draft 2 enno c.docx
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
IV. HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Tanah Awal1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.1 Hasil Analisis Tanah Awal
No Sifat Kimia
Tanah
Hasil Satuan Pengharkatan
1 Ph 5,5 - Masam
2 KTK 15,52 me% Rendah
3 BahanOrganik
(BO)
1,01 % Sangat rendah
4 N total 0,17 % Rendah
5 P tersedia 0,91 Ppm Sangat rendah
6 K tersedia 0,15 me% Rendah
7 Kejenuhan Basa 21 % Rendah
Sumber: Data Rekapan
2. Pembahasan
Analisis tanah dan tanaman ( jaringan tanaman ) yang diambil dari
lapang saat praktikum dilapang akan dianalisis di laboratorium. Analisa yang
dilakukan berhubungan dengan sifat kimia yang terkait dengan kesuburan
tanah . Analisis tersebut meliputi kadar lengas, kapasitas tukar kation, bahan
organik tanah, N total tanah, P tersedia tanah, K tersedia tanah serta pH
tanah.
Berdasarkan hasil analisa sifat kimia tanah dari tanaman jagung
perlakuan pupuk cair sebelum penanaman atau analisis tanah pada awal
sebelum tanah diolah dapat kita ketahui bahwa, kandungan N total dan P
yang tersedia di tanah sangat rendah yaitu masing-masing 0,17 % dan 0,91
ppm. Nilai tersebut tergolong rendah dan mengindikasikan bahwa tanah
tersebut tidak cukup hara bagi pertumbuhan tanaman. Jenis tanah yang
terdapat di lahan penanaman jagung tersebut memiliki pH 5,5 yang berarti
bahwa tanah tersebut bersifat masam/asam. Kadar K yang tersedia di tanah
dan kapasitas tukar kation ( KTK ) tanaman jagung tersebut masih rendah
yaitu masing-masing 0,15 cmol(+)/kg dan 15,52 Me/100 g. Hal ini berarti
bahwa kemampuan tanah dalam mengikat dan menukarkan kation masih
rendah.
Nilai kapasitas tukar kation tanah pada umumnya berkisar antara 25-
45 cmol/kg sampai dengan kedalaman 1 meter. Besarnya nilai KTK sangat
dipengaruhi oleh kadar lempung, C-organik, dan jenis mineral lempungnya.
Pengaruh kadar lempung dan C-organik terhadap nilai KTK tanah terlihat
dari grafik hubungan sifat-sifat fisik-kimia. Kadar lempung berpengaruh
cukup tinggi terhadap KTK dengan nilai koefisien determinasi R2 = 0.62.
Makin tinggi kadar lempung maka makin tingi nilai KTK, sedangkan untuk
C-organik pengaruhnya kacil terhadap KTK (R2 = 0.29), hal ini mungkin
karena kadar C-organik yang rendah, selain itu jenis mineral lempung pun
berpengaruh terhadap nilai KTK. Kalium yang rendah tersebut berarti
menunjukkan bahwa, kandungan kalium dalam tanah masih belum cukup
memenuhi kebutuhan akan unsur hara K pada tanaman. Namun, pada saat
berada di lapang, tanaman jagung belum menunjukkan gejala defisiensi unsur
hara K. Hal ini mungkin disebabkan dengan jumlah 0,15 cmol (+)/kg K
masih cukup bagi tanaman jagung untuk dapat tumbuh dengan baik.
B. Analisis Pengukuran Tinggi Tanaman Jagung pada Beberapa Perlakuan
Tabel 4.2.1 Pengukuran Tinggi Tanaman Jagung pada Beberapa Perlakuan.
KelompokTinggi Akhir
HSTSampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Rata-rata
JC 1 55 73 75 100
101,87
42 HSTJC 2 65 87 44 82 42 HSTJC 3 95,5 85 113 118,5 42 HSTJC 4 98 123 136 - 42 HSTJP 1 - - - -
102,5
42 HSTJP 2 146 142 144 111 42 HSTJP 3 106,7 126,8 85,8 77,6 42 HSTJP 4 152 147 69 119 42 HSTJN 1 102,5 89 102 78
73,75
42 HSTJN 2 53 59 99 97 42 HSTJN 3 97 89 83 35 42 HSTJN 4 102,2 97,5 89,7 85 42 HSTJL 1 136 106 137,4 147
122,25
42 HSTJL 2 148 115 100 96 42 HSTJL 3 145 146 184 87 42 HSTJL 4 134 133 125 159 42 HSTJK1 170 178,5 178 181
175,13
42 HST
JK 2 142 147 160 167 42 HSTJK 3 147 157 171 180 42 HSTJK 4 187 158 147 172,5 42 HST
Sumber: Data Rekapan
Tabel 4.2.2 Pengukuran Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays) Perlakuan JC2
Minggu ke-Sampel Tanaman (cm)
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4
1 9 8 7,8 7,62 21 22,5 18,7 22,63 28,4 30,3 21,7 29,34 33 42,5 22 42,35 38,4 58,9 25,5 57,66 65 87 44 82
Sumber: Logbook
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST0
50
100
150
200
250
300
Sampel 4Sampel 3sampel 2Sampel 1
Gambar 4.2.1 Grafik Pertambahan Tinggi Tanaman Jagung JC2
3. PembahasanAnalisis tanah awal yang pertama adalah pelaksanaan
pengolahan tanah yang pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan,
pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Struktur tanah yang
semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi
perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Lahan basah
sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi
perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Tanah alfisol
seperti yang digunakan pengamatan saat ini tidak perlu dilakukan
pengolahan awal dengan pengolahan penuh, karena teksturnya sudah
remah.
