edisi 3 anatomi radiologi 1
TRANSCRIPT
24
�������������� �
�
�
�
�
� �
Kuliah Tanggal: 21 dan 28 Februari 2005
Dosen: dr. H. Bagaswoto Poedjomartono Sp. Rad., Sp. KN., M. Kes
ANATOMI RADIOLOGI SATOE
Di dalam topik anatomi radiologi adalah kita harus dapat mengetahui:
� Kepala dan sistem skeletal posisi rutin
� Toraks, posisi PA, lateral, AP, dan oblik.
Pada pemeriksaan thorak, penggunaan posisi lateral dan oblik untuk mengetahui sesuatu yang lebih detail.
� Abdomen, posisi AP, PA, semi erek, dan LLD.
� Traktus GIOMD (Gastrointestinal, Oesophagus, Maag, Duodenum) dan colon inloop.
� Traktus Genitourinarius, BNO (Blaas, Nier, Oversiecht) yaitu pemeriksaan untuk kandung kemih, ginjal, dan
sekitarnya. Pelvis, IVP (intravenous pyelography), APG (anterograd pyelography), RPG (retrograd
pyelography), dan HSG (histerosalphyngography)
� Anatomi radiologi pada pemeriksaan khusus, seperti angiografi, myelografi, dan mammografi.
Dalam Anatomi Radiologi yang dipelajari adalah keadaan normal dan patologis.
~tulang termasuk kepala, skeletal aksial dan skeletal appendikular.
~Thorax meliputi Trakus Gastrointestinal,pulmo dan jantung.
~Abdomen meliputi hepar,Traktus Gastrointestinal, limpa,Traktus urinarius dan organ genital.
Modalitas Alat ~X Ray conventional, OPG
Radiografi conventional ada 4 basic densitas yaitu gas, lemak, jaringan tisu lunak dan struktur kalsifikasi. Sinar
X yang melewati udara kurang diabsorpsi sehingaa akhirnya menyebabkan hitam pada film radiograf. Pada tulang dan
struktur yang kalsifikasi, Ca mengabsorpsi lebih banyak dan akhirnya struktur tulang akan muncul warna putih.
~X Ray digital subtraction
~CT; spiral CT; multislices CT
Berbeda dari radiografi konvensional, lebih sensitive, menggunakan gas atau detector crystal yang dapat
memanipulasi data lewat computer.
Ada 2 metode untuk multislices~Tempat pembaringan pasien diputar dan dihentikan untuk setiap bagian demi bagian.
Pada spiral CT; pasien ditransportasi secara terus menerus melewati scanner, maka efek sinar X membuat jalur spiral
dan sekaligus data dikoleksi
~DEXA – bone densitometry
~USG
25
Pada pemeriksaan ultrasound, bunyi frekuensi tinggi dihalakan ke tubuh melalui transducer yang dilekap pada
kulit. Ultrasound bisa digunakan untuk menunjukkan struktur padat yang mempunyai perbedaan halangan acoustic dari
jaringan normal yang berdekatan, e.g. metastase.
Bisa menentukan apakah strukturnya padat/kistik. Kista dan struktur yang dipenuhi cairan yang lain mempunyai gema
besar dari dindingnya tapi gema bukan dari cairan itu sendiri. Banyak gema yang diterima biasanya berasal dari
jaringan dibelakang kista yaitu sering disebut pengerasan gema (acoustic enhancement)
~ MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI merupakan cara pemeriksaan yang lebih sensitif lagi, tidak hanya untuk tulang, tapi juga untuk jaringan
lunak, antara lain ligamen, tendon, kartilago dan otot. Bahkan, dapat pula digunakan untuk melihat perubahan pada
sumsum tulang, misalnya jika terjadi edema atau infiltrasi. MRI menggunakan medan magnet yang cukup tinggi,
biasanya mencapai 1,5 T (0,3-1,5 T). Bisa dibayangkan deh, 1 T sebanding dengan 10.000 gauss, padahal medan
magnet bumi cuma 0,5 gauss!!
