peran motivasi dan kemampuan terhadap kinerja … · prof dr ir aida vitayala s hubeis selaku dosen...

70
PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA PNS DI DITJEN P2KTRANS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RANIASARI BIMANTI ESTHI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: tranhanh

Post on 16-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA

PNS DI DITJEN P2KTRANS KEMENTERIAN TENAGA

KERJA DAN TRANSMIGRASI

RANIASARI BIMANTI ESTHI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi
Page 3: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Peran Motivasi dan

Kemampuan terhadap Kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Raniasari Bimanti Esthi

NIM H251100284

Page 4: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

RINGKASAN

RANIASARI BIMANTI ESTHI. Peran Motivasi dan Kemampuan terhadap

Kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Dibimbing oleh M. SYAMSUL MA’ARIF Dan ANGGRAINI SUKMAWATI.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) memainkan peran sebagai sumber daya aparatur

bagi berlangsungnya kehidupan pemerintahan dan pembangunan di Indonesia

dalam konteks administrasi negara. Oleh karena itu, pengembangan PNS penting

untuk dilakukan, di samping merupakan amanat Undang-Undang, juga didasarkan

pada banyaknya persepsi yang mengatakan bahwa kinerja dan kualitas

birokrasi/PNS di Indonesia sangat rendah, tidak profesional, berkinerja rendah,

dan lain-lain (intinya: menilai citra buruk PNS). Motivasi PNS merupakan salah

satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan kinerja yang optimal. Tanpa

adanya motivasi dari para pegawai untuk bekerja sama bagi kepentingan

organisasi, maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai.

Selain motivasi, faktor lain yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan.

Pada sebuah organisasi, kesuksesan dalam pelaksanaan tugas dipengaruhi oleh

kemampuan pegawai. Direktorat Jenderal Pembinaan Pembangunan Kawasan

Transmigrasi Kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi memerlukan dukungan

pegawai yang mumpuni dalam mengemban tugas dan tanggung jawab yang ada

untuk dapat meningkatkan kinerja organisasi yang tercermin dari meningkatnya

kinerja pegawai.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis pengaruh motivasi dan

kemampuan terhadap kinerja PNS di Ditjen P2KTrans, Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi, dan (2) Menganalisis indikator-indikator yang dominan

mencerminkan motivasi, kemampuan, dan kinerja PNS di Ditjen P2KTrans,

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Jumlah sampel pada penelitian ini

adalah sebanyak 143 orang responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan

metode random sampling. Analisis data menggunakan metode Structural

Equation Model (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square (PLS).

Hasil menunjukkan bahwa model pengaruh langsung (model 1), kemampuan

berpengaruh signifikan terhadap kinerja PNS. Pada hipotesis 2 (H2), motivasi

tidak berpengaruh terhadap kinerja PNS. Pada model pengaruh tidak langsung

(model 2), kemampuan berpengaruh signifikan terhadap kinerja PNS. Pada

hipotesis 2 (H2), kemampuan berpengaruh signifikan terhadap motivasi,

sedangkan pada hipotesis 3 (H3), motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja

PNS. Terakhir, pada model pengaruh moderasi (model 3), kemampuan

berpengaruh terhadap kinerja PNS, namun pada hipotesis 2 (H2), motivasi tidak

memoderasi pengaruh kemampuan terhadap kinerja PNS.

Kata Kunci : motivasi, kemampuan, kinerja.

Page 5: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

SUMMARY

RANIASARI BIMANTI ESTHI. The Role of Motivation and Ability of the Civil

Servants Performance in the DG of Upgrading and Development Program for

Resettlement Area, Ministry of Manpower and Transmigration (Resettlement).

Supervised by M. SYAMSUL MA’ARIF and ANGGRAINI SUKMAWATI.

Civil servants (PNS) plays a role as a resource for the survival of the

government officials and development in Indonesia in the context of public

administration. Therefore, it is important to the development of civil servants, in

addition to a mandate of the Act, also based on the perception that many say that

quality of the bureaucracy / civil servants in Indonesia is very low, unprofessional,

low performers, etc. (essentially: assessing the bad image civil servants). Civil

servants motivation is one of very important factor to obtain an optimal

performance. Without the motivation of employees to work together for the

benefit of the organization, the stated goals will not be achieved.

Besides motivation, other factors that affect the performance is ability. At a

government organization, success or failure in the performance of duties and

governance, influenced by ability of employees. DG of Upgrading and

Development Program for Resettlement Area, Ministry of Manpower and

Transmigration requires qualified personnel support in carrying out the duties and

responsibilities that exist to improve the performance of the organization as

reflected in the increased performance of employees.

The purposes of this study were: (1) to analyze the influence of motivation and

ability in the performance of civil servants DG of Upgrading and Development

Program for Resettlement Area, Ministry of Manpower and Transmigration, and

(2) to analyze the indicators that reflect the dominant motivation, ability, and

performance of civil servants in DG of Upgrading and Development Program for

Resettlement Area, Ministry of Manpower and Transmigration. The number of

samples in this study is 143 respondences. The method used is random sampling

method. Data analysis uses Structural Equation Model (SEM) with the approach

Partial Least Square (PLS).

The results showed that for the direct influence of the model (model 1), gives

the ability of a positive and significant effect on the performance of civil servants.

On testing the hypothesis 2 (H2), gives that motivation does not affect the

performance of civil servants. Indirect effect on the model (model 2), gives the

ability of a positive and significant effect on the performance of civil servants. In

the second hypothesis (H2), gives the ability of a positive and significant effect on

motivation. On hypothesis 3 (H3), gives that motivation has no effect on the

performance of civil servants. While moderating influence on the model (model

3), gives the ability of a positive and significant effect on the performance of civil

servants. In the second hypothesis (H2), gives that the motivation does not

moderate influence on the performance capabilities of civil servants.

Keywords: motivation, ability, performance.

Page 6: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA

PNS DI DITJEN P2KTRANS KEMENTERIAN TENAGA

KERJA DAN TRANSMIGRASI

RANIASARI BIMANTI ESTHI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis

Page 9: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi
Page 10: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi
Page 11: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

PRAKATA

Puji Tuhan penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul Peran Motivasi dan

Kemampuan terhadap Kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Mayor Ilmu Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama penulisan tesis ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak

baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang tidak terhingga kepada:

1. Prof Dr Ir M Syamsul Ma’arif, MEng dan Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM

selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, yang telah bersedia

memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi serta perhatiannya yang sangat

berarti, sehingga penulis dengan lancar menyelesaikan tesis ini;

2. Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas

arahan, bantuan, dan saran untuk perbaikan tesis ini;

3. Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc selaku Dosen Penguji Program Studi dan

Ketua Program Studi Ilmu Manajemen atas saran dan masukan perbaikan yang

diberikan;

4. Seluruh dosen pengajar dan staf kependidikan/karyawan Program Studi Ilmu

Manajemen yang telah memberikan bekal ilmu, membuka wawasan, dan

kemudahan selama menempuh studi;

5. Kedua orangtuaku, Suraje, SH (bapak) dan Sri Kustiyah, BA (mama) yang

telah memberikan kasih sayang, doa, semangat dan dukungan yang tiada henti-

hentinya;

6. Teman-teman PS Ilmu Manajemen Kelas Khusus Angkatan I: Stevia, Mbak

Dessy, Kak JW, Pak Asep, Pak Ade, Teh Rinrin, Teh Yuli, Ojan dan Kak Nina,

atas segala dukungan dan bantuan dalam pembelajaran pengolahan data

penelitian;

7. Pihak Ditjen P2KTrans Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang

telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu penulis dalam

pengumpulan data penelitian;

Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

Bogor, Februari 2014

Raniasari Bimanti Esthi

Page 12: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi
Page 13: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

4

4

2 PENGARUH LANGSUNG, TIDAK LANGSUNG, DAN MODERASI

PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN

TERHADAP KINERJA PNS

5

Pendahuluan 5

Metode Penelitian 6

Hasil dan Pembahasan 16

3 PEMBAHASAN UMUM 34

4 SIMPULAN DAN SARAN 38

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 43

RIWAYAT HIDUP 54

Page 14: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

DAFTAR TABEL

2.1 Data pegawai berdasarkan Eselon 9

2.2 Skor skala Likert 10

2.3 Operasionalisasi variabel 12

2.4 Karakteristik responden Ditjen P2KTrans Kemenakertrans 18

2.5 Sebaran responden berdasarkan pendidikan 20

2.6 Hasil penelitian kriteria dan standar nilai pada outer model 24

2.7 Hasil penelitian kriteria dan standar nilai pada inner model 28

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka pemikiran penelitian 6

2.2a Model penelitian 1 pengaruh langsung (direct effect) 7

2.2b Model penelitian 2 pengaruh tidak langsung (indirect effect) 7

2.2c Model penelitian 3 pengaruh moderasi (moderating effect) 7

2.3a Model penelitian awal 1 pengaruh langsung (direct effect) 21

2.3b Model penelitian awal 2 pengaruh tidak langsung (indirect effect) 22

2.3c Model penelitian awal 3 pengaruh moderasi (moderating effect) 22

2.4a Model penelitian akhir 1 pengaruh langsung (direct effect) 25

2.4b Model penelitian akhir 2 pengaruh tidak langsung (indirect effect) 25

2.4c Model penelitian akhir 3 pengaruh moderasi (moderating effect) 26

2.5a Hasil metode bootstrapping model 1 pengaruh langsung (direct effect) 29

2.5b Hasil metode bootstrapping model 2 pengaruh tidak langsung

(indirect effect)

29

2.5c Hasil metode bootstrapping model 3 pengaruh moderasi (moderating

effect)

30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 43

2 Output PLS dan bootstrapping model pengaruh langsung motivasi dan

kemampuan terhadap kinerja PNS

47

3 Output PLS dan bootstrapping model pengaruh tidak langsung motivasi

dan kemampuan terhadap kinerja PNS

49

4 Output PLS dan bootstrapping model pengaruh moderasi motivasi dan

kemampuan terhadap kinerja PNS

51

5 Bagan struktur organisasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 53

Page 15: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pegawai Negeri Sipil (PNS) memainkan peran sebagai sumber daya

aparatur bagi berlangsungnya kehidupan pemerintahan dan pembangunan di

Indonesia dalam konteks administrasi negara. Pemahaman tersebut didasarkan

pada Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 yang memberi pengertian bahwa

Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah

memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan

diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan

digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sorotan utama

terhadap upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang good governance,

clean government dan efisien, menempatkan peran PNS menjadi perhatian yang

cukup serius.

Kebutuhan akan reformasi birokrasi menuju terciptanya PNS yang

profesional, terampil, terbuka, dan efisien serta berorientasi kepada pelayanan

masyarakat telah menjadi tuntutan nasional. Di Indonesia, sektor kepegawaian

negara yang merupakan sub sistem dari birokrasi secara keseluruhan, belum

dijadikan sebagai fokus reformasi birokrasi (Prasojo 2006). Kondisi tersebut

apabila berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan kekecewaan

masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi timbulnya implikasi negatif

lebih lanjut di masa mendatang, maka perlu dilakukan perubahan ke arah

perbaikan atau reformasi birokrasi kepegawaian negara Indonesia secara

keseluruhan (Kasim 1998 dan Prasojo 2006).

Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 memberi pengertian bahwa manajemen

Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya-upaya untuk meningkatkan

efisiensi, efektivitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi,

dan kewajiban kepegawaian, yang meliputi perencanaan, pengadaan,

pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan

pemberhentian. Di sinilah arti pentingnya penerapan manajemen yang baik dalam

bidang kepegawaian untuk mewujudkan profesionalisme PNS dalam mendukung

peningkatan kinerja pemerintah. Oleh karena itu, perlu diupayakan secara optimal

pelaksanaan ketentuan yang mengatur pengelolaan aparatur sebagaimana tersebut

di atas, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah dapat diselenggarakan dengan

manajemen yang baik.

Pentingnya pengembangan PNS, di samping merupakan amanat Undang-

Undang, juga didasarkan pada banyaknya persepsi yang mengatakan bahwa

kualitas birokrasi/PNS di Indonesia sangat rendah, tidak profesional, berkinerja

rendah, dan lain-lain (intinya: menilai citra buruk PNS). Rendahnya kinerja

birokrasi dapat dilihat pada laporan The World Competitiveness Yearbook Tahun

1999, bahwa birokrasi di Indonesia berada pada kelompok negara-negara yang

memiliki indeks competitiveness paling rendah diantara 100 negara paling

kompetitif di dunia (Dwiyanto diacu Rakhmawanto 2008). Untuk itu, agar stigma

negatif yang selama ini melekat pada aparatur negara dapat dihindari, maka PNS

harus memiliki kinerja yang tinggi. Namun, sejak diberlakukannya Undang-

1

Page 16: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang menyebutkan

bahwa pemberian kewenangan Otonomi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab

kepada Daerah Kabupaten/Kota didasarkan kepada azas desentralisasi. Pusat tidak

lagi mengerjakan pekerjaan yang bersifat rowing, tetapi hanya yang bersifat

steering, seperti penyusunan regulasi, kebijakan, dan lain-lain. Perubahan

wewenang pemerintahan ini menuntut adanya perubahan dalam menjalankan

tugas dan tanggung jawab PNS pusat. Hal tersebut berakibat pada banyak pegawai

pusat yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan tugas barunya.

Direktorat Jenderal Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi

(Ditjen P2KTrans) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Kemenakertrans), yang memiliki misi “Terbangunnya permukiman di kawasan

transmigrasi terintegrasi dengan pusat pertumbuhan ekonomi”, dalam

pembangunan transmigrasi memprioritaskan pemanfaatan dan pengelolaan

potensi sumberdaya alam melalui pengintegrasian pembangunan dan

pengembangan kawasan pedesaan sebagai hinterland dengan pengembangan

kawasan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan dalam satu kawasan sistem

pengembangan ekonomi wilayah. Pembangunan di bidang transmigrasi meliputi

aspek wilayah dan tata ruang serta aspek sumberdaya manusia yang mampu

memberikan kontribusi secara nyata dan terukur dalam pembangunan pedesaan

dan pengembangan ekonomi lokal dan daerah dalam rangka meningkatkan daya

saing daerah (Kemenakertrans 2012). Dalam rangka menjalankan misinya, Ditjen

P2KTrans Kemenakertrans memerlukan dukungan pegawai yang mumpuni dalam

mengemban tugas dan tanggung jawab yang ada untuk dapat meningkatkan

kinerja organisasi yang tercermin dari meningkatnya kinerja pegawai.

Kinerja merupakan hasil kerja seorang pegawai, sebuah proses manajemen,

atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat

ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan

standar yang telah ditentukan) (Irawan 2006). Mitchell yang diacu Sedarmayanti

(2009) berpendapat bahwa kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan

kemampuan.

Robbins yang disitasi Sutrisno (2009) mengemukakan motivasi sebagai

suatu kerelaan berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi

yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha memuaskan beberapa kebutuhan

individu. Menurut Gitosudarmo yang diacu Sutrisno (2009), motivasi untuk

bekerja sangat penting bagi tinggi rendahnya kinerja organisasi. Tanpa adanya

motivasi dari para pegawai untuk bekerja sama bagi kepentingan organisasi, maka

tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya, apabila terdapat

motivasi yang tinggi dari para pegawai, maka hal ini merupakan suatu jaminan

atas keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Motivasi ini akan dapat

meningkatkan kualitas kinerja PNS.

Selain itu, kinerja PNS juga cenderung dipengaruhi oleh kemampuan.

