dr endang ca mammae

57
KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan izin-Nya penyusun dapat menyelesaikan referrat ini tepat pada waktunya. Referat ini disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi. Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Endang Marsiti Sp.B yang telah membimbing penyusun dalam mengerjakan referat ini, serta kepada seluruh dokter yang telah membimbing penyusun selama di kepaniteraan klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Kota Bekasi. Dan juga ucapan terima kasih kepada Orangtua papa dan mama, abang dan adik saya serta teman-teman seperjuangan di kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penyusun. Dengan penuh kesadaran dari penyusun, meskipun telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan referat ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata, penyusun mengharapkan semoga referat ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua. Jakarta, Desember 2012 1

Upload: shelly-sulvitri

Post on 08-Aug-2015

147 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dr Endang CA Mammae

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan

izin-Nya penyusun dapat menyelesaikan referrat ini tepat pada waktunya. Referat ini disusun

guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Bekasi.

Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Endang

Marsiti Sp.B yang telah membimbing penyusun dalam mengerjakan referat ini, serta kepada

seluruh dokter yang telah membimbing penyusun selama di kepaniteraan klinik Ilmu Bedah

di Rumah Sakit Umum Kota Bekasi. Dan juga ucapan terima kasih kepada Orangtua papa

dan mama, abang dan adik saya serta teman-teman seperjuangan di kepaniteraan ini, serta

kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penyusun.

Dengan penuh kesadaran dari penyusun, meskipun telah berupaya semaksimal

mungkin untuk menyelesaikan referat ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata,

penyusun mengharapkan semoga referat ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita

semua.

Jakarta, Desember 2012

Shelly Sulvitri S.Ked

1

Page 2: Dr Endang CA Mammae

Lembar Persetujuan Referat

Referat dibawah ini :

Judul : Karsinoma Mammae

Penyusun: Shelly Sulvitri S.ked

NIM : 030.08.226

Universitas : Fakultas Kedokteran Trisakti

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan

klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi .

Jakarta, Desember 2012 Jakarta, Desember 2012

Dr. Endang Marsiti Sp.B Shelly Sulvitri S.ked

2

Page 3: Dr Endang CA Mammae

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………................... 1

Lembar Pengesahan …………………………………………………................... 2

Daftar Isi ……………………………………………………………... 3

BAB I

Pendahuluan………………………………………………... 4

BAB II KARSINOMA MAMMAE………….…………………………….. 5

I. Embriologi ……………………………………………... 5

II. Anatomi Payudara ……...………………………………… 6

III. Definisi……………...…………………… ..…………… 14

IV. Epidemiologi……...……………………..…………....... 14

V. Etiologi…...…...….…..……………………………........15

VI. Klasifikasi..........……………………………………...... 17

VII. Patogenesis ...……………………………………….…....22

VIII. Manifestasi Klinis …………….………………………….23

IX. Diagnosis ...………………………………………….......25

X. Staging ………………………………….…..................29

XI. Diagnosis Banding.………………………………………....34

XII. Penatalaksanaan.…………………………………….……... 35

XIII. Prognosis ...............................................................40

BAB III KESIMPULAN .................................................................41

BAB III. DAFTAR PUSTAKA …..……………………………………... 42

BAB I

3

Page 4: Dr Endang CA Mammae

PENDAHULUAN

Karsinoma mammae atau biasa disebut Kanker payudara merupakan keganasan yang

paling banyak pada wanita. Selain merupakan penyakit yang didominasi oleh wanita (99%

kanker payudara terjadi pada wanita), namun kanker ini juga merupakan penyakit yang

berhubungan dengan penuaan. Resiko seumur hidup untuk tumbuhnya kanker payudara

sebagian besar terpusat pada periode perimenopause dan pascamenopause.

            Kejadian karsinoma payudara dihubungkan dengan terjadinya hiperplasia sel dengan

perkembangan sel-sel atipik, kemudian terjadi karsinoma intraepitelial (karsinoma in situ),

setelah terjadinya karsinoma in situ akan terjadi multiplikasi sel-sel dengan cepat.

Selanjutnya sel-sel tersebut akan menginvasi stroma jaringan ikat di sekitarnya pada

payudara.

            Membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 7 tahun pada karsinoma untuk tumbuh dari

sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba (diameter

sekitar 1 cm). Pada ukuran itu sekitar ¼ kasus sudah disertai dengan kejadian metastasis.

           

BAB II

4

Page 5: Dr Endang CA Mammae

TINJAUAN PUSTAKA

I. Embriologi

Payudara merupakan suatu kelompok kelenjar-kelanjar besar yang berasal dari

epidermis, yang terbungkus dalam fascia yang berasal dari dermis, dan fascia superficial

dari permukaan ventral dada. Puting susu sendiri merupakan suatu proliferasi lokal dari

stratum spinosum epidermis.

Selama bulan kedua kehamilan, dua berkas lapisan tebal ectoderm muncul pada

dinding depan tubuh terbentang dari aksila ke lipat paha. Dua berkas ini adalah milk line

dan melambangkan jaringan kelenjar mamma yang potensial (Gambar 1.1). Pada manusia,

hanya bagian pectoral dari berkas ini yang akan menetap dan akhirnya berkembang menjadi

kelenjar mammae dewasa. Kadang-kadang, jaringan payudara yang tersisa atau bahkan

fungsional dapat muncul dari bagian lain dari milk line.1

Gambar 1.1. A. Milk line dari

embrio mamalia secara umum, kelanjar mamma terbentuk sepanjang garis ini. B.

Tempat umum terbentuknya kelenjar mamma atau supernumerary nipples pada

manusia1

5

Page 6: Dr Endang CA Mammae

Gambar 1.2.

Pembentukkan payudara. A-D : stadium pembentukkan kelenjar dan sistem duktus

berasal dari epidermis. Septa jaringan ikat berasal dari mesenkim dermis. E : eversi

putting menjelang kelahiran. 1

II.. Anatomi

Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding depan dada.

Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai iga keenam atau ketujuh

di sebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya sampai ke garis aksilaris anterior sebagai

batas lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian

M.serratus anterior. Sebagian kecil terletak di atas M.obliquus externus dan M. rectus

abdominis.

Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke aksila. Ekor

ini (tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatus (dari Langer) dalam fascia

sebelah dalam dari dinding medial aksilaI. Hanya ini jaringan mammae yang ditemukan

secara normal di bawah fascia sebelah dalam. 1

6

Page 7: Dr Endang CA Mammae

Gambar 1.3. Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan1

Gambar 1.4. Topografi aksila (Anterior view)

Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar daripada yang

lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan secara bebas dengan fascia

sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya adalah kesatuan dalam anatomi, bukan

kesatuan dalam bedah. Suatu biopsy payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada prosedur

semacam itu, sebagian dari 1 atau lebih lobus diangkat.

Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang retromammary

(submammary) yang mana kaya akan limfatik.

Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan dengan

posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju papilla seperti jari-jari

7

Page 8: Dr Endang CA Mammae

roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla. Segmen dari duktus dalam papilla

merupakan bagian duktus yang tersempit. Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel

cenderung untuk terkumpul dalam bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan

ekspansi yang jelas dari duktus dimana ketika berdilatasi akibat isinya dinamakan lactiferous

sinuse . Pada area bebas lemak di bawah areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus

(lactiferous sinuses) merupakan satu-satunya tempat untuk menyimpan susu. Intraductal

papillomas sering terjadi di sini.

Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita jaringan ikat

berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam dari fascia superfisial,

melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen parenkim dan duktus. Kadang-

kadang, fascia superfisial terfiksasi ke kulit, sehingga tidak mungkin dilakukan total

mastectomy subkutan yang ideal. Dengan adanya invasi keganasan, sebagian dari ligamentum

Cooper akan mengalami kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit

yang khas. Ini berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler yang disebut peau

d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal dari folikel-folikel rambut dan

kulit yang bengkak menghasilkan gambaran cekungan dari kulit. 1

Gambar 1.5. Dumpling of the breast, akibat dari terlibatnya ligamentum Cooper pada

penyakit yang invasive. Dapat diperjelas dengan penekanan oleh tangan

pemeriksa. 1

Suplai darah

Mammae diperdarahi dari 2 sumber, yaitu A. thoracica interna, cabang dari A. axillaries, dan

A. intercostal.

8

Page 9: Dr Endang CA Mammae

Gambar 1.6. A. Pada 18% individu, payudara diperdarahi oleh arteri internal thoracic,

axillary, dan intercostals. B. Pada 30%, kontribusi dari A.aksilaris tidak berarti.

C. Pada 50%, A.intercostal hanya sedikit kontribusinya. 1

Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5 mengalirkan darah dari

kelenjar mamma. Vena-vena ini mengikuti arterinya.

Vena aksilaris terbentuk dari gabungan vena brachialis dan vena basilica, terletak di

medial atau superficial terhadaop arteri aksilaris, menerima juga 1 atau 2 cabang pectoral dari

mammae. Setelah vena ini melewati tepi lateral dari iga pertama, vena ini menjadi vena

subclavia. Di belakang, vena intercostalis berhubungan dengan sistem vena vertebra dimana

masuk vena azygos, hemiazygos, dan accessory hemiazygos, kemudian mengalirkan ke

dalam vena cava superior. Ke depan, berhubungan dengan brachiocephalica.

Melaui jalur kedua jalur pertama, metastasis ca mammae dapat mencapai paru-paru.

Melalui jalurketiga, metastasis dapat ke tulang dan system saraf pusat.1

9

Page 10: Dr Endang CA Mammae

Gambar 1.7. Diagram potongan frontal

mammae kanan menunjukkan jalur drainase vena. A. Drainase medial melalui

internal thoracic vein ke jantung kanan. the right heart. B. Drainage posterior ke

vertebral veins. C. Drainase lateral ke intercostal, superior epigastric veins, dan hati.

D. Darinase superior lateral superior melalui vena aksilaris ke jantung kanan.1

Aliran limfatik

Kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam kelompok inkonstan yang

bervariasi. Seringnya pembagian menurut Haagensen.

Gambar 1.8. Kelenjar getah bening aksila dan

payudara menurut klasifikasi dari Haagensen (kiri). Aliran limfatik mammae

(kanan). 1

10

Page 11: Dr Endang CA Mammae

Klasifikasi utama Haagensen adalah axillary dan internal thoracic (mammary).

1. Drainase Aksilaris (35.3 nodes).

Group 1. External mammary nodes (1.7 nodes), juga dikenal sebagai anterior pectoral nodes.

Ini terletak sepanjang batas lateral dari M. pectoralis minor, di bawah M. pectoralis

major, sepanjang sisi medial dari aksila mengikuti aliran lateral thoracic artery pada

dinding dada, mulai dari iga 2-6. Di bawah areola terdapat perluasan jaringan pembuluh-

pembuluh limfatik, dinamakan subareolar plexus of Sappey.

Gambar 1.9. Aliran limfatik mammae. Aliran limfe langsung dari kulit ditunjukkan oleh

tanda panah pada mammae kanan dan sisi medial mammae kiri. 1. Areolar

plexus of vessels, draining areola, nipple and some parenchyma. 2. Anterior

pectoral nodes. 3. Central axillary nodes. 4. Interpectoral nodes (a path which

can bypass central axillary nodes). 5. Apical, infraclavicular nodes. 6.

Retrosternal nodes.

Group 2. Scapular nodes (5.8 nodes). Terletak di atas pembuluh-pembuluh darah

subsakapular. Limfatik dari KGB ini salng berhubungan dengan pembuluh limfe

intercistal.

Group 3. Central nodes (12.1 nodes). Merupakan kelompok kelenjar getah bening yang

terbesar; merupakan KGB yang paling mudah dipalpasi di aksila karena ukurannya yang

besar. Ketika KGB ini membesar, dapat menekan intercostobrachial nerve, cabang

kutaneus lateral dari second atau third thoracic nerve, dapat timbul nyeri.

11

Page 12: Dr Endang CA Mammae

Group 4. Interpectoral nodes (Rotter's nodes) (1.4 nodes). Terletak antara otot pektoralis

mayor dan minor, sering terdapat tunggal. Merupakan kelompok KGB terkecil dari KGB

aksila dan tidak dapat ditemukan walaupun M. pectoralis major diangkat.

Group 5. Axillary vein nodes (10.7 nodes). Merupakan kelompok KGB terbesar kedua di

aksila. Terletak di permukaan ventral dan kaudal dari bagian lateral vena aksilaris.

Group 6. Subclavicular nodes (3.5 nodes). Terletak pada permukaan ventral dan kaudal dari

bagian medial vena aksilaris. These lie on the caudal and ventral surfaces of the medial

part of the axillary vein.

2. Drainase Internal Thoracic (Mammary) (8.5 Nodes)

Pembuluh-pembuluh limfatik timbul dari tepi medial mammae pada fascia pectoralis.

