modul i. penting sekali
DESCRIPTION
MODUL I. AMINUDINTRANSCRIPT
Modul I
rofesi Keguruan Dalam Mengembangkan SiswaP
Prof. Dr. H. Djam’an Satori, M.A
PENDAHULUAN
Perlu kalian ketahui, profesi keguruan merupakan profesi yeng
sedang berkembang. Pemikiran tentang bagaimana hakikat profesi
keguruan kerap kali diperbincangkan. Bagi seorang guru, pengetahuan
tentang profesi keguruan harus benar – benar dimiliki untuk dapat
meningkatkan profesionalitas anda dalam melaksanakan tugas. Pada
modul ini, anda akan diajak untuk mengkaji tentang profesi keguruan
dalam mengembangkan siswa, agar setelah membaca modul ini anda
dapat menjelaskan secara tepat dan benar mengenai profesi keguruan
dalam megembangkan siswa.
Secara khusus, setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan
dapat menjelaskan sebagai berikut.
1. Ciri – ciri pekerjaan profesional
2. Pengertian profesi keguruan
3. Ciri – ciri profesi keguruan
4. Latar belakang profesi keguruan
5. Ruang lingkup profesi keguruan
Untuk mencapai tujuan tersebut, Modul I ini dibagi kedalam tiga
kegiatan belajar (KB), pertama, apa, mengapa, dan bagaimana pekerjaan
profesional. Kedua, pengertian dan ciri – ciri profesi keguruan, ketiga, latar
belakang dan Ruang lingkup profesi keguruan.
Untuk menguasai materi ini secara utuh, silahkan anda pelajari
setiap kegiatan dengan saksama kemudian kerjakan latihan yang telah
disiapkan. Setelah mengerkan latihan, kerjakan pula tes formatif yang ada
di setiap akhir kegiatan belajar, untuk mengetahui sejauh mana
penguasaan anda terhadap materi yang telah anda pelajari.
Apa, Mengapa, Dan Bagaimana
Pekerjaan Profesi
alam percakapan sehari – hari sering terdengar istilah profesi atau
profesional. Seseorang mengatakan bahwa profesinya sebagai
seorang dokter, yang lain mengatakan bahwa profesinya sebagai arsitek,
atau ada pula sebagai pengacara, guru, ada juga yang mengatakan
profesinya pedagang, penyanyi, petinju, penari, tukang koran, dan
sebagainya. Para staf dan karyawan instansi militer dan pemerintah juga
tidak henti –hentinya mengatakan akan meninggalkan profesinalannya.
Ini berarti bahwa jabatan mereka adalah suatu profesi juga.
D
Kalau diamati dengan cermat bermacam – macam profesi yang
disebutkan di atas, belum dapat dilihat dengan jelas apa yang
merupakan kriteria bagi suatu pekerjaan sehingga dapat disebut suatu
profesi itu. Kelihatannya kriterianya dapat bergerak dari segi pendidikan
formal yang diperlukan bagi seseorang untuk mendapatkan suatu
profesi, sampai kepada kemampuan yang dituntut seseorang dalam
melakukan tugasnya. Dokter dan arsitek harus melalui pendidikan yang
tinggi yang cukup lama, dan menjalankan pelatihan berupa pemagangan
yang juga memakan waktu yang tidak sedikit sebelu merekan diizinkan
memangku jabatannya. Mereka juga dituntut untuk selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan merekan dengan tujuan meningkatkan
kualitas layanannya kepada khalayak.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan
tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan
teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari
Lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan
kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kegiatan Belajar 1
Ciri profesi yaitu :
1. Ada standar kerja yang baku dan jelas
2. Ada lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi
dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab
3. Organisasi profesi
4. Etika dan kode etik profesi
5. Sistem imbalan
6. Pengakuan dari masyarakat
Omstein dan Levine ciri-ciri profesi antara lain :
1. Melayani masyarakat, merupakan karier sepanjang hayat
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan
khalayak ramai (tidak semua orang dapat melakukannya.
3. Menggunakan hasil penelitian dam aplikasi dari teori ke praktik
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan
masuk.
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja
tertentu.
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan
unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang
diberikan.
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien: dengan penekanan
terhadap layanan yang diberikan
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya; relatif
bebas dari supervisi dalam jabatan
10.Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri
11.Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elite untuk
mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya
12.Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan
atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang
diberikan
13.Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari public dan
kepercayaan dari setiap anggotanya
14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi
Menurut Sanusi, et. al (1991) ciri-ciri utama suatu profesi antara lain :
1) Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikasi social yang
menentukan
2) Jabatan yag menuntut keahlian/keterampilan tertentu
3) Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu dapat melalui
pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metide ilmiah
4) Jabtan itu berdasarkan batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,
sistematik, dan eksplisit yang bukan anya pendapat khayalak umum
5) Jabatan itu memerluakan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu
yang cukup lama
6) Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai professional itu sendiri
7) Dalam memberikan layanan kepda masyarkat anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi
8) Tiap anggota profess mempunyai kebebasan dalam judgment
terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya
9) Dalam praktiknya melayani masyarakat, anggota profess otonom dan
bebas dari campur tangan orang luar
10)Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan
karenanya memperoleh imabalan yang tinggi pula
Menurut Robert W. richey (1974) ciri-ciri profesi adalah :
a) Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dari pada
pelayanan pribadi
b) Seorang pekerja professional, secara relative memerlukan waktu yang
panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip
pengetahuan khusus untuk mendukung keahliannya
c) Memiliki kialifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta
mampu mengikuti perembangan dalam pertumbuhan jabtan
d) Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap
serta cara kerja
e) Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi
f) Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan,
disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya
g) Memberi kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian
h) Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live career) dan
menjadi seorang anggota yang permanen
Menurut D. Westby Gibson (1965) ciri-ciri keprofesian adalah sebagai
berikut :
1. Pengakuan oleh massyarakat terhadap pelayanan tertentu yang
hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan
sebagai suatu profesi
2. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah
teknik dan prosedur yang unik
3. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang
mampu melaksanakan suatu pekerjaan professional
4. Dimilikinya suatu mekanisme untuk menyaring sehingga mereka yang
dianggap kompeten yang diperbolehkan bekerja untuk lapangan
tertentu
5. Dimilikinya organisasi professional yang disamping melindungi
kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi
untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk
tindak etis professional pada anggotanya
RANGKUMAN
Dari uraian yang telah dipaparkan pada kegiatan belajar I ini. Kita
akan dapat mengambil beberapa hal pokok sebagai berikut.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan
tugasnya memerlukan atau menuntut keahlian (expertise),
menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian
diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu
dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan. Suatu pekerjaan
dapat dikatakan profesi jika memiliki beberapa syarat-syarat tertentu.