Gibson et al. (1996) berpendapat bahwa kemampuan kerja adalah kondisi potensi

yang dimiliki seseorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan

kepada seseorang secara penuh kesungguhan, berdaya guna dan berhasil guna

dalam melaksanakan pekerjaannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan

kerja merupakan keadaan seseorang yang dapat melaksanakan tugas atau

pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan yang

diharapkan. Kemampuan ini akan dapat meningkatkan kualitas kinerja PNS.

2

Page 17: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Penelitian ini dilakukan di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans, dimana objek

ini relevan dengan kondisi permasalahan praktis yang menyangkut motivasi dan

kemampuan. Berdasarkan Kemenakertrans (2012), ada beberapa hambatan yang

dihadapi dalam pencapaian kinerja antara lain jumlah pegawai yang memiliki

kualitas/keahlian yang sesuai dengan kebutuhan sangat terbatas dan pegawai

kurang termotivasi untuk bekerja secara disiplin dalam memberikan laporan tepat

waktu. Dalam hal ini, pegawai kurang kapabel dan kurang termotivasi untuk

mengembangkan diri, pegawai hanya mengerjakan beberapa pekerjaan yang

sifatnya rutinitas atau jika diperintah oleh atasan, dan pegawai sulit menyesuaikan

diri jika diberikan pekerjaan yang berbeda dari biasanya. Hal ini dikarenakan

adanya perubahan kewenangan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang (UU)

No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sebelumnya diberlakukannya

UU tersebut, Ditjen P2KTrans Kemenakertrans telah merekrut pegawai-pegawai

yang kapabel, yang memang memiliki kemampuan yang dibutuhkan kala itu.

Namun setelah diberlakukannya UU tersebut, maka terjadi perubahan

kewenangan sehingga pegawai-pegawai tersebut memerlukan waktu serta

pendidikan dan latihan untuk dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang

baru. Berdasarkan uraian mengenai peran motivasi dan kemampuan terhadap

kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans sebagaimana tersebut di atas,

menjadi suatu hal yang menarik untuk ditelusuri lebih jauh.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah motivasi dan kemampuan mempengaruhi

kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans. Berangkat dari permasalahan

tersebut, selanjutnya dirinci dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh motivasi dan kemampuan terhadap kinerja PNS di Ditjen

P2KTrans Kemenakertrans?

2. Indikator apa saja yang dominan mencerminkan motivasi, kemampuan, dan

kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh motivasi dan kemampuan terhadap kinerja PNS di

Ditjen P2KTrans Kemenakertrans.

2. Menganalisis indikator-indikator yang dominan mencerminkan motivasi,

kemampuan, dan kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi organisasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

dan rekomendasi bagi pimpinan dalam menentukan kebijakan dan mengambil

keputusan untuk meningkatkan kinerja PNS.

3

Page 18: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

2. Bagi masyarakat ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai informasi, baik sebagai bahan pertimbangan, perbandingan, serta

bahan bacaan oleh peneliti lain yang ingin mengkaji pengaruh motivasi dan

kemampuan terhadap kinerja PNS.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada dua variabel bebas, yaitu

variabel motivasi dan kemampuan. Dengan penentuan kedua variabel dalam

penelitian ini, diharapkan dapat diketahui pengaruh motivasi dan kemampuan

terhadap kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans. Selain itu, penelitian

ini hanya dibatasi pada PNS yang bekerja di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans.

4

Page 19: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

2 PENGARUH LANGSUNG, TIDAK LANGSUNG, DAN

MODERASI PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN

TERHADAP KINERJA PNS

Pendahuluan

Suksesnya tujuan suatu organisasi tidak terlepas dari peran dan dukungan

sumberdaya manusia, dalam hal ini adalah pegawai yang memiliki kinerja,

motivasi, dan kemampuan kerja yang baik hingga diharapkan suatu hasil yang

baik dan memuaskan. Pimpinan organisasi harus bisa memadukan kepentingan

pegawai dengan kepentingan organisasi agar kebutuhan pegawai dapat terpenuhi

bersamaan dengan tercapainya sasaran organisasi yaitu kinerja yang optimal.

Kinerja yang terus meningkat akan memengaruhi prestasi organisasi sehingga

tujuan organisasi yang telah ditetapkan akan tercapai (Gibson 1995).

Kinerja pegawai tergantung pada kemampuan, usaha kerja dan kesempatan

kerja yang dapat dinilai dari output (Russell and Bernard 2000). Menurut

Sedarmayanti (2009), kinerja merupakan indikator dalam menentukan bagaimana

usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi.

Pendapat ini diperkuat oleh Stoner dan Freeman (1992) yang mengemukakan

bahwa kinerja adalah kunci yang harus berfungsi secara efektif agar organisasi

secara keseluruhan dapat berhasil. Sutermeister (1969) berpendapat bahwa kinerja

merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk mendapatkan

gambaran tentang kinerja seseorang, maka diperlukan pengkajian khusus tentang

kemampuan dan motivasi. Menurut Sedarmayanti (2009), kemampuan tanpa

motivasi atau motivasi tanpa kemampuan, keduanya tidak dapat menghasilkan

keluaran yang tinggi.

French yang diacu Irawan (1997) menyatakan bahwa motivasi sebagai

hasrat atau keinginan seseorang meningkatkan upaya untuk mencapai target atau

hasil. Menurut Nawawi dan Hadari (1990), kata motivasi (motivation) kata

dasarnya adalah motive yang berarti dorongan sebab atau alasan seseorang

melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang

mendorong atau menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan

yang berlangsung secara sadar. Sedangkan Gitosudarmo dan Sudita (2000)

mengartikan motivasi sebagai faktor-faktor yang ada di dalam diri seseorang yang

menggerakkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu. Irawan (1997),

mengasumsikan motivasi sebagai motivasi kerja yang merupakan dorongan dari

dalam diri yang kuat untuk bekerja menghasilkan output yang sesuai dengan

harapan. Dengan demikian, pegawai pada organisasi yang mempunyai motivasi

dan berprestasi dalam meningkatkan kinerja, dapat dilihat dari upaya-upaya yang

dilakukan mengarah pada motivasi yang dimiliki untuk bekerja sebaik-baiknya

dan mengarah kepada standar kerja atau hasil yang telah ditetapkan. Gray dan

Starke (1984) yang disitas oleh Baidoeri (2003) berpendapat bahwa motivasi yang

tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Di sisi lain, kemampuan

pegawai juga dapat mempengaruhi kinerja. Robbins (2001) mengemukakan

bahwa kemampuan (ability) merujuk ke suatu kapasitas individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Peningkatan kemampuan

5

Page 20: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

merupakan strategi yang diarahkan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan

sikap tanggap dalam rangka peningkatan kinerja organisasi (Sutrisno 2009).

Berdasarkan beberapa teori tersebut, maka dibuatlah model penelitian untuk

mengetahui bagaimana pengaruh motivasi dan kemampuan terhadap kinerja PNS

di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans. Selain itu, hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat diketahui indikator apa saja yang dominan mencerminkan

motivasi, kemampuan, dan kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans.

Metode Penelitian

Kerangka Pemikiran Penelitian

Model kerangka pemikiran penelitian dikembangkan untuk mengetahui

faktor-faktor baik secara langsung dan tidak langsung yang mempengaruhi kinerja

PNS yang terdiri dari motivasi dan kemampuan, serta untuk mengetahui apakah

motivasi dapat memoderasi pengaruh kemampuan terhadap kinerja PNS.

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka

kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran penelitian

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI

VISI & MISI ORGANISASI

SUMBER DAYA MANUSIA

MOTIVASI

- Faktor Motivator: prestasi,

pengakuan, karakteristik

pekerjaan, tanggung jawab,

kemajuan.

- Faktor Hygiene: kebijakan dan

administrasi organisasi,

pengawasan teknis, gaji,

hubungan antar pegawai dengan

pimpinan, kondisi kerja.

KEMAMPUAN

- Faktor Pengetahuan

(knowledge): pendidikan

(education), pengalaman

(experience), pelatihan

(training), dan minat (interest).

- Faktor Keterampilan (skill):

sikap (attitude) dan kepribadian

(personality).

KINERJA PNS

- Kualitas Kerja

- Kuantitas Kerja

- Ketepatan Waktu

- Efektivitas Kerja

- Kemandirian

- Komitmen

-

KINERJA ORGANISASI

6

Page 21: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Kerangka pemikiran ini dikembangkan berdasarkan beberapa teori, yaitu

untuk indikator motivasi didasarkan pada teori Herzberg, untuk indikator dari

kemampuan didasarkan pada teori yang diungkapkan oleh Sutermeister (1969),

sedangkan untuk indikator dari kinerja PNS didasarkan pada teori yang

diungkapkan oleh Bernardin (1993). Berdasarkan beberapa teori tersebut, maka

dibuatlah model penelitian yaitu model pengaruh langsung (model 1) dan model

pengaruh tidak langsung (model 2), serta model pengaruh moderasi (model 3)

seperti yang tersaji pada Gambar 2.2. Model 1 menggambarkan motivasi dan

kemampuan berpengaruh langsung terhadap kinerja PNS. Model 2

menggambarkan kemampuan tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja PNS

melainkan berpengaruh langsung terhadap motivasi. Model 3 menggambarkan

motivasi memoderasi pengaruh kemampuan terhadap kinerja PNS.

Gambar 2.2a Model penelitian 1 pengaruh langsung (direct effect)

Gambar 2.2b Model penelitian 2 pengaruh tidak langsung (indirect effect)

Gambar 2.2c Model penelitian 3 pengaruh moderasi (moderating effect)

H1

H2

H2

Kemampuan

Kinerja PNS

Motivasi

H1

H2 H3

H2

H3

Kemampuan Kinerja PNS

Motivasi

H1

H2

Kemampuan Kinerja PNS

Motivasi

7

Page 22: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Hipotesis Penelitian

Menurut Martono (2010), hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban

sementara yang kebenarannya harus diuji atau rangkuman kesimpulan secara

teoritis yang diperoleh melalui tinjauan pustaka. Berikut hipotesis penelitian

berdasarkan model penelitian di atas, yaitu:

1 Hipotesis Model 1: Model Pengaruh Langsung (Direct Effect)

H1: Kemampuan berpengaruh signifikan terhadap kinerja PNS di Ditjen

P2KTrans Kemenakertrans.

H2: Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja PNS di Ditjen

P2KTrans Kemenakertrans.

2 Hipotesis Model 2: Model Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect)

H1: Kemampuan berpengaruh signifikan terhadap kinerja PNS di Ditjen

P2KTrans Kemenakertrans.

H2: Kemampuan berpengaruh signifikan terhadap motivasi di Ditjen

P2KTrans Kemenakertrans.

H3: Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja PNS di Ditjen

P2KTrans Kemenakertrans.

3 Hipotesis Model 3: Model Pengaruh Moderasi (Moderating Effect)

H1: Kemampuan berpengaruh signifikan terhadap kinerja PNS di Ditjen

P2KTrans Kemenakertrans.

H2: Motivasi memoderasi kemampuan dan kinerja PNS di Ditjen

P2KTrans Kemenakertrans.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kantor Pusat Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Direktorat Jenderal Pembinaan Pembangunan Kawasan

Transmigrasi, yang berlokasi di Jl. Taman Makam Pahlawan Kalibata No. 17,

Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh langsung dari responden (pegawai) dengan pengisian

kuesioner dan metode wawancara. Data primer tersebut antara lain mengenai

persepsi pegawai terhadap peran motivasi dan kemampuan terhadap kinerja PNS

di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui

dokumen, data instansi yang terkait, buku, skripsi, dan artikel yang berkaitan

dengan penelitian ini.

Populasi, Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sampel

Populasi menurut Umar (2003) adalah totalitas dari semua objek atau

individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini, populasinya adalah pegawai di Ditjen P2KTrans

Kemenakertrans. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil

melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, yang

dianggap bisa mewakili populasi. Dalam penentuan jumlah sampel untuk

penentuan jumlah responden, mengacu dari pendapat Gay dalam Umar (2003)

bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan metode

penelitian yang digunakan, sebagai berikut:

8

Page 23: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

1 Metode deskriptif, minimal 10% populasi. Untuk populasi relatif kecil minimal

20%.

2 Metode deskriptif korelasi, minimal 30 subjek.

3 Metode expost facto, minimal 15 subjek per kelompok.

4 Metode eksperimental, minimal 15 subjek per kelompok.

Tabel 2.1 Data pegawai berdasarkan Eselon

Eselon Jumlah pegawai

I 1 orang

II 6 orang

III 24 orang

IV 52 orang

Fungsional 2 orang

Staf 285 orang

Total 370 orang aSumber: Sub Bagian Kepegawaian Ditjen P2KTrans Kemenakertrans, 2013

Populasi yang diambil yaitu pegawai yang bekerja di Ditjen P2KTrans

Kemenakertrans sebesar 370 orang, per 30 Juni 2013. Dalam penelitian ini penulis

menyebar 200 kuesioner, namun yang kembali hanya sebanyak 143 kuesioner.

Spesifikasi responden dalam penelitian ini yaitu pegawai yang sudah menjadi

PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans. Hal ini dikarenakan responden yang

terpilih benar-benar mengetahui keadaan yang sebenarnya sehingga data yang

dikumpulkan akurat. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random

sampling).

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen,

yaitu kuesioner dan wawancara. Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang

disusun untuk diajukan kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan untuk

memperoleh informasi secara tertulis dari responden berkaitan dengan tujuan

penelitian. Untuk memperoleh data, kuesioner dibagikan kepada responden dalam

sampel yang telah ditentukan untuk dipilih. Pernyataan-pernyataan dalam

kuesioner dibuat berdasarkan skala Likert. Sedangkan wawancara adalah suatu

proses memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan

tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan responden maupun pihak yang

terkait.

Analisis kualititatif dapat dikuantifikasikan dengan menggunakan skala

pengukuran Likert Scale (Skala Likert). Pada skala Likert ini, responden diberi

empat pilihan jawaban dengan stratifikasi dari sangat tidak setuju sampai sangat

setuju. Hal ini sesuai pendapat Malhotra (2005) bahwa untuk menghindari

kecenderungan responden menjawab netral yang menyebabkan bias tanggapan,

maka skala dengan jumlah genap dapat digunakan. Alasan menggunakan empat

kategori (tidak lima atau ganjil) pilihan dalam penelitian ini adalah untuk

mengurangi kemungkinan terjadinya pengumpulan pilihan jawaban di daerah

tengah (3, yang berarti normal/sedang/cukup). Kategori pernyataan jawaban

9

Page 24: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

disimbolkan dengan pilihan ganda dengan abjad, sebagaimana terlihat dalam

Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Skor skala Likert

A 1 Sangat Tidak Setuju (STS)

B 2 Tidak Setuju (TS)

C 3 Setuju (S)

D 4 Sangat Setuju (SS)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, selanjutnya diolah agar memiliki makna yang

berguna untuk memecahkan masalah yang diteliti. Untuk data-data kualitatif

dilakukan analisis deskriptif, sedangkan pengolahan data kuantitatif dilakukan

dengan terlebih dahulu memberikan kode (coding) untuk menyeragamkan data.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik SEM dengan pendekatan

PLS dengan bantuan Software SmartPLS versi 2.0. Adapun untuk keperluan

penolakan atau penerimaan hipotesis, penulis menggunakan taraf signifikansi 5

persen (α = 0.05).

