disusun oleh: prof dr ir aida vitayala s. hubeis guru...
TRANSCRIPT
Disusun Oleh:Prof Dr Ir Aida Vitayala S. Hubeis
Guru Besar Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) – Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) – Insititut Pertanian
Bogor (IPB)
Makalah dalam Acara “Sosialisasi Menyelamatkan Generasi Penerus Bangsa dari Malapetaka Moral Perilaku Penyimpangan Seksual Sejenis”; Diselenggarakan oleh Universitas Gunadarma dan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat: Bertempat di Kampus Gunadarma
Cikunir Jakarta; 09 April 2019
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 1
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 2
1. GURU BESAR Komunikasi Gender: Departemen SKPM – FEMA – IPB 2. Kegiatan Organisasi (s/d sekarang: selected)
1) Ketua Dewan Penasehat Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) IPB2) Dewan Penasihat Pusat Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia
(P2SDM) IPB3) Salah satu Pendii ICMI: Wakil Ketua Dewan Penasehat ICMI Pusat
4) Tim Tujuh Pemberdayaan Perempuan-The Habibie Center5) Anggota Dewan Pakar PARMUSI6) Presidium Forum Cendekiawan Muslim Indonesia (FCMI)7) Presidium Nasional Mitragender8) Dewan Pakar IMWU (International Muslim Union), chapter Indonesia9) Dewan Penasehat MAAI (Majelis Ilmuwan Muslimah Indonesia)10) Tim Ahli Kowani Pusat 11)Pendiri FORKAPI (Forum Komunikasi Pembangunan Indonesia)12) dan lain-lain
Riwayat Singkat Prof Dr Ir Aida Vitayala S. Hubeis
Email: [email protected] 0251 8322932; HP 0811 111 828
Penduduk Indonesia: 254,9 juta jiwa →Susenas 2014, 2015257.9 juta → Bappenas, BPS 2018
Perempuan 49,70% (133.17 juta); Lelaki 50,30% (131,88 juta)Di perdesaan 128.5 juta jiwa; di perkotaan 126.3 juta jiwa.
Penduduk perempuan-lelaki di kota (49.66% banding 50.34%) & di desa (49.64% banding 50.36%) → lebih sedikit.
Penduduk perempuan usia produktif (65,71%) tidak jauh berbeda dibanding lelaki (65,74%): BPS-Susenas
▪ Menjadi perhatian prioritas dalam perkembangan dankemajuan bangsa Indonesia
▪ Perempuan merupakan investasi, aset dan potensibangsa dan keluarga yang berkontribusi sangat besarbagi kehidupan keluarga, bangsa dan negara
Perempuan dan Anak (70%)
3Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 4
Pada ERA atau pada Generasi apa pun, keluargasebagai unit terkecil dari suatu sistem sosialmasyarakat berfungsi sebagai lembaga sosialisasipertama dan utama di dalam mewariskan normadan nilai-nilai bertindak berdasar norma dankepatutan terhadap sesama anggota keluarga,dalam konteks relasi harmonis anggota keluargalelaki dan perempuan.
ketahanan keluarga
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 5
Ketahanan keluarga adalah kondisi dinamis suatukeluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan sertamengandung kemampuan fisik-materil dan psikis-mentalspiritual untuk hidup mandiri dan mengembangkan diridan keluarganya untuk hidup harmonis dalammeningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin(UU No 10 tahun 1992).
TIANG NEGARAKeluarga tangguh, masyarakat tangguh, negara pun tangguh
FUNGSI KELUARGA
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 6
FUNGSI KELUARGA 1. Memberi rasa saling memiliki, rasa aman, kasih sayang dan
mengembangkan hubungan baik antara anggota keluarga.
2. Cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas pada perasaan, tetapi juga menyangkut pemeliharaan, tanggung jawab, perhatian, pemahaman, saling menghargai dan keinginan kuat (amanah) untuk menumbuhkembangkan anak yang dilahirkan.