MRI menggunakan prinsip adanya atom hidrogen dalam molekul air dan lemak. Dalam suatu medan magnet,
atom hidrogen (yang juga memiliki gaya magnet antara elektron-elektronnya), mengalami interaksi tarik-menarik
dengan medan magnet. Selama pemeriksaan, sinyal gelombang RF diaktifkan, menyebabkan atom hidrogen terlepas
dari interaksi tadi. Atom hidrogen tadi spontan berupaya untuk mencapai kondisi stabil seperti semula, sambil
melepaskan gelombang RF yang terserap. Nah, distribusi dari gelombang RF yang dilepaskan dalam jaringan ini yang
diamati.
Jaringan yang melepaskan sinyal secara kuat akan terlihat putih, sebaliknya yang lemah akan berwarna hitam.
Ini berkebalikan sama konsep radioluscent dan radiopaque di foto sinar-X. Jadi, pada MRI tulang akan keliatan hitam…
~SPECT;CT/MRI- SPECT
SPECT adalah singkatan dari single proton emission computed tomography. Emisi bisa medeteksi lesi yang
tidak tampak pada pengamatan standar.
CT (Computed Tomography)
Pemeriksaan dengan CT digunakan untuk mengamati potongan transversal. Pemeriksaan CT tidak dapat
melihat profil secara utuh dalam satu gambar, tapi didapatkan gambaran per potongan (slice). Kepala dipotong-potong
tranversal umumnya pada ketebalan slice 10 mm. Jika pemeriksaan untuk mengamati keadaan pada atau di bawah
sella turcica, digunakan slice dengan ketebalan 5 mm untuk memperoleh gambaran yang lebih rapat.
CT juga lebih sensitif dan spesifik daripada foto rontgen biasa, terutama untuk mendeskripsikan fraktur di
daerah-daerah yang memiliki struktur anatomi kompleks, misalnya cranium, pelvis, dan vertebrae.
Pada kasus-kasus dimana terdapat cairan abnormal di dalam kranium, pemeriksaan CT-Scan sangat diperlukan.
Misalnya untuk membedakan hydrocephalus, atrofi cerebri, dan subdural-higroma. Pada hydrocephalus dan atrofi
cerebri ditemukan adanya cairan di subarachnoidal, hanya saja atrofi kebanyakan pada orang tua sedangkan
hydrocephalus kebanyakan pada anak-anak. Subdural higroma menunjukkan gambaran cairan di subdural.
~PET; CT /MRI- PET
Disingkat dari Positron Emission Tomografi. Menggunakan jangka hayat pendek isotop positron
emitting. Dua sinar gamma diproduksi dari pemusnahan setiap positron yang bisa dideteksi dari kamera gamma
special. Reflek yang dihasilkan menunjukkan gambaran distribusi isotop. Dengan menggunakan isotop dari subtansi
yang penting secara biologi seperti karbon/oksigen ~ PET bisa di gunakan untuk mempelajari proses fisiologi seperti
perfusi darah dari jaringan, substansi metabolisme seperti glukosa adalah jalur biokemis komplek misalnya penyimpan
neurotransmitter dan pengikatan.
KEPALA
26
Seterusnya di bawah ini adalah titik-titik antropologi buat membantu kita mempelajari anatomi radiology:
• Orbitomeatal line (radiographic base line)
• Infraorbitomeatal line (Reid’s base line atau Frankfurt line)
• Interpupillary atau Interorbital line
• Glabella
• Nasion
• Acanthion
~ tarik nafas, doa doa dulu sebelum masuk ke babak berikutnya
Proyeksi standar yang digunakan untuk rontgen kepala adalah posisi AP, PA, lateral, posisi Towne’s, dan posisi
Caldwell.
