file · web viewbab i. pendahuluan. latar belakang. seiring dengan perkembangan ilmu...

83
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali memberikan manfaat dalam semua bidang kehidupan masyarakat temasuk juga aspek pendidikan. Pendidikan berkembang secara dinamis, karena melalui usaha pendidikan diharapkan tujuan pendidikan nasional akan dapat terwujud. Oleh karena itu semua mata pelajaran disampaikan dengan model pembelajaran dan strategi pendekatan yang inovatif dan kreatif. Pada saat ini pemerintah Indonesia melakukan pembangunan di segala bidang, khususnya dibidang pendidikan, yang diarahkan pada tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman. Pembaharuan model mengajar dan memperbaiki model pengajaran merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Satu inovasi yang menarik mengiringi

Upload: lamnhu

Post on 01-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

informasi, banyak sekali memberikan manfaat dalam semua bidang

kehidupan masyarakat temasuk juga aspek pendidikan. Pendidikan

berkembang secara dinamis, karena melalui usaha pendidikan diharapkan

tujuan pendidikan nasional akan dapat terwujud. Oleh karena itu semua mata

pelajaran disampaikan dengan model pembelajaran dan strategi pendekatan

yang inovatif dan kreatif.

Pada saat ini pemerintah Indonesia melakukan pembangunan di segala

bidang, khususnya dibidang pendidikan, yang diarahkan pada tuntutan

kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman. Pembaharuan model

mengajar dan memperbaiki model pengajaran merupakan syarat mutlak untuk

mencapai tujuan yang telah digariskan. Satu inovasi yang menarik mengiringi

perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan diterapkannya model

pembelajaran kooperatif (Trianto, 2011:3). Model mengajar pada dasarnya

adalah cara-cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pada

siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa mudah memahami materi yang

diberikan guru. Salah satu komponen belajar yang harus dikuasai oleh

pendidik atau guru adalah kemampuan menggunakan model pembelajaran

dengan baik, sehingga dapat mengkomunikasikan bahan pelajaran guna

terciptanya proses mengajar yang efektif. Dengan semakin pesatnya

1

Page 2: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

2

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin kompleks

pula bahan pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa. Dalam hal ini

guru pun dituntut untuk memilih model mana yang digunakan dan sesuai

dengan tujuan bahan ajar yang telah ditetapkan.

Salah satu mata pelajaran yang didapat siswa di sekolah adalah

Matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan

dalam tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap

kritis dan berpikir logis (Martiningsih, 2013: 564). Belajar mata pelajaran

Matematika bisa membantu siswa untuk dapat :

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

Matematika juga merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak,

sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan model yang

tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu,

diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa

untuk mencapai kompetensi dan indikator pembelajaran.

Banyak siswa menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan

mata pelajaran yang sulit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain.

Page 3: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

3

Kesulitan itu dapat dilhat dari kegagalan siswa dalam menguasai pelajaran

matematika di sekolah. Berdasarkan penelitian Martiningsih (2013:34),

dilaporkan bahwa kegagalan siswa dalam menguasai pelajaran matematika

disekolah disebabkan kurang baiknya proses pembelajaran yang dilakukan

oleh guru. Pada kenyataannya guru lebih banyak menggunakan model

pembelajaran langsung, karena model ini paling mudah dilaksanakan. Pada

proses pembelajaran dengan model pembelajaran langsung, definisi dan

rumus diberikan, contoh soal diberikan dan dikerjakan sendiri oleh guru,

kemudian langkah-langkah guru diikuti oleh siswa. Siswa meniru cara kerja

dan penyelesaiaan yang dilakukan oleh guru. Pada sisi lain, siswa merasa

cemas mengikuti pelajaran, kurang bersemangat, tidak percaya diri dan

kurang aktif dalam mengikuti pelajaran.

Selama ini siswa menerima begitu saja pengajaran matematika di

sekolah, tanpa mempertanyakan mengapa atau untuk apa matematika harus

diajarkan. Tidak jarang muncul keluhan bahwa matematika hanya membuat

pusing siswa dan orangtua karena dianggap sebagai momok yang menakutkan

oleh sebagian siswa. Begitu beratnya gelar yang disandang Matematika yang

membuat kekhawatiran pada hasil belajar siswa. Faktor lain yang ikut

mempengaruhi adalah rasa bosan pada pelajaran Matematika, hal ini didapat

dari faktor penyampaian materi atau model pembelajaran yang monoton.

Permasalahan yang serupa juga dialami oleh Guru SMP Negeri 3 Waru

ketika peneliti mengadakan observasi di sekolah tersebut. Banyak anak yang

mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran matematika. Hal ini

Page 4: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

4

disebabkan ketakutan anak terhadap mata pelajaran matematika, kurangnya

konsentrasi anak dan membosankannya pelajaran. Dari pihak guru juga

mengalami kesulitan, karena selama ini dirasa memakai model pembelajaran

langsung sudah cukup untuk menyampaikan materi.

Gambaran permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran

matematika perlu diperbaiki guna meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Oleh karena itu peneliti mencoba memberikan solusi untuk mengatasi

masalah tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Melihat kondisi rendahnya hasil belajar tersebut upaya dilakukan

peneliti salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Suprijono, 2009: 133). Dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, diharapkan siswa dapat meningkatkan

aktifitas belajar dan pemahaman konsep melalui kegiatan kooperatif bersama

teman sebaya sehingga hasil belajar atau hasil belajar siswa dapat lebih

optimal. Selain penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

berdasarkan pengamatan peneliti terhadap hasil dokumentasi penilaian tahun

lalu, jumlah siswa yang tuntas sangat rendah pada materi Sistem Persamaan

Linier Dua Variabel (SPLDV). Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

tersebut disampaikan pada kelas VIII semester 1.

Dari latar belakang tersebut di atas, maka peneliti mengambil judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada pembelajaran

Page 5: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

5

matematika materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII F

SMP Negeri 3 Waru.

B. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah Penelitian

1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan penelitin ini meliputi:

a. Respon siswa

Yang dimaksud respon siswa dalam hal ini adalah pendapat atau

keterangan siswa terhadap pembelajaran proyek dan investigasi

setting kooperatif yang diterapkan di kelas.

b. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar merupakan pencapaian hasil belajar yang

ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang

memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat

penguasaan kompetensi lebih lanjut. (Depdiknas, Buku 3,2004 :16).

