digital_20351563-pr-yanita astuti.pdf

Upload: yusdiena-shessie-ii

Post on 03-Mar-2016

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Universitas Indonesia

    UNIVERSITAS INDONESIA

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.C DENGAN

    PERAWATAN LUKA KANKER PAYUDARA DI RSPAD

    GATOT SOEBROTO

    KARYA ILMIAH AKHIR NERS

    (KIA-N)

    YANITA ASTUTI., S. Kep

    1006823614

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

    PROGRAM STUDI PROFESI NERS

    DEPOK

    JULI 2013

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • Universitas Indonesia

    ii

    UNIVERSITAS INDONESIA

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.C DENGAN

    PERAWATAN LUKA KANKER PAYUDARA DI LANTAI 5

    BEDAH RSPAD GATOT SOEBROTO

    KARYA ILMIAH AKHIR

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

    Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan

    YANITA ASTUTI

    1006823614

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

    PROGRAM STUDI PROFESI NERS

    DEPOK, Juli 2013

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • Universitas Indonesia

    iii

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • Universitas Indonesia

    iv

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • Universitas Indonesia

    v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

    rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan karya ilmiah akhir

    ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai mata ajar

    Tugas Akhir. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

    pihak, dari masa perkuliahan smpai sampai penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit

    bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan

    terima kasih kepada:

    1. Ibu Dewi Irawati, MA,Ph.D., selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

    Universitas Indonesia

    2. Ibu Kuntarti, SKp.,MBioMed Selaku Ketua Program Studi Sarjana Ilmu

    Keperawatan

    3. Ibu Riri, SKp., MN Selaku Koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah

    Keperawatan

    4. Bapak Masfuri, SKp, MN selaku dosen pembimbing yang telah

    menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

    penyusunan karya ilmiah akhir;

    5. Pihak perpustakaan yang telah banyak membantu saya dalam mencari

    literatur yang saya perlukan;

    6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan

    material dan moral; dan

    7. Teman-teman di Ekstensi 2010 dan Reguler 2008 yang telah banyak

    membantu saya dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.

    Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

    kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

    manfaat bagi pengembangan ilmu.

    Depok, 5 Juli 2013

    Penulis

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • Universitas Indonesia

    vi

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • Universitas Indonesia

    vii

    ABSTRAK

    Nama : Yanita Astuti

    Program studi : Program Ners Keperawatan Fakultas Imu Keperawatan

    Universitas Indonesia

    Judul : Asuhan Keperawatan pada Ny.C dengan Perawatan Luka Kanker

    Payudara di Lantai 5 bedah RSPAD Gatot Soebroto

    Kanker payudara merupakan penyebab kematian sebanyak 7,4 juta kasus didunia berdasarkan data

    dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada tahun 2004 yaitu mencakupi kira-kira 13% dari

    semua jenis kematian global. Luka kanker payudara merupakan infiltrasi sel tumor yang merusak

    lapisan epidermis dan dermis yang disebabkan oleh deposisi dan atau proliferasi sel ganas dengan

    bentuk menonjol atau tidak beraturan. Luka kanker payudara termasuk jenis luka kronik yang

    sukar sembuh. Penulisan ini bertujuan untuk untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien

    kanker payudara khususnya yang memiliki luka kanker pada Ny. C (45 th) yang dirawat di lantai 5

    bedah RSPAD Gatot Soebroto. Evaluasi asuhan keperawatan menunjukkan bahwa klien yang

    memiliki luka kanker payudara memiliki resiko terjadi infeksi. Oleh karena itu penulis

    memaparkan karya ilmiah akhir ners ini yang bertujuan dapat memberikan gambaran kepada

    perawat agar memperhatikan tanda-tanda infeksi pada luka kanker dan melakukan perawatan luka

    dengan menggunakan terapi terapi antibiotic topical.

    .

    Kata kunci: Kesehatan Perkotaan, Kanker Payudara, Perawatan Luka

    ABSTRACT

    Name : Yanita Astuti

    Study Program : Nurse Degree of Nursing Faculty of Nursing University of Indonesia

    Title : Nursing the Wound Care Mrs.C with Breast Cancer in the Surgical

    Ward 5th

    floor RSPAD Gatot Subroto

    Breast cancer is a cause of death of as many as 7.4 million cases in the world based on data from

    the World Health Organization (WHO) in 2004, which covers approximately 13% of all global

    deaths. Cuts breast cancer is infiltrating tumor cells that destroy the epidermis and dermis caused

    by deposition and or proliferation of malignant cells with prominent or irregular in shape.

    Injuries, including the type of breast cancer that is difficult to heal chronic wounds. This research

    aims to analyze the nursing care for breast cancer patients, particularly those with cancer sores

    on Ny. C (45 years old) who were admitted to the on surgical ward 5 th

    floor 5 RSPAD Gatot

    Subroto. Evaluation of nursing care showed that clients who have breast cancer have a risk of

    wound infection. Therefore, the author describes the scientific work which aims to end the nurses

    can give an idea to the nurse to watch for signs of wound infection, cancer and wound care

    therapy using topical antibiotic therapy.

    Keywords: Urban Health, Breast Cancer, Wound Care

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • Universitas Indonesia

    viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................iii

    LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv

    KATA PENGANTAR............................................................................................v

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..........................vi

    ABSTRAK............................................................................................................vii

    DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

    1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................3

    1.3 Manfaat Penulisan..................................................................................4

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kanker Payudara

    2.1.1 Definisi Kanker Payudara.............................................................5

    2.1.2 Etiologi..........................................................................5

    2.1.3 Faktor-faktor Resiko.....................................................................5

    2.1.4 Tanda dan Gejala....................................................................6

    2.1.5 Patofisiologi...............................................................7

    2.1.6 Distribusi dan Klasifikasi...8

    2.1.7 Pentahapan Kanker Payudara...10

    2.1.8 Pengobatan...10

    2.2 Luka Kanker Payudara

    2.2.1 Definisi Luka Kanker..................................................................11

    2.2.2 Pengkajian Luka Kanker Payudara.............................................13

    2.2.3 Masalah Khas pada Luka Kanker Payudara............................15

    2.2.4 Perawatan Luka Kanker Payudara..............16

    2.2.5 Fase Penyembuhan Luka.............................................................17

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • Universitas Indonesia

    ix

    2.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luka Kanker...18

    2.2.7 Kesehatan Perkotaan..19

    BAB III. ANALISA KASUS

    3.1 Pengkajian....................................................................................26

    3.2 Analisa Data.............................................................................27

    3.3 Masalah Keperawatan..24

    3.4 Rencana Keperawatan..24

    3.5 Evaluasi Keperawatan..26

    BAB IV. ANALISIS SITUASI

    4.1 Profil Lahan Praktek............................................................................31

    4.2 Analisis Masalah Keperawatan............................................................31

    4.3 Analisis Intervensi................................................................32

    4.4 Alternatif Pemecahan Masalah............................................................33

    BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 KESIMPULAN................................................................................35

    5.2 SARAN....................................................................................35

    DAFTAR REFERENSI

    LAMPIRAN

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

    memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

    Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui

    terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang ditandai oleh

    penduduk yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat,

    memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

    bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang

    optimal adalah tujuan dari pembangunan kesehatan.

    Jumlah penduduk merupakan ancaman dan pressure terbesar bagi masalah

    lingkungan hidup. Setiap penduduk memerlukan energi, lahan dan sumber

    daya yang besar untuk bertahan hidup, di sisi lain setiap orang juga

    menghasilkan limbah dalam beragam bentuk. Lingkungan merupakan

    salah satu variable yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai

    kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan

    kesehatan, genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat

    kesehatan masyarakat. Konsumsi makanan siap saji di masyarakat

    perkotaan diperkirakan terus meningkat mengingat terbatasnya waktu

    anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Oleh karena itu tidak

    jarang masyarakat perkotaan terkena penyakit kanker.

    Salah satu penyakit non infeksi (degeneratif) adalah kanker. Kanker

    payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher

    rahim. Di Indonesia 96% tumor payudara justru dikenali oleh penderita itu

    sendiri sehingga memudahkan dokter untuk mendeteksi kanker payudara.

    Berbeda dengan di Negara barat dimana setiap wanita usia subur

    diharuskan oleh asuransi kesehatan untuk memeriksakan payudaranya

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 2

    Universitas Indonesia

    secara berkala sehingga stadium dini kanker payudara ditemukan jauh

    lebih tinggi daripada di Negara berkembang.

    Insiden kanker payudara di dunia relatif tinggi, dilaporkan kejadian kanker

    payudara adalah 20% dari seluruh keganasan. Angka prevalensi kanker

    payudara yang tercatat di Amerika Serikat menempati urutan tertinggi

    pada wanita. Tahun 2008 diperkirakan 40.930 orang meninggal dunia

    karena kanker payudara.

    Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara, hamper 60%

    wanita yang didiagnosa kanker payudara tidak mempunyai factor risiko

    yang teridentifikasi. Hal ini menunjukkkan bahwa semua wanita dianggap

    berisiko untuk mengalami kanker payudara selama hidupnya (Smeltzer,

    2002). Keterlambatan mengetahui bahwa seorang wanita telah mengidap

    kanker payudara hingga stadium lanjut dikarenakan rendahnya

    pemahaman wanita tentang kanker payudara oleh sebab itu banyak pasien

    dating berobat ke rumah sakit dengan kondisi yang kurang baik seperti

    datang dengan kondisi luka kanker yang sudah cukup luas.