Lateral
Tujuannya untuk lihat lebih detail tulang kepala (calvaria cranii), dasar kepala (basis craniii), dan struktur
tulang muka (viscerocranium).
Pada gambar lateral nampak tulang kepala sisi kanan dan sisi kiri berimpit (superimposed), demikian pula gigi
Postero Anterior/Occipito-Frontal
Pada proyeksi ini bisa melihat secara detail tulang frontal, struktur kranium yang ada di sebelah depan, dan
pyramid os petrossus.
Os petrosus diproyeksikan lewat orbita, bahkan mengisi hampir keseluruhan dari cavum orbita. Rongga posterior
dan anterior dari sinus ethmoidal terlihat jelas, dan dorsum sellae terlihat sebagai suatu kurva di antara kedua orbita, di
atas os ethmoid.
Occipital (Towne’s/Grashey’s position)
Untuk melihat tulang occipital dan foramen magnum. Dorsum sellae, os petrossus, dan mastoid celulae .
Gambaran normal: tulang occipital jelas, dorsum sellae dan processus clinoideus posterior diproyeksi lewat
foramen magnum.
Caldwell’s projection
Bagi melihat detail cavum orbita, misal pada kasus retinoblastoma, atau destruksi tulang orbita..
Posisinya mirip pengambilan secara occipitofrontal, cuma sinar datang lebih ke arah kepala. Pada proyeksi ini,
terlihat gambaran alae major dan alae minor os sphenoidale superimposed terhadap orbita, petrous ridge
(ridge:penonjolan) yang merupakan tegmen timpani juga diproyeksikan di dekat margo inferior cavum orbita.
Submento-Vertical (Basal)
Tujuan pengambilan ini adalah melihat detail dari basis cranii.
Pada posisi ini akan terlihat jelas foramen occipitalemagnum, foramen ovale, foramen spinosum dan foramen
lacerum.
Water’s projection
Tujuan pengambilan ini adalah melihat gambaran di sinus paranasal (sinus maxillaris). Sinus paranasal juga
dapat diamati dengan proyeksi AP, lateral dan Towne’s.
Gambaran orbita dan maxilla bisa tampak jelas pada pemeriksaan ini.
~ tenang dulu..ni baru starting.Jika belum faham..di lihat lagi gambarnya.he he
27
Tujuan Pencitraan Kepala Pada prinsipnya yang diamati pada pencitraan (image) kepala adalah keadaan normal dan abnormalnya. meliputi :
Keadaan normal Keadaan abnormal
Profile topografi
Tabula calvaria
Sutura-Sellaturcica
Sinuses paranasales
Orbital ring-Petrosus ridge
Cavum nasi-Mandibula
Porositas
Destruksi
Sklerosis
Perubahan kondisi tulang dan topografi
Adanya massa
Dengan mengamati proyeksi-proyeksi kepala tersebut, kelainan yang terdapat pada kepala akan dapat terlihat.
Misalnya fraktura pada calvaria cranii akan memberikan gambaran garis radioluscen linier (fraktur linier), atau multipel
(fraktur multipel), atau stelat (garis fraktur seperti bintang), atau depressed fracture yang akan terlihat sebagai daerah
padat yang mengalami depresi (depressed fracture).
Vascular-groove pada meninges dapat diketahui dengan mudah karena posisinya yang konstan dan
nampak jelas, mengikuti lengkung calvaria ke arah basis kranii menuju foramen spinosum.
Fossa hypophysealis atau sella turcica (nampak jelas pada proyeksi lateral) dapat bervariasi ukurannya pada
setiap orang, normalnya panjangnya sekitar 11-16 mm dan kedalaman fossa 8-12 mm. Fossa hipofisa yang ukurannya
lebih kecil daripada normal ini sering ditemukan pada pasien myotonia congenita.
