disain sistem penutupan tambang mineral … · disain sistem penutupan tambang mineral...

363
DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua ) HARY TRIEKURNIANTO BUDHYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Upload: dinhnhu

Post on 27-Mar-2019

275 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL

BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport

Indonesia Di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua )

HARY TRIEKURNIANTO BUDHYONO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 2: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:

Disain Sistem Penutupan Tambang Mineral Berkelanjutan (Studi Kasus: Rencana

Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua)

adalah karya saya sendiri dengan arahan bimbingan dari Komisi Pembimbing

Penelitian dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir disertasi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan yang sebenar-benarnya.

Bogor, 16 September 2009

Hary Triekurnianto Budhyono

P062050564

Page 3: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

ABSTRACT

Hary Triekurnianto Budhyono. 2009. Design of Sustainable Minerals Mine Closure System (Case Study: Mine Closure Planning of Freeport Indonesia company in Mimika District, Province of Papua). Under Direction of Santun R.P. Sitorus, Hariadi Kartodihardjo, and Marimin. Sustainable mine closure is a challenge for mining industries to contribute to sustainable development that requires long range planning. The objective of this research is to arrange a design of sustainable minerals mine closure system consisting of some scenarios toward sustainability of development and community existence in Mimika District after PTFI operation. Methods used to analyze the data included closure risk factor (CRF), ECM (exponential comparison method), ISM (interpretative structural modeling), AHP (analytical hierarchy process), Benchmarking analysis, and Dynamic System. The CRF analysis indicated that the total value of PTFI closure risk factor is 2,773 corresponding to an extreme closure risk rating. Benchmarking analysis showed that Australia and Canada are feasible benchmark target countries for Indonesia. The criteria of health and safety of community is a criteria with the highest discrepancy average value (-20,029) compared with nine other criteria of key sustainable mine closure success factors that should be applied in Indonesia to achieve Australian and Canadian standards. The AHP analysis demonstrated that the best alternative for sustainable mine closure is integrated planning based on the optimal utilization of natural resources applied from the beginning of mining operation (weight 0.594). To create sustainability after PTFI mining operation, all PTFI’s stakeholders should be focused to develop the economic and social activities to replace full dependence on PTFI. The Dynamic system analysis showed that sustainability for social, economic, and environmental aspects in Mimika District cannot be achieved if the mining benefit and development activities are managed as usual or in the present condition until PTFI’s mining closure. This research resulted four alternatives scenario policy of sustainable mine closure. The best scenario for implementation in Mimika District is very optimistic scenario that applied in 2017. This scenario to be resulted: the sustainability point to be achieved in 2028 or 13 years before PTFI’s mining closure, Mining Benefit Transformation Result Value (MBTRV) – Mining Benefit Average Value (MBAV) is 59,01 quintillions rupiah and to have MBTRV is 149.42 quintillions rupiah when PTFI’s mining closure, increasing of environmental quality value 62.71% when PTFI’s mining closure compared with before applied scenario, conflicts potential is emerging in 2030 and conflicts occurrence is happened in 2035. Key words: sustainable mine closure, dynamic system, benchmarking analysis,

sustainable development, minerals, indicators, scenarios, PT Freeport Indonesia,

Page 4: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

RINGKASAN Hary Triekurnianto Budhyono. 2009. Disain Sistem Penutupan Tambang Mineral Berkelanjutan (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua). Di bawah bimbingan: Santun R.P. Sitorus, Hariadi Kartodihardjo, dan Marimin.

Penutupan tambang oleh World Bank dan IFC (2002) diistilahkan sebagai it’s not over when it’s over. Mengapa demikian? Karena kemungkinan bencana lingkungan dapat muncul sewaktu-waktu walaupun kegiatan penutupan tambang telah selesai dilaksanakan. Sedikitnya ada tiga masalah utama yang muncul, yaitu terhentinya manfaat ekonomi, menurunnya fungsi-fungsi pelayanan sosial, dan menurunnya kegiatan perlindungan lingkungan hidup. Kondisi ini dapat bertambah parah apabila sumber pendapatan ekonomi daerah hampir sepenuhnya bergantung pada pendapatan bahan tambang untuk menjalankan kegiatan pembangunan di daerah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan rencana penutupan tambang (RPT) yang komprehensif dan dapat diaplikasikan. Sebab, apabila tidak kota bekas tambang dapat berubah menjadi “kota hantu” (ghost town).

Paradigma kegiatan penutupan tambang mengalami banyak pergeseran. Seabad yang lalu ketika pertambangan mengambil habis bijih tambang dan produksi terhenti maka tambang ditutup seadanya dan ditinggalkan (World Bank dan IFC, 2002). Namun demikian, sejak konsep Pembangunan Berkelanjutan (PB) dicetuskan oleh WCED (1987) dan kemudian didorong oleh Deklarasi Rio tahun 1992, fokus perhatian global tertuju pada keberlanjutan dan publik menginginkan PB dilengkapi dengan informasi mengenai kinerja-kinerja sosial, ekonomi dan lingkungan (McAllister et al., 1999). Berbagai negara segera respon PB untuk diterapkan pada kebijakan pertambanganya. MMSD (2002) memperjelas rumusan kerangka penerapan PB di pertambangan adalah “bagaimana sektor ini berkontribusi pada kemakmuran dan kesejahteraan manusia pada saat ini tanpa mengurangi potensi dari generasi mendatang untuk melakukan hal yang sama”.

Pertanyaannya adalah bagaimana sektor pertambangan di Indonesia untuk merespon PB ini? Indonesia baru mempunyai regulasi khusus penutupan tambang setelah 63 tahun merdeka, yaitu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Walau regulasi ini mulai mencoba mengakomodasikan PB, namun porsi penjelasan, kriteria dan indikator keberlanjutan sosial dan ekonomi belum dijelaskan serinci kegiatan pemulihan fisik daerah bekas tambang. Apabila dibandingkan dengan negara lain, Australia mengeluarkan kebijakan di sektor pertambangannya untuk merespon PB pada tahun 1991(McAllister et al., 1999), Kanada pada tahun 1996 (Shinya, 1998), dan Afrika Selatan pada tahun 2002 (ESMAP et al., 2005). India sampai tahun 2006 tidak mempunyai pedoman penutupan tambang yang ilmiah (Singam et al., 2006).

Tujuan berkelanjutan dari penutupan tambang menurut Kempton (2003) adalah untuk proteksi pada kesehatan manusia dan ekologi, meminimisasi beban abadi pada lingkungan dan mencari penyelesaian yang permanen. Robertson dan Shaw (1999) berpendapat bahwa penutupan tambang yang mendukung PB adalah penutupan tambang yang tetap berkontribusi pada keberlanjutan sosial-ekonomi setempat. Strongman (2002) mengatakan bahwa penerapan konsep PB pada penutupan tambang adalah adanya keberlanjutan manfaat dan nilai-nilai tambang yang terus dirasakan setelah penutupan tambang. Dengan demikian pertanyaannya adalah bagaimana proses untuk mewujudkan keberlanjutan manfaat-manfaat tersebut ketika penutupan tambang tiba dan setelahnya.

Page 5: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

Untuk menjawab permasalahan dan tantangan di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan studi kasus pada Rencana Penutupan Tambang (RPT) PT Freeport Indonesia (PTFI). Alasannya adalah: pertama, kontribusi PTFI yang sangat besar pada PDRB Kabupaten Mimika dan pada PDRB Propinsi Papua serta berkontribusi pada kegiatan pengembangan masyarakat setempat yang sangat nyata. Kedua, tingkat faktor resiko penutupan (CRF ) tambang PTFI masuk dalam kategori “ekstrim” (Laurence 2001; 2006). Sehubungan dengan kontribusi yang besar dan resiko penutupan tambang PTFI yang ekstrem maka diperlukan sebuah RPT yang komprehensif dan terpadu yang dapat diterapkan. Apabila tidak, kota Timika dan sekitarnya dapat menjadi kota hantu.

Tujuan utama penelitian ini adalah menyusun disain sistem penutupan tambang mineral berkelanjutan dalam bentuk skenario-skenario menuju keberlanjutan pembangunan dan kehidupam masyarakat di Kabupaten Mimika pada SaPeT PTFI.

Penelitian ini dilaksanakan selama periode Januari 2008 - Januari 2009 di Kabupaten Mimika (tempat operasi tambang PTFI), dengan mewawancarai para pemangku kepentingan (PPK) terkait penutupan tambang. Wawancara dengan pakar dilakukan di Jakarta, Bogor, dan Bandung, serta korespondensi pakar di Negara Kanada dan Negara Australia.

Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan sistem. Metode yang dipakai adalah: pertama, Hard System Methodology (HSM) yaitu sistem dinamik. Kedua, Soft System Methodology (SSM) yang berupa: ISM (Interpretative Structural Modeling), AHP (Analitical Hierarchy Process), analisis patok duga (benchmarking analysis), dan MPE (metode perbandingan eksponensial).

Indikator-indikator keberlanjutan penutupan tambang pada SaPeT PTFI didapatkan melalui teknik MPE terhadap gabungan data dan informasi yang dihasilkan dari analisis Faktor Resiko Penutupan tambang (CRF) dan analisis kebutuhan PPK.

Faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang berkelanjutan dikaji dengan menggunakan metode patok duga, yang terdiri dari: (i). AHP yang diolah melalui perangkat lunak Criterium Decision Plus version student untuk menentukan kelayakan Australia dan Kanada sebagai negara target patok duga; (ii) MPE digunakan menilai peringkat Indonesia dan dua negara target; (iii) analisis kesenjangan menentukan faktor kunci penentu yang perlu diterapkan di Indonesia. Untuk mengetahui komponen-komponen yang dominan dalam perencanaan penutupan tambang berkelanjutan dilakukan wawancara pakar dengan teknik AHP dan diolah melalui perangkat lunak Expert Choice 2000 terhadap tiga pilihan perencanaan penutupan tambang. Skenario-skenario keberlanjutan kondisi saat ini, menjelang, dan pada SaPeT diperoleh dengan melakukan analisis sintesis dari hasil analisis sistem dinamik dan ISM, AHP, serta analisis patok duga. Perangkat lunak yang digunakan adalah Powersim Constructor versi 2.5.

Indikator-indikator keberlanjutan penutupan tambang PTFI, yaitu: (a) aspek lingkungan, diantaranya: minimisasi beban abadi pada lingkungan, pembentukan lahan akhir, dan perlindungan pada ekosistem dan manusia; (b) aspek sosial, diantaranya: pelayanan kesehatan dan pendidikan, peningkatan kualitas SDM, pemulihan hak masyarakat dalam mengorganisasikan, pembentukan lembaga atau forum penutupan tambang, dan kesehatan dan keamanan sosial; dan (c). aspek ekonomi, diantaranya: keberadaan pasar untuk produk-produk lokal, jumlah kegiatan ekonomi yang tujuan pasarnya selain ke PTFI, pembangunan sumber ekonomi lain selain pertambangan PTFI, jumlah tujuan pasar produk sektor selain tambang ke luar Mimika, kontribusi sumber ekonomi selain tambang pada PDRB, dan peningkatan iklim investasi

Hasil analisis ISM atas lima elemen program dalam membangun sistem penutupan tambang berkelanjutan diperoleh lima faktor pengerak kunci yang dipilih

Page 6: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

berdasarkan analisis situasional dan kebutuhan pembangunan Kabupaten Mimika di masa depan. Kelima faktor tersebut yaitu: kualitas SDM, adanya Badan Pengelola Penutupan Tambang Berkelanjutan (BPPTB), infrastruktur yang memadai, investasi ekonomi baru, dan perlindungan dan pelestarian lingkungan. Kelima faktor penggerak kunci inilah yang menjadi input terkontrol dalam analisis sistem dinamik.

Hasil Analisis patok duga menunjukkan bahwa Australia dan Kanada layak menjadi negara target patok duga bagi Indonesia. Analisis kesenjangan menunjukkan bahwa kesenjangan nilai kriteria Indonesia dibandingkan dua negara target patok duga, semuanya mempunyai nilai kesenjangan negatif. Artinya semua faktor tersebut berguna atau menjadi syarat bagi Indonesia untuk mencapai standar penutupan tambang mineral seperti standar di kedua negara patok duga tersebut.

Analisis AHP, menunjukkan bahwa aktor pemerintah (0,454) dan masyarakat setempat (0,228) merupakan aktor yang paling berperan (68,2 %) dalam menentukan kebijakan dan kesuksesan kegiatan penutupan tambang. Aspek ekonomi (0,337) mempunyai nilai bobot tertinggi kemudian diikuti aspek sosial (0,226) dan aspek lingkungan (0,177). Faktor kualitas SDM (0,102), penciptaan lapangan kerja (0,085), ketaatan pada regulasi (0,083), dan faktor pendidikan dan kesehatan (0,079), merupakan empat faktor utama diantara 15 faktor yang dianalisis. Tujuan keberlanjutan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (0,385) adalah tujuan utama disusul oleh tujuan menuju keberlanjutan kualitas kehidupan sosial masyarakat (0,351). Pilihan kebijakan perencanaan terpadu berdasarkan SDA unggulan sejak dini merupakan pilihan yang terbaik (0,594).

Hasil analisis sistem dinamik menunjukkan bahwa keberlanjutan pembangunan dan keberadaan masyarakat di Kabupaten Mimika tidak dapat dicapai jika manfaat tambang dan kegiatan-kegiatan pembangunan dikelola seperti kondisi saat ini sampai penutupan tambang PTFI. Karena mempunyai NHTMT – NMTR yang negatif. Diperlukan skenario untuk mencapai keberlanjutan.

Ada empat pilihan skenario kebijakan penutupan tambang yang dihasilkan dari penelitian ini, yaitu skenario optimis aplikasi tahun 2012, 2017, dan 2022 serta skenario optimis aplikasi tahun 2012. Pilihan skenario kebijakan terbaik adalah Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2017. Skenario ini menghasilkan: titik keberlanjutan dapat dicapai pada tahun 2028 atau 13 tahun sebelum SaPeT PTFI, NHTMT – NMTR sebesar 59,01 triliyun rupiah dan mempunyai NHTMT sebesar 149,42 triliyun rupiah pada SaPeT PTFI (2041), kenaikan kualitas lingkungan sebesar 62,71% pada SaPeT PTFI dibandingkan sebelum skenario, dan potensi konflik terjadi pada tahun 2030 dan kejadian konflik terjadi pada tahun 2035.

Untuk menuju keberlanjutan pada saat sebelum masa penutupan tambang PTFI tiba dan setelahnya, Pemda Mimika perlu melakukan beberapa hal, yaitu: meningkatkan kemampuan SDM, ketersediaan infrastruktur, investasi ekonomi baru, dan meningkatkan kemampuan pemda dalam memimpin aktifitas pembangunan berkelanjutan. Selain itu, Pemda Mimika juga perlu membentuk BPPTB dan melakukan kajian SDA unggulan secara mendalam dan mengimplementasikannya.

Pemerintah sebaiknya mulai mempertimbangkan untuk memasukkan tujuan-tujuan, kriteria dan indikator keberlanjutan sosial dan ekonomi disamping tujuan, kriteria dan indikator keberlanjutan lingkungan (pemulihan fisik) dalam kebijakan rencana penutupan tambang. Demikian juga, bagi daerah yang mempunyai SDA sedang ditambang saat ini, pembuatan dokumen:”Disain sistem penutupan tambang berkelanjutan”, sebaiknya disusun untuk melengkapi dokumen RPT yang berlaku dan dapat dijadikan salah satu pedoman dasar perencanaan dan pengelolaan pembangunan daerah.

Page 7: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009 Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritis atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 8: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN

(Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua )

HARY TRIEKURNIANTO BUDHYONO

Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 9: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

Penguji Luar Komisi pada Ujian Kualifikasi:

1. Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA

2. Dr. Ir. Erliza Noor

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup:

1. Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA 2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng

Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka:

1. Dr. Ir. S. Witoro Soelarno, M.Si 2. Dr. Ir. Oteng Haridjaja, M.Sc

Page 10: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

Judul Disertasi : Disain Sistem Penutupan Tambang Mineral Berkelanjutan (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua)

Nama : Hary Triekurnianto Budhyono NRP : P 062050564

Disetujui:

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus

Ketua

Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS. Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc. Anggota Anggota

Diketahui: Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

Tanggal Ujian: 16 September 2009 Tanggal Lulus:

Page 11: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Ta’ala berkat pertolongan dan rahmatNya saya

dapat menyelesaikan disertasi ini. Humphreys, Sachs, dan Stiglitz (2007) dalam

buku mereka berjudul “Escaping The Resource Curse” mengatakan bahwa

negara-negara yang berlimpahan SDA seperti minyak dan gas, performa

pembangunan ekonomi dan tata kelola pemerintahannya (good governance) kerap

lebih buruk dibandingkan negara-negara yang SDA-nya lebih kecil. Anugerah ini

kerap kali menjadi penghambat daripada menciptakan pembangunan yang stabil

dan berkelanjutan. Sebuah paradoks dan menimbulkan pertanyaan, mengapa

kekayaan SDA sering menimbulkan masalah buruk ketimbang kebaikan?

Penelitian ini merupakan satu bentuk kontribusi dalam upaya penyelesaian

permasalahan penutupan tambang yang selalu dihadapi oleh pemerintah,

perusahaan tambang dan masyarakat. Juga diharapkan menjadi satu bagian jalan

keluar menghindarkan laknat SDA tersebut terjadi di sektor pertambangan di

Indonesia tercinta.

Hampir dibanyak kasus penutupan tambang di dunia, termasuk di Indonesia

menimbulkan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi daerah dan masyarakat

yang ditinggalkannya. World Bank dan IFC (2002) menyebut penutupan tambang

sebagai it’s not over when it’s over. Sampai saat ini focus kebijakan dan kegiatan

penutupan tambang hanyalah mengelola kerusakan fisik lingkungan saja.

Keberlanjutan manfaat sosial dan ekonominya baru dalam bentuk wacana dan

konsep, belum tersedia sebuah rumusan konkrit yang mudah diaplikasikan.

Disain sistem penutupan tambang berkelanjutan (PTB) sebagai hasil akhir

dari penelitian ini, disusun dari: (a) indikator-indikator keberlanjutan lingkungan,

ekonomi, dan sosial hasil dari analisis kebutuhan para pemangku kepentingan (PPK)

dan analisis Faktor Resiko Penutupan dan analisis MPE; (b) faktor-faktor penggerak

kunci PTB hasil dari analisis ISM; (c) komponen-komponen dominan dalam

perencanaan PTB hasil dari analisis AHP; (d) faktor-faktor kunci penentu

keberhasilan PTB hasil dari analisis benchmarking; dan (e) skenario-skenario PTB

hasil dari analisis sistem dinamik. Hasil aplikasi pada rencana penutupan tambang

PT Freeport Indonesia (PTFI) didapatkan ada empat skenario kebijakan penutupan

tambang berkelanjutan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulusnya disampaikan kepada

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus, M.Sc, Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS, dan Prof.

Dr. Ir. Marimin, M.Sc., sebagai tim komisi pembimbing yang telah memberikan

Page 12: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

kontribusi pemikiran, saran, dan bimbingannya. Terima kasih disampaikan juga

kepada Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PS-

PSL) Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS dan seluruh staf sekretariat PSL atas

perhatian, dukungan, dan waktunya. Kepada Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

selaku Dekan Pascasarjana, disampaikan terima kasih atas perhatiannya. Terima

kasih kepada Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA dan Prof. Dr. Ir. Bambang

Pramudya, M.Eng sebagai penguji luar komisi saat ujian tertutup yang telah

memberikan masukan sangat berharga. Terima kasih dan penghargaan yang tinggi

kepada Dr. Ir. S. Witoro Soelarno, M.Si dan Dr. Ir. Oteng Haridjaja, M.Sc. selaku

penguji luar komisi saat ujian terbuka yang telah banyak memberikan masukan dan

menambah bobot disertasi ini.

Rasa terima kasih juga disampaikan kepada para pakar baik yang berasal

dari perguruan tinggi, kalangan industri tambang, kalangan LSM di Mimika, dan

asosiasi pertambangan yang terlibat dalam wawancara dan pengisian kuesioner

atas sumbangan pikiran dan pendapat yang sangat berharga sehingga proses

analisis yang dibutuhkan dalam penelitian ini bisa terselesaikan dengan baik.

Terima kasih secara khusus disampaikan kepada Manajemen PTFI yang telah

memberikan kesempatan, dukungan beasiswa dan biaya penelitian serta data dan

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Saya menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari sebuah kesempurnaan,

walaupun demikian sangat diharapkan hasil-hasil yang telah dicapai dalam

penelitian ini dapat bermanfaat bagi PPK pertambangan.

Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan

dan perhatiannya dalam menyelesaikan disertasi ini. Secara khusus kepada kedua

orang tua saya yang telah membesarkan saya dengan mendidik secara baik dan

benar dalam menghadapi kehidupan. Kepada istri saya terkasih, Fita D. Manan, dan

anak-anakku tercinta, Tari dan Rina yang telah memberikan perhatian penuh,

dorongan semangat dan moril serta selalu bersama menemani saya dalam setiap

saat.

Bogor, 16 September 2009

Hary Triekurnianto Budhyono

Page 13: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Situbondo (Jawa Timur) pada tanggal 13 Desember 1963 merupakan anak ketiga dari pasangan Kyai Buchari dan Emmy Asiatun. Penulis mengikuti SD, SMP, dan SMA di Situbondo. Pendidikan jenjang S1 diselesaikan pada Jurusan Agronomi (Budidaya Pertanian) di Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor (1987). Selanjutnya penulis mendapatkan beasiswa dari PT. Freeport Indonesia (PTFI) untuk menyelesaikan pendidikan S2 dengan spesialisasi Environmental Management pada The University of Southern Queensland (2005) di Australia dan beasiswa yang sama untuk pendidikan S3 pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan di IPB (2005 – sekarang). Selain itu penulis juga mengikuti pendidikan informal/diklat antara lain: mengikuti Job Training and Comparative Study di Belgia, Belanda, dan Perancis dalam bidang budidaya jamur kancing (1988); kursus AMDAL A di Universitas Indonesia (1997); Workshop Participatory Rural Appraisal and Logical Framework Analysis di Jakarta (1999); kursus “Cross Cultural Management" oleh The World Trade Institute-Jakarta (2000): “Community Development Short Course for Oil, Gas, and Mines Industry, Center of Human Resource and Environmental Research” dari Universitas Indonesia (2002); Manajemen Resiko oleh LPPM-Jakarta (2004); kursus “Senior Operational Inspector” dari Dirjen Geologi dan Sumber Daya Mineral-Jakarta (2004); dan kursus Rencana Penutupan Tambang oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Mineral dan Batubara di Bandung (2006). Penulis juga aktif berpartisipasi pada lokakarya dan seminar yang terkait dengan pertambangan, penutupan tambang, CSR, dan Pengembangan Masyarakat (2000 -2008)

Riwayat penugasan dan jabatan penulis antara lain: Wakil Manajer Proyek Perencanaan dan Pengembangan PT. Baros Mushroom Industry ( 1987 – 1989); Reporter /Kontributor pada Majalah Tumbuh, Citra Agribusiness Indonesia (1990 – 1991); Manager Kebun PT Insan Krida Utama (1989 – 1994); dan bekerja pada PT Freeport Indonesia dengan jabatan terakhir sebagai General Superintendent Pembangunan Berkelanjutan (1994 - 2008). Penulis berperan dalam membuat konsep, membangun dan mengembangkan program Pengembangan Masyarakat PTFI serta berperan dalam mendirikan dan memberikan penguatan kelembagaan LSM lokal di Mimika, LPMAK (Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro) sebagai pengelola Dana Kemitraan PTFI (2000-2005).

Karya ilmiah yang dipresentasikan dalam National Conference on Management Research di Universitas Hasanudin di Makasar berjudul “Strategic management of community development on mining industry for Long-term business sustainability and to contribute sustainable development (Case study: Community development program of PT Freeport Indonesia)” (2008). Sebagai speaker/fasilitator pada : Systems design of mineral mine closure in Indonesia that contributes on sustainable development”. Mining Colloquium 2007, di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung (2007). Pada saat bertugas di Papua, penulis juga aktif menjadi fasilitator program pengembangan masyarakat dan penguatan kapasitas kelembagaan untuk lembaga-lembaga swadaya masyarakat di desa-desa di wilayah Kabupaten Mimika dan beberapa kabupaten tetangga dari Mimika.

Page 14: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xx

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xxiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xxvii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

1.3. Manfaat Penelitian ................................................................... 6

1.4. Kerangka Pemikiran ................................................................. 7

1.5. Perumusan Masalah ................................................................ 13

1.6. Nilai Kebaruan (Novelty) .......................................................... 18

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 19

2.1. Dasar Kerja Pengelolaan Pertambangan ................................ 19

2.2. Pertambangan dan Kesejahteraan Rakyat .............................. 20

2.3. Karakteristik Kegiatan Pertambangan ..................................... 22

2.4. Definisi, Konseptual dan Tujuan Penutupan Tambang ............ 23

2.5. Pandangan Internasional tentang Penutupan Tambang ......... 25

2.6. Dampak-Dampak Penutupan Tambang .................................. 27

2.7. Penutupan Tambang dan Perencanaan Pembangunan Regional....................................................................................

32

2.8. Pengelolaan Tailing dan Air Asam Tambang Saat Penutupan Tambang ..................................................................................

33

2.9. Rehabilitasi dan Reklamasi pada Tanah Tailing ..................... 36

2.10. Pengelolaan Sumberdaya Tambang Berkelanjutan .............. 38

2.11. Indikator-Indikator Pembangunan Berkelanjutan ................... 46

2.12. Penutupan Tambang dan Pembangunan Berkelanjutan ....... 53

2.12.1. Kinerja Keberlanjutan Ekonomi .................................. 53

2.12.2. Kinerja Keberlanjutan Sosial ....................................... 53

2.12.3. Kinerja Keberlanjutan Lingkungan .............................. 54

2.13. Stakeholder Pertambangan, Kekuasaan dan Peranannya .... 57

Page 15: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xv

2.14. Penelitian-Penelitian Penutupan Tambang ........................... 59

2.15. Alat-Alat Analisis Penelitian ................................................... 60

2.15.1. Analisis Faktor Resiko Penutupan ............................ 60

2.15.2. Pendekatan Sistem ................................................... 62

2.15.3. Disain dan Model....................................................... 63

2.15.4. Proses Hierarki Analitik ............................................. 64

2.15.5. Analisis Patok Duga (Benchmarking) ....................... 66

2.15.6. Metode Perbandingan Eksponensial ........................ 67

2.15.7. Teknik Permodelan Interpretasi Struktural ............... 67

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 70

3.1. Tempat dan Waktu.................................................................... 70

3.2. Rancangan Penelitian .............................................................. 70

3.3. Jenis data dan peubah yang diamati........................................ 70

3.3.1. Jenis data dan peubah yang diamati untuk tujuan (1).... 70

3.3.2. Jenis data dan peubah yang diamati untuk tujuan (2).... 72

3.3.3. Jenis data dan peubah yang diamati untuk tujuan (3).... 72

3.3.4. Jenis data dan peubah yang diamati untuk tujuan (4).... 73

3.3.5. Jenis data dan peubah yang diamati untuk tujuan (5).... 75

3.4. Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden .............................................................................. 75

3.4.1. Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden untuk tujuan (1)......................................... 75

3.4.2. Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden untuk tujuan (2) ........................................ 76

3.4.3. Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden untuk tujuan (3) ........................................ 76

3.4.4. Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden untuk tujuan (4) ........................................ 77

3.4.5 Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden untuk tujuan (5) ........................................ 77

3.5. Teknik analisis data................................................................. 78

3.5.1. Teknik analisis data untuk tujuan (1).......................... 78

3.5.2. Teknik analisis data untuk tujuan (2) .......................... 81

3.5.3. Teknik analisis data untuk tujuan (3) .......................... 83

3.5.4. Teknik analisis data untuk tujuan (4) .......................... 85

3.5.5. Teknik analisis data untuk tujuan (5) .......................... 85

Page 16: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xvi

BAB IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ................................... 86

4.1. Gambaran Umum Kebijakan Penutupan Tambang ................ 86

4.1.1. Perkembangan Kebijakan Penutupan Tambang di Indonesia .....................................................................

85

4.1.2. Kebijakan-Kebijakan Penutupan Tambang di Negara lain ................................................................................

92

4.2. Gambaran Umum Kabupaten Mimika..................................... 98

4.2.1. Kondisi Fisik Alam.......................................................... 100

4.2.2. Kependudukan dan Sosial.............................................. 104

4.2.3. Ekonomi Wilayah ........................................................... 112

4.2.4. Sistem Transportasi........................................................ 119

4.2.5. Rencana Tata Ruang Kabupaten Mimika....................... 122

4.2.6. Potensi Wilayah dan Komoditas Unggulan..................... 122

4.3. Gambaran Umum Kegiatan PT Freeport Indonesia ................ 126

4.3.1. Kegiatan Operasi Penambangan ................................... 126

4.3.2. Pengaruh Lingkungan Hidup dan Kegiatan Pengelolaannya ..............................................................

131

4.3.3. Pengaruh Sosial dan Kegiatan Pengelolaannya............. 134

4.3.4. Pengaruh Ekonomi dan Kegiatan Pengelolaannya........ 138

4.3.5. Kegiatan PTFI Terkait Penutupan Tambang ................. 139

4.3.6. Kegiatan PTFI Menuju Pembangunan Berkelanjutan .... 141

BAB V. INDIKATOR-INDIKATOR KEBERLANJUTAN BAGI PENUTUPAN TAMBANG PTFI..............................................................................

143

5.1. Indikator-Indikator Keberlanjutan Berdasarkan Analisis Faktor Resiko Penutupan dan Prinsip-Prinsip PB...............................

143

5.2. Atribut Keberlanjutan Berdasarkan Pendapat PPK...........................................................................................

145

5.2. 1. PPK Penutupan Tambang PTFI .................................... 145

5.2.2. Faktor-Faktor Penting dan Strategis Penutupan Tambang Menurut PPK ................................................

147

5.3. Penentuan Indikator-Indikator Keberlanjutan Penutupan Tambang PTFI .........................................................................

149

BAB VI. FAKTOR-FAKTOR PENGGERAK KUNCI PENUTUPAN TAMBANG PTFI BERKELANJUTAN...............................................

152

Page 17: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xvii

6.1. Struktur Faktor Penggerak Kunci Penutupan Tambang Berkelanjutan............................................................................

152

6.1.1. Elemen Sektor Masyarakat yang Terpengaruh .............. 152

6.1.2. Elemen Elemen Kebutuhan dari Program...................... 156

6.1.3. Elemen Elemen Kendala Utama..................................... 158

6.1.4. Elemen Tujuan dari Program......................................... 162

6.1.5. Elemen Tolok Ukur untuk Menilai Setiap Tujuan Program...........................................................................

165

6.2. Faktor-faktor Penggerak Kunci Sistem Penutupan Tambang PTFI Berkelanjutan ..................................................................

168

BAB VII FAKTOR-FAKTOR KUNCI PENENTU KEBERHASILAN PENUTUPAN TAMBANG BERKELANJUTAN............................... 172

7.1. Penentuan Negara Target Patok Duga ................................... 172

7.2. Penentuan Faktor-Faktor Kunci Penentu Keberhasilan Penutupan Tambang dan Nilai Bobot Setiap Faktor............... 174

7.3.Penentuan Rangking Indonesia dan Negara Target Patok Duga.......................................................................................... 176

7.4. Faktor-Faktor Kunci Penentu Keberhasilan Penutupan Tambang Berkelanjutan yang Akan Diterapkan Di Indonesia.. 178

7.5. Strategi Implementasi Faktor Kunci Penentu Keberhasilan Penutupan Tambang ................................................................ 179

BAB VIII. KOMPONEN-KOMPONEN DOMINAN DALAM PERENCANAAN PENUTUPAN TAMBANG BERKELANJUTAN................................ 185

8.1. Hasil Pembobotan pada Setiap Komponen.............................. 186

8.1.1. Pembobotan Komponen Aktor dalam Penutupan Tambang ...................................................................... 186

8.1.2. Pembobotan Komponen Aspek dalam Penutupan Tambang ...................................................................... 188

8.1.3. Pembobotan Komponen Faktor-Faktor dalam Penutupan Tambang .................................................... 190

8.1.4. Pembobotan Komponen Tujuan-Tujuan dalam Penutupan Tambang .................................................... 190

8.1.5. Pembobotan Komponen Alternatif dalam Penutupan Tambang ...................................................................... 191

8.2. Strategi Implementasi Komponen Dominan Penutupan Tambang................................................................................... 193

Page 18: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xviii

BAB IX. SISTEM DINAMIK PENUTUPAN TAMBANG MINERAL YANG BERKELANJUTAN........................................................................... 196

9.1. Analisis Kebutuhan Sistem....................................................... 196

9.2. Formulasi masalah.................................................................... 197

9.3. Identifikasi sistem...................................................................... 197

9.3.1. Sub Model Sosial.......................................................... 201

9.3.2. Sub Model Lingkungan................................................. 204

9.3.3. Sub Model Ekonomi...................................................... 206

9.4. Validasi Model........................................................................... 209

9.4.1. Validasi Struktur Model.................................................. 209

9.4.2. Validasi Kinerja.............................................................. 212

9.5. Simulasi Model Berdasarkan Kondisi Saat Ini......................... 213

9.5.1. Simulasi Sub Model Sosial........................................... 214

9.5.2. Simulasi Sub Model Lingkungan.................................. 219

9.5.3. Simulasi Sub Model Ekonomi....................................... 221

BAB X. SKENARIO DAN ARAHAN KEBIJAKAN PENUTUPAN TAMBANG BERKELANJUTAN....................................................... 230

10.1. Rasionalisasi Pembuatan Skenario Penutupan Tambang Berkelanjutan........................................................................ 230

10.2. Skenario-Skenario Penutupan Tambang PTFI Berkelanjutan 234 10.2.1. Skenario MKMB pada SaPeT..................................... 235 10.2.2. Skenario Pesimis......................................................... 236 10.2.3. Skenario Moderat........................................................ 237 10.2.4. Skenario Optimis......................................................... 238 10.2.5. Skenario Sangat Optimis............................................. 239 10.3. Arahan Kebijakan dan Strategi Implementasi Setiap

Skenario Terpilih.................................................................. 240

10.3.1. Pilihan Kebijakan Pertama: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2012................................................ 241

10.3.2. Pilihan Kebijakan Kedua: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 20110.......................................................... 247

10.3.3. Pilihan Kebijakan Ketiga: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2022............................................................. 252

10.3.4. Pilihan Kebijakan Empat: Skenario Optimis Aplikasi 2012.......................................................................... 255

10.4. Operasionalisasi Arahan Kebijakan Penutupan Tambang Mineral Berkelanjutan.......................................................... 263

Page 19: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xix

10.5. Disain Sistem Generik Penutupan Tambang Berkelanjutan dan Penerapannya............................................................... 266

BAB XI. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

271

11.1. Kesimpulan............................................................................. 271

11.2. Saran...................................................................................... 273

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 275

DAFTAR ISTILAH (GLOSSARY)....................................................................... 285

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 294

Page 20: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xx

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Perusahaan tambang di Indonesia yang telah memasuki tahap penutupan mulai tahun 1986 dan selesai pada tahun 2004 .......................................................................... 8

2 Tingkat resiko penutupan tambang pada beberapa tempat penambangan (Laurence, 2003) ........................................ 28

3 Indikator-indikator kinerja Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan (diadopsi dari GRI, 2006) ............................. 46

4 Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (MMSD, 2002) ................................................................................... 51

5 Ringkasan kunci keberlanjutan untuk sektor pertambangan dan mineral (Azapagic, 2004)...................... 52

6 Peranan PPK selama siklus hidup tambang, termasuk pada saat penutupan tambang (World Bank dan IFC, 2002).................................................................................... 59

7 Tujuan penelitian, jenis data, teknik analisis yang dipakai dan keluarannya.................................................................. 71

8 Identifikasi PPK, peranan dan kekuatan pengaruh dalam menuju SaPeT PTFI........................................................... 79

9 Sub elemen sektor masyarakat yang terpengaruh.............. 81

10 Matriks Interaksi Tunggal Terstruktur (Structural Self Interaction Matrix/SSIM) faktor-faktor penggerak kunci desain sistem penutupan tambang yang berkelanjutan untuk Elemen Sektor Masyarakat yang Terpengaruh......... 82

11 Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty pada AHP (Marimin, 2004)................. 85

12 Rata-rata curah hujan, hari hujan, kelembaban udara, kecepatan angin, tekanan udara, dan suhu udara minimum dan maksimum di Kabupaten Mimika pada tahun 2005........................................................................... 105

13 Proyeksi penduduk Kabupaten Mimika dan beberapa distrik contoh tahun 2006 – 2041....................................... 105

14 Jenis mata pencaharian di Kabupaten Mimika antara laki-laki dan perempuan ......................................................... 108

15 Karakteristik distrik, jumlah anak usia pendidikan dasar dan fasilitas pendidikan di Kabupaten Mimika pada tahun 2006..................................................................................... 109

16 Sarana kesehatan di Kabupaten Mimika pada tahun 2006. 110

17 Tenaga kesehatan yang tinggal di setiap distrik pada tahun 2006........................................................................... 111

Page 21: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xxi

18 Sepuluh penyakit pembunuh di RSMM untuk pasien rawat jalan dan rawat inap pada tahun 2006................................ 111

19 PDRB Kabupaten Mimika atas dasar harga yang berlaku dirinci menurut lapangan usaha tahun 2001 – 2005 (dalam jutaan rupiah)....................................................................... 113

20 Luas panen, produksi dan produksi rata-rata tanaman bahan makanan di Kabupaten Mimika tahun 2005............. 114

21 Perkembangan produksi daging di Kabupaten Mimika tahun 2001-2005.................................................................. 115

22 Luas hutan di Kabupaten Mimika sesuai dengan jenisnya tahun 2003 – 2005............................................................. 116

23 Persentase luas wilayah operasi PTFI dibandingkan luas wilayah Kabupaten Mimika, Pulau Papua, dan Negara Indonesia............................................................................. 117

24 Potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan Kabupaten Mimika pada tahun 2002 – 2006....................... 118

25 Panjang jalan di Kabupaten Mimika dirinci menurut status jalan, kondisi jalan dan permukaan jalan pada tahun 2000 – 2005.................................................................................. 120

26 Kontribusi Pendanaan PM PTFI terhadap industri pertambangan (dalam US$ Juta)......................................... 136

27 Pendanaan Program PM PTFI pada tahun 2006 sampai Bulan Oktober...................................................................... 136

28 Alokasi Dana Kemitraan PTFI dari tahun 1996 – 2006....... 137

29 Dampak ekonomi dan fiskal PTFI kepada negara, Provinsi Papua, dan Kabupaten Mimika tahun 2001 – 2007............. 139

30 Hasil analisis Faktor Resiko Penutupan (CRF) pada rencana penutupan tambang PTFI...................................... 143

31 Identifikasi PPK, peranan dan kekuatan pengaruh dalam menuju SaPeT PTFI di Kab. Mimika yang mendukung pencapaian PB..................................................................... 146

32 Faktor-faktor strategis penutupan tambang PTFI menurut PPK...................................................................................... 148

33 Hasil perhitungan MPE untuk atribut-atribut yang menentukan indikator-indikator keberlanjutan pada penutupan tambang PTFI.................................................... 149

34 Indikator-indikator keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi dengan nilai MPE tertinggi pada penutupan tambang PTFI...................................................................... 151

35 Sub elemen pada elemen sektor masyarakat yang terpengaruh.......................................................................... 153

36 Hasil matriks reachability dan interpretasi dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program.................... 154

Page 22: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xxii

37 Sub elemen kebutuhan dari program.................................. 156 38 Hasil matriks reachability dan interpretasi dari elemen

kebutuhan dari program....................................................... 157

39 Sub elemen kendala utama program................................... 159

40 Hasil matriks reachability dan interpretasi dari elemen kendala utama program....................................................... 160

41 Sub elemen tujuan program................................................ 162

42 Hasil matriks reachability dan interpretasi dari elemen tujuan program..................................................................... 163

43 Sub elemen tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program................................................................................ 166

44 Hasil matriks reachability dan interpretasi dari tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program ................................... 166

45 Atribut faktor-faktor kunci penentu keberhasilan................. 175

46 Matrik evaluasi faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang mineral yang berkelanjutan menggunakan metode MPE .............................................. 176

47 Kesenjangan nilai kriteria kunci penentu keberhasilan penutupan tambang mineral yang berkelanjutan Indonesia dengan dua negara target patok duga................................. 178

48 Kontribusi Pendanaan PM PTFI terhadap industri pertambangan...................................................................... 181

49 Analisis kebutuhan PPK dalam sistem penutupan tambang berkelanjutan........................................................ 196

50 Data hasil validasi model penutupan tambang PTFI berkelanjutan....................................................................... 213

51 Faktor-faktor penggerak kunci penutupan tambang PTFI berdasarkan hasil analisis ISM............................................ 230

52 Strategi implementasi faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang yang perlu diterapkan... 231

53 Aktor, aspek, faktor, dan tujuan-tujuan serta alternatif-alternatif keputusan yang dominan dalam perencanaan penutupan tambang berkelanjutan...................................... 232

54 Perubahan kondisi faktor penggerak kunci penutupan tambang berkelanjutan PTFI................................................ 233

55 Lima skenario untuk menuju penutupan tambang PTFI berkelanjutan....................................................................... 234

56 Penerapan Lima skenario untuk menuju penutupan tambang PTFI berkelanjutan.............................................. 235

57 Urutan skenario menuju penutupan tambang mineral PTFI berkelanjutan....................................................................... 241

Page 23: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xxiii

58 Persentase peningkatan beberapa aspek dan variabel penting setelah aplikasi skenario pertama dibandingkan kondisi semula..................................................................... 245

59 Persentase peningkatan beberapa aspek dan variabel penting setelah aplikasi skenario kedua dibandingkan kondisi semula..................................................................... 251

60 Persentase peningkatan beberapa aspek dan variabel penting setelah aplikasi skenario ketiga dibandingkan kondisi semula..................................................................... 255

61 Persentase peningkatan beberapa aspek dan variabel penting setelah aplikasi skenario keempat dibandingkan kondisi semula..................................................................... 260

62 Matriks proses penyusunan disain sistem penutupan tambang berkelanjutan........................................................ 270

Page 24: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xxiv

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Ilustrasi penutupan tambang yang berkelanjutan (dikembangkan dari Soelarno, 2007) ................................. 11

2 Formulasi dan pemecahan masalah penelitian .................. 17

3 Pengeluaran eksploitasi Indonesia dibandingkan negara lain pada tahun 2004 (MEG dalam PWC, 2006) ................. 21

4 Konseptual penutupan tambang secara tradisional dan berkelanjutan (diolah dari van Zyl, 2005) ............................ 25

5 Pengaruh-pengaruh penutupan tambang pada ekonomi, sosial, dan bio-geofisik (Warhurst, 2000) ............................ 30

6 Aplikasi dari kerangka kerja pengelolaan tailing melalui siklus hidup (MAC, 1998) ................................................... 34

7 Konsep pemanfaatan ModADA PTFI tahap pasca tambang (PT Freeport Indonesia, 2005) ............................. 38

8 Struktur hirarki penentuan disain penutupan tambang berkelanjutan....................................................................... 73

9 Struktur hirarki penentuan disain penutupan tambang berkelanjutan....................................................................... 74

10 Perbandingan potensi kebijakan dan potensi mineral Indonesia di antara negara lain (Basri, 2006)...................... 92

11 Tingkat penerapan PB pada kerangka hukum dan kebijakan sektor pertambangan di beberapa negara (ESMAP et al., 2005)........................................................... 95

12 Peta wilayah penelitihan di Kabupaten Mimika, Provisi Papua .................................................................................. 99

13 Gambar Daerah Operasi PTFI dari Dataran Tinggi sampai Di Dataran Rendah ............................................................ 130

14 Daerah Kontrak Karya blok A dan blok B PTFI .................. 132

15 Matriks Driver Power-Dependence untuk elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program............................... 154

16 Diagram model ISM dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program........................................................... 155

17 Matriks Driver Power-Dependence untuk elemen kebutuhan dari program....................................................... 157

18 Diagram model ISM dari elemen kebutuhan dari program.. 158

19 Matriks Driver Power-Dependence untuk elemen kendala utama program..................................................................... 160

20 Diagram model ISM dari elemen kendala utama program.. 161

21 Matriks Driver Power-Dependence untuk elemen tujuan program................................................................................ 164

Page 25: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xxv

22 Diagram model ISM dari elemen tujuan program................ 165

23 Matriks Driver Power-Dependence untuk tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program.............................................. 167

24 Diagram model ISM dari elemen tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program.......................................................... 168

25 Diagram hirarki AHP keunggulan Penutupan Tambang Berkelanjutan Suatu Negara................................................ 173

26 Diagram hirarki AHP dalam disain sistem penutupan tambang berkelanjutan........................................................ 186

27 Nilai setiap komponen aktor pada penutupan tambang....... 187

28 Nilai bobot aspek-aspek penutupan tambang hasil analisis AHP...................................................................................... 188

29 Diagram pohon hasil AHP level aktor dan aspek disain sistem penutupan tambang berkelanjutan........................... 189

30 Nilai bobot faktor-faktor penutupan tambang hasil analisis AHP...................................................................................... 190

31 Nilai bobot komponen tujuan penutupan tambang hasil analisis AHP......................................................................... 191

32 Diagram hasil AHP dan bobot masing-masing alternatif kebijakan dalam disain sistem penutupan tambang berkelanjutan ...................................................................... 192

33 Diagram kotak hitam (input-output) disain penutupan tambang mineral berkelanjutan............................................ 198

34 Diagram sebab akibat (Causal Loop) Model Penutupan Tambang PT. Freeport Indonesia........................................ 200

35 Diagram sebab akibat (Causal Loop) Sub Model Sosial pada penutupan tambang PT. Freeport Indonesia........... 202

36 Diagram Alir Sub Model Sosial pada penutupan tambang PT. Freeport Indonesia........................................................ 203

37 Diagram sebab akibat (Causal Loop) Sub Model Lingkungan pada penutupan tambang PT. Freeport Indonesia............................................................................. 205

38 Diagram Alir Sub Model Lingkungan pada penutupan tambang PT. Freeport Indonesia......................................... 206

39 Diagram sebab akibat (Causal Loop) Sub Model Ekonomi pada penutupan tambang PT. Freeport Indonesia............ 207

40 Diagram Alir Sub Model Ekonomi pada penutupan tambang PT. Freeport Indonesia ........................................ 208

41 (a) Pertumbuhan Penduduk; (b) Fluktuasi perkembangan penduduk akibat factor-faktor yang berpengaruh................ 215

42 Kontribusi Community Development PTFI........................... 216 43 Perkembangan jumlah penduduk berdasarkan tingkat

pendidikan............................................................................ 218

Page 26: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xxvi

44 Potensi konflik dan kejadian konflik.................................... 218

45 Luas hutan di Kabupaten Mimika sampai SaPeT PTFI dan setelahnya............................................................................ 219

46 Pencemaran lingkungan dan kualitas lingkungan................ 221

47 Nilai manfaat tambang dan jumlah penambangan.............. 222

48 Kontribusi PTFI dan sektor lain terhadap PDRB Mimika..... 223

49 Kontribusi PTFI dan sektor lain terhadap APBD Mimika..... 224

50 Perkembangan NHTMT, MT, dan NMTR (Rt2MT) mulai tahun 2002-2041................................................................. 226

51 Hubungan NMT, Rt2MT, dan NHTMT (total)....................... 227

52 Hubungan NMT, Rt2MT, dan NHTMT PTFI bagi Kab. Mimika(NHTMTMMK) serta NHTMT (total)................... 229

53 Hasil simulasi skenario pesimis pada kelima tahun aplikasi hubungannya dengan Rt2MT.............................................. 236

54 Hasil simulasi skenario moderat pada kelima tahun aplikasi hubungannya dengan Rt2MT................................. 237

55 Hasil simulasi skenario optimis pada kelima tahun aplikasi hubungannya dengan Rt2MT.............................................. 239

56 Hasil simulasi skenario sangat optimis pada kelima tahun aplikasi hubungannya dengan Rt2MT................................. 240

57 Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika sebelum dan setelah skenario sangat optimis 2012..................................................................................... 243

58 Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika sebelum dan setelah skenario sangat optimis 2017..................................................................................... 249

59 Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika sebelum dan setelah skenario sangat optimis 2022..................................................................................... 253

60 Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika sebelum dan setelah skenario optimis 2012.. 258

61 Perkembangan kontribusi PTFI dan sektor lain pada APBD Kab. Mimika sebelum dan setelah setiap skenario diterapkan............................................................................ 262

62 Model umum disain sistem penutupan tambang berkelanjutan....................................................................... 269

Page 27: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

xxvii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Gambar saat melakukan FDG …………………….................. 294

2 Data validasi model penutupan tambang berkelanjutan......... 295

3 Kependudukan di Kabupaten Mimika 2002 – 2050 (prakiraan).............................................................................. 297

4 Kontribusi Community Development (Dana Kemitraan PTFI)....................................................................................... 298

5 Perkembangan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.............................................................................. 299

6 Persentase jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.............................................................................. 300

7 Pencemaran Lingkungan, Kualitas Lingkungan dan Penutupan Hutan.................................................................... 301

8 Nilai manfaat tambang dan jumlah penambangan................. 302

9 Kontribusi PTFI dan sektor lain terhadap PDRB Mimika....... 303

10 Kontribusi PTFI dan sektor lain terhadap APBD Mimika....... 304

11 Perbandingan NHTMT dengan NHTMT Kabupaten Mimika. 305 12 NHTMT untuk masing-masing tahun aplikasi pada skenario

pesimis.................................................................................... 306

13 NHTMT untuk masing-masing tahun aplikasi pada skenario moderat................................................................................... 307

14 NHTMT untuk masing-masing tahun aplikasi pada skenario optimis.................................................................................... 308

15 NHTMT untuk masing-masing tahun aplikasi pada skenario sangat optimis......................................................................... 309

16 Perubahan faktor-faktor penggerak kunci menuju skenario sangat optimis 2012............................................................... 310

17 Perubahan faktor-faktor penggerak kunci menuju skenario sangat optimis 2016............................................................... 317

18 Perubahan faktor-faktor penggerak kunci menuju skenario sangat optimis 2022............................................................... 324

19 Perubahan faktor-faktor penggerak kunci menuju skenario optimis 2012........................................................................... 331

Page 28: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertambangan mempunyai manfaat sangat penting bagi pembangunan,

modernisasi, dan pertumbuhan ekonomi khususnya bagi negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia. Manfaat itu akan terhenti ketika penambangan

memasuki tahap penutupan. Penutupan tambang oleh World Bank dan IFC (2002)

diistilahkan sebagai it’s not over when it’s over. Mengapa disebut demikian?

Karena kemungkinan bencana lingkungan dapat muncul sewaktu-waktu walaupun

penutupan tambang telah selesai ditutup dan memasuki saat pasca tambang. Kota

bekas tambang dapat berubah menjadi “kota hantu” (ghost town), sebab kegiatan

ekonomi, sosial dan keamanan lingkungan tidak dapat mendukung lagi keberlanjutan

pembangunan dan kehidupan masyarakat disana. Dampak ini, akhirnya menjadi

beban masyarakat, daerah atau negara dimana tambang itu dioperasikan. Di

negara-negara berkembang, dampak penutupan akan makin parah karena mereka

tidak mempunyai atau mempersiapkan diri untuk membangun kegiatan ekonomi lain

sebagai pengganti pendapatan dari tambang. Selain itu, karakteristik kegiatan

pertambangan di Asia ditandai dengan pengelolaan lingkungan yang buruk (Burke,

2006). Kegiatan pertambangan juga merupakan salah satu penyebab degradasi

lahan yang utama (Sitorus, 2004b). Pembentukan lahan akhir merupakan salah satu

faktor penting untuk mendukung kegiatan ekonomi lain setelah penutupan atau

pasca tambang (van Zyl, 2005).

Paradigma pengelolaan tambang, termasuk kegiatan penutupan telah

mengalami banyak pergeseran. Seabad yang lalu ketika pertambangan mengambil

habis bijih tambang dan produksi terhenti maka tambang ditutup seadanya dan

ditinggalkan (World Bank dan IFC, 2002). Di Australia ada 500 bekas tambang, di

Kanada ada 10.139 dan di USA sebanyak 557.650 bekas tambang yang ditinggalkan

begitu saja setelah nilai ekonomi bahan tambangnya berakhir atau tidak layak terus

ditambang (IIED dan WBCSD, 2002). Namun demikian, sejak konsep

Pembangunan Berkelanjutan (PB) atau Sustainable Development dicetuskan oleh

WCED (1987) dan kemudian pula didorong oleh Deklarasi Rio (Rio Earth Summit)

tahun 1992, fokus perhatian global tertuju pada keberlanjutan dan publik

menginginkan PB dilengkapi dengan informasi mengenai kinerja-kinerja sosial,

ekonomi dan lingkungan (McAllister et al., 1999). Secara mengejutkan, hanya

perusahaan-perusahaan pertambangan yang proaktif dalam merespon pergeseran

Page 29: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

2

paradigma ini (Mudd, 2007). Sejak tahun 1995 terjadi peningkatan penelitian yang

menyarankan indikator-indikator PB yang relevan untuk pelaporan isu-isu

keberlanjutan (sustainability reports) pada industri pertambangan (Azapagic, 2004).

Terkait dengan penutupan, Kunanayagam (2006) mengatakan bahwa kurang lebih

15 tahun yang lalu rencana penutupan tambang masih mencakup aspek-aspek

perekayasaan dari penyerahan daerah operasi dan aspek-aspek yang terkait pada

teknik perbaikan lingkungan saja. Tetapi, pada akhirnya perusahaan-perusahaan

pertambangan terkemuka mempelopori perlunya penutupan tambang dilakukan

melalui sebuah pendekatan terpadu (sosial, lingkungan hidup, kerekayasaan, dan

keuangan).

Kerangka penerapan PB di pertambangan adalah bagaimana sektor ini

berkontribusi kepada kemakmuran dan kesejahteraan manusia pada saat ini tanpa

mengurangi potensi dari generasi mendatang untuk melakukan hal yang sama

(MMSD, 2002). Namun mengaplikasikan prinsip-prinsip PB pada industri

pertambangan, termasuk pada kegiatan penutupan tambang tidaklah mudah dan

ada masalah. Selain berpengaruh pada kenaikan biaya kegiatan lingkungan hidup

dan sosial perusahaan, terlebih bagi perusahaan dengan pengembalian modal

terbatas (Humphreys, 2001), alasan lainnya adalah: (1) secara intrinsik bahan

tambang itu sendiri tidak berkelanjutan (unsustainable) sehingga bagaimana

generasi mendatang dapat memenuhi kebutuhan bahan tambang yang sama (Mudd,

2007); (2) keberhasilan penerapan PB ditentukan oleh penerapannya pada seluruh

siklus hidup tambang (Batista, 2000; ANZMEC dan MCA, 2000; AGDITR, 2006;

Saeedi et al., 2006; Mugonda, 2006); (3). di negara berkembang regulasi penutupan

tambang hanya sebatas tahap embrio dan persyaratan dari pemerintah kadangkala

harus dinegosiasikan sebelum menyelesaikan rencana penutupan tambang

(Kunanayagam, 2006); dan (4) masih adanya perbedaan yang menyolok tentang

konsep dan tujuan penutupan tambang yang berkelanjutan.

CCC dan UNEP (2001), Hoskin (2002), dan van Zyl (2005) menyatakan tujuan

penutupan tambang adalah untuk mencapai kestabilan, keamanan bagi manusia dan

hewan, pemulihan untuk keindahan lansekap dan meniadakan resiko, dan

peningkatan nilai ekonomi dari pembentukan lahan akhir serta meningkatkan citra

perusahaan. Tujuan tersebut oleh Kempton (2003) disebut sebagai tujuan

tradisional dari penutupan tambang. Tujuan berkelanjutan dari penutupan tambang

menurut Kempton (2003) adalah untuk proteksi pada kesehatan manusia dan

ekologi, meminimisasi beban abadi pada lingkungan dan mencari penyelesaian yang

permanen.

Page 30: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

3

Konsep-konsep tujuan penutupan tambang tersebut semuanya tidak

membicarakan tentang keberlanjutan sosial-ekonomi ketika operasi berakhir.

Sementara itu, Robertson dan Shaw (1999) berpendapat tentang penutupan

tambang yang mendukung PB dan tetap berkontribusi pada keberlanjutan sosial-

ekonomi setempat. Juga, MMSD (1999), World Bank dan IFC (2002), dan

Strongman (2002) menyatakan bahwa penerapan konsep PB pada penutupan

tambang adalah adanya keberlanjutan manfaat dan nilai-nilai tambang yang terus

dirasakan setelah penutupan tambang. Namun demikian, tidak satupun konsepsi

tersebut menjelaskan tentang rancangan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan

lingkungan yang seharusnya dibangun pada saat penutupan tambang (SaPeT),

sehingga tambang tetap dapat terus berkontribusi pada PB walau telah digantikan

oleh sektor non-tambang.

Sebuah penutupan tambang memerlukan teknologi yang tepat. Sebab bila

tidak, munculnya sisa-sisa kerusakan lingkungan setelah pekerjaan reklamasi dan

penutupan tambang selesai sangat tergantung dari pengembangan dan teknik-teknik

reklamasi yang dipilih (Robertson dan Shaw,1998). Kegiatan penutupan juga

memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk pemulihan yang bersifat fisik bentang

alam, penyelesaian masalah tenaga kerja dan masalah lainnya. Sebagai contoh,

sebuah industri batu-bara muda di Jerman memerlukan biaya lebih dari 5 milyar

dollar Amerika untuk rehabilitasi daerah tambang, stabilisasi tempat pembuangan

limbah yang luas, pembongkaran dari fasilitas dan peralatan pendukung. Di

Polandia penutupan satu sampai tiga tambang batu bara memerlukan biaya 500 juta

dollar Amerika untuk uang pesangon 100 orang pekerja dan 1,5 milyar dollar

Amerika untuk kegiatan penutupan fisik (World Bank dan IFC, 2002).

Pemerintah Indonesia belum mempunyai regulasi khusus tentang penutupan

tambang sampai tahun 2007 (Soelarno, 2007). Regulasi penutupan tambang baru

ditetapkan oleh pemerintah pada tanggal 29 Mei 2008 melalui Peraturan Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor: 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi

dan Penutupan Tambang, Walaupun demikian, pada tahun sebelumnya, absennya

regulasi ini menimbulkan masalah yang berat tidak hanya pada perusahaan namun

juga bagi pemerintah terlebih lagi masyarakat setempat. Sebagai contoh, PT NMR

(Newmont Minahasa Raya) di Minahasa, Sulawesi Utara yang pada tahun 2005

dilakukan penutupan telah menuai banyak persoalan dengan masyarakat setempat.

Ketersediaan kebijakan dan perangkat hukum yang menentukan praktek penutupan

dan reklamasi tambang makin dipersyaratkan secara internasional untuk dipenuhi

(Joyce dan Thomson, 2000) dan disana juga tersedia indikator-indikator dan standar-

Page 31: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

4

standar kriteria dalam kegiatan penutupan tambang yang akan dilakukan oleh

perusahaan, masyarakat dan pemerintah (Hoskin, 2002).

Kegiatan penutupan tambang juga memerlukan keterlibatan Para Pemangku

Kepentingan (stakeholder) atau disingkat PPK selama siklus hidup tambang, Di

Indonesia keterlibatan PPK ini masih rendah, khususnya pemerintah daerah dan

pusat dalam memimpin kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi lain selain dari

tambang jauh sebelum masa penutupan tambang. Absennya keterlibatan PPK ini

merupakan salah satu pemicu terjadinya konflik di hampir semua daerah

pertambangan. Keterlibatan PPK dalam perencanaan penutupan tambang serta

pembuatan keputusan merupakan hal yang kritis dalam pencapaian penyelesaian

penambangan dan keberlanjutan hasil-hasil (AGDITR, 2006).

Tantangan-tantangan industri tambang kedepan adalah menerapkan PB

pada seluruh siklus hidup tambang, pengembangan teknologi yang ramah

lingkungan melalui penerapan produksi bersih, dan membangun kemampuan untuk

memelihara keseimbangan antara keuntungan dan perlindungan lingkungan hidup

(Moore dan Noller, 2000). Juga, perusahaan dituntut harus memiliki tanggung jawab

etika (ethical responsibility) dalam berkontribusi pada pelestarian, memastikan

kehadirannya memberikan manfaat nyata kepada ekosistem, dan daerah yang

ditinggalkannya akan berkondisi lebih baik dibandingkan dengan sebelum ditambang

(Sweeting, 2000). Bagi Indonesia selain tantangan tersebut, tantangan lainnya

adalah pencapaian tujuan-tujuan pembangunan milinium (Millennium Development

Goals/MDGs): pengentasan kemiskinan dan kelaparan, pencapaian kebutuhan

pendidikan dasar, memastikan lingkungan hidup berkelanjutan, dan lainnya.

Untuk menjawab permasalahan dan tantangan-tantangan di atas, penelitian

ini dilaksanakan dengan studi kasus pada Rencana Penutupan Tambang (RPT) PT

Freeport Indonesia (PTFI). Alasannya adalah: pertama, kontribusi PTFI pada tahun

2007 pada PDRB Kabupaten Mimika adalah 95,56 % dan pada PDRB Propinsi

Papua sebesar 44,87 % serta berkontribusi pada kegiatan pengembangan

masyarakat setempat sebesar 76,74 juta Dolar Amerika pada tahun yang sama

(LPEM-FEUI, 2008). Kedua, tingkat faktor resiko penutupan (The Closure Risk

Factor /CRF ) tambang PTFI masuk dalam kategori “ekstrim” (Laurence 2001, 2006).

Sehubungan dengan kontribusi yang besar dan resiko penutupan tambang

PTFI yang ekstrem maka diperlukan sebuah RPT yang komprehensif dan terpadu

yang dapat diterapkan. Sebab apabila tidak mempunyai RPT yang tepat maka kota

Timika dan sekitarnya dapat menjadi kota hantu. Selain itu, regulasi tentang

reklamasi dan penutupan tambang di Indonesia baru ditetapkan pada tahun 2008

Page 32: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

5

yang mana masih berfokus pada prosedur dan teknis kegiatan reklamasi dan

penutupan tambang namun belum menyentuh bagaimana cara membangun

keberlanjutan setelah tambang berakhir. Dengan demikian pertanyaannya adalah

bagaimana proses membangun atau menyusun disain sistem penutupan tambang

agar terjadi keberlanjutan pembangunan dan penghidupan masyarakat ketika

sebuah perusahaan tambang selesai beroperasi?

Pembuatan RPT seperti melakukan tindakan-tindakan, dan mengadakan

penyesuaian-penyesuaian yang dapat terukur keberhasilannya selama masa operasi

tambang akan mendorong kesuksesan akhir penutupan tambang dan dapat

menyediakan kepastian bagi pengembangan potensi yang akan datang untuk

ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat (IIED dan WBCSD, 2002). Dengan

demikian sebuah RPT yang berkelanjutan diasumsikan sebagai RPT yang telah

menerapkan prinsip-prinsip, mempunyai indikator-indikator dan standar-standar serta

kriteria PB yang majemuk sehingga tujuan keberlanjutan manfaat sosial-ekonomi

dan perlindungan pada kesehatan manusia dan lingkungan dapat tercapai secara

berkesinambungan.

Untuk menyelesaikan tantangan-tantangan dari penerapan PB diperlukan

sebuah pendekatan sistem, yang berfokus pada pengamatan dan pemahanan

hubungan-hubungan antara bagian-bagian didalam sistem dan keseluruhan fungsi

sistem secara terintegrasi (Laurence, 2001; Azapagic dan Perdan, 2005). O’Regan

dan Moles (2006) menggunakan sistem dinamik untuk membuat model interaksi

antara faktor-faktor lingkungan dan ekonomi pada industri pertambangan. Sebuah

persoalan yang dikaji dengan menggunakan teori sistem bila persoalan itu

memenuhi karakteristik: komplek, probabilistik, dan dinamis (Eriyatno dan Sofyar,

2007). Persoalan penutupan tambang memenuhi ketiga karakteristik itu. Dengan

demikian, dalam penelitian ini metode pendekatan sistem yang dipakai adalah:

pertama, Hard System Methodology (HSM) yaitu sistem dinamik. Kedua, Soft

System Methodology (SSM) yang berupa: ISM (Interpretative Structural Modeling),

AHP (Analitical Hierarchy Process), analisis patok duga (benchmarking analysis),

dan MPE (Metode Perbandingan Eksponensial).

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah menyusun disain sistem penutupan

tambang mineral berkelanjutan dalam bentuk skenario-skenario menuju

keberlanjutan pembangunan dan kehidupan masyarakat di Kabupaten Mimika pada

Page 33: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

6

SaPeT PTFI. Tujuan utama tersebut dirinci kedalam lima tujuan antara sebagai

berikut:

1. Mengetahui indikator-indikator keberlanjutan untuk merumuskan keberlanjutan

pada SaPeT PTFI

2. Mengetahui faktor-faktor penggerak kunci yang dapat digunakan untuk

menentukan keberlanjutan pembangunan dan penghidupan masyarakat di

Kabupaten Mimika

3. Mengetahui faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang

berkelanjutan berdasarkan pada praktek-praktek terbaik yang dikembangkan

negara lain.

4. Mengetahui komponen-komponen yang dominan dalam perencanaan penutupan

tambang mineral berkelanjutan

5. Menyusun skenario-skenario keberlanjutan kondisi saat ini, menjelang, dan pada

saat penutupan tambang.

1.3. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk peningkatan pengelolaan

manfaat pertambangan secara berkelanjutan bagi pemerintah dan masyarakat

setempat walaupun industri tambang telah selesai beroperasi, Selain itu, hasil

penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi ilmu pengetahuan. Berkontribusi pada pengembangan studi-studi tentang

pengelolaan SDA dalam bidang pertambangan dan memberikan pemikiran serta

pondasi ilmiah pada RPT, khususnya bagi tambang mineral.

2. Bagi Para Pemangku Kepentingan (PPK), antara lain:

· Pada tingkat nasional, masukan bagi perancangan kebijakan dan regulasi

pengelolaan industri tambang berkelanjutan, khususnya dalam RPT

berkelanjutan

· Pada tingkat daerah, Pemda Provinsi Papua dan Kabupaten Mimika

diperoleh indikator-indikator dan skenario-skenario keberlanjutan sebagai

masukan dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan di Provinsi Papua

dan Kabupaten Mimika dalam mempersiapkan menghadapi berakhirnya

operasi PTFI

· Bagi PTFI akan memperoleh informasi tentang rancangan-rancangan

keberlanjutan penutupan tambang yang dapat digunakan dasar untuk

meningkatkan fokus pengelolaan manfaat tambang selama periode operasi

saat ini

Page 34: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

7

1.4. Kerangka Pemikiran Dalam konteks pembangunan berkelanjutan (PB), perumusan tujuan-tujuan

penutupan tambang berkelanjutan baru sebatas kerangka konsep dan teoritis seperti

yang dikembangkan oleh Robertson (1990), Robertson dan Shaw (1999), MMSD

(1999, 2002), World Bank dan IFC (2002), Strongman (2002), Kempton (2003),

Azapagic (2004), dan Kunanayagam (2006) menyatakan bahwa penutupan

tambang yang berkelanjutan adalah apabila manfaat tambang tetap secara terus

menerus dirasakan walaupun industri tambang telah selesai beroperasi. Artinya,

masyarakat setempat dan PPK lain tetap terus mendapatkan manfaat ekonomi-

sosial dan perlindungan lingkungan seperti yang didapatkan mereka saat tambang

masih beroperasi. Namun, sering kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya,

manfaat-manfaat itu terhenti, bahkan menyisakan kerusakan lingkungan yang berat

dan memerlukan penanganan yang tidak mudah serta murah. Contoh yang ekstrim

Indonesia adalah Pulau Bangka dan Singkep yang saat ini telah menjadi daerah

mati. Pulau Bangka dan Singkep yang saat tambang timah beroperasi mempunyai

kehidupan bergairah, namun setelah bahan tambangnya habis dikuras, habis juga

aktifitas kehidupan masyarakat disana, terutama di Pulau Singkep.

Pengalaman penutupan tambang lain di Indonesia ditampilkan pada Tabel 1.

Perkembangan terakhir terhadap kondisi ekonomi dan sosial di daerah-daerah

dimana tambang tersebut dioperasikan sebelumnya adalah belum terjadi

keberlanjutan manfaat sosial dan ekonomi seperti ketika tambang tersebut masih

beroperasi. Kondisi ini akan bertambah parah jika tambang menjadi sumber

pendapatan ekonomi utama disana, karena sumber pendapatan ekonomi dan

manfaat sosial sebagai pengganti pendapatan dari tambang belum dipersiapkan

sebelumnya.

Tabel 1. Perusahaan tambang di Indonesia yang telah memasuki tahap

penutupan mulai tahun 1986 dan selesai pada tahun 2004. Perusahaan Perusahaan Lokasi Mulai Selesai Produksi

Induk Operasi Penutupan Tahunan PT.Prima Lirang Mining Billiton – Gencor

Ltd Pulau Wetar, NTT

1986 1999 8.790 Kg

PT. Barisan Tropical Mine

Leverton Gold NL Bengkulu 1997 2000 2.450 Kg.

PT. Indo Muro Kencana Aurora Gold Ltd Kalimatan Selatan

1994 2002 5.620 Kg

PT. Gosowong Halmahera

Newcrest Mining Ltd

Maluku Utara

1999 2002 6.300 Kg

Page 35: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

8

PT. Newmont Minahasa Raya

Newmont Gold USA

Sulawesi Utara

1996 2004 7.160 Kg

PT. Kelian Equatorial Rio Tinto Indonesia Kalimantan Timur

1992 2004 11.670 Kg

PT. Kendilo Coal BHP-Billiton Plc. Kalimantan Timur

1993 2002 956.750 Ton

Sumber: Mulyono (2001) dalam Cesare dan Maxwell (2003).

Selain pentingnya keberlanjutan manfaat-manfaat sosial dan ekonomi,

keberlanjutan perlindungan lingkungan setelah tambang berakhir adalah sangat

penting juga. Sebab, jika tidak tertangani secara tepat, munculnya sisa-sisa

pencemaran lingkungan bisa dapat membahayakan kesehatan dan keamanan

masyarakat dimana tambang dioperasikan sebelumnya. Seperti air asam batuan

(AAB) atau air asam tambang yang bila telah mencemari lingkungan akan

memerlukan waktu 3000 tahun untuk penanganannya dan AAB merupakan sebuah

tantangan yang menakutkan (berat) dan hingga saat ini belum ada penyelesaian

yang sifatnya global (Kempton, 2003).

Sebuah model praktek terbaik penutupan tambang yang disebut oleh World

Bank dan IFC (2002) adalah penutupan Pertambangan Sullivan di Kanada pada

tahun 2001. Pemerintah setempat, Distrik Kimberley memimpin untuk mencari

kegiatan apa yang dapat dijadikan sumber pendapatan ekonomi sebagai pengganti

sektor tambang yang merupakan sumber pendapatan utama kala itu. Kegiatan

pencarian ini dilakukan 20 tahun sebelum masa penutupan tambang. Akhirnya

mereka berhasil menemukan bahwa kegiatan turisme sebagai penggantinya.

Namun, pada tahun 2007 dilaporkan bahwa telah terjadi kecelakaan yang

diakibatkan munculnya gas asing yang beracun yang membuat pingsan petugas saat

melakukan monitoring dan evaluasi di daerah bekas tambangnya.

Dari kerangka hukum dan kebijakan, sebelum tahun 2008 kuartal kedua, tidak

ada landasan hukum yang dijadikan pedoman penutupan tambang di Indonesia.

Regulasi-regulasi yang dapat dijadikan pedoman dalam penutupan tambang adalah

UU No. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan pada

pasal 30; Kep Men No 1211.k/008/M.PE/1995 tentang Penanggulangan

Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum, pada Bab IV-

Pasca Tambang; dan PP 75 tahun 2001 tentang Perubahan Kedua Atas PP 32

tahun 1969 tentang Pelaksanaan UU No. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Pertambangan. Regulasi tersebut ditambah dengan kesepakatan

PPK yang dijadikan dasar pembuatan dan pelaksanaan RPT saat ini. Contoh

penutupan tambang Kelian Equatorial Mining (KEM) pada mulai tahun 1992 dan

selesai tahun 2004 dilaksanakan hanya berdasarkan standar-standar, indikator

Page 36: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

9

kinerja, dan kriteria-kriteria yang dihasilkan dari kesepakatan semua PPK disana

melalui pembentukan Komite Pengarah Penutupan Tambang (Kunanayagam, 2006).

Absennya hukum tentang penutupan tambang, berarti absennya tangggung

jawab, kriteria dan standar untuk kegiatan rehabilitasi yang mesti dilaksanakan dan

dikelola oleh perusahaan, pemerintah, dan masyarakat (Hoskin, 2002).

Kunanayagam (2006) melaporkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang yang belum memiliki regulasi penutupan tambang. Batista (2000)

menyatakan bahwa pertambangan dalam kontek PB harus memadukan kriteria

keberlanjutan kedalam seluruh tahap dari proyek pertambangan mulai dari eksplorasi

sampai pada pengembangan, pengoperasian, dan ekstraksi, penutupan dan setelah

tambang berakhir. AGDITR (2006) menyatakan bahwa sebuah kebijakan

penutupan/penyelesaian tambang akan menetapkan aspirasi dan arahan tingkat

tinggi yang diperlukan perusahaan untuk penutupan tambang. Biasanya kebijakan

ini memuat komitmen tentang proses penutupan, keterlibatan PPK, minimalisasi

resiko terhadap lingkungan, memenuhi persyaratan peraturan, aspirasi sosial dan

masyarakat, serta upaya penyempurnaan yang berkesinambungan. Kekosongan

regulasi penutupan tambang juga menjadi salah satu penyebab penurunan investasi

di sektor pertambangan ini. PWC (2006) melaporkan bahwa sampai Bulan

Desember 2005, Indonesia tidak ada kemajuan baru yang signifikan terkait dengan

prioritas memperbaiki kondisi investasi yang dicanangkan pemerintah tahun 2004,

khususnya dalam hal menjamin keadilan dalam investasi kepemilikan asing dan

penutupan tambang.

Walaupun akhirnya, pada bulan Mei tahun 2008 pemerintah melalui Peraturan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor: 18 menetapkan peraturan

tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Namun peraturan inipun masih

berorientasi pada perbaikan fisik belum berfokus atau mendorong terjadinya

keberlanjutan manfaat sosial dan ekonomi setelah tambang berakhir. Hal ini dapat

berakibat pada pelaksanaan RPT yang dibuat oleh perusahaan tambang walaupun

telah dikonsultasikan kepada PPK untuk mendapatkan tanggapan, saran, pendapat

dan pandangan mereka, belum dapat menyelesaikan persoalan yang mendasar,

yakni keberlanjutan manfaat-manfaat sosial dan ekonomi setelah tambang selesai

beroperasi.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan mencapai keberlanjutan

maka manfaat tambang yang berasal dari eksploitasi bahan tambang perlu

ditransformasikan pada kegiatan-kegiatan pembangunan yang dapat menggantikan

nilai manfaat bahan tambang mulai saat ini sampai ketika SaPeT tiba dan

Page 37: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

10

setelahnya. Kegiatan pembangunan tersebut dapat ditunjukan dengan sebuah nilai

kegiatan yang dalam penelitian ini sebut sebagai “nilai hasil transformasi manfaat

tambang (NHTMT)”.

Konsep dan prinsip-prinsip PB antara lain mensyaratkan adanya keadilan antar

dan inter generasi. Karena bahan tambang secara intrinsik unsustainable (Mudd,

2007) dan konsep penutupan tambang berkelanjutan bertujuan adanya keberlanjutan

manfaat sosial dan ekonomi sampai setelah tambang berakhir dioperasikannya

maka diperlukan sebuah nilai yang menggambarkan adanya keberlanjutan ini.

Dalam penelitian ini, nilai keberlanjutan tersebut ditunjukkan dengan apa yang

dinamakan sebagai “Nilai Manfaat Tambang Rata-Rata (NMTR). NMTR ini

merupakan nilai rata-rata dari bahan tambang selama umur tambang beroperasi.

Dengan demikian NMTR merupakan sebuah garis lurus horisontal dari sejak

tambang menghasilkan sampai operasi berakhir dan setelahnya. Garis lurus

tersebut dinamakan juga sebagai “garis keberlanjutan”. Garis keberlanjutan juga

dapat mewakili nilai-nilai keberlanjutan manfaat tambang yang dihasilkan oleh

bahan tambang saat tambang masih beroperasi maupun manfaat tambang yang

dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan hasil transformasi manfaat tambang

setelah tambang ditutup.

Keberlanjutan manfaat sosial dan ekonomi dari kegiatan-kegiatan

pembangunan hasil transformasi manfaat tambang baik pada saat tambang masih

beroperasi maupun setelahnya dapat terjadi apabila NHTMT bertemu/memotong

atau melampaui garis keberlanjutan atau NMTR. Untuk mempermudah penjelasan

sebelumnya, dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 1, yang mana telah

disesuaikan dengan siklus hidup tambang dari PTFI sebagai studi kasus dalam

penelitian ini. PTFI mulai beroperasi sejak tahun 1972 dan masa penutupan

tambangnya akan tiba tahun 2041, apabila termasuk perpanjangan dua kali 10

tahun.

Page 38: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

11

Gambar 1. Ilustrasi penutupan tambang berkelanjutan (dikembangkan dari Soelarno, 2007)

Pada Gambar 1 menjelaskan bahwa keberlanjutan dan ketidak berlanjutan

pada SaPeT ditentukan berapa NHTMT yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan saat ini sampai SaPeT PTFI, apakah NHTMT

setara atau di atas/di bawah dari nilai manfaat tambang rata-rata (NMTR) hasil

eksploitasi bahan tambang selama masa operasi. Apabila NHTMT setara dengan

NMTR pada SaPeT PTFI maka kondisi keberlanjutan tercapai, yaitu pada titik A.

Titik-titik yang berada diantara titik A dan C merupakan titik-titik ketidak berlanjutan

pada SaPeT, karena mempunyai NHTMT lebih kecil dari NMTR. Apabila jarak titik A

ke arah titik C makin jauh, kondisi ketidakberlanjutan makin parah. Titik-titik ini

merupakan kondisi yang tidak diharapkan terjadi, sebab bila terjadi Timika akan

menjadi kota mati. Sebaliknya, titik-titik yang berada diantara titik A dan titik B

merupakan titik-titik keberlanjutan. Makin jauh jarak antara titik A ke arah titik B,

berarti kondisi keberlanjutan makin meningkat dan baik. Ini merupakan kondisi yang

akan dirumuskan dan merupakan tujuan akhir dari penelitian ini, termasuk

bagaimana menentukan kondisi keberlanjutan saat ini (2007) dan menyusun

skenario-skenario keberlanjutan pada SaPeT PTFI, yaitu titik-titik yang berada

diantara titik A dan titik B.

Untuk mendapatkan skenario-skenario penutupan tambang berkelanjutan,

komponen-komponen, aspek-aspek, atau faktor-faktor yang dianalisis, meliputi:

1. Komponen-komponen sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup pada kondisi saat

ini dianalisis dengan menggunakan analisis Resiko Penutupan Tambang (CRF)

dan analisis kebutuhan dari pendapat PPK serta analisis MPE untuk mengetahui

Page 39: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

12

indikator-indikator keberlanjutan dari ketiga komponen itu. Indikator-indikator

keberlanjutan ini menjadi masukan untuk menentukan faktor penggerak kunci

menuju penutupan tambang berkelanjutan. Hasil analisis ini menjadi masukan

(input terkontrol) dalam analisis sistem dinamik untuk menyusun skenario-

skenario penutupan tambang berkelanjutan.

2. Kriteria atau faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang yang

berkelanjutan yang merupakan hasil praktek-praktek terbaik yang dikembangkan

oleh negara target patok duga (benchmark) pada kegiatan penutupan

tambangnya, dengan menggunakan analisis patok duga. Hasil analisis ini

menjadi masukan dalam menyusun skenario-skenario penutupan tambang

berkelanjutan.

3. Multi faktor terkait dengan aspek-aspek lingkungan hidup, sosial, ekonomi,

hukum dan kelembagaan, dan teknologi dan biaya penutupan tambang, yang

merupakan komponen-komponen paling dominan pada kondisi yang ideal dalam

penutupan tambang berkelanjutan. Analisis AHP digunakan untuk mengkaji

pendapat para pakar.

4. Komponen-komponen lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi kondisi saat ini

yang merupakan hasil pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) seperti yang dilaporkan oleh PTFI serta

melakukan analisis situasional terhadap kondisi dan keadaan Kabupaten Mimika

kondisi saat ini. Semua data dan informasi yang hasilkan menjadi masukan

dalam melakukan analisis sistem dinamik untuk menentukan keberlanjutan

kondisi saat ini, menjelang, dan SaPeT PTFI.

Hasil akhir dari penelitian ini berupa disain penutupan tambang mineral

berkelanjutan yang terdiri dari pilihan-pilihan skenario terbaik menuju menuju

keberlanjutan pembangunan dan penghidupan masyarakat di Kabupaten Mimika

pada SaPeT PTFI. Disain ini juga dilengkapi dengan strategi-strategi implementasi

sebagai masukan utama bagi PPK.

1.5. Perumusan Masalah Perumusan masalah penelitian dimulai dengan pertanyaan penelitian (research

question) yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan penutupan

tambang berkelanjutan dan faktor-faktor apa yang seharusnya dibangun untuk

menciptakan keberlanjutan pembangunan dan penghidupan masyarakat di

Kabupaten Mimika pada SaPeT PTFI dan setelahnya?

Page 40: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

13

Untuk mencapai penutupan tambang berkelanjutan dapat dilakukan dengan

mengintegrasikan dan mengorganisasikan semua faktor-faktor yang saling terkait,

antara lain: potensi-potensi daerah, kebutuhan PPK, dan penyelesaian dari

permasalahan yang ada serta praktek-praktek terbaik penutupan tambang yang

dikembangkan negara lain. Potensi daerah dapat digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan yang akan terjadi pada SaPeT PTFI. Potensi daerah dapat berupa

kemajuan-kemajuan yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan pada saat tambang

beroperasi (kondisi saat ini) atau SDA yang belum dimaksimalkan pemanfaatannya.

Disisi lain hasil pembangunan tersebut juga harus dapat dikembangkan dan sejalan

untuk mencapai penutupan tambang yang berkelanjutan tersebut. Berikut ini adalah

potensi-potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Mimika dan permasalahan yang ada

terkait dengan penutupan tambang PTFI:

a. Dalam aspek ekonomi, sampai saat ini kontribusi PTFI bagi pembangunan di

Kabupaten Mimika dan di Papua sangat nyata. Contoh, pada tahun 2007,

persentase kontribusi PTFI pada PDRB Kabupaten Mimika adalah 95,56 % dan

pada PDRB Propinsi Papua sebesar 44,87 %. Persentase kontribusi PTFI pada

tahun yang sama pada APBD Kabupaten Mimika adalah 74,32 % dan pada

APBD Provinsi Papua sebesar 6,35 %. Permasalahan yang timbul pada SaPeT

PTFI adalah kontribusi ekonomi ini pasti akan terhenti dan bila sektor non-

tambang belum siap untuk menggantikan sebagai sumber ekonomi baru.

Demikian pula, kegiatan bisnis pemasok ke PTFI dapat terhenti. Masalah yang

akan timbul antara lain: kehilangan pendapatan daerah dan masyarakat,

berkurangnya kegiatan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur umum di

Mimika, kehilangan permintaan untuk pemasok, kehilangan permintaan tenaga

kerja terampil, nilai rumah dan lahan di Mimika dapat menurun, dan kehilangan-

kehilangan sumber ekonomi lainnya. Potensi yang dapat dikembangkan adalah

potensi perikanan laut dan darat, potensi kehutanan dan perkebunan, dan

kemungkinan adanya sumber tambang baru. Mimika juga mempunyai lahan

hutan tanaman sagu yang luas di Papua, yang dapat digunakan sebagai sumber

pangan alternatif dan jangka panjang. Di Mimika juga memiliki potensi alam yang

memungkinkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga air, mengingat

adanya curah hujan yang tinggi dan perbedaan ketinggian tempat di dataran

tinggi dan di dataran rendah yang menyolok. Beberapa tempat diantaranya

memiliki air terjun alami yang bisa dimanfaatkan sebagai pemasok listrik.

b. Dalam aspek sosial, PTFI juga berkontribusi sangat nyata pada kegiatan

pengembangan masyarakat setempat dilihat dari segi penyediaan dana dan juga

Page 41: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

14

penyelenggaraan kegiatan pengembangan masyarakat yang didukung oleh

karyawan PTFI yang berkualitas. PTFI juga sebagai lembaga donor utama

dengan menyediakan Dana Kemitraan untuk Lembaga Pengembangan

Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), yakni sebesar satu persen dari

pendapatan kotor PTFI setiap tahun. LPMAK mengelola program pendidikan,

kesehatan dan ekonomi serta program pengembangan masyarakat lainnya yang

terbesar di Mimika, atau mungkin sampai di Asia Tenggara. Ada dua rumah sakit

yang dimiliki LPMAK yang melayani kesehatan kurang lebih separuh dari jumlah

penduduk Mimika. Kontribusi PTFI dalam bidang sosial ini untuk program

pengembangan masyarakat adalah sebesar 76,74 juta Dolar Amerika pada

tahun 2007 (LPEM-FEUI, 2008). Permasalahan yang timbul pada SaPeT PTFI

adalah kontribusi pada program dan pelayanan sosial ini pasti akan terhenti dan

bila lembaga lain non-PTFI, termasuk Pemerintah Daerah (PEMDA) Mimika dan

lembaga pengembangan masyarakat lainnya belum siap untuk

menyelenggarakan keberlanjutan program sosial saat ini dan juga karena adanya

keterbatasan ketersediaan dana maka kehidupan di Kabupaten Mimika,

khususnya pelayanan sosial bisa memburuk dan terhenti. Permasalahan yang

akan timbul pada SaPeT PTFI, antara lain: kehilangan manfaat kesejahteraan

sosial, pengurangan manfaat pendidikan dan pelayanan kesehatan, kehilangan

hak untuk mengorganisasikan (terutama bagi organisasi yang mendapat dana

utama dari PTFI ) dan lainnya. Potensi yang dapat dikembangkan adalah potensi

non-tambang sebagai sumber ekonomi baru, SDM yang sehat dan telah terdidik

selama masa operasi tambang sebagai penerus pembangunan, organisasi-

organisasi setempat seperti: LPMAK, LEMASA (Lembaga Masyarakat Adat Suku

Amungme), dan LEMASKO (Lembaga Masyarakat Adat Suku Kamoro) dan

organisasi lainnya harus mampu berperan menggantikan fungsi pengembangan

masyarakat yang dilakukan oleh PTFI.

c. Dalam aspek lingkungan, ada dua pengaruh utama dari kegiatan PTFI pada

lingkungan hidup sekitarnya yaitu air asam batuan (AAB) dari timbunan batuan

penutup dan tailing yang merupakan butiran pasir sisa dari hasil pemrosesan

bijih. Pengaruh lainnya adalah: kestabilan lereng di daerah tambang dan

perubahan topografi, dua lubang besar tambang Ertzberg dan Grasberg-daerah

tambang saat ini, menurunnya keragaman hayati baik hewan dan tanaman di

daerah-daerah dimana bentang alamnya dibuka, dan menurunnya kualitas udara

karena emisi-emisi gas buang dari pabrik pengelolahan, pabrik batu gamping dan

instalasi PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Juga terjadinya penurunan

Page 42: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

15

kualitas air di sepanjang Sungai Aghawagon dan Otomona karena digunakan

sebagai sarana transportasi tailing dari pabrik pengolahan di dataran tinggi

sampai di ModADA, menurunnya kualitas air muara, terjadinya pendangkalan di

daerah muara. Pengaruh lainnya adalah hancurnya hutan hujan tropis seluas 230

Km2 akibat digunakan sebagai daerah pengendapan tailing atau ModADA di

dataran rendah. Disamping itu penurunan kualitas lingkungan terjadi di luar

daerah perusahaan, khususnya di kota Timika dimana sampah berserakan,

saluran drainase yang buruk, dan tidak mempunyai unit pengelolaan limbah.

Permasalahan yang mungkin timbul adalah bagaimana kelanjutan untuk

mereklamasi atau memulihkan bentang alam yang terganggu tersebut agar tetap

mendukung ekosistem atau rencana peruntukan lainnya dari bekas daerah

tambang itu. Beberapa potensi yang dapat terus dikembangkan kedepan adalah

tata kelola ramah lingkungan pada komplek perumahan karyawan dan

perkantoran perusahaan, dimana di setiap unit pemukiman dan perkantoran

perusahaan telah tersedia satu unit instalasi pengelolaan air limbah (IPAL).

Demikian juga, hasil pelaksanaan reklamasi PTFI baik di daerah tambang, di

daerah tailing dan di muara memberikan keyakinan bahwa alam bisa kembali

cepat pulih ketika daerah yang terganggu tidak digunakan lagi. Juga, reklamasi

dengan metode suksesi alami yang sangat sukses di daerah ModADA, telah

terjadi penghutanan kembali secara alami dari daerah yang terganggu.

Demikian juga teknologi dan teknik pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh

perusahaan telah memberikan keyakinan bahwa pengelolaan lingkungan pada

SaPeT bisa ditangani dengan baik.

Formulasi dan pemecahan masalah penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, beberapa kegiatan analisis yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis menentukan indikator-indikator keberlanjutan ekonomi, sosial, dan

lingkungan. Analisis ini dilakukan dengan cara: (a) menentukan faktor-faktor

resiko penutupan tambang PTFI dengan permodelan Closure Risk Factor (CRF)

dari Laurence (2001, 2006). (b) menentukan indikator-indikator yang penting

dan strategis berdasarkan pendapat dari PPK penutupan tambang PTFI. Analisis

kebutuhan PPK digunakan untuk mendapatkan indikator tersebut. Daftar

panjang dari kedua analisis itu kemudian dianalisis dengan teknik MPE untuk

mendapatkan indikator-indikator keberlanjutan.

2. Analisis untuk mengetahui faktor penggerak kunci penutupan tambang yang

berkelanjutan dengan menggunakan teknik ISM. Pemilihan elemen dan sub

Page 43: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

16

elemen dalam membuat program penutupan tambang berkelanjutan akan

ditentukan dari pendapat pakar dan analisis dari indikator-indikator keberlanjutan

. Faktor-faktor inilah yang akan digunakan sebagai masukan utama dalam

menyusun formulasi kebijakan dan perencanaan strategis terkait penutupan

tambang berkelanjutan.

Tujuan Penutupan Tambang Berkelanjutan

Analisis KebutuhanPPK

PenurunanManfaat Sosial

TerhentinyaManfaat Ekonomi

PenurunanPerlindungan

Lingkungan hidup

Analisis Patok Duga:AHP: Kelayakan Negara Target Patok DugaJudgement Pakar: Faktor KunciPenentu Keberhasilan PenutupanTambang dan Pembobotan SetiapFaktor.MPE: Rangking negara target

Disain Sistem Penutupan Tambang Mineral Berkelanjutan

Indikator- Indikator Keberlanjutan

KetidaktersediaanKerangka hukum

Penutupan TambangBerkelanjutan

Analisis Faktor ResikoPenutupan Tambang

Analisis Kesenjangan:Faktor Kunci PenentupanKeberhasilan PenutupanTambang Berkelanjutan

ISM : Faktor Penggerak Kunci Penutupan Tamb. Berkelanjutan

AHP: KomponenDominan dlm peren-canaan penutupanTamb. berkelanjutan

AnalisisSistem

Dinamik

Skenario-Skenario Penutupan Tamb. BerkelanjutanStrategi

Implementasi

MPE

Gambar 2. Formulasi dan pemecahan masalah penelitian

3. Analisis menentukan faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan

tambang dari dua negara target, Australia dan Kanada yang dapat diterapkan di

Indonesia dalam membuat kebijakan dan perencaan strategis penutupan

tambang berkelanjutan. Untuk itu dilakukan wawancara pakar. Dalam melakukan

analisis patok duga, juga dilakukan serangkaian analisis berupa: (a) metode AHP

untuk menilai kelayakan sebuah negara yang akan dijadikan target patok duga.

(b) MPE untuk menentukan rangking negara target patok duga berdasarkan

kriteria-kriteria atau faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang

yang dikembangkan oleh negara target patok duga dan dibobot sesuai dengan

pendapat pakar. (c) analisis kesenjangan untuk menilai kesenjangan pencapaian

Indonesia pada setiap nilai kriteria atau faktor-faktor kunci yang ada

dibandingkan dengan negara target patok duga.

Page 44: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

17

4. Analisis untuk mengetahui komponen-komponen yang dominan yang

berpengaruh dalam perencanaan penutupan tambang berkelanjutan.

Komponen-komponen ini seterusnya akan memperkaya pembahasan saat

melakukan analisis sistem dinamik dan menyusun skenario-skenario penutupan

tambang berkelanjutan. Untuk itu dilakukan wawancara pakar dengan metode

AHP untuk menilai bobot setiap komponen yang dianalisis.

5. Analisis untuk mengetahui keberlanjutan kondisi saat ini dan pada SaPeT PTFI

berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan formulasi masalah yang juga terkait

dengan analisis-analisis yang dilakukan sebelumnya. Untuk itu digunakan

analisis sistem dinamik. Model yang disusun dari hasil analisis ini dapat

menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan (Hartrisari, 2007). Hasil analisis sistem dinamik bersama

dengan hasil analisis ISM, AHP dan Patok duga digunakan untuk menyusun

skenario-skenario penutupan tambang yang berkelanjutan.

1.6. Nilai Kebaruan (Novelty) Kebaruan dari penelitian ini adalah: (1) Penerapan nilai-nilai PB, pengetahuan dan

kajian keberlanjutan manfaat tambang berdasarkan penelitian di lapangan dengan

melakukan analisis faktor-faktor resiko penutupan tambang dan analisis kebutuhan

PPK untuk mengetahui indikator-indikator keberlanjutan; (2) Faktor-faktor penggerak

kunci penutupan tambang yang berkelanjutan ditentukan dengan menggunakan

analisis ISM; (3) Penggunaan analisis patok duga (Benchmarking analysis) untuk

menentukan faktor-faktor kunci penentu keberhasilan Penutupan Tambang

berkelanjutan; dan (4) Penggunaan sistem dinamik dalam menentukan keberlanjutan

kondisi pada saat ini dan dalam merumuskan skenario-skenario penutupan tambang

berkelanjutan

Page 45: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Kerja Pengelolaan Pertambangan Di dalam Al Quran Tuhan Yang Maha Pencipta banyak menjelaskan

tentang bagaimana tanggung jawab manusia dalam mengelola alam semesta ini.