Faktor keliling yang paling primer tersangkut dalam
pertumbuhan tanaman adalah tanah, energi penyinaran dan udara. Fungsi
tanah yang primer antara lain adalah memberi unsur-unsur mineral,
melayani baik sebagai medium pertukaran meupun sebagai tempat
persediaan, memberikan air dan melayaninya sebagai reservoar, melayani
tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak. Strukutur
tanah yang baik sangaltah penting untuk pertanian.
Tanah yang sangat berbutir-butir mempunyai aerasi yang baik
dan mempunyai daya pegang air yang cukup tinggi karena kenaikan
ukuran ruang pori-pori tanah. Pori-pori tanah ditempati oleh air dan udara
dengan perbandingan yang berbeda-beda. Bahan organik dapat bertindak
sebagai busa yang menyerap sejumlah besar air dibangding beratnya,
bahanorganik juga merupakan sumber unsur mineral yang menjadi tersedia
bila telah terurai. Bahan organik tersebut dapat berada pada lapisan atas
yang disebut humus dan kemudian tercuci ke dalam tanah. Jagung
termasuk tanaman yang berakar dalam dan selalu menghendaki tanah yang
tidak lembab. Sehingga keadaan air harus selalu dijaga agar tanah tidak
terlalu lembab. Namun demikian, kandungan air dalam tanah yang terlalu
sedikitpun tidak dikehendaki sebab kondisi semacam ini justru akan
merusak pertumbuhan akar.
Bedasarkan perlakuan pada praktikum tersebut, tanaman jagung
di berikan beberapa pupuk yang berbeda beda pada beberapa petakan.
Pupuk cair, pupuk kandang, pupuk SP ,dan pupuk N atau NPK.
Berdasarkan hasil pengukuran tinggi tanaman jagung pada beberapa
perlakuan rata-rata tertinggi tinggi tanaman jagung nampak pada perlakuan
pupuk kandang yaitu sekitar 159 cm – 181 cm saat tanaman berusia 42
HST . Perbedaan tinggi tersebut sangat jelas terlihat. Perbedaan lain yang
terlihat dari beberapa perlakuan ini adalah terlihat pada saat dilapang,
jagung yang diberi perlakuan pupuk kandang selain lebih tinggi, daunnya
juga lebih lebar, batangnya lebih besar, dan lebih cepat berbunga. Berbeda
dengan perlakuan yang diberikan kepada kelompok kami yaitu pupuk cair.
Pada pupuk cair, pertambahan tinggi tanaman sangatlah kecil sehingga
tinggi tanaman pada perlakuan pupuk cair lebih kecil daripada perlakuan
pupuk yang lain. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang memiliki
kandungan unsur hara lengkap yang dibutuhkan oleh tanaman. Jadi dapat
dikatakan bahwa pupuk kandang jauh lebih baik dari pada pupuk kimia
yang lain.
C. Analisis Tanah Setelah Perlakuan
1. Kadar Lengasa. Hasil Pengamatan
Tabel 4.3.1 Kadar Lengas
Ualangan a (gr) b (gr) c (gr)I 56,790 59,692 59,325II 50,553 53,225 52,892
Sumber: Logbook
Keterangan :
a = berat botol timbang kosong
b = berat botol timbang dan contoh tanah
c = berat botol timbang dan contoh tanah yang telah dioven
b. Analisis Data
Kadar Lengas (KL) =
( b-c)(c-a) x 100 %
KL (I) =
(59,692-559,325 )(59 ,325−56 , 790 )
x100 %
=
0 ,3672 ,535
x100%
= 14,477 %
KL (II) =
(53,225-52,892 )(52, 892−50 ,553 )
x100 %
=
0 ,3332 ,339
x100%
= 14,236 %
KL rata-rata =
KL ( I )+ KL (II)2
=
14,477 % + 14,236 %2
= 14,35 %
c. Pembahasan
Kelengasan tanah adalah keadaan yang memerikan volume
air (cairan) yang tertahan di dalam pori-pori sistem tanah sebagai akibat
adanya saling tindak antara masa air dengan zarah tanah (adhesi) dan
sesama massa air (kohesi). Adanya berbagai aras saling tindak ini
menjadikan di dalam suatu sistem tanah ditemui aneka keadaan lengas
tanah. Volume ruang pori tanah adalah volume sistem tanah yang tidak
ditempati oleh zarah-zarah padat tanah, dengan matra persen (%).
