diary pkl

38
FACULTY OF TARBIYAH & TEACHING TRAINING MAULANA MALIK IBRAHIM STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF MALANG INTERNSHIP REPORT REFLECTIVE JOURNAL January, 4 th 31 th 2016 Name : Amrita Puspa Devi Yunia Student Number : 12130051 Date : January, 4 th 31 th 2016 Place/School : Islam Witaya Nukhroh, Chana-Songkhla, Thailand Supervisor : Muhammad Amin Chenu, M.A.

Upload: amrita-puspa-dy

Post on 11-Jul-2016

38 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diary PKL

FACULTY OF TARBIYAH & TEACHING TRAINING

MAULANA MALIK IBRAHIM STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF MALANG

INTERNSHIP REPORT

REFLECTIVE JOURNAL

January, 4th

– 31th

2016

Name : Amrita Puspa Devi Yunia

Student Number : 12130051

Date : January, 4th

– 31th

2016

Place/School : Islam Witaya Nukhroh, Chana-Songkhla,

Thailand

Supervisor : Muhammad Amin Chenu, M.A.

Page 2: Diary PKL

4 Januari 2016

Full of Journey

Pukul setengah 6 pagi semua anggota PKL Thailand telah berkumpul siap untuk

diberangkatkan ke negara Thailand untuk mengabdi atas nama Negara. Demikianlah dekan kami

memberikan pengarahan. Kira-kira pukul 8 kami akhirnya diberangkatkan ke Juanda untuk

check in dan penerbangan ke negara tetangga.

Alhamdulillah „ala kulli hal. Semua urusan mulai dari timbangan koper hingga

kebrangkatan sangat lancar tanpa satu pun dari kami yang bermasalah. Meskipun agak gugup

karena baru pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Juanda dan pesawat ditambah cuaca

buruk yang menyebabkan lampu darurat harus berkali-kali dinyalakan, Namun akhirnya kami

bisa sampai di Thailand dengan selamat pada pukul 4 sore.

Dari bandara Don Mueang, Bangkok. Kami melanjutkan perjalanan ke Guest House

sekitar 30 menit dengan menggunakan Bus yang VIP yang telah disiapkan oleh Mas Ridho DPL

Page 3: Diary PKL

kami selama PKL di Thailand dengan iuran masing-masing peserta 140 bath. Alhamdulillah

kami bermukim di lingkungan muslim dan dengan fasilitas sangat istimewa sehingga tidak

menyulitkan kita mencari makanan halal. Setelah sampai disana saya dan teman sekamar saya

memilih beristirahat mengingat keesokan harinya kami akan melanjutkan perjalanan ke tempat

PKLI di Thailand Selatan yang masih panjang.

5 Januari 2016

Perjalanan menuju Tempat PKL

Bangkok adalah momen yang tidak terlupakan. Di pagi hari, kami berjalan-jalan di

Rajamanggala National Sport sekaligus foto dan membeli makanan untuk sarapan. Namun kita

harus segera berangkat ke Thailand Selatan untuk tugas kita yang sesungguhnya.

Page 4: Diary PKL

Setelah itu kami menuju ke stasiun Bangkok untuk melanjutkan perjalanan ke Thailand

Selatan. Kami menuju stasiun dengan menggunakan bus 2 tingkat seperti sebelumnya dengan

biaya 140 baht dengan waktu tempuh 15 menit dari guest house. Setelah kami mengambil foto

sejenak di stasiun tersebut, kami menaiki gerbong kereta api 4 yang sudah dipesan untuk menuju

stasiun Chana dengan waktu tempuh 14 jam. Bosan? Sangat! bahkan lebih dari itu saya tidak

bisa memejamkan mata ketika malam tiba. Selain itu, fasilitas kereta api yang lebih buruk dari

Indonesia turut melengkapi kelelahan kita.

Namun di balik kelelahan kita tersebut, tersimpan banyak kenangan-kenangan unik yang

dapat menghapus sekat perbedaan jurusan diantara kami semua. Kami tertawa bersama, tidur

bersama, jail bersama, lelah bersama dan makan bersama. Ditengah canda kita pada malam itu,

yakni sekitar pukul 11 malam. tiba-tiba dua orang Perancis menghibur kepenatan kami. Salah

satu dari mereka mengajak teman kami berdansa. Sedangkan satu yang lain memainkan

harmonika mengelilingi gerbong 4. Sekitar pukul 12 malam saya baru dapat memejamkan mata

dengan lelap karena ketika itu seluruh penumpang di gerbong 4 telah terlelap.