Sebagai contoh pada Surat Al Baqarah ayat 29, yang berbunyi: “Dialah Tuhan

yang mengadakan apa yang dibumi seluruhnya untuk kamu, kemudian Dia

menyengaja langit, maka dibuatNya tujuh langit dan Dia Maha Tahu atas segala

sesuatu”. Selanjutnya mengenai bagaimana “cara” pengelolaan kekayaan

tersebut adalah disampaikan pada surat yang sama di ayat 168, yang berbunyi:

“Hai manusia! makanlah sebagian makanan yang ada di bumi ini, yang halal dan

baik, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan, karena setan itu

musuhmu yang terang”. Dengan demikian jelaslah bahwa manusia

diperintahkan hanya makan “sebagian makanan yang ada” dan dengan cara

yang halal dan baik pula.

Apabila dikaitkan dengan pengelolaan pertambangan maka kita

dianjurkan:, Pertama, untuk memanfaatkannya secara wajar tidak berlebihan

(makanlah sebagian yang ada). Bahan tambang secara intrinsik tidak

berkelanjutan (unsustainable) sehingga bila generasi saat ini ‘hanya memakan

sebagian’ dari bahan tambang tersebut niscaya generasi berikutnya masih

mempunyai kesempatan serupa untuk memanfaatkan bahan tambang yang

sama. Kedua, tambang perlu dikelola dengan cara yang halal dan baik, dapat

diartikan bahwa pengelolaan tambang bukan hanya memenuhi manfaat ekonomi

bagi para investor, namun tambang juga harus meninggalkan keadaan

lingkungan yang baik setelah dioperasikan dan memberikan manfaat sosial-

ekonomi bagi kesejahteraan manusia, terutama untuk semua PPK, termasuk

MSLT (masyarakat sekitar lingkar tambang). Manfaat ini, tentunya harus

dirasakan oleh PPK sejak tambang mulai beroperasi, saat beroperasi, dan

setelah selesai beroperasi.

Penerapan prinsip-prinsip PB pada bidang pertambangan, selama siklus

hidup tambang dipercaya dapat menciptakan keberlanjutan manfaat-manfaat

sosial-ekonomi dan perlindungan lingkungan setelah tambang berakhir

dioperasikan. Dengan demikian, timbul sebuah pertanyaan yaitu apakah dapat

diasumsikan bahwa penerapan prinsip-prinsip PB pada kegiatan pertambangan,

Page 46: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

20

termasuk pada saat penutupan merupakan salah satu cara yang halal dan baik

dari manusia untuk memanfaatkan kekayaan alam yang dianugrahkan olehNya?

Tentunya dapat dimungkinkan bahwa penelitian ini merupakan sebuah jawaban

kecil untuk pertanyaan itu.

2.2. Pertambangan dan Kesejahteraan Rakyat Berdasarkan konvensi-konvensi atau kebijakan-kebijakan tradisional,

menyatakan bahwa negara-negara yang memiliki deposit-deposit mineral yang

kaya adalah beruntung (Davis dan Tilton, 2002). Indonesia termasuk 10 negara

terbesar dunia dalam kandungan bahan mineral dan batubara, seharusnya posisi

ini dapat menguntungkan rakyatnya. Pengelolaan tambang Indonesia pada saat

ini dapat digambarkan sebagai berikut: hasil tambang belum nyata meningkatkan

kesejahteraan rakyat, khususnya masyarakat sekitar lingkar tambang (MSLT);

kerusakan lingkungan hidup makin meningkat karena kontrol yang kurang

memadai dan efektif; perusahaan-perusahaan tambang mendapatkan tekanan-

tekanan sosial dan politik secara dramatik sehingga tidak nyaman dan aman

dalam beroperasi; pemerintah tumpul dalam melakukan pembinaan dan kontrol;

ketersediaan payung kebijakan dan hukum tidak sesuai dengan kebutuhan dan

dinamika kegiatan tambang; adanya pandangan mengenai perbedaan dan

perlakukan bagi PMA (Penanaman Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modal

Dalam Negeri)-isu nasionalisasi, dan gejolak sosial serta konflik sering muncul di

daerah-daerah penghasil tambang.

PWC (2006) menyatakan bahwa pengeluaran kegiatan eksplorasi di

Indonesia kurang dari 1,5 % dari jumlah keseluruhan secara global pada tahun

2004 yang mencapai 3.8 milliar dolar Amerika. Sementara itu, Amerika Latin

untuk pengeluaran kegiatan eksplorasinya adalah sebesar 21, 9 % dan Australia

14,7 % seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3. Dengan demikian, masih ada

ruang yang sangat luas untuk mencapai amanah UUD 45 pasal 33 pasal 3

dengan potensi sumberdaya mineral dan energi yang dimiliki Indonesia. Namun

belum dimanfaatkan secara optimal.

Ketua PERHAPI mengatakan bahwa tingkat eksplorasi pertambangan di

Indonesia secara rata-rata masih dibawah 5 % dari cadangan yang terbukti ada.

Kalau dibandingkan dengan potensi cadangan yang ada, tingkat eksplorasi yang

dilakukan rata-rata hanya dibawah 1 %. Sebagai contoh, produksi rata-rata batu

bara Indonesia mencapai 149 juta ton pada tahun 2005, jika dibandingkan

Page 47: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

21

dengan total sumber daya batu bara yang mencapai 57,8 miliar ton, maka tingkat

produksinya hanya sekitar 0,25 %. Data ini hanya mengungkapkan tentang batu

bara padahal Indonesia masih memiliki potensi tambang mineral lainnya seperti

tembaga, emas, perak, timah, bauksit, dan nikel. Dari segi pendapatan negara,

Ketua PERHAPI mengatakan bahwa nilai ekspor hasil tambang di tahun 2005

mencapai US $ 9.3 miliar meningkat 27 % dibandingkan dengan nilai ekpor

tahun 2004, yakni hanya sebesar 7,3 miliar dolar Amerika.

Kurang dari

BagianDuniaLainnya

AmerikaSerikat

Afrika

Australia

Pasifik&AsiaTenggara

AmerikaLatinKanada

Gambar 3. Pengeluaran eksplorasi Indonesia dibandingkan negara lain pada tahun 2004 (MEG dalam PWC,2006)

Dengan demikian semestinya pemanfaatan tambang Indonesia dapat

ditingkatkan eksploitasinya dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi

kesejahteraan rakyat Indonesia, khususnya bagi MSLT. Namun kenyataannya

lain. Dengan tingkat ekspoitasi yang rendah ini, ternyata hasil tambang hanya

dinikmati oleh segelintir orang di Indonesia (Walhi, 2005). Otto et al. (2006)

terkait pengaruh tambang mineral pada masyarakat mengatakan bahwa

pengaruh pembangunan tambang mineral pada masyarakat adalah sulit untuk

diwujudkan tanpa ketersediaan hukum yang memadai dan administrasi

pemerintahan yang efektif. Oleh karena itu pengelolaan dan kebijakan

pertambangan yang bagaimana, khususnya kegiatan penutupan tambang

seharusnya dibangun oleh pemerintah sehingga manfaat tambang tetap

Page 48: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

22

berkelanjutan dalam berkontribusi pada kesejahteraan rakyat setelah sebuah

pertambangan selesai dioperasikan. Manfaat yang berkelanjutan inilah yang

seharusnya menjadi fokus tujuan yang harus dicapai dari sebuah kegiatan

penutupan tambang melalui disain atau rancangan penutupan yang sudah

direncanakan dan dikelola pada saat sebuah tambang masih beroperasi.

Sehingga sebuah rancangan penutupan tambang yang bertujuan untuk

menciptakan berkelanjutan manfaat tambang merupakan pengejawantahan dari

UUD 45 pasal 33 ayat 3 itu.

2.3. Karakteristik Kegiatan Pertambangan

Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam sebuah rancangan dan

pengelolaan kegiatan penutupan tambang adalah mengetahui sifat-sifat bisnis

pertambangan dan hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Berikut ini sifat-

sifat khusus bisnis pertambangan yang membedakan dengan bisnis lainnya

(diadopsi dari Otto dan Cordes, 2002; dan beberapa referensi lain), adalah: (1)

industri tambang sangat komplek dan beresiko tinggi; (2) padat modal, proyek

tambang kelas menegah perlu modal 200 – 500 juta USA dolar sedangkan untuk

skala besar perlu modal sampai 1 milyar USA dolar; (3) investasi yang

lama/panjang sebelum menghasilkan arus kas positif, contoh: untuk tambang

skala menegah dan besar membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk

menghasilkan arus kas positif; (4) harga hasil tambang berfluktuasi; (5) biasanya

dioperasikan di daerah-daerah terpencil dan tidak bisa dipindahkan, artinya kalau

di suatu tempat ada potensi bahan tambang tempat itu saja yang bisa di

eksploitasi walau tempat itu adanya di dalam kawasan hutan lindung/untuk

peruntukan lain atau ditempat yang tidak aman sekalipun; (6) umur proyek

terbatas ditentukan oleh potensi cadangan yang dapat dikelola; (7) adanya

keharusan untuk melakukan reklamasi selama proyek berjalan dan pada saat

tahap penutupan tambang; (8) tingkat kesuksesan proyek ekslorasi diperkirakan

hanya 4 : 100, artinya dari 100 temuan anomali kira-kira hanya empat temuan

yang bisa dikembangkan lebih lanjut; dan (9) jenis dan tarif pajak yang

dibebankan pada perusahaan tambang akan berpengaruh langsung kepada ROI

atau IRR. Butir e, f, dan g di atas adalah karakteristik pertambangan yang sering

kali diperdebatkan, karena terkait langsung kepada potensi ekonomi dan

permasalahan lingkungan serta sosial setempat yang ditimbul dimana tambang

itu dioperasikan serta menentukan apakah sebuah manfaat tambang tetap

Page 49: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

23

memberikan manfaat berkelanjutan walau tambang telah memasuki saat

penutupan.

Bergeron (2002) mengatakan bahwa isu global dalam industri

pertambangan menyangkut, pertama adalah isu-isu tentang keberlanjutan yang

komplek meliputi: perlindungan pada opsi-opsi untuk generasi yang akan datang;

promosi untuk stabilitas sosial dan masyarakat; konservasi dan restorasi pada

isu-isu tata kelola lingkungan pertambangan global; stabilitas hukum dan

regulasi; efisiensi dari sektor regulator; dan perpajakan yang adil dan kompetitif.

Kedua adalah isu-isu khusus industri pertambangan, meliputi: citra publik pada

kegiatan pertambangan (eksplorasi, penambangan, prosesing); kinerja hal-hal

yang menyangkut teknik (geologi, identifikasi lokasi kandungan mineral (grade)

tertinggi yang dapat dieksploitasi, rancangan dan evaluasi proyek, pengelolaan

dan pemantauan tambang, inovasi dan penelitian & pengembangan); dan kinerja

menyangkut keuangan (harga komoditas, harga saham, ROI, agency rating).

Penerapan standar lingkungan hidup yang terpadu didalam hukum

pertambangan telah menjadi norma di hampir semua negara. Walaupun

pengertian komitmen sosial adalah tidak sama secara internasional, ia menjadi

praktek standar untuk menghubungkan inisiatif-inisiatif kegiatan pembangunan

dengan hak-hak pembangunan tambang mineral. Sebagai contoh, Ghana

mensyaratkan sebuah program rinci untuk rekruitmen dan pelatihan bagi

masyarakatnya (Ghanaians) ketika perusahan-perusahan melamar untuk

mendapatkan hak pengelolaan pertambangan (Otto et al., 2006).

2.4. Definisi, Konseptual dan Tujuan Penutupan Tambang Secara umum, penutupan tambang didefinisikan sebagai pengakhiran

kegiatan eksploitasi pertambangan secara tetap dan menyeluruh. Ada

beberapa tentang tujuan penutupan tambang, antara lain bahwa penutupan

tambang bertujuan untuk meninggalkan daerah bekas tambang dalam keadaan

yang stabil dan aman untuk manusia dan makluk hidup lainnya (Soelarno,

2006), mengurangi limbah padat, cair dan gas-gas serta limbah lainya yang

mempunyai pengaruh merugikan dari pertambangan (CCC and UNEP, 2001).

Hoskin (2002) mengatakan bahwa tujuan dari penutupan tambang adalah untuk

meninggalkan daerah bekas tambang pada sebuah kondisi yang aman dan

stabil, sedikit untuk terjadinya dampak-dampak pada lingkungan hidup, sehingga

bekas fasilitas-fasilitas tambang dapat dialihkan untuk penggunaan lahan

Page 50: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

24

lainnya, dan dapat digunakan untuk penggunaan lahan lain yang ekonomis.

Lebih jauh dan secara komprehensif, Rykaart dan Caldwell (2006) mengatakan

tujuan-tujuan dari penutupan tambang adalah: meniadakan resiko-resiko

kesehatan dan keamanan terhadap manusia dan binatang; mencegah,

meniadakan, atau meminimalkan dampak-dampak terhadap lingkungan hidup;

mereklamasi daerah bekas tambang kepada kelayakan sosial dan nilai ekonomi

dari lahan; aman dalam melepaskan tanggungan-tanggungan; dan

meningkatkan citra perusahaan.

Pemerintah Australia (2006) mengatakan bahwa rehabilitasi tambang ada

sebuah program yang berjalan didisain untuk memulihkan kualitas fisik, kimia,

dan biologi atau potensi udara, air dan lahan yang diganggu oleh pertambangan.

Hasil “Lokakarya Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Penutupan Tambang”

pada 20 Februari – 2 Maret 2006 di Bandung, dikatakan bahwa penutupan

tambang adalah pengakhiran kegiatan eksploitasi pertambangan secara tetap

dan menyeluruh Dijelaskan pula bahwa tahapan proses penutupan tambang

dibedakan menjadi dua bagian penting, yakni perencanaan penutupan (closure

plan) dan penerapan atau pelaksanaan rencana penutupan.

Penutupan tambang juga sangat terkait pembentukan lahan akhir setelah

tambang berakhir. Terkait dengan itu, menurut Sitorus (2004) kebijakan dalam

pengembangan sumberdaya lahan berkelanjutan merupakan kebijakan

sumberdaya lahan yang bertanggung jawab terhadap generasi saat ini maupun

generasi yang akan datang terdiri dari satu himpunan peraturan serta tindakan

yang berhubungan dengan penggunaan sumberdaya lahan untuk membuat

perekonomian bekerja secara efisien serta dapat berlangsung dalam waktu yang

tidak terbatas, tidak menurunkan pola konsumsi serta tidak menimbulkan resiko

yang besar bagi generasi yang akan datang, tetapi justru sebaliknya akan

membuat generasi yang akan datang lebih sejahterah. Faktor-faktor yang

mempengaruhi tersedianya sumberdaya lahan di masa mendatang adalah faktor

teknologi, faktor permintaan dan gaya hidup, faktor kelembagaan, dan faktor

pemerataan dan keadilan.

Pada Gambar 4 terlihat bahwa siklus hidup sebuah kegiatan

pertambangan adalah: eksplorasi, pembangunan kontruksi (mine development),

operasi, penutupan tambang dan pasca tambang. Menurut van Zyl (2005)

penutupan tambang harus memperhatikan penggunaan lahan untuk masa yang

akan datang sehingga bisa berkelanjutan untuk membangun kegiatan-kegiatan

Page 51: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

25

ekonomi lainnya dari lahan itu setelah pasca tambang. Berdasarkan siklus

hidup tambang tersebut, penelitian ini difokuskan untuk membangun disain tepat

sesaat tambang memasuki saat penutupan, bukan saat setelah pasca tambang.

Eksploirasi

Penutupan

Pasca - PenutupanPembangunan Tambang

Operasi

Waktu

PenutupanSementara

PenggunaanLahan

Yang AkanDatang

OperasiYang Berjalan

PenutupanTambangBerkelanjutan

Gambar 4. Konseptual penutupan tambang secara tradisional dan berkelanjutan (dikembangkan dari van Zyl, 2005).

2.5. Pandangan Internasional Tentang Penutupan Tambang

Di bawah ini adalah pertimbangan-pertimbangan internasional yang dapat

memberikan gambaran bahwa adanya kebutuhan perencanaan penutupan

tambang yang berwawasan PB telah dikembangkan sejak lama oleh lembaga-

lembaga yang perduli terhadap hubungan pertambangan dan lingkungan hidup,

kejadian-kejadian itu adalah (diadopsi Hoskin, 2002 dan dari berbagai sumber):

a) Tahun 1987, Komisi Brundtland menghasilkan rumusan yang dikenal baik

dengan nama pembangunan berkelanjutan dan didefinisikan sebagai

“pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan generasi saat ini

tanpa mengorbankan kemampuan dari generasi mendatang untuk

memenuhi kebutuhan mereka sendiri”. Laporan dari komisi ini disiapkan

oleh kaum lingkungan hidup, merupakan tekanan yang dihasilkan oleh suara

publik yang sangat vokal supaya pemerintah menciptakan regulasi yang lebih

Page 52: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

26

kuat untuk memaksa industri pertambangan agar lebih sensitif terhadap

lingkungan hidup.

b) Pada Bulan Juni 1991, sebuah konferensi yang diselenggarakan di Berlin,

yang bernama: International Round Table Conference on Mining and

Environment menghasilkan sebuah skema awal yang dikenal sebagai

“necessary environmental guilines and strategies on mining with emphasis on

developing countries”. Walapun penutupan tambang tidak dibahas secara

khusus disini. Disinggung juga, pada beberapa negara, AMDAL atau

Environmental Impact Assessments (EIA), sekarang sebagai persyaratan

hukum, kondisi ini dapat dipakai sebagai kendaraan agar perusahaan

diwajibkan untuk membuat rencana rinci dari penutupan tambangnya.

c) Tahun 1992, Sebuah konferensi yang dikenal dengan nama “United Nations

Conference on Environment and Development” atau lebih dikenal sebagai

Konferensi Rio menghasilkan Agenda 21, yakni merupakan program untuk

pengelolaan lingkungan hidup pada abad ke 21. Konferensi ini menekankan

adanya kebutuhan untuk mengadopsi pedoman-pedoman tentang lingkungan

hidup untuk pembangunan sumber daya alam. Sejak itulah, UNEP (United

Nations Environment Programme) dan lembaga-lembaga internasional

lainnya menyiapkan pedoman-pedoman tentang lingkungan hidup untuk

sektor mineral/pertambangan.

d) Tahun 1994, World Bank, UNEP, dan ICME (the International Council for

Metals and the Environment) menyelenggarakan sebuah koferensi yang

dinamakan “International Conference on Development, Environment and

Mining” yang bertujuan untuk saling tukar informasi, ide, pandangan-

pandangan dan penyelesaian-penyelesaian dengan pembahasan disekitar

pembangunan mineral yang berkelanjutan (sustainable mineral

development).

e) Tahun 1997, DESA (United Nations Division of Economic and Social Affairs)

dan UNEP menyusun Pedoman-pedoman tentang lingkungan hidup untuk

operasi pertambangan dan pendekatan-pendekatan didiskusikan pada

implementasi, pemantauan, penguatan dan partisipasi.

f) Tahun 1998, UNEP berkerja sama dengan ICME menghasilkan dokumen

yang dinamakan “Case Studies on Tailings Management”. UNEP dan WHO

(World Health Organisation) juga menyiapkan sebuah petunjuk pelatihan

(training manual) yang disebut ‘Mine Rehabilitation for Environment and

Page 53: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

27

Health Protection: A Training Manual’ untuk memperkenalkan personel-

personel tambang pada keterampilan-keterampilan baru.

g) Tahun 1999, konferensi kedua tentang “International Round Table Coference

on Mining and Environment” diselenggarakan kembali di Berlin dan

menghasilkan ‘the Berlin II Guidelines’ yang meliputi seksi utama pada

perencanaan penutupan tambang dan rehabilitasi yang mana dibagi menjadi

tiga tahap yakni: tahap perencanaan (the Planning stage); tahap Penanganan

Aktif (the Active Care stage); dan tahap pasif (the Passive Care stage).

h) Pada tahun 2002, ICMM (the International Council on Mining and Metals)

menetapkan “Global Mining Initiative” untuk menyediakan sebuah fokus

global pada PB dari industri-industri pertambangan dan metal dunia. ICMM

ini mengadopsikan PB yang didefinisikan oleh Komisi Brundtland pada sektor

pertambangan dan metal.

i) Pada tahun 2008, ICMM akhirnya mengeluarkan sebuah pedoman untuk

penutupan tambang yang berjudul: “Planning for Integrated Mine Closure:

Toolkit”.

2.6. Dampak-Dampak Penutupan Tambang Secara umum kegiatan penambangan dibagi dalam tiga tahapan kegiatan

yakni kegiatan sebelum operasi, saat operasi dan penutupan tambang. Ketiga

tahapan kegiatan itu mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan dimana tambang itu dioperasikan. Pengaruh

kegiatan penambangan pada tahap sebelum dan saat operasi terhadap ketiga

aspek itu sepenuhnya masih bisa dikelola baik oleh perusahaan, sebab

perusahaan dan masyarakat sekitarnya masih merasakan manfaat ekonomi dan

sosial dari kegiatan penambangan itu. Tidak demikian bila bahan tambang

sudah habis dan penambangan itu telah masuk kedalam tahap penutupan

tambang, manfaat ekonomi yang biasanya didapatkan tentunya akan berubah

dan kemungkinan besar akan terjadi penurunan.

Hasil penelitian Laurence (2001, 2006) mengelompokkan resiko penutupan

tambang berdasarkan hubungan antara faktor resiko penutupan dengan

kerumitan dari penutupan, yakni: resiko lingkungan hidup, resiko keamanan dan

kesehatan, resiko bagi masyarakat dan sosial, resiko penggunaan lahan akhir,

resiko aspek hukum dan keuangan, dan resiko secara teknik, seperti tertera

pada Tabel 2.

Page 54: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

28

Tabel 2. Tingkat resiko penutupan tambang pada beberapa tempat penambangan (Laurence, 2006)

CRF Tingkat

Resiko Penutupan

Karakteristik Tipe Contoh

> 2000 Ekstrim Lokasi yang sensitif secara lingkungan dan sosial, penyimpangan lingkungan yang ekstensif, persoalan pada masa lalu

OK Tedi (Papua Nugini), Grasberg (PTFI) atau tambang terbuka berskala besar lainnya di Pasifik, Indonesia. Menggunakan tranportasi sungai dan laut dalam untuk pembuangan tailing

1500 - 2000

Sangat Tinggi

Dekat dengan daerah yang secara ekstrim sensitif misalnya warisan dunia, kota-kota tambang yang sudah lama mantap, komoditi-komoditi yang peka seperti uranium, asbes

Arnhem land uranium mines; Butte: Broken Hill; Witternoon blue asbestos.

1000-1500

Tinggi Tambang permukaan yang luas yang dekat dengan daerah yang tetap; tambang di negara berkembang; tambang emas atau lain yang berpotensi menghasilkan air asam tambang; tambang dimana saja yang mempekerjakan masyarakat lokal

Hunter Valley strip mines; Pine Creek geosynline gold mines; Zambian copperbelt;

500 - 1000

Sedang Tambang batubara bawah tanah dengan pencabutan pilar; tambang batu keras yang menggunakan metode gua; suspect crown pillar; tambang emas di daerah terpencil, daerah daerah setengah tandus

Lake Macquarie tambang batu bara bawah tanah; Northparkes tambang blok gua;

< 500 Rendah Tambang yang membuka alluvial yang menggunakan kimia-bebas dari perlakukan gaya berat; tambang batu bara bawah tanah hanya pada saat pekerjaan pertama kali; tambang tanah liatdekat pusat daerah-digunakan sebagai tempat penimbunan sampah atau kegunaan lain untuk penutupan; operasi ekstratif kecil

New England tambang sapphire; ekstrasi pasir pada ibukota negara atau ibukota provinsi

Daftar faktor-fakor resiko itulah yang dipakai sebagai dasar untuk

mengidentifikasikan faktor-faktor resiko penutupan tambang dari PTFI.

Penutupan tambang PTFI dinilai mempunyai tingkat resiko penutupan katagori

“ekstrim” dengan nilai CRF > 2000, termasuk juga tambang Ok Tedi di Papua

Nugini pada katagori ini. Penutupan tambang dalam kategori ini, mempunyai

karakteristik: sensitif secara lingkungan hidup dan sosial di lokasi operasi,

Page 55: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

29

ekstensif penyimpangan lingkungan hidup, dan tergantung pada waktu yang lalu

(subjected to past). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Sementara itu,

ICMM (2008) membagi resiko-resiko penutupan sebagai berikut: resiko

kesehatan dan keamanan, lingkungan hidup, sosial, reputasi, hukum, dan resiko

keuangan. Juga dikatakan oleh ICMM (2008) bahwa tujuan-tujuan penutupan

tambang mensyaratkan adanya kemajuan dalam mereduksi resiko-resiko dan

hal-hal yang tidak diketahui sampai setelah pasca penutupan tambang.

Oleh karena itu sesuai dengan UU Nomor 23 tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mewajibkan kepada setiap usaha kegiatan

untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup untuk menunjang terlaksananya

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Sehingga,

rencana kegiatan penutupan tambang adalah juga tak kalah pentingnya

dibandingkan dengan dua tahap kegiatan lainnya itu.

Robertson dan Shaw (1999) mengelompokkan dampak-dampak lingkungan

hidup dari sebuah rencana penutupan tambang, yakni: kestabilan secara fisik;

kestabilan secara kimia; penggunaan lahan seperti sebelum tambang atau untuk

kebutuhan lain; dan mendukung pembangunan berkelanjutan, tetap berkontribusi

pada keberlanjutan sosial dan ekonomi setempat. Dampak penutupan tambang

pada lingkungan dapat melalui dua cara, yaitu: pertama, bekas daerah tambang

yang ditinggalkan begitu saja dan berdampak sangat buruk. Kedua, bekas

tambang yang sudah direhabilitasi atau direklamasi namun masih menimbulkan

dampak buruk pada lingkungan setelah pasca tambangnya selesai.

Di Australia ada 500 bekas tambang , di Kanada ada 10.139 dan di USA

sebanyak 557.650 bekas tambang yangg ditinggalkan begitu saja setelah nilai

ekonomi bahan tambangnya berakhir atau tidak layak terus ditambang (IIED dan

WBCSD, 2002). Dampak-dampak terhadap lingkungan dapat meliputi:

gangguan pada lansekap alam, bahaya keamanan, kontaminasi air permukaan

dan air tanah, dan lainnya. Sebagai contoh: aliran asam dari tambang Wheal

Jane dan tambang lainnya yang ditinggalkan di Inggris (UK) mengakibatkan

terkontaminasinya sungai-sungai lokal disana. Di Indonesia, adanya kasus

pencemaran Teluk Buyat saat PT Newmont Minahasa Raya PT NMR) di

Sulawesi Utara akan memasuki tahap penutupan tambangnya. Walau akhirnya

disana terbukti tidak ada pencemaran seperti yang dituduhkan itu. Namun dana

yang dikeluarkan perusahaan tersebut untuk penanganan kasus ini adalah tidak

sedikit. Contoh lain, kerusakan lingkungan yang sangat parah dan tak terkontrol

Page 56: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

30

dari daerah-daerah bekas pertambangan liar, baik di Kalimantan, Sulawesi, dan

Sumatra.

Pengaruh-pengaruh dari penutupan tambang secara keseluruhan dapat

dilihat pada Gambar 5, terlihat bahwa penutupan tambang akan berpengaruh

pada ekonomi, sosial dan bio-geofisik. Pengaruh ekonomi dan sosial cenderung

bersifat menurun sedangkan pengaruh pada lingkungan cenderung bersifat

memperbaiki. Lingkungan hidup bisa menjadi membaik karena sumber dampak

yang menyebabkan lingkungan rusak sudah tidak ada sehingga lingkungan

hidup mempunyai kesempatan untuk memperbaiki dirinya sendiri secara alami.

Proses penutupan tambang yang sebagian besar meliputi pemulihan dan

rehabilitasi lingkungan hidup adalah mempercepat terjadinya perbaikan alam itu

sendiri.

•Kehilangan manfaat kesejahte-raan sosial

• Kehilangan hak untuk meng-organisasikan

• Penguranan manfaat pendidikan• Perasaan tidak mempunyai peker-jaan

• Ketergantungan pada alkohol danobat-obatan

• pelanggaran rumah tangga• Kesehatan dan kesejahteraan•Resiko bahaya yang ditimbulkanoleh dam atau fasilitas peralatanyang tidak aman

•Kehilangan nilai rumahdan lahan

• Pengurangan mobilitasmendapatkan kerja baru

• Kehilangan pendapatan• Kehilangan permintaan tenaga

kerja trampil• Kehilangan permintaan utk

pemasok• Sewa sumberdaya berkurang

terbatas untuk inves kembali•Berkurangnya pemeliharaan untuk

transportasi dan infrastrukturumum

Pengaruh setempat pada bio-giofisik dasar-dasarPenghidupan

PenutupanPelayanan dan

Industripemasok

PenutupanProyek

Pertambangan

Pengaruh Ekonomi

Pengaruh Bio-giofisik

Pengaruh Sosial

Gambar 5. Pengaruh-pengaruh penutupan tambang pada ekonomi,sosial,

dan bio-geofisik (diolah dari Warhurst, 2000)

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, adalah tepat bahwa penelitihan ini

dilakukan, yang mana hasilnya diharapkan dapat berkontribusi langsung maupun

tidak langsung kepada rancangan kebijakan dan pembangunan pertambangan

Page 57: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

31

yang berkelanjutan di Indonesia terutama untuk proses penutupan tambang,

khususnya pada fasilitas atau daerah penimbunan/kolam/pengendapan tailings

yang hasil proses penambangan.

Penutupan tambang akan berpengaruh langsung pada penurunan manfaat

sosial-ekonomi dan pemulihan kerusakan lingkungan bio-geofisik di daerah

tambang itu dioperasikan. Pengaruh pada aspek sosial biasanya kepada

masyarakat sekitar lingkungan tambang (MSLT) yang akan meliputi: kehilangan

manfaat kesejahteraan sosial, penurunan manfaat pelayanan pendidikan dan

kesehatan, kehilangan hak politik untuk mengorganisasikan, relokasi penduduk,

timbulnya pengangguran, munculnya ketergantungan pada minuman keras,

keamanan, dan lainnya.

Pada aspek ekonomi pengaruhnya adalah: kehilangan pendapatan;

kehilangan permintaan pada tenaga kerja yang trampil; kehilangan pasokan

barang dan jasa; penurunan untuk mendapatkan lapangan kerja baru;

pengurangan pemeliharaan sarana transportasi dan infrastruktur umum;

pemerintah kehilangan pendapatan atas pajak, royalti, dan pungutan lainnya,

penurunan nilai tempat tinggal dan lahan, dan lainnya (diolah dari Warhurst,

2000). Sedangkan pengaruh pada bio-geofisik dari penutupan tambang tidak

menjadi tidak seburuk dibandingkan pengaruh secara sosial dan ekonomi.

Karena lingkungan hidup yang biasanya terganggu saat kegiatan operasi, saat

penutupan tambang tidak terganggu lagi, alam mempunyai kesempatan untuk

memulihkan dirinya sendiri bila masih dalam batas kemampuan pulih

alamiahnya. Walaupun demikian dampak bio-geofisik yang dapat muncul saat

penutupan adalah air asam tambang dan bantuan penutup (over burden), lahan

penempatan tailing, gangguan yang berat pada bentang alam pada bekas lubang

tambang dan tambang bawah tanah, kehilangan keragaman hayati dan sumber

daya alam lainnya seperti hasil hutan, laut, sungai, danau dan lainnya

Proyek pertambangan disamping mempunyai dampak positif kepada

masyarakat atau negara dalam bentuk penyediaan lapangan pekerjaan,

pembayaran pajak, dan pembangunan regional. Juga, memunculkan dampak

negatif yang bersifat sementara, seperti kebisingan, mengganggu pemandangan

dan bentang alam, dan penurunan lingkungan hidup (Robertson dan Shaw,

1998) serta kerusakan pada keragaman hayati di dalam ekosistem alamiahnya

(IUCN and ICMM, 2002). Ia juga dapat merubah bentang alam secara ekstrim

berbeda dari kondisi alam semula. Mengelola dampak-dampak negatif dan

Page 58: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

32

mempertahankan keberlanjutan dampak positif itu bukanlah sebuah pekerjaan

yang ringan, apalagi bila hal itu dilakukan pada saat beberapa tahun menjelang

atau ketika tambang memasuki tahap penutupan.

2.7. Penutupan Tambang dan Perencanaan Pembangunan Regional

Kegiatan penutupan tambang untuk menuju keberlanjutan perlu

diselaraskan dengan program pembangunan baik secara nasional dan regional.

Menurut UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional tahun

2000-2004, yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan

terdapat pada prioritas program nomor 3 yang berbunyi: “Mempercepat

pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan

berkeadilan yang berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan”. Untuk mencapai

tujuan dan sasaran program ini ada tujuh kelompok program dalam percepatan

pemulihan ekonomi dan penciptaan landasan pembangunan ekonomi

berkelanjutan, adalah sebagai berikut:

a) Menanggulangi kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

b) Mengembangkan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi sebagai tulang

punggung sistem ekonomi kerakyatan dan memperluas partisipasi

masyarakat dalam pembangunan.

c) Menciptakan stabilitas ekonomi dan keuangan agar tercipta iklim kondusif

bagi peningkatan investasi dan ekspor yang sangat penting bagi percepatan

pemulihan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

d) Memacu peningkatan daya saing terutama untuk meningkatkan ekspor

nonmigas, termasuk pariwisata, dan memperkuat ketahanan ekonomi

nasional.

e) Meningkatkan investasi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi,

terutama investasi berdasarkan ekuitas dari pada berdasarkan pinjaman.

f) menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembangunan ekonomi

(transportasi, pos, telekomunikasi, informatika, listrik, energi dan

pertambangan, serta pengairan dan irigasi)

g) Memanfaatkan kekayaan sumber daya alam nasional dengan tetap

memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan kelestarian lingkungan.

Menurut Salim (1993) bahwa pembangunan bukanlah hanya kegiatan

membangun pabrik, jalan dan lainnya. Pembangunan juga bukan hanya

kegiatan pendidikan, kesehatan, sosial dan lainnya. Hakekat pembangunan

Page 59: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

33

Indonesia adalah tertuju pada diri manusia, membangun manusia Indonesia

yang utuh, pembangunan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: pertama,

keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan Maha Pencipta; kedua,

keselarasan hubungan manusia dengan masyarakat; ketiga, keselarasan

hubungan manusia dengan lingkungan alam. Dengan demikian ciri utama yang

ingin dibangun dalam diri Manusia dan Masyarakat Indonesia adalah

keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara diri manusia dengan Tuhan,

masyarakat dan lingkungan. Dikatakan juga oleh Salim (1993) bahwa pola

pembangunan dengan pengembangan lingkungan hidup, memerlukan

pengetatan penggunaan air dan tanah, serta sumber alam lainnya. Saingan

dalam pemakaian air, tanah, dan sumber alam lainnya, mungkin tidak dapat

diselesaikan melalui mekanisme pasar, sehingga disini peranan Pemerintah

diperlukan.

Terkait dengan Penataan Ruang, sesuai dengan UU No. 26 tahun 2007,

pada BAB II pasal 2 disebutkan bahwa “Dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan azas: (a)

keterpaduan; (b) keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; (c) keberlanjutan;

(d) keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; (e) keterbukaan; (f) kebersamaan

dan kemitraan; (g) perlindungan kepentingan umum; (h) kepastian hukum dan

keadilan; dan (i) akuntabilitas.

Sesuai dengan Keputusan Menteri PU No. 640/KPTS/1986 BAB III, RUTRK

(Rencana Umum Tata Ruang Kota) setidak-tidaknya berisikan hal-hal sebagai

berikut: (a) Kebijakan pengembangan penduduk kota, (b) Rencana pemanfaatan

ruang kota, (c) Rencana struktur pelayanan kegiatan kota, (d) Rencana sistem

transportasi, (e) Rencana jaringan utilitas kota, (f) Rencana kepadatan

bangunan, (g) Rencana ketinggian bangunan, (h) Rencana pemanfaatan air

baku, (i) Rencana penanganan lingkungan kota, (k) Tahapan pelaksanaan

pembangunan, (l) Indikasi unit pelayanan kota.

2.8. Pengelolaan Tailing dan Air Asam Tambang Saat Penutupan Tambang Tailing adalah sisa batuan alami yang halus sampai sangat halus yang

dihasilkan dari proses pengambangan (floating process) untuk mengekstraksi

tembaga, emas dan perak dari batuan-batuan tambang yang dihancurkan

(Laporan RKL dan RPL PTFI, 2005). Umumnya pengelolaan tailing dikelola

melalui beberapa cara seperti ditampung didalam kolam-kolam atau dam-dam

Page 60: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

34

yang dibuat khusus dan bisa langsung dialirkan ke laut dalam, yang dikenal

dengan sebutan sub marine tailing deposition.

MAC (the Mining Association of Canada) tahun 1998 memberikan sebuah

pedoman pengelolaan tailing yang dipadukan dengan siklus hidup dari

penanganan tailing itu sendiri mulai dari: pemilihan tempat dan perancangan,

kontruksi, operasi, dan penonaktifan dan penutupan (decommissioning and

closing), seperti pada Gambar 6.

Kebijakan danKomitmen

Tinjauan Manajemenuntuk Perbaikan

Berkesinambungan

Pengecekan danTindakan Koreksi

ImplemetasiRencana

Perencanaan

Pemilihan Tempatdan rancangan

Kontruksi

Operasi

Penyerahandan Penutupan

Gambar 6. Aplikasi dari kerangka pengelolaan tailing melalui siklus hidup (MAC, 1998)

Tempat penampungan tailing adalah menggunakan areal yang luas,

dengan demikian dampak pada lingkungan juga akan meluas dan berat, pada

SaPT daerah ini memerlukan penanganan yang terpadu dan komprehensif agar

tidak membahayakan masyarakat dan lingkungan hidup di sekitarnya. Menurut

Balkau (1998) terkait dengan pengelolaan tailing maka akan memunculkan isu-

isu seperti: kualitas air, binatang liar, penutupan dan reklamasi, cianida dan

kesiapan penanganan keadaan bahaya. Seperti yang digambarkan oleh ICMM

(2006) yang mengklasifikasikan beberapa dampak potensial dari daerah

pengendapan tailing kepada lingkungannya, khususnya yang terkait dengan

keragaman hayati, yakni sebagai berikut:

Page 61: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

35

a. Dampak pada keragaman terrestrial: kehilangan dari ekosistem-ekosistem

dan habitat-habitat; kehilangan species-species yang jarang dan langka; dan

berpengaruh pada species-species yang sensitive.

b. Dampak pada keragaman hayati akuatik dan dampak dari buangan-buangan:

merubah rezim hidrologi; merubah rezim hydrogeologi; meningkatnya logam

berat, keasaman dan pencemaran; meningkatnya kekeruhan; dan resiko

pada kontaminasi air bawah tanah.

c. Dampak pada kualitas air terkait dampaknya pada keragaman hayati:

meningkatnya partikel-partikel ambien(TSP); meningkatnya ambien sulfur

diosida (SO2); meningkatnya ambien oksida-oksida nitrogen (NOx) dan

meningkatnya ambien logam-logam berat.

d. Dampak pada kegiatan sosial terkait keragaman hayati: kehilangan akses

ketempat sumber ikan; kehilangan akses pada sumber tanaman buah-

buahan dan obat-obatan; kehilangan akses pada lahan pertanian dan padang

pengembalaan; dan terbatanya akses pada sumber-sumber keragaman

hayati.

Pada saat penutupan tambang kondisi-kondisi fisik, kimia dan biologi dari

potensi udara, air dan lahan di daerah pengendapan tailing perlu dilakukan

pemulihan. Seperti yang dikemukakan oleh Australian Goverment-Department of

Industry Tourisme and Resources / AGDITR (2006) bahwa isu dari penutupan

tambang berkelanjutan perlu ditujukan sejak dalam tahap perencanaan kegiatan

operasi pertambangan yang dilakukan untuk meminimalkan masalah-masalah

yang akan datang. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam

“Lokakarya Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Penutupan Tambang” pada

20 Februari – 2 Maret 2006 di Bandung, bahwa tujuan penutupan tambang

adalah mencegah atau meminimalkan dampak jangka panjang; dan membentuk

ekosistem alami yang berkelanjutan (self-sustaining) atau tataguna lahan pasca

tambang yang disepakati.

Masalah lingkungan utama lain dari pertambangan yaitu air asam batuan

(AAB) atau acid mine drainage, kadang disebut juga sebagai acid rock drainage.

AAB ini memerlukan waktu ratusan sampai ribuan tahun untuk dilakukan

penanganan sampai dapat dikatakan aman bagi lingkungan hidup. Kempton

(2003) menginformasikan sebuah tambang di Montana (USA), Zortman-

Landusky Mine memerlukan waktu penanganan 300 tahun. Demikian juga

Page 62: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

36

sebuah tambang di California, Iron Mountain Mine malah memerlukan waktu

3000 tahun.

Menurut AGDITR (2006) sumber-sumber dari AAB ini adalah: tumpukan

limbah batuan (waste rock piles),timbunan bijih (ore stockpiles), fasilitas

penempatan tailing (tailing storage fasilities), lubang tambang terbuka (pits and

open cuts), tambang bawah tanah (underground mines), hamparan pelindian

bijih (heap leach pads), dan timbunan lindi (leach piles). Penanganan AAT ini

haruslah dilakukan terus-menerus selama siklus hidup tambang, baik sejak mulai

eksplorasi, kontruksi, operasi, dan sampai penutupan tambang.

2.9. Rehabilitasi dan Reklamasi pada Tanah Tailing Kegiatan pertambangan menyebabkan terjadinya degradasi tanah atau

lahan. Degradasi tanah merupakan hilangnya atau berkurangnya kegunaan atau

potensi kegunaan tanah, kehilangan atau perubahan kenampakan tanah yang

tidak dapat diganti. Degradasi tanah diperbaiki melalui rehabilitasi baik berupa

reklamasi maupun restorasi. Reklamasi didefinisikan sebagai kegiatan yang

bertujuan untuk memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu

untuk beberapa penggunaan, sedangkan restorasi merupakan perlakuan

perbaikan kembali ke penggunaan awal (Sitorus, 2004b). Tambunan (2006)

menyatakan bahwa secara teknis prinsip penutupan tambang akan meliputi:

aman dan stabil, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, memenuhi

peraturan pemerintah, dan memperbaiki lahan bekas tambang. Secara non-

teknis prinsip penutupan tambang akan meliputi, bertanggung jawab secara

sosial, mengutamakan partisipatif dan bijaksana dalam keuangan. Menurut

Balkau (1998) setelah penutupan tambang, seluruh area termasuk tempat

penimbunan tailing harus ditinggalkan dalam kondisi stabil baik secara fisik

maupun secara kimiawi. Kestabilan ini sebaiknya sudah menjadi karakteristik

intrinsik dari rancangan akhir area yang akan ditutup, dan disana sebaiknya

hanya memerlukan sedikit untuk pengawasan/penjagaan dan intervensi.

ICMM (2006) menjelaskan beberapa terminologi tentang rehabilitasi

didaerah bekas tambang, yakni: a) reklamasi: proses secara umum dimana

permukaan lahan dikembalikan kepada berbagai bentuk yang dapat

dimanfaatkan kembali; b) pemulihan (restoration): reklamasi yang dilakukan

berdasarkan prinsip-prinsip ekologi dan mempromosikan penutupan dan

penyembuhan sesuai keterpaduan ekologis; pengembalian kembali dari

Page 63: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

37

ekosistem asli (sebelum penambangan) kepada semua aspek dari fungsi-fungsi

dan struktur-strukturnya; c) rehabilitasi: proses kemajuan menuju pengembalian

kembali kepada ekosistem asli; dan d) penggantian (replacement): penciptaan

ekosistem alternatif kepada ekosistem yang asli. Didefinisikan pula bahwa

pemulihan secara ekologi (ecological restorasi) adalah serangkaian besar

tentang aktifitas-aktifitas, seperti: peningkatan, perbaikan, dan rekontruksi dari

ekosistem yang terdegradasi, dan mengenai pengoptimalan pengembalian

keragaman hayati, yang dapat tercermin dari pemantapan kembali kemampuan

dari suatu lahan untuk menangkap dan memelihara serta menahan sumberdaya-

sumberdaya yang fundamental, seperti energy, air, nutrisi dan species-species.

Tibbet (2005) mengatakan keberhasilan dari rehabilitasi, biasanya ditentukan

oleh kualitas dari tanah atau lahan yang telah direkontruksi dan penutupan

tanaman-tanamannya. Hal ini memerlukan interaksi atau keterlibatan dari

insinyur-insinyur geoteknik, ahli hidrologi, ahli botani, dan skateholder setempat

untuk menentukan tipe-tipe yang cocok dalam penggunaan lahan dan

perencanaan species yang akan di bibitkan atau semaikan. Rekontruksi

ekosistem yang berkelanjutan memerlukan dari proses-proses yang cocok baik

di bawah permukaan tanah dan di atas tanah sehingga dengan demikian

memerlukan manipulasi yang cermat dari komponen-komponen biotik dan

abiotik.

Mulligan (2003) memformulasikan strategi rehabilitasi, dari hasil studinya

pada industri batu bara di Australia, yakni meliputi: kestabilan bentuk lahan

(landform stability), kestabilan ekosistem, kondisi-kondisi yang toleran untuk

pertumbuhan (tolerable conditions for growth), komposisi spesies, siklus nutrisi,

kemampuan reproduktif, penerimaan dan ketahanan pada gangguan-gangguan

(resillence to disturbance), dan kriteria yang lengkap. Tongway dan Hindley

(2003) merumuskan indikator untuk keberhasilan rehabilitasi ekosistem melalui

verifikasi dari indikator-indikator EFA (Environmental Function Analysis), yang

terdiri dari kriteria: kestabilan, infiltrasi, pernafasan tanah (soil respiration), dan

ukuran kelompok makanan (nutrient pool size). Randall (2004) mendifinisikan

EFA sebagai sebuah proses monitoring lapangan yang menggunakan indikator-

indikator sederhana untuk menilai bagaimana sebuah landsekap bekerja dengan

baik sebagai sebuah sistem ekologi.

Page 64: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

38

Gambar 7. Konsep pemanfaatan ModADA PTFI tahap pasca tambang (PT Freeport Indonesia, 2006)

Konsep reklamasi yang dikembangkan di daerah pengendapat tailing

PTFI (ModADA PTFI) dengan melalui dua pendekatan yakni: pertama, suksesi

alami tanaman-tanaman yang berada pada daerah-daerah baru yang sudah

tidak aktif, dipelihara terus berkembang menjadi hutan klimak. Pendekatan ini

dimaksudkan untuk mendapatkan nilai-nilai ekologis dari suksesi alami itu.

Kedua, mengkonversi daerah-daerah baru yang sudah tidak aktif untuk kegiatan

pertanian (perikanan dan perternakan) dan penanaman tanaman hutan untuk

agroforestri. Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari

hasil reklamasi dan penanaman tahaman hutan. Akhirnya konsep ini oleh PTFI

diperbarui, dimana pada saat pasca tambang daerah ModADA itu akan

memberikan fungsi secara ekologi, sosial dan ekonomi seperti tampak pada

Gambar 7 (PT Freeport Indonesia, 2006).

2.10. Pengelolaan Sumberdaya Tambang Berkelanjutan

Sejak World Commission on Environment and Development (WCED) pada

tahun 1987, mendefinisikan “Pembangunan Berkelanjutan (PB)” sebagai

“pembangunan yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan generasi saat ini tanpa

mengorbankan kemampuan dari generasi mendatang untuk memenuhi

kebutuhan mereka sendiri”, hampir semua aktifitas bisnis dunia mendasarkan

Page 65: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

39

pengelolaan operasinya untuk mendukung PB ini, termasuk sektor

pertambangan, dimana mereka menjadikan prinsip-prinsip PB sebagai dasar dari

pengambilan keputusan operasi dan di beberapa negara telah memasukkannya

kedalam regulasi-regulasi pertambangan dan juga dalam regulasi pengelolaan

lingkungan hidup secara lebih rinci. Seperti yang dikemukakan Otto dan Cordes

(2002) bahwa revolusi sosial-lingkungan hidup secara nyata telah merubah

bagaimana pendekatan-pendekatan yang dilakukan industri pertambangan

internasional dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bisnisnya. Menyikapi

pengertian PB dari Komisi Bruntland itu, Fauzi (2004) mengatakan secara implisit

yang menjadi perhatian konsep itu adalah pertama, menyangkut pentingnya

memperhatikan kendala sumberdaya alam dan lingkungan terhadap pola

pembangunan dan konsumsi. Kedua, menyangkut perhatian pada

kesejahteraan generasi mendatang.

Adalah hal yang sangat tidak mungkin membicarakan hubungan

pembangunan berkelanjutan dengan pertambangan pada beberapa dekade

tahun yang lalu. Namun, saat ini merupakan hal yang sangat wajar dan menjadi

kebutuhan, keadaan ini dipicu adanya perkembangan jaman yang dramatik,

kemajuan sistem komunikasi dan teknologi, tuntutan bisnis, terbatasnya daya

dukung alam, isu-isu lingkungan global (pertumbuhan penduduk, kemiskinan

dan pemanasan global), dan adanya unsur-unsur “global common” yang tidak

bisa dihindari lagi menyebabkan dunia dan perusahaan pertambangan dituntut

untuk menyesuaikan diri dalam operasi kegiatan bisnisnya. Otto et al. (2006)

mengatakan bahwa para politikus mendorong secara terus menerus untuk

penyerahan bukti-bukti bahwa sumberdaya mineral dikembangkan dalam

kerangka keberlanjutan yang memberikan manfaat pada saat ini dan juga bagi

generasi yang akan datang.

Strategi penerapan PB yang disarankan oleh Salim (2005) bagi

pembangunan nasional di Indonesia adalah meliputi: (1). “eko-efisiensi”

pembangunan dengan maksimalisasi: Pemakaian sumber daya yang dapat

diperbaharui (renewable resources) dan sumber daya yang tidak dapat

diperbaharui yang dapat didaur ulang (recyclable non-renewable resources);

pemakaian energi yang dapat diperbaharui dan energi yang tidak mengeluarkan

karbon (zero carbon energy); teknologi bersih, tanpa limbah dan polusi;dan

penghematan ruang dengan nano-teknologi; (2) kembangkan keunggulan daya-

saing RI bertumpu pada terresterial dan marine tropical resources dengan bio-

Page 66: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

40

teknologi, marin-teknologi, material-teknologi, nano-teknologi. Contohnya:

kepompong kupu-kupu bahan tekstil; minyak ikan untuk obat dan kosmetik; kulit

kayu dan minyak kelapa untuk obat; air-liur pacet untuk obat pencairan darah;

bunga dan buahan eksotik untuk industri ekspor; (3) sustainable transportasi

darat, kereta-api, sungai, laut dan udara (trunk and feeder line); (4) sustainable

pertanian organik; (5) sustainable energi dengan mensubstitusi energi BBM

dengan gas sebagai jembatan; (6) sustainable Industri dengan teknologi bersih;

(7) sustainable lembaga keuangan menggunakan “prinsip Equator” IFC; dan (8)

strategi reformasi “Good Governance” dengan segi tiga kemitraan Pemeritah,

Pengusaha dan Madani (Masyarakat).

Selanjutnya Salim (2005) juga merumuskan untuk mencapai Indonesia

2010 diperlukan beberapa hal penting yakni: (1) keberlanjutan ekonomi memuat

pemberantasan kemiskinan, kenaikan produktifitas, pembukaan lapangan kerja

penuh, memperkuat ketahanan keuangan dan keunggulan kompetitif bangsa; (2)

keberlanjutan sosial memuat terwujudnya “Millennium Development Goals” dan

kehidupan masyarakat berkohesi sosial; dan (3) keberlanjutan lingkungan

memuat perkayaan ekosistem pendukung kehidupan.

Mengoperasionalkan konsep PB kedalam sebuah kegiatan adalah tidaklah

mudah. Terkait dengan hal itu Perman et al. (1996) mengelaborasi konseptual

keberlanjutan ini dengan mengajukan lima alternatif pengertian: (1) Suatu kondisi

dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika utilitas diperoleh masyarakat tidak

berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak menurun sepanjang waktu (non-

declining consumption); (2) Keberlanjutan adalah kondisi di mana sumber daya

alam dikelola sedemikian rupa untuk memelihara kesempatan produksi di masa

mendatang.; (3) Keberlanjutan adalah kondisi di mana sumber daya alam

(natural capital stock) tidak berkurang sepanjang waktu (non-declining); (4)

Keberlanjutan adalah kondisi di mana sumber daya alam dikelola untuk

mempertahankan produksi jasa sumber daya alam; (5) Keberlanjutan adalah

kondisi di mana kondisi minimum keseimbangan dan daya tahan (reselience)

ekosistem terpenuhi.

Selain definisi operasional di atas, Harris (2000) melihat bahwa konsep

keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman: (a) Keberlanjutan

ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan

barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintah dan

menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak

Page 67: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

41

produksi pertanian dan industri; (b) Keberlanjutan lingkungan: Sistem yang

berkelanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumber daya alam

dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan

keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lainnya

yang tidak termasuk katagori sumber-sumber ekonomi; (c) Keberlanjutan sosial:

Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai

kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan,

gender, dan akuntabilitas politik.

Pentingnya PB pada pengelolaan sumberdaya alam, termasuk sumberdaya

tambang dalam hal ini, juga dikemukakan oleh Sitorus (2004a): (1) terbatasnya

cadangan-cadangan sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui; (2)

terbatasnya kemampuan lingkungan untuk dapat menyerap polusi; (3)

terbatasnya lahan yang dapat ditanami; dan (4) terbatasnya produksi persatuan

luas lahan, atau batasan fisik terhadap pertumbuhan penduduk dan kapital.

Fauzi dan Anna (2005) menyatakan bahwa konsep pembangunan sumberdaya

yang berkelanjutan mengandung aspek-aspek: (1) keberlanjutan ekologi

(ecological sustainability). Terkait dengan sektor pertambangan, hal ini berarti

bahwa pemanfaatan sumberdaya tambang hendaknya tidak melewati batas daya

dukungnya. Peningkatan kapasitas dan kualitas ekosistem menjadi hal yang

utama; (2) keberlanjutan sosial-ekonomi (sosioeconomic sustainability). Konsep

ini mengandung makna bahwa pembangunan di sektor pertambangan perlu

memperhatikan keberlanjutan dari kesejahteraan pemanfaat sumberdaya

tambang pada tingkat individu; (3) keberlanjutan masyarakat (community

sustainability). Hal ini berarti bahwa keberlanjutan kesejahteraan dari sisi

komunitas atau masyarakat perlu menjadi perhatian pembangunan

pertambangan yang berkelanjutan; dan (4) keberlanjutan kelembagaan

(institutional sustainability). Hal ini terkait bagaimana tetap menjaga

keberlanjutan kelembagaan dengan memelihara kesehatan finansial dan

penyelenggaraan administrasi yang merupakan prasyarat dari ketiga pilar

pembangunan berkelanjutan yang disebutkan sebelumnya.

Robertson (1990) merumuskan ada enam prinsip dari pertambangan

berkelanjutan, yakni: a) perencanaan untuk kebutuhan sumberdaya dari

pertambangan berkelanjutan adalah sebuah kemendesakan secara global; b)

keberlanjutan dari manfaat-manfaat sosial dan ekonomi distimulasi saat tambang

masih aktif beroperasi adalah sebuah tujuan antara dari keberlanjutan dan

Page 68: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

42

perencanaan suksesi di daerah tambang; c) penentuan dari dampak-dampak

potensial dan optimalisasi dari pengembangan tambang, operasi dan reklamasi

untuk meminimalkan dampak-dampak tersebut adalah sebuat persyaratan untuk

pertanggungjawaban yang baik; d) perencanaan dan penyediaan untuk

pengelolaan penggunaan lahan berkelanjutan pada pasca tambang dan menjaga

terjadinya suksesi adalah kebutuhan; e) keterlibatan semua stakeholder di dalam

perencanaan, eksekusi, dan proses-proses suksesi adalah sangat penting; f)

pencapaian sebuah keputusan kesepakatan pada perencanaan tambang

mensyaratkan platform untuk perubahan secara teknis dan informasi sosial dan

sudut pandang-sudut pandang (untuk mencapai pengertian yang universal dan

komprehensif) dan sebuah prosedur akunting (pembuatan keputusan) bahwa

mengikuti semua dasar-dasar penilaian.

Moore dan Noller (2000) pertambangan pada masa yang akan datang

tergantung pada kemampuan industri untuk memelihara keseimbangan antara

keuntungan dan perlindungan terhadap lingkungan. World Bank dan IFC (2002)

merumuskan sebuah konsep bahwa keberlanjutan setelah penutupan tambang

dapat dicapai dengan sukses bila: a) pengelolaan lingkungan hidup menjadi

prioritas selama masa hidup tambang, sehingga pengelolaan lingkungan hidup

pada saat penutupan akan lebih mudah dikelola dan lebih murah; b) konsultasi

dengan masyarakat setempat dapat terjadi dan hubungan dengan PPK dibangun

sebelum dan selama masa hidup tambang, sehigga disana telah terjadi sebuah

dasar yang solid untuk melakukan konsultasi dalam perencanaan di sekitar isu-

isu penutupan tambang; c) sumberdaya keuangan telah disisihkan, sehingga

rencana penutupan tambang dapat dilaksanakan dan masyarakat setempat

dapat lebih baik mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan mereka yang akan

datang; dan e) kemitraan telah dibangun dan dilaksanakan selama operasi,

sehingga kesempatan untuk pemindahan penanganan aset-aset untuk

digunakan masyarakat dan untuk memelihara pelayanan sosial setelah

penutupan akan lebih sukses terjamin. Sementara itu, The Chamber of Minerals

and Energy of Western Australia Inc. (2000) menetapkan bahwa perencanan

penutupan tambang untuk pembangunan perlu mempertimbangkan: a)

kesehatan masyarakat dan keamanan; b) persyaratan-persyaratan regulasi; c)

Kestabilan secara geoteknik dari pembentukan lahan akhir; d) keberlanjutan dari

area-area yang telah direvegatasi; e) prioritas pada flora dan fauna; f) indikator

Page 69: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

43

khusus setempat; g) ekspektasi dari para stakeholder; dan i) tujuan-tujuan

penggunaan lahan pasca tambang.

Strongman (2002), mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan yang

tunggal tentang definisi pembangunan berkelanjutan untuk industri

pertambangan. Walaupun demikian, ia berpendapat ada lima elemen kunci

untuk proyek pembangunan pertambangan berkelanjutan, yaitu: dapat hidup

terus secara keuangan (financially viable); perduli kepada lingkungan hidup

(environmentally sound); bertanggungjawab secara sosial (socially responsible);

diimplementasikan dengan tata kelola yang baik dan sehat baik didalam

perusahaan, tetapi juga di masyarakat dan pemerintah; dan mempunyai

keberlangsungan nilai (have lasting value). Hal ini juga dikemukakan oleh

Roper (2000) yang menyatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir ini banyak

perkembangan yang dilakukan oleh industri pertambangan, mineral dan metal,

yakni antara lain: konsentrasi yang lebih besar dari perusahaan-perusahaan ke

dalam industri; pergerakan untuk mengintegrasikan pertimbangan-pertimbangan

lingkungan hidup, sosial dan ekonomi kedalam penyelenggaraan bisnis

didasarkan pembangunan berkelanjutan; permintaan untuk dan provisi dari

peningkatan tranparansi operasi-operasi perusahaan; keterlibatan yang lebih

besar dari para pemangku kepentingan (stakeholders) yang memiliki

kepentingan pada industri; dan adanya pendirian GMI (Global Mining Initiative)-

sebuah program dimulai oleh perusahaan-perusahaan pertambangan, mineral

dan metal untuk merespon terhadap perubahan-perubahan ekspektasi dari

masyarakat.

Terkait tentang definisi sebuah bisnis untuk pembangunan berkelanjutan,

IISD (the International Institute for Sustainable Development) pada tahun 1992

mendefinisikan bisnis untuk pembangunan berkelanjutan adalah:

“untuk bisnis perusahaan, pembangunan berkelanjutan berarti mengadopsi strategi dan aktifitas-aktifitas bisnis yang dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dan para pemangku kepentingan saat ini dengan tetap menjaga perlindungan, keberlanjutan, dan peningkatan sumber daya manusia dan alam yang diperlukan untuk masa yang akan datang”

Dengan demikian keberlanjutan disini ditujukan bagaimana membangun

dan mendisain sebuah keberlanjutan untuk bisnis itu sendiri dan semua pihak

yang berkepentingan dengan bidang pertambangan, seperti masyarakat lingkar

tambang, pendapatan ekonomi, kondisi sosial dan kondisi lingkungan hidup

Page 70: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

44

didaerah itu saat ini dan tanpa mengurangi kemampuan dari generasi yang akan

datang untuk memanfaatkannya.

Nash (2000) mengatakan bahwa manfaat-manfaat dari memadukan

pertimbangan-pertimbangan aspek-aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi

kedalam proses pembuatan keputusan pada perusahaan-perusahaan

pertambangan saat ini makin meningkat. Dari penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa kegiatan pengelolaan pertambangan tidak dapat dipisahkan

dengan pengelolaan aspek-aspek lingkungan dan sosial dimana tambang itu

beroperasi.

Untuk itu ICMM (2003), merumuskan dan mengesahkan “ICMM

Sustainable Development Framework” yang terdiri dari 10 buah prinsip tentang

PB dan pada prinsip yang kedua dikatakan: ‘integrate sustainable development

considerations within the corporate decision- making process’. Begitu juga

sembilan CEO dari perusahaan pertambangan terbesar didunia pada tahun 1999

memformulasikan sebuah proyek yang diberi nama Pertambangan, Mineral dan

Pembangunan Berkelanjutan (the Mining, Minerals and Sustainable

Development atau MMSD) dan mereka mempublikasinya “Tujuh Pertanyaan

untuk Keberkelanjutan” (Seven Questions to Sustainability). Pertanyan-

pertanyaan itu adalah sebagai berikut: a) keikutsertaan Apakah proyek itu telah

dijelaskan kepada masyarakat yang berkepentingan melalui proses

penyampaian yang adil?; b) masyarakat/penduduk sekitarnya. Apakah struktur

sosial dan budaya masyarakat setempat telah dimengerti dan dihormati?; c)

lingkungan (environment). Apakah pengaruh-pengaruh secara pontensial (pada

lingkungan) telah dimengerti dan dihormati?; d) ekonomi. Apakah pengaruh-

pengaruh ekonomi telah diprediksikan secara cukup atau benar pengaruhnya di

tingkat lokal setempat dan di tingkat regional?; e) tradisional dan bukan kegiatan

pemasaran (traditional and non-market activities). Apakah ada kegiatan-kegiatan

lain yang tidak berhubungan di dalam daerah itu dan secara regional dipengaruhi

dan melalui “cara” apa?; f) rancangan dan tata kelola kelembagaan (institutional

arrangement and governance). Apakah regulasi-regulasi dan institusi-institusi

pemerintah disiapkan secara cukup untuk pemerintah bertindak sebagai hakim

yang adil selama proses pembuatan regulasi?; dan g) sintesa/perpaduan dan

pembelajaran yang terus-menerus (synthesis and continuous learning). Apakah

mempunyai efek yang menyeluruh dari proyek yang telah dinilai dalam

pandangan keseimbangan dan keadilan yang jangka panjang dan manfaat yang

Page 71: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

45

terus menerus? Proyek dari MMSD ini juga digerakkan dengan empat tujuan

akhir, yaitu:

a. Mengakses penggunaan tambang dan mineral global dalam rangka transisi

kepada pembangunan berkelanjutan – catatan risalahnya pada masa lalu

dan kontribusinya saat ini dan pengurangan dari kemakmuran ekonomi,

kesejahteraan manusia, kesehatan ekosistem dan pembuatan keputusan

yang dapat dipertanggunggugatkan (ecosystem health and accountable

decision-making).

b. Mengidentifikasi jika dan bagaimana pelayanan disediakan oleh sistem

mineral dapat memenuhi sesuai dengan pembangunan berkelanjutan dalam

masa yang akan datang

c. Mengajukan elemen-elemen kunci dari rencana aksi untuk perbaikan dalam

sistem-sistem mineral; dan

d. Membangun sebuah program atau kebijakan organisasi (platform) untuk

analisis dan perjanjian pada kerjasama yang sedang berjalan dan jejaring

kerja diantara semua masyarakat yang tertarik.

The Mining Assosiation of Canada (MAC) juga mengembangkan konsep

PB untuk pertambangan yang berjudul “Menuju Pertambangan yang

Berkelanjutan” (Toward Sustainable Mining), konsep itu terdiri dari prinsip-prinsip

sebagai berikut: melibatkan masyarakat; menggunakan dialog (engaging

dialogue); bertanggungjawab pada pengawalan/pembinaan sumberdaya

(responsibility to stewardship); transparansi dan pertanggunggugatan

(transparancy and accountability); pembinaan lingkungan (environmental

stewardship); terus melanjutkan perbaikan (continuous improvement); melindungi

hak azasi (protection of human rights); menghormati pada budaya dan

adat/kebiasaan (respect for cultures and customs); hukum dan etika (legal and

ethical conduct); mendukung masyarakat (community support); dan respon pada

prioritas-prioritas masyarakat di semua tahap dari selama masa hidup tambang

(response to community priorities at all stages of mine life)

Soelarno (2005) mengatakan bahwa pada saat pasca tambang terjadinya

penurunan kualitas lingkungan hidup, kegiatan ekonomi dan penurunan kegiatan

sosial adalah merupakan sebuah kondisi yang sangat tidak dikehendaki.

Kemungkinan terjadinya penurunan pada kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi

adalah sangat mungkin terjadi. Namun untuk aspek lingkungannya tidak terjadi,

sebab lingkungan yang terganggu sudah selesai sehingga daerah-daerah bekas

Page 72: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

46

tambang dapat melakukan pengembangan sendiri (suksesi alami) asal tidak

terdapat bahan-bahan yang berbahaya bagi fauna dan flora disana.

2.11. Indikator-Indikator Pembangunan Berkelanjutan Sehubungan dengan itu, perusahan pertambangan untuk tetap bertahan

dan berkelanjutan dimasa yang akan datang adalah diperlukan komitmen dan

penerapan mendasar dari prinsip-prinsip PB didalam operasi mereka. Seperti

yang dikatakan oleh Brandy (2005) bahwa ada tujuh kompetitif elemen yang

harus dimiliki oleh perusahaan pertambangan yakni: pengetahuan dan

keterampilan (knowledge and skills); hubungan emosional (emotional

connection); kepemimpinan, visi, dan hasrat/semangat (leadership, vision, and

desire); kualitas (quality); kredibilitas keuangan (financial credibility); kredibilitas

sosial (social credibility; dan kredibilitas lingkungan hidup (environmental

credibility).

Dengan demikian, dari pembahasan di atas, diperlukan adanya sebuah

indikator keberhasilan yang bisa diukur secara nyata untuk menilai penerapan

prinsip-prinsip PB dalam sebuah kegiatan bisnis, termasuk pertambangan.

Untuk itulah GRI (Global Reporting Initiative) pada tahun 2006 menerbitkan

sebuah dokumen yang bernama Sustainability Reporting Guildelines dimana

dijelaskan sangat jelas indikator-indikator keberlanjutan ekonomi, sosial dan

lingkungan hidup, seperti yang diterangkan pada Tabel 3 yang diadopsi dari

dokumen GRI itu.

Tabel 3. Indikator-indikator kinerja Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan

(diadopsi dari GRI, 2006)

Kinerja Bidang

Aspek -Aspek Indikator-Indikator Kinerja

Ekonomi Kinerja Ekonomi Nilai ekonomi dikumpulkan dan didistribusikan, termasuk pendapatan-pendapatan, biaya-biaya operasi, komensasi karyawan, donasi, dan investasi-investasi lain untuk masyarakat, menjaga tingkat upah, dan pembayaran pada penyedia-penyedia modal, dan untuk pemerintah

Implikasi keuangan dari perubahan iklim ekonomi

Jaminan dari organisasi dalam menentukan kewajiban-kewajiban perencanaan manfaat pension.

Bantuan keuangan diterima dari pemerintah

Page 73: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

47

Tabel 3. (Lanjutan)

Ketersediaan/kehadiran pasar

Tingkat upah awal dibandingkan pada upah lokal minimal untuk lokasi-lokasi yang nyata dari operasi.

Praktek-praktek dan proporsi dari pengeluaran pada pemasok-pemasok lokal pada lokasi-lokasi nyat dari operasi

Prosedur dari pengikutsertaan lokal, dan proporsi dari senior management didalam lokasi dari operasi yang nyata adalah berasal dari masyarakat setempat

Dampak ekonomi langsung

Gambaran dari investasi-investasi infrastruktur dan pelayanan-pelayanan mendukung penyediaan manfaat publik

Dampak-dampak ekonomi secara tidak langsung

Lingkungan Hidup

Material atau bahan baku

Bobot dari material-material yang digunakan Presentasi dari material-material yang

digunakan yang dapat didaur ulang. Energi Konsumsi energi langsung dibedakan

berdasarkan sumber energi pokok. Konsumsi energi tidak langsung dibedakan

berdasarkan sumber energi pokok. Persentase konsumsi energi total sesuai

dengan tingkat pembaruan kembali sumberdaya-sumberdayanya

Energi total yang disimpan tergantung pada konservasi dan perbaikan-perbaikan efisiensi

Inisiatif untuk menyediakan produk-produk dan pelayanan-pelayanan efisien-energi

Inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi tak langsung

Air Total air yang diambil dari sumbernya Sumber-sumber air dan habitat habitat

terkait yang terpengaruh secara nyata oleh pengambilan air

Persentasi dan volume total dari air yang didaur ulang dan dipergunakan kembali

Keragaman hayati Lokasi dan ukuran dari lahan yang dimiliki, dikontrak, dikelola, atau yang berdekatan dengan, area-area yang diproteksi

Gambaran dampak-dampak yang nyata dari aktifitas pada area-area yang diproteksi

Program-program untuk mengelola dmpak-dampak pada keragaman hayati

Jenis-jenis atau kelompok-kelompok yang masuk pada species-species dalam ‘IUCN Red List’ pada habitat yang berada di dalam area-area yang dipengaruhi oleh operasi-operasi yang rusak dibawah tingkat resiko kepunahan.

Emisi, efluent dan limbah

Emisi-emisi gas rumah kaca Emisi-emisi dari subtansi-subtansi penipisan

ozon

Page 74: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

48

Tabel 3. (Lanjutan) NOx, SOx, dan emisi-emisi udara lain yang

nyata berdasarkan berat Jumlah total dari limbah yang dibedakan oleh

tipe dan tempat yang dituju (tempat pembuangan akhir)

Udara total yang dikeluarkan dan kualitasnya Jumlah total dan volume dari tumpahan-

tumpahan yang nyata Bahan-bahan lain yang relevan yang

merupakan pada emisi-emisi gas rumah kaca yang tak langsung

Berat/beban yang diangkut, diimpor, atau limbah yang dianggap berbahaya yang dibawh diekspor pengawasan ‘the Basel Convention Annex I,II,III, dan VIII’

Sumber-sumber air dan habitat-habitat terkait yang secara nyata dipengaruhi oleh air yang dilepaskan (air limbah) dan runoff

Produk-produk dan pelayanan-pelayanan

Inisiatif untuk mengelola dampak lingkungan hidup dari produk-produk dan pelayanan-pelayanan, dan memperluas pengurangan dampak.

Persentase dari produk-produk yang terjual yang diklaim kembali pada produk-produk akhir yang masa hidup kegunaan dibedakan berdasarkan kelompok produk

Ketaatan Kecelakaan-kecelakaan dari, dan denda-denda atau sanksi-sanksi non-monitary untuk, ketidak taatan pada regulasi-regulasi yang lingkungan hidup yang dapat diaplikasikan.

Tranport Dampak lingkungan hidup yang nyata dari

transportasi yang digunakan untuk maksud kegiatan logistik

Keseluruhan Total Pengeluaran-pengeluaran untuk perlindungan lingkungan hidup dikelompokkan berdasarkan tipenya.

Sosial

Pratek-praktek kerja dan kenyamanan kerja

Ketenagakerjaan Rincian jumlah tenaga kerja berdasarkan tipe pekerjaan dan region

Jumlah total dan tingkat dari turnover dikelompokkan berdasarkan kelompok umur dan gender

Manfaat-mafaat minimum disediakan kepada para pekerja penuh waktu (tetap), yang mana tidak disediakan untuk para karyawan tetap dan paruh waktu

Pekerja/Pengelolaan Hubungan-Hubungan

Persentase dari para karyawan yang diwakili oleh organisasi-organisasi serikat pekerja yang independen atau dilindungi oleh persetujuan tawar menawar kolektif.

Page 75: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

49

Tabel 3. (Lanjutan)

Praktek-praktek periode minimal peringatan dan konsultasi serta negosiasi dengan karyawan dan atau perwakilan mereka mengenai perubahan-perubahan operasional.

Hal-hal yang berhubungan dg Kesehatan dan Keselamatan kerja.

Persentasi dari karyawan yang mewakili dalam pengelolaan bersama secara formal-komite kesehatan dan keselamatan pekerja yang dapat menolong untuk memonitor dan memberikan nasehat pada hal-hal yang berhubungan dengan program-program kesehatan dan keselamatan kerja.

Tingkat kecelakaan, hal-hal yang berhubungan dengan penyakit, kehilangan hari kerja, dan kemangkiran dan jumlah dari pekerjaan terkait dengan fatalitas

Pendidikan, pelatihan, konseling, pencegahan dan program risiko-kontrol diberlakukan untuk para pekerja, keluarga pekerja, dan jumlah masyarakat yang terpengaruh HIV/AIDS atau penyakit menular serius yang lain.

Elemen-elemen yang berhubungan dengan pendekatan pengelolaan kesehatan dan keselamantan

Topic-topic kesehatan dan keselamatan yang dilindungi oleh kesepakatan-kesepakatan formal dengan serikat pekerja.

Pelatihan dan pendidikan

Jumlah rata-rata jam untuk pelatian setiap tahun untuk setiap karyawan dibedakan untuk setiap kelompok pekerja.

Program-program untuk pengelolaan keterampilan dan pembelajaran terus-menerus yang mendukung keberlanjutan masa kerja dari pekerja dan membantu mereka dalam mengelola masa akhir kerja.

Persentase dari karyawan yang menerima secara teratur tinjauan (review) kinerja dan pengembangan karier

Keragaman dan persamaan kesempatan

Komposisi dari badan pengelola dan dirinci per kelompok karyawan berdasarkan gender, kelompok umur, anggota kelompok-kelompok minoritas, dan indikator-indikator keragaman lainnya.

Perbandingan tingkat upah untuk laki-laki dan wanita dirincikan berdasarkan kelompok karyawan.

Hak Azazi Praktek-praktek manajemen

Persentasi dari kesepakatan-kesepakatan dari investasi nyata yang memasukkan klausa-klausa hak azasi manusia atau yang menjalani penyaringan hak azasi manusia

Presentasi dari para pemasok utama dan kontraktor yang menjalani penyaringan tentang hak azasi manusia

Tipe dari pelatian karyawan pada kebijakan-kebijakan dan prosedur tentang aspek-aspek

Page 76: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

50

Tabel 3. (Lanjutan)

hak azasi manusia yang relevan dengan operasi, termasuk berapa banyak karyawan yang dilatih.

Ketidak adaan perbedaan

Kejadian-kejadian adanya perbedaan

Kebebasan berasosiasi

Kejadian-kejadian pada pelanggaran dari kebebasan berasosiasi dan tawar-menawar kolektif

Tenaga kerja anak-anak

Kejadian-kejadian pada tenaga kerja anak-anak.

Angkatan dan kewajiban tenaga kerja

Kejadian-kejadian pada angkatan dan kewajiban tenaga kerja

Praktek-praktek kedisiplinan

Prosedur untuk komplain dan keluhan yang diajukan oleh pelanggan, karyawan, dan masyarakat mengenai hak azasi manusia, termasuk penyediaan-penyediaan untuk non-retaliasi (pembalasan dendam)

Praktek-praktek keamanan

Persentasi dari petugas keamanan yang dilatih dalam kebijakan-kebijakan organisasi atau prosedur mengenai hak azasi manusia

Hak-Hak masyarakat asli

Kejadian yang melibatkan hak-hak dari masyarakat asli

Kemasyarakatan

Masyarakat Program dan praktek-praktek untuk menilai dan mengelola dampak-dampak dari operasi pada masyarakat, termasuk saat sebelum operasi, pada masa operasi dan saat meninggalkan operasi

Korupsi Memperluas pelatihan dan analisis resiko untuk mencegah korupsi

Pengambilan aksi-aksi dalam merespon kejadian-kejadian korupsi

Kebijakan publik Berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan publik dan peng-lobi-an

Nilai total dari kontribusi pada partai-partai politik atau terkait organisasi-organisasi dirincikan berdasarkan negara

Anti-tingkah laku yang kompetitif

Kejadian-kejadian dari aksi-aksi hukum untuk anti-tingkah laku competitif, anti-trust, and praktek-praktek monopoli, dan pendapatan-pendapatannya

Tanggungja-wab dari produk

Kesehatan dan keselamatan pelanggan

Prosedur untuk perbaikan kesehatan dan keselamatan melalui siklus hidup produk dan jasa-jasa pelayanan.

Jumlah dan tipe dari kejadian-kejadian ketidak taatan pada regulasi mengenai efek-efek dari kesehatan dan keselamatan produk danjasa-jasa pelayanan.

Produk dan jasa-jasa pelayanan

Prosedur untuk produk dan jasa-jasa pelayanan informasi dan labeling

Jumlah dan tipe dari kejadian-kejadian ketidak taatan pada regulasi mengenai produk dan informasi jasa-jasa pelayanan dan labeling

Page 77: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

51

Tabel 3. (Lanjutan)

Prosedur-prosedur terkait pada kepuasan pelanggan, termasuk hasil-hasil survey mengenai tingkat kepuasan pelanggan

Komunikasi-komunikasi pemasaran

Prosedur dan program untuk ketaatan pada hukum-hukum, standar-standar, dan kode-kode voluntari terkait pada komunikasi pemasaran termasuk iklan, promosi dan pemberian sponsor

Jumlah dan tipe dari kejadian-kejadian ketidak taatan pada regulasi-regulasi terkait pada komunikasi pemasaran termasuk iklan, promosi dan pemberian sponsor

Keleluasaan pribadi pelanggan

Presentasi dari data pelanggan yang dilindungi oleh data prosedur perlindungan

Jumlah dari komplain yang subtansial mengenai pelanggaran pada keleluasan pribadi pelanggan

Demikian juga terkait dengan indikator PB itu, MMSD (2002) juga

mengeluarkan sebuah kerangka yang dinamakan “A Sustainable Development

Framework for the Minerals Sektor”, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.

Secara khusus untuk sektor pertambangan, Azapagic (2004) mengembangkan

isu-isu kunci keberlanjutan untuk sektor pertambangan dan mineral.

Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan (MMSD, 2002)

Aspek Tujuan-Tujuan atau Prioritas-Prioritas Ekonomi Memaksimalkan kesejahteraan manusia

Memastikan penggunaan yang efisien dari semua sumberdaya, alam, dan sebailiknya melalui pemaksimalan sewa (maximizing rents)

Melakukan identifikasi dan internalisasi biaya-biaya lingkungan hidup dan sosial.

Memelihara dan meningkatkan kondisi-kondisi yang dapat memajukan perusahan-perusahaan

Sosial Memastikan adanya distribusi yang adil dari biaya-biaya dan manfat-manfaat dari pembangunan untuk kehidupan saat ini

Menghargai dan meningkatkan hak-hak dasar dari manusia, termasuk kebebasan berpolitik dan bermasyarakat, otonomi budaya, kebebasan sosial dan ekonomi, dan keamanan sendiri.

Melakukan perbaikan secara terus-menerus; memastikan bahwa penghabisan-penghabisan sumberdaya alam tidak akan menghilangkan generasi yang akan datang melalui penggantian (replacement) dengan bentuk kapital yang lainnya.

Lingkungan

Hidup Mempromosikan tanggugjawab yang konsisten pada sumberdaya-

sumberdaya alam dan lingkungan hidup, termasuk melakukan remediasi dari kerusakan-kerusakan masa lalu.

Meminimalkan limbah dan kerusakan lingkungan selama pelaksanaan keseluruhan rantai supply

Melakukan uji coba kebijakan dimana dampak-dampak belum

Page 78: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

52

Tabel 4. (Lanjutan)

diketahui atau tidak dapat diprediksikan Mengoperasikan dalam batasan-batasan ekologis dan melindungi

kapitas sumberdaya alam yang kritis Tata Kelola

(governance) Mendukung demokrasi dan pembuatan keputusan yang

partisipatif. Memperkuat kebebasan perusahaan dengan memberlakukan

sebuah sistem yang bersih, peraturan yang adil dan penyediaan insentif-insentif

Menghindari konsentrasi yang berkelebihan pada kekuatan melalui kontrol yang wajar dan seimbang.

Adanya tranparasi melalui penyediaan akses kepada seluruh stakeholder pada informasi-informasi yang relevant dan akurat.

Adanya rasa tanggunggugat untuk keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan , yang didasarkan pada analisis yang komprehensif dan dapat diandalkan.

Menguatkan kebersamaan dalam rangka membangun kepercayaan dan tujuan-tujuan yang telah dibagikan (masing-masing) dan nilai-nilai yang dianut.

Memastikan bahwa keputusan-keputusan dibuat pada tingkat yang sebenarnya, menganut pada prinsip subsidiarity dimana memungkinkan.

Tabel 5. Ringkasan kunci keberlanjutan untuk sektor pertambangan dan

mineral (Azapagic, 2004). Isu-isu Ekonomi Isu-Isu Lingkungan

Hidup Isu-Isu Sosial

Kontribusi pada GDP dan penciptaan kesejahteraan

Biaya-biaya, penjualan dan keuntungan

Distribusi dari pendapatan dan kesejahteraan

Investasi (modal, karyawan, masyarakat, pencegahan pencemaran, dan penutupan tambang)

Nilai bagi pemegang saham

Nilai tambah

Kehilangan keragaman hayati

Emisi ke udara Penggunaan energi Dampak pada

pemanasan global dan lingkungan hidup lainnya

Penggunaan lahan, manajemen dan rehabilitasi

Gangguan Menghasilkan bahan

beracun Penggunaan sumber

daya dan ketersediaannya

Limbah padat Penggunaan air, efluen,

dan pelindian (termasuk AAB)

Penyuapan dan korupsi Penciptaan lapangan

kerja Pendidikan bagi karyawan

dan pengembangan keterampilan

Persamaan kesempatan dan tidak diskriminasi

Kesehatan dan keselamatan

Hak azasi dan etika bisnis Hubungan

pekerja/manajemen Hubungan dengan

masyarakat lokal Keterlibatan PPK

(stakeholder) Distribusi kesejahteraan

Page 79: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

53

2.12. Penutupan Tambang dan Pembangunan Berkelanjutan

2.12.1. Kinerja Keberlanjutan Ekonomi PB dalam kontek ekonomi global memerlukan sebuah kesabaran dan

keterpaduan (delicate) keseimbangan jangka panjang antara aktivitas manusia

dan kemampuan alamiah alam untuk memperbaharui dirinya sendiri

(MacNaughton dan Stephens, 2004). ESMAP, The World Bank, dan ICMM

(2005) memformulasikan bagaimana perusahaan-perusahaan pertambangan

terkait dengan penutupan tambangnya untuk mencapai keberlanjutan ekonomi:

meningkatkan pengembangan ekonomi setempat melalui ketersediaan barang

dan pelayanan (services) di masyarakat atau wilayah yang terkena dampak.

Keberlanjutan ini dapat diukur apabila keputusan atau kebijakan dari

perusahaan pertambangan dapat menyebabkan adanya pengaruh positif

kepada sistem ekonomi di tingkat lokal, nasional dan global; aliran kapital yang

meningkat di antara para pihak yang berkepentingan dan adanya peningkatan

kinerja ekonomi serta keberadaan pasar. Oleh karena itu, keputusan atau

kebijakan internal yang dibuat haruslah berdampak keberlanjutan ekonomi bagi

organisasi itu sendiri dan para pihak yang berkepentingan terkait, termasuk

pemerintah dan masyarakat sekitarnya.

2.12.2. Kinerja Keberlanjutan Sosial

ESMAP, The World Bank, dan ICMM (2005) memformulasikan

bagaimana perusahan-perusahan pertambangan terkait dengan penutupan

tambangnya untuk mencapai keberlanjutan sosial, yakni melalui: peningkatan

para pekerja tambang untuk kemajuan yang profesional dan meningkatkan

kemampuan tehnik mereka, pengurangan pekerja tampak disalurkan ke sektor

lain, memberikan peluang dan insentif pada mitra kerja setempat atau lembaga-

lembaga pengembangan regional untuk penempatan tenaga kerja pada sektor

lainnya, dan memberikan peluang dan insentif untuk konversi ulang fasilitas-

fasilitas tambang yang ditutup untuk penggunaan lain.

Keberlanjutan sosial berhubungan erat dengan bagaimana sebuah

masyarakat dapat terus hidup berkelanjutan walau tambang sudah ditutup. Oleh

karena itu keberlanjutan sebuah masyarakat akan dipengaruhi secara langsung

oleh modal dari masyarakat itu sendiri (community capital), yang terdiri dari

modal: sumberdaya alam, sifat-sifat fisik, ekonomi, manusia, sosial, dan bentuk

budaya. Roseland (2005) memerinci tindakan-tindakan yang harus dilakukan

dalam penguatan modal masyarakat untuk keberlanjutan pembangunan

Page 80: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

54

masyarakat, adalah sebagai berikut: a) meminimalkan konsumsi modal

sumberdaya alam yang penting, seperti melakukan: konservasi dan peningkatan

sumberdaya alam, pengelolaan sumberdaya berkelanjutan, produksi bersih, dan

meminimalkan limbah; b) perbaikan modal fisik (infrastruktur), seperti: fasilitas

publik, air dan sanitasi, transportasi yang efisien, keamanan, kualitas

perumahan, kecukupan infrastruktur, dan telekomunikasi; c) Penguatan modal

ekonomi, meliputi: memaksimalkan penggunaan dari sumberdaya yang ada,

sirkulasi dollar didalam sebuah masyarakat, mengganti impor, menciptakan

sebuah produksi baru, perdagangan yang adil dengan yang lain, dan

pengembangan lembaga keuangan masyarakat; d) peningkatan modal manusia,

difokuskan pada: kesehatan, pendidikan, nutrisi, literasi (kemampuan membaca

dan menulis), dan kohesi (kerukunan) keluarga dan masyarakat; e)

mengembang biakkan modal sosial, dengan perhatian pada: efektif dan

representatif dari pemerintah daerah, organisasi-organisasi yang kuat,

penguatan kemampuan, partisipatif dalam perencanaan, akses kepada

informasi, dan kolaborasi dan kemitraan; dan f) peningkatan modal budaya, akan

meliputi: memberikan perhatian pada tradisi dan nilai-nilai, warisan dan tempat

budaya, kesenian-kesenian, keanekaragaman dan sejarah sosial.

Keberlanjutan ini dapat diukur apabila dengan adanya keputusan atau

kebijakan dari perusahaan pertambangan menjamin adanya lapangan dan

kenyamanan kerja, penghargaan pada HAM, perlindungan hukum bagi rakyat,

menurunnya korupsi, meningkatnya derajat kesehatan, pendidikan dan

keterampilan masyarakat, dan terwujudnya kesejahteraan rakyat.

2.12.3. Kinerja Keberlanjutan Lingkungan

Pada Agenda Lokal 21, hasil KTT Bumi di Rio de Janeiro (Juni 1992),

dalam pasal 40 disebutkan bahwa “Pembangunan Berkelanjutan merupakan

proses yang mana dari pada ekonomi, finansial, perdagangan, energi, pertanian,

industri, dan kebijakan lainnya dirancang agar secara ekonomi, sosial, dan

lingkungan yang berkelanjutan”. Selanjutnya berkaitan dengan peranan

Pemerintah Lokal, dalam pasal 28 disebutkan bahwa “ berhubung banyak

masalah Agenda 21 beserta penyelesaiannya berakar pada kegiatan lokal, keikut-sertaan kerjasama dari pemerintah daerah akan merupakan faktor yang

sangat menentukan.

Page 81: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

55

“The Commonwealth Government–Australia” (1990) mewujudkan

keterlibatan mereka secara lokal dengan merumuskan sebuah dokumen yang

bernama “Ecological Sustainable Development (ESD)” dan didifinisikan sebagai:

‘pemanfaatan/penggunaan, konservasi dan peningkatan sumber-sumber daya

masyarakat sehingga proses-proses ekologi yang terjadi dimana kehidupan itu

bergantung dapat terpelihara, dan total kualitas hidup, masa sekarang dan yang

akan datang dapat ditingkatkan.

Prinsip-prinsip ESD yang dikembangkan oleh Pemerintah Australia (1992)

adalah sebagai berikut:

a) Perlindungan keanekaragaman hayati dan keutuhan ekologis

(conservation of biodiversity and ecological integrity). Perlindungan

terhadap keanegaragaman hayati dan keutuhan ecologis dari suatu ekosistem,

spesies-species dan keanekaragaman genetic diantara species-species perlu

dipelihara. Hal ini merupakan sumber kesejahteraan bagi umat manusia.

b) Perlindungan keanekarangaman budaya (conservation of cultural diversity). Prinsip pada nomor satu di atas dapat diaplikasikan juga pada

keanekaragaman budaya. Hal ini termasuk pengetahuan tradisional tentang

keanekaragaman hayati perlu dipelihara. Kehilangan budaya tradisional juga

berpengaruh pada tersedianya sumber-sumber tradisional bagi sumber

kesejahteraan manusia.

c) Perbaikan kesejateraan individu dan masyarakat (improvement of

individual and community well-being). Tujuan dari prinsip ini adalah

perbaikan kesejahteraan individu dan masyarakat mengikuti keadaan dari

kemajuan ekonomi tanpa mengganggu atau merusak kesejahteraan bagi

generasi mendatang (Hawke, 1991).

d) Keadilan antar generasi (intergenerational equity). Generasi saat ini

diharuskan juga untuk memelihara sumberdaya alam yang saat ini mereka

kuasai untuk dipergunakan oleh generasi yang akan datang sesuai dengan

tingkat sumber daya alam yang saat ini dinikmati. Komponen kunci dari prinsip

ini adalah sebagai berikut: (a) masyarakat antara satu generasi dengan

generasi berikutnya adalah mitra, (b) generasi sekarang tidak memberikan

beban eksternalitas pembagunan kepada generasi mendatang, (c) setiap

generasi mewarisi kekayaan sumber alam serta kualitas habitat yang kurang

lebih ekivalen secara fisik, ekologis, sosial dan ekonomi.

Page 82: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

56

e) Keadilan didalam satu generasi (intragenerational/social equity). Prinsip ini

memfokuskan kepada keadilan diantara satu generasi, termasuk didalamnya

keberhasilan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, atau tidak terdapatnya

kesenjangan antara individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat

mengenai kualitas hidup.

f) Pencegahan dini (precautionary). Prinsip ini mengandung pengertian bahwa

apabila terdapat ancaman adanya kerusakan lingkungan yang tidak dapat

dipulihkan, tidak ada alasan untuk menunda upaya-upaya pencegahan

kerusakan tersebut . Dalam menerapkan prinsip ini para pengambil keputusan

harus dilandasi oleh: (a) evaluasi yang sungguh-sungguh untuk mencegah

seoptimal mungkin kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan dan (b)

melakukakan penilaian (assessment) dengan melakukan analisis resiko

dengan menggunakan berbagai pilihan-pilihan.

g) Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan (community participation in decision-making). Dalam prinsip ini, keterlibatan atau

partisipasi masyarakat diberikan akses dalam proses pengambilan keputusan,

termasuk keterlibatan dalam pembahasan tentang kerusakan lingkungan

sekitar, dampak kesehatan, kesempatan kerja dan lainnya.

h) Penghilangan/peniadaan dan pencantuman (omissions and inclusions). Dalam prinsip diakui bahwa adanya dimensi global dalam permasalahan

lingkungan, seperti pemanasan global, penipisan lapisan ozon, penggurunan

dan polusi pada air, sungai dan lautan, yang berbatasan secara nasional

maupun secara regional.

ESMAP, The World Bank, dan ICMM (2005) memformulasikan bagaimana

perusahan-perusahan pertambangan terkait dengan penutupan tambangnya

untuk mencapai keberlanjutan lingkungan hidup, melalui: penutupan tambang

yang berdasarkan pada rencana reklamasi, menciptakan habitat, keragaman

hayati, dan area-area yang dilindungi, dan selalu melakukan pemantauan dan

pelaporan.

Keberlanjutan ini dapat diukur apabila keputusan atau kebijakan dari

perusahan pertambangan dapat menyebabkan keberlangsungan pada sistem-

sistem alami dari makluk hidup dan non-makluk hidup termasuk ekosistem, lahan

atau tanah, air dan udara. Ia juga perlu mengelola keberlanjutan terhadap

masukan lingkungan seperti bahan baku, energi dan air dan juga out put kepada

lingkungan seperti emisi-emisi, limbah cair dan limbah. Termasuk juga

Page 83: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

57

bagaimana pengaruh keputusan dan kebijakan yang dibuat pada keragaman

hayati, biaya-biaya bagi perlindungan lingkungan, dan bagaimana ketaatan

terhadap hukum-hukum lingkungan baik lokal, nasional, regional dan global.

2.13. Stakeholder Pertambangan, Kekuasaan dan Peranannya

Stakeholder dalam pengertian terkait dengan penutupan tambang adalah

pihak-pihak yang terlibat secara langsung dengan proses penutupan tambang.

Terdapat perbedaan mendasar antara kepentingan perusahaan-perusahaan

tambang dengan kepentingan masyarakat dimana tambang itu berada.

Perusahaan tambang biasanya menginginkan untuk membangun tambang,

mencapai pengembalian modal yang baik untuk pemegang saham, kemudian

pergi setelah produksi berakhir, sehingga mereka bisa membangun tambang lagi

dan melanjutkan produksi dimana saja. Dilain pihak masyarakat setempat

menginginkan kesejahteraan dan kesempatan pendapatan saat sebelum

tambang berakhir, sehingga mereka dapat memperbaiki standar kehidupannya

dan generasi yang sukses dengan kehidupan yang lebih baik dibandingkan

nenek moyangnnya (Strongman, 2000). Oleh karena itu, mengidentifikasikan

dan memelihara hubungan baik dengan semua stakeholder sejak sebelum

operasi, saat operasi dan pada tahap penutupan tambang adalah sangat penting

untuk mengelola dan memelihara pembanguan berkelanjutan secara jangka

panjang di daerah sekitar pertambangan.