    Angka kejadian luka kanker tidak sepenuhnya diketahui namun Schiech

    (2002) melaporkan jumlah luka kanker 9% dari jumlah pasien kanker.

    Luka kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel kanker sampai menembus

    lapisan dermis dan epidermis kulit, sehingga menonjol keluar atau

    bentuknya menjadi tidak beraturan. Sel kanker yang menonjol keluar kulit

    umumnya berupa benjolan yang keras, sukar digerakkan, berbentuk seperti

    bunga kol, mudah terinfeksi sehingga menyebabkan lendir, cairan, darah

    dan bau yang tidak sedap. Gejala yang sering ditemukan pada luka kanker

    diantaranya adalah molodor dan eksudat.

    Luka kanker merupakan luka kronik yang berhubungan dengan kanker

    stadium lanjut. Hoplamazian (2006) meyebutkan definisi luka kanker

    sebagai kerusakan integritas kulit yang disebabkan infiltrasi sel kanker.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 3

    Universitas Indonesia

    Infiltrasi sel kanker juga akan merusak pembuluh darah dan pembuluh

    lymph yang terdapat dikulit (Grocott, 2003). Ciri ciri luka kanker yaitu

    ditemukan nodul non-tender pada kulit. Ketika sel tumor tumbuh dan

    menyebar, nodul-nodul ini makin membesar dan merusak kapiler dan

    kelenjar getah bening. Bakteri yang menyebabkan malador pada luka

    merupakan bakteri aerob maupun anaerob. Bakteri anaerob yang

    berhubungan dengan malodor yaitu: Bacteroides spp, Prevotella spp,

    Fusobacterium nucleatum, Clostridium perfringens, dan Anaerobic cocci

    (Draper, 2005). Metronidazol telah digunakan secara luas sebagai agen

    topical untuk perawatan luka kanker. Metronodazol topical bekerja dengan

    cara beikatan dengan DNA bakteri dan menghambat replikasi bakteri yang

    kemudian dapat mencegah dan mengatasi gejala malodor dan eksudat pada

    luka kanker (Naylor, 2002).

    Naylor (2002) menyebutkan bahwa tujuan perawatan luka kanker bukan

    untuk menyembuhkan luka, tetapi untuk mempertahankan kenyamanan,

    menghindari isolasi social, dan meningkatkan kualitas hidup. Perawatan

    berfokus pada mencegah dan mengatasi infeksi pada luka kanker, salah

    satunya malodor dan eksudat yang berperan besar menyebabkan

    ketidaknyamanan pada pasien dan lingkungan pasien pada luka kanker.

    1.2 Tujuan Penulisan

    1.2.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum karya ilmiah ini untuk menganalisis asuhan

    keperawatan pada pasien kanker payudara khususnya yang

    memiliki luka kanker dengan masalah kesehatan masyarakat

    perkotaan.

    1.2.2 Tujuan Khusus

    Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis:

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 4

    Universitas Indonesia

    a. Masalah kesehatan perkotaan pada agregat dewasa akhir

    dengan penyakit kanker payudara stadium IV terkait perawatan

    luka dengan metronidazol di ruang bedah lantai V RSPAD

    Gatot Soebroto.

    b. Mahasiswa mampu membuat perencanaan pada Ny. C dengan

    kanker payudara stadium IV di ruang bedah lantai V RSPAD

    Gatot Soebroto.

    c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi teknik nonfarmakologi

    yang digunakan untuk membersihkan dan mengurangi luas

    luka kanker payudara pada Ny. C dengan kanker payudara

    stadium IV di ruang bedah lantai V RSPAD Gatot Soebroto.

    1.3 Manfaat Penulisan

    Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan :

    Informasi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan

    keperawatan khususnya diunit bedah dan sebagai dasar pertimbangan pihak

    rumah sakit untuk membuat/menetapkan pengkajian khusus dalam

    memberikan asuhan keperawatan pada perawatan luka kanker payudara.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 5 Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kanker Payudara

    2.1.1 Definisi Kanker Payudara

    Price (2005) mendefinisikan kanker payudara adalah kanker yang sering terjadi

    pada kaum wanita (diluar kanker kulit). Kanker payudara memperlihatkan

    proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada

    awalnya hanya terdapat hiperplasi yang kemudian berlanjut menjadi karsinoma in

    situ dan menginvasi stroma. Sedangkan menurut Ramli, (1995) kanker payudara

    adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara yang abnormal

    yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrative, destruktif dan

    dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif dan relatif cepat membesar.

    2.1.2 Etiologi

    Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel payudara.

    Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri dari jaringan

    yang berisi sel-sel. Umumnya pertumbuhan sel normal mengalami pemisahan dan

    mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan sel-sel baru. Tetapi ketika sel-sel

    lama tidak mati dan sel-sel baru terus tumbuh, jumlah sel-sel yang berlebihan bisa

    berkembang tidak terkendali sehingga membentuk tumor. Menurut Smettzer &

    Bare,(2002) tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya

    serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian penunjang dapat

    menyebabkan kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa

    perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang

    menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.

    2.1.3 Faktor-faktor resiko :

    1. Mutasi gen BRCA-1 atau BRCA-2 pada wanita dengan mutasi gen

    memiliki perubahan 50-90% meningkatkan kanker payudara dan

    kemungkinan perkembangan kanker payudara sebelum usia 50 tahun

    (Lewis, 2007 dalam Monika 2012).

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 6

    Universitas Indonesia

    2. Riwayat keluarga, merupakan faktor resiko yang penting. Khususnya jika

    terdapat anggota keluarga yang juga memiliki riwayat kanker payudara

    atau ovarium. Dennis (2009) mengatakan bahwa bila ada riwayat keluarga

    yang menderita kanker seperti ayah/ ibu, saudara perempuan ayah/ibu,

    kakak/ adik, mempunyai resiko 2-3 kali lebih besar terhadap terjadinya

    kanker payudara.

    3. Usia relatif muda (kurang dari 12 tahun) saat pertama kali mendapatkan

    menstruasi dapat meningkatan resiko kanker payudara. Saat ini di Negara

    berkembang terjadi pergeseran usia menarche menjadi usia 12-13 tahun.

    Kehamilan pertama pada usia lebih dari 35 tahun, wanita nullipara atau

    belum pernah melahirkan dan lama masa menyusui dapat meningkatkan

    angka kejadian kanker payudara (Rasjidi, 2010). Angka kejadian kanker

    payudara di bawah 25 tahun sangat sedikit dan meningkat secara bertahap

    hingga usia 60 tahun (Lewis, 2007).

    4. Terapi sulih hormone (TSH) dapat meningkatkan resiko kanker payudara.

    Terdapat pengningkatan resiko sebesar 2,3% setiap tahunnya pada wanita

    pascamenopause yang memakai TSH. Wanita yang menggunakan

    kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun kemungkinan meningkatkan faktor

    resiko.

    5. Obesitas, wanita yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dan

    individu dengan konsumsi tinggi lemak beresiko 2 kali lebih tinggi dari

    yang tidak sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak.

    6. Konsumsi alkohol, sebagai faktor resiko masih menjadi kontroversi. Pola

    hidup di negara maju yang mengkonsumsi wine secara teratur (misalnya

    Italia dan Perancis) memiliki angka kejadian kanker payudara lebih tinggi.

    2.1.4 Tanda dan gejala

    Gejala kanker payudara pada awal permulaan sering tidak dirasakan oleh

    penderita. Kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.

    Tanda yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah terabanya benjolan pada

    bagian payudara. Gejala dan tanda khas kanker payudara yang bisa diamati pada

    stadium lanjut antara lain teraba ada benjolan kecil yang keras di payudara,

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 7

    Universitas Indonesia

    benjolan semakin membesar, benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi)

    dan pada awalnya tidak terasa sakit. Perubahan bentuk dan ukuran payudara

    terjadi karena pembengkakan menyebabkan rasa panas, nyeri atau sangat gatal di

    daerah sekitar puting. Gejala pada puting meliputi perubahan bentuk puting

    (masuk kedalam atau nipple retraction) dan mengeluarkan cairan atau darah.

    Selain adanya benjolan dan perubahan puting, perubahan juga terjadi pada bagian

    kulit payudara. Perubahan pada kulit payudara diantaranya perubahan warna kulit,

    berkerut dan iritasi seperti kulit jeruk (peau dorange). Hal ini dapat terjadi jika

    benjolan pada awal stadium tidak diindahkan oleh penderita.

    2.1.5 Patofisiologi

    Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem

    duktal, mulamula terjadi hiperplasia sel sel dengan perkembangan sel sel

    atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi

    stroma. Carsinoma membutuhkan waktu tujuh tahun untuk bertumbuh dari sel

    tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira kira

    berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira kira seperempat dari kanker payudara

    telah bermetastasis. Sel kanker akan tumbuh terus menerus dan sulit untuk

    dikendalikan. Kanker payudara bermetastasis dengan penyebaran langsung ke

    jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, 2005).

    Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas

    kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit.

    Sel kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan

    merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit.

    Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka

    kanker. Infiltrasi sel kanker dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 8

    Universitas Indonesia

    Gambar . Luka Kanker

    Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik

    yang bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka

    kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker dan

    proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler kemudian

    menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak dapat

    menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang rusak

    dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai respon

    tubuh secara fisiologis akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu

    sendiri juga merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh

    darah kapiler yang menyebabkan mudah perdarahan. Adanya luka kanker, bau

    yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan masalah

    psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah

    marah/tersinggung, menarik diri dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut yang

    akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker.

    2.1.6 Distribusi dan Klasifikasi

    Dari seluruh kanker payudara sekitar 50 % tumbuh pada kuadran lateral atas, 10%

    pada ketiga kuadran lain dan 20% sub areolar. Klasifikasi kanker payudara

    menurut Robbin, (2002) adalah sebagai berikut:

    a. Non Invasif (Noninfiltratif)

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 9

    Universitas Indonesia

    1) Karsinoma intraduktal

    2) Karsinoma intraduktal dengan penyakit paget

    3) Karsinoma lobuler insitu.

    b. Invasif (Infiltratif)

    1) Karsinoma intraduktal invasif

    2) Karsinoma duktal invasif dengan penyakit paget

    3) Karsinoma lobuler invasif

    4) Karsinoma meduler

    5) Karsinoma koloid

    6) Karsinoma tubular

    7) Karsinoma kista adenoid

    8) Karsinoma apokrin

    9) Karsinoma papiler skuamosa.

    Sedangkan klasifikasi berdasarkan TNM menurut Smeltzer & Bare (2002).

    Tumor primer (T) :

    T0 Tidak ada bukti tumor primer

    Tis Karsinoma in situ

    T1 Tumor kurang dari 2 cm

    T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm

    T3 Tumor lebih dari 5 cm

    T4 Perluasan kedinding dada, inflamasi

    Kelenjar getah bening regional (N) :

    N0 Tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening regional.

    N1 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang dapat berpindah-pindah

    N2 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang menetap

    N3 Metastasis ke kelenjar mamaria interna ipsilateral

    Metastasis jauh (M) :

    M0 Tidak ada metastasis jauh

    M1 Metastasis jauh (termasuk menyebar ke kelenjar supraklavikular

    ipsilateral)

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 10

    Universitas Indonesia

    2.1.7 Pentahapan Kanker Payudara

    Pentahapan kanker menurut Smeltzer & Bare, (2002).

    a. Tahap I

    Tumor kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe dan tidak metastasis.

    b. Tahap II

    Tumor lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm, nodus limfe tidak terfiksasi

    negative atau positif dan tidak terdeteksi adanya metastasis.

    c. Tahap III

    Tumor lebih dari 5 cm, nodus limfe terfiksasi positif dalam area clavikular

    dan tidak terdeteksi adanya metastasis.

    d. Tahap IV

    Tumor sembarang ukuran lebih dari 5 cm, nodus limfe normal atau

    kankerosa dan metastasis jauh.

    2.1.8 Pengobatan

    Menurut Ramli, (1995) dalam hal pengobatan yang perlu diketahui :

    a. Pengobatan pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan dan

    harapan hidup yang baik.

    b. Jenis-jenis pengobatan:

    Pada stadium I, II dan III awal (stadium operable), sifat pengobatan adalah

    kuratif. Pengobatan pada stadium I,II dan IIIa adalah operasi yang primer,

    terapi lainnya hanya bersifat ajuvant. Untuk stadium I,II pengobatan

    adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi, dengan atau

    tanpa radiasi dan sitostatika ajuvant. Jika kelenjar getah bening aksila

    mengandung metastase maka diberikan terapi radiasi ajuvant dan

    sitostatika ajuvant. Jika kelenjar getah bening aksila tidak mengandung

    metastase, maka terapi radiasi dan sitostatika ajuvant tidak diberikan.

    Stadium IIIa adalah simpel mastektomi dengan radiasi dengan sitostatika

    ajuvant. Untuk stadiun lanjut, yaitu stadium IIIb dan IV sifat

    pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama untuk mengurangi

    penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb

    atau yang dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 11

    Universitas Indonesia

    dan dapat diikuti modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika.

    Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu

    hormonal dan kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi.

    c. Kemoterapi Cyclofosfamid Adriamycin Fluorasil (CAF) dan

    Cyclofosfamid Epirubisin Fluorasil (CEF)

    Kemoterapi ajufan untuk kanker payudara melibatkan kombinasi obat

    multiple yang lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi yang

    paling sering dianjurkan disebut CAF dan meliputi siklofosfamid

    (Cytoxan), Adriamycin , fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa tamoksifen.

    Terapi ini biasanya diberikan selama 3-6 bulan. Adriamycin memiliki efek

    samping mengganggu perfusi jantung oleh karena itu pasien yang

    memiliki penyakit jantung dapat digantikan dengan Epirubicin sehingga

    kombinasi ini disebut CEF (Wim, 1997).

    2.2 Luka Kanker Payudara

    2.2.1 Definisi Luka Kanker

    Luka kanker dikenal pula dengan sebutan fungating malignant wound atau

    malignant cutaneus wound. Luka kanker merupakan infiltrasi sel tumor yang

    merusak lapisan epidermis dan dermis yang disebabkan oleh deposisi dan atau

    proliferasi sel ganas dengan bentuk menonjol atau tidak beraturan, biasanya

    seringkali muncul berupa benjolan (nodul) yang keras, non mobile, bentuknya

    menyerupai jamur(caulli flower), mudah terinfeksi, mudah berdarah,nyeri,

    mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap dan sulit sembuh (Gitaraja, 2004).

    Normalnya sebuah luka akan sembuh dalam waktu maksimal 14 hari, tetapi luka

    akibat pertumbuhan sel kanker sulit diharapkan sembuh dalam jangka waktu

    tersebut (Anonim, 2009). Luka kanker payudara termasuk jenis luka kronik yang

    sukar sembuh. Menurut Potter&Perry, (2001) luka kronik adalah luka yang gagal

    melewati proses perbaikan untuk mengembalikan integritas fungsi dan anatomi

    sesuai dengan tahap dan waktu yang normal. Seperti luka kronik lainnya, luka

    kanker payudara juga mengalami tahapan proses penyembuhan luka. Luka kanker

    ada pada tahapan proliferasi yang memanjang, dimana terjadi penurunan

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 12

    Universitas Indonesia

    fibroblas, penurunan produksi kolagen, dan berkurangnya angiogenesis kapiler.

    Oleh karena itu luka kanker terus ada pada kondisi hipoksia panjang yang

    kemudian menjadi jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik merupakan fasilitator

    terhadap perkembangbiakan bakteri aerob dan anaerob (Gitaraja, 2004).

    Ada beberapa cara untuk membuat klasifikasi luka. Namun yang umum luka

    dapat diklasifikasikan atas dasar :

    1.Usia luka ( Wound Age ) :

    a. Luka akut

    b. Luka kronik

    2. Kedalaman luka ( Wound Depth ):

    a. Superficial

    b. Partial Thickness

    c. Full Thicknes

    3. Waktu terjadinya luka

    a. Luka kontaminasi yakni luka yang belum melewati batas waktu kontaminasi

    atau golden periode (kurang dari 6 jam)

    b. Luka infeksi yakni luka yang sudah melewati batas waktu kontaminasi atau

    golden periode (lebih dari 6 jam).

    Saat kita menentukan usia sebuah luka maka pertama harus ditentukan apakah

    luka tersebut akut atau kronik. Penentuan dapat menjadi sulit bila hanya

    berpatokan pada kurun waktu. Selain pertimbangan waktu maka perlu diingat

    bahwa luka disebut akut bila luka tersebut baru atau mencapai kemajuan

    penyembuhan luka sesuai yang diharapkan. Sementara luka kronik adalah luka

    yang tidak sembuh dalam waktu yang diharapkan. Hal ini yang penting adalah

    pada luka kronik proses penyembuhan melambat atau berhenti dan luka tidak

    bertambah kecil atau tidak bertambah dangkal. Meskipun dasar luka tampak

    merah, lembab dan sehat tetapi bila proses penyembuhan luka tidak

    mengalami kemajuan maka dikatagorikan sebagai luka kronik.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 13

    Universitas Indonesia

    2.2.2.Pengkajian Luka Kanker Payudara

    Pada luka kronik perlu melakukan pendekatan holistik dalam melakukan

    pengkajian. Pengkajian tidak hanya berpusat pada luka, melainkan reaksi

    psikologis maupun efek luka terhadap kehidupan sosial individu juga perlu dikaji.

    Penting diingat bahwa pada beberapa kasus, tindakan paliatif merupakan upaya

    yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup klien dengan luka kanker.

    Manajemen luka yang dapat diterima perlu didiskusikan dengan pasien (Price,

    1996, dalam Naylor, 2002). Identifikasi gejala dan masalah psikososial yang

    menyebabkan distres bagi pasien juga perlu dikaji (Naylor, 2002).

