dody firmanda 2010 - rsud tulungagung clinical pathways dalam mutu layanan rs
TRANSCRIPT
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 1/25
1
Clinical Pathways dalam Mutu Layanan Rumah Sakit
Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MAKetua Komite Medik
RSUP Fatmawati, Jakarta.
Pendahuluan
Mutu/Kualitas dapat ditinjau dari berbagai perspektif baik itu dariperspekstif pasien dan penyandang dana, manajer dan profesi dari pemberi
jasa rumah sakit maupun pembuat dan pelaksana kebijakan layanan kesehatandi tingkat regional, nasional dan institusi. (Quality is different things to
different people based on their belief and norms).1
Perkembangan evolusi mengenai bidang mutu (Quality), kaidah tehnik
mekanisme pengambilan keputusan untuk profesi seperti Evidence-based
(Medicine, Nursing, Healthcare, Health Technology Asssessment), danSistem Layanan Kesehatan di rumah sakit sangat perlu dan penting untuk
diketahui terlebih dahulu sebelum menetapkan arah pengembangan suatu
sarana layanan kesehatan (rumah sakit) sehingga akan lebih mudah dalammenilai progresivitas dan kinerja (performance ) dalam bentuk indikatorindikator yang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
Secara ringkasnya bagan dalam Gambar 1 berikut menunjukkan evolusi mutu
dari inspection , quality control, quality assurance hingga total quality sertakomponen komponennya; dan evolusi epidemiologi klinik, evidence-based,
health technology assessment sampai information mastery. 2,3,4,5,6
Disampaikan dalam Pelatihan Penyusunan Clinical Pathways RSUD Tulungagung Jawa Timur,
2-3 Agustus 2010.1 Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence
2000; 4(3):19-23.2 Firmanda D. Clinical Governance : Konsep, konstruksi dan implementasi manajemen medik. Disampaikan
pada seminar dan business meeting “Manajemen Medis: dari Kedokteran Berbasis Bukti (Evidence- ased Medicine /EBM) menuju Clinical Governance ” dalam rangka HUT RSUP Fatmawati ke 40 di GedungBidakara Jakarta 30 Mei 2000.
3 Firmanda D. Professional continuous quality improvement in health care: standard of procedures,clinical guidelines, pathways of care and evidence-based medicine. What are they? J Manajemen & Administrasi Rumah Sakit Indonesia 1999; 1(3): 139-144.
4 Firmanda D. Dari penelitian ke praktik kedokteran. Dalam Sastroasmoro S dan Ismael S. Dasar dasarmetodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto, 2002.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 2/25
2
Gambar 1. Evolusi bidang mutu dan epidemiologi klinik.2-6
Sedangkan evolusi sistem layanan kesehatan di rumah sakit secara prinsipnyamulai dari yang bercirikan ’doing things cheaper’ dalam hal ini efficiency pada
tahun 1970an pada waktu krisis keuangan dan gejolak OPEC, kemudianekonomi mulai pulih dan masyarakat menuntut layanan kesehatan bercirikan
’doing things better’ dalam hal ini quality improvement .
Selama dua dekade tersebut manajemen bercorak ’doing things right’ yang
merupakan kombinasi ’doing things cheaper’ dan ’doing things better’.Ternyata prinsip ’doing things right’ tidak memadai mengikuti perkembangan
kemajuan teknologi maupun tuntutan masyarakat yang semakin kritis; danprinsip manajemen ‘doing things right’ tersebut telah ketinggalan zaman dandianggap sebagai prinsip dan cara manajemen kuno.
5 Firmanda D. Clinical governance dan aplikasinya di rumah sakit. Disampaikan pada Pendalaman materirapat kerja RS Pertamina Jaya, Jakarta 29 Oktober 2001.