Analisis Deskriptif

Menurut Travers yang diacu Umar (2003), metode deskriptif bertujuan

untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian

dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Menurut Gay

yang disitasi Umar (2003), metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang

menyangkut sesuatu pada waktu sedang berlangsungnya proses penelitian.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui karakteristik dari responden.

Analisis ini digunakan pada saat mengolah data kuesioner pada bagian pertama

yang meliputi jenis kelamin, kelompok usia, pendidikan terakhir, masa kerja,

jenjang kepangkatan, dan jabatan.

Analisis Uji Tabulasi Silang (Cross Tabulation)

Menurut Cooper and Schindler (2006), tabulasi silang adalah teknik untuk

membandingkan data dari dua atau lebih variabel kategori. Tabulasi silang

digunakan dengan variabel demografis dan variabel target dari studi bersangkutan.

Tabulasi silang adalah langkah pertama untuk mengidentifikasi hubungan antara

variabel-variabel, ketika tabel disusun untuk pengujian statistika, disebut dengan

tabel kemungkinan, dan pengujian tersebut menentukan apakah variabel-variabel

klasifikasi tidak bergantung satu dengan yang lainnya. Pada penelitian ini, analisis

ini dilakukan pada data karakteristik responden pendidikan terakhir dengan masa

kerja, jenjang kepangkatan, dan jabatan.

Analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan Pendekatan Partial

Least Square (PLS)

SEM adalah alat analisis yang memiliki kemampuan untuk melakukan

analisis jalur (path) dengan variabel laten (Fonell yang diacu Ghozali 2008). SEM

dengan pendekatan PLS dikembangkan oleh Herman Wold dimana PLS

10

Page 25: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

merupakan metode analisis yang powerfull karena tidak didasarkan banyak

asumsi. Data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala

kategori, ordinal, interval, sampai rasio dapat digunakan pada model yang sama),

sampel tidak harus besar. Selain itu, PLS juga dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi teori dan menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel

laten (Ghozali 2008).

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set

hubungan, yaitu:

1. Inner Model (Structural Model)

Inner model menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori.

Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini.

η = β0 + βη + Γξ + ζ ........................................................................................ (1)

dimana η menggambarkan vektor endogen (dependen) variabel laten, ξ adalah

vektor variabel laten eksogen, dan ζ adalah vektor variabel residual.

2. Outer Model (Measurement Model)

Outer model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan

dengan variabel latennya. Blok dengan indikator reflektif dapat ditulis

persamaannya sebagai berikut:

x = Ʌxξ + εx

y = Ʌyη + εy ..................................................................................................... (2)

Dimana x dan y adalah indikator untuk variabel laten eksogen dan endogen.

Sedangkan Ʌx dan Ʌy merupakan matrik loading yang menggambarkan

koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan

indikatornya. Residual yang diukur dengan εx dan εy dapat diinterpretasikan

sebagai kesalahan pengukuran.

Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:

ξ = пξx + δξ

η = пηy + δη ..................................................................................................... (3)

Dimana ξ, η, x, dan y sama dengan yang digunakan pada persamaan (2). пξ dan

пη adalah koefisien regresi berganda dari variabel laten dan blok indikator,

dimana δξ dan δη adalah residual regresi.

3. Weight Relation

Inner dan outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi

algoritma PLS. Nilai kasus untuk setiap variabel laten diestimasi dalam PLS

sebagai berikut:

ξb = Σkb Wkb Xkb

ηi = Σki Wki yki ................................................................................................. (4)

Dimana Wkb dan Wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk

estimasi variabel laten ξb dan ηi. Estimasi variabel laten adalah linear agregat

dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur estimasi PLS

seperti dispesifikasikan oleh inner dan outer model dimana η adalah vektor

variabel laten endogen (dependen) dan ξ adalah vektor variabel laten eksogen

(independen).

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis SEM

dengan pendekatan PLS yang digunakan untuk melihat pengaruh langsung antara

motivasi dan kemampuan terhadap kinerja PNS dan pengaruh tidak langsung

antara kemampuan terhadap kinerja PNS melalui motivasi, serta untuk melihat

motivasi memoderasi pengaruh kemampuan terhadap kinerja PNS. Dimana

11

Page 26: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

variabel kinerja PNS sebagai variabel laten endogen dan variabel motivasi dan

kemampuan sebagai variabel eksogen. Selain itu, analisis ini juga dapat digunakan

untuk memperoleh berbagai indikator-indikator yang kuat dalam menggambarkan

masing-masing variabel latennya.

Operasionalisasi Variabel

Definisi dari operasional adalah sebuah definisi yang dibuat dengan kriteria

spesifik sesuai dengan kriteria pengukuran dan pengujian (Cooper and Schindler

2006). Variabel yang diteliti dalam penelitian ini dioperasionalisasikan ke dalam

dua variabel utama, yaitu eksogen (variabel independen) dan endogen (variabel

dependen). Secara lebih rinci operasionalisasi masing-masing variabel dalam

penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 2.3. berikut.

Tabel 2.3 Operasionalisasi variabel

Variabel Sub variabel Definisi Indikator

Endogen:

Kinerja

PNS

Hasil kerja pegawai selama kurun waktu tertentu yang diukur dari kualitas dan

kuantitas output yang dihasilkan (Bernardin 1993).

Kualitas

kerja

Kegiatan yang diberikan oleh suatu

organisasi kepada para pegawai

dengan memerhatikan mutu,

pekerjaan itu diselesaikan sesuai

dengan data yang akurat, sesuai

dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Y.01 =

Y.02 =

Bekerja sesuai

tugas pokok dan

fungsi.

Diberi

pengetahuan

untuk

menjalankan

pekerjaan.

Kuantitas

kerja

Proses untuk menetapkan jumlah

jam kerja orang yang digunakan

akan dibutuhkan untuk

merampungkan suatu pekerjaan

dalam waktu tertentu.

Y.03 =

Y.04 =

Banyak program

kerja dikerjakan

sesuai jadwal.

Sering

mengerjakan

tugas tambahan di

samping tugas

rutin.

Ketepatan

waktu

Waktu penyelesaian tugas

(pekerjaan) sesuai dengan waktu

yang diberikan.

Y.05 =

Y.06 =

Menyelesaikan

pekerjaan tepat

waktu.

Memanfaatkan

waktu dengan

baik.

Efektivitas

kerja

Tingkat dimana penggunaan

sumber daya organisasi yang di

dalamnya menyangkut penggunaan

fasilitas kantor berupa manusia,

teknologi, dan keuangan untuk

mendapatkan hasil yang tertinggi.

Y.07 =

Y.08 =

Merencanakan

pekerjaan dengan

baik.

Melakukan

pekerjaan secara

efektif.

Kemandirian Tingkatan dimana seorang pegawai

dapat melakukan pekerjaannya

tanpa perlu meminta pertolongan

atau bimbingan dari atasannya.

Y.09 =

Bekerja mandiri,

sehingga tidak

bergantung pada

orang lain.

12

Page 27: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Variabel Sub variabel Definisi Indikator

Y.10 = Mampu

menemukan

solusi tanpa

petunjuk atasan.

Komitmen Dimana seorang pegawai merasa

percaya diri, punya keinginan yang

baik dan bekerja sama dengan

rekan kerja.

Y.11 =

Y.12 =

Berupaya

menyelesaikan

tugas penuh

tanggung jawab.

Mampu bekerja

sama dalam tim

kerja.

Eksogen:

Motivasi

Ada dua teori faktor menurut Herzberg, yaitu faktor motivator dan hygiene. Faktor

motivator yaitu karakteristik pekerjaan berkaitan dengan kepuasan pekerjaan yang

dipengaruhi oleh prestasi, pengakuan, karakteristik pekerjaan, tanggung jawab, dan

kemajuan. Sedangkan faktor hygiene yaitu karakteristik pekerjaan berkaitan dengan

ketidakpuasan yang dipengaruhi oleh kebijakan dan administrasi organisasi,

pengawasan teknis, gaji, hubungan antar pegawai dengan pimpinan, dan kondisi

kerja.

1. Faktor motivator:

Prestasi Besar kecilnya pegawai mencapai

prestasi kerja yang tinggi.

X1.01=

Pekerjaan saat ini

memberikan

kesempatan untuk

mencapai suatu

prestasi terbaik.

X1.02= Promosi karena

prestasi.

Pengakuan

Besar kecilnya pengakuan yang

diberikan kepada pegawai atas

kinerjanya.

X1.03=

X1.04=

Pengakuan

pimpinan atau

rekan kerja atas

hasil kerja dan

prestasi.

Penghargaan atas

prestasi kerja.

Karakteristik

pekerjaan

Besar kecilnya tantangan yang

merangsang bagi pegawai dari

pekerjaannya.

X1.05=

X1.06=

Pemberian

wewenang

tambahan dan

kebebasan kerja.

Pemberian

beberapa tugas

baru yang lebih

sulit yang belum

pernah ditangani

sebelumnya.

Tanggung

jawab

Besar kecilnya yang dirasakan dan

diberikan pada pegawai.

X1.07=

X1.08=

Kesesuaian tugas

dan tanggung

jawab dengan

kemampuan

pegawai.

Bertanggung

jawab atas

pekerjaan sendiri.

Kemajuan Besar kecilnya kemungkinan

pegawai dapat maju dalam

pekerjaannya.

X1.09=

X1.10=

Kesempatan

untuk maju.

Kesempatan yang

diberikan untuk

mengikuti diklat.

Lanjutan Tabel 2.3

13

Page 28: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Variabel Sub variabel Definisi Indikator

X1.11= Meningkatnya

keterampilan

dalam

melaksanakan

pekerjaan.

2. Hygiene factor:

Kebijakan

dan

administrasi

organisasi

Derajat kesesuaian yang dirasakan

pegawai dari semua kebijakan dan

peraturan yang berlaku di

organisasi.

X1.12=

X1.13=

X1.14=

Kepuasan

terhadap

pengaturan jam

kerja yang

berlaku.

Kedisiplinan

organisasi dalam

menerapkan

peraturan.

Pemberian sanksi

atau hukuman

bagi pegawai

yang tidak

menaati

peraturan.

Pengawasan

teknis

Derajat kewajaran pengawasan

teknis selama bekerja.

X1.15=

Frekuensi

pimpinan dalam

melaksanakan

pengawasan

kepada pegawai.

X1.16= Frekuensi

pimpinan dalam

melaksanakan

bimbingan

pekerjaan kepada

pegawai.

Gaji Derajat kewajaran gaji sebagai

suatu imbalan atas hasil kerjanya.

X1.17=

X1.18=

X1.19=

Gaji yang

diterima.

Tunjangan yang

diberikan.

Perasaan puas

atas gaji yang

diberikan.

X1.20= Perasaan puas

atas tunjangan

yang diberikan.

Hubungan

antar

pegawai

dengan

pimpinan

Derajat kewajaran hubungan antar

pegawai dengan pimpinan yang

dirasakan pegawai.

X1.21=

X1.22=

X1.23=

Frekuensi diskusi

dalam

memecahkan

masalah.

Keluhan

diperhatikan.

Ide diperhatikan.

Kondisi

kerja

Derajat kesesuaian kondisi kerja

yang berlaku di organisasi yang

dirasakan pegawai.

X1.24=

X1.25=

Suasana tempat

kerja kondusif.

Tempat bekerja

yang aman.

X1.26= Penyediaan

fasilitas.

Lanjutan Tabel 2.3

14

Page 29: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Variabel Sub variabel Definisi Indikator

Eksogen:

Kemamp

uan

Kemampuan (ability) merupakan hasil dari pengetahuan (knowledge) dan

keterampilan (skill). Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman,

pelatihan, dan minat. Sedangkan keterampilan dipengaruhi oleh sikap dan

kepribadian (Sutermeister 1969).

1. Faktor pengetahuan (knowledge): Yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.

Pendidikan

(education)

Yaitu kegiatan untuk memperbaiki

kemampuan pegawai dengan cara

meningkatkan pengetahuan dan

pengertian.

X2.01=

X2.02=

Tingkat

pendidikan

mempercepat

memahami

segala sesuatu

yang berhubungan

dengan pekerjaan.

Latar belakang

pendidikan sesuai

bidang pekerjaan.

Pengalaman

(experience)

Yaitu pelajaran berharga dan

membuka wawasan baru yang

memungkinkan dijadikan pedoman

untuk mengambil tindakan

selanjutnya.

X2.03=

Dengan

pengalaman kerja

yang dimiliki,

memiliki

tanggung jawab

dalam

melaksanakan

tugas pekerjaan.

X2.04= Kesempatan

untuk ikut serta

dalam proses

pengambilan

keputusan

berdasarkan

pengalaman kerja.

Pelatihan

(training)

Yaitu suatu proses dimana pegawai

mencapai kemampuan tertentu

untuk mendukung mencapai tujuan

organisasi.

X2.05=

X2.06=

Bimbingan Teknis

bertujuan

meningkatkan

kemampuan

penyelesaian

pekerjaan.

Kesesuaian

program pelatihan

dengan kebutuhan

pegawai dalam

menjalankan

tugas dan

tanggung jawab.

Minat

(interest)

Yaitu kecenderungan seseorang

untuk melakukan suatu perbuatan.

X2.07=

X2.08=

Berminat terhadap

pekerjaan

sekarang.

Bekerja dengan

baik dalam

melaksanakan

pekerjaan.

2. Faktor keterampilan (skill): Yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk

melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Sikap

(attitude)

Yaitu perasaan (senang-tidak

senang, suka-tidak suka) atau reaksi

terhadap suatu rangsangan yang

datang dari luar dirinya.

X2.09=

Bekerja keras

dalam

melaksanakan

tanggung jawab.

Lanjutan Tabel 2.3

15

Page 30: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Variabel Sub variabel Definisi Indikator

X2.10= Menerima dengan

baik dan senang

bila ada

masukkan,

kritikan, atau

teguran baik dari

rekan kerja

maupun

pimpinan.

Kepribadian

(personality)

Yaitu sifat hakiki individu yang

tercermin pada sikap dan

perbuatannya yang membedakan

dirinya dari yang lain.

X2.11=

X2.12=

Bersedia

membantu orang

lain jika ada

waktu.

Bersedia

membantu orang

lain untuk

kepentingan

organisasi. aSumber : Dikembangkan untuk penelitian ini, 2013

Hasil dan Pembahasan

Sejarah Kemenakertrans

Pada awal pemerintahan Republik Indonesia, waktu Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia menetapkan jumlah kementerian pada tanggal 19

Agustus 1945, kementerian yang bertugas mengurus masalah ketenagakerjaan

belum ada, sehingga penanganan masalah-masalah perburuhan diletakkan pada

Kementerian Sosial. Baru mulai tanggal 3 Juli 1947 ditetapkan adanya

Kementerian Perburuhan, dan melalui Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1947

tanggal 25 Juli 1947 ditetapkan tugas pokok Kementerian Perburuhan.

Sejak awal periode Demokrasi Terpimpin, terdapat organisasi buruh dan

gabungan serikat buruh baik yang berafiliasi dengan partai politik maupun yang

bebas, pertentangan-pertentangan mulai muncul dimana-mana. Pada saat itu,

kegiatan Kementerian Perburuhan dipusatkan pada usaha penyelesaian

perselisihan perburuhan. Sementara itu, masalah pengangguran terabaikan,

sehingga melalui PMP No. 12 Tahun 1959 dibentuk kantor Panitia Perselisihan

Perburuhan Tingkat Pusat (P4P) dan Tingkat Daerah (P4D).