6 Januari 2016

Welcome in South Thailand

Jadwal di tiket sih jam 8 pagi sudah sampai di stasiun Chana ternyata itu sama sekali

salah. Kita sampai di Chana pukul 10 pagi. Badan kami sudah benar-benar remuk di kereta tadi,

Page 5: Diary PKL

selain tidak menggunakan AC, tempat duduknya pun tak mendukung untuk istirahat. Untunglah

banyak pemandangan indah yang mengiringi perjalanan kami semalam sehingga kami benar-

benar lupa akan situasi mengenaskan tersebut.

Sesampainya disana, kami dijemput dengan menggunakan mini bus bagi perempuan,

entahlah mereka para lelaki menggunakan kendaraan apa. Kami terlalu lelah untuk mencari tau.

Dari hawa yang panas di kereta sekarang kami berada di hawa dingin karena AC bus. Bisa

terbayang bukan bagaimana buruknya rupa kami saat itu. Cukup hanya sekitar 20 menit untuk

sampai di Chariyatam Suksa Faoundation School tempat kita transit sebelum dijemput ke

sekolah Islam Witayanukhroh di Banthrap.

Disana kami disambut baik. Kami diarahkan ke tempat makan untuk sarapan. Setelah itu

kami mandi dan melepas lelah dengan tidur-tiduran ditempat yang disediakan khusus

perempuan. Tak disangka, sekitar pukul 12 siang kami diberikan konsumsi berupa nasi! Dan

lauknya masih sama dengan sebelumnya, Ayam namun diolah menjadi semacam capcay. Setelah

acara makan siang yang berdempetan dengan makan pagi tadi usai, kami menuju tempat acara

pelepasan para mahasiswa/i PKL UIN MALIKI Malang di tiga kota yakni Shongkhla, Yala dan

Pattani.

Setelah acara tersebut, saya bertemu dengan penjemput saya. Kabar gembiranya,

penjemput saya adalah orang Riau. How Lucky am I. Dia berbicara bahasa Indonesia meski

dengan nada Melayu. Dia adalah keluarga pertama saya di Islam Witayanukhroh yang setia

membimbing kami untuk hidup di Thailand seperti ia dulu. Dia sudah 1 tahun tinggal di Thailand

untuk mengajar B.Inggris. Namanya kak Ella. Namun ia tak sendiri, ia bersama Kang Yopi yang

juga orang Indonesia yakni Siak, Riau dan Kru (sebutan untuk guru) Nawawi orang Thailand asli

yang pernah tinggal di Malaysia. Sehingga saat kami berada dalam mobil jemputan, kami

khususnya saya dan teman kelompok saya namanya Mbak Desti dari Jurusan PBA tidak merasa

dideskriminasi. Dan dari sanalah kami berpisah dengan teman-teman yang lain. Berjuang

sendiri-diri di sekolahan tujuan masing-masing. Bismillah.

Tempat PKL kami sangat jauh dari Chariyatam Suksa Faoundation School sehingga

pukul 4 sore kami baru sampai di sekolah Islam Witayanukhroh. Sesampainya disana, saya dan

mbak Desti meletakkan barang kami sejenak ke kamar Kak Ella. Ya, kami numpang di kamar

Page 6: Diary PKL

kak Ella. Setelah itu kak Ella mengenalkan kami kepada kru-kru perempuan dan laki-laki disana.

Mereka menyambut kami dengan senang hati. Kami juga berkenalan dengan kak Firdaus, kru

yang mengajar B.Arab, SKI dan pelajaran keislaman lainnya. Dia adalah perempuan bercadar.

Dikamarnya kami akan numpang mandi, mencuci dsb.

Ketika kami datang, sekolah sedang mengadakan acara untuk hari anak nasional. Banyak

diantara murid mereka yang berjualan makanan hingga minuman yang beraneka ragam untuk

memeriahkan hari itu pula. Acara tersebut akan berlangsung selama 3 hari dengan rincian 1 hari

untuk hari anak nasional dan 2 hari untuk hari akademik nasional.

Pukul setengah 5 sore, para kru baru boleh meninggalkan kantor. Sehingga saya, mbak

Desti dan kak Ella menunggu waktu tersebut dikantor. Disana kami diberi camilan masam oleh

kru Ilham istri dari Po‟o (sebutan untuk Gus di Jawa) atau Kru Amin. Setelah itu kami dibelikan

oleh beliau makanan malam dan kartu perdana secara gratis!. Setelah membersihkan badan kami

menyantap makanan tersebut. Setelah Isya‟ kami akhirnya dapat istirahat dengan sempurna.

Namun tiba-tiba kak Ella mendapat telepon dari Kholi (sebutan untuk menantu Pengasuh yang

memiliki tingkatan di bawah Po‟o). Kak Ella disuruh mengambil Toto (Badcover) dan bantal

yang merupakan alas dan bantal untuk tidur saya dan teman saya. Alhamdulillah, hari ini luar

biasa.