Ciri profesi adanya :
1) standar kerja yang baku dan jelas
2) Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi
dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab
3) Organisasi profesi
4) Etika dan kode etik profesi
5) Sistem imbalan
6) Pengakuan dari masyarakat
Kegiatan Belajar 2
Pengertian dan Ciri-ciri Profesi
KeguruanA. PENGERTIAN PROFESI KEGURUAN
Pada kegiatan belajar 1 telah kita bahas pengertian profesi dan
ciri – cirinya. Berdasarkan uraian diatas tampaknya jabatan guru
belum sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai suatu profesi yang
utuh, dan bahkan banyak orang yang berpendapat hanya jabatan
semi profesional atau profesi yang baru muncul (emerging professional)
karena belum semua ciri – ciri diatas yang dapat dipenuhi.
Menurut Amitai Etzioni (1969:89) guru adalah jabatan
semiprofesional karena: “...The training (of teachers is shorter, their status
less legitimated (low or modera’e), their right to privileged communication
less established, there is less of a specialized knowledge, and they have less
autonomy from supervision or societal control than ‘the professions’...”
“...Pelatihan ( tentang para guru) lebih pendek, status mereka
lebih sedikit mengesyahkan ( rendah atau moderat), komunikasi yang
diistimewakan hak-hak untuk mereka lebih sedikit dibentuk/mapan,
ada lebih sedikit suatu pengetahuan khusus, dan mereka mempunyai
lebih sedikit otonomi dari pengawasan atau kendali bermasyarakat
dibanding ' profesi'...”
Guru harus dilihat sebagai profesi yang baru muncul, dan
karena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan
semiprofesional, bahkan mendekati jabatan profesi penuh. Pada saat
sekarang, seperti telah dijelaskan didepan, sebagai orang cenderung
menyatakan guru sebagai profesi, dan sebagian lagi tidak
mengakuinya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan jabatan guru sebagian,
tetapi bukan seluruhnya adalah jabatan profesional, namun sedang
bergerak kearah itu. Kita di indonesia dapat merasakan jalan kearah
itu mulai ditapaki, misalnya dengan adanya peraturan dari mentri
pendidikan dan kebudayaan bahwa yangf boleh yang menjadi guru
hanya yang mempunyai akta mengajar yang dikeluarkan oleh
lembaga pendidikan tenaga pendidikan (LPTK). Selain itu juga guru
diberi penghargaan oleh pemerintah melalui keputusan Menpan No.
26 Tahun 1989, dengan memberikan tunjangan fungsional sebagai
pengajar dan dengan kemungkinan kenaikan pangkat yang terbuka.
Setelah kita bahas profesionalisasi secara panjang lebar,
mungkin dalam hati anda timbul pertanyaan, untuk apa dibicarakan
profesionalisasi dalam dunia kependidikan ? kalau dipahami secara
baik, kriteria profesional yang telah dibicarakan diatas, maka jelaslah
bahwa jabatan profesional sangat memperhatikan layanan ini secara
optimal serta menjaga agar masyarakat akan dirugikan oleh orang –
orang yang tidak bertanggung jawab tuntutan jabatan profesional
harus sangat tinggi. Profesi kependidikan, khususnya profesi
keguruan tugas utamanya melayani masyarakat dalam dunia
peendidikan sejalan dengan alasan tersebut jelas kiranya bahwa
profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan
segala daya dan usaha dalam rangka penyampaian secara optimal
layanan yang akan diberikan kepada masyarakat.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan
tugasnya memerlukan atau menuntut keahlian (expertise),
menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi.
Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggung
jawabkan. Suatu pekerjaan dapat dikatakan profesi jika memiliki
beberapa syarat-syarat tertentu.
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang
tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan
semiprofesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal ini
dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada
lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru,
adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan
fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).
Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawar-
tawar lagi karena uniknya profesi guru. Profesi guru harus memiliki
berbagai kompetensi seperti kompetensi profesional, personal dan
sosial.
Profesi guru adalah suatu profesi yang utuh, dan banyak orang
berpendapat bahwa guru hanya jabatan semiprofessional tau profesi
yang baru muncul (emerging profession) karena belum semua ciri-ciri
dapat memenuhi.
B. PERLUNYA PROFESIONALISASI DALAM PENDIDIKAN
Bersedia atau tidak setiap anggota profesi harus meningkatkan
kemampuannya, untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat.
Lebih khusus lagi Sanusi et. al. (1991:23) terdapat enam
asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan,
antara lain :
1. Subjek pendidikan adalah manusia yag memiliki kemauan,
pengetahuan, emosi, dan perasaan dan dapat dikembangkan
sesuai dengan potensinya; pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.
2. Pendidikan dilakukan secara internasional, yakni sadar bertujuan
maka pendidikan menjadi normatif yang diikat oleh norma-norma
dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal,
yang merupakan acuan para pendidik, peserta didik dalam
mengelola pendidikan
3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipoetesis
dalam menjawab permasalahan pendidikan
4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni
manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi
dialog antara peserta didik dengan pendidik yang memungkinkan
peserta didik tumbuh kearah yang dikehendaki oleh pendidik agar
selaras dengan nilai – nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.
6. Sering terjadi dilema antara tujuan utama pendidikan yaitu
menjadikan manusia sebagai manusia yang baik (dimensi intrinsik)
dengan misi instrumental yakni yang merupakan alat untuk
perubahan atau mencapai sesuatu.
C. SYARAT – SYARAT PROFESI GURU
Dari penjelasan di atas, dapat dikemukakan bahwa guru
dianggap sebagai suatu profesi bilamana ia memiliki pernyataan
dassar, keterampilan, teknik serta didukung oleh sikap kepribadian
yang mantap. Dengan demikian, berarti guru yang profesional harus
memiliki kompetensi berikut:
1. Kompetensi Profesional, memiliki pengetahuan yang luas serta
dalam dari subjek matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta
penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep
teoritik, mampu memilih metode dalam proses belajar yang tepat
serta mampu menggunakan berbagai metode dalam proses belajar
mengajar. Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang
landasan kependidikan dan pemahaman terhadap subjek didik
(murid).
2. Kompetensi Personal, memiliki sikap kepribadian yang mantap
sehingga mampu menjadi sumber identifikasi bagi subjek. Dengan
kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani,
sehingga mampu melaksanakan kepemimpinan yang dikemukakan
oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu Tut Wuri Handayani, Ing Madya
Mangun Karso, dan Ing Ngarso Sung Tuloda.