Khusus, pada saat penutupan tambang konsultasi dengan para stakeholder

merupakan bagian penting dalam pembuatan rencana penutupan tambang.

Seperti yang dikatakan ANZMEC (2000) bahwa identifikasi stakeholder-

stakeholders kunci dan membangun hubungan baik dengan mereka merupakan

hal yang mendasar menuju kesuksesan proses penutupan tambang. Tanpa

proses konsultasi ini pemerintah tidak akan memberikan izin untuk penutupan

tambang (PerMen ESDM No 18 Tahun 2008).

IIED dan WBCSD (2002), menyatakan ada tiga kelompok katagori

stakeholder, yakni: a) perusahaan, terdiri: karyawan, manajemen, dan para

pemegang saham; b) masyarakat, terdiri: pelaku bisnis setempat dan para

penyedia layanan, pemilik tanah, pemerintah setempat; dan c) pemerintah pusat

(The State), yang terdiri: pejabat yang berwenang dan regulator lainnya, lembaga

pengelola tanah (Indonesia, Badan Pertanahan Nasional); lembaga-lembaga

pemerintah lainnya. MacNaughton dan Stephens (2004) mendefinisikan PPK

Page 84: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

58

sebagai seseorang individu, lembaga pemerintahan, atau organisasi non

pemerintah (NGO) yang mempunyai kepentingan pada sebuah situasi dan

kekuatan untuk mencipta, meningkatkan, atau menggagalkan keluaran-keluaran

yang potensial (frustate potential outcomes). Lebih lanjut mereka mengatakan

bahwa, strategi, metodologi dan sistem pengelolaan PPK yang efektif dapat

mencapai PB melalui pencapaian tujuan-tujuan pembangunan ekonomi,

perlindungan lingkungan hidup, dan kualitas hidup. PB dalam kontek ekonomi

global memerlukan sebuah kesabaran dan keterpaduan (delicate) keseimbangan

jangka panjang antara aktivitas manusia dan kemampuan alamiah alam untuk

memperbaharui dirinya sendiri.

MMSD (2002) menyatakan bahwa proses konsultasi PPK ini mempunyai

dua tujuan yakni: mencoba mendapatkan tokoh kunci untuk bersama-sama

saling tukar informasi dan membuat keputusan, dan memastikan bahwa

terciptanya kepemilikan bersama atas keputusan-keputusan yang sudah

disepakati itu. Proses konsultasi ini akan menjadi lebih efektif apabila dimasa ada

keseimbangan kekuatan pengaruh dari masing-masing stakeholder yang terlibat.

Pengaruh dari stakeholder akan tergantung pada: ketertarikannya pada hasil

akhir penutupan tambang, hak dan wewenang hukum yang dimilikinya, akses ke

pendukung eksternal yang dimiliki, dan kemampuannya untuk memhalangi hasil

akhir.

World Bank dan IFC (2002), terkait dengan siapa mengerjakan apa ketika

penutupan tambang dapat dilihat pada Tabel 6. Yang menarik disini adalah

pemerintah lokal (dalam hal ini bisa pemerintah pusat, provinsi, dan daerah)

sebagai aktor mereka berperan mulai dari awal memikirkan proses perencanaan

regional penutupan untuk merancang mitra-mitra dan aktivitas-aktivitas ekonomi

berkelanjutan sejak mulai tahap eksplorasi sampai pada tahap pasca tambang.

Tanggungjawab perusahaan melakukan konsultasi, merancang site dengan

rencana penutupan, dan juga membangun mitra-mitra. Berdasarkan penjelasan

ini adalah penting bagi pemerintah pusat, Propinsi Papua dan Kabupaten Mimika

untuk mulai saat ini memikirkan dan membangun sumber-sumber aktifitas

ekonomi baru yang berkelanjutan selain PTFI. PTFI dapat menjadi mitra utama

dalam kegiatan pengembangan ekonomi ini.

Page 85: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

59

Tabel 6. Peranan PPK selama siklus hidup tambang, termasuk pada saat penutupan tambang (World Bank dan IFC, 2002)

Aktor-Aktor Kerangka Kerja

Siklus Hidup Tambang

Eksploitasi Kontruksi Operasi Penutupan Pasca Tambang

Pemerintah Pusat

Rancang peran dan tanggung

jawab

Pantau – Melaksanakan Pengawasan - Informasikan

Pantau dan informasi

Perusahan Tambang

Dukung/ Kerjasama

Konsultasi – Rancangan lokasi proyek dengan tinjauan penutupan – Patner-patner

Pemantauan awal dan

mendukung

Masyarakat Dukung/ Kerjasama

Memadukan perencanaan penutupan tambangdalam bentuk proses dan patner-patner berkelanjutan/sejati bersama perusahaan dan lainnya

Pemerintah Setempat

Dukung/ Kerjasama

Mulai proses perencanaan regional dengan pemikiran awal penutupan tambang untuk membentuk patner berkelanjutan – Kegiatan-kegiatan ekonomi berkelanjutan

LSM/ Organisasi Masyarakat

Dukung/ Kerjasama

Menghubungkan kepada LSM internasional – Penguatan kelembagaan untuk masyarakat lokal – Memantau dan menginformasikan

Lembaga Internasional

Dukung/ Kerjasama

Penyebaran praktek-praktek terbaik penutupan tambang – Membangun dan mengembangkan standar-standar dan pedoman-pedoman – Bekerja dengan pemerintah, perusahaan, dan masyarakat.

2.14. Penelitian-Penelitian Penutupan Tambang

Dari hasil studi pustaka dan konsultasi dengan beberapa pakar

pertambangan nasional dan internasional dapat ditarik kesimpulan sementara

bahwa penelitian ilmiah tentang penutupan tambang terkait dengan bagaimana

menerapkan prinsip-prinsip PB pada RPT dan pelaksanaannya adalah sangat

sedikit yang bisa ditampilkan sebagai pustaka. Seperti yang dikatakan oleh

Singam et al. (2006) mengatakan bahwa sampai saat ini di India belum ada

pedoman penutupan tambang yang ilmiah.

Walaupun demikian berikut ini satu contoh disertasi tentang penutupan

tambang yang terkait dengan tujuan PB dengan judul “ Perencanaan

Pembangunan Pasca Tambang untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan

(Studi Kasus pada Pertambangan Batubara PT Kaltim Prima Coal di Kabupaten

Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur)”. Disertasi ini dihasilkan oleh Soemarno

Witoro Soelarno dari Program Studi Ilmu Lingkungan-Program Pascasarjana

Universitas Indonesia yang dikukuhkan pada tanggal 30 Juni 2007.

Soelarno (2007) dalam disertasinya mengatakan bahwa pertambangan

mempunyai kekuatan yang signifikan untuk dikembangkan sebagai penggerak

Page 86: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

60

pembangunan di daerah terpencil dimana pertambangan itu berada. Hasil

Proses Hirarki Analisis menunjukkan bahwa pada perencanaan penutupan

tambang yang menunjang pembangunan berkelanjutan, para pihak pemangku

kepentingan sepakat faktor perlindungan dan kelestarian fungsi lingkungan

mendapat bobot paling besar untuk diperhatikan, kemudian diikuti oleh

pembangunan dan keberlanjutan ekonomi, serta sosial dan kesehatan

masyarakat. Permodelan sistem dinamik menunjukkan bahwa kombinasi

pengusahaan tanaman karet, kelapa sawit, dan hutan dengan dana investasi dari

royalti batubara, dapat mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayah

Kabupaten Kutai Timur pada masa pasca tambang.

2.15. Alat-Alat Analisis Penelitian 2.15.1. Analisis Faktor Resiko Penutupan (the Closure Risk Factor)

Hasil penelitian Laurence (2001, 2006) mengelompokkan resiko

penutupan tambang berdasarkan hubungan antara faktor resiko penutupan

dengan kerumitan dari penutupan disesuaikan juga dengan skala dan kondisinya

masing-masing daerah pertambangan. Resiko penutupan tambang PTFI dinilai

mempunyai tingkat resiko penutupan katagori “ekstrim” dengan nilai CRF > 2000,

termasuk juga tambang Ok Tedi di Papua Nugini pada katagori ini. Penutupan

tambang dalam katagori ini, mempunyai karakteristik: sensitif secara lingkungan

hidup dan sosial di lokasi operasi, ekstensif penyimpangan lingkungan hidup,

dan tergantung pada waktu yang lalu (subjected to past). Model resiko

penutupan tambang yang dikembangkan itu adalah: CRF = S (RE + RSH + RC +

RLU + RLF +RT). CRF merupakan ukuran sederhana secara kulitatif dan kuantitatif

dari berbagai komponen resiko nyata dari penutupan tambang yang dapat

ditangkap atau diidentisikasi. Komponen tersebut adalah:

RE : Resiko lingkungan hidup (environmental risks), yang terdiri sub-

komponen: air, udara, sistem-sistem lahan, dan limbah.

RSH: Resiko keamanan dan kesehatan (safety and health risks), yang

terdiri sub- komponen: fasilitas-fasilitas pngelolaan terbuka,

terowongan-terowongan atau gua-gua, infrastruktur, dan keamanan

(pencurian dan penjarahan)

RC: Resiko bagi masyarakat dan sosial (community and social risks),

yang terdiri dari sub-komponen: karyawan, pemilik lahan, serikat

pekerja, penduduk yang terkena dampak, pemerintah daerah,

Page 87: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

61

dampak umum pada masyarakat (lokal, regional, nasional, dan

internasional), penduduk pendatang (new settler).

RLU: Resiko penggunaan lahan akhir, yang terdiri dari sub-komponen:

nilai-nilai lahan hasil pembentukan akhir bekas daerah tambang

seperti lahan pertanian, lahan indutri, lahan taman dan lain-lain.

RLF: Resiko aspek hukum dan keuangan (legal and financial risks) yang

terdiri dari sub-komponen: ketaatan pada kebijakan dan regulasi,

para pemberi kredit, pajak, royalti, biaya rehabilitasi, biaya

penyelamatan barang-barang bekas, dan lainnya.

RT: Resiko secara teknik (technical risks), yang terdiri dari sub-

komponen: rencana penutupan, tim penutupan, sumberdaya,

kemajuan rehabilitasi dibandingkan rencana, dan lainnya.

Besarnya perubahan lingkungan akibat kegiatan (dampak) ditentukan

oleh: besarnya kegiatan (jenis, besarnya kegiatan, banyaknya limbah, dsb) dan

Kepekaan lingkungan hidup (jenis, mutu dan kecenderungan atau kondisi awal

ekosistem). Pemerintah melalui pasal 16 UU No. 4 Tahun 1982 dan Pasal 3(2)

PP No. 29 Tahun 1986 menentukan secara rinci Faktor Penentu Dampak

Penting. Sebuah dampak dikatakan sebagai dampak penting bila:

a. Jumlah manusia terkena dampak, yaitu: (1) jumlah manusia yang terkena dampak yang bukan sasaran manfaat proyek sama atau lebih besar dari manusia yang direncanakan mendapat manfaat dari proyek. (2) jumlah manusia yang terkena dampak aman atau lebih besar dari jumlah manusia yang tidak akan terkena dampak dalam wilayah yang ditentukan dalam kerangka acuan ANDAL atau SEL.

b. Luas wilayah persebaran dampak, yaitu: (1) luas wilayah persebaran minimum 2x luas wilayah kegiatan. (2) luas wilayah persebaran melampaui batas negara, sehingga mengancam hubungan antar negara.

c. Lamanya dampak berlangsung, yaitu: (1) berlangsung pada seluruh tahap : pra-konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi (operasional). (2) berlangsung selama minimal separuh dari umur kegiatan.

d. Intensitas dampak, yaitu dampak positif atau negatif menyebabkan kemerosotan daya toleransi secara drastis dalam waktu yang relatif singkat dalam ruang yang relatif luas.

e. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak, yaitu banyak komponen lingkungan lainnya terkena dalam waktu yang relatif singkat dalam ruang yang relatif luas.

f. Sifat kumulatif dampak terdiri: (1) akumulasi dampak yang terjadi dalam kurun waktu relatif singkat dan ruang yang relatif luas sehingga bobot

Page 88: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

62

dampaknya bertambah besar. (2) terjadi gejala seinergitik atau antagonistik dalam wilayah persebaran dampak.

g. Berbalik dan tidak berbaliknya dampak, artinya ada komponen lingkungan yang terkena dampak ulang yang tidak berbalik.

2.15.2. Pendekatan Sistem

Pemikiran kesisteman merupakan pendekatan ilmiah untuk mengkaji

permasalahan yang memerlukan telaah berbagai hubungan yang relevan,

komplementer dan terpecaya. Teori sistem dipelopori oleh Bertalanffy pada

tahun 1968, yang memperkenalkan suatu kerangka konsep dan teori umum

yang dapat diterapkan pada berbagai bidang ini, yang dikenal dengan nama

General System Theory (GST). GST ini didasari oleh pemikiran perlunya

keahlian generalis dan pendekatan lintas disiplin dalam memahami dunia nyata

secara efisien (Eriyatno dan Sofyar, 2007).

Penerapan konsep PB (Pembangunan Berkelanjutan) pada sebuah

kegiatan memerlukan keterpaduan berbagai disiplin ilmu dalam merumuskan

permasalahan yang komplek sehingga diperlukan sebuah pendekatan sistem.

Azapagic dan Perdan (2005) mengatakan untuk menyelesaikan tantangan-

tantangan dari penerapan PB diperlukan sebuah pendekatan sistem, yang dapat

berfokus pada pengamatan dan pemahanan hubungan-hubungan antara bagian-

bagian didalam sistem dan keseluruhan fungsi sistem secara terintegrasi. Para

ahli sistem memberikan batasan bahwa sebuah kajian menggunakan teori sistem

bila sebuah persoalan memenuhi sifat-sifat: komplek, dinamis, dan probabilistik.

Sistem didefinisikan sebagai suatu agregasi atau kumpulan obyek-obyek

yang saling menerangkan dalam interaksi dan menerangkan satu sama lain

(Eriyatno dan Sofyar, 2007). Marimin (2005) mendefinisikan sistem sebagai

suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama

lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam lingkungan komplek. Tiga

karakteristik dari pendekatan sistem adalah sibernetik, berorientasi pada tujuan;

holistik, merupakan cara pandang yang utuh terhadap kebutuan sistem; dan

efektif, sistem harus dapat dioperasionalkan.

Hartrisari (2007) menjelaskan tahapan pendekatan sistem dapat meliputi:

(1) Analisis kebutuhan antar pelaku; (2) Formulasi permasalahan; (3) Identifikasi

sistem; (4) permodelan sistem; (5) Verifikasi dan validasi model ; dan (6)

Implementasi model. Keungulan pendekatan sistem adalah: biaya analisis lebih

murah, kompresi waktu, manipulasi melalui perubahan variabel, biaya kesalahan

Page 89: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

63

lebih kecil dari trial-error approach, dapat memasukkan faktor ketidakpastian,

dan alternatif solusi lebih banyak. Menurut Marimin (2007) keunggulan

penggunaan sistem adalah menonjolkan tujuan yang hendak dicapai, dan tidak

terikat pada prosedur koordinasi atau pengawasan dan pengendalian itu sendiri;

konsep sistem berguna sebagai cara berfikir dalam suatu kerangka analisa, yang

dapat memberi pengertian yang lebih mendasar mengenai perilaku dari suatu

sistem dalam mencapai tujuannya; dan memberikan gambaran yang lebih luas

mengenai variabel-variabel yang harus ditangani dalam mengelola suatu sistem

organisasi.

Sistem dinamik dapat digunakan untuk menganalisis aspek fisik suatu

industri atau proses produksi serta hal-hal yang berkaitan dengan perumusan

strategi di masa mendatang (Eriyatno dan Sofyar, 2007). Ini berarti bahwa

sistem dinamik juga dapat digunakan untuk mengetahui dan menguji kebijakan

yang diperlukan di masa mendatang. Forrester (1961) dalam Eriyatno dan

Sofyar (2007) mengemukakan bahwa sistem dinamik dititik-beratkan pada

analisis karakteristik struktur sistem yang selanjutnya dipetakan secara nyata.

Permodelan dengan sistem dinamik merupakan model deterministik yang

didasarkan pada proses fisik yang terjadi. Untuk mengerjakan seluruh

pekerjaan pembuatan model dapat digunakan perangkat lunak power

constructor (Eriyatno dan Sofyar, 2007). Selanjutnya Coyle (1996) dalam

Eriyatno dan Sofyar (2007) mengatakan bahwa manfaat utama dari sistem

dinamik adalah mendapatkan kualitas yang dapat diperbandingkan dari

rancangan maupun kinerja dan sistem yang dapat dikelola. Penggunaan model

sistem dinamik di dunia pertambangan terkait dengan penerapan nilai-nilai PB,

O’Regan dan Moles (2006) mengatakan bahwa sistem dinamik dapat

menggambarkan hubungan timbal balik antara kebijakan lingkungan hidup,

ekonomi dan aliran dari investasi mineral internasional, melewati batasan-

batasan secara organisasi dan nasional.

2.15.3. Disain dan Model Disain dari sebuah sistem adalah disain dari komponen-komponen dan

hubungannya (Churchman, 1971 dalam Walls et al., 2001). Disain sistem

menekankan bahwa semuanya diakui saling berhubungan (Stokes dan

Chellman, 2006). Lebih lanjut Stokes dan Chellman (2006) mendefinisikan

disain adalah sebuah ciptaan, berorientasi tujuan, penyelidikan berdisiplin yang

Page 90: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

64

bertujuan untuk menyelesaikan beberapa hal sebagai berikut: (1) diagnose dan

gambaran dari disain situasi masalah; (2) klarifikasi alasan untuk

mempekerjakan (engaging) disain; (3) menetapkan batasan-batasan dari disain

yang diteliti; (4) merumuskan ide inti, nilai-nilai, dan imajinasi dari sistem

mendatang yang akan menjadi pedoman disain; (5) menemukan harapan-

harapan, aspirasi, usulan-usulan dan persyaratan-persyaratan dari sistem yang

akan didisain; (6) menciptakan dan mengevaluasi representasi pilihan dari sistem

mendatang; (7) memantapkan kriteria melalui evaluasi pilihan-pilihan; (8)

menggunakan kriteria, pilih alternatif yang paling menjanjikan; (9) gambaran dari

sistem mendatang; dan (10) rencana untuk pengembangan dari sistem yang

didasarkan pada deskripsinya.

Walls et al. (2006) menyatakan bahwa teori disain sistem harus

menjelaskan kepada kita bagaimana memantapkan hubungan-hubungan

diantara komponen-komponen dari sebuah sistem untuk mencapai sebuah

tujuan yang khusus. Selanjutnya dinyatakan juga bahwa sebuah teori disain

harus mempunyai dua aspek yaitu satu berurusan dengan produk dan satu lagi

berurusan dengan proses dari disain.

Turban et al. (2005) menyatakan bahwa model merupakan representasi

atau abstraksi sederhana dari realitas. Aminullah (2003) menyatakan model

dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu model kuantitatif, kualitatif dan

ikonik. Model biasanya disederhanakan karena realitas terlalu kompleks untuk

digambarkan secara tepat dan karena banyak dari kompleksitas tersebut secara

aktual tidak relevan untuk memecahkan masalah khusus. Fauzi dan Anna (2005)

mengemukakan dalam membangun sebuah model supaya hasilnya adalah

reliable diperlukan beberapa tahapan yaitu identifikasi, membangun asumsi,

konstruksi model, analisis, intepretasi, validasi dan implementasi.

Menurut Turban et al. (2005) manfaat-manfat menggunakan model dalam

sistem pendukung manajemen, adalah: (1) Manipulasi model (mengubah

variabel keputusan atau lingkungan) jauh lebih mudah ketimbang memanipulasi

sistem riil. Eksperimentasi lebih mudah dan tidak berinterferensi dengan

operasional harian dari organisasi. (2). Model memungkinkan kompresi waktu.

(3) Biaya analisis permodelan jauh lebih rendah ketimbang biaya eksperimen

yang serupa yang dilakukan pada sebuah sistem riil. (4) Biaya pembuatan

kesalahan selama eksperimen coba-salah jauh lebih rendah ketika

menggunakan model, dibandingkan dengan menggunakan sistem riil.

Page 91: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

65

(5) Lingkungan bisnis mencakup ketidakpastian yang dapat dipertimbangkan.

Manajer dapat mengestimasi resiko dari tindakan-tindakan tertentu. (6) Model

matematika memungkinkan analisis terhadap sejumlah solusi yang sangat besar

,dan kadang-kadang tak terbatas. (7) Model memperkuat pembelajaran dan

pelatihan. (8) Metode model dan solusi tersedia di Web.

2.15.4. Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierachy Process)

Prinsip kerja Metode Proses Hirarki Analitik atau AHP adalah

penyederhanaan suatu persoalan komplek yang tidak terstruktur, stratejik, dan

dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Dengan

menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu

kerangka berpikir yang terorganisir sehingga memungkinkan dapat diekspresikan

untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Artinya

persoalan yang komplek dapat disederhanakan dan dipercepat proses

pengambilan keputusannya (Marimin, 2005). Eriyanto dan Sofyar (2007)

menyebutkan langkah-langkah dalam melakukan metoda AHP adalah: a)

penyusunan hirarki; b) penyusunan kriteria; c) penilaian kriteria dan alternatif;

dan 4) penentuan prioritas.

Eriyanto dan Sofyar (2007) menjelaskan tentang sembilan prinsip yang

sekaligus merupakan keuntungan penggunaan metoda AHP: (a) prinsip

kesatuan, AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes

untuk aneka ragam persoalan yang tidak terstruktur; (b) prinsip kompleksitas,

AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam

memecahkan persoalan kompleks; (c) Prinsip saling ketergantungan, AHP

mencerminkan kecenderungan alami, dari pemikiran untuk memilah-milah

elemen dalam satu sistem, pada berbagai tingkat yang berlainan dan

pengelompokkan unsur-unsur yang serupa dalam setiap tingkat; (d) prinsip

pengukuran, AHP menghasilkan satu skala untuk mengukur hal-hal dan

terwujudnya suatu metode untuk menetapkan prioritas; (e) prinsip konsistensi,

AHP melacak konsistensi logis dari berbagai pertimbangan yang dipakai untuk

menetapkan berbagai prioritas; (f) prinsip sintesis, AHP menuntun ke suatu

taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif; (g) prinsip tawar

menawar, AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor

sistem dan memungkinkan organisasi dapat memilih alternatif terbaik

berdasarkan tujuan-tujuan mereka; (h) prinsip pemilihan konsensus, AHP tidak

Page 92: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

66

memaksakan konsensus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang representatif

dari berbagai penilaian yang berbeda; dan (i) prinsip penulangan proses, AHP

memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka atas satu persoalan dan

memperbaiki berbagai pertimbangan serta pengertian mereka melalui berbagai

pengulangan.

Beberapa kelemahan AHP sebagai alat analisis kriteria majemuk adalah

tidak bisa menangkap feed back dari bawah pada diagram hirarki yang ada dan

juga tidak bisa mengukur atau mendeteksi konsensus dari pendapat pakar

karena nilai yang dipakai adalah nilai rata-rata. Dunn (2003) mengatakan bahwa

analisis hierarki dapat mengidentifikasikan tiga macam sebab, yaitu sebab yang

mungkin, sebab yang masuk akal, dan sebab yang dapat diubah. Sebab yang

mungkin merupakan kejadian-kejadian atau tindakan-tindakan yang meskipun

tipis, dapat memberikan andil pada terjadinya situasi permasalahan. Sebab yang

masuk akal merupakan sebab yang penting dalam terjadinya situasi yang

problematis itu. Sebab yang dapat diubah merupakan sebab yang menjadi

sasaran dari kontrol atau manipulasi yang dilakukan oleh pengambil kebijakan,

karena tidak ada kebijakan yang dapat diberlakukan untuk mengatasi sebuah

masalah.

2.15.5. Analisis Patok Duga (Benchmarking)

Menurut Watson (1993) dalam Eriyatno dan Sofyar (2007), patok duga

merupakan praktek yang memperlancar masukan informasi baru secara terus

menerus ke dalam suatu organisasi. Patok duga dapat didefinisikan sebagai

sebuah kegiatan dimana organisasi-organisasi menyelenggarakan secara

terus-menerus dalam pembelajaran diri sendiri dan membandingkan mereka

sendiri dengan para pemimpin-pemimpin dalam bidang bisnis mereka sehingga

mereka dapat mengidentifikasi, adaptasi, dan mengaplikasi praktek-praktek

yang lebih baik secara signifikan. Geerlings et al. (2006) mendefinisikan patok

duga sebagai pendekatan terstruktur untuk mengumpulkan dan memberikan

data, informasi, ide-ide, dan metode yang bertujuan untuk mendapatkan

perbandingan yang akan saling bermanfaat diantara semua kelompok yang

terlibat. Patok duga bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, atau solusi untuk

meningkatkan kinerja yang buruk, melainkan sebagai program perubahan bisnis

atau industri yang komplementer terhadap perencanaan strategis (Eriyatno dan

Sofyar (2007).

Page 93: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

67

Tujuan patok duga adalah menentukan faktor kunci keberhasilan, dan

mendapatkan data dan informasi keunggulan bersaing praktek terbaik (best

practice) dalam hal produktifitas, sumberdaya fisik, sumber daya keuangan dan

profitabilitas. Analisis ini dapat digunakan sebagai program perubahan bisnis

atau industri yang komplementer terhadap perencanaan strategis. Keunggulan

analisis patok duga adalah dapat menyediakan informasi seberapa jauh

kedepan atau ketertinggalan suatu induvidu bisnis dibandingkan pesaingnya

(Eriyatno dan Sofyar, 2007).

MCA (2006) sangat mempercayai bahwa manfaat-manfaat melakukan

patok duga regulasi dalam sektor pertambangan dan berperan juga dalam

meningkatkan efisiensi ekonomi negara, dalam hal ini negara Australia. ITTC

(2002) menerangkan tahapan proses patok duga, adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan yang terdiri dari: menentukan apa yang akan dipatok duga,

rumuskan motif dan usulan untuk patok duga, menyetujui mitra patok duga,

identifikasi variabel kinerja kunci, identifikasi tim patok duga, menentukan

metode pengumpulan data, membangun format dari perubahan data;

2. Mengumpulkan data;

3. Melakukan analisis, yang terdiri dari pekerjaan-pekerjaan: identifikasi

penyimpangan dan identifikasi penyebab penyimpangan; dan

4. Implementasi, yang meliputi pekerjaan: mengkomunikasikan penemuan-

penemuan dari analisis, membuat tujuan akhir (goal) untuk perbaikan, dan

penerapan perbaikan dalam prosedur-prosedur.

2.15.6. Metode Perbandingan Eksponensial Metode Perbandingan Eksponensial atau disingkat MPE adalah salah

satu teknik pengambilan keputusan berbasis kinerja. MPE merupakan salah

satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan

kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu keputusan bagi individu

pengambilan keputusan untuk merancang bangun model yang telah terdefinisi

dengan baik pada tahapan proses.

Keuntungan metode ini mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam

analisis sebab menghasilkan nilai urutan prioritas alternatif keputusan yang lebih

nyata (Marimin, 2005). Eriyanto (1998) dalam Eriyanto dan Sofyar (2007)

menyebutkan bahwa langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan

keputusan dengan menggunakan MPE adalah: (1) menyusun kriteria keputusan

Page 94: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

68

yang akan dikaji, (2) menentukan derajat kepentingan relatif setiap kriteria

keputusan dengan menggunakan skala konversi tertentu sesuai dengan

keinginan pengambil keputusan, (3) menentukan derajat kepentingan relatif

setiap pilihan keputusan pada setiap kriteria keputusan, dan (4) menentukan total

skor pada setiap alternatif.

2.15.7. Teknik Permodelan Interpretasi Stuktural (ISM)

Teknik Permodelan Interpretasi Stuktural atau Interpretative Structural

Modelling (ISM) adalah suatu metodologi dengan menggunakan bantuan

komputer yang dapat membantu suatu kelompok untuk mengidentifikasi

hubungan antara gagasan/ide dan struktur penentu dalam sebuah masalah

yang komplek (Eriyatno dan Sofyar, 2007). Kanungo dan Bhatnagar (2002)

ISM adalah sebuah metodologi yang terbukti yang memungkinkan seseorang

untuk memetakan hubungan-hubungan yang komplek antara elemen majemuk

(multiple elements) di dalam sebuah situasi yang komplek.

Teknik ISM juga merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk

menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencana jangka panjang yang

sering menerapkan secara langsung teknik penelitian operasional dan atau

aplikasi statistik deskriptif. Tentang penggunaan ISM, Eriyatno dan Sofyar

(2007) menjelaskan bahwa ISM dapat digunakan untuk mengembangkan

beberapa jenis struktur, termasuk pengaruh struktur (misalnya ‘mendukung’

atau ‘memperburuk’), struktur prioritas (misalnya ‘lebih penting dari’ atau ‘akan

dipelajari lebih dahulu’) dan katagori dari setiap gagasan/ide (misalnya

‘mempunyai kategori yang sama dengan’). Selanjutnya menurut Marimin (2005)

langkah-langkah ISM adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi elemen. Elemen sistem diidentifikasi dan didaftar. Hal ini dapat

diperoleh melalui penelitian, brainstorming, dan hal-hal lain.

2. Membangun hubungan kontektual dari antar elemen tesebut yang didasarkan

pada tujuan dari permodelan.

3. Membangun Matriks Interaksi Tunggal Terstruktur (Structural Self Interaction

Matrix/SSIM). Matriks ini mewakili elemen persepsi responden terhadap

elemen hubungan yang dituju. Empat simbol yang digunakan adalah:

V..... hubungan dari elemen Ei terhadap Ej, tidak sebaliknya A..... hubungan dari elemen Ej terhadap Ei, tidak sebaliknya X .... hubungan interrelasi antara Ei terhadap Ej (dapat sebaliknya) O .....menunjukkan bahwa Ei dan Ej tidak berkaitan

Page 95: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

69

4. Matriks Reachability (Reachability Matrix): Sebuah RM yang dipersiapkan

kemudian merubah simbol-simbol SSIM ke dalam sebuah matriks biner.

Aturan-aturan konversi nerikut menerapkan:

a. Jika hubungan Ei terhadap Ej = V dalam SSIM, maka elemen Eij = 1 dan Eji = 0 dalam RM

b. Jika hubungan Ei terhadap Ej = A dalam SSIM, maka elemen Eij = 0 dan Eji = 1 dalam RM

c. Jika hubungan Ei terhadap Ej = X dalam SSIM, maka elemen Eij = 1 dan Eji = 1 dalam RM

d. Jika hubungan Ei terhadap Ej = O dalam SSIM, maka elemen Eij = 0 dan Eji = 0 dalam RM

RM awal dimodifikasi untuk menunjukkan seluruh direct dan indirect

Reachability, yaitu jika Eij = 1 dan Ejk = 1, maka Eik = 1.

5. Tingkat partisipasi dilakukan untuk mengklasifikasi elemen-elemen dalam

level-level yang berbeda dari struktur ISM. Untuk tujuan ini, dua perangkat

diasosiasikan dengan tiap elemen Ei dari sistem: Reachability Set (Ri), adalah

sebuat set dari seluruh elemen yang dapat dicapai dari elemen Ei, dan

Antecendent Set (Ai), adalah sebuah set dari seluruh elemen dimana elemen

Ei dapat dicapai. Pada iterasi pertama seluruh elemen, dimana Ri = Ri /\ Ai,

adalah elemen-elemen level 1. Pada iterasi-iterasi berikutnya elemen-

elemen diidentifikasi seperti elemen-elemen level dalam iterasi-iterasi

sebelumnya dihilangkan, dan elemen-elemen baru diseleksi untuk level-level

berikutnya dengan menggunakan aturan yang sama. Selanjutnya, seluruh

elemen sistem dikelompokkan ke dalam level-level yang berbeda.

6. Matriks Canonical: Pengelompokan elemen-elemen dalam level yang sama

mengembangkan matriks ini. Matriks resultan memiliki sebagian besar dari

elemen-elemen triangular yang lebih tinggi adalah 0 dan terendah 1. Matriks

ini selanjutnya digunakan untuk mempersiapkan digraph.

7. Digraph adalah konsep berasal dari directional graph, sebuah grafik dari

elemen-elemen yang saling berhubungan secara langsung, dan level hierarki.

Digraph awal dipersiapkan dalam basis matriks canonical. Graph awal

tersebut selanjutnya dipotong dengan memindahkan semua komponen yang

transitif untuk membentuk digraph akhir.

8. Interpretative Structural Model: ISM dibangkitkan dengan memindahkan

seluruh jumlah elemen dengan deskripsi elemen aktual. Oleh sebab itu, ISM

memberikan gambaran yang sangat jelas dari elemen-elemen dan alur

hubungannya.

Page 96: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Lokasi penelitian di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, yang merupakan

tempat operasi penambangan PTFI. Selain itu, penelitian juga dilakukan di

Jakarta, Bogor, dan Bandung untuk mendapatkan pendapat pakar.

Korespondensi melalui surat elektronik juga dilakukan dengan pakar di Australia

dan di Kanada. Waktu pelaksanaan penelitian selama 12 bulan, dimulai bulan

Januari 2008 sampai Januari 2009.

3.2. Rancangan Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah pada Bab

Pendahuluan, penelitian ini bertujuan memperoleh keluaran berupa disain sistem

penutupan tambang mineral berkelanjutan yang memuat sejumlah skenario-

skenario keberlanjutan manfaat-manfaat ekonomi, sosial dan perlindungan

lingkungan pada SaPeT. Penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai disain

sistem dimana kegiatan-kegiatan penelitian, termasuk kajian-kajian didalamnya

adalah merupakan sebuah proses mengelola input-input untuk mencapai tujuan.

Disamping itu, persoalan penutupan tambang termasuk persoalan yang komplek,

probabilistik, dan dinamis, sehingga perlu pendekatan sistem untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Laurence, 2001; Azapagic dan Perdan,

2005; O’Regan dan Moles, 2006; Eriyatno dan Sofyar, 2007). Rancangan

penelitian yang dilakukan untuk mencapai tujuan umum dan tujuan-tujuan antara

penelitian, mencakup: pengumpulan berbagai jenis data dari berbagai sumber,

teknik pengambilan contoh, teknik analisis data, dan keluaran yang ditargetkan,

dapat dilihat pada Tabel 7.

3.3. Jenis data dan peubah yang diamati

3.3.1. Jenis data dan peubah yang diamati untuk tujuan (1)

Berdasarkan cara mendapatkan data, ada dua jenis data yang dibutuhkan

dalam mencapai tujuan ini adalah : Pertama, data yang berupa parameter atau

variabel yang berupa faktor-faktor resiko penutupan yang dikembangkan oleh

Laurence (2001, 2001).

Page 97: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

71

Tabel 7. Tujuan penelitian, jenis data, teknik analisis yang dipakai dan keluarannya

Tujuan Penelitian Jenis dan

sumber data Teknik Penetapan Responden

Teknik Analisis Data

Keluaran

1.Mengetahui indikator-indikator keberlanjutan untuk merumuskan keberlanjutan pada SaPeT PTFI

Data sumber pustaka dan survey lapangan

Studi pustaka: faktor resiko penutupan tambang (Laurence 2001, 2006). Dampak penutupan (Warhurst, 2000). Dirangkai dengan indikator keberlanjutan dari (MMSD, 2002; Azapagic, 2004 ; GRI, 2006)

Analisis Faktor Resiko penutupan tambang/ CRF (Laurence 2001,2006)

Nilai/skor faktor-faktor resiko yang mungkin timbul pada SaPeT PTFI

Data faktor penting dan strategis melalui FGD dan wawancara PPK

FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara langsung dengan perwakilan PPK yang telah teridentifikasi

Analisis kebutuhan PPK

Faktor-Faktor penting dan strategis menurut PPK

Faktor-faktor resiko yang mungkin timbul pada SaPeT dan Faktor-Faktor penting dan strategis

Judgement peneliti MPE Indikator-indikator keberlanjutan yang berpengaruh pada penutupan tambang

2.Mengetahui faktor-faktor penggerak kunci yang dapat digunakan untuk menentukan keberlanjutan pembangunan dan penghidupan masyarakat di Kabupaten Mimika

Survei pendapat pakar dan kajian referensi tentang elemen dan sub elemen program penutupan tambang ditambah indikator- keberlanjutan hasil MPE

Identifikasi kepakaran dan pengetahuan tentang sosial, ekonomi, dan lingkungan pertambangan, kaitanya dengan penutupan tambang

ISM Faktor-faktor penggerak kunci yang berpengaruh pada penutupan tambang berkelanjutan

3.Mengetahui faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang berkelanjutan

Survei pendapat pakar tentang faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan.

Identifikasi kepakaran dan pengetahuan tentang faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang pada negara Australia dan Kanada

Analisis patok duga (benchmarking ): AHP, MPE, dan Analisis kesenjangan.

Faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang yang perlu diterapkan

4.Mengetahui komponen-komponen yang dominan dalam perencanaan penutupan tambang mineral berkelanjutan

Survei pendapat pakar tentang multi faktor penutupan tambang

Identifikasi kepakaran dan pengetahuan tentang sosial, ekonomi, dan lingkungan pertambangan, kaitanya dengan penutupan tambang

AHP Nilai skor/urutan prioritas faktor-faktor penentu penutupan tambang berkelanjutan

5.Menyusun skenario dan arahan kebijakan penutupan tambang mineral berkelanjutan

Data sekunder dan primer hasil wawancara dengan PPK

Analisis sintesis dari hasil Analisis sistem dinamik dan ISM, AHP, serta analisis patok duga

Sejumlah skenario kebijakan penutupan tambang berkelanjutan.

Page 98: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

72

Faktor-faktor ini juga akan diperkaya dengan dampak-dampak penutupan

tambang dari Warhurst (2000), kemudian dipersandingkan indikator

keberlanjutan dari (MMSD, 2002; Azapagic, 2004 ; GRI, 2006). Faktor-faktor ini

dikelompokkan menjadi: resiko lingkungan hidup, resiko keamanan dan

kesehatan, resiko bagi masyarakat dan sosial, resiko penggunaan lahan akhir,

resiko aspek hukum dan keuangan, dan resiko secara teknik.

Faktor-faktor resiko penutupan yang telah teridentifikasi dari hasil uji pada

resiko-resiko yang mungkin timbul pada SaPeT PTFI akan menjadi masukan

untuk proses analisis CRF (closure risk factor). Kedua, data-data yang berupa

faktor-faktor penting yang dibutuhkan oleh PPK pada SaPeT PTFI. Faktor-

faktor/Peubah atau informasi yang dibutuhkan terkait isu-isu dampak penutupan

tambang pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Kedua jenis data

ini kemudian dikaji dengan metode MPE.

3.3.2. Jenis data dan peubah yang diamati untuk tujuan (2) Data yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini adalah parameter atau

variabel-variabel yang diperoleh dari survei pendapat pakar. Mengacu pada

Saxena (1992) dalam Marimin (2005) ada sembilan elemen yang dapat

digunakan menyusun program. Program dalam penelitian ini adalah membuat

disain penutupan tambang mineral berkelanjutan. Berdasarkan pendapat pakar,

pengalaman peneliti, dan kajian referensi elemen-elemen yang digunakan untuk

membuat formulasi kebijakan dan perencanaan strategis penutupan tambang,

adalah: (a) elemen sektor masyarakat yang terpengaruh, (b) elemen kebutuhan

program, (c) elemen kendala utama, (d) elemen tujuan program, dan (e) elemen

tolok ukur untuk menilai setiap tujuan.

3.3.3. Jenis data dan peubah yang diamati untuk tujuan (3) Data yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini adalah parameter atau

variabel-variabel yang diperoleh dari survei pendapat pakar, yaitu akan meliputi:

(a) kelayakan negara yang akan dijadikan negara target duga (benchmark) bagi

Indonesia. (b) kriteria-kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan penutupan

tambang dan pemberian nilai bobot untuk setiap kriteria atau faktor.

Kelayakan sebuah negara sebagai negara target patok duga bagi

Indonesia, kriteria yang dipakai sesuai yang dikemukakan oleh Kotler et al.

(1998), yaitu: (a) kepemimpinan pemerintah suatu negara, (b) kebudayaan,

Page 99: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

73

sikap, dan nilai suatu negara, (c) anugrah SDA dan SDM suatu negara, (d)

kohesi sosial suatu negara, (e) Organisasi industri suatu negara. Alternatif yang

dinilai sebagai negara target bagi Indonesia adalah Australia dan Kanada.

Struktur hirarki yang dinilai disusun dari tujuan, kriteria dan alternatif seperti

tampak pada Gambar 8.

Keunggulan Dalam Penutupan Tambang Berkelanjutan Suatu Negara

Indonesia Australia Kanada

OrganisasiIndustri

Suatu Negara

Kohesi SosialSuatu Negara

Kebudayaan, Sikap & NilaiSuatu Negara

KepemimpinanPemerintahanSuatu Negara

AnugrahSDA &SDM

Suatu Negara

Kriteria

Tujuan

Fokus

Gambar 8. Struktur hirarki penentuan keunggulan penutupan tambang berkelanjutan

3.3.4. Jenis data dan peubah yang diamati untuk tujuan (4)

Data yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini adalah parameter atau

variabel-variabel yang diperoleh dari survei pendapat pakar terhadap pilihan-

pilihan atau alternatif dalam menyelesaikan persoalan dan menuju penutupan

tambang yang berkelanjutan. Alternatif yang diajukan merupakan penyelesaian

masalah dalam mencapai penutupan tambang berkelanjutan yang didasarkan

pada konsep dan teori penerapan PB pada sektor pertambangan. Alternatif yang

tersedia adalah: perencanaan terpadu pembangunan berdasarkan SDA

unggulan, membayar kompensasi daerah bekas tambang, dan perencanaan

terpadu pembangunan berdasarkan SDA unggulan sejak dini. Ada dua penilaian

pakar, pertama penilaian terhadap struktur hirarki seperti tampak pada Gambar

9. Kedua penilaian pakar pada masing-masing variabel didalam tujuan, aktor,

aspek, faktor dan tujuan-tujuan.

Aktor yang berperan dalam penentuan penutupan tambang berkelanjutan

adalah: pemerintah (Pemda Tingkat II, Provinsi dan pemerintah pusat),

Page 100: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

74

manajemen perusahaan, karyawan perusahaan (penduduk setempat dan

pendatang), masyarakat setempat dimana tambang dioperasikan, dan LSM

setempat dan nasional. Aspek yang berkaitan adalah lingkungan, sosial,

ekonomi, hukum dan kelembagaan, serta teknologi dan biaya.

Disain Penutupan Tambang

yang Berkelanjutan

Lingkungan Sosial Ekonomi Hukum dankelembagaan

Teknologi danbiaya

• Proteksi ekologi &manusia

• Produktifitas lahan akhir

• Kontri.pd lingk. global

• Keterlibatan PPK• Penddk & kesehatan• Penciptaan lap. kerja• Kualitas SDM

• Kontrib. pd PDB• Mendorong iklim

investasi• Peluang ekonomibaru

•Badan/forum utkPenutupan

•Ketaatan pd regulasi • Resolusi & pengelolaan

konflik

• Efektifitas teknologi & biaya penutupan

• Rencana dan tim Penutupan

Perencanaan terpadupembangunan berdasarkan SDA

unggulan

Membayar kompensasi daerah

bekas tambang

Fokus

Aspek

Faktor

Pilihan

Keberlanjutan pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi

LSM setempat& nasional

Masyarakatsetempat

Karyawanperusahaan

ManajemenperusahaanPemerintahAktor

Tujuan Keberlanjutanperlindungan & pelestarian

fungsi lingkungan

Keberlanjutan kualitas kehidupansosial masyarakat

Perencanaan terpadupembangunan berdasarkan SDA

Unggulan sejak dini

Gambar 9. Struktur hirarki penentuan disain penutupan tambang berkelanjutan

Faktor yang mempengaruhi desain penutupan tambang yang

berkelanjutan adalah proteksi ekologi dan manusia, produktifitas lahan akhir,

kontribusi pada lingkungan global, keterlibatan PPK, pendidikan dan kesehatan,

penciptaan lapangan kerja, kualitas SDM, kontribusi pada PDB, mendorong iklim

investasi, peluang ekonomi baru, badan / forum untuk penutupan, ketaatan pada

regulasi, resolusi dan pengelolaan konflik, efektifitas teknologi dan biaya

penutupan, serta rencana dan tim penutupan.

Tujuannya adalah keberlanjutan pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi, keberlanjutan perlindungan dan pelestarian fungsi lingkungan, dan

keberlanjutan kualitas kehidupan sosial masyarakat. Pilihan yang tersedia yaitu :

perencanaan terpadu pembangunan berdasarkan SDA unggulan, membayar

kompensasi daerah bekas tambang, dan perencanaan terpadu pembangunan

berdasarkan SDA unggulan sejak dini.

Page 101: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

75

3.3.5. Jenis data dan peubah yang diamati untuk tujuan (5)

Data yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini adalah data primer dan

sekuder yang berupa: variabel input terkendali, variabel input tidak terkendali,

variabel output dikehendaki, variabel output tidak dikehendaki dan variabel

kontrol sistem. Peubah atau informasi dari hasil analisa kebutuhan PPK, faktor-

faktor penggerak kunci keberlanjutan penutupan tambang, faktor –faktor kunci

penentu keberhasilan penutupan tambang dari negara patok duga, dan prioritas

arahan kebijakan dan strategi penutupan tambang berkelanjutan juga akan

menjadi input atau output pada penyusunan sistem dinamik.

3.4. Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden 3.4.1. Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden

untuk tujuan (1)

Ada dua teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mencapai tujuan

ini, yaitu: (a) studi pustaka yang relevan dan pengamatan di lapangan tentang

faktor-faktor resiko penutupan tambang mengacu pada hasil penelitian Laurence

(2001, 2006), dan (b) FGD (focus group discussion) dan wawancara dengan

perwakilan PPK yang dipilih secara ketat berdasarkan kekuatan pengaruh dan

peranan pada SaPeT PTFI.

Pengambilan responden didasarkan kombinasi pertimbangan didasarkan

pada peranan PPK tentang ‘siapa mengerjakan apa ketika penutupan tambang’

(World Bank dan IFC, 2002). Dengan demikian responden diambil perwakilan

dari kelompok PPK dari penutupan tambang PTFI, yaitu perwakilan dari:

pemerintah (daerah dan pusat), manajemen perusahaan, karyawan perusahaan,

masyarakat, LSM setempat. Responden terpilih secara ketat untuk FGD dan

wawancara perorangan sebanyak 20 orang, dengan Komposisi PPK perwakilan

dari pemerintah daerah dan pusat sebesar 26,3 %, masyarakat 47,4 %, dan

perwakilan manajemen serta karyawan PTFI sebesar 26,3 %.

Pada Lampiran 1 merupakan gambar-gambar saat melakukan FGD

dengan masyarakat dan LSM setempat serta beberapa wawancara perorangan

dengan pejabat Pemda Mimika. Wawancara dengan perwakilan dari pemerintah

pusat dilakukan di Jakarta dengan pejabat dari Departemen Energi dan Sumber

Daya Mineral (ESDM). Informasi atau jawaban dari wawancara dengan PPK

bersama dengan hasil studi pustaka menjadi masukan untuk proses analisis

selanjutnya.

Page 102: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

76

3.4.2. Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden untuk tujuan (2) Teknik wawancara mendalam dengan pakar yang terseleksi ketat telah

dilakukan dalam mendapatkan informasi tentang faktor-faktor penggerak kunci

menuju penutupan tambang berkelanjutan yang dikembangkan dari elemen-

elemen dan sub elemen atau indikator-indikator keberlanjutan. Penentuan pakar

dilakukan berdasarkan identifikasi kepakaran dan pengetahuan tentang faktor-

faktor yang yang berpengaruh untuk mencapai penutupan tambang

berkelanjutan.

Pakar yang diundang adalah dari kalangan pemerintah, perguruan tinggi,

industri tambang, dan lembaga swasta yang relevan. Ada enam responden

pakar yang terlibat, yaitu satu pakar dari LPEM-FEUI, satu pakar dari

Departemen ESDM, dua pakar dari kalangan industri tambang, satu pakar

praktisi pertambangan dan satu pakar pengembangan masyarakat dan

penguatan kelembagaan di Indonesia.

3.4.3. Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden untuk tujuan (3) Teknik wawancara mendalam dengan pakar yang terseleksi ketat telah

dilakukan dalam mendapatkan informasi tentang kriteria-kriteria atau faktor-faktor

kunci penentu keberhasilan penutupan tambang yang dikembangkan di dua

negara target patok duga, Australia dan Kanada. Pembobotan atas kriteria atau

faktor itu juga didasarkan pada penilaian pakar. Penentuan pakar dilakukan

berdasarkan identifikasi kepakaran dan pengetahuan tentang praktek terbaik

penutupan tambang yang dikembangkan oleh negara target patok duga dan juga

bagaimana praktek-praktek penutupan tambang di Indonesia.

Pakar yang diundang adalah dari kalangan industri tambang

internasional, perguruan tinggi, dan perusahaan tambang di Indonesia, yang

semuanya berjumlah empat responden pakar adalah: satu pakar dari

perusahaan tambang tingkat dunia di Australia, satu pakar dari University of

British Columbia di Kanada, satu pakar dari PTFI, dan satu pakar dari konsultan

lingkungan pertambangan di Indonesia.

Page 103: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

77

3.4.4. Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden untuk tujuan (4) Teknik wawancara mendalam dengan pakar yang terseleksi ketat telah

dilakukan dalam mendapatkan informasi tentang penentuan penutupan tambang

berkelanjutan. Penentuan pakar dilakukan berdasarkan identifikasi kepakaran

dan pengetahuan tentang penyusunan arahan kebijakan dan strategi menuju

penutupan tambang berkelanjutan di Indonesia.

Pakar yang diundang adalah dari kalangan pemerintah, industri tambang,

perguruan tinggi, yang semuanya berjumlah enam responden pakar.

Wawancara dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah tiga orang pakar

memberikan pendapat mereka terhadap struktur hirarki yang telah diusulkan

sebelumnya, ketiga pakar itu, yakni: satu pakar senior sosial, lingkungan, dan

pembangunan berkelanjutan di Indonesia, satu orang pakar dari PERHAPI

(Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) dan Fakultas Pertambangan ITB

(Institut Teknologi Bandung), dan satu orang konsultan lingkungan

pertambangan dari industri tambang. Tahap kedua adalah ada tiga orang pakar

yang dimintai pendapatnya dalam memberikan nilai pada variabel atau faktor-

faktor dari tujuan utama, aktor, aspek-aspek, kriteri/faktor pengaruh, tujuan-

tujuan, dan alternatif dalam menentukan penutupan tambang berkelanjutan. Tiga

pakar terpilih itu adalah: satu pakar dari Pusat Studi Reklamasi Tambang - IPB

(Institut Pertanian Bogor), satu pakar dari Departemen ESDM, dan satu pakar

dari PTFI.

3.4.5. Teknik pengumpulan data dan kerangka penetapan responden untuk tujuan (5) Teknik pengumpulan data, informasi, dan dokumen yang relevan

dilakukan melalui survei literatur dan kepustakaan dari berbagai sumber terkait

penutupan tambang berkelanjutan. Juga data dipakai dari hasil wawancara

dengan PPK untuk analisa kebutuhan. Demikian juga wawancara pakar terkait

analisis-analisis lain yang dilakukan dalam penelitian ini. Informasi dari hasil

analisis ISM, AHP dan analisis patok duga akan menjadi masukan penting saat

penyusunan skenario-skenario keberlanjutan kondisi saat ini, menjelang, dan

pada SaPeT. Informasi-informasi yang relevan dan penting didapatkan secara

lengkap dari Pemda Kabupaten Mimika, dari PTFI dan dari LSM setempat.

Page 104: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

78

Begitu juga informasi-informasi terkait dengan kerangka penutupan

tambang berkelanjutan yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga yang terkait

langsung maupun tidak langsung dengan pembangunan pertambangan

internasional, didapatkan dengan mengunjungi website mereka, seperti dari

MMSD (Mining Mineral and Sustainable Development), ICMM (International

Council on Mining and Metal), UNEP (United Nation Environment Programme),

MCA (Mineral Council of Australia), ANMEC (Australia and New Zealand Mineral

and Energy Council), GRI (Global Reporting Initiative) terkait dengan

Sustainability Reporting guidelines, QMC (Queensland Mining Council), MAC

(Mining Association of Canada), dan lainnya. Di Indonesia mendapatkan

masukan informasi dari Departemen ESDM. Selain itu, dikunjungi juga website

dari JATAM (Jaringan Advokasi Tambang) dan WALHI (Wahana Lingkungan

Hidup).

3.5. Teknik analisis data 3.5.1. Teknik analisis data untuk tujuan (1)

Ada tiga teknik analisis data yang dilakukan untuk mencapai tujuan

tersedianya indikator-indikator keberlanjutan pada SaPeT, yaitu:

(a) Analisis Faktor Resiko Penutupan (CRF).

Laurence (2001, 2006) berdasarkan hasil penelitiannya pada lima

tambang di Daerah Australia Utara, berhasil mengelompokkan resiko penutupan

tambang berdasarkan hubungan antara faktor resiko penutupan dengan

kerumitan dari penutupan disesuaikan juga dengan skala dan kondisinya masing-

masing daerah pertambangan. Model resiko penutupan tambang yang

dikembangkan itu adalah:

CRF = S (RE + RSH + RC + RLU + RLF +RT).

CRF merupakan ukuran sederhana secara kualitatif dan kuantitatif dari

berbagai komponen resiko nyata dari penutupan tambang yang dapat ditangkap

atau diidentisikasikan. Komponen tersebut adalah:

RE : Resiko lingkungan hidup (environmental risks), RSH: Resiko keamanan dan kesehatan (safety and health risks), RC: Resiko bagi masyarakat dan sosial (community and social risks), RLU: Resiko penggunaan lahan akhir(final land use risks), RLF: Resiko aspek hukum dan keuangan (legal and financial risks), RT: Resiko secara teknik (technical risks),

Page 105: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

79

Tiap komponesi dan sub kompenen pada model ini dihitung berdasarkan

tingkat probabilitas dan konsekuensi dari setiap resiko dari sub komponen atau

faktor-faktor yang teridentifikasi pada saat penutupan tambang (SaPeT).

Pemberian bobot penilaian pada probabilitas diberikan skor antara 1 sampai 10.

Skor 1, berarti merupakan faktor yang dinilai jarang terjadi pada SaPeT

sedangkan skor 10 berarti faktor yang dinilai pasti terjadi pada SaPeT. Penilaian

pada konsekuensi diberikan skor antara 1 sampai 10. Skor 1 berarti faktor yang

dinilai memberikan pengaruh yang tidak nyata pada SaPeT sedangkan skor 10

berarti faktor yang dinilai bisa menimbulkan malapetaka (catastrophic).

(b) Analisis kebutuhan PPK berdasarkan faktor penting dan strategis.

Sebelum melakukan analisis kebutuhan PPK, langkah pertama adalah

melakukan pemetaan PPK. Selanjutnya melakukan analisis peranan dan

kekuatan PPK seperti pada Tabel 8 yang matrik analisis PPK yang

dikembangkan oleh ICMM (2005).

Tabel 8. Identifikasi PPK, peranan dan kekuatan pengaruh dalam

menuju SaPeT PTFI.

Aktor-Aktor PPK Peranan Kekuatan Pengaruh Pemerintah Pusat ESDM, KLH, Bapenas, dan DPRRI

- Menyediakan kerangka hukum dan regulasi untuk penutupan tambang

- Pemantauan dan pengawasan - Dan lain-lain

- Persetujuan dokumen Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan Tambang (RR & RPT)

Pemerintah Provisi Papua dan Pemda Mimika

- Membangun mitra untuk membuat perencanaan pembangunan regional atau kawasan setempat.

- Pemantauan dan pengawasan

- Persetujuan dokumen RR & RPT Membentuk dan menyetujui komite penutupan tambang (KPT)

Dan lainnya - Dan lain-lain - Dan lain-lain

(c) Analisis dengan menggunakan MPE

Untuk mendapatkan indikator-indikator keberlanjutan menuju penutupan

tambang yang berkelanjutan dengan menggunakan teknik analisis MPE

berdasarkan data masukan dari hasil analisis resiko penutupan tambang (CRF)

dan hasil analisa kebutuhan menurut PPK. Teknik MPE ini digunakan sebagai

pembantu keputusan bagi individu pengambilan keputusan untuk merancang

bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses.

Keuntungan metode ini mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis

sebab menghasilkan nilai urutan prioritas alternatif keputusan yang lebih nyata

Page 106: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

80

(Marimin, 2005). Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam MPE

adalah:

Keterangan:

TNi = Total nilai alternatif ke -i RK ij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i TKK j = derajat kepentingan kritera keputusan ke-j; TKKj > 0; bulat n = jumlah pilihan keputusan m = jumlah kriteria keputusan

Kriteria pemilihan yang digunakan dalam menentukan indikator-indikator

keberlanjutan menuju penutupan tambang berkelanjutan adalah: tingkat efektifitas, tingkat keseriusan pengaruh dan tingkat pengaruh pada

keberlanjutan. Kriteria pemilihan ‘tingkat efektifitas’ adalah untuk menentukan

apakah resiko-resiko yang muncul SaPeT nanti akan efektif untuk berpengaruh

atau menentukan tingkat keberlanjutan. Kandungan komponen untuk

menentukan ‘tingkat keseriusan pengaruh’ didasarkan pada Faktor Penentu

Dampak Penting yang mengacu pada pasal 16 UU No. 4 Tahun 1982 dan Pasal

3(2) PP No. 29 Tahun 1986, yang terdiri dari : a. Jumlah manusia yang terkena

dampak; b. Luas wilayah persebaran dampak; c. Lamanya dampak berlangsung;

d. Intensitas dampak; e. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan

terkena dampak; f. Sifat akumulatif dampak; dan g. Berbalik (reversible) atau

tidak berbaliknya (irreversible) pengaruh dampak tersebut. Kriteria pemilihan

‘tingkat pengaruh pada keberlanjutan’ adalah untuk menentukan apakah resiko-

resiko yang muncul SaPeT akan berpengaruh mendorong atau tidak mendorong

pencapaian keberlanjutan.

Untuk menentukan pengaruh masing-masing atribut berdasarkan kriteria

yang ada maka digunakan nilai satu (1) yang menunjukkan pengaruh rendah

pada kriteria yang ada. Nilai dua (3) menunjukkan pengaruh sedang dan nilai 5

(lima) menunjukkan pengaruh tinggi dari atribut tersebut pada kriteria. Nilai angka

dua (2) dan empat (4) dapat dipergunakan bila nilai dari atribut itu pengaruhnya

kepada kriteria terletak masing-masing diantara nilai satu (1) ke tiga (3) dan nilai

tiga (3) ke lima (5).

m Total nilai (TNi) = (RK ij)

TKK j

Page 107: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

81

3.5.2. Teknik analisis data untuk tujuan (2)

Teknik analisis yang digunakan dalam mencapai tujuan ini adalah ISM

(Interpretative Structural Modelling). Teknik ISM memberikan basis analisis

dimana informasi yang dihasilkan sangat berguna dalam formulasi kebijakan dan

perencanaan strategis (Marimin, 2005). Dengan demikian membangun disain

sistem penutupan tambang mineral yang berkelanjutan merupakan sebuah

program di dalam kajian teknik ISM ini.

Menurut rujukan Saxena 1994 dalam Marimin (2005), ANZMEC dan

MCA (2000), MCA (2005), AGDITR (2006), World Bank dan IFC (2002),

Azapagic (2004), Kempton (2003), Roseland (2005), dan ICMM (2008) serta

berdasarkan hasil kajian pendapat pakar yang juga merupakan kegiatan dalam

penelitian ini, disusunlah program untuk menuju penutupan tambang mineral

berkelanjutan yang terbagi atas lima elemen, yakni:

(1) Sektor masyarakat yang terpengaruh

(2) Kebutuhan dari program

(3) Kendala utama

(4) Tujuan dari program

(5) Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan

Tiap-tiap elemen itu kemudian diuraikan menjadi sub elemen-sub elemen

yang merupakan faktor-faktor dari elemen yang dikaji. Sub elemen ini didalam

penelitian ini, dipilih dari indikator-indikator keberlanjutan yang mempunyai skor

tinggi dari hasil teknik MPE sebelumnya. Misalnya untuk elemen sektor

masyarakat yang terpengaruh, sub elemen-sub elemen yang akan dikaji adalah

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sub elemen sektor masyarakat yang terpengaruh

No Sub Elemen Atribut

1 Penutupan pemasok barang dan jasa

Pemasok barang dan jasa setempat kehilangan tujuan pasarnya

2 Pelayanan pendidikan dan kesehatan dari PTFI

Pelayanan untuk kegiatan pendidikan dan kesehatan yang biasa diberikan PTFI dapat terhenti, seperti RSMM, RS Waa Banti, Asrama-asrama pelajar, dll

3 Kegiatan perlindungan dan pelestarian lingkungan di daerah operasi PTFI

Perlindungan dan pelestarian lingkungan di dalam dan di luar daerah operasi PTFI dapat terhenti

4 Kehilangan pendapatan masyarakat

Pendapatan masyarakat akan berkurang, karena para karyawan dan keluarganya meninggalkan Mimika

Page 108: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

82

Tabel 9 (Lanjutan)

5 Dana pengembangan masyarakat terhenti

Dana pengembangan masyarakat akan terhenti, termasuk dukungan dana dan bantuan teknis kepada LSM-LSM lokal

6 Permintaan tenaga kerja setempat menurun

Permintaan tenaga kerja setempat akan terhenti

7 Kehilangan nilai rumah dan lahan

Nilai rumah dan lahan akan menurun pada SaPeT

8 Keadaan lingkungan meningkat membaik pada daerah yang terganggu

Keadaan daerah yang terganggu membaik sebab terhentinya sumber pencemaran lingkungan dari limbah dari operasi PTFI.

9 Berkurangnya untuk pemeliharaan transportasi dan infrastuktur umum

Transportasi dan infrastruktur umum yang saat ini dibantu PTFI akan terpengaruh

10 Hilangnya sumber pendapatan daerah ( PDRB terganggu)

Kontribusi PTFI pada PDRB Mimika akan terhenti

11 Kehilangan hak untuk mengorganisasikan

Lembaga-lembaga yang didirikan bersama antara pemerintah, PTFI dan masyarakat atau lembaga milik masyarakat dapat menurun kegiatannya bahkan kemungkinan bisa terhenti

12 Kesehatan dan keamanan masyarakat

Kemungkinan timbulnya sisa-sisa pencemaran karena tidak ditangani dengan tepat yang berpengaruh pada kesehatan dan keamanan masyarakat

13 Akses masyarakat kepada SDA pulih

Membaiknya daerah yang terganggu, masyarakat dapat kembali mempunyai akses ke SDA semula

14 Kemungkinan terjadinya konflik

Konflik bisa terjadi karena masyarakat kehilangan pekerjaan, rasa pengangguran, perebutan hak.

Sumber: Hasil Analisis (2009)

Sub elemen ini kemudian dibuat Structural Self Interaction Matrix (SSIM)

untuk elemen sektor masyarakat yang terpengaruh. Matrik inilah yang kemudian

dimintai pendapat pakar terpilih dalam menentukan hubungan setiap sub elemen

atau faktor, seperti pada Tabel 10. Hasil penilaian pakar pada SSIM diolah pada

perangkat lunak ISM yang diproduksi oleh Wijaya (2004).

Tabel 10. Matriks Interaksi Tunggal Terstruktur (Structural Self Interaction

Matrix/SSIM) faktor-faktor penggerak kunci desain sistem penutupan tambang yang berkelanjutan untuk Elemen Sektor Masyarakat yang Terpengaruh.

Elemen ke- i yang merupakan faktor penggerak keberlanjutan penutupan tambang berkelanjutan*

Elemen ke- j yang merupakan faktor penggerak keberlanjutan penutupan tambang berkelanjutan* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 2 3 4

Page 109: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

83

Tabel 10 (Lanjutan) Elemen ke- i yang merupakan faktor penggerak keberlanjutan penutupan tambang berkelanjutan*

Elemen ke- j yang merupakan faktor penggerak keberlanjutan penutupan tambang berkelanjutan* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

* Keterangan 1 Penutupan pemasok barang dan jasa 8 Keadaan lingkungan meningkat membaik pada

daerah yang terganggu 2 Pelayanan pendidikan dan kesehatan dari

PTFI 9 Berkurangnya untuk pemeliharaan transportasi

dan infrastuktur umum 3 Kegiatan perlindungan dan pelestarian

lingkungan di daerah operasi PTFI atau 10 Hilangnya sumber pendapatan daerah ( PDRB

terganggu) 4 Kehilangan pendapatan masyarakat 11 Kehilangan hak untuk mengorganisasikan 5 Dana pengembangan masyarakat terhenti 12 Kesehatan dan keamanan masyarakat 6 Permintaan tenaga kerja setempat

menurun 13 Akses masyarakat kepada SDA pulih

7 Kehilangan nilai rumah dan lahan 14 Kemungkinan terjadinya konflik

3.5.3. Teknik analisis data untuk tujuan (3)

Teknik analisis data yang digunakan dalam mencapai tujuan ini ada tiga

alat analisis yaitu:

(a) AHP, teknik analisis ini digunakan untuk menentukan kelayakan sebuah

negara yang akan dijadikan negara target patok bagi Indonesia berdasarkan

kriteria yang ada dalam menuju keunggulan sebuah negara dalam penutupan

tambang bekelanjutan. Karena variable yang dianalisis < 20 variabel maka

perangkat lunak yang digunakan adalah Criterium Decision Plus version

Student. Struktur hirarki yang dilakukan penilaian oleh pakar adalah seperti

yang ditampilkan pada Gambar 8 sebelumnya. Secara teknis pekerjaan

analisis AHP ini sama dengan yang dijelaskan pada bagian sebelumnya

dalam Bab Metodologi .

(b) MPE, teknik analisis ini digunakan untuk memberikan peringkat pada negara

target patok duga, Australia dan Kanada dan juga Indonesia berdasarkan

Page 110: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

84

kriteria-kriteria atau faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan

tambang yang merupakan praktek-pratek terbaik yang dikembangkan negara

target patok duga.

(c) Analisis kesenjangan, teknik analisis ini digunakan untuk menilai nilai

kesenjangan antara nilai kriteria-kriteria atau faktor-faktor kunci keberhasilan

penutupan dari tiap negara target patok duga dibandingkan dengan nilai

kriteria-kriteria atau faktor-faktor penentu kunci keberhasilan penutupan dari

Indonesia. Nilai hasil teknik MPE untuk setiap kriteria atau faktor yang

digunakan dalam analisis ini. Kriteria-kriteria atau faktor-faktor yang

mempunyai nilai kesenjangan yang tinggi hasil perbandingan nilai kreteria

Indonesia dengan negara target patok duga itulah yang menjadi faktor kunci

penentu keberhasilan penutupan tambang yang perlu dikembangkan di

Indonesia.

3.5.4. Teknik analisis data untuk tujuan (4) Teknik analisis data yang digunakan dalam mencapai tujuan ini adalah

AHP dengan menghitung bobot faktor dan melakukan pemeringkatan terhadap

bobot faktor penentu pilihan untuk menuju pentupan tambang berkelanjutan.

Struktur hirarki yang dimasukan kedalam perangkat lunak adalah seperti yang

pada Gambar 9 yang ditampilkan dan dibahas sebelumnya. Perbandingan

secara berpasangan dilakukan secara verbal atau numerik (Marimin, 2004)

sesuai dengan tingkat kepentingan (importance), preferenci, atau kemungkinan

(likelihood) antara, aktor, aspek, kriteria, tujuan, dan alternatif yang ada. Karena

variabel yang dianalisis dalam penelitian ini lebih dari 20 variabel, perangkat

lunak yang digunakan adalah Expert Choice 2000. Menurut Saaty (1983) dalam

Marimin (2004) mengatakan bahwa untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9

adalah terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Skala perbandingan Saaty

dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai perbandingan A dan B dalam tabel tersebut

adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A.

Tahap akhir dalam analisis AHP adalah penentuan prioritas yang

dilakukan dengan menggunakan teknik perbandingan berpasangan (pairwise

comparisons) untuk setiap kriteria dan alternatif. Nilai-nilai perbandingan relatif

tersebut diolah dengan menggunakan manipulasi matriks atau melalui

penyelesaian persamaan matematik untuk menentukan tingkat relatif dari seluruh

alternatif yang ada. Untuk mengetahui apakah dalam penentuan prioritas itu

Page 111: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

85

pakar yang memberikan penilaian konsisten atau tidak digunakan cara

perhitungan CR (Consistency Ratio), Bila nilai CR kurang dari 10 %, berarti

penilaian pakar itu konsisten dan sebaliknya.

Tabel 11. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty pada AHP (Marimin, 2004)

Nilai Keterangan

1 Kriteria/Alternatif A sama penting dengan Kriteria/Alternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

Apabila, pakar dalam memberikan penilaian tidak konsisten dimana nilai

CR > 0,1 maka dilakukan penyesuaian sehingga nilai CR<0,1. Penyesuaian nilai

CR langsung dilakukan saat memasukkan data penilaian untuk setiap pakar.

Dalam melakukan penyesuaian nilai matrik dicari nilai yang dapat memperoleh

nilai CR 0.09. Penyesuaian nilai matrik ini kemudian dilakukan konfirmasi

kembali ke pakar yang bersangkutan. Setelah data nilai matrik dari masing-

masing pakar telah dimasukkan, hasil akhir yang dipakai adalah tampilan

diagram dan nilai prioritas pada bagian partisipan Combined.

3.5.5. Teknik analisis data untuk tujuan (5) Teknik analisis data yang digunakan dalam mencapai tujuan ini adalah

pendekatan sistem atau analisis sistem dinamik, untuk merumuskan kondisi

keberlanjutan saat ini, saat menjelang dan pada SaPeT PTFI dengan

menggunakan perangkat lunak Powersim Constructor versi 2.5. Disamping itu

analisis atau sintesis dari sistem dinamik bersama-sama dengan masukan dari

hasil analisis: ISM, AHP dan analisis patok duga digunakan untuk menyusun

skenario-skenario keberlanjutan penutupan tambang. Tahapan dalam

melakukan analisis sistem dinamik adalah: analisis kebutuhan dari PPK,

formulasi masalah, identisikasi sistem, simulasi sistem, dan validasi. Analisis

kebutuhan yang dilakukan pada bagian sebelumnya juga menjadi masukan bagi

analisis ini.

Page 112: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

BAB IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kebijakan Penutupan Tambang 4.1.1. Perkembangan Kebijakan Pertambangan dan Penutupan Tambang Di

Indonesia Perkembangan kebijakan atau regulasi di sektor pertambangan di Indonesia

sangat lambat, termasuk juga regulasi terkait dengan penutupan tambang.

Peraturan perundang-undangan utama di bidang pertambangan adalah UU No

11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan yang

diundangkan di Jakarta pada tanggal 2 Desember 1967 yang ditandatangani

oleh Presiden Soeharto, Jendral TNI dan Sekretaris Kabinet Ampera

Sudharmono S.H., Brig.Jen. TNI. Setelah 42 tahun kemudian, UU ini diperbarui

dengan dikeluarkannya UU No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara yang disahkan pada tanggal 12 Januari 2009. Sementara itu,

Indonesia baru mempunyai peraturan perundang-undangan yang secara khusus

mengatur penutupan tambang pada tahun 2008 atau setelah 63 tahun merdeka,

yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral

No 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Melihat

perkembangan ini, sungguh sangat ironis, Indonesia yang kaya sumberdaya

mineral dan batubara tidak mampu mengelola SDA ini untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat sesuai amanah UUD 1945. Kekosongan kebijakan dan

regulasi tentang penutupan tambang inilah yang menjadi salah satu penyebab

juga menurunnya investasi pertambangan di Indonesia.

Walaupun demikian, berikut ini secara sistematik adalah regulasi-regulasi

yang dibuat oleh pemerintah terkait dengan pertambangan dan pengelolaan

lingkungan di daerah pertambangan:

a. UUD 45 yang telah diamandemen pada perubahan Pertama, Kedua,

Ketiga dan Keempat, pada pasal 33 ayat 3 dinyatakan bahwa “bumi dan

air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Mengacu

kepada pasal itu, jelas bahwa kegiatan penutupan tambang yang juga

merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan pertambangan seharusnya

diorientasikan menuju sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Page 113: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

87

b. UU No 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pertambangan. Pada pasal 30, menyebutkan bahwa “Apabila selesai

melakukan penambangan bahan galian pada suatu tempat pekerjaan,

pemegang Kuasa Pertambangan (KP) diwajibkan mengembalikan tanah

sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat

sekitarnya”. UU ini telah diperbaharui dengan UU No 4 tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Terkait dengan PB, di

dalam UU ini dikatakan bahwa berazaskan “berkelanjutan dan berwawasan lingkungan” (BAB II, Pasal 2, Butir d) yang diartikan

sebagai “asas yang secara terencana mengintegrasikan dimensi ekonomi

,lingkungan, dan sosial budaya dalam keseluruhan usaha pertambangan

mineral dan batubara untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan

masa mendatang”. Namun kegiatan penutupan tambang sama sekali

tidak diatur secara jelas dan berkelanjutan. Pada pasal 99 – 101, hanya

dikatakan bahwa para pemegang izin pertambangan perlu melakukan

reklamasi dan pasca tambang dengan menyediakan dana jaminan

reklamasi dan penutupan tambang. Dengan demikian, penelitian ini

dihasilkan formulasi bagaimana mengintegrasikan ketiga dimensi tersebut

untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat saat ini dan pada SaPeT

serta setelahnya.

c. UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pada pasal 3 butir a, b,

dan c disebutkan bahwa ”Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan

untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,

produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan

ketahanan nasional dengan: terwujudnya keharmonisan antara

lingkungan alam dan lingkungan buatan; terwujudnya keterpaduan dalam

keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan

dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan terwujudnya

perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap

lingkungan akibat pemanfaatan ruang”. Dengan demikian kegiatan

penutupan tambang juga perlu dirancang juga untuk mencapai tujuan

Penataan Ruang, khususnya mewujudkan ruang wilayah nasional yang

berkelanjutan, perlindungan fungsi ruang, dan pencegahan dampak

negatif terhadap lingkungan.

Page 114: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

88

d. UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pada

pasal 4 butir a, b, c, d, dan e. Pada butir c disebutkan bahwa “ sasaran

pengelolaan lingkungan hidup adalah terjaminnya kepentingan generasi

masa kini dan generasi masa depan”. Dengan demikian sebuah

penutupan tambang juga harus bertujuan sebagaimana disebutkan pada

butir c itu.

e. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pada BAB VII

tentang Perencanaan Pembangunan Daerah, di pasal 150 ayat 1 dan 2

disebutkan bahwa “dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah

disusn perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam

sistem perencanaan pembangunan nasional”; “ perencanaan

pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh

pemerintah propinsi, kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya

yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Terkait dengan regulasi ini, pemerintah Propinsi Papua dan Kabupaten

Mimika memegang peranan penting dalam perencanaan penutupan

tambang PTFI kelak. Peranan dan kewenangan Pemerintah, pemerintah

provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota secara jelas diatur juga dalam

UU No. 4 tahun 2009.

f. UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah. Pada pasal 14 butir c disebutkan bahwa “penerimaan

Pertambangan Umum yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang

bersangkutan, dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk

Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk Daerah”.

g. KepMen PE No 1211.k/008/M.PE/1995, tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha

Pertambangan Umum. Pada BAB IV tentang Pasca Tambang. Pada

pasal Pasal 26 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa “ pengusaha

pertambangan wajib menyampaikan laporan tertulis kepada Dirjen

mengenai rencana penutupan tambang selambatnya 1 tahun sebelum

operasi berakhir; “kewajiban pada ayat 1 berlaku juga bagi rencana

pengembalian seluruh/ sebagian wilayah usaha pertambangan tahap

eksploitasi/operasi produksi”. Pada pasal 27 disebutkan bahwa “ dalam

laporan rencana penutupan tambang tersebut pada pasal 26 ayat 1, juga

memuat tentang adanya dampak lingkungan yang perlu dikelola pada

Page 115: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

89

pasca tambang dan pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan yang

dimaksud. Sedangkan pada pasal 28 menyebutkan bahwa “batas waktu

tanggung jawab pengusaha pertambangan dalam pengelolaan dan

pemantauan lingkungan pada pasca tambang ditetapkan oleh Dirjen”.

Dalam KepMen ini sangatlah jelas bahwa penutupan tambang hanya

diartikan dan dilaksanakan secara sempit, hanya bagaimana mengelola

dampak lingkungan pada saat pasca tambang. Keberlanjutan sosial dan

ekonomi secara lebih rinci tidak “diharuskan” untuk dimasukkan dalam

sebuah RPT. Walaupun pada akhirnya pemerintah melalui Peraturan

Mentri ESDM mengeluarkan Peraturan Mentri Nomor 18 tahun 2008

tentang Reklamasi dan Penutupan tambang. Namun belum dapat

dijadikan acuan yang jelas dan terukur dalam melakukan penutupan

tambang yang berkelanjutan.

h. PP No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Dampak Lingkungan. Pada pasal

1 dan 2 disebutkan bahwa usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan

dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan

hidup seperti pengubahan bentuk lahan dan bentang alam wajib memiliki

AMDAL. Sehingga rencana penutupan tambang juga telah dimasukkan

dalam pembuatan AMDAL sebelum kegiatan/usaha itu dimulai.

i. PP No 75 tahun 2001 tentang Perubahan Kedua atas PP No 32 tahun 69.

Pasal 46 ayat 4 disebutkan bahwa “ sebelum meninggalkan bekas

wilayah KP-nya, baik karena pembatalan maupun karena hal yang lain,

pemegang KP harus terlebih dahulu melakukan usaha-usaha

pengamanan terhadap benda-benda maupun bangunan-bangunan dan

keadaan tanah di sekitarnya yang dapat membahayakan keamanan

umum”.

j. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 18 tahun 2006

tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Pasal-pasal yang

mengatur penutupan tambang telah secara detil mengatur tata cara

penutupan, jaminan biaya penutupan, pelaporan dan lainnya. Namun

tidak ada pasal yang memberikan standar dan kriteria tentang tata cara

untuk menciptakan keberlanjutan manfaat sosial dan ekonomi pada saat

penutupan dan pasca tambang. Selain itu, sebelum peraturan ini

diberlakukan penutupan tambang di Indonesia hanya dilakukan

berdasarkan kesepakatan PPK dalam menetapkan standar-standar,

Page 116: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

90

indikator kinerja dan kriteria-kriteria dan diidentifikasikan bahwa

pemerintah lemah dalam memberikan instruksi dan pedoman-pedoman

mengenai penutupan tambang dan butir-butir kriteria akhir yang menjadi

tanggung jawab perusahaan. Seperti yang terjadi pada penutupan

tambang Mt. Muro tahun 2002, Gosowong dan Kelian tahun 2004

(Cesare dan Maxwell, 2003). Juga saat penutupan tambang Kelian

Equatorial Mining (KEM) yang selesai tahun 2004 dilaksanakan hanya

berdasarkan standar-standar, indikator kinerja, dan kriteria-kriteria yang

dihasilkan dari kesepakatan semua PPK disana melalui pembentukan

Komite Pengarah Penutupan Tambang (Kunanayagam, 2006)

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat secara nyata bahwa telah terjadi

kekosongan kebijakan penutupan tambang di Indonesia dalam waktu yang

sangat panjang. Apabila semua regulasi pertambangan terkait dengan

penutupan tambang seperti seperti yang diatur pada: (a) UU No. 11 tahun 1967

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan pada pasal 30 yang telah

diperbarui dengan UU No 4 Tahun 2009, (b) Kep Men No.

1211.k/008/M.PE/1995 tentang Penanggulangan Pencemaran Lingkungan pada

Kegiatan Usaha Pertambangan Umum pada Bab IV- Pasca Tambang, (c) PP 75

tahun 2001 tentang Perubahan Kedua Atas PP 32 tahun 1969, dan (d) Peraturan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 18 tahun 2008 tentang Reklamasi

dan Penutupan Tambang di tentang Pelaksanaan UU No. 11 tahun 1967 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dijadikan dasar kebijakan dalam

melakukan kegiatan penutupan tambang belumlah memadai untuk mewujudkan

penutupan tambang berkelanjutan. Karena keberlanjutan manfaat-manfaat

sosial-ekonomi dan perlindungan lingkungan belum diatur secara jelas dan rinci.

Regulasi tersebut hanyalah mengatur bagaimana melaksanakan penutupan

tambang secara fisik saja.

Dengan demikian dampaknya keberlanjutan yang diharapkan sesuai azas

UU No 4 Tahun 2009 tidak akan dapat diwujudkan. Absennya hukum tentang

penutupan tambang, berarti absennya tangggung jawab, kriteria dan standar

untuk kegiatan rehabilitasi yang mesti dilaksanakan dan dikelola oleh

perusahaan, pemerintah, dan masyarakat (Hoskin, 2002). Terkait dengan

pembuatan kerangka hukum pada sektor pertambangan, Batista (2000)

mengatakan bahwa pertambangan dalam kontek pembangunan berkelanjutan

Page 117: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

91

(PB) harus memadukan kriteria keberlanjutan kedalam seluruh fase dari proyek

pertambangan mulai dari eksplorasi sampai pada pengembangan,

pengoperasian, dan ekstraksi, penutupan dan setelah tambang berakhir.

Pedoman-pedoman Berlin (the Berlin Guidelines, 1999), menyatakan bahwa jika

PB adalah didefinisikan sebagai keterpaduan dari pertimbangan-pertimbangan

sosial, ekonomi dan lingkungan hidup, kemudian sebuah projek pertambangan

yang dibangun atau dikembangkan, dioperasikan dan ditutup dalam kerangka

yang dapat diterima dari sisi lingkungan hidup dan sosial maka dapat dinilai

bahwa proyek itu telah berkontribusi kepada PB. Demikian pula yang

dikemukakan oleh Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI)

bahwa absennya kebijakan penutupan tambang yang berorientasi pada PB di

Indonesia dan belum selesainya RUU Mineral dan Batu Bara (MINERBA)

sebagai payung hukum kegiatan pertambangan di Indonesia menjadi penyebab

utama rendahnya tingkat eksplorasi pertambangan di Indonesia. Hal ini

dikemukkan sebelum disahkan UU No. 4 Tahun 2009 itu. Sementara itu, PWC

(2006) mengemukakan bahwa sampai Bulan Desember 2005, Indonesia tidak

ada kemajuan baru yang signifikan terkait dengan prioritas memperbaiki kondisi

investasi yang dicanangkan pemerintah tahun 2004, khususnya dalam hal

menjamin keadilan dalam investasi kepemilikan asing dan ketentuan-ketentuan

penutupan tambang.

Dengan demikian, masalah-masalah lemahnya kebijakan atau regulasi

itulah yang menjadi penyebab rendahnya investasi di sektor pertambangan

dibandingkan dengan potensi cadangan tambang yang potensial di Indonesia,

yang tertera pada Gambar 10. Bahkan belum memadainya kebijakan

penutupan tambang, telah menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah

sosial dan ekonomi bahkan politik pada saat penutupan tambang PTNMR di

Sulawesi Utara pada tahun 2004. Masyarakat disana melakukan protes karena

kesehatan mereka terganggu dan diisukan seperti penyakit Minamata. Bahkan

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH)memperkarakan PTNMR ke pengadilan,

walau akhirnya KLH kalah dalam sidang gugatannya. Walaupun akhirnya

Peraturan Menteri ESDM No 18 Tahun 2008 dan UU No 4 Tahun 2009 telah

disyahkan namun belum dapat digunakan dalam menuju penutupan tambang

yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan analisis patok duga

(benchmarking) dengan menggunakan negara target patok duga Australia dan

Page 118: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

92

Kanada untuk mengidentifikasikan atau menentukan faktor-faktor kunci penentu

keberhasilan penutupan tambang di kedua negara tersebut yang dikembangkan

dan merupakan praktek-praktek terbaik penutupan tambang yang perlu

diterapkan di Indonesia menuju keberlanjutan setelah tambang berakhir

dioperasikan.

Gambar 10. Perbandingan potensi kebijakan dan potensi mineral Indonesia di

antara negara-negara lain (Basri, 2007)

4.1.2. Kebijakan-Kebijakan Penutupan Tambang di Negara Lain

Desakan global agar kegiatan pertambangan menerapkan prinsip-prinsip

PB selama siklus hidup tambangnya makin gencar. Lembaga-lembaga

internasional yang secara langsung atau tidak langsung terkait dengan

pertambangan, lingkungan hidup, dan pembangunan seperti World Bank, UNEP,

IISD, ICMM, MAC, dan lainnya, juga berpegang pada prinsip-prinsip PB dan

mendesak perusahaan-perusahaan dunia untuk memasukkannya dalam

kebijakan operasional perusahaan. Sebagai contoh IFC (International Finance

Coorporation) dari World Bank Group, pada tanggal 30 April 2006 telah

mengesahkan sebuah dokumen yang disebut sebagai “Performance Standards

on Social and Environmental Sustainability” yang berisi delapan standar kinerja,

Page 119: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

93

antara lain: sistem pengelolaan dan penilaian sosial dan lingkungan hidup, dan

konservasi keragaman hayati dan pengelolaan sumber daya alam yang

berkelanjutan. Juga, GRI (2006) yang didukung oleh LSM besar dan

berpengaruh, seperti Sierra Club, Friends of the Earth, WWF (World Wildlife

Fund) dan perusahaan besar mengeluarkan ‘Sustainability Reporting Guidance’

yang memuat bagaimana perusahaan menghasilkan sebuah laporan yang

menggambarkan kesuksesan dalam mencapai keberlanjutan sosial, ekonomi

dan lingkungan hidup.

Pengaruhnya adalah pemerintah dari banyak negara penghasil tambang

dan perusahaan-perusahaan tambang besar dunia menanggapinya secara

positif dan mulai penerapan PB pada perumusan kebijakan pertambangan dan

kegiatan bisnis mereka. Pemerintahan seperti Australia, Kanada, Afrika Selatan,

Amerika Latin, Amerika Serikat dan sebagian negara-negara Eropa telah

mengembangkan PB pada sektor pertambangannya. Misalnya, Australia pada

tahun 1991 melalui Kelompok Kerja ‘Ecologically Sustainable Development’

merumuskan PB pada sektor pertambangannya seperti:

“... memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan bahan mentah mineral untuk masyarakat (society) terpenuhi, tanpa mengorbankan kemampuan dari masyarakat yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau dari lingkungan alam untuk berkelanjutan secara tidak terbatas pelayanan kualitas lingkungan hidup (seperti sistem iklim), keragaman biologi, dan integritas ekologis”

Begitu juga Placer Dome Inc., perusahaan tambang Kanada ini pada tahun 1998

telah mengadopsi kebijakan berkelanjutan pada kegiatan pertambangannya

(McAllister, 1999), dengan rumusan sebagai berikut:

“... keberlanjutan berarti eksploirasi, desain, kontruksi, operasi, dan penutupan tambang dalam rangka menghormati dan menyikapi kebutuhan-kebutuhan sosial, lingkungan hidup dan ekonomi dari generasi saat ini dan mengantisipasi kebutuhan dari generasi yang akan datang di masyarakat dan negara-negara dimana kami berkerja. Kami berkomitmen untuk mendemontrasikan bahwa melalui kebijakan ini kami dapat berkontribusi kepada perbaikan-perbaikan jangka panjang pada kualitas hidup dan bertindak sebagai pelayan untuk lingkungan”.

ESMAP, The World Bank, dan ICMM (2005) menyatakan bahwa

pelingkupan instrumen-instrumen kebijakan dan hukum dapat menjadi alat-alat

untuk meningkatkan kontribusi dari sektor pertambangan kepada PB.

Keberlanjutan dalam sektor mineral ini termasuk promosi kegiatan-kegiatan

industri pertambangan, penciptaan kondisi-kondisi yang kondusif untuk

Page 120: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

94

pertumbuhan industri pertambangan dan keberlanjutan secara jangka panjang,

konversi dari sumberdaya tidak terbarukan dan penghabisan-penghabisan modal

sumberdaya alam kedalam keberlanjutan modal manusia, sosial dan modal

keuangan. Penutupan tambang harus menjadi bagian yang terpadu dengan

siklus hidup penambangan secara keseluruhan dan penerapan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan (PB) pada sebuah kebijakan dan perangkat hukum

pertambangan telah dilakukan oleh negara-negara tambang di Afrika Selatan

(ICMM, 2006).

Dengan demikian jelas bahwa kebijakan dan hukum tentang penutupan

tambang yang tepat akan sangat berkontribusi bagi terlaksananya PB dari sektor

ini. Bila dikaitkan dari jumlah investasi (pengeluaran eksplorasi), Afrika pada

tahun 2004 jumlah pengeluaran eksplorasinya adalah 16,1 % dari total

pengeluaran eksplorasi dunia. Indonesia kurang dari 1,5 % dan selengkapnya

untuk negara-negara lain seperti tertera pada Gambar 3 di Bab Tinjauan

Pustaka. Beberapa negara yang telah menerapkan PB pada kebijakan dan

kerangka hukum pada sektor pertambangannya seperti tampak pada Gambar

11. Afrika Selatan adalah negara yang paling tinggi dalam menerapkan

kebijakan, kerangka hukum, dan regulasi lain yang relevan untuk mencapai PB

dibandingkan empat negara lainnya yang disurvei, yakni: Zimbabwe, Tanzania,

Namibia, dan Botswana.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh ketiga lembaga itu juga menyebutkan

bahwa kerangka kebijakan dan hukum supaya bekerja mendukung PB, perlu

juga dilengkapi oleh peraturan perundang-undangan yang lain yang terkait

dengan penyediaan-penyediaan: persyaratan dari penyediaan pelayanan-

pelayanan, keadilan lapangan pekerjaan, pelatihan dan pengembangan

keterampilan-keterampilan, dan terkait dengan beberapa instrumen yang tercipta

untuk mempromosikan pertumbuhan sosial dan ekonomi pada tingkat lokal dan

regional. Sebagai contoh, Afrika Selatan dalam peraturan pertambangannya

yang dibuat tahun 2002, yakni: ‘Mining and Petroleum Resources Development

Act” mengakui kebutuhan pemerintah:

“Untuk mempromosikan pembangunan daerah dan pedesaan dan peningkatan sosial dari masyarakat yang terkena dampak dari tambang” Tujuan utama adalah memastikan bahwa para pemegang hak pertambangan dan produksi berkontribusi pada pembangunan sosial-ekonomi di daerah dimana mereka beroperasi”

Page 121: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

95

Persentase Pencakupan

Kebijakan Pertambangan (%)

Hukum Pertambangan (%)

Regulasi Lain Terkait (%)

Gambar 11. Tingkat penerapan PB pada kerangka hukum dan kebijakansektor pertambangan di beberapa negara (ESMAP et al., 2005).

Tanpa sebuah kerangka hukum yang baik untuk penutupan tambang,

perusahaan tambang tidak mengetahui kewajiban-kewajiban dan kesanggupan

tanggung jawab mereka yang akan datang, dan masyarakat tidak mengetahui

hak atau tanggung jawab-tanggung jawabnya. Kekosongan (absence) sebuah

kerangka hukum yang komprehensif untuk penutupan tambang dapat juga

menyebabkan ketidakefisienan dan kebingungan diantara menteri-menteri dan

bagian-bagian pemerintah di tingkat pusat, regional dan daerah (World Bank

dan IFC, 2002).

Terkait adanya perbedaan pendekatan penutupan tambang yang

dilaksanakan oleh negara maju dan berkembang pada saat ini. Kunanayagam

(2006) mengatakan bahwa di negara maju penutupan dilakukan sesuai

pendekatan penutupan tambang yang diatur dalam regulasi yang berlaku,

sedangkan di negara berkembang regulasi penutupan tambang belum ada.

Sebagai contoh di Indonesia, Brasil, Afrika Selatan dan Namibia regulasi tentang

penutupan tambang hanya sebatas tahap embrio dan persyaratan dari

pemerintah harus kadangkala dinegosiasikan sebelum menyelesaikan rencana

penutupan tambang). Singam et al. (2006) juga menginformasikan bahwa

sampai saat ini di India tidak pedoman penutupan tambang yang ilmiah.

Page 122: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

96

Bentuk pemerintahan juga akan mempengaruhi bagaimana seharusnya

sebuah kebijakan, termasuk regulasi dalam penutupan tambang itu disusun.

Untuk itu World Bank dan IFC (2002) menyatakan bahwa pada negara-negara

dengan sistem federal, seperti Amerika, Kanada, Australia, Brasil, dan

Argentina, atau pada negara-negara yang mempertimbangkan kewenangan

desentralisasi, seperti Indonesia, regim regulasi perlu untuk menetapkan secara

jelas batas-batas antara kewenangan pemerintah pusat, provinsi dan daerah.

Hal ini diperlukan untuk menentukan garis kewenangan dan tanggungjawab

melakukan pemantauan pada saat tahap penutupan selesai.

AGDITR (2006) menyatakan bahwa sebuah penutupan atau penyelesaian

tambang akan menetapkan aspirasi dan arahan tingkat tinggi yang diperlukan

oleh perusahaan untuk penutupan tambang. Biasanya, kebijakan ini memuat

tentang proses penutupan, keterlibatan PPK (stakeholders), minimalisasi resiko

terhadap lingkungan, memenuhi persyaratan peraturan, aspirasi sosial dan

masyarakat, serta upaya penyempurnaan yang berkesinambungan.

World Bank dan IFC (2002) juga merumuskan bahwa sebuah kerangka

hukum dan peraturan untuk penutupan tambang harus memenuhi:

Menjelaskan isu-isu terkait dengan rencana penutupan sebagai bagian

dari proses persetujuan.

Menentukan prosedur-prosedur penutupan tambang, persyaratan dan

standar-standar lingkungan hidup, dan tanggung jawab dan

kewenangan institusi, termasuk:

o Persyaratan-persyaratan dan prosedur untuk memastikan

konsultasi yang efektif dan bermanfaat terselenggara dengan

masyarakat setempat sebagai bagian dari persiapan dan

perencanaan penutupan tambang.

o Tanggung jawab pada pemantauan dan pengelolaan yang

sedang berlangsung jika kewajiban-kewajiban lingkungan

diberlakukan.

Mensyaratkan memperbaharui secara teratur rencana penutupan

tambang selama masa hidup tambang

Mengalokasikan tanggung jawab-tanggung jawab untuk menyediakan

keuangan yang cukup dalam menutupi biaya-biaya penutupan.