Pada keadaan hiperostosis dapat terlihat bayangan kenaikan densitas pada tabula interna yang disebut
hiperostosis interna, dan pada tabula externa yang disebut hiperostosis externa. Gambarannya semakin opaque gitu…
Penggunaan soft-tissue technique, yaitu penyinaran dengan kV dan mA rendah, dapat digunakan untuk
mengamati abnormalitas di jaringan yang lunak, misalnya edema pada kartilago os nasal, atau adanya hematom
subkutan. Pada cara ini, jaringan yang keras misalnya tulang tidak dapat ditembus sinar. Dengan penggunaan kV dan
mA rendah, diharapkan agar benda-benda lunak masih dapat menahan sinar yang lewat, ga’ sekedar dilewatkan gitu
aja…Kalo pake kV dan mA standar, gambaran hematom subkutan ataupun edema tersebut akan luscent sama sekali,
tidak dapat diamati.
Gambaran keadaan abnormal pada cranium [Perubahan Kepadatan Tulang]
Kalsifikasi
Adanya peningkatan densitas di daerah-daerah yang semestinya kurang/tidak padat, misalnya di bagian anterior dan
posterior (proyeksi lateral), menunjukkan kemungkinan kalsifikasi.Kalsifikasi bisa fisiologis dan patologis.
Kalsifikasi fisiologi :
� Comissura habenulare
� Pineal body.
� Dura, biasa pada usia menengah dan lanjut, mudah diamati di daerah falx cerebri ataupun di tentorium.
� Hipofisa.
� Ganglia basalis dan nukleus dentatus.
� Lensa orbita.
Kalsifikasi patologis dapat digolongkan berdasarkan penyebabnya :
� Neoplasma, misalnya meningioma, lipoma, chordoma, craniopharyngioma
� Lesi vaskular, misalnya atheroma, aneurisma, hematom subdural maupun intracranial.
� Infeksi dan investasiparasit, kaya’ toxoplasmosis, CMV, cysticercosis, kista hydatid.
� Kelainan metabolik dan lain-lain, hipoparatiroidisme, Sturge-weber syndrome, keracunan CO,
neurofibromatosis.
~ Buat yang udah pusing, minum-minum dulu deh. Ada lagi yang lebih special setelah ini..
28
Meningioma
Meningioma menunjukkan gambaran kalsifikasi pada sekitar 10% kasus. Kalsifikasinya menunjukkan
gambaran globular dan amorfik, dengan tanda khas menempel pada lapisan dura (misalnya di falx cerebri).
Lokasinya kebanyakan parasagital. Gambaran radiologis antara lain hiperostosis dan kalsifikasi.
Aneurisma
Aneurisma kronik menunjukkan gambaran kalsifikasi mirip arcus atau garis melingkar, terutama di daerah
sirkulus Wilisi.
Sturge-Weber Syndrome
Karakteristik kalsifikasinya adalah ‘tram-line’, yaitu gambaran kaya rel yang berkelok-kelok, biasanya di
daerah oksipital. Lokasi umumnya unilateral, tapi bisa juga bilateral.
Hiperostosis
Hiperostosis yaitu kondisi peningkatan kepadatan tulang. Dapat terjadi lokal maupun di seluruh tulang tubuh.
Hiperostosis lokal dapat terjadi pada meningioma. Contoh lainnya adalah hiperostosis frontalis interna, yaitu kelainan
idiopatik pada dewasa, diduga berkaitan dengan perubahan hormonal. Gambarannya terjadi penebalan irregular (lebih
putih) pada tabula interna os frontal, simetris bilateral.
Hiperostosis generalisata misalnya pada myotonia kongenita, akromegali.
[Porositas]
Osteoporosis
Gambarannya menunjukkan penurunan jumlah dan ketebalan trabekula. Juga ditemukan adanya penipisan korteks.
[Perubahan topografi]
Perubahan topografi tulang antara lain terjadi karena fraktur, dislokasi, angulasi.