3. Kompetensi Sosial, memnunjukkan kemampuan berkomunikasi
sosial, baik dengan murid – muridnya maupun dengan sesama
teman guru. Dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat
luas.
4. Kemampuan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya yang
mengutamakan nilai kemanusiaan dari pada nilai material.
Apabila seorang guru telah memiliki kompetensi tersebut di atas,
maka guru tersebut telah memiliki hak profesional karena ia telah
dengan nyata memenuhi syarat-syarat berikut ini.
a. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas
wewenang keguruan yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi
edukatif dalam batas tanggung jawabnya dan ikut serta dalam
proses pengembangan pendidikan setempat.
c. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan
yang efektif dan efisien dalam rangka menjalankan tugas sehari-
hari.
d. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap
usaha-usaha dan prestasi yang inovatif dalam bidang
pengabdiannya.
e. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi
profesionalnya secara individual maupun institusional.
Dalam usaha membangun manusia indonesia seutuhnya, maka
para gurulah merupakan perangkat pelaksana yang terdepan. Kalu
bidang teknik kedokteran, pertanian, industri dan lain-lain adalah
untuk kepentingan manusia. Maka guru bertugas untuk membangun
manusianya. Hal ini tentu memerlukan persyaratan tertentu untuk
dapat melaksanakan tugas tersebut diatas yaitu guru sebagai suatu
profesi, sebagai perpaduan antara pengabdian dan sikap kepribadian
yang miulia.
D. CIRI-CIRI PROFESIONAL KEGURUAN
Ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru akan mulai nampak,
seperti yang dikemukakan oleh Robert W. Richey (1974) sebagai
berikut.
1) Para guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan
pelayanan kemanusiaan daripada usaha untuk kepentingan
pribadi.
2) Para guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai
persyaratan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta
persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru.
3) Para guru dituntut untuk memiliki pemahaman serta keterampilan
tinggi dalam hal bahan mengajar, metode, anak didik, dan
landasan kependidikan.
4) Para guru dalam organisasi professional, memiliki publikasi
professional yang daapat melayani para guru, sehingga tidak
ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.
5) Para guru diusahakan untuk selalu mengikuti kursus, workshop,
seminar, konvensi serta terlibat secara luas dalam berbagai
kegiatan in servic.
6) Para guru diakui sepenuhnya sebagai suatu kareir hidup
7) Para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional
maupun local.
Khusus untuk jabatan guru ini sebenarnya juga sudah ada yang
mencoba menyusun ciri-cirinya. Menurut National Education
Assotiaon (NEA) (1948) menyarankan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Jabatan yang melibatkan intelektual.
Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena
mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnyasangat didominasi
kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
Mereka yang bergerak di bidang pendidikan menyatakan bahwa
mengajar telah mengembangkan secara jelas bidang khusus yang
sangat penting dalam mempersiapkan guru yang berwenang.
Sebaliknya ada yang berpendapat bahwa mengajar belum
mempunyai batang tubuh ilmu khusus yang dijabarkan secara
ilmiah. Kelompok pertama percaya bahwa mengajar adalah suatu
sains. Kelompok kedua mengatakan bahwa mengajar adalah suatu
kiat. Namun, dalam karangan-karangan yang ditulis dalam
enclyclopedia of Educational Research, misalnya terdapat bukti-
bukti bahwa pekerjaan mengajar telah secara intensif
mengembangkan batang tubuh ilmu khususnya.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama
Yang membedakan jabatan profesional dan nonprofesional antara
lain adalah dalam penyelesaian pendidikan melalui kurikulum yaitu
ada yang di atur universitas/institut atau melalui pengalaman
praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah.
Yang pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi, di
serdiakan untuk jabatan profesional, sedangkan yang ke dua yakni
pendidikan melalui pengalaman praktak dan pemagangan atau
campuran pemagangan dan kuliah di peruntukkan bagi jabatan
yang nonprofesional tetapi jenis kedua ini tidak ada lagi di
indonesia.
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan.
Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai
jabatan prfesional, sebab hampir tiap tahun guru melakukan
berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang mendapatkan
penghargaan kredit maupun tanpa kredit.
5. Jabatan yang menjanjikan kareir hidup dan keanggotaan yang
permanen.
Banyak guru baru yang hanya bertahan selama satu atau dua
tahun pada profesi mengajar, setelah itu mereka pinda kerja ke
bidang lain, yang labih banyak menjanjikan bayaran yang lebih
tinggi. Ada pula guru karena penghasilanya tidak memadai.
Kemudian mencari tambahan lain peda pekerjaan yang justru jauh
dengan pekerjaan mengajar (menjadi sopir, pedagang, penjahit, dll)
dengan demikian kriteria ini beuim dapat dipenuhi oleh jabatan guru
di indonesia.
6. Jabatan yang menentukan bakunya sendiri
Di karenakan jabatan guru menyankut hajat hidup orang banyak,
maka pembakuan jabatan guru ini sering tidak di ciptakan oleh
anggota profesi sendiri terutama di negara kita. pembakuan jabatan
guru masih sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak
lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan
pendidikan swasta
7. Jabatan yang mementingkan layanan diatas keuntungan pirbadi
Jabatan guru adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang
tinggi, tidak perlu di ragukan lagi. Guru yang baik akan sangat
berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari
warga negara masa depan. Jabatan guru talah terkenal secara
universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotifasi oleh
keinginan untuk membantu orang lain dan bukan di sebabkan oleh
keuntungan ekpnomi atau keuangan semata.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan
terjalin rapat
Semua profesi yang di kenal mempunyai organisasi profesional
yang kuat untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi
anggotanya. Di indonesia telah ada persatuan guru republik
indonesia(PGRI)yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari
guru TK sampai denga guru SLTA, ada pula ikatan sarjana
pendidikan inoinesia (ISPI)yang mewadahi para sarjana indonesia,
ada juga kelompok-kelompok guru bidang studi.
E. PERKEMBANGAN PROFESI KEGURUAN DI INDONESIA
dalam buku Sejarah Pendidikan Indonesia (1987) secara jelas
melukiskan sejarah pendidikan terutama dalam zaman kolonial
Belanda, termasuk profesi keguruan. Guru-guru yang pada mulanya di
angkat dari orang yang tidak dididiksecara khusus menjadi guru yang
berangsur-angsur dilengkapi dan ditambah dengan guru-guru lulusan
dari sekolah guru (kweekschool) yang pertama yang didirikan pertama
kalidi Solo tahun 1852. Karena kebutuhan guru yang mendesak
pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima macam guru, yakni
sebagai berikut:
1) Guru lulusan sekolah yaitu guru yang di anggap sebagai guru yang
berwenang penuh.
2) Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang
diadakan untuk menjadi guru.
3) Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu.
4) Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang
merupakan calon guru.
5) Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang
berasal dari warga yang pernah mengecap pendidikan.
Keadaan seperti itu berlangsung sampai akhir perang
kemerdekaan. Seiring berjalannya waktu sekolah guru makin
meningkatkan mutunya, sehinnga hanya ada satu Lembaga
Pendidikan Tinggi Kependidikan(LPTK) dan saat ini di Indonesia telah
ada organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia. Dalam sejarahnya
guru pernah mempunyai staus yang tinggi d masyarakat. Namun saat
ini telah mulai memudar pudar seiring kepedulian yang tinggi terhadap
imbalan balas jasa. Selain itu kalah gengsi dari jabatan lain yang
pendapatannya lebih baik.
F. KODE ETIK GURU
Setiap profesi, seperti yang telah di muka, memiliki kode etik
profesi. Menurut Undang-undang nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-
pokok kepegawaian. Pasal 28 undang-undang ini menyimpulkan
bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.
Kode Etik guru indonesia menurut PGRI (1973) adalah landasan
moral dan pedoman tingkat laku guru warga PGRI dalam
melaksanakan panggilan pengabdiannya bersama guru.
Berdasar pidato ketua umum PGRI kongres pendidikan XIII,
disimpulkan bahwa kode etik guru Indonesia terdiri dari 2 unsur pokok
yaitu sebagai pedoman moral dan sebagai pedoman tingkah laku.
a. Tujuan Kode etik
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu
profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi
profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik
sebagai berikut (R. Hermawan S,1979):
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari
pihak luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai
memandang rendah atau remes terhadap profesi akan melarang.
Oleh karenya, setiap kode etik suatu profesi akan melarang
berbagai bentuk tindak-tanduk atauk kelakuan anggota profesi yang
dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari
segin ini, kode etik juga sering kali disebut kode kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan anggotanya
Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan
lahir (atau material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau
mental).Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode
etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merupakan
kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan
tarif-tarif minimum bagi honorium anggota profesi dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang mengadakan
tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan
rekan-rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin para anggota
profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk para
anggotanya untuk melaksanakan profesinya. Kode etik juga sering
mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota
profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan
kegiatan pengabian profesi, sehingga bagi anggota profesi daapat
dengan mudah megnetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-
norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan
kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartispasi dalam
membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang
organisasi. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung
tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejateraan para
anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan
meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.
Tujuan kode etik profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
organisasi profesi itu sendiri, yaitu anta lain untuk :
1) Menjunjung tinggi martabat profesi
2) Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
3) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4) Meningkatkan mutu profesi
5) Meningkatkan mutu organisasi profesi
Kode Etik ini ditetapkan oleh anggota profesi yang tergabung
dalam wadah PGRI. Kode etik ini dijadikan pedoman bertindak bagi
seluruh anggota organisasi atau profesi tersebut.
b. Penetapan kode etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi
yang berlaku dan mengikat para naggotanya.Penetapan kode etik
lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan
demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang
secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang
diutus untuk dan atas nama anggota-anggota yang bukan atau tidak
menjadi anggota profesi tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan
mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di
kalangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi
tersebut tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi profesi yang
bersangkutan.
Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara
otomatis tergabung di dalam suatu organisasi atau ikatan profesional,
maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
seccara murini dan baik, karena setiap anggota profesi yang
melakukan pelanggaran yang serius terhadap kode etik dapat
dikenakan sanksi.
c. Sanksi pelanggaran kode etik
Sering ktia jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri
urusan profesi, seingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode
etik dari suatu profesi tertentu dapat meningkat menjadi peraturan
hukum atau undang-undang.
Apabila hanya demikian, maka aturan yang mulanya sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan
yang memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik
berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.
Sebagai contoh dalam hal ini. Jika seseorang anggota profesi
bersaing secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota
profesinya, dan jika dianggpakecurangan itu serius ia dapat dituntut di
muka pengadilan.
Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan
merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi
terhadap pelanggaran kode etik akan mendapat celaan dari rekan-
rekannya,sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah si
pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tertentu, menandakan
bahwa organisasi profesi itu telah mantap
d. Kode etik guru Indonesia
Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan
nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik
dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode
Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menuunaikan tugas
pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah
serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat. Dengan demikian,
maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting
untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru
Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh
utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh tanah air,
pertama dalam Kongres PGRI XVI tahun 1973, dan kemudian
disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989 juga di Jakarta.
Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan
tersebut adalah:
G. KODE ETIK GURU UNDONESIA
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang
pengabdian terhdapa Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara,
serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa
Pancasila dan setia pada Undang-undang Dasar 1945, turut
bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdian
Republik Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
memedomani dasar-dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untukmembentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
1. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik
sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
2. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya
yangmenunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.
3. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa
tanggung jawab bersama terhdap pendidikan.
4. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
5. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan,
dan kesetiakawanan sosial.
6. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
7. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan
RANGKUMAN
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang
tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan
semiprofesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal ini
dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada
lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru,
adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan
fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).
Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawar-
tawar lagi karena uniknya profesi guru. Profesi guru harus memiliki
berbagai kompetensi seperti kompetensi profesional, personal dan
sosial.
Setiap profesi memiliki kode etik masing-masing, kode etik
adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari (Undang-undang
nomor 8 Tahun 1974). Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik
dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Ciri-ciri jabatan guru adalah sebagai berikut.
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama
(dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum
belaka).
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan.
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang
permanen.
6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan
pribadi.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin erat.
Kegiatan Belajar 3
Latar Belakang dan Ruang Lingkup
Profesi Keguruanada bagian ini. Anda akan menyimak tentang latar belakang profesi
keguruan dengan melihat sejarah kualifikasi guru, fungsi organisasi P
guru dan jenis-jenis organisasi profesi guru, selanjutnya anda menyimak
tentang ruang lingkup profesi keguruan.
A. SEJARAH KUALIFIKASI GURU
Kalau kita ikuti perkembangan profesi keguruan di Indonesia jelaslah
bahwa pada mulanya guru-guru indonesia diangkat dari orang-orang
yang tidak berpendidikan khusus untuk memangku jabatan guru.
