edisi 3 anatomi radiologi 1

17
24 Kuliah Tanggal: 21 dan 28 Februari 2005 Dosen: dr. H. Bagaswoto Poedjomartono Sp. Rad., Sp. KN., M. Kes ANATOMI RADIOLOGI SATOE Di dalam topik anatomi radiologi adalah kita harus dapat mengetahui: Kepala dan sistem skeletal posisi rutin Toraks, posisi PA, lateral, AP, dan oblik. Pada pemeriksaan thorak, penggunaan posisi lateral dan oblik untuk mengetahui sesuatu yang lebih detail. Abdomen, posisi AP, PA, semi erek, dan LLD. Traktus GIOMD (Gastrointestinal, Oesophagus, Maag, Duodenum) dan colon inloop. Traktus Genitourinarius, BNO (Blaas, Nier, Oversiecht) yaitu pemeriksaan untuk kandung kemih, ginjal, dan sekitarnya. Pelvis, IVP (intravenous pyelography), APG (anterograd pyelography), RPG (retrograd pyelography), dan HSG (histerosalphyngography) Anatomi radiologi pada pemeriksaan khusus, seperti angiografi, myelografi, dan mammografi. Dalam Anatomi Radiologi yang dipelajari adalah keadaan normal dan patologis. ~tulang termasuk kepala, skeletal aksial dan skeletal appendikular. ~Thorax meliputi Trakus Gastrointestinal,pulmo dan jantung. ~Abdomen meliputi hepar,Traktus Gastrointestinal, limpa,Traktus urinarius dan organ genital. Modalitas Alat ~X Ray conventional, OPG Radiografi conventional ada 4 basic densitas yaitu gas, lemak, jaringan tisu lunak dan struktur kalsifikasi. Sinar X yang melewati udara kurang diabsorpsi sehingaa akhirnya menyebabkan hitam pada film radiograf. Pada tulang dan struktur yang kalsifikasi, Ca mengabsorpsi lebih banyak dan akhirnya struktur tulang akan muncul warna putih. ~X Ray digital subtraction ~CT; spiral CT; multislices CT Berbeda dari radiografi konvensional, lebih sensitive, menggunakan gas atau detector crystal yang dapat memanipulasi data lewat computer. Ada 2 metode untuk multislices~Tempat pembaringan pasien diputar dan dihentikan untuk setiap bagian demi bagian. Pada spiral CT; pasien ditransportasi secara terus menerus melewati scanner, maka efek sinar X membuat jalur spiral dan sekaligus data dikoleksi ~DEXA – bone densitometry ~USG

Upload: vivi-nurvianti

Post on 29-Jan-2016

164 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

24

�������������� �

� �

Kuliah Tanggal: 21 dan 28 Februari 2005

Dosen: dr. H. Bagaswoto Poedjomartono Sp. Rad., Sp. KN., M. Kes

ANATOMI RADIOLOGI SATOE

Di dalam topik anatomi radiologi adalah kita harus dapat mengetahui:

� Kepala dan sistem skeletal posisi rutin

� Toraks, posisi PA, lateral, AP, dan oblik.

Pada pemeriksaan thorak, penggunaan posisi lateral dan oblik untuk mengetahui sesuatu yang lebih detail.

� Abdomen, posisi AP, PA, semi erek, dan LLD.

� Traktus GIOMD (Gastrointestinal, Oesophagus, Maag, Duodenum) dan colon inloop.

� Traktus Genitourinarius, BNO (Blaas, Nier, Oversiecht) yaitu pemeriksaan untuk kandung kemih, ginjal, dan

sekitarnya. Pelvis, IVP (intravenous pyelography), APG (anterograd pyelography), RPG (retrograd

pyelography), dan HSG (histerosalphyngography)

� Anatomi radiologi pada pemeriksaan khusus, seperti angiografi, myelografi, dan mammografi.

Dalam Anatomi Radiologi yang dipelajari adalah keadaan normal dan patologis.

~tulang termasuk kepala, skeletal aksial dan skeletal appendikular.

~Thorax meliputi Trakus Gastrointestinal,pulmo dan jantung.

~Abdomen meliputi hepar,Traktus Gastrointestinal, limpa,Traktus urinarius dan organ genital.