2. Pembatasan Masalah Penelitian

Mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, tidak

memungkinkan untuk meneliti semua masalah yang tidak

didefinisikan.oleh karena itu peneliti hanya membatasi masalah yang

akan diteliti yaitu:

a. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

Page 6: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

6

b. Pembelajaran matematika yang dimaksud adalah pembelajaran

matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua

varibel(SPLDV) yang disampaika pada kelas VIII semester 1.

c. Siswa yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas VIII F SMP

Negeri 3 Waru.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, petanyaan penelitian yang

dapat dikemukakan peneliti adalah sebagai berikut.

1. Bagaiman respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi SPLDV di kelas VIII SMP Negeri 3

Waru?

2. Bagaimana ketuntasan belajar siswa pada penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi SPLDV di kelas VIII SMP Negeri 3

Waru?

D. Asumsi

1. Guru melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD sesuai sintaks

2. Siswa menjawab angket tentang respon terhadap penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan sungguh-sungguh tanpa

pengaruh orang lain

3. Siswa mengerjakan soal tes dengan sungguh-sungguh dan hasil pikiran

sendiri

Page 7: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

7

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendiskripsikan respon siswa pada penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi SPLDV.

2. Mendiskripsikan ketuntasan belajar siswa pada penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi SPLDV.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang model

pembelajaran pada sub materi SPLDV dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Bagi siswa

Memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD .

3. Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan dan memberikan informasi tentamg model

pembelajaran terutama pada mata pelajaran matematika pada materi

SPLDV.

4. Bagi peneliti

Page 8: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

8

Sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan proses

pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar siswa yang maksimal dan

pembentukan karakter siswa dalam pembelajaran matematika dan

menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pembelajaran kooperatif

tipe STAD

G. Batasan Istilah

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD(Student Teams Achievemennt

Division)menurut Slavin (dalam Nur, 2000: 26) adalah pembelajaran di

mana siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang

merupakan campuran menurut tingkat prestasinya, jenis kelamin, dan

suku yang diawali denga penyampean tujuan pembelajaran, penyampean

materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

2. Respon Siswa

Respon siswa adalah pendapat atau penilaian siswa terhadap

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Respon siswa ini diukur dengan

mengisi angket setelah kegiatan belajar mengajar

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah kemampuan atau keterampilan yang diperoleh

siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru.

Page 9: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-

perubahan tersebut akn nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian

belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.”

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik

sifat maupun jenisnya karna itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam

diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan

seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan

semacam itu tidak dapat digolongkan kedalam perubahan dalam arti

belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada

dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek

kematangan, pertumbuhan, dan perkemabangan tidak termasuk perubahan

dalam pengertian belajar.

9

Page 10: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

10

Para ahli banyak yang mengungkapkan pandangan yang

berbeda tentang belajar Belajar menurut pandangan skinner

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat

orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia

tidak belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya

hal berikut:

(i) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons

belajar.

(ii) Respons si pembelajar, dan

(iii) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.

Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.

Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pembelajar yang baik diberi hadiah.

Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

Guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan

skinner. Pandangan skinner ini terkenal dengan nama teori skinner. Dalam

menerapkan teori skinner

2. Pengertian Pembelajaran

Konsep pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2008: 61) adalah

suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-

kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,

pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Warsita

Page 11: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

11

(2008:85) juga menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha

untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk

membelajarkan peserta didik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala,2008: 62) pembelajaran

adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sudjana (2010:28)

menyatakan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya

yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan

interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga

belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan

membelajarkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah

suatu proses kegiatan belajar dan mengajar yang terjadi antara guru dan

siswa dengan suatu rencana dan tatanan konsep untuk membahas suatu

masalah.

3. Pengertian Hasil Belajar

Setelah mengetahui pengertian belajar maka kita akan melihat

pengertian hasil belajar oleh para ahli. Menurut Purwoto (2011:46) hasil

belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan

Page 12: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

12

perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan

yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia

mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Sudjana (2010:3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku yang mencakup bidang koknitif, afektif, dan psikomotorik

yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.Dari

beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan atau keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima

perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat memberikan

pengetahuan dalam kehidupan sehari – hari.

Hasil belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, (Slameto,

2010:54 –72) diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Diantara

faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang

antara lain :

1) Faktor Jasmaniah

Faktor – faktor jasmaniah meliputi :

a) Faktor Kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya, yang berarti

berpengaruh juga pada hasil belajarnya. Jika kesehatan seseorang

Page 13: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

13

terganggu maka ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah

pusing, ngantuk jika badannya lemah. Kurang darah ataupun

gangguan fungsi alat indera yang lain juga akan mengganggu

proses belajar dan hasilnya.

Agar seseorang mendapatkan hasil belajar yang baik, maka

seseorang harus menjaga kesehatan dengan menjaga pola makan,

istirahat, olahraga, rekreasi dan beribadah.

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh sangat mempengaruhi hasil belajar. Biasanya siswa

merasa tergangggu dan harus belajar ekstra agar bisa menyesuaikan

diri dengan siswa lain.

2) Faktor Psikologis

Faktor – faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar :

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan menghadapi dan menyesuaikan diri

kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif. Hal inilah yang

dipakai saat menghadapi persoalan dalam belajar sehingga hasilnya

nanti memuaskan.

b) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar

siswa dapat hasil yang baik, harus diusahakan agar bahan pelajaran

Page 14: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

14

selalu menarik perhatian, misalnya disesuaikan dengan hobi atau

kesukaannya.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap

hasil belajar, karena dengan minat yang tinggi siswa mudah untuk

memahami, ataupun berusaha lebih keras untuk bisa memahami.

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

berlatih. Jika bahan yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya,

maka hasil belajarnya akan lebih baik karena senang dalam belajar.

e) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang,

dimana alat – alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan

kecakapan – kecakapan baru. Dengan kematangan yang tepat

dalam belajar, maka hasil yang didapat akan lebih baik lagi.

f) Kesiapan

Menurut Jamies Draver:Preparedness to respond or react, kesiapan

adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini

perlu diperhatikan karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada

kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

Page 15: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

15

3) Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a) Kelelahan Jasmani

Terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan

untuk membaringkan tubuh.

b) Kelelahan Rohani

Dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga

minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan

dapat terjadi karena memikirkan sesuatu yang berat , mengerjakan

sesuatu dengan terpaksa karena tidak sesuai dengan bakat dan

minatnya.