Dalam buku sejarah pendidikan di indonesia, Nasution (1987) secara
jelas melukiskan sejarah pendidikan di indonesia terutama dalam
zaman kolonial Belanda, termasuk juga sejarah profesi keguruan.
Guru-guru yang pada mulanya diangkat dari orang-orang yang tidak
dididik secara khusus menjdi guru, secara berangsur-angsur
dilengkapi dan ditambah dengan guru-guru yang lulus dari sekolah
Guru (Kweekschool) yang pertama kali didirikan di Solo tahun 1852.
Karena kebutuhan guru yang mendesak maka pemerintah Hindia
Belanda mengangkat lima macam guru, yakni: (1) guru lulusan
sekolah guruyang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh, (2)
guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang
diadakan untuk menjadi guru, (3) guru bantu, yakni yang lulus ujian
guru bantu, (4) guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior,
yang merupakan calon guru, dan (5) guru yang diangkat karena
keadaan yang amat mendesak yang berasal dari warga yang pernah
mengecap pendidikan. Tentu saja yang terakhir ini sangat beragam
dari satu daerah dengan daerah lainnya.
Walaupun sekolah guru telah dimulai dan kemudian juga didirikan
Sekolah Normal, namun pada mulanya bila dilihat dari kurikulumnya dapat
kita katakan hanya mementingkan pengetahuan yang akan diajarkan saja.
Kedalamnya belum dimasukkan secara khusus ke dalam kurikulum ilmu
mendidik dan spikologi. Sejalan dengan pendirian sekolah-sekolah yang
lebih tinggi-tinggnya dari sekolah umum seperti Holands Inlandse School
(HIS), Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO), Hogere Burgeschool (HBS),
dan Algemene School (AMS) maka secara berangsur-angsur didirikan pula
lembaga pendidikan guru atau kursus-kursus untuk mempersiapkan guru-
gurunya, seperti Hogere Kweekschool (HKS) untuk guru HIS dan kursus
Hooffdacte (HA) untuk calon kepala sekolah.
Keadaan demikian berlanjut sampai zaman pendudukan Jepang
dan awal perang kemerdekaan, walaupun dengan nama dan bentuk
lembaga pendidikan guruyang disesuaikan dengan keadaan waktu itu.
Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru.
Kebutuhan ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang
menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru yang professional.
Pada masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya lembaga yang
menghasilkan guru.
PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945,
sebagai perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan cita-cita
perjuangan bangsa (Hermawan S., 1989). Salah satu tujuan PGRI adalah
mempertinggi kesadaran, sikap, mutu dan kegiatan profesi guru seta
meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni, 1986). Selanjutnya terdapat
4 misi uatama PGRI, antara lain :
1. Misi politis/ideologis
2. Misi persatuan/organisatoris
3. Misi profesi
4. Misi kesejahteraan
Selain PGRi ada organisasi resmi lain, antara lain :
1. ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan)
2. IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia)
3. HISAPIN (Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia)
4. HSBI (Himpunan Sarjana Bahasa Indonesia)
Secara konseptual dam umum, ruang lingkup kerja guru itu mencakup
aspek-aspek :
1. Kemampuan professional
a. Penguasaan materi pelajaran
b. Penguasaan wawasan kependidikan dan keguruan
c. Penguasaan proses pendidikan
2. Kemampuan sosial, kemampuan menyesuaikan diri kepada tuntutan
kerja
3. Kemampuan personal (pribadi)
Keandalan seorang yang professional dapat dilihat dari berbagai segi
berikut ini :
1. Mengetahui, memahami dan menerapkan apa yang harus dikerjakan
2. Memahami mengapa dia harus melakukan pekerjaan itu
3. Memahami serta menghormati batas-batas kemampuan dan kewenagan
profesinya dan menghormati profesi lain
4. Mewujudkan pemahaman dan penghayatannya itu dalam perbuatan
mendidik, mengajar dan melatih
Ruang lingkup profesi guru dibagi dalam 2 (dua) gugus, yaitu :
a. Gugus pengetahuan dan penguasaan teknik dasar professional
b. Gugus kemampuan professional
MODUL 2
Kompetensi Kepribadian, Sosial, dan Profesional Guru
Kegiatan Belajar 1 : Kompetensi Kepribadaian Guru
Kompetensi kepribaian adalah kompetensi yang berkaitan dengan
perilaku guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur
sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.
Fungsi utama seorang guru adalah sebagai teladan bagi murid-
muridnya dan hal ini dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem
Amongnya yaitu Ing ngarso sungtulodo, Ing madyo mangun karso, Tut
wuri handayani artinya guru harus menjadi contoh dan teladan,
membangkitkan motif belajar siswa serta mendorong/memberikan
motivasi dari belakang.
Beberapa kompetensi kepribadaian guru, antara lain sebagai
berikut :
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Percaya kepada diri sendiri
3. Tenggang rasa dan toleran
4. Bersikap terbuka dan demokratis
5. Sabar dalam menjalani profesi keguruannya
6. Mengembangkan diri bagi kemajuan profesinya
7. Memahami tujuan pendidikan
8. Mampu menjalin hubbungan insani
9. Memahami kelebihan dan kekurangan diri
10. Kreatif dan inovatif dalam berkarya
Kegiatan Belajar 2 : Kompetensi Sosial Guru
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk
memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat
dan mampu mengambangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan
warga Negara.
Fungsi kompetensi sosial guru adalah sebagai berikut :
1. Motivator dan Inovator dalam Pembangunan Pendidikan
2. Perintis dan Pelopor Pendidikan
3. Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pengetahuan
4. Pengabdian
Jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru menurut
Cece Wijaya (1994) adalah sebagai berikut :
1. Terampil Berkomunikasi dengan Peserta Didik dan Orang Tua Peserta
Didik
2. Bersikap Simpatik
3. Dapat Bekerja Sama dengan Dewan Pendidikan.Komite Sekolah
4. Pandai Bergaul dengan Kawan Sekerja dan Mitra Pendidikan
5. Memahami Dunia Sekitarnya (Lingkungan)
Kegiatan Belajar 3 : Komponen Kompetensi Profesional
Menurut Cooper ada 4 komponen kompetensi profesional, yaitu :
1. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia
2. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya
3. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat
dan bidang studi yang dibinanya
4. Mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar
Menurut Johnson ada 3 komponen kompetensi professional, yaitu :
1. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang
harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan yang diajarkan dari
bahan yang diajarkan itu
2. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan
dan keguruan
3. Penguasaan proses-proses pendidikan, keguruan pembelajaran siswa
Menurut Depdikbud ada 19 kompetensi professional guru adalah sebagai
berikut :
1. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep
2. Pengelolaan program belajar mengajar
3. Pengelolaan kelas
4. Pengelolaan dan pengggunaan media serta sumber belajar
5. Penguasaan landasan-landasan kependidikan
6. Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar
7. Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan
di sekolah
8. Menguasai metode berpikir
9. Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi professional
10. Memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik
11. Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan
12. Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran
13. Mampu memahami karakteristik peserta didik
14. Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah
15. Memiliki wawasan tentang inivasi pendidikan
16. Berani mengambil keputusan
17. Memahami kurikulum dan perkembangannya
18. Mampu bekerja berencana dan terprogram
19. Mampu menggunakan waktu secara tepat
Kegiatan Belajar 4 : Hubungan Penguasaan Materi dan Kemampuan
Mengajar
Menurut Johnson (1980) penguasaan materi terdiri atas
penguasaan bahan yang harus diajarkannya dan konsep-konsep dasar
keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.