Modalitas Alat ~X Ray conventional, OPG

Radiografi conventional ada 4 basic densitas yaitu gas, lemak, jaringan tisu lunak dan struktur kalsifikasi. Sinar

X yang melewati udara kurang diabsorpsi sehingaa akhirnya menyebabkan hitam pada film radiograf. Pada tulang dan

struktur yang kalsifikasi, Ca mengabsorpsi lebih banyak dan akhirnya struktur tulang akan muncul warna putih.

~X Ray digital subtraction

~CT; spiral CT; multislices CT

Berbeda dari radiografi konvensional, lebih sensitive, menggunakan gas atau detector crystal yang dapat

memanipulasi data lewat computer.

Ada 2 metode untuk multislices~Tempat pembaringan pasien diputar dan dihentikan untuk setiap bagian demi bagian.

Pada spiral CT; pasien ditransportasi secara terus menerus melewati scanner, maka efek sinar X membuat jalur spiral

dan sekaligus data dikoleksi

~DEXA – bone densitometry

~USG

Page 2: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

25

Pada pemeriksaan ultrasound, bunyi frekuensi tinggi dihalakan ke tubuh melalui transducer yang dilekap pada

kulit. Ultrasound bisa digunakan untuk menunjukkan struktur padat yang mempunyai perbedaan halangan acoustic dari

jaringan normal yang berdekatan, e.g. metastase.

Bisa menentukan apakah strukturnya padat/kistik. Kista dan struktur yang dipenuhi cairan yang lain mempunyai gema

besar dari dindingnya tapi gema bukan dari cairan itu sendiri. Banyak gema yang diterima biasanya berasal dari

jaringan dibelakang kista yaitu sering disebut pengerasan gema (acoustic enhancement)

~ MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI merupakan cara pemeriksaan yang lebih sensitif lagi, tidak hanya untuk tulang, tapi juga untuk jaringan

lunak, antara lain ligamen, tendon, kartilago dan otot. Bahkan, dapat pula digunakan untuk melihat perubahan pada

sumsum tulang, misalnya jika terjadi edema atau infiltrasi. MRI menggunakan medan magnet yang cukup tinggi,

biasanya mencapai 1,5 T (0,3-1,5 T). Bisa dibayangkan deh, 1 T sebanding dengan 10.000 gauss, padahal medan

magnet bumi cuma 0,5 gauss!!

MRI menggunakan prinsip adanya atom hidrogen dalam molekul air dan lemak. Dalam suatu medan magnet,

atom hidrogen (yang juga memiliki gaya magnet antara elektron-elektronnya), mengalami interaksi tarik-menarik

dengan medan magnet. Selama pemeriksaan, sinyal gelombang RF diaktifkan, menyebabkan atom hidrogen terlepas

dari interaksi tadi. Atom hidrogen tadi spontan berupaya untuk mencapai kondisi stabil seperti semula, sambil

melepaskan gelombang RF yang terserap. Nah, distribusi dari gelombang RF yang dilepaskan dalam jaringan ini yang

diamati.

Jaringan yang melepaskan sinyal secara kuat akan terlihat putih, sebaliknya yang lemah akan berwarna hitam.

Ini berkebalikan sama konsep radioluscent dan radiopaque di foto sinar-X. Jadi, pada MRI tulang akan keliatan hitam…

~SPECT;CT/MRI- SPECT

SPECT adalah singkatan dari single proton emission computed tomography. Emisi bisa medeteksi lesi yang

tidak tampak pada pengamatan standar.

CT (Computed Tomography)

Pemeriksaan dengan CT digunakan untuk mengamati potongan transversal. Pemeriksaan CT tidak dapat

melihat profil secara utuh dalam satu gambar, tapi didapatkan gambaran per potongan (slice). Kepala dipotong-potong

tranversal umumnya pada ketebalan slice 10 mm. Jika pemeriksaan untuk mengamati keadaan pada atau di bawah

sella turcica, digunakan slice dengan ketebalan 5 mm untuk memperoleh gambaran yang lebih rapat.

CT juga lebih sensitif dan spesifik daripada foto rontgen biasa, terutama untuk mendeskripsikan fraktur di

daerah-daerah yang memiliki struktur anatomi kompleks, misalnya cranium, pelvis, dan vertebrae.