Bagaimana Indonesia? Sebenarnya di Indonesia telah diberlakukan

perlunya menyusun rencana penutupan tambang pada saat membuat AMDAL.

Page 123: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

97

Ketentuan rinci seperti di atas di Indonesia telah dirumuskan sebelumnya seperti

yang dilaporkan oleh Cesare dan Maxwell (2003) bahwa telah dibentuk

konsorsium dari perusahaan tambang dalam bentuk Komite Pengendali

Penutupan Tambang Industri (the Industry Mine Closure Steering Committee)

yang bermitra dengan Departemen Sumber Daya Energi dan Mineral untuk

menyusun kebijakan tentang tambang. Tim ini berhasil menyusun sebuah

pedoman penutupan tambang yang lebih rinci dengan memfokuskan pada

aspek-aspek kunci: keterlibatan PPK (stakeholders), perencanaan, penyediaan

keuangan, pelaksanaan, standar-standar kriteria rancangan penutupan dan

penyerahan (relinquishment). Dalam perkembangannya pedoman tersebut

sampai pada bulan Mei 2003 baru berbentuk usulan konsep dengan yang diberi

nama “Reklamasi Dan Penutupan Tambang”, namun hingga tahun 2007 tidak

kunjung disahkan dan diberlakukan. Akibat dari kekosongan regulasi ini, kasus

seperti saat penutupan tambang Kelian Equatorial Mining (KEM) pada tahun

2004 seharusnya tidak terjadi. Karena ketidak adaan regulasi penutupan

tambang, KEM membentuk Komite Pengarah Penutupan Tambang (Mine

Closure Steering Committee) yang terdiri dari unsur pemerintah pusat, provinsi

dan daerah, masyarakat setempat, dan wakil perusahaan. Komite inilah yang

menetapkan standar-standar, indikator kinerja, dan kriteria yang diperlukan

untuk pelaksanaan penutupan tambang perusahaan itu (Kunanayagam, 2006).

Di negara seperti Australia, semua negara bagian dan daerah (Territory)

mempunyai kebijakan penutupan tambang dimana rencana-rencana

pembangunan tempat operasi-pasca–rehabilitasi tambang dari setiap

perusahaan tambang diperlukan persetujuan dari lembaga pertambangan yang

relevan (World Bank dan IFC 2002). Australia juga memberlakukan bahwa isu-

isu penutupan tambang adalah sebuah pertimbangan penting saat melakukan

penilaian terhadap usulan penambangan. Di Indonesia kegiatan penutupan

tambang harus dimasukkan dalam dokumen AMDAL sebagai syarat

penambangan.

Di negara bagian California, Amerika Serikat, ada sejumlah lembaga-

lembaga yang berbeda yang mengadministrasi hukum-hukum dan regulasi-

regulasi mereka yang berlaku untuk penutupan tambang. Dua hal penting

adalah lembaga-lembaga lokal yang mengontrol penggunaan lahan, sedangkan

lembaga dari negara bagian yang bertanggung jawab untuk perlindungan

kualitas air. Hukum-hukum penggunaan lahan mengatur penggunaan lahan

Page 124: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

98

pasca tambang dan memastikan bahwa topografi akhir, drainase, penanaman

kembali tanaman (revegetation), dan lainnya adalah sesuai untuk mendukung

penggunaan lahan pasca tambang (IIED dan WBCSD, 2002).

Kanada lebih maju lagi dalam menyikapi PB di sektor pertambangannya.

Shinya (1998) melaporkan bahwa Kanada mempersiapkan untuk memasuki

abad ke- 21 di sektor pertambangannya dengan mengeluarkan sebuah

kebijakan baru pada bulan Nopember 1996 yang berjudul: Kebijakan Mineral

dan Metal Pemerintah Canada: Kemitraan untuk Pembangunan Berkelanjutan (

The Minerals and Metals Policy of the Government of Canada: Partnerships for

Sustainable Development). Dalam kebijakan itu juga dikemukakan bahwa

penutupan tambang harus merupakan bagian terpadu dari proses

pembangunan tambang, penyediaan biaya untuk penutupan tambang diletakkan

pada prioritas yang sama yang diberikan saat memulai investasi tambang, dan

pemerintah dan industri bekerja sama untuk memastikan bahwa mekanisme

yang efisien telah dikembangkan untuk tanggung jawab keuangan pelaksanaan

penutupan.

4.2. Gambaran Umum Kabupaten Mimika Kabupaten Mimika dalam penelitian ini merupakan salah satu kabupaten

dalam Provinsi Papua dan termasuk bagian wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Daerah kerja operasi PTFI terletak di dalam wilayah kabupaten ini.

Kabupaten Mimika beribukota di Timika, memiliki luas wilayah sebesar 20.039

km2 atau 4,75 % dari luas wilayah Provinsi Papua.

Secara geografis Kabupaten Mimika terletak antara 134o31’ - 138

o31’

Bujur Timur dan 4 o

60’- 5 o

18’ Lintang Selatan, dengan batas-batas fisik sebagai

berikut:

Batas Utara : Wilayah Kabupaten Paniai, Nabire, dan Tolikara

Batas Timur : Wilayah Kabupaten Asmat dan Yahokimo

Batas Selatan : Laut Arafuru

Batas Barat : Kabupaten Kaimana

Sebelum tahun 1996, wilayah yang dikenal dengan nama Mimika ini

dibawah Pemerintahan Pembantu Bupati Fak-Fak wilayah Mimika, sebag ai

bagian wilayah Kabupaten Fak-Fak. Pada tanggal 13 Agustus 1996, wilayah ini

ditetapkan sebagai Kabupaten Administratif Mimika dengan dipimpin Pejabat

Bupati Kabupaten Administratif. Pada tanggal 18 Maret 2000 kabupaten ini

Page 125: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

99

ditetapkan sebagai Kabupaten Definitif, dengan dinas-dinas dan lembaga-

lembaga teknis daerah serta telah mempunyai anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD).

Kabupaten Mimika saat ini memiliki 12 distrik (setingkat kecamatan) yang

terdiri dari enam kelurahan dan 78 kampung atau desa yang tersebar di dataran

rendah sampai dataran tinggi. Sembilan distrik yang terletak di dataran rendah

adalah Mimika Barat, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat Jauh, Mimika Timur,

Mimika Timur Tengah, Mimika Timur Jauh, Mimika Baru, Kuala Kencana, dan

Jita.. Sedangkan, tiga distrik yang terletak di dataran tinggi, yaitu Tembagapura,

Agimuga, dan Jila (Bappeda dan BPS Kab. Mimika, 2005). Di Distrik

Tembagapura inilah terletak daerah penambangan PTFI. Daerah kerja PTFI

terletak meliputi wilayah dari daerah dataran tinggi dan dataran rendah sampai

daerah pisisir pantai. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Peta wilayah penelitihan di Kabupaten Mimika, Provisi Papua.

Page 126: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

100

4.2.1. Kondisi Fisik Alam

Fisiografi Dari aspek fisiografi, wilayah Kabupaten Mimika mempunyai daerah mulai

dari daerah pantai sampai pegunungan. Sebagian dari pegunungan Jayawijaya

dengan puncaknya yang mempunyai salju abadi masuk dalam wilayah

Kabupaten Mimika. Berdasarkan topografinya maka wilayahnya dapat dibagi

menjadi lima daerah (zone), yaitu: daerah dataran rendah atau low land zone (0

– 650 mdpl) yang terdiri: pantai, rawa pasang surut, rawa gambut, tanah aluvial,

dan dataran yang berteras-teras, daerah pegunungan atau montane zone (650 –

3.200 mdpl), daerah bagian rendah dari pegunungan tinggi atau sub alpine zone

(3.200 - 4.170 mdpl), daerah pegunungan tinggi atau alpine zone (4.170 – 4.585

mdpl), dan daerah nival atau nival zone (diatas 4.585 mdpl).

Berdasarkan luas wilayah setiap distrik, luas wilayah daerah dataran

rendah yang meliputi sembilan distrik adalah seluas 78,83 % luas total wilayah

Kabupaten Mimika. Sedangkan luas wilayah dataran tinggi, yang terdiri dari tiga

distrik adalah seluas 21,17 % dari luas total Kabupaten Mimika (Bappeda dan

BPS Kab. Mimika, 2005). Wilayah kerja PTFI juga meliputi daerah-daerah yang

mewakili pembagian keempat daerah itu, kecuali daerah nival.

Hidrologi

Secara hidrologi, Kabupatem Mimika terdiri atas beberapa daerah aliran

sungai (DAS) dan ada empat DAS utama yang sangat dikenal yaitu: DAS

Kamora di sebelah Barat, DAS Ajkwa di tengah , dan DAS Minajerwi dan DAS

Mawati terletak disebelah Timur, bila Kota Timika dijadikan sebagai titik pusat.

DAS tersebut terletak pada bentang alam mulai pegunungan sampai dataran

rawa, dataran kipas aluvial dan kipas aluvial. Disamping satuan wilayah sungai

(SWS) atau DAS itu ada beberapa SWS yang berukuran sedang sampai kecil.

Sungai-sungai ini bermuara di pantai Laut Arafura. .

Kuantitas DAS berdasarkan hasil perhitungan empirik dengan

memperhatikan daerah tangkapan, intensitas hujan, evapotranpirasi, tanah

penutup, kemiringan lereng, dan koefisien aliran permukaan maka volume air

larikan pertahunnya yang masuk ke DAS Kamora adalah sebesar 3.999 milyar

m3 (RDTR DAS KAMM, 1996).

Page 127: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

101

Karakteristik fisik sungai-sungai pada bagian pegunungan membentuk

pola pengaliran yang menganyam (dendritik). Di bagian tengah yang menempati

bentang alam daratan, umumnya menunjukkan pola pengairan semi menganyam

(semi-dendritik) hingga sejajar dengan di beberapa sungai utama membentuk

kelokan. Pada bagian hulu (Utara) sungai tersebut umumnya kecil dan dalam

dengan lembah sungai berbentuk V berarus sedang, di beberapa tempat

dijumpai jeram-jeram dan semakin ke hilir (Selatan) dimensi sungai melebar dan

relatif dangkai. Lebar sungai di bagian hilir berkisar dari 100 – 150 m dengan

kedalaman pada musim kemarau 3- 6 m, sedangkan pada waktu musim hujan

antara 5 – 8 m. (Pemerintah Kabupaten Mimika, 2002). Kandungan sedimen

yang terdapat pada sungai-sungai utama itu umumnya masih rendah kecuali

Sungai Ajkwa sebelum dipisahkan dari sistem sungai yang dipergunakan untuk

transportasi tailing.

PTFI menggunakan sistem Sungai Aghawagon dan Sungai Otomona

untuk mengangkut tailingnya kesebuah daerah pengendapan yang terletak di

dataran rendah yang dinamakan ModADA (Modified Ajkwa Deposition Area).

Sedimen di kedua sungai itu lebih tinggi di bandingkan sungai-sungai lainnya,

karena kandungan dari tailing pada alirannya. Luas daerah pengendapan ini

adalah sebesar 230 km2, yang direncanakan mampu menampung tailing sampai

akhir masa penambangan.

Geologi Secara geologi, batuan yang umumnya menyusun wilayah Kabupaten

Mimika termasuk batuan tua di Indonesia, yaitu batuan sedimen dan batuhan

ubahan yang berumur Precambrium (kira-kira 667 juta tahun) hingga Recen.

Bantuan sedimen dan ubahan ini menempati bentang alam pegunungan yang

relatif memanjang dari Barat ke Timur, umumnya telah mengalami deformasi

melalui pelipatan, pengangkatan dan patahan, terdiri atas: batu gamping, batu

pasir, batu pasir kuarsa, batu lumpur, kwarsit, argilit, batu sabak, batu tanduk,

dan setempat batuan-batuan ini diterobos oleh batuan diorit.

Sifat fisik satuan batuan yang menyusun Wilayah Kabupaten Mimika

pada umumnya, adalah sebagai berikut: a) satuan batuan sedimen dan batuan

ubahan;b) satuan batuan terobosan diorit (proses mineralisasi batuan ini ditemui

di wilayah penambangan PTFI, di Gunung Bijih (Ertsberg) dan Grasberg; c)

endapan fankonglomerat; d) endapan pasir, e) pasir lempungan, dan kerikil-

Page 128: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

102

kerakal; f) endapan pasir lanuan, lempung pasiran, dan gambut; g) endapan

lumpur, lanau, dan gambut; endapan pasir dan pasir lempungan; h) endapan

aluvium sungai; dan i) endapan sedimen tailing (material sisa penambangan

yang terangkut aliran sungai dengan butiran halus hingga kasar bahkan

kerikilan).

Berdasarkan satuan wilayah geologi lingkungan, wilayah Kabupaten

Mimika dapat diuraikan sebagai berikut: a) wilayah daratan aluvial sungai,

wilayah ini menempati DAS utama dan merupakan daerah limbah banjir yang

batuan penyusunnya merupakan endapan hasil deformasi bantuan induk yang

terangkut dan diendapkan oleh arus sungai; b) wilayah daratan sedimen tailing,

wilayah ini merupakan daratan di dataran rendah yang merupakan daerah

pengendapan tailing; c) wilayah daratan pantai, wilayah ini menempati bentang

alam daratan pantai dengan kemiringan lapangan < 2 %; d) wilayah daratan rawa

bakau estuarium, wilayah ini menempati bentang alam rawa bakau estuarium

yang mempunyai kemiringan lapangan < 2 %, dengan elevasi mencapai 3 m di

atas muka laut; e) wilayah dataran rendah berawa, wilayah ini menempati

bentang alam dataran rendah rawa yang mempunyai kemiringan lapangan < 2

%, dengan elevasi dari 3 hingga 20 m di atas muka laut; f) wilayah dataran

aluvium, wilayah ini menempati bentang dataran aluvial yang mempunyai

kemiringan lapangan berkisar dari 2 % hingga 8 %, dengan elevasi mencapai

hingga 100 m di atas muka laut; g) wilayah kipas aluvial, wilayah ini menempati

bentang alam kipas aluvial dengan relief permukaan yang bergelombang hingga

landai dengan kemiringan lereng bervariasi dari 2 % hingga 15 % dan elevasi

dari 50 m hingga 300 m di atas muka laut; dan h) wilayah pegunungan, wilayah

ini menempati bentang alam pegunungan yang mempunyai kemiringan lereng

umumnya terjal berkisar antara 15 % hingga 50 % atau lebih sampai hampir

tegak dengan elevasi 250 hingga 5.000 m di atas muka laut.

Keadaan Tanah

Tanah di wilayah Kabupaten Mimika sebagian besar berkembang dari

batuan sedimen aluvium undak terumbu koral (di bagian Tengah dan Selatan)

dan sebagian kecil terdiri dari batuan sedimen yura (bagian Utara). Jenis tanah

di wilayah kabupaten ini, umumnya terdiri dari: Aluvial (45 %), Litosol (23 %),

Mediteran (2 %), Organosol (30 %), Podsolik (0,14 %), dan Regosol (0,78 %).

Tanah aluvial terdapat pada bagian Tengah wilayah kabupaten ini yang

Page 129: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

103

merupakan hutan rawa. Tanah aluvial yang berasosiasi dengan gambut terdapat

pada bagian Selatan yang merupakan hutan payau. Tanah litosol terdapat di

bagian Utara yang merupakan wilayah pegunungan dengan lereng terjal. Tanah

podsolik, mediteran, dan organosol terdapat pada bagian Tengah, sedangkan

tanah regosol dijumpai di pesisir pantai selatan dengan luasan yang sempit.

Sifat kimia tanah menentukan tingkat kesuburan suatu tanah. Berikut ini

adalah uraian singkat sifat-sifat kimia tanah di wilayah Kabupaten Mimika: a)

reaksi tanah (pH) dan kejenuhan aluminium. Hasil analisis tanah menunjukkan

bahwa reaksi tanah di wilayah ini umumnya masam sampai agak alkalis,

sedangkan kejenuhan Al tergolong sedang sampai sangat rendah; b) C-organik

dan N-total. Tanah aluvial yang berasosiasi dengan gambut memiliki kandungan

C-organisk yang tergolong tinggi, sedangkan tanah regosol, aluvial, dan podsolik

tergolong rendah sampai sangat rendah. Kandungan N-total tergolong sedang

pada tanah aluvial yang berasosiasi dengan gambut dan tergolong rendah

sampai sangat rendah pada jenis tanah lainnya; c) fospor (P) dan kalium (K).

Kandungan P pada tanah-tanah di wilayah kabupaten ini umumnya tergolong

sangat tinggi sampai sangat rendah. Kandungan K hanya mempunyai kisaran

nilai sedang sampai rendah; d) kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa

(KB). Nilai KTK tanah di wilayah kabupaten ini umumnya tergolong sedang

sampai sangat rendah, sedangkan KB tergolong sangat tinggi hingga sangat

rendah. Nilai KTK dan KB yang menunjukan banyaknya kation-kation yang

diserap dan tersedia bagi tanaman; e) basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, K, dan

Na). Kandungan Ca tanah-tanah di wilayah kabupaten ini umumnya tergolong

tinggi, sedang, rendah, sampai sangat rendah. Kadar Mg bervariasi dari sangat

tinggi hingga sangat rendah. Kadar K tergolong rendah dan sangat rendah,

sedangkan kadar Na juga tergolong rendah dan sangat rendah. Berdasarkan

uraian di atas, tingkat kesuburan tanah-tanah di wilayah Kabupaten Mimika

tergolong rendah dilihat dari nilai-nilai KTK, KB, P2O5, K2O, dan kandungan

bahan organik.

Sifat fisik tanah yang antara lain diperlihatkan oleh tekstur tanah

menunjukkan bahwa pada umumnya tekstur tanah di wilayah kabupaten ini

adalah liat, lempung berliat, lempung berpasir, lempung liat berdebu, pasir

berlempung, lempung berdebu, dan pasir berlempung (Pemerintah Kabupaten

Mimika, 2002).

Page 130: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

104

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan bersifat dinamis, artinya berubah-ubah dari waktu ke

waktu, seiring dengan pemanfaatan oleh manusia. Dua kelompok utama

penggunaan lahan dari hasil interpretasi citra landsat Maret 2002 di wilayah

Kabupaten Mimika adalah penggunaan lahan budidaya dan non budidaya.

Secara rinci penggunaan lahan pada tahun 2002 adalah sebagai berikut:

pertambangan, permukiman, pengendapan tailing, hutan, rawa, dan rawa payau

(Pemerintah Kabupaten Mimika, 2002).

Menurut Bappeda dan BPS Kabupaten Mimika (2005) jenis penggunaan

lahan bukan sawah di tahun 2005, secara rinci adalah sebagai berikut:

perumahan/ kampung 29.397 ha, jasa/perkantoran 517 ha, tegalan/ladang

14.579 ha, perkebunan 1.475 ha, perternakan 2,25 ha, perikanan 1,15 ha dan

penggunaan lahan lain-lain seluas 1.948.843 ha.

Iklim Iklim di Kabupaten Mimika termasuk tipe A menurut Schmit dan

Ferguson. Rata-rata suhu udara minimum selama tahun 2005 sebesar 21,96 0C

dan maksimum 33,74 0C. Tekanan udara minimum pada tahun yang sama

adalah sebesar 1.005,52 Mbs dan maksimum 1.015,42 Mbs. Kelembaban rata-

rata di Kabupaten Mimika pada tahun 2005 sebesar 88,67 % dengan

kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Juli. Curah hujan tertinggi pada tahun

2005 terjadi bulan Juli sebesar 838 mm dan terendah terjadi pada bulan Februari

sebesar 192 mm. Secara lengkap data iklim pada tahun 2005 dapat dilihat pada

Tabel 12.

4.2. 2. Kependudukan dan Sosial Kependudukan

Perkembangan Kabupaten Mimika juga tidak dapat dilepaskan dari

keberadaan PTFI, perusahaan tambang tembaga dan emas yang diberikan

kepercayaan oleh pemerintah Indonesia melakukan eksplorasi mineral tambang

melalui dua kontrak karya yang ditandatangani pada tahun 1967 dan tahun 1991.

Jumlah penduduk Kabupaten Mimika mengalami kenaikan dari tahun ke

tahun. Pada tahun 2000 jumlah penduduk mencapai 101.036 jiwa dan pada

tahun 2005 mencapai 126.430 jiwa atau peningkatannya setara 4,58 % dalam

Page 131: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

105

waktu lima tahun. Namun dua tahun kemudian, pada tahun 2007 penduduk

kabupaten ini telah mencapai 155.528 jiwa atau meningkat 4,23 %.

Tabel 12. Rata-rata curah hujan, hari hujan, kelembaban udara, kecepatan angin, tekanan udara, dan suhu udara minimum dan maksimum di Kabupaten Mimika pada tahun 2005.

Bulan Curah Hari Kelembaban Kecepatan Tekanan Udara Suhu Udara

Hujan Hujan Udara Angin Min

Mutlak Mak

Mutlak Min

Mutlak Mak

Mutlak (mm) (hari) (%) (knot) (Mbs) (Mbs) (0C) (0C)

Januari 214 20 84 9 1003,8 1015.3 22,1 34,6 Februari 192 21 86 9 1004,2 1015,7 22,5 34,8 Maret 471 28 87 9 1004,5 1017,5 22,7 35,0

April 509 27 89 9 1005,4 1015,0 22,0 34,2 Mei 447 29 90 11 1006,2 1014,8 22,3 33,8 Juni 767 28 91 8 1007,3 1015,1 22,0 32,4 Juli 838 31 92 8 1007,7 1015,7 21,6 31,6

Agustus 686 29 91 8 1006,9 1016,9 21,4 31,2 September 658 29 90 8 1006,9 1016,1 21,0 33,4 Oktober 469 30 89 7 1006,0 1014,9 22,4 34,4 Nopember 347 27 86 8 1004,4 1013,9 21,2 34,8 Desember 444 29 89 6 1003,0 1014,1 22,4 34,8

Sumber: Bappeda dan BPS Kabupaten Mimika (2005).

Proyeksi penduduk yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan laju

pertambahan penduduk di Kabupaten Mimika pada tahun 2007, menunjukkan

bahwa jumlah penduduk pada tahun 2041 pada SaPeT PTFI adalah sebesar

636.153 jiwa. Secara rinci proyeksi penduduk di wilayah ini setiap 10 tahun

kedepan mulai tahun 2007 dan beberapa distrik contoh seperti: Mimika Barat

Jauh, Mimika Baru, Kuala Kencana, Tembagapura, dan Agumuga dapat dilihat

pada Tabel 13.

Persebaran dan kepadatan penduduk antar distrik atau kecamatan di

Kabupaten Mimika tidak merata. Hasil sensus tahun 2006/2007, tingkat

kepadatan penduduk di daerah perkotaan jauh lebih tingggi jika dibandingkan

dengan kepadatan penduduk yang tinggal jauh dari ibu kota kabupaten.

Misalnya di Distrik Mimika Baru, tempat Ibu Kota Timika berada, mempunyai

kepadatan penduduk sebesar 41,09 jiwa/km2. Juga di Distrik Kuala Kencana,

tempat karyawan PTFI berada mempunyai kepadatan penduduk 38,97 jiwa/km2.

Distrik yang terjauh dari ibu kota kabupaten,

Page 132: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

106

Mimika Barat Jauh hanya mempunyai kepadatan penduduk 0,52 jiwa/km2

dan disisi Timur yakni Distrik Agimuga dengan kepadatan penduduk 0,32

jiwa/km2.

Tabel 13. Proyeksi penduduk Kabupaten Mimika dan beberapa distrik

contoh tahun 2007 – 2041

Laju Jumlah Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kabupaten/ Pertumbu-han Penduduk 2017 2027 2037 2041

Distrik contoh (%) Tahun 2007 (Jiwa) Mimika (seluruhnya) 4,23 155.528 235.362 356.175 539.002 636.153 Mimika Barat Jauh 4,23 1.732 2.621 3.966 6.002 7.084 Mimika Baru 4,23 91.051 137.788 208.516 315.549 372.424 Kuala Kencana 4,23 19.913 30.135 45.603 69.011 81.450 Tembagapura 4,23 17.215 26.052 39.424 59.661 70.414 Agimuga 4,23 566 857 1.296 1.962 2.315 Distrik Lainnya (7) 4,23 25.051 37.910 57.369 86.817 102.466

Sumber: Hasil Analisis (2008)

Bila dirata-ratakan, maka kepadatan penduduk Kabupaten Mimika

dengan 12 distrik adalah 9,40 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk ini masih

tergolong rendah di bandingkan wilayah lain di Indonesia. Proyeksi kepadatan

penduduk Kabupaten Mimika pada SaPeT PTFI di tahun 2041 jika luas wilayah

kabupaten tidak bertambah adalah 31,50 jiwa/km2. Bila dibandingkan dengan

kepadatan penduduk di Pula Jawa pada tahun 2000 adalah 975 jiwa/km2 . Pulau

Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi pada tahun yang sama masing-masing

adalah 93, 21, dan 80 jiwa/km2 (BPS, 2002).

Arus migrasi ke Kabupaten Mimika dalam lima tahun terakhir sangat

tinggi, itupun tidak hanya terjadi di distrik-distrik utama saja. Namun terjadi di 12

distrik yang ada. Distrik Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Mimika Baru, Kuala

Kencana, dan Distrik Tembaga memiliki tingkat migrasi yang tinggi dengan

kisaran 0,06 – 32,04 persen.

Sosial budaya Keragaman suku di Kabupaten ini sangatlah unik. Suku asli di wilayah ini

adalah Suku Amungme yang berasal dari daerah pegunungan dan Suku Kamoro

yang berasal dari daerah pantai. Disamping itu wilayah ini juga kedatangan

suku-suku dari daerah kabupaten tetangga dekat seperti Suku Dani, Nduga,

Ekari, Damal, dan Moni. Kelima suku ini biasa disebut sebagai kekerabatan

Page 133: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

107

suku. Adanya PTFI juga mendorong daerah ini dibanjiri suku-suku tetangga

dekat juga suku-suku di Papua yang berasal dari Biak, Serui, Jayapura,

Manokwari dan lainnya. Sampai juga kedatangan suku-suku dari luar Papua,

seperti dari: Jawa, Bali, Sumatra dan lainnya Bahkan juga dari manca negara

yang sebagian besar sebagai pekerja di PTFI atau berhubungan bisnis dengan

perusahaan itu.

Ada dua lembaga masyarakat yang diakui oleh masyarakat dan

Pemerintah Kabupaten Mimika, yakni Lembaga Masyarakat Adat Suku

Amungme (Lemasa) dan Lembaga Masyarakat Adat Suku Kamoro (Lemasko).

Kedua lembaga adat inilah yang mempunyai kekuatan utama sebagai para

pemangku kepentingan (PPK) atau stakeholder di wilayah kabupaten ini. Mereka

dapat berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan dan penyelesaian masalah

yang dihadapi oleh pemerintah, perusahan-perusahan yang beroperasi di daerah

Mimika dan masyarakat sekitarnya. Masing-masing lembaga ini dipimpin oleh

seorang Direktur Eksekutif yang dilengkapi oleh pejabat pada bidang-bidang,

seperti: ekonomi, sosial dan budaya, dan lainnya.

Hasil Sensus Penduduk Kabupaten Mimika 2006/2007, memperlihatkan

bahwa komposisi masyarakat Mimika non Papua adalah 54,84 %, ini lebih

banyak jika dibandingkan jumlah masyarakat Papua itu sendiri, yakni hanya

48,18 %.

Tiga agama mayoritas yang dianut oleh penduduk di Kabupaten Mimika

ini, yakni agama Protestan (41,74 %) yang merupakan mayoritas pertama diikuti

oleh agama Islam (33,04 %) dan agama Katolik (25,01). Penganut agama

lainnya seperti agama Hindu (0,12 %), agama Budha (0,07 %), dan agama

Khong hu Chu (0,01 %).

Struktur mata pencaharian Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Mimika cukup beragam.

Pertambangan merupakan mata pencaharian utama penduduk Mimika yakni

sebanyak 18.967 orang (28,60%), kemudian diikuti oleh penduduk dengan mata

pencaharian sebagai petani sebanyak 18.220 orang (27,47 %) dan di bidang

perdagangan sebanyak 3.810 orang (5,74 %). Selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 14.

Page 134: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

108

Tabel 14. Jenis mata pencaharian di Kabupaten Mimika antara laki-laki dan perempuan.

Mata Pencaharian Laki-Laki Perempuan Total Persentase Petani 13.884 4.336 18.220 27,47 Peternak 100 27 127 0,19 Nelayan 2.163 869 3.032 4,57 Industri 489 31 520 0,78 Kontruksi 2.700 38 2.738 4,13 Perdagangan 2.893 917 3.810 5,74 Transportasi 4.270 44 4.314 6,50 Pertambangan 18.746 221 18.967 28,60 Pegawai Negri Sipil 1.327 599 1.926 2,90 TNI/Polri 2.507 16 2.523 3,80 Jasa Lainnya 4.713 1.415 6.128 9,24 Lainnya 3.044 970 4.014 6,05 Jumlah 56.836 9.483 66.319 100

Diolah dari BPS Kabupaten Mimika (2007).

Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu

wilayah dan juga komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang diukur

dari lamanya sekolah dan angka melek huruf. Pendidikan memegang peranan

penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Penduduk Kabupaten Mimika berdasarkan pendidikan yang ditamatkan,

pada umumnya cukup baik. Pada tahun 2007, sebanyak 5,11 % penduduk

Kabupaten Mimika yang tamat perguruan tinggi (PT), tamat SLTA 33,04 %,

tamat SLTP 15,79 %, tamat SD 21,96 %, dan tidak tamat sebesar 24,10 %.

Pada Tabel 15 terlihat bahwa Distrik Mimika baru yang merupakan distrik ibu

kota kabupaten jumlah SD dan SLTP yang lebih banyak dibandingkan dengan

distrik lainnya yang mempunyai luas wilayah yang lebih luas. Mimika Barat

merupakan sekolah dengan jarak terjauh yang dapat dijangkau bila di kampung

tidak ada sekolah.

Angka melek huruf Latin di wilayah ini tinggi berkisar antara 78,23 – 98,86

%. Bahkan ada tujuh distrik yang mempunyai angka melek huruf di atas 90 %,

yakni: Distrik Mimika Barat, Tembagapuran, Jila, Jita, Mimika Baru, Mimika Timur

Jauh, dan Kuala Kencana. Tingginya angka melek huruf di distrik itu tidak

diperngaruhi oleh jauh atau dekatnya dengan ibu kota kabupaten.

Page 135: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

109

Tabel 15. Karakteristik distrik, jumlah anak usia pendidikan dasar dan fasilitas pendidikan di Kabupaten Mimika pada tahun 2007.

Jumlah Kam- pung

Luas Wila- yah

(km2)

Jumlah Anak Usia Jumlah Rata-rata jarak

ke

Distrik Sekolah Sekolah sekolah terdekat

jika

di kampung

tidak ada sekolah (km2) 7 - 12 13 - 15 SD SLTP SD SLTP Tahun Tahun Mimika Barat 10 2.914 502 253 3 1 27,09 28,40 Mimika Barat Jauh 5 2.356 245 110 4 1 65,00 52,50 Mimika Barat Tengah 9 3.315 277 126 9 1 - 40,88 Mimika Timur 8 1.789 1.250 422 10 1 - 5,79 Mimika Timur Tengah 5 726 386 143 5 1 - 15,00 Mimika Timur Jauh 5 1.049 375 150 3 1 25,00 17,40 Mimika Baru 11 2.216 10.921 3.803 24 11 - 10,88 Kuala Kencana 7 511 2.857 1.017 7 4 - 5,50 Tembagapura 8 1.280 964 335 4 2 9,50 13,17 Agimuga 4 1.772 66 55 4 1 - 24,00 Jila 8 1.097 533 206 3 1 9,60 33,14 Jita 5 1.014 215 105 3 1 0,10 49,05 Jumlah 85 20.039 18.591 6.725 79 26

Sumber: BPS Kabupaten Mimika (2007).

Kesehatan Kualitas kesehatan penduduk dapat dijadikan salah satu indikator

kesejahteraan masyarakat. Kualitas kesehatan ini dapat dilihat dari beberapa

aspek kesehatan, seperti: Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, dan

status kesehatan penduduk. Status kesehatan penduduk dapat diukur dari

angka kesakitan dan status gizi. Untuk melihat upaya peningkatan dan status

kesehatan, dapat diketahui dari penolong kelahiran, ketersediaan sarana

kesehatan, dan jenis pengobatan.

Dari Tabel 16 dan 17, dapat diambil kesimpulan bahwa Kabupaten

Mimika masih sangat kekurangan sarana dan ketersediaan tenaga kesehatan,

terutama untuk distrik-distrik yang letaknya jauh dari ibu kota dan juga tidak

mempunyai atau jauh untuk akses rumah sakit. Misalnya untuk distrik-distrik

seperti Mimika Barat, Mimika Barat Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Timur

Jauh, Agimuga, Jila, dan Jita. Distrik Tembagapura, Mimika Baru dan Kuala

Kencana merupakan distrik yang lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan, karena di tiga distrik itu sarana dan tenaga kesehatan lebih tersedia

dibandingkan dengan distrik-distrik lainnya.

Page 136: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

110

Tabel 16. Sarana kesehatan di Kabupaten Mimika pada tahun 2007

Distrik Rumah RS Bersalin/ Poliklinik/ Puskesmas Puskesmas

Sakit Rumah Balai Pembantu (RS) Bersalin Pengobatan Mimika Barat 0 0 0 1 0 Mimika Barat Jauh 0 0 0 1 2 Mimika Barat Tengah 0 0 0 1 1 Mimika Timur 0 0 1 1 1 Mimika Timur Tengah 0 0 0 1 3 Mimika Timur Jauh 0 0 1 1 2 Mimika Baru 1 3 8 4 3 Kuala Kencana 0 0 2 0 6 Tembagapura 2 1 0 0 2 Agimuga 0 0 0 1 2 Jila 0 0 0 1 1

Jita 0 0 0 1 1 Jumlah 3 4 12 13 24

Sumber: BPS Kabupaten Mimika (2007)

Malaria, infeksi saluran pernafasan atas akut (ISPA), dan tuberkulosis

paru merupakan tida penyakit pembunuh terutama di Kabupaten Mimika dilihat

dari jumlah pasien rawat jalan yang berkunjung di RSMM pada tahun 2007.

Penyakit pembunuh dari pasien rawat inap di tahun yang sama adalah malaria,

diare dan gastroenteritis, dan pneumonia. Penyakit HIV muncul dan diderita

oleh pasien rawat inap sebesar 1,86 % dari total kunjungan pasien rawat inap

per tahun 2007. Menurut RSMM (2008) penyakit HIV ini baru mulai muncul di

Timika sejak tahun 2005. Sepuluh besar penyakit pembunuh tersebut secara

rinci untuk pasien rawat jalan dan rawat inap dapat dilihat pada Tabel 18.

Penyakit-penyakit pembunuh tersebut sangatlah erat dengan kualitas

hidup di Kabupaten Mimika. Seperti penyakit TBC, dimana Indonesia

merupakan nomer tiga dunia sebagai penderita penyakit ini. WHO (World Health

Organisation) menemukan bahwa penyakit TBC ini akan menurun seiring

dengan kemamuran yang terjadi di negara itu, yang mana disana tersedia: air

bersih, gizi yang baik, perumahan dengan sanitasi dan lingkungan yang

bersih/baik, perilaku sehat dan olah raga.

Sebagian besar pelayanan kesehatan baik kuratif dan preventif di

sediakan oleh PTFI melalui program sosial dari perusahaan itu. Ada dua rumah

sakit besar di Kabupaten Mimika yang didanai melalui program Dana Kemitraan

PTFI yang diberikan kepada lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat

LPMAK (Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro), yaitu:

Page 137: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

111

RSMM (Rumah Sakit Mitra Masyarakat) yang terletak di dataran rendah dan

RSWB (Rumah Sakit Waa Banti) yang terletak di dataran tinggi. Sebenarnya

pemerintah sejak tiga tahun lalu telah mendirikan Rumah Sakit Umum yang

cukup besar, namun hingga saat ini belum dioperasikan oleh pemerintah.

Tabel 17. Tenaga kesehatan yang tinggal di setiap distrik pada tahun

2007

Dokter Dokter Dokter Mantri Bidan Dukun Dukun Bayi

Distrik Spesialis Umum Gigi Kesehatan Bayi Belum Terlatih Terlatih Mimika Barat 0 1 0 1 2 2 0 Mimika Barat Jauh 0 0 0 1 0 1 4 Mimika Barat Tengah 0 1 0 2 0 0 0 Mimika Timur 0 1 0 0 2 4 3 Mimika Timur Tengah 0 0 0 4 0 3 5 Mimika Timur Jauh 1 2 1 3 0 2 1 Mimika Baru 2 6 2 8 8 6 3 Kuala Kencana 0 2 0 3 2 2 1 Tembagapura 2 2 2 4 1 4 5 Agimuga 0 0 0 2 0 0 0 Jila 0 1 0 1 0 0 0 Jita 0 1 0 2 0 0 0 Jumlah 5 17 5 31 15 24 22

Sumber: BPS Kabupaten Mimika (2007)

Ada hal yang perlu diperhatikan mengenai keberlanjutan pelayanan

kesehatan di RSMM dan RSWB setelah penutupan tambang PTFI, karena

hingga saat itu LPMAK sebagai pemilik rumah sakit masih memberikan

pelayanan gratis bagi masyarakat Suku Amungme dan Kamoro dan lima

kekerabatan suku (Suku Dani, Nduga, Damal, Moni, dan Ekari/Mee). Partisipasi

masyarakat baru sebatas membayar uang pendaftaran.

Tabel 18. Sepuluh penyakit pembunuh di RSMM untuk pasien rawat jalan

dan rawat inap pada tahun 2007. Nama Penyakit Rawat Jalan 2007 Nama Penyakit Rawat Inap 2007 Malaria 19,77% Malaria 27,76% Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya (ISPA)

16,78% Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi)

7,73%

Tuberkulosis paru lainnya 5,02% Pneumonia 5,06% Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi)

3,77% Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya

2,80%

Cedera YDT lainnya,YTT dan daerah badan multipel

2,80% Cedera YDT lainnya,YTT dan daerah badan multipel

2,59%

Dispepsia 2,44% Cedera intrakranial 2,42%

Page 138: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

112

Tabel 18 (Lanjutan) Nama Penyakit Rawat Jalan 2007 Nama Penyakit Rawat Inap 2007 Penyakit sistem kemih lainnya 2,00% Penyulit yg lebih banyak

berhubungan dg masa nifas & kondisi obsterik lainnya

2,41%

Infeksi kulit dan jaringan subkutan 1,76% Tuberkulosis paru lainnya 2,06% Bronkitis, emfisema dan penyakit paru obstruktif kronik lainnya

1,64% Penyakit virus gangguan defisiensi imun pada manusia (HIV)

1,86%

Gangguan jaringan lunak lainnya 1,64% Penyakit sistem kemih lainnya 1,56% Sumber : RSMM ( 2008).

4.2.3. Ekonomi Wilayah Data dan informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa sektor

pertambangan adalah sektor yang memberikan kontribusi sangat besar

terhadapat PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Mimika. Rata-

rata kontribusi per tahun sektor tambang adalah sebesar 90 %. Pada tahun

2005, kontribusi sektor tambang adalah 96,88 %. Sektor yang memberikan

kontribusi urutan kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar

0,81 %, menyusul sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,70 % dan

bangunan 0,69 %. sektor pertanian mempunyai kontribusi urusan ke lima

sebesar 0,53 % dan ke enam sektor jasa-jasa lainnya 0,22 %. Sektor pertanian,

meliputi tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, perternakan dan

hasilnya, kehutanan dan perikanan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 19.

Sangatlah jelas bahwa pada periode tahun 2001 – 2005 sektor

pertambangan sangat menentukan bagi PDRB Kabupaten Mimika. Dengan

demikian, terkait dengan masa penutupan tambang PTFI nantinya, diperlukan

pembangunan kegiatan-kegiatan lain di Kabupaten Mimika untuk menggantikan

sumber ekonomi yang sangat besar dari sektor pertambangan pada saat ini.

Oleh karena itu PPK, dalam hal ini Pemda Mimika sangat diperlukan memimpin

untuk mencari sektor pengganti ini bagi keberlangsungan masyarakat Mimika

kedepan.

Industri pengolahan

Pada Tabel 19, terlihat bahwa industri pengelolaan pada tahun 2005

hanya berkontribusi sebesar 0,02 % yang berupa industri kecil kerajinan rumah

tangga. Industri pengelolaan lain yang ada, seperti industri pemuatan etilen,

industri fabrikasi, dan lainnya yang kesemuanya untuk mendukung kegiatan

perusahan tambang. Dalam tiga tahun terakhir telah dibangun industri untuk

pengilangan minyak yang terletak di depat pelabuhan laut Pomako.

Page 139: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

113

Tabel 19. PDRB Kabupaten Mimika atas dasar harga yang berlaku dirinci menurut lapangan usaha tahun 2001 – 2005 (dalam jutaan rupiah)

Lapangan

Usaha PDRB Kabupaten Mimika (dalam jutaan rupiah) %

2000 2001 2002 2003 2004 2005* 2005

Pertanian 107,119.24 124,262.69 133,992.51 146,514.68 156,757.70 169,202.97 0.53% Pertambangan & Galian 12,391,597.95 14,698,431.80 14,368,082.29 14,471,075.30 14,055,313.43 31,133,946.55 96.88% - Penggalian 7,019.94 7,788.31 8,912.99 10,105.55 11,511.14 13,027.16 0.04% Industri pengelolahan 2,607.70 3,330.10 3,969.75 4,583.47 5,377.29 6,448.45 0.02% Listrik dan air bersih 2,791.53 3,437.80 5,873.67 7,213.30 10,518.55 14,967.99 0.05%

Bangunan 104,620.06 121,791.15 144,471.65 165,113.39 192,249.65 221,567.72 0.69% Perdagangan, hotel & resto. 119,497.80 145,653.06 172,770.02 194,021.67 224,022.75 261,197.61 0.81% Pengangkutan & komunikasi 59,368.28 72,673.83 93,809.94 124,095.94 170,608.45 223,995.85 0.70% Keuangan, persewaan & perusahaan jasa 12,630.06 13,368.80 14,421.04 16,803.18 18,172.40 19,338.38 0.06% Jasa-jasa 33,305.88 42,148.58 51,677.22 54,893.22 61,841.44 71,538.59 0.22% Jumlah PDRB 12,840,558.44 15,232,886.12 14,997,981.08 15,194,419.70 14,906,372.80 32,135,231.27 100.00% Sumber: Bappeda dan BPS Kabupaten Mimika (2005). Catatan: * Angka sementara

Page 140: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

114

Pertanian

Tanaman pangan yang banyak ditanam di Kabupaten Mimika adalah

jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Sebagian besar tanaman tersebut berasal berada di wilayah Distrik Mimika Baru

dan Kuala Kencana. Kedelei merupakan tanaman dengan luas panen yang

terendah. Berbagai sayuran mempunyai luas panen yang tertinggi dibandingkan

tanaman lain yang diusahakan. Rata-rata produksi masih tergolong masih sangat

rendah, seperti padi dan jagung yang hanya masing-masing 2,49 ton/ha dan 2,17

ton/ha. Padahal rata-rata produksi tanaman padi secara nasional adalah 6 – 9

ton/ha. Produksi jagung adalah 4 ton/ha, untuk jagung hibrida bisa 7 – 8 ton/ha.

Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 20.

Sayuran yang telah diusahakan adalah bayam, kangkung, buncis, kacang

panjang, tomat, ketimun, labu siam, lobak, cabe, bawang merah, bawang putih,

sawi, petsai, wortel, kubis, bawang daun, dan terong. Disamping itu, beberapa

sayuran yang juga didatangkan dari kabupaten tetangga dan Pulau Jawa atau

Makasar, untuk memenuhi permintaan penduduk Mimika yang terus meningkat.

Produksi sayuran di Mimika ini belum dapat memenuhi permintaan pasar saat ini.

Buah-buahan yang telah biasa ditanam di Kabupaten Mimika adalah

alpokat, mangga, rambutan, langsat, jeruk besar (seperti jeruk Bali), jeruk

keprok, jambu biji, jambu air, sawo, pepaya, pisang, salak, nenas, nangka,

semangka, melon, petai, dan lainnya.

Tabel 20. Luas panen, produksi dan produksi rata-rata tanaman bahan

makanan di Kabupaten Mimika tahun 2005.

Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata produksi

(ton/ha) Padi 45 112 2.49 Talas/Keladi 85 468 5,51 Jagung 240 520 2,17 Kedelei 3 2 0,67 Kacang Tanah 135 196 1,45 Kacang Ijo - - - Ubi Kayu 130 1158 8,91 Ubi Jalar 161 1429 8,88 Sayuran 994 4982 5,01 Buah-buahan 331 2576 7,78

Sumber: Bappeda dan BPS Kabupaten Mimika (2005)

Page 141: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

115

Jenis ternak yang telah dikembangkan di Kabupaten Mimika antara lain:

sapi, kambing, babi dan unggas (itik dan ayam ras). Kelinci juga pernah

dikembangkan, terutama di daerah dataran tinggi. Untuk mengetahui produksi

daging ternak di Kabupaten Mimika sejak tahun 2001 sampai 2005 dapat dilihat

pada Tabel 21.

Tabel 21. Perkembangan produksi daging di Kabupaten Mimika tahun 2001-2005

Jenis Ternak Produksi daging (kg) tahun 2001 2002 2003 2004 2005 Sapi 23.857 23.857 1.074.760 1.106.820 1.200.000 Kambing 1.404 1.728 1.728 1.600 1.800 Babi 16.538 20.592 20.592 41.888 16.900 Unggas 16.659 57.587 57.587 23.380 26.460

Sumber: Bappeda dan BPS Kabupaten Mimika (2005)

Peningkatan produksi daging sapi yang sangat tajam sebesar 4.405 %

dari tahun 2002 ke tahun 2003 dan seterusnya konstan adalah diakibatkan

adanya tempat perternakan sapi untuk penggemukan dan pemotongan sapi di

daerah dekat SP 6 (daerah satuan pemukiman transmigrasi). Anak sapi

didatangkan dari Australia, setelah beberapa lama digemukkan kemudian di

potong dan dijual untuk pasar di Kabupaten Mimika saja, termasuk dikonsumsi

untuk kebutuhan karyawan PTFI. Sebelumnya daging sapi yang diperlukan

didatangkan dari luar Papua bahkan dari luar negeri. Dari informasi yang

didapatkan dilapangan dan pengamatan langsung, produksi daging tersebut

sampai saat ini tahun 2008 masih belum cukup memenuhi kebutuhan penduduk

Mimika, terutama daging unggas, kambing dan lainnya.

Kehutanan Potensi hutan di Kawasan Selatan Papua sangat besar. Kabupaten

Fakfak dan Kabupaten Mimika merupakan penghasil kayu terbesar di kawasan

ini. Tahun 1999 tercatat bahwa luas hutan produksi Kabupaten Mimika

2.066.687 ha dan luas efektif adalah besar 1.136.677,85 ha dengan produksi

kayu sebanyak 26.041.289,54 m3.

Hutan terluas yang ada di Kabupaten Mimika adalah hutan produksi.

Hutan produksi yang paling banyak berada di Distrik Mimika Barat. Distrik

Tembagapura memiliki hutan lindung dan hutan APL (areal penggunaan lain) jika

Page 142: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

116

dibandingkan dengan distrik lainnya. Di wilayah ini juga ada Taman Nasional

Lorentz. Selengkapnya jenis hutan dan luasannya dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Luas hutan di Kabupaten Mimika sesuai dengan jenisnya tahun

2003 – 2005.

Jenis hutan Luas Hutan (ha) tahun 2003 2004 2005 Hutan lindung 303.444 303.444 306.444

Hutan APL 65.212 65.212 65.277 Hutan Produksi: - Terbatas 154.753 154.753 153.753 - Tetap 200.830 200.830 200.830

- Dapat dikonversi 571.795 571.795 571.795

Taman Nasional Lorentz 823.252 823.253 823.252

Jumlah 2.119.286 2.119.287 2.121.351 Sumber: Bappeda dan BPS Kabupaten Mimika (2005)

Jumlah HPH (Hak Pengusahaan Hutan) di Kabupaten Mimika data tahun

2004/2005 adalah lima HPH, sedangkan di seluruh Papua baik dari Provinsi

Papua maupun Papua Barat sebanyak 68 HPH. Keputusan Gubernur Papua

akan memulangkan atau menutup operasi 63 HPH karena dinilai nakal dan tidak

mentaati ketentuan yang berlaku dan hanya lima HPH yang terus diberikan izin

beroperasi. Pemda Papua mensyaratkan agar semua HPH yang beroperasi di

Papua mendirikan pabrik pengelolaan hasil hutan. Dengan demikian akan

membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Papua dan meningkatkan nilai

tambah hasil hutan tersebut.

Pertambangan Kegiatan pertambangan merupakan penggerak utama perekonomian di

wilayah Kabupaten Mimika. Banyak kegiatan bisnis yang berkembang baik di

dalam wilayah kabupaten maupun dari dan ke luar wilayah kabupaten dalam

rangkan mendukung kegiatan pertambangan ini.

Di wilayah kabupaten ini terdapat operasi perusahan PTFI yang

merupakan perusahan pertambangan tembaga dan emas kelas dunia. Areal

kontrak karya PTFI yang meliputi wilayah Blok A dan Blok B. Wilayah Blok A,

yang merupakan daerah tambang berada di wilayah Distrik Tembagapura.

Sedangkan Blok B, yang merupakan daerah pendukung berada di sebagian

wilayah Distrik Tembagapura, Kuala Kencana, Mimika Baru, Mimika Timur, dan

Page 143: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

117

Mimika Timur Jauh. Total luas Blok A dan Blok B adalah 212.950 ha atau 10,63

% dari luas wilayah Kabupaten Mimika atau 0,50 % luas pulau Papua atau

hanya seluas 0,11 % luas wilayah negara Indonesia. Luas daerah tambang,

Blok A mempunyai persentase yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan

luas Kabupaten Mimika, Pulau Papua, dan Indonesia. Secara lebih rinci dapat

dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Persentase luas wilayah operasi PTFI dibandingkan luas wilayah Kabupaten Mimika, Pulau Papua, dan Negara Indonesia.

Luas Daerah Operasi PTFI (ha) Luas wilayah (ha)

Kab

Mimika Pulau Papua

Negara Indonesia

2.003.900 42.198.100 191.944.000 Persentase Luas Blok A terhadap 10.000 0,50% 0,02% 0,01% Persentase Luas Blok B terhadap 202.950 10,13% 0,48% 0,11% Persentase Luas Blok A+B terhadap 212.950 10,63% 0,50% 0,11%

Sumber: Diolah dari berbagai sumber (2009). Di wilayah kabupaten ini juga terdapat penambangan galian C, yang

berupa bahan galian pasir, kerikil, dan batu. Potensi galian C ini cukup tinggi

dan tersebar hampir diseluruh wilayah kabupaten. Namun potensi ini baru

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan-kegiatan pembangunan yang

ada di dalam wilayah Kabupaten Mimika saja. Padahal beberapa kabupaten

tetangga juga memerlukannya, seperti Kabupaten Merauke, yang sangat sulit

untuk mendapatkan bahan ini di wilayahnya.

Perikanan

Kabupaten Mimika yang mempunyai panjang garis pantai kurang lebih

340 km dan lebar laut 7,4 km atau luas laut sebesar 2.516 km2, menyimpan

potensi perikanan yang besar. Namun masih rendah dalam tingkat

pemanfaatannya. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 24. Jumlah desa

pesisir adalah sebanyak 43 kampung yang tersebar di 8 distrik dengan total

jumlah penduduk 16.048 jiwa pada tahun 2005. Teknologi yang dipakai juga

masih sederhana. Dalam bidang usaha budidaya air tawar teknologi yang ada

adalah: kolam tradisional, karamba apung dan jaring tancap. Dalam bidang

usaha penangkapan, teknologi yang dipakai adalah: pancing tangan/tradisional,

jala udang, jaring insang, mekanisasi (ketinting, motor tempel, dan motor dalam),

Page 144: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

118

mini trawl, dan jaring lingkar. Teknologi yang dipakai dalam bidang usaha

pengelolaan hasil perikanan adalah penggaraman dan pengasapan.

Tabel 24. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan Kabupaten Mimika pada tahun 2002 – 2006.

Uraian Luas Potensi Produksi Tahun (ton) Tingkat Tingkat

perairan Produksi

2002 2003 2004 2005 2006

Peman- Peman- (Ha) Lestari faatan faatan

(ton/th) rata-rata/

tahun 2006

tahun (%) (%)

1. Budidaya a. Air tawar 12.250 173,10 66,40 45,00 33,00 34,70 50,00 26.47 28,89

b. Payau

- Intensif 8.000 – 11.000 76.725 - - - - - 0,00

- Semi insentif 3.250 10.305 - - - - - 0,00

- Tradisional 3.800 3.990 - - - - - 0,00 c. Laut - - - - - 0,00

Jumlah 1 91.193 66,40 45,00 33,00 34,70 50,00 0,05 0,05 2. Penangkapan a. Perairan Umum 61,2 97 17 20 21 22 22 20,90 22,52

b. Perairan Laut: 251.600

- udang 18.250 65 85 89 94 98 0,47 0,54 - kepiting 10.950 339 369 485 509 545 4,10 4,98 - kakap putih 25.550 1.238 1.438 1.440 1.512 1.695 5,73 6,63 - sirip hiu 556 12 22 23 24 28 3,92 5,03 - ikan lainnya 127.750 2.951 3.956 4.159 4.367 4.662 3,15 3,65

Jumlah 2 183.153 4.621 5.888 6.216 6.527 7.050 3,31 3,85 Jumlah 1+2 274.346 4.687 5.933 6.249 6.562 7.100 3,36 3,90

Sumber : diolah dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Mimika (2006)

Dari Tabel 24, terlihat bahwa rata-rata tingkat pemanfaatan perikanan

pada tahun 2002 – 2006 di Kabupaten Mimika masih sangat rendah, yakni hanya

3,36 dari potensi produksi lestari pertahunnya. Misalnya pemanfaatan

sumberdaya udang pada tahun 2002 sampai 2006 rata-rata hanya 0,47 % dari

potensi produksi lestari pertahunnya. Rata-rata pemanfaatan perikanan yang

tertinggi terjadi pada ikan kakap, yakni 5,73 % dari potensi produksi lestari

pertahunnya. Walaupun angka ini tertinggi, namun masih tergolong sangat

rendah, di bawah 10 %.

Page 145: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

119

4.2.4. Sistem Transportasi

Jaringan transportasi darat Sistem transportasi darat meliputi sistem jaringan transportasi jalan dan

angkutan sungai. Sistem transportasi jaringan jalan terdiri dari jalan arteri primer,

jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder, jalan lokal

primer, dan jalan lokal sekunder. Sistem jaringan transportasi sungai di wilayah

kabupaten ini terdiri dari lintas utama, lintas pengumpul, dan lintas lokal.

Perkembangan pembangunan jalan di kabupaten ini sangat lambat.

Peningkatan panjang jalan hanya 5,40 % atau sepanjang 23,05 km dari tahun

2001 ke tahun 2002, seterusnya sampai tahun 2005 tidak ada peningkatan

panjang jalan. Kondisi jalan yang rusak juga lebih panjang dibandingkan dengan

kondisi jalan yang baik dan sedang. Begitu pula permukaan jalan dengan aspal

lebih pendek dibandingkan dengan permukaan jalan dari tanah dan lainnya.

Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 25.

Kabupaten Mimika memiliki garis pantai yang terletak di dataran rendah

dan didominasi oleh rawa-rawa sehingga kontruksi jalan untuk menghubungkan

antar distrik dan antar kabupaten tetangga masih sangat terbatas. Hal ini

menyebabkan tingginya harga barang di distrik-distrik yang masih belum

terhubung, yang disebabkan tingginya biaya transportasi.

Untuk mengatasi masalah tingginya biaya transportasi dan juga

membuka isolasi antar wilayah serta menghubungkan pusat-pusat sistem

produksi dengan ibukota kabupaten sebagai ruas jalan Trans Papua, Pemerintah

Kabupaten Mimika antara lain, sedang mengupayakan pembangunan ruas jalan

Potowaiburu di Distrik Mimika Barat Jauh sampai di Distrik Agimuga yang

terletak di bagian Timur wilayah kabupaten ini.

Dalam mengatasi keterisolasian dengan daerah pengunungan tengah, di

wilayah dataran tinggi, akan dibangun ruas jalan Timika-Enarotali (Kabupaten

Paniai), Timika-Ilaga (Kabupaten Puncak Jaya) dan di wilayah timur akan

dibangun ruas jalan Timika-Agimuga-Sawerma (Kabupaten Asmat).

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Mimika dan 12 kabupaten lainnya di

Kawasan Pengunungan Tengah dan Selatan Papua telah merencanakan untuk

pembangunan jalur kereta api yang mengarah dari daerah timur, yaitu

Kabupaten Merauke melintasi Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Yahukimo,

Kabupaten Asmat, dan Kabupaten Mimika serta berakhir di bagian barat, yaitu

Kabupaten Kaimana.

Page 146: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

120

Tabel 25. Panjang jalan di Kabupaten Mimika dirinci menurut status jalan, kondisi jalan dan permukaan jalan pada tahun 2000 – 2005.

Uraian Panjang Jalan di Kabupaten Mimika (km) tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005

A. Status Jalan

- Jalan Negara - - - - - - - Jalan Provinsi 42,50 42,50 42,50 42,50 4,.50 42,50 - Jalan Kota/Kabupaten 426,85 426,85 449,90 449,90 449,90 449,90

B. Kodisi Jalan - Baik 142,55 79,83 59,33 61,61 73,30 77,92 - Sedang 131,34 96,88 85,97 98,25 87,43 90,83 - Rusak 195,46 292,69 347,09 332,54 331,67 323,65 C. Permukaan Jalan - Aspal 73,39 76,66 79,01 82,37 94,07 98,68 - Kerikil 133,07 145,01 184,86 226,00 216,70 215,49 - Tanah dan lainnya 262,89 247,73 228,53 184,03 181,63 178,23

Sumber: Bappeda dan BPS Kabupaten Mimika (2005)

Transportasi sungai di wilayah Kabupaten Mimika digunakan terutama

untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau dengan

transportasi jalan. Pada umumnya orientasi dari sungai-sungai yang ada di

wilayah ini adalah Utara – Selatan sehingga sedikit sekali melayani transportasi

arah Barat – Timur. Transportasi arah Barat-Timur dapat dilayani bila melewati

perairan pantai yang membujur dari Barat ke Timur. Sarana transportasi sungai

yang saat ini biasa dipergunakan masyarakat adalah perahu motor tempel atau

perahu tradisional. Beberapa perahu cepat (speed boat) juga digunakan, yang

biasanya digunakan oleh pegawai pemerintah dan perusahaan.

Pemanfaatan sistem transportasi sungai sampai saat ini belum optimal,

padahal potensinya sangat besar dilihat dari: jumlah dan besar sungai yang ada

di seluruh wilayah Kabupaten Mimika, hampir semua wilayah pelosok kampung

khususnya di dataran rendah dapat dijangkau, dan masyarakat telah secara

turun temurun memanfaatkannya.

Jaringan transportasi laut

Sistem transportasi laut di Kabupaten Mimika merupakan sistem

transportasi yang sangat penting dan paling banyak digunakan oleh masyarakat

dalam memenuhi perjalanan. Sistem transportasi ini mempunyai simpul-simpul

yang digambarkan melalui pelabuhan, terdiri dari kelas: pelabuhan utama,

pengumpul dan perintis.

Page 147: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

121

Pelabuhan utama di Kabupaten Mimika adalah Pelabuhan Poumako.

Pelabuhan ini memberikan pelayanan arus barang dan jasa di kabupaten ini dan

juga sebagai pelabuhan yang mendukung arus barang dan jasa ke daerah

Pengunungan Tengah dan Selatan Papua. Rencananya Pelabuhan Poumako ini

kedepan akan dikembangkan hingga menjadi sebuah kawasan pelabuhan seluas

650 ha dan meliputi empat darmaga, yaitu darmaga peti kemas, darmaga

penumpang umum, dermaga perintis/rakyat, dan dermaga pangkalan angkatan

laut. Selain Pelabuhan Poumako itu, Kabupaten Mimika juga mempunyai

pelabuhan khusus bongkar muat barang milik PTFI yaitu Pelabuhan

Amamapare. Juga ada pelabuhan rakyat yang terletak dibeberapa distrik,

seperti di Atuka, Kokonao, Potowaiburu, Kapiraya, dan Jita. Pelabuhan rakyat

inilah yang akan dikembangkan dalam mendukung perkembangan Mimika

kedepan.

Jaringan transportasi udara Transportasi udara di Papua transportasi yang sangat penting di Papua,

termasuk juga di Kabupaten Mimika. Transportasi udara eksternal antara

wilayah Kabupaten Mimika dan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia dilayani

oleh Bandara Moses Kilangin yang terletak di Distrik Mimika Baru, di pusat Kota

Timika.

Bandara ini merupakan pelabuhan udara yang mampu melayani

pendaratan jet ukuran menengah, diantaranya pesawat Boeng 737. Bandara ini

dibangun oleh PTFI untuk mendukung operasional perusahaan. Awalnya

bandara ini dikelola oleh PTFI, saat ini pengelolaannya ditangani oleh AVCO (PT

Airfast Aviation Facilities company). Penerbangan yang terjadwal di bandara ini

adalah Merpati Nusantara Airlines, Garuda, dan beberapa penerbangan umum

nasional yang melayani Indonesia bagian Timur.

Bandara ini melayani rute-rute penerbangan domestik yang

menghubungkan Timika dengan kota-kota seperti: Jayapura, Sorong, Biak,

Ambon, Manado, Makasar, Denpasar, Surabaya, dan Jakarta. Juga melayani

dua rute penerbangan internasional, yakni rute Timika ke Darwin (Australia) dan

Timika – Guam. Disamping itu, melayani penerbangan perintis yang

menghubungkan Timika dengan kota-kota atau kecamatan-kecamatan di

pedalaman Papua, seperti rute Timika – Agimuga, Timika-Ilaga, Timika- Nabire

dan lainnya.

Page 148: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

122

4.2.5. Rencana Tata Ruang Kabupaten Mimika

Pemerintah Kabupaten Mimika pada tahun 2002 berhasil menyusun

sebuah laporan tentang Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Kabupaten Mimika.

Kemudian pada tahun 2005, Pemda Mimika juga berhasil menyusun sebuah

buku mengenai Mimika Dalam 3 Dimensi Waktu (Dahulu, Kini, dan Masa

Datang). Ada 18 sektor prioritas yang akan dikembangkan untuk Mimika dimasa

mendatang. Pada sektor tata ruang (sektor prioritas ke-13), Tata ruang

Kabupaten Mimika akan dibagi Tata Ruang Kota Timika dan Tata Ruang Ibukota

Distrik. Dimasa depan, pemerintah Kabupaten Mimika juga merencanakan untuk

Pembangunan Kota Baru Pelabuhan Poumako, Pembangunan Tugu Selamat

Datang dan Pembangunan Sarana olahraga sampai bertaraf internasional.

Dalam RRTR Kabupaten Mimika, wilayah ini dibagi menjadi beberapa

kawasan, yaitu: kawasan lindung, kawasan hutan lindung, kawasan taman

nasional, kawasan rawa bakau, kawasan sempadan sungai, kawasan sepadan

pantai, kawasan penyangga tegangan tinggi, kawasan budidaya, kawasan

tanaman pangan lahan kering, kawasan tanaman pangan lahan basah, kawasan

pertanian tanaman perkebunan, kawasan pengembangan tanaman sagu,

kawasan peternakan, kawasan industri, kawasan perikanan, kawasan

parawisata, kawasan pertambangan, kawasan ModADA, kawasan transmigrasi,

kawasan perkotaan, kawasan pengembangan perkotaan, kawasan

pengembangan budaya Amungme, kawasan campuran, kawasan pemukiman,

kawasan perkantoran, kawasan pertahanan dan keamanan, kawasan CBD

(kegiatan perdagangan dan pertokoan), kawasan pedesaan, kawasan bandara,

kawasan pengembangan pelabuhan nusantara, kawasan pengembangan

pangkalan pendaratan ikan, dan kawasan riset dan hutan cadangan pangan.

4.2.6. Potensi Wilayah dan Komoditas Unggulan

Berdasarkan data dan informasi dari berbagai sumber, utamanya dari

Pemerintah Kabupaten Mimika (2005), analisis situasional dan kondisi di wilayah

Kabupaten Mimika, berikut ini diuraikan beberapa potensi Kabupaten Mimika

untuk mendukung pengembangan pada masa yang akan datang.

Letak strategis

Letak geografis Kabupaten Mimika adalah sangat strategis ditinjau dari

peranannya sebagai titik sentral dan sebagai penyangga bagi kabupaten-

kabupaten yang berada di Kawasan Pengunungan Tengah dan Pesisir Selatan

Page 149: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

123

Papua. Bahkan kabupaten ini juga dapat berperan sebagai titik pengembangan

pelayanan industri dan jasa di Kawasan Timur Indonesia dan di Kawasan Rim

Pasifik Selatan. Letak strategis inilah yang diharapkan akan mengakibatkan

lonjakan besar dalam mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Potensi lainnya adalah luas wilayah kabupaten ini sebesar 21.522 km2 dengan

tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu, adanya daerah dataran

tinggi dan dataran rendah yang mempunyai tingkat perbedaan ketinggian yang

ekstrem serta banyaknya sungai yang mengalir berpotensi untuk pengembangan

listrik tenaga air.

Sumber daya alam

Potensi SDA Kabupaten Mimika selain tambang tembaga dan emas yang

saat ini sedang dikelola PTFI adalah pertambangan galian golongan C yang

cukup potensial mendukung pembangunan saat ini dan mendatang. Pada dua

tahun terakhir pasir sisa tambang atau tailing dari PTFI telah dijadikan bahan

bangunan dan dikirim ke luar Mimika, misalnya ke Kabupaten Merauke. Selain

itu, dilaporkan ada sumber tambang emas dan tembaga baru yang saat ini

sedang diteliti dan terletak disebelah Timur dari daerah penambangan PTFI.

Selain potensi tambang mineral di atas, berikut ini diuraikan beberapa

potensi SDA dan komoditas unggulan per sektor untuk mendukung pertumbuhan

Mimika saat ini dan kedepan.

a. Sektor pertanian dan perkebunan Pertanian dan perkebunan merupakan sektor unggulan jangka panjang

yang dapat dikembangkan di Kabupaten Mimika karena sebagian besar lahan

yang tersebar di beberapa distrik (kecamatan). didukung oleh iklim sesuai untuk

pengembangan tanaman. Di Distrik Mimika Tengah, Mimika Barat, Mimika Barat

Tengah sampai Distrik Mimika Barat Jauh terbentang luas lahan yang sesuai

untuk pengembangan tanaman padi sawah, padi gogo, jagung, tanaman

palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, kelapa, kelapa sawit, kopi, coklat dan

karet. Hasil kajian dari Departemen Transmigrasi menunjukkan terdapat areal

lahan seluas 90.000 ha di Distrik Mimika Barat yang memiliki tingkat kesesuaian

lahan Sangat Sesuai (S1) untuk pengembangan tanaman sawit.

Selain itu, di Distrik Agimuga, Kuala Kencana, dan Mimika Baru yang

semuanya terletak di dataran rendah memiliki lahan yang sesuai untuk

pengembangan kopi arabika, jeruk, nenas, avokat, rambutan, durian, dan matoa.

Kabupaten Mimika juga memiliki potensi hutan tanaman sagu yang luas sebesar

Page 150: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

124

32.231 ha. Hutan sagu alami ini ditemui di sepanjang Pantai Selatan Papua,

terbentang dari Distrik Jita, Mimika Baru, Mimika Tengah, Mimika Barat, Mimika

Barat Tengah hingga Mimika Barat Jauh. PEMDA telah menetapkan untuk

mengupayakan sagu sebagai sumber pangan dengan tetap memperhatikan

proses penanaman kembali. Sagu juga sangat potensial diproduksi sebagai

tepung sagu yang banyak dibutuhkan di dalam negeri dan luar negeri. Terkait

dengan pengembangan sagu, PTFI juga melakukan kajian potensi sagu untuk

bio-fuel bekerjasama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi) Lampung. Hasil sementara menunjukkan tanaman ini cukup

potensial sebagai penghasil etanol.

Beberapa Satuan Pemukiman (SP) dari program transmigrasi antara lain

SP I, IV, V, dan SP VI dikembangkan menjadi daerah kawasan tanaman pangan

padi serta beberapa distrik, antara lain: Distrik Mimika Timur, Mimika Tengah,

Mimika Barat, dan Mimika Barat Tengah. Distrik ini sangat potensial karena

memiliki daerah delta yang banyak dilalui sungai-sungai sebagai sumber

pengairan.

b. Sektor perikanan dan kelautan

Sektor ini masih belum dikelola secara optimal. Sesuai dengan Tabel 24

pada halaman 118, bahwa rata-rata tingkat pemanfaatan perikanan baik

budidaya dan penangkapan pada tahun 2000 - 2006 hanya sebesar 3,36% dari

produksi lestari setiap tahunnya. Potensi yang besar ini karena Kabupaten

Mimika berbatasan langsung dengan Laut Arafura yang merupakan salah satu

wilayah yang berpotensi perikanan laut terbesar di Indonesia. Sampai saat ini

kontribusi sektor ini terhadap perekonomian Mimika masih sangat minim.

Beberapa komoditas perikanan unggulan memiliki potensi dan nilai jual

yang tinggi, antara lain: ikan kakap puti/barramundi (Giant Perth) dengan potensi

tangkapan per tahun 25.550 ton; udang Black Tiger (Penaeus monodon) dengan

potensi tangkapan 18.250 ton/tahun; ikan mulut tikus dengan potensi tangkapan

36.500 ton/tahun; ikan bubara dengan potensi tangkapan per tahun 18.250 ton;

dan kepiting mangrove (Scylla serrata) dengan potensi tangkapan 10.950

ton/tahun. Potensi perikanan laut ini juga didukung oleh keadaan umum

sepanjang garis pantai Papua Selatan, antara lain: panjang garis pantai di

Kabupaten Mimika 340 km dengan lebar laut 7.4 km, jumlah desa di pesisir

pantai 41 kampung dengan jumlah penduduk 16.048 jiwa pada tahun 2004.

Page 151: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

125

Potensi perikanan darat di Mimika juga sangat besar untuk dikembangkan

karena Mimika memiliki kawasan rawa yang luas, sungai yang banyak, dan

curah hujan yang tinggi sehingga cocok untuk pengembangan perikanan air

tawar. Sesuai dengan data yang ditampilkan pada Tabel 24 di halaman 118,

potensi budidaya tambak cukup tinggi, yaitu: tambak kategori intensif seluas

8.000 – 11.000 ha, semi intensif seluas 3.250 ha dan tambak tradisional seluas

3.800 ha (Puslit SDM dan Lingkungan, 1999).

c. Sektor kehutanan

Luas hutan produksi di Kabupaten Mimika secara detil dapat dilihat pada

Tabel 22 pada halaman 116. Jenis kayu yang tumbuh baik di Kabupaten Mimika

dan mempunyai nilai tinggi adalah: kayu besi, matoa, gaharu, kayu putih, kayu

cina, kayu dragon, dan berbagai jenis rotan. Data menunjukkan bahwa

produksi yang cukup tinggi pada jenis kayu besi dan kayu cina banyak terdapat

di Kecamatan Jita, Mimika Timur, Mimika Baru, Mimika Tengah, Mimika Barat,

Mimika Barat Tengah, dan Mimika Barat Jauh.

d. Sektor peternakan Pada sektor ini komoditas perternakan yang dapat dikembangkan di

Kabupaten Mimika adalah sapi, kambing, babi, ayam buras dan itik.

Pengembangan ternak sapi dan kambing cukup sulit karena sulit mendapatkan

bibit non-lokal untuk kedua hewan tersebut dan bibit unggul dari luar harganya

mahal.

e. Sektor pariwisata

Sektor pariwisata di Kabupaten Mimika potensial untuk dikembangkan.

Beberapa daerah dan kegiatan wisata yang telah dikembangkan, antara lain:

wisata alam Taman Nasional Laurentz seluas 781.185 ha terletak di Kecamatan

Agimuga. Pulau Puriri, Bidadari, dan Kampus Biru sebagai wisata bahari.

Daerah Pigapu dan Otakwa dapat dikembangkan sebagai Pusat Wisata Berburu.

Daerah Kaugapu dapat dikembangkan menjadi Pusat Budaya. Daerah

Timika Pantai sebagai budaya sejarah karena disana ada situs peninggalan

Perang Dunia II. Ada kegiatan budaya tahunan atau beberapa tahunan yang

dinamakan sebagai Kegiatan Festival Kamoro. Pada festival ini ditampilkan

hasil-hasil ukiran, kesenian dan adat-istiadat Suku Kamoro.

Page 152: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

126

4.3. Gambaran Umum Kegiatan PT Freeport Indonesia

4.3.1. Kegiatan operasi penambangan PT Freeport Indonesia (PTFI) adalah perusahaan PMA yang bergerak di

bidang pertambangan Tembaga dan Emas dan telah beroperasi sejak tahun

1972 di Kabupaten Mimika, Propinsi Papua. Kegiatan yang berlangsung pada

saat ini didasarkan kepada Kontrak Karya Kedua antara Pemerintah Republik

Indonesia dengan PTFI yang ditandatangani pada tahun 1991. Batas-batas

daerah kerja PTFI adalah: sebelah Utara adalah Pegunungan Jayawijaya,

berbatasan dengan Kabupaten Puncak Jaya. Sebelah Timur dengan Taman

Nasional Lorentz. Sebelah Selatan dengan Laut Arafura. Sebelah Barat

berbatasan dengan Kota Timika, Kabupaten Mimika, berbatasan dengan

Kabupaten Kaimana. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Pegunungan

Jayawijaya yang berbatasan dengan Kabupaten Paniai.

Bijih yang ditambang terletak pada ketinggian lebih dari 4.000 m di atas

permukaan laut di daerah Erstberg dan Grasberg dalam wilayah Kontrak Karya

seluas 100 km2. Pada saat ini PTFI mengoperasikan tambang terbuka Grasberg

dan tambang bawah tanah DOZ (Deep Ore Zone) dengan target produksi harian

sekitar 240 ribu ton bijih. Dengan jumlah cadangan sekitar 2,7 milyar ton terdapat

cukup bijih untuk ditambang sampai dengan jangka waktu Kontrak Karya dan

perpanjangannya berakhir.

PTFI berkembang pesat setelah penemuan cebakan Grasberg (pada

ketinggian > 4.000 m di atas permukaan laut di daerah Erstberg dan Grasberg)

pada tahun 1988. Penemuan ini memungkinkan PTFI melakukan perluasan

operasi pertambangan, yaitu dari 125.000 ton bijih/hari menjadi 160.000 ton

bijih/hari (160K). Sejak tahun 1998 PTFI telah mengoperasikan tambang terbuka

Grasberg dan tambang bawah tanah dengan target produksi 240 ribu ton

bijih/hari. Secara garis besar ada empat kegiatan utama dari PTFI, yaitu:

pengelolaan batuan penutup dan air asam tambang, pengolahan bijih dan

pengeringan konsentrat, pengelolaan tailing, dan kegiatan penunjang (Laporan

RKL/RPL PTFI, 2007).

Pengelolaan batuan penutup dan air asam tambang

Untuk menambang bijih pada penambangan terbuka perlu disingkirkan

terlebih dahulu batuan yang menutupi batuan bijih. Batuan yang menutupi batuan

bijih dan tidak mengandung cukup mineral berharga untuk diolah disebut batuan

penutup. Perbandingan jumlah batuan penutup yang harus disingkirkan dan bijih

Page 153: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

127

yang dihasilkan adalah sekitar 3:1. Batuan penutup diangkut dari dalam tambang

terbuka Grasberg dan ditimbun di daerah sekitarnya. Setelah mencapai

ketinggian akhir maka timbunan batuan penutup direklamasi dengan penanaman

tanaman spesies lokal.

Sebelum ditambang, batuan penutup tidak mempunyai kontak dengan

oksigen dan air, karena terletak di bawah permukaan tanah sehingga tetap stabil.

Setelah diangkat dan ditimbun maka akan mengalami kontak dengan udara dan

air. Batuan penutup jenis tertentu, yaitu yang mengandung mineral sulfida

(belerang), dapat menghasilkan asam karena bereaksi dengan oksigen dan air.

Air asam tersebut terbawa oleh air hujan menjadi air asam batuan (AAB) yang

dikelola secara seksama. PTFI memanfaatkan batuan gamping yang cukup

melimpah di daerah tambang Grasberg dan bubur kapur yang diproduksi dari

batu gamping lokal untuk melakukan pencegahan dan penetralan air asam

batuan.

PTFI mempunyai sistem pengumpulan AAB berupa jalur pipa dan

terowongan bawah tanah yang membawa air asam menuju fasilitas penetralan di

kompleks Pabrik Pengolahan Bijih di MP74. Air asam yang telah dinetralkan,

didaur ulang untuk keperluan operasional Pabrik Pengolahan Bijih.

Pengolahan bijih dan pengeringan konsentrat Bijih yang dihasilkan dari tambang dikirim melalui terowongan vertikal ke

bawah dan ban berjalan menuju Pabrik Pengolahan Bijih yang terletak di sebuah

lembah sempit pada ketinggian 2.800 m di atas permukaan laut. Di Pabrik

Pengolahan Bijih mineral Tembaga, Emas dan Perak diekstrak menggunakan

teknik flotasi (pengapungan) yang umum digunakan oleh pabrik-pabrik

pengolahan bijih sejenis di dunia. Mula-mula batuan bijih digiling sampai halus

dan dicampur dengan air dalam jumlah yang besar pada mesin penggiling yang

kemudian dialirkan ke dalam tangki-tangki flotasi.

Pada tangki-tangki flotasi diberikan gelembung-gelembung udara dan

reagen yang bergerak dari dasar tangki menuju ke permukaan. Dalam

perjalanannya ke permukaan gelembung-gelembung tersebut menangkap dan

mengumpulkan mineral berharga dari permukaan butir-butir halus hasil gerusan

batuan bijih. Setelah sampai di permukaan, gelembung berubah menjadi buih

yang telah kaya dengan mineral berharga. Buih tersebut kemudian dikumpulkan

menjadi bubur konsentrat dan dikirim melalui jalur pipa menuju Pabrik

Page 154: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

128

Pengeringan Konsentrat di daerah Pelabuhan Amamapare yang terletak sekitar

120 km di sebelah selatan Pabrik Pengolahan Bijih.

Pengeringan dilakukan dengan penyaringan bertekanan tinggi (filter press)

dan pemanasan. Konsentrat kering berupa butiran pasir halus berwarna hitam

merupakan produk akhir PTFI. Konsentrat dikapalkan menuju pabrik peleburan

tembaga di seluruh penjuru dunia termasuk PT Smelting-Pabrik Peleburan dan

Pemurnian Gresik, yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur

Pengelolaan tailing

Hanya sekitar 3 % dari total bijih yang diolah di pabrik berubah menjadi

konsentrat. Pasir yang tersisa dari proses pengolahan bijih dinamakan tailing.

Dengan demikian, jumlah tailing yang dihasilkan adalah sekitar 230 ribu ton/hari.

Diperlukan lahan yang cukup luas untuk menyimpan tailing yang telah dan akan

terakumulasi sampai akhir masa tambang. Dalam rangka menyusun AMDAL

300K tahun 1996-1997, PTFI menugaskan konsultan internasional untuk

mempelajari berbagai opsi pengelolaan tailing. Dari belasan opsi yang dipelajari

akhirnya dipilih dan disetujui satu opsi untuk dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

tailing dari Pabrik Pengolahan Bijih di dataran tinggi diangkut melalui sistem

sungai Aghawagon – Otomona menuju suatu daerah yang khusus dialokasikan

(designated) untuk menampung tailing. Supaya tidak terjadi perluasan dampak

secara lateral, dibangun dua buah tanggul yang membujur pada arah Utara–

Selatan yang dikenal sebagai Tanggul Barat (± 50 km) dan Tanggul Timur (± 54

km). Jarak kedua tanggul bervariasi antara 4 – 7 km dan luas total lahan di

antara kedua tanggul adalah 230 km2. Dalam dokumen AMDAL 300K daerah

dinamakan Daerah Pengendapan Ajkwa yang Dimodifikasi dan kemudian lebih

dikenal dengan nama ModADA.

Di dalam ModADA pengendapan tailing terjadi secara merata mengikuti

aliran air permukaan yang terus berpindah-pindah dan bercabang-cabang. PTFI

terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengendapan tailing dalam

ModADA. Tinggi tanggul terus ditambah mengikuti tinggi endapan tailing dan

dijaga agar mampu menampung air dari perkiraan kejadian banjir terbesar

(Maximum Probable Flood). Pengendapan tailing dalam ModADA disebabkan

oleh gaya gravitasi sehingga terdistribusi menurut ukuran partikel. Partikel kasar

mengendap di bagian utara ModADA (kira-kira berjarak lebih kurang 2 km sejajar

dengan kota Timika). Partikel berukuran sedang mengendap di sebelah utara

Page 155: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

129

ModADA hingga sampai sebelum daerah sagu. Partikel halus mengendap di

daerah sagu sampai ujung selatan ModADA di dekat muara Ajkwa. Partikel yang

sangat halus mengendap di Estuari Ajkwa dan sisanya terbawa sampai ke Laut

Arafura di selatan pantai Mimika. Pola penyebaran tailing di Estuari Ajkwa dan

Laut Arafura sampai masa pasca tambang telah diprediksi melalui sebuah model

komputer 3-Dimensi yang dikembangkan oleh ahli pemodelan dari ITB.

Selain itu, juga telah diidentifikasi dan dikuantifikasi risiko ekologi dan

kesehatan manusia dari tailing melalui suatu studi Ecological Risk Assessment

yang dilakukan oleh tim peneliti dari dalam dan luar negeri selama 4 tahun (1998

– 2002). PTFI telah melakukan berbagai penelitian dan percobaan penghijauan

lahan tailing dan menanam bermacam tanaman budidaya untuk menunjukkan

bahwa setelah masa tambang berakhir ModADA dapat diubah menjadi lahan

produktif dalam waktu tidak terlalu lama dan dengan biaya tidak terlalu besar.

Hasil penelitian Taberima (2009) menunjukkan bahwa tanah yang berkembang

dari tailing di ModADA telah menunjukkan adanya perkembangan struktur yang

lebih baik pada horison permukaan dibandingkan horison di bawahnya.

Kegiatan penunjang

Untuk dapat melakukan usahanya, PTFI menyelenggarakan berbagai

kegiatan penunjang skala besar seperti pembangkitan tenaga listrik dan jaringan

distribusinya, gudang-gudang logistik, penyediaan sarana dan prasarana

angkutan darat, laut dan udara, bengkel-bengkel pemeliharaan kendaraan dan

peralatan berat. Selain itu untuk sekitar 18.000 karyawan dan keluarganya PTFI

juga menyediakan fasilitas perkotaan dan pusat-pusat pemukiman seperti

kompleks perkantoran, perumahan, asrama, hotel, kantin umum, rumah sakit,

sekolah, pusat perbelanjaan, pusat rekreasi dan berbagai fasilitas lainnya.

Setiap hari kegiatan penunjang ini menghasilkan limbah padat dan limbah

cair dalam jenis dan jumlah yang tidak sedikit. Untuk menjaga lingkungan, PTFI

sejak semula telah menyelenggarakan pengelolaan limbah secara terpadu.

Limbah padat atau limbah cair tidak diperbolehkan untuk dibuang secara

sembarangan ke lingkungan. Tidak dijumpai sampah yang berserakan di

pemukiman, jalan ataupun sungai di seluruh wilayah kerja PTFI. Semua fasilitas

tempat tinggal, perkantoran dan sarana umum diperlengkapi dengan tempat

sampah dalam ukuran dan jumlah yang cukup. Limbah padat domestik diambil

dan diangkut secara berkala oleh armada truk sampah dan dibuang ke tempat-

Page 156: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

130

tempat pembuangan akhir (TPA) yang terletak di daerah tambang, di MP72 dan

di MP38. Khusus untuk limbah yang dapat digunakan kembali dilakukan daur

ulang. Sebagai contoh, ban bekas di-revulkanisasi atau digunakan untuk

penahan erosi. Sampah organik digunakan untuk bahan pembuat kompos. Aki

bekas dihibahkan kepada pabrik daur ulang di Jakarta dan Surabaya. Demikian

pula besi dan logam bekas lainnya. Oli bekas dijadikan bahan bakar di Pabrik

Kapur dan di Pabrik Pengeringan Konsentrat.

Semua limbah cair domestik disalurkan melalui jalur pipa menuju instalasi

pengolahan air limbah (IPAL) terdekat. PTFI mengoperasikan 10 IPAL yang

tersebar dari daerah tambang sampai ke pelabuhan. Setelah diolah, limbah cair

dapat dialirkan kembali ke lingkungan. Limbah B3 seperti limbah hidrokarbon,

abu pembakaran limbah medis, dan bahan kimia kadaluwarsa dikirim ke PPLI

(Prasada Pamunah Limbah Industri) di Cibinong, Jawa Barat untuk penanganan

dan pembuangan akhir.

Gambar 13. Gambar Daerah Operasi PTFI dari Dataran Tinggi sampai Di Dataran Rendah

Pengelolaan lingkungan di seluruh wilayah kerja PTFI merupakan

tanggung jawab manajer tiap lokasi kerja dan di bawah koordinasi Departemen

Lingkungan Hidup. Sistem Manajemen Lingkungan (SML)PTFI mengacu kepada

standar ISO 14001 dan telah disertifikasi dan diawasi oleh SGS sejak tahun

Page 157: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

131

2001. Pekerjaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang bersifat rutin

dilakukan berdasarkan prosedur baku operasi (SOP) yang dievaluasi dari waktu

ke waktu sehingga dapat terjadi perbaikan secara terus menerus. Karyawan

diberikan pelatihan yang cukup untuk dapat memahami dan melaksanakan SOP

ini. Pelaksanaan SML di lapangan diperiksa melalui inspeksi dan audit

lingkungan secara berkala. Sekali setahun dilakukan Kaji Ulang Manajemen atas

SML PTFI secara keseluruhan. Visi PTFI adalah untuk menjadi perusahaan

tambang yang secara aktif bertanggungjawab dalam bidang lingkungan hidup.

Secara garis besar kegiatan operasi tambang PTFI mulai dari dataran tinggi

hingga dataran rendah seperti pada Gambar 13. Daerah Kontrak Karya blok A

dan blok B tertera pada Gambar 14.

Seperti kegiatan pertambangan pada umumnya, demikian pula kegiatan

penambangan PTFI mempunyai pengaruh yang nyata kepada lingkungan hidup,

sosial dan ekonomi. Terkait dengan penutupan tambang berkelanjutan maka

pengaruh kerusakan pada lingkungan hidup perlu dipulihkan sesuai dengan

rencana peruntukannya sehingga menjamin keamanan bagi hewan, tanaman

dan manusia yang akan hidup di dalamnya. Manfaat sosial dan ekonomi dapat

bisa terus dirasakan oleh masyarakat sekitarnya walaupun berasal dari kegiatan-

kegiatan lain yang dibangun dari hasil manfaat bahan tambang.

4.3.2. Pengaruh lingkungan hidup dan kegiatan pengelolaannya

Ada dua pengaruh utama dari kegiatan PTFI pada lingkungan hidup

sekitarnya yaitu air asam batuan (AAB) dari timbunan batuan penutup dan tailing

yang merupakan butiran pasir sisa dari hasil pemrosesan bijih. Selain itu,

pengaruh lainnya adalah kestabilan lereng di daerah tambang (kemungkinan

erosi dan longsor) dan perubahan topografi. Sampai saat ini ada dua lubang

besar setelah bahan tambangnya dikeluarkan, yakni bekas tambang Ertzberg

dan daerah tambang saat ini, Grasberg. Menurunnya keragaman hayati baik

hewan dan tanaman di daerah-daerah dimana bentang alamnya dibuka untuk

mendukung panambangan baik di dataran tinggi dan di dataran rendah.

Menurunnya kualitas udara karena emisi-emisi gas buang baik dari pabrik

pengelolahan, pabrik batu gamping dan intalasi PLTU (Pembangkit Listrik

Tenaga Uap). Menurunnya kualitas air di sepanjang Sungai Aghawagon dan

Otomona karena digunakan sebagai sarana transportasi tailing dari pabrik

pengolahan di dataran tinggi sampai di ModADA dan juga menurunnya kualitas

Page 158: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

132

air muara dan terjadinya pendangkalan di daerah muara. Pengaruh lainnya

adalah hancurnya hutan hujan tropis seluas 230 Km2 akibat digunakan sebagai

daerah pengendapan tailing atau disebut sebagai ModADA di dataran rendah.

Gambar 14. Daerah Kontrak Karya blok A dan blok B PTFI.

Page 159: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

133

Pengaruh-pengaruh lingkungan hidup itu perlu dikelola agar tidak

membahayakan selama kegiatan operasi dan sesuai dengan regulasi yang

ditetapkan oleh pemerintah. Pengelolaan dampak lingkungan yang baik saat

operasi tambang sedang berjalan akan berpengaruh positif kepada perbaikan

lingkungan saat tambang memasuki saat penutupan dan juga akan mengurangi

biaya dan resiko-resiko. Oleh karena itu, sesuai dengan dokumen AMDAL 300 K,

program-program pengelolaan dan pemantauan lingkungan PTFI, antara lain

sebagai berikut: air asam tambang dan timbunan batuan penutup, kestabilan

lereng dan perubahan topografi, hidrologi dan geohidrologi, geokimia dari tailing,

reklamasi di daerah dataran tinggi dan dataran rendah, kontruksi dan kestabilan

tanggul tempat pengendapan tailing, limbah padat, cair dan B3 baik dari industri

maupun dari domestik, dan kualitas air dan kualitas udara ambien serta

pengelolaan dan pemantauan lainnya sebagaimana yang dilaporkan secara

teratur dalam dokumen RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL

(Rencana Pemantauan Lingkungan)

Untuk mendukung upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan berjalan

baik dan lancar sesuai dengan target dan juga persyaratan dari regulator, PTFI

juga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pendukung, adalah sebagai berikut:

aplikasi sistem manajemen lingkungan perusahaan dengan persyaratan ISO

14001 atau SNI (Standard Nasional Indonesia) 19-14001; melakukan audit

internal dan eksternal secara teratur; pengelolaan laboratorium lingkungan,

membangun satu unit pabrik gamping, membangun IPAL (Instalasi Pengelolaan

Air Limbah) di setiap satu unit kegiatan domestik atau rumah tangga; melakukan

kerjasama penelitian dengan lembaga penelitian di perguruan tinggi dan swasta;

melakukan perekaman dengan citra satelit untuk melihat dampak tailing terhadap

vegetasi, pola aliran air, perkembangan perubahan lahan di daerah sekitar

Timika dan proyek PTFI; dan mengadakan pendidikan kepedulian lingkungan

baik untuk internal perusahaan maupun eksternal, seperti publik di Mimika.

Dalam mendukung kegiatan pengelolaan lingkungan, PTFI setiap tahun

mengalokasikan dana yang cukup. Misalnya untuk tahun 2006 jumlah dana

yang digunakan adalah sebesar 27,5 juta US Dolar. Pada tahun 2005 biaya

lingkungan PTFI sebesar 20 juta US Dolar, sedangkan pada tahun 2007 adalah

sebesar 36,2 juta US Dollar. Pada tahun 2008 PTFI menganggarkan dana

sebesar 44,15 juta US Dolar untuk biaya pengelolaan lingkungannya.

Page 160: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

134

Penghargaan dan pengakuan yang diterima PTFI baik dari pemerintah

Indonesia maupun lembaga internasional sebagai hasil dari pencapaian-

pencapaian dalam pengelolaan lingkungan hidup, adalah sebagai berikut:

a. Mendapatkan nilai BIRU MINUS untuk PROPER (Penilian Peringkat Kinerja

Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) untuk tahun 2006 –

2007, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 483,

tertanggal 31 Juli 2008

b. Penghargaan Lingkungan Pertambangan tahun 2007 dari Departemen

Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai pelaksana Reklamasi Kegiatan

Pertambangan Mineral untuk periode kegiatan pertambangan 2004-2006.

c. Memperoleh akreditasi dari NATA (National Association of Testing

Authorities, Australia) dan sertifikat akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional

(KAN-BSN) untuk Laboratorium Lingkungan PTFI, sebagai pengakuan untuk

kemampuan pengujian hampir seluruh aktifitas pengujian yang dapat

dilakukan oleh laboratorium ini.

d. PTFI menerima sertifikat ISO 14001, standar internasional sistem

pengelolaan lingkungan. PTFI telah menerapkan ISO 14001 dalam

pelaksanaan pengelolaan program lingkungan hidupnya.

e. Menerima penghargaan Pelaporan Pembangunan Berkelanjutan tahun 2007

dari National Center for Sustainability Reporting (NCSR). Sustainability

Reporting ini merupakan sebuah sistem pelaporan yang menggambarkan

keberhasilan kegiatan bisnis dalam mengelola aspek-aspek keberlanjutan

lingkungan, sosial dan aspek ekonomi seperti yang diperkenalkan oleh GRI

(2006).

4.3.3. Pengaruh sosial dan kegiatan pengelolaannya Pengaruh sosial dari kegiatan PTFI adalah antara lain: mengurangi akses

masyarakat ke tempat dan mendapatkan sumber daya yang biasa mereka

peroleh secara tradisional, seperti bahan pangan, kebutuhan papan dan lainnya;

menimbulkan urbanisasi atau migrasi dari daerah kabupaten sekitarnya dan di

luar Papua bahkan dari luar negeri; tekanan terhadap lahan dan perumahan

masyarakat, tekanan terhadap budaya setempat, dan persepsi negatif

masyarakat pada kegiatan tambang. Disamping itu manfaat sosial yang

dirasakan oleh masyarakat, adalah antara lain: pelayanan dan perbaikan

kualitas kesehatan; pengembangan SDM setempat melalui penyediaan

Page 161: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

135

pendidikan, beasiswa dan keterampilan; pembinaan pengusaha kecil dan

menengah; penguatan kapasitas kelembagaan, memberikan akses bagi

pengambilan keputusan oleh masyarakat, khususnya dalam pengolaan

pengembangan masyarakat; pengembangan potensi budaya setempat dan

lainnya.