Ada dua cara memandang materi atau bahan ajar, yaitu :
1. Dari sudut isi bahan ajar, bahan ajar digolongkan menjadi 6 jenis
a. Fakta
b. Konsep
c. Prinsip
d. Keterampilan
e. Pemecahan Masalah
f. Proses
2. Dari sudut cara pengorganisasian bahan ajarnya dibagi menjadi 4 jenis
a. Bahan Bidang Studi Linier
b. Bahan Bidang Studi Kumulatif
c. Bahan Bidang Studi Praktikal
d. Bahan Bidang Studi Eksperensial
Alasan pengembangan dalam pemilihan bahan ajar adalah sebagai
berikut :
1. Bahan bidang studi itu harus diseleksi dan disesuaikan dengan
kebutuhan
2. Bahan bidang studi tidak relevan dengan kebutuhan diganti dengan yang
baru
3. Bahan bidang studi yang makin bertambah itu harus dipelajari melalui
berbagai media komunikasi
4. Bahan bidang studi yang makin bertambah itu dipelajari melalui berbagai
pendekatan, baik pendekatan metode penyampaian pelajaran maupun
melalui pembelajaran yang digunakannya
Kriteria dalam memilih bahan bidang studi antara lain sebagai berikut :
1. Bahan bidang studi yang diajarkan adalah bersifat fundamental
2. Bahan bidang studi yang hangat (current event)
3. Bahan bidang studi yang selalu dihadapi berulang-ulang oleh manusia
dalam kehidupan sehari-hari (persisten life situation)
4. Bahan bidang studi yang mengandung unsur pemecahan masalah
Untuk memperoleh keterampilan kamampuan mengajar dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Latihan menganalisis tugas-tugas belajar
2. Latihan merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran umum yang berpusat
pada hasil yang diharapkan
3. Latihan menetapkan indikator-indikator tingkah laku yang spesifik dari
kata kerja yang dipakai oleh tujuan pembelajaran umum
4. Latihan memilih indikator-indikator yang sesuai dengan tingkah laku
kemampuan siswa
5. Latihan merumuskan tujaun pembelajaran khusus pada indikator-
indikator terpilih
Hubungan antara penguasaan materi ajar dengan kemampuan
mengajar sebagai berikut :
1. Penguasaan materi menjadi landasan pokok seorang guru untuk memiliki
kemampuan mengajar
2. Guru yang memiliki wawasan yang mendalam terhadap materi ajar akan
lebih yakin di dalam merumuskan tujuan belajar mengajar di kelas
3. Guru yang sudah menguasai betul materi yang akan disampaikan kepada
siswa akan berusaha memperhatikan kebutuhan dan kemampuan siswa
yang dihadapinya
4. Guru yang menguasai materi dengan baik senantiasa mencoba berbagai
metode untuk diterapkan sesuai dengan perkembangan situasi di kelas
dan tidak terlalu terikat dengan patokan persiapan mengajar yang sudah
dirumuskan sebelum memasuki kelas
5. Guru yang meguasai betul materi ajar akan lebih kreatif dan inovatif
dalam menyampaikan materi ajarnya
Kegiatan Belajar 5 : Keputusan Situasional dan Transaksional
Keputusan situasional menyangkut keputusan tentang apa dan
bagaimana pengajaran akan diwujudkan berdasarkan analisis situasi.
Keputusan situasional diambil guru ketika menyusun persiapan tertulis
dalam bentuk satuan pelajaran.
Keputusan transaksional merupakan penyesuaian yang dilakukan
oleh guru yang berkaitan dengan pelaksanaan dari keputusan situasional
berdasarkan umpan balik yang diperoleh guru dari interaksinya dengan
siswa maupun dari interaksi dalam PBM yang sedang berlangsung.
Keputusan transaksional diambil karena adanya prubahan situasi dan
kondisi yang berkembang dalam melaksanakan PBM.
MODUL 3 : Berbagai Peran Guru dalam Pembelajaran
Kegiatan Belajar 1 : Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar
Pembelajaran
Dalam pandangan lama, para ahlimembagii konsentrasi studi
tentang perkembangan anak dalam :
1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang mencakup perubahan
hadaniah dan keterampilan motoric
2. Perkembangan aspek kognitif yang mencakup persepsi, bahasa, belajar
dan berpikir
3. Perkembangan psikososial yang mencakup perkembangan emosi,
kepribadian, dam hubungan antar pribadi
Apek-aspek perkembangan anak sekolah dasar antara lain :
1. Perkembangan Motorik dan Persepsi
2. Implikasi bagi Proses Pembelajaran
Piaget mendeskripsikan perkembangan kognitif ke dalam 4 periode
perkembangan, antara lain :
1. Periode Sensomotorik (0 - 1 tahun)
2. Periode Operasi Awal (1 – 7 tahun)
3. Periode Operasi Konkret (7 – 12 tahun)
Good dan Brophy (1990) mengklarifikasikan sebagai berikut :
a. Keterampilan klasifikasi
b. Konsep konservasi
c. Kemampuan mengurutkan
d. Kemampuan negotiation
e. Identitas
f. Kompensaasi
4. Periode Operasi Formal (12 tahun ke atas)
5. Kesiapan Belajar dan Implikasi bagi Pembelajaran
Piaget (Thomas L. Good dan Jere E. Brophy, 1990: 51-52) pikiran anak
merupakan struktur yang secara terus menerus berkembang kea rah
tingkat organisasi dan integrasi yang lebih tinggi
Proses pembelajaran di sekolah dasar bersifat terpadu dengan
perkembangan fisik kognitif, sosial, moral, dan emosional. Konsep
pendekatan perkembangan dalam pembelajaran ada dua dimensi, yaitu
dimensi umum dan individual.