7 Januari 2016

Jadi Juri lomba English Screable

Pagi jam setengah 8 kami harus sudah masuk kantor. Meskipun hari ini masih acara. Hari

ini semua kru diwajibkan menggunakan baju pink. Dan saya tidak membawa baju pink bahkan

satu pun. Kerudung pink pun ikut-ikut tidak terbawa. Namun kak Ella dengan sabarnya

mengatakan “Tak ape. Namanya juga tak punya.” Kami mengelilingi sekolah untuk mengenal

letak-letak kelas berikut dengan kode-kodenya. 1 untuk kelas laki-laki dan 2 untuk perempuan.

Disini mereka dipisahkan kelasnya untuk laki-laki dan perempuan hanya untuk tingkatan Moplai.

Page 7: Diary PKL

Setelah observasi sekolah, Saya, Kak Ella dan teman saya ikut melihat pertunjukkan yang

dipersembahkan oleh para kru-kru mulai tingkat Anuban (TK) hinggga Mathayum yang terdiri

atas Moplai dan Mothon (SMA dan SMP). Hingga akhirnya beberapa anak-anak tingkat Mothon

mendatangi kami memberikan 3 gelas es yang ternyata dibelikan oleh kru Amin. Masih ingat?

Ya! gusnya pondok ini.

Acara dihentikan sejenak untuk melaksanakan sholat dzuhur. Ditengah istirahat tersebut,

tiba-tiba kru Amin memanggil saya dan mbak Desti. Pada mulanya kami bertanya-tanya, namun

ternyata membicarakan masalah kontrak, mata pelajaran dan uang makan. Beliau memberikan

saya kepercayaan untuk mengajarkan B.Inggris.

Pada hari akademik ini, setiap guru mata pelajaran diwajibkan untuk memberikan satu

perlombaan untuk para murid. Sehingga setiap kelas dihias sesuai dengan perlombaan mata

pelajaran apa yang diadakan di kelas tersebut. Karena saya dipercayakan untuk mengajarkan B.

Inggris, maka saya harus membantu guru pamong saya yang tak lain adalah kak Ella guide saya

untuk menyiapkan lomba tersebut. Lomba yang disiapkan oleh kak Ella adalah permainan

screable.

Page 8: Diary PKL

Kak Ella menunjuk saya untuk menjadi penghitung score sekaligus pengamat dalam

permainan screable tersebut dan kak Ella sebagai penulis score di papan tulis. Meskipun hanya

terdapat 2 kelompok yang mengikuti lomba ini dengan alasan karena lomba tersebut bersamaan

dengan lomba mata pelajaran lainnya, namun permainan ini sangat serius dan penuh kegemesan.

Para murid-murid pun terlihat antusias untuk memenangkan permainan.

Permainan screable ini sudah akrab dimainkan di Indonesia. Sebelumnya, kak Ella telah

mempersiapkan tutup botol yang sudah diberikan huruf dan score diatasnya dan papan berpetak

yang telah ditulis ketentuan scorenya yakni dengan tulisan double dan triple score. Permainan ini

dilakukan berkelompok. 1 group terdiri atas 3 orang. Di awal permainan, kak Ella memberikan

perintah untuk mengambil huruf tertentu dengan jumlah tertentu. Setelah semua ketentuan sudah

dibacakan, permainan barulah di mulai dengan suit. Siapa yang menang, dia yang dapat

memberikan kata pertama di atas papan screable. Jika mereka tidak menemukan huruf yang

diinginkan, mereka boleh menukarkan pada huruf yang tersisa dengan huruf yang dimilikinya

atau dengan memberikan tutup botol yang tidak tertulis huruf sehingga tutup botol ini bernilai 0.

Beberapa kali saya dan kak ella mencocokkan kata-kata yang mereka rangkai, apakah

sudah sesuai dengan vocabulary di dalam kamus. Dan memberikan nilai dengan cara mengalikan

score di botol dengan ketentuan di papan screable setelah itu di jumlah dari rangkaian nilai huruf

yang tersusun dalam setiap kata. Menyenangkan bukan? This method is recommanded! Thanks

kak Ella for this inspiration!

8 Januari 2016

Makan Besar!

Hari ini seperti biasa, kami masuk pada pukul setengah 8. Acara untuk hari akademik

tetap dilaksanakan. Namun kali ini berbeda dari biasanya, aku ikut nervous. Bagaimana tidak?

Kami disuruh memperkenalkan diri di atas panggung. Iya! Saya dan mbak Desti. Kak Ella

menyuruh kami mempersiapkan performance yang akan ditampilkan untuk berjaga-jaga jika

kami disuruh untuk memberikan penampilan tertentu. Yap! Dapatlah kita, yakni lagu Opick yang

bersyukur sepanjang waktu. Sepakat!