6 Firmanda D. Professional CQI: from Evidence-based Medicine (EBM) towards Clinical Governance.Presented at the plenary session in World IPA, Beijing 23rd July 2001.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 3/25
3
Pada abad 21 ini menjelang era globalisasi dibutuhkan tidak hanya ’doing things right’, akan tetapi juga diperlukan prinsip manajemen ‘doing the right
things’ (dikenal sebagai increasing effectiveness ) sehingga kombinasikeduanya disebut sebagai prinsip manajemen layanan modern ‘doing the right things right’ . (Gambar 2). 7,8,9,
Gambar 2. Evolusi prinsip manajemen layanan kesehatan.7-9
Pada saat ini kita sedang mengalami periode krisis keuangan global.10 Istilahakan krisis keuangan global itu sendiri mempunyai batasan dan persepsi yangberbeda untuk setiap individu dan bersifat relatif tergantung sudut pandang
dari berbagai dimensi.11,12,13
7 Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm
8 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and
implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm9 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.10 Pisani-Ferry J, Santos I. The world in crisis – reshaping the global economy. Finance and
Development March 2009; 8-13.11 Cottarelli C. Paying the piper. Finance and Development March 2009; 27-30.12 Hoffman D. Deep impact. Finance and Development March 2009; 13-4.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 4/25
4
Berdasarkan data World Bank yang disajikan pada pertemuan G20 di LondonInggris terjadi penurunan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dari
6.4% menjadi 4.5% bahkan ada yang sampai 0.1% (Gambar 3).14
Kerugian dandana talangan (bailouts) untuk mengatasi akibat krisis keuangan global diAmerika dan Eropa sebagaimana dalam Gambar 4 berikut.
Sedangkan di dalam negeri saat terakhir ini kondisi nilai tukar rupiah dalam
posisi konsolidasi karena imbas dari kebijakan pemerintah Amerika yangmencetak mata uang USD beredar lebih banyak (M1) sehingga menekan
indeks nilai tukar USD, dan secara tidak langsung meningkatkan nilai tukarrupiah sebagai leading economics index meskipun tidak harus paralel dengan
real effective exchange rate index sebagaimana dalam Gambar 5.
Gambar 3. GDP Growth 1980 t0 2010.5
13 Higgot R, Robotti P. Reshapping globalization – multilateral dialogues and new policyinitiatives. Budapest: Central European University, 200114 World Bank Group G20 Summit on Financial Markets and the World Economy. Background
Paper - G20 Global Financial Crisis: Responding Today, securing Tomorrow. Wahington DC,November 15, 2008.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 5/25
5
Gambar 4. Kerugian dan dana talangan di Amerika dan Eropa akibat krisiskeuangan global
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 6/25
6
Gmabar 5. Peredaran USD dan kaitannya dengan Rupiah.
Pada tanggal 12 November 2008 WHO15 mengimbau seluruh anggotanya untukmengambil langkah langkah sebagai berikut:
1. Melindungi rakyat miskin (protecting the poor) 2. Mempromosikan perbaikan ekonomi (promoting economic recovery)
3. Mempromosikan stabilitas sosial (promoting social stability) 4. Menganjurkan efisiensi (generating efficiency) 5. Menganjurkan pembangunan jejaring pengamanan kesehatan (building
security) Pada tanggal 19 Januari 2009 lalu, hasil konsultasi tingkat tinggi WHO16
menganjurkan kerangka kerja tindak lanjut meliputi bidang sebagai berikut:
15 WHO Director General statement. Impact of the global financial economic crisis onhealth. Geneva; November 12, 2008.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 7/25
7
1. Kepemimpinan (leadership) 2. Pelaksanaan monitoring dan analisis (monitoring and analysis)
3. Kebijakan publik biaya berorientasi keberpihakan kepada rakyatmiskin (pro-poor and pro-health public spending)
4. Kebijakan sektor kesehatan (policies for the health sector)
5. Perilaku usaha bidang layanan kesehatan internasional (new ways of doing business in international health)
Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan
semakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu,keselamatan serta biaya. Maka prinsip prinsip ’good corporate governance’
(dalam hal ini mencakup hospital governance dan clinical governance ) – yaknitransparency, responsiveness dan accountable akan semakin menonjol serta
mengedepankan akan efesiensi dan efektifitas suatu layanan.