Pada kasus-kasus dimana terdapat cairan abnormal di dalam kranium, pemeriksaan CT-Scan sangat diperlukan.

Misalnya untuk membedakan hydrocephalus, atrofi cerebri, dan subdural-higroma. Pada hydrocephalus dan atrofi

cerebri ditemukan adanya cairan di subarachnoidal, hanya saja atrofi kebanyakan pada orang tua sedangkan

hydrocephalus kebanyakan pada anak-anak. Subdural higroma menunjukkan gambaran cairan di subdural.

~PET; CT /MRI- PET

Disingkat dari Positron Emission Tomografi. Menggunakan jangka hayat pendek isotop positron

emitting. Dua sinar gamma diproduksi dari pemusnahan setiap positron yang bisa dideteksi dari kamera gamma

special. Reflek yang dihasilkan menunjukkan gambaran distribusi isotop. Dengan menggunakan isotop dari subtansi

yang penting secara biologi seperti karbon/oksigen ~ PET bisa di gunakan untuk mempelajari proses fisiologi seperti

perfusi darah dari jaringan, substansi metabolisme seperti glukosa adalah jalur biokemis komplek misalnya penyimpan

neurotransmitter dan pengikatan.

KEPALA

Page 3: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

26

Seterusnya di bawah ini adalah titik-titik antropologi buat membantu kita mempelajari anatomi radiology:

• Orbitomeatal line (radiographic base line)

• Infraorbitomeatal line (Reid’s base line atau Frankfurt line)

• Interpupillary atau Interorbital line

• Glabella

• Nasion

• Acanthion

~ tarik nafas, doa doa dulu sebelum masuk ke babak berikutnya

Proyeksi standar yang digunakan untuk rontgen kepala adalah posisi AP, PA, lateral, posisi Towne’s, dan posisi

Caldwell.

Lateral

Tujuannya untuk lihat lebih detail tulang kepala (calvaria cranii), dasar kepala (basis craniii), dan struktur

tulang muka (viscerocranium).

Pada gambar lateral nampak tulang kepala sisi kanan dan sisi kiri berimpit (superimposed), demikian pula gigi

Postero Anterior/Occipito-Frontal

Pada proyeksi ini bisa melihat secara detail tulang frontal, struktur kranium yang ada di sebelah depan, dan

pyramid os petrossus.

Os petrosus diproyeksikan lewat orbita, bahkan mengisi hampir keseluruhan dari cavum orbita. Rongga posterior

dan anterior dari sinus ethmoidal terlihat jelas, dan dorsum sellae terlihat sebagai suatu kurva di antara kedua orbita, di

atas os ethmoid.

Occipital (Towne’s/Grashey’s position)

Untuk melihat tulang occipital dan foramen magnum. Dorsum sellae, os petrossus, dan mastoid celulae .

Gambaran normal: tulang occipital jelas, dorsum sellae dan processus clinoideus posterior diproyeksi lewat

foramen magnum.

Caldwell’s projection

Bagi melihat detail cavum orbita, misal pada kasus retinoblastoma, atau destruksi tulang orbita..

Posisinya mirip pengambilan secara occipitofrontal, cuma sinar datang lebih ke arah kepala. Pada proyeksi ini,

terlihat gambaran alae major dan alae minor os sphenoidale superimposed terhadap orbita, petrous ridge

(ridge:penonjolan) yang merupakan tegmen timpani juga diproyeksikan di dekat margo inferior cavum orbita.

Submento-Vertical (Basal)

Tujuan pengambilan ini adalah melihat detail dari basis cranii.

Pada posisi ini akan terlihat jelas foramen occipitalemagnum, foramen ovale, foramen spinosum dan foramen

lacerum.

Water’s projection

Tujuan pengambilan ini adalah melihat gambaran di sinus paranasal (sinus maxillaris). Sinus paranasal juga

dapat diamati dengan proyeksi AP, lateral dan Towne’s.

Gambaran orbita dan maxilla bisa tampak jelas pada pemeriksaan ini.