    Pengkajian yang akurat pada area luka merupakan dasar yang penting untuk

    merencanakan tindakan dan menilai keefektifan tindakan. Parameter yang perlu

    dinilai pada luka kanker meliputi lokasi, ukuran/kedalaman/bentuk, jumlah

    eksudat, jenis jaringan yang ditemukan (nekrotik, pus, granulasi, epitelisasi),

    tanda-tanda infeksi, nyeri (termasuk nyeri saat pencucian luka dan penggantian

    balutan), kondisi kulit sekitar luka, dan perdarahan (Naylor, 2002). Jumlah

    eksudat juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang diambil dari

    Bates-Jensen wound assessment tool (Bates-Jensen & Sussman, 1998). Hasil

    pengukuran dikategorikan berdasarkan proporsi balutan yang terpapar eksudat.

    Jumlah eksudat diukur dengan menggunakan pengukur transparan yang membagi

    area menjadi 4 bagian (25%) second dressing. Kategori pengukuran digambarkan

    sebagai berikut:

    Tidak ada = jaringan luka tampak kering

    Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur

    pada balutan

    Kecil = jaringan luka tampak basah, kelembaban terdistribusi pada luka,

    drainase pada balutan 25%

    Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada

    luka, drainase pada balutan >25% s.d. 75%.

    Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka,

    drainase pada balutan 75%

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 14

    Universitas Indonesia

    Selain itu pengkajian luka kanker payudara dapat dilakukan dengan cara

    mengkaji:

    a. Letak dan luas luka

    Pengkajian luka kanker terutama untuk menilai lokasi luka dan

    kemungkinan letak penyebaran. Kemudian ukur besarnya luka meliputi

    panjang, lebar dan ketinggian karena biasanya luka kanker menonjol

    /keatas.

    b. Warna dasar luka.

    Luka kanker memiliki bentuk menonjol sehingga cukup sulit membaginya

    ke dalam stadium luka. Kemudahan untuk menilai derajat keseriusan luka

    kanker adalah menilai warna dasar luka. System ini bersifat konsisten,

    mudah dimengerti dan sangat tepat guna dalam membantu memilih

    tindakan dan terapi perawatan luka serta mengevaluasi kondisi luka.

    Menurut Netherland Woundcare Consultant Society, (1984) dikutip dari

    Gitaraja, (2004) penggolongan berdasarkan warna dasar luka meliputi:

    Red / Merah

    Luka dengan dasar warna luka merah tua atau merah terang dan

    selalu tampak lembab. Merupakan luka bersih dengan banyak

    vaskularisasi, karenanya mudah berdarah.Tujuan perawatan luka

    adalah mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab

    dan mencegah terjadinya trauma/perdarahan.

    Yellow/Kuning

    Luka dengan dasar warna luka kuning/kuning kecoklatan/kuning

    kehijauan / kuning pucat adalah jaringan nekrosis. Merupakan

    kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi dan avaskularisasi.

    Luka pada kanker payudara stadium lanjut berwarna kuning yang

    menunjukkan adanya jaringan nekrosis dan buruknya vaskularisasi.

    Tujuan perawatannya adalah meningkatkan sistem autolysis

    debridemen agar luka berwarna merah, absorb eksudat,

    menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi kejadian infeksi.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 15

    Universitas Indonesia

    Black/Hitam

    Luka dengan dasar warna luka hitam adalah jaringan nekrosis,

    merupakan jaringan avaskularisasi. Tujuan perawatannya sama

    dengan dasar warna luka kuning.

    2.2.3 Masalah Khas Pada Luka Kanker Payudara

    Menurut Gitaraja , (2004) masalah khas pada luka kanker payudara adalah

    1) Bau tidak sedap

    Bau tidak sedap disebabkan karena terjadinya penurunan vaskularisasi

    jaringan/hipoksia sehingga jaringan granulasi menjadi nekrosis. Jaringan

    nekrotik yang dibiarkan tak terawat sangat mudah terkontaminasi dengan

    bakteri aerob dan anaerob dan sangat cepat berkembang biak sehingga

    menimbulkan bau yang tidak sedap. Pengkajian masalah bau tidak sedap

    masih tergolong subyektif karena tergantung dari penilaian seseorang

    untuk mengenal bau dengan lebih baik. Menurut Gitaraja, (2004) beberapa

    kriteria yang dapat memonitor bau dan dapat membantu dalam pengkajian

    dan evaluasi perawatan yaitu ; Bau kuat : bau tercium kuat dalam ruangan

    (6-10 langkah dari pasien) dengan balutan tertutup. Bau sedang : bau

    tercium kuat dalam ruangan (6-10 langkah dari pasien) dengan balutan

    terbuka. Bau ringan : bau tercium bila dekat dengan penderita pada saat

    balutan dibuka. Bau tidak ada : bau tidak tercium saat disamping penderita

    dengan balutan terbuka.

    2) Cairan yang berlebihan

    Cairan yang berlebihan disebabkan karena terjadinya peningkatan

    permeabilitas fibrinogen dan plasma sehingga luka menjadi sangat

    eksudatif.

    3) Perdarahan

    Kelainan hemostasis dapat berupa perdarahan yang disebabkan oleh

    infiltrasi sel tumor sekitar pembuluh darah, gangguan fungsi dan jumlah

    trombosit turun atau defisiensi faktor koagulasi.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 16

    Universitas Indonesia

    4) Nyeri

    Nyeri pada kanker terbagi menjadi dua katagori yaitu nyeri timbul oleh

    karena sel tumor yang bermetastase atau nyeri timbul sebagai akibat dari

    pemberian pengobatan kanker. Hampir sebagian klien mengeluh nyeri

    yang timbul berhubungan dengan saat mengganti balutan. Balutan yang

    menempel kuat pada luka tentulah sulit untuk dibuang sehingga pada saat

    dicabut menimbulkan perdarahan dan nyeri.

    5) Maserasi pada kulit sekitar luka

    Ketidakmampuan balutan luka menyerap cairan luka menyebabkan cairan

    luka menggenang dan mengenai kulit sehat sekitar luka, jika balutan tidak

    segera diganti dapat menyebabkan lecet/maserasi seringkali menimbulkan

    rasa tidak nyaman terutama gatal dan nyeri.

    6) Infeksi

    Kejadian infeksi pada luka kanker dapat diidentifikasikan dengan adanya

    eritema yang makin meluas, edema, cairan berubah purulen, nyeri yang

    lebih sensitif, peningkatan temperatur tubuh, peningkatan jumlah sel darah

    putih dan timbul bau yang khas. Pseudomonas aeruginase dan

    staphylococcus aureus merupakan organisme patogenik yang sering

    muncul, namun selama komponen sistemik tubuh mampu mengatasi hal

    ini dan kolonisasi bakteri tidak melebihi jumlah normal, teknik pencucian

    dan perawatan yang tepat cukup mampu mengatasi hal tersebut.

    2.2.4 Perawatan Luka Kanker Payudara

    Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kanker payudara, yang pertama

    menyangkut pembersihan/pencucian luka , prinsip kedua menyangkut pemilihan

    balutan. Luka kering dibersihkan dengan teknik swabbing yaitu ditekan dan

    digosok pelan-pelan menggunakan kassa steril yang dibasahi dengan air steril atau

    NaCl 0,9%. Sedang luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik

    irigasi yaitu disemprot lembut dengan air steril atau NaCl 0,9% (Ganiswara,

    2005). Tujuan perawatan luka kanker payudara dengan bau adalah membuang

    jaringan mati dan mengeliminasi kontaminasi bakteri. Autolitik atau enzymatic

    debridement merupakan metode yang cukup dianjurkan untuk membuang jaringan

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 17

    Universitas Indonesia

    mati. Penggunaan therapy antibiotic topikal pada luka kanker payudara seperti

    metronidazole sangat efektif untuk membunuh bakteri yang dapat menimbulkan

    bau (Gitaraja, 2004). Pembalut luka merupakan sarana vital untuk mengatur

    kelembaban kulit, menyerap cairan yang berlebihan, mencegah infeksi, dan

    membuang jaringan mati pada luka kanker (Keast, 2007). Nistatin yang

    dikombinasikan dengan metronidazole dan tepung maizena digunakan untuk

    mengurangi iritasi/lecet, menyerap cairan dan mengurangi bau yang tidak sedap

    pada luka kanker payudara.

    Sedangkan prinsip perawatan luka kanker yang lain adalah tidak boleh membuat

    luka menjadi sebuah luka baru (berdarah lagi), dan juga harus bias mengontrol

    bau yang tidak sedap, mengatasi cairan yang berlebih, mencegah infeksi,

    mengurangi nyeri, dan merawat kulit di sekitar luka (Anonim, 2008). Pada

    penelitian yang dilakukan oleh Kalinski, (2005) penggunaan metronidazol topikal

    sangat efektif mengatasi bau pada luka kanker, dari 16 pasien yang dilakukan

    perawatan luka dengan metronidazole gel 0,75% dilaporkan 10 pasien bau busuk

    pada luka hilang dan 6 pasien bau menjadi berkurang.