[Massa]
Penonjolan atau penekanan ke dalam pada tulang kepala dapat disebabkan adanya massa, misalnya pada
metastasis dari berbagai neoplasma primer, tumor kulit kepala, dll.
[Sclerosis]
Yaitu adanya pengerasan atau indurasi, misalnya pada peradangan dan penyakit substansi interstitial.
Pada kelainan intrakranial akibat cairan cerebrospinal, misalnya pada hydrocephalus, akan terlihat kepala yang
membesar dengan gambaran tabula menipis dan pelebaran sutura atau pelebaran fontanella.
Jika terdapat lesi yang menyebabkan terjadi peningkatan tekanan intrakranial, dari foto kepala akan tampak
gambaran impressiones digitatae (lekukan-lekukan pada facies interna calvaria cranii) atau convolutional marking
yang semakin jelas. Umumnya, gambaran demikian bisa dijumpai pada kasus SOP (Space occupying Pressure) atau
SOL (space occupying lesion) atau pada craniostenosis, yaitu kelainan dimana terjadi penutupan sutura dini,
misalnya pada Cruzon Syndrome (disebut juga Familier Cranio-Facial Dysostosis).
Gambarannya, selain terjadi peningkatan gambaran impresiones digitatae, juga terjadi brachicephali (kepala
melebar ke samping), faring dangkal, serta vertex yang meninggi (turrycephaly). Jadi itu semua disebabkan karena
penutupan sutura terlalu cepat, padahal kan otak bayi atau anak-anak berkembang sangat cepat.
~oh ya..kisah tentang kepalanya sudah selesai.Ayo..teman teman, yuk kita belajar tulang tulang nya pula.
SKELETAL AXIAL Pemeriksaan skeletal axial meliputi vertebrae cervicalis, thoracalis, lumbalis dan sacralis. Pada prinsipnya
proyeksi yang digunakan adalah AP dan lateral, kadang-kadang juga ditambahkan proyeksi oblique.
Gambaran normal vertebrae cervicalis membentuk kurvatura ke anterior. Vertebrae thoracalis pada
kondisi normal membentuk kurvatura ke posterior.
Proyeksi AP
Untuk vertebrae cervicalis, sinar sentral diarahkan pada titik paling menonjol dari kartilago tiroid, biasanya ini
tepat di segmen anterior VC IV. Untuk mendapatkan gambaran dens epistrophii dan articulatio
29
atlantooccipitalis, maka pemeriksaan AP dilakukan dengan mulut pasien terbuka selebar mungkin, dan diminta
mengucapkan ‘Aaaa’ agar lidah melekat pada dasar cavum oris, sehingga bayangan lidah pada film nanti tidak
superimposed dengan artikulasi tersebut. Kerusakan pada dens epistropii dapat berakibat ‘sudden death’ karena
menekan medulla oblongata.
Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, ketujuh vertebrae cervical harus nampak, sehingga bahu harus direndahkan. Kadang
pemeriksaan ini menimbulkan magnifikasi dan distorsi, kecuali jika menggunakan ‘long-film target distance’ (6 kaki).
Proyeksi lateral menunjukkan gambaran processus articularis (superior dan inferior) yang jelas untuk vertebrae
thoracalis, dan processus spinalis semua vertebrae.
Proyeksi oblique
Proyeksi oblique digunakan untuk mengamati foramen intervertebralis. Foramen intervertebralis nampak
menyempit pada ‘Shoulder-Arm Syndrome’, sehingga saraf yang keluar terjepit.
Proyeksi oblique juga sangat membantu untuk pemeriksaaan vertebrae cervical dan lumbal. Untuk proyeksi
oblique pada pengamatan vertebrae lumbal, dapat diamati dengan jelas processus articularis superior dan
inferior, serta artikulasi yang dibentuk oleh kedua processus tersebut, yaitu articulatio zygapophysealis dan
facies interarticularis.