Karena keadaan seperti ini sangat menggaggu dan mempengaruhi

hasil belajar, maka perlu disikapi dengan cara tidur, istirahat,

menggunakan obat – obatan yang bersifat melancarkan peredaran

darah, obat gosok, olah raga, rekreasi, apabila sangat serius bisa

menghubungi dokter atau psikiater agar hasil belajar bisa maksimal.

b. Faktor Eksternal

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil

belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut.

Yang termasuk faktor-faktor ekstern antara lain:

1) Keadaan lingkungan keluarga

Hasil belajar juga dipengaruhi keadaan lingkungan keluarga

2) Cara orang tua mendidik

Page 16: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

16

Dengan kekerasan atau dengan lemah lembut namun tegas dan

membiarkan anaknya mengikuti kemampuannya tidak memaksakan

keinginan orang tua.

3) Relasi antar anggota keluarga

Hubungan antara orang tua dengan anaknya yang baik akan

memberikan hasil yang baik pula dalam belajar.

4) Suasana rumah

Sasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian yang sering

terjaddi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana

rumah yang ramai, terlalu banyak angggota keluarga, banyak terjadi

pertengkaran akan mengganggu belajar dan akibatnya membuat hasil

belajar siswa tidak baik. Maka dari itu perlu diciptakan suasana di

rumah yang kondusif untuk belajar yang membuat anak kerasan dan

betah untuk terus belajar dan memperbaiki hasil yang kurang baik.

5) Keadaan ekonomi keluarga

Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak

kurang terpenuhi, kesehatan anak terganggun dan kemampuan untuk

belajarnya menurun, dan imbasnya hasil belajarnya juga akan

menurun. Sebaliknya, keadaan keluarga yang kaya raya juga

memiliki resiko. Orang tua cenderung untuk memanjakan anaknya

akibatnya anak kurang memusatkan perhatiannya untuk belajar dan

mendapatkan hasil belajar yang baik. Jadi harus seimbang antara

kebutuhan dan pemasukan dalam keluarga.

Page 17: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

17

6) Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Apabila

anak belajar, jangan diganggu dengan tugas – tugas rumah. Bantuan

dari orang tua pada sasat anak mengalami kesulitan juga akan

menambah semangat dan daya juangnya untuk mencapai hasil

belajar yang memuaskan.

7) Latar belakang kebudayaan

Perlu ditanamkan kebiasaan – kebiasaan yang baik dalam belajar

agar mendorong anak dan memberi semangat dalam meraih hasil

belajar yang baik pula.

8) Keadaan lingkungan sekolah

Faktor dari lingkungan sekolah yang mempengaruhi hasil belajar:

a) Metode mengajar

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi

hasil belajar siswa yang kurang baik pula. Seharusnya guru

mempunyai metode mengajar yang variatif, misalnya dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif, disana siswa

diminta untuk lebih aktif sehingga anak tidak merasa bosan dan

merasa bersemangat terus untuk belajar bersama.

b) Relasi guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Apabila

hubungan antara keduanya baik, maka hasil belajar akan baik

Page 18: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

18

pula. Disini diharapkan guru berperan lebih banyak untuk

menciptakan suasa yang baik, agar pembelajaran berjalan lancar.

c) Relasi siswa dengan siswa

Siswa mempunyai karakter masing – masing, hal ini

menyebabkan perbedaan dalam berbagai hal. Siswa yang kurang

mampu untuk beradaptasi dengan siswa lain maka akan

mengalami gangguan dalam relasinya dan membuat suasana

menjadi tidak nyaman yang berimbas pada hasil belajarnya juga.

d) Disiplin sekolah

Siswa akan belajar lebih baik apabila siswa berdisiplin di sekolah.

Siswa harus mendapat contoh terlebih dahulu dari semua guru

dan karyawan di lingkungan sekolah.

e) Alat pelajaran

Alat pelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran sangat

mendukung berhasilnya belajar seorang siswa

f) Waktu sekolah

Memilih waktu sekolah yang tepat akan memberikan dampak

yang baik bagi hasil belajar. Waktu yang tepat adalah pagi hari,

dimana otak dan badan siswa masih segar dan dalam kondisi yang

prima untuk mendapatkan pelajaran.

g) Keadaan gedung

Keadaan gedung yang memadai untuk belajar akan memberikan

hasil belajar yang baik. Banyak siswa dalam satu ruangan dan

Page 19: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

19

pemandangan juaga banyak memberikan pengaruh bagi hasil

belajar.

h) Tugas rumah

Guru sebaiknya tidak terlalu banyak memberikan tugas rumah,

agar siswa dapat cukup beristirahat dan mempunyai kegiatan

yang lain pula.

9) Keadaan lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa

adalah :

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat akan mengganggu dan

mempengaruhi hasil belajar apabila terlalu banyak dan kurang

mendukung pendidikannya. Bisa dipilih saja kegiatan yang

mendukung, misalnya kerja kelompok, kursus bahasa Inggris,

PKK remaja.

b) Mass media

Kelompok yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV,

surat kabar, majalh, buku, komik dan lainnya. Apabila tidak

dikontrol maka akan mempengaruhi hasil belajarnya dan

memungkinkan adanya penyimpangan juga.

Page 20: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

20

c) Teman bergaul

Agar hasil belajar baik, maka siswa diarahkan untuk bergaul

dengan teman yang baik pula, misalnya teman sekelas, teman satu

gereja, teman satu masjid, yang memiliki moral yang baik juga.

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Memberikan masukan dan dorongan kepada anak untuk bisa

memilah pergaulan dalam masyarakat, agar bisa menyaring

macam – macam perilaku dan tindakan di masyarakat yang

mempengaruhi proses belajar siswa

4. Pengertian Matematika

Matematika adalah ilmu pengetahuan struktur dan hubungan-

hubungannya, simbol-simbol diperlukan, matematika berkenaan dengan

ide-ide abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif

(Hudoyo, 1988: 3).

