diskusi topik - delirium
TRANSCRIPT
DELIRIUM
Delirium merupakan salah satu jenis gangguan mental organic yang penting dan sering di
jumpai dalam klinik. Kondisi ini begitu penting karena dalam menegakkan diagnosisnya
diperlukan kecermatan dan ketelian, sehingga kesalahan diagnosis yang dapat berakibat fatal
bagi pasien dapat dihindari. Pengetahuan tentang Gangguan Mental Organik pun penting dimiliki
mengingat konsep tentang hal ini pun berkembang terus hingga kini. Dalam DSM –IV-TR sudah
tidak ditemui dan diubah menjadi Gangguan Kognitif. Hal ini disebabkan karena istilah Organik
dan Non-organik (fungsional) sudah sulit dipisahkan, karena kelompok Non-organik ternyata
tidak sepenuhnya murni tanpa kelainan biologis, yaitu dengan pemeriksaan neurodiagnostik yang
canggih seperti PET (positron Emission Tomographic Scanning). Yang termasuk Gangguan
Kognitif yaitu Delirium, Demensia, dan Gangguan Amnesia. Dimasukkan dalam Gangguan
Kognitif karena mempunyai gambaran kelainan yang mirip terutama dalam fungsi kognitifnya
seperti daya ingat, bahasa, dan perhatian.
Delirium merupakan suatu sindroma bukan suatu penyakit. Delirium diketahui
mempunyai banyak sebab, semuanya menyebabkan pola gejala yang sama yang berhubungan
dengan tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif. Tanda utama dari delirium adalah suatu
gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global.
Kelainan mood, persepsi, dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum ; tremor, asteriksis,
nistagmus, inkoordinasi, dan inkontinensia urin merupakan gejala neurologis yang umum.
Biasanya delirium mempunyai onset yang mendadak (beberapa jam atau hari), perjalanan
penyakit yang singkat dan berfluktuasi, dan perbaikan yang cepat jika factor penyebab
diindentifikasi dan dihilangkan. Tetapi, masing-masing cirri karakteristik tersebut dapat
bervariasi pada pasien individual.
Epidemiologi
Penelitian mengenai epdemiologi delirium masih sangat sedikit, diduga sekitar 10-15%
pasien rawat bdah umum pernah mengalami delirium, 15-25% pasien rawat medic umum pernah
mengalami delirium selama dirawat di rumah sakit. Juga diperkirakan sekitar 30% pasien bedah
1
ICU dan 40-50% pasien ICCU pernah mengalami delirium. Yang tertinggi yaitu 90% ditemukan
pada pasien post cardiotomy.
Usia lanjut adalah factor resiko utama untuk perkembangan delirium. Kira-kira 30-40% pasien
rawat di rmah sakit yang berusia lebih dari 65 tahun mempunyai suatu episode delirium.
Etiologi
Penyebab utama delirium adalah penyakit saraf pusat misalnya epilepsy, penyakit
sistemik misalnya gagal jantung, dan intoksikasi atau withdrawal obat-obatan atau zat toksik.
Hipotesis neurotransmitter yang terlibat dalam delirium adalah acetylcholine dan daerah utama
neuroanatomi yang terkena adalah formation reticularis. Beberapa laporan menyebutkan bahwa
factor penyebab terjadinya delirium adalah karena terjadi penurunan aktivitas acetylcholine
dalam otak.
Salah satu penyebab lain timbulnya delirium adalah toksisitas penggunaan obat dengan
aktivitas antikolonergik. Obat-obat dengan aktivitas antikolinergik tersebut antara lain
amitryptilne, doxepin, imipramine, thioridazine, dan chlorpromazine yang merupakan obat-obat
yang sering digunakan dalam psikiatri. Neurotransmitter lain yang juga berperan adalah
serotonin dan glutamate. Beberapa penyebab spesifik dari delirium.