Untuk mengelola pengaruh sosial yang negatif kepada masyarakat

sekitarnya dan juga meningkatkan manfaat sosial dari kegiatan PTFI, maka

perusahaan menyelenggarakan program pengembangan masyarakat dan juga

beberapa kegiatan yang terkait dengan komitmen sosialnya, yang saat ini dikenal

dengan nama Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan. Program pengembangan masyarakat yang dijalankan oleh

PTFI sangat beragam. Namun berdasarkan sumber pendanaannya dapat

dikelompokkan dua kelompok, yaitu: a) Program pengembangan masyarakat

dari dana operasional PTFI dan b) Program pengembangan masyarakat dari

Dana Kemitraan PTFI. PTFI juga mengalokasikan Dana Kapital, yaitu sejumlah

dana untuk pembangunan sarana dan prasarana dalam mendukung kegiatan

program PM. Perusahan juga memberikan donasi-donasi yang terkait dengan

PM.

Program PM yang bersumber dari dana operasional perusahaan dikelola

langsung oleh PTFI dengan melakukan pembinaan dan pengembangan

putra/putri masyarakat setempat untuk mengelola kegiatan PM. Program-

programnya, meliputi: a) pengembangan infrastruktur tiga desa (Banti, Aroanop,

Tsinga) di dataran tinggi; b) program rekognisi Kamoro; c) program

pengembangan dan pendampingan masyarakat 5 desa (Tipuka, Ayuka,

Nawaripi, Koperapoka, dan Nayaro) di dataran rendah; d) pengembangan usaha

kecil dan menengah bagi masyarakat; e) percontohan dan alih teknologi

pertanian dan peternakan; f) penguatan Lembaga Hak Asasi Manusia Anti

Kekerasan (YAHAMAK); g) penyediaan Dana Perwalian bagi masyarakat

Amungme dan Kamoro; h) pengembangan SDM di Institut Pertambangan

Nemangkawi di Kuala Kencana; i) peningkatan kesehatan dan pengendalian

penyakit malaria; dan j) bina hubungan masyarakat.

Program pengembangan bersumber dari ”Dana Kemitraan (DK) PTFI”

atau sebelumnya disebut ”Dana 1%”, adalah sebesar satu persen dari

pendapatan kotor tahunan PTFI. Program ini dibentuk dan dilaksanakan sejak

tahun 1996 sampai tahun 2006 dan telah diperpanjang selama lima tahun

Page 162: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

136

sampai tahun 2011. Kewenangan pengelolaan DK PTFI adalah

LPMAK(Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro), sebuah

organisasi lokal di Mimika yang dibentuk bersama oleh pemerintah daerah, PTFI,

lembaga adat, dan tokoh masyarakat dan tokoh agama. Program-program yang

dikelola difokuskan pada bidang-bidang: pendidikan, kesehatan, ekonomi

kerakyatan, dukungan bagi lembaga adat dan bagi aspek keagamaan, dan

memberikan bantuan kemanusiaan.

PTFI mengeluarkan dana yang cukup besar untuk membiayai program

PM-nya. Bila dibandingkan dengan total kontribusi dari seluruh industri

pertambangan di Indonesia, kontribusi dana PM PTFI sejak tahun 2002 sampai

2006 rata-rata mencapai di atas 50 % setiap tahunnya. Selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 26. Pada tahun 2006 kontribusi Comdev PTFI sebesar 63.83

% dari total seluruh Comdev industri tambang di Indonesia.

Tabel 26. Kontribusi Pendanaan PM PTFI terhadap industri pertambangan (dalam US$ Juta)

Uraian Kegiatan Jumlah Dana Comdev (US $ Juta) 2002 2003 2004 2005 2006

Total Comdev industri tambang 57,44 77,74 62,29 90,52 120,22 Comdev PTFI 39,66 41,12 43,46 63,99 76,74 % Comdev PTFI thd. industri tambang* 69,05% 52,89% 69,77% 70,69% 63,83%

* Dihitung kembali dari (PWC, 2007 dalam LPEM-FEUI, 2008)

Tabel 27. Pendanaan Program PM PTFI pada tahun 2008 sampai Bulan Oktober

Kegiatan Aktual tahun 2008 sampai Oktober (US Dollar)

Dana Kemitraan (LPMAK) 37.489.927 Program Pengembangan Masyarakat (SLD) 13.374.984 Dana-dana Perwalian 1.100.000 Kesehatan Masyarakat & Pengendalian Malaria 7.932.407 Institut Pertambangan Nemangkawi 11.765.132 Asrama Tomawin 321.131 Tailing Utilization 810.504 Total Dana Operasional & Dana Kemitraan 72.794.085 Dana Kapital 3.429.630 Donasi PTFI berkaitan dengan program PM 1.394.285 Jumlah 77.618.000

Sumber : SLD PTFI (2008)

Page 163: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

137

Pada tahun 2008 sampai bulan Oktober PTFI telah menyeluarkan dana

untuk pengembangan masyarakat sejumlah 77.618.000 US Dollar.

Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 27. Bila dilihat berdasarkan dana yang

dikelola maka program PM yang dikelola oleh LPMAK adalah sebesar 48,3 %

dari total dana PM yang dialokasikan oleh PTFI. Hal ini menunjukkan bahwa

LPMAK sebagai lembaga lokal di Mimika telah mampu mengelola dana dan

beragam jenis program PM.

Secara rinci besarnya DK PTFI yang dialokasikan sejak tahun 1996 sampai

2007 dapat dilihat pada Tabel 28. Dana tahun 2006 meningkat hampir lima kali

lipat dari tahun 1996.

Tabel 28. Alokasi Dana Kemitraan PTFI dari tahun 1996 – 2007

Jumlah Dana Kemitraan 1996 1997 1998 1999 2000 2001 Dalam US Dolar 10.810.150 12.742.915 16.625.288 21.117.015 13.504.330 17.317.229 Dalam Juta Rupiah 25.209 38.751 179.705 158.044 117.256 179.636 Jumlah Dana Kemitraan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Dalam US Dolar 18.313.298 21.841.766 18.041.433 40.534.482 51.828.368 51.368.863 Dalam Juta Rupiah 172.306 189.038 161.838 393.855 472.756 475.498

Sumber : SLD PTFI, 2008

Beberapa penghargaan dan pengakuan dari pemerintah Indonesia dan

lembaga internasional terkait dengan hasil pencapaian-pencapaian dari

pelaksanaan program sosialnya atau program PM PTFI, adalah sebagai berikut:

a. Penghargaan internasional dalam bidang PM atau “Community Development

Excellence Award” , dari Asia Mining Congress di Singapura 9 April 2009

untuk pengembangan SDM Papua berkelanjutan di Institut Pertambangan

Nemangkawi (IPN) yang didirikan dan dikelola oleh PTFI.

b. Meraih penghargaan Tujuan-tujuan Pembangunan Milenium atau "Millennium

Development Goals (MDGs)" 2008 untuk kategori "Memerangi HIV/AIDS,

Malaria, Tuberkulosis, dan Penyakit lainnya". MDGs Award merupakan

kerjasama antara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Kantor Menteri

Negara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Metro

TV dan diberikan kepada institusi pemerintah dan dunia swasta yang

menjalankan program-program menuju tujuan-tujuan pembangunan

milenium.

Page 164: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

138

c. Menerima Piagam Penghargaan Utama Menteri Negara Perumahan Rakyat

atas dukungannya terhadap Pembangunan Perumahan sebagai bagian dari

CSR. Tujuan dari penghargaan ini adalah mendorong dunia usaha agar lebih

peduli dalam mendukung pembangunan perumahan sehingga dapat

mempercepat pemenuhan perumahan layak huni bagi karyawan dan

masyarakat.

4.3.4. Pengaruh ekonomi dan kegiatan pengelolaannya Ada dua pengaruh utama dalam aspek ekonomi dari kegiatan PTFI bagi

negara dan masyarakat sekitarnya, yakni: Pertama, berupa manfaat secara

langsung, seperti: pajak penghasilan badan, royalti, dividen pemerintah dan

pajak serta pungutan lain. Kedua, manfaat tidak langsung yang berupa dampak

pertumbuhan ekonomi di Papua dan Indonesia (LPEM-FEUI, 2008) dan

pelaksanaan komitmen sosialnya yang berupa: Dana Kemitraan atau Dana 1 %

untuk pengembangan masyarakat sekitarnya dan dana perwalian untuk

masyarakat Amungme dan Komoro, dua suku sebagai pemilik hak ulayat daerah

operasi perusahaan.

Berikut ini adalah beberapa kontribusi PTFI kepada pertumbuhan ekonomi

baik bagi Mimika, Papua maupun bagi Indonesia (pusat) yang merupakan hasil

analisa LPEM-FEUI (2008), adalah sebagai berikut:

a. Kontribusi terhadap pembentukan PBD dan PDRB. Pada tahun 2007 PTFI

diperkirakan memberikan kontribusi pada pembentukan Produk Domestik

Bruto Nasional (PDB) adalah sebesar 64,58 trilyun rupiah (2,42 %),

sedangkan kontribusi pada pembentukan PDRB Papua pada tahun yang

sama adalah sebesar 34,34 triyun rupiah (44,87 %). Kontribusi pada

pembentukan PDRB Mimika adalah sebesar 32,71 trilyun (95,56 %). Secara

rinci dapat dilihat pada Tabel 29.

b. Kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja. Pada tahun 2005 PTFI

diperkirakan memberikan kontribusi terhadap penciptaan kesempatan kerja

secara nasional sebesar 277 ribu kesempatan orang kerja. Untuk Papua di

tahun yang sama, PTFI memberikan kontribusi terhadap penciptaan

kesempatan kerja secara nasional sebesar 229 ribu kesempatan orang kerja

(LPEM-FEUI, 2006).

Page 165: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

139

Tabel 29. Dampak ekonomi dan fiskal PTFI kepada negara, Provinsi Papua, dan Kabupaten Mimika tahun 2001 – 2007

Uraian Dampak Ekonomi dan Fiskal PTFI (dalam Milyar Rupiah) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

PDB Nasional 1.646.322 1.821.833 2.013.675 2.295.826 2.784.960 3.339.480 3.957.404 Persentase Kontribusi PTFI (%) 1,75 1,22 1,15 1,08 2,78 2,57 2,42 PDRB Papua 24.556 23.097 28,726 31.846 51.538 64.361 76.544 Persentase Kontribusi PTFI (%) 55,34 40,90 46,63 28,53 62,54 56,71 44,87 PDRB Mimika 15.051 11.822 15.177 14.907 32.196 33.331 34.237 Persentase Kontribusi PTFI (%) 98,64 97,71 98,19 97,58 97.23 76,51 95,56 APBN Negara - 304.895 340.658 400.334 494.150 654.882 706.791 Persentase Kontribusi PTFI (%) - 0,59 0,84 0,57 1.69 2,23 2,34 APBD Provinsi Papua - 2.020 2.276 2.428 2.741 4.895 5.372 Persentase Kontribusi PTFI (%) - 3,70 3,70 4,28 6,66 6,26 6,35 APBD Kab. Mimika - 332 362 392 598 1.024 815 Persentase Kontribusi PTFI (%) - 42,33 42,62 42,83 53,44 52,19 74,32

Sumber: LPEM-FEUI (2008) c. Kontribusi terhadap penerimaan negara. Pada tahun 2007 kontribusi fiskal

PTFI terhadap APBN mencapai Rp 16,51 trilyun rupiah atau sekitar 2,34 %

dari total APBN. Kontribusi pada APBD Provinsi Papua adalah mencapai 341

milyar rupiah (6,35 %), sedangkan untuk APBD Mimika adalah sebesar 605

milyar rupiah (74,32 %).

d. Kontribusi terhadap pengembangan masyarakat pada tahun 2007, PTFI

telah memberikan kontribusi dalam menyalurkan dana pengembangan

masyarakat sebesar 76,74 juta US Dollar atau sekitar 63,83 % dari total dana

pengembangan masyarakat yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan

pertambangan di Indonesia.

4.3.5. Kegiatan PTFI terkait penutupan tambang.

Beberapa kegiatan perusahaan yang dilakukan saat ini terkait dengan

Rencana Penutupan Tambang (RPT), antara laian:

a. PTFI telah membuat suatu rencana konseptual pasca tambang pada tahun

1997 sebagai bagian dari studi penunjang ANDAL 300K. Rencana ini

mengidentifikasi fasilitas dan operasi utama yang akan dihentikan dan

ditutup, jadwal penutupan, tindakan-tindakan yang akan diambil untuk

Page 166: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

140

penutupan, serta estimasi biaya untuk kegiatan penutupan tersebut.

Dokumen Rencana Pasca Tambang merupakan dokumen yang ‘hidup’ (living

document) dan akan diperbarui dari waktu ke waktu. Pada bulan Desember

2004, PTFI menyelesaikan rencana pengelolaan penutupan tambang yang

telah diperbaharui.

b. PTFI telah menyediakan dana untuk pembiayaan kegiatan penutupan

tambang dan reklamasi pada akhir masa tambang dalam bentuk accounting

reserve. Hingga akhir triwulan kedua pada tahun 2008 jumlah kewajiban

yang telah dibukukan dalam bentuk accounting reserve tersebut sebesar US$

69.916.301. Disamping itu, sejak tahun 1996 PTFI mulai menyisihkan dana

kas secara teratur dalam bentuk deposito yang direncanakan pada akhir

masa tambang jumlahnya akan mencapai US$100 juta (sudah termasuk

bunga). Hingga akhir triwulan kedua tahun 2008 jumlah dana deposito

pasca tambang yang telah terakumulasi adalah sebesar US$ 10.664.644

(Laporan RKL/RPL PTFI, 2007).

c. Pada tanggal 17 dan 18 Juni 2008, PTFI bekerjasama dengan UNIPA

(Universitas Negeri Papua) menyelenggarakan sebuah Simposium

Pengelolaan AAB PTFI yang dihadiri oleh ahli-ahli dari berbagai perguruan

tinggi di Indonesia dan ahli dari luar negeri. Para ahli yang berpartisipasi itu

berasal dari institusi pendidikan antara lain: Universitas Negeri Papua

(UNIPA); Universitas Negeri Cendrawasih (UNCEN); Institut Teknologi

Bandung (ITB); Universitas Gajah Mada (UGM); Universitas Diponogoro

(UNDIP); Institut Pertanian Bogor (IPB); dan EGI (Sydney, Australia).

Beberapa hasil rumusan simposium itu adalah: (1). PTFI berupaya secara

sungguh-sungguh dalam mengelola AAB agar aman bagi lingkungan

sekitarnya pada saat ini dan telah mengembangkan praktek-praktek yang

baik untuk menyongsong masa penutupan tambang. (2) Hasil-hasil

penelitian, praktek-praktek pengelolaan saat ini, dan tahapan pengoperasian

tambang terbuka dan tambang bawah serta didukung oleh karakteristik dan

potensi alam di sekitar wilayah PTFI yang unik tidak dimiliki industri tambang

lain, telah memberikan harapan yang besar dan keyakinan bahwa

pengelolaan AAB PTFI saat ini dapat dijadikan dasar pengelolaan

selanjutnya. (3). PTFI perlu secara terus menerus melakukan perbaikan-

perbaikan penanganan untuk memberikan keyakinan yang lebih besar

disertai pengembangan-pengembangan baru baik dalam segi teknologi yang

Page 167: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

141

dipakai maupun aspek lain yang terkait. (4). Simposium ini telah menambah

wawasan baik bagi PTFI maupun para akademisi yang hadir. Dengan

demikian perlu dilakukan secara berkesinambungan dan didokumentasikan

dengan baik untuk dijadikan bahan penting dalam membangun industri

pertambangan di Papua khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

d. Strategi pengelolaan program pengembangan masyarakat mulai

mempertimbangkan pada persiapan-persiapan pencapaian pekerjaan

penutupan dan pasca tambang yang efektif dan efisien serta diarahkan untuk

keberlanjutan setelah tambang berakhir. Strategi kemitraan yang setara dan

saling menguntungkan dalam menyelenggarakan program pengembangan

masyarakat adalah salah satu contoh.

4.3.6. Kegiatan PTFI terkait pembangunan berkelanjutan

Kegiatan-kegiatan pengelolaan perusahaan baik pada bidang operasi

tambang maupun pengelolaan lingkungan hidup dan sosial yang menunjukkan

bahwa adanya implementasi prinsip-prinsip PB, adalah sebagai berikut:

a. Prinsip-prinsip PB telah dimasukkan dalam kebijakan perusahaan dan

menjadi praktek-praktek pengelolaan operasional perusahaan. Contoh:

kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan kegiatan “Freeport Goes

Green”. Juga, mengembangkan Kawasan Pengamatan Suksesi Alami di

MP21 untuk mempromosikan keberadaan sumber daya alam di daerah

pengendapan pasir sisa tambang (SIRSAT atau tailings) melalui kegiatan

pendidikan dan rekreasi. Proses suksesi alami di area ini terjadi tanpa

campur tangan manusia telah menunjukkan keyakinan bahwa bekas lahan

tailing dapat dilakukan reklamasi dengan hasil yang baik.

b. PTFI terlibat dalam kegiatan-kegiatan internasional untuk mengaplikasikan

prinsip-prinsim PB dalam kegiatan industri tambang. Terlibat dalam MMSD

dan menjadi anggotan ICMM, bahkan Presiden and CEO Freeport-

McMoRan Copper & Gold, Richard Adkerson sebagai Ketua ICMM pada

tahun 2008. ICMM merupakan organisasi internasional yang mendorong

implementasi prinsip-prinsip PB sebagai salah satu dasar solusi di sektor

tambang dan metal.

c. Membentuk Dewan Penasehat Pembangunan Berkelanjutan atau

Sustainable Development Advisory Council (SDAC) sesuai komitmen

perusahaan di dalam AMDAL 300K. Dewan ini berfungsi untuk memberikan

Page 168: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

142

saran dan rekomendasi strategis mengenai prakarsa-prakarsa

pembangunan berkelanjutan PTFI. SDAC bersidang sekurangnya empat kali

setahun untuk menilai dan meninjau hal-hal yang berkaitan dengan program

pembangunan berkelanjutan PTFI yang meliputi bidang lingkungan hidup,

kesehatan masyarakat, pendidikan, hak-hak azasi manusia, kebudayaan,

gender dan pembangunan ekonomi. Bidang keahlian para ahli yang

terlibat, antara lain: ahli lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, ahli

kesehatan, ahli ekonomi pembangunan, ahli pemberdayaan wanita, ahli

antropologi, ahli hukum dan HAM, dan ahli ekologi manusia.

d. Masyarakat telah mampu mengelola program PM-nya sendiri. Seperti:

LPMAK telah berperan sebagai agen PM yang strategis dan penting.

Beberapa pengusaha putra dan putri asli daerah hasil pembinaan dalam

Usaha Kecil dan Menengah telah mampu mengelola usahanya dan juga

dipercaya oleh pemerintah untuk terlibat dalam proyek-proyek pembangunan

di Mimika. Beberapa peserta program beasiswa telah bekerja di

perusahaan-perusahaan dan pemerintah baik di Papua maupun di luar

Papua. Bahkan beberapa diantaranya menjadi pejabat penting di

Kabupaten Mimika dan Kabupaten lain di Papua.

e. Terjadi kemitraan anatara PTFI dan Pemda Mimika yang saling

menguntungkan dalam pelaksanaan program PM, khususnya dibidang

pendidikan, kesehatan dan ekonomi serta pembangunan infrastruktur umum

f. Proyek-proyek kesehatan, pendidikan dan ekonomi telah memberikan

keyakinan adanya keberlanjutan. LPMAK mempunyai dua rumah sakit, yaitu

RS Waa Banti untuk di dataran tinggi dan RSMM (Rumah Sakit Mitra

Masyarakat) di dataran rendah.

g. Beberapa proyek pertanian dan perikanan dikelola untuk keberlanjutan.

Misalnya. Penanaman sagu unggul di Kampung Nayaro seluas 85 hektar.

Proyek ini untuk peningkatan pendapatan keluarga, ketahanan pangan dan

juga sebagai sumber bibit sagu unggul di wilayah ini.

h. Pembangunan infrastruktur untuk umum, baik yang langsung diserahkan

kepada pemerintah maupun yang dikelola oleh pihak ketiga. Contoh,

pembangunan dan perluasan bandar udara Moses Kilangin di Timika, dan

pembangunan dua lapangan terbang (LAPTER) di daerah dataran tinggi,

yaitu Mulu di desa Tsinga dan Ombani di desa Aroanop.

Page 169: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

BAB V. INDIKATOR-INDIKATOR KEBERLANJUTAN BAGI PENUTUPAN TAMBANG PTFI

5.1. Indikator-Indikator Keberlanjutan Berdasarkan Analisis Faktor Resiko

Penutupan dan Prinsip-Prinsip PB.

Berdasarkan analisis Faktor Resiko Penutupan (The Closure Risk Factor

/CRF) yang dikembangkan oleh Laurence (2001, 2006) dengan mengaplikasikan

enam faktor resiko utama pada rencana penutupan tambang (RPT) PTFI maka

pada Tabel 30 disajikan hasil analisis CRF berupa faktor-faktor resiko penutupan

yang kemungkinan besar dapat terjadi pada SaPeT PTFI yang dijadwalkan pada

tahun 2041. Faktor-faktor resiko ini merupakan hasil identifikasi beberapa

literatur yang relevan, laporan-laporan RKL dan RPL dari PTFI, dan pengamatan

langsung di lapangan. Peneliti selama 12 tahun bekerja di daerah operasi PTFI

di Kabupaten Mimika dan kurang lebih 3 tahun bekerja di Kantor PTFI di Jakarta

telah memberikan pengetahuan dan pengalaman mendalam pada proses

analisis ini. Literatur yang relevan diantaranya dari Warhurst (2000) yang

menjelaskan tentang dampak-dampak penutupan tambang, MMSD (2002) yang

mengembangkan nilai-nilai PB pada sektor pertambangan, Azapagic (2004) yang

mengembangkan indikator-indikator keberlanjutan di sektor pertambangan, dan

GRI (2006) yang mengembangkan bagaimana membuat laporan industri yang

menampilkan keberhasilan-keberhasilan menuju PB, khususnya dalam aspek

lingkungan hidup, sosial dan ekonomi.

Tabel 30. Hasil analisis Faktor Resiko Penutupan (CRF) pada rencana

penutupan tambang PTFI

Isu Penutupan Tambang Utama

Sub Isu Kejadian (Event) Probabi- litas

Konse- kuensi

Resiko Kuanti-tatif

(P) (K) Lingkungan hidup (RE)

Air Kontaminasi air tanah 6 9 54

Air asam batuan 8 10 80 Salinitas 7 8 56 Aliran ke hilir dapat

diminum 5 8 40

Sedimentasi 8 8 64 Udara Debu (radioaktif) 4 3 12

Gas rumah kaca 7 5 35

Emisi gas lain (SO2) 7 5 35

Page 170: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

144

Tabel 30 (Lanjutan)

Debu Tailing 8 8 64

Daerah yang telah direhabilitasi

5 5 25

Tempat timbunan 8 8 64 Sistem lahan Keindahahan 6 6 36 Infrastruktur

bangunan, camp, dll 7 8 56

Kontaminasi tanah 8 8 64 Potensi erosi 9 9 81 Revegetasi 7 7 49 Pemantapan fauna &

flora 8 8 64

Limbah-limbah Pembentukan kembali timbunan

7 8 56

Zat-zat berbahaya 8 8 64 Sisa-sisa hasil ikutan

(tails) 8 8 64

Domestik 3 3 9 Sub total resiko lingkungan hidup 1072

Keamanan/keseha-tan

Ketidakamanan pembukaan

Lubang terbuka 9 9 81

Selokan-selokan 8 8 64 Infrastruktur Bangunan/peralatan 8 9 72 Keamanan Ancaman

sabotase/pencurian 9 7 63

Udara gas 6 7 42 Sub total resiko kemanan dan kesehatan 322 Penggunaan lahan Bernilai tinggi Hutan hujan tropis

dan daerah alpine (dekat Lauren Cagar Alam)

10 10 100

Masyarakat/sosial Pekerja Pemberian hak/konflik

8 8 64

Relokasi/demobilisasi 9 8 72

Serikat pekerja Isu kesehatan 8 8 64 Pemilik tanah Milik masyarakat asli 8 8 64

Dampak pada masyarakat

Dana pengembangan masyarakat

10 9 90

Pendapatan Pemda Mimika

10 9 90

Pendapatan Provinsi Papua

10 6 60

Pendapatan Negara 10 2 20 Sub total resiko masyarakat/ sosial 524 Hukum / keuangan Pemerintah Nilai sewa 9 9 81 Ketaatan 5 5 25 Pemanfaat

(creditors) Pekerja 8 8 64

Bisnis-Bisnis 10 8 80

Page 171: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

145

Tabel 30 (Lanjutan) Kontraktor-

kontraktor/pemasok barang dan jasa

10 8 80

Pemerintah 10 5 50 Biaya untuk

rehabilitasi Penyeluaran rehabilitasi

10 6 60

Sikap permusuhan publik

Protes, PR perusahaan

8 8 64

Sub total resiko hukum/keuangan 504 Teknik Rencana

penutupan Rumit 10 10 100

Kemajuan rehabilitasi

Kemajuan yang baik 6 9 54

Tim penutupan Manajemen 5 5 25

Cadangan/ sumberdaya

Kehabisan 8 9 72

Sub total resiko teknik 8 9 251 Nilai total faktor resiko penutupan

2773

Sumber: Hasil Analisis (2009)

Tabel 30 menunjukkan bahwa hasil perhitungan total Faktor Resiko

Penutupan tambang PTFI untuk enam komponen yang dianalisis adalah 2773.

Laurence (2001, 2006) berpendapat bahwa CRF PTFI adalah > 2000. Dari faktor-

faktor resiko yang mempunyai nilai resiko kuantitatif lebih dari 50 akan digunakan

sebagai informasi masukan dalam analisis MPE untuk menentukan indikator-

indikator keberlanjutan pada SaPeT PTFI.

5.2. Atribut Keberlanjutan Berdasarkan Pendapat PPK

5.2.1. PPK Penutupan Tambang PTFI Identifikasi dan membangun hubungan baik dengan PPK merupakan hal

mendasar menuju kesuksesan proses penutupan tambang (ANZMEC, 2000),

demikian juga proses konsultasi dengan PPK merupakan persyaratan dari

pemerintah (Keputusan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2008). Terkait dengan

penutupan tambang, analisis stakeholder merupakan sebuah proses untuk

mengidentifikasi semua anggota masyarakat yang tertarik pada penutupan

tambang dan siapa-siapa yang akan terpengaruh oleh proses penutupan

tambang. Analisis ini juga dilengkapi dengan pengaruh, kewenangan, dan

kekuatan dari masing-masing PPK yang telah teridentifikasi. MMSD (2000)

mengemukakan bahwa pengaruh dari stakeholder akan tergantung pada:

Page 172: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

146

ketertarikannya pada hasil akhir penutupan tambang, hak dan wewenang hukum

yang dimilikinya, akses ke pendukung eksternal yang dimiliki, dan

kemampuannya untuk memblok hasil akhir. Bagaimana PPK terkait dengan PB,

seperti yang dijelaskan oleh MacNaughton dan Stephens (2004) bahwa, strategi,

metodologi dan sistem pengelolaan PPK yang efektif dapat mencapai PB melalui

pencapaian tujuan-tujuan pembangunan ekonomi, perlindungan lingkungan

hidup, dan kualitas hidup.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dan konsep dari World Bank dan IFC

(2002) tentang siapa mengerjakan apa ketika penutupan tambang dalam

kerangka PB, pada Tabel 31 disajikan hasil analisis berupa identifikasi dan

peranan serta kekuatan pengaruh masing-masing PPK terkait dengan saat

penutupan tambang (SaPeT) PTFI yang berkontribusi pada PB, khususnya PB di

Kabupaten Mimika.

PPK dari unsur pemerintah pusat terdiri dari ESDM, KLH, Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPENAS), dan Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia (DPRRI). PPK dari unsur pemerintah daerah adalah

PEMPROV Papua dan PEMDA Mimika. PPK dari unsur PTFI terdiri dari

manajemen perusahaan dan karyawan perusahaan. PPK dari unsur masyarakat

setempat adalah para pemasok setempat (pemasok kebutuhan operasional

tambang, kebutuhan rumah tangga karyawan, dan lainnya), penyedia layanan

(layanan perbankan, penyedia tenaga kerja, penyedia transportasi, dan lainnya),

para pemilik tanah (pemilik tanah ulayat baik di dataran rendah, dataran tinggi

dan daerah pesisir). PPK dari LSM setempat seperti: Lemasko, Lemasa,

LPMAK, YAHAMAK, LBH Timika, dan lainnya. PPK dari unsur lembaga

internasional dan nasional yang mempunyai kekuatan pengaruh pada penutupan

tambang PTFI secara berkelanjutan, antara lain: MMSD, ICMM, UNEP, World

Bank, WALHI, JATAM, dan lainnya.

Tabel 31. Identifikasi PPK, peranan dan kekuatan pengaruh dalam menuju SaPeT PTFI di Kab. Mimika yang mendukung pencapaian PB

Aktor-Aktor PPK Peranan Kekuatan Pengaruh Pemerintah Pusat ESDM, KLH, BAPENAS, dan DPRRI

- Menyediakan kerangka hukum dan regulasi untuk penutupan tambang

- Pemantauan dan pengawasan - Menginvestasikan dan mendistribusikan pendapatan ekonomi dan fiskal dari PTFI

- Mendorong adanya perencanaan pembangunan di Kawasan Papua dan di Kabupaten Mimika

- Persetujuan dokumen Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan Tambang (RR & RPT)

Page 173: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

147

Tabel 31 (lanjutan) Pemerintah Provisi Papua dan Pemda Mimika

- Membangun mitra untuk membuat perencanaan pembangunan regional atau kawasan setempat.

- Pemantauan dan pengawasan - Menghindari ketergantungan pada perusahaan

- Menggunakan pendapatan dari tambang saat ini untuk persiapan dan membangun masa depan. Seperti: mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi berkelanjutan

- Persetujuan dokumen RR & RPT Membentuk dan menyetujui komite penutupan tambang (KPT)

PT Freeport Indonesia Manajemen dan karyawan

- Membuat RR & RPT - Mendukung RPT yang disetujui dengan penyediaan dana, teknologi, tenaga ahli, dan tenaga kerja

- Pemantauan dan pengawasan - Membangun kemitraan dengan Provinsi Papua dan Pemda Mimika dalam rangka membangun kemampuan dan modal sosial setempat

- Melaksanakan RR & RPT sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku, termasuk kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama Pemda dan masyarakat Mimika

Masyarakat setempat: Pemasok setempat, penyedia layanan-layanan, pemilik tanah, dll

- Mendukung pelaksanaan penutupan tambang - Menghindari ketergantungan pada perusahaan

- Menggunakan pendapatan dari tambang saat ini untuk persiapan dan membangun masa depan

- Berpartisipasi dalam proses konsultasi saat pembuatan dokumen Rencana Penutupan Tambang

- Memantau kegiatan tambang dan penutupan

LSM setempat: LEMASKO, LEMASA, LPMAK, YAHAMAK, dll

- Mendukung pelaksanaan penutupan tambang

- Menghindari ketergantungan pada perusahaan

- Menggunakan pendapatan dari tambang untuk persiapan dan membangun masa depan

- Berpartisipasi dalam proses konsultasi saat pembuatan dokumen Rencana Penutupan Tambang

- Memantau kegiatan tambang dan penutupan

Lembaga Nasional & Internasional World Bank, UNEP, ICMM, MMSD. WALHI, JATAM, dll.

- Membangun dan mengembangkan strandar-strandar dan pedoman-pedoman terbaik penutupan tambang bekerjasama dengan pemerintah, PTFI, dan masyarakat

- Penyebaran praktek-praktek terbaik penutupan tambang

- Mendukung Pemda Papua dan Mimika dalam: perencanaan pembangunan, mengembangkan sektor ekonomi sebagai pengganti sumber ekonomi dari PTFI

Sumber: Hasil Analisis (2009) 5.2.2. Faktor-Faktor Penting dan Strategis Penutupan Tambang Menurut

PPK Berdasarkan form kuesioner yang telah diisi oleh para responden yang

mewakili PPK, faktor-faktor penting dan strategis yang dibutuhkan pada SaPeT

PTFI dapat dilihat pada Tabel 32. Faktor-faktor tersebut kemudian

dikelompokkan kembali ke dalam indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup

atau ekologi.

Page 174: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

148

Tabel 32. Faktor-faktor strategis penutupan tambang PTFI menurut PPK No Faktor strategis penutupan tambang Kelompok

Indikator 1 Penanganan tailing Lingkungan 2 Penanganan pencemaran dan kasus-kasus lingkungan Lingkungan 3 Upaya-upaya pemantapan kembali flora Lingkungan 4 Upaya-upaya Pemantapan kembali fauna Lingkungan 5 Penanganan munculnya bencana banjir, tanah longsor, dan lainnya Lingkungan 6 Pengunaan lahan akhir untuk perternakan, perikanan, kehutanan Lingkungan 7 Penggunaan lahan akhir untuk daerah industri, komersial, perumahan Lingkungan 8 Penggunaan lahan akhir untuk taman nasional atau daerah budaya Lingkungan 9 Pemulihan akses masyarakat kepada sumber daya (hutan, laut dan

gunung) Sosial

10 Perlindungan bagi keselamanatan ekologis dan manusia Lingkungan 11 Fungsi pelayanan kesehatan Sosial 12 Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat Sosial 13 Peningkatan kualitas SDM Sosial 14 Pembangunan sektor pengganti pertambangan ekonomi 15 Peran masyarakat adat dalam pengambilan keputusan dan berkomunikasi

dengan perusahaan Sosial

16 Jumlah keberhasilan program sosial yang dilaksanakan oleh PTFI dan Pemda Mimika

Sosial

17 Peranan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan Lingkungan 18 Penyerahan fasilitas-fasilitas perusahaan untuk mendukung pembangunan

selanjutnya Sosial

19 Ketersediaan hukum dan regulasi yang mengatur penutupan tambang dari pusat, propinsi dan daerah

Sosial

20 Pembentukan lembaga atau forum untuk mempersiapkan penutupan tambang

Sosial

21 Tingkat ketersediaan teknologi penutupan tambang Lingkungan 22 Ketersediaan dana untuk biaya penutupan tambang ekonomi 23 Tersedia rencana penutupan tambang Sosial 24 Ketersediaan tim penutupan tambang di perusahaan yang lengkap

keahliannya Sosial

25 Pembukaan jalur-jalur transportasi yang mudah ke Pasifik dan Australia Ekonomi 26 Perencanaan pembuatan pariwisata di daerah bekas tambang Ekonomi 27 Pembukaan pasar ke Pasifik dan Ke Australia ekonomi 28 Perlu adanya koleksi plasma nuffah untuk flora dan fauna Lingkungan 29 Dibuka lembaga pendidikan Perguruan Tinggi khusus pertambangan Sosial 30 Penyamaan persepsi Pemda Mimika dan PTFI untuk persiapan penutupan

tambang Sosial

31 Peranan pemerintah dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan - 32 Kebudayaan asli masyarakat diperkenalkan ke nasional dan internasional Sosial 33 Masyarakat dilatih untuk menghasilkan pendapatan yang tidak tergantung

pada tambang Sosial

34 Penyediaan sarana transportasi antara dataran tinggi dan dataran rendah ekonomi 35 Peranan pemerintah Mimika, povinsi dan pusat dalam proses penutupan

tambang Sosial

36 Perlu penyusunan PERDA untuk persiapan penutupan tambang-SK Bupati dulu

Sosial

37 Perlu badan pengelola tutup tambang dan atau pasca tambang Sosial 38 Tersedia pusat energi alami untuk kegiatan pembangunan ekonomi

berkelanjutan Lingkungan

39

Penyerahan fasilitas di Tembagapura sebagai ibu kota distrik Tembagapura

Sosial

40 Dana abadi untuk pengembangan masyarakat masa pasca tambang Sosial

Page 175: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

149

Sumber: Hasil analisis kebutuhan PPK (2009)

5.3. Penentuan Indikator-Indikator Keberlanjutan Penutupan Tambang PTFI

Hasil analisis Faktor Resiko Penutupan Tambang pada PTFI

digabungkan dengan hasil analisis kebutuhan PPK dikaji dalam menentukan

indikator-indikator keberlanjutan. Teknik analisis yang digunakan adalah Metode

Pembandingan Eksponensial (MPE). Kriteria pemilihan didasarkan pada:

(1) tingkat efektifitas mempunyai nilai bobot kriteria tiga (3), (2) tingkat keseriusan pengaruh bernilai bobot kriteria (3),

(3) tingkat pengaruh pada keberlanjutan mempunyai nilai bobot kriteria (4).

Untuk menentukan pengaruh masing-masing atribut atau indikator

berdasarkan kriteria yang ada maka digunakan nilai satu (1) yang menunjukkan

pengaruh rendah pada kriteria yang ada. Nilai dua (3) menunjukkan pengaruh

sedang dan nilai 5 (lima) menunjukkan pengaruh tinggi dari atribut tersebut pada

kriteria. Nilai angka dua (2) dan empat (4) dapat digunakan bila nilai dari atribut

itu pengaruhnya pada kriteria terletak masing-masing diantara nilai satu (1) ke

tiga (3) dan nilai tiga (3) ke lima (5). Hasil analisis untuk menentukan indikator-

indikator keberlanjutan penutupan tambang PTFI dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Hasil perhitungan MPE untuk atribut-atribut yang menentukan

indikator-indikator keberlanjutan pada penutupan tambang PTFI

No Aspek dan Atribut

Kreteria Penentuan Penentuan Atribut Penutupan Tambang

Skor MPE Rangking

Efek tifi-tas

Kese-riusan Penga-

ruh

Penga-ruh pada Keber-lan -jutan

A Lingkungan 1 Penanganan tailing 4 4 5 3445 5

2 Pemantapan kembali flora 4 3 3 388 17 3 Pemantapan kembali fauna 4 3 3 388 17

4 Penanganan pencemaran air permukaan dan air tanah (AAB) serta emisi-emisi lainnya

3 3 3 351 18

5 Reklamasi daerah yang terganggu 5 3 3 449 16 6 Restorasi habitat yang terganggu 3 3 3 351 18

7 Minimisasi beban abadi pada lingkungan 5 3 5 3331 6

8 Pembentukan lahan akhir 3 5 5 3777 3

9 Perlindungan pada ekosistem dan manusia 3 3 5 3233 8

Page 176: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

150

10 Kontribusi pada pelestarian lingkungan global 3 2 4 1067 14

Tabel 33 (Lanjutan)

11

Penanganan munculnya bencana banjir, longsor dan bencana alam lain karena aktifitas pertambangan

1 3 1 83 21

12

Penanganan lingkungan hidup secara keseluruhan di wilayah Mimika (penggunaan produksi bersih, penggunaan SDA secara berkelanjutan, dll)

3 3 5 3233 8

13 Konservasi dan peningkatan sumberdaya alam 3 3 5 3233 8

14 Ketersediaan teknologi penutupan 3 3 5 3233 8

15 Kemajuan-kemajuan dari kegiatan rehabilitasi (reklamasi dan lainya) dibandingkan rencana

3 1 3 271 19

B Sosial 16 Pelayanan kesehatan dan pendidikan 4 5 5 3814 2

17 Peranan masyarakat adat dalam pengambilan keputusan dan komunikasi dengan perusahaan

5 3 4 1230 12

18 Peranan masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan di Mimika

4 3 4 1169 13

19 Peningkatan kualitas SDM 5 5 5 3875 1 20 Tingkat stabilitas sosial 3 5 3 895 15

21 Pemulihan hak masyarakat dalam mengorganisasikan 4 3 5 3270 7

22 Pengembangan budaya setempat 4 4 5 3445 5 23 Peningkatan keterampilan kerja 5 4 5 3506 4 24 Penciptaan lapangan kerja baru 4 4 4 1344 11 25 Ketaatan terhadap regulasi terkait 4 4 5 3445 5

26 Pembentukan lembaga atau forum penutupan tambang 5 5 5 3875 1

27 Ketersediaan hukum dan regulasi penutupan tambang 4 5 5 3814 2

28 Penanganan konflik 3 3 3 351 18

29

Peranan lembaga lokal dalam penanganan pelanggaran hukum terkait dengan aspek lingkungan , ekonomi, dan sosial

5 3 3 449 16

30 Penyerahan fasilitas-fasilitas perusahaan 4 4 5 3445 5

31 Pembentukan tim penutupan 5 5 4 1774 9

32 Adanya rencana penutupan tambang yang memenuhi syarat. 5 5 4 1774 9

33 Tersedianya dana abadi 4 4 5 3445 5 C Ekonomi

34 Keberadaan pasar untuk produk-produk lokal 5 5 5 3875 1

35 Jumlah kegiatan ekonomi di Mimika yang tujuan pasarnya selain ke PTFI 5 5 5 3875 1

36 Jumlah pendapatan penduduk Mimika yang dibelanjakan ke luar Mimika

1 3 1 83 21

37 Pembangunan sumber ekonomi lain selain pertambangan PTFI 5 5 5 3875 1

38 Jumlah tujuan pasar produk sektor selain tambang ke luar Mimika (nasional atau internasional)

5 5 5 3875 1

39 Pengembangan lembaga keuangan 3 3 5 3233 8

Page 177: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

151

di masyarakat 40 Distribusi pendapatan masyarakat 3 3 5 3233 8

Tabel 33 (Lanjutan)

41 Kontribusi sumber ekonomi selain tambang kepada PDRB 5 5 5 3875 1

42 Kontribusi sumber ekonomi tambang kepada PDRB 3 3 1 109 20

43 Perkembangan pemasok lokal 4 4 5 3445 5 44 Peningkatan iklim investasi 3 3 5 3233 8 45 Ketersediaan biaya penutupan 5 5 4 1774 9

Bobot 3 4 5

Sumber : Hasil Analisis (2009)

Tabel 34 menunjukkan indikator-indikator keberlanjutan yang dipilih dari

atribut-atribut atau indikator yang mempunyai nilai rangking 10 besar. Indikator

ini digunakan untuk menentukan faktor penggerak kunci dalam sistem penutupan

tambang berkelanjutan dengan menggunakan teknik ISM.

Tabel 34. Indikator-indikator keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi

dengan nilai MPE tertinggi pada penutupan tambang PTFI

No Indikator Lingkungan Indikator Sosial Indikator Ekonomi 1 Minimisasi beban abadi

pada lingkungan Pelayanan kesehatan dan pendidikan

Keberadaan pasar untuk produk-produk lokal

2 Pembentukan lahan akhir Peningkatan kualitas SDM

Jumlah kegiatan ekonomi di Mimika yang tujuan pasarnya selain ke PTFI

3 Perlindungan pada ekosistem dan manusia

Pemulihan hak masyarakat dalam mengorganisasikan

Pembangunan sumber ekonomi lain selain pertambangan PTFI

4 Penanganan lingkungan hidup secara keseluruhan di wilayah Mimika

Pengembangan budaya setempat

Jumlah tujuan pasar produk sektor selain tambang ke luar Mimika (nasional atau internasional)

5 Konservasi dan peningkatan sumberdaya alam

Peningkatan keterampilan kerja

Pengembangan lembaga keuangan di masyarakat

6 Ketersediaan teknologi penutupan

Pembentukan lembaga atau forum penutupan tambang

Distribusi pendapatan masyarakat

7 Penanganan tailing Ketersediaan hukum dan regulasi penutupan tambang

Kontribusi sumber ekonomi selain tambang kepada PDRB

8 Tersedianya dana abadi

Peningkatan iklim investasi

9 Kesehatan dan keamanan sosial

Ketersediaan biaya penutupan

10

Perkembangan pemasok barang dan jasa

Sumber : Hasil Analisis (2009)

Page 178: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

BAB VI. FAKTOR-FAKTOR PENGGERAK KUNCI PENUTUPAN TAMBANG PTFI BERKELANJUTAN

6.1. Struktur Faktor Penggerak Kunci Penutupan Tambang Berkelanjutan Menurut rujukan Saxena 1994 dalam Marimin (2005), ANZMEC dan

MCA (2000), MCA (2005), AGDITR (2006), World Bank dan IFC (2002),

Laurence (2001, 2006), Kempton (2003), Azapagic (2004), Roseland (2005), dan

ICMM (2008) serta berdasarkan hasil kajian pendapat pakar maka disusunlah

program untuk menuju penutupan tambang mineral berkelanjutan yang terbagi

atas lima elemen, yaitu:

(1) Sektor masyarakat yang terpengaruh

(2) Kebutuhan dari program

(3) Kendala utama

(4) Tujuan dari program

(5) Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan

Lima elemen hasil kajian ini, kemudian pada setiap elemennya dijabarkan

menjadi rincian sejumlah sub elemen. Sub elemen ini berupa indikator-indikator

keberlanjutan yang merupakan hasil dari analisis MPE sebelumnya yang

mempunyai nilai tinggi, yang telah dipilah-pilah sesuai dengan konteks kelima

elemen program tersebut. Berikut ini adalah hasil hubungan kontekstual antar

sub elemen pada setiap elemen yang digambarkan dalam bentuk terminologi

sub-ordinat yang mengacu pada perbandingan berpasangan antar sub elemen,

dimana terkandung suatu arahan pada hubungan tersebut (Eriyanto, 1998)

Hasil yang digunakan dalam model ISM adalah kajian dari pendapat pakar

melalui wawancara mendalam seperti yang tertuang pada Matriks Interaksi

Tunggal Terstruktur (Structural self Interaction Matrix/SSIM). Pakar yang terlibat

dalam proses ini adalah pakar dari kalangan perguruan tinggi, industri tambang,

dan pemerintah serta LSM yang terpilih berdasarkan pengetahuan, pengalaman

di bidang pertambangan, dan juga mereka mengenal operasi PTFI dari dekat.

6.1.1. Elemen Sektor Masyarakat yang Terpengaruh

Tabel 35 menunjukan 14 sub elemen hasil kajian elemen sektor

masyarakat yang terpengaruh pada program membangun sistem penutupan

Page 179: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

153

tambang mineral berkelanjutan. Hasil kajian sub elemen pada analisis ISM

berupa: (a) Matriks Reachability dan interpretasi dari elemen sektor masyarakat

yang terpengaruh program, yang disajikan pada Tabel 36. (b) Matriks Driver

Power-Dependence untuk elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program,

disajikan pada Gambar 15. (c) Diagram model struktural ISM dari elemen sektor

masyarakat yang terpengaruh program seperti disajikan pada Gambar 16.

Tabel 35. Sub elemen pada elemen sektor masyarakat yang terpengaruh No Sub Elemen Atribut

1 Penutupan pemasok barang dan jasa

Pemasok barang dan jasa setempat kehilangan tujuan pasarnya ke PTFI

2 Pelayanan pendidikan dan kesehatan dari PTFI

Pelayanan untuk kegiatan pendidikan dan kesehatan yang biasa diberikan PTFI dapat terhenti, seperti RSMM, RS Waa Banti, Asrama-asrama pelajar, dll

3 Kegiatan perlindungan dan pelestarian lingkungan di daerah operasi PTFI

Perlindungan dan pelestarian lingkungan di dalam dan yang mungkin berpengaruh ke luar dari daerah operasi PTFI dapat terhenti

4 Kehilangan pendapatan masyarakat

Pendapatan masyarakat akan berkurang, karena para karyawan dan keluarganya meninggalkan Mimika

5 Dana pengembangan masyarakat terhenti

Dana pengembangan masyarakat akan terhenti, termasuk dukungan dana dan bantuan teknis kepada LSM-LSM lokal

6 Permintaan tenaga kerja setempat menurun

Permintaan tenaga kerja setempat akan terhenti

7 Kehilangan nilai rumah dan lahan Nilai rumah dan lahan akan menurun pada SaPeT 8 Keadaan lingkungan meningkat

membaik pada daerah yang terganggu

Keadaan daerah yang terganggu membaik sebab terhentinya sumber pencemaran lingkungan dari limbah dari operasi PTFI.

9 Berkurangnya untuk pemeliharaan transportasi dan infrastuktur umum

Transportasi dan infrastruktur umum yang saat ini dibantu PTFI akan terpengaruh

10 Hilangnya sumber pendapatan daerah ( PDRB terganggu)

Kontribusi PTFI pada PDRB Mimika akan terhenti

11 Kehilangan hak untuk mengorganisasikan

Lembaga-lembaga yang didirikan bersama antara pemerintah, PTFI dan masyarakat atau lembaga milik masyarakat dapat menurun kegiatannya bahkan kemungkinan bisa terhenti

12 Kesehatan dan keamanan masyarakat

Kemungkinan timbulnya sisa-sisa pencemaran karena tidak ditangani dengan tepat yang berpengaruh pada kesehatan dan keamanan masyarakat

13 Akses masyarakat kepada SDA pulih

Membaiknya daerah yang terganggu, masyarakat dapat kembali mempunyai akses ke SDA semula

14 Kemungkinan terjadinya konflik Konflik bisa terjadi karena masyarakat kehilangan pekerjaan, rasa pengangguran, perebutan hak, dan lainnya.

Sumber: Hasil Analisis (2009)

Tabel 36 menunjukkan bahwa elemen sektor masyarakat yang terpengaruh

program mempunyai tingkatan elemen kunci rangking satu sampai empat

dengan nilai Driver Power tertinggi bernilai 10 dan terendah bernilai 1. Sub

elemen peringkat satu adalah sub elemen kunci yaitu: (1) penutupan pemasok

Page 180: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

154

barang dan jasa dan (3) kegiatan perlindungan dan pelestarian lingkungan di

daerah operasi PTFI.

Tabel 36. Hasil matriks reachability dan interpretasi dari elemen sektor

masyarakat yang terpengaruh program

Sub elemen E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 DP EK

E1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 10 1 E2 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 2 E3 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 10 1 E4 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 2 E5 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 2 E6 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 2 E7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4 E8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 3 E9 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 2

E10 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 2 E11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 3 E12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 4 E13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 4 E14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4

Dep 1 8 1 8 8 8 1 1 8 8 9 9 2 10

Level 5 3 5 3 3 3 5 5 3 3 2 2 4 1 Sumber : Hasil Analisis (2009)

Keterangan: Dep = Dependence DP = Driver Power EK = Elemen Kunci atau rangking

Angka 1 = Terdapat hubungan kontektual Angka 0 = Tidak terdapat hubungan kontektual

E1, E3E2, E4, E5, E6,

E9, E10

E7

E8 E11

E12E13 E14

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 15. Matriks Driver Power-Dependence untuk elemen sektor masyarakat

yang terpengaruh program

Sektor II (Dependent)

Sektor III (Linkage)

Sektor I (Autonomus)

Ketergantungan (Dependence)

Daya Dorong

Sektor IV (Independence)

Page 181: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

155

Gambar 15 dan Gambar 16 menunjukkan faktor-faktor kunci penggerak

elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program menuju sistem penutupan

tambang berkelanjutan dengan studi kasus RPT PTFI yaitu sub elemen-sub

elemen yang terletak pada sektor IV (independent): (1) penutupan pemasok

barang dan jasa dan (3) kegiatan perlindungan dan pelestarian lingkungan di

daerah operasi PTFI. Dua sektor masyarakat tersebut adalah termasuk peubah

bebas, berarti mempunyai kekuatan pengerak (driver power) yang besar

terhadap keberhasilan program, namun mempunyai sedikit ketergantungan

terhadap program (strong driver weak dependent variable)

E1. Penutupanpemasok barang

dan jasa

E3. Perlindungan danPelestarian lingkunganDi daerah operasi PTFI

E2. Pelayanan pendidikan &

kesehatandari PTFI

E10. Sumber pendapatan

daerah

E9. Pemelihataan transportasi dan

infrastruktur umum

E6. Permintaan tenaga kerja

setempat

E5. Dana pengembangan

masyarakat

E4. Kehilanganpendapatan masyarakat

E8. Keadaan Lingkungan membaik

pada daerah yang terganggu

E11. Kehilangan hakmengorganisasikan

E14. Kemungkinan Terjadinya konflik

E13. Akses masyarakatpada SDA

E12. Kesehatan dan keamanan

masyarakatt

E7. Nilai rumahdan lahan

Level-1:

Level-2:

Level-3:

Level-4:

Gambar 16. Diagram model ISM dari elemen sektor masyarakat yang

terpengaruh program Sektor masyarakat yang terpengaruh program penutupan tambang

berkelanjutan seperti: pelayanan kesehatan dan pendidikan dari PTFI (2),

kehilangan pendapatan masyarakat (4), dana pengembangan masyarakat

terhenti (5), permintaan tenaga kerja setempat menurun (6), berkurangnya untuk

pemeliharaan transportasi dan infrastuktur umum (9), dan hilangnya sumber

pendapatan daerah (10) merupakan peubah linkages dari sistem. Setiap

tindakan untuk meningkatkan peranan dari sektor-sektor tersebut akan

menghasilkan sukses program menuju sistem penutupan tambang mineral

Page 182: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

156

berkelanjutan, sedangkan lemahnya perhatian terhadap sektor-sektor tersebut

akan menyebabkan kegagalan program.

Analisis lebih lanjut pada sektor II (dependent), menunjukkan bahwa

sektor-sektor masyarakat yang terpengaruh seperti: kehilangan hak untuk

mengorganisasikan (11), kesehatan dan keamanan masyarakat (12), dan

kemungkinan terjadinya konflik (14) adalah termasuk peubah tidak bebas

terhadap peubah lainnya dalam sistem penutupan tambang berkelanjutan.

6.1.2. Elemen Kebutuhan dari Program

Tabel 37 menunjukkan 13 sub elemen hasil kajian elemen sektor

masyarakat yang terpengaruh pada program membangun sistem penutupan

tambang mineral berkelanjutan. Hasil kajian sub elemen pada analisis ISM

berupa: (a) Matriks Reachability dan interpretasi dari elemen sektor masyarakat

yang terpengaruh program, yang disajikan pada Tabel 38. (b) Matriks Driver

Power-Dependence untuk elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program,

disajikan pada Gambar 17. (c) Diagram model struktural ISM dari elemen sektor

masyarakat yang terpengaruh program disajikan pada Gambar 18.

Tabel 37. Sub elemen kebutuhan dari program

No Sub Elemen Atribut

1 Kualitas SDM Kualitas SDM yang terampil bagi penutupan dan pembangunan kedepan

2 Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah terkait pengelolaan SDA berkelanjutan

3 Badan pengelola penutupan tambang berkelanjutan

Sebuah badan dibentuk dan terdiri dari PPK

4 Teknologi penutupan tambang Teknologi penutupan tambang yang tepat salah kunci sukses penutupan

5 Pemasaran dan aksesibilitas pasar lokal dan luar

Pemasaran dan aksesibilitas pasar lokal dan luar bagi produk-produk baru setempat

6 Infrastruktur yang memadai Infrastruktur 7 Investasi membangun sumber

ekonomi baru Investasi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi baru dan persiapan pemulihan ekonomi nanti SaPeT

8 Teknologi pengembangan produk baru

Teknologi untuk mengembangkan produk unggulan baru, misalnya: produk dari sagu

9 Biaya penutupan tambang Biaya penutupan tambang tersedia sejak tambang masih dioperasikan

10 Dana abadi Dana abadi untuk melanjutkan program pengembangan masyarakat saat ini

11 Keterlibatan PPK dalam penyusunan RPT (rencana penutupan tambang

Keterlibatan peran para pemangku kepentingan (PPK) dalam penutupan tambang

12 Mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah

Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi sebagai tulang punggung ekonomi kerakyatan

13 Pelayanan pendidikan dan kesehatan

Keberlanjutan pelayanan pendidikan dan kesehatan terus berlanjut

Sumber: Hasil Analisis (2009)

Page 183: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

157

Tabel 38 menunjukkan bahwa elemen kebutuhan dari program mempunyai

tingkatan elemen kunci rangking satu sampai empat dengan nilai Driver Power

tertinggi bernilai 13 dan terendah bernilai 8. Sub elemen peringkat satu adalah

sub elemen kunci yaitui: (1) kualitas SDM

Tabel 38. Hasil matriks reachability dan interpretasi dari elemen kebutuhan dari program

Sub Elemen

E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13

Driver Power

Elemen Kunci

E1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 1 E2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 E3 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 9 3 E4 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 4 E5 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 4 E6 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 3 E7 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 4 E8 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 4 E9 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 4 E10 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 3 E11 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 4 E12 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 4 E13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 Dep 1 2 3 12 12 3 12 12 12 3 12 12 13

Level 5 4 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 Sumber : Hasil Analisis (2009)

Keterangan: Dep = Dependence DP = Driver Power EK = Elemen Kunci atau rangking

Angka 1 = Terdapat hubungan kontektual Angka 0 = Tidak terdapat hubungan kontektual

E1, E3E2, E4, E5, E6,

E9, E10

E7

E8 E11

E12E13 E14

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sektor II (Dependent)

Sektor III (Linkage)Sektor IV (Independent)

Sektor I (Autonomus)

Ketergantungan ( Dependence)

Daya

doro

ng (

Drive

r pow

er)

Gambar 17. Matriks Driver Power-Dependence untuk elemen kebutuhan dari program

Page 184: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

158

Gambar 17 dan Gambar 18 menunjukkan faktor-faktor kunci penggerak

elemen kebutuhan program menuju sistem penutupan tambang berkelanjutan

dengan studi kasus RPT PTFI. Faktor kunci tersebut adalah sub elemen-sub

elemen yang terletak pada sektor IV (independent), yaitu: (1) kualitas SDM (3)

Badan Pengelola Penutupan Tambang Berkelanjutan (BPPTB), (6) infrastruktur

yang memadai, dan (10) pelayanan pendidikan dan kesehatan. Keempat sub

elemen tersebut adalah termasuk peubah bebas, berarti mempunyai kekuatan

pengerak (driver power) yang besar terhadap keberhasilan program, namun

mempunyai sedikit ketergantungan terhadap program (strong driver weak

dependent variable).

E1. Kualitas

SDM

E2. Kebijakan pemerintah

E4. Teknologi penutupan

tambang

E11. Keterlibatan PPK dalam

RPT

E9. Biaya

penutupan tambang

E8. Teknologi pengem-bangan

produk baru

E7. Investasi membangun

sumber ekonomi baru

E5. Pemasaran & akssesibilitas

pasar lokal & luar

E13. Pelayanan pendidikan &

kesehatan

E10. Dana abadi

E6. Infrastruktur yang memadai

E3. Badan Pengelola

Penutupan TambangBerkelanjutan

E12. Mengembang. usaha mikro.

Kecil &menengah

Level-1:

Level-2:

Level-3:

Level-4:

Level-5:

Gambar 18. Diagram model ISM dari elemen kebutuhan dari program

Kebutuhan-kebutuhan program penutupan tambang berkelanjutan

seperti: teknologi penutupan tambang (4), pemasaran dan aksesibilitas pasar

lokal dan luar (5), investasi membangun sumber ekonomi baru (7), teknologi

pengembangan produk baru (8), biaya penutupan tambang (9), keterlibatan PPK

dalam penyusunan RPT (11) dan mengembangkan usaha mikro, kecil, dan

menengah (12) merupakan peubah linkages dari sistem atau terletak di sektor III

pada Gambar 17. Setiap tindakan untuk meningkatkan peranan dari kebutuhan-

kebutuhan program atau peubah-peubah tersebut akan menghasilkan sukses

Page 185: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

159

program menuju sistem penutupan tambang mineral berkelanjutan, sedangkan

lemahnya perhatian terhadap peubah-peubah tersebut akan menyebabkan

kegagalan program. Analisis lebih lanjut pada sektor II (dependent), menyatakan

bahwa kebutuhan program seperti pendidikan dan pelayanan kesehatan (13)

adalah termasuk peubah tidak bebas terhadap peubah lainnya dalam sistem

penutupan tambang berkelanjutan. 6.1.3. Elemen Kendala Utama

Tabel 39 menunjukkan 13 sub elemen hasil kajian elemen kendala

utama program membangun sistem penutupan tambang mineral berkelanjutan.

Hasil kajian sub elemen pada analisis ISM berupa: (a) Matriks Reachability dan

interpretasi dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program, disajikan

pada Tabel 40. (b) Matriks Driver Power-Dependence untuk elemen sektor

masyarakat yang terpengaruh program, disajikan pada Gambar 19. (c) Diagram

model struktural ISM dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program

disajikan pada Gambar 20.

Tabel 39. Sub elemen kendala utama program

No Sub Elemen Atribut

1 Keterbatasan keterampilan SDM Keterampilan SDM yang belum mencukupi dalam menyusun kegiatan keberlanjutan manfaat tambang

2 Kemampuan PEMDA untuk memimpin

Kemampuan PEMDA dalam memimpin untuk menuju penutupan tambang berkelanjutan masih perlu dibangun

3 Keterlibatan PPK dalam penyusunan RPT

Keterlibatan PPK, khususnya masyarakat dalam penyusunan RPT belum terakomodasi baik

4 Terbatasnya infrastruktur yang memadai

Infrastruktur saat ini belum menunjukkan atau memadai dalam pembangunan kedepan

5 Timbulnya konflik Konflik dalam memperebutkan fasilitas perusahaan, hilangnya pekerjaan dan hak mengorganisasikan

6 Perkembangan sektor pengganti ekonomi non tambang yang lambat

Sektor pengganti belum dikembangkan dengan perencanaan yang tepat dan jangka panjang

7 Keterbatasan biaya penutupan Biaya penutupan yang dipersiapkan belum tentu dapat menyelesaikan pembiayaan kegiatan penutupan

8 Belum adanya dana abadi Dana abadi belum dibentuk dalam melanjutkan kegiatan pengembangan masyarakat

9 Kebijakan penutupan belum berorientasi pada PB

Kebijakan yang ada belum ditujukan untuk tercapainya tujuan-tujuan PB

10 Rendahnya akses pasar Pemasaran keluar dan kedalam Kabupaten Mimika terbatas karena sarana dan prasarana yang tidak memadai

11 Kurang sosialisasi RPT perusahaan pada masyarakat

PTFI belum mensosialisasikan RPTnya

12 Keterbatasan kemampuan teknologi penutupan

Teknologi yang masih terbatas dalam menangani pencemaran lingkungan. Misalnya: AAB, penanganan Limbah dan lainnya

13 Kontribusi yang sangat nyata PTFI pada PDRB Mimika dan PDB

Kontribusi yang tinggi belum dikelola baik dalam menciptakan sumber ekonomi pengganti tambang

Page 186: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

160

Propinsi Papua dan peningkatan infrastruktur Sumber: Hasil Analisis (2009)

Tabel 40 menunjukkan bahwa elemen kendala utama program mempunyai

tingkatan elemen kunci rangking satu sampai lima dengan nilai Driver Power

tertinggi bernilai 12 dan terendah bernilai 1. Sub elemen peringkat satu, yaitu: (1)

keterbatasan keterampilan SDM dan (2) kemampuan PEMDA untuk memimpin.

Tabel 40. Hasil matriks reachability dan interpretasi dari elemen kendala

utama program.

Sub Elemen E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13

Driver Power

Elemen Kunci

E1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 12 1 E2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 12 1 E3 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 6 3 E4 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 6 3 E5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 E6 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 5 4 E7 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 5 4 E8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 5 E9 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 6 3 E10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 5 E11 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 7 2 E12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 5 E13 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 7 2 Dep 2 2 4 3 10 9 9 4 3 10 1 10 3

Level 5 5 3 4 1 2 2 3 4 1 6 1 4 Sumber : Hasil Analisis (2009)

Keterangan: Dep = Dependence DP = Driver Power EK = Elemen Kunci atau rangking

Angka 1 = Terdapat hubungan kontektual Angka 0 = Tidak terdapat hubungan kontektual

E1, E2

E3E4, E9

E5, E10, E12

E6, E7

E8

E11 E13

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sektor II (Dependent)

Sektor III (Linkage) Sektor IV (Independent)

Sektor I (Autonomus)

Ketergantungan (Dependence)

Daya Dorong

Page 187: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

161

Gambar 19. Matriks Driver Power-Dependence untuk elemen kendala utama program

Gambar 19 dan Gambar 20 menunjukkan faktor-faktor kunci penggerak

elemen kendala utama program menuju sistem penutupan tambang

berkelanjutan dengan studi kasus RPT PTFI. Faktor tersebut adalah sub

elemen-sub elemen yang terletak pada sektor IV (independent), yaitu:

keterbatasan keterampilan SDM(1), kemampuan PEMDA (Mimika) untuk

memimpin (2), kurang sosialisasi RPT perusahaan pada masyarakat (11),

kontribusi yang sangat nyata PTFI pada PDRB Mimika dan PDB Provinsi Papua

(13). Keempat elemen kendala utama tersebut adalah termasuk peubah bebas,

berarti mempunyai kekuatan pengerak (driver power) yang besar terhadap

keberhasilan program, namun mempunyai sedikit ketergantungan terhadap

program (strong driver weak dependent variable)

E1. Keterbatasan Keterampilan

SDM

E2. Kemampuan Pemda untuk

memimpin

E4. Terbatasnya infrastruktur yang memadai

E11. Kurang sosialisasi RPT perusahaan pada masyarakat

E9. Kebijakanpenutupan tambang

yang belum berorientasi PB

E8. Belum adanya

dana abadi

E7. Keterbatasan biaya

penutupan

E5. Timbulnya

konflik

E13. Kontribusi sangat nyata PTFI pada

PDRB Mimika& PDB Provinsi

E10. Rendahnya

akses ke pasar

E6. Perkembangan sektor pengganti

ekonomi non tambang yang lambat

E3. Keterlibatan PPK dlm menyusun

RPT

E12. Keterbatasankemanpuan Teknologi penutupan

Level-1:

Level-2:

Level-3:

Level-4:

Gambar 20. Diagram model ISM dari elemen kendala utama program

Analisis lebih lanjut pada sektor II (dependent), menunjukkan bahwa

kendala-kendala utama program seperti: timbulnya konflik (5), perkembangan

sektor pengganti ekonomi non tambang yang lambat (6), keterbatasan biaya

penutupan (7), rendahnya akses pasar (10), dan keterbatasan teknologi

penutupan (12) adalah termasuk peubah tidak bebas terhadap peubah lainnya

dalam sistem penutupan tambang berkelanjutan. Sub elemen belum adanya

dana abadi berada di sektor I atau bersifat autonomus. Peubah ini berdiri sendiri

Page 188: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

162

tidak mempengaruhi atau tidak dipengaruhi sistem sistem. Namun bila melihat

hasil analisis elemen tolok ukur untuk menilai setiap tujuan, sub elemen dana

abadi masuk pada sektor IV (independent), sehingga sub elemen ini memerlukan

pembahasan lebih lanjut. Dana abadi sangat berpengaruh pada keberhasilan

penutupan tambang berkelanjutan.

Kendala-kendala utama program seperti keterlibatan PPK dalam

penyusunan RPT (3) dan terbatasnya infrastruktur yang memadai (4), dan

kebijakan penutupan yang belum berorientasi pada PB (9) merupakan peubah

yang terletak pada garis di antara sektor IV dan sektor I serta mempunyai nilai

rangking yang sama yaitu 3, namun mempunyai level-3 seperti sub elemen 13

(kontribusi yang sangat nyata PTFI pada PDRB Mimika dan PDB Provinsi

Papua). Dengan demikian sub elemen 3,4, dan 9 cenderung bersifat

independent. 6.1.4. Elemen Tujuan dari Program

Tabel 41 merupakan 12 sub elemen hasil kajian elemen sektor

masyarakat yang terpengaruh pada program membangun sistem penutupan

tambang mineral berkelanjutan. Hasil kajian sub elemen pada analisis ISM

berupa: (a) Matriks Reachability dan interpretasi dari elemen sektor masyarakat

yang terpengaruh program, disajikan pada Tabel 42. (b) Matriks Driver Power-

Dependence untuk elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program,

disajikan pada Gambar 21. (c) Diagram model struktural ISM dari elemen sektor

masyarakat yang terpengaruh program disajikan pada Gambar 22.

Tabel 41. Sub elemen tujuan program No Sub Elemen Atribut

1 Meningkatkan kualitas SDM Meningkatkan kualitas SDM dalamkegiatan PB

2 Meningkatkan ketersediaan infrastruktur

Infrastruktur tersedia untuk mendukung kebutuhan pembangunan kedepan

3 Keberlanjutan manfaat sosial dan ekonomi

Manfaat sosial dan ekonomi yang saat ini dirasakan masyarakat terus berlanjut dan meningkat walaupun PTFI selesai beroperasi

4 Konservasi dan pelestarian fungsi lingkungan

Konservasi dan pelestarian fungsi lingkungan tetap terjaga walaupun PTFI selesai beroperasi

5 Membentuk sektor ekonomi baru Ada sektor ekonomi baru yang menggantikan sumber ekonomi tambang

6 Membentuk badan pengelola penutupan tambang berkelanjutan (BPPTB)

BPPTB bertanggung jawab agar kegiatan penutupan tambang berjalan lancar dan keberlanjutan perlindungan lingkungan dan

Page 189: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

163

manfaat sosial serta ekonomi terus meningkat 7 Menciptakan lapangan kerja baru Lapangan kerja baru tercipta

Tabel 41 (Lanjutan)

No Sub Elemen Atribut

8 Adanya investor baru Investor baru melakukan kegiatan ekonomi baru dengan tetap ramah lingkungan

9 Minimisasi beban abadi pada lingkungan

Beban abadi pada lingkungan akibat limbah tambang ditangani baik sehingga tidak mengganggu kesehatan dan keamanan masyarakat selamanya

10 Tidak adanya konflik Penutupan tambang tidak menimbulkan konflik yang tidak bisa terkelola baik

11 Mengembangkan ekonomi kerakyatan

Usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi dikembangkan sebagai basis ekonomi kerakyatan

12 Memberikan pelatihan keterampilan kepada karyawan

Pelatihan bagi karyawan untuk bidang tambang atau non tambang sebagai persiapan SaPeT nanti

Sumber: Hasil Analisis (2009)

Tabel 42 menunjukkan bahwa elemen tujuan program mempunyai

tingkatan elemen kunci rangking satu sampai delapan dengan nilai Driver Power

tertinggi bernilai 10 dan terendah bernilai 1. Sub elemen peringkat satu adalah

sub elemen kunci yaitu: (1) membentuk Badan Pengelola Penutupan Tambang

Berkelanjutan (BPPTB).

Tabel 42. Hasil matriks reachability dan interpretasi dari elemen tujuan

program Sub

Elemen E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 Driver Power

Elemen Kunci

E1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 8 2 E2 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 7 3 E3 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 3 6 E4 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 7 E5 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 6 4 E6 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 1 E7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 8 E8 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 7 3 E9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 8 E10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 8 E11 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 6 E12 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 4 5 Dep 1 2 6 3 5 1 9 1 9 8 6 2

Level 7 6 3 5 4 7 1 7 1 2 3 6 Sumber : Hasil Analisis (2009)

Keterangan: Dep = Dependence DP = Driver Power EK = Elemen Kunci atau rangking

Angka 1 = Terdapat hubungan kontektual Angka 0 = Tidak terdapat hubungan kontektual

Page 190: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

164

Pada Gambar 21 dan Gambar 22 menunjukkan bahwa faktor-faktor

kunci penggerak elemen tujuan program menuju sistem penutupan tambang

berkelanjutan dengan studi kasus RPT PTFI adalah sub elemen-sub elemen

yang terletak pada sektor IV (independent), yaitu: (1) meningkatkan kualitas

SDM, (2)meningkatkan ketersediaan infrastruktur, (6) membentuk BPPTB, dan

(8) adanya investor baru. Empat tujuan program tersebut adalah termasuk

peubah bebas, berarti mempunyai kekuatan pengerak (driver power) yang besar

terhadap keberhasilan program, namun mempunyai sedikit ketergantungan

terhadap program (strong driver weak dependent variable)

E1

E2

E3, E11

E4

E5

E6

E7, E9

E8

E10

E12

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar 21. Matriks Driver Power-Dependence untuk elemen tujuan program

Tujuan-tujuan program penutupan tambang berkelanjutan membentuk

sektor ekonomi baru (5) merupakan peubah linkages dari sistem. Setiap

tindakan untuk meningkatkan peranan dari sektor-sektor tersebut akan

menghasilkan sukses program menuju sistem penutupan tambang mineral

berkelanjutan, sedangkan lemahnya perhatian terhadap sektor-sektor tersebut

akan menyebabkan kegagalan program.

Analisis lebih lanjut pada sektor II (dependent), menunjukan bahwa

tujuan-tujuan program seperti: keberlanjutan manfaat sosial dan ekonomi(3),

menciptakan lapangan kerja baru (7), minimalisasi beban abadi pada lingkungan

(10), dan mengembangkan ekonomi kerakyatan (11) adalah termasuk peubah

Sektor II (Dependent)

Sektor III (Linkage) Sektor IV (Independent)

Sektor I (Autonomus) Ketergantungan (Dependence)

Daya Dorong

Page 191: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

165

tidak bebas terhadap peubah lainnya dalam sistem penutupan tambang

berkelanjutan. Tujuan-tujuan program atau sub elemen konservasi dan

pelestarian fungsi (4) dan memberikan pelatian pada karyawan di sektor I atau

bersifat autonomus. Walaupun peubah berada di sektor I, namun terletak di

Level-2 selevel dengan sub elemen 3 dan 11 akan dikaji lebih lanjut untuk

dimasukkan sebagai elemen yang mempengaruhi sistem yang sedang dianalisis

ini.

E1. Meningkankan kualitas SDM

E3. Keberlanjutan manfaat sosial dan ekonomi

E2. Meningkatkan Ketersediaaninfrastruktur

E10. Tidak adanya Konflik

E9. Minimalisasibeban abadi

pada lingkungan

E6. Membentuk Badan Pengelola

Penutupan TambangBerkelanjutan

E5. Membentuk

sektor ekonomi baru

E4. Konservasi dan pelestarian

fungsi lingkungan

E8. Adanya

investor baru

E11. Mengembangkan. ekonomi

kerakyatan

E12. Memberikanpelatihan

keterampilan pd karyawan

E7. Menciptakan

lapangan kerja baru

Level-1:

Level-2:

Level-3:

Level-4:

Level-5:

Gambar 22. Diagram model ISM dari elemen tujuan program

6.1.5. Elemen Tolok Ukur untuk Menilai Setiap Tujuan Program Tabel 43 menunjukkan 9 sub elemen hasil kajian elemen sektor

masyarakat yang terpengaruh pada program membangun sistem penutupan

tambang mineral berkelanjutan. Hasil kajian sub elemen pada analisis ISM

berupa: (a) Matriks Reachability dan interpretasi dari elemen sektor masyarakat

yang terpengaruh program, disajikan pada Tabel 44. (b) Matriks Driver Power-

Dependence untuk elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program,

Page 192: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

166

disajikan pada Gambar 23. (c) Diagram model struktural ISM dari elemen sektor

masyarakat yang terpengaruh program disajikan pada Gambar 24.

Tabel 43. Sub elemen tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program No Sub Elemen Atribut

1 IPM (indeks pembangunan manusia) atau HDI meningkat

HDI Mimika terus tumbuh dan meningkat dibandingkan saat ini

2 Lapangan kerja baru tersedia dan meningkat

Jumlah tenaga kerja yang tumbuh telah mempunyai pekerjaan

3 Kontribusi ekonomi baru pada PDRB Mimika dan Provinsi Papua meningkat

Sektor ekonomi baru yang dibangun telah memberikan kontribusi berarti pada PDRB Mimika dan Provinsi Papua

4 Pelayanan kebutuhan sosial masyarakat berjalan lancar dan meningkat

Pelayanan kebutuhan sosial mengalami peningkatan mutu dan kuantitas fasilitas

5 Tidak ada percemaran lingkungan

Tidak terjadi pencemaran lingkungan yang mengganggu kesehatan dan keamanan masyarakat secara jangka panjang

6 Adanya badan pengelola penutupan tambang berkelanjutan (BPPTB)

BPPTB telah bekerja secara efektif dan efisien dalam mengantarkan pada penutupan tambang PTFI yang berkelanjutan

7 Dana abadi terkelola secara tepat

Dana abadi termanfaatkan untuk kegiatan pengembangan masyarakat secara berkelanjutan

8 Infrastruktur tersedia dan memadai

Infrastruktur yang dibangun dan dikembangkan telah dapat mendukung PB

9 Terjadi peningkatan nilai investasi

Nilai investasi baru meningkat untuk sektor non tambang atau tambang baru dan dijalankan sesuai prinsip PB

Sumber: Hasil Analisis (2009)

Tabel 44 menunjukkan bahwa elemen tolok ukur untuk menilai setiap

tujuan program mempunyai tingkatan elemen kunci rangking satu sampai empat

dengan nilai Driver Power tertinggi bernilai 6 dan terendah bernilai 1. Sub elemen

peringkat satu adalah sub elemen kunci yaitu: (6) adanya BPPTB.

Tabel 44. Hasil matriks reachability dan interpretasi dari tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program

Sub Elemen E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9

Driver Power

Elemen Kunci

E1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 E2 1 1 1 1 0 0 0 1 1 6 3 E3 1 0 1 1 0 0 0 0 0 3 4 E4 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 5 E5 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7 2 E6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 E7 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 2 E8 1 1 1 1 0 0 0 1 1 6 3 E9 1 1 1 1 0 0 0 1 1 6 3

Dep 9 6 7 8 2 1 2 6 6 Level 1 4 3 2 5 6 5 4 4

Sumber : Hasil Analisis (2009)

Keterangan: Dep = Dependence DP = Driver Power EK = Elemen Kunci atau rangking

Angka 1 = Terdapat hubungan kontektual Angka 0 = Tidak terdapat hubungan kontektual

Page 193: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

167

E1

E2, E8, E9

E3

E4

E5, E7

E6

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar 23. Matriks Driver Power-Dependence untuk tolok ukur untuk menilai

setiap tujuan program

Gambar 23 dan Gambar 24 menunjukkan faktor-faktor kunci penggerak

elemen tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program menuju sistem penutupan

tambang berkelanjutan dengan studi kasus RPT PTFI adalah sub elemen-sub

elemen yang terletak pada sektor IV (independent), yaitu: (5) tidak adanya

pencemaran lingkungan, (6) adanya BPPTB, dan (7) dana abadi yang terkelolah

secara tepat. Ketiga tolok ukur tersebut adalah termasuk peubah bebas, berarti

mempunyai kekuatan pengerak (driver power) yang besar terhadap keberhasilan

program, namun mempunyai sedikit ketergantungan terhadap program (strong

driver weak dependent variable)

Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program penutupan tambang

berkelanjutan seperti: lapangan kerja baru tersedia dan meningkat (2),

infrastruktur tersedia dan memadai (8), dan terjadi peningkatan nilai investasi (9)

merupakan peubah linkages dari sistem. Setiap tindakan untuk meningkatkan

peranan dari sektor-sektor tersebut akan menghasilkan sukses program menuju

sistem penutupan tambang mineral berkelanjutan, sedangkan lemahnya

perhatian terhadap sektor-sektor tersebut akan menyebabkan kegagalan

program.

Analisis lebih lanjut pada sektor II (dependent), menyatakan bahwa tolok

ukur untuk menilai setiap tujuan program seperti: kontribusi ekonomi baru pada

PDRB Mimika dan Provinsi Papua Meningkat (3), pelayanan kebutuhan sosial

masyarakat berjalan lancar dan meningkat (4), dan IPM (indeks pembangunan

Sektor II (Dependent)

Sektor III (Linkage) Sektor IV (Independent)

Sektor I (Autonomus)

Ketergantungan (Dependence)

Daya dorong

Page 194: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

168

manusia atau HDI meningkat (1) adalah termasuk peubah tidak bebas terhadap

peubah lainnya dalam sistem penutupan tambang berkelanjutan.

E1. IPM/HDImeningkat

E3. Kontribusi ekonomi baru pd PDRB Mimika dan Provinsi Papua

Meningkat

E2. Lapangan kerja baru tersedia

& meningkat

E9. Terjadi peningkatan nilai investasi

E6. AdanyaBadan Pengelola

Penutupan TambangBerkelanjutan

E5. Tidak ada Pencemaranlingkungan

E4. Pelayanan kebutuhansosial masyarakat berjalan

lancar dan meningkat

E8. Infrastruktur tersedia

& memadai

E7. Dana abadi terkelola

secara tepat

Level-1:

Level-2:

Level-3:

Level-4:

Level-5:

Level-6:

Gambar 24. Diagram model ISM dari elemen tolok ukur untuk menilai setiap

tujuan program

6.2. Faktor-faktor Penggerak Kunci Sistem Penutupan Tambang PTFI Berkelanjutan.

Berdasarkan hasil analisis ISM atas lima elemen program dalam membangun

sistem penutupan tambang berkelanjutan. Berikut ini diuraikan faktor-faktor

pengerak kunci dan peubah yang independent untuk masing-masing elemen

program, yaitu:

1. Elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program, meliputi: faktor-faktor

pengerak kunci yang juga faktor independent adalah: penutupan pemasok

barang dan jasa, dan kegiatan perlindungan dan pelestarian lingkungan di

daerah operasi PTFI.

2. Elemen kebutuhan dari program, meliputi: faktor-faktor pengerak kunci

adalah kualitas SDM. Faktor independent adalah: kualitas SDM, Badan

Page 195: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

169

Pengelola Penutupan Tambang Berkelanjutan (BPPTB), infrastruktur yang

memadai, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan.

3. Elemen kendala utama program, meliputi: faktor-faktor pengerak kunci

adalah: keterbatasan keterampilan SDM , dan kemampuan PEMDA

(Kabupaten Mimika) untuk memimpin. Faktor independent adalah:

keterbatasan keterampilan SDM, kemampuan PEMDA (Mimika) untuk

memimpin, kurang sosialisasi RPT perusahaan pada masyarakat, kontribusi

yang sangat nyata PTFI pada PDRB Mimika dan PDB Provinsi Papua.

4. Elemen tujuan dari program, meliputi: faktor-faktor pengerak kunci adalah:

membentuk Badan Pengelola Penutupan Tambang Berkelanjutan atau

disingkat BPPTB. Faktor independent adalah: meningkatkan kualitas SDM,

meningkatkan ketersediaan infrastruktur, membentuk BPPTB, dan adanya

investor baru.

5. Elemen tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program, meliputi: faktor-faktor

pengerak kunci adalah adanya BPPTB. Faktor independent adalah: tidak

adanya pencemaran lingkungan, adanya BPPTB, dan dana abadi yang

terkelola secara tepat.

Berdasarkan analisis situasional dan kondisi daerah di Kabupaten Mimika

seperti yang dipaparkan pada Bab IV- Keadaan Umum maka dipilih enam faktor

pengerak kunci yang dijadikan sebagai input terkontrol bagi analisis sistem

dinamik penutupan tambang yang berkelanjutan pada Bab IX. Faktor-faktor ini

dikontrol dan dikelola di dalam analisis sistem dinamik untuk mendapatkan

skenario-skenario keberlanjutan penutupan tambang PTFI. Faktor-faktor

tersebut, yaitu:

1. Kualitas sumberdaya manusia. Faktor kualitas SDM di Kabupaten Mimika,

khususnya masyarakat asli masih lebih rendah dibandingkan dengan kualitas

SDM para pendatang. Hal ini dilihat pada angkatan kerja yang bekerja di

PTFI dan juga yang bekerja di lembaga swasta lainnya serta yang bekerja di

pemerintah. Rendahnya kualitas SDM ini, terlebih khusus masyarakat

pemilik hak ulayat dari daerah operasi tambang PTFI, yaitu: suku Kamoro (di

dataran rendah) dan suku Amungme (di dataran tinggi) sangat dipengaruhi

oleh buruknya sarana dan prasarana pendidikan. Di daerah pedalaman

kekurangan tenaga guru sudah sangat biasa terjadi. Bahkan ada beberapa

sekolah baik SD dan SMP yang hanya mempunyai guru 2 – 3 orang. Belum

Page 196: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

170

lagi menyinggung soal mutu guru dan pelajaran. Selain itu, kualitas SDM ini

juga dipengaruhi oleh kualitas kesehatan. Pelayanan kesehatan di wilayah

ini, khususnya di pedalaman masih sangat rendah. Hal ini disebabkan

karena kurang memadai sarana dan prasarana yang dibutuhkan bagi

pelayanan kesehatan dengan standar yang wajar. Sementara itu pelayanan

kesehatan yang baik diselenggarakan oleh PTFI untuk karyawan dan

keluarganya. Pelayanan kesehatan di RSWB dan RSMM yang dimiliki oleh

LPMAK dengan dukungan Dana Kemitraan PTFI diberikan secara gratis

untuk masyarakat suku Kamoro dan Amungme serta lima kekerabatan suku

(Moni, Nduga, Dani, Ekari, dan Moni). Hal ini akan bermasalah besar bila

SaPeT PTFI tiba, Dana Kemitraan PTFI terhenti, dan akhirnya operasional

RSMM, RSWB dan program lainnya juga terhenti. Dengan demikian,

disamping karena hasil analisis ISM yang menyatakan bahwa faktor kualitas

SDM adalah sebagai faktor penggerak kunci penutupan tambang PTFI

berkelanjutan. SDM juga diperlukan untuk mengelola kegiatan penutupan

tambang dan kegiatan pembangunan menuju keberlanjutan Mimika namun

belum tersedia dan dipersiapkan. Oleh karena itu faktor ini sangat layak

sebagai faktor penggerak kunci penutupan tambang PTFI berkelanjutan. 2. Adanya Badan Pengelola Penutupan Tambang Berkelanjutan (BPPTB).

BPPTB ini merupakan perwujudan dari hasil FGD dengan PPK di Kabupaten

Mimika. PPK sangat membutuhkan adanya sebuah forum atau badan yang

akan menangani penutupan tambang. Nama BPPTB ini merupakan usulan

peneliti. BPPTB ini berfungsi atau berperan untuk mengkoordinasikan

perencanaan dan pengelolaan kegiatan-kegiatan pembangunan yang

dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan PB di Kabupaten Mimika.

BPPTB ini juga memastikan bahwa kegiatan pembangunan diorientasikan

pemenuhan kebutuhan saat ini dan dimasa mendatang. BPPTB ini perlu

didukung oleh peraturan daerah dan keanggotaannya merupakan perwakilan

dari semua perwakilan PPK, seperti dari: PEMDA Mimika, PTFI, LSM lokal

(LPMAK, LEMASA, LEMASKO, YAHAMAK, dan lainnya), dan para tokoh

agama. Dengan demikian, karena badan ini belum terbentuk, namun sangat

dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dan hasil analisis ISM maka faktor

BPPTB ini layak sebagai faktor penggerak kunci penutupan tambang PTFI

yang berkelanjutan.

Page 197: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

171

3. Infrastruktur. Hasil pengamatan lapangan di kota Timika dan juga di seluruh

pelosok pedalaman di Mimika seperti yang telah dipaparkan pada Bab IV

Keadaan Umum, infrastruktur publik sangat penting bagi aktifitas dan

keberlanjutan pembangunan. Sampai saat ini masih banyak infrastruktur di

Mimika yang merupakan hasil kontribusi PTFI kepada pemerintah sebagai

pelaksanaan komitmen sosialnya. Misalnya pembangunan beberapa

jembatan, jalan, fasilitas lapangan terbang, dan lainnya. Tentunya kontribusi

nyata ini akan berakhir dengan berakhirnya operasi penambangan PTFI

disana. Oleh karena itu, faktor ini sangat layak sebagai faktor penggerak

kunci penutupan tambang PTFI berkelanjutan.

4. Investasi ekonomi baru. Sampai saat ini PTFI merupakan sumber

pendapatan ekonomi utama bagi pemerintah dan masyarakat Mimika.

Sumber pendapatan ekonomi baru sebagai pengganti PTFI kelak adalah

mutlak dibutuhkan. Sumber ekonomi baru ini dapat dibangun dari SDA

tambang lain dan juga dari SDA yang dapat diperbaharui, seperti sektor

perikanan, pertanian, dan kehutanan. Dengan faktor ini sangat layak sebagai

faktor penggerak kunci penutupan tambang PTFI berkelanjutan. Karena

disamping sesuai dengan hasil analisis ISM juga secara nyata faktor ini

sangat dibutuhkan.

5. Perlindungan dan pelestarian lingkungan. Faktor ini merupakan aspek

lingkungan yang utama mengingat dampak yang berat dan berbahaya dari

operasi operasi PTFI adalah AAB dan tailing. AAB sampai saat ini disebut

sebagai monster yang berbahaya bagi lingkungan karena belum ada

solusinya secara permanen dan global. Para ahli menyatakan bahwa AAB

perlu penanganan beratus tahun bahkan beribu tahun. Apabila teknologi

dan teknik reklamasi yang digunakan tidak tepat kelak maka kemungkinan

munculnya sisa-sisa bahan yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan

bisa saja terjadi setelah penutupan ataupun saat pasca tambang. Akibatnya,

beban ini tentunya akan menjadi beban dari pemerintah dan masyarakat

Mimika terutama. Pembangunan ekonomi dan sosial yang dilaksanakan

tentunya akan terganggu. Selain itu, kegiatan pembangunan ekonomi dan

sosial lain yang dilaksanakan di Mimika, sejak saat ini perlu memperhatikan

dan memastikan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan juga

dilaksanakan. Oleh karena itu, faktor ini sangat penting dan mendesak

sebagai faktor penggerak kunci penutupan tambang PTFI berkelanjutan.

Page 198: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

BAB VII. FAKTOR-FAKTOR KUNCI PENENTU KEBERHASILAN PENUTUPAN TAMBANG

BERKELANJUTAN

7.1. Penentuan Negara Target Patok Duga Pada penelitian ini negara target patok duga yang digunakan adalah

Australia dan Kanada. Alasannya, adalah Australia dengan sistem

pemerintahan federal, telah mempunyai kebijakan penutupan tambang yang

mensyaratkan pada semua perusahaan tambangnya untuk mengembangkan

secara spesifik setempat pada rencana rehabilitasi pasca tambang untuk

disetujui oleh lembaga-lembaga tambang yang relevan (IIED et al., 2002).

Indonesia yang mempunyai sistem pemerintahan desentralisasi atau

otonomi daerah, kandungan spesifik setempat akan menjadi hal yang tidak

dapat dielakkan untuk dipenuhi oleh perusahaan tambang yang beroperasi di

sebuah daerah, dan ini bisa jadi berbeda dengan kebutuhan dari daerah

lainnya. Kanada yang mempunyai sistem pemerintahan federal seperti

Australia dan juga Indonesia dengan sistem desentralisasinya maka regulasi

perlu dispesifikkan secara jelas pembatasan antara kewenangan dari lembaga-

lembaga di pemerintah pusat dengan lembaga-lembaga yang ada di provinsi

dan kabupaten (World Bank dan IFC, 2002).

Selain itu, Kanada merupakan negara yang mengembangkan praktek

terbaik (best practice) dalam penutupan tambang, seperti saat penutupan

Tambang Sullivan yang terletak di Barat Laut Kanada disebut sebagai sebuah

model praktek terbaik penutupan tambang, karena pemerintah setempat telah

memimpin untuk mencari sumber ekonomi pengganti tambang 20 tahun jauh

sebelum tambang ditutup pada tahun 2001 (World Bank dan IFC, 2002). Selain

itu, menurut Shinya (1998) Kanada memasuki abad ke-21 telah mempersiapkan

sektor pertambangannya dengan mengeluarkan sebuah kebijakan baru pada

bulan Nopember 1996 yang berjudul: Kebijakan Mineral dan Metal Pemerintah

Canada: Kemitraan untuk Pembangunan Berkelanjutan ( The Minerals and

Metals Policy of the Government of Canada: Partnerships for Sustainable

Development). Sebuah perusahaan tambang di Kanada Placer Dome Inc. pada

tahun 1998 telah mengadopsi kebijakan berkelanjutan pada kegiatan

pertambangannya (McAllister et al., 1999).

Page 199: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

173

Untuk menentukan apakah kedua negara tersebut layak dijadikan negara

patok duga bagi Indonesia, faktor-faktor keunggulan suatu negara yang

dikemukakan oleh Kotler et al. (1998) digunakan dalam analisis selanjutnya.

Faktor-faktor ini kemudian dimintai pendapat pakar melalui wawancara

mendalam dengan menggunakan teknik AHP (Analytical Hierarchy Process)

seperti disajikan pada Gambar 25.

Keunggulan Dalam PenutupanTambang Berkelanjutan Suatu Negara

Indonesia(0,196)

Australia(0,397)

Kanada(0,407)

OrganisasiIndustri

Suatu Negara(0,115)

Kohesi SosialSuatu Negara

(0,138)

Kebudayaan, Sikap & NilaiSuatu Negara

(0,327)

KepemimpinanPemerintahanSuatu Negara

(0,191)

AnugrahSDA &SDM

Suatu Negara(0,230)

Kriteria

Tujuan

Fokus

Gambar 25. Diagram Hirarki Keunggulan Penutupan Tambang Berkelanjutan

Suatu Negara Pendapat para pakar yang dituangkan dalam kuesioner kemudian diolah

dengan teknik geomean untuk mendapatkan ‘nilai rata-rata’ pendapat pakar.

Nilai bobot masing-masing faktor untuk menentukan negara target patok duga

dalam mencapai penutupan tambang mineral yang berkelanjutan adalah

sebagai berikut:

1. Kepemimpinan pemerintah suatu negara (0,191), meliputi: kepemimpinan

bervisi, dukungan strategis pemerintah, efisiensi administratif pemerintahan,

konsistensi kebijakan publik, stabilitas publik.

2. Kebudayaan, sikap, dan nilai suatu negara (0,327), meliputi: budaya

produktifitas, semangat kewirausahaan, sikap investasi dan permodalan,

nilai-nilai para pelaku.

Page 200: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

174

3. Anugrah sumbedaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM) suatu

negara (0,230), meliputi: ketersediaan SDA dan SDM, tingkat teknologi,

demografi populasi.

4. Kohesi sosial suatu negara (0,138), meliputi: distribusi kekayaan, distribusi

kekuasaan, dan homogenitas kebudayaan.

5. Organisasi industri suatu negara (0,115), meliputi: intensitas daya saing,

diversifikasi industri, norma-norma kerjasama, badan-badan usaha milik

negara atau swasta.

Faktor Kebudayaan, sikap, dan nilai suatu negara, merupakan faktor

yang mempunyai nilai bobot tertinggi (0,327) diikuti oleh faktor anugrah SDA

dan SDM suatu negara (0,230). Faktor yang mempunyai nilai bobot terendah

adalah faktor organisasi industri suatu negara. Pendapat pakar juga

menyatakan bahwa nilai bobot negara Australia (0,397)dan Kanada (0,407)

lebih unggul dibandingkan dengan nilai bobot Indonesia (0,196) dalam kegiatan

penutupan tambang mineral yang berkelanjutan. Dengan demikian kedua

negara tersebut layak dijadikan negara target patok duga dalam penelitian ini.