Kegiatan Belajar 2 : Peran Guru dalam Pengembangan Rancangan
Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses inkuiri dan reflektif, yaitu :
a. Inkuiri dalam pembelajaran mengandung makna mempertanyakan,
menjelajahi labih jauh dan memperluas pemahaman tentang situasi.
b. Refleksi mengimplementasikan adanya dugaan, penilaian dalam
pertimbangan faktor-faktor signifikan untuk mencapai tujuan.
Perkembangan adalah tujuan pembelajaran. Rancangan
pembelajaran baik rancangan jangka pendek maupun jangka panjang
mencakup komponen-komponen sebagai berikut :
a. Analisis kurikulum, yaitu kegitan untuk merumuskan rencana dan bahan
ajar yang lebih bermakna dan sesuai perkembangan peserta didik
b. Tujuan pembelajaran; ada 4 tipe tujuan pembelajaran yaitu:
1) Tujuan perilaku
2) Tujuan pemecahan masalah
3) Tujuan ekspresif
4) Tujuan afektif
c. Rencana kegiaan berisi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup
d. Rencana evaluasi; terdiri dari kegiatan evaluasi sumatif dan evaluasi
formatif
Kegiatan Belajar 3 : Peran Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran dan
Manajemen
Kelas
Menurut hasil kajian literature terdapat 9 definisi gambaran
pendekatan manajemen kelas, yaitu :
1. Pendekatan otoriter 6. Pendekatan modifikasi perilaku
2. Pendekatan intimidasi 7. Menciptakan iklim sosio-emosional
3. Pendekatan permisif 8. Kelas sistem sosial kelompok utama
4. Pendekatan buku masak 9. Pendekatan jamak atau pendekatan
pluraistik (James M. Cooper,ed, 1990)5. Pendekatan instruksional
Brophy dan Putnan (Good dan Brophy, 1990) menyebutkan sebagi
pendekatan optimal, yaitu sebagai proses pengembangan lingkungan
belajar yang dikehendaki dan menekankan sekecil mungkin pembatasan-
pembatasan.
Fungsi-fungsi pokok manajemen kelas sebagai berikut :
1. Fungsi preventif
2. Fungsi kuratif
3. Fungsi pemeliharaan
4. Fungsi pengembangan
5. Fungsi fasilitator
6. Fungsi motivator
Kegitan Belajar 4 : Peran Guru dalam Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah proses memperoleh informasi untuk membentuk
judgment dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian ada 4 tahap
evaluasi yaitu :
1. Tahap persiapan
2. Tahap memperoleh informasi yang diperlukan
3. Tahap membentuk judgment
4. Tahap menggunakan judgment untuk mengambil keputusan
Tahapan yang perlu ditempuh dalam memilih teknik, antara lain :
1. Memilih teknik yang tepat, (Inkuiri, Observasi, Analisis, Tes)
2. Memilih Instrumen yang Paling Baik (Tes, Daftar cek, Skala penilaian,
Kuesioner)
MODUL 4 : Peran Guru dalam Bimbingan/ Konseling dan Pengelolaan
Stres dalam Pekerjaan
Kegiatan Belajar 1 : Hakikat Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling terjemahan dari “guidance” dan
“conseling” yang berarti (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to
pilot), (3) mengelola (to manage), (4) menyetir (to steer).
Menurut Sherzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan
sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu
memahami diri dan lingkungannya. Sedangkan menurut Sunaryo
Kartadinata (1998:4) mengartikan sebagai proses membantu individu
untuk mencapai perkembangan optimal.
Bimbingan dapat diartikan sebagai proses membantu individu untuk
mencapai perkembangan optimal. Sedangkan Konseling diatikan sebagai
membantu indvidu secara perorangan dalam siituasi hubungan tatap
muka, dalam rangka mengembangkan diri atau memecahkan masalah
yang dihadapinya.
Fungsi bimbingan konseling, antara laing sebagai berikut :
1. Fungsi Pemahaman, (membantu siswa agar memahami diri)
2. Fungsi preventif, (mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi)
3. Fungsi pengembangan, (bersifat lebih proaktif dari fungsi lain)
4. Fungsi perbaikan, ( kuratif atau penyembuhan)
Asas-asas bimbingan dan konseling natara lain sebagai berikut :
1. Asas kerahasiaan 7. Asas kedinamisan
2. Asas kesukarelaan 8. Asas keterpaduan
3. Asass keterbukaan 9. Asas kenormatifan
4. Asas kegiatan 10. Asas keahlian
5. Asas kemandirian 11. Asas alih tangan
6. Asas kekinian 12. Asas tut wuri handayani
Prinsip-prinsip bimbingan, antara lain :
1. Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses
berkembang
2. Bimbingan diperuntukkan bagi semua siswa
3. Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi
perkembangan siswa
4. Bimbingan berdasar kepada kemampuan individu untuk menentukan
pilihan
5. Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses penilaian
6. Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa merealisasikan dirinya
Hubungan bimbingan dengan pendidikan dijelaskan dalam
Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 1990, Pasal 25, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990, Pasal 27 dikemukan bahwa :
1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan
masa depan
2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing
Kegiatan Belajar 2 : Peran Guru dalam Bimbigan dan Koseling
Peran Kepebimbingan Guru dalam Proses Pembelajaran (Pribadi,
Sosial, Karier) dapat jelaskan dalam :
1. Bimbingan Belajar
2. Bimbingan pribadi
a. Bersikap peduli kepada anak
b. Bersikap konsisten
c. Mengembangkan lingkungan yang stabil
d. Bersikap permisif
3. Bimbingan sosial
4. Bimbingan karier
Beberapa guru yang dapat dilakukan untuk memperoleh belajar
yang sehat, antara lain :
1. Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan
kelompok
2. Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dengan melakukan
bimbingan
3. Mengadakan kenferensi kasus dengan melibatkan para guru da atau
orang tua siswa
4. Menjadi segi kesehatan mental sebagai salah satu evaluasi
5. Memasukan aspek-aspek hubungan nsaniah ke dalam kurikulum sebagai
bagian terpadu dari bahan ajaran yang harus disajikan guru
6. Menaruh kepedulian khusus terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu
dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran
Teknik-teknik dalam membantu siswa yang kesulitan belajar, antara
lain yaitu :
1. Pengajaran remedial
2. Pengayaan
3. Peningkatan motivasi belajar
4. Peningkatan keterampilan belajar
5. Pengembanagan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif
Kegiatan Belajar 3 : Pengertian dan Sumber Stres dalam Pekerjaan
Guru
Walter Cannon (1932) mengemukakan bahwa manusia merespons
peristiwa stress baik dengan fisik maupun psikis untuk mempersiapkan
dirinya (fight or flight response). Dadang Hawari (1997 : 44-45) stress
merupakan reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang
dialaminya, dan apabila fungsi organ tubuh terganggu dinamakan distress,
sedangkan depresi merupakan reksi iiwa terhadap stressor yang
dialaminya. A. Baum (Sehlley E. Taylor, 2003) stress sebagai “perasaan
tdak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik maupun psikis sebagai
respons atau reaksi individu terhadap stressor yang mengancam,
mengganggu, membebani, atau membahayakan keselamatan,
kepentingan, keinginan, atau kesejahteraan hidupnya.”