~ tenang dulu..ni baru starting.Jika belum faham..di lihat lagi gambarnya.he he

Page 4: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

27

Tujuan Pencitraan Kepala Pada prinsipnya yang diamati pada pencitraan (image) kepala adalah keadaan normal dan abnormalnya. meliputi :

Keadaan normal Keadaan abnormal

Profile topografi

Tabula calvaria

Sutura-Sellaturcica

Sinuses paranasales

Orbital ring-Petrosus ridge

Cavum nasi-Mandibula

Porositas

Destruksi

Sklerosis

Perubahan kondisi tulang dan topografi

Adanya massa

Dengan mengamati proyeksi-proyeksi kepala tersebut, kelainan yang terdapat pada kepala akan dapat terlihat.

Misalnya fraktura pada calvaria cranii akan memberikan gambaran garis radioluscen linier (fraktur linier), atau multipel

(fraktur multipel), atau stelat (garis fraktur seperti bintang), atau depressed fracture yang akan terlihat sebagai daerah

padat yang mengalami depresi (depressed fracture).

Vascular-groove pada meninges dapat diketahui dengan mudah karena posisinya yang konstan dan

nampak jelas, mengikuti lengkung calvaria ke arah basis kranii menuju foramen spinosum.

Fossa hypophysealis atau sella turcica (nampak jelas pada proyeksi lateral) dapat bervariasi ukurannya pada

setiap orang, normalnya panjangnya sekitar 11-16 mm dan kedalaman fossa 8-12 mm. Fossa hipofisa yang ukurannya

lebih kecil daripada normal ini sering ditemukan pada pasien myotonia congenita.

Pada keadaan hiperostosis dapat terlihat bayangan kenaikan densitas pada tabula interna yang disebut

hiperostosis interna, dan pada tabula externa yang disebut hiperostosis externa. Gambarannya semakin opaque gitu…

Penggunaan soft-tissue technique, yaitu penyinaran dengan kV dan mA rendah, dapat digunakan untuk

mengamati abnormalitas di jaringan yang lunak, misalnya edema pada kartilago os nasal, atau adanya hematom

subkutan. Pada cara ini, jaringan yang keras misalnya tulang tidak dapat ditembus sinar. Dengan penggunaan kV dan

mA rendah, diharapkan agar benda-benda lunak masih dapat menahan sinar yang lewat, ga’ sekedar dilewatkan gitu

aja…Kalo pake kV dan mA standar, gambaran hematom subkutan ataupun edema tersebut akan luscent sama sekali,

tidak dapat diamati.

Gambaran keadaan abnormal pada cranium [Perubahan Kepadatan Tulang]

Kalsifikasi

Adanya peningkatan densitas di daerah-daerah yang semestinya kurang/tidak padat, misalnya di bagian anterior dan

posterior (proyeksi lateral), menunjukkan kemungkinan kalsifikasi.Kalsifikasi bisa fisiologis dan patologis.

Kalsifikasi fisiologi :

� Comissura habenulare

� Pineal body.

� Dura, biasa pada usia menengah dan lanjut, mudah diamati di daerah falx cerebri ataupun di tentorium.

� Hipofisa.

� Ganglia basalis dan nukleus dentatus.

� Lensa orbita.

Kalsifikasi patologis dapat digolongkan berdasarkan penyebabnya :

� Neoplasma, misalnya meningioma, lipoma, chordoma, craniopharyngioma

� Lesi vaskular, misalnya atheroma, aneurisma, hematom subdural maupun intracranial.

� Infeksi dan investasiparasit, kaya’ toxoplasmosis, CMV, cysticercosis, kista hydatid.

� Kelainan metabolik dan lain-lain, hipoparatiroidisme, Sturge-weber syndrome, keracunan CO,

neurofibromatosis.

~ Buat yang udah pusing, minum-minum dulu deh. Ada lagi yang lebih special setelah ini..

Page 5: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

28

Meningioma

Meningioma menunjukkan gambaran kalsifikasi pada sekitar 10% kasus. Kalsifikasinya menunjukkan

gambaran globular dan amorfik, dengan tanda khas menempel pada lapisan dura (misalnya di falx cerebri).

Lokasinya kebanyakan parasagital. Gambaran radiologis antara lain hiperostosis dan kalsifikasi.

Aneurisma

Aneurisma kronik menunjukkan gambaran kalsifikasi mirip arcus atau garis melingkar, terutama di daerah

sirkulus Wilisi.