Istilah efesiensi sangat berhubungan erat antara inputs dan proses,
sedangkan efektifitas berhubungan dengan proses dan hasil. Sedangkanistilah, definisi dan dimensi akan efisiensi juga belum ada kesepakatan yang jelas dan eksplisit – tergantung dari berbagai perspektif. Efisiensi dapat
digolongkan kepada efisiensi tehnik (technical efficiency) , efisiensi
produksi/hasil (productive efficiency) dan efisiensi alokatif(allocative/societal efficiency) termasuk didalamnya bidang market dankesehatan.
Oleh karena saat ini dibutuhkan tidak hanya ’doing things right’, akan tetapi
juga diperlukan prinsip manajemen ‘doing the right things’ (dikenal sebagaiincreasing effectiveness ) sehingga kombinasi keduanya disebut sebagai
prinsip manajemen layanan modern ‘doing the right things right’ . (Gambar 2).17,18,19,
16 WHO. The financial crisis and global health. Report of a High-Level Consultation WHO, Geneva;January 19, 2009.17 Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global
Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm18 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, andimplementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm19 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;1(1):43-9.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 8/25
8
Maka bila ketiga filosofi dan konsep di atas dipadukan sertadiimplementasikan dalam praktek layanan kesehatan di rumah sakit melalui
suatu sistem yang terintegrasi dinamakan clinical governance .
Berbagai tantangan dari luar saat ini adalah era globalisasi pasar terbuka
yang telah memasuki modus operandi tahap empat (resources ) dengan cara
harmonizations of reciprocal agreement (dalam hal standarisasi dan
indikator). Profesi medis berperan penting dalam melaksanakan analisisefektivitas klinis, sedangkan pihak manajerial dan direksi dalam bidang
analisis ekonomi dan pemerintah (dalam hal ini Departemen Kesehatan danDinas Kesehatan) selaku pembuat kebijakan dan regulator berperan dalam
melakukan analisis dampak terhadap sistem layanan kesehatan (Gambar 5 dan6) termasuk sistem pembiayaan dan keamanan pasien (patient safety) .
Gambar 5. Strata pemanfaatan pendekatan Health Technology Assessment (HTA) dari tingkat pembuat kebijakan/regulator, pelaksana kebijakan daninstrumen aplikasinya pada tingkat layanan kesehatan (rumah sakit) dalamrangka kendali mutu dan biaya.20-21
20 Firmanda D. Pedoman implementasi HTA di RS Fatmawati. Disampaikan pada Sidang Pleno KomiteMedik RSUP Fatmawati, Jakarta 2 Juni 2008.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 9/25
9
Gambar 6. Kerangka konsep implementasi evidence-based medicine dan HTA
dalam penyusunan SPM, Clinical Pathways dan Audit Medis dikaitkan dengansistem pembiayaan Casemix (INA DRG) dan Undang Undang Nomor 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang Undang Nomor 25 tahun 2009tentang Pelayanan Publik dan Undang Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit .
Menjaga mutu layanan medis (dalam hal ini quality assurance di bidang profesi
medis) yang mencakup standar pelayanan medis, audit medis dan peningkatanmutu berkesinambungan. Maka diperlukan suatu instrumen yang dapat
21 Firmanda D. Pedoman HTA di Rumah Sakit. Disampaiakan pada pada Pertemuan Finalisasi Pedomandan Draft Rekomendasi Hasil HTA 2008, diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pelayanan MedikSpesialistik, Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel dan Apartemen Majesty, Bandung 27 –
30 Agustus 2008.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 10/25
10
merangkum seluruh kegiatan dan upaya tersebut di atas dalampenyelenggaraan layanan kesehatan di rumah sakit melalui Clinical Pathways .