Menurut Nasution dalam (Sugiarto, 1990: 8), bahwa matematika

dapat dipandang sebagai suatu ide yang dihasilkan oleh ahli-ahli

matematika dan objek penalarannya dapat berupa benda-benda atau

makhluk, atau dapat dibayangkan dalam alam pikiran kita.

Pengertian lain yang dikemukakan oleh Sutrisman dan Tambuan

(1987: 2-3) bahwa matematika adalah pengetahuan tentang kuantitas

ruang, salah satu dari sekian banyak cabang ilmu yang sistematis,

terstruktur dan eksak.

Page 21: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

21

Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang pengertian matematika

dapat disimpulkan bahwa matematika adalah merupakan kumpulan ide-ide

yang bersifat abstrak, dengan struktur-struktur deduktif, mempunyai peran

yang penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Proses Belajar Mengajar Matematika

Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar

secara berbeda, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama,

seperti yang dinyatakan oleh Hamalik (1993 : 40) mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri siswa

yang nyata serta latihan yang kontinu, perubahan dari tidak tahu menjadi

tahu.

Pendapat serupa dikemukakan Hudoyo (1988 : 107)

mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam

memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga timbul

perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar, seorang mampu

mendemonstrasikan dan keterampilan dimana sebelumnya siswa tidak

dapat melakukannya.

Selanjutnya Anwar (1990 : 98) mengemukakan bahwa belajar

adalah setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan

pendewasaaan/pematangan atau yang disebabkan oleh suatu kondisi dari

organisme.

Page 22: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

22

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan proses individu siswa dalam interaksinya dengan

lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya proses tingkah laku

sebagai akibat dari pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan

tersebut.

Dalam proses belajar mengajar matematika, seorang siswa tidak

dapat mengetahui jenjang yang lebih tinggi tanpa melalui dasar atau hal-

hal yang merupakan prasyarat dalam kelanjutan program pengajaran

selanjutnya. Untuk mempelajari matematika dituntut kesiapan siswa

dalam menerima pelajaran, kesiapan yang dimaksud adalah kematangan

intelektual dan pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh anak,

sehingga hasil belajar lebih bermakna bagi siswa.

Hudoyo (1988 : 4) berpendapat bahwa “belajar matematika yang

terputus-putus akan mengganggu proses belajar “. Pendapat serupa

dikemukakan Russeffendi (1988 : 25) bahwa belajar matematika bagi

seorang anak merupakan proses yang kontinu sehingga diperlukan

pengetahuan dan pengertian dasar matematika yang baik pada permukaan

belajar untuk belajar selanjutnya.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar

matematika haruslah diawali dengan mempelajari konsep-konsep yang

lebih mendalam dengan menggunakan konsep-konsep sebelumnya atau

dengan kata lain bahwa proses belajar matematika adalah suatu rangkaian

kegiatan belajar mengajar dalam interaksi hubungan timbal balik antara

Page 23: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

23

siswa dengan guru yang berlangsung dalam lingkungan yang ada

disekitarnya untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru yang berlangsung dalam situasi edukatif

dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam proses mengajar matematika

terdapat adanya suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antara guru

yang mengajar dan siswa yang belajar. Seperti diungkapkan Usman

(1995 : 5) bahwa proses mengajar dikatakan sukses apabila anak-anak

dapat mengemukakan apa yang dipelajarinya dengan bebas serta penuh

kepercayaan berbagai situasi dalam hidupnya.

Nasution (1985 : 54) berpendapat bahwa proses mengajar adalah

suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya

dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

proses mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasikan lingkungan

dalam lingkungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga

menimbulkan terjadinya proses belajar yang menyenangkan pada diri

siswa jadi yang akanmenentukan keberhasilan suatu pross mengajar

adalah pengajar itu sendiri.

6. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model

pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif bertukar pikiran dengan

Page 24: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

24

sesamanya dalam memahami suatu materi pebelajaran. Slavin dalam

Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok –

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan

struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam

Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus

dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama

selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15)

menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa

lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam

perilaku sosial. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja

sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Johnson (Anita Lie, 2007: 30)

mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur

yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap

muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model

pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar

individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka,

komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Lie,

2008: 186). Cooperative learning merujuk pada berbagai macam model

Page 25: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

25

pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin,

dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama

lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para

siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan

berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat

itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena

dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas

yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara

terbuka danhubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif

antara anggota kelompok. Suprijono (2009: 54) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua

jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh

guru atau Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di

Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran

kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai

menggunakan pembelajaran kooperatif. Student Team Achievement

Page 26: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

26

Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan

empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis

kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja

dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai

pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu

dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran

matematika. Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan

pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan

interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang

maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi

akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi

Verbalatau teks.Tahap  Pembelajaran Kooperatif  Tipe STAD menurut

Nurasman (2006:5) menyatakan bahwa kegiatan bembelajaran

Kooperatif tipe STAD terdiri dari enam fase, diantaranya :

a. Fase I (Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok)

Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan

dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-

kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok

heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas

dapat berdasarkan pada. : 1) Kemampuan akademik (pandai, sedang dan

Page 27: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

27

rendah) yangdidapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu

diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok

terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.2)Jenis

kelamin, latar belakang sosial, kesenangan, bawaan/sifat

b. Fase II (Penyajian Materi Pelajaran)

Penyajian materi pelajaran ditekankan pada hal berikut :

1) Pendahuluan.

Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam

kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa

ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi

pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode

pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai

persiapan untuk mengikuti tes berikutnya. 

2)Pengembangan.

Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari

siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna

bukan hafalan. Pertanyaan-pertanyaan diberikan penjelasan tentang benar

atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih

kekonsep lain. 

3) Praktek terkendali.

Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara

menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk

Page 28: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

28

menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam

memberikan tugas jangan menyita waktu lama.

c. Fase III (Kegiatan kelompok)

Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang

akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan

untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas

perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan

kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang

dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi.

Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling

membantu dalam memahami materi pelajaran.

d. Fase IV (Evaluasi)

Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa

yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan

presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara

individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling

membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu

dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.

e. Fase V (Penghargaan individu dan kelompok)

Dari hasil penilaian perkembangan maka penghargaan pada prestasi

kelompok diberikan dalam ketingkatan penghargaan atau persyaratan

pemberian penghargaan misalnya bagi kelompok yang mendapat rata-rata

nilai dibawah (79-60) mendapatkan penghargaan ”Great Team”

Page 29: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

29

sedangkan bagi kelompok yang mendapatkan rata-rata nilai (55-30)

mendapatkan penghargaan ” Super Team”.

f. Fase VI (Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok)

periode penilaian (2 – 3 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor

evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan

perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.

Materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah

materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-konsep

dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggidan juga hapalan,

misalnya bilangan bulat, SPLDV, bilangan jam, dll. Dengan penyajian

materi yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan hasil belajarsiswa.

Keunggulan model pembelajaran kooperatif STAD menurut

Davidson(Nurasman,2006:26):a) Meningkatkan kecakapan individu, b)

Meningkatkan kecakapan kelompok, c)Meningkatkan komitmen dan

percaya diri, d) Menghilangkan prasangka terhadap teman sebaya dan

memahami perbedaan, e) Tidak bersifat kompetitif, f)Tidak memiliki

rasa dendam dan mampu membina hubungan yang hangat, g)

Meningkatkan motivasi belajar dan rasa toleransi serta saling membantu

dan mendukung dalam memecahkan masalah.

Page 30: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

30

Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut

Slavin(Nurasman 2006:27),yaitu: a) Siswa yang kurang pandai dan

kurang rajin akan merasa minder berkerja sama dengan teman-teman

yang lebih mampu. b) Terjadi situasi kelas yang gaduh singga siswa tidak

dapat bekerja secara efektif dalam kelompok. c) Pemborosan waktu.

8. Materi SPLDV

Sistem persamaan linier dua variabel merupakan sebuah persamaan

yang memiliki 2 variabel. Misalkan 2x + 3y =5 pada persamaan tersebut

terdapat 2 buah variabel yaitu x dan y. Pada umumnya SPLDV di

gunakan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan 2 buah

objek misalkan panjang dan lebar,, harga buah apel dan jeruk dan masih

banyak lagi.

Didalam proses penyelesaian sistem persamaan linier 2 variabel

terdapat bebapa cara diantaranya

i. Metode grafik

Untuk menyelesaikan himpunan dari SPLDV dengan metode grafik

langkah –langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut

1) Gambarkan grafik himpunan penyelesaian dari masing-masing

persamaan linier

2) Tentukan titik potong dari grafik –grafiknya

ii. Metode Subtitusi

Page 31: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

31

Selain dengan metode grafik SPLDV juga dapat diselesaikan

dengan metode subtitusi yaitu dengan cara menentukan persamaan salah

satu variabelnya terlebih dahulu misalkan x + y = 3 dan 2x + 2y = 8.

Persamaan x + y = 3 dapat diubah menjadi x = 3 –y selanjutkan

subtitusikan nilai x yaitu 3 –y kedalam persamaan 2x + 2y = 8 sehingga

akan mendapatkan himpunan penyelesaian y. Setelah menemukan nilai y

selanjutnya subtitusikan nilai y kedalam salah satu persamaan.

iii. Metode eliminasi

Pada metode eliminasi ini sesuai dengan namanya yaitu eliminasi

atau menghilangkan misalkan pada persamaan 2x + 4y = 10 dan x + y =

2 langkah pertama eliminasi x sehingga

2x + 4y = 10 x1 2x + 4y = 10

x + y = 2 x 2 2x + 2y = 4

2y = 6

y = 3

selanjutnya untuk mencari nilai x maka dengan cara yang sama

seperti di atas akan tetati yang dieliminasi adalah y.

iv. Metode gabungan eliminasi dan subtitusi

Pada proses menggabungkan dua metde ini yang harus dilakukan

adalah melakukan eliminasi terlebih dahulu pada salah satu variabel

Page 32: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

32

selanjutnya hasil yang didapat di subtitusikan kedalam salah satu

persamaan.

B. Kajian Penelitian terdahulu

1. Mulyani (2012) telah meneliti tentang Peningkatan Hasil Belajar

Matematika Tentang Peluang Melalui Metode STAD Siswa Kelas IX A

Akselerasi Semester 1 SMP Negeri 1 Sragen Tahun Pelajaran 2011-2012.

Berdasarkan pengamatan didapatkan Ketuntasan hasil belajar dari kondisi

awal ke siklus pertama ada kenaikan sebesar 10%, sedangkan dari siklus

pertama ke siklus kedua ada kenaikan sebesar 20%. Yang berarti ada

peningkatan hasil belajar matematika tentang peluang melalui metode

STAD.

2. Khusuwariyani (2014),telah melakukan penelitian dengan judul Upaya

Meningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode STAD Sub Pokok

Bahasan Bilangan Bulat Siswa Kelas VIII A Semester 1 SMP Kartika IV-

I (Sikatan) Surabaya Tahun Pelajaran 2013-2014. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada peningkatan rata-rata penilaian siswa. Hal

tersebut membuktikan bahwa dengan mempergunakan metode

STADdapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi

bilangan bulat.

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan

antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka

Page 33: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

Siswa mempelajari materi SPLDV

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Respon siswa

Angket

Hasil belajar

Tes

Pengumpulan data

Analisis data

Kesimpulan

33

(teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu) dan digunakan sebagai dasar untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat. Kerangka

konseptual diperlukan dalam penelitian ini untuk membantu proses kerja agar

lebih sistematis. Kerangka berfikir pada penelitian ini didasarkan pada

hipotesis penelitian.Kerangka konseptual dapat digambarkan dengan bagan di

bawah ini :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Page 34: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif karena tindakan terhadap subjek sangat diutamakan. Penelitian

kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan

menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh peneliti secara alamiah

(Lexy J. Moleong 2006:5). Sedang menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana

yang dikutip oleh Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain penelitian kualitatif adalah

penelitian yang dimaksudkan untuk menangkap gejala-gejala secara holistic-

kontekstual (secara menyuluruh dan sesuai dengan konteks apa adanya)

melalui pengumpulan data dari latar alami sebagai sumber langsung dengan

instrumen kunci peneliti itu sendiri. Ahmad Tanzeh (2000:40)

Dalam penelitian ini peneliti akan mendiskripsikan tentang respon

siswa dan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD . Oleh karena itu

digunakan suatu pendekatan pembelajaran yang memenuhi beberapa

karakteristik penelitian kualitatif. Menurut Moleong karakteristik penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut: 1) penelitian kualitatif dilaksanakan pada

latar alamiah, 2) manusia sebagai instrumen, 3) data dianalisis secara induktif,

34

Page 35: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

35

4) hasil penelitian bersifat deskriptif, 5) lebih mementingkan proses dari pada

hasil, 6) adanya permasalahan yang ditentukan oleh batas penelitian, 7)

adanya kriteria khusus yang diperlukan untuk keabsahan data, 8) hasil

penelitian dirundingkan dan disepakati bersama, 9) Menggunakan metode

kualitatif, 10) menggunakan teori dasar, 11) adanya batas yang ditetapkan oleh

focus (Lexy J. Moleong 2006:18).