1. Fungsi Keagamaan;2. Fungsi Sosial Budaya;3. Fungsi Cinta Kasih;4. Fungsi Melindungi;5. Fungsi Reproduksi;6. Fungsi Sosialisasi & Pendidikan7. Fungsi Ekonomi; dan8. Fungsi Pembinaan Lingkungan.
Terbentuk melalui ikatan perkawinan
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 7
Suatu keluarga yang terbentuk melalui ikatanperkawinan yang sah merupakan unit terkecil darimasyarakat yang terdiri dari kepala keluarga danbeberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatutempat di bawah satu atap dalam keadaan salingketergantungan (Depkes RI 1988).
Fungsi Reproduksi terbentuk melalui ikatan perkawinan
TIANG NEGARAKeluarga tangguh, masyarakat tangguh, negara pun tangguh
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 8
▪ Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria danseorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentukkeluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekalberdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Bab 1 Pasal 1)
▪ Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukummasing-masing agama dan kepercayaannya, dan tiap-tiapperkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undanganyang berlaku” (Bab 1 Pasal 2).
Undang-Undang RI No 1 tahun 1974 “Tentang Perkawinan”
▪ Hubungan seksual yang sah secara hukum negara & agama.▪ Kejelasan tanggung jawab suami ke isteri dan sebaliknya,
serta pada anak dari hasil perkawinan tersebut.
KELUARGA: LELAKI-PEREMPUAN
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 9
1. Realisasi fungsi reroduksi dalam keluarga,menurut keyakinan semua agama dan sejalandengan nilai-nilai luhur di masyarakat,menyepakati bahwa ikatan perkawinan antaralelaki dan perempuan adalah sebagai satu-satunyacara untuk memerbanyak keturunan.
2. Fenomena sosial terkait dengan hubungan seksualyang sedang trend saat ini adalah timbulnyaorientasi seksual (Gay) yang tidak sejalandengan amanat Undang Undang TentangPerkawinan yang menyatakan bahwa perkawinanadalah ikatan lahir batin antara seorang pria(lelaki) dan seorang wanita (perempuan) sebagaisuami-istri.
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 10
1. Istilah orientasi seksual (Gay) pada abad XIX (di Inggris), padaawalnya digunakan sebagai ekspresi kebahagiaan (perasaansenang) dimana kata tersebut berkonotasi homoseksual danberlaku untuk semua jenis kelamin (lelaki-perempuan).
2. Perempuan yang mengidentifikasi diri sebagai Gay, lebih sukamemakai istilah lesbian yang diambil dari kata Pulau Lesbos/Yunani (tempat kelahiran penyair perempuan yang memujaperempuan bernama Sappho; 630-612 SM). Pulau Lesbos, kinibanyak dikunjungi turis dari komunitas lesbian.
Gay dan Lesbian merupakan bentuk penyimpangan perilakuseksual (hubungan sesama jenis) yang secara tidak langsungmeggerus pedoman luhur hubungan seksual yang sah, bersih dansehat dan sekaligus merupakan bentuk perlawanan terhadapfitrah hubungan seksual yang telah Allah ciptakan.
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 11
1. Perilaku menyimpang (deviant behavior) atau penyimpangansosial/seksual adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam hidup sudutpandang kemanusiaan (humanity), religi mau punpembenarannya sebagai bagian dari makhluk sosial
2. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang menyimpang darinorma dan nilai sosial keluarga dan masyarakar yang menjadipenyebab memudarnya ikatan atau solidaritas kelompok.
Kadar Penyimpangan Perilaku (Deviant Behaviour)
Penyimpangan primer: insidental, tidak kontinu: i.e. mabuk
Penyimpangan sekunder: berulang (berbahaya):
i.e. tindak criminal, seksual
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 12
Penyimpangan perilaku seksual yang sudah semakin menggila dan bahkan menjadi life style memiliki ciri berikut:1. Kecenderungan menjadi “komunitas khusus” yang
terorganisir dan menyebar di berbagai daerah. 2. Fenomena perilaku yang a-sosial dan tidak lazim serta
dapat memicu penyebab terjadinya kehancuran dan kepunahan ummat manusia.