Sturge-Weber Syndrome

Karakteristik kalsifikasinya adalah ‘tram-line’, yaitu gambaran kaya rel yang berkelok-kelok, biasanya di

daerah oksipital. Lokasi umumnya unilateral, tapi bisa juga bilateral.

Hiperostosis

Hiperostosis yaitu kondisi peningkatan kepadatan tulang. Dapat terjadi lokal maupun di seluruh tulang tubuh.

Hiperostosis lokal dapat terjadi pada meningioma. Contoh lainnya adalah hiperostosis frontalis interna, yaitu kelainan

idiopatik pada dewasa, diduga berkaitan dengan perubahan hormonal. Gambarannya terjadi penebalan irregular (lebih

putih) pada tabula interna os frontal, simetris bilateral.

Hiperostosis generalisata misalnya pada myotonia kongenita, akromegali.

[Porositas]

Osteoporosis

Gambarannya menunjukkan penurunan jumlah dan ketebalan trabekula. Juga ditemukan adanya penipisan korteks.

[Perubahan topografi]

Perubahan topografi tulang antara lain terjadi karena fraktur, dislokasi, angulasi.

[Massa]

Penonjolan atau penekanan ke dalam pada tulang kepala dapat disebabkan adanya massa, misalnya pada

metastasis dari berbagai neoplasma primer, tumor kulit kepala, dll.

[Sclerosis]

Yaitu adanya pengerasan atau indurasi, misalnya pada peradangan dan penyakit substansi interstitial.

Pada kelainan intrakranial akibat cairan cerebrospinal, misalnya pada hydrocephalus, akan terlihat kepala yang

membesar dengan gambaran tabula menipis dan pelebaran sutura atau pelebaran fontanella.

Jika terdapat lesi yang menyebabkan terjadi peningkatan tekanan intrakranial, dari foto kepala akan tampak

gambaran impressiones digitatae (lekukan-lekukan pada facies interna calvaria cranii) atau convolutional marking

yang semakin jelas. Umumnya, gambaran demikian bisa dijumpai pada kasus SOP (Space occupying Pressure) atau

SOL (space occupying lesion) atau pada craniostenosis, yaitu kelainan dimana terjadi penutupan sutura dini,

misalnya pada Cruzon Syndrome (disebut juga Familier Cranio-Facial Dysostosis).

Gambarannya, selain terjadi peningkatan gambaran impresiones digitatae, juga terjadi brachicephali (kepala

melebar ke samping), faring dangkal, serta vertex yang meninggi (turrycephaly). Jadi itu semua disebabkan karena

penutupan sutura terlalu cepat, padahal kan otak bayi atau anak-anak berkembang sangat cepat.

~oh ya..kisah tentang kepalanya sudah selesai.Ayo..teman teman, yuk kita belajar tulang tulang nya pula.

SKELETAL AXIAL Pemeriksaan skeletal axial meliputi vertebrae cervicalis, thoracalis, lumbalis dan sacralis. Pada prinsipnya

proyeksi yang digunakan adalah AP dan lateral, kadang-kadang juga ditambahkan proyeksi oblique.

Gambaran normal vertebrae cervicalis membentuk kurvatura ke anterior. Vertebrae thoracalis pada

kondisi normal membentuk kurvatura ke posterior.

Proyeksi AP

Untuk vertebrae cervicalis, sinar sentral diarahkan pada titik paling menonjol dari kartilago tiroid, biasanya ini

tepat di segmen anterior VC IV. Untuk mendapatkan gambaran dens epistrophii dan articulatio

Page 6: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

29

atlantooccipitalis, maka pemeriksaan AP dilakukan dengan mulut pasien terbuka selebar mungkin, dan diminta

mengucapkan ‘Aaaa’ agar lidah melekat pada dasar cavum oris, sehingga bayangan lidah pada film nanti tidak

superimposed dengan artikulasi tersebut. Kerusakan pada dens epistropii dapat berakibat ‘sudden death’ karena

menekan medulla oblongata.

Proyeksi Lateral

Pada proyeksi lateral, ketujuh vertebrae cervical harus nampak, sehingga bahu harus direndahkan. Kadang

pemeriksaan ini menimbulkan magnifikasi dan distorsi, kecuali jika menggunakan ‘long-film target distance’ (6 kaki).