Kendala utama adalah kemauan untuk ikut berpartisipasi dan kemampuan akandalam menguasai evidence-based, tehnik health technology assessment dan
membuat standar pelayanan medis, audit medis serta menyusun clinical pathways sesuai bidang keahliannya serta mampu mengakomodir perbedaan
pendapat antar profesi.
Maka dalam rangka antisipasi kendala di atas dan dalam rangkamempersiapkan kader kepemimpinan Komite Medik RSUP Fatmawai telah
menyusun buku Kepemimpinan Klinis dan Manajemen Medik (Medical Leadership and Medical Management) yang terdiri dari 16 modul berikut22;
1. Clinical Governance
2. Medical Staff Bylaws
3. Evolusi Mutu bidang kesehatan dan kedokteran
4. Sistem Mutu (Quality Systems) 5. Standar (Setting the standards)
6. Sistem Komite Medik dan Sistem SMF di rumah sakit.
7. Mekanisme Kerja Sub Komite dan Tim Klinis Komite Medik
8. Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien (Clinical Risks Management and
Patient Safety) 9. Layanan berkesinambungan dan fokus kepada pasien (Patient focussed and
continouos care)
10. Efektifitas Klinis (Clinical Efectivity)
11. Audit Medis dan High Impact interventions (HII)
12. Clinical Pathways
13. Evidence-based Medicine/Healthcare and Health technology Assessment
14. Tatakelola obat dan alat kesehatan (Drugs and Therapeutics Committee)
15. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial I16. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial II
Serta melakukan berbagai pelatihan berjenjang kepada seluruh anggotaprofesi yang diselenggarakan oleh Sub Komite Pendidikan/Pelatihan, Subkomite Etik dan Mutu Profesi dan Sub Komite Pengedalian Infeksi
Nosokomial Komite Medik secara terintegrasi dan terjadwal. Diharapkan
22 Firmanda D. Kepemimpinan Klinis dan Manajemen Medik (Medical Leadership and Medical Management) RSUP Fatmawati, Jakarta 2004.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 11/25
11
dengan pembekalan tersebut setiap anggota dan ketua SMF dapat ’menguasai’ ilmu dan ketrampilan dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin.
Standar Pelayanan Medis/Kedokteran
Standar Pelayanan Medis/Kedokteran tidak identik dengan Buku Ajar, Text- books ataupun catatan kuliah yang digunakan di perguruan tinggi. Karena
Standar Pelayanan Medis merupakan alat/bahan yang diimplementasikan padapasien; sedangkan buku ajar, text-books , jurnal, bahan seminar maupun
pengalaman pribadi adalah sebagai bahan rujukan/referensi dalam menyusunStandar Pelayanan Medis.
Standar Pelayanan Medis di rumah sakit pada umumnya dapat diadopsi dari
Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat oleh organisasi profesimasing masing, tinggal dicocokkan dan disesuaikan dengan kondisi sarana dankompetensi yang ada di rumah sakit. Bila Pedoman/Standar Pelayanan Medis
yang telah dibuat oleh organisasi profesi tersebut sesuai dengan kondisirumah sakit – maka tinggal disepakati oleh anggota profesi (SMF) terkait dandisahkan penggunaannya di rumah sakit oleh direktur rumah sakit tersebut.
Namun bila Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat olehorganisasi profesi tersebut belum ada atau tidak sesuai dengan kondisi rumahsakit atau dalam Pedoman/Standar Pelayanan Medis dari profesi belum
mencantumkan jenis penyakit yang sesuai dengan keadaan epidemiologipenyakit di daerah/rumah sakit tersebut – maka profesi di rumah sakit
tersebut wajib membuat Standar Pelayanan Medis untuk rumah sakittersebut dan disahkan penggunaannya di rumah sakit oleh direktur rumah
sakit.