KGB ini juga menerima trunkus limfatikus dari kulit mammae kontralateral, hati, diafragma,

rectus sheath, bagian atas rectus abdominis. KGB sekitar 4-5 setiap sisinya, kecil, dan

biasanya dalam lemak dan jaringan ikat dari ruang interkosta. Saluran ini bermuara ke ductus

thoracicus atau ductus limfatikus dextra. Rute ke vena aksilaris lebih pendek daripada rute

aksila.1

Dalam staging, bila ditemukan metastasis ke KGB supraclavicular, cervical, atau

contralateral internal mammary dianggap telah mengadakan metastasis jauh (M1). Yang

termasuk KGB regional :

1. KGB aksila (ipsilateral) : interpectoral (Rotter's) nodes dan KGB sepanjang vena

aksilaris dan bagian-bagiannya yang dapat dibagi ke dalam beberapa tingkat :

a. Level I (low axilla): KGB lateral dari tepi lateral M pectoralis minor

b. Level II (midaxilla): KGB antara tepi medial dan lateral M pectoralis minor dan KGB

interpectoral (Rotter's)

c. Level III (apical axillary): KGB medial dari tepi medial M pectoralis minor termasuk

subclavicular, infraclavicular, or apical

Catatan : KGB intramammary disandikan sebagai KGB aksila.

12

Page 13: Dr Endang CA Mammae

Gambar 1.10. Kelompok kelenjar getah bening aksila. Level I meliputi beberapa kelenjar

getah bening yang terletak lateral dari M. Pectoralis minor, Level II meliputi beberapa

kelenjar getah bening yang terletak di bawah M. Pectoralis minor, Level III meliputi

beberapa kelenjar getah bening yang terletak medial dari M. Pectoralis minor. 1

2. Internal mammary (ipsilateral): KGB di ruang intercosta sepanjang tepi sternum dalam

fascia endothoracica.

Persarafan

Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya melewati

permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus kutaneus lateral keempat juga

mempersarafi papilla mammae.

Gambar 1.11. Saraf-saraf perifer penting yang ditemukan selama mastectomy III.

III. Defenisi

Dalam istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor. Benjolan atau ada yang

jinak dan ada yang ganas, tumor yang ganas itulah yang disebut kanker. Kanker payudara

13

Page 14: Dr Endang CA Mammae

adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air

susu dan jaringan penunjangnya6.

IV. Epidemiologi

Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan

kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian

nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular. Diperkirakan, kematian akibat kanker

di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara

berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di

antaranya ditemukan di negara sedang berkembang.

Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap

100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke

tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola

penyakit3. Menurut hasil  Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, kanker

menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian di Indonesia.

Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4 (SKRT 1980)

menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4  (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data Profil

Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di rumah sakit

di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu, peningkatan

proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di rumah sakit DKI Jakarta

pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6%.4

Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi,

yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang

didiagnosis setiap tahunnya.  Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju,

sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang5. Di Amerika Serikat, keganasan

ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000 wanita

menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang

wanita. Bahkan, disebutkan dari  150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke

rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya. American Cancer

Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di

antaranya meninggal antara 1990-20005.

14

Page 15: Dr Endang CA Mammae

Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim

di Indonesia3. Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak

berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain

jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada

stadium lanjut4.  Data  dari Direktorat  Jenderal  Pelayanan Medik  Departemen  Kesehatan

menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan

penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi

7,8.

V. ETIOLOGI1,8

            Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko

pada penderita diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :

1. Usia lebih dari 30 tahun. Usia puncak adalah 75 sampai 79 tahun, penyebab utama

bagi wanita berusia 35 sampai 54 tahun8.

2. Reproduksi. Usia menarke kecil, yakni dibawah 12 tahun, meningkatkan resiko

kanker payudara sebanyak 3 kali. sedangkan menopause yang lebih lambat, (di atas

55 tahun) henti haid lanjut, meningkatkan 2 kali resiko kanker payudara. Dan siklus

haid pendek merupakan faktor resiko tinggi karsinoma mammae. Selain itu, yang

seumur hidup tidak menikah atau belum menikah, partus pertama berusia lebih dari

35 tahun dan setelah partus belum menyusui, berinsiden relatif tinggi.

3. Kelainan kelenjar mammae. Penderita kistadenoma mammae hiperplastik berat

berinsiden lebih tinggi. Jika satu payudara sudah terkena kanker, mammae

kontralateral resikonya meningkat. Pernah mengalami infeksi, trauma, atau operasi

tumor jinak payudara.

4. Penggunaan obat di masa lalu. Penggunaan jangka panjang hormon insidennya lebih

tinggi.

5. Radiasi pengion. Kelenjar mammae relatif peka terhadap radiasi pengion, paparan

berlebihan menyebabkan peluang terjadinya kanker lebih tinggi.

6. Pernah menjalani operasi ginekologis, misalnya tumor ovarium.

7. Riwayat keluarga dan gen terkait dengan karsinoma mammae. Sekitar 5-10%

karsinoma mammae terjadi akibat adanya predisposisi terjadi akibat adanya 15

Page 16: Dr Endang CA Mammae

predisposisi genetik terhadap kelainan ini. Penelitian menunjukkan pada wanita

dengan satu anggota keluarga tingkat pertamanya (ibu, anak, kakak, atau adik)

menderita karsinoma mammae, probabilitas terkena karsinoma mammae lebih tinggi

2-3 kali dibanding wanita tanpa riwayat keluarga. Dan bila ada dua anggota keluarga

tingkat pertama yang menderita karsinoma mammae, probabilitas meningkat 5 kali

lipat. Penelitian dewasa ini menunjukkan gen utama yang terkait dengan timbulnya

karsinoma mammae adalah BRCA-1 dan BRCA-2.

8. Gaya hidup

a. Diet dan gizi.

Berbagai studi kasus menunjukkan diet tinggi lemak dan kalori berkaitan

langsung dengan timbulnya kanker payudara. Terdapat data menunjukkan,

orang yang gemuk sesudah berusia 50 tahun berpeluang besar menderita

kanker payudara. Lebih dari 50 penelitian membuktikan bahwa konsumsi

alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh sehingga

mempengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon., wanita yang setiap hari

mengkonsumsi lebih dari 30 sampai 60 gr/hari (2 sampai 5 minuman)

dihubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara.

b. Aktivitas fisik.

Olahraga selama 4 jam setiap mingginya menurunkan resiko sebesar 30%.

Olahraga rutin pada masa pascamenopause juga menurunkan resiko sebesar

30-40%.

c. Merokok

Data menunjukkan bahwa nikotin dan N-nitosamin (karsinogen dalam asap

rokok) terkosentrasi dalam jaringan payudara, dan bahwa wanita perokok

pascamenopause dengan polimorfisme gen yang bertanggung jawab untuk

mendetoksifikasi karsinogen tersebut (asetilator lambat) beresiko tinggi untuk

menderita kanker payudara.

16

Page 17: Dr Endang CA Mammae

VI. KLASIFIKASI1,7

Berdasarkan gambaran histologis, WHO membuat klasifikasi kanker payudara

sebagai berikut.

1. Non invasive carcinoma

a) Ductal carcinoma in situ

Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel

kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar. Saluran menjadi

tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya. Kalsium

cenderung terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi

sebagai kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular

calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil

mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker.

DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya massa

yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS

kadang ditemukan dengan tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor

jinak. Sekitar 20%-30% kejadian kanker payudara ditemukan saat dilakukan

mamografi. Jika diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker

invasif dengan potensi penyebaran ke seluruh tubuh.

DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel

cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama, dengan perkembangan

lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal. Sel ini disebut solid,

papillary atau cribiform. Tipe kedua, disebut comedeonecrosis, sering bersifat

progresif di awal perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan

bentuk tak beraturan.

17

Page 18: Dr Endang CA Mammae

A B

Gambar 1.12 Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari ductus,

menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)

b) Lobular carcinoma in situ

Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan sebagai

tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air

18

Page 19: Dr Endang CA Mammae

susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus. Mengacu pada National

Cancer Institute, Amerika Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang

25% munculnya kanker invasive (lobular atau lebih umum sebagai infiltrating

ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.

Gambar 1.13 Lobular carcinoma in situ

2. Invasive carcinoma

I. Paget’s disease dari papilla mammae

Paget’s disease pada putting tampa sebagai erupsi ekzametosa kronik yang

berkembang menjadi ulkus basah. Paget's disease biasanya berhubungan dengan DCIS

(Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin berhubungan dengan kanker invasif.

Biopsi papilla mammae akan menunjukkan suatu populasi sel yang identik (gambaran atau

perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker ini adalah terdapatnya sel besar pucat dan

bervakuola (Paget's cells) dalam deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease

meliputi lumpectomy, mastectomy, atau modified radical mastectomy, tergantung

penyebaran tumor dan adanya kanker invasif.

II. Invasive ductal carcinoma

a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST) (80%)

Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60% kasus

kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke KGB aksila.

19

Page 20: Dr Endang CA Mammae

Kanker ini biasanya terdapat pada wanita perimenopause ataupun postmenopause

dekade kelima sampai keenam, sebagai massa soliter dan keras. Batasnya kurang

tegas dan pada potongan mlintang, tampak permukaannya membentuk konfigurasi

bintang di bagian tengah dengan garis berwarna putih kapur atau kuning menyebar ke

sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering berkumpul dalam kelompok kecil,

dengan gambaran histologi yang bervariasi.

b. Medullary carcinoma (4%)

Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar 4% dari

seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara herediter yang

berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder

terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakterisitik

mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat limforetikular yang padat

terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma; (2) inti pleomorfik besar yang

berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif; (3) pola pertumbuhan seperti rantai, dengan

minimal atau tidak ada diferensiasi duktus atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini

berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan

kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon. Wanita dengan kanker ini

mempunyai 5-year survival rate yang lebih baik dibandingkan NST atau invasive

lobular carcinoma.

c. Mucinous (colloid) carcinoma (2%)

Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus lain dari kanker

payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif, biasanya muncul

sebagai massa tumor yang besar dan ditemukan pada wanita yang lebih tua. Karena

komponen musinnya, sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat pada pemeriksaan

mikroskopik.

d. Papillary carcinoma (2%)

Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara sekitar 2% dari

semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita dekade

ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih. Ukurannya kecil dan jarang

mencapai diameter 3 cm. McDivitt dan kawan-kawan menunjukkan frekuensi

metastasis ke KGB aksila yang rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip

mucinous dan tubular carcinoma.

e. Tubular carcinoma (2%)

20

Page 21: Dr Endang CA Mammae

Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara sekitar 2%

dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita

perimenopause dan pada periode awal menopause. Long-term survival mendekati

100%.

III. Invasive lobular carcinoma (10%)

Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara. Gambaran

histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli tidak jelas, dan sedikit

sitoplasma. Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya musin dalam sitoplasma,

yang dapat menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma). Seringnya multifokal,

multisentrik, dan bilateral. Karena pertumbuhannya yang tersembunyi sehingga sulit

untuk dideteksi.

IV. Kanker yang jarang (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)

Tabel 1.2. Distribusi lokasi tumor menurut histologisnya pada semua pasien 1

Location Lobular (%) Ductal (%) Combination (%)

Nipple 2.2 1.7 1.9

Central 6.0 5.3 6.1

Upper inner 7.3 9.2 8.3

Lower inner 3.8 4.7 3.9

Upper outer 37.0 36.9 37.1

Lower outer 5.8 6.4 5.7

Axillary tail 0.8 0.8 0.6

21

Page 22: Dr Endang CA Mammae

Location Lobular (%) Ductal (%) Combination (%)

Overlapping* 18.6 18.2 19.9

NOS (not otherwise specified) 18.6 16.8 16.5

*Lesions overlap between two quadrants within the breast.

V. Patogenesis1

Tumorigenesis kanker payudawa merupakan proses multitahap, tiap tahapnya

berkaitan dengan suatu mutasi tertentu atau lebih di gen regulator minor atau mayor. Terdapat

dua jenis sel utama pada payudara orang dewasa, yaitu sel mioepotel dan sel serkretorik

lumen.

Secara klinis dan hispatologis, terjadi beragam tahap morfologis dalam perjalanan

menuju keganasan. Hiperplasia duktal, ditandai oleh proliferasi sel-sel epitel poliklonal yang

tersebar tida rata yang pola kromatin dan bentuk inti-intinya saling bertumpang tindih dan

lumen duktus yang tidak teratur, sering menjadi tanda awal kecendrungan keganasan. Sel-sel

di atas relative memilii sedikit sitoplasma dan batas selnya tida jelas dan secara sitologis

jinak. Perubahan dari hyperplasia ke hyperplasia atipik (klonal), yang sitoplasma selnya lebih

jelas, intinya lebih jelas dan tidak tumpang tindih, dan lumen duktus yang teratur, secara linis

meningatkan resiko kanker payudara.

Setelah hyperplasia atipik, tahap beriktunya adalah timbulnya karsinoma in situ, baik

karsinoma dutal maupun lobular. Pada karsinoma in situ, terjadi proliferasi sel yang memiliki

gambaran sitologis sesusai dengan keganasan, tetapi proliferasi sel tersebut belum

menginvasi stroma dan menembus membrane basal.

Karsinoma in situ lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara (bahkan

bilateral) dan biasanya tidak teraba dan tidak terlihat pada pencritaan. Sebaliknya, karsinoma

in situ duktal merupaan lesi duktus segmental yang dapat mengalami klasifikasi sehingga

memberi penampilan yang beragam.

22

Page 23: Dr Endang CA Mammae

Setelah sel-sel tumor menembus membrane basal dan menginvasi stroma, tumor

menjadi invasive, dapat menyebar secara hematogen dan limfogen segingga menimbulkan

mestatasis.