B. Data dan Sumber Data

1. Data

Berdasarkan sumber SK Menteri P dan K No.0259/U/1977 tanggal

11 Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang

dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan

informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu

keperluan. (Suharsimi Arikunto2006:92) Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah hasil test siswa, hasil angket, hasil wawancara, hasil

observasi dan hasil pengamatan lapangan.

a. Hasil tes siswa

Hasil tes digunakan untuk mengukur dan melihat peningkatan skor

dan prestasi belajar siswa.

b. Hasil Angket

Hasil angket untuk melihat sejauh mana respons siswa setelah

dilaksanakan penerapan media gambar.

2. Sumber Data

Page 36: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

36

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek

darimana data dapat diperoleh.

Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Sumber data primer yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Waru yang

berjumlah 136 siswa akan diambil 34 siswa yang akan dijadikan

subyek wawancara dalam penelitian ini.

b. Sumber Data Skunder

1) Responden: kepala sekolah dan guru

2) Dokumentasi: beberapa dokumen dan catatan yan berkaitan

dengan masalah penelitian.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan

sebagai berikut.

a. Nara sumber (informasi)

Orang memberikan informasi atau disebut juga subyek yang

diteliti karena bukan saja sebagai sumber data melainkan juga perilaku

yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan

informasi yang diberikan. Pada penelitian ini nara sumbernya adalah

siswa, guru dan kepala sekolah.

b. Peristiwa atau aktifitas

Dari peristiwa atau aktifitas ini, peneliti bisa mengetahui

dengan diterapkannya media gambar dalam pembelajaran untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.

Page 37: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

37

c. Tempat atau Lokasi

Dari pemahaman lokasi dan lingkungannya peneliti dapat

secara cermat mencoba mengkaji dan secara kritis menarik

kemungkinan kesimpulan, di SMP Negeri 3 Waru.

d. Dokumentasi atau Arsip

Dokumentasi merupakan data tertulis atau benda yang

berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas yakni data-data atau

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1. Metode Tes

a. Pengertian Metode Tes

Menurut Sudjana (2011:35) menyatakan bahwa ‘’ Tes sebagai alat

penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk

mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (Tes lisan), dalam bentuk

tulisan(tes tulis) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)’’. Tes merupakan

suatu alat penilaian yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa.

Dengan tes guru dapat mengetahui dan menggolongkan tingkat kemampuan

siswa dan dengan tes juga dapat diambil tindakan yang tepat untuk

menangani siswa. Teknik tes ini digunakan untuk mengumpulkan data hasil

belajar siswa.

Page 38: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

38

b. Macam – Macam Tes

1) Pengertian tes objektif

Tes objektif adalah tes yang dilakukan dengan menggunakan

ukuran-ukuran yang sudah ditentukan. Contohnya multiple choice

(pilihan ganda).  Dalam tes objektif i siswa tinggal memilih beberapa

opsi sesuai dengan pertanyaan yang disediakan. Dari opsi tersebut ada

jawaban breaker, satu jawaban yang mirip dengan jawaban yang benar.

2) Pengertian tes subjektif

Tes subjektif adalah tes yang dilakukan dengan ukuran-ukuran

berdasarkan kategori. Contohnya tes essay atau uraian. Tes uraian

menuntut siswa untuk menjawab soal dengan kemampuan yang ia miliki.

Tidak masalah apakah ia menjawab panjang atau pendek. Penilaian tes

subjektif dilakukan berdasarkan kategori yang ditentukan oleh pembuat

soal. Walaupun jawabannya panjang tapi tidak sesuai dengan kategori

yang ditentukan pembuat soal, maka skornya belum tentu tinggi.

Dalam penelitian ini tes yang digunakanyaitu tes subjektif yaitu berupa

soal uraian sebanyak 5 soal. Sedangkan penggunaan metode tes ini untuk

mengumpulkan data hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran matematika kelas VIII

materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV).

Page 39: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

39

2. Metode angket

a. Pengertian Metode Angket

Metode angket digunakan untuk memperoleh data tentang respon siswa

terhadap penerapan pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

b. Macam- Macam Angket

1) Angket tertutup (disebut skala)

misalnya skala sikap, ciri-ciri angket tertutup (skala) adalah sebagai

berikut.Angket terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau bisa juga

pernyataan yang berisi beberapa kemungkinan jawaban untuk dipilih.

Pengolahan dan analisis kuantitaif akan lebih mudah dilakukan pada

hasil angket ini. Peneliti sudah mempunyai asumsi yang kuat bahwa

responden mengetahui materi yang akan disajiakn dalam angket itu.

Peneliti mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai sampel yang

diteliti sehingga peneliti akan dapat mengadakan antisipasi terhadap

jawaban-jawaban yang mungkin diberikan. Mudah dilakukan

pengolahan datanya.

2) Angket terbuka.

Ciri-ciri angket terbuka adalah sebagai berikut.

a. Pertanyaan harus dijawab dengan memberikan penjelasan yang

mungkin singkat dan mungkin panjang.

Page 40: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

40

b. Tipe ini digunakan apabila pengetahuan peneliti mengenai sampel

sedikit sekali dan berguna untuk memperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam tentang responden atau informasi yang diinginkan

daripadanya.

c. Sukar untuk mengolah dan menganailis hasilnya, yaitu membuat

kalsifikasi jawaban-jawaban.

3) Angket kombinasi.

Ciri-ciri angket kombinasi, adalah sebagai berikut.

a. Disamping jawaban-jawaban yang tersedia, peneliti masih

memberikan kemungkinan untuk mengisi jawaban yang terbuka.

b. Dapat mengurangi kelemahan-kelemahan masing-masing tipe

angket tersebut.

c. Datanya lebih kaya tapi sulit mengolah datanya untuk pertanyaan

dengan jawaban terbuka.