7.2. Penentuan Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan Penutupan Tambang dan Nilai Bobot Setiap Faktor

Berdasarkan analisis situasional terhadap perkembangan kegiatan-

kegiatan penutupan tambang mineral di negara Australia dan Kanada dapat

diketahui bahwa negara tersebut memiliki faktor-faktor kunci yang menentukan

keberhasilan dalam menuju penutupan tambang berkelanjutan. Melalui

pendapat pakar, diperoleh 10 faktor kunci penentu keberhasilan yang layak

digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan penutupan tambang

berkelanjutan, seperti pada Tabel 45.

Untuk mendapatkan ‘nilai bobot rata-rata’ dari semua pendapat pakar pada

setiap faktor-faktor tersebut dipakai: (a) teknik modus dipakai bila pendapat para

pakar mempunyai nilai bobot yang banyak muncul, dan (b) teknik geomean

digunakan bila pendapat pakai mempunyai nilai bobot yang berimbang diantara

pakar atau berbeda untuk masing-masing pakar. Kisaran nilai yang digunakan

adalah angka satu (1) untuk nilai bobot terendah sebagai faktor kunci penentu

keberhasilan penutupan tambang, sedangkan nilai bobot yang tertinggi adalah

angka lima (5). Hasilnya adalah faktor ketersediaan dana mempunyai nilai bobot

yang paling tinggi (5) dibandingkan dengan faktor lainnya. Nilai bobot yang

Page 201: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

175

terendah (3) adalah: faktor teknologi penutupan, memenuhi tujuan-tujuan

penggunaan lahan pasca tambang, dan indikator-indikator khusus setempat.

Tabel 45. Atribut faktor-faktor kunci penentu keberhasilan

Kode Atribut Faktor-faktor kunci penentu keberhasilan Bobot

a Kelembagaan. Terdapatnya badan-badan atau organisasi formal independen perumus kebijakan penutupan tambang yang menyuarakan kepentingan pemerintah pusat dan daerah, perusahaan tambang, dan masyarakat.

4

b Teknologi penutupan tambang. Ketersediaan teknologi penutupan tambang yang tepat, termasuk teknik-teknik reklamasi bekas daerah tambang yang tidak memunculkan kembali sisa-sisa kerusakan lingkungan setelah pekerjaan reklamasi dan penutupan tambang selesai.

3

c Kebijakan pemerintah. Adanya dukungan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan penutupan tambang yang memproteksi kepentingan industri tambang dan masyarakat serta lingkungan hidup, dengan menerapkan kebijakan antara lain: Perbaikan kondisi lingkungan hidup yang meliputi: kualitas air

permukaan, air tanah, air laut, kualitas tanah dan udara sesuai baku mutu lingkungan, stabilitas dan keamanan batuan penutup-kolam tailing-lahan bekas tambang-dan struktur-struktur buatan, keragaman hayati, pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai peruntukannya

Keselamatan dan kesehatan kerja saat penutupan Konservasi bahan galian meliputi: data mengenai bahan galian yang

tidak dieksploitasi dan /atau diolah serta sisa pengelolaan bahan galian Ketersediaan biaya penutupan yang mencukupi Penutupan tambang dimasukkan dalam pengelolaan keseluruhan siklus

hidup tambang sejak studi kelayakan sampai pasca tambang Rencana reklamasi dan penutupan tambang di-up date selama masa

operasi tambang. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelepasan. Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan, yang juga berorientasi

pada “keberlanjutan manfaat sosial dan ekonomi”

4

d Ketersediaan SDM. Adanya SDM yang ahli, handal, dan berpengalaman dalam menangani pekerjaan dan permasalahan penutupan tambang dengan tepat

4

e Keterlibatan dan memenuhi ekspektasi para pemangku kepentingan (PPK atau stakeholders). Adanya lembaga formal dan non formal di tingkat masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan kegiatan penutupan tambang. Lembaga ini juga berperan dalam mensukseskan penutupan tambang dan mencari kegiatan-kegiatan yang menciptakan keberlanjutan setelah tambang selesai melalui keterlibatan aktif dari PPK dalam menentukan hasil akhir dari rencana penutupan tambang

3

f Infrastruktur. Tersedianya dukungan infrastruktur fisik bagi kebutuhan pengembangan wilayah setelah tambang berakhir yang dapat mendukung pengembangan sektor non tambang sebagai sumber ekonomi pembangunan

4

g Ketersediaan dana. Ketersediaan dana sudah dipersiapkan jauh sebelum masa penutupan tambang tiba

5

h Kesehatan dan keamanan masyarakat. Adanya orientasi bahwa hasil akhir penutupan tambang tidak menimbulkan gangguan kesehatan dan keamanan masyarakat yang bersumber dari daerah bekas tambang. Beban abadi pada lingkungan diminimalisasikan dan juga proteksi pada kesehatan manusia dan ekologi, termasuk adanya kestabilan geoteknik dari pembentukan lahan akhir.

5

Page 202: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

176

Tabel 45. (Lanjutan) Kode Atribut Faktor-faktor kunci penentu keberhasilan Bobot

i Memenuhi tujuan-tujuan penggunaan lahan pasca tambang. Pembentukan lahan akhir daerah bekas tambang dan operasi pendukungnya dapat digunakan kembali sesuai dengan tujuan-tujuan yang dibutuhkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat.

3

j Indikator-indikator khusus setempat. Indikator-indikator kebutuhan pembangunan di daerah dimana tambang dioperasikan terakomodasikan dan dapat dikembangkan untuk keberlanjutan kehidupan masyarakat setelah tambang

4

Sumber: Hasil judgement pakar (2009)

7.3. Penentuan Rangking Indonesia dan Negara Target Patok Duga Tabel 46 merupakan hasil penilaian para pakar terhadap nilai pencapaian

untuk setiap kriteria (faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan

tambang) di Indonesia dan dua negara target patok duga. Nilai tersebut

merupakan ‘nilai rata-rata pakar’ yang diolah dengan menggunakan teknik

modus dan atau geomean. Penilaian menggunakan angka satu untuk nilai

pencapaian terendah pada setiap kriteria yang dinilai dan angka sembilan

merupakan nilai tertinggi. Hasil penilaian menunjukkan, tidak satupun dari 10

kriteria atau faktor-faktor kunci tersebut Indonesia memiliki nilai keberhasilan

yang sama atau melampaui nilai-nilai yang dicapai oleh dua negara yang

dijadikan target patok duga untuk setiap kriteria.

Tabel 46. Matrik evaluasi faktor-faktor kunci penentu keberhasilan

penutupan tambang mineral yang berkelanjutan menggunakan metode MPE

Alternatif

Keputusan Kriteria (Faktor-Faktor Kunci Penentu Keberhasilan) Nilai

Keputusan Pering-

kat a b c d e f g h i j

Indonesia 4 5 4 3 4 2 3 3 3 4 1,405 3

Australia 6 6 7 6 5 7 7 6 6 6 26,770 2

Kanada 6 7 7 8 7 7 7 8 7 6 34,400 1

Bobot Kriteria 4 3 4 4 3 4 5 5 3 4

Sumber: Hasil judgement pakar dan perhitungan MPE (2009)

* Keterangan:

a. Kelembagaan b. Teknologi penutupan tambang c. Kebijakan pemerintah d. Ketersediaan SDM e. Keterlibatan dan memenuhi ekspektasi PPK f. Infrastruktur

g. ketersediaan dana h. Kesehatan dan keamanan masyarakat i. Memenuhi tujuan-tujuan penggunaan

lahan pasca tambang j. Indikator-indikator khusus setempat

Page 203: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

177

Pada kriteria infrastruktur, Indonesia memperoleh nilai terendah

dibandingkan nilai pencapaian kriteria lainnya dan Australia serta Kanada

memperoleh nilai pencapaian lebih dari tiga kali dari nilai Indonesia, yakni

masing-masing mendapat nilai tujuh. Infrastuktur jelas Indonesia masih dibawah

standar Australia dan Kanada dalam mendukung keberlanjutan pembangunan

setelah penutupan tambang. Selain itu, daerah tambang di Indonesia berada di

daerah-daerah terpencil dan biasanya pembangunan infrastruktur menjadi beban

pembiayaan para perusahaan tambang yang beroperasi disana. Dengan

demikian, ketersediaan dukungan infrastuktur, selain mempengaruhi

keberlanjutan setelah tambang berakhir juga menentukan bersedianya dan tidak

bersedianya investor tambang untuk menginvestasikan modalnya di sebuah

negara. Infrastruktur yang baik juga akan mempengaruhi mutu pelayanan publik

dari pemerintah.

Melihat keadaan infrastruktur di Kabupaten Mimika saat ini, sepertinya

PEMDA Mimika perlu bekerja lebih keras lagi untuk memastikan adanya

keberlanjutan pembangunannya setelah PTFI berakhir operasinya disana.

Walaupun saat ini banyak infrastruktur umum yang dibangun atas kerjasama

PTFI dan PEMDA Mimika, namun belum cukup untuk menunjang keberlanjutan

setelah penutupan tambang pada tahun 2021 atau 2041. Misalnya, transportasi

darat dan sungai yang menghubungkan antar ibu kota kecamatan saja dengan

harga terjangkau secara luas oleh masyarakat belum tersedia, sehingga banyak

hasil perikanan dan pertanian yang tidak bisa segera dipasarkan.

Kriteria teknologi penutupan mendapatkan nilai pencapaian yang tertinggi

untuk Indonesia, yakni lima, walaupun nilai tersebut masih dibawah nilai

pencapaian dari Australia dan Kanada dengan nilai pencapaian berturut-turut

enam dan tujuh. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi yang dipakai di Indonesia

hampir menyamai apa yang dipakai di Australia walaupun masih tidak setarap

dengan di Kanada. Seperti diketahui bahwa investor pertambangan di

Indonesia kebanyakan dari luar negeri, sehingga sangatlah mungkin teknologi

penutupan yang dipakai di negaranya juga dipakai di Indonesia. Menurut data,

Australia berinvestasi di sektor ini di Indonesia lebih banyak dibandingkan

investasi dari Kanada. Dengan demikian teknologi penutupan tambang di

Indonesia masih dapat mendukung kegiatan-kegiatan penutupan tambang

kedepan karena adanya pengaruh alih teknologi atau kerjasama dengan investor

asing tersebut.

Page 204: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

178

Nilai-nilai pencapaian yang diberikan para pakar tersebut kemudian

dianalisis dengan menggunakan MPE. Negara yang paling berhasil dalam

mencapai kriteria-kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan penutupan

tambang adalah Kanada (34.400) diurutan pertama kemudian diikuti Australia

(26.770) diurutan kedua, dan Indonesia diurutan terakhir (1.405). Hal ini

menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan-kesenjangan di Indonesia

yang dapat dijadikan peluang atau ruang perbaikan dalam menuju penutupan

tambang yang berkelanjutan dengan mendasarkan pada kriteria-kriteria atau

faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang yang diterapkan dua

negara target patok duga tersebut.

7.4. Faktor-Faktor Kunci Penentu Keberhasilan Penutupan Tambang Berkelanjutan yang Akan Diterapkan Di Indonesia

Nilai kesenjangan setiap kriteria atau faktor-faktor kunci penentu

keberhasilan antara Indonesia dengan dua negara target patok duga, Australia

dan Kanada dapat dilihat pada Tabel 47.

Tabel 47. Kesenjangan nilai kriteria kunci penentu keberhasilan penutupan tambang mineral yang berkelanjutan Indonesia dengan dua negara target patok duga

Ko-de Atri-but

Kriteria atau faktor-faktor kunci penentu

keberhasilan penutupan tambang

Nilai kriteria Indo- nesia

Nilai kriteria target patok duga

Kesenjangan nilai kriteria Indonesia dg negara target

patok duga

Rata-rata

kesen-jangan

Rank

Aus- tralia

Kana- da

Aus- tralia

Kana- da

a Kelembagaan 256 1,296 1,296 -1,040 -1,040 -1,040 6

b Teknologi penutupan tambang 125 216 343 -91 -218 -155 9

c Kebijakan pemerintah 256 2,401 2,401 -2,145 -2,145 -2,145 5

d Ketersediaan SDM 81 1,296 4,096 -1,215 -4,015 -2,615 3

e Keterlibatan dan memenuhi ekspektasi PPK 64 125 343 -61 -279 -170 8

f Infrastruktur 16 2,401 2,401 -2,385 -2,385 -2,385 4 g Ketersedian dana 243 16,807 16,807 -16,564 -16,564 -16,564 2

h Kesehatan dan keamanan masyarakat 243 7,776 32,768 -7,533 -32,525 -20,029 1

i Memenuhi tujuan-tujuan penggunaan lahan pasca tambang 27 216 343 -189 -316 -253 7

j Indikator-indikator setempat 256 1,296 1,296 -1,040 -1,040 -1,040 6

Sumber: Hasil analisis (2009)

Page 205: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

179

Hasil perhitungan pada Tabel 47 menunjukkan bahwa kesenjangan nilai

kriteria Indonesia dibandingkan dua negara target patok duga, Australia dan

Kanada semuanya mempunyai nilai kesenjangan negatif. Ini berarti bahwa

semua faktor tersebut berguna atau menjadi syarat bagi Indonesia untuk

mencapai standar penutupan tambang mineral seperti standar di kedua negara

patok duga tersebut. Nilai kriteria kode atribut (h) yakni kesehatan dan

keamanan masyarakat memiliki nilai rata-rata selisih/kesenjangan yang tertinggi,

yakni -20.029 dibandingkan dengan Australia (terpaut -7.533) ataupun Kanada

(terpaut -32.525). Namun jika dibandingkan dengan Australia, kriteria kesehatan

dan keamanan masyarakat ini mempunyai nilai kesenjangan rangking dua.

Kriteria yang mempunyai nilai kesenjangan diurutan kedua adalah kriteria

ketersediaan dana dengan nilai rata-rata kesenjangan – 16.564. Kemudian

kriteria yang mempunyai nilai kesenjangan diurutan ketiga adalah ketersediaan

SDM.

Kriteria kebijakan pemerintah mempunyai nilai rata-rata kesenjangan diurutan

kelima. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa kebijakan pemerintah Indonesia

terkait penutupan tambang dan reklamasi baru disyahkan pada tanggal 29 Mei

2008, dan itupun belum terlalu jelas mengenai kriteria dan standar untuk menuju

kontribusi tambang pada PB. Australia dan Kanada telah mulai menerapkan

prinsip-prinsip PB pada kebijakan pertambangannya jauh-jauh hari sebelum

Indonesia, yakni tahun 1991 dan 1996 (McAllister et al., 1999), dan prinsip-

prinsip PB diadopsi dalam kebijakan pertambangannya. Kriteria teknologi

penutupan mempunyai kesenjangan yang paling rendah dibandingkan kriteria

lainnya. Dengan demikian semua faktor-faktor kunci penentu keberhasilan

tersebut perlu dikembangkan dan diterapkan di Indonesia untuk menuju

penutupan tambang mineral yang berkelanjutan, dengan urutan prioritas dimulai

dari kriteria yang mempunyai nilai kesenjangan yang tertinggi sampai dengan

kriteria yang mempunyai nilai kesenjangan terendah.

7.5. Strategi Implementasi Faktor Kunci Penentu Keberhasilan Penutupan Tambang

Berdasarkan hasil analisis situasional di Kabupaten Mimika dan RPT PTFI

yang merupakan studi kasus dalam penelitian ini, beberapa strategi

implementasi untuk setiap kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan yang

Page 206: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

180

dapat dipertimbangkan oleh PPK PTFI untuk diterapkan menuju penutupan

tambang yang berkelanjutan, diuraikan berikut ini:

a. Kesehatan dan keamanan masyarakat adalah kriteria atau faktor kunci

penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata

kesenjangan tertinggi pertama (-20.029) atau terpaut -7.533 dengan Australia

dan -32.525 dengan Kanada. Hasil akhir penutupan tambang perlu

diupayakan agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan dan keamanan

masyarakat yang bersumber dari daerah bekas tambang. Munculnya sisa-

sisa kerusakan lingkungan setelah pekerjaan reklamasi dan penutupan

tambang selesai tergantung secara kuat pada pengembangan dan teknik-

teknik reklamasi yang dipilih (Robertson dan Shaw, 1998). Dengan demikian

strateginya adalah: (1) terus meningkatkan kerjasama dengan para

akademisi dan praktisi nasional dan internasional untuk mengembangkan

teknologi reklamasi dan penutupan tambang yang tepat. Misalnya yang

terkait dengan air asam batuan (AAB) dan penanganan tailing serta batuan

penutup. (2) PTFI perlu memberikan update secara berkala kepada PPK,

khususnya PEMDA dan masyarakat Mimika tentang perkembangan teknologi

tersebut.

b. Ketersediaan dana adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di

Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan tertinggi kedua (-

16.564). Ketersediaan dana harus dipersiapkan jauh hari sebelum SaPeT

tiba atau saat tambang masih beroperasi dan mempunyai pendapatan.

Dengan demikian strateginya adalah: (1) melaksanakan ketentuan-ketentuan

pada Peraturan Menteri ESDM No. 18 tahun 2008, khususnya pada Bab VI

Pasal 35-43 tentang jaminan penutupan tambang berikut ketentuan-

ketentuan lainnya. Semua PPK penutupan tambang PTFI, khususnya PTFI

mulai untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Peraturan

Menteri ESDM No. 18 tahun 2008 (2) PTFI terus meningkatkan hubungan

baik dengan PPK, khususnya masyarakat setempat. Mempersiapkan

sumber keuangan sejak dini dapat membuat RPT dapat dilaksanakan dan

masyarakat setempat dapat lebih baik mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan

mereka yang akan datang (World Bank dan IFC, 2002). (3) Dana kegiatan

pengembangan masyarakat dan juga dana tanggungjawab sosial

perusahaan (CSR/corporate Social Responsibility) yang sangat besar seperti

pada Tabel 48 perlu didisain ulang dan difokuskan untuk mendorong

Page 207: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

181

terjadinya keberlanjutan kegiatan perlindungan lingkungan, manfaat-manfaat

sosial dan ekonomi selagi PTFI masih aktif beroperasi saat ini. (4) Dana

pembangunan dari PEMDA Mimika dan pemerintah pusat untuk Kabupaten

Mimika lebih difokuskan dan diprioritaskan untuk membangun infrastruktur

yang menunjang keberlanjutan pembangunan dan kegiatan ekonomi non-

tambang dan mengembangkan potensi perikanan, perkebunan dan

kehutanan serta membangun SDM Mimika secara berkelanjutan.

c. Ketersediaan SDM adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di

Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan tertinggi tiga (-2,615)

atau terpaut -1.215 dengan Australia dan -4.015 dengan Kanada. Adanya

SDM yang ahli, handal, dan berpengalaman sangat diperlukan dalam

menangani pekerjaan dan permasalahan penutupan tambang dengan tepat.

Dalam hal ini termasuk ketersediaan SDM yang dapat merancang

keberlanjutan perlindungan lingkungan, manfaat-manfaat sosial dan ekonomi

setelah PTFI selesai beroperasi di Mimika. Dengan demikian strateginya

adalah: (1) disain ulang pengembangan SDM Mimika menuju SDM yang

berkemampuan merancang dan menciptakan keberlanjutan sosial, ekonomi,

dan perlindungan setelah PTFI selesai beroperasi. (2) pengembangan SDM

Mimika untuk menguasai teknologi penutupan tambang. Kualitas SDM yang

baik dan bermutu sebagian besar berasal dari pendatang yang bekerja di

PTFI, yang kemungkinan besar bila memasuki SaPeT akan kembali ke

tempat asalnya, baik yang dari luar Mimika atau Papua maupun yang dari

tenaga kerja asing.

Tabel 48. Kontribusi Pendanaan PM PTFI terhadap industri pertambangan

Uraian Kegiatan Jumlah Dana Comdev (US $ Juta) 2002 2003 2004 2005 2006

Total Comdev industri tambang di Indonesia 57,44 77,74 62,29 90,52 120,22 Comdev PTFI 39,66 41,12 43,46 63,99 76,74 % Comdev PTFI thd. industri tambang* 69,05% 52,89% 69,77% 70,69% 63,83% * Dihitung kembali dari (PWC, 2007 dalam LPEM UI, 2008)

d. Infrastruktur adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di

Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan tertinggi keempat (-

2.385). Tersedianya dukungan infrastruktur fisik sangat diperlukan bagi

Page 208: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

182

kebutuhan pengembangan wilayah setelah tambang berakhir yang dapat

mendukung pengembangan sektor non tambang sebagai sumber ekonomi

pembangunan. Perbaikan modal fisik (infrastruktur) seperti: fasilitas publik,

air dan sanitasi, transportasi yang efisien, keamanan, kualitas perumahan,

kecukupan infrastruktur, dan telekomunikasi merupakan tindakan-tindakan

yang perlu diambil dalam penguatan modal masyarakat untuk keberlanjutan

pembangunan masyarakat (Roseland, 2005). Hasil analisis situasional

infrastruktur di Kabupaten Mimika belum cukup mendukung kegiatan sosial

dan ekonomi saat ini, apalagi nanti setelah PTFI selesai beroperasi. Dengan

demikian strateginya adalah: (1) meningkatkan pembangunan infrastruktur

fisik untuk mendorong terjadinya keberlanjutan sosial dan ekonomi namun

tetap memberikan perlindungan lingkungan. (2) pembangunan infrastruktur

yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor non-PTFI yang

mempunyai tujuan pasar non PTFI dan keluar dari Mimika.

e. Kebijakan pemerintah adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan

di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan kelima (-2.145).

Dukungan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan penutupan

tambang yang memproteksi kepentingan industri tambang dan masyarakat

serta lingkungan hidup sangat diperlukan. Walaupun Peraturan Menteri

ESDM No 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang telah

diberlakukan, namun belum dapat mendorong terjadinya keberlanjutan

manfaat-manfaat sosial dan ekonomi serta perlindungan lingkungan pada

SaPeT. Dilain pihak, Indonesia mempunyai sistem pemerintahan

desentralisasi sehingga yang dibuat pemerintah daerah menjadi sangat kuat

dan efektif dalam membuat kebijakan dan regulasi yang mendorong

tercapainya tujuan pembangunan setelah tambang. Oleh karena itu,

strateginya adalah: (1) membuat kebijakan daerah (PERDA) tentang strategi

dan perencanaan PEMDA Mimika dalam menghadapi dampak-dampak

penting dari penutupan tambang PTFI dan mencari solusi yang permanen

dan berkelanjutan. (2) membentuk Badan Penutupan Tambang Berkelanjutan

(BPPTB) yang bertanggung jawab pada perencanaan dan implementasi

penutupan tambang berkelanjutan.

f. Kelembagaan adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di

Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan keenam (-1.040).

Terdapatnya badan-badan atau organisasi formal independen perumus

Page 209: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

183

kebijakan penutupan tambang yang menyuarakan kepentingan pemerintah

pusat dan daerah, perusahaan tambang, dan masyarakat merupakan satu

keharusan. Saat ini, belum ada organisasi yang dibentuk terkait penutupan

tambang PTFI kelak. Strategi implementasinya adalah: (1) membentuk dan

memberfungsikan BPPTB jauh sebelum penutupan tambang PTFI. (2) LSM

setempat perlu diberikan sosialisasi RPT PTFI.

g. Indikator-indikator setempat adalah kriteria atau faktor kunci penentu

keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan

keenam (-1.040). Indikator khusus setempat perlu dipertimbangkan dalam

membuat perencanaan penutupan tambang untuk pembangunan (The

Chamber of Minerals and Energy of Western Australia Inc., 2000).

Berdasarkan potensi SDA Kabupaten Mimika yang tinggi untuk mendukung

keberlanjutan setelah PTFI selesai dan adanya hambatan alam yang berat

dalam mengembangkan potensi itu, maka strateginya adalah: (1) identifikasi

indikator-indikator kebutuhan menuju PB di Mimika sebagai masukan

penting dalam penyusunan perencanaan pembangunan jangka panjang dan

menegah. (2) pelaksanaan pembangunan di Mimika harus difokuskan

mewujudkan kesejahteraan rakyat saat ini dan dimasa mendatang dengan

mengembangkan potensi SDAnya secara berkelanjutan.

h. Memenuhi tujuan-tujuan penggunaan lahan pasca tambang adalah kriteria

atau faktor kunci penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai

rata-rata kesenjangan ketujuh (-253) atau terpaut -316 dengan Australia dan

– 253 dengan Kanada. Pembentukan lahan akhir daerah bekas tambang

dan operasi pendukungnya dapat digunakan kembali sesuai dengan tujuan-

tujuan yang dibutuhkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat.

Pembentukan lahan akhir merupakan satu faktor penting untuk mendukung

kegiatan ekonomi lain setelah penutupan atau pasca tambang (van Zyl,

2005). Dengan demikian strateginya adalah: (1) kegiatan reklamasi lahan

bekas tambang yang dilakukan oleh PTFI perlu dilakukan kontrol, monitoring

dan evaluasi oleh lembaga pemerintah yang berwenang dan hasilnya

diinformasikan kepada PPK. (2) pembentukan lahan akhir disesuaikan

dengan kebutuhan PPK ketika penutupan tambang.

i. Keterlibatan dan memenuhi ekspektasi PPK adalah kriteria atau faktor kunci

penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata

kesenjangan kedelapan (-170) atau terpaut -61 dengan Australia dan – 279

Page 210: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

184

dengan Kanada. Adanya lembaga formal dan non formal di tingkat

masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan kegiatan penutupan tambang

sangat diperlukan. Keterlibatan PPK sejak awal dan selama siklus hidup

tambang akan mengurangi terjadinya konflik saat penutupan tambang dan

lebih murah dalam pembiayaannya serta menjamin kesuksesan penutupan

(ANZMEC, 2000). Keterlibatan PPK dalam perencanaan penutupan tambang

serta pembuatan keputusan merupakan hal yang kritis dalam pencapaian

penyelesaian penambangan dan keberlanjutan hasil-hasil (AGDITR, 2006).

Dengan demikian strateginya adalah: (1) melibatkan perwakikan dari

pemerintah, perusahaan, LEMASA, LEMASKO, YAHAMAK, dan LSM

setempat lain di Mimika membentuk BPPTB. (2) PTFI perlu melakukan

sosialisasi RPT yang sudah disusun.

j. Teknologi penutupan tambang adalah kriteria atau faktor kunci penentu

keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai kesenjangan keenam (-155)

atau terpaut -91 dengan Australia dan – 218 dengan Kanada. Ketersediaan

teknologi penutupan tambang yang tepat diperlukan termasuk teknik-teknik

reklamasi bekas daerah tambang yang tidak memunculkan kembali sisa-sisa

kerusakan lingkungan setelah pekerjaan reklamasi dan penutupan tambang

selesai. Strateginya adalah: (1) perlu mempercepat terjadinya alih teknologi

penutupan tambang dari ahli-ahli yang dimiliki investor asing, termasuk dari

Australia dan Kanada kepada SDM Mimika khususnya dan Indonesia pada

umumnya. (2) mengembangkan teknik reklamasi dan teknologi penutupan

tambang, serta merancang dan mengaplikasikan PB pada kegiatan

pembagunan Mimika saat ini.

Page 211: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

BAB VIII. KOMPONEN-KOMPONEN DOMINAN DALAM PERENCANAAN PENUTUPAN

TAMBANG BERKELANJUTAN 8.1. Pembobotan pada Setiap Komponen

Model AHP digunakan untuk memilih arahan kebijakan yang mudah dan

penting menuju penutupan tambang berkelanjutan. Gambar 26 merupakan

diagram hirarki AHP yang telah didiskusikan dan mendapat pendapat dari tiga

pakar utama melalui wawancara yang mendalam. Pakar yang terlibat: satu pakar

dari Ketua PERHAPI (Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) dan Guru

Besar Fakultas Pertambangan ITB, satu pakar senior dibidang sosial, lingkungan

dan pembangunan berkelanjutan, dan satu pakar dari konsultan lingkungan pada

industri tambang. Pada diagram itu juga tertera nilai bobot untuk masing-masing

variabel hasil dari perhitungan analisis.

Hirarki AHP disusun dengan enam level yang memperlihatkan tahapan

proses penetapan prioritas yang dimulai dari penetapan fokus pada level l.

Level 2 adalah aktor yang terdiri dari: pemerintah (pusat, provinsi, dan

kabupaten), manajemen perusahaan, karyawan perusahaan, masyarakat

setempat, dan LSM setempat dan nasional. Aktor ini dapat diartikan juga

sebagai PPK terkait dengan penutupan tambang PTFI dan masing-masing aktor

mempunyai peranan dan kekuatan pengaruh. Level 3 adalah aspek, meliputi:

lingkungan, sosial, ekonomi, hukum dan kelembagaan, dan teknologi dan biaya.

Level 4 adalah faktor-faktor yang merupakan kriteria menuju penutupan tambang

berkelanjutan. Faktor-faktor ini ditentukan berdasarkan konsep dan prinsip-

prinsip penutupan tambang berkelanjutan yang dikembangkan negara-negara

tambang maju, mengacu pada prinsip-prinsip PB, dan juga didasarkan dari hasil

analisis sebelumnya seperti analisis kebutuhan PPK dan analisis Faktor Resiko

Penutupan tambang (Laurence 2001, 2006) yang diaplikasikan untuk kasus

PTFI. Level 5 adalah tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari sistem penutupan

tambang meliputi: keberlanjutan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,

keberlanjutan perlindungan dan pelestarian fungsi lingkungan, dan keberlanjutan

kualitas kehidupan sosial masyarakat. Level 6 adalah pilihan-pilihan prioritas

kebijakan yang dianalisis dan digunakan dalam membuat disain sistem

penutupan tambang yang berkelanjutan.

Page 212: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

186

Pilihan-pilihan kebijakan yang diajukan adalah perencanaan terpadu

berdasarkan SDA unggulan, kompensasi daerah bekas tambang, dan

perencanaan terpadu berdasarkan SDA unggulan sejak dini. Hasil pengisian

kuesioner matriks perbandingan berpasangan yang disampaikan kepada tiga

pakar dari kalangan perguruan tinggi, industri tambang, dan pemerintah

(Departemen ESDM) kemudian diolah dengan perangkat lunak Expert Choice

2000. Hasil analisis AHP pada setiap level dari hirarki disain sistem penutupan

tambang berkelanjutan, dapat dilihat pada Gambar 26. Bobot dan prioritas yang

dianalisis adalah hasil kombinasi (combined) dari pendapat para pakar pada

setiap matriks berpasangan. Hasil selengkapnya nilai bobot masing-masing

variabel dapat dilihat pada Lampiran 6.

Disain Sistem Penutupan TambangBerkelanjutan

• Proteksi ekologi &manusia (0,047)

• Produktifitas lahanakhir (0,069)

• Kontri.pd lingk. Global( 0,036)

• Keterlibatan PPK (0.061)• Penddk & kesehatan

(0,079)• Penciptaan lap. Kerja

(0,085)• Kualitas SDM (0,102)

• Kontrib. pd PDRB(0,052)

• Mendorong ikliminvestasi (0,053)

• Peluang ekonomibaru (0,064)

•Badan/forum utkPenutupan (0,063)

•Ketaatan pd regulasi(0,083)• Resolusi & pengelolaan

konflik (0.068)

• Efektifitas teknologi& biaya penutupan(0,062)

• Rencana dantim Penutupan(0,076)

Perencanaan terpadu pembangunan berdasarkan SDA

unggulan (0,335)

Membayar kompensasi daerah

bekas tambang (0,071)

Fokus

Aspek

Faktor

Pilihan

Keberlanjutanpembangunan dan

pertumbuhan ekonomi(0,385)

Aktor

Tujuan Keberlanjutanperlindungan & pelestarian

fungsi lingkungan(0,264)

Keberlanjutankualitas kehidupansosial masyarakat

(0,351)

Perencanaan terpadu pembangunan berdasarkan SDA

Unggulan sejak dini(0,594)

Lingkungan(0,177)

Sosial(0,226)

Ekonomi(0,337)

Hukum danKelembagaan

(0,114)

Teknologi danBiaya

(0,147)

LSM setempat& nasional

(0.064)

MasyarakatSetempat(0.228)

KaryawanPerusahaan

(0.090)

ManajemenPerusahaan

(0,164)

Pemerintah(0,454)

Gambar 26. Diagram hirarki AHP dalam disain sistem penutupan

tambang berkelanjutan

8.1.1. Pembobotan Komponen Aktor dalam Penutupan Tambang Pada level 2 (aktor) hasil analisis menunjukkan bahwa pemerintah dan

masyarakat setempat merupakan aktor yang paling berperan dalam penentuan

Page 213: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

187

kebijakan penutupan tambang yang berkelanjutan dengan bobot berturut-turut

0,454 dan 0,228. Hal ini menunjukkan bahwa kedua aktor ini menjadi lebih

dominan (68,2 %) dalam menentukan kebijakan penutupan tambang

berkelanjutan dan kesuksesan kegiatan penutupan tambang. Sebagai contoh,

saat penutupan Tambang Sullivan di Kimberley Distrik di Kanada disebut

sebagai praktek-praktek penutupan tambang terbaik dunia , dimana pemerintah

daerah memimpin untuk mencari sumber ekonomi baru bagi daerahnya yang

dilakukan 20 tahun sebelum tambang tersebut ditutup tahun 2001 (World Bank

dan IFC, 2002). Konsultasi dengan masyarakat setempat sejak dini akan

mendorong terjadinya keberlanjutan-keberlanjutan hasil-hasil dan kesuksesan

penutupan tambang (ANZMEC, 2000; MMSD, 2002; dan AGDITR, 2006). Hasil

analisis AHP untuk level 2, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 27.

Gambar 27. Nilai setiap komponen aktor pada penutupan tambang

Manajemen dan karyawan perusahaan mempunyai nilai bobot urutan

ketiga dan keempat yaitu berturut-turut 0,164 dan 0,090. Manajemen

perusahaan berperan dalam membuat RPT (rencana penutupan tambang) dan

mentaati kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan hasil-hasil dari konsultasi

dengan masyarakat setempat. Walaupun aktor LSM setempat dan nasional

memperoleh bobot terendah yaitu 0,064, namun peranan mereka dapat

menentukan sukses dan gagalnya penutupan tambang. Mereka berperan untuk

menginformasikan pratek-praktek terbaik penutupan tambang, baik berasal dari

luar maupun ke dalam masyarakat atau pemerintah setempat dan sebaliknya

(World Bank dan IFC, 2002).

Page 214: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

188

8.1.2. Pembobotan Komponen Aspek dalam Penutupan Tambang

Pada level 3 (aspek), hasil analisis AHP yang telah dihitung secara global

nilai bobotnya dari pendapat para pakar, menunjukkan bahwa komponen aspek

ekonomi mempunyai nilai bobot tertinggi yaitu 0,337. Nilai bobot tertinggi kedua

pada aspek sosial yaitu 0,226. Nilai bobot tertinggi ketiga pada aspek

lingkungan yaitu 0,177. Hal ini berarti bahwa aspek ekonomi, sosial dan

lingkungan mempunyai peranan sangat penting (74 %) untuk dikelola menuju

penutupan tambang yang berkelanjutan dibandingkan aspek-aspek lainnya.

Keberlanjutan ketiga aspek itu pada tambang selesai dioperasikan menjadi tolok

ukur bahwa penutupan tambang yang dilaksanakan telah menerapkan prinsip-

prinsip PB (Robertson dan Shaw, 1999; MMSD, 1999; World Bank dan IFC,2002;

dan Strongman, 2002). Aspek hukum dan kelembagaan merupakan aspek

dengan nilai bobot terendah yaitu 0,114. Untuk selengkapnya nilai masing-

masing aspek dapat dilihat pada Gambar 28.

Ekonomi 0.337Sosial 0.226Lingkungan 0.177Teknologi dan biaya 0.147Hukum dan kelembagaan 0.114

Gambar 28. Nilai bobot aspek-aspek penutupan tambang hasil analisis AHP

Berdasarkan peranan masing-masing aktor pada setiap aspek yang

dibutuhkan dalam perencanaan penutupan tambang berkelanjutan, aktor

pemerintah menempatkan aspek ekonomi diurutan pertama dengan nilai bobot

0,353 dan merupakan aspek yang perlu diperhatikan untuk menuju penutupan

tambang berkelanjutan. Aktor manajemen perusahaan, karyawan perusahaan,

dan aktor masyarakat setempat juga menempatkan aspek ekonomi pada urutan

pertama yang perlu dikelola dengan nilai bobot aspek ekonomi berturut-turut

untuk setiap aktor adalah 0,324; 0,292; dan 0,385. Diagram Pohon hasil analisis

AHP selengkapnya tertera pada Gambar 29.

Aktor LSM lebih menitik beratkan pada aspek sosial dan lingkungan baru

kemudian ekonomi dengan nilai bobot berturut-turut 0,319; 0,195; dan 0,161.

Dengan demikian aspek ekonomi menjadi perhatian utama dari empat aktor

Page 215: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

189

penentu dalam menyusun perencanaan penutupan tambang berkelanjutan.

Aspek hukum dan kelembagaan di hampir semua aktor mempunyai nilai bobot

terendah dibandingkan aspek lain. Aktor karyawan perusahaan menempatkan

aspek lingkungan mempunyai bobot terendah yaitu 0,062. Nilai bobot aspek

ekonomi, sosial, dan lingkungan pada semua aktor lebih tinggi dibandingkan nilai

bobot pada aspek hukum dan kelembagaan, dan juga teknologi dan biaya. Hasil

ini menunjukkan bahwa ketiga aspek tersebut merupakan aspek penting yang

perlu diperhatikan dalam menyusun kebijakan penutupan tambang

berkelanjutan.

Gambar 29. Diagram pohon hasil AHP level aktor dan aspek disain sistem penutupan tambang berkelanjutan

Page 216: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

190

8.1.3. Pembobotan Komponen Faktor-Faktor dalam Penutupan Tambang

Pada level 4, hasil perhitungan nilai bobot secara global menunjukkan

bahwa faktor atau kriteria dalam menentukan penutupan tambang berkelanjutan

yang paling utama adalah: kualitas SDM (0,102), penciptaan lapangan kerja

(0,085), ketaatan pada regulasi (0,083), dan faktor pendidikan dan kesehatan

(0.079). Ketiga faktor (26,6%) dari empat faktor utama ini merupakan faktor-

faktor pada aspek sosial. Apabila ditambah faktor dari aspek sosial lainnya yaitu

faktor keterlibatan PPK dengan nilai bobot 0,061 maka faktor-faktor sosial

mempunyai peranan 32,7% yang perlu dipertimbangan dalam perencanaan

penutupan tambang berkelanjutan. Diurutan kedua adalah faktor-faktor dari

aspek hukum dan kelembagaan (22,4%), kemudian berturut-turut faktor-faktor

dari aspek ekonomi (16,7%), aspek lingkungan (15,2%), dan faktor dari aspek

teknologi dan biaya penutupan tambang (13,8%). Hasil analisis AHP

selengkapnya untuk setiap faktor (level 4) tertera pada Gambar 30.

Kualitas SDM 0.102Penciptaan lapangan kerja 0.085Ketaatan pd regulasi 0.083Pendidikan dan kesehatan 0.079Rencana dan tim penutupan 0.076Produktifitas lahan akhir 0.069Resolusi & pengelolaan konflik 0.068Peluang ekonomi baru 0.064Badan penutupan tambang 0.063Efektifitas teknologi & biaya 0.062Keterlibatan PPK 0.061Mendorong iklim investasi 0.053Kontribusi pd PDRB 0.052Proteksi Ekologi & manusia 0.047Kontribusi pd lingkungan global 0.036

Gambar 30. Nilai bobot faktor-faktor penutupan tambang hasil analisis AHP 8.1.4. Pembobotan Komponen Tujuan-Tujuan dalam Penutupan Tambang

Pada level 5 (tujuan penutupan tambang berkelanjutan), hasil

perhitungan nilai bobot secara global terhadap semua variabel, menunjukkan

bahwa tujuan keberlanjutan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

merupakan tujuan utama dalam perencanaan penutupan tambang berkelanjutan,

dengan nilai bobot 0,385. Diurutan kedua adalah tujuan menuju keberlanjutan

Page 217: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

191

kualitas kehidupan sosial masyarakat dengan nilai bobot 0,351. Keberlanjutan

manfaat-manfaat sosial dan ekonomi merupakan tujuan dari penutupan tambang

berkelanjutan ((Robertson dan Shaw, 1999; MMSD, 1999; World Bank dan

IFC,2002; dan Strongman, 2002). Tujuan keberlanjutan perlindungan dan

pelestarian fungsi lingkungan diurutan terakhir dengan nilai bobot yaitu 0,263

(Gambar 31).

Keberlanjutan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

0.385

Keberlanjutan kualitas kehidupan sosial masyarakat

0.351

Keberlanjutan perlindungan dan pelestarian fungsi lingkungan

0.263

Gambar 31. Nilai bobot komponen tujuan penutupan tambang hasil analisis AHP

Tujuan keberlanjutan perlindungan dan pelestarian fungsi lingkungan

pada urutan terakhir hasil analisis AHP pendapat para pakar menunjukkan

bahwa fungsi lingkungan akan berangsur pulih pada daerah yang terganggu

operasi tambang setelah daerah tersebut tidak terganggu lagi secara fisik dan

kimia. Sebagai contoh, pada daerah pengendapan tailing ModADA di PTFI,

kondisi lingkungan di titik-titik luasan area tertentu yang sudah tidak aktif (tidak

dilalui aliran tailing) berangsur segera membaik setelah dilakukan reklamasi atau

dirancang terjadinya suksesi alami di area tersebut. Hal ini seperti yang

dikemukakan oleh Soelarmo (2005) bahwa lingkungan yang terganggu sudah

selesai sehingga daerah-daerah bekas tambang dapat melakukan

pengembangan sendiri (natural suksesi) asal tidak terdapat bahan-bahan yang

berbahaya bagi fauna dan flora disana. Walaupun demikian, apabila muncul

sisa-sisa kerusakan lingkungan setelah pekerjaan reklamasi dan penutupan

tambang selesai sangat tergantung dari pengembangan dan teknik-teknik

reklamasi yang dipilih (Robertson dan Shaw,1998).

8.1.5. Pembobotan Komponen Alternatif dalam Penutupan Tambang

Pada level 6 (alternatif-alternatif), pilihan kebijakan membayar

kompensasi daerah bekas tambang merupakan pilihan kebijakan buruk atau

paling kecil nilai bobotnya yaitu 0,071 dibandingkan dua pilihan kebijakan

Page 218: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

192

lainnya. Pilihan kebijakan perencanaan terpadu berdasarkan SDA unggulan

sejak dini merupakan pilihan yang terbaik dan tertinggi nilai bobotnya, yaitu

0,0594. Pilihan kebijakan perencanaan terpadu berdasarkan SDA unggulan

merupakan pilihan urutan kedua dengan nilai bobot 0,335 (Gambar 32)

Perencanaan terpadu pembangunan berdasarkan SDA unggulan sejak dini

0.594

Perencanaan terpadu pembangunan berdasarkan SDA unggulan

0.335

Membayar kompensasi daerah bekas tambang

0.071

Gambar 32. Diagram hasil AHP dan bobot masing-masing alternatif kebijakan

dalam disain sistem penutupan tambang berkelanjutan

Pilihan kebijakan membayar kompensasi daerah bekas tambang

merupakan sebuah pilihan yang harus dihindari. Kebijakan ini sudah jauh

ditinggalkan oleh negara-negara tambang yang maju. Seperti yang dilaporkan

World Bank dan IFC (2002) bahwa seabad yang lalu penutupan tambang

dilakukan seadanya saja setelah bahan tambangnya habis. Di Australia ada 500

bekas tambang , di Kanada ada 10.139 dan di USA sebanyak 557.650 bekas

tambang yang ditinggalkan begitu saja setelah nilai ekonomi bahan tambangnya

berakhir atau tidak layak terus ditambang (IIED dan WBCSD, 2002). Hal ini

dapat menjadi malapetaka lingkungan, sosial dan ekonomi bagi tempat dimana

tambang dioperasikan sebelumnya. Kebijakan ini hanya bersifat sangat jangka

pendek dan tidak menjawab kebutuhan akan keberlanjutan manfaat-manfaat

sosial, ekonomi dan perlindungan lingkungan setelah tambang selesai. Tidak

menutup kemungkinan keadaan seperti ini telah terjadi di Indonesia beberapa

tahun sebelum pemerintah melalui Meteri ESDM mengeluarkan Peraturan

Menteri Nomor 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang yang

disyahkan tanggal 29 Mei 2008

Pilihan kebijakan perencanaan terpadu berdasarkan SDA unggulan sejak

dini mengimplikasikan bahwa untuk menuju penutupan tambang berkelanjutan

maka kegiatan-kegiatan pembangunan perlu direncanakan secara terpadu

berdasarkan pada pengelolaan secara optimal potensi-potensi SDA unggulan

setempat yang harus dilakukan pada saat tambang masih beroperasi.

Perencanaan terpadu pembangunan sejak dini memungkinkan sektor

Page 219: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

193

pertambangan berkontribusi pada kegiatan-kegiatan pembangunan menuju PB

dan merupakan suksesi untuk menggantikan sumber manfaat ekonomi dan

sosial yang sebelumnya dari manfaat tambang berganti menjadi berasal dari

manfaat non tambang. Hal ini dipertegas oleh Robertson ( 1990) bahwa

perencanaan suksesi dari keberlanjutan dari manfaat-manfaat sosial dan

ekonomi distimulasi saat tambang masih aktif beroperasi adalah sebuah tujuan

antara dari keberlanjutan dan perencanaan suksesi di daerah tambang. Dengan

demikian perencanaan sejak dini adalah sebuah kebutuhan yang mendesak saat

ini bagi PPK PTFI dalam menuju penutupan tambang berkelanjutan dari

perusahaan ini.

8.2. Strategi Implementasi Komponen Dominan Penutupan Tambang Berdasarkan analisis situasional Kabupaten Mimika terkait dengan

operasi PTFI dan untuk menuju penutupan tambang yang berkelanjutan, berikut

ini disampaikan beberapa strategi yang perlu dilakukan dalam

mengimplementasikan pilihan kebijakan perencanaan terpadu berdasarkan

SDA unggulan sejak dini, sebagai berikut:

1. Semua sumber daya yang ada di Kabupaten Mimika khususnya dan di

Propinsi Papua pada umumnya perlu difokuskan pemanfaatannya untuk

segera (saat ini juga) membangun kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi

yang dapat menggantikan manfaat-manfaat ekonomi dan sosial yang saat ini

diperoleh dari operasi PTFI. PTFI berkontribusi sangat nyata pada PDRB

Kabupaten Mimika dan Propinsi Papua. Misalnya, pada tahun 2007

kontribusi kepada PDRB Kabupaten Mimika adalah 95,56% dan pada PDRB

Propinsi Papua sebesar 44,87% serta berkontribusi pada kegiatan

pengembangan masyarakat setempat sebesar 76,74 juta Dolar Amerika pada

tahun yang sama (LPEM-FEUI, 2008).

Banyak kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang saat ini masih

menggantungkan hampir 100% pada sumber pendanaan dari PTFI dan

inisiatif untuk kegiatan suksesi belum menunjukkan kemajuan yang dapat

diandalkan di masa mendatang. Misalnya, kegiatan usaha kecil dan

menengah (UKM) yang saat ini dibina pemerintah dan PTFI kurang lebih 50%

dari jumlah UKM yang ada masih mempunyai tujuan pasar ke PTFI. Dengan

demikian strateginya adalah: (1) segera menemu kenali potensi-potensi SDA

unggulan non tambang yang dapat dijadikan sumber pendapatan ekonomi

Page 220: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

194

baru yang mempunyai tujuan pasar di dalam dan ke luar Mimika. (2)

meningkatkan pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat yang

mempunyai tujuan pasar diluar PTFI dan dapat menjangkau pasar luar

Mimika atau Papua. (3) hasil kegiatan ekonomi masyarakat atau ekonomi

lain non tambang, mulai dipergunakan untuk menggantikan secara bertahap

pembiayaan-pembiayaan kegiatan-kegiatan sosial yang saat ini masih 100%

bergantung pada PTFI.

SDA yang potensial seperti perikanan, kehutanan dan kebun sagu yang

luas (penjelasan rinci pada BAB IV pada butir 4.2.6) perlu segera

dioptimalkan pemanfaatannya dengan didukung oleh pengembangan teknik

budidaya yang berkelanjutan. Kebun sagu di Mimika merupakan kebun sagu

yang besar di Papua bahkan di Indonesia. Pengembangan sagu menjadi

sumber pangan nasional dan modern di perlukan sekali untuk masa

mendatang, seperti pembuatan tepung sagu yang saat ini banyak permintaan

pasar dari luar negeri yang belum terpenuhi, misalnya dari Cina. Padahal

sejak 10 tahun yang lalu PTFI telah mengembangkan sagu unggul dari segi

produksi, tahan penyakit dan hama, kegenjahan umur panen melalui

penelitihan yang berkesinambungan dengan UNCEN (Universitas

Cendrawasih) dan UNIPA (Universitas Papua). Pendirian segera pabrik

tepung sagu haruslah menjadi prioritas bagi PPK pembangunan di Mimika.

Jika tidak, ketidak berlanjutan manfaat sosial dan ekonomi setelah PTFI

setelah kemungkinan besar dapat terjadi. Pemberlakukan teknologi budidaya

yang berkelanjutan juga diperlukan dalam pengembangan sektor perikanan

dan kehutanan di Mimika.

2. Pada aspek lingkungan, strategi implementasi dari pilihan kebijakan ini

adalah selain mengembangkan teknologi budidaya berkelanjutan, melalui

penerapan teknologi bersih (cleaner production) salah satunya, teknologi

penanganan AAB (air asam batuan) atau air asam tambang dan zat-zat

pencemar lain yang berbahaya perlu terus ditingkatkan kehandalan dan

keberfungsiannya. Secara dini, masyarakat perlu diberikan pemahaman

tentang tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan dalam mengamankan

dampaknya. Selain itu, kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga

profesional terkait perlu terus dilakukan dan ditingkatkan dalam rangka

memberikan kepastian ilmiah dan meningkatkan kemampuan teknologi

penanganan AAB secara berkesinambungan. Munculnya sisa-sisa zat

Page 221: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

195

berbahaya bagi kesehatan dan keamanan manusia, hewan dan tumbuhan

tidak terjadi pada SaPeT PTFI tiba dan saat setelah pasca tambang.

3. Pada aspek sosial, strategi yang diperlukan adalah: (1) PPK PTFI,

khususnya PEMDA Mimika segera mencari sumber pendanaan yang

berkelanjutan untuk menggantikan kegiatan-kegiatan sosial, seperti

kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang saat ini masih mendapat

seluruh pendanaannya dari PTFI. Pembentukan dana abadi (dari sumber

PTFI saat ini) yang dirancang dan dikelola lebih terarah dan tepat

merupakan sebuah langkah strategis yang perlu segera direalisasikan. Saat

ini banyak dana-dana pengembangan masyarakat yang terkelola secara tidak

tepat dan tidak diarahkan untuk membangun kegiatan-kegiatan yang

berdampak nyata pada keberlanjutan kehidupan masyarakat di Kabupaten

Mimika setelah PTFI selesai. (2) pembangunan infrastruktur yang dapat

mendukung timbulnya kegiatan pembangunan sosial yang menjamin

keberlanjutan manfaat-manfaat sosial pada SaPeT PTFI perlu dilakukan.

4. Pada aspek hukum dan kelembagaan. Persoalan penutupan tambang

adalah persoalan yang sangat rumit, probabilistik dan dinamik. Hasil AHP

menyatakan bahwa pemerintah (pusat, propinsi dan daerah) merupakan

aktor utama yang menentukan. Oleh karena itu strategi implementasinya

adlah pemerintah dalam hal ini PEMDA Mimika perlu membentuk BPPTB.

Walaupun faktor badan penutupan tambang memperoleh nilai bobot yang

kecil 0,063 berdasarkan pendapat pakar, namun berdasarkan hasil analisis

resiko penutupan dan analisis kebutuhan PPK, faktor ini merupakan salah

satu indikator keberlanjutan sosial. Demikian juga, menurut hasil analisis

ISM, faktor ini termasuk faktor kelembagaan yang merupakan salah satu

faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang yang perlu diterapkan

di Indonesia. Badan ini dapat terdiri dari perwakilan dari masing-masing PPK

Kabupaten Mimika dan pembentukannya perlu didukung oleh PERDA

sebagai dasar hukum operasionalnya.

Hasil analisis AHP dan strategi implementasinya akan menjadi masukan

informasi penting sebagai input terkontrol pada kotak hitam pendekatan

sistem dan sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun skenario-skenario

keberlanjutan pada saat menjelang dan SaPeT PTFI.

Page 222: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

BAB IX. SISTEM DINAMIK PENUTUPAN TAMBANG MINERAL YANG BERKELANJUTAN

9.1. Analisis Kebutuhan Sistem

Analisis kebutuhan merupakan tahap awal dalam pendekatan sistem, dan

sangat menentukan kelayakan sistem yang akan dibangun. Dalam tahap ini,

dilakukan inventarisasi kebutuhan PPK (stakeholder) yang terlibat, sebagai

masukan dalam model. Masing-masing pelaku memiliki kebutuhan dan

pandangan terhadap dampak-dampak buruk penutupan tambang pada

keberlanjutan manfaat-manfaat sosial, ekonomi dan perlindungan lingkungan

yang dirasakan oleh PPK saat ini.

Berdasarkan hasil pemetaan PPK, yang terlibat dalam sistem penutupan

tambang berkelanjutan adalah pemerintah, manajemen perusahaan, karyawan

perusahaan, masyarakat setempat, dan LSM setempat dan nasional, kontraktor

dan pemasok barang dan jasa, kalangan akademisi. Analisis kebutuhan PPK

dalam sistem penutupan tambang berkelanjutan disajikan pada Tabel 49.

Tabel 49. Analisis kebutuhan PPK dalam sistem penutupan tambang

berkelanjutan

No. Pihak Berkepentingan Kebutuhan

1.

Pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten Mimika

Adanya sumber pendapatan ekonomi pengganti tambang Peningkatan investasi ekonomi non tambang Terjaganya kualitas lingkungan saat penutupan tambang dan Tidak menimbulkan konflik sosial Sejalan dengan tujuan pembangunan dan pengembangan wilayah Penyerahan beberapa fasilitas perusahaan untuk kegiatan pemerintah

2.

Manajemen perusahaan

Mentaati kebijakan dan regulasi tentang penutupan tambang Pelaksanaan penutupan yang berjalan lancar dan aman sesuai dengan teknologi dan biaya yang tersedia Tidak menimbulkan perncemaran lingkungan pada SaPeT dan setelahnya. Tidak menimbulkan konflik sosial dan ekonomi Rencana penutupan tambang disetujui pemerintah dan masyarakat setempat

3 Karyawan perusahaan

Memperoleh hak-haknya saat demobilisasi dan relokasi Memperoleh pelatihan untuk trampil dan bekerja di sektor lain Tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan Tidak menimbulkan bahaya pada lingkungan sekitarnya, khususnya bagi karyawan penduduk setempat

4 Masyarakat setempat

Keberlanjutan berlanjutan manfaat program sosial, ekonomi seperti dirasakan saat ini Keberlanjutan pelayanan publik yang saat ini diberikan perusahaan Perlindungan dan pelestarian fungsi lingkungan untuk kehidupannya di masa mendatang Keterlibatan dalam pembuatan RPT dan kegiatan pelaksanaan penutupan

Page 223: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

197

Tabel 49 (Lanjutan)

Sumber: Hasil analisis (2009) 9.2. Formulasi Masalah Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pada Tabel 49 terlihat bahwa

terdapat kebutuhan-kebutuhan yang sejalan (sinergis) dan kontradiktif.

Kebutuhan pada “kualitas lingkungan membaik (tidak adanya pencemaran

lingkungan)”, “tidak ada konflik sosial”, “mentaati kebijakan dan regulasi

penutupan”, adalah merupakan kebutuhan yang sinergis bagi semua pelaku

sistem. Sementara itu “keberlanjutan manfaat-manfaat sosial dan ekonomi”, dan

“biaya penutupan” merupakan kebutuhan yang kontradiktif. Kebutuhan yang

kontradiktif dapat dikenali berdasarkan dua hal, yaitu kelangkaan sumberdaya

dan perbedaan kepentingan. Adanya faktor-faktor yang merupakan kebutuhan

kontradiktif yang telah teridentifikasi pada saat analisis kebutuhan ini dapat

menyebabkan tujuan sistem sulit tercapai, bahkan tidak akan tercapai (Hartrisari,

2007). Oleh karena itu, perlu dicarikan solusinya. Pendekatan yang dapat

digunakan untuk itu adalah menyusun diagram lingkar sebab-akibat (causal-loop

diagram) atau diagram input-output (black box diagram)

9.3. Identifikasi Sistem

Secara garis besar ada enam kelompok variabel yang mempengaruhi

kinerja suatu sistem, yaitu: (1) variabel output yang dikehendaki, yang ditentukan

berdasarkan hasil analisa kebutuhan, (2) variabel output yang tidak dikehendaki,

(3) variabel input yang terkontrol, (4) variabel input yang tidak terkontrol, (5)

variabel input lingkungan dan (6) variabel kontrol sistem (Manecth dan Park,

5

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), termasuk LSM yang memperoleh dana pengembangan dari PTFI

Tidak ada pencemaran lingkungan dan kerusakan sosial pada SaPeT PTFI Menyisihkan dana abadi untuk kelanjutan kegiatan pengembangan masyarakat saat ini Mentaati kebijakan dan regulasi dari pemerintah Tidak melanggar hak-hak masyarakat setempat

6 Kalangan perguruan tinggi (akademisi)

Tidak ada pencemaran lingkungan. Tidak ada penurunan pendapatan ekonomi pemerintah dan masyarakat Keterlibatan dalam pembuatan RPT dan kegiatan pelaksanaan penutupan

7 Kontraktor atau pemasok barang dan jasa

Pembayaran atas hak-hak Adanya sumber kegiatan ekonomi baru pengganti sektor tambang Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan konflik sosial

Page 224: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

198

1977). Pada sistem penutupan tambang berkelanjutan, variabel-variabel yang

mempengaruhi sistem tersebut adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 33.

Disain Sistem Penutupan Tambang

Mineral Berkelanjtan

Output yang diharapkan:• Terpeliharanya kualitas lingkungan• Kualitas SDM meningkat• Kemampuan Pemda Mimika meningkat • Infrastruktur tersedia sesuai kebutuhan• Tersedia pilihan skenario penutupan tambang

berkelanjutan • Kualitas sosial masyarakat meningkat• Pertumbuhan ekonomi meningkat• Tersedia dana abadi

ManajemenPengendalian

INPUT LINGKUNGAN:UUD 1945 pasal 33 ayat 3, UU No 4 Th. 2009, UU No 23 Th.1997, UU No 26 Th 2007, UU No 32 Th 2004 , UU No 33 Th 2004, PerMenESDM No. 18 Th. 2008

Output Tak Diharapkan:• Terjadi pencemaran lingkungan• Timbul konflik sosial• Biaya penutupan tambang tak

terkendali• Infrastruktur memburuk• Pelayanan pendidikan dan kesehatan

memburuk.• Pertumbuhan ekonomi menurun•Timika menjadi kota hantu

Input Terkontrol:• SDM• Kemampuan dan kepemimpinan Pemda• Investasi ekonomi• Badan Penut.Tamb.Berkelan. (BPPTB)• Infrastruktur• Tata kelola perlindungan dan

pelestarian lingk.• Teknologi penutupan tambang• Dana pengembangan masyarakat

Input Tak Terkontrol:• Kondisi politik dan ekonomi nasional• Kebutuhan dan kepentingan masyarakat • Perubahan tata pemerintahan• Perubahan peraturan perundang-undangan• Kondisi sosial budaya masyarakat• Penurunan keragaman hayati (kehati)• Iklim lokal dan global• Tekanan LSM dan publik

BatasanSistem

Batasan sistem

Gambar 33. Diagram kotak hitam (input-output) disain sistem penutupan tambang mineral berkelanjutan

Pada Gambar 33 nampak bahwa dalam sistem penutupan tambang

masukan/input yang mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan adalah input

lingkungan, input terkontrol, dan input tak terkontrol. Input lingkungan mencakup

peraturan dan perundangan. Input terkontrol merupakan input/masukan yang

dapat dikendalikan/dikontrol pelaksanaan manajemennya dalam sistem

penutupan tambang berkelanjutan, sedangkan input tidak terkontrol merupakan

input/masukan yang tidak dapat dikontrol. Batasan sistem merupakan batas

agar penelitian ini tidak melebihi dan berfokus pada tujuan penelitian.

Variabel-variabel yang mencakup input terkontrol adalah merupakan hasil

analisis ISM atas lima elemen program dalam membangun sistem penutupan

tambang berkelanjutan dan analisis kebutuhan PPK, yaitu: SDM, kemampuan

dan kepemimpinan PEMDA Mimika, investasi ekonomi, Badan Pengelola

Page 225: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

199

Penutupan Tambang Berkelanjutan (BPPTB), infrastruktur yang memadai, tata

kelola perlindungan dan pelestarian lingkungan, teknologi penutupan, dan dana

abadi.

Variabel-variabel yang termasuk input tidak terkontrol yaitu: kondisi politik

dan ekonomi nasional, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, perubahan tata

pemerintahan, perubahan peraturan perundang-undangan, kondisi sosial budaya

masyarakat, penurunan keragaman hayati (kehati), iklim lokal dan global, dan

tekanan LSM dan publik. Dalam proses umpan balik terhadap input terkontrol

dan tidak terkontrol diperoleh output yang dikehendaki dan tidak dikehendaki

yang dapat digunakan untuk menilai kinerja sistem. Output yang dikehendaki

adalah output dari hasil umpan balik input yang diharapkan muncul dalam sistem

penutupan tambang berkelanjutan, sedangkan output yang tidak dikehendaki

merupakan output yang tidak dikehendaki terjadi.

Output/keluaran yang dikehendaki dari pelaksanaan sistem penutupan

tambang berkelanjutan yaitu: terpeliharanya kualitas lingkungan, kualitas SDM

meningkat, kemampuan PEMDA Mimika meningkat, infrastruktur tersedia sesuai

kebutuhan, tersedia pilihan skenario penutupan tambang berkelanjutan, kualitas

sosial masyarakat meningkat, dan pertumbuhan ekonomi meningkat.

Sementara itu, output atau keluaran yang tidak dikehendaki yaitu: terjadi

pencemaran lingkungan, timbul konflik sosial, biaya penutupan tambang

takterkendali, infrastruktur memburuk, pelayanan pendidikan dan kesehatan

memburuk, pertumbuhan ekonomi menurun, dan Timika menjadi kota hantu.

Hubungan antar variabel-variabel dalam sistem digambarkan dalam bentuk

diagram lingkar sebab-akibat (causal loop diagram) seperti pada Gambar 34.

Berdasarkan Gambar diagram lingkar sebab-akibat (causal loop) sistem

penutupan tambang berkelanjutan di atas nampak bahwa kegiatan industri

pertambangan sangat berpengaruh terhadap sistem sosial, ekonomi dan

lingkungan. Keberadaan industri pertambangan khususnya terkait dengan

kegiatan selama operasional berlangsung sangat mempengaruhi aspek sosial

seperti terbukanya lapangan kerja, peningkatan infrastruktur, pertambahan

penduduk, khususnya pendatang. Disisi lain, dapat menyebabkan terjadinya

konflik, sehingga pengembangan CSR (corporate social responsibility)/CD

(community development) merupakan media yang dapat meningkatkan dampak

positif dan meminimalisasi dampak negatif khususnya dari aspek sosial.

Page 226: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

200

Gambar 34. Diagram sebab akibat (Causal Loop) Model Penutupan Tambang

PT. Freeport Indonesia

Pada aspek lingkungan, kegiatan industri pertambangan akan

memanfaatkan SDA bahan tambang sehingga dapat menambah degradasi

lingkungan dan penurunan keanekaragaman hayati yang berdampak pada

kualitas lingkungan sekitarnya. Dalam upaya meminimalisasi dampak tersebut

maka penggunaan teknologi seperti: pemasangan IPAL, penggunaan teknik 3R

(reuse, recycle, dan reduce) dan kegiatan reklamasi pada daerah-daerah yang

terganggu merupakan tindakan untuk mengurangi terjadinya penurunan kualitas

lingkungan.

Pada aspek ekonomi, kegiatan industri pertambangan akan memanfaatkan

SDA bahan tambang untuk berproduksi optimal untuk mendapatkan nilai

ekonomi yang merupakan pendapatan dari perusahaan. Pendapatan

perusahaan ini sangat menentukan kontribusi perusahaan terhadap pendapatan

Page 227: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

201

pemerintah dan pendapatan masyarakat (termasuk karyawan). Juga

berpengaruh pada kenaikan nilai rumah dan lahan serta berdampak

meningkatkan jumalah pemasok barang dan jasa.

Pada akhirnya kegiatan pada ketiga aspek itu akan menentukan “Nilai Hasil

Transformasi Manfaat Tambang (NHTMT) secara ekonomi yang dipengaruhi

oleh faktor pendapatan masyarakat, pendapatan pemerintah, kegiatan sosial dari

CSR/CD serta dampaknya terhadap lingkungan. Dari diagram sebab akibat

(causal loop) di atas diketahui bahwa dalam sistem penutupan tambang

berkelanjutan, aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan memiliki

peranan/pengaruh masing-masing terhadap tingkat nilai hasil transformasi

manfaat tambang.

9.3.1. Sub Model Sosial

Sub model sosial dalam sistem penutupan tambang berkelanjutan

merupakan bagian pemodelan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel

sosial, seperti jumlah penduduk, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, dan

infrastruktur lainnya. Pengaruh variabel-variabel sosial tersebut terhadap sistem

disajikan pada Gambar 35, yang menunjukan bahwa jumlah penduduk sangat

dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian, imigrasi dan emigrasi. Jumlah

kelahiran dan tingkat imigrasi berpengaruh pada jumlah penduduk. Tingkat

kematian dan emigrasi berpengaruh pada pengurangan jumlah penduduk.

Peningkatan penduduk juga berdampak terhadap perubahan tingkat

pendidikan, kebutuhan lapangan kerja, dan terjadinya konflik. Kegiatan industri

pertambangan berpengaruh pada peningkatan imigrasi. Kegiatan CSR/CD dari

industri pertambangan dimaksudkan untuk meminimalisasi dampak sosial yang

negatif dan meningkatkan dampak yang positif seperti pengembangan

pendidikan, kesehatan, transportasi, dan lainnya. Kesemua variabel tersebut

dapat berpengaruh pada keberlanjutan sosial dan peningkatan pendapatan

masyarakat. Pada akhirnya pendapatan masyarakat akan berpengaruh pada

keberlanjutan ekonomi di dalam sub sistem ekonomi.

Berdasarkan Gambar 36, faktor penting yang menjadi fokus kajian adalah

tingkat pertambahan penduduk (populasi), kegiatan CD/CSR, konflik dan

pendidikan. Beberapa hal yang mempengaruhi jumlah penduduk di lokasi kajian

berdasarkan model yang telah dibuat, yaitu: kematian, emigrasi (perpindahan

penduduk keluar lokasi), kelahiran, dan imigrasi (perpindahan penduduk masuk

Page 228: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

202

kedalam lokasi). Perubahan-perubahan pada variabel tersebut tentu saja sangat

terkait dengan keberadaan PTFI di Kabupaten Mimika.

Jumlah normal emigrasi, jumlah normal imigrasi, fraksi lahir, tingkat usia

hidup manusia di Kabupaten Mimika digunakan dalam analisis penyusunan

model penutupan tambang berkelanjutan.

Gambar 35. Diagram sebab akibat (Causal Loop) Sub Model Sosial pada penutupan tambang PT. Freeport Indonesia

Page 229: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

203

Gambar 36. Diagram Alir Sub Model Sosial pada penutupan tambang PT. Freeport Indonesia

Model penutupan tambang berkelanjutan sub model sosial menggunakan

beberapa asumsi yang akan membatasi keberlakuan model. Asumsi-asumsi

tersebut adalah:

Page 230: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

204

1. Laju angka kematian dianggap tetap dengan tidak terjadi perubahan fraksi

mortalitas.

2. Laju emigrasi dianggap tetap dengan menggunakan rata-rata tiap tahun

dan tidak terjadi perubahan fraksi normal emigrasi.

3. Laju imigrasi dianggap tetap dengan menggunakan rata-rata tiap tahun dan

tidak terjadi perubahan fraksi normal imigrasi.

Berdasarkan sub model sosial memperlihatkan bahwa kelahiran dan

imigrasi berfungsi sebagai laju masukan pada level populasi. Kelahiran

merupakan perkalian antara populasi dengan fraksi lahir yang terdapat sebagai

constanta, dan untuk imigrasi merupakan perkalian antara populasi dengan

normal imigrasi yang terdapat sebagai constanta. Kematian dan emigrasi

berfungsi sebagai laju keluaran pada level populasi, untuk kematian merupakan

perkalian antara populasi dengan umur yang merupakan harapan hidup rata-rata

setiap tahun membentuk sebagai graph, dan untuk emigrasi merupakan

perkalian antara populasi dengan normal emigrasi yang terdapat sebagai

constanta. Demobilisasi sebagai auxiliary merupakan hasil perkalian dari

populasi dengan fraksi demobilisasi dari lapangan kerja sebesar 96,8% sebagai

constanta, yang menggambarkan persen angkatan kerja pada sektor

pertambangan terhadap populasi penduduk yang ada.

9.3.2. Sub Model Lingkungan

Sub model lingkungan dalam sistem penutupan tambang berkelanjutan

merupakan bagian pemodelan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel

lingkungan, seperti permasalahan pencemaran air, polusi udara, limbah tailing,

dan penurunan SDA terhadap keberlanjutan sistem penutupan tambang.

Pengaruh variabel-variabel lingkungan tersebut terhadap sistem kemudian

disajikan dalam diagram sebab akibat (causal loop), seperti pada Gambar 37.

Berdasarkan diagram sebab akibat (causal loop) pada Gambar 37,

diketahui bahwa kegiatan industri pertambangan berpengaruh terhadap

keberadaan SDA, pencemaran air, polusi udara, limbah tailing dan degradasi

lahan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada perubahan kualitas

lingkungan. Dalam upaya meminimalisasi dampak penambangan terhadap

lingkungan, variabel penting sebagai media pengelolaan lingkungan adalah

berupa penggunaan teknologi pengelolaan lingkungan dan kegiatan reklamasi

lahan.

Page 231: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

205

Gambar 37. Diagram sebab akibat (Causal Loop) Sub Model Lingkungan pada

penutupan tambang PT. Freeport Indonesia

Model penutupan tambang berkelanjutan sub model lingkungan yang telah

dirumuskan dapat digunakan dengan beberapa asumsi yang akan membatasi

keberlakuan model. Asumsi-asumsi tersebut adalah : (1) jumlah limbah tailing

merupakan sisa dari bahan tambang sekitar 97%, (2) tingkat pencemaran udara

dan air di lihat dari persentase parameter yang melebihi nilai ambang batas yang

ditentukan, dan (3) bencana alam tidak terjadi. Pada sub model lingkungan

memperlihatkan bahwa pertambahan limbah tailing berfungsi sebagai laju yang

mempengaruhi pengurangan pada kapasitas areal tailing (luasan ModAda

menjadi berkurang). Pertambahan degradasi hutan berfungsi sebagai laju

keluaran pada level hutan merupakan perkalian antara fraksi degradasi hutan

sebagai constanta dengan luasan hutan.

Page 232: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

206

Gambar 38. Diagram Alir Sub Model Lingkungan pada penutupan tambang PT.

Freeport Indonesia

9.3.3. Sub Model Ekonomi

Sub model ekonomi dalam sistem penutupan tambang berkelanjutan terdiri

dari variabel-variabel ekonomi pengaruhnya terhadap sistem, seperti yang

disajikan pada Gambar 39. Asumsi-asumsi yang membatasi sub model

ekonomi, antara lain: tidak memperhitungkan discount rate dan nilai 1dolar

Amerika = 10.000 rupiah.

Page 233: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

207

Variabel-variabel ekonomi tersebut meliputi: pendapatan PPK terkait,

kapasitas bahan tambang, dan nilai hasil transformasi manfaat tambang

(NHTMT). NHTMT merupakan pengaruh dari pendapatan masyarakat,

pendapatan kabupaten, pendapatan propinsi dan pendapatan negara. Hal

tersebut terjadi karena adanya kontribusi kegiatan pertambangan dari

pendapatan perusahaan sebagai pengelola produksi bahan tambang. Selain itu,

NHTMT juga dipengaruhi oleh aspek sosial yang berupa dampak ikutan dari

adanya kegiatan CSR/CD seperti perubahan tingkat pendidikan, kesehatan dan

infrastruktur lainnya, serta pengaruh aspek lingkungan khususnya kualitas

lingkungan. Hal ini dapat dikatakan berkelanjutan jika dari aspek-aspek tersebut

mengalami keseimbangan positif.

Gambar 39. Diagram sebab akibat (Causal Loop) Sub Model Ekonomi pada penutupan tambang PT. Freeport Indonesia

Page 234: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

208

Pada Gambar 40 terlihat bahwa peningkatan kegiatan penambangan dalam

aspek ekonomi berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi yang

selanjutnya berdampak terhadap peningkatan pendapatan ekonomi daerah dan

akhirnya berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat. Model penutupan

tambang berkelanjutan ini sangat dipengaruhi oleh NHTMT.

Berdasarkan bagan model yang telah dibuat, untuk mencapai NHTMT

yang tinggi diperngaruhi beberapa faktor, yaitu: kontribusi dari CD/CSR,

pendapatan kabupaten mimika dan pendapatan masyarakat. Dampak negatif

pada NHTMT yang dianggap perlu adalah semakin menurunnya nilai kualitas

lingkungan. Sub model ekonomi ini menggunakan asumsi nilai kurs rupiah yang

konstan sampai masa penutupan tambang PTFI.

Gambar 40. Diagram Alir Sub Model Ekonomi pada penutupan tambang PT.

Freeport Indonesia

Page 235: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

209

9.4. Validasi Model

Proses validasi bertujuan untuk menilai keobyektifan dari suatu pekerjaan

ilmiah, karena pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif harus taat fakta.

Proses melihat keserupaan seperti ini disebut validasi output atau kinerja model.

Dalam pekerjaan pemodelan, obyektif itu ditunjukkan dengan sejauh mana

model dapat menirukan fakta. Hartrisari (2007) mengemukakan bahwa validasi

model ditujukan untuk melihat kesesuaian hasil model dibandingkan dengan

realitas bila model dijalankan dengan data yang lain.

9.4.1. Validasi Struktur Model.

Validasi struktur model merupakan proses validasi utama dalam berpikir

sistem. Pada proses ini bertujuan untuk melihat sejauh mana keserupaan

struktur model mendekati struktur nyata, yang berkaitan dengan batasan sistem,

variabel-variabel pembentuk sistem, dan asumsi mengenai interaksi yang terjadi

dalam sistem. Validasi struktur dilakukan dengan dua bentuk pengujian, yaitu; uji

kesesuaian struktur dan uji kestabilan struktur (Forrester, 1968).

a. Uji Konstruksi/Kesesuaian Struktur Uji kesesuaian struktur dilakukan untuk menguji apakah struktur model

tidak berlawanan dengan pengetahuan yang ada tentang struktur dari sistem

nyata dan apakah struktur utama dari sistem nyata telah dimodelkan (Sushil,

1993). Hal ini akan meningkatkan tingkat kepercayaan atas ketepatan dari

struktur model. Pada model yang telah dibangun dapat dilihat dari

bertambahnya revenue akan menambah kontribusi CD/CSR, dan kualitas

lingkungan akan berkurang, tetapi dengan adanya teknologi penurunan kualitas

lingkungan tersebut dapat diminimalisasi. Data perubahannya secara rinci dapat

dilihat pada Lampiran 4, 7, dan 8. Berdasarkan contoh tersebut dengan kata

lain, struktur model dinamis yang dibangun adalah valid secara teoritis.

b. Uji Kestabilan Struktur

Uji kestabilan struktur model dilakukan dengan cara memeriksa

keseimbangan dimensi peubah pada kedua sisi persamaan model (Sushil,

1993). Setiap persamaan yang ada dalam model harus menjamin keseimbangan

dimensi antara variabel bebas dan variabel terikat yang membentuknya. Uji kestabilan struktur model penutupan tambang berkelanjutan dapat

diperiksa dengan cara menganalisis dimensi keseluruhan interaksi peubah-

Page 236: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

210

peubah yang menyusun model tersebut yang terdiri dari beberapa sub model.

Dimensi tersebut meliputi tanda, bentuk respon dan satuan dari persamaan

(equation) matematis yang digunakan.

Sub Model Sosial

Pemeriksaan satuan terhadap persamaan yang berkaitan dengan sub

model sosial adalah : flow JPT = +dt*PJPT flow JSD = +dt*PJSD flow JSMA = +dt*PJSMA flow JSMP = +dt*PJSMP flow JTSD = +dt*PJTSD flow LapKer = +dt*KesKer flow Pddk = -dt*Emg+dt*Img+dt*Kelhrn -dt*Kem aux Emg = (Pddk*AEN)+ND aux Img = (Pddk*AIN)+ImgPTFI aux Kelhrn = (Pddk*ALahir)+ImgPTFI aux Kem = Pddk*(AKem+Kes_dan_Kam) aux KesKer = MT/CKesKer aux PJPT = Pddk*(CPJPT+FMCDP) aux PJSD = Pddk*(CPJSD+FMCDP) aux PJSMA = Pddk*(CPJSMA+FMCDP) aux PJSMP = Pddk*(CPJSMP+FMCDP) aux PJTSD = Pddk*(CPJTSD+FMCDP) aux ADemob = LapKer*FDLK aux DegLing = (Penc_Air+Penc_Udara+DegLhn)*100 aux FMCDP = KCDPend*CCDP aux ImgPTFI = MT*CImgPTFI aux KCDAg = PCDPTFI*FKCDAg aux KCDKes = PCDPTFI*FKCDKes aux KCDPend = PCDPTFI*FKCDPend aux KCDPerum = PCDPTFI*FKCDPerum aux KCDPr = PCDPTFI*FKCDPr aux KCDPU = PCDPTFI*FKCDPU aux Kes_dan_Kam = DegLing*FKdK aux KL = NKL-(DegLing/100) aux KPTFI = WKPTFI+PKPTFI aux MCDK = KCDKes*FMCDK aux MT = Revenue*Kurs aux PCDPTFI = MT*FPCDPTFI aux Penambangan = FP*Fraksi_Penam aux PerPddk = (Kelhrn+Img-Kem-Emg)

Tanda kurang (-) untuk -dt*Emigrasi dan -dt*Kematian karena

menyebabkan penurunan jumlah populasi dan Tanda kurang (+) untuk

+dt*Imigrasi dan +dt*Kelahiran karena menyebabkan pertambahan jumlah

populasi dengan berubahnya waktu. Hal yang sama terlihat pada pertambahan

penduduk yang akan semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah

kelahiran dan imigrasi tetapi akan semakin berkurang apabila jumlah emigrasi

dan kematian semakin tinggi.

Page 237: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

211

Sub Model Lingkungan

Pemeriksaan satuan terhadap persamaan yang berkaitan dengan sub

model lingkungan adalah : flow Htn = +dt*RehHtn

-dt*DegHtn flow NL = -dt*PNL aux DegHtn = Htn*FDegHtn aux RehHtn = Htn*FRH aux DegLhn = (LPKTail/Kap_Tam_Tailing)*Maks_DegLhn*(NL) aux DegLing = (Penc_Air+Penc_Udara+DegLhn)*100 aux FDegHtn = LPKTail/Htn aux KL = NKL-(DegLing/100) aux KPTFI = WKPTFI+PKPTFI aux LPKTail = ((Kap_Tam_Tailing+APPTFI)*PKTTail)-Rekl aux LT_Total = KBT*FLT aux LTailing = ProdTam*FLT aux Maks_DegLhn = (APPTFI+Kap_Tam_Tailing)/LLKPTFI aux Penc_Air = ((ProdTam/CProdTamPA)*(FPA*NL))/Tech aux Penc_Udara = (((ProdTam/CProdTamPU)*(FPU*NL))/Tech)+PU aux PKTTail = PAT/LT_Total aux PPenggBT = ProdTam/KBT aux Rekl = ProdTam*CRklm

Berdasarkan rumus matematik di atas, maka pencemaran limbah tailing

dipengaruhi oleh produktivitas kegiatan tambang. Semakin bertambah kegiatan

penambangan maka jumlah total dari pencemaran lingkungan yang ada akan

bertambah. Pada variabel kualitas lingkungan juga dapat terlihat apabila persen

dari jumlah pencemaran lingkungan semakin bertambah maka kualitas

lingkungan akan semakin berkurang karena total nilai lingkungan akan dikurangi

dengan pencemaran lingkungan. Dengan demikian, dimensi interaksi dari

peubah-peubah yang berkaitan dengan nilai pada sub model lingkungan tetap

konsisten.

Sub Model Ekonomi

Pemeriksaan satuan terhadap persamaan yang berkaitan dengan sub

model ekonomi adalah : flow KLAMi = +dt*PKLAMi flow KLAN = +dt*PKLAN flow KLAPa = +dt*PKLAPa flow KLPMi = +dt*PKLPMi flow KLPN = +dt*PKLPN flow KLPPa = +dt*PKLPPa flow NHTMT = +dt*PHTMT flow ProdTam = +dt*Penambangan aux Penambangan = FP*Fraksi_Penam aux PHTMT = FPHTMT*NHTMT aux PKLAMi = KLAMi*FPKLAMi aux PKLAN = KLAN*FPKLAN aux PKLAPa = KLAPa*FPKLAPa aux PKLPMi = KLPMi*FPKLPMi aux PKLPN = KLPN*FPKLPN

Page 238: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

212

aux PKLPPa = KLPPa*FPKLPPa aux FPHTMT = HTMT/NHTMT aux Fraksi_Penam = Ss_Penam/KBT aux Hasil_Penam = ProdTam aux HTMT=

Inc_Masy_DPTFI+TKPMi+TKPN+TKPPa+KCDAg+KCDKes+KCDPend+KCDPerum+KCDPr+KCDPU

aux Inc_Masy_DPTFI = (MT+Pemasok_BJ)*CPTFIIncMasy aux Inc_Per_Kapita = Inc_Masy_DPTFI+Inc_Per_Kapita_N aux KCDAg = PCDPTFI*FKCDAg aux KCDKes = PCDPTFI*FKCDKes aux KCDPend = PCDPTFI*FKCDPend aux KCDPerum = PCDPTFI*FKCDPerum aux KCDPr = PCDPTFI*FKCDPr aux KCDPU = PCDPTFI*FKCDPU aux KPAMi = KPKPAMi*MT aux KPAN = KPKPAN*MT aux KPAPa = KPKPAPa*MT aux KPPMi = KPKPPMi*MT aux KPPN = KPKPPN*MT aux KPPPa = KPKPPPa*MT aux KPTFI = WKPTFI+PKPTFI aux MT = Revenue*Kurs aux NTPS = MT*FNTPS aux Pemasok_BJ = MT*FPBJ aux Revenue = ProdTam*KPR*Penambangan aux Ss_Penam = KBT-Hasil_Penam aux TAPBDMi = KLAMi+KPAMi aux TAPBDPa = KLAPa+KPAPa aux TAPBN = KLAN+KPAN aux TKPMi = KPAMi+KPPMi aux TKPN = KPAN+KPPN aux TKPPa = KPAPa+KPPPa aux TPDBN = KLPN+KPPN aux TPDRBMi = KLPMi+KPPMi aux TPDRBPa = KLPPa+KPPPa

Untuk pertambahan pendapatan akan semakin meningkat apabila nilai

perbandingan pertumbuhan ekonomi dengan populasi lebih besar dibandingkan

pada tahun simulasi sebelumnya. Dengan demikian, dimensi interaksi dari

peubah-peubah yang berkaitan dengan nilai pada sub model ekonomi tetap

konsisten. Hal itu sejalan dengan NHTMT akan semakin meningkat pula apabila

faktor kontribusi CD/CSR semakin besar.

9.4.2. Validasi Kinerja Validasi kinerja atau output model adalah aspek pelengkap dalam metode

berpikir sistem yang bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana kinerja

model sesuai dengan kinerja sistem nyata sehingga memenuhi syarat sebagai

model ilmiah yang taat fakta. Caranya adalah membandingkan validasi kinerja

model dengan data empiris untuk melihat sejauh mana perilaku kinerja model

sesuai dengan data empiris.

Page 239: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

213

Berdasarkan hasil analisis sistem dinamis dapat dilihat bahwa perilaku

model penutupan tambang berkelanjutan dapat terpenuhi syarat kecukupan

struktur dari suatu modelnya dengan melakukan validasi atas perilaku yang

dihasilkan oleh suatu struktur model.

Validasi perilaku model dilakukan dengan membandingkan antara besar

dan sifat kesalahan dapat digunakan: 1) Absolute Mean Error (AME) adalah

penyimpangan (selisih) antara nilai rata-rata (mean) hasil simulasi terhadap nilai

aktual, 2) Absolute Variation Error (AVE) adalah penyimpangan nilai variasi

(variance) simulasi terhadap aktual.

Tabel 50. Data hasil validasi model penutupan tambang PTFI berkelanjutan

Variabel Validasi

AME (%) AVE (%) Penduduk 0,33 1,14 CD PTFI 0,02 0,66 Pendapatan PTFI (Revenue) 0,57 0,23 Kontribusi PTFI thd PDRB Mimika 0,00 0,25 Kontribusi PTFI thd PDRB Papua 0,09 0,01 Kontribusi PTFI thd PDB Nasional 0,02 0,31 Kontribusi PTFI thd APBD Mimika 0,00 0,04 Kontribusi PTFI thd APBD Papua 0,11 0,27 Kontribusi PTFI thd APBN 0,22 0,52

Sumber: Hasil analisis (2009)

Hasil uji menunjukkan bahwa keluaran model penutupan tambang

berkelanjutan yang tertera pada Tabel 50, untuk semua variabel masih memiliki

nilai Absolute Mean Error (AME) dan Absolute Variation Error (AVE) yang cukup

kecil. Nilai AME terbesar adalah pada pendapatan PTFI (revenue) dengan nilai

0,57% sedangkan nilai AVE terbesar pada jumlah penduduk dengan nilai 1,14%,

tetapi nilai tersebut masih dibawah nilai batas penyimpangan (< 10 %). Dengan

demikian, berdasarkan hasil uji ini disimpulkan bahwa model penutupan tambang

PTFI berkelanjutan mampu mensimulasikan perubahan-perubahan nyata (alami)

yang terjadi di Kabupaten Mimika. Secara rinci dan lengkap hasil validasi

perilaku model dapat dilihat pada Lampiran 2.

9.5. Simulasi Model Berdasarkan Kondisi Saat Ini

Simulasi dari hasil pemodelan sistemik digunakan untuk melihat pola

kecenderungan perilaku model. Hasil simulasi model dianalisis pola dan

kecenderungannya, ditelusuri faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pola

dan kecenderungan tersebut, dan dijelaskan bagaimana mekanisme kejadian

Page 240: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

214

tersebut berdasarkan analisis struktur model. Simulasi model dilakukan dengan

menggunakan Powersim Constructor versi 2.5.

Hasil simulasi model yang memunculkan variabel-variabel yang sensitif

dianalisis pola dan kecenderungannya dan beberapa variabel tambahan sebagai

faktor penting merupakan input dari ISM (Interpretative Structural Modelling).

Melalui pendekatan sistem dilakukan analisis kebutuhan, formulasi masalah, dan

identifikasi sistem untuk membangun model penutupan tambang berkelanjutan.

Model yang dihasilkan dibandingkan dengan kondisi saat ini untuk melihat

adanya perbedaan (gap) dari keduanya. Dari perbedaan kedua kondisi tersebut

diidentifikasi faktor strategis penting sebagai dasar untuk merumuskan alternatif

kebijakan dan skenario-skenario keberlanjutan.

9.5.1. Simulasi Sub Model Sosial.

Simulasi sub model sosial yang diamati terdiri dari empat komponen yang

terkait dengan terjadinya perubahan sosial termasuk perubahan pada aspek-

aspek kependudukan pada SaPeT. Aspek kependudukan tersebut yaitu

populasi, demobilisasi, konflik dan kontribusi CD/CSR PTFI. Populasi penduduk

ditentukan oleh variabel-variabel yaitu imigrasi, emigrasi, angka kelahiran dan

angka kematian. Untuk mengetahui jumlah penduduk Kabupaten Mimika saat ini

sampai pada SaPeT PTFI dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Pddk = -dt*Emg+dt*Img+dt*Kelhrn-dt*Kem Img = (Pddk*AIN)+ImgPTFI Emg = (Pddk*AEN)+ND Kelhrn = (Pddk*ALahir)+ImgPTFI Kem = Pddk*(AKem+Kes_dan_Kam) Dimana: Pddk = jumlah penduduk (jiwa) Img = Imigrasi (jiwa) Emg = Emigrasi (jiwa) Kelhrn = Kelahiran (jiwa) Kem = Kematian (jiwa) AIN = Angka imigrasi normal (%) AEN = Angka emigrasi normal (%) ImgPTFI = Imigrasi karena keberadaan PTFI (%) ND = Nilai demobilisasi (jiwa) AKem = Angka kematian (%)

Kes_dan_kem = fraksi angka kesehatan dan keamanan terhadap jumlah kematian (%)

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, pertumbuhan

jumlah penduduk dan perubahan-perubahan faktor-faktor yang

Page 241: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

215

mempengaruhinya sejak saat ini (2002) sampai SaPeT PTFI (2041) dapat dilihat

pada Gambar 41.

Pada Gambar 41a terlihat bahwa jumlah penduduk pada tahun 2002

sebanyak 110.518 jiwa, tahun 2007 terjadi peningkatan sebanyak 161.301 jiwa

dan pada tahun 2020 meningkat sebanyak 228.082 jiwa, tetapi pada tahun 2041

mengalami penurunan dari 276.607 jiwa menjadi 256.292 jiwa pada tahun 2042.

Penurunan ini dikarenakan adanya demobilisasi karyawan dan kontraktor PTFI

yang terjadi pada SaPeT. Jumlah emigrasi rata-rata dari tahun 2013 sampai

2040 berkisar 2.000 jiwa per tahun, tetapi pada tahun 2041 (SaPeT PTFI)

terjadi emigrasi sebanyak 22.953 jiwa. Selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 3.

(a) (b)

Gambar 41. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Mimika dan fluktuasi perkembangan penduduk dari faktor yang berpengaruh

Pada Gambar 41b, angka kematian sedikit lebih cepat pertumbuhannya

pada tahun-tahun mendekati penutupan tambang yaitu mulai tahun 2035 sampai

tahun 2042 dan setelahnya sampai tahun 2044 serta menjadi lebih tinggi

dibandingkan dengan angka kelahiran. Hal ini seiring dengan penurunan

kualitas lingkungan, penurunan dana pelayanan kesehatan, penurunan luasan

hutan di Kabupaten Mimika, terjadinya konflik, dan penurunan keseluruhan dana

CD/CSR PTFI.

Kontribusi CD/CSR PTFIkepada masyarakat sekitar daerah operasinya

meliputi program di bidang sosial dan ekonomi. Program CD/CSR tersebut

yaitu pertanian, keagamaan, pendidikan, kesehatan, perumahan dan

pengembangan usaha. Untuk mengetahui perkembangan kontribusi CD/CSR

PTFI sampai pada SaPeT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Page 242: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

216

KCDPr = PCDPTFI*FKCDPr KCDAg = PCDPTFI*FKCDAg KCDPend = PCDPTFI*FKCDPend KCDKes = PCDPTFI*FKCDKes KCDPerum = PCDPTFI*FKCDPerum KCDPU = PCDPTFI*FKCDPU Dimana : KCDPr = Kontribusi PTFI untuk bidang pertanian (rupiah) KCDAg = Kontribusi PTFI untuk bidang keagamaan (rupiah) KCDPend = Kontribusi PTFI untuk bidang pendidikan (rupiah) KCDKes = Kontribusi PTFI untuk bidang kesehatan (rupiah) KCDPerum = Kontribusi PTFI untuk bidang perumahan (rupiah)

KCDPU = Kontribusi PTFI untuk bidang pengembangan usaha (rupiah)

Dengan menggunakan rumus diatas maka kontribusi CD/CSR dapat

diketahui. Perilaku struktur menurut waktu dari peubah kontribusi CD/CSR

seperti digambarkan pada Gambar 42.

Gambar 42. Kontribusi CD atau CSR PTFI

Pada Gambar 42 menunjukkan bahwa kontribusi CD PTFI terbesar

adalah pada bidang kesehatan dengan perincian, pada tahun 2002 sebesar Rp.

32.481.693.961, tahun 2007 sebesar Rp. 183.613.401.565, tahun 2020 sebesar

Rp. 149.915.206.698, dan terus mengalami penurunan sampai pada SaPeT

PTFI (2041) dimana nilai kontribusi CD pada sektor kesehatan berkurang

menjadi sebesar Rp. 68.990.692.437. Kontribusi CD PTFI terkecil adalah pada

bidang perumahan dimana pada tahun 2002 sebesar Rp. 5.64878.710, tahun

2007 sebesar Rp. 31.796.467.100, tahun 2020 sebesar Rp. 25.960.926.038 dan

pada tahun 2041 sebesar Rp. 11.947.168.690. Secara rinci kontribusi CD PTFI

dapat dilihat pada Lampiran 4. Program perumahan PTFI untuk masyarakat

Page 243: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

217

sudah berkurang sejak mendekati tahun 2009, karena dinilai tidak menciptakan

kemandirian.

Perkembangan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ini

digunakan melihat besarnya banyaknya dan perbandingan jumlah penduduk

berdasarkan pendidikannya, maka kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

JPT = +dt*PJPT JSD = +dt*PJSD JSMA = +dt*PJSMA JSMP = +dt*PJSMP PSD = (JSD/Pddk)*100 PSMA = (JSMA/Pddk)*100 PSMP = (JSMP/Pddk)*100 PPT = (JPT/Pddk)*100 Dimana: Pddk = Jumlah penduduk (jiwa) JSD = jumlah penduduk lulus SD (jiwa) JSMP = jumlah penduduk lulus SMP (jiwa) JSMA = jumlah penduduk lulus SMA (jiwa) JPT = jumlah penduduk lulus Perguruan Tinggi (jiwa) PSD = persen penduduk lulus SD (%) PSMP = persen penduduk lulus SMP (%) PSMA = persen penduduk lulus SMA (%) PPT = persen penduduk lulus PT (%)

Dengan menggunakan rumus diatas maka jumlah penduduk

berdasarkan tingkat pendidikan dapat diketahui. Perilaku struktur menurut waktu

dari peubah jumlah penduduk seperti digambarkan pada Gambar 43.