3. Penyimpangan perilaku seksual sudah dianggap dan dirasakan sebagai “suatu kondisi” yang sangat meresahkan bagi keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia.
PERAN KELUARGA
Posisi Primer Keluarga
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB13
1) Memiliki peran yang sangat penting sebagai ranah utama dan pertama sosialisasi di dalam membentuk kepribadian, watak, moral dan etika anggota keluarga yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, bangsa dan negara.
2) Mempunyai peran penentu di dalam pembentukan dan perujudan kepribadian anggota keluarga sesuai dengan identitas fitrah biologis yang dibawa sejak lahir.
Posisi sekunder: 1. Faktor intrinsik (watak, karakter emosi – dapat berkembang 2. Faktor ekstrinsik (lingkungan): penyesuaian, adaptasi,
integrasi
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 14
Type of Family
1. Keluarga Besar (Extended Family)
2. Keluarga inti (Nuclear Family)
1) Traditional Family
2) Transitional family
3) Contemporary family
▪ Tiap tipe keluarga memiliki cara pensosialisasian norma, nilai dan kepatutan bertindak yang berbeda
▪ Sumber pesan yang berkuasa (powerful) juga beda
▪ Sumber penentu keputusan (decision authority) juga beda
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 15
Menghasilkan cara berkomunikasi & spesifikasi tindakan:
Perempuan (Mertua) - lelaki (Mertua)
Perempuan (Ibu) - lelaki (Bapak)
Anak (perempuan) – anak (lelaki)
Bapak – anak lelaki – anak perempuan
Ibu – anak perempuan – anak lelaki
Relasi norma kepatutan bagaimanakah yang harus dikomunikasikan dan disosialisasikan sesuai dengan
identitas biologisnya?
Dimanakah dan bagaimanakah peran keluarga(keluarga besar dan keluarga inti) di dalam mensosialisasikan identitas biologis kepada
anak sejak dini?
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 16
Pertanyaannya adalah apa dan bagaimanakah relasi komunikasi gender (perempuan & lelaki) di keluarga:
1. Berkomunikasi dengan cara yang sama?2. Berbicara dalam bahasa yang sama? 3. Bagaimanakah struktur bahasa merefleksikan dan atau
mempromo pembedaan identitas biologis gender dalam suatu masyarakat? Lalu, dapatkah semua ini benar-benar dikomunikasikan?
1. Komunikasi keluarga mengacu pada pertukaran informasisecara verbal (ujaran) dan nonverbal (bahasa tubuh) antar-anggota keluarga.
2. Komunikasi melibatkan kemampuan untuk memerhatikan apa-yang disampaikan, dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain.
Bagian terpenting dari komunikasi tidaklah semata berbicara, tetapi menyimak apa yang dikatakan oleh seseorang.
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 17
1. Istilah gender sudah kerap dikumandangkan di lingkup publik,dalam artian masyarakat luas.
2. Di tingkat pemerintah, bahkan telah merupakan komitmenpolitik negara yang sudah berlangsung cukup lama, yang diikutioleh upaya pemerintah untuk meratifikasi dan mengadopsiberbagai keputusan dan instrumen kesepakatan internasionaltentang gender mainstreaming (PUG: Inpres Nomor 9/2000)dengan berbagai turunan indikator ukuran dan alat analisisnya.
3. Namun demikian, genderang genderisasi belum sepenuhnyadimaknai secara sama oleh tiap orang, termasuk darikalangan pejabat pemerintah, para pakar/akademisi, organisasisosial, dan masyarakat pada umumnya.
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 18
Pemahaman yang kerap terjadi adalah adanya kecenderungan kekeliruan pemaknaan terminologi GENDER, yang acap dimaknai sebagai hanya bicara tentang urusan “perempuan”, atau invensi asing yang cenderung akan mengubah tatanan harmonis relasi
sosial di keluarga dan masyarakat.