Menurut Sutedjo (2002) ruang pori dalam tubuh tanah ini dapat terisi
oleh udara dan atau air. Sistem tanah yang jenuh air menyebabkan
sebagian besar ruang porinya terisi air, jika kering mutlaknya hanya
terisi udara, dan jika kering lapangan menyebabkan sebagian porinya
terisi udara dan sebagian terisi air, khususnya di ruang pori berukuran
kecil.
Menurut Munir (2002) kelengasan tanah ditentukan oleh
beberapa hal misalnya besar kecilnya partikel tanah dan banyak
sedikitnya pori mikro, karena pori mikro dapat mengikat air tanah.
Kadar lengas tanah merupakan kemampuan tanah untuk mengikat air
dalam pori-pori dan hal ini berkaitan dengan penghitungan KKST,
KPK, H+ dan Aldd serta carbon organik, atau dengan kata lain hampir
semua pengamatan yang dilakukan menggunakan penghitungan kadar
lengas tanah. Kadar lengas bisa digunakan untuk indikasi seberapa
besar tingkat tanah mampu dalam menjerap hara dan air. Fungsi
mengetahui kadar lengas tanah dalam pertanian yang lain yaitu untuk
mengetahui serapan hara serta pernafasan akar tanaman yang
selanjutnya akan berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi
tanaman. Setiap reaksi kimia dan fiskia yang terjadi dalam tanah
hampir selalu melibatkan air sebagai pelarut garam dan mineral yang
tercepat dalam tanah yang selanjutnya dapat digunakan tanaman untuk
kelangsungan dan pertumbuhan tanaman tersebut. Kadar lengas dapat
digunakan untuk menduga kebutuhan air dalam persawahan, proses
irigasi, mengetahui suatu jenis tanah terhadap daya penyimpanan air
dan digunakan dalam perhitungan nilai perbandingan dispersi (NPD)
serta untuk mengetahui daya tahan terhadap erosi yang semuanya ditu
berguna dalam menentukan jenis tanaman serta lokasi yang tepat untuk
bertanam.
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air
(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan
kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume.
Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis,
yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran
gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk
cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground
water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam
Pengujian kadar lengas tanah, menggunakan ctka 0,5 mm yang
sebelumnya dikering anginkan, kemudian tanah di haluskan agar
mudah diayak untuk mendapatkan ctka dengan ukuran 0,5 mm.
Langkah pertama yang dilakukan pada pengukuran ini yaitu
menimbang botol timbang kosong menjadi berat a. Tanah yang
dibutuhkan dalam pengujian ini sebesar 5 gram. Kemudian tanah
tersebut dimasukkan dalam botol timbang. Langkah berikutnya
menimbang botol yang telah berisi contoh tanah kering angin menjadi
berat b dan dioven selema 4 jam pada suhu 1050C. Setelah itu,
didinginkan dalam eksikator lalu menimbang botol timbang beserta
tanahnya menjadi berat c. Perhitungan kadar lengas tanah dilakukan 2
kali pengulangan.
Berdasarkan hasil pangamatan, KL pada dua kali
pengulangan yaitu sebesar 14,477 % dan 14,236 % dengan rata-rata
kadar lengas sebesar 14,35 %. Jika kadar lengas yang diketahui sedikit
berarti tanah tersebut memiliki aerasi dan drainase yang baik . Banyak
hal yang mempengaruhi besar atau keclnya kadar lengas tanah . Jenis
pupuk yang digunakan kemungkinan juga mempengaruhi kadar lengas
dalam tanah. Semakin besar kadar lengas tanah maka kemampuan
menyerap unsur hara semakin besar, begitu pula sebaliknya.