Pada Gambar 43 menunjukkan perkembangan jumlah penduduk

Kabupaten Mimika berdasarkan tingkat pendidikan cenderung mengalami

peningkatan. Pada SaPeT PTFI jumlah penduduk berdasarkan tingkat

pendidikan mengalami penambahan lebih lambat, tetapi berdasarkan

perbandingan dengan jumlah penduduk total sendiri mengalami penurunan.

Secara rinci perkembangan jumlah penduduk berdasarkan jenjang pendidikan

mulai SD (Sekolah Dasar) sampai PT (Perguruan Tinggi) dapat dilihat pada

Lampiran 5 dan 6.

Pada sub model sosial, konflik dipengaruhi oleh perubahan variabel

kualitas lingkungan. Untuk mngetahui kemungkinan potensi dan kejadian konflik

yang akan muncul menjelang SaPeT PTFI, maka dipergunakan rumus berikut:

Kejadian_Konflik = KL<0.5 Potensi_Konflik = KL<0.55

Dimana : KL = Kualitas lingkungan (%)

Page 244: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

218

Gambar 43. Perkembangan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Dengan menggunakan rumus di atas maka potensi konflik dan kejadian

konflik dapat perkirakan. Perilaku struktur menurut waktu dari peubah, maka

potensi dan kejadian konflik menjelang penutupan tambang PTFI seperti tertera

pada Gambar 44.

Pada Gambar 44 memperlihatkan potensi konflik dan kejadian konflik

diperkirakan akan terjadi berturut-turut pada tahun 2020 dan tahun 2023 sampai

SaPeT PTFI dan setelahnya. Kemungkinan terjadinya konflik ini disebabkan

adanya keresahan masyarakat menjelang penutupan tambang PTFI. Keresahan

masyarakat dapat berupa: merasa kehilangan pekerjaan, rasa penggangguran,

kompetisi dalam mencari pekerjaan dan lainnya (Warhurst, 2000). Bisa juga

resah karena menghawatirkan lingkungan yang telah rusak tidak bisa dipulihkan

kembali untuk modal masa depan.

Gambar 44. Potensi konflik dan kejadian konflik

Page 245: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

219

9.5.2. Simulasi Sub Model Lingkungan.

Simulasi sub model lingkungan yang diamati adalah meliputi terjadinya

perubahan penutupan hutan, pencemaran lingkungan, dan kualitas lingkungan.

Penutupan hutan ini digunakan melihat besarnya luasan penutupan hutan, maka

kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

Htn = +dt*RehHtn

-dt*DegHtn DegHtn = Htn*FDegHtn RehHtn = Htn*FRH Dimana : Htn = luas hutan (ha) DegHtn = degradasi hutan (ha) RehHtn = rehabilitasi hutan (ha) FDegHtn = fraksi degradasi hutan (%) FRH = fraksi rehabilitasi hutan (%)

Dengan menggunakan rumus di atas maka penutupan hutan dapat

diketahui. Perilaku struktur menurut waktu dari peubah penutupan hutan seperti

tertera pada Gambar 45.

Gambar 45. Luas hutan di Kabupaten Mimika sampai SaPeT PTFI dan setelahnya

Berdasarkan gambar kecenderungan luasan hutan semakin menurun

dimana pada tahun 2002 seluas 2.119.186 ha, tahun 2007 seluas 2.092.649 ha,

tahun 2020 seluas 1.953.146 ha dan terus mengalami penurunan dimana pada

tahun 2041 menjadi 1.565.264 ha. Penurunan luasan hutan ini dikarenakan

Page 246: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

220

kebutuhan penduduk akan penggunaan lahan baik untuk perumahan dan

kegiatan perekonomian lainnya.

Nilai kualitas lingkungan (NKL) diperoleh dari nilai pencemaran khususnya

pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran limbah (cair dan padat)

yang menyebabkan degradasi lahan. Untuk mengetahui nilai NKL, maka dapat

digunakan rumus sebagai berikut:

Penc_Air = ((ProdTam/CProdTamPA)*(FPA*NL))/Tech Penc_Udara = (((ProdTam/CProdTamPU)*(FPU*NL))/Tech)+PU DegLhn = (LPKTail/Kap_Tam_Tailing)*Maks_DegLhn*(NL) KL = NKL-(DegLing/100) Dimana : Penc_Air= Pencemaran air (%) DegLhn = Degradasi lahan (%) Penc_Udara = Pencemaran Udara (%) KL = Kualitas lingkungan (%) ProdTam = jumlah produksi tambang (ton) CProdTamPA = konstanta produksi tambang terhadap pencemaran air CProdTamPU = konstanta produksi tambang terhadap pencemaran udara FPA = fraksi pencemaran air (%) FPU = fraksi pencemaran udara (%) NL = nilai lingkungan (%)

Tech = technologi pengelolaan lingkungan terhadap pencemaran air dan udara (%)

LPKTail = laju penggunaan areal tailing (ha) Kap_Tam_Tailing = kapasitas luasan lahan untuk tailing tambang (ha) Maks_DegLhn = maksimum luasan degradasi lahan dari Kabupaten Mimika (ha)

Dengan menggunakan rumus diatas maka pencemaran lingkungan dan

nilai kualitas lingkungan dapat diketahui. Perilaku struktur menurut waktu dari

peubah pencemaran lingkungan dan kualitas lingkungan tertera pada Gambar

46.

Tingkat pencemaran dan degradasi lahan akan mempengaruhi tingkat

kualitas lingkungan. Degradasi lahan atau lingkungan di daerah operasi PTFI

secara nyata terjadi pada daerah MoADA atau daerah pengendapan tailing yang

berada di dataran rendah. Selain itu, juga terjadi di daerah tambang di dataran

tinggi dan di daerah muara. Pencemaran udara dan air dihitung berdasarkan

nilai persentase parameter yang melebihi baku mutu yang didapatkan dari data

Laporan RKL/RPL PTFI tahun 2007. Secara lengkap data hubungan

pencemaran lingkungan, kualitas lingkungan dan luas hutan tercantum pada

Lampiran 7.

Page 247: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

221

Gambar 46. Pencemaran lingkungan dan kualitas lingkungan

Pada Gambar 46 menunjukkan bahwa kualitas lingkungan mengalami

penurunan secara perlahan sampai pada SaPeT PTFI (2041) dan setelah itu

perlahan mengalami kenaikan kembali. Hal ini dikarenakan sumber dampak

kerusakan lingkungan telah berhenti pada SaPeT, kemajuan dari kegiatan

reklamasi yang dilakukan PTFI, dan terjadinya suksesi alami cukup pesat dalam

memperbaiki daerah-daerah yang terganggu.

9.5.3. Simulasi Sub Model Ekonomi Simulasi sub model ekonomi digunakan untuk mengetahui nilai hasil

transformasi manfaat tambang (NHTMT). NHTMT didapatkan atau dipengaruhi

oleh faktor nilai manfaat tambang (NMT), pendapatan masyarakat, pendapatan

pemerintah, nilai kegiatan sosial dari CSR/CD dan nilai kualitas lingkungan yang

dihasilkan dari operasi tambang PTFI. NMT dan jumlah penambangan bahan

tambang sampai pada SaPet PTFI disimulasikan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Penambangan = FPW*Fraksi_Penam (ton/thn) Manfaat Tambang = Revenue*Kurs(rupiah) Dimana : FPW = fraksi jumlah eksploitasi penambangan berdasarkan waktu kontrak karya bila

diperpanjang (ton) Fraksi_Penam = fraksi penambangan (%)

Dengan menggunakan rumus di atas maka nilai manfaat tambang dan

jumlah penambangan dapat diketahui dan tertera pada Gambar 47.

Page 248: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

222

Gambar 47. Nilai manfaat tambang dan jumlah penambangan

Nilai manfaat tambang (NMT) mengalami peningkatan mulai tahun 2002

tetapi kemudian secara perlahan mengalami penurunan pada tahun 2011 dan

terus menurun pada SaPeT PTFI. Pada tahun 2002 NMT sebesar Rp.

19.229.039.758.845, tahun 2007 sebesar Rp. 168.995.307.468.640, tahun 2020

sebesar Rp. 137.979.941.737.300, dan terus mengalami penurunan sampai

tahun 2041 NMT PTFI menjadi sebesar Rp. 63.498.106.246.722. Jumlah

penambangan bahan tambang (ton per tahun) juga mengalami penurunan dari

tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2002 jumlah penambangan

sebanyak 110.417.297 ton, tahun 2007 sebanyak 87.571.018 ton, tahun 2020

sebanyak 47.929.284 ton, kemudian tahun 2041 sebanyak 18.103.341 ton. Hal

inilah yang menyebabkan menurunnya NMT karena ketersediaan bahan

tambang yang terbatas (unsustainable). Selengkapnya NMT dan jumlah bahan

tambang dari tahun 2002 sampai 2041 dapat dilihat pada Lampiran 8.

Nilai kontribusi PTFI dan sektor lain terhadap PDRB Kabupaten Mimika

ini digunakan melihat besarnya nilai kontribusi atau manfaat dari keberadaan

PTFI dan perbandingannya dengan sektor lain (non tambang) pada pendapatan

Kabupaten Mimika. Nilai kontribusi pada PDRB tersebut dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

KPPMi = KPKPPMi*MT KLPMi = +dt*PKLPMi TPDRBMi = KLPMi+KPPMi PrsKLPMi = (KLPMi/TPDRBMi)*100 PrsKPPMi = (KPPMi/TPDRBMi)*100 Dimana : KPPMi = Kontribusi PTFI terhadap PDRB Mimika (rupiah) KLPMi = Kontribusi sector lain terhadap PDRB Mimika (rupiah) TPDRBMi = Total PDRB Mimika (rupiah) PrsKPPMi = Persentase kontribusi PTFI terhadap PDRB Mimika (%) PrsKLPMi = Persentase kontribusi sector lain terhadap PDRB Mimika (%)

Page 249: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

223

Dengan menggunakan rumus di atas maka perubahan kontribusi PTFI

dan sektor lain terhadap PDRB Kabupaten Mimika dapat diketahui. Perilaku

struktur menurut waktu dari peubah kontribusi PTFI dan sektor lain dapat dilihat

pada Gambar 48.

Gambar 48. Kontribusi PTFI dan sector lain terhadap PDRB Kabupaten Mimika

Pada Gambar 48 menunjukkan kontribusi PTFI terhadap PDRB

Kabupaten Mimika pada tahun 2002 adalah sebesar Rp. 11.537.423.855, tahun

2007 sebesar Rp. 32.785.089.649, tahun 2020 sebesar Rp. 26.768.108.697 dan

pada tahun 2041 sebesar Rp. 12.318.632.612. Jumlah persentase kontribusi dari

PTFI terhadap PDRB Kabupaten Mimika pada tahun 2002 sebesar 97,71%,

tahun 2007 sebesar 95,57%, tahun 2020 sebesar 93,93% dan terus mengalami

penurunan sampai tahun 2041 sebesar 85,25%. Secara rinci kontribusi PTFI

pada PDRB Mimika dapat dilihat pada Lampiran 9.

Nilai kontribusi PTFI dan sektor lain terhadap APBD Kabupaten Mimika

dapat digunakan melihat besarnya nilai kontribusi dari manfaat keberadaan PTFI

dan perbandingannya dengan sektor lain. Nilai kontribusi pada APBD tersebut

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KPAMi = KPKPAMi*MT KLAMi = +dt*PKLAMi TAPBDMi = KLAMi+KPAMi PrsKLAMi = (KLAMi/TAPBDMi)*100 PrsKPAMi = (KPAMi/TAPBDMi)*100 Dimana : KPAMi = Kontribusi PTFI terhadap APBD Mimika (rupiah) KLAMi = Kontribusi sector lain terhadap APBD Mimika (rupiah) TAPBDMi = Total APBD Mimika (rupiah) PrsKPAMi = Persentase kontribusi PTFI terhadap APBD Mimika (%) PrsKLAMi = Persentase kontribusi sector lain terhadap APBD Mimika (%)

Page 250: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

224

Dengan menggunakan rumus di atas maka perubahan kontribusi PTFI dan

sektor lain terhadap pendapatan Kabupaten Mimika dapat diketahui. Perilaku

struktur menurut waktu dari peubah kontribusi PTFI dan sektor lain (Gambar 49).

Gambar 49. Kontribusi PTFI dan sektor lain terhadap APBD Mimika

Pada Gambar 49 menunjukkan kontribusi PTFI terhadap APBD

Kabupaten Mimika pada tahun 2002 sebesar Rp. 140.371.990, tahun 2007

sebesar Rp. 605.003.201, tahun 2020 sebesar Rp. 493.968.191 dan pada tahun

2041 sebesar Rp. 227.323.220. Persentase kontribusi dari PTFI terhadap PDRB

Kabupaten Mimika pada tahun 2002 sebesar 42,3%, tahun 2007 sebesar 74,3%,

tahun 2020 sebesar 68,87% dan terus mengalami penurunan sampai tahun 2041

sebesar 47,83%. Secara rinci kontribusi PTFI pada APBD Mimika dapat dilihat

pada Lampiran 10.

Penutupan tambang berkelanjutan terjadi apabila terciptanya

keberlanjutan manfaat sosial-ekonomi dan perlindungan lingkungan pada SaPeT

dan setelahnya. Karena manfaat tambang dari bahan tambang adalah tidak

berkelanjutan (unsustainable), maka manfaat dari yang diperoleh dari bahan

tambang ini perlu ditranformasikan kepada upaya-upaya kegiatan dari ketiga

aspek tersebut yang berkelanjutan. Kegiatan tersebut di dalam sistem diwakili

oleh angka NHTMT. Sesuai dengan konsep PB bahwa sesuatu kegiatan

dikatakan dikatakan berkelanjutan bila manfaat yang dihasilkan oleh kegiatan

tersebut dapat terus dinikmati oleh generasi saat ini dan generasi mendatang,

sehingga nilai manfaat tambang rata-rata (NMTR atau Rt2MT) dapat dijadikan

patokan ukuran atau indikator keberlanjutan dari kegiatan pertambangan. NMTR

diperoleh dari nilai rata-rata manfaat dari bahan tambang (nilai manfaat

tambang/NMT) sejak saat ini (data dari tahun 2002) sampai SaPeT PTFI (2041).

Page 251: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

225

Kontribusi PTFI diberikan kepada nasional, Propinsi Papua dan

Kabupaten Mimika. Dalam penelitian ini dibahas dan dibedakan dua katagori

kontribusi yang dapat menggambarkan keberlanjutan secara nasional ditambah

Propinsi Papua dan untuk Kabupaten Mimika sendiri. Dengan demikian nilai

NHTMT juga ada dua yaitu Pertama, NHTMT untuk Nasional, Propinsi Papua,

dan Kabupaten Mimika. Kedua, adalah NHTMT hanya untuk Kabupaten Mimika

atau disingkat NHTMTMMK. NHTMT untuk Kabupaten Mimika dapat diketahui

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

MT = (ProdTam*FPR*Penambangan)*Kurs NHTMT = +dt*PHTMT PHTMT = FPHTMT*NHTMT HTMT = Inc_Masy_DPTFI+ TKPMi+ KCDAg+ KCDKes+ KCDPend+ KCDPerum+ KCDPr+ KCDPU Dimana : MT = Manfaat Tambang (Rupiah) ProdTam = Jumlah total bahan tambang yang telah dieksploitasi (ton/tahun) FPR = Konstanta produksi tambang Penambangan = Jumlah eksploitasi bahan tambang (ton/tahun) NHTMT = Nilai hasil transformasi manfaat tambang (Rupiah) PHTMT = Laju pertumbuhan hasil transformasi manfaat tambang (Rupiah) FPHTMT= Fraksi pertumbuhan hasil transformasi manfaat tambang (%) Rt2MT = Rata-rata manfaat tambang (rupiah) KCDAg = kontribusi community development bidang agama (rupiah) KCDKes = kontribusi community development bidang kesehatan (rupiah) KCDPend = kontribusi community development bidang pendidikan (rupiah) KCDPerum = kontribusi community development bidang perumahan (rupiah) KCDPr = kontribusi community development bidang pertanian (rupiah) KCDPU = kontribusi community development bidang pengembangan usaha (rupiah) TKPMi = total kontribusi PTFI terhadap pendapatan Mimika (rupiah) Inc_Masy_DPTFI = pendapatan masyarakat dengan keberadaan PTFI (rupiah)

Dengan menggunakan rumus diatas maka perubahan NHTMT dapat

diketahui. Perilaku struktur tipe NHTMT menurut waktu dari peubah Nilai hasil

transformasi manfaat tambang digambarkan pada Gambar 50.

Pada Gambar 50 menunjukkan hasil simulasi sistem dinamik mengenai

perkembangan hubungan NHTMT, NMT, dan NMTR mulai tahun 2002-2041.

NMT berfluktuasi secara signifikan. Pada tahun 2002 NMT adalah sebesar Rp.

19.229.039.758.845 kemudian pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp.

168.995.307.468.640. Pada tahun 2008 meningkat sampai sebesar Rp.

177.810.782.167.270, tetapi pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan

secara perlahan sehingga pada tahun 2020 bernilai sebesar Rp.

137.979.941.737.300 dan pada tahun 2041 menjadi Rp. 63.498.106.246.722.

Page 252: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

226

Secara rinci NHTMT kontribusi PTFI bagi Kabupaten Mimika dan NMT dapat

dilihat pada Lampiran 11.

Gambar 50. Hubungan NMT, NMTR, dan NHTMT PTFI bagi Kab. Mimika.

NHTMTMMK (NHTMT bagi Kabupaten Mimika) pada tahun 2002 adalah

sebesar Rp. 73.235.436.660 dan meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar

Rp. 557.343.216.648 serta terus meningkat sehingga pada tahun 2020 menjadi

sebesar Rp. 4.344.241.815.030 dan pada SaPeT PTFI (2041) NHTMT sebesar

Rp. 6.473.993.939.589. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Walaupun

NHTMT terus meningkat, namun nilainya tidak dapat melampaui NMTR atau

Rt2MT yang bernilai sebesar Rp. 90.408.163.265.306. Perbedaan antara

NHTMT dan NMTR pada SaPeT PTFI adalah sebesar Rp. 83,93 trilyun. Hal ini

berarti bahwa penutupan tambang PTFI yang berkelanjutan tidak tercapai atau

dengan kata lain keberlanjutan manfaat sosial, ekonomi dan perlindungan

lingkungan tidak tercapai bagi Kabupaten Mimika pada SaPeT PTFI.

NHTMT dari total keseluruhan kontribusi PTFI atau kontribusi PTFI pada

Kabupaten Mimika, Propinsi Papua, dan Nasional dapat diketahui dengan

menggunakan rumus sebagai berikut: MT = (ProdTam*FPR*Penambangan)*Kurs

NHTMT = +dt*PHTMT PHTMT = FPHTMT*NHTMT

HTMT = Inc_Masy_DPTFI+ TKPMi+ TKPN+ TKPPa + KCDAg+ KCDKes+ KCDPend+ KCDPerum+ KCDPr+ KCDPU

Page 253: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

227

Dimana : MT = Manfaat Tambang (Rupiah) ProdTam = Jumlah total bahan tambang yang telah dieksploitasi (ton/tahun) FPR = Konstanta produksi tambang Penambangan = Jumlah eksploitasi bahan tambang (ton/tahun) NHTMT = Nilai hasil transformasi manfaat tambang (Rupiah) PHTMT = Laju pertumbuhan hasil transformasi manfaat tambang (Rupiah) FPHTMT = Fraksi pertumbuhan hasil transformasi manfaat tambang (%) Rt2MT = Rata-rata manfaat tambang (rupiah) KCDAg = kontribusi community development bidang agama (rupiah) KCDKes = kontribusi community development bidang kesehatan (rupiah) KCDPend = kontribusi community development bidang pendidikan (rupiah) KCDPerum = kontribusi community development bidang perumahan (rupiah) KCDPr = kontribusi community development bidang pertanian (rupiah) KCDPU = kontribusi community development bidang pengembangan usaha (rupiah) TKPMi = total kontribusi PTFI terhadap pendapatan Mimika (rupiah) TKPN = total kontribusi PTFI terhadap pendapatan nasional (rupiah) TKPPa = total kontribusi PTFI terhadap pendapatan Papua (rupiah) Inc_Masy_DPTFI = pendapatan masyarakat dengan keberadaan PTFI (rupiah)

Dengan menggunakan rumus diatas maka perubahan NHTMT untuk total

keseluruhan kontribusi PTFI dapat diketahui. Perilaku struktur NHTMT total

menurut waktu dari peubah NHTMT tertera pada Gambar 51.

Gambar 51. Hubungan NMT, Rt2MT, dan NHTMT (total)

Pada Gambar 51 menunjukkan hasil simulasi sistem dinamik mengenai

perkembangan hubungan NHTMT, MT, dan NMTR (Rt2MT) mulai tahun 2002-

2041. Nilai manfaat tambang (NMT) atau disingkat nilai MT berfluktuasi secara

signifikan. Sama seperti Gambar 50, pada tahun 2002 nilai MT bernilai sebesar

Page 254: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

228

Rp. 19.229.039.758.845 kemudian menjadi sebesar Rp. 168.995.307.468.640

pada tahun 2007. Pada tahun 2008 meningkat sampai sebesar Rp.

177.810.782.167.270, tetapi pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan

secara perlahan sehingga pada tahun 2020 bernilai sebesar Rp.

137.979.941.737.300 dan pada tahun 2041 menjadi Rp. 63.498.106.246.722.

Secara rinci NHTMT jumlah keseluruhan kontribusi PTFI dan NMT dapat dilihat

pada Lampiran 11.

NHTMT pada tahun 2002 adalah sebesar Rp. 122.286.255.674 dan

meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 889.802.798.468 serta terus

meningkat sehingga pada tahun 2020 menjadi sebesar Rp. 6.459.019.533.957

dan pada SaPeT PTFI (2041) NHTMT sebesar Rp. 9.621.768.531.283. Secara

rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Walaupun NHTMT terus meningkat, namun

nilainya tidak dapat melampaui NMTR atau Rt2MT yang bernilai sebesar Rp.

90.408.163.265.306. Perbedaan antara NHTMT dan NMTR pada SaPeT PTFI

adalah sebesar Rp. 80,78 trilyun. Hal ini berarti bahwa penutupan tambang PTFI

yang berkelanjutan tidak tercapai atau dengan kata lain pada SaPeT PTFI tidak

akan keberlanjutan manfaat sosial, ekonomi, dan perlindungan lingkungan. Oleh

karena itu, skenario-skenario keberlanjutan perlu dirancang dengan mengelola

faktor-faktor kunci penggerak penutupan tambang berkelanjutan sampai terjadi

sebuah kondisi dimana angka NHTMT sama atau melebihi angka NMTR.

Pembahasan skenario-skenario keberlanjutan dipaparkan pada Bab X.

Pada Gambar 51 menunjukkan hasil simulasi sistem dinamik mengenai

perkembangan hubungan NHTMT, MT, dan NMTR (Rt2MT) mulai tahun 2002-

2041. Nilai manfaat tambang (NMT) atau disingkat nilai MT berfluktuasi secara

signifikan. Sama seperti Gambar 50, pada tahun 2002 nilai MT bernilai sebesar

Rp. 19.229.039.758.845 kemudian menjadi sebesar Rp. 168.995.307.468.640

pada tahun 2007. Pada tahun 2008 meningkat sampai sebesar Rp.

177.810.782.167.270, tetapi pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan

secara perlahan sehingga pada tahun 2020 bernilai sebesar Rp.

137.979.941.737.300 dan pada tahun 2041 menjadi Rp. 63.498.106.246.722.

Secara rinci NHTMT jumlah keseluruhan kontribusi PTFI dan NMT dapat dilihat

pada Lampiran 11.

NHTMT pada tahun 2002 adalah sebesar Rp. 122.286.255.674 dan

meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 889.802.798.468 serta terus

meningkat sehingga pada tahun 2020 menjadi sebesar Rp. 6.459.019.533.957

Page 255: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

229

dan pada SaPeT PTFI (2041) NHTMT sebesar Rp. 9.621.768.531.283. Secara

rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Walaupun NHTMT terus meningkat, namun

nilainya tidak dapat melampaui NMTR atau Rt2MT yang bernilai sebesar Rp.

90.408.163.265.306. Perbedaan antara NHTMT dan NMTR pada SaPeT PTFI

adalah sebesar Rp. 80,78 trilyun. Hal ini berarti bahwa penutupan tambang PTFI

yang berkelanjutan tidak tercapai atau dengan kata lain pada SaPeT PTFI tidak

akan keberlanjutan manfaat sosial, ekonomi, dan perlindungan lingkungan. Oleh

karena itu, skenario-skenario keberlanjutan perlu dirancang dengan mengelola

faktor-faktor kunci penggerak penutupan tambang berkelanjutan sampai terjadi

sebuah kondisi dimana angka NHTMT sama atau melebihi angka NMTR.

Pembahasan skenario-skenario keberlanjutan dipaparkan pada Bab X.

Apabila NHTMT Kabupaten Mimika saja dan NHTMT total keseluruhan

dari kontribusi PTFI di dalam satu grafik, maka hubungannya dengan NMT atau

MT dan Rt2MT dapat dilihat pada Gambar 52. Pada penelitian ini skenario-

skenario yang disusun didasarkan pada NHTMTMPN (total keseluruhan

kontribusi PTFI bagi Mimika, Papua, dan Nasional) atau tidak berdasarkan

NHTMT MMK.

Gambar 52. Hubungan NMT, Rt2MT, dan NHTMT PTFI bagi Kab. Mimika(NHTMTMMK) serta NHTMT (total).

Page 256: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

BAB X. SKENARIO DAN ARAHAN KEBIJAKAN PENUTUPAN TAMBANG BERKELANJUTAN

10.1. Rasionalisasi Pembuatan Skenario Penutupan Tambang Berkelanjutan

Dasar utama yang dipakai sebagai pembuatan skenario-skenario

penutupan tambang mineral berkelanjutan (PTMB) adalah sebagai berikut: (i)

hasil analisis ISM mengenai faktor-faktor penggerak kunci penutupan tambang

berkelanjutan, tertera pada Tabel 51; (ii) hasil analisis patok duga

(benchmarking) tentang strategi implementasi faktor-faktor kunci penentu

keberhasilan penutupan tambang yang perlu diterapkan di Indonesia (lihat Tabel

52); dan (iii) hasil analisis AHP tentang aktor, aspek, faktor, dan tujuan-tujuan

serta alternatif-alternatif keputusan yang dominan dalam perencanaan penutupan

tambang berkelanjutan (lihat Tabel 53).

Tabel 51. Faktor-faktor penggerak kunci penutupan tambang PTFI berdasarkan hasil analisis ISM.

Elemen-elemen program

Faktor-faktor pengerak kunci

Faktor-faktor independent

Sektor masyarakat yang terpengaruh program

- Penutupan pemasok barang dan jasa

- Kegiatan perlindungan dan pelestarian lingkungan di daerah operasi PTFI.

- Penutupan pemasok barang dan jasa - Kegiatan perlindungan dan pelestarian

lingkungan di daerah operasi PTFI.

Kebutuhan program - Kualitas SDM. - Kualitas SDM, - Badan Pengelola Penutupan Tambang

Berkelanjutan (BPPTB), - Infrastruktur yang memadai - Pelayanan pendidikan dan kesehatan

Kendala utama program

- Keterbatasan keterampilan SDM ,

- Kemampuan PEMDA (Kabupaten Mimika) untuk memimpin.

- Keterbatasan keterampilan SDM - Kemampuan PEMDA (Mimika) untuk

memimpin - Kurang sosialisasi RPT perusahaan

pada masyarakat - Kontribusi yang sangat nyata PTFI

pada PDRB Mimika dan PDB Provinsi Papua

Tujuan utama program

- Membentuk BPPTB - Meningkatkan kualitas SDM - Meningkatkan ketersediaan

infrastruktur, - Membentuk BPPTB - Adanya investor baru

Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program

- adanya BPPTB - Tidak adanya pencemaran lingkungan - Adanya BPPTB - Dana abadi yang terkelola secara

tepat. Sumber: hasil analisis (2009)

Page 257: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

231

Tabel 52. Strategi implementasi faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang yang perlu diterapkan

Rang-king

Faktor kunci penentu

Strategi implementasi faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang yang perlu diterapkan

1 Ketersediaan dana

(1) melaksanakan ketentuan-ketentuan pada Peraturan Menteri ESDM No. 18 tahun 2008, khususnya tentang penyediaan dana oleh perusahaan. (2) dana CD lebih difokuskan untuk mendorong terjadinya keberlanjutan ekonomi-sosial dan perlindungan lingkungan di masa mendatang. (3) PTFI terus meningkatkan hubungan baik dengan PPK.(4) dana pembangunan difokuskan dan diprioritaskan untuk membangun infrastruktur yang menunjang keberlanjutan pembangunan

2 Ketersediaan SDM

(1) disain ulang pengembangan SDM Mimika menuju SDM yang berkemampuan merancang dan menciptakan keberlanjutan sosial, ekonomi, dan perlindungan setelah PTFI selesai beroperasi. (2) pengembangan SDM untuk menguasai teknologi penutupan tambang.

2 Infrastruktur (1) meningkatkan pembangunan infrastruktur fisik untuk mendorong terjadinya keberlanjutan sosial dan ekonomi namun tetap memberikan perlindungan lingkungan. (2) pembangunan infrastruktur yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor non-PTFI yang mempunyai tujuan pasar non PTFI dan keluar dari Mimika.

3 Kebijakan pemerintah

(1) membuat kebijakan daerah (PERDA) tentang strategi dan perencanaan PEMDA Mimika dalam menghadapi dampak-dampak penting dari penutupan tambang PTFI dan mencari solusi yang permanen dan berkelanjutan. (2) membentuk Badan Penutupan Tambang Berkelanjutan (BPPTB) yang bertanggung jawab pada perencanaan dan implementasi penutupan tambang berkelanjutan.

3 Keterlibatan dan memenuhi ekspektasi PPK

(1) melibatkan perwakikan dari pemerintah, perusahaan, Lemasa, Lemasko, Yahamak, dan LSM setempat lain di Mimika membentuk BPPTB. (2) PTFI perlu melakukan sosialisasi RPT yang sudah disusun

3 Kesehatan dan keamanan masyarakat

(1) PTFI terus meningkatkan kerjasama dengan para akademisi dan praktisi nasional dan internasional untuk mengembangkan teknologi reklamasi dan penutupan tambang yang tepat. (2) PTFI perlu memberikan update secara berkala kepada PPK, khususnya PEMDA dan masyarakat Mimika tentang perkembangan teknologi tersebut.

4 Kelembagaan (1) membentuk dan memberfungsikan BPPTB jauh sebelum penutupan tambang PTFI. (2) LSM setempat perlu diberikan sosialisasi RPT PTFI.

5 Memenuhi tujuan-tujuan penggunaan lahan pasca tambang

(1) kegiatan reklamasi lahan bekas tambang yang dilakukan oleh PTFI perlu dilakukan kontrol, monitoring dan evaluasi oleh lembaga pemerintah yang berwenang dan hasilnya diinformasikan kepada PPK. (2) pembentukan lahan akhir disesuaikan dengan kebutuhan PPK ketika penutupan tambang

5 Indikator-indikator setempat

(1) identifikasi indikator-indikator kebutuhan menuju PB di Mimika sebagai masukan penting dalam penyusunan perencanaan pembangunan jangka panjang dan menegah. (2) pelaksanaan pembangunan di Mimika harus difokuskan mewujudkan kesejahteraan rakyat saat ini dan dimasa mendatang dengan mengembangkan potensi SDAnya secara berkelanjutan

6 Teknologi penutupan tambang

(1) perlu mempercepat terjadinya alih teknologi penutupan tambang dari ahli-ahli yang dimiliki investor asing, termasuk dari Australia dan Kanada kepada SDM Mimika khususnya dan Indonesia pada umumnya. (2) mengembangkan teknik reklamasi dan teknologi penutupan tambang, serta merancang dan mengaplikasikan PB pada kegiatan pembagunan Mimika saat ini.

Sumber: hasil analisis (2009)

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 51, 52, dan Tabel 53 terdapat

beberapa variabel yang memiliki kesamaan fungsi dengan variabel lain dan

berdasarkan analisis situasi di Kabupaten Mimika, maka faktor-faktor pengerak

Page 258: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

232

kunci penutupan tambang PTFI berkelanjutan yaitu: (1) kualitas SDM, (2)

investasi ekonomi baru, (3) Badan Pengelola Penutupan Tambang Berkelanjutan

(BPPTB), (4) infrastruktur, dan (5) perlindungan dan pelestarian lingkungan.

Kelima faktor ini dalam sistem penutupan tambang berkelanjutan berfungsi juga

sebagai input terkontrol sesuai pada Gambar 33.

Tabel 53. Aktor, aspek, faktor, dan tujuan-tujuan serta alternatif-alternatif keputusan yang dominan dalam perencanaan penutupan tambang berkelanjutan

Level analsis AHP

Nilai bobot pada setiap variabel yang dianalisis

Aktor Pemerintah (0,454), masyarakat setempat (0,228), manajemen perusahaan (0.164), karyawan perusahaan (0,090), dan LSM setempat/nasional (0,064)

Aspek-aspek Aspek ekonomi (0,337), sosial (0,226), lingkungan (0,177), teknologi dan biaya (0,147), dan aspek hukum dan kelembagaan (0,114).

Faktor-Faktor Kualitas SDM (0.102), penciptaan lapangan kerja (0.085), ketaatan pada regulasi (0.083) pendidikan dan kesehatan (0.079), rencana dan tim penutupan (0.076), produktifitas lahan akhir (0.069), resolusi dan pengelolaan konflik (0.068), peluang ekonomi baru (0.064), Badan penutupan tambang (0.063), efektifitas teknologi dan biaya (0.062), keterlibatan PPK (0.061), mendorong iklim investasi (0.053), kontribusi pada PDRB (0.052), proteksi ekologi dan manusia (0.047), dan kontribusi pada lingkungan global (0.036).

Tujuan-Tujuan Tujuan keberlanjutan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (0,385) tujuan keberlanjutan kualitas kehidupan sosial masyarakat (0,351), dan tujuan pada keberlajutan perlindungan dan pelestarian fungsi lingkungan (0,264).

Pilihan-Pilihan keputusan

Perencanaan terpadu pembangunan berdasarkan SDA unggulan sejak dini (0,594), perencanaan terpadu pembangunan berdasarkan SDA unggulan (0,335), dan membayar kompensasi daerah bekas tambang (0.071)

Sumber: hasil analisis (2009)

Berdasarkan strategi implementasi faktor-faktor kunci penentu

keberhasilan penutupan tambang yang perlu diterapkan seperti tertera pada

Tabel 52 dan juga variabel-variabel yang dominan hasil analisis AHP, maka

keadaan (state) faktor-faktor penggerak kunci di masa depan sampai penutupan

tambang PTFI dan setelahnya terdapat empat kemungkinan kondisi yang akan

terjadi.

Misalnya faktor pengerak kunci kualitas SDM, empat kemungkinan

kondisi yang diprediksi dapat terjadi yaitu: (1) tetap seperti kondisi sekarang, (2)

mulai memahami PB dalam mengembangkan potensi daerah, (3) mampu

mengaplikasikan PB walaupun belum sepenuhnya berhasil, dan (4) mampu

mengaplikasikan PB dan sepenuhnya berhasil. Kemungkinan perubahan kondisi

masing-masing faktor penggerak kunci lainnya dapat dilihat pada Tabel 54.

Page 259: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

233

Tabel 54. Perubahan kondisi faktor penggerak kunci penutupan tambang berkelanjutan PTFI.

No Faktor

Penggerak kunci

Keadaan (state) faktor pengerak kunci di masa depan 1A 1B 1C 1D

1 Kualitas Manusia

Tetap seperti saaat ini. (SDM Mimika belum disiapkan menghadapi pe- nutupan tambang)

SDM Mimika dipersiapkan penutupan tambang dan memahami PB bagi pembangunan

SDM Mimika mampu berperan dan berhasil 50 % mengaplikasikan PB dalam pembangunan Mimika

SDM Mimika mampu berperan dan berhasil 100 % mengaplikasi-kan PB dalam pembangunan Mimika

2A 2B 2C 2D 2 Investasi

ekonomi baru

Tetap seperti saat ini (sektor non tambang hanya berkontribusi dibawah 10%)

Sektor non tambang mampu berkontribusi 25%) untuk mendukung keberlanjutan

Sektor non tambang mampu berkontribusi 50%) untuk mendukung keberlanjutan

Sektor non tambang telah berkontribusi sampai 100% untuk mendukung keberlanjutan

3A 3B 3C 4D 3 BPPTB Tetap seperti

saat ini (belum dibentuk)

Akan dibentuk sesaat menjelang masa penutupan tambang (2-3 tahun sebelum 2041)

Telah dibentuk jauh sebelum masa penutupan tambang dan 50% berfungsi

Telah dibentuk jauh sebelum masa penutupan tambang dan 100% berfungsi

4A 4B 4C 4D 4 Infrastruktur Tetap seperti

saat ini (belum me-madai)

Ada peningkatan sesuai kebutuhan pembangunan saat itu

Memadai untuk mendukung 50% keberlanjutan pembangunan

Memadai untuk mendukung 100% keberlanjutan pembangunan

5A 5B 5C 5D 5 Perlindungan

dan pelestarian lingkungan

Pencemaran lingkungan akibat tambang PTFI masih muncul dan akibat pembangunan sektor non tambang dikelolah seperti saat ini

Pencemaran lingkungan akibat tambang PTFI dan pembangunan sektor non tambang masih muncul walaupun telah ada perbaikan teknologi pengelolaannya

Pencemaran lingkungan tidak ada walaupun kemungkinannya masih muncul karena keterbatasan teknologi reklamasi tambang dan kurang diterapkannya produksi bersih.

Tidak ada pencemaran lingkungan yang permanen baik berasal dari sisa tambang maupun akibat pembangunan, karena terkelola baik dan berkelanjutan

Sumber: hasil analisis (2009)

Page 260: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

234

10.2. Skenario-Skenario Penutupan Tambang PTFI Berkelanjutan

Berdasarkan Tabel 55 disusun lima skenario penutupan tambang PTFI

berkelanjutan, yaitu skenario menunggu kehancuran dan menuai bencana pada

SaPeT(MKMB). Skenario ini adalah cerminan dari bila manfaat PTFI dan

kegiatan pembangunan di Kabupaten Mimika diselenggarakan seperti kondisi

saat ini. Kedua adalah skenario pesimis yang merupakan skenario mencari

peluang yang tidak maksimal. Ketiga, skenario moderat adalah skenario untuk

bertahan sambil mencari peluang. Keempat, skenario optimis merupakan

skenario dengan cara melakukan perbaikan secara menyeluruh. Kelima,

skenario sangat optimis adalah skenario yang disusun dengan ketentuan:

menggunakan keseluruhan NHTMT secara optimal untuk keberlanjutan

pembangunan dan keberadaan masyarakat Mimika pada SaPeT PTFI dan

setelahnya. Selengkapnya tertera pada Tabel 55.

Tabel 55. Empat skenario untuk menuju penutupan tambang PTFI

berkelanjutan.

No Kondisi skenario Urutan kombinasi faktor penggerak kunci untuk setiap skenario

1 MKMB pada SaPeT 1A&2A&3A&4A&5A 2 Pesimis 1B&2B&3A&4A&5B 3 Moderat 1B&2C&3B&4A&5A 4 Optimis 1C&2C&3C&4C&5D 5 Sangat Optimis 1D&2D&3D&4D&5D Sumber: hasil analisis (2009)

Keberlanjutan pada SaPeT PT tercapai bila NHTMT sama atau melebihi

NMTR atau NHTMT – NMTR = 0 atau lebih dari 1 dan kondisi ini harus terjadi

maksimal pada SaPeT (2041) atau sebelum SaPeT PTFI. Makin tinggi hasil

NHTMT – NMTR, maka level keberlanjutan penutupan tambang makin tinggi.

Kondisi tersebut diilustrasikan pada Gambar 1 dan Gambar 51 dan 52 yang

merupakan hasil analisis sistem dinamik penutupan tambang berkelanjutan. Bila

NHTMT – NMTR hasilnya negatif berarti tidak terjadi keberlanjutan. Dengan

demikian, untuk mendapatkan skenario keberlanjutan penutupan tambang PTFI

dengan melakukan simulasi aplikasi kelima skenario tersebut ke dalam sistem

dinamik kembali berdasarkan waktu yang akan datang sampai pada SaPeT

PTFI. Ada lima kali tahun penerapan setiap skenario yaitu tahun 2012, 2017,

2022,2027, dan 2032. Hasil simulasi pada sistem dinamik untuk setiap skenario

pada lima kali tahun penerapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 56.

Page 261: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

235

Tabel 56. Penerapan Lima skenario untuk menuju penutupan tambang PTFI berkelanjutan

Kondisi skenario Besarnya NHTMT – NMTR pada SaPeT PTFI (2041) untuk setiap tahun penerapan

masing-masing skenario dan tahun dimana NHTMT = NMTR atau tahun keberlanjutan dapat dicapai

2012 2017 2022 2027 2032 MKMB pada SaPeT -8.07864E+13 -8.07864E+13 -8.07864E+13 -8.07864E+13 -8.07864E+13 Pesimis -6.36696E+13 -6.90385E+13 -7.31766E+13 -7.62074E+13 -7.83207E+13 Moderat -4.69915E+13 -5.71545E+13 -6.50992E+13 -7.10316E+13 -7.52849E+13 Optimis 7.07663E+12

Tahun 2036 -1.63988E+13 -3.57293E+13 -5.11139E+13 -7.80104E+13

Sangat optimis

1.0626E+14

Tahun 2021

5.90132E+13

Tahun 2028

1.89403E+13

Tahun 2036 -1.405E+13 -4.07059E+13 Sumber: hasil analisis (2009)

Tabel 56 menunjukkan bahwa skenario MKMB pada SaPeT PTFI,

pesimis, dan skenario moderat yang diterapkan pada kelima kali tahun aplikasi

skenario menghasilkan NHTMT – NMTR yang negatif pada SaPeT PTFI (tahun

2041). NMTR selama PTFI beroperasi berdasarkan data time series dari tahun

2002 sampai 2007 sebesar Rp. 90.408.163.265.306 sampai PTFI memasuki

masa penutupan tambang. Secara rinci kondisi penerapan masing-masing

skenario pada kelima kali tahun penerapan dijelaskan sebagai berikut:

10.2.1. Skenario MKMB pada SaPeT

Skenario MKMB ini merupakan skenario bila manfaat PTFI dan kegiatan

pembangunan di Kabupaten Mimika diselenggarakan seperti kondisi saat ini atau

dirumuskan dengan komposisi kelima faktor penggerak kunci penutupan

tambang sebagai berikut: 1A&2A&3A&4A&5A. Skenario ini menghasilkan nilai

yang negatif yaitu NHTMT – NMTR = -8.07864E+13 rupiah atau – 80,78 triyun

rupiah pada tahun 2041 (SaPeT PTFI) untuk kelima kali tahun penerapan.

Dengan demikian keberlanjutan penutupan tambang tidak tercapai pada skenario

ini. Agar skenario ini dapat mencapai keberlanjutan pembangunan dan

keberadaan masyarakat di Kabupaten Mimika maka diperlukan kegiatan-

kegiatan pembangunan yang menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp. 80, 78

triyun pada tahun 2041. Selengkapnya seperti yang tertera pada Gambar 51 di

BAB IX.

Page 262: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

236

10.2.2. Skenario pesimis

Skenario pesimis dengan komposisi faktor penggerak kunci yaitu

1B&2B&3A&4A&5B, merupakan skenario yang berarti: (1B). SDM Mimika

dipersiapkan untuk penutupan tambang dan telah memahami PB bagi

pembangunan; (2B). Investasi ekonomi baru dari sektor non tambang mampu

berkontribusi 25% untuk mendukung keberlanjutan setelah penutupan tambang

PTFI; (3A). BPPTB belum dibentuk; (4A). Kondisi infrastruktur di Kabupaten

Mimika seperti saat ini (belum memadai) sampai SaPeT PTFI; dan (5B).

Pencemaran lingkungan akibat tambang PTFI dan pembangunan sektor non

tambang masih muncul walaupun telah ada perbaikan teknologi pengelolaannya.

Hasil simulasi skenario ini kedalam sistem dinamik tertera pada Gambar 53.

Gambar 53. Hasil simulasi skenario pesimis pada kelima tahun aplikasi

hubungannya dengan Rt2MT.

Berdasarkan Tabel 56 dan Gambar 53, hasil simulasi skenario pesimis

pada kelima tahun penerapan adalah mempunyai NHTMT – NMTR = negatif

pada SaPeT PTFI. Pada tahun aplikasi skenario di tahun 2012 menghasilkan

NHTMT – NMTR sebesar -6.36696E+13 rupiah pada SaPeT PTFI. Makin

bertambah negatif bila diterapkan pada tahun mendekati SaPeT PTFI. Secara

rinci nilai NHTMT dan NMTR untuk skenario ini dapat dilihat pada Lampiran 12.

Akhirnya, apabila skenario ini diaplikasikan pada tahun 2032 atau 8 tahun

Page 263: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

237

sebelum SaPeT PTFI tiba maka besarnya NHTMT – NMTR menjadi -

7.83207E+13 rupiah pada SaPeT. Dengan demikian skenario ini seharusnya

dihindari atau tidak dipilh oleh PPK, apabila masyarakat Mimika menginginkan

keberlanjutan manfaat sosial, ekonomi dan perlindungan lingkungan pada SaPeT

PTFI.

10.2.3. Skenario moderat Skenario moderat dengan komposisi faktor penggerak kunci yaitu

1B&2C&3B&4A&5A, merupakan skenario yang berarti: (1B). SDM Mimika

dipersiapkan untuk penutupan tambang dan telah memahami PB bagi

pembangunan; (2C). Investasi ekonomi baru dari sektor non tambang mampu

berkontribusi 50% untuk mendukung keberlanjutan setelah penutupan tambang

PTFI; (3B). BPPTB dibentuk sesaat menjelang masa penutupan tambang (2-3

tahun sebelum 2041); (4A). Kondisi infrastruktur di Kabupaten Mimika seperti

saat ini (belum memadai) sampai SaPeT PTFI; dan (5A). Pencemaran

lingkungan akibat tambang PTFI dan pembangunan sektor non tambang masih

muncul walaupun telah ada perbaikan teknologi pengelolaannya. Hasil simulasi

skenario ini kedalam sistem dinamik tertera pada Gambar 54.

Gambar 54. Hasil simulasi skenario moderat pada kelima tahun aplikasi

hubungannya dengan Rt2MT.

Berdasarkan Tabel 56 dan Gambar 54, hasil simulasi skenario moderat

pada kelima tahun penerapan adalah mempunyai NHTMT – NMTR = negatif

Page 264: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

238

pada SaPeT PTFI. Pada tahun aplikasi skenario di tahun 2012 menghasilkan

NHTMT – NMTR sebesar -4.6991E+13 rupiah pada SaPeT PTFI. Makin

bertambah negatif bila diterapkan pada tahun mendekati SaPeT PTFI. Akhirnya,

apabila skenario ini diaplikasikan pada tahun 2032 atau 8 tahun sebelum SaPeT

PTFI tiba maka besarnya NHTMT – NMTR menjadi -7.52849E+13 rupiah pada

SaPeT. Secara rinci nilai NHTMT dan NMTR untuk skenario ini dapat dilihat

pada Lampiran 13. Dengan demikian skenario ini seharusnya dihindari atau tidak

dipilh oleh PPK, apabila masyarakat Mimika menginginkan keberlanjutan

manfaat sosial, ekonomi dan perlindungan lingkungan pada SaPeT PTFI,

walaupun skenario ini masih lebih baik dari pada skenario pesimis.

10.2.4. Skenario optimis Skenario optimis dengan komposisi faktor penggerak kunci yaitu:

1C&2C&3C&4C&5D, merupakan skenario yang berarti: (1C). SDM Mimika

mampu berperan dan berhasil 50 % mengaplikasikan PB dalam pembangunan

Mimika ; (2C). Investasi ekonomi baru dari sektor non tambang mampu

berkontribusi 50% untuk mendukung keberlanjutan setelah penutupan tambang

PTFI; (3C). BPPTB telah dibentuk jauh sebelum masa penutupan tambang dan

50% berfungsi; (4C). Kondisi infrastruktur di Kabupaten Mimika memadai untuk

mendukung 50% keberlanjutan pembangunan sampai SaPeT PTFI; dan (5D).

Tidak ada pencemaran lingkungan yang permanen baik berasal dari sisa

tambang maupun akibat pembangunan, karena terkelola baik dan berkelanjutan.

Hasil simulasi skenario ini kedalam sistem dinamik tertera pada Gambar 55. Berdasarkan Tabel 56 dan Gambar 55, hasil simulasi skenario optimis

pada kelima tahun penerapan tersebut menghasilkan NHTMT – NMTR bernilai

positif dan negatif pada SaPeT PTFI. Untuk tahun penerapan skenario pada

tahun 2017, 2022, 2027, dan 2032 menghasilkan NHTMT – NMTR negatif,

berturut-turut sebesar -1.63988E+13 rupiah, -3.57293E+13 rupiah, -5.11139E+13

rupiah dan -7.80104E+13 rupiah. Aplikasi skenario optimis pada tahun 2012

menghasilkan NHTMT – NMTR positif, yaitu sebesar 7.07663E+12 rupiah atau

7,077 triyun rupiah. Skenario optimis yang diaplikasikan pada tahun 2012 dapat

mencapai titik keberlanjutan (NHTMT = NMTR) pada tahun 2036 atau lima tahun

sebelum waktu penutupan tambang PTFI. Dengan demikian skenario optimis

yang diaplikasikan di tahun 2012 dapat menjadi alternatif pilihan skenario dalam

menyusun kebijakan menuju keberlanjutan pembangunan dan keberadaan

Page 265: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

239

masyarakat Kabupaten Mimika pada SaPeT PTFI. Secara rinci nilai NHTMT dan

NMTR untuk skenario ini dapat dilihat pada Lampiran 14.

Gambar 55. Hasil simulasi skenario optimis pada kelima tahun aplikasi

hubungannya dengan Rt2MT.

10.2.5. Skenario sangat optimis Skenario sangat optimis dengan komposisi faktor penggerak kunci yaitu:

1D&2D&3D&4D&5D, merupakan skenario yang berarti: (1D). SDM Mimika

mampu berperan dan berhasil 100 % mengaplikasikan PB dalam pembangunan

Mimika; (2D). Investasi ekonomi baru dari sektor non tambang telah

berkontribusi sampai 100% untuk mendukung keberlanjutan setelah penutupan

tambang PTFI; (3D). BPPTB telah dibentuk jauh sebelum masa penutupan

tambang dan 100% berfungsi; (4D). Kondisi infrastruktur di Kabupaten Mimika

memadai untuk mendukung 100% keberlanjutan pembangunan sampai SaPeT

PTFI; dan (5D). Tidak ada pencemaran lingkungan yang permanen baik berasal

dari sisa tambang maupun akibat pembangunan, karena terkelola baik dan

berkelanjutan. Hasil simulasi skenario ini kedalam sistem dinamik tertera pada

Gambar 56.

Berdasarkan Tabel 56 dan Gambar 56, hasil simulasi skenario sangat

optimis pada kelima tahun aplikasi tersebut menghasilkan NHTMT – NMTR

bernilai positif dan negatif pada SaPeT PTFI. Untuk tahun aplikasi skenario

Page 266: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

240

pada tahun 2017 dan 2032 menghasilkan NHTMT – NMTR negatif, yaitu

berturut-turut sebesar -1.405E+13 rupiah dan -4.070E+13 rupiah. Aplikasi

skenario sangat optimis pada tahun 2012, 2017, dan 2022 menghasilkan NHTMT

– NMTR positif, berturut-turut sebesar 1.0626E+14 rupiah, 5.90132E+13 rupiah,

dan 1.89403E+13 rupiah. Pada skenario ini tercapai tiga titik keberlanjutan (

NHTMT = NMTR) pada tahun 2021, 2028, dan 2036 untuk tahun aplikasi

skenario berturut-turut di tahun 2012, 2017, dan di tahun 2022. Dengan demikian

skenario ini mempunyai tiga titik keberlanjutan dan dapat dipilih dalam menyusun

kebijakan menuju keberlanjutan pembangunan dan keberadaan masyarakat

Kabupaten Mimika pada SaPeT PTFI. Secara rinci nilai NHTMT dan NMTR untuk

skenario ini dapat dilihat pada Lampiran 15.

Gambar 56. Hasil simulasi skenario sangat optimis pada kelima tahun aplikasi

hubungannya dengan Rt2MT.

10.3. Arahan Kebijakan dan Strategi Implementasi Setiap Skenario Terpilih

Berdasarkan informasi dari Tabel 56, Gambar 55, dan Gambar 56,

didapatkan dua skenario kebijakan yang dapat dipilih karena menghasilkan

NHTMT – NMTR yang positif dan mempunyai NHTMT = NMTR (titik

keberlanjutan) terjadi sebelum masa penutupan tambang PTFI tiba (2041). Pada

skenario optimis yang menghasilkan NHTMT – NMTR yang positif dan

mempunyai NHTMT = NMTR terjadi pada 2036 atau lima tahun sebelum masa

Page 267: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

241

penutupan tambang PTFI tiba (2041). Pada skenario sangat optimis ditemukan

tiga titik keberlanjutan yakni terjadi pada tahun 2021, 2028, dan 2036 serta

menghasilkan NHTMT – NMTR yang positif. Selengkapnya tertera pada Tabel

62.

Tabel 57 menunjukkan bahwa skenario sangat optimis aplikasi 2012

merupakan pilihan skenario pertama karena mempunyai nilai persentase selisih

NHTMT dan NMTR pada SaPeT yang tertinggi yakni 54,03% dan titik

keberlanjutan terjadi pada tahun 2021 atau 20 tahun sebelum SaPeT PTFI.

keempat pilihan skenario yang memenuhi syarat keberlanjutan pada SaPeT

PTFI. Pilihan skenario terakhir atau urutan keempat adalah skenario optimis

aplikasi 2012 karena mempunyai nilai persentase selisih NHTMT dan NMTR

pada SaPeT yang terendah yakni 7,26% dan titik keberlanjutan terjadi pada

tahun 2036 atau lima tahun sebelum SaPeT PTFI.

Tabel 57. Urutan skenario kebijakan menuju penutupan tambang mineral

PTFI berkelanjutan

Pilihan Skenario Kebijakan

Nama skenario Besarnya NHTMT pada SaPeT PTFI (Rupiah)

NHTMT – NMTR (Rupiah) pada SaPeT PTFI (2041)

Tahun saat mencapai titik keberlanjutan (NHTMT = NMTR )

Persentase selisih NHTMT dan NMTR pada SaPeT PTFI

Pertama Sangat optimis

aplikasi 2012 1.96668E+14

1.0626E+14 2021 54,03 %

Kedua Sangat optimis aplikasi 2017

1.49421E+14

5.90132E+13 2028 39,49 %

Ketiga Sangat optimis aplikasi 2022

1.09349E+14

1.89403E+13 2036 17,32 %

Keempat Optimis aplikasi 2012

9.74848E+13 7.07663E+12 2036 7,26 %

Sumber: Hasil analisis (2009) 10.3.1. Pilihan Kebijakan Pertama: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2012

Dalam pilihan kebijakan pertama atau skenario kebijakan sangat optimis

yang diaplikasikan pada tahun 2012, pengembangan kebijakan dan tujuan-tujuan

kebijakan yang ingin dicapai adalah meliputi: (1) SDM Mimika mampu berperan

dan berhasil 100 % mengaplikasikan PB dalam pembangunan Mimika; (2)

Investasi ekonomi baru dari sektor non tambang telah berkontribusi sampai

100% untuk mendukung keberlanjutan setelah penutupan tambang PTFI; (3)

BPPTB telah dibentuk jauh sebelum masa penutupan tambang dan 100%

berfungsi; (4) Kondisi infrastruktur di Kabupaten Mimika memadai untuk

Page 268: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

242

mendukung 100% keberlanjutan pembangunan sampai SaPeT PTFI; dan (5)

Tidak ada pencemaran lingkungan yang permanen baik berasal dari sisa

tambang maupun akibat pembangunan, karena terkelola baik dan berkelanjutan.

Implikasi dari hasil penerapan (simulasi) pilihan kebijakan pertama pada

sistem penutupan tambang mineral yang berkelanjutan terjadi perubahan-

perubahan pada indikator-indikator keberlanjutan. Indikator-indikator penting

keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kabupaten Mimika yang

terpengaruh, adalah sebagai berikut: (1) titik keberlanjutan (NHTMT = NMTR)

terjadi pada tahun 2021 atau 20 tahun sebelum SaPeT PTFI; (2) terjadi

peningkatan jumlah penduduk yang mempunyai jenjang pendidikan perguruan

tinggi (PT) sebesar 10,91% pada tahun 2021 (saat tercapai titik keberlanjutan)

dibandingkan sebelum skenario ini diterapkan. Pada saat skenario ini belum

diterapkan jumlah siswa PT adalah sebesar 19.039 siswa pada tahun 2021 dan

jumlah ini meningkat menjadi 21.370 siswa pada saat setelah penerapan

skenario sangat optimis; (3) terjadi peningkatan kualitas lingkungan sebesar

37,44% pada tercapai titik keberlanjutan (2021) dan peningkatan sebesar

78,57% pada SaPeT PTFI (2041) dibandingkan tanpa penerapan skenario

kebijakan ini (Gambar 57a dan 57b); (4) terjadi peningkatan kontribusi dari

kegiatan non-tambang PTFI terhadap PDRB dan APBD Kabupaten Mimika baik

pada saat tercapai titik keberlanjutan dan pada SaPeT PTFI. Kontribusi PTFI

akan menurun dan makin tajam pada SaPeT PTFI, yakni: untuk PDRB menurun

sebanyak 97,89% dan untuk APBD sebanyak 75,46%; (5) potensi konflik terjadi

pada tahun 2031 dan kejadian konflik terjadi pada tahun 2036; dan (6) terjadi

peningkatan NHTMT yang sangat tajam sebesar 92.33% pada saat tercapai titik

keberlanjutan (2021) dan sebesar 95,11% pada SaPeT PTFI (2041). Secara

rinci perubahan-perubahan ini dapat dilihat pada Tabel 58 dan Lampiran 16.

Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 57a dan 57b, yang menunjukkan

kondisi perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan sebelum dan

setelah skenario sangat optimis diaplikasikan pada tahun 2012. Persentase

kualitas lingkungan sebelum simulasi aplikasi skenario, seperti tertera pada

Gambar 57a menunjukkan penurunan yang sangat tajam, yaitu dari 0,826% di

tahun 2002 (data awal penelitian) menjadi 0,144% di tahun 2041 (SaPeT PTFI)

atau menurun sebesar 82,57%. Namun, setelah aplikasi skenario sangat optimis

2012, seperti tertera pada Gambar 57b menunjukan penurunan yang cukup

landai, yaitu dari 0,826% di tahun 2002 menjadi 0.672% di tahun 2041 atau

Page 269: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

243

menurun sebesar 18,64%. Skenario ini berhasil menaikkan kualitas lingkungan

sebesar 63,92% pada SaPeT PTFI di tahun 2041.

( a). Kondisi sebelum penerapan skenario

(b). Kondisi setelah penerapan skenario sangat optimis pada tahun 2012

Gambar 57. Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika

sebelum dan setelah skenario sangat optimis 2012

Persentase kualitas lingkungan, baik sebelum dan setelah aplikasi skenario

menunjukkan peningkatan perlahan-lahan setelah SaPeT PTFI. Hal ini sesuai

dengan kenyataan di lapangan bahwa, pertama, hasil-hasil kegiatan reklamasi

yang dilakukan oleh PTFI telah memberikan keyakinan yang kuat bahwa daerah

bekas tambang dan kegiatan operasional lainnya dapat segera direklamasi dan

tanaman bahan reklamasi tumbuh baik dan normal. Kedua, proses suksesi alami

berlangsung sangat cepat dan normal, khususnya di daerah-daerah bekas

endapan tailing di ModADA yang sudah tidak aktif digunakan lagi. Proses suksesi

alami terjadi di daerah ModADA adalah mulai dari lahan bekas tailing yang tidak

Page 270: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

244

aktif ditumbuhi rumput dan pakis-pakisan kemudian ditumbuhi tanaman semak

belukar sampai membentuk hutan muda terus menuju hutan klimak.

Soelarno (2007) mengatakan biasanya kondisi lingkungan daerah bekas

tambang dan sekitarnya akan pulih kembali setelah operasi tambang berhenti,

karena lingkungan bisa memulihkan dirinya sendiri. Kondisi ini bisa terjadi

apabila tidak muncul sisa-sisa kerusakan lingkungan setelah pekerjaan reklamasi

dan penutupan tambang selesai. Sebab teknik dan teknologi reklamasi yang

dipilih dapa menentukan munculnya sisa-sisa kerusakan lingkungan (Robertson

dan Shaw, 1998). Seperti diketahui bahwa semua operasi penambangan,

begitupun tambang PTFI menghasilkan material yang sangat berbahaya bagi

lingkungan dan manusia, yaitu AAB (air asam batuan) dan tailing (beberapa

logam berat terdapat didalamnya). AAB sendiri sangat susah untuk dinetralisasi.

Banyak ahli mengatakan bahwa AAB merupakan monster bagi lingkungan dan

hampir tidak mungkin bisa terselesaikan. Kempton (2003) mengatakan bahwa

AAB memerlukan perlakuan selama 3000 tahun dan merupakan masalah global

yang belum menemukan solusinya. Oleh karena itu program penelitian dan

penanganan AAB PTFI yang dilakukan lebih dari 10 tahun perlu terus

ditingkatkan dan hasilnya secara rutin harus diinformasikan kepada PPK baik di

Kabupaten Mimika, di Papua dan di tingkat nasional.

Berdasarkan hasil analisis ISM pada Tabel 51 di dalam bab ini juga dan

analisis situasional di lapangan, kendala-kendala yang ada dan dihadapi oleh

PPK di Kabupaten Mimika untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan dari

skenario kebijakan ini adalah waktu yang sangat singkat untuk mengaplikasikan

skenario ini yaitu hanya tiga tahun dari saat ini (2009) menuju 2012. Beberapa

kendala lainnya, adalah sebagai berikut: (1) infrastruktur yang masih jauh dari

memadai untuk mendukung kebutuhan pembangunan saat ini dan kedepan.

Misalnya transportasi darat (jalan darat) yang belum tersedia antara ibu kota

kecamatan dan ibu kota kabupaten serta antar ibu kota kecamatan itu sendiri,

terutama terjadi pada ibu kota kecamatan yang letaknya di pedalaman atau jauh

dari ibu kota kabupaten baik yang terletak di pesisir pantai maupun yang terletak

di dataran tinggi (lebih dari 2500 mdpl). (2) sarana dan prasarana serta akses

masyarakat kepada kesehatan dan pendidikan masih rendah, khususnya dialami

oleh masyarakat pedalaman. Misalnya, banyak SD atau SMP yang jumlah

gurunya hanya 3-5 orang saja, termasuk seorang Kepala Sekolah. Sehingga

Page 271: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

245

Tabel 58. Persentase peningkatan beberapa aspek dan variabel penting setelah aplikasi pilihan skenario pertama dibandingkan kondisi semula.

No Aspek dan variabel penting dan strategis yang

terpengaruh pada saat skenario sangat optimis diterapkan tahun 2012

Satuan setiap

variabel

Nilai perubahan aspek dan variabel kondisi pada saat ini dan saat mencapai

titik keberlanjutan (NHTMT = NMTR)

Nilai perubahan aspek dan variabel pada saat ini dan pada SaPeT PTFI (2041)

Nilai saat sebelum aplikasi skenario (2021)

NHTMT= NMTR (2021) setelah aplikasi skenario

Persentase

perubahan setelah aplikasi skenario

Nilai pada SaPeT PTFI

sebelum aplikasi skenario (2041)

Nilai pada SaPeT PTFI

setelah aplikasi skenario (2041)

Persentase perubahan

setelah aplikasi skenario

A Aspek Sosial Jumlah penduduk Jiwa 298,397 381,283 21.74% 381,467 1,075,390 64.53%

Kontribusi CD PTFI (Kesehatan) Juta rupiah 145,398 145,398 0.00% 68,990 68,990 0.00% Penduduk berdasarkan jenjang pendidikan

(Perguruan Tinggi) Siswa 19,039 21,370 10.91% 36,308 55,232 34.26%

Potensi dan kejadian konflik Potensi konflik terjadi pada tahun 2031 dan kejadian konflik terjadi tahun 2036 B Aspek Lingkungan

Luasan hutan Hektar 1,938,593 1,985,058 2.34% 1,565,264 1,688,746 7.31% Pencemaran air % 0.277 0.105 -163.81% 0.411 0.152 -170.39% Pencemaran udara % 0.0914 0.0319 -186.52% 0.189 0.0634 -198.11% Degradasi lahan % 0.1290 0.0588 -119.39% 0.255 0.113 -125.66% Kualitas lingkungan % 0.503 0.804 37.44% 0.144 0.672 78.57% C Aspek Ekonomi Kontribusi tambang pada PDRB Mimika % 93.69 87.84 -6.66% 85.25 43.08 -97.89% Kontribusi non-tambang pada PDRB Mimika % 6.31 12.16 48.11% 14.75 56.92 74.09% Kontribusi tambang pada APBDMimika % 68.10 60.85 -11.91% 47.83 27.26 -75.46% Kontribusi non-tambang pada APBD Mimika % 31.90 39.15 18.52% 52.17 72.74 28.28% D Nilai hasil transformasi manfaat tambang

(NHTMT) Rupiah 6.7526E+12 8.8000E+13 92.33% 9.62177E+12 1.96668E+14 95.11%

Page 272: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

246

kualitas SDM di Mimika masih rendah. Demikian pula, puskesmas banyak yang

tidak mempunyai dokter. Dokter yang tersedia hanya mampu melayani kurang

lebih tiga hari di satu desa setiap minggunya. Para dokter harus bergilir ke

daerah pelayanan lain yang telah ditentukan. Secara rinci jumlah dokter dan

akses masyarakat ke sarana kesehatan dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17 pada

BAB IV halaman 110-111. (3) ketergantungan yang sangat tinggi kepada

manfaat dan hasil kegiatan PTFI sebagai satu-satunya sumber pendapatan

ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat Mimika. Dilain pihak, disinyalir

sebanyak 75% dari pendapatan karyawan PTFI dibelanjakan keluar Kabupaten

Mimika (Bupati Mimika, 2006). (4) kurangnya kemampuan PEMDA Mimika dalam

memimpin untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan. PEMDA

belum memanfaatkan hasil operasi PTFI secara optimal untuk menciptakan

kegiatan-kegiatan pembangunan yang mendorong keberlanjutan ekonomi, sosial,

dan perlindungan lingkungan selain yang bersumber dari PTFI. Selain itu,

PEMDA Mimika juga belum memanfaatkan secara optimal sumber daya manusia

atau karyawan PTFI yang berkemampuan baik untuk membantu merumuskan,

menciptakan dan mengelola kegiatan-kegiatan untuk keberlanjutan Mimika

setelah PTFI selesai beroperasi. PEMDA Mimika juga belum menyadari

sepenuhnya acaman yang akan mengancam keberlanjutan pembangunan

Mimika setelah PTFI selesai beroperasi. Sampai saat ini PEMDA belum

mempersiapkan apapun terkait penutupan tambang PTFI nantinya. (5) belum

adanya sosialisasi RPT perusahaan kepada PPK, khususnya untuk PEMDA dan

masyarakat di Mimika. Padahal keterlibatan PPK pada proses perencanaan

penutupan tambang dan pembuatan keputusan merupakan salah satu faktor

penentu adanya keberlanjutan-keberlanjutan manfaat tambang yang saat ini

dirasakan sampai setelah operasi tambang selesai (AGDITR, 2006). Absennya

keterlibatan PPK merupakan salah satu pemicu terjadinya konflik di hampir

semua daerah pertambangan. Pada simulasi penerapan skenario ini, konflik

terjadi pada tahun 2036 atau lima tahun sebelum SaPeT PTFI.

Skenario ini merupakan skenario kebijakan yang sangat berat untuk

dilaksanakan mengingat kondisi dan situasi di Mimika saat ini serta kendala-

kendala yang telah disebutkan di atas. Apalagi harus diterapkan pada tahun

2012 atau tiga tahun kedepan. Oleh karena itu, tindakan-tindakan strategis

yang harus dilaksanakan oleh PPK untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan

pada SaPeT PTFI di dalam skenario kebijakan ini, yaitu sebagai berikut: (1)

Page 273: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

247

membentuk BPPTB paling lambat pada tahun 2010 dan telah berfungsi 100 %

pada tahun 2012 dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pengelolaan

kegiatan-kegiatan pembangunan menuju tercapainya titik keberlanjutan pada

tahun 2021; (2) melatih dan meningkatkan kemampuan pegawai pemerintah

(termasuk bupati, camat dan lurah) dan para pemimpin LSM setempat serta

tokoh-tokoh masyarakat tentang kegiatan-kegiatan dan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan serta bagaimana pengaruh dan mengaplikasinya di

Kabupaten Mimika; (3) menyeleksi dan meningkatkan kinerja usaha-usaha

ekonomi yang dilakukan masyarakat Mimika saat ini serta terindikasi dapat

mendorong terjadinya keberlanjutan ekonomi dan sosial setelah PTFI selesai

beroperasi; (4) meningkatkan investasi ekonomi baru non-tambang PTFI untuk

menggantikan sepenuhnya sumber pendapatan ekonomi dari PTFI pada SaPeT

dan setelahnya. Misalnya pengembangan industri tepung sagu mengingat

Mimika mempunyai kebun sagu alami yang luas di Papua. Juga pengembangan

industri perikanan, mengingat potensi yang terkelola saat ini baru dibawah 5%;

(5) meningkatkan akses masyarakat dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan

yang mendorong keberlanjutan ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan

melalui peningkatan dan perbaikan secara terus menerus infrastruktur yang

dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ketiga aspek tersebut; dan (6)

mewajibkan untuk setiap kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial untuk

mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

(PB) pada kegiatan operasionalnya dalam rangka melindungi dan melestarikan

lingkungan hidup di seluruh wilayah Kabupaten Mimika saat ini dan masa yang

akan datang melalui penerapan produksi bersih, peningkatan partisipasi

masyarakat dalam menjaga lingkungan, pemberlakukan dengan ketat IPAL pada

setiap kegiatan, dan lainnya. Program penanganan AAB dan tailing harus secara

terus menerus dikembangkan dan hasilnya disosialisasikan kepada PPK secara

berkala dan wajar.

10.3.2. Pilihan Kebijakan Kedua: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2017 Dalam pilihan kebijakan kedua atau skenario kebijakan sangat optimis yang

diaplikasikan pada tahun 2017 pengembangan kebijakan dan tujuan-tujuan

kebijakan yang ingin dicapai sama seperti pada dalam skenario kebijakan sangat

optimis aplikasi 2012 atau seperti pada butir 10.3.1 di atas.

Page 274: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

248

Implikasi dari hasil penerapan (simulasi) pilihan skenario kebijakan kedua

pada sistem penutupan tambang mineral yang berkelanjutan terjadi perubahan-

perubahan pada indikator-indikator keberlanjutan. Indikator-indikator penting

keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kabupaten Mimika yang

terpengaruh, adalah sebagai berikut: (1) titik keberlanjutan (NHTMT = NMTR)

terjadi pada tahun 2028 atau 13 tahun sebelum SaPeT PTFI; (2) terjadi

peningkatan jumlah penduduk yang mempunyai jenjang pendidikan perguruan

tinggi (PT) sebesar 9,91% pada tahun 2028 (saat tercapai titik keberlanjutan)

dibandingkan sebelum skenario ini diterapkan. Pada saat skenario ini belum

diterapkan jumlah siswa PT adalah sebesar 19.039 siswa pada tahun 2028 dan

jumlah ini meningkat menjadi 28.753 siswa pada saat setelah penerapan

skenario sangat optimis; (3) terjadi peningkatan kualitas lingkungan sebesar

49,33% pada tercapai titik keberlanjutan (2021) dan peningkatan sebesar

78,25% pada SaPeT PTFI (2041) dibandingkan tanpa penerapan skenario

kebijakan ini (Gambar 58a dan 58b); (4) terjadi peningkatan kontribusi dari

kegiatan non-tambang PTFI terhadap PDRB dan APBD Kabupaten Mimika baik

pada saat tercapai titik keberlanjutan dan pada SaPeT PTFI. Kontribusi PTFI

akan menurun dan cukup tajam pada SaPeT PTFI, yakni: untuk PDRB menurun

sebanyak 56,45% dan untuk APBD sebanyak 52,13%; (5) potensi konflik terjadi

pada tahun 2030 dan kejadian konflik terjadi pada tahun 2035; dan (6) terjadi

peningkatan NHTMT yang sangat tajam sebesar 90,72% pada saat tercapai titik

keberlanjutan (2028) dan sebesar 93,56% pada SaPeT PTFI (2041). Secara

rinci perubahan-perubahan ini dapat dilihat pada Tabel 59 dan Lampiran 17.

Sebagai contoh seperti yang tertera pada Gambar 58a dan 58b, yang

menunjukkan kondisi perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan

sebelum dan setelah skenario sangat optimis diaplikasikan pada tahun 2017.

Persentase kualitas lingkungan sebelum simulasi aplikasi skenario, seperti

tertera pada Gambar 58a menunjukkan penurunan yang sangat tajam, yaitu dari

0,826% di tahun 2002 (data awal penelitian) menjadi 0,144% di tahun 2041

(SaPeT PTFI) atau menurun sebesar 82,57%. Namun, setelah aplikasi skenario

sangat optimis 2017, seperti tertera pada Gambar 58b menunjukan penurunan

yang cukup landai, yaitu dari 0,826% di tahun 2002 menjadi 0.662% di tahun

2041 atau menurun sebesar 19,85%. Skenario ini berhasil menaikkan kualitas

lingkungan sebesar 62.71% pada SaPeT PTFI di tahun 2041. Sementara itu,

pada skenario kebijakan sangat optimis yang diaplikasikan tahun 2012 (pilihan

Page 275: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

249

kebijakan pertama) berhasil menaikkan kualitas lingkungan 63,92% atau 1,21%

lebih tinggi.

( a). Kondisi sebelum penerapan skenario

(b). Kondisi setelah penerapan skenario sangat optimis pada tahun 2017

Gambar 58. Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika

sebelum dan setelah skenario sangat optimis 2017

Sama seperti skenario sangat optimis aplikasi 2012, persentase kualitas

lingkungan, baik sebelum dan setelah aplikasi skenario menunjukkan

peningkatan perlahan-lahan setelah SaPeT PTFI. Peningkatan ini disebabkan

terjadinya proses pemulihan secara alamiah pada daerah-daerah bekas tambang

dan daerah operasi lainnya. Penjelasan rincinya seperti pada butir 10.3.1. di

atas. Pada skenario ini, perkembangan teknologi penanganan AAB dan tailing

juga perlu secara berkala disampaikan kepada PPK.

Skenario kebijakan ini akan diterapkan delapan tahun kedepan, yaitu tahun

2017. Walaupun demikian, berdasarkan hasil analisis ISM pada Tabel 51 di

dalam bab ini juga dan analisis situasional di lapangan, kendala-kendala yang

ada dan dihadapi oleh PPK di Kabupaten Mimika untuk mencapai tujuan-tujuan

berkelanjutan dari skenario kebijakan ini, yaitu sebagai berikut: (1) infrastruktur

yang masih jauh dari memadai untuk mendukung kebutuhan pembangunan saat

Page 276: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

250

ini dan kedepan. Kekurangan ini terutama infrastruktur yang mendukung kegiatan

pendidikan, kesehatan, dan kegiatan ekonomi serta kegiatan pelayanan

pemerintah; (2) PTFI masih sebagai satu-satunya sumber pendapatan ekonomi

bagi pemerintah dan masyarakat Mimika. Walaupun kemungkinan sektor lain

non-PTFI akan mulai bertumbuh dalam kurung waktu delapan tahun kedepan

menuju tahun aplikasi skenario ini, yaitu di tahun 2017; (3) kurangnya

kemampuan PEMDA Mimika dalam memimpin untuk mencapai tujuan-tujuan

pembangunan berkelanjutan. PEMDA kemungkinan merasa bahwa waktu

delapan tahun untuk aplikasi skenario kebijakan ini masih panjang. Sehingga

sumberdaya yang ada belum difokuskan untuk mempersiapkan kegiatan RPT;

(4) kurangnya sosialisasi RPT perusahaan kepada PPK, khususnya untuk

PEMDA dan masyarakat di Mimika; dan (5) konflik terjadi satu tahun lebih cepat

dari pada skenario kebijakan pilihan pertama. Pada simulasi penerapan skenario

ini, konflik terjadi pada tahun 2035 atau enam tahun sebelum SaPeT PTFI.

Tindakan-tindakan strategis yang perlu dilaksanakan oleh PPK penutupan

tambang PTFI di Kabupaten Mimika untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan

pada SaPeT PTFI, yaitu sebagai berikut: (1) membentuk BPPTB paling lambat

pada tahun 2015 dan telah berfungsi 100 % pada tahun 2017; (2) melatih dan

meningkatkan kemampuan pegawai pemerintah (termasuk bupati, camat dan

lurah) dan para pemimpin LSM setempat serta tokoh-tokoh masyarakat tentang

kegiatan-kegiatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan serta

bagaimana pengaruh dan mengaplikasinya di Kabupaten Mimika. Prinsip-prinsip

PB perlu mulai diperkenalkan kepada para pelajar SD, SMP, SMA dan PT secara

proporsional. Diharapkan di tahun 2017 sudah banyak masyarakat yang

memahami dan dapat mengaplikasikan PB pada kegiatan pembangunan di

Mimika; (3) melatih para pelaku kegiatan ekonomi dan sosial baik yang dimiliki

oleh pemerintah dan swasta saat untuk dikembangkan menjaga keberlanjutan

ekonomi dan sosial setelah PTFI selesai beroperasi; (4) meningkatkan promosi

untuk menarik investasi ekonomi baru non-tambang PTFI untuk menggantikan

sepenuhnya sumber pendapatan ekonomi dari PTFI pada SaPeT dan

setelahnya; (5) meningkatkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung

pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan;

dan (6) mewajibkan untuk setiap kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial untuk

mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip PB pada kegiatan

operasionalnya dalam rangka melindungi dan melestarikan lingkungan hidup.

Page 277: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

251

Tabel 59. Persentase peningkatan beberapa aspek dan variabel penting setelah aplikasi pilihan skenario kedua dibandingkan kondisi semula.

No Aspek dan variabel penting dan strategis

yang terpengaruh pada saat skenario sangat optimis diterapkan tahun 2012

Satuan setiap

variabel

Nilai perubahan aspek dan variabel kondisi pada saat ini dan saat mencapai titik

keberlanjutan (NHTMT = NMTR)

Nilai perubahan aspek dan variabel pada saat ini dan pada SaPeT PTFI (2041)

Nilai saat sebelum aplikasi skenario (2028)

NHTMT= NMTR (2028) setelah aplikasi skenario

Persentase perubahan

setelah aplikasi skenario

Nilai pada SaPeT PTFI

sebelum aplikasi skenario (2041)

Nilai pada SaPeT PTFI

setelah aplikasi skenario (2041)

Persentase perubahan

setelah aplikasi skenario

A Aspek Sosial Jumlah penduduk Jiwa 352,398 485,097 27.36% 381,467 914,458 58.28%

Kontribusi CD PTFI (Kesehatan) Juta rupiah 114,709 114,709 0.00% 68,990 68,990 0.00% Penduduk berdasarkan jenjang pendidikan

(Perguruan Tinggi) Siswa 25,905 28,753 9.91% 36,308 48,658 25.38%

Potensi dan kejadian konflik Potensi konflik terjadi pada tahun 2030 dan kejadian konflik terjadi tahun 2035 B Aspek Lingkungan

Luasan hutan Hektar 1,824,115 1,868,411 2.37% 1,565,264 1,657,436 5.56% Pencemaran air % 0.325 0.125 -160.00% 0.411 0.154 -166.88% Pencemaran udara % 0.1230 0.0445 -176.40% 0.189 0.0664 -184.64% Degradasi lahan % 0.1720 0.0810 -112.35% 0.255 0.117 -117.95% Kualitas lingkungan % 0.380 0.750 49.33% 0.144 0.662 78.25% C Aspek Ekonomi Kontribusi tambang pada PDRB Mimika % 91.62 84.16 -8.86% 85.25 54.49 -56.45% Kontribusi non-tambang pada PDRB Mimika % 8.38 15.84 47.10% 14.75 45.51 67.59% Kontribusi tambang pada APBDMimika % 61.92 54.21 -14.22% 47.83 31.44 -52.13% Kontribusi non-tambang pada APBD Mimika % 38.08 45.79 16.84% 52.17 68.56 23.91% D Nilai hasil transformasi manfaat tambang

(NHTMT) Rupiah 8.32909E+12 8.97093E+13 90.72% 9.62177E+12 1.49421E+14 93.56%

Page 278: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

252

10.3.3. Pilihan Kebijakan Ketiga: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2022

Dalam pilihan kebijakan kedua atau skenario kebijakan sangat optimis yang

diaplikasikan pada tahun 2022 pengembangan kebijakan dan tujuan-tujuan

kebijakan yang ingin dicapai sama seperti pada dalam skenario kebijakan sangat

optimis aplikasi 2012 atau seperti pada butir 10.3.1 di atas.

Implikasi dari hasil penerapan (simulasi) pilihan kebijakan pertama pada

sistem penutupan tambang mineral yang berkelanjutan terjadi perubahan-

perubahan pada indikator-indikator keberlanjutan. Indikator-indikator

keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kabupaten Mimika yang

terpengaruh, adalah sebagai berikut: (1) titik keberlanjutan (NHTMT = NMTR)

terjadi pada tahun 2036 atau lima tahun sebelum SaPeT PTFI; (2) terjadi

peningkatan jumlah penduduk yang mempunyai jenjang pendidikan perguruan

tinggi (PT) sebesar 12,35% pada tahun 2036 (saat tercapai titik keberlanjutan)

dibandingkan sebelum skenario ini diterapkan. Pada saat skenario ini belum

diterapkan jumlah siswa PT adalah sebesar 32.807 siswa pada tahun 2038 dan

jumlah ini meningkat menjadi 37.430 siswa pada saat setelah skenario sangat

optimis; (3) terjadi peningkatan kualitas lingkungan sebesar 65,94% pada

tercapai titik keberlanjutan (2038) dan peningkatan sebesar 78,05% pada SaPeT

PTFI (2041) dibandingkan tanpa penerapan skenario kebijakan ini (Gambar 59a

dan 59b); (4) terjadi peningkatan kontribusi dari kegiatan non-tambang PTFI

terhadap PDRB dan APBD Kabupaten Mimika baik pada saat tercapai titik

keberlanjutan dan pada SaPeT PTFI. Kontribusi PTFI akan menurun pada

SaPeT PTFI. Namun, tidak setajam penurunan yang terjadi pada skenario

kebijakan pertama dan kedua. Pada skenario pilihan ketiga, PDRB menurun

sebanyak 36,53% dan untuk APBD sebanyak 38,12%; (5) potensi konflik terjadi

pada tahun 2020-2021 dan kejadian konflik terjadi pada tahun 2035; dan (6)

terjadi peningkatan NHTMT yang cukup tajam sebesar 89,68% pada saat

tercapai titik keberlanjutan (2036) dan sebesar 91,20% pada SaPeT PTFI (2041).

Secara rinci perubahan-perubahan ini dapat dilihat pada Tabel 60 dan Lampiran

18.

Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 59a dan 59b, yang menunjukkan

kondisi perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan sebelum dan

setelah skenario sangat optimis diaplikasikan pada tahun 2022. Persentase

kualitas lingkungan sebelum simulasi aplikasi skenario, seperti tertera pada

Gambar 59a menunjukkan penurunan yang sangat tajam, yaitu dari 0,826% di

Page 279: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

253

tahun 2002 (data awal penelitian) menjadi 0,144% di tahun 2041 (SaPeT PTFI)

atau menurun sebesar 82,57%. Namun, setelah aplikasi skenario sangat optimis

2012, seperti tertera pada Gambar 59b menunjukan penurunan yang cukup

landai, yaitu dari 0,826% di tahun 2002 menjadi 0.656% di tahun 2041 atau

menurun sebesar 20,58%. Skenario ini berhasil menaikkan kualitas lingkungan

sebesar 61,99% pada SaPeT PTFI di tahun 2041. Sementara itu, pada skenario

kebijakan sangat optimis yang diaplikasikan tahun 2012 (pilihan kebijakan

pertama) berhasil menaikkan kualitas lingkungan 63,92% atau 1,94% lebih

tinggi dari pada kualitas lingkungan pada pilihan skenario kebijakan ketiga.

( a). Kondisi sebelum penerapan skenario

(b). Kondisi Setelah penerapan skenario sangat optimis pada tahun 2022

Gambar 59. Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika

sebelum dan setelah skenario sangat optimis 2022

Sama seperti skenario sangat optimis aplikasi 2012, persentase kualitas

lingkungan, baik sebelum dan setelah aplikasi skenario menunjukkan

Page 280: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

254

peningkatan perlahan-lahan setelah SaPeT PTFI. Peningkatan ini disebabkan

terjadinya proses pemulihan secara alamiah pada daerah-daerah bekas tambang

dan daerah operasi lainnya. Penjelasan rincinya seperti pada butir 10.3.1. di

atas. Pada skenario ini, perkembangan teknologi penanganan AAB dan tailing

juga perlu secara berkala dan lebih sering disampaikan kepada PPK. Hal ini

mengingat potensi konflik bisa terjadi pada tahun 2020-2021 atau 20 tahun

sebelum SaPeT PTFI (2041).

Skenario kebijakan ini akan diterapkan 13 tahun kedepan, yaitu tahun 2022.

Ini berarti pemerintah Kabupaten Mimika masih mempunyai waktu yang cukup

panjang untuk mempersiapkannya sejak saat ini. Berdasarkan hasil analisis ISM

pada Tabel 51 di dalam bab ini juga dan analisis situasional di lapangan

diasumsikan jalannya pembangunan seperti yang diselenggarakan pada saat ini.

Kendala-kendala yang kemungkinan ada dan akan dihadapi oleh PPK di

Kabupaten Mimika untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan dari skenario

kebijakan ini, yaitu sebagai berikut: (1) infrastruktur belum mendukung kebutuhan

pembangunan, khususnya transportasi darat yang menghubungkan dari ibu kota

kabupaten ke ibu kota kecamatan dan ke desa-desa atau kampung di pedalaman

dataran tinggi maupun desa-desa yang berada di sepanjang pantai. Hal ini

mengingat kondisi geografis yang cukup berat dan juga perkembangan

infrastruktur saat ini yang sangat-sangat lamban; (2) PTFI masih sebagai satu-

satunya sumber pendapatan ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat Mimika.

Walaupun kemungkinan sektor lain non-PTFI akan mulai banyak bertumbuh

dalam kurung waktu 13 tahun kedepan menuju tahun aplikasi skenario ini, yaitu

di tahun 2022; (3) kemampuan PEMDA Mimika kemungkinannya belum

sepenuhnya mencukupi kebutuhan dalam memimpin untuk mencapai tujuan-

tujuan pembangunan berkelanjutan. Terutama apabila pemahaman dan

implementasi konsep PB belum dilakukan seperti kondisi saat ini; (4) konflik

terjadi 10 tahun lebih cepat dari pada skenario kebijakan pilihan pertama. Hal ini

sejalan karena skenario ini diaplikasikan pada tahun 2022, kemungkinannya

masyarakat resah karena kemanfaatan PTFI dipergunakan sesuai dengan

pengunaan saat ini atau tidak ada perubahan kearah keberlanjutan dan

kemandirian masyarakat.

Page 281: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

255

Tabel 60. Persentase peningkatan beberapa aspek dan variabel penting setelah aplikasi pilhan skenario ketiga dibandingkan kondisi semula.

No Aspek dan variabel penting dan strategis yang

terpengaruh pada saat skenario sangat optimis diterapkan tahun 2012

Satuan setiap

variabel

Nilai perubahan aspek dan variabel kondisi pada saat ini dan saat mencapai titik

keberlanjutan (NHTMT = NMTR)

Nilai perubahan aspek dan variabel pada saat ini dan pada SaPeT PTFI (2041)

Nilai saat sebelum aplikasi skenario (2036)

NHTMT= NMTR (2036) setelah aplikasi skenario

Persentase perubahan

setelah aplikasi skenario

Nilai pada SaPeT PTFI

sebelum aplikasi skenario (2041)

Nilai pada SaPeT PTFI

setelah aplikasi skenario (2041)

Persentase perubahan

setelah aplikasi skenario

A Aspek Sosial Jumlah penduduk Jiwa 383,604 632,828 39.38% 381,467 794,843 52.01%

Kontribusi CD PTFI (Kesehatan) Juta rupiah 84,520 84,520 0.00% 68,990 68,990 0.00% Penduduk berdasarkan jenjang pendidikan

(Perguruan Tinggi) Siswa 32,807 37,430 12.35% 36,308 44,376 18.18%

Potensi dan kejadian konflik Potensi konflik terjadi pada tahun 2020 - 2021 dan kejadian konflik terjadi tahun 2035 B Aspek Lingkungan Luasan hutan Hektar 1,670,688 1,724,038 3.09% 1,565,264 1,636,134 4.33% Pencemaran air % 0.379 0.145 -161.38% 0.411 0.156 -163.46% Pencemaran udara % 0.1630 0.0596 -173.49% 0.189 0.0683 -176.72% Degradasi lahan % 0.2230 0.1050 -112.38% 0.255 0.119 -114.29% Kualitas lingkungan % 0.235 0.690 65.94% 0.144 0.656 78.05% C Aspek Ekonomi Kontribusi tambang pada PDRB Mimika % 88.15 74.81 -17.83% 85.25 62.44 -36.53% Kontribusi non-tambang pada PDRB Mimika % 11.85 25.19 52.96% 14.75 37.56 60.73% Kontribusi tambang pada APBDMimika % 53.52 43.46 -23.15% 47.83 34.63 -38.12% Kontribusi non-tambang pada APBD Mimika % 46.48 56.54 17.79% 52.17 65.37 20.19% D Nilai hasil transformasi manfaat tambang

(NHTMT) Rupiah 9.31339E+12 9.02156E+13 89.68% 9.62177E+12 1.09349E+14 91.20%

Page 282: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

256

Tindakan-tindakan strategis yang perlu dilaksanakan oleh PPK penutupan

tambang PTFI di Kabupaten Mimika untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan

pada SaPeT PTFI, yaitu sebagai berikut: (1) membentuk BPPTB paling lambat

pada tahun 2020 dan telah berfungsi 100 % pada tahun 2022; (2) melatih dan

meningkatkan kemampuan pegawai pemerintah (termasuk bupati, camat dan

lurah) dan para pemimpin LSM setempat serta tokoh-tokoh masyarakat tentang

kegiatan-kegiatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan serta

bagaimana pengaruh dan mengaplikasinya di Kabupaten Mimika. Prinsip-prinsip

PB perlu mulai diperkenalkan kepada para pelajar SD, SMP, SMA dan PT secara

proporsional. Diharapkan di tahun 2022 sudah banyak masyarakat yang

memahami dan dapat mengaplikasikan PB pada kegiatan pembangunan di

Mimika; (3) melatih para pelaku kegiatan ekonomi dan sosial baik yang dimiliki

oleh pemerintah dan swasta saat untuk dikembangkan menjaga keberlanjutan

ekonomi dan sosial setelah PTFI selesai beroperasi; (4) meningkatkan promosi

untuk menarik investasi ekonomi baru non-tambang PTFI untuk menggantikan

sepenuhnya sumber pendapatan ekonomi dari PTFI pada SaPeT dan

setelahnya; (5) meningkatkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung

pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan;

dan (6) mewajibkan untuk setiap kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial untuk

mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

(PB) pada kegiatan operasionalnya dalam rangka melindungi dan melestarikan

lingkungan hidup di seluruh wilayah Kabupaten Mimika saat ini dan masa yang

akan datang.

10.3.4. Pilihan Kebijakan Empat: Skenario Optimis Aplikasi 2012

Dalam pilihan kebijakan keempat atau skenario kebijakan optimis yang

diaplikasikan pada tahun 2012, pengembangan kebijakan dan tujuan-tujuan

kebijakan yang ingin dicapai adalah: (1) SDM Mimika mampu berperan dan

berhasil 50 % mengaplikasikan PB dalam pembangunan; (2) investasi ekonomi

baru dari sektor non tambang mampu berkontribusi 50% untuk mendukung

keberlanjutan setelah penutupan tambang PTFI; (3) BPPTB telah dibentuk jauh

sebelum masa penutupan tambang dan 50% berfungsi; (4) kondisi infrastruktur di

Kabupaten Mimika memadai untuk mendukung 50% keberlanjutan

pembangunan sampai SaPeT PTFI; dan (5) tidak ada pencemaran lingkungan

Page 283: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

257

yang permanen baik berasal dari sisa tambang maupun akibat pembangunan,

karena terkelola baik dan berkelanjutan.

Implikasi dari hasil penerapan (simulasi) pilihan kebijakan pertama pada

sistem penutupan tambang mineral yang berkelanjutan terjadi perubahan-

perubahan pada indikator-indikator keberlanjutan. Indikator-indikator

keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kabupaten Mimika yang

terpengaruh, adalah sebagai berikut: (1) titik keberlanjutan (NHTMT = NMTR)

terjadi pada tahun 2036 atau lima tahun sebelum SaPeT PTFI; (2) terjadi

peningkatan jumlah penduduk yang mempunyai jenjang pendidikan perguruan

tinggi (PT) sebesar 16,25% pada tahun 2036 (saat tercapai titik keberlanjutan)

dibandingkan sebelum skenario ini diterapkan. Pada saat skenario ini belum

diterapkan jumlah siswa PT adalah sebesar 32.807 siswa pada tahun 2036 dan

jumlah ini meningkat menjadi 21.370 siswa pada saat setelah skenario optimis;

(3) terjadi peningkatan kualitas lingkungan sebesar 55,58% pada tercapai titik

keberlanjutan (2036) dan peningkatan sebesar 69,68% pada SaPeT PTFI (2041)

dibandingkan tanpa penerapan skenario kebijakan ini (Gambar 60a dan 60b); (4)

terjadi peningkatan kontribusi dari kegiatan non-tambang PTFI terhadap PDRB

dan APBD Kabupaten Mimika baik pada saat tercapai titik keberlanjutan dan

pada SaPeT PTFI. Kontribusi PTFI akan menurun pada SaPeT PTFI. Namun,

tidak setajam penurunan yang terjadi pada skenario kebijakan pertama dan

kedua. Pada skenario pilihan keempat, PDRB menurun sebanyak 36,10% dan

untuk APBD sebanyak 37,44%; (5) potensi konflik terjadi pada tahun 2025 dan

kejadian konflik terjadi pada tahun 2029; dan (6) terjadi peningkatan NHTMT

yang tajam sebesar 89,57% pada saat tercapai titik keberlanjutan (2036) dan

sebesar 90,13% pada SaPeT PTFI (2041). Secara rinci perubahan-perubahan

ini dapat dilihat pada Tabel 61 dan Lampiran 19.

Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 60a dan 60b, yang menunjukkan

kondisi perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan sebelum dan

setelah skenario optimis diaplikasikan pada tahun 2012. Persentase kualitas

lingkungan sebelum simulasi aplikasi skenario, seperti tertera pada Gambar 60a

menunjukkan penurunan yang sangat tajam, yaitu dari 0,826% di tahun 2002

(data awal penelitian) menjadi 0,144% di tahun 2041 (SaPeT PTFI) atau

menurun sebesar 82,57%. Namun, setelah aplikasi skenario optimis 2012,

seperti tertera pada Gambar 60b menunjukan penurunan yang cukup landai,

yaitu dari 0,826% di tahun 2002 menjadi 0.475% di tahun 2041 atau menurun

Page 284: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

258

sebesar 42,49%. Skenario ini berhasil menaikkan kualitas lingkungan sebesar

63,92% pada SaPeT PTFI di tahun 2041. Skenario ini berhasil menaikkan

kualitas lingkungan sebesar 40,07% pada SaPeT PTFI di tahun 2041.

Peningkatan kualitas lingkungan yang paling rendah pada skenario ini

dibandingkan ketiga pilihan skenario kebijakan sebelumnya. Sementara itu, pada

skenario kebijakan sangat optimis yang diaplikasikan tahun 2012 (pilihan

kebijakan pertama) berhasil menaikkan kualitas lingkungan 63,92% atau 23,84%

lebih tinggi dari pada kualitas lingkungan pada pilihan skenario kebijakan

keempat.

( a). Kondisi sebelum penerapan skenario

(b). Kondisi Setelah penerapan skenario optimis pada tahun 2012

Gambar 60. Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika

sebelum dan setelah skenario optimis 2012

Sama seperti pada ketiga pilihan skenario kebijakan sebelumnya, persentase

kualitas lingkungan, baik sebelum dan setelah aplikasi skenario menunjukkan

peningkatan perlahan-lahan setelah SaPeT PTFI. Peningkatan ini disebabkan

terjadinya proses pemulihan secara alamiah pada daerah-daerah bekas tambang

dan daerah operasi lainnya. Penjelasan rincinya seperti pada butir 10.3.1. di

Page 285: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

259

atas. Pada skenario ini, perkembangan teknologi penanganan AAB dan tailing

juga perlu secara berkala disampaikan kepada PPK.

Skenario kebijakan ini akan diterapkan tiga tahun kedepan, yaitu tahun

2012. Berdasarkan hasil analisis ISM pada Tabel 51 di dalam bab ini juga dan

analisis situasional di lapangan, kendala-kendala yang ada dan dihadapi oleh

PPK di Kabupaten Mimika untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan dari

skenario kebijakan ini adalah waktu yang sangat singkat untuk mengaplikasikan

skenario ini yaitu hanya tiga tahun dari saat ini (2009) menuju 2012. Beberapa

kendala lainnya, yaitu sebagai berikut: (1) infrastruktur yang masih jauh dari

memadai untuk mendukung kebutuhan pembangunan saat ini dan kedepan.

Misalnya transportasi darat (jalan darat) yang belum tersedia antara ibu kota

kecamatan dan ibu kota kabupaten serta antar ibu kota kecamatan itu sendiri,

terutama terjadi pada ibu kota kecamatan yang letaknya di pedalaman atau jauh

dari ibu kota kabupaten baik yang terletak di pesisir pantai maupun yang terletak

di dataran tinggi (lebih dari 2500 mdpl). (2) sarana dan prasarana serta akses

masyarakat kepada kesehatan dan pendidikan masih rendah, khususnya dialami

oleh masyarakat pedalaman. Misalnya, banyak SD atau SMP yang jumlah

gurunya hanya 3-5 orang saja, termasuk seorang Kepala Sekolah, sehingga

kualitas SDM di Mimika masih rendah. Demikian pula, puskesmas banyak yang

tidak mempunyai dokter. (3) ketergantungan yang sangat tinggi kepada manfaat

dan hasil kegiatan PTFI sebagai satu-satunya sumber pendapatan ekonomi bagi

pemerintah dan masyarakat Mimika. (4) kemampuan PEMDA Mimika dalam

memimpin untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan belum

memadai. PEMDA belum memanfaatkan hasil operasi PTFI secara optimal

untuk menciptakan kegiatan-kegiatan pembangunan yang mendorong

keberlanjutan ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan selain yang

bersumber dari PTFI. Selain itu, PEMDA Mimika juga belum memanfaatkan

secara optimal sumber daya manusia atau karyawan PTFI yang berkemampuan

baik untuk membantu merumuskan, menciptakan dan mengelola kegiatan-

kegiatan untuk keberlanjutan Mimika setelah PTFI selesai beroperasi. PEMDA

Mimika juga belum menyadari sepenuhnya acaman yang akan mengancam

keberlanjutan pembangunan Mimika setelah PTFI selesai beroperasi. Sampai

saat ini PEMDA belum mempersiapkan apapun terkait penutupan tambang PTFI

nantinya. (5) belum adanya sosialisasi RPT perusahaan kepada PPK, khususnya

untuk PEMDA dan masyarakat di Mimika.

Page 286: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

260

Tabel 61. Persentase peningkatan beberapa aspek dan variabel penting setelah aplikasi pilihan skenario terakhir

dibandingkan kondisi semula.

No Aspek dan variabel penting dan strategis yang terpengaruh pada saat skenario sangat

optimis diterapkan tahun 2012

Satuan setiap

variabel

Nilai perubahan aspek dan variabel kondisi pada saat ini dan saat mencapai titik

keberlanjutan (NHTMT = NMTR)

Nilai perubahan aspek dan variabel pada saat ini dan pada SaPeT PTFI (2041)

Nilai saat sebelum aplikasi skenario (2036)

NHTMT= NMTR (2036) setelah aplikasi skenario

Persentase perubahan

setelah aplikasi skenario

Nilai pada SaPeT PTFI

sebelum aplikasi skenario (2041)

Nilai pada SaPeT PTFI

setelah aplikasi skenario (2041)

Persentase perubahan

setelah aplikasi skenario

A Aspek Sosial Jumlah penduduk Jiwa 383,604 609,955 37.11% 381,467 706,310 45.99%

Kontribusi CD PTFI (Kesehatan) Juta rupiah 84,520 84,520 0.00% 68,990 68,990 0.00% Penduduk berdasarkan jenjang pendidikan

(Perguruan Tinggi) Siswa 32,807 39,174 16.25% 36,308 45,445 20.11%

Potensi dan kejadian konflik Potensi konflik terjadi pada tahun 2025 dan kejadian konflik terjadi tahun 2029 B Aspek Lingkungan

Luasan hutan Hektar 1,670,688 1,767,098 5.46% 1,565,264 1,679,642 6.81% Pencemaran air % 0.379 0.230 -64.78% 0.411 0.248 -65.73% Pencemaran udara % 0.1630 0.0904 -80.31% 0.189 0.1050 -80.00% Degradasi lahan % 0.2230 0.1500 -48.67% 0.255 0.171 -49.12% Kualitas lingkungan % 0.235 0.529 55.58% 0.144 0.475 69.68% C Aspek Ekonomi

Kontribusi tambang pada PDRB Mimika % 88.15 72.71 -21.24% 85.25 62.64 -36.10% Kontribusi non-tambang pada PDRB Mimika % 11.85 27.23 56.48% 14.75 37.36 60.52% Kontribusi tambang pada APBDMimika % 53.52 42.39 -26.26% 47.83 34.80 -37.44% Kontribusi non-tambang pada APBD Mimika % 46.48 57.61 19.32% 52.17 65.20 19.98% D Nilai hasil transformasi manfaat tambang

(NHTMT) Rupiah 9.31339E+12 8.92796E+13 89.57% 9.62177E+12 9.74848E+13 90.13%

Page 287: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

Padahal keterlibatan PPK pada proses perencanaan penutupan tambang

dan pembuatan keputusan merupakan salah satu faktor penentu adanya

keberlanjutan-keberlanjutan manfaat tambang yang saat ini dirasakan sampai

setelah operasi tambang selesai (AGDITR, 2006). Absennya keterlibatan PPK

merupakan salah satu pemicu terjadinya konflik di hampir semua daerah

pertambangan. Pada simulasi penerapan skenario ini, konflik paling cepat

terjadi, yaitu pada tahun 2029 atau 22 tahun sebelum SaPeT PTFI. Dokumen

RPT yang saat ini sedang dipersiapkan oleh PTFI baru disosialisasikan secara

terbatas di dalam perusahaan.

Skenario ini merupakan skenario kebijakan yang sangat berat untuk

dilaksanakan mengingat kondisi dan situasi di Mimika saat ini serta kendala-

kendala yang telah disebutkan di atas. Apalagi harus diterapkan pada tahun

2012 atau tiga tahun kedepan. Oleh karena itu, tindakan-tindakan strategis

yang harus dilaksanakan oleh PPK untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan

pada SaPeT PTFI di dalam skenario kebijakan ini adalah hampir sama dengan

pilihan skenario pertama, yaitu sebagai berikut: (1) membentuk BPPTB paling

lambat pada tahun 2010 dan telah berfungsi 100 % pada tahun 2012 dalam

mengkoordinasikan perencanaan dan pengelolaan kegiatan-kegiatan

pembangunan menuju tercapainya titik keberlanjutan pada tahun 2021; (2)

melatih dan meningkatkan kemampuan pegawai pemerintah (termasuk bupati,

camat dan lurah) dan para pemimpin LSM setempat serta tokoh-tokoh

masyarakat tentang kegiatan-kegiatan dan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan serta bagaimana pengaruh dan mengaplikasinya di Kabupaten

Mimika; (3) menyeleksi dan meningkatkan kinerja usaha-usaha ekonomi yang

dilakukan masyarakat Mimika saat ini serta terindikasi dapat mendorong

terjadinya keberlanjutan ekonomi dan sosial setelah PTFI selesai beroperasi; (4)

meningkatkan investasi ekonomi baru non-tambang PTFI untuk menggantikan

sepenuhnya sumber pendapatan ekonomi dari PTFI pada SaPeT dan

setelahnya. Misalnya pengembangan industri tepung sagu mengingat Mimika

mempunyai kebun sagu alami yang luas di Papua. Juga pengembangan industri

perikanan, mengingat potensi yang terkelola saat ini baru dibawah 5%; (5)

meningkatkan akses masyarakat dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan

yang mendorong keberlanjutan ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan

melalui peningkatan dan perbaikan secara terus menerus infrastruktur yang

dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ketiga aspek tersebut; dan (6)

Page 288: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

262

mewajibkan untuk setiap kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial untuk

mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

(PB) pada kegiatan operasionalnya dalam rangka melindungi dan melestarikan

lingkungan hidup di seluruh wilayah Kabupaten Mimika saat ini dan masa yang

akan datang melalui penerapan produksi bersih, peningkatan partisipasi

masyarakat dalam menjaga lingkungan, pemberlakukan dengan ketat IPAL pada

setiap kegiatan, dan lainnya. Program penanganan AAB dan tailing harus secara

terus menerus dikembangkan dan hasilnya disosialisasikan kepada PPK secara

berkala dan wajar.

Gambar 61. Perkembangan kontribusi PTFI dan sektor lain pada APBD Kab. Mimika sebelum dan setelah setiap skenario diterapkan

Gambar 61 menunjukkan perkembangan kontribusi PTFI dan peningkatan

sektor lain pada APBD Kabupaten Mimika pada saat ini, menjelang, dan SaPeT

PTFI sebelum dan setelah aplikasi skenario. Pada saat sebelum aplikasi

Page 289: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

263

skenario atau apabila kondisi saat dibiarkan terjadi sampai SaPeT PTFI maka

kontribusi sektor lain tidak dapat menggantikan kontribusi PTFI yang telah

berakhir padapenutupan tambangnya. Pada aplikasi skenario sangat optimis

(SSO) 2012, kontribusi sektor lain pada APBD Mimika terus meningkat dan

memotong atau dapat menggantikan kontribusi PTFI yang menurun pada tahun

2021 atau 20 tahun sebelum masa penutupan tambang PTFI tiba. Demikian juga

untuk SS0 yang diaplikasikan pada tahun 2017 dan 2022, sektor lain akan

menggantikan kontribusi PTFI pada APBD Mimika pada tahun 2028 dan 2036.

10.4. Operasionalisasi Arahan Kebijakan Penutupan Tambang Mineral Berkelanjutan

Keempat pilihan skenario tersebut perlu dijabarkan pada kegiatan-

kegiatan yang bersifat lebih operasional yang dimaksudkan agar PPK di

Kabupaten Mimika lebih mudah untuk menterjemahkan kedalam kegiatan

program-program pembangunannya menuju keberlanjutan pembangunan dan

kehidupan masyarakat di Kabupaten Mimika semasa PTFI masih beroperasi dan

pada saat penutupan tambang serta setelahnya. Penjabaran operasional dari

keempat pilihan skenario kebijakan tersebut berdasarkan kelima faktor

penggerak kunci dengan asumsi mengesampingkan kelima waktu skenario yang

ada, adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan kualitas SDM Mimika, dapat dicapai melalui kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

Menyeleksi SDM Mimika yang berpendidikan minimal diploma baik

dari kalangan masyarakat (LSM), industri/swasta, dan PEMDA untuk

diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip PB

dan bagaimana mengaplikasikannya.

Menambah pengetahuan dan keterampilan para pejabat PEMDA

(mulai lurah, camat, bupati, kepala dinas, dll), tokoh agama dan adat,

pejabat dikalangan swasta tentang prinsip-prinsip PB dan bagaimana

mengaplikasikannya.

Melatih SDM Mimika secara khusus pengetahuan dan keterampilan

terkait dengan kegiatan-kegiatan ekonomi, sosial, lingkungan yang

berkelanjutan untuk menciptakan keberlanjutan di Kabupaten Mimika

sebelum penutupan tambang PTFI tiba.

Page 290: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

264

Meningkatkan alokasi dana pengembangan SDM Mimika dengan

fokus mempersiapkan SDM handal untuk membangun Mimika masa

kini dan masa yang akan datang secara berkelanjutan.

Sesegera mungkin memperbaiki dan meningkatkan sarana prasarana

pendidikan mulai jenjang SD sampai SLTA khususnya yang berada di

pedalaman-pedalaman jauh dari Kota Timika.

Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan dan fungsi pelayanan

publik lainnya diseluruh pelosok pedalaman Mimika.

b. Peningkatan investasi ekonomi baru Mimika, dapat dicapai melalui

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Menyeleksi dan meningkatkan kemampuan dan permodalan UKM-

UKM yang saat ini beroperasi di wilayah Mimika serta mempunyai

pasar selain ke PTFI agar mampu berkontribusi mendorong

pertumbuhan ekonomi Mimika non-PTFI. Pelatihan tentang bisnis

berkelanjutan sangat diperlukan.

Melakukan promosi potensi SDA dan kebudayaan Mimika yang dapat

dikembangkan dan menarik untuk dikelola oleh investor baru.

Melatih para pegawai PEMDA yang terkait untuk unggul dalam

negosiasi dan dealing bisnis dengan pelaku bisnis nasional bahkan

internasional sehingga menguntungkan Mimika secara

berkesinambungan.

Menyiapkan dan memberlakukan Peraturan Daerah (Perda) yang

akomodatif, selaras dengan tujuan-tujuan PB, dan mampu mendorong

peningkatan adanya investasi ekonomi baru.

Mengembangkan dan meningkatkan pendapatan ekonomi yang

berasal dari SDA ungulan Mimika yang mempunyai pasar saat ini dan

masa depan. Seperti: penjualan kepiting ke luar Mimika,

pembangunan pabrik tepung sagu, pabrik tepung ikan, dan bahan

olahan dari ikan.

Memberlakukan untuk menginternalisasikan biaya eksternalitas

pelaku bisnis baik yang berbasiskan SDA maupun yang tidak. Dengan

kata lain semua pelaku bisnis harus memasukkan biaya sosial dan

perlindungan lingkungan.

Page 291: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

265

c. Pembentukan Badan Pengelola Penutupan Tambang Berkelanjutan

(BPPTB), dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Mengadakan lokakarya dengan peserta seluruh PPK untuk

mempersiapkan menghadapi penutupan tambang PTFI dan

pembentukan BPPTB.

Membuat payung hukum untuk BPPTB yang berisi peran dan fungsi,

tugas, tanggungjawab dan kewenangan, keanggotaan, dan sumber

pendanaan kegiatannya.

d. Peningkatan ketersediaan infrastruktur, dapat dicapai melalui kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

Meningkatkan infrastruktur yang memudahkan hubungan dan

komunikasi antara desa-desa di pedalaman dengan tetangganya dan

kota Timika.

Meningkatkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengelola SDA

unggulan yang telah mempunyai pasar untuk masa kini dan

mengantisipasi kebutuhan masa depan.

Meningkatkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk meningkatkan

aktifitas pemasaran produk-produk asli Mimika keluar Mimika bahkan

ke luar negeri.

Meningkatkan infrastruktur publik yang mendukung peningkatan

kualitas sosial masyarakat secara berkelanjutan.

e. Peningkatan perlindungan dan pelestarian lingkungan, dapat dicapai

melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Pengembangan teknologi untuk penanganan limbah pertambangan

(AAB dan tailing) serta limbah-limbah kegiatan lain di wilayah Mimika

untuk menjaga kemampuan jasa lingkungannya secara jangka

pendek dan jangka panjang.

Mengembangkan dan memberlakukan penerapan teknik-teknik

produksi bersih pada semua kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah, swasta, dan masyarakat secara wajar dan proporsional.

Mengembangkan teknik budidaya berkelanjutan, produksi lestari dan

pengelolaan berkelanjutan (termasuk panen) bagi komoditas-

Page 292: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

266

komoditas hasil pertanian, perikanan, dan perkebunan serta

kehutanan.

Menjaga dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup secara terus-menerus untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

10.5. Disain Sistem Generik Penutupan Tambang Berkelanjutan dan Penerapannya.

Berdasarkan pemahaman terhadap pengertian-pengertian disain sistem

yang dinyatakan oleh Walls et al. (2001), dan Stokes dan Carr-Chellman (2006)

serta hasil penelitian pada studi kasus RPT PTFI maka “Disain Sistem

Penutupan Tambang Berkelanjutan (DSPTB)” dapat dirangkum dan merupakan

sebuah sistem yang terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut:

a. Tujuan akhir (goals) yang akan dicapai. Tujuan akhir yang hendak dicapai

dari DSPTB adalah terciptanya keberlanjutan pembangunan dan kehidupan

masyarakat setempat pada saat tambang masih beroperasi, saat penutupan

dan setelah pasca tambang.

b. Arahan kebijakan untuk mencapai tujuan akhir. Arahan kebijakannya,

antara lain: (1) Perencanaan terpadu pembangunan daerah dengan

mengoptimalkan penggunaan SDA unggulan, terutama SDA yang dapat

diperbarui (sektor non tambang) dan dilakukan sejak dini atau jauh sebelum

masa penutupan tambang tiba; (2) Peningkatan pertumbuhan dan kontribusi

sektor lain (non-tambang) pada pertumbuhan dan sumber pendapatan

ekonomi daerah semasa tambang masih beroperasi dengan menggunakan

secara optimal kontribusi dari hasil tambang; dan (3) Peningkatan

pembangunan dan peranan serta kontribusi dari sektor-sektor yang menjadi

faktor-faktor penggerak kunci sistem penutupan tambang berkelanjutan yang

telah teridentifikasi untuk keberlanjutan pembangunan daerah.

c. Tindakan-tindakan strategis yang perlu dilakukan. Tindakan-tindakan

strategis yang perlu dilakukan, antara lain: (1) Memadukan dan

mensinkronisasikan perencanaan pembangunan dan pertumbuhan daerah

dengan siklus hidup tambang secara keseluruhan (sejak eksploirasi, studi

kelayakan, operasi, penutupan dan pasca tambang), terutama pada daerah-

Page 293: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

267

daerah dimana kontribusi hasil tambangnya sangat besar; (2) Meningkatkan

dan mengembangkan kegiatan ekonomi yang berbasiskan SDA unggulan

yang dapat diperbarui dimulai sejak awal tambang beroperasi sebagai

sumber pengganti pendapatan ekonomi daerah yang sebagian besar atau

hampir semuanya berasal dari sektor pertambangan; (3) Identifikasi dan

membangun serta mengembangkan secara dini kegiatan-kegiatan yang

menjadi faktor-faktor penggerak kunci sistem penutupan tambang

berkelanjutan; (4) meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM daerah

(pegawai dan pejabat PEMDA dan masyarakat setempat yang terseleksi)

dalam hal pemahaman prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan (PB) dan

penerapannya pada kegiatan pembangunan daerah, khususnya yang terkait

bagaimana untuk mencapai tujuan-tujuan penutupan tambang berkelanjutan

dan tujuan-tujuan PB pada umumnya; (5) Merancang ulang alokasi dana

pembangunan daerah baik yang berasal dari PEMDA dan dana

pengembangan masyarakat dari perusahan tambang serta pihak lainnya

untuk difokuskan pada kegiatan pembangunan dan pengembangan

masyarakat yang menumbuh kembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi

berbasis SDA dapat diperbaharui dengan tujuan pasar lebih banyak untuk

memenuhi kebutuhan selain perusahaan tambang; (6) Membentuk dan

mengelola dana abadi untuk menjamin kebutuhan dan menggantikan dana

pengembangan sosial yang pada saat tambang beroperasi berasal dari atau

diberikan oleh perusahaan tambang; (7) Meningkatkan kapasitas

kelembagaan lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga milik

masyarakat serta membentuk sebuah badan pengelola penutupan tambang

berkelanjutan yang keanggotaannya berasal dari perwakilan semua unsur

PPK; (8) Menjaga dan meningkatkan kemampuan daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup secara terus-menerus untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui kegiatan perlindungan dan

pelestarian lingkungan serta penerapan prinsip-prinsip PB pada seluruh

kegiatan ekonomi dan sosial yang sedang berlansung; dan (9)

Mengoptimalkan penggunaan potensi wilayah daerah sebagai sektor

pengganti sumber ekonomi yang perlu dikembangkan untuk menentukan

arah transformasi yang lebih tepat dan spesifik.

Page 294: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

268

d. Bentuk model “DSPTB”. Bentuk model disain sistem ini dibangun dari

komponen-komponen utama, sebagai berikut: 1. Nilai Hasil Transformasi Manfaat Tambang (NHTMT). Sebuah nilai

menggambarkan hasil dari manfaat tambang (dari bahan tambang) yang

ditransformasikan pada kegiatan-kegiatan pembangunan dan hasil kontribusi

perusahaan tambang pada pendapatan daerah, provinsi, dan negara serta

masyarakat. 2. Nilai Manfaat Tambang Rata-Rata (NMTR ). NMTR merupakan nilai

relatif hasil rata-rata manfaat tambang yang dihasilkan dari bahan tambang

selama tambang dioperasikan.

3. Nilai Manfaat Tambang (NMT). NMT merupakan nilai dari keseluruhan

manfaat tambang yang berasal dari bahan tambang yang diproduksi selama

tambang dioperasikan.

Persamaan model disain sistem penutupan tambang berkelanjutan yang

menggambarkan hubungan antara NMT, NMTR, dan NHTMT adalah sebagai

berikut:

MT = (ProdTam*FPR*Penambangan)*Kurs NHTMT = +dt*PHTMT PHTMT = FPHTMT*NHTMT HTMT = Inc_Masy_DPTFI+ TKPMi+ TKPN+ TKPPa + KCDAg+ KCDKes+ KCDPend+ KCDPerum+

KCDPr+ KCDPU

Dimana : MT= Manfaat Tambang (Rupiah) ProdTam = Jumlah total bahan tambang yang telah dieksploitasi (ton/tahun) FPR= Konstanta produksi tambang Penambangan= Jumlah eksploitasi bahan tambang (ton/tahun) NHTMT= Nilai hasil transformasi manfaat tambang (Rupiah) PHTMT = Laju pertumbuhan hasil transformasi manfaat tambang (Rupiah) FPHTMT = Fraksi pertumbuhan hasil transformasi manfaat tambang (%) Rt2MT = Rata-rata manfaat tambang (rupiah) KCDAg = kontribusi CD bidang agama (rupiah) KCDKes = kontribusi CD bidang kesehatan (rupiah) KCDPend = kontribusi CD bidang pendidikan (rupiah) KCDPerum = kontribusi CD bidang perumahan (rupiah) KCDPr = kontribusi CD bidang pertanian (rupiah) KCDPU= kontribusi CD bidang pengembangan usaha (rupiah) TKPMi = total kontribusi PTFI terhadap pendapatan Mimika (rupiah) TKPN = total kontribusi PTFI terhadap pendapatan nasional (rupiah) TKPPa = total kontribusi PTFI terhadap pendapatan Papua (rupiah) Inc_Masy_DPTFI = pendapatan masyarakat dengan keberadaan PTFI (rupiah)

Apabila persamaan model tersebut di atas dimasukkan data-data yang

dibutuhkan atau data dari daerah tambang lain maka akan terbentuk model

disain sistem penutupan tambang berkelanjutan seperti tertera pada Gambar 62.

Keberlanjutan terjadi apabila garis NHTMT memotong dan melampaui garis

Page 295: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

269

NMTR yang terjadi sebelum masa penutupan tambang tiba. Pada Gambar 62,

keberlanjutan terjadi setelah penerapan skenario. Pada saat sebelum penerapan

skenario keberlanjutan tidak terjadi, karena garis NHTMT yang dihasilkan masih

berada di bawah atau tidak memotong garis NMTR. Kelihatannya daerah-daerah

yang mempunyai ketergantungan yang tinggi pada pertambangan keberlanjutan

akan sulit untuk terjadi apabila manfaat tambang yang dihasilkan saat tambang

masih beroperasi tidak ditransformasikan pada kegiatan-kegiatan pembangunan

yang dapat menjamin keberlanjutan manfaat sosial dan ekonomi seperti yang

dirasakan pada saat tambang masih beroperasi.

Gambar 62. Model umum disain sistem penutupan tambang berkelanjutan

Model umum DSPTB ini dapat diterapkan di daerah-daerah lain yang

mempunyai ketergantungan yang cukup tinggi pada pertambangan dengan

melakukan penyesuaian pada variabel-variabel penyusun model, khususnya

variabel penyusun NHTMT. Model ini dihasilkan dari analisis sistem dinamik

dengan mendapat data dan informasi dari hasil analisis ISM, analisis Faktor

Resiko Penutupan, analisis kebutuhan PPK, dan analisis MPE. Secara ringkas

bagaimana proses penyusunan DSPTB diterangkan pada Tabel 62. Matriks

penyusunan DSPTB ini didasarkan dan dikembangkan dari hasil penelitian pada

kasus RPT PTFI, dimana ketergantungan Mimika sangat tinggi pada hasil

pertambangan dan mempunyai variabel penyusun model yang komplek.

Page 296: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

Tabel 62. Matriks proses penyusunan disain sistem penutupan tambang berkelanjutan

Tahapan Pekerjaan

Komponen-Komponen Penutupan Tambang Berkelanjutan

Proses-Proses Penyusunan Disain Penutupan Tambang Berkelanjutan (Disain Metode)

Produk-Produk Disain Penutupan Tambang Berkelanjutan (Tujuan Akhir) Alat Analisis yang direkomendasikan Kegiatan analisis yang dilakukan

Tahap Pertama

Enam faktor utama resiko penutupan tambang dari Laurence ( 2001; 2006)

Analisis Faktor Resiko Penutupan (hasil wawancara dengan beberapa pakar di perusahaan tambang dan PEMDA setempat)

Identifikasi faktor-faktor resiko penutupan tambang yang mungkin muncul dan tingkat konsekuensinya

Faktor-faktor resiko penutupan tambang untuk daerah yang dimaksud (daerah dimana tambang beroperasi)

Faktor-faktor penting dan strategis menurut PPK (stakeholders)

Analisis Kebutuhan PPK (hasil wawancara dengan PPK pertambangan, terutama masyarakat setempat)

Identifikasi faktor penting dan strategis menurut PPK (Para Pemangku Kepentingan atau stakeholders)

Faktor-faktor penting dan strategis yang dibutuhkan dalam penutupan tambang menurut PPK

Kondisi awal variabel-variabel penting pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan

Analisis Situasional dan Kondisi Awal Lapangan (Laporan RKL dan RPL, Laporan pembangunan dari Kabupaten, Data sekunder dan primer lainnya)

Identifikasi variabel-variabel yang berpengaruh dan dibutuhkan dalam menyusun sistem penutupan tambang

Variabel-variabel penyusun model DSPTB (Disain Sistem Penutupan Tambang Berkelanjutan)

Tahap Kedua

Faktor-faktor resiko penutupan tambang

Analisis dengan menggunakan MPE (Metode Perbandingan Eksponential). Kriteria yang dipakai: efektifitas, keseriusan pengaruh, dan pengaruh pada keberlanjutan

Melakukan pembobotan terhadap semua faktor resiko penutupan dan faktor penting/strategis menurut PPK

Indikator-indikator keberlanjutan untuk aspek ekonomi, sosial dan lingkungan bagi daerah yang dimaksud. Faktor-faktor penting dan strategis

menurut PPK

Tahap Ketiga

Indikator-indikator keberlanjutan untuk aspek ekonomi, sosial dan lingkungan bagi daerah yang dimaksud

Analisis ISM (Interpretative Structural Modeling) dengan melakukan wawancara pakar.

Identifikasi elemen-elemen program terkait membangun DSPTB; Menyusun sub elemen untuk setiap elemen program; Menyusun matriks Driver Power-Dependence dan diagram model ISM untuk setiap elemen program

Faktor-faktor penggerak kunci penutupan tambang berkelanjutan untuk daerah yang dimaksud

Tahap Keempat

Variabel-variabel penyusun model DSPTB Analisis sistem dinamik Melakukan simulasi sistem untuk kondisi saat ini

Model DSPTB untuk kondisi saat ini atau kondisi eksisting. Catatan: Apabila keberlanjutan (NHTMT= atau > NMTR) tidak ditemui, proses dilanjutkan ke tahap berikutnya

Tahap Terakhir

Faktor-faktor penggerak kunci penutupan tambang berkelanjutan

Analisis sistem dinamik dan analisis sintesis

Melakukan simulasi sistem untuk mendapatkan skenario-skenario penutupan tambang berkelanjutan dengan menggunakan faktor-faktor penggerak kunci

Model DSPTB dengan dilengkapi beberapa skenario kebijakan Variabel-variabel penyusun

model DSPTB

Page 297: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

BAB XI. KESIMPULAN DAN SARAN 11.1. Kesimpulan

Disain sistem penutupan tambang mineral berkelanjutan yang tersusun

menghasilkan empat skenario menuju keberlanjutan pembangunan dan

kehidupan masyarakat di Kabupaten Mimika pada SaPeT PTFI, yang ditunjukkan

oleh Nilai Hasil Transformasi Manfaat Tambang (NHTMT) dikurangi Nilai Manfaat

Tambang Rata-Rata (NMTR) bernilai positif dan titik keberlanjutannya tercapai

pada saat sebelum masa penutupan tambang PTFI tiba.

Sesuai dengan rincian tujuan penelitian dapat dikemukakan beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Indikator-indikator keberlanjutan bagi penutupan tambang PTFI berkelanjutan

adalah:

a. Indikator keberlanjutan aspek lingkungan, meliputi: minimisasi beban

abadi pada lingkungan, pembentukan lahan akhir, perlindungan pada

ekosistem dan manusia, penanganan lingkungan hidup secara

keseluruhan di wilayah Mimika, konservasi dan peningkatan sumberdaya

alam, ketersediaan teknologi penutupan dan penanganan tailing.

b. Indikator keberlanjutan aspek sosial, meliputi: pelayanan kesehatan

dan pendidikan, peningkatan kualitas SDM, pemulihan hak masyarakat

dalam mengorganisasikan, pengembangan budaya setempat,

peningkatan keterampilan kerja, pembentukan lembaga atau forum

penutupan tambang, ketersediaan hukum dan regulasi penutupan

tambang, tersedianya dana abadi, dan kesehatan dan keamanan sosial.

c. Indikator keberlanjutan aspek ekonomi, meliputi: keberadaan pasar

untuk produk-produk lokal, jumlah kegiatan ekonomi di Mimika yang

tujuan pasarnya selain ke PTFI, pembangunan sumber ekonomi lain

selain pertambangan PTFI, jumlah tujuan pasar produk sektor selain

tambang ke luar Mimika (nasional atau internasional), pengembangan

lembaga keuangan di masyarakat, distribusi pendapatan masyarakat,

kontribusi sumber ekonomi selain tambang pada PDRB, peningkatan

iklim investasi, ketersediaan biaya penutupan, dan perkembangan

pemasok barang dan jasa.

Page 298: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

272

2. Faktor-faktor penggerak kunci penutupan tambang PTFI berkelanjutan

adalah: kualitas manusia (SDM), kemampuan pemda Mimika dalam

memimpin, investasi ekonomi baru, Badan Pengelola Penutupan Tambang

Berkelanjutan (BPPTB), infrastruktur yang memadai, perlindungan dan

pelestarian lingkungan, sosialisasi RPT (rencana penutupan tambang),

kontribusi sosial & ekonomi PTFI, dan pemasok barang dan jasa, dan dana

abadi.

3. Faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang berkelanjutan

adalah: kelembagaan, teknologi penutupan tambang, kebijakan pemerintah,

ketersediaan SDM, keterlibatan para pemangku kepentingan (PPK atau

stakeholders)dan memenuhi ekspektasi, infrastruktur, ketersediaan dana,

kesehatan dan keamanan masyarakatnya, memenuhi tujuan-tujuan

penggunaan lahan pasca tambang, dan indikator-indikator khusus setempat.

4. Komponen-komponen yang paling dominan dalam perencanaan penutupan

tambang berkelanjutan adalah:

a. Pada level Aktor adalah pemerintah.

b. Pada level aspek adalah aspek ekonomi.

c. Pada level faktor dalah kualitas SDM.

d. Pada level tujuan adalah tujuan keberlanjutan pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi.

e. Pada level alternatif kebijakan adalah kebijakan perencanaan terpadu

berdasarkan SDA unggulan sejak dini.

5. Ada empat pilihan skenario kebijakan penutupan tambang PTFI

berkelanjutan untuk menuju keberlanjutan pembangunan dan keberadaan

masyarakat di Kabupaten Mimika pada SaPeT PTFI, yaitu:

a. Pilihan Kebijakan Pertama: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2012.

b. Pilihan Kebijakan Kedua: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2017.

c. Pilihan Kebijakan Ketiga: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2022.

d. Pilihan Kebijakan Empat: Skenario Optimis Aplikasi 2012.

Pilihan Kebijakan Kedua: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2017 merupakan

pilihan skenario yang terbaik dan tepat untuk segera diimplementasikan serta

tidak terlalu “memberatkan” PPK di Kabupaten Mimika. Pada skenario

kebijakan ini titik keberlanjutan dicapai pada tahun 2028 atau 13 tahun

sebelum SaPeT PTFI tiba.

Page 299: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

273

11.2. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang diperoleh, beberapa saran yang

diajukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk menciptakan keberlanjutan manfaat sosial, ekonomi, dan perlindungan

lingkungan setelah masa penutupan dan pasca tambang maka disarankan

agar sistem penutupan tambang berkelanjutan harus menjadi satu siklus

hidup dalam sistem tambang.

2. Untuk mengkoordinasikan perencanaan dan pengelolaan kegiatan-kegiatan

pembangunan menuju tercapainya titik keberlanjutan sebelum SaPeT PTFI

tiba disarankan agar:

a. Pemerintah Provinsi Papua melakukan percepatan pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi pada kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Papua

untuk menciptakan pusat pertumbuhan baru selain PTFI dan mengurangi

beban pembangunan dari PEMDA Mimika karena banyaknya penduduk

masuk ke Mimika dari kabupaten lain.

b. PEMDA Mimika membentuk Badan Pengelola Penutupan Tambang

Berkelanjutan (BPPTB); mengalokasikan dana hasil tambang PTFI saat

ini untuk diinvestasikan dalam meningkatkan kualitas SDM,

pembangunan infrastruktur, membangun sumber ekonomi baru, dan

meningkatkan kegiatan perlindungan serta pelestarian lingkungan;

melatih SDM PEMDA Mimika dan tokoh masyarakat yang terseleksi

tentang pengetahuan dan keterampilan dalam membangun kegiatan

ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan; dan membentuk

dana abadi untuk dimanfaatkan setelah operasi tambang PTFI selesai.

c. PTFI perlu mendisain ulang pengelolaan program pengembangan

masyarakat (PM) atau CSR-nya (termasuk dana abadi yang telah

dibentuk) untuk mempercepat terjadinya kemandirian ekonomi dan sosial

dari masyarakat peserta program; memperbesar persentase alokasi dana

CSR pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang mempunyai tujuan pasar

selain ke PTFI dan berbasiskan SDA yang dapat diperbarui; dan terus

meningkatkan pengembangan dan kemampuan teknologi penanganan

AAB (air asam batuan) dan tailing.

d. LPMAK perlu mendisain ulang program kesehatan gratis yang diberikan

melalui RSMM dan RSWB untuk menciptakan keberlanjutan

pelayanannya; meningkatkan kualitas penerima program beasiswa dan

Page 300: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

274

diprioritaskan untuk menciptakan SDM yang dapat berperan pada

pembangunan Mimika kedepan; meningkatkan dan memfokuskan

pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasiskan SDA unggulan

yang dapat diperbaharui dan yang mempunyai tujuan pasar di luar PTFI

atau di luar Mimika; dan memadukan dan mensinkronisasikan

perencanaan dan pengelolaan program dengan masa operasi PTFI.

3. Untuk mempercepat pencapaian keberlanjutan pembangunan dan

keberadaan masyarakat di Kabupaten Mimika, disarankan perlu

memfokuskan arah transformasi manfaat tambang pada pengembangan

industri yang bertumpu pada komoditas unggulan dan berbasis SDA yang

dapat diperbarui, seperti: industri tepung sagu, industri perikanan (ikan

barramundi, sirip ikan hiu, kepiting mangrove, dan ikan unggulan lainnya),

industri kehutanan, dan industri pariwisata alam. Sebaiknya dihindari

konversi hutan hujan tropis yang ada dengan tanaman kelapa sawit.

4. Untuk memberikan data empiris dalam mendukung penerapan skenario

kebijakan penutupan tambang berkelanjutan yang dipilih sebaiknya perlu

dilakukan studi kelayakan atau evaluasi potensi wilayah secara rinci dalam

rangka mengetahui kontribusi ekonomi dari masing-masing sektor yang

terpilih sebagai sumber ekonomi baru pengganti pendapatan dari hasil

tambang.

5. Untuk sektor lainnya seperti peningkatan kualitas SDM, infrastruktur, dan

kegiatan perlindungan serta pelestarian lingkungan dalam mendukung

penerapan skenario terpilih disarankan perlu dilakukan analisis gap, analisis

kebutuhan, dan analisis potensi sumberdaya secara rinci untuk masing

masing sektor tersebut.

6. Untuk dapat menjamin keberlanjutan pembangunan dan keberadaan

masyarakat setempat setelah penutupan dan pasca tambang disarankan

bagi daerah yang mempunyai SDA sedang ditambang saat ini, perlu disusun

dokumen:”Disain Sistem Penutupan Tambang Berkelanjutan (DSPTB)”,

melengkapi dokumen RPT yang sudah ada. Model DSPTB yang dihasilkan

dari penelitian ini dapat diaplikasikan di daerah-daerah lain yang mempunyai

tingkat ketergantungan yang cukup tinggi pada hasil tambang.

7. Penelitian yang serupa disarankan dilakukan pada daerah-daerah

penambangan yang mempunyai kontribusi kepada pendapatan ekonomi

daerah yang berbeda-beda.

Page 301: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

275

DAFTAR PUSTAKA Achterkamp, M.C. and Vos, J.F.J. 2007. Critically identifying stakeholders

evaluating boundary critique as a vehicle for stakeholder identification. J. Systems Research and Behavioral Science 24 (1): 3 – 14.

[AGDITR] The Australian Government Department of Industry Tourism and

Resource. 2006a. Mine closure and completion. Leading Practice Sustainable Development Program for the Mining Industry. Australia.

____________. 2006b. Managing acid and metalliferous drainage handbook. Draft-

6 October 2006b. Leading Practice Sustainable Development Program for the Mining Industry. The Australian Government Department of Industry, Tourism and Resource. Australia.

[ANZMEC] Australia and New Zealand Minerals and Energy Council and [MCA] the

Mineral Council of Australia. 2000. Strategic framework for mine closure. Canberra.

Azapagic, A. 2004. Developing a framework for sustainable development indicators

for the mining and minerals industry. Journal of Cleaner Production 12 (6): 639 – 662.

Azapagic, A. and Perdan, S. 2005. An integrated sustainability decision-support

framework Part I: Problem structuring. International Journal of Sustainable Development & World Ecology 12: 98-111.

Balkau, F. 1998. Environmental issues in tailings management. Case Studies on

Tailing Management. International Council on Metals and The Environmental (ICME), and United Nations Environment Programme (UNEP). Canada and France.

Bank Dunia. 2002. Mengundang investasi baru dalam bidang pertambangan.

http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication [19 Oktober 2006].

Basri, M.C. 2007. Kondisi makro ekonomi dan kaitannya dengan sektor

pertambangan dan perekonomian daerah. Dalam: UNCEN, UNIPA dan LPEM FEUI. Prosiding Seminar Sehari Peran Sektor Pengelolaan Sumberdaya Alam Bagi Pembangunan Nasional di Papua: Kajian Sosial, Ekonomi dan Lingkungan. Studi Kasus PT Freeport Indonesia; Jayapura, 18 Juni 2007. Indonesia: UNCEN, UNIPA dan LPEM FEUI hlm 30 - 40.

Batista, E. 2000. Managing sustainable development in competitive legal

framewaork for mining: Argentina, Chile, and Peru experiences. CEPMLP Internet Journal 12:3. http://www.dundee. ac.uk/cepmlp/journal/html/vol12/vol11-3.html [13 November 2006].

Page 302: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

276

Bergeron, P. 2002. Investment in mining Asia the triple bottom line challenge and opportunity. Proceeding of the OECD Global Forum on International Investment; Paris, 7- 8 February 2002. France: Regional Institute of Environmental Technology.

Brandy, A. 2005. The Sustainability Effect: Rethinking Corporate Reputation in the

21st Century. Hampshire, New York: Palgrave Macmillan. Burke, G. 2006. Opportunities for environmental management in the mining sector in

Asia (abstract). The Journal of Environment & Development 15 (2): 224 – 235.

Cesare, P. and Maxwell, P. 2003. Mine closure legislation in Indonesia: The role of

mineral industry involvement. Natural Resources Forum 27: 42 – 52. CCC [Chilean Copper Commission] and [UNEP] United Nations Environment

Programme. 2001. Abandoned mines: problems, issues and policy challenges for decision maker. Proceeding of Workshop on Abandoned Mines; Santiago, 18 June. Chile.

Chown, D. and Hoffman, B. 2004. Pioneering new approaches in support of

sustainable development in the extractive sector: guidelines for sustainable development assessments. International Council on Mining and Mineral, and World Bank.

Davis, G.A. and Tilton, J.E. 2002. Should developing countries renounce mining? A

perspective on the debate: http://www.icmm.com /uploads/62TiltonDavis-finalversion.pdf#search= 'Should%20developing %20countries%20renounce %20mining%3F%20A %20perspective%20on %20the%20debate. [19 Oktober 2006].

Eriyatno dan Sofyan, F. 2006. Riset Kebijakan Metode Penelitian untuk Pasca Sarjana. Bogor: IPB PRESS.

[ESMAP] Energy Sector Management Assistance Program, World Bank, and ICMM

[International Council on Mining and Metal]. 2005. Community Development toolkit. London.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Fauzi, A. dan Anna, S. 2005. Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan

untuk Analisis Kebijakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Geerlings, H., Klementchitz, R. and Mulley, C. 2006. Development of a methodology

for benchmarking public transportation organizations: a practical tool based on an industry sound methodology. Journal of Cleaner Production 14 (2): 113 - 123.

Page 303: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

277

Godet, M. and Roubelat, F. 1996. Creating the future: The use and misuse of scenarios. Long Range Planning 29 (2): 164-171.

[GRI] Global Reporting Initiative. 2006. Sustainability Reporting Guildelines.

Collaborating Centre of the UNEP: www.globalreporting.org [31 Maret 2006]. Hartrisari. 2007. Sistem Dinamik: Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri

dan Lingkungan. SEAMEO BIOTROP, Bogor. Harris, J.M. 2000. Basic principles of sustainable development. Global Development

and Environmental Institute, Tuft University, Medford, MA., USA. Hartwick, J.M. and Olewiler, N.D. 1998. The economics of natural resource use.

USA: Addison-Wesley Educational Publishers, Inc. Hoskin, W. 2002. Mine closure – the 21st century approach avoiding future

abandoned mines. CEPMLP Internet Journal 12:10. http://r0.unctad.org/infocomm/diversification/cape/pdf/otto.pdf#search [19 Oktober 2006].

Humphreys, D. 2001. Sustainable development: can the mining industry afford it?

Resources Policy 27(1): 1 – 7. Humphreys, M., Sachs, J.D. and Stiglitz, J.E. 2007. Berkelit dari kutukan

sumberdaya alam (Escaping the resource curse). Surya Kusuma dan B. Gunawan (penerjemah). The Samdhana Institute. Bogor

Joyce, S.A. and Thomson, I. 2000. Two cultures of sustainable development.

CEPMLP Internet Journal 11:7. http://www.dundee.ac.uk /cepmlp/journal/html/vol11/article11-7.html [27 September 2006].

[ICMM] International Council on Mining & Metal. 2006a. Good practice guidance for

mining and biodiversity. London. _______. 2006b. Ecological reclamation that maximizes biodiversity gains:

http://www.icmm.com/casestudy.php?rcd=10 [20 Nopember 2006]. _______. 2006c. Guidance paper: financial assurance for mine closure and

reclamation. London. _______. 2008. Planning for integrated mine closure: Toolkit. London [IFC] International Finance Corporation. 2006. International Finance Corporations:

Performance standards on social and environmental sustainability. [IIED] International Institute for Environment and Development. 2002. “Breaking

New Ground”- The MMSD Final Report. http://www.iied.org/ mmsd/finalreport/ [16 Juli 2006].

Page 304: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

278

[IIED] International Institute for Environment and Development and [WBCSD] World Business Council for Sustainable Development. 2002a. Research on mine closure policy. England.

_______________. 2002b. Mine for future-Appendix B: mine closure paper working.

International Institute for Environment and Development and World Business Council for Sustainable Development, England.

[IISD] International Institute for Environment and Development, [MMSD] Mining

Mineral and Sustainable Development and [WBCSD] World Business Council for Sustainable Development. 2002. Seven questions to sustainability how to assess the contribution of mining and minerals activities, Working Paper-Task 2 Work Group, MMSD North America.

ITTC [International Towing Tank Conference]. 2002. Quality management system

guidelines for benchmarking. United Kingdom. IUCN [The International Union for Conservation of Nature] and [ICMM] International

Council on Mining & Metals. 2002. Integrating mining and biodiversity conservation: Case studies from around the world.

Kanungo, S. and Bhatnagar, V.V. 2002. Beyond generic models for information

system quality: The use of Interpretive Structural Modeling (ISM). J. Systems Research and Behavior Science 19 (2):531-549.

Kempton, H. 2003. A sustainable closure framework for mine closure. Proceeding

of ‘the 13th Annual MEMS Conference: Perspective on the economics of sustainable mining; Colorado, 9 – 11 April 2003. USA.

Kemp, R., Parto, S. and Gibson, B.R. 2005. Governance for sustainable

development: moving from theory to practice. International Journal Sustainable Development 8 (½): 12 – 30.

Kunanayagam, R. 2006. Sustainable mine closure-Issues and lessons learnt. In:

Fourie A and Tibbett M, editor. Mine Closure 2006. Proceedings of the First International Seminar on Mine Closure; Perth, 13 -15 September 2006. Australia: The University of Western Australia and Australian Centre For Geomechanics (ACG). 2006. pp. 13 – 19.

Laurence, D.C. 2001. Classification of risk factors associated with mine closure.

Mineral Resources Engineering 10 (3): 315 – 331. ___________. 2003. Mine closure risk modeling – A continuous improvement

approach. Proceeding of 28 th Annual Meeting-Mining and The Environment; Sudbury, Ontario, May 2003. Canada.

___________. 2006. Optimization of the mine closure process. Journal of Cleaner

Production 14: 285 - 298.

Page 305: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

279

[LPEM FEUI] Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2008. Analisa dampak ekonomi dan fiskal PT Freport Indonesia. Jakarta.

MacNaughton, A.L. and Stephens, J. 2004. Achieving sustainable development:

meeting economic development, environmental protection, and quality of life goals through effective stakeholder management system, strategies, and methodologies. International Journal for Sustainable Business 11 (3): 2 – 57.

Massey, M. 2004. Alternative development models: opportunities for sustainable

industrialization. Industry and Environment Journal 27 (4): 33-36. United Nations Environment Programme Division of Technology Industry and Economics (UNEPDTIE).

Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.

Jakarta: PT Grasindo. [MCA] Minerals Council of Australia. 2005. Enduring value- The Australian Minerals

Industry framework for sustainable development guidance for implementation. Australia.

____________________. 2006. Submission on productivity commission discussion

draft report: performance benchmarking of Australian business regulation. Australia.

McAllister, M.L., Scobe, M. and Veiga, M. 1999. Sustainability and the Canadian

mining industry at home and abroad. CIM Bulletin-Canadian Institute Mining, Metallurgy and Petroleum 92 (1022): 85 – 92.

[MMSD] Mining Mineral and Sustainable Development. 2002. Breaking New

Ground: The Report of the Mining, Minerals and Sustainable Development Project. London: Earthscan Publications Ltd.

Moore, R.M. and Noller, N.B. 2000. Future challenges facing the mining industry: an

environmental health perspective. Industry and Environment Journal 23 (special issue): 41 - 43. United Nations Environment Programme Division of Technology Industry and Economics (UNEPDTIE).

Mugonda, M. 2006. The socio-economic implications of mine closure-A South

African and Zimbabwean scenario. In: Fourie A and Tibbett M, editor. Mine Closure 2006. Proceedings of the First International Seminar on Mine Closure; Perth, 13 -15 September 2006. Australia: The University of Western Australia and Australian Centre For Geomechanics (ACG). 2006. pp. 829 – 834.

Mudd, G.M. 2007. Global trends in gold mining: Toward quantifying environmental

and resource sustainability? Resources Policy 32(1-2): 42 – 56.

Page 306: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

280

Muhammadi, E., Aminullah dan Susilo, S.B. 2001. Analisis Sistem Dinamis Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. Jakarta: UMJ Press.

Mulligan, D. 2003. Mine site rehabilitation in the Australian Coal Industry research

toward sustainable solutions. http://www.zhoukou.gov. cn/szzy/lqh/lqh/fj/ Presentation%20to%20Chinese%207Oct03-20NRAVS%20Training3.htm [20 November 2006]

Nash, G. 2000. Mining and metals processing: the commitment to sustainable

development. Industry and Environment Journal 23 (special issue): 94 - 95. United Nations Environment Programme Division of Technology Industry and Economics (UNEPDTIE).

[NMA] The National Mining Association. 1998. The future begins with mining: A

vision of the mining industry of the future. The United States of America. O’Reagan, B and Moles, R. 2006. Using system dynamics to model the interaction

between environmental and economic factors in the mining industry. Journal of Cleaner Production 14: 689 – 707.

Ostensson, O. 2000. Mining and the environment the economic agenda. Industry

and Environment Journal 23 (special issue): 44 - 46. United Nations Environment Programme Division of Technology Industry and Economics (UNEPDTIE).

Otto, J. and Cordes, J. 2002. The regulation of mineral enterprises: A Global

Perspective on Economics, Law and Policy. Westminster, USA: Rocky Mountain Mineral Law Foundation.

Otto, J., Andrews, C., Cawood, F., Doggett, M., Guj, P., Stermole, F., Stermole, J.

and Tilton, J. 2006. Mining Royalties: A Global Study of Their Impact on Investors, Government, and Civil Society. Washington DC, USA: The World Bank.

Perman, R., Yue, M. and McGilvray, J. 1996. Natural Resources and Environmental

Economics. Singapore: Longman. Petrie, J., Cohen, B. and Stewart, M. 2007. Decision support frameworks and

metrics for sustainable development of minerals and metals. J. Clean Techno Environ Policy 9 (2): 133 – 145.

PT Freeport Indonesia. 2006a. The elements of sustainable development: 2005

working toward sustainable development report. PT Freeport Indonesia. Jakarta

___________________. 2006b. Pengelolaan aktif daerah pengendapan tailing

ModADA PT Freeport Indonesia. Laporan dan Model 3-D ModADA, Februari 2006. PT Freeport Indonesia. Jakarta.

Page 307: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

281

___________________. 2008. Laporan Pelaksanaan dan Pemantauan Lingkungan

-Tahun 2007. PT Freeport Indonesia. Jakarta. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Mineral dan Batu Bara. 2006. Lokakarya

‘Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Penutupan Tambang’, 20 Februari – 2 Maret 2006 di Bandung, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Bandung, Indonesia.

[PWC] Price Waterhouse Copper. 2006, Mine Indonesia 2005: tinjauan

kecenderungan industri pertambangan Indonesia., Indonesia. [QMC] Queensland Mining Council. 2001. Guidelines for mine closure planning in

Queensland. http://www.gmc.com.au [19 September 2006]. Randall, J. 2004. Ecosystem function analysis: a tool for monitoring mine-site

rehabilitation success. MESA Journal 35: 24 – 27. Robertson, A. and Shaw, S. 1998. Alternatives Analysis for mine development ad

reclamation. Proceedings of the 22nd Annual BC Mine Reclamation Symposium; Pentiction, BC, 14-17 September 1998, pp. 95-110. Canada.

________________________.1999a. Mine closure-introduction. http://www.

Robertsongeoconsultants.com/rgc_environmine/issue/closure.asp [6 Oktober 2006].

________________________. 1999b. A Multiple Accounts Analysis for tailings site

selection. Proceeding Sudbury ’99 Conference, Mining and the Environment II; Sudbury. Canada

________________________. 2004. Use of the Multiple Accounts Analysis

process for sustainability optimization. Proceedings of SME Annual Meeting; Denver, 23 – 25 February 2004. Colorado.

Roper, A. 2000. Mining and sustainable development: associations hold key to

program of change. Industry and Environment Journal 23 (special issue): 26 - 31. United Nations Environment Programme Division of Technology Industry and Economics (UNEPDTIE).

Roseland, M. 2005. Toward Sustainable Communities: Resources for Citizens and

Their Governments. Canada: New Society Publishers Rustiadi, E., Saefulhakim, S. dan Panuju, D.R. 2006. Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Page 308: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

282

Saeedi, G., Osanloo, M., Shahriar, K. and Bakhtavar, E. 2006. The economic and sosial aspects of mine closure at coal mines of Kerman in Iran. In: Fourie A and Tibbett M, (Editor). Mine Closure 2006. Proceedings of the First International Seminar on Mine Closure; Perth, 13 -15 September 2006. Australia: The University of Western Australia and Australian Centre For Geomechanics (ACG). 2006. pp. 811 – 818.

Salim, E. 1993, Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: PT. Pustaka

LP3ES. _______. 2005. Agenda Bangsa 2005 – 2010. Bahan Kuliah S3 IPB, Program

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, tanggal 15 Oktober 2005. Shields, D.J. and Solar, S.V. 2000. Challenges to sustainable development in the

mining sector. Industry and Environment Journal 23 (special issue): 16 - 19. United Nations Environment Programme Division of Technology Industry and Economics (UNEPDTIE).

Shinya, W.M. 1998. Canada's new minerals and metals policy - Advancing the

concept of SD in the mineral and metal industry. Resources Policy 24 (2): 95 – 104.

Singam, J., Balla, L.K. and Singh, D.P. 2006. Strategies in mines closure vis-a-vis

some Indian underground mines. In: Fourie A and Tibbett M, editor. Mine Closure 2006. Proceedings of the First International Seminar on Mine Closure; Perth, 13 -15 September 2006. Australia: The University of Western Australia and Australian Centre For Geomechanics (ACG). 2006. pp. 829 – 834

Sitorus, S.R.P. 2004a. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Bogor:

Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan Departemen Tanah, Fakultas Pertanian IPB.

___________. 2004b. Kualitas, Degradasi dan Rehabilitasi Tanah. Sekolah

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soelarno, S.W. 2006. Filosopi Penutupan Tambang. Dalam Diklat Perencanaan

Penutupan Tambang. Prosiding Lokakarya Penutupan Tambang; Bandung, 20 Februari – 2 Maret 2006. Diklat Teknologi Mineral dan Batubara. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Indonesia.

________. 2007a. Penutupan tambang. Prosiding Seminar Sehari Menutup

Tambang Secara Berkelanjutan: Jakarta, 24 Januari 2007. Yayasan Minergy Informasi Indonesia (YMII). Indonesia.

________. 2007b. Perencanaan pembangunan pasca tambang untuk menunjang

pembangunan berkelanjutan (Studi kasus pada pertambangan batubara PT Kaltim Prima Coal di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur). Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 309: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

283

Siagian, S.P. 2005. Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi dan Strateginya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Stokes, H. and Carr-Chellman, A. 2007. Seeds of engagement: Design

conversations for educational change. J. Systems Research and Behavioral Science 24 (1): 91 – 101.

Strongman, J. 2000. Mine closure an overview the issues- A Presentation to the

Government of Indonesia. Proceeding of Mine Closure Workshop; Jakarta, October 2000.World Bank. Indonesia.

___________. 2002. Sustainable mining development from concept to action.

Proceeding of the Mining and the Community II Conference; Madang, 16 September 2002. Papua New Guinea.

Sweeting, A.R. 2000. Future challenges for the large-scale mining industry.

Industry and Environment Journal 23 (special issue): 93 - 94. United Nations Environment Programme Division of Technology Industry and Economics (UNEPDTIE).

Taberima, S. 2009. Perkembangan tanah dari tailing di ModADA PTFI: Aspek

reklamasi dan suksesi alami. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tambunan, R. 2006. Prinsip Penutupan Tambang. Dalam Diklat Perencanaan

Penutupan Tambang. Prosiding Lokakarya Penutupan Tambang. Bandung, 20 Februari – 2 Maret 2006. Diklat Teknologi Mineral dan Batubara. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Bandung.

Tibbett, M. 2005. Rehabilitating post-mining landscapes. htt://www.ferret.

com.au/articles/62/0c031d62.asp [20 Nopember 2006]. Tongway, D.J. and Hindley, N.L. 2003. Indicator of rehabilitation success. Stage 2.

Verification of indicators. Final report. CSIRO Sustainable Ecosystems, Canberra.

Turban, E., Aronson, E.J. and Liang, P.T. 2005 Decision Support System and

Intelligent System (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas). Dwi Prabantini (Penerjemah). Yogyakarta: Penerbit ANDI.

van Zyl, D. 2005. Sustainable development and mining communities. A Division of

New Mexico Institute of Mining and Technology. Bureau of Geology and Mineral Resources. New Mexico.

[UNEP] United Nations Environment Programme, [ICME] International Council on

Metals and the Environment. 1998, Case Studies on Tailings Management: http:// www.icme.com and http://www.unepie.org [20 Nopember 2006].

Page 310: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

284

Wait, S. 2004. Benchmarking A Policy Analysis. London: The Nuffield Trust. [WCED] World Commission on Environmental and Development. 1987. Our

Common Future. Oxford, UK: Oxford University Press,. Walls, J.G., Widmeyer, G.R. and El Sawy, O.A. 2001. Building and information

system design theory for vigilant EIS. J. Information System Research 3(1): 36-59.

Warhurst, A. 2000. Planning for closure and sustainability indicators. Proceeding of

Jornadas Iberoamericanas Sobre Cierre De Minas; Santa Maria de La Rabida, Huelva, 25 – 29 September 2000. Spain.

World Bank and [IFC] International Finance Corporation. 2002. It’s Not Over When

It’s Over: Mine Closure Around the World. Washington D.C. Wiryanto, K. 2006. Penutupan tambang PT NMR. Dalam Diklat Perencanaan

Penutupan Tambang. Prosiding Lokakarya Penutupan Tambang; Bandung, 20 Februari – 2 Maret 2006. Diklat Teknologi Mineral dan Batubara. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Indonesia.

Page 311: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

285

DAFTAR ISTILAH (GLOSSARY) UMUM: AAB = Air Asam Batuan atau Air Asam Tambang (AAT) atau AMD (Acid

Mine Drainage) atau acid rock drainage (ARD). Batuan penutup hasil buangan setelah batuan bijih diambil dan mengandung mineral sulfida (belerang), dapat menghasilkan asam karena bereaksi dengan oksigen dan air. Air asam tersebut terbawa oleh air hujan menjadi AAB

AGDITR = The Australian Goverment Department of Industry Tourisme and Resource.

AHP = Analytical hierarchy process

AMDAL = Analisa Mengenai Dampak Lingkungan ANDAL = Analisa Dampak Lingkungan

ANZMEC = Australia and New Zealand Minerals and Energy Council

APBD = AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah

APL = Areal Pengunaan Lain

Bapenas = Badan Pembangunan Nasional

Bappeda = Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Bijih = ore atau bahan tambang yang mempunyai nilai ekonomi untuk diolah menjadi konsentrat

BPPTB = Badan Pengelola Penutupan Tambang Berkelanjutan. Sebuah badan yang direkomendasikan hasil penelitian ini yang berfungsi mengkoordinasikan perencanaan dan pengelolaan kegiatan pembangunan di Mimika menuju tercapainya tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan

BPS = Badan Pusat Statistik

CCC = Chilean Copper Commission

Comdev = Pengembangan masyarakat/PM (Community Development)

CRF = The Closure Risk Factor atau Faktor Resiko Penutupan tambang. CRF = S (RE + RSH + RC + RLU + RLF +RT)

CSR = Corporate Social Responsibility

DAS KAMM = Daerah Aliran Sungai Kamora, Ajkwa, Minajerewi, dan Mawati

DESA = United Nations-Division of Economic and Social Affairs

DOZ = Deep Ore Zone. Satu lokasi penambangan bawah tanah di PTFI yang saat ini dikerjakan

DPRRI = Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

ERA = Ecological Risk Assessment. Sebuah studi untuk mengidentifikasikan dan mengkuantifikasi risiko ekologi dan risiko kesehatan manusia dari tailing PTFI yang dilakukan oleh tim peneliti dari dalam dan luar negeri selama 4 tahun (1998 – 2002).

ESD = Ecologically Sustainable Development.

ESDM = Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

ESMAP = Energy Sector Management Assistance Program

FGD = Focus Group Discussion (Kelompok Diskusi Terarah)

Page 312: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

286

GMI = Global Mining Initiative

GRI = Global Reporting Initiative. Lembaga internasional yang mengembangkan pedoman dalam membuat sistem pelaporan organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip dan tujuan pembangunan berkelanjutan

GST = General System Theory

HAM = Hak Azasi Manusia

HPH = Hak Pengusahaan Hutan

ICME = International Council on Metals and the Environment

ICMM = International Council on Mining & Metal

IFC = International Finance Coorporation

IIED = International Institute for Environment and Development

IISD = International Institute for Environment and Development

IPAL = Instalasi Pengelolaan Air Limbah

IPB = Institut Pertanian Bogor

IPM = Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI)

IPN = Institut Pertambangan Nemangkawi di Timika. Sebuah sekolah keterampilan pertambangan yang didirikan PTFI untuk SDM Papua.

ISM = Interpretative structural modelling

ISO = International Oganization for Standardization

ISPA = Infeksi Saluran Pernafasan Atas

ITB = Institut Pertanian Bogor

ITTC = International Towing Tank Conference

IUCN = The International Union for Conservation of Nature

JATAM = Jaringan Advokasi Tambang

KAN-BSN = Komite Akreditasi Nasional-Badan Sertifikasi Nasional

KB = Kejenuhan basa

KEM = Kelian Equatorial Mining. Perusahaan tambang yang dioperasikan Rio Tinto Indonesia di Kalimantan Timur dan mulai masa penutupan pada tahun 1992 selesai penutupan tahun 2004

KLH = Kementrian Lingkungan Hidup

KP = Kuasa Pertambangan

KPT = Komite Penutupan Tambang

KTK = Kapasitas tukar kation

KTT = Konferensi Tingkat Tinggi. Misalnya: KTT Bumi di Rio de Janeiro (Juni 1992)

LEMASA = Lembaga Masyarakat Adat Amugme. LSM lokal di Mimika untuk masyarakat adat Amungme yang merupakan salah satu pemilik hak ulayat di daerah operasi tambang PTFI

LEMASKO = Lembaga Masyarakat Adat Kamoro. LSM lokal di Mimika untuk masyarakat adat Kamoro yang merupakan salah satu pemilik hak ulayat di daerah operasi tambang PTFI

LPEM- FEUI = Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Page 313: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

287

LPMAK = Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro

LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat

MAC = The Mining Association of Canada

MCA = Minerals Council of Australia

MCSC = Mine Closure Streering Committee atau Komite Pengarah Penutupan Tambang

MDGs = Millennium Development Goals atau Tujuan-Tujuan Pembangunan Milinium yang dicetuskan pada tahun 2000

Minerba = Mineral dan Batubara

MMSD = Mining Mineral and Sustainable Development

ModADA = Modified Ajkwa Deposition Area. Sebuah daerah di daratan rendah yang dijadikan tempat pengendapan tailing PTFI seluas 230 Km2

MPE = Metode Perbandingan Eksponensial

MSLT = Masyarakat Sekitar Lingkar Tambang. Masyarakat yang bertempat tinggal disekitar daerah tambang yang terpengaruh dan mempengaruhi hasil operasi tambang

NATA = National Association of Testing Authorities. Lembaga akreditasi dari Australia untuk memberikan akreditasi pada kemampuan laboratorium dalam melakukan pengujian-pengujian sampel tertentu. Lab. Lingkungan PTFI salah yang diakreditasi.

NCSR = National Center for Sustainability Reporting. Sebuah lembaga non-pemerintah yang memberikan penghargaan atas pretasi lembaga bisnis yang menyelenggarakan sistem pelaporannya sesuai dengan pedoman GRI

NHTMT = Nilai Hasil Transformasi Manfaat Tambang. Sebuah istilah yang dihasilkan dari penelitian ini yang menggambarkan nilai hasil dari manfaat tambang (dari bahan tambang) yang ditransformasikan kepada kegiatan-kegiatan pembangunan dan hasil kontribusi perusahaan tambang kepada pendapatan daerah, propinsi, dan negara serta masyarakat.

NMA = The National Mining Association

NMT = Nilai Manfaat Tambang. Istilah yang dihasilkan dari penelitian ini, yang menggambarkan nilai dari keseluruhan manfaat tambang yang berasal dari bahan tambang yang diproduksi selama tambang dioperasikan.

NMTR = Nilai Manfaat Tambang Rata-Rata. Istilah yang dihasilkan dari penelitian ini yang menggambarkan nilai relatif hasil rata-rata manfaat tambang yang dihasilkan dari bahan tambang selama tambang dioperasikan.

PAD = Pendapatan Asli Daerah

PB = Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development

PBB = Perserikatan Bangsa Bangsa

PDB = Pendapatan Domestik Bruto

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

PERDA = Peraturan Daerah

PERHAPI = Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia

PLTU = Pembangkit Listrik Tenaga Uap

PMA = Penanaman Modal Asing

PPK = Para Pemangku Kepentingan atau stakeholder tambang

Page 314: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

288

PROPER = Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

PTFI = Perseroan Terbatas Freeport Indonesia

PTNMR = Persesoan Terbatas Newmont Minahasa Raya PWC = Price Waterhouse Copper

QMC = Queensland Mining Council

RC = Resiko bagi masyarakat dan sosial (community and social risks)

RDTR = Rencana Daerah Tata Ruang

RE = Resiko lingkungan hidup (environmental risks)

RKL = Rencana Pengelolaan Lingkungan

RLF = Resiko aspek hukum dan keuangan (legal and financial risks)

RLU = Resiko penggunaan lahan akhir (Land Utilization)

RM = Reachability Matrix. Salah satu alat dalam melakukan analisis ISM

ROI = Return of Invesment

RPL = Rencana Pemantauan Lingkungan

RPT = Rencana Penutupan Tambang RR&RPT = Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan Tambang

RRTR = Rencana Rinci Tata Ruang

RSH = Resiko keamanan dan kesehatan (safety and health risks)

RSMM = Rumah Sakit Mitra Masyarakat. Satu rumah sakit yang dimiliki LPMAK di dataran rendah di Kab. Mimika yang memperoleh bantuan Dana Kemitraan PTFI.

RSWB = Rumah Sakit Waa Banti. Satu rumah sakit yang dimiliki LPMAK di dataran tinggi di Kab. Mimika yang memperoleh bantuan Dana Kemitraan PTFI.

RT = Resiko secara teknik (technical risks)

RUTK = Rencana Umum Tata Ruang Kota

SaPeT = Saat penutupan tambang. Waktu dimana sebuah penambangan mulai memasuki tahap pekerjaan penutupan tambang.

SDA = Sumberdaya Alam

SDAC = Dewan Penasehat Pembangunan Berkelanjutan PTFI atau Sustainable Development Advisory Council. Dewan ini pernah dipimpin oleh Prof. Otto Soemarwoto sebelum meninggal tahun 2008.

SDM = Sumberdaya Manusia

SML = Sistem Manajemen Lingkungan. Sestem pengelolaan kegiatan program lingkungan PTFI dengan mengacu kepada standar ISO 14001 dan telah disertifikasi dan diawasi oleh SGS sejak tahun 2001.

SOP = Strandart Operation Prosedure (Prosedur Baku Operasi)

SSIM = Structural Self Interaction Matrix. Tahapan pekerjaan dalam analisis ISM

Tailing = Material sisa penambangan yang terangkut aliran sungan dengan bitiran halus hingga kasar bahkan kerikilan.

TPA = Tempat Pembuangan Akhir

TSP = Total suspended particle. Padatan tersuspensi total, salah satu indikator untuk menentukan kualitas air

Page 315: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

289

UGM = Universitas Gajah Mada

UK = United Kingdom atau Inggris

UNCEN = Universitas Cendrawasih di Jayapura- Papua

UNDIP = Universitas Diponogoro di Semarang

UNEP = United Nations Environment Programme

UNIPA = Universitas Negeri Papua di Manokwari- Papua Barat

WALHI = Wahana Lingkungan Hidup

WBCSD = World Business Council for Sustainable Development

WCED = World Commission on Environmental and Development WHO = World Health Organisation

WWF = World Wildlife Fund

YAHAMAK = Lembaga Hak Azasi Manusia Anti Kekerasan. Lembaga lokal di Mimika yang berkerja untuk meningkatkan kemampuan dan membela kaum perempuan d

KHUSUS ISTILAH-ISTILAH PADA PEMBAHASAN SISTEM DINAMIK A ADemob = angka demobilisasi AEN = angka emigrasi normal AIN = angka imigrasi normal AKem = angka kematian ALahir = angka kelahiran APPTFI = areal penggunaan lahan untuk perumahan dan perkantoran PTFI B - C CCDP = konstanta kontribusi CD pada bidang pendidikan CImgPTFI = konstanta imigrasi dengan keberadaan PTFI CKesKer = konstanta kesempatan kerja berdasarkan keberadaan PTFI CPJPT = konstanta pertumbuhan jumlah penduduk berdasarkan lulusan

pendidikan sampai Perguruan Tinggi CPJSD = konstanta pertumbuhan jumlah penduduk berdasarkan lulusan

pendidikan sampai SD CPJSMA = konstanta pertumbuhan jumlah penduduk berdasarkan lulusan

pendidikan sampai SMA CPJSMP = konstanta pertumbuhan jumlah penduduk berdasarkan lulusan

pendidikan sampai SMP CPJTSD = konstanta pertumbuhan jumlah penduduk berdasarkan pendidikan

yang tidak lulus SD CPKPAMi = konstanta dampak PTFI terhadap perubahan pendapatan Mimika CPKPAN = konstanta dampak PTFI terhadap perubahan pendapatan Mimika CPKPAPa = konstanta dampak PTFI terhadap perubahan pendapatan Mimika CPKPPMi = konstanta dampak PTFI terhadap perubahan PDB Mimika CPKPPN = konstanta dampak PTFI terhadap perubahan PDB Mimika CPKPPPa = konstanta dampak PTFI terhadap perubahan PDB Mimika CPR = konstanta pertumbuhan nilai revenue CProdTamPA = konstanta produksi tambang terhadap pencemaran air CProdTamPU = konstanta produksi tambang terhadap pencemaran udara

Page 316: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

290

CPTFIIncMasy = konstanta keberadaan PTFI terhadap pendapatan masyarakat CRklm = konstanta reklamasi D DegHtn = degradasi hutan DegLhn = degradasi lahan karena tailing DegLing = nilai degradasi lingkungan Demob = jumlah demobilisasi saat penutupan tambang E Emg = jumlah emigrasi F FDegHtn = fraksi degradasi hutan FDLK = fraksi demobilisasi dari jumlah lapangan kerja FKCDAg = fraksi kontribusi community development bidang agama FKCDKes = fraksi kontribusi community development bidang kesehatan FKCDPend = fraksi kontribusi community development bidang pendidikan FKCDPerum = fraksi kontribusi community development bidang perumahan FKCDPr = fraksi kontribusi community development bidang pertanian FKCDPU = fraksi kontribusi community development bidang pengembangan

usaha FKdK = fraksi kematian dan keamanan FLT = fraksi limbah tailing dari bahan tambang FMCDK = fraksi kontribusi community development terhadap mutu kesehatan FMCDP = fraksi nilai mutu pendidikan dari CD PTFI FNL = fraksi nilai lingkungan FNTPS = fraksi nilai tambah pemilik saham FPA = fraksi pencemaran air FPBJ = fraksi pemasok barang dan jasa FPCDPTFI = fraksi kontribusi dari community development PTFI FPHTMT = fraksi pertumbuhan hasil transformasi manfaat tambang FPKLAMi = fraksi pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap APBD Mimika FPKLAN = fraksi pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap APBN FPKLAPa = fraksi pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap APBD Papua FPKLPMi = fraksi pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap PDRB Mimika FPKLPN = fraksi pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap PDB nasional FPKLPPa = fraksi pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap PDRB Papua FPU = fraksi pencemaran udara FPW = fraksi jumlah eksploitasi penambangan berdasarkan waktu kontrak

karya FRH = fraksi rehabilitasi hutan Fraksi_Penam = fraksi penambangan G - H Hasil_Penam = hasil penambangan HTMT = nilai hasil transformasi manfaat tambang Htn = luas hutan I Img = jumlah imigrasi ImgPTFI = fraksi imigrasi dengan keberadaan PTFI Inc_Masy_DPTFI = pendapatan masyarakat dengan keberadaan PTFI Inc_Per_Kapita = pendapatan masyarakat per kapita

Page 317: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

291

Inc_Per_Kapita_N = pendapatan masyarakat per kapita norman (tanpa ada tambahan dari PTFI)

J JPT = jumlah penduduk berdasarkan lulusan pendidikan sampai Perguruan

Tinggi JSD = jumlah penduduk berdasarkan lulusan pendidikan sampai SD JSMA = jumlah penduduk berdasarkan lulusan pendidikan sampai SMA JSMP = jumlah penduduk berdasarkan lulusan pendidikan sampai SMP JTSD = jumlah penduduk berdasarkan pendidikan yang tidak lulus SD K Kap_Tam_Tailing = kapasitas luasan lahan untuk tailing tambang KBT = kapasitas bahan tambang selama masa kontrak karya KCDAg = kontribusi community development bidang agama KCDKes = kontribusi community development bidang kesehatan KCDPend = kontribusi community development bidang pendidikan KCDPerum = kontribusi community development bidang perumahan KCDPr = kontribusi community development bidang pertanian KCDPU = kontribusi community development bidang pengembangan usaha Kelhrn = pertumbuhan kelahiran Kem = pertumbuhan kematian Kes_dan_Kam = fraksi angka kesehatan dan keamanan terhadap jumlah kematian KesKer = kesempatan kerja KL = kualitas lingkungan KLAMi = kontribusi sektor lain terhadap APBD Mimika KLAN = kontribusi sektor lain terhadap APBN KLAPa = kontribusi sektor lain terhadap APBD Papua KLPMi = kontribusi sektor lain terhadap PDRB Mimika KLPN = kontribusi sektor lain terhadap PDB nasional KLPPa = kontribusi sektor lain terhadap PDRB Papua KPAMi = kontribusi PTFI terhadap APBD Mimika KPAN = kontribusi PTFI terhadap APBN KPAPa = kontribusi PTFI terhadap APBD Papua KPPMi = kontribusi PTFI terhadap PDRB Mimika KPPN = kontribusi PTFI terhadap PDB nasional KPPPa = kontribusi PTFI terhadap PDRB Papua KPTFI = tahun penutupan kontrak karya PTFI Kurs = kurs rupiah terhadap dollar L LapKer = jumlah lapangan kerja kabupaten mimika LLKPTFI = luas lahan konsesi milik PTFI LPKTail = laju penggunaan areal tailing LT_Total = limbah tailing total LTailing = limbah tailing dari bahan tambang LTB = kapasitas bahan tambang pada lokasi tambang baru M Maks_DegLhn = maksimum luasan degradasi lahan dari kabupaten mimika MCDK = kontribusi community development terhadap mutu kesehatan MT = manfaat tambang PT.FI N ND = nilai demobilisasi dari penutupan penambangan PTFI NHTMT = nilai hasil transformasi manfaat tambang NKL = nilai kualitas lingkungan NL = nilai lingkungan

Page 318: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

292

NTPS = nilai tambah pemilik saham O - P PAT = kapasitas bahan tailing PCDPTFI = pertumbuhan kontribusi community development PTFI Pddk = jumlah penduduk kabupaten mimika pada tahun awal simulasi Pemasok_BJ = nilai tambah pemasok barang dan jasa dengan keberadaan PTFI Penambangan = jumlah bahan tambang yang di eksploitasi Penc_Air = pencemaran air Penc_Udara = pencemaran udara PerPddk = pertumbuhan penduduk PHTMT = pertumbauhan hasil transformasi manfaat tambang PJPT = pertumbuhan jumlah penduduk berdasarkan lulusan pendidikan

sampai Perguruan Tinggi PJSD = pertumbuhan jumlah penduduk berdasarkan lulusan pendidikan

sampai SD PJSMA = pertumbuhan jumlah penduduk berdasarkan lulusan pendidikan

sampai SMA PJSMP = pertumbuhan jumlah penduduk berdasarkan lulusan pendidikan

sampai SMP PJTSD = pertumbuhan jumlah penduduk berdasarkan pendidikan yang tidak

lulus SD PKLAMi = pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap APBD Mimika PKLAN = pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap APBN PKLAPa = pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap APBD Papua PKLPMi = pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap PDRB Mimika PKLPN = pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap PDB nasional PKLPPa = pertumbuhan kontribusi sektor lain terhadap PDRB Papua PKPAPa = perbandingan kontribusi PTFI terhadap APBD Papua PKPTFI = perpanjangan kontrak karya PTFI PKTTail = pertumbuhan kapasitas tambang menjadi tailing terhadap luasan

kapasitas tampug tailing PNL = perkembangan nilai lingkungan PPenggBT = penggunaan bahan tambang yang telah di eksploitasi PPT = perbandingan jumlah pendidikan lulusan SMA dengan jumlah

penduduk ProdTam = jumlah produksi tambang PrsKLAN = perbandingan kontribusi sektor lain terhadap APBN PrsKLAMi = perbandingan kontribusi sektor lain terhadap APBD Mimika PrsKLAPa = perbandingan kontribusi sektor lain terhadap APBD Papua PrsKLPMi = perbandingan kontribusi sektor lain terhadap PDRB Mimika PrsKLPN = perbandingan kontribusi sektor lain terhadap PDB nasional PrsKLPPa = perbandingan kontribusi sektor lain terhadap PDRB Papua PrsKPAMi = perbandingan kontribusi PTFI terhadap APBD Mimika PrsKPAN = perbandingan kontribusi PTFI terhadap APBN PrsKPPMi = perbandingan kontribusi PTFI terhadap PDRB Mimika PrsKPPN = perbandingan kontribusi PTFI terhadap PDB nasional PrsKPPPa = perbandingan kontribusi PTFI terhadap PDRB Papua PSD = perbandingan jumlah pendidikan lulusan SD dengan jumlah penduduk PSMA = perbandingan jumlah pendidikan lulusan SMA dengan jumlah

penduduk PSMP = perbandingan jumlah pendidikan lulusan SMP dengan jumlah

penduduk PTSD = perbandingan jumlah pendidikan tidak tamat SD dengan jumlah

penduduk

Page 319: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

293

PU = pengaruh keberadaan hutan terhadap udara Q - R RehHtn = rehabilitasi hutan Rekl = luas lahan yang dilakukan reklamasi Revenue = nilai revenue Rt2MT = rata-rata nilai manfaat tambang S Ss_Penam = sisa bahan tambang T TAPBDMi = total APBD Mimika TAPBDPa = total APBD Papua TAPBN = total APBN Tech = technologi pengelolaan lingkungan terhadap pencemaran air dan

udara TKPMi = total kontribusi PTFI terhadap pendapatan Mimika TKPN = total kontribusi PTFI terhadap pendapatan nasional TKPPa = total kontribusi PTFI terhadap pendapatan Papua TPDBN = total PDB Nasional TPDRBMi = total PDRB Mimika TPDRBPa = total PDRB Papua U - V - W WKPTFI = waktu habis kontrak karya PTFI X - Y

Page 320: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

294

Lampiran 1. Gambar saat melakukan FGD analisis kebutuhan PPK

Saat FGD dengan LSM di Timika Saat FGD dengan LSM di Timika

Saat FGD dengan Tokoh Masyarakat di Timika

Page 321: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

295

Lampiran 2 Data validasi model penutupan tambang berkelanjutan

Data Validasi Penduduk

Data Validasi CD PTFI Tahun Nilai Aktual Nilai Simulasi

Tahun Nilai Aktual Nilai Simulasi

2002 110518 110518 2002 3.966E+11 3.96118E+11 2003 131715 131799

2003 4.112E+11 4.12927E+11

2004 135934 135873

2004 4.346E+11 4.34279E+11 2005 150753 150038 2005 6.399E+11 6.39429E+11 2006 155533 158529 2006 7.674E+11 7.66548E+11 Mean 136890.6 137351.4

Mean 5.2994E+11 5.2986E+11

AME 0.336619169 AME 0.000150287 Variance 141851782.6 160613843.4 Variance 2.73617E+22 2.71806E+22

AVE 0.132265245

AVE 0.00662048

Data Validasi Revenue

Data Validasi Kontribusi PTFI terhadap PDRB Mimika

Tahun Nilai Aktual Nilai Simulasi Tahun Nilai Aktual Nilai Simulasi 2002 1910462000 1922903976 2002 11551276200 11537423855 2003 2212165000 2208167690

2003 14902296300 14905131909

2004 2371866000 2328575900 2004 14546250600 14553599374 2005 4179118000 4125346287 2005 31304170800 31352631780 2006 5790500000 5785268887

2006 25501548100 25455183103

Mean 3292822200 3274052548 Mean 19561108400 19560794004 AME 0.005700172 AME 1.60725E-05

Variance 2.25997E+18 2.26524E+18

Variance 7.10498E+19 7.12282E+19 AVE 0.00232859 AVE 0.002511753

Data Validasi Kontribusi PTFI terhadap PDRB Papua

Data Validasi Kontribusi PTFI terhadap PDB Nasional

Tahun Nilai Aktual Nilai Simulasi Tahun Nilai Aktual Nilai Simulasi 2002 9446673000 9422229482

2002 22226362600 22305686120

2003 13394933800 13359414526 2003 23157262500 23185760748 2004 9085663800 9081446009 2004 24794920800 24799333333 2005 32231865200 32260207964

2005 77421888000 77556510195

2006 36499123100 36447038031 2006 85824636000 85621979529 Mean 20131651780 20114067202 Mean 46685013980 46693853985

AME 0.000873479

AME -

0.000189354 Variance 1.45427E+20 1.4541E+20 Variance 1.02691E+21 1.02367E+21

AVE 0.000116497 AVE 0.003149416

Page 322: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

296

Lampiran 2 (Lanjutan)

Data Validasi Kontribusi PTFI terhadap APBD Mimika

Data Validasi Kontribusi PTFI terhadap APBD Papua

Tahun Nilai Aktual Nilai Simulasi Tahun Nilai Aktual Nilai Simulasi 2002 140535600 140371990

2002 74740000 74800965

2003 154284400 154571738 2003 83879000 83910372 2004 167893600 167657465 2004 103918400 103621628 2005 319571200 319714337

2005 182550600 182340306

2006 534425600 534269581

2006 306427000 306040724 Mean 263342080 263317022.2 Mean 150303000 150142799 AME 9.5153E-05 AME 0.001065854

Variance 2.81834E+16 2.81719E+16

Variance 7.99457E+15 7.97295E+15 AVE 0.000405339 AVE 0.002704765

Data Validasi Kontribusi PTFI terhadap

APBN Tahun Nilai Aktual Nilai Simulasi

2002 1798880500 1797915217 2003 2861527200 2870617997

2004 2281903800 2282004382 2005 8351135000 8374452963

2006 14603868600 14636730284 Mean 5979463020 5992344169 AME 0.002154232

Variance 3.0219E+19 3.03762E+19 AVE 0.005203233

Page 323: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

297

Lampiran 3 Kependudukan di Kabupaten Mimika 2002 – 2050 (prakiraan)

Page 324: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

298

Lampiran 4 Kontribusi Community Development (Dana Kemitraan PTFI)

Page 325: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

299

Lampiran 5 Perkembangan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Page 326: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

300

Lampiran 6 Persentase jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Page 327: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

301

Lampiran 7 Pencemaran Lingkungan, Kualitas Lingkungan dan Penutupan Hutan

Page 328: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

302

Lampiran 8. Nilai manfaat tambang dan jumlah penambangan

Page 329: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

303

Lampiran 9 Kontribusi PTFI dan sektor lain terhadap PDRB Mimika

Page 330: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

304

Lampiran 10 Kontribusi PTFI dan sektor lain terhadap APBD Mimika

Page 331: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

305

Lampiran 11 Perbandingan NHTMT dengan NHTMT Kabupaten Mimika

Page 332: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

306

Lampiran 12 NHTMT untuk masing-masing tahun aplikasi pada skenario pesimis

Page 333: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

307

Lampiran 12 NHTMT untuk masing-masing tahun aplikasi pada skenario moderat

Page 334: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

308

Lampiran 14 NHTMT untuk masing-masing tahun aplikasi pada skenario optimis

Page 335: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

309

Lampiran 15 NHTMT untuk masing-masing tahun aplikasi pada skenario sangat optimis

Page 336: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

310

Lampiran 16. Perubahan faktor-faktor penggerak kunci menuju skenario sangat optimis 2012

Gambar Lampiran 16A. Perubahan jumlah penduduk Kab. Mimika tahun 2002-2050 pada skenario optimis 2012

Tabel Lampiran 16A. Perubahan kependudukan dari 2002-2050 pada skenario optimis 2012

Page 337: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

311

Lampiran 16 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 16B. Perubahan jumlah dana pengembangan Masyarakat (CD) PTFI dari 2002 – 2041 pada skenario sangat optimis 2012

Tabel Lampiran 16B. Perubahan CD dari 2002-2041 pada skenario sangat optimis 2012

Page 338: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

312

Lampiran 16 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 16C. Perubahan pendidikan dan presentasenya dari 2002 – 2050 pada skenario sangat optimis 2012

Tabel Lampiran 16Cp. Perubahan pendidikan dari 2002-2050 pada skenario sangat optimis 2012

Page 339: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

313

Lampiran 16 (Lanjutan)

Tabel Lampiran 16Cpp. Perubahan presentase pendidikan dari 2002-2050 pada skenario sangat optimis 2012

Gambar Lampiran 16D. Perkembangan konflik menuju SaPeT PTFI pada skenario sangat optimis 2012

Page 340: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

314

Lampiran 16 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 16E. Perkembangan luasan hutan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2012

Gambar Lampiran 16F. Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2012

Tabel Lampiran 16F. Perkembangan pencemaran, kualitas lingkungan, dan luas hutan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2012

Page 341: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

315

Lampiran 16 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 16G. Perkembangan PDRB Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2012

Tabel Lampiran 16G. Perkembangan PDRB Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2012

Page 342: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

316

Lampiran 16 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 16H. Perkembangan APBD Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2012

Tabel Lampiran 16H. Perkembangan APBD Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2012

Page 343: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

317

Lampiran 17. Perubahan faktor-faktor penggerak kunci menuju skenario sangat optimis 2017

Gambar Lampiran 17A. Perubahan jumlah penduduk Kab. Mimika tahun 2002-2050 pada skenario sangat optimis 2017

Tabel Lampiran 17A. Perubahan kependudukan dari 2002-2050 pada skenario sangat optimis 2017

Page 344: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

318

Lampiran 17 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 17B. Perubahan jumlah dana pengembangan Masyarakat (CD) PTFI dari 2002 – 2041 pada skenario sangat optimis 2017

Tabel Lampiran 17B. Perubahan CD dari 2002-2041 pada skenario sangat optimis 2017

Page 345: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

319

Lampiran 17 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 17C. Perubahan pendidikan dan presentasenya dari 2002 – 2050 pada skenario sangat optimis 2017

Tabel Lampiran 17Cp. Perubahan pendidikan dari 2002-2050 pada skenario sangat optimis 2017

Page 346: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

320

Lampiran 17 (Lanjutan)

Tabel Lampiran 17Cpp. Perubahan presentase pendidikan dari 2002-2050 pada skenario sangat optimis 2017

Gambar Lampiran 17D. Perkembngan konflik menuju SaPeT PTFI pada skenario sangat optimis 2017

Page 347: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

321

Lampiran 17 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 17E. Perkembangan luasan hutan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2017

Gambar Lampiran 17F. Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2017

Tabel Lampiran 17F. Perkembangan pencemaran, kualitas lingkungan, dan luas hutan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2017

Page 348: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

322

Lampiran 17 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 17G. Perkembangan PDRB Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2017

Tabel Lampiran 17G. Perkembangan PDRB Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2017

Page 349: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

323

Lampiran 17 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 17H. Perkembangan APBD Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2017

Tabel Lampiran 17H. Perkembangan APBD Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2017

Page 350: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

324

Lampiran 18 Perubahan faktor-faktor penggerak kunci menuju skenario sangat optimis 2022

Gambar Lampiran 18A. Perubahan jumlah penduduk Kab. Mimika tahun 2002-2050 pada skenario sangat optimis 2022

Tabel Lampiran 18A. Perubahan kependudukan dari 2002-2050 pada skenario sangat optimis 2022

Page 351: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

325

Lampiran 18 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 18B. Perubahan jumlah dana pengembangan Masyarakat (CD) PTFI dari 2002 – 2041 pada skenario sangat optimis 2022

Tabel Lampiran 18B. Perubahan CD dari 2002-2041 pada skenario sangat optimis 2022

Page 352: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

326

Lampiran 18 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 18C. Perubahan pendidikan dan presentasenya dari 2002 – 2050 pada skenario sangat optimis 2022

Tabel Lampiran 18Cp. Perubahan pendidikan dari 2002-2050 pada skenario sangat optimis 2022

Page 353: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

327

Lampiran 18 (Lanjutan)

Tabel Lampiran 18Cpp. Perubahan presentase pendidikan dari 2002-2050 pada skenario sangat optimis 2022

Gambar Lampiran 18D Perkembangan konflik menuju SaPet PTFI pada skenario sangat optimis 2022

Page 354: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

328

Lampiran 18(Lanjutan)

Gambar Lampiran 18E. Perkembangan luasan hutan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2022

Gambar Lampiran 18F. Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2022

Tabel Lampiran 18F. Perkembangan pencemaran, kualitas lingkungan, dan luas hutan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2022

Page 355: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

329

Lampiran 18 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 18G. Perkembangan PDRB Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2022

Tabel Lampiran 18G. Perkembangan PDRB Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2022

Page 356: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

330

Lampiran 18 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 18H. Perkembangan APBD Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2022

Tabel Lampiran 18H. Perkembangan APBD Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2022

Page 357: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

331

Lampiran 19. Perubahan faktor-faktor penggerak kunci menuju skenario optimis 2012

Gambar Lampiran 19A. Perubahan jumlah penduduk Kab. Mimika tahun 2002-2050 pada skenario optimis 2012

Tabel Lampiran 19A. Perubahan kependudukan dari 2002-2050 pada skenario optimis 2012

Page 358: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

332

Lampiran 19 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 19B. Perubahan jumlah dana pengembangan Masyarakat (CD) PTFI dari 2002 – 2041 pada skenario optimis 2012

Tabel Lampiran 19B. Perubahan CD dari 2002-2041 pada skenario optimis 2012

Page 359: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

333

Lampiran 19 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 19C. Perubahan pendidikan dan presentasenya dari 2002 – 2050 pada skenario sangat optimis 2012

Tabel Lampiran 19Cp. Perubahan pendidikan dari 2002-2050 pada skenario optimis 2012

Page 360: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

334

Lampiran 19 (Lanjutan)

Tabel Lampiran 19Cpp. Perubahan presentase pendidikan dari 2002-2050 pada skenario optimis 2012

Gambar Lampiran 19D. Perkembangan konflik menuju SaPeT PTFI pada skenario optimis 2012

Page 361: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

335

Lampiran 19 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 19E. Perkembangan luasan hutan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2012

Gambar Lampiran 19F. Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2012

Tabel Lampiran 19F. Perkembangan pencemaran, kualitas lingkungan, dan luas hutan di Kab. Mimika dari 2002 - 2050 pada skenario sangat optimis 2012

Page 362: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

336

Lampiran 19 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 19G. Perkembangan PDRB Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2012

Tabel Lampiran 19G. Perkembangan PDRB Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2012

Page 363: DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL … · DISAIN SISTEM PENUTUPAN TAMBANG MINERAL BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Rencana Penutupan Tambang PT Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika,

337

Lampiran 19 (Lanjutan)

Gambar Lampiran 19H. Perkembangan APBD Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2012

Tabel Lampiran 19H. Perkembangan APBD Kab. Mimika dari 2002 - 2041 pada skenario sangat optimis 2012