Struktur Organisasi Kementerian Perburuhan sejak Kabinet Kerja I sampai

dengan Kabinet Kerja IV tidak mengalami perubahan. Struktur Organisasi mulai

berubah melalui Peraturan Menteri Perburuhan No. 8 Tahun 1964 yaitu dengan

ditetapkannya empat jabatan. Pembantu menteri untuk urusan-urusan administrasi,

penelitian, perencanaan, dan penilaian hubungan dan pengawasan perburuhan dan

tenaga kerja. Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi Kementerian

Perburuhan yang berdasarkan peraturan tersebut disempurnakan dengan Peraturan

Menteri Perburuhan No. 13 Tahun 1964 tanggal 27 November 1964, yang pada

pokoknya menambah satu jabatan Pembantu Menteri Urusan Khusus.

Dalam periode Orde Baru (masa transisi 1966-1969), Kementerian

Perburuhan berubah nama menjadi Departemen Tenaga Kerja (Depnaker).

Berdasarkan keputusan tersebut, jabatan Pembantu Menteri di lingkungan

Depnaker dihapuskan dan sebagai penggantinya dibentuk satu jabatan Sekretaris

Lanjutan Tabel 2.3

16

Page 31: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Jenderal. Masa transisi berakhir tahun 1969 yang ditandai dengan dimulainya

tahap pembangunan Repelita I, serta merupakan awal pelaksanaan Pembangunan

Jangka Panjang Tahap I (PJPT I).

Pada pembentukan Kabinet Pembangunan II, Depnaker diperluas menjadi

Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi, sehingga ruang lingkup

tugas dan fungsinya tidak hanya mencakup permasalahan ketenagakerjaan tetapi

juga mencakup permasalahan ketransmigrasian dan pengkoperasian. Dalam

Kabinet Pembangunan III, unsur koperasi dipisahkan dari Departemen Tenaga

kerja, Transmigrasi dan Koperasi, sehingga menjadi Departemen Tenaga Kerja

dan Transmigrasi (Depnakertrans). Dalam masa bakti Kabinet Pembangunan IV,

dibentuk Departemen Transmigrasi, sehingga unsur transmigrasi dipisah dari

Depnaker. Pada masa reformasi, Departemen Tenaga Kerja dan Departemen

Transmigrasi digabung kembali pada tanggal 22 Februari 2001.

Berikut visi Kemenakertrans: "Terwujudnya Tenaga Kerja dan Masyarakat

Transmigrasi yang Produktif, Kompetitif dan Sejahtera". Sedangkan misi

Kemenakertrans adalah:

1. perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pelayanan penempatan tenaga

kerja serta penguatan informasi pasar kerja dan bursa kerja,

2. peningkatan kompetensi keterampilan dan produktivitas tenaga kerja dan

masyarakat transmigrasi,

3. peningkatan pembinaan hubungan industrial serta perlindungan sosial tenaga

kerja dan masyarakat transmigrasi,

4. peningkatan pengawasan ketenagakerjaan,

5. percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah, dan

6. penerapan organisasi yang efisien, tatalaksana yang efektif dan terpadu dengan

prinsip kepemerintahan yang baik (good govermance), yang didukung oleh

penelitian, pengembangan, dan pengelolaan informasi yang efektif.

Tugas dan Fungsi Ditjen P2KTrans Kemenakertrans

Tugas Ditjen P2KTrans Kemenakertrans menurut Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi No. PER. 12/MEN/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah merumuskan dan

melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan

pembangunan kawasan transmigrasi. Dalam menjalankan tugasnya tersebut,

Ditjen P2KTrans Kemenakertrans menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan pembangunan kawasan

transmigrasi;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pembangunan kawasan

transmigrasi;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan

pembangunan kawasan transmigrasi;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan pembangunan

kawasan transmigrasi; dan

5. Pelaksanaan administrasi Ditjen P2KTrans Kemenakertrans;

17

Page 32: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Analisis Deskriptif

Responden dalam penelitian ini berjumlah 143 orang pegawai di Ditjen

P2KTrans Kemenakertrans. Analisis karakteristik responden penting dilakukan

karena karakteristik tersebut dapat mempermudah pihak manajemen dalam

mengelola sumberdaya manusia dalam lingkungan organisasi. Karakteristik

responden dalam penelitian ini ditinjau dari segi jenis kelamin, kelompok usia,

pendidikan terakhir, masa kerja, jenjang kepangkatan, dan jabatan. Karakteristik

responden di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Karakteristik responden Ditjen P2KTrans Kemenakertrans

Keterangan Jumlah responden

(orang) Persentase (%)

1. Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

78

65

54.5

45.5

2. Kelompok usia

20 – 30 tahun

31 – 40 tahun

41 – 50 tahun

51 – 60 tahun

23

19

51

50

16.1

13.3

35.7

35.0

3. Pendidikan terakhir

SMA

S1

S2

36

72

35

25.2

50.3

24.5

4. Masa kerja

2 – 9 tahun

10 – 19 tahun

20 – 29 tahun

30 – 39 tahun

21

19

53

50

14.7

13.3

37.1

35.0

5. Jenjang kepangkatan

Golongan II

Golongan III

Golongan IV

7

119

17

4.9

83.2

11.9

6. Jabatan

Kasubdit/Kabag

Kasi/Kasubag

Staf

4

26

113

2.8

18.2

79

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa responden laki-laki sebanyak

78 orang (54.5%) sedangkan responden perempuan sebanyak 65 orang (45.5%).

Hal ini menunjukkan pegawai di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans mayoritas

berjenis kelamin laki-laki. Pada saat pengadaan pegawai, disesuaikan dengan jenis

pekerjaan, tugas pokok, dan fungsi organisasi, yang lebih didominasi pekerjaan

fisik di lapangan, di daerah yang belum terbuka berupa hutan atau daerah yang

masih terisolasi dari fasilitas kehidupan. Hal ini dikarenakan pegawai laki-laki

lebih cocok daripada pegawai perempuan untuk dapat menjalani tugas hingga

18

Page 33: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

tuntas selama berhari-hari dalam keadaan daerah kerja sebagaimana tersebut di

atas.

Tingkat pendidikan pegawai merupakan salah satu hal yang memengaruhi

organisasi dalam menentukan penempatan pegawai. Saat organisasi melakukan

penilaian, tingkat pendidikan pegawai menjadi salah satu pertimbangan organisasi

karena pengetahuan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda. Tabel 2.4

menunjukkan bahwa responden didominasi oleh pendidikan S1 yaitu 72 orang

(50.3%). Pegawai dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat sebanyak 36 orang

(25.2%), dan pegawai dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak 35 orang (24.5%)

Pada penerimaan CPNS tahun 2010, Kemenakertrans menerima pegawai dengan

tingkat pendidikan terakhir S1 dari beberapa jurusan yang memang sedang

dibutuhkan.

Pada Tabel 2.4 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan kelompok

usia. Usia merupakan salah satu faktor internal dalam diri pegawai, sehingga

mempengaruhi persepsi mereka terhadap peran motivasi dan kemampuan

terhadap kinerja PNS. Usia yang berbeda juga menunjukkan kebutuhan yang

berbeda. Untuk itu, unit kerja kepegawaian harus mampu membaca kebutuhan

pegawai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 16.1 persen (23 orang) pegawai

berusia 20 sampai dengan 30 tahun, 13.3 persen (19 orang) berusia 31 sampai

dengan 40 tahun, 35.7 persen (51 orang) berusia 41 sampai dengan 50 tahun, dan

35 persen (50 orang) berusia 51 sampai dengan 60 tahun. Hal ini menunjukkan

pegawai mayoritas berada di kelompok usia antara 41 sampai dengan 50 tahun

dan antara 51 sampai dengan 60 tahun.

Menurut Robbins (2001), lama kerja turut menentukan kinerja seseorang

dalam menjalankan tugas. Semakin lama seseorang bekerja, semakin terampil dan

semakin cepat dia menyelesaikan tugas tersebut. Sehingga mutu dan kemampuan

kerja seseorang tumbuh dan berkembang melalui lama kerja/masa kerja yang telah

dilewati dan akan mendewasakan seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

masa kerja pegawai terbanyak berada antara 20 sampai dengan 29 tahun sebanyak

53 orang (37.1%) dan terbanyak kedua berada di antara 30 sampai dengan 39

tahun sebanyak 50 orang (35.0%). Sedangkan untuk masa kerja 2 sampai dengan

9 tahun dan masa kerja 10 sampai dengan 19 tahun masing-masing sebanyak 21

orang (14.7%) dan 19 orang (13.3%).

Pada saat negara bertumbuh secara ekonomi, dan Kementerian Transmigrasi

sebagai kementerian yang baru dibentuk pada Tahun 1983 dan seterusnya,

membutuhkan pegawai yang banyak dan secara bertahap dilakukan pengadaan

pegawai dalam jumlah yang lebih dari cukup. Kemudian pada masa resesi,

pemerintah tidak lagi melakukan pengadaan pegawai baru dalam waktu yang

relatif lama. Baru pada Tahun 2010, dilakukan pengadaan pegawai baru dalam

jumlah yang sedikit. Pegawai lama sudah memiliki usia rata-rata di atas 40 tahun

dengan masa kerja rata-rata di atas 20 tahun, dibandingkan dengan pegawai baru

yang jumlahnya hanya sedikit dan baru mulai belajar kerja.

Pada Tabel 2.4 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan jenjang

kepangkatan dibagi menjadi empat golongan. Responden yang berada pada

Golongan II sebanyak 7 orang (4.9%), Golongan III sebanyak 119 orang (83.2%),

dan Golongan IV sebanyak 17 orang (11.9%). Persentase Golongan III yang

paling besar, hal ini dikarenakan sebagian besar pegawai telah memiliki masa

kerja di atas 20 tahun, sehingga pegawai yang awalnya masuk di posisi Golongan

19

Page 34: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

II, secara bertahap telah naik golongan menjadi Golongan III. Sedangkan pada

karakteristik responden berdasarkan jabatan dapat dilihat bahwa pegawai yang

menjadi responden pada penelitian ini adalah kasubdit/kabag sebesar 2.8 persen (4

orang), kasi/kabag sebesar 18.2 persen (26 orang), dan staf sebesar 79 persen (113

orang).

Analisis Tabulasi Silang (Cross Tabulation)

Tabulasi silang merupakan metode analisis kategori data yang menggunakan

data nominal, ordinal, interval, serta kombinasi diantaranya. Prosedur tabulasi

silang digunakan untuk menghitung banyaknya kasus yang mempunyai kombinasi

nilai-nilai yang berbeda dari dua variabel dan menghitung harga-harga statistik

beserta ujinya (Indriatno dan Irwinsyah 1998). Analisis tabulasi silang (cross

tabulation) pada penelitian ini dilakukan pada data karakteristik responden

pendidikan terakhir dengan masa kerja, jenjang kepangkatan, dan jabatan.

Tabel 2.5 Sebaran responden berdasarkan pendidikan

Keterangan Pendidikan (orang)

Total

(orang)

SMA S1 S2

1. Masa kerja

2 – 9 tahun

10 – 19 tahun

20 – 29 tahun

30 – 39 tahun

2

4

15

15

18

13

17

24

1

2

21

11

21

19

53

50

2. Jenjang kepangkatan

Golongan II

Golongan III

Golongan IV

3

33

0

4

68

0

0

18

17

7

119

17

3. Jabatan

Kasubdit/Kabag

Kasi/Kasubag

Staf

0

0

36

0

7

65

4

19

12

4

26

113

Jumlah 108 216 105 429

Pada Tabel 2.5 menunjukkan tingkat pendidikan terakhir S1 dengan

lamanya masa kerja 30 sampai dengan 39 tahun memiliki jumlah responden yang

paling besar yaitu 24 orang. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Handoko

(1998) bahwa pendidikan dan masa kerja merupakan langkah awal untuk melihat

kemampuan seseorang. Menurut Hasibuan (2003), pendidikan merupakan

indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan

suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Siagian (2000), masa kerja menunjukkan

berapa lama pegawai dapat bekerja dengan baik.

Hasil pengujian crosstab berdasarkan pendidikan terakhir dengan jenjang

kepangkatan menunjukkan bahwa pada tingkat pendidikan terakhir S1 dengan

jenjang kepangkatan Golongan III memiliki jumlah responden terbanyak yaitu 68

orang. Sedangkan hasil pengujian crosstab berdasarkan pendidikan terakhir

20

Page 35: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

dengan jabatan menunjukkan bahwa pada tingkat pendidikan S1 dengan jabatan

staf memiliki jumlah responden yang paling banyak yaitu 65 orang. Hal ini

dikarenakan banyak pegawai yang semula berpendidikan SMA/sederajat dan

sarjana muda, mengikuti program pendidikan S1 di luar jam kerja dengan biaya

sendiri dengan meminta izin pendidikan kepada pimpinan.

Analisis SEM-PLS Peran Motivasi dan Kemampuan terhadap Kinerja PNS

di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans

Setelah semua data dikumpulkan menurut rancangan model penelitian yang

disusun, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis data dimana

perhitungan statistiknya dilakukan dengan menggunakan software SmartPLS versi

2.0. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel laten

bebas dengan variabel laten tidak bebas. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari

tiga variabel laten, yaitu motivasi, kemampuan, dan kinerja PNS. Setiap variabel

laten memiliki masing-masing variabel manifest (indikator) sesuai dengan yang

telah dijabarkan sebelumnya pada operasionalisasi variabel. Kode angka pada

indikator menunjukkan nomor pertanyaan pada kuesioner (misal: X1.01 artinya

variabel X1 atau motivasi, pertanyaan nomor 1). Variabel motivasi dilambangkan

dengan X1, variabel kemampuan dilambangkan dengan X2, dan variabel kinerja

PNS dilambangkan dengan Y. Gambar model penelitian awal dapat dilihat pada

Gambar 2.3.

Gambar 2.3a Model penelitian awal 1 pengaruh langsung (direct effect)

21

Page 36: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Gambar 2.3b Model penelitian awal 2 pengaruh tidak langsung (indirect effect)

Gambar 2.3c Model penelitian awal 3 pengaruh moderasi (moderating effect)

Selanjutnya dilakukan dua analisis model, yaitu outer model analysis dan

iner model analysis. Outer model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator

berhubungan dengan variabel latennya. Ukuran reflektif individual dikatakan

tinggi jika berkorelasi lebih dari 0.7 dengan konstruk yang ingin diukur (Chin

disitas Ghozali 2008). Dalam penelitian ini, indikator yang memiliki loading

factor kurang dari 0.7 akan dieliminasi atau dihapus. Aktivitas eliminasi

dilakukan secara berurutan, dimulai dari indikator-indikator pada variabel eksogen

(motivasi dan kemampuan), kemudian dilanjutkan pada variabel endogen (kinerja

PNS). Tahapan eliminasi dilakukan secara satu per satu, pada nilai loading factor

yang paling kecil. Untuk mendapatkan model terbaik, proses eliminasi dilakukan

22

Page 37: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

berulang hingga semua indikator pada variabel laten memiliki nilai loading factor

minimal 0.7.

Sedangkan Inner model menggambarkan hubungan antar variabel laten

berdasarkan teori, yaitu variabel motivasi dan kemampuan terhadap kinerja PNS.

Inner model analysis akan menjawab hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam

penelitian. Teknik bootstrapping dilakukan untuk mendapatkan inner model.

Teknik ini merupakan teknik rekalkulasi data sampel secara acak untuk

memperoleh nilai T-statistik, yang kemudian akan diketahui hubungan antar

variabel yang diukur. Besarnya pengaruh antar variabel dapat dilihat dari kriteria

estimasi koefisien jalur untuk masing-masing path yang ada.