VI. Manifestasi Klinik8

Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa sakit,

keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau

de’orange), pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh. Setiap kelainan

pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak .

Perubahan pada kulit yang biasa terjadi adalah :

1. Tanda lesung. Ketika tumor mengenai ligamen glandula mammae, ligamen tersebut

akan memendek hingga kulit setempat menjadi cekung, yang disebut dengan ’tanda

lesung’

2. Perubahan kulit jeruk (peau de’orange). Ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel

kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut tenggelam

ke bawah tampak sebagai ’tanda kulit jeruk’.

3. Nodul satelit kulit. Ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-masing

membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak nodul

tersebar, secara klinis disebut ’tanda satelit’.

4. Invasi, ulserasi kulit. Ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwrna

merah atau merah gelap. Bila tumor bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi

iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut ’tanda kembang kol’.

23

Page 24: Dr Endang CA Mammae

5. Perubahan inflamatorik. Secara klinis disebut ’karsinoma mammae inflamatorik’,

tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip

peradangan, dapat disebut ’tanda peradangan’. Tipe ini sering ditemukan pada kanker

payudara waktu hamil atau laktasi.

Perubahan papilla mammae pada karsinoma mammae adalah :

1. Retraksi, distorsi papilla mammae. Umumnya akibat tumor menginvasi jaringan

subpapilar

2. Sekret papilar (umumnya sanguineus). Sering karena karsinoma papilar dalam duktus

besar atau tumor mengenai duktus besar

3. Perubahan eksematoid. Merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid

(Paget disease). Klinis tampak areola, papilla mammae tererosi, berkrusta, sekret,

deskuamasi, sangat mirip eksim.

Pembesaran kelenjar limfe regional. Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat

soliter maupun multipel, pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau

adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe

supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada sebagian

24

Page 25: Dr Endang CA Mammae

sangat kecil pasien kanker payudara hanya tampil dengan limfadenopati aksilar tapi tak

teraba massa mammae, ini disebut sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi .

Adanya gejala metastasis jauh1 :

1. Otak : nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis, paralisis

2. Paru : efusi, sesak nafas

3. Hati : kadang tanpa gejala, massa, ikterus obstruktif

4. Tulang : nyeri, patah tulang.

VIII. Diagnosis

Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

a. Anamnesis

Pada anamnesis ditanyakan keluhan di payudara atau daerah aksila dan riwayat

penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri, nipple discharge, nipple

retraction, krusta pada areola, kelainan kulit berupa skin dimpling, peau d’orange, ulserasi,

dan perubahan warna kulit. Selain itu juga ditanyakan apakah terdapat penyebaran pada

regio kelenjar limfe, seperti timbulnya benjolan di aksila, dan adanya benjolan di leher

ataupun tempat lain. Adanya gejala metastase juga ditanyakan, seperti sesak napas atau batuk

yang tidak sembuh meskipun sudah diobati, dan nyeri pada tulang belakang, serta rasa penuh

di ulu hati (sebah). Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, serta obat-obat yang

digunakan dan jenis pengobatan yang didapat, serta faktor resiko kanker payudara pada

pasien juga ditanyakan dalam anamnesis9. Anamnesis juga harus mencakup status

menstruasi, perkawinan, partus, laktasi, riwayat kelainan mammae sebelumnya, riwayat

keluarga kanker, , penyakit ginekologik, dan lainnya yang termasuk sebagai faktor resiko dari

penyakit ini. Dalam riwayat penyakit sekarang terutama harus diperhatikan waktu timbulnya

massa, kecepatan pertumbuhan, dan hubungan dengan menstruasi, serta lainnya.

b. Pemeriksaan fisik

25

Page 26: Dr Endang CA Mammae

1. Inspeksi

Inspkesi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara, apakah terdapat edema

(peau d’orange), retraksi kulit, , ulserasi kulit, atau puting susu, dan eritema.

2. Palpasi

Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk palpasi kelenjar

limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap massa yang teraba atau suatu

lymphadenopathy, harus dinilai lokasinya, ukurannya, konsistensinya, bentuk, mobilitas

atau fiksasinya.6

c. Pemeriksaan Penunjang 1:

Untuk mendukung pemeriksaan klinis, mamografi, dan ultrasonografi dapat

membantu deteksi kanker payudara. Pemeriksaan radiodiagnostik untuk staging yaitu dengan

rontgen toraks, USG abdomen (hepar), dan bone scanning. Sedangkan pemeriksaan

radiodiagnositik yang bersifat operasional (atas indikasi), yaitu MRI (magnetic resonance

imaging), CT scan, PET scan, dean bone survey.

1. Mamografi

26

Page 27: Dr Endang CA Mammae

Mamografi merupakan metode pilihan deteksi kanker payudara pada kasus kecurigaan

keganasan maupun kasus kanker payudara kecil yang tidak terpalpasi (lesi samar).

Indikasi mamografi antara lain kecurigaan klinis adanya kanker payudara, sebagai tindak

lanjut pascamastektomi (deteksi tumor primer kedua dan rekurensi di payudara

kontralateral) dan pasca-breast conserving therapy (BCT) untuk mendeteksi kambuhnya

tumor primer kedua (walaupun lebih sering dengan MRI), adanya adenokarsinoma

metastatik dari tumor primer yang tidak diketahui asalnya, dan sebagian program

skrining. Mamograf perempuan berusia di bawqah 35 tahun sering sulit diinterpretasikan

karena padatnya jaringan kelenjer payudara. Mamograf perempuan pascamenpause lebih

mudah diinterpretasi karena jaringan kelenjer payudaranya sudah mengalami regresi.

Oleh karena itu, mamografi digunakan sebagai metode deteksi dalam program skrining

perempuan menopause. Temuan mamograf yang menunjukkan kelainan yang mengarah

ke keganasan antara lain tumor berbentu spikula, distorsi atau iregularitas,

mikrokalsifikasi (arsinoma intradutal), kadang disertai pembesaran kelenjer limfe.

Hasil mamografi dikonfirmasi lebih lanjut dengan FNAB, core biopsy, atau biopsi

bedah.

2. Ultrasonografi

Ultrasonografi berguna untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan kista dengan

tumor solid. Sedangkan, diagnosis kelainan payudaranya dapat dipastikan dengan

melakuan pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus (FNAB), core biopsy, biopsi terbuka,

atau sentinel node biopsy.

3. MRI

MRI dilakukan pada : (1) pasien usia muda, karena gambaran mamografi yang urang jelas

pada payudara wanita muda, (2) untu mendeteksi adanya reurensi pasca-BCT, (3)

mendeteksi adanya reurensi dini keganasan payudara yang dari pemeriksaan fisik dan

penunjang lainnya kurang jelas.

