drawdown dan build up - perpustakaan digital itb - … · secara skematis seperti pada gambar 2.5....
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI UJI SUMUR
DRAWDOWN DAN BUILD UP
Pada bab ini akan dijelaskan tentang uji sumur drawdown dan buildup
untuk fluida dengan fasa tunggal, hal ini berdasarkan Earlougher1, apabila
mobility ratio (M), yang merupakan perbandingan mobilitas fluida pendesak
dengan mobilitas fluida reservoir adalah satu, maka analisa uji sumur injeksi dapat
didekati dengan analisa uji sumur produksi. Di mana, untuk uji sumur injectivity
yaitu, sumur injeksi dinjeksikan dengan laju air injeksi yang konstan atau selisih
tekanan yang konstan, dapat didekati dengan analisa uji sumur drawdown.
Sedangkan analisa uji sumur buildup dapat dipakai untuk memberikan analisa
pada uji falloff, yaitu setelah sumur diinjeksikan dengan suatu laju yang konstan
pada suatu waktu tertentu, sumur ditutup untuk suatu waktu tertentu juga.
2.1. Uji Sumur Drawdown
Karakteristik transien tekanan yang penting dalam upaya mendapatkan
informasi tentang reservoir dapat diperoleh dari uji sumur drawdown. Informasi –
informasi yang dapat diperoleh dari uji sumur drawdown ini antara lain
permeabilitas formasi, faktor skin, dan juga volume reservoir yang berkomunikasi
dengan sumur.
Uji sumur drawdown ini dapat dilakukan dengan cara membuka sumur
dan mempertahankan laju produksinya tetap selama pengujian berlangsung.
Idealnya, sebelum dilakukan uji sumur drawdown, reservoir ditutup sampai
tekanan reservoir mencapai tekanan statiknya. Hal ini dapat diketemukan secara
alami seperti pada reservoir yang baru, atau reservoir – reservoir lama yang telah
ditutup dalam waktu yang lama.
5
Ada dua hal penting yang perlu dicermati dalam pelaksanaan uji sumur
drawdown yaitu tekanan reservoir sebelum pengujian diharapkan mencapai
tekanan statiknya, dan laju produksinya diusahakan tetap selama pengujian
berlangsung. Gambar 2.1 mengilustrasikan secara skematis sejarah produksi dan
tekanan selama pengujian drawdown berlangsung.
Gambar 2.1. Skema laju produksi dan respon tekanan dalam pengujian
drawdown secara ideal1.
Dalam analisa uji sumur drawdown ada tiga periode aliran yang dicermati
yaitu periode transien (infinite acting), periode transien lanjut (extended Muskat
analysis) dan periode pseudosteady state (reservoir limit test)4.
6
2.1.1. Periode Transien (Infinite Acting)
Pada periode aliran transien ini, reservoir seolah – olah tidak terbatas
sehingga aliran belum menyentuh batas reservoir. Tekanan dasar sumur dengan
laju produksi yang tetap untuk reservoir ini seperti pada Persamaan 2.1 berikut
(2.1)
dengan Pi adalah tekanan reservoir mula – mula. Tekanan tak berdimensi pada
sumur (rD = 1) setelah dan efek wellbore storage menghilang
adalah
(2.2)
dengan waktu tak berdimensi, tD,
(2.3)
Persamaan 2.1 sampai 2.3 digabungkan dan disusun ulang dalam bentuk
persamaan tekanan drawdown sebagai berikut
(2.4)
Apabila kita plotkan antara Pwf dengan log t, maka Persamaan 2.4 di atas
merupakan persamaan garis lurus
(2.5)
dengan kemiringan (slope)
(2.6)
dan titik potong pada log t = 0, yang terjadi pada t = 1 jam,
(2.7)
7
Sebagai contoh, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.2, garis lurus pada
plot semilog (plot Pwf vs. log t) terjadi setelah efek wellbore storage menghilang.
Gambar 2.2. Plot semilog data tekanan dalam pengujian drawdown dengan
efek wellbore storage dan faktor skin1
Sehingga untuk keperluan analisa uji sumur drawdown dalam menentukan
sifat – sifat reservoir pada periode transien, langkah – langkahnya sebagai berikut:
1. Siapkan data hasil uji sumur drawdown (Pwf vs t), dan data – data
penunjang lainnya seperti q, B, μ, h, φ, Ct dan rw
2. Pi adalah tekanan reservoir statik, yaitu tekanan sumur sesaat sebelum
dibuka
3. Plotkan antara Pwf vs log t dan tentukan kemiringan (psi/cycle log) garis
lurus yang didapat
4. Permeabilitas formasi didapat dengan Persamaan 2.8 yang merupakan
susunan ulang Persamaan 2.6
(2.8)
8
5. Faktor skin didapat dengan Persamaan 2.9 yang merupakan susunan ulang
Persamaan 2.7
(2.9)
2.1.2. Periode Transien Lanjut (Extended Muskat Analysis)
Periode aliran transien lanjut ini adalah periode lanjutan dari periode
transien dan sebagian alirannya sudah ada yang menyentuh batas reservoir. Tidak
semua model reservoir memiliki periode transien lanjut ini, seperti pada model
reservoir radial silindris dengan properti reservoir yang homogen isotropis. Pada
model reservoir seperti ini, setelah periode transien, langsung terjadi periode
pseudosteady state. Tekanan dengan laju produksi yang tetap untuk keadaan
transien lanjut adalah seperti pada Persamaan 2.10 berikut
(2.10)
dengan dan αn adalah akar – akar dari persamaan
(2.11)
dengan J1 dan Y1 adalah fungsi – fungsi Bessel.