Table 1. penyebab delirium Penyebab intracranial Epilepsy atau keadaan pascakejangTrauma otak (terutama geger)Infeksi ; meningitis, ensefalitisNeoplasma Gangguan vascular
Penyebab ekstrakranialObat-obatan (komsumsi atau putus obat) dan racunObat antikolinergik AntikonvulsanObat antihipertensifObat antiparkinsonObat antipsikotikGlikosida jantung
2
CimetidineClonidineDisulframInsulinOpiatePhencyclidinePhenytoineRanitidineSalisilatSedative (termasuk alcohol) dan hipnotikSteroid
Racun Karbon monoksidaLogam berat dan racun industry lain
Disfungsi endokrin hipofungsi atau hiperfungsi) HipofisisPancreas AdrenalParatiroid Tiroid
Penyakit non organicHati Ensefalopati hepaticGinjal dan saluran kemihEnsefalopati uremikParu-paruNarcosis karbon dioksidaHipoksiaSystem kardiovaskularGagal jantung Aritmia Hipotensi
Penyakit defisiensiDefisiensi tiamin, asam nikotik, B12, atau asam folat
Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis
3
Ketidakseimbangan elektrolit dengan penyebab apapun
Keadaan pasca operatif
Trauma (kepala atau seluruh tubuh)
Criteria diagnostic Delirium yang berhubungan dengan kondisi medic umum
(DSM- IV-TR)
a. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadap lingkungan dalam
bentuk memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian).
b. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya ingat segera dan jangka pendek namun daya
ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi, dan halusinasi terutama visual,
hendaya daya piker dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham sementara, tetapi
yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorentasi waktu, tempat dan orang).
c. Awitannya tiba-tiba ( dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat dan
ada kecendrungan berfluktuasi sepanjang hari.
d. Bedasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk
menemukan penyebab delirium.
Bila Delirium bertumpang tindih dengan demensia (Alzheimer atau Demensia vascular maka
penulisan delirium disesuaikan dengan subtype dari demensia missal 290.3 Dementia Alzheimer
dengan awitan terlambat disertai delirium). Demikian juga nama kondisi medic umum tercatat di
Axis I missal 290.3 Delirium yang disebabkan ensefalopati hepatikum, juga kode kondisi medic
umum di catat dalam Axis III.
Criteria diagnostic Delirium yang disebabkan intoksikasi zat (DSM-IV-TR)
a. Gangguan kesadaran (berkurangnya kerjernihan kesadaran terhadap lingkungan dalam
bentuk memusatkan, memperlihatkan dan mengalihkan perhatian.
b. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya ingat segera dan jangka pendek pendek namun
daya ingat dan jangka ke pendek namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, ditorsi
4
persepsi, ilusi dan halusinasi terutama visual hendaya daya pikit dan pengertian abstrak
dengan atau tanpa waham sementara, tetapi yag khar terdapat inkoherensi sedikit,
disorentasi waktu, tempat, dan orang.
c. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari,), perjalanan penyakit atau
laboratorium untuk menemukan delirium ini (1) atau (2) :
(1) Gejala pada criteria A dan B berkembang selam intoksikasi zat.
(2) Penggunaan intoksikasi di sini untuk mengamati yang ada hubungan dengan
gangguannya.
Intoksikasi zat yang menimbulkan delirium adalah alcohol, amfetamin atau yang mirip
dengan amfetamin, kanabisin, inhalan, opioid, fensiklin, sedative, hipnotikm ansiolitikm dan lain
sebagainya. Juga zat lain seperti simetidin, digitalis, benzodiazepine.
Criteria diagnostic Delirium yang disebabkan putus zat (DSM IV-TR)
a. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadap lingkungan dalam
bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian).
b. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dan jangka pendek namun
daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasiter-utama
visual, hendaya daya piker dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham sementara,
tetapi yang khas terhadap inkoherensi sedikit, diorentasi.
c. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakit singkat dan ada
kecendrungan berfluktuasi sepanjang hari.
d. Bedasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk
menemukan penyakit delirium ini dalam criteria (A) dan (B). keadaan ini berkembang
selama atau dalam waktu singkat sesudah sindroma putus zat.