2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
a. Hasil Pengamatan
Tabel 4.3.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK)
No. cc HCl (ml) N HCl Berat Tanah1. 12,3 0,1 10 gram
Sumber: Logbook
b. Analisis Data
cc HCl = 12,3 cc
N HCl = 0,1 N
Berat tanah = 10 gr
KPK =
cc HCl x N HClberat tanah x 100 cmol (+)/kg
=
12,3 x 0,110 x 100 cmol (+)/kg
= 12,3 cmol (+)/kg (Rendah)
c. Pembahasan
Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchange capacity
(CEC) merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid yang bermuatan negative. Berdasarkan pada jenis
permukaan koloid yang bermuatan negative, KTK dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a) KTK koloid anorganik atau
KTK liat yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan
koloid anorganik (koloid liat) yang bermuatan negative, b) KTK
koloid organic yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid oerganik yang bermuatan negative, dan c) KTK total
atau KTK tanah yaitu jumlah total kation yang dapat dipertukarkan dari
suatu tanah baik kation pada permukaan koloid organik (humus)
maupun kation pada permukaan koloid anorganik (liat) (Madjid 2007).
Proses pertukaran kation ini dapat terjadi karena : a) kation yang
memasuki kompleks pertukaran ion mempunyai daya ikat lebih kuat
dan b) adanya pengaruh aksi massa. Reaksi pertukaran kation itu adalah
reaksi dapat balik selama kation-kation yang saling tukar dalam
keadaan seimbang. Berdasarkan pengamatan dan analisis data yang
telah dilakukan, besar KTK (Kapasitas Tukar Kation) pada perlakuan
pupuk cair sebesar 12,3 cmol(+)/kg. Nilai KTK sebesar 12,3
cmol(+)/kg termasuk rendah. Hal ini karena kandungan bahan organik
pada tanah alfisol yang dianalisis tinggi, maka KTK juga tinggi, karena
nilai KTK dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan jenis mineral
lempung. Menurut Situmorang dan Sudadi (2001) bahwa nilai KTK
tinggi adalah pada tanah jenis mineral 2:1, sedangkan tanah alfisol yang
dianalisis adalah tanah dengan jenis mineral lempung 1:1. Semakin
tinggi kadar liat atau semakin halus tekstur tanah maka KTK tanah akan
semakin besar.
3. Bahan Organik
a. Hasil Pengamatan
Tabel 4.3.3 Bahan Organik
No. A (Baku) B (Blanko) Berat Tanah (mg)1. 1,9 2,25 500
Sumber: Logbook
b. Analisis Data
Blanko ( B ) = 2,25
Baku ( A ) = 1,9
KL = 14,35 %
Kadar C =
( B−A )×N FeSO 4×3
100100+KL
×BeratTanah(mg)×10×100
77×100 %
=
(2 , 25−1,9 )×0,5×3100100+14 ,35
×500×10×100
77×100 %
=
0 , 525499 ,28
×12 , 987×100 %
= 1,36 %
Kadar BO =
10058
×kadarC
=
10058
×1 ,36
= 2,34 % (Sedang)
a. Pembahasan
Menurut Suwarno (2003) bahan organik merupakan salah
satu komponen pokok dalam tanah karena merupakan sumber
sekaligus penyangga bagi kesuburan tanah. Tanah yang sehat memiliki
kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Sedangkan tanah yang
tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Kesehatan
tanah juga penting untuk menyamin produktivitas pertanian.
Menurut Willian (2003) faktor – faktor yang
mempengaruhi bahan organik adalah tipe vegetasi yang ada di daerah
tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan,
suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan
tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya
jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan.
Praktikum analisis laboratorium ini menggunakan blangko
yang berfungsi sebagai pembanding. Titrasi dengan FeSO4 diperoleh
bahwa ml FeSO4 yang diperlukan untuk merubah warna menjadi hijau
cerah pada blangko lebih besar daripada baku. Hal tersebut karena
pada blangko tidak terjadi oksidasi terhadap C. Berdasarkan hasil dan
analisis pengamatan diperoleh kadar C sebesar 1,36 %, , kemudian
kadar bahan organiknya diketahui sebesar 2,34 % dimana harkatnya
termasuk sedang. Hal ini terjadi karena pupuk yang digunakan adalah
pupuk cair yang sudah merupakan pupuk kimia sehingga kandungan
bahan organiknya rendah.