Outer Model Analysis

Indikator-indikator dari variabel motivasi dan kemampuan yang memiliki

nilai koefisien dengan nilai negatif atau paling kecil dalam mendukung kinerja

PNS dihilangkan sampai semua indikator dari ketiga variabel memiliki nilai

loading factor lebih dari 0.7. Outer model analysis termasuk pada model reflektif,

hal ini dapat dilihat dari semua indikator dalam model berbentuk reflektif.

Pengujian model reflektif terlebih dahulu dilakukan dengan menggunakan lima

kriteria, yaitu Loading Factor, Composite Reliability, Average Variance Extracted

(AVE), akar kuadrat AVE, dan Cross Loading (Ghozali 2008). Convergent

validity merupakan besarnya loading factor untuk masing-masing konstruk.

Convergent validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai

berdasarkan korelasi antara item score/component score dengan construct score

yang dihitung dengan PLS. Ukuran reflektif individual dikatakan tinggi jika

berkorelasi lebih dari 0.7 dengan konstruk yang ingin diukur. Discriminant

validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan

crossloading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item

pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini

menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih

baik daripada ukuran pada blok lainnya. Metode lain discriminant validity adalah

membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap

konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model.

Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi

antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki

nilai discriminant validity yang baik. Untuk menilai Average Variance Extracted

(AVE), validitas konstruk harus dengan standar nilai lebih besar dari 0.5.

Composite reliability menunjukkan konsistensi internal dengan standar nilai di

atas 0.6.

Berdasarkan hasil analisis nilai loading factor, composite reliability masing-

masing konstruk dan nilai AVE melebihi standar yang ditetapkan baik pada model

pengaruh langsung (model 1), model pengaruh tidak langsung (model 2), dan

model pengaruh moderasi (model 3). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa outer model reflektif pada penelitian ini telah memenuhi nilai standar baik

dalam kriteria reliabilitas maupun validitasnya (Tabel 2.6).

23

Page 38: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Tabel 2.6 Hasil penelitian kriteria dan standar nilai pada outer model

Kriteria Standar

Hasil penilaian

Model 1

(direct effect)

Model 2

(indirect effect)

Model 3

(moderating

effect)

1. Loading

factor

≥ 0.7 Semua indikator

memiliki loading

factor ≥ 0.7

Semua indikator

memiliki loading

factor ≥ 0.7

Semua indikator

memiliki loading

factor ≥ 0.7

2. Composite

reliability

≥ 0.6 Motivasi = 1.00

Kemampuan =

0.876

Kinerja PNS =

0.868

Motivasi = 1.00

Kemampuan =

0.877

Kinerja PNS =

0.868

Motivasi = 1.00

Kemampuan =

0.876

Kinerja PNS =

0.868

Kemampuan*mot

ivasi = 0.910

3. Average

variance

extracted

(AVE)

≥ 0.5 Motivasi = 1.00

Kemampuan =

0.703

Kinerja PNS =

0.768

Motivasi = 1.00

Kemampuan =

0.705

Kinerja PNS =

0.768

Motivasi = 1.00

Kemampuan =

0.703

Kinerja PNS =

0.768

Kemampuan*mot

ivasi = 0.771

4. Akar

kuadrat

AVE

Lebih besar dari

nilai korelasi

antar variabel

laten

Semua nilai akar

kuadrat AVE dari

peubah laten,

lebih besar dari

korelasi peubah

laten lainnya

(Lampiran 2.

Laten variable

correlation)

Semua nilai akar

kuadrat AVE dari

peubah laten,

lebih besar dari

korelasi peubah

laten lainnya

(Lampiran 3.

Laten variable

correlation)

Semua nilai akar

kuadrat AVE dari

peubah laten,

lebih besar dari

korelasi peubah

laten lainnya

(Lampiran 4.

Laten variable

correlation)

5. Cross

loading

Setiap indikator

memiliki

loading lebih

tinggi untuk

setiap laten yang

diukur,

dibandingkan

dengan indikator

untuk laten

variabel lainnya

Semua indikator

memiliki korelasi

yang lebih besar

pada laten sendiri

daripada korelasi

ke laten lainnya

(Lampiran 2.

Cross loading)

Semua indikator

memiliki korelasi

yang lebih besar

pada laten sendiri

daripada korelasi

ke laten lainnya

(Lampiran 3.

Cross loading)

Semua indikator

memiliki korelasi

yang lebih besar

pada laten sendiri

daripada korelasi

ke laten lainnya

(Lampiran 4.

Cross loading)

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa indikator yang dicerminkan

oleh setiap variabel pada model pengaruh langsung tidak ada perbedaan dengan

model pengaruh tidak langsung dan pada model moderasi. Gambar model akhir

pengaruh langsung, tidak langsung, dan moderasi antara variabel motivasi,

kemampuan, dan kinerja PNS dapat dilihat pada Gambar 2.4.

24

Page 39: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Gambar 2.4a Model penelitian akhir 1 pengaruh langsung (direct effect)

Gambar 2.4b Model penelitian akhir 2 pengaruh tidak langsung (indirect effect)

25

Page 40: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Gambar 2.4c Model penelitian akhir 3 pengaruh moderasi (moderating effect)

Pada variabel laten motivasi, untuk model pengaruh langsung (model 1),

model pengaruh tidak langsung (model 2), dan model pengaruh moderasi (model

3), memiliki satu indikator yang sama (X1.07) yaitu tanggung jawab (kesesuaian

tugas dan tanggung jawab dengan kemampuan pegawai) dengan nilai loading

factor yang sama sebesar 1.000. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Desiana (2007) yang menunjukkan adanya hubungan antara tanggung jawab

terhadap motivasi pegawai. Artinya semakin baik tanggung jawab yang diberikan

maka akan merubah tingkat motivasi pegawai. Selain itu, hasil penelitian ini juga

sesuai dengan pendapat Giauque et al. (2013) yang menyatakan bahwa pegawai

publik lebih cenderung memiliki motivasi intrinsik daripada ekstrinsik, dimana

pada penelitian ini indikator tanggung jawab merupakan salah satu indikator dari

sub variabel motivasi intrinsik. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa

adanya kesesuaian tugas dan tanggung jawab dengan kemampuan pegawai dapat

memengaruhi motivasi pegawai dalam bekerja, sehingga dapat mencapai kinerja

yang optimal di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans.

Pada model pengaruh langsung (model 1), model pengaruh tidak langsung

(model 2), dan model pengaruh moderasi (model 3), variabel laten kemampuan

dicerminkan oleh tiga indikator, yaitu minat/interest (X2.07, X2.08) dan

sikap/attitude (X2.09). Pada model pengaruh langsung (model 1) dan model

pengaruh moderasi (model 3), indikator X2.08 yaitu minat/interest (bekerja

dengan baik dalam melaksanakan pekerjaan) merefleksikan interelasi terbesar

dalam menggambarkan kemampuan dengan nilai loading factor yang sama

sebesar 0.879. Hal ini sejalan dengan pendapat Kae Chung dan Maginson (1981)

yang diacu oleh Soehartono (2004) yang menyatakan bahwa kemampuan pegawai

pemerintah sebagai pelaksana yang dihubungkan dengan pekerjaannya adalah

suatu keadaan pada diri seseorang yang secara penuh bersungguh-sungguh

bekerja, berdayaguna untuk melaksanakan pekerjaan sehingga memungkinkan

26

Page 41: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

sesuatu yang akan dicapai. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa

pegawai yang bekerja dengan baik dan penuh kesungguhan (minat/interest) akan

dapat mempengaruhi peningkatan kemampuan pegawai dalam bekerja, sehingga

kinerja dapat dicapai secara optimal.

Pada model pengaruh tidak langsung (model 2), indikator X2.09 yaitu

sikap/attitude (bekerja keras dalam melaksanakan tanggung jawab) merefleksikan

interelasi terbesar dalam menggambarkan kemampuan dengan nilai loading factor

0.874. Menurut Gibson et al. (1996), kemampuan dan keterampilan memainkan

peranan utama dalam perilaku dan kinerja individu. Keterampilan dinyatakan

sebagai kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan

dipergunakan dalam tugas. Jika setiap pegawai menyadari tingkat kemampuan

yang dimilikinya, maka akan berpengaruh besar terhadap kinerjanya. Dalam

penelitian ini, sikap/attitude merupakan salah satu indikator dari sub variabel

keterampilan. Pendapat ini sejalan dengan Abeng disitas Gayatri (2011), bahwa

seorang profesional mempunyai ciri-ciri penguasaan ilmu yang memadai.

Kemampuan dalam menguasai ilmu tersebut harus diimbangi dengan

mempraktekkannya, mempunyai sikap mental yang positif sehingga dapat

memotivasi diri, wawasan yang luas, mampu mensenyawakan sudut pandang

(visi), nilai (value), dan keberanian secara konsisten.

Selanjutnya pada variabel laten kinerja PNS, untuk model pengaruh

langsung (model 1), model pengaruh tidak langsung (model 2), dan model

pengaruh moderasi (model 3), memiliki dua indikator yang sama, yaitu ketepatan

waktu (Y.06) dan efektivitas kerja (Y.07). Indikator Y.06 yaitu ketepatan waktu

(memanfaatkan waktu dengan baik dalam bekerja) merefleksikan interelasi

terbesar dalam menggambarkan kinerja PNS dengan masing-masing nilai loading

factor sebesar 0.928 (model 1), 0.929 (model 2), dan 0.928 (model 3). Hal ini

sejalan dengan pendapat Gomes (2003) yang memberikan batasan mengenai

kinerja (performance) sebagai the record of outcomes produced on a specified job

function or activity during a specified time period. Artinya kinerja adalah catatan

outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan

tertentu selama periode waktu tertentu. Selain itu, Bernardin dan Russel yang

diacu Ruky (2002) juga memiliki pendapat yang sama, bahwa definisi

performance adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi

pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.

Inner Model Analysis

Pada inner model analysis, pengujian dilakukan terhadap dua kriteria, yaitu

R2 dari peubah laten endogen dan estimasi koefisien jalur (Ghozali 2008). R

2 dari

peubah laten endogen merupakan variabilitas konstruk endogen yang dapat

dijelaskan oleh variabilitas konstruk eksogen. Estimasi koefisien jalur adalah

evaluasi terhadap nilai koefisien, meliputi pengaruh nyata melalui bootstrapping

dan besarnya nilai koefisien. Selain itu, diduga bahwa kinerja PNS dipengaruhi

secara langsung oleh kemampuan dan motivasi, dan dipengaruhi secara tidak

langsung oleh kemampuan melalui motivasi, serta motivasi memoderasi pengaruh

kemampuan terhadap kinerja PNS. Dengan demikian, pada model pengaruh

langsung (model 1) dan model pengaruh moderasi (model 3) terdapat satu peubah

endogenous yaitu kinerja PNS, sedangkan pada model pengaruh tidak langsung

(model 2) terdapat dua peubah endogenous yaitu motivasi dan kinerja PNS.

27

Page 42: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Tabel 2.7 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai pada inner model

Kriteria Standar

Hasil penilaian

Model 1

(direct effect)

Model 2

(indirect effect)

Model 3

(moderating effect)

1. R2 untuk

variabel

laten

endogen

Hasil R2 sebesar

0.67; 0.33; &

0.19

mengindikasika

n bahwa model

“baik”,

“moderat”, dan

“lemah”

R2 untuk kinerja

PNS = 0.462

R2 untuk

motivasi = 0.198

kinerja PNS =

0.453

R2 untuk kinerja

PNS = 0.463

2. Estimasi

koefisien

jalur

Nilai estimasi

yang signifikan

dapat diperoleh

dengan prosedur

bootstrapping.

Pengaruh nyata

jika, T-statistik

> T-tabel. Pada

alpha 5 persen,

nilai T-tabel

adalah 1.96

Nilai T-statistik:

Kemampuan ->

kinerja PNS =

9.434

Motivasi ->

kinerja PNS =

0.049

Nilai koefisien:

Kemampuan ->

kinerja PNS =

0.682

Motivasi ->

kinerja PNS =

-0.005

Nilai T-statistik:

Kemampuan ->

kinerja PNS =

8.263

Kemampuan ->

motivasi = 3.455

Motivasi -> kinerja

PNS = 0.06

Nilai koefisien:

Kemampuan ->

kinerja PNS =

0.676

Kemampuan ->

motivasi =0.445

Motivasi -> kinerja

PNS=

-0.008

Nilai T-statistik:

Kemampuan ->

kinerja PNS =

6.637

Kemampuan*motiv

asi -> kinerja PNS

= 0.245

Nilai koefisien:

Kemampuan ->

kinerja PNS =

0.699

Kemampuan*motiv

asi -> kinerja PNS

= -0.046

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pada model pengaruh langsung

(model 1), kemampuan dan motivasi terhadap kinerja PNS memberikan nilai R2

sebesar 0.462. Nilai R2 dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas laten kinerja

PNS dapat dijelaskan oleh variabilitas laten kemampuan dan motivasi sebesar

46.2 persen, sedangkan 53.8 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel

yang diteliti. Sedangkan hasil analisis pada model pengaruh tidak langsung

(model 2), menunjukkan bahwa model pengaruh kemampuan terhadap motivasi

menghasilkan R2 sebesar 0.198 yang berarti variabilitas laten motivasi dapat

dijelaskan oleh variabilitas laten kemampuan sebesar 19.8 persen. Model

pengaruh tidak langsung kemampuan terhadap kinerja PNS melalui motivasi

memiliki nilai R2 sebesar 0.453 atau variabilitas laten kinerja PNS dapat

dijelaskan oleh variabilitas laten kemampuan dan motivasi sebesar 45.3 persen.

Terakhir, hasil analisis pada model pengaruh moderasi (model 3), yaitu motivasi

memoderasi pengaruh kemampuan terhadap kinerja PNS memiliki nilai R2

sebesar 0.463 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas laten kinerja

PNS dapat dijelaskan oleh variabilitas laten kemampuan dan motivasi sebesar

46.3 persen, sedangkan 53.7 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel

yang diteliti. Hasil penilaian kriteria dan standar inner model pada model

pengaruh langsung, tidak langsung, dan moderasi dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Untuk menjawab hipotesis yang diajukan dalam penelitian dilakukan teknik

bootstrapping dengan SmartPLS. Teknik bootstrapping adalah teknik rekalkulasi

data sampel secara random untuk memperoleh nilai T-statistik. Berdasarkan nilai

T-statistik yang diperoleh, maka dapat diketahui hubungan antar variabel yang

28

Page 43: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

diukur. Selanjutnya, besarnya pengaruh antar variabel dapat dilihat dari kriteria

estimasi koefisien jalur untuk masing-masing path yang ada. Gambar analisis data

dengan bootstrapping dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5a Hasil metode bootstrapping model 1 pengaruh langsung

(direct effect)

Gambar 2.5b Hasil metode bootstrapping model 2 pengaruh tidak langsung

(indirect effect)

29

Page 44: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Gambar 2.5c Hasil metode bootstrapping model 3 pengaruh moderasi

(moderating effect)

Pengujian Hipotesis Model 1 (Direct Effect)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk model pengaruh langsung

(model 1) pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05), kemampuan berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap kinerja PNS dengan nilai koefisien jalur

sebesar 0.682 dan nilai T-statistik sebesar 9.434 (lebih besar dari T-tabel). Dengan

demikian hipotesis 1 (H1) pada penelitian ini diterima. Steer (1985) yang diacu

oleh Soehartono (2004) mengemukakan bahwa bila seorang pegawai tidak

memiliki kemampuan yang dibutuhkan bagi pekerjaan tertentu atau bila pekerja

itu tidak berminat pada pekerjaan tersebut maka sulit dipercaya bahwa kinerjanya

akan tinggi. Hasil analisis ini bermakna bahwa peningkatan kemampuan pegawai

terutama dalam hal peningkatan minat/interest akan berpengaruh pada

peningkatan kinerjanya. Hipotesis tentang adanya pengaruh kemampuan pada

kinerja menjadi terbukti. Pegawai Ditjen P2KTrans Kemenakertrans yang

memiliki kemampuan bekerja adalah mereka yang memiliki minat/interest untuk

menambah pengetahuan lebih banyak, yaitu mereka yang berpendidikan lebih

tinggi seperti S1 dan S2.