Dalam menyusun Standar Pelayanan Medis untuk rumah sakit - profesi medismemberikan pelayanan keprofesiannya secara efektif (clinical effectiveness) dalam hal menegakkan diagnosis dan memberikan terapi berdasarkan
pendekatan evidence-based medicine . Secara ringkasnya langkah tersebutsebagaimana dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 12/25
12
Gambar 7. Langkah umum dalam kajian literatur melalui pendekatan evidence- based , tingkat evidens dan rekomendasi dalam bentuk standar pelayananmedis dan atau standar prosedur operasional.23-24
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 13/25
13
Format Pedoman/Standar Pelayanan Medis
Nomor : .............................................................
SMF : ............................................................
Rumah Sakit : ...........................................................
1. Judul/topik : ……………………………………………………
2. Tanggal/Nomor/ Update: ………………../………………../……………….
3. Ruang Lingkup pengguna: dokter umum/spesialis/konsultan*
4. Sumber informasi/literatur/bahan acuan:i. ……………………………..
ii. ……………………………..
iii. ……………………………..
iv. ……………………………..
v. ……………………………..
5. Nama Reviewer /Penelaah kritis:i. ………………………...
ii. ………………………...
iii. …………………………
6. Tingkat eviden: ………
7. Hasil Telaah/Rekomendasi:…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….dst
8. Tingkat Rekomendasi: ………….
9. Indikator klinis : …………………………………………………………………
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 14/25
14
Proses selanjutnya setelah menyusun Standar Pelayanan Medis RumahSakit adalah membuat Clinical Pathways sebagai salah satu komponen dari
Sistem Casemix (INA DRG) yang saat ini dipergunakan untuk JaminanPemeliharaan Kesehatan (Jamkesmas) di rumah sakit sebagaimana dalamGambar 6 di atas.
Jadi bila dihubungkan antara mutu (quality) dan efisiensi pembiayaan layanankesehatan rumah sakit – dari segi hal mencegah pemborosan dari hal yang
mubazir secara elimating waste , efisiensi disini adalah sebagai komponenmutu; dan mutu bila ditinjau dari segi azas manfaat (net benefit) akan
menjadi salah satu bagian dari efisiensi disamping bagian lainnya yaitu biayasumber atau inputs (resource costs) – maka secara ringkas sebagai suatu
formula:Efisiensi layanan kesehatan = azas manfaat (net benefit)
biaya sumber (resource costs)
Untuk tingkat direksi dan manajer rumah sakit untuk segi azas manfaat (net benefit) di atas dapat dicapai dalam hal menentukan pengadaan sarana (obat,
alat kesehatan penunjang diagnostik dan terapeutik/operasi, ruangan, laundri,
makanan pasien dan sebagainya) berdasarkan pendekatan :a. Efisiensi dan produktivitas:i. Efisiensi = episode perawatan / biaya
ii. Efisiensi = Jumlah episode perawatan / Jumlah tenaga profesiiii. Efisiensi = Jumlah intervensi yang bermanfaat (more good
than harm) / biayaiv. Efisiensi = Jumlah intervensi terbukti efektif / biaya
b. Efisiensi berdasarkan hasil (outcomes) i. Efisiensi = pasien keluar hidup / biaya
ii. Efisiensi = pasien keluar hidup – kejadian tidak diharapkan /biaya
→ QALY (Quality Adjusted Life years)
Sedangkan untuk profesi medis dapat melalui pendekatan mekanisme
pengambilan keputusan klinis evidence-based medicine (EBM) dan Health
Technology Assessment dalam bentuk standar pelayanan medis dan clinical
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 15/25
15
pathways yang diimplementasikan secara konsisten, tidak mengulang (not repetitive) dan tidak duplikasi.23
Untuk memudahkan pihak manajerial dalam menentukan pemilihan danpengadaan berbagai alat penunjang diagnostik (dengan menggunakan kaidah
evidence based-healthcare dan health technology assessment ) serta profesimedis dalam memilih penunjang pemeriksaan diagnostik dalam penanganan
pasien di rumah sakit (dengan menggunakan kaidah evidence based-medicine dan health technology assessment ) – manfaatkan dan pergunakan hubungan