D. Analisis N, P, K tanah
Tabel 4.4.1Analisis N, P,K Tanah Komoditas Jagung pada Beberapa Perlakuan
Kelompok N Total Tanah P Tersedia Tanah K Tersedia Tanah
JC 0,33 % 52,06 ppm 0,209 %
JP 0,405 % 0,211 ppm 0,002 %
JN 0,0282 % 1,15 ppm 0,027 %
JL 2,94 % 86,37 ppm 0,0018 %
JK 2,46 % 75 ppm 0,15 %
Sumber: Data Rekapan
1. N Total Tanah
a. Analisis Data
Blanko ( B ) = 0
Baku ( A ) = 0,3
KL = 14,35 %
N total =
( A−B)×N HCl×14100100+KL
×Berat Tanah (mg)×100 %
=
(0,3−0 )×0,1×14×4100100+7 ,87
×500×100 %
=
1 ,68499 ,28
×100 %
= 0,33 %
b. Pembahasan
Nitrogen merupakan salah satu unsur makro karena dibutuhkan
dalam jumlah yang relatif jauh lebih banyak. Nitrogen diserap tanaman
sebagai N03- dan NH4
+ kemudian dimasukkan ke dalam semua asam
amino. Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat sering membatasi
hasil tanaman. Nitrogen organik (hasil fiksasi N biologis, bahan
tanaman, dan kotoran hewan) yang dibenamkan ke dalam tanah
merupakan N organik tanah yang bentuk kimianya tidak dapat diserap
begitu saja oleh tanaman. Ia perlu mengalami mineralisasi nitrogen
terlebih dahulu, yang terdiri dari aminisasi (proteim menjadi R-NH2),
amonifikasi (R-NH2 menjadi NH4+), dan nitrifikasi (NH4
+ menjadi
NO3) (Rosmarkam dan Nasih 2002).
Berdasarkan hasil perhitungan N total tanah tersebut diperoleh
hasil N total tanah pada perlakuan pupuk cair adalah 0,33 %. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah yang mengandung pupuk cair memiliki
kandungan N yang sedang . Hal ini terjadi karena salahnya
pengaplikasian pada pupuk cair. Pupuk cair seharusnya diberikan
dibagian daun agar lbih mudah diserap tanaman, tetapi pada saat
praktek diberikan pada bagian bawah tanaman . Menurut
Darmawijaya (2000) pada tiap horizon tanah terjadi perubahan N -
total disebabkan oleh kehilagan N - total oleh alih rupa, juga
dipengaruhi tingkat perombakan bahan organik. Sedangkan kehorizon
bawah menunujukkan kenaikan N - total ini diduga karena
perombakan bahan organik yang belum intensif.
2. P Tersedia Tanah
a. Hasil Pengamatan
Tabel 4.4.2 P Standar
X Y
0 0
0,1 0,035
0,2 0,067
0,4 0,146
0,6 0,151
0,8 0,311
1 0,398
Sumber: Logbook
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.450
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
f(x) = 2.48514930079335 x + 0.0494935106744232R² = 0.955934306982647
Regeresi P
Gambar 4.4.1 Grafik Regresi P Standar Tersedia Tanah
b. Analisis Data
x = 0,240
y = 2,4851x + 0,0495
(0,24; 0,65)
= 2,4851 (0,240) + 0,0495
= 0,65
ppm P = ppm P Larutantanah x 35
100100+KL
x Berat Tanah(gr )
=
0 ,65×35100100+14 ,35
×0,5
=
22 , 750 ,437
= 52,06 ppm
c. Pembahasan
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO4
2- dan
PO42- atau tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal
dari pelapukan bahan organik. Sumber fosfor di dalam tanah cukup
banyak (Novizan 2002). Nilai P di dalam tanah dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain suhu, kelembaban
tanah, kandungan bahan organik, mikrobia pengikat unsur tersebut dari
udara, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah
industri. Namun, keberadaan unsur tersebut juga dipengaruhi oleh
banyak hal yang membuat unsur tersebut sedikit atau bahkan menjadi
tidak tersedia untuk tanaman, misalnya karna pencucian atau pelindian
dan terikat oleh unsur lain yang menyebabkan tanah masam tau tidak
dapat diserap oleh akar tanaman.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, besar P
Tersedia Tanah pada perlakuan yang berbeda menghasilkan nilai yang
sangat berbeda juga. Perlakuan pupuk cair memiliki P Tersedia sebesar
52,06 ppm, pda pupuk SP36 sebesar 0,211 ppm, pada pupuk urea
sebesar 1,15, dan pada pupuk lengkap sebesar 86,37. Hasil P tersedia
tanah tersebut tergolong tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa pupuk
cair menyediakan unsur hara P dalam jumlah yang cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Pada regresi P
tersedia tanah dapat dilihat bahwa satu titik pada garis ada yang
melenceng , hal tersebut menunjukan nilai P yang belum terdistribusi
normal.