Mengapa yang menggunakan foto AP dan lateral saja, sulit mengamati Processus articularis superior dan
inferior vertebrae cervicalis dan lumbalis. Jawabnya karena strukturnya yang agak menyerong (oblique), berbeda
dengan vertebrae thoracalis.
Pengamatan oblique vertebrae lumbalis juga akan menunjukkan gambaran Scotty Dog Sign, yaitu
gambaran mirip anjing Skotlandia yang dibentuk dari processus transversus (mulutnya), processus articularis
superior (telinganya), lamina arcus vertebrae (lehernya) dan processus artiocularis inferior (kaki depannya)~di
bayangkan saja ya! Bila ada fraktur di salah satu struktur tersebut, dapat diamati adanya perubahan pada scotty dog
sign.
Articulatio sacroilliaca sangat baik diamati dengan posisi pasien supine oblique 25º. Sinar sentral tegak
lurus pada articulatio sacroilliaca, diatas SIAS
~ Ada lagi nie..tentang dia
Keadaan Abnormal pada Vertebrae
Proses penuaan
Seiring pertambahan usia, kadang terbentuk taji/spurs (osteophyt) pada vertebrae, yang asimetris dan
berbeda-beda bentuknya. Jika osteophyt tumbuh di posterior, dapat menekan nervus spinalis. Pada usia tua, dapat
juga terjadi penipisan discus intervertebralis dan discus intervertebralis. Akibatnya, timbul rasa sakit terus menerus.
Pada foramen intervertebralis juga dapat terjadi penyempitan akibat osteophyt, yang menyebabkan rasa sakit
berkepanjangan.
Trauma spinal
Trauma dapat menimbulkan kompresi, sehingga terjadi pergeseran antara verteberae yang berdekatan,
akibatnya terjadi kelumpuhan anggota gerak di kaudal segmen vertebrae tersebut.
Fraktur spinal paling banyak terjadi di vertebrae cervical 4-7, pada peralihan thoracolumbar (T10-L2) serta
pada persendian craniocervical (C1-C2). Trauma pada vertebrae lumbalis dan cervical biasanya merupakan cedera
yang serius secara klinik, mengingat di vertebrae cervical itulah terdapat saraf-saraf penyusun plexus brachialis,
yang berperan dalam koordinasi ekstremitas superior, sedangkan di vertebrae lumbal, saraf-sarafnya membantuk
plexus lumbosacralis untuk mengatur ekstremitas inferior.
Pada vertebrae dapat juga terjadi hernia nucleus pulposus (HNP) yang protrusing (menonjol) dan menekan
medula spinalis, menyebabkan rasa sakit terus-menerus.
30
Trauma juga menyebabkan dislokasi vertebrae, sehingga garis vertebrae tidak normal lagi. Pergeseran ke
arah depan-belakang disebut leksasi, sedangkan ke arah samping disebut skoliosis. Corpus vertebrae juga dapat
mengalami fraktur dengan sumbu fraktur vertikal (jadi corpusnya kaya membelah dua ke kanan-kiri gitu…), dan
mungkin salah satu ‘pecahannya’ (misal yang kanan) jadi lebih rendah dari bagian yang lain (yang kiri). Ini bisa
menimbulkan injury lain. Pengambilan gambarnya dengan posisi AP.
Corpus vertebrae sering mengalami kompresi, biasanya ditandai dengan deformitas bagian anterior yang
tertekan. Akibatnya, corpus vertebrae jadi berbentuk kaya ‘baji’.
Proses keganasan
Paling awal terjadi di pedicle, karena paling banyak dilewati vasa sehingga paling cepat mengalami kerusakan
pada metastasis. Bila terjadi metastasis, corpus vertebrae mengecil karena destruksi, sedangkan discus
intervertebralis tetap. Pada metastasis juga terjadi peningkatan kepadatan tulang (hiperdens) yang tidak merata,
namun sporadik sehingga menimbulkan gambaran berbintik-bintik. Ini disebabkan stimulasi aktivitas osteoblas dan
osteoklas. Jadi bisa saja di satu bagian osteoklas lebih aktif dan terjadi pembongkaran matriks tulang yang
meningkat, sehingga gambarnnya nampak luscen, sedangkan di bagian yang lain justru nampak opaque karena
peningkatan penimbunan kmatriks tulang akibat aktivitas osteoblas.