4. Imunohistokimia

Seperti sel payudara normal, beberapa sel kaner payudara juga memilkii reseptor hormon

estrogen da n/ atau progesteron atau tidak memiliki reseptor hormon sama sekali. kanker

27

Page 28: Dr Endang CA Mammae

payudara yang memiliki reseptor estrogen, disebut ER(+) atau memiliki reseptor

progesteron, disebut PR(+), cenderung memiliki prognosis yang lebih baik karena masih

peka terhadap terapi hormonal. Dua dari tiga kanker payudara setidaknya memiliki

reseptor hormon ini.

Satu dari lima kanker payudara memiliki sejenis protein pemicu pertumbuhan yang

disebut HER2/HER2(+) memiliki gen GER2/neu diekspresikan secara berlebihan. Kanker

payudara memiliki status ER(-), PR(-), dan HER2/neu(-), yang disebut sebagai tripel

negatif, cenderung agresif dan prognosisnya buruk.

Setiap kecurigaan pada pemeriksaan fiski dan mamogram, biopsi harus selalu

dilakukan. Jenis biopsi dapat dilakukan yaitu biopsi jarum halus (fine needle aspiration

biopsy, FNAB), core biopsy (jarum besar), dan biopsi bedah. FNAB hanya

memungkinkan evaluasi sitologi, sedangkan biopsi jarum besar dan biopsi bedah

memungkinkan analisis arsitektur jaringan payudara sehingga ahli patologi dapat

menentukan apakah tumor bersifat invasif atau tidak.

1. FNAB

Dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu diperisa

di bawah mikroskop. Jika lokasi tumor terpalpasi dengan mudah, FNAB dapat

dilakukan sambil mempalpasi tumor. Namun, jika benjolan tidak terpalpasi dengan

jelas, ultrasonografi dapat digunakan untu memandu arah jarum. Ada juga metode

yang disebut biopsi jarum stereotatik. Berdasarkan dua mamogram dalam posisi yang

berbeda, komputer akan menentukan letak tumor dengan tepat.

Walaupun paling mudah dilaukan, spesimen FNAB kadang tidak dapat menentukan

grade tumor dan kadang tidak memberi diagnosis yang jelas sehingga dibutuhkan

bipsi lainnya.

2. Core biopsy

Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar sehingga dapat diperoleh

spesimen silinder jaringan tumor. Core biopsy dapat dilakukan sambil memfisasi

massa dengan palpasi, ataupun dipandu dengan ultrasonografi, mamografi, ataupun

28

Page 29: Dr Endang CA Mammae

MRI. Core biopsy dapat membedakan tumor yang noninvasif dengan yang invasif

serta grade tumor.

3. Biopsi terbuka

Biopsi terbua dilakukan bila pada mamografi terlihat adanya kelainan yang mengarah

ke tumor maligna, hasil FNAB atau core biospy yang meragukan. Bila hail positif

tetapi FNAB negatif (hanya terlihat sel normal), biopsi terbuka perlu dilakukan, bila

hasil mamografi negatif namun manifestasi klinis pasien mengarah kanker payudara,

biopsi terbua wajib dilakukan.

4. Sentinel node biopsy

Biopsi ini dilakukan untuk menentuan status eterlibatan kelenjar limfa aksila dan

parasternal dengan cara pemetaan linfatik. Prosewdur ini menggunakan kombinasi

pelacak radioaktif dan pewarna biru. Apabila tidak dijumpai adanya sentinel node,

disesi kelenjar lomfe aksila tida perlu dilakukan. Sebaliknya, jika sentinel node positif

sel tumor, diseksi kelenjar limfe aksila harus dilakukan, walaupun nodus yang

ditemuan hanya berupa sel tumor terisolasidengan ukuran kurang dari 0,2mm (dapat

diartikan sebagai N0). Indikasi prosedur ini terutama adalah yang klinis N0.

IX. Staging 1

Stadium kanker payudara dinilai berdasarkan sistem TNM dari UICC/AJC. T pada

sistem TNM merupakan kategori untuk tumor primer, N kategori untuk nodul regional

ataupun yang bermetastase ke kelenjar limfe regional, dan M merupakan kategori untuk

metastase jauh. Masing-masing kategori TNM tersebut di subkategorikan lagi untuk

menggambarkan keadaan masing-masing kategori tersebut, yaitu :

29

Page 30: Dr Endang CA Mammae

Tabel 1.3. TNM Staging System untuk Breast Cancer

Tumor Primer (T)

  TX Tumor primer tidak dapat dinilai

  T0 Tidak ada bukti terdapat tumor primer

  Tis Carcinoma in situ

  Tis(DCIS) Ductal carcinoma in situ

  Tis(LCIS) Lobular carcinoma in situ

  Tis(Paget's) Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor (Catatan : Paget's disease

yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan menurut ukuran tumor)

  T1 Tumor ≤ 2 cm

  T1mic Microinvasion ≤ 0.1

  T1a Tumor > 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm

  T1b Tumor > 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm

  T1c Tumor > 1 tetapi tidak lebih dari 2 cm

  T2 Tumor > 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm

  T3 Tumor > 5 cm

30

Page 31: Dr Endang CA Mammae

  T4 Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke dinding dada atau

kulit, seperti yang diuraikan dibawah ini :

  T4a Perluasan ke dinding dada, tidak melibatkan otot pectoralis

  T4b Edema (termasuk peau d'orange), atau ulserasi kulit [ayudara, atau ada nodul

satelit terbatas di kulit payudara yang sama

  T4c Kriteria T4a dan T4b

  T4d Inflammatory carcinoma

Kelenjar Getah Bening—Klinis (N) 

  NX KGB regional tidak dapat dinilai (misalnya sebelumnya telah diangkat)

  N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional

  N1 Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral tetapi dapat digerakkan

  N2 Metastasis KGB aksilla ipsilateral tetapi tidak dapat digerakkan atau

terfiksasi, atau tampak secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral

tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral

  N2a Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling melekat atau

melekat ke struktur lain sekitarnya.