3. K Tersedia Tanah
a. Hasil Pengamatan
Tabel 4.4.3 K Standar
X y
0 0
0,25 0,03
0,5 0,09
0,75 0,16
1 0,21
Sumber: Logbook
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.250
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
f(x) = 4.48174706649283 x + 0.0607887874837028R² = 0.985984354628423
Regresi K
Gambar 4.4.2 Grafik Regresi K Standar Tersedia Tanah
b. Analisis Data
x = 0,19
y = 4,4817x + 0,0608
= 4,4817 (0,19) + 0.0608
= 0,912
0,19 ; 0,912
K Tersedia Tanah= ppm K Larytan Tanah x
505
x50
100100
100+KLx Berat Tanah(mg)
x 100 %
=
0 ,
912×505×50
100100100+14 ,35
×2500×100 %
=
4 , 56100114 , 35
×2500×100 %
=
4 , 562186 ,27
×100%
= 0,209 %
c. Pembahasan
Unsur K merupakan unsure yang diserap banyak tetapi
digunakan dalam jumlah yang sedikit. Salah satu fungsinya adalah
untuk buka tutup stomata. Menurut Siradz dan Kabirun (2007) kalium
(K) dalam tanah bersumber pada pupuk buatan, pupuk kandang, sisa
tanaman dan mineral K dalam tanah. Kalium diserap tanaman lebih
besar daripada P, Ca dan Mg, tetapi lebih rendah jika dibandingkan
dengan N. Kalium di dalam tanah bersifat mobile sehingga mudah
hilang melalui proses pencucian tau terbawa arus pergerakan air.
Ketersediaan kalium bagi tanaman tergantung aspek tanah,
tanaman, dan variabel iklim. Aspek tanah antara lain meliputi: jumlah
dan jenis mineral liat, kapasitas tukar kation (KTK), daya sangga tanah
terhadap K, kelembaban, suhu, aerasi dan pH tanah. Spesies tanaman
juga berpengaruh terhadap serapan K, dimana tanaman yang toleran
memerlukan K dalam jumlah sedikit dan sebaliknya tanaman sensitif
memerlukan K dalam jumlah banyak. Pengelolaan hara K untuk
meningkatkan produksi tanaman perlu memperhatikan faktor faktor
tersebut di atas (Nursyamsi 2007).
Perhitungan K tersedia tanah dapat diketahui jika nilai ppm K
dapat ditentukan. Penentuan nilai K didapatkan dari regresi K standar
sehingga diperoleh persamaan y. Berdasarkan analisis data dapat
diperoleh hasil bahwa K Tersedia Tanah pada perlakuan pupuk cair
sebesar 0,209 %, pada SP36 sebesar 0,002 %, pupuk urea sebesar
0,027 % , pupuk lengkap sebesar 0,018 % dan pupuk kandang sebesar
0,15 %. Pada perlakuan pupuk SP36 memiliki nilai K tersedia tanah
yang rendah , sedangkan pada pupuk kandang memiliki nilai K tesedia
tanah yang paling besar . Pada pupuk SP36 lebih banyak mengandung
fosfat daripada kandungan kaliumnya. Berbeda dengan pupuk kandang
yang banyak mengandung unsur kalium .
4. pH
a. Hasil PengamatanTabel 4.4.4
Perlakuan Kadar pHJC 2 5,9
Sumber : Laporan sementara
b. Pembahasan
pH adalah salah satu indikator yang menetukan subur
tidaknya suatu tanah. Semakin tinggi konsentrasi H+ pada tanah maka
semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun
atau rendah. Keasaman/pH tanah biasa terdapat disemua daerah
dengan curah hujan yang tinggi sehingga cukup banyak basa yang
tertukar dan terlindi dari lapisan permukaan tanah. Hal ini terjadi
sangat luas dan pengaruhnya begitu nyata pada tanaman.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanah
yang terkandung dalam media tanam perlakuan pupuk kandang
bersifat masam dengan pH 5,9. Keasaman atau pH (Potential of
hidrogen) adalah nilai pada skala 0-14 yang mengambarkan jumlah
relatif ion H+ terdapat ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah
disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya
larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH-
sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam lautan tanah lebih kecil daripada
ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-
14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium,
Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh
aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh
tanaman .
E. Analisis Tanaman
Tabel 4.5.1 Analisis N, P, dan K Jaringan Tanaman
Kelompok N
Jaringan
Tanaman
P
Jaringan
Tanaman
K
Jaringan
Tanaman
Berat
Brangkasan
Segar
Berat
Brangkasan
Kering
JC 4,48 % 28,36 ppm 23,46 14,48 gr 4,18 gr
JP 2,576 % 0,01 ppm 0,1 15,80 gr 5,9 gr
JN 5,6 % 0,17 ppm 0,496 21,577 gr 2,610 gr
JL 10,46 % 61,32 ppm 1 27,705 gr 7,89 gr
JK 8,26 % 0,16 ppm 1,2 65,587 gr 13,393 gr
Sumber: Data Rekapan
1. N Jaringan Tanaman
a. Analisis Data
Baku (A) = 0,8
Blangko (B) = 0
N Jaringan Tanaman =
( A-B) x N HCl x 14 x 4berat sampel (mg ) x 100 %
=
(0,8-0 ) x 0,1 x 14 x 4100 x 100 %
=
4,48100 x 100 %
= 4,48 %
b. Pembahasan
Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensial (keberadaannya
mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman), dan dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga disebut
unsur hara makro. Tanaman mengandung cukup N akan menunjukkan
warna daun hijau tua yang artinya kadar klorofil dalam daun tinggi.