5
Criteria diagnostic Delirium yang berkaitan dengan berbagai penyebab
(DSM – IV-TR)
a. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadap lingkungan dalam
bentuk memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian).
b. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dan jangka pendek namun
daya ingat jangka panjang utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi terutama visual,
hendaya daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham sementara, tetapi
yang khas terdapat inkoherensi sedikit, diorientasi waktu, tempat, orang.
c. Awitan tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakit singkat dan ada
kecendrungan berfluktuasi sepanjang hari.
d. Bedasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk
menemukan etiologi delirium ini yang disebabkan oleh lebih dari satu penyebab kondisi
medic umum, disertai intoksikasi zat atau efek samping medikasi.
Sejalan dengan DSM –IV-TR, gambaran utama dari delirium adalah kesadaran berkabut
tentang lingkungan,. Gejala yang secara umum terjadi pada delirium adalah awitan akut dan
hamper sebagian besar dari delirium diawali perubahan pola tidur, kelelahan yang sulit
dijelaskan , mood yang berfluktuasi, fobia terhadap tidur, gelisah, cemas, dan mimpi buruk yang
sering muncul.
Gambaran klinis yang dapat ditemukan pada pasien dengan delirium sangat beragam diantaranya
1. Prodormal
Biasanya pasien akan mengeluh kelelahan, cemas, menjadi iritabel, mengalami gangguan
tidur.
2. Gangguan kesadaran
Penuruna kejernihan tingkat kesadaran terhadap lingkungan (kesadaran berkabut).
3. Kewaspadaan
Terdiri dari hiperaktivitas dan hipoaktivitas. Hiperaktivitas, kaitannya dengan sindrom
putus zat, misalnya flushing, berkeringat, takikardia, nausea, hipertermia.
Hipoaktivitas, seluruh aktivitas menurun sehingga sering dikatakan sebagai depresi.
6
4. Gangguan pemusatana perhatian
Ditandai oleh adanya kesulitan memperhatikan, memusatkan dan mengalihkan perhatian.
5. Orientasi
Gangguan orientasi waktu sering terjadi (pada delirium yang ringan), bila delirium berat
akan mencakup orientasi tempat dan orang.
6. Bahasa dan kognitif
Sering terjadi abnormalitas dalam berbahasa dan terjadi inkoherensi. Daya ingat dan
fungsi kognitif umunya mungkin terganggu.
7. Persepsi
Halusinasi visualdan auditorik sering ditemukan.
8. Mood
Gejala yang sering Nampak adalah marah, mengamuk, ketakutan yang tidak beralasan.
Perubahan mood dapat berfluktuasi sepanjang hari.
9. Gangguan tidur-bangun
Individu sering menunjukkan agitasi pada malam hari dan masalah perilaku pada saat
waktu tidur keadaan ini di sebut sundowning.
10. Gejala neurologi
Meluputi difasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi, dan inkontinensia urin.
Diagnosis Banding
a. Delirium versus demensia
Yang paling nyata perbedaannya adalah mengenai awitannya, yaitu delirium
awitannya tiba-tiba, sedangkan pada demensia berjalan perlahan, meskipun kedua kondisi
tersebut mengalami gangguan kognitif, tetapi pada demensialebih stabil, sedangkan pada
delirium berfluktuasi
7
Gambaran klinis delirium dibandingkan dengan demensia
Gambaran klinis Delirium Demensia
Gangguan daya ingat +++ +++
Gangguan proses pikir +++ +++
Gangguan daya nilai +++ +++
Kesadaran berkabut +++ -
Major attention deficits +++ +
Fluktuasi perjalanan
penyakit (1 hari)
+++ +
Disorientasi +++ ++
Gangguan persepsi jelas ++ -
Inkoherensi ++ +
Gangguan siklus tidur-
bangun
++ +
Eksarserbasi nocturnal ++ +
Insight / tilikan ++ +
Awitan akut / subakut ++ -
b. Delirium versus skizofrenia atau depresi
Delirium harus juga dibedakan dari skizofrenia dan gangguan depresi. Beberapa
pasien dengan gangguan psikotik terutama skizofrenia atau episode manic mungkin pada
satu keadaan menunjukkan perilaku yang sangat kacau sulit dibedakan dengan delirium.