Proyeksi lateral menunjukkan gambaran processus articularis (superior dan inferior) yang jelas untuk vertebrae

thoracalis, dan processus spinalis semua vertebrae.

Proyeksi oblique

Proyeksi oblique digunakan untuk mengamati foramen intervertebralis. Foramen intervertebralis nampak

menyempit pada ‘Shoulder-Arm Syndrome’, sehingga saraf yang keluar terjepit.

Proyeksi oblique juga sangat membantu untuk pemeriksaaan vertebrae cervical dan lumbal. Untuk proyeksi

oblique pada pengamatan vertebrae lumbal, dapat diamati dengan jelas processus articularis superior dan

inferior, serta artikulasi yang dibentuk oleh kedua processus tersebut, yaitu articulatio zygapophysealis dan

facies interarticularis.

Mengapa yang menggunakan foto AP dan lateral saja, sulit mengamati Processus articularis superior dan

inferior vertebrae cervicalis dan lumbalis. Jawabnya karena strukturnya yang agak menyerong (oblique), berbeda

dengan vertebrae thoracalis.

Pengamatan oblique vertebrae lumbalis juga akan menunjukkan gambaran Scotty Dog Sign, yaitu

gambaran mirip anjing Skotlandia yang dibentuk dari processus transversus (mulutnya), processus articularis

superior (telinganya), lamina arcus vertebrae (lehernya) dan processus artiocularis inferior (kaki depannya)~di

bayangkan saja ya! Bila ada fraktur di salah satu struktur tersebut, dapat diamati adanya perubahan pada scotty dog

sign.

Articulatio sacroilliaca sangat baik diamati dengan posisi pasien supine oblique 25º. Sinar sentral tegak

lurus pada articulatio sacroilliaca, diatas SIAS

~ Ada lagi nie..tentang dia

Keadaan Abnormal pada Vertebrae

Proses penuaan

Seiring pertambahan usia, kadang terbentuk taji/spurs (osteophyt) pada vertebrae, yang asimetris dan

berbeda-beda bentuknya. Jika osteophyt tumbuh di posterior, dapat menekan nervus spinalis. Pada usia tua, dapat

juga terjadi penipisan discus intervertebralis dan discus intervertebralis. Akibatnya, timbul rasa sakit terus menerus.

Pada foramen intervertebralis juga dapat terjadi penyempitan akibat osteophyt, yang menyebabkan rasa sakit

berkepanjangan.

Trauma spinal

Trauma dapat menimbulkan kompresi, sehingga terjadi pergeseran antara verteberae yang berdekatan,

akibatnya terjadi kelumpuhan anggota gerak di kaudal segmen vertebrae tersebut.

Fraktur spinal paling banyak terjadi di vertebrae cervical 4-7, pada peralihan thoracolumbar (T10-L2) serta

pada persendian craniocervical (C1-C2). Trauma pada vertebrae lumbalis dan cervical biasanya merupakan cedera

yang serius secara klinik, mengingat di vertebrae cervical itulah terdapat saraf-saraf penyusun plexus brachialis,

yang berperan dalam koordinasi ekstremitas superior, sedangkan di vertebrae lumbal, saraf-sarafnya membantuk

plexus lumbosacralis untuk mengatur ekstremitas inferior.

Pada vertebrae dapat juga terjadi hernia nucleus pulposus (HNP) yang protrusing (menonjol) dan menekan

medula spinalis, menyebabkan rasa sakit terus-menerus.

Page 7: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

30

Trauma juga menyebabkan dislokasi vertebrae, sehingga garis vertebrae tidak normal lagi. Pergeseran ke

arah depan-belakang disebut leksasi, sedangkan ke arah samping disebut skoliosis. Corpus vertebrae juga dapat

mengalami fraktur dengan sumbu fraktur vertikal (jadi corpusnya kaya membelah dua ke kanan-kiri gitu…), dan

mungkin salah satu ‘pecahannya’ (misal yang kanan) jadi lebih rendah dari bagian yang lain (yang kiri). Ini bisa

menimbulkan injury lain. Pengambilan gambarnya dengan posisi AP.

Corpus vertebrae sering mengalami kompresi, biasanya ditandai dengan deformitas bagian anterior yang

tertekan. Akibatnya, corpus vertebrae jadi berbentuk kaya ‘baji’.