Gagal paham ini juga berlanjut padakekeliruan pemaknaan terhadap turunankonsep-konsep gender, seperti Keadilan danKesetaraan Gender (KKG), kesenjangangender dan bias gender di masyarakat dandalam Keluarga dalam konteks relasi sosialantara perempuan dan lelaki;
KOMPARASI PENGERTIAN GENDER DAN SEKS
Gender mengacu pada relasi sosial dan peran-peran yang dikonstruksi serta diharapkan oleh masyarakat untuk dilakukan oleh perempuan dan laki-laki.
Peran-peran ini dipelajari, dapat berubah dari waktu ke waktu dan sangat bervariasi di dalam dan diantara berbagai budaya masyarakat.
Pengertian Gender berbeda dengan pengertian seks (Jenis Kelamin)
▪ Pengertian Seks/jenis Kelamin ▪ Perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki.▪ Identitas seks ditentukan oleh ciri-ciri genetika dan
anatomi.
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 19
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 20
Biologis Primer: Tidak dapat dipertukarkan (Nature/Alami)Biologis Primer: Tidak dapat
dipertukarkan (Nature/Alami)
1. Biologis Primer: Tidak dapat dipertukarkan (Nature/Alami)
2. Biologis sekunder: Dapat dipertukarkan (nurture/pengasuhan - lingkungan)
3. Biologis Tertier (gender)
Kebedaan Biologis Perempuan-lelaki
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 21
Biologis Primer: Tidak dapat dipertukarkan (Nature/Alami)
Laki-Laki ▪ Penis▪ Kantungzakar/scotrum ▪ Buah Zakar (Testis) ▪ Sperma (Mani) • Prostat (kelenjar)
Perempuan
▪ Vagina
▪ Indung telur/Ovarium
▪ Sel telur (ovum)
▪ Uterus, Haid, Hamil
• Melahirkan, MenyusuiBiologis sekunder: Dapat dipertukarkan (nurture/pengasuhan - lingkungan)
▪ Bulu dada/tangan ▪ Jakun, suara berat ▪ Berkumis ▪ Maskulin
▪ Kulit halus ▪ Dada besar, suara tinggi ▪ Rambut terurai▪ Feminin
BIOLOGIS TERTIERHARUS DIKOMUNIKASIKAN SEJAK DINI
Tidak dimiliki sejak lahir
Dapat dibentuk/ dapat diubah
Kontruksi Sosial
RELASI PERAN GENDER
▪Bukan kodrat▪Buatanmanusia▪Dapat diubah▪Dinamis, ▪Relatif
Dipengaruhi oleh
Tempat
Negara
Status Sosial
Agama/ Ideologi
Kultur
Suku/Ras/Bangsa
Waktu/Zaman
BIOLOGIS TERTIER
APLIKASI RELASI PERAN GENDER (LELAKI-PEREMPUAN
Peran KOMUNIKASI keluarga
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 22
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 23
Stereotipi relasi peran Perempuan & lelaki (gender) dari zaman ke zaman telah terubah dan tergerus, sejalan dengan pengubahan dan pergeseran serta dampak globalisasi & keterlibatan keluarga (bapak-ibu; suami-isteri) dalam nafkah, politik dan sosial.
1. Peran Perempuan dalam keluarga yang diframing (dibingkai)dalam fungsi 3-I (Isteri, Ibu dan ibu rumah tangga) bertambahdengan 3-I plus K (Karyawan) atau 3-I plus B (Bos) atau 3-I plus P (Pejabat) atau 3-I plus Po (Politisi).
2. Peran Lelaki dalam keluarga yang diframing dalam fungsi 2-M(mencari nafkah dan melindungi keluarga) juga mulai berbagidengan perempuan yang sudah mulai bekerja nafkah untukkeluarga (baik karena kebutuhan mau pun karenapengejawantahan karir dan aplikasi kesetaraan)
KOMUNIKASI KELUARGA
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 24
Fakta Kekeliruan Pencitraan (Imaging) & Pembingkaian (Framing)
relasi gender
1. Pembagian Kerja: perempuan di rumah berperan 3-I (Isteri, Ibu, dan ibu rumah tangga) dan lelaki bekerja nafkah: 1) Pada keluarga tradisional pola peran ini mungkin benar
adanya,2) Pada keluarga transisi peran 3-I tidak mutlak menjadi tugas
perempuan (mereka juga terlibat dalam kerja nafkah).3) Peran ini dapat dipertukarkan dalam bentuk pembagian kerja
rumah tangga antara bapak dan ibu. 2. Perempuan menjadi ibu (melahirkan) dan Lelaki menjadi bapak
(menghamili), fungsi ini tidak dapat dipertukarkan.1) Tugas sebagai bapak atau ibu dapat dipertukarkan pada
kasus janda/duda (single parent) tetapi bukan fungsinya. 2) Fungsinya sebagai bapak (duda) atau ibu (janda) tetap
eksis, yaitu sebagai sosok seorang lelaki dan perempuan.