    2.2.5 Fase Penyembuhan Luka

    Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan yang

    berhubungan dengan regenerasi jaringan. Menurut Kozier, (1995) dikutip dari

    Potter & Perry, (2001) fase/tahap penyembuhan luka meliputi:

    a. Fase Inflamatory

    Terjadi segera setelah luka dan berakhir 3-4 hari. Dua proses utama yang

    terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis

    (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar

    didaerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin dan pembentukan

    bekuan darah di daerah luka. Selama sel berpindah, lekosit (terutama

    netrofil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati makrofag

    yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah luka.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 18

    Universitas Indonesia

    Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang

    disebut fagositosis.

    b. Fase proliferasi

    Berlangsung dari hari ke 3 atau 4 sampai hari ke 21 setelah pembedahan.

    Fibroblast yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah

    pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar

    yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Seiring

    perkembangan kapilarisasi jaringan berwarna merah. Jaringan ini disebut

    granulasi, jaringan yang lunak dan mudah pecah.

    c. Fase maturasi

    Dimulai hari ke 21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast

    terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan srtuktur

    yang lebih kuat. Bekas luka menjadi lebih kecil, kehilangan elastisitas dan

    meninggalkan garis putih.

    2.2.6 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Luka Kanker

    Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis karena

    merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling

    berkesinambungan. Setiap kejadian luka mekanisme tubuh akan mengupayakan

    pengembalian komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk

    struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya (Gitaraja, 2004).

    Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenasi yang bersifat

    lokal saja pada luka, namun dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.

    Dengan mengenal kedua faktor penghambat tersebut diharapkan agar dapat

    mengoreksi/ mengevaluasi proses penyembuhan luka. Faktor intrinsik adalah

    faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka,

    yang cukup berpengaruh pada luka kanker payudara meliputi : usia, status nutrisi

    dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi jaringan, nyeri, status imunologi dan penyakit

    penyerta (hipertensei, DM, arteriosclerosis). Sedangkan faktor ekstrinsik adalah

    faktor yang didapat dari luar penderita meliputi : pengobatan (kemoterapi),

    radiasi, psikososial positif dan negative seperti pengetahuan klien tentang

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 19

    Universitas Indonesia

    penyakit/kondisi sakit, metode koping yang fleksibel, hubungan social suportif

    yang baik, infeksi, iskemi dan trauma jaringan (Potter & Perry, 2001)

    2.2.7 Kesehatan Perkotaan

    Kota merupakan pusat berbagai aktivitas ekonomi, perdagangan maupun

    pendidikan, sehingga memberikan konsekuensi bahwa sebagian besar kegiatan

    manusia berada di perkotaan, bahkan menjadikan semakin banyaknya pendatang

    yang menambah permasalahan-permasalahan kota sehingga menjadi makin

    kompleks. Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat terutama di wilayah

    perkotaan memberikan dampak yang sangat serius terhadap penurunan daya

    dukung lingkungan. Kanker adalah tumor ganas yang ditandai dengan

    pertumbuhan abnormal sel-sel tubuh. Keberadaan makanan instant, rokok,

    alkohol, makanan banyak lemak, makanan yang diawetkan, dan kegemukan

    merupakan faktor resiko tinggi penyebab terjadinya penyakit kanker.

    Berat badan lebih merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan

    dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik yang

    spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan

    penyakit ini, secara fisiologis, berat badan lebih didefenisikan sebagai suatu

    keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau belebihan dijaringan

    adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan. Berdasarkan estimasi WHO,

    faktor berat badan lebih dan kurang aktivitas fisik menyumbang 30% risiko

    terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian, terdapat hubungan antara kanker

    dengan berat badan berlebih, diet tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik.Jenis

    penyakit kanker yang timbul akibat faktor risiko ini adalah kanker kerongkongan

    (oesophagus), ginjal, rahim (endometrium), pankreas, payudara, dan usus besar.

    (Mujur, 2011)

    Lain dari pada hal itu, para pekerja di sektor industri, pertanian, dan tenaga

    kesehatan di rumah sakit sering memakai bahan-bahan yang dapat menyebabkan

    penyakit kanker, banyak di antara mereka yang tidak memakai alat pelindung diri

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 20

    Universitas Indonesia

    sehingga tubuh kontak langsung dengan bahan-bahan tersebut. Bila hal ini

    berlangsung lama tanpa mempedulikan kesehatan, dapat berakibat timbulnya

    kanker. Menurut dr. Sutjipto, Sp.B.Onk (2008) dalam Jurnal Kesehatan RS

    Kanker Dharmais, kanker payudara merupakan kanker yang sering dijumpai

    dalam masyarakat Indonesia dan menempati tempat ke dua terbanyak setelah

    kanker leher rahim. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) melaporkan. Pada

    tahun 1989 terdapat 7 juta penderita baru setiap tahun dan 5 juta orang meninggal

    akibat kanker payudara.

    Wanita yang berada di kota besar berisiko lebih besar mengidap kanker payudara.

    Hal itu lantaran kota besar mengandung polusi transportasi atau nitrogen dioksida

    (NO2) yang tinggi ketimbang di pedesaan. Selain padatnya transportasi, NO2 juga

    didapat dari generator pembangkit listrik dan pembuangan sampah. (Mark

    Goldberg dalam Hidayatullah 2010). Meski demikian, Goldberg menekankan

    NO2 bukanlah penyebab utama kanker. Tidak diketahui apa penyebabnya dan

    hanya sepertiga kasus diketahui disebabkan faktor-faktor risiko yang umum.

    Goldberg mengakui timnya menemukan kaitan antara kanker payudara

    pascamenopause dengan paparan NO2. Di Montreal, kota terbesar kedua di

    Kanada, level NO2 nya bervariasi. Goldberg menemukan risiko itu meningkat

    hingga 25 persen setiap kenaikannya sebesar 5 per 1 miliar. Dengan kata lain,

    perempuan yang tinggal di area yang level polusinya tinggi berisiko dua kali lipat

    mengidap kanker payudara daripada area yang bersih dari polusi.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 21 Universitas Indonesia

    BAB III

    ANALISA KASUS

    3.1 Pengkajian

    Data Diri Klien

    Nama : Ny.C

    Usia : 45 Tahun

    No RM : 408782

    Tanggal Masuk : 23 April 2013

    Tanggal Pengkajian : 8 Mei 2013

    Sumber informasi : Klien dan Rekam Medis

    Diagnosa Medis : Kanker Payudara Kanan Stadium IV

    Keluhan saat ini

    Terdapat benjolan di payudara kanan sejak satu tahun yang lalu

    Alasan masuk Rumah Sakit

    Klien mengatakan benjolan yanga ada di payudara sebelah kanan semakin

    hari semakin membesar dan terasa nyeri

    Riwayat penyakit dahulu

    Klien mengatakan sebelum RS pernah berobat ke alternatif di daerah

    Ambon. Klien juga mengatakan memiliki riwayat KB selama tujuh tahun

    dan tidak ada riwayat penyakit keluarga.

    Kebutuhan dasar

    a. Makan dan minum

    Selama dirawat di Rumah Sakit klien makan tiga kali sehari dengan

    porsi dan menu yang disediakan oleh Rumah Sakit. Makannya selalu

    habis. Sebelum klien dirawat pola makan dua kali sehari. Klien minum

    8 gelas perhari, tidak ada penurunan terhadap pola makan.

    b. Aktivitas dan istirahat

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 22

    Universitas Indonesia

    Sebelum dirawat di Rumah Sakit klien beraktivitas secara mandiri dan

    semua kegiatan/pekerjaan rumah dilakukan sendiri. Selama di rawat di

    Rumah Sakit aktivitas klien dibantu oleh suami dan pola istirahat

    malam tidur dari pukul 21.00 05.00 wib. Klien mengatakan sewaktu-

    waktu suka terjaga ditengah malam karena klien merasa panas di

    daerah punggungnya.

    c. Kebersihan diri

    Selama di rawat kebutuhan mandi klien dibantu oleh perawat dan

    suami. Klien tampak kurang bersih dan kurang rapih.

    d. Eliminasi

    Selama dirawat pola BAB klien tidak teratur dan klien mengatakan

    terkadang sulit untuk BAB. Pola BAK 5-6 kali/hari, warna urin kuning

    jernih.

    e. Persepsi dan konsep diri

    Klien mengatakan pasrah terhadap penyakit yang diderita dan hanya

    bisa berdoa saja.

    f. Sensori dan kognitif

    Klien tidak mengalami gangguan pada pola sensorinya, klien masih

    belum mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang diderita.

    g. Reproduksi seksual

    Terjadi perubahan pada kontur/bentuk payudara klien, terdapat massa

    dan luka pada payudara kanan, asimetris, dan terdapat benjolan pada

    payudara kiri. Luka berukuran 15cm dan kedalaman 8cm, berwarna

    merah kekuningan dan berbau.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 23

    Universitas Indonesia

    Pemeriksaan Fisik

    Kesadaran : Compos Mentis, GCS 14

    Kepala : Penyebaran ranbut merata, berwarna hitam dan putih,

    bersih dan tidak ada lesi.