  N2b Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral

dan tidak terbukti secara klinis terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral

  N3 Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan

KGB aksilla, atau secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral tetapi

secara klinis terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral; atau

metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan

31

Page 32: Dr Endang CA Mammae

KGB infraklavikula atau aksilla ipsilateral

  N3a Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral

  N3b Metastasis ke KGB internal mammary dan aksilla

  N3c Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral

Kelenjar Getah Bening Regional—Patologia anatomi (pN) 

  Pnx KGB regional tidak dapat dinilai (sebelumnya telah diangkat atau tidak

dilakukan pemeriksaan patologi)

  pN0b

 

Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak ada pemeriksaan

tambahan untuk isolated tumor cells (Catatan : Isolated tumor cells (ITC)

diartikan sebagai sekelompok tumor kecil yang tidak lebih dari 0.2 mm,

biasanya dideteksi hanya dengan immunohistochemical (IHC) atau metode

molekuler

  pN0(i–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (-)

  pN0(i+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (+), IHC cluster

tidak lebih dari 0.2 mm

  pN0(mol–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, pemeriksaan

molekuler (-) (RT-PCR)

  pN0(mol+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, pemeriksaan

molekuler (+) (RT-PCR)

  pN1 Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary terdeteksi

secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak

  pN1mi Micrometastasis (> 0.2 mm, < 2.0 mm)

  pN1a Metastasis ke 1-3 KGB aksila

  pN1b Metastasis ke KGB internal mammary terdeteksi secara mikroskopis melalui

32

Page 33: Dr Endang CA Mammae

diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak 

  pN1c Metastasis ke 1-3 KGB aksila dan ke KGB internal mammary terdeteksi

secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak

tampak (jika berhubungan dengan >3 (+) KGB aksila, KGB internal

mammary diklasifikasikan sebagai pN3b)

  pN2 Metastasis ke 4-9 KGB aksila, atau tampak secara klinis ke KGB internal

mammary tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB

aksilla

  pN2a Metastasis ke 4-9 KGB aksila (sedikitnya 1 tumor > 2 mm)

  pN2b tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi secara klinis tidak

terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla

  pN3 Metastasis ke 10 KGB aksila, atau KGB infraklavikula, atau secara klinis ke

KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1 atau lebih metastasis ke

KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla tetapi secara klinis

microscopic metastasis (-) ke KGB internal mammary; atau ke KGB

supraklavikular ipsilateral

  pN3a Metastasis ke ≥10 KGB aksila (minimal 1 tumor > 2 mm), atau metastasis ke

KGB infraklavikula

  pN3b Secara klinis metastasis ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1

atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla dan

dalam KGB internal mammary dengan kelainan mikroskopis yang terdeteksi

melalui diseksi KGB sentinel, tidak tampak secara klinis

  pN3c Metastasis ke KGB supraklavikular ipsilateral

Metastasis Jauh (M) 

  MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai

  M0 Tidak terdapat metastasis jauh

33

Page 34: Dr Endang CA Mammae

  M1 Terdapat metastasis jauh

Tampak secara klinis didefinisikan bahwa dapat dideteksi melalui alat pencitraan atau

dengan pemeriksaan klinis atau kelainan patologis terlihat jelas.

Tidak tampak secara klinis berarti tidak terlihat melalui alat pencitraan (kecuali dengan

lymphoscintigraphy) atau dengan pemeriksaan klinis.

Klasifikasi berdasarkan diseksi KGB aksila dengan atau tanpa diseksi sentinel dari KGB.

Klasifikasi semata-mata berdasarkan diseksi sentinel KGB tanpa diseksi KGB aksila yang

selanjutnya direncanakan untuk "sentinel node", seperti pN-(l+) (sn).

RT-PCR = reverse transcriptase polymerase chain reaction.

SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC

Cancer Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, pp 227–228.

Tabel 1.4. TNM Stage Groupings

Stage 0   Tis N0 M0

Stage I  T1a N0 M0

Stage IIA  T0 N1 M0

  T1a N1 M0

  T2 N0 M0

Stage IIB  T2 N1 M0

  T3 N0 M0

Stage IIIA  T0 N2 M0

  T1a N2 M0

34

Page 35: Dr Endang CA Mammae

  T2 N2 M0

  T3 N1 M0

  T3 N2 M0

Stage IIIB  T4 N0 M0

  T4 N1 M0

  T4 N2 M0

Stage IIIC  Any T N3 M0

Stage IV  Any T Any N M1

a T1 termasuk T1 mic.

SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC

Cancer Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, p 228.

Stadium 0 :

Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Noninvasive Cancer. Yaitu kanker tidak menyebar

keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.

Stadium I:

Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah

bening.

Stadium IIA :

Pasien pada kondisi ini :

- Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada

titik-titik pada saluran getah bening di ketiak ( axillary limph nodes )

35

Page 36: Dr Endang CA Mammae

- Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum

menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak ( axillary limph

nodes ).

- Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di

pembuluh getah bening ketiak.

Stadium IIB :

Pasien pada kondisi ini :

- Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.

- Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.

- Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.

Stadium III A :

Pasien pada kondisi ini :

- Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada

pembuluh getah bening ketiak.

- Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada

pembuluh getah bening ketiak.

Stadium III B :

Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka

bernanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai Inflammatory Breast Cancer. Bisa sudah atau

bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan

atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

Stadium IIIC :

Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening

dalam group N3 ( Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran getah bening dibawah

tulang selangka ).

Stadium IV :

Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu :

Tulang, paru-paru,liver atau tulang rusuk

X. DIAGNOSIS BANDING8

36

Page 37: Dr Endang CA Mammae

Beberapa diagnosis banding dari kankar payudara, adalah:

- fibroadenoma

- mastitis

- metastasis dari tumor primer lain

XI. PENATALAKSANAAN

Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk stadium I, II,

dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma

mungkin dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat

paliatif. Terapi paliatif diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan

metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.7

A. Terapi secara pembedahan1

1. Modified Radical Mastectomy

Modified radical mastectomy mempertahankan baik M. pectoralis mayor and M.

pectoralis minor, dengan pengangkatan KGB aksilla level I dan II tetapi tidak level III.

Modifikasi Patey mengangkat M. pectoralis minor dan diseksi KGB axilla level III. Batasan

anatomis pada Modified radical mastectomy adalah batas anterior M. latissimus dorsi pada

bagian clateral, garis tengah sternum pada bagian medial, bagian inferiornya 2-3 cm dari

lipatan infra-mammae dan bagian superiornya m. subcalvia.

Indikasi absolut dilakuannya mastektomi yaitu pasien sedang hamil trisemester pertama

dan kedua, tumor difus, sudah pernah menjalani radioterapi di dada, tidak ada fasilitas

radioterapi.

2. Mastektomi Simple

Seluruh kelenjer payudara diangkat termasuk puting, namun tidak menyertakan kelenjar

limfe aksila dan otot pektoralis. Mastektomi simpel atau disebut juga mastektomi total hanya

dilakukan bila dipastikan tidak ada penyebaran ke kelenjer aksila. Mastektomi simpel ini

biasa dilakukan untuk mastetomi prolifilaktif pada kelompok beresiko tinggi dan pada

keganasan in situ yang rekuren atau tidak dapat diterapi dengan BCT.

