengaturan pelaksanaaan

dari UU ini telah tertuang dalam Perpres No. 71/2012.

Untuk mendukung hal tersebut, telah terbit

Permendagri No. 72/2012, PMK No. 13/PMK.02/2013,

dan Perka BPN No. 5/2012. Keseluruhan ini memastikan

proses pencapaian target pembebasan lahan setidaknya

dapat selesai dalam 319 hari dan maksimal 583 hari

dengan perkiraan adanya keberatan dari pemil ik lahan.

Saat ini sedang dibentuk tim sosial isasi UU yang

dikepalai oleh Deputi bidang Hak Tanah dan

Pengadaan Tanah BPN pada tim pengawas, dan

Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah

sebagai ketua tim pelaksana.

Ketiga, permasalahan terkait perizinan pada proyek

MP3EI yang sangat beragam. Ganjalan Ij in Pinjam Pakai

Kawasan Hutan (IPPKH) dan Ij in Usaha Pertambangan

(IUP) merupakan yang pal ing sering ditemui. Mediasi di

lakukan berjenjang dari jajaran pemerintah daerah

hingga jajaran kementerian di tingkat pusat. Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK) – Sei Mangkei merupakan

proyek strategis yang permasalahan izinnya berhasil

difasi l itasi oleh MP3EI. Sebagai KEK pertama,

keberhasilan ini memegang peranan besar (quick wins)

dalam usaha pemerintah dalam menarik investasi untuk

mendorong pembangunan industri hi l ir di Indonesia.

Urgensi penyelesaian konfl ik dalam proyek-proyek

MP3EI tidak hanya semata-mata merupakan kebutuhan

investor, keberhasilannya juga menentukan masa depan

Indonesia. Percepatan proses dispute settlement dalam

proyek-proyek startegis yang didorong oleh KP3EI ini

tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak

terkait terutama kemeterian dan lembaga serta jajaran

pemerintah daerah.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201326

Page 29: TEK Edisi Februari 2013

KUR dan UKMKUR dan UKM

UR yang telah

disalurkan pada

bulan Januari 2013

mencapai Rp 3,8

tri l iun dengan

jumlah debitur

sebanyak 194.415

orang. Sementara itu, penyaluran

sejak bulan November 2007 hingga

Januari 2013 mencapai Rp 100

tri l iun dengan jumlah debitur

tercatat sebanyak 7,8 juta orang.

Rata-rata setiap debitur

mendapatkan kredit sebesar Rp

12,8 juta per orang dengan tingkat

NPL 4,1%.

Bank BRI merupakan Bank penyalur

KUR tertinggi, khususnya KUR

Mikro. Sampai dengan Januari

2013, BRI telah menyalurkan KUR

Mikro sebesar Rp 48,2 tri l iun dan

KUR Ritel sebesar Rp 12,8 tri l iun

dengan jumlah masing-masing

debitur sebesar 7,2 juta orang dan

80.093 orang.

Penyaluran KUR melalui BPD pada

bulan Januari 2013 tercatat Rp 364

mil l iar dengan jumlah debitur

sebanyak 5.219 orang. Penyaluran

BPD tertinggi disalurkan oleh Bank

Jatim dan Bank Jabar Banten, yaitu

masing-masing sebesar Rp 1,6

tri l iun dan Rp 1,03 tri l iun. Jumlah

debitur KUR Bank Jatim dan Bank

Jabar Banten masing-masing

sebesar 31.480 orang dan 21.395

orang. Adapun, tingkat rata-rata

NPL sebesar 6,9%.

Secara sektoral , KUR bulan Januari

2013 lebih banyak disalurkan untuk

sektor perdagangan yakni sebesar

57%, diikuti oleh sektor pertanian

sebesar 16%. Sedangkan

berdasarkan sebaran regional ,

penyaluran KUR tertinggi terjadi di

provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur

dan Jawa Barat. Masing-masing

penyaluran KUR pada ketiga

provinsi tersebut adalah Rp 15,2

tri l iun, Rp 15,1 tri l iun dan Rp 12,7

tri l iun. Dalam rangka meningkatkan

sebaran KUR di Indonesia, perlu

tetap adanya kerjasama yang baik

antara pemerintah daerah dan

perbankan.