Faktor pemicu strees (stressor) dalam diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok, antara laian :
1. Stressor Fisik – Biologik (penyakit, cacat, dsb)
2. Stressor Psikologik (negative thingking, frustasi)
3. Stressor Sosial (iklim kehidupan keluarga, pekerjaan)
Kegiatan Belajar 4 : Mengelola Stres dalam Pekerjaan
Pengelolaan stress disebut juga dengan istilah coping. Menurut R.
S. Lazarus dan Folkman (Taylor, 2003:219) coping adalah proses
mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang ditaksir sebagai beban
karena diluar kemampuan diri individu.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Coping antara lain :
1. Dukungan Sosial, menurut House (1981) memiliki 4 fungsi :
a. Emotional support
b. Appraisa support
c. Informational support
d. Instrumental support
2. Kepribadian
a. Hardiness (ketabahan, Daya Tahan), Seuzanne Kobasa (1979)
karakteristik :
1) Commitment
2) Internal Locus Control
3) Challange
b. Optimisme
Coping yang konstruktif dapat dilakukan melalui beberapa
pendekatan atau metode, diantaranya sebagai berikut :
1. Rational-Emotive Therapy (mengubah pola piker yang irrasional sehingga
mengurangi gangguan emosi atau perilaku maladaptif)
2. Meditasi
3. Relaksasi
4. Mengamalkan ajaran agama sebagai wujud keimanan kepada Tuhan
MODUL 5 . Kode Etik Keguruan dan Penerapannya dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Guru
Kegiatan Belajar 1 : Pengertian dan Fungsi Kode Etik
Secara etimologis, kode etik berarti pola aturan, tata cara, tanda,
pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan
kata lain kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai
pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai, dan norma
yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu.
Canadian Code of Ethics (CCE) mengemukakan 4 asas etis, yaitu :
1. Respect for the dignity of persons (menghargai harkat dan martabat
manusia)
2. Responsible caring (kepedulian yang bertanggung jawab)
3. Integrity in relationship (integritas dalam hubungan)
4. Responsibility to society (tanggung jawab kepada masyarakat)
Bigs dan Blocher (1986 : 10) mengemukakan 3 kode etik yaitu :
a. to protect a profession from government interference (melindungi suatu
profesi dari campur tangan pemerintah)
b. to prevent internal disgreements within a profession (mencegah terjadinya
pertentangan internal dalam suatu profesi)
c. to protect practitioners in cases of alleged malpractice (melindungi para
praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi)
Sutan Zanti dan Syahnimar Syahrun (1992) mengemukakan 4
fungsi kode etik guru, antara lain sebagai berikut :
1. agar terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya
2. untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja,
masyarakat, dan pemerintah
3. sebagi pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung
jawab pada profesinya
4. pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang
menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas
Secara umum bahwa fungsi kode etik guru berfungsi sebagai :
a. agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga terhindar dari penyimpangan profesi
b. agar guru bertanggung jawab atas profesinya
c. agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal
d. agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan,
sehingga jasa profesi guru diakui dan digunakan masyarakat
e. agar profesi ini membantu dalam memecahkan maslah dan
mengembangkan diri
f. agar profess guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan
pemerintah
Kegiatan Belajar 2 : Deskripsi Kode Etik Keguruan dalam Pelaksanaan
Tugas Berbagai
Bidang Kehidupan
Kode Etik Guru Indonesia berpedoman kepada dasar-dasar
sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia yang berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagi bahan
melakukan bimingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk memina peran serta dan tanggung jawab
bersama terhadap pendidikan
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan seprofesinya, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan
Penerapan Kode Etik Guru dalam pelaksanaan tugasnya antara
lain :
1. Multi Peran dan Tugas Guru dalam Proses Pembelajaran
Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994:262) mengemukakan peran
guru sebagai manajer, pemandu, organisator, loordinator, komunikator,
fasilitator, dan motivator dalam pembelajaran. Abin Syamsuddin (1999)
mengemukakan 7 peran dan tugas guru dalam pembelajaran yaitu
konservator, innovator, transmitor, transformator, organisator, dan
planner.
2. Penerapan Kode Etik Guru dalam Pelaksanaan Tugasnya
Penerapan kode etik guru dalam keluarga sedkitnya memiliki 4
fungsi, yaitu sebagai pedoman bagi guru dalam :
1. Membentuk anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya berjiwa
Pancasila
2. Menanamkan kejujuran pada anggota keluarga
3. Memupuk semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan anggota keluarga
4. Mendorong partisipasi anggota keluarga dalam menyukseskan jalannya
pendidikan
MODUL 6 . Refleksi dalam Tugas dan Pengembangan Profesi melalui
Organisasi
Kegiatan Belajar 1 Refleksi dalam Tugas dan Berbagai Bentuknya
Refleksi professional kependidikan, pada hakikatnya mengacu
kepada kemampuan dan kesanggupan guru merenungkan, memahami
dan menyadari pengalaman diri selama menggeluti profesi kependidikan.
Agar ada kesuaian Tujuan Pendidikan Jangka Panjang (TPJP),
Tujuan Utuh Pendidikan (TUP) dengan Tugas Yang Dirancang (TYD)
diperlukan tindakan-tindakan yang sistematik. Tindakan tersebut dilakukan
pada :
1. Tingkat structural (organisasi penyelenggara system pendidikan nasional
di tingkat pusat dan daerah)
2. Tingkat institusional (satuan pelaksanaan penyelenggaraan system
pendidikan, baik jalur, jenjang, jenis persekolahan maupun luar sekolah)
3. Tingkat operasional (satuan pelaksana kegiatan proses pembelajaran
dan pendidikan pada jalur, jenjang, jenis persekolahan dan pendidikan
luar sekolah)
Kegiatan Belajar 2 : Organisasi Profesi Guru