3. Breast Conserving Treatment (BCT)

37

Page 38: Dr Endang CA Mammae

BCT bertujuan untuk membuang massa dan jaringan payudara yang mungkin terkena

tumor namun dengan semaksimal mungkin menjaga tampilan kosmetik payudara. Yang

merupakan indikasi absolut mastektomi merupakan kontraindikasi BCT. BCT paling sering

dilakukan pada tumor stage Tis, T1, dan T2 yang penampangnya ≤ 3 cm. Kontraindikasi

absolut BCT antara lain multisentrisitas (fokus tumor terdapat pada lebih dari satu kuadran,

mikrokalsifikasi maligna luas atau di atas 3 cm, margin positif luas (extensive intraductal

component, EIC) pascaeksisi ulang, ada riwayat radiasi payudara, dan pasien memlih

mastektomi karena merasa labih tuntas. Pada BCT, hanya tumor dan jaringan payudara sehat

di sekitarnya yang dibuang, oleh karena itu BCT sering juga disebut sebagai lumpektomi, dan

dapat juga disebut mastektomi parsial (segmental) atau kuadranektomi, yang lebih banyak

menyertakan jaringan sehat payudara. BCT hampir selalu dilanjutan dengan radioterapi. BCT

dipengaruhi oleh besarnya rasio ukuran tumor bila dibandingkan payudara, volume eksisi

yang luas, lokasi karsinoma pada kuadran bawah, dan dosis radioterapi yang tinggi.

B. Terapi secara medikalis (non-pembedahan)

1. Radioterapi

Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma mammae. Untuk wanita

dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy, radiasi adjuvan diberikan untuk mengurangi

resiko rekurensi lokal, juga dilakukan untuk stadium I, IIa, atau IIb setelah lumpectomy.

Radiasi juga diberikan pada kasus resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi.

Pada karsinoma mammae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb), dimana resiko rekurensi dan

metastasis yang tinggi maka setelah tindakan pembedahan dilanjutkan dengan terapi radiasi

adjuvan.10

2. Kemoterapi

a. Kemoterapi adjuvan

Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma mammae tanpa

pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm dan tidak dianjurkan. Jika

ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi tinggi

maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang tidak menguntungkan termasuk

invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi, overekspresi HER-

2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif sehingga direkomendasikan untuk diberikan

kemoterapi adjuvan.38

Page 39: Dr Endang CA Mammae

Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid, doxorubisin, 5-

fluorourasil dan methotrexate.

Untuk wanita dengan karsinoma mammae yang reseptor hormonalnya negatif dan lebih

besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan cocok untuk diberikan. Rekomendasi pengobatan saat

ini, berdasarkan NSABP B-15, untuk stadium IIIa yang operabel adalah modified radical

mastectomy diikuti kemoterapi adjuvan dengan doxorubisin diikuti terapi radiasi. 3

b. Neoadjuvant chemotherapy

Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan sebelum dilakukan

tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila tumor terlalu besar untuk dilakukan

lumpectomy.

Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut adalah kemoterapi

neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi atau lumpectomy dengan diseksi

KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi adjuvan, dilanjutkan dengan terapi radiasi.

Untuk Stadium IIIa inoperabel dan IIIb, kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk

menurunkan beban atau ukuran tumor tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan

modified radical mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi. 3

3. Terapi anti-estrogen

Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik berupa reseptor

hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormon ini ditemukan pada lebih

dari 90% karsinoma duktal dan lobular invasif yang masih berdiferensiasi baik.

Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen menghambat

pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis terhadap anti-estrogen sekitar

60% pada wanita dengan karsinoma mammae dengan reseptor hormon yang positif, tetapi

lebih rendah yaitu sekitar 10% pada reseptor hormonal yang negatif. Kelebihan tamoxifen

dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual,

muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang

pengunaan tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen dihentikan

setelah 5 tahun. Beberapa ahli onkologi merekomendasikan tamoxifen untuk ditambahkan

pada terapi neoadjuvan pada karsinoma mammae stadium lanjut terutama pada reseptor

hormonal yang positif. Untuk semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-

estrogen (tamoxifen), dipilih sebagai terapi awal.3

39

Page 40: Dr Endang CA Mammae

4. Terapi antibodi anti-HER2/neu

Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae yang baru didiagnosis,

saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk tujuan prognostik pada pasien tanpa

pembesaran KGB, untuk membantu pemilihan kemoterapi adjuvan karena dengan regimen

adriamycin menberikan respon yang lebih baik pada karsinoma mammae dengan

overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan overekspresi Her-2/neu mungkin dapat diobati

dengan trastuzumab yang ditambahkan pada kemoterapi adjuvan.

XIII. Prognosis

Seperti eganasan pada umumnya, prognosis kanker payudara ditunjukan oleh angka

harapan hidup atau interval bebas penyakit. Prognosis penderita keganasan payudara

diperkirakan buru jika usianya muda, menderita kanker payudara bilateral, mengalami mutasi

genetik, dan adanya triple negative yaitu grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR

negative, dan reseptor permukaan sel HER-2 juga negative.1

Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae antara tahun 1983-

1987 telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan, epidemiologi dan hasil akhir program data,

didapatkan bahwa angka 5-year survival untuk stadium I adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb

70%, dimana pada stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah 18%. 3

40

Page 41: Dr Endang CA Mammae

BAB III

KESIMPULAN

Dalam istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor. Benjolan atau ada yang

jinak dan ada yang ganas, tumor yang ganas itulah yang disebut kanker. Kanker payudara

adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu

dan jaringan penunjangnya.Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua

setelah karsinoma serviks uterus. Pencegahannya dapat dilakukan dengan pemeriksaan rutin

payudara.

Penegakan diagnosis Kanker payudara dapat dilakukan melalui prosedur pemeriksaan

klinis dan beberapa pemeriksaan penunjang, dengan Gold standard diagnostik menggunakan

pemeriksaan histopatologik.

41

Page 42: Dr Endang CA Mammae

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Tumor Ganas. Dalam Buku Ajar

Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC,

2003. Hal: 478-492.

2. Corwin Elisabeth J. Sistem Reproduksi. Dalam Buku Saku Patofisiologi., Edisi 3.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2007. Hal: 803-806.

3. Tjindarbumi.. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya, Dalam: Deteksi

Dini Kanker.. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.

4. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan. 1995.

5. Moningkey, Shirley Ivonne. Epidemiologi Kanker Payudaracx. Jakarta: Medika,

2000.

6. Kanker Payudara. Available at:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23162/4/Chapter%20II.pdf. Accessed

On 23 December 2012.

7. Kanker payudara dan Obesitas. Aviable at

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23162/4/Chapter%20II.pdf. Accessed

0n 22 December 2012.

8. Brasher, Valentina L. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen. Edisi

2. Editor: Devi Yulianti. Jakarta: EGC, 2008. Hal: 127-133.

9. Gleadle, Jonathan. Pemeriksaan Payudara. Dalam: Gleadle, Jonathan, ed. At a Glance

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2007. Hal: 34.

42

Page 43: Dr Endang CA Mammae

43