Selanjutnya untuk KUR TKI, baik

jumlah penyaluran maupun jumlah

debitur terus mengalami

peningkatan. Sampai dengan bulan

Januari 2013 penyaluran KUR TKI

tercatat mencapai Rp 44,025 mil iar

dengan jumlah debitur sebanyak

3.325TKI. Penyaluran KUR TKI

tertinggi diberikan kepada pekerja

dengan negara tujuan Korea dan

Malaysia, yaitu masing-masing

sebesar Rp 16,5 mil iar dan Rp 5,6

mil iar. Berdasarkan lapangan

pekerjaan, penyaluran KUR TKI

mayoritas diberikan kepada sektor

manufaktur dan konstruksi.

K "Secara sektoral ,

KUR bulan Januari

2013 lebih banyak

disalurkan untuk

sektor perdagangan

yakni sebesar 57%,

diikuti oleh sektor

pertanian sebesar

16%."

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)Periode Januari 2013

Windy Pradipta

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 27

Page 30: TEK Edisi Februari 2013

KUR dan UKMLaporan Kegiatan

Struktur sosial masyarakat Indonesia jika direfleksikan

dalam satu ukuran dalam PDB adalah 10.000 tri l iun

rupiah atau US$1 tri l iun. Hal ini menjadikan Indonesia

sebagai negara 16 terbesar di dunia. Sekitar 50 persen

lebih disumbang oleh UMKM, termasuk pedagang kaki

l ima.

Keberadaan PKL sebagai sektor informal mampu

meyerap tenaga kerja yang lebih banyak di Indonesia.

Terbatasnya penyerapan tenaga kerja di sektor formal

membuat sektor informal seperti PKL ini menjadi

alternatif mencari pekerjaan. APLKI mencatat jumlah

pedagang kaki l ima di Indonesia mencapai 25 juta dan

10% hingga 15% berada di setiap provinsi dari total

penduduk atau sekitar 75.000 hingga 100.000 pedagang

kaki l ima.

Pada tanggal 3 Februari 2013 lalu , Menteri Koordinasi

Bidang Perekonomian RI, Hatta Rajasa, melakukan

kunjungan ke Kota Jambi untuk menghadiri acara

peringatan ulang tahun Asosiasi Pedagang Kaki Lima

Indonesia (APKLI). Pada acara tersebut, Menko

perekonomian hadir sebagai dewan pembina APKLI

sekal igus membuka festival pedagang kaki l ima (PKL)

se-Jambi.

Pada kesempatan ini , Menko Perekonomian

mengatakan bahwa PKL harus diberdayakan dan harus

naik kelas. Ukuran dari keberhasilan dari APKLI bukanlah

bertambah banyak anggotanya, melainkan harus

berkurang.

Pemberdayaan PKL sebenarnya sudah diatur dalam

Perpres 125/2012 tentang koordinasi penataan dan

pemberdayaan kaki l ima di Indonesia. Ini bisa dijadikan

landasan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak

termasuk perbankan oleh APKLI agar bisa memperoleh

pinjaman kredit.

Perpres ini juga memberi tanggung jawab secara tegas

ke Pemerintah dan Pemda agar melakukan penataan,

pembinaan dan pemberdayaan untuk mendorong

pertumbuhan PK5. Sesuai Perpres itu tanggung jawab

penataan PK5 untuk di pusat berada pada Mendagri,

sementara untuk di tingkat Provinsi adalah Gubernur

dan Kota/Kabupaten adalah Wal ikota/Bupati

Tujuan dari pemberdayaan PKL ini guna mempercepat

transformasi ekonomi agar berjalan dengan lancar

menuju industri yang efisien tanpa harus menempatkan

tenaga kerjanya menjadi tenaga kerja murah. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Presiden yang menyatakan

bahwa era tenaga kerja murah telah berakhir.

Transformasi ekonomi ini tentunya sangat berkaitan erat

dengan para PKL yang merupakan tulang punggung

perekonomian. Transformasi ekonomi yang dimaksud

adalah meningkatnya jumlah PKL yang naik kelas pada

usaha formal . Pada akhihrnya diharapkan bahwa melalui

pemberdayaan PKL ini dapat meningkatkan bargaining

position dari PKL.

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dalamRangka Mempercepat Transformasi Ekonomi

Oktya Setya Pratidina

Sumber: lukisnano.blogspot.com

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201328

Page 31: TEK Edisi Februari 2013

SelamatTahunBaru Imlek2013

Page 32: TEK Edisi Februari 2013

Untuk informasi lebih lanjut hubungi :Redaksi Tinjauan Ekonomi dan KeuanganKementerian Koordinator Bidang PerekonomianGedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2­4 Jakarta, 10710Telepon. 021­3521843, Fax. 021­3521836Email : [email protected] Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada websitewww.ekon.go.id