    Mata : Konjungtiva tampak anemis, pupil ishokor

    Hidung : Simetris, napas spontan, tidak ada secret

    Mulut :Membran mukosa kering, tampak ada caries dan gigi

    berlubang

    Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan

    peningkatan JVP

    Dada : Pengembangan dada simetris, tidak ada ronchi, tidak ada

    wheezing, bunyi jantung normal

    Abdomen : Tidak teraba adanya masa, bising usus 6x/menit

    Ekstremitas : kekuatan otot 4444 5555

    5555 5555

    Kulit : Kulit kering, turgor 3 detik

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 24

    Universitas Indonesia

    3.2 Analisa Data

    No Data (subjektif dan objektif) Masalah Keperawatan

    1. DS:

    - Klien mengatakan suhu

    tubuhnya naik turun

    - Klien mengatakan balutan

    luka diganti dua hari sekali

    DO:

    - Suhu 38,6 0C

    - Terdapat luka pada

    payudara kanan (diameter

    15cm, kedalaman luka 8

    cm)

    - Luka berwarna merah

    kekuningan

    - Luka berbau

    - Terdapat pus berwarna

    kuning

    - Nyeri saat di bersihkan

    - Mendapat terapi

    metronidazole dan

    nebacetine

    Risiko infeksi

    2. DS: -

    DO:

    - Tidak ada ekimosis dan

    epistaksis

    - Trombosit 234 ribu/ul,

    - Hematokrit 18%

    - Konjungtiva anemis

    - Tampak adanya perdarahan

    pada luka payudara 1 cc

    berwarna merah segar.

    Risiko perdarahan

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 25

    Universitas Indonesia

    3. DS:

    - Klien mengatakan nyeri

    disekitar payudara

    - Klien mengatakan nyeri

    menjalar hingga

    kepunggung bagian

    belakang

    DO:

    - P : Luka kanker

    - Q : Nyeri seperti ditusuk-

    tusuk

    - R : Payudara sebelah kanan

    - S : Nyeri dengan skala 6

    - T : Pada saat diganti balutan

    - Ekspresi wajah tampak

    kesakitan

    - Klien bergerak secara

    berhati-hati

    - Klien tampak mencari

    posisi yang nyaman.

    Nyeri

    3.3 Masalah Keperawatan

    Data-data yang didapatkan dari hasil pengkajian Ny. C dikelompokkan

    dalam analisa data. Hasil analisa data menunjukkan adanya beberapa

    masalah pada kasus ny. C yaitu nyeri. Selain itu masalah risiko infeksi

    diangkat berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh akibat penyakit

    yang di deritanya. Masalah risiko perdarahan diangkat berhubungan

    dengan proses malignan/keganasan. Hasil pengkajian dan analisa data

    pada Ny.C menunjukkan beberapa masalah keperawatan, adapun masalah

    keperawatan berdasarkan prioritas masalah adalah :

    11.. Risiko infeksi

    22.. Risiko perdarahan

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 26

    Universitas Indonesia

    33.. Nyeri

    3.4 Rencana Keperawatan

    Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi

    untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarkan

    masalah keperawatan yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan,

    yaitu :

    Diagnosa 1 : Risiko infeksi

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien tidak

    mengalami infeksi. Luka tidak berbau dan tidak terdapat purulen.

    Kriteria Hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi (merah, panas,

    bengkak). Jumlah leukosit dalam batas normal (5000-10000). Klien

    menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.

    Intervensi Keperawatan :

    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

    Monitor kerentanan terhadap infeksi

    Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan

    Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas,

    drainase

    Inspeksi keadan luka dan sekitarnya

    Dorong klien untuk meningkatkan mobilitas dan latihan

    Ajarkan keluarga / klien tentang tanda dan gejala infeksi dan

    melaporkan kecurigaan infeksi

    Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai program

    Diagnosis 2 : Risiko Perdarahan

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, perawat akan

    mengurangi komplikasi perdarahan.

    Kriteria Hasil : Perdarahan tidak terjadi, nilai Hemoglobin >10 gr/dl

    Intervensi Keperawatan :

    Pantau tanda dan gejala perdarahan pada luka

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 27

    Universitas Indonesia

    Pantau nilai hasil laboratorium (hemoglobin, hematokrit)

    Lakukan perawatan luka secara hati-hati dengan menekan daerah

    luka dengan kasa steril dan tutuplah dengan teknik aseptik basah-

    kering atau sesuai dengan indikasi.

    Pantau keadaan umum secara klinis

    Kolaborasi untuk transfusi bila terjadi perdarahan (Hb

  • 28

    Universitas Indonesia

    3.5 Evaluasi Keperawatan

    Nama Klien :Ny.C

    Diagnosa Keperawatan : Resiko Infeksi

    Tanggal 9 Mei 2013 Tanggal 10 Mei 2013 Tanggal 11 Mei 2013

    Implementasi :

    Mengkaji tanda dan gejala infeksi

    yang ada pada klien

    Mempertahankan teknik aseptik untuk

    setiap tindakan

    Melihat keadaan luka dan sekitarnya

    Memotivasi dan melatih klien untuk

    meningkatkan mobilitas dan latihan

    Memberi penkes kepada klien dan

    keluarga tentang tanda dan gejala

    infeksi.

    Kolaborasi dalam pemberian antibiotic

    sesuai program

    SOAP

    S : Klien mengatakan suhu

    tubuhnya naik turun

    Implementasi :

    Melakukan kompres hangat bila

    suhu >37,5 0C

    Kolaborasi dengan dokter dalam

    pemberian antibiotik dan

    antipiretik

    Melakukan perawatan luka sesuai

    dengan program dan teknik aseptic

    SOAP

    S: Klien mengatakan suhu

    tubuhnya sudah turun

    O: Suhu 37,0 0C,terdapat luka

    pada payudara kanan

    (diameter 15cm, berwarna

    kuning kemerahan),

    Implementasi :

    Kolaborasi dengan dokter dalam

    pemberian antibiotik dan

    antipiretik.

    Melakukan perawatan luka

    sesuai dengan program dengan

    teknik aseptic

    Memotivasi dan melatih klien

    untuk meningkatkan mobilitas

    dan latihan

    SOAP

    S: Klien mengatakan suhu

    tubuhnya sudah tidak

    demam lagi

    O: Suhu 37,0 0C,terdapat

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 29

    Universitas Indonesia

    Klien mengatakan balutan luka

    diganti dua hari sekali

    O : Suhu 38,6 0C, terdapat luka

    pada payudara kanan (diameter

    15cm, berwarna kuning

    kemerahan), tertutup dengan

    kassa, berbau mendapat terapi

    metronidazole dan

    nebacetine,mendapat terapi

    antibiotik oral Cefixime

    2x100gr

    A:Tanda tanda infeksi terjadi

    masalah belum teratasi

    P: Melakukan kompres hangat

    bila suhu >37,5 0C

    Kolaborasi dengan dokter

    dalam pemberian antibiotik

    dan antipiretik

    Lakukan perawatan luka sesuai

    dengan program dengan teknik

    aseptik.

    mendapat terapi

    metronidazole dan

    nebacetine, mendapat

    terapi antibiotik oral

    Cefixime 2x100gr

    A: Tanda tanda infeksi

    terjadi masalah belum

    teratasi

    P: Melakukan kompres hangat

    bila suhu >37,5 0C

    Kolaborasi dengan dokter

    dalam pemberian antibiotik

    dan antipiretik.

    Lakukan perawatan luka

    sesuai dengan program

    dengan teknik aseptik.

    luka pada payudara kanan

    (diameter 15cm,

    berwarna kuning

    kemerahan), mendapat

    terapi metronidazole dan

    nebacetine, mendapat

    terapi antibiotik oral

    Cefixime 2x100gr

    A: Tanda tanda infeksi

    terjadi masalah belum

    teratasi

    P: Melakukan kompres

    hangat bila suhu >37,5

    0C

    Kolaborasi dengan

    dokter dalam pemberian

    antibiotik dan

    antipiretik.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 30

    Universitas Indonesia

    Diagnosa Keperawatan : Risiko Perdarahan

    Tanggal 9 Mei 2013 Tanggal 10 Mei 2013 Tanggal 11 Mei 2013

    Implementasi :

    Memantau tanda dan gejala

    perdarahan pada luka

    Memantau hasil laboratorium (

    hemoglobin, hematokrit)

    Melakukan perawatan luka dengan

    hati-hati dengan memberi kompres

    NaCl dingin, dengan teknik aseptic

    Memberikan penjelasan kepada pasien

    dan keluarga untuk melaporkan jika

    ada tanda perdarahan

    Kolaborasi untuk pemberian transfusi

    bila nilai Hb

  • 31

    Universitas Indonesia

    O : Hb 5,4 g/dl, Hematokrit 18%,

    konjungtiva anemis, tampak

    adanya perdarahan pada luka

    payudara 1 cc berwarna

    merah segar.

    A : Tanda-tanda perdarahan masih

    terjadi, masalah belum teratasi

    P : Menganjurkan klien untuk

    observasi tanda-tanda

    perdarahan

    Menganjurkan klien untuk

    mendep luka

    Kolaborasi dalam pemberian

    tranfusi PRC 2x250cc

    masih terjadi, masalah belum

    teratasi

    P : Menganjurkan klien untuk

    observasi tanda-tanda

    perdarahan

    Menganjurkan klien untuk

    mendep luka

    Memberikan penjelasan

    kepada pasien dan keluarga

    untuk melaporkan jika ada

    tanda perdarahan

    berwarna merah

    campur dengan cairan.