sensitifitas, spesifisitas dan rasio kemungkinan positif (positive likelihood
ratio) dapat digunakan Gambar 8 berikut.24
23 Kenagy JW, Berwick DM, Shore MF. Service quality in healthcare. JAMA 1999:281(7):661-5.
24 Firmanda D. Pedoman Penilaian Teknologi Kesehatan (Health Technology Assessment/HTA) di rumah sakit. Disampaikan pada Pertemuan Finalisasi Pedoman dan Draft
Rekomendasi Hasil HTA 2008, diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pelayanan MedikSpesialistik, Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel dan Apartemen Majesty,
Bandung 27 – 30 Agustus 2008.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 16/25
16
Gambar 8. Hubungan sensitifitas, spesifisitas dan penghitungan rasio
kemungkinan positif (positive likelihood ratio) LR (+) - sebaiknya dipilih alatpenunjang yang mempunyai LR(+) > 5.
Sedangkan untuk obat obatan dilihat dari nilai NNT dan NNH (numbers needed to treatment/harm) , disamping adanya kebijakan (policy) yang
mengahruskan/mengutamakan produk dalam negeri atau PMDN atau PMA yang membuka pabrik perusahaannya di tanah air – sehingga sirkulasi
keuangan dan konsumsinya terjadi di dalam negeri termasuk nilai tambah
(value added) seperti fiskal, pajak dan membuka/menambah lapangan kerja –
sehingga leading economic index kita meningkat dan daya beli masyarakat
(purchasing power parity) bertambah serta ekonomi negara rebound keluardari krisis keuangan global (down-ward spiral effects ).
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 17/25
17
Clinical Pathways dapat digunakan sebagai alat (entry point) untuk melakukanaudit medis dan manajemen baik untuk tingkat pertama maupun kedua (1st
Party and 2nd
Party Audits) dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutupelayanan.25,26,27,28,29
Clinical Pathways dapat digunakan juga sebagai salah satu alat mekanismeevaluasi penilaian risiko untuk mendeteksi kesalahan aktif (active errors) dan
laten (latent/system errors) maupun nyaris terjadi (near miss) dalamManajemen Risiko Klinis (Clinical Risk Management) dalam rangka menjaga
dan meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien (patient safety) .30,31
Sebagai ilustrasi contoh kasus adalah sebagai berikut: selama ujicobapenerapan Clinical Pathways di SMF Kesehatan Anak pada bulan Desember
2005 lalu dalam Sistem SMF Kesehatan Anak sebagaimana dalam Gambar 9berikut.
25 Firmanda D. Pedoman Audit Medis. Komite Medis RS Fatmawati Jakarta 2003.26 Firmanda D. Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
2003.27 Firmanda D. Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan dalam rangka Penyusunan dan
Penyempurnaan Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Depkes RI, Jakarta 2004.28 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di
Rumah Sakit.29 Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global
Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm30 Firmanda D. Pedoman dan Instrumen Manajemen Risiko Klinis dan Keamnan Pasien (Clinical Risks
Management and Patients Safety ). Pleno Komite Medik RS Fatmawati 21 Juni 2005.31 Firmanda D. Instrumen Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien (Clinical Risks Management and
Patients Safety). Disampaikan dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan Instrumen ManajemenRisiko Klinis dan Keamanan Pasien (Clinical Risks Management and Patients Safety) dan uji coba di 4propinsi di Depkes RI Jakarta 2005.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 18/25
18
Gambar 9. Contoh ujicoba format Clinical Pathways sebelum revisi
Terjadi ‘delayed’ pemulangan pasien selama 1 hari, setelah dilakukan 1st Party
Managerial Audit - yang mengakibatkan terjadi stagnasi pasien masuk di UnitEmergensi yang melampaui batas waktu yang ditentukan. Kasus tersebutdilakukan variance tracking dengan cara 1st Party Managerial Audit sesuai
dengan Pedoman Audit Medis Komite Medik RS Fatmawati – ditemukan
adanya keterlambatan dalam proses administrasi billing keuangan yang
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 19/25
19
memakan waktu cukup lama. Maka Ketua Komite Medik memberikan masukanusul kepada:
1. Direktur Keuangan untuk membenahi sistem billing rumah sakit.2. Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan mendesain sistem
triage di Unit Emergensi yang lebih baik sebagaimana dapat dilihat
dalam Gambar 10 di bawah.3. Kepala Instalasi Rawat Inap untuk menyediakan ruangan khusus
semacam transisi selama pengurusan administrasi pulang dan tidaktetap di ruang inap.