Jika tidak simetris, misalnya salah satu bagian hilang, berarti benar-benar telah terjadi metastasis. Bisa terjadi
pada karsinoma occult, seperti Ca-nasofaring dan Ca-mikrositik mammae.
Infeksi
Bila terjadi infeksi, gambaran foto menunjukkan peningkatan kepadatan merata, namun hanya pada 1 atau 2
vertebrae, di sekitar yang terinfeksi itu. Garis luar vertebrae yang terinfeksi, akan nampak iregular. Dapat juga terjadi
penyempitan discus intervertebralis dan mungkin abses paravertebralis.
SKELETAL APENDIKULAR Meliputi coxae, ekstremitas superior dan inferior.
Coxae
Pada proyeksi AP, posisi pasien supine, film diletakkan antara crista illiaca sampai di bawah trochanter minor
femur. Pada kondisi normal, coxae akan nampak simetris. Fraktur coxae hampir selalu terjadi multipel di beberapa
tempat, karena coxae merupakan tulang berbentuk cicncin yang tesambung pada articulatio sacroilliaca dan pada
symphisis pubis. Proyeksi lateral sangat baik untuk menunjukkan gambaran os sacrum. Pada posisi AP, dapat
diamati dengan jelas os illium, os ischium, dan os pubis.
Ekstremitas Superior
Pada prinsipnya, posisi foto untuk ekstremitas superior adalah :
Yang Diamati Posisi Foto
Jari -jari AP dan lateral
Tangan PA, oblique dan lateral
Articulatio radiocarpae PA, pronasi oblique, supinasi oblique, lateral dan scapoid
Radius & ulna AP dan lateral
Articulatio Cubiti AP dan lateral
AP dengan incomplete extensi dan distal incomplete flexi.
AP dengan incomplete extensi dengan distal parallel film
Humerus Pasien supine, pengambilan AP dan Lateral
Articulatio humeri
Pasien supine :
• AP dengan humerus rotasi eksternal, sinar sentral tegak lurus processus
coracoideus.
31
• AP dengan posisi netral
• AP dengan internal
• Axillari posisi: Supine
ekstremitas dipronasi abduksi 90º dengan axis panjang tubuh,
articulatio cubiti sedikit fleksi dan rotasi eksternal. Sinar sentral horisontal
melalui axilla tegak lurus film ditujukan pada articulatio acromioclavicularis
• Acromioclavicular posisi :
pasien berdiri AP posisi. Sinar sentral 15º cephaled, ditujukan pada
level clavicula. Nafas ditahan selama exposi.
Clavicula (pasien berdiri) PA, sinar sentral tegak lurus film ditujukan pada midclavicularis
Scapula AP posisi
Pasien supine, scapula yang akan diperiksa pada tengah meja, lengan
abduksi 90º terhadap axis panjang tubuh, articulatio cubiti flexi dan supinasi.
Sinar sentral tegak lurus ditujukan pada mid-scapula.
Anterior oblique
Pasien berdiri anterior oblique, lengan yang diperiksa diangkat kea asta
dan berpegang pada kepala. Sinar sentral tegak lurus film ditujukan pada level
scapula pada margo medialis.
Pada ekstremitas baik superior maupun inferior, penyebab fraktur dapat bermacam-macam, diantaranya trauma.
Fraktur pada humerus, ulnae, dan radius akan mudah terlihat karena adanya diskontinuitas jaringan tulang. Fraktur
spontan dapat terjadi pada usia remaja akibat tumor primer yang ganas pada tulang, misalnya osteosarcoma, dengan
predisposisi paling banyak terjadi pada metaphysis. Terapinya adalah dengan amputasi.