Pigmen hijau dalam klorofil menyerap energy matahari sangat penting
dalam aktivitas awal fotosintesis. Klorofil membantu pembentukan
gula sederhana dari unsure C, H, dan O selanjutnya dari gula tersebut
dikonversi ke bentuk senyawa-senyawa lain yang selanjutnya akan
menetukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Winarso 2004).
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil nilai N
jaringan tanaman pada perlakuan pupuk cair adalah 4, 48 %, pada
pupuk SP36 sebesar 2,576 %, pada pupuk urea sebesar 5,6% , pada
pupuk lengkap sebesar 10,46 % dan pupuk kandang sebesar 8,26 %.
Kandungan N jaringan tanaman pada perlakuan pupuk cair tidak
terlalu banyak.
2. P Jaringan Tanaman
a. Hasil Pengamatan
Tabel 4.5.2 P Standar
X y
0 0
2,5 0,138
5 0,286
7,5 0,429
10 0,578
12,5 0,696
15 0,840
Sumber: Logbook
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.90
2
4
6
8
10
12
14
16
f(x) = 17.8093144217102 x − 0.0486051270306165R² = 0.999356957835399
Regresi P Jaringan Tanaman
Gambar 4.4.1 Grafik Regresi P Standar Jaringan Tanaman
b. Analisis Data
x = 0,162
y = 17,809x – 0,0486
= 17,809 (0,162) ˗ 0,0486
= 2,836
ppm P = y x pengenceran
= 2,836 x 10 = 28,38ppm (sedang)
( 0,162 ; 2,836)
c. Pembahasan
Fosfor larut yang ditambahkan ke dalam tanah, sebagian akan
terikat oleh liat, alumunium, besi ataupun kalsium sehingga menjadi
tidak tersedia bagi tanaman, sekalipun keadaan tanah sangat baik
(Soepardi, 1983 dalam Miza 2009). Sebagian fosfor yang telah diserap
oleh tanaman, juga akan diubah ke dalam bentuk fitat yang sukar
digunakan oleh tanaman.
Kebutuhan terbesar P yaitu pada fase vegetatif pembentukan akar
dan kemudian pada fase generatif. Pemberian P yang cukup pada fase
vegetatif sangat penting untuk meletakkan primordia dari bagian-
bagian reproduktif dan akan memperbesar pertumbuhan akar. P
merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman, apabila tanaman
kekurangan P maka akan diambil dari jaringan tua ke jaringan
meristem yang sedang aktif (Suntoro 2002). Selanjutnya dikatakan
bahwa kahat P mengakibatkan pertumbuhan terhambat , perakaran
tidak sempurna, pembungaan dan pemasakan buah terhambat,
pembentukan protein terganggu. Gejala defisiensi tampak pada daun
tua yang mula-mula berwarna hijau tua karena banyak khorofil
menjadi kemerahan, tanaman kerdil, mudah patah dan akhirnya mati
(Sutedjo 2002).
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO4
2- dan PO42-
atau tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal dari
pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor di dalam tanah
cukup banyak (Novizan 2002). Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh hasil nilai ppm P jaringan tanaman pada perlakuan pupuk
cair adalah 28,38 ppm , pada pupuk SP36 sebesar 0,01 ppm, pada
pupuk urea sebesar 0,17 ppm , pada pupuk lengkap sebsar 61,32 dan
pada pupuk kandang sebesar 0,16 ppm. Nilai ini termasuk sedang
karena pupuk cair banyak mengandung fosfat, sehingga dapat
dikatakan bahwa dengan perlakuan pupuk cair dapat meningkatkan
unsur hara P dalam jarigan tanaman.