Metode angket ini digunakan untuk mengumpulkan data respon siswa

selama belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV).

Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup.

D. Teknik Analisis Data

Menurut sugiyono (2011:244) analisis data adalah poses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam

kategori, menjabarkan kedalam uni-unit, melakukan sintesa, menyusun

Page 41: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

41

kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun

orang lain.

a. Respon siswa

Untuk memperoleh data espon siswa, pengamat memberikan angket

responsiswa yang diisi oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus:

P = AB

x100%

Keterangan :

P = presentase respon siswa

A = banyak pilihan siswa yang menjawab ya/ tidak

B = jumlah keseluruhan siswa

Respon siswa dikategorikan positif apabila skor rata-rata siswa memilih

jawaban ya ≥ 80%. Dan respon siswa dikategorikan negatif apabila skor

rata-rata siswa memilih jawaban tidak ≤ 80%, (Trianto, 2009:243)

b. Hasil Belajar Siswa

Data tes yang dihasilkan setelah proses pembelajaran dianalisis

untuk mendiskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa. Standar ketuntasan

untuk mata pelajaran matematika yang digunakan di SMP Negeri 3 Waru

adalah sebagai berikut:

Page 42: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

42

Berdasarkan kriteria ketuntasan minimum (KKM) di SMP Negeri 3

Waru ketuntasan belajar matematika adalah ≥ 75. Maka siswa dinyatakan

tuntas jika skor ≥75. Siswa dikatakan tidak tuntas jika skor < 75.

Kemudian dari data ketuntasan belajar siswa tersebut dihitung

presentase ketuntasan belajar secara klasikal. Bila ≥ 85% siswa dalam

kelas tersebut tuntas maka ketuntasan belajar secara klasikal tercapai.

Perhitungan untuk menyatakan presentase banyaknya siswa yang tuntas

adalah dengan menggunakan rumus:

P = AB

x100%

Keterangan :

P = presentase siswa yang tuntas

A = banyak siswa yang tuntas

B = jumlah keseluruhan siswa

E. Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

ketentuan pengamat, trianggulasi, dan teman sejawat.

1. Ketentuan Pengamat

Ketentuan pengamat dilakukan dengan cara peneliti mengadakan

pengamatan secara teliti, rinci dan terus menerus selama proses penelitian.

Kegiatan ini dapat diikuti dengan pelaksanaan wawancara secara intensif,

aktif, dalam kegiatan belajar sehingga terhindar dari hal-hal yang telah

Page 43: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

43

tidak diinginkan misalnya subyek berpura-pura, berdusta dalam

memberikan jawaban dan lain-lain.

2. Trianggulasi

Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

trianggulasi metode yaitu membandingkan data-data yang terkumpul baik

melalui dokumen, tes, obsevasi, maupun catatan di lapangan mengenai

hasil kegiatan siswa. Disamping itu dilakukan juga diskusi antara peneliti

dengan guru.

3. Teman sejawat

Dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mendiskusikan proses

dan hasil penelitian dengan dosen pembimbing atau mahasiswa yang

sedang atau telah mengadakan penelitian kualitatif. Dengan harapan

peneliti mendapatkan masukan baik dari segi metodologi maupun konteks

peneliti, disamping itu peneliti juga sering diskusi dengan teman pengamat

yang ikut terlibat dalam pengumpulan dan untuk merumuskan pemberian

tindakan selanjutnya.

Page 44: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

44

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. TEMUAN PENELITIAN

Setelah pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur yang

telah dijelaskan pada bab III, Bahwa penelitian ini dilakukan di SMP

Negeri 3 Waru Sidoarjo kelas VII F yang berjumlah 36 siswa yaitu 15

putra 21 putri. Langkah selanjutnya yaitu penyajian data hasil penelitian

yang diperoleh peneliti dari tes hasil belajar siswa dan respon siswa yaitu

sebagai berikut.

1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan tiga kali pertemuan yang dilaksanakan pada:

Tabel 4.1

Jadwal Penelitian

Pertemuan

ke

Hari dan Tanggal Kegiatan Materi

1 Rabu, 23 Nopember

2015

Pelaksanaan

RPP 1

SPLDV metode

grafik dan eliminasi

2 Jum’at, 25

Nopember 2015

Pelaksanaan

RPP II

SPLDV metode

Subtitusi dan

campuan

Page 45: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

45

3 Rabu, 30 Nopember

2015

Evaluasi Evaluasi Hasil

Pembelajaran

2. Respon Siswa

Data skor respon siswa setelah diterapkan kegiatan pembelajaran koopeatif

tipe STAD disajikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.2

TABEL HASIL RESPON SISWA

KELAS VIII F SMP N 3 WARU SIDOARJO

NO PERNYATAAN

PRESENTASE KRITERIA JAWABAN

YA TIDAK

JUMLAH

SISWA

(%) JUMLAH

SISWA

(%)

1. Dalam

menyelesaikan

masalah guru selalu

berfikir terbuka

30 83% 6 17%

2. Materi yang

dijelaskan oleh guru

cepat dimengerti

oleh siswa

29 81% 7 19%

44

Page 46: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

46

3. Dalam menjelasakan

guru memberikan

contoh nyata dari

suatu permasalahan

yang dijelaskan

untuk membantu

memahami materi

yang diberikan

30 83% 6 17%

4. Guru membentuk

kelompok-

kelompok kecil

dalam proses

pembelajaran, dan

memberi tugas untuk

diskusi

36 100% 0 0%

5. Guru bersemangat

dalam

menyampaikan

setiap matei

pelajaran

32 89% 4 11%

6. Guru memberitahu

pada siswa cara-cara

belajar yang efektif,

32 89% 4 11%

Page 47: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

47

kreatif baik dikelas

maupun di rumah

7. Guru memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk

menyampaikan

pertanyaan jika

materi kurang jelas

28 78% 8 22%

8. Guru menggunakan

metode yang

bervariasi dalam

melakukan

pembelajaran

32 89% 4 11%

9. Guru memberi

apresepsi(pertanyaan

) sebelum

pembelajaran dikelas

dimulai

32 89% 4 11%

10. Guru menarik

perhatian siswa

dalam proses belajar

mengajar sehingga

bisa menimbulkan

29 81% 7 19%

Page 48: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

48

antusias pada siswa

11. Guru memberikan

penilaian akhir dan

memberi tugas

31 86% 5 14%

Rata-rata 31 86,11% 5 13,89

%

Dari tabel 4.2 presentase respon siswa tersebut menyatakan dalam proses

pembelajaran guru mendapat respon siswa yang menjawab ya sebesar 86,11%

dan yang menjawab tidak sebesar 13,89 %.