Secara umum, halusinasi dan waham pada pasien skizofrenia lebih konstan dan lebih
terorganisasi dibandingkan dengan kondisi pasien delirium.
Pasien dengan gejala hipoaktif dari delirium mungkin menunjukkan gejala yang sama
dengan pasien depresi berat, tetapi untuk membedakannya dapat dilakukan pemeriksaan
EEG.
8
Prognosis
Awitan delirium yang akut, gejala prodormalnya seperti gelisah dan perasaan takut
mungkin muncul pada awal awitan. Bila penyebabnya tidak diketahui dan dapat dihilangkan
maka gejala-gejalanya akan menghilang dalam waktu 3-7 hari dan akan seluruhnya dalam waktu
2 minggu. Jika delirium telah berakhir, biasanya hilang timbul, dan pasien mungkin
menganggapnya sebagai mimpi buruk atau pengalaman yang mengerikan yang hanya diingat
secara samar-samar.
Terapi
Dalam mengobati delirium, hal yang paling utama adalah mengobati penyebabnya. Bila
penyebabnya akibat toksisitas antikolinergik, maka digunakan pisostigmin salisilat 1-2 mg
intravena atau intramuscular dan dapat diulangi 15-30 menit bila diperlukan.
Tujuan pengobatan yang penting lainnya adalah memberikan bantuan fisik, sensorik, dan
lingkungan. Bantuan fisik diperlukan pasien delirium agar tidak masuk ke dalam situasi di mana
mereka dapat mencelakakan diri sendiri. Pasien delirium tidak boleh dalam lingkungan tanpa
stimulus sensorik atau dengan stimulus yang berlebihan. Biasanya pasien delirium di bantu
dengan meminta teman keluarga di dalam ruangan.
Farmakoterapi
Dua gejala utama delirium yang memerlukan terapi obat yaitu psikosis dan insomnia.
Obat yang dianggap cocok untuk psikosis adalah halolperidol. Pemberian dosis obat tergantung
umur, berat badan, dan kondisi pasien tersebut.pemberian halolperidol berkisar antara 2-10 mg
intramuscular dan dapat diulang satu jam kemudian bila pasien masih menunjukkan agitasi.
Segera bila pasien sudah tenang dapat diberikan obat secara peroral yang terbagi atas dua dosis
yaitu sepertiganya diberikan pada pagi hari dan duapertiganya pada saat tidur. Untuk mencapai
dosis yang sama seperti suntikan. Maka jumlah dosis yang diberikan peroral satu setengah kali
dari dosis suntik. Dosis efektif halolperidol pada kebanyakan penderita delirium berkisar antara
5-50 mg.
9
Pemberian golongan fenotiazine, sebaiknya di hindari karena dihubungkan dengan
aktivitas antikolinergik yang bermakna. Insomnia sebaiknya diatasi dengan golongan
benzodiazepine yang mempunyai waktu paruh pendek atau menengah seperti lorazepam 1-2mg
sebelum saat tidur.
Walaupun dikatakan bahwa terapi kejang listrik (ECT) dapat memperbaiki delirium, tetapi
sebaiknya tidak digunakan. Jika delirium ada hubungannya dengan nyeri yang sangat atau sesak
nafas, jangan ragu-ragu untuk memberikan opioid karena dapat mengatasi nyeri dan dapat
membuat tidur.
10