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 25
Fakta Kekeliruan Pencitraan (Imaging) & Pembingkaian (Framing)
relasi gender
3. Sifat feminin (pada perempuan) dan maskulin (pada lelaki) juga dapat dipertukarkan
1) Pada keluarga yang tinggal di lokasi pinggiran atau hutan, perempuan pun dapat bersifat maskulin dan sebaliknya lelaki yang bekerja pada pekerjaan soft juga bisa bergaya feminin
2) Muka halus & terawat (pada perempuan) juga dapat ditemukan pada “lelaki flamboyant”
4. Perempuan memasak di rumah, tetapi di hotel bintang 5 atau “koki2 keren (chef) yang bertugas adalah lelaki
5. Lelaki jadi supir taxi, grab, pilot, tenyata perempuan juga bisa melakukannya
Yang tidak dapat dipertukarkan hanya organ biologis (termasuk tugas dan fungsinya), tetap sosok lelaki dan perempuan
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 26
IMPLIKASI PRAKTIS MENGKOMUNIKASIKAN PERAN BIOLOGIS ANGGOTA KELUARGA
Tumbuhkembangkan komunikasi dalam keluarga dengan pola komunikasi asertif (assertive communication):1) Identifikasikan ciri biologis anggota keluarga sejak dini2) Simak cara anggota keluarga berujar (verbal communication)
dan amati bahasa tubuh/gesture (non verbal communication)keselarasannya dengan identitas biologis dirinya sebagaiseorang perempuan dan atau seorang lelaki.
3) Saling respek, dengan prinsip “you are OK, I am OK” atau “youare not OK, I am not OK”
4) Luangkan waktu untuk mengetahui kegiatan kesehariananggota keluarga (isteri, suami, anak): apa yang dilakukan,siapa temannya, dan apa gerak-geriknya yang “aneh”
5) Jangan bedakan perlakuan karena faktor beda biologis tetapisesuaikan dengan kompetensi (intelektual) yang dimiliki.
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 27
Jika TERLAHIR SEBAGAI BAYI LELAKI maka sampai LANSIA pun TETAP LELAKI ……
begitu juga jika terlahir sebagai bayi perempuan Ya tetap PEREMPUAN sampai LANSIA PUN
Buah pernikahan dari seorang perempuan dan
lelaki akan menghasilkan
keturunan dan
tidak memutus keturunan
Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 28
Komunikasi dalam keluarga dapat dibaratkan sebagai darah dalam tubuh, jika berhenti mengalir maka matilah keluarga
Komunikasi tentang identitas biologis tiap anggota Keluarga dan fungsinya yang tidak dapat dipertukarkan
merupakan suatu keniscayaan
Ketidakberhasilan pengkomunikasian dan pensosialisasian ini akan berdampak pada kelanjutan generasi penerus dan
komitmen untuk menempatkan dan menetapkan kelanggengan pasangan suami - isteri (lelaki - perempuan) dan ini adalah
tanggung jawab kita Bersama
di dunia dan di akhirat kelak
PENUTUP
Siapkah kita mensosialisasikan nilai-nilai dan norma - serta bertindak yang
bersesuian dengan identitas fitrah biologus seksual (perempuan-lelaki)
untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan fungsi Seksual (biologis
primer) dalam berkeluarga Prof Aida Vitayala Hubeis; SKPM-FEMA IPB 29