2. K Jaringan Tanaman
a. Hasil Pengamatan
Tabel 4.5.3 K Standar
X Y
0 0
0,25 0,03
0,5 0,09
0,75 0,16
1 0,21
Sumber: Logbook
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.250
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
x
Gambar 4.5.2 Grafik Regresi K Standar Jaringan Tanaman
b. Analisis Data
x = 0,51
y = 4,4817x + 0.0608
= 4,4817 (0,51) + 0,0608
= 2,346
K jaringan tanaman (ppm) = hasil pembacaan x pengenceran
= 2,346 x 10
= 23,46%
y= 4,4817x + 0,0608
R2 = 0,986
(0,51; 2,346)
c. Pembahasan
Menurut Lingga (2008) tanaman yang tumbuh pada
tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-
gejala seperti daun mengerut atau kuning terutama pada daun tua
walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-
bercak merah coklat. Selanjutnya daun akan mengering lalu mati. Buah
tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah, dan
tidak tahan simpan
Menurut pernyataan Munawar (2011), bahwa K tersedia
bagi tanaman berada dalam bentuk K dapat ditukar (kdd), dan hanya
sebagian sangat kecil berada dalam bentuk K larut. Namun, karena K-
dd dan K larut dalam keseimbangan, jika konsetrasi K larut berkurang
akibat penyerapan oleh tanaman, akan segera ada pasokan K dari K-dd.
Sementara pergerakan K+ dalam larutan tanah keakar tanaman diatur
oleh difusi.
Kandungan K menunjukkan ada perbedaan yang nyata
antara tanah dari batu pasir dibandingkan dengan tanah dari batuliat.
Tanah dari batupasir dicirikan oleh kandungan K sangat rendah,
sedangkan tanah dari batu liat menunjukkan kandungan K tinggi
(Nursyamsi 2007). Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil nilai
ppm K jaringan tanaman pada perlakuan pupuk cair adalah 24,46 ppm.
Nilai ppm K jaringan tanaman pada perlakuan pupuk cair tersebut
termasuk tinggi. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa pupuk cairsangat
bagus untuk pertumbuhan serta perkembangan tanaman.
V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap beberapa sifat kimia tanah serta dengan melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau pengolahan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman jagung maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:1. Bedasarkan perlakuan pada praktikum tersebut, tanaman jagung di
berikan beberapa pupuk yang berbeda beda pada beberapa petakan.
Pupuk cair, pupuk kandang, pupuk SP ,dan pupuk N atau NPK. Hasil
pengukuran tinggi tanaman jagung pada beberapa perlakuan diperoleh
hasil bahwa pertumbuhan tanaman dengan perlakuan pupuk kandang
lebih cepat dan lebih baik dari pada perlakuan dengan pupuk yang lain.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata tinggi tanaman jagung yang
paling tinggi dari perlakuan yang lain, batang tanaman agak lebih
besar, daun tanaman lebih lebar, serta bunga tanaman muncul paling
awal daripada perlakuan yang lain.
2. Praktikum kali ini didapatkan nilai KTK yang tinggi yaitu 12,3
cmol(+)/kg. Hal ini karena kandungan bahan organic pada tanah alfisol
yang dianalisis ini juga tinggi maka KPK tinggi, karena nilai KTK
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan jenis mineral lempung.
3. Berdasar hasil dan analisis pengamatan diperoleh kadar C sebesar 1,36
%, yang berarti kadar C nya rendah, kemudian kadar bahan organiknya
diketahui sebesar 2,34 % ini harkatnya termasuk rendah. Hal ini terjadi
karena pupuk yang digunakan adalah pupuk cair yang merupakan
pupuk kimia sehingga kandungan bahan organiknya rendah.
4. Pengamatan ini diperoleh hasil analisa bahwa kadar Nitrogen di dalam
tanah alfisol sebesar 0,33 %. Pada tiap horizon tanah terjadi perubahan
N - total disebabkan oleh kehilagan N - total oleh alih rupa, juga
dipengaruhi tingkat perombakan bahan organik. Sedangkan kehorizon
bawah menunujukkan kenaikan N - total ini diduga karena
perombakan bahan organik yang belum intensif.
5. Fosfor sangat reaktif dan mudah bereaksi dengan komponen tanah (Al,
Fe dan Ca) membentuk senyawa yang tidak larut dan tidak tersedia
untuk tanaman, selain itu P bersifat immobile atau yang tidak mudah
bergerak. Pada pengamatan ini kadar P dalam tanah alfisol sebesar
52,06 ppm.
6. Nilai K tersedia pada perlakuan pupuk cair tanaman jagung sebesar
0,209%.
7. N jaringan tanaman pada tanaman jagung perlakuan pupuk cair ini
diperoleh nilai 4,48 %,sedangkan P jaringan tanaman diperoleh hasil
sebesar 28,38 ppm dan K jaringan tanaman diperoleh hasil sebesar
24,46 ppm.
B. Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih berhati-hati
dalam menggunakan peralatan di laboratorium agar tidak terjadi hal yang
tidak diingankan. Selain itu, praktikan juga harus fokus dengan materi
yang disampaikan oleh co ass agar praktikan paham dan tidak tertinggal
dengan teman lain.