    A : Tanda-tanda

    perdarahan masih

    terjadi, masalah belum

    teratasi

    P : Menganjurkan klien

    untuk observasi tanda-

    tanda perdarahan

    Menganjurkan klien

    untuk mendep luka

    Diagnosa Keperawatan : Nyeri

    Tanggal 9 Mei 2013 Tanggal 10 Mei 2013 Tanggal 11 Mei 2013

    Implementasi :

    Mengkaji nyeri secara Implementasi :

    Memberi lingkungan yang tenang Implementasi :

    Memberi lingkungan yang tenang

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 32

    Universitas Indonesia

    komprehensif termasuk

    karakteristik, durasi, frekuensi dan

    skala.

    Mengobservasi reaksi nonverbal

    dari ketidaknyamanan

    Memberikan lingkungan yang

    tenang

    Memonitor klien tentang

    manajemen nyeri

    Kolaborasi dalam pemberian

    analgetik untuk mengurangi nyeri.

    SOAP

    S : Klien mengatakan nyeri

    menjalar hingga

    kepunggung bagian

    belakang.

    O : Wajah tampak meringis,

    klien tampak berhati-hati,

    klien mencari posisi

    nyaman, skala nyeri 6, TD

    dan nyaman

    Kolaborasi terapi pemberian

    analgetik

    Mengajarkan teknik nafas dalam

    SOAP

    S : Klien mengatakan masih

    merasa tetapi sudah

    berkurang.

    O : Wajah tampak meringis,

    klien tampak berhati-hati,

    klien mencari posisi

    nyaman, skala nyeri 4 TD

    110/70 mmHg, Nadi

    84x/menit, respirasi 22

    x/

    menit.

    A : Tanda-tanda nyeri masih

    terjadi, masalah belum

    teratasi

    P :Memberi lingkungan yang

    tenang dan nyaman

    dan nyaman

    Kolaborasi terapi pemberian

    analgetik

    Mengajarkan teknik nafas dalam

    SOAP

    S : Klien mengatakan masih

    merasa tetapi sudah

    berkurang dengan

    menggunakan teknik napas

    dalam.

    O : Wajah tampak meringis,

    klien tampak berhati-hati,

    klien mencari posisi

    nyaman, skala nyeri 3, TD

    100/70 mmHg, Nadi

    84x/menit, respirasi 20

    x/

    menit.

    A : Tanda-tanda nyeri masih

    terjadi, masalah belum

    teratasi

    P :Memberi lingkungan yang

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 33

    Universitas Indonesia

    120/80 mmHg, Nadi

    82x/menit, respirasi 22

    x/

    menit.

    A : Tanda-tanda nyeri masih

    terjadi, masalah belum

    teratasi

    P : Memberi lingkungan yang

    tenang dan nyaman

    Kolaborasi terapi pemberian

    analgetik

    Mengajarkan teknik nafas

    dalam

    Kolaborasi terapi pemberian

    analgetik

    Ajarkan teknik nafas dalam

    tenang dan nyaman

    Kolaborasi terapi

    pemberian analgetik

    Motivasi klien dalam

    melakukan teknik nafas dalam

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 31 Universitas Indonesia

    BAB IV

    ANALISIS SITUASI

    Bab ini berisi tentang analisis situasi terkait pelaksanaan asuhan keperawatan luka

    kanker payudara pada Ny. C yang memiliki luka kanker pada payudara kanan di

    RSPAD Gatot Soebroto. Analisis yang dilakukan meliputi profil lahan praktek,

    analisis masalah keperawatan, analisis intervensi, dan analisis terkait alternatif

    pemecahan masalah.

    4.1 Profil Lahan Praktek

    Ruang rawat bedah lantai lima merupakan salah satu ruang perawatan medikal

    bedah di RSPAD Gatot Soebroto. Kapasitas total tempat tidur diruangan ini

    berjumlah 32 tempat tidur dengan kapasitas perawatan kelas II sebanyak 4 tempat

    tidur, dan 28 tempat tidur untuk perawatan kelas III. Ruangan ini merawat pasien

    laki-laki dan perempuan dengan masalah bedah digestive, bedah syaraf, bedah

    tumor, bedah urologi, bedah orthopedic dan bedah THT. Ruangan ini dikepalai

    oleh seorang kepala ruangan yaitu ibu Ns. Merry Silaban, S.Kep dibantu dua

    orang CI yaitu ibu Khusmanah, Amd.kep dan ibu Nina, Amd.kep serta ketua tim

    yaitu Sr. Rouli, Amd.kep, Sr. Riyanti dan Sr. Eka, Amd.kep, serta dilengkapi

    dengan 23 orang perawat pelaksana.

    4.2 Analisis Masalah Keperawatan

    Data diperoleh penulis setelah melakukan wawancara dengan klien secara

    langsung dan melakukan wawancara tambahan kepada suami klien, data yang

    lainnya diperoleh dari status pasien dan perawat yang dinas di ruang bedah lantai

    lima. Data yang sifatnya obyektif ditemukan penulis melalui observasi dan

    pemeriksaan langsung dengan pasien. Terdapat data klien mengatakan saya

    belum pernah mengalami sakit seperti ini dan bila ditekan terasa nyeri pada

    payudara sebelah kanan dan payudara cepat membesar. Hasil pengkajian

    menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang muncul pada Ny.C terdiri dari

    risiko infeksi, risiko perdarahan dan nyeri. Masalah yang pertama diangkat

    berhubungan proses luka kanker payudara yang saat ini memiliki diameter 15

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 32

    Universitas Indonesia

    cm dan tercium bau yang tidak sedap serta kasa terlihat adanya pus. Sementara

    masalah yang kedua yaitu risiko perdarahan diangkat berhubungan dengan adanya

    perdarahan saat melakukan ganti balutan pada luka kanker payudara Ny. C, serta

    masalah yang ketiga yaitu nyeri diangkat berhubungan dengan proses inflamasi

    pada luka kanker payudara nya. Masalah keperawatan yang ditunjukkan oleh Ny.

    C sesuai dengan Doenges, (2000) yang menyebutkan bahwa seseorang yang

    menderita kanker payudara akan menunjukkan masalah keperawatan seperti risiko

    infeksi, nyeri. Evaluasi manajemen luka kanker dilakukan untuk memantau nyeri,

    infeksi, malodor, jumlah eksudat, perdarahan, dan maserasi sekitar luka (Kozier et

    al, 2000; Naylor 2002b). Evaluasi juga dilakukan untuk menilai efektifitas strategi

    yang digunakan untuk membantu klien melakukan koping terhadap distres

    psikososial yang timbul akibat luka kanker.

    4.3 Analisis Intervensi

    Asuhan keperawatan pada Ny. C yang dilakukan selama 3x24 jam mulai tanggal 9

    Mei sampai 11 Mei 2013 di ruang bedah lantai lima RSPAD Gatot Soebroto.

    Adapun tindakan yang telah dilakukan pada dasarnya telah sesuai dengan rencana

    keperawatan yang telah di buat pada setiap diagnosa keperawatan dan secara garis

    besar pelaksanaannya sudah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab.

    Penambahan dan pengurangan tindakan yang dilaksankan penulis menyesuaikan

    dengan kondisi klien. Penulis juga melibatkan keluarga di dalam pelaksanaan

    tindakan keperawatan pada klien dengan harapan keluarga dapat merawat klien

    secara mandiri. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis yaitu mengganti

    balutan luka kanker dengan teknik aseptik dan melakukan kompres dengan NaCl

    0,9 % dingin terlebih dahulu dengan tujuan menghindari adanya perdarahan di

    sekitar luka.

    Intervensi yang dilakukan perawat untuk mengatasi masalah risiko infeksi pada

    Ny. C yang berfokus untuk menghindari infeksi. Hal ini dikarenakan masalah

    risiko infeksi yang dialami klien lebih disebabkan karena kondisi luka yang

    memiliki pus. Diharapkan dengan melakukan teknik aseptik pada perawatan luka

    maka tidak akan terjadi infeksi.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 33

    Universitas Indonesia

    4.4 Alternatif Pemecahan Masalah

    Perawatan luka kanker dengan menggunakan metronidazole telah digunakan

    secara luas sebagai agen topikal untuk mengatasi malodor (Bale et al, 2004).

    Metronidazole topikal bekerja dengan berikatan dengan DNA bakteri dan

    mengganggu replikasi bakteri kemudian luka bebas dari malodor selama 7 hari

    (Bower et al, 1992, dalam Bale et al, 2004). Metronidazole dapat diberikan secara

    sistemik dengan dosis 200 mg, 3 kali sehari, akan tetapi pemberian melalui cara

    ini dapat menimbulkan efek samping mual. Thomas et al (1998, dalam Naylor,

    2002) menyebutkan pemberian antibiotik secara sistemik tidak efektif pada

    jaringan nekrotik dengan sirkulasi darah yang buruk. Selain itu madu juga telah

    digunakan sejak beberapa abad yang lalu dan semakin populer penggunaannya

    saat ini, karena mampu melawan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Madu

    yang memberikan lingkungan hiperosmotik pada luka mampu menghambat

    pertumbuhan bakteri dan membantu debridemen luka (Cooper dan Molan, 1999;

    Edward, 2000; Morgan, 2000, dalam Naylor, 2002). Madu juga dapat melepaskan

    hidrogen peroksida secara perlahan pada luka sebagai agen antibakteri (Dunford,

    2000).