Proses keganasan

Paling awal terjadi di pedicle, karena paling banyak dilewati vasa sehingga paling cepat mengalami kerusakan

pada metastasis. Bila terjadi metastasis, corpus vertebrae mengecil karena destruksi, sedangkan discus

intervertebralis tetap. Pada metastasis juga terjadi peningkatan kepadatan tulang (hiperdens) yang tidak merata,

namun sporadik sehingga menimbulkan gambaran berbintik-bintik. Ini disebabkan stimulasi aktivitas osteoblas dan

osteoklas. Jadi bisa saja di satu bagian osteoklas lebih aktif dan terjadi pembongkaran matriks tulang yang

meningkat, sehingga gambarnnya nampak luscen, sedangkan di bagian yang lain justru nampak opaque karena

peningkatan penimbunan kmatriks tulang akibat aktivitas osteoblas.

Jika tidak simetris, misalnya salah satu bagian hilang, berarti benar-benar telah terjadi metastasis. Bisa terjadi

pada karsinoma occult, seperti Ca-nasofaring dan Ca-mikrositik mammae.

Infeksi

Bila terjadi infeksi, gambaran foto menunjukkan peningkatan kepadatan merata, namun hanya pada 1 atau 2

vertebrae, di sekitar yang terinfeksi itu. Garis luar vertebrae yang terinfeksi, akan nampak iregular. Dapat juga terjadi

penyempitan discus intervertebralis dan mungkin abses paravertebralis.

SKELETAL APENDIKULAR Meliputi coxae, ekstremitas superior dan inferior.

Coxae

Pada proyeksi AP, posisi pasien supine, film diletakkan antara crista illiaca sampai di bawah trochanter minor

femur. Pada kondisi normal, coxae akan nampak simetris. Fraktur coxae hampir selalu terjadi multipel di beberapa

tempat, karena coxae merupakan tulang berbentuk cicncin yang tesambung pada articulatio sacroilliaca dan pada

symphisis pubis. Proyeksi lateral sangat baik untuk menunjukkan gambaran os sacrum. Pada posisi AP, dapat

diamati dengan jelas os illium, os ischium, dan os pubis.

Ekstremitas Superior

Pada prinsipnya, posisi foto untuk ekstremitas superior adalah :

Yang Diamati Posisi Foto

Jari -jari AP dan lateral

Tangan PA, oblique dan lateral

Articulatio radiocarpae PA, pronasi oblique, supinasi oblique, lateral dan scapoid

Radius & ulna AP dan lateral

Articulatio Cubiti AP dan lateral

AP dengan incomplete extensi dan distal incomplete flexi.

AP dengan incomplete extensi dengan distal parallel film

Humerus Pasien supine, pengambilan AP dan Lateral

Articulatio humeri

Pasien supine :

• AP dengan humerus rotasi eksternal, sinar sentral tegak lurus processus

coracoideus.

Page 8: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

31

• AP dengan posisi netral

• AP dengan internal

• Axillari posisi: Supine

ekstremitas dipronasi abduksi 90º dengan axis panjang tubuh,

articulatio cubiti sedikit fleksi dan rotasi eksternal. Sinar sentral horisontal

melalui axilla tegak lurus film ditujukan pada articulatio acromioclavicularis

• Acromioclavicular posisi :

pasien berdiri AP posisi. Sinar sentral 15º cephaled, ditujukan pada

level clavicula. Nafas ditahan selama exposi.

Clavicula (pasien berdiri) PA, sinar sentral tegak lurus film ditujukan pada midclavicularis

Scapula AP posisi

Pasien supine, scapula yang akan diperiksa pada tengah meja, lengan

abduksi 90º terhadap axis panjang tubuh, articulatio cubiti flexi dan supinasi.

Sinar sentral tegak lurus ditujukan pada mid-scapula.

Anterior oblique

Pasien berdiri anterior oblique, lengan yang diperiksa diangkat kea asta

dan berpegang pada kepala. Sinar sentral tegak lurus film ditujukan pada level

scapula pada margo medialis.

Pada ekstremitas baik superior maupun inferior, penyebab fraktur dapat bermacam-macam, diantaranya trauma.