Pada pengujian hipotesis 2 (H2), motivasi tidak berpengaruh terhadap

kinerja PNS, dimana nilai koefisien jalur sebesar -0.005 dengan nilai T-statistik

sebesar 0.049 (lebih kecil dari nilai T-tabel). Koefisien ini menunjukkan ada

tidaknya motivasi tidak mempengaruhi kinerja, sehingga hipotesis 2 (H2) ditolak.

Penelitian ini tidak mendukung pernyataan Yuki disitas As’ad (2004) yang

memberi batasan mengenai motivasi sebagai pemberian, yakni motivasi yang

menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat lemahnya motivasi kerja

seorang pegawai ikut menentukan besar kecilnya kinerja. Menurut Dessler (1998),

pemberian motivasi kepada pegawai dimaksudkan untuk menghilangkan

kemerosotan kinerja atau mendorong peningkatan kinerja. Pada penelitian ini,

30

Page 45: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

pemberian tanggung jawab kepada pegawai (sebagai pemberian motivasi) tidak

dapat meningkatkan kinerja pegawai. Pada mulanya untuk mendukung

peningkatan kinerja, pimpinan selalu memberikan kesempatan kepada anak buah

yang mau berubah untuk mengikuti bimbingan teknis, baik yang bersifat teknis

seperti penelitian calon lokasi transmigrasi, maupun bimbingan teknis yang

bersifat administratif, seperti sistem akuntansi keuangan (SAK) dan sistem

informasi manajemen dan akuntansi barang milik negara (SIMAKBMN). Namun

ternyata pemberian tanggung jawab (sebagai pemberian motivasi) oleh pimpinan

tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja PNS. Motivasi kerja tidak mendukung

terhadap kinerja pegawai di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans, ada beberapa

penyebab, antara lain 1) adanya perubahan paradigma dimana pemerintah pusat

hanya melakukan pekerjaan yang bersifat steering, banyak pegawai yang

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri karena pengalaman dan

pendidikannya tidak mendukung pelaksanaan tugas baru tersebut, 2) adapula

pegawai yang melakukan pekerjaan yang sama dari waktu ke waktu (rutinitas),

sehingga tidak muncul inovasi dan motivasi, sedangkan untuk tingkat staf sangat

jarang diadakan mutasi.

Pengujian Hipotesis Model 2 (Indirect Effect)

Pada model pengaruh tidak langsung (model 2), kemampuan berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap kinerja PNS dengan nilai T-statistik sebesar

8.26 (lebih besar dari T-tabel) dan nilai koefisien jalur sebesar 0.676, sehingga

hipotesis 1 (H1) diterima. Soeprihantono diacu Nadapdap (2012) menyatakan

bahwa penilaian kinerja pegawai tidak hanya dilihat dari penilaian hasil secara

fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai

bidang seperti kemampuan kerja, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal-hal

khusus sesuai dengan bidang dan tingkatan pekerjaan. Hal ini berarti bahwa

kemampuan dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Jika pegawai mempunyai

kemampuan yang tinggi akan lebih mudah menyelesaikan permasalahan dalam

bekerja, lebih cepat mengembangkan kemampuan diri, dan akhirnya akan mampu

melaksanakan tugasnya dengan baik, sebaliknya jika kemampuan kerja rendah

maka kinerja juga akan menurun.

Hipotesis 2 (H2) pada model penelitian pengaruh tidak langsung (model 2),

kemampuan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi, dimana

nilai koefisien jalur sebesar 0.445 dan nilai T-statistik sebesar 3.455 (lebih besar

dari nilai T-tabel), sehingga hipotesis 2 pada penelitian ini diterima. Gitosudarmo

dan Sudita (2000) mengartikan motivasi sebagai faktor-faktor yang ada di dalam

diri seseorang yang menggerakkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu.

Adapun tahapan proses timbulnya motivasi tersebut adalah sebagai berikut: (1)

muncul kebutuhan yang belum terpenuhi menyebabkan adanya

ketidakseimbangan dalam diri seseorang dan berusaha untuk menguranginya

dengan berperilaku tertentu. (2) Seseorang itu kemudian mencari cara bagaimana

memenuhi keinginannya tersebut. (3) Seseorang itu mengarahkan perilakunya ke

arah pencapaian tujuan atau prestasi dengan cara yang dipilihnya dengan

didukung oleh kemampuan, keterampilan, maupun pengalamannya. (4) Penilaian

prestasi dilakukan oleh dirinya sendiri atau orang lain. (5) Imbalan atau hukuman

yang diterima atau dirasakan tergantung kepada hasil evaluasi atas prestasi yang

dilakukan. (6) Akhirnya seseorang menilai sejauh mana perilaku dan imbalan

31

Page 46: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

telah memuaskan kebutuhannya. Terkait dengan hal tersebut, Kepala Bagian

Kepegawaian dan Umum menjelaskan bahwa di lingkungan Ditjen P2KTrans

Kemenakertrans, diperoleh fakta adanya korelasi antara pendidikan, pola pikir,

kemampuan kerja, dan motivasi. Pegawai yang memiliki pendidikan tinggi,

memiliki pola pikir lebih rasional dan tajam, lebih mudah meningkatkan

kemampuan dengan menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan dengan baik dan

lancar. Pegawai yang mumpuni dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

dengan dilandasi pola pikir yang benar sadar akan tanggung jawabnya, ia akan

termotivasi menjadi seorang pekerja yang baik.

Pada hipotesis 3 (H3), motivasi tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja

PNS. Hal ini terlihat dari nilai koefisien jalur sebesar -0.008 dan nilai T-statistik

sebesar 0.06 (lebih kecil dari nilai T-tabel). Koefisien ini menunjukkan bahwa ada

tidaknya motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja, sehingga dapat disimpulkan

bahwa hipotesis 3 (H3) ditolak. Dalam penelitian ini, peran terbesar dalam

membangun motivasi adalah indikator tanggung jawab. Hasil ini bermakna bahwa

jika motivasi pegawai ditingkatkan tidak akan berpengaruh pada kinerjanya. Hal

ini tidak sejalan dengan pendapat Vroom bahwa motivasi merupakan faktor utama

membangun kinerja, untuk itu penerapan upah/gaji yang dikaitkan dengan kinerja

individu akan dapat lebih meningkatkan motivasi, sekaligus mengisi faktor

kesempatan untuk meningkatkan kinerja.

Pengujian Hipotesis Model 3 (Moderating Effect)

Pada model pengaruh moderasi (model 3), kemampuan berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap kinerja PNS dengan nilai koefisien jalur sebesar

0.699 dan nilai T-statistik sebesar 6.637 (lebih besar dari T-tabel). Hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 (H1) diterima. PNS pada Ditjen P2KTrans

Kemenakertrans yang memiliki kemampuan adalah mereka yang memiliki

minat/interest dalam mengerjakan pekerjaan mereka. Mereka suka berinovasi dan

berani mengambil inisiatif dengan segala pertimbangannya, walaupun ada

resikonya tetapi dipilih resiko yang paling kecil. Pegawai yang demikian

kebanyakan berpendidikan minimal S1. Oleh karena itu, banyak pegawai Ditjen

P2KTrans Kemenakertrans yang melanjutkan pendidikannya, yang SMA/sederajat

melanjutkan pendidikan S1, dan yang S1 melanjutkan pendidikan S2. Bahkan

salah satu ruang rapat di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans dijadikan ruang kuliah

program S2 dari salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Menurut Moenir (1987),

yang dimaksud kemampuan dalam hubungan dengan pekerjaan adalah suatu

keadaan pada seseorang yang secara penuh kesungguhan, berdayaguna dan

berhasilguna melaksanakan pekerjaan sehingga menghasilkan kinerja yang

optimal.

Pada hipotesis 2 (H2), motivasi tidak memoderasi pengaruh kemampuan

terhadap kinerja PNS dengan nilai koefisien jalur sebesar -0.046 dan nilai T-

statistik sebesar 0.245 (lebih kecil dari nilai T-tabel), sehingga hipotesis 2 (H2)

ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat menurut Simanjuntak

(2005) bahwa manusia memegang peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan kinerja. Hal ini dikarenakan arah produksi dan teknologi pada

hakekatnya merupakan hasil kerja manusia. Dari uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa dengan adanya pengembangan pegawai akan mendorong

organisasi untuk mempertahankan eksistensinya. Untuk itu, pimpinan organisasi

32

Page 47: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

harus dapat memberikan dorongan pada pegawainya (motivasi) untuk

mengembangkan kemampuannya yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja

pegawai. Sehubungan dengan itu, maka pimpinan Ditjen P2Ktrans

Kemenakertrans dengan mudah memberi izin salah satu ruangan rapatnya

dipergunakan untuk kuliah program S2 dari salah satu perguruan tinggi. Hal ini

sudah berlangsung cukup lama, selesai satu angkatan diganti angkatan berikutnya.

Bahkan tidak hanya satu perguruan tinggi saja yang telah melaksanakan program

S2 tersebut di Ditjen P2Ktrans Kemenakertrans.

33

Page 48: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

3 PEMBAHASAN UMUM

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sorotan yang paling

tajam dalam pelaksanaan pemerintahan, menyangkut kesiapan, jumlah,

pendidikan, dan profesionalisme. Dewasa ini pemerintah memberikan perhatian

yang besar pada upaya peningkatan kemampuan aparatur negara dalam

melaksanakan tugas-tugasnya. Menurut Tjokroamidjoyo yang disitas Suharto

(2002), keberhasilan pembangunan nasional sangat ditentukan oleh keberhasilan

aparatur negara dalam melaksanakan tugasnya. Terutama dari segi kepegawaian.

Oleh karena itu, aparatur pemerintah memiliki peranan dan kedudukan yang

sangat penting sebagai motor dan penggerak dalam semua aktivitas fungsi

pemerintahan selaras tuntutan reformasi yang menuntut pemerintahan yang bersih

dari perbuatan amoral.

Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh peran

dan kinerja para pegawainya. Peran penting pegawai atau individu dalam

mencapai tujuan organisasi secara implisit dikemukakan oleh Thomson, bahwa

organisasi adalah integrasi impersonal dan sangat rasional atas sejumlah spesialis

yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Hal ini sejalan

dengan pendapat Bakke bahwa organisasi adalah suatu sistem yang berkelanjutan

atas kegiatan manusia yang bermacam-macam dan terkoordinasi berupa

pemanfaatan, perubahan, dan penyatuan segenap sumber-sumber manusia, materi

modal, gagasan, dan sumber alam (Liliweri 1997).

Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena

dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai

tujuannya. Suprihanto (1996) yang diacu oleh Soehartono (2004) menyatakan

bahwa penilaian kinerja pegawai tidak hanya hasil secara fisik tetapi juga

pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang,

seperti kemampuan kerja, kerajinan, disiplin, atau hal-hal khusus yang sesuai

dengan tugas dan tingkatan pekerjaan. Dalam penilaian kinerja ini, Cascio yang

diacu Ruky (2002) menekankan bahwa yang dinilai adalah job relevant strengths

and weaknesses, yaitu kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan pegawai

yang relevan dengan pekerjaannya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa peran motivasi dan kemampuan

yang mempengaruhi kinerja PNS di P2KTrans Kemenakertrans. P2KTrans

merupakan salah satu Direktorat Jenderal yang ada di lingkungan Kemenakertrans

yang bertugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di

bidang pembinaan pembangunan kawasan transmigrasi. Variabel laten yang diuji

dalam penelitian ini ada tiga, yaitu motivasi, kemampuan, dan kinerja PNS.

Masing-masing variabel laten memiliki beberapa indikator. Hasil dari penelitian

ini menjawab tiga model penelitian, yaitu model pengaruh langsung (direct

effect), model pengaruh tidak langsung (indirect effect), dan model pengaruh

moderasi (moderating effect).

Pada model pengaruh langsung (direct effect), kemampuan berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap kinerja PNS, namun motivasi tidak

berpengaruh terhadap kinerja PNS. Hal ini sebelumnya sudah dijelaskan bahwa di

Ditjen P2KTrans Kemenakertrans, kemampuan berpengaruh terhadap kinerja.

Namun tidak demikian halnya dengan motivasi, karena menurut hasil penelitian,

34

Page 49: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja. Setelah penulis konfirmasi dengan

Kepala Sub Bagian Kepegawaian, diberi penjelasan bahwa sesungguhnya di

Ditjen P2Ktrans Kemenakertrans itu sangat sedikit sekali pegawai yang bekerja

oleh karena dorongan motivasi, karena sesungguhnya motivasi kerja itu sendiri

hampir tidak ada. Kinerja mereka lebih dipengaruhi oleh rasa tanggung jawab

yang diberikan oleh atasannya, terlebih bagi yang sudah berpendidikan Sarjana,

akan merasa malu apabila tidak dapat menyelesaikan tugas degan baik dan tepat

waktu. Oleh karena itu, kemampuan kerja pegawai dipupuk oleh rasa tanggung

jawab serta minat/interest, yang akan dijelaskan berikut ini.

Indikator yang dicerminkan oleh kemampuan yang berpengaruh terhadap

kinerja PNS adalah indikator minat/interest. Menurut Hasibuan (2003),

kemampuan kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan (minat), serta waktu. Kemampuan

kerja ini perlu dilakukan penilaian secara berkala. Dengan penilaian kemampuan

kerja tersebut, suatu organisasi dapat melihat sampai sejauh mana faktor manusia

dapat menunjang tujuan suatu organisasi. Menurut Panggabean (2004), penilaian

kemampuan merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan ulang

dan evaluasi kinerja seseorang secara periodik. Proses penilaian kemampuan ini

ditujukan untuk memahami kinerja seseorang, dimana kegiatan ini terdiri dari

identifikasi, observasi, pengukuran, dan pengembangan hasil kerja pegawai dalam

sebuah organisasi. Dari penilaian kemampuan inilah dapat diketahui apakah

kinerja individu dan organisasi meningkat. Minat/interest merupakan indikator

yang cukup kuat pada kemampuan kerja pegawai Ditjen P2KTrans

Kemenakertrans. Pegawai yang memiliki minat/interest yang tinggi akan menjadi

seorang pekerja yang handal. Ia akan mampu mengerjakan berbagai tugas yang

diberikan atasannya. Biasanya pegawai yang demikian akan mendapatkan

kesempatan memperoleh reward lebih banyak, sehingga minat/interest untuk

bekerja tetap terpelihara, bahkan malah meningkat.