Bagian mannus adalah bagian yang sering mengalami kelainan. Fraktur yang terjadi di phalanges dapat
bermacam-macam, bisa horizontal, vertikal (sesuai axis panjang tubuh) maupun oblique. Penyakit rematik diabetes
gejalanya dapat dilihat pada ujung-ujung jari. Foto radiologis menunjukkan gambaran osteoporosis, osteofit, kadang
ada parut, ada selaput yang berarti penyakit masih dalam tahap awal dan masih bisa diobati.
Ekstremitas Inferior
Yang Diamati Posisi Foto
Digiti Dorsoplantar (Ap) dan oblique. Sentrasi pada metatarsophalangeal III
Pedis Posisi pada dasarnya dorsoplantar, medialoblique, lateral
Artculatio
talocruralis
AP, lateral, medial oblique, tangential calcaneus
Cruris
(tibia+ fibula)
AP dan lateral
Genu AP dengan sentral menyudut 5 cephaled, medial oblique, lateral.
Patella PA patella, tangential patella
Femur AP dan lateral
Articulatio
Coxae/femoralis
AP, lateral,
‘Frog Leg’ :
Untuk menunjukkan articulatio femoralis, caput & collum femue, serta trochanter.
Pasien tidur terlentang, kaki yang diperiksa fleksi sampai telapak kaki setinggi lutut kaki sebelah
dan menempel padanya. Abduksi 40º. Sinar sentral menyudut cephaled dan paralel dengan
shaft femoris, ditujukan pada articulatio femoralis ()
Fraktur dan dislokasi pada lutut sering terjadi terutama pada atlet. Foto standar menggunakan proyeksi AP dan
lateral, oblique juga dapat ditambahkan dan juga pengamatan khusus untuk persendian patellofemoral (sunrise view).
32
Pada eminentia intercondileidea sering terjadi perkapuran/osteoarthrosis. Saat ini sering dilakukan pengobatan
dengan menyuntikkan anastesi intra-artikularis. Pengobatan ini memiliki resiko robeknya capsula articularis, sehingga
cairan genu keluar, akibatnya penyakit semakin parah.
Pada articulatio talocruralis (seperti sendi-sendi yang lain), normalnya permukaan sendi licin, namun pada
ketuaan timbul osteophyt dan irregularitas permukaan sendi. Bila terjadi irregularitas, berarti telah terjadi arthritis (ini
merupakan tanda spesifik arthritis). Bila disertai perkapuran atau osteophyt, berarti terdapat osteoarthritis yang
merupakan arthritis steril (bukan karena infeksi). Arthritis karena radang biasanya terdapat porosis, namun tanpa
pengapuran.
Osteoarthritis (osteoathrosis)
Osteoarthritis termasuk penyakit persendian yang paling sering terjadi, merupakan penyakit degeneratif.
Gambaran penyakit ini terutama menunjukkan adanya penyempitan ruang persendian. Persendian pada foto
roentgen normal akan nampak jernih karena kartilago bersifat luscent.. Penyempitan ini disebabkan adanya destruksi
kartilago. Biasanya terjadi di bagian tubuh yang banyak terkena beban berat. Nah, habis itu diikuti pertumbuhan tulang
baru di persendian itu, tapi justru bukan di tempat yang terkena beban berat, umumnya di pinggir-pinggir persendian.
Maksudnya tubuh sih biar bisa memperluas permukaan sendi, jadi beban dapat didistribusi secara merata. Tapi,
bentukan baru ini menimbulkan rasa sakit dan gambaran ‘marginal osteophyt formation’.
Referensi dari,
Diagnostic imaging ~Peter Amstrong & Martin L.Wastle
HSC 2001
���
33
34
35
36
37
38
39
40