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar diperoleh dari tes yang dilakukan secara individu. Tes ini

berbentuk uraian dengan soal yang diberikan berupa soal cerita. Tes

dilaksanakan setelah proses pembelajaran dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Sistem Persamaan

Linier Dua Variabel (SPLDV). Tes ini digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pemahaman siswa pada materi Sistem Persamaan Linier

Dua Variabel (SPLDV). Penilaian tes dapat ditentukan sesuai dengan

Instrumen penilaian pada RPP yang telah dibuat. Penilaian yang

diperoleh siswa dapat dinyatakan dengan standart ketuntasan sesuai

dengan teknik analisis data pada bab III sebelumnya. Hasil tes dapat

disajikan sebagai berikut.

Page 49: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

49

Tabel 4.3Hasil belajar siswa

NO NAMA NILAIKETUNTASAN BELAJAR

TUNTAS TIDAK TUNTAS

1 Adica Bunga Cinta 80 √

2 Akhmar Asyri Amirul I 85 √

3 Amalia Safitri 90 √

4 Anon Zigva Panggalih 80 √

5 Arief Rahmad Wijaya 75 √

6 Aulia Rahma Sari 80 √

7 Azzahra Zulfaninda 85 √

8 Bintang Abiyyu Prasetyo 80 √

9 Digma Laililal-kautsarani 90 √

10 Diva Amalia Putri 95 √

11 Diva Sekar Arum Ma’rifat

85 √

12 Eden Danu Romadhoni 70 √

13 Elang Admadja 85 √

14 Evany Fitrah Maharani 85 √

15 Fandi Dwinata Aditya 85 √

16 Farah Annisa 80 √

17 Harizal Davi Arafi 75 √

Page 50: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

50

18 Hasiholan Alexander Siboro

70 √

19 Maria Laurensia Nadia 75 √

20 Maulana Atma Darmanto 80 √

21 Muhammad Abid Rusdi 100 √

22 Muhammad Ardo Kurniawan

95 √

23 Muhammad Fahmi Cahyono

85 √

24 Muhammad Rifqi Setiawan

75 √

25 Nabila Nur Fadhillah 70 √

26 Novila Amirul Fadhillah 75 √

27 Nurani Bintang Sholeilluna

80 √

28 Redemptus Christian Chanda

85 √

29 Rheyna Amelia Putri 80 √

30 Rosalina Aprilianty 80 √

31 Ryan Rendy Trisilah 85 √

32 Sulistya Marta 90 √

33 Syavira Anggi Margaretha

90 √

34 Tharisa Putri Andriani 75 √

35 Verlina Sisti Wijaya 85 √

36 Waviq Nu Azizah 85 √

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa siswa yang mengikuti tes

sebanyak 36 siswa. Dari semua siswa yang mengikuti tes diperoleh siswa

Page 51: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

51

tuntas secara individual sebesar 92% sebanyak 33 siswa dan siswa yang

tidak tuntas secara individual sebesar 8% sebanyak 3 siswa.

B. Pembahasan

1. Respon Siswa

Dari Tabel 4.2 persentase respon siswa, bahwa dalam proses

pembelajaran guru mendapat respon siswa yang menjawab “Ya” dengan

rata-ata sebesar 86,11% dan yang menjawab “Tidak” 13,89%. kemudian

berdasarkan teknik analisis sebelumnya respon siswa dikatakan positif jika

rata-rata skor siswa yang memilih jawaban “Ya” ≥ 80%. kemudian

berdasarkan teknik analisis sebelumnya respon siswa dikatakan negatif jika

rata-rata skor siswa yang memilih jawaban negatif < 80%. Karena dalam

perhitungan respon siswa pada pembahasan respon siswa didapat respon

siswa yang menjawab “Ya” dengan rata-rata sebesar 86,11%. maka respon

siswa dikategorikan positif.

2. Hasil Belajar Siswa

Bedasarkan skor ketuntasan nilai pada teknik analisis data pada bab

sebelumnya, bedasarkan Tabel 4.3 maka dari 36 siswa, 33 siswa tuntas (92

%) dan 3 siswa tidak tuntas (8%) dengan demikian ketuntasan belajar

klasikal tercapai.

Page 52: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

52

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap penelitian yang

dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada materi SPLDV di kelas VIII SMPN 3 Waru dikategorikan

positif.

2. Ketuntasan belajar klasikal siswa pada penerapan pembelajaran

kooperatf tipe STAD pada materi SPLDV di kelas VIII SMPN 3 Waru

tercapai.

B. Saran

Dari hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat diajukan saran-

saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa, hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan prestasi

belajar dengan cara lebih aktif dalam belajar baik didalam kelas

maupun diluar kelas.

Page 53: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

53

2. Bagi guru, hendaknya lebih memahami metode pembelajaran yang

tepat, sehingga guru dapat menentukan jenis metode pembelajaran

yang tepat untuk menyampaikan materi.

3. Pihak sekolah diharapkan untuk meningkatkan kualitas dari segi siswa

dengan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam belajar dan

meningkatkan kurikulum serta kualitas guru.

4. Bagi peneliti selanjutnya, untuk lebih memantapkan hasil penelitian ini.

Perlu dilakukan penelitian yang sejenis dengan populasi yang lebih luas

dan melibatkan faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi prestasi

belajar serta dengan menggunakan metode pembelajaran lain.

52

Page 54: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

54

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.

Budiningsih, Asri. 2012. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi. Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Martiningsih. 2013. Peningkatan Hasil belajar Himpunan melalui Penggunaan Portal Rumah Belajar. Tangerang: Jurnal Teknodik. Pustekkom. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Riduwan 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung : Alfabeta

Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 55: file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, banyak sekali

55

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Yasa , G. A. A. S. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Online Mata Kuliah Micro Teaching dengan Model Borg & Gall pada Program S1 Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Agama Hindu Singaraja. Tesis tidak dipublikasikan. Program Studi Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.