Indikator yang dicerminkan oleh motivasi yang tidak mempengaruhi kinerja

PNS adalah indikator tanggung jawab, yaitu besar kecilnya yang dirasakan dan

diberikan kepada pegawai. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan menurut

Hasibuan (2003) bahwa pemberian motivasi (berupa pemberian tanggung jawab)

kepada bawahan perlu dilakukan karena (1) pimpinan membagi-bagikan

pekerjaannya kepada bawahan untuk dikerjakan dengan baik, (2) adanya bawahan

yang mampu mengerjakan tetapi malas atau tidak bersemangat dalam

mengerjakannya, (3) untuk memelihara dan/atau meningkatkan kegairahan kerja

bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, dan (4) untuk memberikan

penghargaan dan kepuasan kerja kepada pegawai. Hal ini dikarenakan tanggung

jawab yang diberikan oleh pimpinan kepada pegawai Ditjen P2KTrans

Kemenakertrans tidak menumbuhkan motivasi. Kesanggupan pegawai untuk

melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya lebih cenderung karena keadaan

tingkat kemampuan kerja para pegawai yang ada di unit kerjanya. Siapa lagi yang

akan mengerjakan, baik sekarang ataupun besok, sama, akan tetap menjadi

tanggung jawabnya untuk mengerjakan hingga selesai.

Pada model pengaruh tidak langsung (indirect effect), kemampuan

berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja PNS melalui motivasi.

Menurut pendapat Nayono (2000), kemampuan adalah tersedianya modal

35

Page 50: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

kecakapan, ketangkasan, keterampilan, atau modal lain yang memungkinkan

anggotanya dapat berbuat banyak untuk organisasinya. Dengan demikian apabila

pegawai memiliki kemampuan pendidikan formal yang ditempuh, pendidikan non

formal, tingkat pengalaman kerja yang dimiliki, tingkat keinginan (kemauan),

maka akan mampu mendorong kinerjanya. Kemampuan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil dalam

melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya yang didukung oleh

kemampuan berinteraksi (interaction ability), kemampuan konseptual (conceptual

ability), dan kemampuan administratif (administrative ability). Hal ini

dikarenakan mayoritas pegawai di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans telah

memiliki masa kerja di atas 20 tahun, telah mengalami beberapa kali mutasi dari

unit kerja yang satu ke unit kerja yang lain. Dengan demikian, mereka telah cukup

memiliki pengalaman kerja dimana masing-masing pekerjaan memiliki jenis,

sifat, dan karakteristik yang berbeda baik yang bersifat administratif maupun

teknis. Oleh karena itu, pimpinan dan kawan sekerjapun akan berganti-ganti.

Misalnya suatu waktu bekerja di urusan ketatausahaan (administrasi), kemudian

dipindahkan ke unit yang menangani program (konseptual), selanjutnya dimutasi

ke unit teknis yang menangani permukiman transmigrasi. Pegawai yang memiliki

pengalaman bekerja tersebut, dengan kemampuan yang dimilikinya secara tidak

langsung berpengaruh terhadap kinerjanya.

Menurut Panggabean (2004), penilaian terhadap kemampuan dapat

memotivasi pegawai agar terdorong untuk bekerja lebih baik. Sedangkan Robbins

(2001) memberikan definisi motivasi sebagai “kesediaan untuk mengeluarkan

tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh

kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual”. Menurut

Arep dan Tanjung (2004), ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk memotivasi

seseorang, yaitu peran, perlakuan, dan penghargaan, dan yang paling penting

dalam memotivasi, sasaran yang paling tepat adalah memotivasi rohani/kalbunya.

Motivasi juga dapat terbentuk dari harapan, yang mengaitkan motivasi dengan

harapan yang diterima individu. Seorang individu dimotivasi untuk menjalankan

tingkat upaya yang lebih tinggi (karena memang memiliki kemampuan yang

mumpuni) bila meyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang

baik; suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran seperti bonus, kenaikan

gaji, atau pun promosi, dan ganjaran-ganjaran tersebut akan memuaskan tujuan-

tujuan pribadi.

Pada model pengaruh moderasi (moderating effect), motivasi tidak

memoderasi pengaruh kemampuan terhadap kinerja PNS. Robbins and Mary

(1999) mengatakan bahwa untuk memaksimalkan motivasi, pegawai perlu

mempersepsikan bahwa upaya yang mereka keluarkan mengarah ke evaluasi

kinerja yang diharapkan akan menghasilkan imbalan yang mereka hargai.

Mengikuti model harapan dari motivasi, jika pegawai tersebut kekurangan

keyakinan diri bahwa upaya mereka akan mengarah ke penilaian yang

memuaskan mengenai kinerja mereka, maka dapat diperkirakan individu-individu

akan bekerja cukup jauh di bawah potensi mereka. Jadi dapat disimpulkan jika

pegawai tidak dapat memotivasi diri mereka sendiri bahwa mereka memiliki

kemampuan ataupun mereka tidak yakin akan kemampuannya sendiri, maka hasil

dari pengukuran kinerja mereka tidak akan baik.

36

Page 51: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan mengenai peran motivasi

dan kemampuan terhadap kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans,

maka dapat disusun langkah-langkah penerapan yang diperlukan oleh pihak

manajemen agar dapat meningkatkan kinerja pegawainya. Hasil eksploratif

kemampuan berdasarkan teori yang diungkapkan Sutermeister, diketahui hasil

bahwa minat/interest dan sikap/attitude merupakan indikator yang paling

berperan dalam meningkatkan kemampuan pegawai.

Berdasarkan hasil eksploratif motivasi berdasarkan teori Herzberg,

diperoleh hasil bahwa tanggung jawab merupakan indikator yang paling berperan

dalam memotivasi pegawai. Pegawai Ditjen P2KTrans Kemenakertrans yang

memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya,

justru tidak dapat mempengaruhi kinerjanya. Hal ini dikarenakan 1) adanya

perubahan paradigma dimana pemerintah pusat hanya melakukan pekerjaan yang

bersifat steering, banyak pegawai yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan

diri karena pengalaman dan pendidikannya tidak mendukung pelaksanaan tugas

baru tersebut, 2) adapula pegawai yang melakukan pekerjaan yang sama dari

waktu ke waktu (rutinitas), sehingga tidak muncul inovasi dan motivasi,

sedangkan untuk tingkat staf sangat jarang diadakan mutasi.

Untuk mendapatkan motivasi dan kemampuan pegawai sehingga dapat

berpengaruh terhadap kinerja pegawai, maka hendaknya organisasi melakukan

beberapa hal, di antaranya:

1 memberikan kesempatan kepada anak buahnya untuk mengikuti bimbingan

teknis seperti penelitian calon lokasi transmigrasi, maupun bimbingan teknis

yang bersifat administratif, seperti sistem akuntansi keuangan (SAK) dan

sistem informasi manajemen dan akuntansi barang milik negara

(SIMAKBMN).

2 melakukan rotasi pekerjaan sampai dengan tingkat terendah (staf). Program

rotasi pekerjaan ini merupakan sarana untuk meningkatkan keahlian pegawai

di bidang lain dan mengatasi kejenuhan akan rutinitas pekerjaan di lingkungan

kerja yang sama.

3 menciptakan sikap dan perilaku saling mendukung untuk kemajuan bersama

serta memiliki rasa tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan.

4 memberikan penilaian. Penilaian dapat dilakukan baik secara formal, yaitu

dengan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) yang dilakukan setiap

akhir tahun, maupun secara informal seperti memberi pujian dan juga

menugaskan melakukan perjalanan dinas, yang akan mendatangkan

keuntungan personal.

5 meningkatkan hubungan antara pimpinan dan bawahan, misalnya pimpinan

sering mengajak komunikasi dengan anak buah dan sering menyentuh urusan

pribadi dan rohani.

6 meningkatkan minat/interest, karena pegawai yang memiliki minat/interest

yang tinggi akan menjadi seorang pekerja yang handal. Ia akan mampu

mengerjakan berbagai tugas yang diberikan atasannya. Biasanya pegawai yang

demikian akan mendapatkan kesempatan memperoleh reward lebih banyak,

sehingga minat/interest untuk bekerja tetap terpelihara, bahkan malah

meningkat.

37

Page 52: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

4 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dikemukakan dalam pembahasan,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis SEM dengan menggunakan pendekatan PLS, dapat

diketahui beberapa hasil. Pada model pengaruh langsung (model 1), diketahui

bahwa kemampuan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja

PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans, namun motivasi tidak berpengaruh

terhadap kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans. Kemudian pada

model pengaruh tidak langsung (model 2), diperoleh hasil bahwa kemampuan

berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja PNS di Ditjen P2KTrans

Kemenakertrans melalui motivasi. Sedangkan pada model pengaruh moderasi

(model 3), didapatkan hasil bahwa motivasi tidak memoderasi pengaruh

kemampuan terhadap kinerja PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans.

2. Indikator yang dominan mencerminkan motivasi PNS di Ditjen P2KTrans

Kemenakertrans adalah tanggung jawab, sedangkan indikator kemampuan

PNS di Ditjen P2KTrans Kemenakertrans dicerminkan oleh minat/interest dan

sikap/attitude, serta indikator dominan yang mencerminkan kinerja PNS di

Ditjen P2KTrans Kemenakertrans adalah ketepatan waktu.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas, maka saran yang dapat

disampaikan adalah penelitian ini memiliki berbagai ruang lingkup yang

membatasi hal-hal yang dikaji. Ruang lingkup penelitian yang lebih luas dapat

dilanjutkan pada penelitian selanjutnya dengan menggunakan teori-teori sebagai

indikator penelitian yang lebih beragam, sehingga akan diperoleh model akhir

berdasarkan persepsi PNS lainnya selain PNS di Ditjen P2KTrans

Kemenakertrans.

38

Page 53: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

DAFTAR PUSTAKA

Arep I dan Tanjung H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta (ID):

Universitas Trisakti.

As’ad M. 2004. Psikologi Industri. Yogyakarta (ID): Liberty.

Baidoeri S. 2003. Hubungan antara Karakteristik Individu, Motivasi Kerja

Perawat dan Kepemimpinan Kepala Ruangan rawat Inap dengan Kinerja

Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Asshobirin Tangerang.

[tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Bernardin JH, Russel JEA. 1993. Human Resources Management an Experiental

Approach. New York (US): McGraw-Hill, Inc.

Cooper DR, Schindler PS. 2006. Business Research Methods, 9th Edition. New

York (US): McGraw-Hill, Inc.

Desiana W. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan

PT. Bumi Amrita. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dessler G. 1998. Human Resources Management. New Jersey (US): Prentice Hall

International, Inc.

Gayatri TE. 2011. Analisis Motivasi, Kemampuan Kerja dan Kinerja Pegawai

Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno. [tesis]. Jakarta (ID):

Universitas Indonesia.

Ghozali I. 2008. Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial

Least Square, Edisi 2. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Giauque D, Anderfuhren S, Biget S dan Varone F. 2013. HRM Practices, Intrinsic

Motivators, and Organizational Performance in the Public Sector. Public

Personnel Management, 42 (2): 123-150.

Gibson. 1995. Systematic Training Programme Design. New Jersey (US):

Prentice Hall Eaglewood Cliffs.

Gibson, James L, John M Ivancevich dan James H Donelly Jr. 1996. Organisasi:

Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.

Gitosudarmo I dan Sudita IN. 2000. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta (ID):

BPFE.

Gomes FC. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta (ID): Andi

Publisher.

Handoko TH. 1998. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2.

Yogyakarta (ID): BPFE UGM.

Hasibuan SP. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia: Dasar dan Kunci

Keberhasilan, Edisi 1. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.

Indriatno I dan Irwinsyah R. 1998. Aplikasi Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)

dalam Perencanaan Wilayah dan Kota. Jurnal PWK, 9(2): 298-302.

Irawan P. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta (ID): STIA LAN

Press.

Irawan P. 2006. Analisis Kinerja. Jakarta (ID): STIA LAN Press.

Kasim A. 1998. Reformasi Administrasi Negara. Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Politik, 2(4): 41-58.

39

Page 54: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

[Kemenakertrans]. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Direktorat Jenderal Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi.

Liliweri A. 1997. Sosiologi Organisasi. Bandung (ID): Citra Aditya Bakti.

Malhotra NK. 2005. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, Jilid I. Jakarta (ID):

PT. Indeks.

Martono N. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisa Isi dan Analisis Data

Sekunder. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.

Moenir. 1987. Pendekatan Manusiawi dan Organisasi terhadap Pembinaan

Kepegawaian. Jakarta (ID): Gunung Agung.

Nadapdap KMN. 2012. Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja

terhadap Kinerja Pegawai Universitas Methodist Indonesia. [tesis]. Medan

(ID): Universitas Sumatera Utara.

Nawawi H dan Hadari M. 1990. Administrasi Personel untuk Peningkatan

Produktivitas Kerja. Jakarta (ID): Haji Masagung.

Nayono. 2000. Mengenai Kehidupan Berorganisasi. Jakarta (ID): Kedaulatan

Rakyat.

Panggabean MS. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor (ID): Ghalia

Indonesia.

Prasojo E. 2006. Reformasi Birokrasi di Indonesia: Beberapa Catatan Kritis.

Jurnal Bisnis dan Birokrasi, 14 (1): 1-15.

Rakhmawanto A. 2008. Membangun Model Pengembangan SDM Aparatur

Pegawai Negeri Sipil. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS, Civil Service:

Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS. 2 (1): 97-122.

Robbins SP, Mary C. 1999. Management. New Jersey (US): Prentice Hall Inc.

Robbins SP. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta

(ID): PT. Prenhallindo.

Ruky AS. 2002. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Russell RS and Bernard WT. 2000. Operation Management. New York (US):

Barrons’ Educational Series, Inc.

Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung

(ID): CV. Mandar Maju.

Siagian SP. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 1. Jakarta (ID): Bumi

Aksara.

Simanjuntak P. 2005. Tenaga Kerja, Produktivitas dan Kecenderungannya, dalam

Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta (ID): Lembaga Sarana

Informasi Usaha dan Produktivitas.

Soehartono. 2004. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Kemampuan

Kerja terhadap Kinerja Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Rembang.

[tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Stoner JAF and Freeman RE. 1992. Management, Edisi 5. Jakarta (ID): Prentice

Hall.

Suharto. 2002. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Kemampuan

dengan Kinerja Pegawai Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Tengah. [tesis].

Semarang (ID): MAP Universitas Diponegoro.

Sutermeister RA. 1969. People and Produktivity, Second Edition. New York

(US): McGraw-Hill, Inc.

40

Page 55: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Sutrisno E. 2009. Manajemen Sumber Daya manusia, Edisi 1. Jakarta (ID):

Kencana Prenada Media Group.

Umar H. 2003. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): PT

Raja Grafindo Persada.

41

Page 56: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

42

Page 57: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

LAMPIRAN

Page 58: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi
Page 59: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

PROGRAM MAGISTER ILMU MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Kepada

Yth. Pejabat/Staf

di Direktorat Jenderal Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Dengan hormat,

Saya adalah mahasiswi Program Pascasarjana Magister Ilmu Manajemen,

Institut Pertanian Bogor (IPB) yang sedang mengadakan penelitian yang berjudul

“Peran Motivasi dan Kemampuan terhadap Kinerja PNS di Ditjen P2KTrans

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi”. Penelitian ini dilakukan dalam

rangka pembuatan tesis yang merupakan persyaratan akhir dari masa studi.

Saya mohon kepada Bapak/Ibu untuk memberikan bantuannya dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia dalam kuesioner. Saya berharap

Bapak/Ibu menjawab dengan jujur sesuai dengan pemikiran, pengetahuan dan

pendapat di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Identitas dan semua

informasi yang diterima sebagai hasil dari kuesioner ini bersifat rahasia dan

dipergunakan hanya untuk kepentingan akademis. Di dalam kuesioner penelitian

ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk

menjawab sesuai dengan pendapat masing-masing.

Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu karena telah bersedia menjadi

salah satu responden dan secara sukarela mengisi kuesioner ini. Atas kerjasama

dan bantuan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Raniasari Bimanti Esthi

Lampiran 1. Kuesioner penelitian

43

Page 60: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Petunjuk Pengisian Kuesioner:

Pada pertanyaan pilihan, berilah tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap

paling sesuai.

Mohon setiap pertanyaan diisi dengan lengkap.

BAGIAN I: IDENTITAS RESPONDEN

1. Kode Responden :

2. Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan

3. Kelompok Usia :

20 – 30 tahun 41 – 50 tahun > 61 tahun

31 – 40 tahun 51–60 tahun

4. Pendidikan Terakhir:

SMP/Sederajat SMA/Sederajat S1

S2 S3

5. Masa Kerja :

2 – 9 tahun 10 – 19 tahun

20 – 29 tahun 30 – 39 tahun

6. Jenjang Kepangkatan:

Golongan I Golongan II

Golongan III Golongan IV

7. Jabatan :

Direktur/Sekretaris Ditjen Kasubdit/Kabag

Kasi/Kasubag Staf

BAGIAN II:

Keterangan: STS = Sangat Tidak Setuju

TS = Tidak Setuju

S = Setuju

SS = Sangat Setuju

PERNYATAAN PERNYATAAN

STS TS S SS

VARIABEL: KINERJA PEGAWAI

1. Kualitas Kerja

1 Saya telah bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

pada organisasi.

2 Saya telah diberikan pengetahuan untuk menjalankan

pekerjaan dengan baik.

2. Kuantitas Kerja

3 Banyak program kerja yang telah saya kerjakan sesuai

dengan jadwal.

4 Seringkali saya mengerjakan tugas tambahan disamping

tugas rutin yang saya kerjakan.

3. Ketepatan Waktu

5 Saya selalu menyelesaikan pekerjaan tepat pada

waktunya.

6 Saya selalu berusaha memanfaatkan waktu dengan baik

dalam bekerja.

Lanjutan Lampiran 1

44

Page 61: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

PERNYATAAN PERNYATAAN

STS TS S SS

4. Efektivitas Kerja

7 Saya selalu merencanakan pekerjaan dengan baik,

karena merupakan kunci bagi efektivitas suatu

pekerjaan.

8 Saya melakukan pekerjaan secara efektif, sehingga

memberikan hasil yang sesuai dengan rencana.

5. Kemandirian

9 Saya bekerja secara mandiri sehingga tidak bergantung

pada orang lain.

10 Saya mampu menemukan solusi atas permasalahan

dalam pekerjaan tanpa petunjuk atasan.

6. Komitmen

11 Saya berupaya menyelesaikan tugas yang diberikan

atasan dengan penuh tanggung jawab melebihi

kepentingan pribadi.

12 Saya mampu bekerja sama dalam sebuah tim kerja.

VARIABEL: MOTIVASI KERJA

1. Prestasi

1 Pekerjaan yang saya lakukan saat ini memberikan

kesempatan untuk mencapai suatu prestasi terbaik.

2 Saya akan diberikan kesempatan untuk promosi secara

layak oleh pimpinan apabila saya berprestasi.

2. Pengakuan

3 Pimpinan atau rekan kerja sering memuji hasil kerja atau

prestasi kerja saya selama ini.

4 Saya mendapatkan penghargaan atas prestasi kerja saya.

3. Karakteristik Pekerjaan

5 Seringkali saya diberikan wewenang tambahan serta

kebebasan dalam bekerja.

6 Seringkali saya diberikan beberapa tugas baru yang lebih

sulit yang belum pernah saya tangani sebelumnya.

4. Tanggung Jawab

7 Saya selalu diberikan tugas dan tanggung jawab sesuai

dengan kemampuan saya.

8 Saya selalu bertanggung jawab atas pekerjaan saya

sendiri.

5. Kemajuan

9 Seringkali saya mendapatkan kesempatan untuk maju

dan mengembangkan kemampuan diri.

10 Seringkali saya diberikan kesempatan untuk mengikuti

diklat.

11 Keterampilan kerja saya meningkat setelah saya

melaksanakan beberapa pekerjaan.

6. Kebijakan dan Administrasi Organisasi

12 Saya merasa puas terhadap pengaturan jam kerja yang

telah berlaku selama ini.

13 Saya merasa organisasi disiplin dalam menerapkan

peraturan yang ada.

14 Saya diberikan sanksi atau hukuman apabila saya tidak

menaati peraturan yang berlaku.

7. Pengawasan Teknis

15 Seringkali pimpinan mengawasi saya dalam bekerja.

16 Seringkali pimpinan membimbing saya dalam bekerja.

Lanjutan Lampiran 1 45

Page 62: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

PERNYATAAN PERNYATAAN

STS TS S SS

8. Gaji

17 Saya menerima gaji setiap bulannya.

18 Saya mendapatkan tunjangan setiap bulannya.

19 Saya merasa puas atas gaji yang diberikan kepada saya.

20 Saya merasa puas atas tunjangan yang diberikan kepada

saya.

9. Hubungan antar Pegawai dengan Pimpinan

21 Seringkali saya berdiskusi dengan pimpinan dalam

memecahkan permasalahan yang ada.

22 Keluhan yang saya sampaikan selama ini diperhatikan

oleh pimpinan.

23 Ide yang saya sampaikan selama ini diperhatikan oleh

pimpinan.

10. Kondisi Kerja

24 Suasana tempat kerja saya kondusif.

25 Tempat kerja saya aman.

26 Saya mendapatkan fasilitas yang memadai.

VARIABEL: KEMAMPUAN KERJA

1. Pendidikan

1 Kesesuaian pendidikan akan mempercepat dalam

memahami segala sesuatu yang saya kerjakan.

2 Latar belakang tingkat pendidikan saya sesuai dengan

bidang pekerjaan saya saat ini.

2. Pengalaman

3 Dengan pengalaman kerja yang saya miliki saaat ini,

saya memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan

tugas pekerjaan.

4 Saya mendapatkan kesempatan untuk ikut serta dalam

proses pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman

kerja yang saya miliki.

3. Pelatihan

5 Bimbingan Teknis bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan saya dalam menyelesaikan pekerjaan.

6 Saya mengikuti program pelatihan yang sesuai dengan

kebutuhan saya dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawab saya dalam bekerja.

4. Minat

7 Saya berminat terhadap pekerjaan saya saat ini.

8 Saya selalu bekerja dengan baik dalam melaksanakan

pekerjaan.

5. Sikap

9 Saya selalu bekerja keras dalam melaksanakan tanggung

jawab saya.

10 Saya menerima dengan baik dan senang hati apabila ada

masukkan, kritikan, atau teguran baik dari rekan kerja

maupun dari pimpinan.

6. Kepribadian

11 Saya bersedia membantu orang lain jika ada waktu.

12 Sayabersedia membantu orang lain untuk kepentingan

organisasi.

Lanjutan Lampiran 1

46

Page 63: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Output PLS:

Laten Variable Correlation

Kemampuan Kinerja PNS Motivasi

Kemampuan 1.00 0000

Kinerja PNS 0.679470 1.00 0000

Motivasi 0,438564 0,293579 1.00 0000

Cross Loadings

Kemampuan Kinerja PNS Motivasi

X1.07 0,438564 0,293579 1.00 0000

X2.07 0.754394 0,403090 0,406692

X2.08 0,879318 0.632817 0,296725

X2.09 0,875014 0.629147 0,424590

Y.06 0.697424 0,928207 0,245331

Y.07 0,455261 0,820808 0,282685

Overview

AVE

Composite

Reliability R Square

Cronbachs

Alpha

Communality Redundancy

Kemampuan 0.702653 0,875860

0.791328 0.702654 0.339299

Kinerja PNS 0.767648 0.868123 0,461704 0.709142 0.767648

Motivasi 1.00

0000 1.00 0000

1.00 0000 1.00 0000

Output Bootstrapping:

Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard Error

(STERR)

T Statistics

(|O/STERR|)

Kemampuan ->

Kinerja PNS 0.681866 0.710595 0,072275 0,072275 9,434291

Motivasi ->

Kinerja PNS -0,005463 -0,024417 0,110848 0,110848 0,049286

Lampiran 2. Output PLS dan bootstrapping model pengaruh langsung

motivasi dan kemampuan terhadap kinerja PNS

47

Page 64: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard Deviation

(STDEV)

Standard Error

(STERR)

T Statistics

(|O/STERR|)

X1.07 <-

Motivasi 1.00 0000 1.00 0000 0,000000

X2.07 <-

Kemampuan 0,285667 0,290882 0,044150 0,044150 6,470329

X2.08 <-

Kemampuan 0,448473 0,448622 0,043937 0,043937 10,207216

X2.09 <-

Kemampuan 0,445872 0,444990 0,041493 0,041493 10.745678

Y.06 <-

Kinerja PNS 0.683596 0.685383 0,072213 0,072213 9,466369

Y.07 <-

Kinerja PNS 0,445270 0,437633 0,067438 0,067438 6,602646

Lanjutan Lampiran 2

48

Page 65: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Output PLS:

Laten Variable Correlation

Kemampuan Kinerja PNS Motivasi

Kemampuan 1.00 0000

Kinerja PNS 0.672790 1.00 0000

Motivasi 0,445277 0,293494 1.00 0000

Cross Loadings

Kemampuan Kinerja PNS Motivasi

X1.07 0,445277 0,293494 1.00 0000

X2.07 0.778286 0,403269 0,406692

X2.08 0,863097 0.633014 0,296725

X2.09 0,874080 0.629297 0,424590

Y.06 0.691098 0,928636 0,245331

Y.07 0,449507 0,820149 0,282685

Overview

AVE

Composite

Reliability R Square

Cronbachs

Alpha

Communality Redundancy

Kemampuan 0.704894 0.877259

0.791328 0.704894

Kinerja PNS 0.767504 0.868022 0,452693 0.709142 0.767504 0.332322

Motivasi 1.00

0000 1.00 0000 0.198271 1.00 0000 1.00 0000 0.198271

Output Bootstrapping:

Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T Statistics

(|O/STERR|)

Kemampuan ->

Kinerja PNS 0.676169 0.679021 0,081833 0,081833 8,262747

Kemampuan ->

Motivasi 0,445277 0,433085 0,128881 0,128881 3,454956

Motivasi ->

Kinerja PNS -0,007588 -0,007508 0,126722 0,126722 0.059878

Lampiran 3. Output PLS dan bootstrapping model pengaruh tidak

langsung motivasi dan kemampuan terhadap kinerja PNS

49

Page 66: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard Deviation

(STDEV)

Standard Error

(STERR)

T Statistics

(|O/STERR|)

X1.07 <-

Motivasi 1.00 0000 1.00 0000 0,000000

X2.07 <-

Kemampuan 0.778286 0.760217 0,074175 0,074175 10,492597

X2.08 <-

Kemampuan 0,863097 0,865863 0,035681 0,035681 24,189121

X2.09 <-

Kemampuan 0,874080 0,865114 0,043937 0,043937 19,894066

Y.06 <-

Kinerja PNS 0,928636 0,933962 0,021731 0,021731 42,733927

Y.07 <-

Kinerja PNS 0,820149 0,800849 0,072959 0,072959 11,241197

Lanjutan Lampiran 3

50

Page 67: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Output PLS:

Laten Variable Correlation

Kemampuan

Kemampuan *

Motivasi Kinerja PNS Motivasi

Kemampuan 1.00 0000

Kemampuan *

Motivasi 0.601669 1.00 0000

Kinerja PNS 0.679580 0,387016 1.00 0000

Motivasi 0,438565 0.680983 0,293532 1.00 0000

Cross Loadings

Kemampuan Kemampuan * Motivasi Kinerja PNS Motivasi

X1.07 0,438565 0.680983 0,293532 1.00 0000

X2.07 0.754408 0,494754 0,403188 0,406692

X2.07*X1.07 0.563043 0,915351 0,376285 0.603773

X2.08 0,879318 0.507622 0.632925 0,296725

X2.08*X1.07 0,413637 0,826225 0,261361 0.780877

X2.09 0,875005 0.521850 0.629229 0,424590

X2.09*X1.07 0.583254 0,890906 0,363959 0,470206

Y.06 0.697421 0,360858 0,928443 0,245331

Y.07 0,455258 0,315164 0,820447 0,282685

Overview

AVE

Composite

Reliability R Square

Cronbachs

Alpha Communality Redundancy

Kemampuan 0.702655 0,875861

0.791328 0.702655

Kemampuan *

Motivasi 0.771410 0,909953

0,853174 0.771410

Kinerja PNS 0.767569 0.868067 0.462758 0.709142 0.767569 0.338646

Motivasi 1.00

0000 1.00 0000

1.00 0000 1.00 0000

Lampiran 4. Output PLS dan bootstrapping model pengaruh moderasi

motivasi dan kemampuan terhadap kinerja PNS

51

Page 68: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Output Bootstrapping:

Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T Statistics

(|O/STERR|)

Kemampuan ->

Kinerja PNS 0.699374 0.713327 0,105380 0,105380 6,636708

Kemampuan *

Motivasi ->

Kinerja PNS

-0,046234 -0,049007 0,188773 0,188773 0,244920

Motivasi ->

Kinerja PNS 0,018296 0,006436 0,163152 0,163152 0,112143

Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T Statistics

(|O/STERR|)

X1.07 <- Motivasi 1.00 0000 1.00 0000 0,000000

X2.07 <-

Kemampuan 0,285688 0,281285 0.050234 0.050234 5,687090

X2.07*X1.07 <-

Kemampuan *

Motivasi

0,425359 0,431488 0,108537 0,108537 3,919011

X2.08 <-

Kemampuan 0,448473 0,451202 0,040892 0,040892 10,967344

X2.08*X1.07 <-

Kemampuan *

Motivasi

0,295447 0,252859 0,180456 0,180456 1,637220

X2.09 <-

Kemampuan 0,445854 0,444555 0,046720 0,046720 9,543138

X2.09*X1.07 <-

Kemampuan *

Motivasi

0,411426 0,409285 0,107081 0,107081 3,842178

Y.06 <- Kinerja

PNS 0.684216 0.694811 0,072232 0,072232 9,472437

Y.07 <- Kinerja

PNS 0,444568 0,433211 0,071157 0,071157 6,247745

Lanjutan Lampiran 4

52

Page 69: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

Struktur Organisasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Lampiran 5. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi

53

Page 70: PERAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA … · Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas ... masyarakat terhadap birokrasi. Guna mengantisipasi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 September 1988 sebagai anak

kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Suraje, SH dan Ibu Sri Kustiyah,

BA. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Perwira Jaya 2, yang

kini berubah nama menjadi SD Negeri Teluk Pucung 5, pada tahun 2000.

Kemudian pada tahun 2003, penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 3

Bekasi. Pada Tahun 2006 setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1

Bekasi, penulis diterima di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Semasa kuliah di S1,

penulis aktif dalam organisasi Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB.

Setelah menyelesaikan pendidikan S1 pada tahun 2010, penulis langsung

melanjutkan pendidikan pascasarjana dan diterima di Program Studi Ilmu

Manajemen pada Program Pascasarjana IPB. Pada Maret 2012, penulis bekerja di

PT. Bank CIMB Niaga, Tbk. sebagai Mortgage Sales Officer dan ditempatkan di

Cabang Cikarang sampai dengan Agustus 2013.

54