4. Ketua SMF dan Kepala Instalasi Gawat Darurat untuk membuatClinical Pathways kasus kasus di Unit Emergensi sebagaimana
Format dalam Gambar 11 di bawah.
Gambar 10. Usul Ketua Komite Medik tentang stagnasi di Unit Emergensi
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 20/25
20
Gambar 11. Contoh format Clinical Pathways untuk Unit Emergensi.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 21/25
21
Ilustrasi contoh dimana Clinical Pathways dapat mengubah/revisi StandarPelayanan Medis (SPM)/Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam
penatalaksanaan pasien di ruangan berdasarkan kaidah Evidence-based Medicine (EBM) yakni tentang pemberian vitamin K1 kepada bayi baru lahir32
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 12 berikut.
Gambar 12. Contoh Clinical Pathway Bayi Baru Lahir di SMF Kesehatan AnakRS Fatmawati.
32 American Academy of Pediatrics. Policy Statement – Controversies concerning Vitamin K and thenewborn. Pediatrics 2003;112(1):191-2.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 22/25
22
Sesuai dengan rencana skema Komite Medik RSUP Fatmawati sebagaimanadalam Gambar 6 di atas. Titik penting (crucial point) adalah pada clinical
pathways sebagai entry point dalam melaksanakan kegiatan praktik profesikedokteran sehari hari di rumah sakit – baik untuk tingkat sistem maupunindividu – dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana
diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang PraktikKedokteran dengan tujuan memberikan perlindungan kepada
pasien/masyarakat (patient safety) , profesi kedokteran sendiri danmeningkatkan mutu pelayanan serta mutu kompetensi profesi.
Gambar 13. Hubungan Clinical Pathways dengan Clinical Risks Management/ Patient Safety dan kegiatan Health/High Impact Interventions (HII) di
RSUP Fatmawati.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 23/25
23
Gambar 14. Hubungan Clinical Pathways dengan jasa dokter dan kinerjaindividu.
Gambar 15. Hubungan Clinical Pathways dengan penggunaan obat rasional.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 24/25
24
Gambar 16. Hubungan Clinical Pathways dengan audit medis dan surveilans
infeksi nosokomial
Gambar 17. Hubungan Clinical Pathways dengan sistem pembiayaan DRG
Casemix dan mutu pelayanan.
8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS
http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 25/25
25
Dengan mempergunakan Clinical Pathways secara micro-system: untukindividu pasien/keluarga, penyandang dana (asuransi) sebagai purchasers dan
external customers, dan profesi (dokter, apoteker, perawat, penata, akuntasidan rekam medik) serta penyelenggara rumah sakit sebagai provider daninternal customer menjadi jelas, eksplisit dan akauntabel dari segi mutu
layanan maupun biaya yang dikeluarkan (value for money) .
Secara macro-system – dalam hal ini pemerintah mudah untukmengalokasikan biaya kesehatan yang diperlukan untuk masyarakat dan dapat
menilai benchmarking efisiensi biaya dan mutu layanan setiap penyelenggarakesehatan sehingga mempertajam skala prioritas pembangunan kesehatan
dalam menyusun national health accounts dan universal coverage system asuransi nasional.