Apabila didefinisikan tekanan rata – rata reservoir pada kondisi laju
produksi tetap sebagai berikut
(2.12)
dan digabungkan dengan Persamaan 2.10 dan disusun ulang menjadi
(2.13)
9
di mana
(2.14)
Semua suku di dalam tanda sigma dapat diabaikan karena sangat kecil
untuk n yang besar, kecuali pada n = 1, sehingga
(2.15)
Menggunakan Tabel Fungsi Matematis dari Jahnke dan Emde, bahwa
untuk reD > 100,
dan
Sehingga Persamaan 2.15 dapat ditulis sebagai
(2.16)
dalam unit lapangan menjadi
(2.17)
yang apabila diambil dalam persamaan lognya menjadi
(2.18)
yang merupakan persamaan garis lurus dalam skala semilog antara
dan t seperti pada Gambar 2.3 dengan kemiringan
(2.19)
dan titik potong dengan sumbu tegak
(2.20)
10
Gambar 2.3. Plot dan t pada periode transien lanjut5
Sehingga untuk keperluan analisa uji sumur drawdown dalam menentukan
sifat – sifat reservoir pada periode transien lanjut, langkah – langkahnya sebagai
berikut:
1. Siapkan data hasil uji sumur drawdown (Pwf vs t), dan data – data
penunjang lainnya seperti q, B, μ, h, φ, Ct dan rw
2. Coba suatu nilai dan plotkan antara dan t sehingga
membentuk suatu garis lurus (linear).
3. Setelah didapat nilai yang cocok, tentukan kemiringan (β dalam 1/jam)
dan titik potong dengan sumbu tegak (b dalam psi)
4. Permeabilitas formasi
(2.21)
11
5. Volume pori
(2.22)
6. Jari – jari daerah pengurasan
(2.23)
7. Faktor skin
(2.24)
2.1.3. Periode Pseudosteady State (Reservoir Limit Test)
Periode setelah periode aliran transien lanjut (apabila ada) adalah periode
pseudosteady state. Pada periode ini seluruh alirannya sudah menyentuh batas
reservoir sehingga perubahan tekanan terhadap waktunya adalah konstan.
Pengujian pada periode ini biasanya dipakai untuk menentukan volume reservoir
yang berhubungan dengan sumur, sehingga dapat dinamakan “ reservoir limit
test”.
Persamaan distribusi tekanan dengan laju produksi yang tetap untuk
keadaan pseudosteady state merupakan modifikasi dari persamaan pada periode
transien lanjut yaitu Persamaan 2.10 yang pada , suku – suku di
dalam tanda sigma menjadi sangat kecil (dianggap nol) sehingga menjadi,
(2.25)
Apabila diplotkan antara Pwf vs t, maka didapat persamaan garis lurus
seperti pada Gambar 2.4 dengan kemiringan
(2.26)
12
Gambar 2.4. Plot Pwf dan t pada periode pseudostedy state1
sedangkan volume daerah pengurasan (dalam barrels) dapat ditentukan dengan
(2.27)
13
2.2. Uji Sumur Build Up
Uji sumur build up adalah suatu teknik pengujian dengan melakukan
produksi sumur dengan laju yang tetap pada suatu waktu tertentu (tp) dan
kemudian dilanjutkan dengan menutup sumur tersebut untuk suatu waktu tertentu
(Δt). Secara skematis seperti pada Gambar 2.5. Penutupan sumur ini akan
menyebabkan naiknya tekanan. Idealnya lama penutupan sumur adalah sampai
tekanan reservoir mencapai tekanan statik awalnya.
Gambar 2.5 Skema ideal uji sumur build up 1
Seperti halnya pada uji sumur drawdown, analisa dari dari data tekanan
sebagai fungsi waktu dalam uji sumur build up ini dapat dipakai untuk
menentukan beberapa karakter reservoir antara lain permeabilitas formasi dan
faktor skin.
14
Dasar analisa uji sumur build up adalah prinsip superposisi plot tekanan
sebagai fungsi waktu seperti yang diajukan oleh Horner5. Superposisi di sini
adalah penggabungan dua persamaan tekanan yaitu persamaan tekanan pada saat
sumur diproduksikan dengan laju yang tetap (q) pada suatu waktu tertentu (tp) dan
seolah – olah terus dilanjutkan selama sumur ditutup untuk suatu waktu tertentu
(Δt) dan juga persamaan tekanan pada saat sumur ditutup, seolah – olah
diproduksikan dengan laju yang tetap tetapi dengan tanda negatif (-q) untuk suatu
waktu tertentu (Δt). Secara matematis ditulis sebagai berikut
(2.28)
yang dapat disusun menjadi
(2.29)
atau
(2.30)
Persamaan 2.30 di atas memperlihatkan persamaan garis lurus plot antara
seperti pada Gambar 2.6 dengan kemiringan
(2.31)
15
Gambar 2.6 Plot pada uji sumur build up 1
Sehingga permeabilitas formasi dapat diperoleh setelah mendapatkan kemiringan
dari garis lurus plot antara dengan
(2.32)
dan faktor skin sebesar
(2.33)
16