    Tujuan dari perawatan luka ini adalah agar tidak terjadi infeksi yang lebih luas

    dan klien merasa nyaman dengan adanya luka kanker yang diderita, dan hasil

    akhirnya adalah menciptakan kepuasan klien terhadap pelayanan yang diberikan.

    Selama melakukan asuhan keperawatan penulis juga melakukan

    pendokumentasian yang menggunakan format askep institusi. Pendokumetasian

    dilakukan terhadap askep perawatan luka kanker khususnya Ny.C secara

    berkesinambungan dari shift ke shift guna melihat perkembangan luka yang di

    alami oleh Ny.C. Kozier (2004) menyebutkan bahwa pendokumentasian

    merupakan kegiatan mencatat atau merekam peristiwa atau objek maupun

    aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting,

    dilakukan setelah pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan dilakukan dan

    disesuaikan dengan urutan waktu. Keterampilan dokumentasi yang efektif

    memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan

    lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 34

    Universitas Indonesia

    perawat. Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat umtuk

    pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut.

    Dengan melakukan sistem pendokumentasian yang baik diharapkan penanganan

    terhadap masalah klien dapat dilakukan dengan lebih optimal.

    Selain itu juga khusus untuk klien yang menderita penyakit kronis perlu di beri

    tindakan oerawatan paliatif. Dimana perawatan paliatif ini didefinisikan sebagai

    perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan

    pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengurangi

    penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya,

    juga memberikan dukungan kepada keluarganya. Mesti pada akhirnya pasien

    meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis

    dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. Jadi, tujuan

    utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan.

    Menurut Witjaksono, dokter palliative Care Rumah Sakit Dharmais, Jakarta,

    dalam buku Seluk Beluk Kanker (Diananda, 2009), prinsip prinsip perawatan

    paliatif sebagai berikut:

    1. Menghargai setiap kehidupan.

    2. Menganggap kematian sebagai proses normal.

    3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.

    4. Mengahargai keinginan pasien dalam setiap pengambilan keputusan.

    5. Menghilangkan nyeri dan gejala lain yang mengganggu.

    6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual.

    7. Menghidari tindakan medis yang sia - sia.

    8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai

    dengan kondisinya sampai akhir hayat.

    9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 38 Universitas Indonesia

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Penyakit kanker payudara merupakan neoplasma ganas, suatu pertumbuhan

    jaringan payudara yang abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,

    tumbuh infiltrative, destruktif dan dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh

    progresif dan relatif cepat membesar. Penyakit ini dapat menyerang berbagai

    lapisan usia mulai dari remaja, dewasa, hingga lansia. Saat ini penderita kanker

    payudara cukup tinggi. Oleh sebab itu perlu perhatian khusus bagi klien yang

    memiliki luka kanker untuk dilakukan perawatan luka. Adapun tujuan perawatan

    luka kanker payudara dengan bau adalah membuang jaringan mati dan

    mengeliminasi kontaminasi bakteri. Autolitik atau enzymatic debridement

    merupakan metode yang cukup dianjurkan untuk membuang jaringan mati.

    Penggunaan therapy antibiotic topikal pada luka kanker payudara seperti

    metronidazole sangat efektif untuk membunuh bakteri yang dapat menimbulkan

    bau (Gitaraja, 2004). Pembalut luka merupakan sarana vital untuk mengatur

    kelembaban kulit, menyerap cairan yang berlebihan, mencegah infeksi, dan

    membuang jaringan mati pada luka kanker ( Keast, 2007). Diharapkan perawat

    memiliki kemampuan khusus dalam merawat luka kanker paudara

    5.2 Saran

    5.2.1 Saran bagi keilmuan

    Bagi sistem keilmuan khususnya ilmu keperawatan diharapkan dapat

    meningkatkan ketersediaan teori-teori mengenai asuhan keperawatan pada klien

    dengan luka kanker payudara. Hal ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi

    untuk dijadikan pedoman bagi pelaksanaan asuhan keperawatan luka kanker

    payudara dan bermanfaat ntuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dimasa

    yang akan datang.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • 39

    Universitas indonesia

    5.2.2 Saran bagi pelayanan

    Diharapkan dalam perawatan luka kanker payudara perawat dapat

    mengembangkan keterampilan klinisnya dalam melakukan asuhan keperawatan

    khusunya kanker payudara stadium IV. Pihak manajemen rumah sakit diharapkan

    juga terus memfasilitasi pelaksanaan asuhan keperawatan dengan sarana dan pra

    sarana yang memadai, dan terus mendukung keterampilan perawat dengan

    meningkatkan aktivitas pelatihan, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang

    dapat diikuti perawat secara berjenjang dan berkesinambungan.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • Universitas Indonesia

    DAFTAR PUSTAKA

    ________(2009). Wound Care (Cont).Emedicine Health,Practical Guide to

    health. Artikel di akses 2 Juli 2013 dari http://www.emedicinehealth.com

    Anonim. 2009. Kanker Payudara. (http://www.google.com/kanker-payudara.pdf)

    diakses tanggal 2 Juli 2013.

    Dennis A. Casciato. (2009). Manual of Clinical Oncologi. 6 th

    Ed. Lippincott

    Williams. Philadelphia

    Ganiswara, S.G. (1995). Farmakologi dan terapi edisi 4. Jakarta :FKUI.

    Gitaraja. (2004). Manajemen perawatan luka akut dan kronik, Perawatan luka

    kanker. Jakarta : RS Kanker Darmais.

    Kalinski, C., Schnepf, M., Laboy, D., Hernandez, L., Nusbaum, J., Grinder, M.B.,

    et. Al. (2005). Effectiveness of a Topical Formulation Containing

    Metronidazole for Wound Odor and Exudate Control. Diakses 2 Juli 2013,

    dari http://www.naccme.com/woundcare.

    Keast, D., & Orsted, H. (2007) The basic principles of wound healing. Diakses 2

    November 2009 dari http:// www.cawc.net

    Kusminarto. (2005). Deteksi sangat dini kanker payudara, jawaban untuk

    menghindar. Artikel Diakses 4Juli 2013 dari http://www.Depkes.pydr.htm.

    Melina,Y. (2007). Efektifitas penggunaan kompres povidon iodine dan

    permanganat kalium dalam penatalaksanaan luka kronis kanker

    payudara.

    Morison, M. J. (2004). Manajemen Luka. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta :

    EGC.

    Mujur A. (2011). Hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan

    kejadian berat badan lebih pada remaja. Artikel ilmiah.

    Naylor, W. (2002b). Malignant wound: aetiology and principles of management.

    Nursing standard. Melbourne: Ausumed Publications.

    Olson, J. (2004). Belajar mudah farmakologi. Penerbit buku kedokteran. Jakarta :

    EGC.

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

  • Universitas Indonesia

    ii

    Potter, P., & Perry. (2001). A Fundamental of Nursing : concept, process &

    practice,5Ed. Mosby Company, St. Louis.

    Price, S. A., & Wilson, L. M.(2005). Pathophysiology: Clinical Concepts of

    Disease Processes. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Editor bahasa indonesia

    : Huriawati Hartanto. Edisi 6. Jakarta : EGC.

    Ramli, M. (1995) Kumpulan kuliah ilmu bedah : kanker payudara. Jakarta :

    FKUI.

    Robbins, S. L., Kumar, V., & Cotran, R. S. (2002).Dasar patologi penyakit. Edisi

    5. Alih bahasa : Tjarta, A., Himawan, S., Kurniawan. Jakarta : EGC.

    Smeltzer, S.C. & Bare B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8

    volume 1. Jakarta : EGC.

    Sudiarto, Taadi, & Sudirman. (2005). Efek penggunaan NaCl 0,9% dan bethadin

    dalam manajemen luka paska operasi mayor di BP RSUD Kraton

    Pekalongan tahun 2005. Media penelitian dan pengembangan kesehatan.

    Jakarta.

    Supriyatin, Saryono,& Lutfatul . (2007). Efektifitas penggunaan metronidazole

    dan NaCl 0,9% terhadap proses penyembuhan luka diabetik di RSUD

    Margono Sukarjo Purwokerto. Jurnal keperawatan sudirman, volume 2 No

    1.

    Sutjipto. (2006). Permasalahan deteksi dini dan pengobatan kanker payudara.

    Artikel Juli 2013 dari http ://www.dharmais.co.id/new/content.php?page.

    Teresa. (1992). Wound management. New york. Macmilan Publishing Company

    Inc.

    Tjay, T. H., & Raharja, K. (2002). Obat-obat penting : khasiat, penggunaan dan

    efek samping. Edisi 5. Gramedia. Jakarta.

    Wim D. J. (1997). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta : EGC.

    Willkinson, Judith M.(2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosa

    Nanda, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Ed.9. Jakarta; EGC

    Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

    Halaman JudulAbstrakDaftar IsiBab IBab IIBab IIIBab IVBab VDaftar Pustaka