Fraktur pada humerus, ulnae, dan radius akan mudah terlihat karena adanya diskontinuitas jaringan tulang. Fraktur

spontan dapat terjadi pada usia remaja akibat tumor primer yang ganas pada tulang, misalnya osteosarcoma, dengan

predisposisi paling banyak terjadi pada metaphysis. Terapinya adalah dengan amputasi.

Bagian mannus adalah bagian yang sering mengalami kelainan. Fraktur yang terjadi di phalanges dapat

bermacam-macam, bisa horizontal, vertikal (sesuai axis panjang tubuh) maupun oblique. Penyakit rematik diabetes

gejalanya dapat dilihat pada ujung-ujung jari. Foto radiologis menunjukkan gambaran osteoporosis, osteofit, kadang

ada parut, ada selaput yang berarti penyakit masih dalam tahap awal dan masih bisa diobati.

Ekstremitas Inferior

Yang Diamati Posisi Foto

Digiti Dorsoplantar (Ap) dan oblique. Sentrasi pada metatarsophalangeal III

Pedis Posisi pada dasarnya dorsoplantar, medialoblique, lateral

Artculatio

talocruralis

AP, lateral, medial oblique, tangential calcaneus

Cruris

(tibia+ fibula)

AP dan lateral

Genu AP dengan sentral menyudut 5 cephaled, medial oblique, lateral.

Patella PA patella, tangential patella

Femur AP dan lateral

Articulatio

Coxae/femoralis

AP, lateral,

‘Frog Leg’ :

Untuk menunjukkan articulatio femoralis, caput & collum femue, serta trochanter.

Pasien tidur terlentang, kaki yang diperiksa fleksi sampai telapak kaki setinggi lutut kaki sebelah

dan menempel padanya. Abduksi 40º. Sinar sentral menyudut cephaled dan paralel dengan

shaft femoris, ditujukan pada articulatio femoralis ()

Fraktur dan dislokasi pada lutut sering terjadi terutama pada atlet. Foto standar menggunakan proyeksi AP dan

lateral, oblique juga dapat ditambahkan dan juga pengamatan khusus untuk persendian patellofemoral (sunrise view).

Page 9: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

32

Pada eminentia intercondileidea sering terjadi perkapuran/osteoarthrosis. Saat ini sering dilakukan pengobatan

dengan menyuntikkan anastesi intra-artikularis. Pengobatan ini memiliki resiko robeknya capsula articularis, sehingga

cairan genu keluar, akibatnya penyakit semakin parah.

Pada articulatio talocruralis (seperti sendi-sendi yang lain), normalnya permukaan sendi licin, namun pada

ketuaan timbul osteophyt dan irregularitas permukaan sendi. Bila terjadi irregularitas, berarti telah terjadi arthritis (ini

merupakan tanda spesifik arthritis). Bila disertai perkapuran atau osteophyt, berarti terdapat osteoarthritis yang

merupakan arthritis steril (bukan karena infeksi). Arthritis karena radang biasanya terdapat porosis, namun tanpa

pengapuran.

Osteoarthritis (osteoathrosis)

Osteoarthritis termasuk penyakit persendian yang paling sering terjadi, merupakan penyakit degeneratif.

Gambaran penyakit ini terutama menunjukkan adanya penyempitan ruang persendian. Persendian pada foto

roentgen normal akan nampak jernih karena kartilago bersifat luscent.. Penyempitan ini disebabkan adanya destruksi

kartilago. Biasanya terjadi di bagian tubuh yang banyak terkena beban berat. Nah, habis itu diikuti pertumbuhan tulang

baru di persendian itu, tapi justru bukan di tempat yang terkena beban berat, umumnya di pinggir-pinggir persendian.

Maksudnya tubuh sih biar bisa memperluas permukaan sendi, jadi beban dapat didistribusi secara merata. Tapi,

bentukan baru ini menimbulkan rasa sakit dan gambaran ‘marginal osteophyt formation’.

Referensi dari,

Diagnostic imaging ~Peter Amstrong & Martin L.Wastle

HSC 2001

���

Page 10: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

33

Page 11: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

34

Page 12: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

35

Page 13: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

36

Page 14: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

37

Page 15: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

38

Page 16: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

39

Page 17: EDISI 3 Anatomi Radiologi 1

40