Page 9: Diary PKL

Detik-detik maju telah tiba, untunglah kami telah sarapan tadi pagi sehingga getaran

nervousnya tidak terlalu terlihat. Ketika maju, Ya, karena terlalu nervous maka vocab yang saya

gunakan pun serasa amburadul. Namun ternyata kak Ella mengatakan “Enggak kok.”. Seketika

itu rasanya hati sedikit demi sedikit merasa lega. Ketika saya sudah memperkenalkan diri saya,

semua melongo. Saya bingung, ini mereka paham atau enggak sih? Karena ketika itu saya

menggunakan bahasa Inggris dan Babo (kyai) juga menunjuk-nunjuk saya tanda kalo dia pun tak

paham. Hadeh! What should I do?? Akhirnya kak Ella membantu saya dengan

menerjemahkannya sedikit-sedikit dalam bahasa Thailand. Ketika kak Ella menanyakan apakah

ada performance yang akan ditampilkan. Jawaban saya dan teman saya serempak menjawab

“TIDAK”. *Dasaar.

Tadi pagi setelah sarapan, tetoh (putri kyai) memanggil kami untuk memberikan uang

makan selama 1 bulan. Asyiiik gajian. Namun tetoh mengatakan bahwa beliau menginginkan

kami memperpanjang PKL hingga pertengahan maret karena beberapa alasan. Pertama, karena

kami datangnya di waktu yang nanggung. Bulan Januari artinya sudah saatnya middle test karena

Maret adalah final semester. Alasan kedua, khususnya untuk saya adalah untuk menggantikan

kak Ella yang memang akan keluar dari sekolah ini pada tanggal 22 Januari. Kebingungan

langsung menyelubung dalam diri saya dan mbak Desti. Mereka mengatakan mau menanggung

semua biaya perpanjangan baik visa, maupun tiket pulang. Setelah konfirmasi dengan mas Ridlo

yang merupakan DPL kami. Maka diputuskan bahwa kami tidak memperpanjang PKL.

Hari ini kami diajak kru-kru perempuan untuk makan bersama di tepi pantai sambil

merasakan angin sepoi-sepoi dengan menaiki mobil panther yang dikendarai oleh kru Hayat.

Seorang janda yang mengajar tingkat Anuban. Pesanan awal sih sesuai selera masing-masing

namun saya benar-benar terkejut, makanan yang dikeluarkan, subhanallah. Buanyaaak. Mungkin

sekitar 10 piring lebih yang berisi lauk-pauk doang. Selanjutnya nasi goreng yang saya pesan

keluar dan bukannya jadi 1 piring saja malah menjadi 1 nampan. Ini siapa juga yang nambah-

nambahin?. Pesanan seperti ini terus keluar hingga beberapa kali. Saya pun hanya mengelus

perut saya yang memang benar-benar sudah terlalu kenyang. Tapi mereka masih santai

menghabiskan semua lauk-pauk yang ada di atas meja.

Acara makan besar ini diperuntukan untuk kak Ella yang akan meninggalkan sekolah dan

kembali ke Indonesia di bulan Januari ini. Meski mereka sedikit sedih. Obrolan serius itu tetap

Page 10: Diary PKL

lancar dikatakan oleh kak Ella yang memberikan kata-kata perpisahan. Sedih? Tentu saya ikut

sedih, bagaimana tidak siapa lagi yang akan jadi guide saya disini. Setelah sambutan tersebut dan

telah diterjemahkan oleh kak Firdaus ke dalam bahasa Thailand (karena kak Ella sambutan

menggunakan bahasa Melayu), tak disangka makanan tetap datang dan katanya piring-piring

terakhir itu adalah bonus. Oh god! Perutku sudah terlalu penuh.

Page 11: Diary PKL

9 Januari 2016

Songkhla I’m coming

Hari ini adalah hari libur. Saya pergi ke Songkhla, Lee Subsin, pada pukul 10 pagi

dengan Songtheu. Songtheu adalah transportasi Tradisional di Thailand dan kita harus membayar

20 baht untuk itu. Namun, sebelumnya kita harus menjemput teman kami dari kelompok lain di

Deenul Islam. Saya, mbak Desti, Fatma (teman yang PKL di Deenul Islam), kak Ella dan kak

Firdaus membantu kami untuk mengenal Thailand dengan baik. Kami mencari barang-barang

murah untuk oleh-oleh keluarga, teman maupun yang lain di Indonesia. Dan akhirnya kami

menemukan kaos dan gantungan kunci yang sudah di diskon. Wow! How lucky are we.

Setelah membeli beberapa oleh-oleh. Kami pergi ke Tangkuan Hill. Darisana kami bisa

melihat pemandangan di seluruh Songkhla. Namun untuk kesana, kami menggunakan tuk-tuk

dan kami harus membayar 15 baht dan 30 baht untuk naik ke puncak. Disini kami tidak usah

bersusah payah mendaki menuju puncak, karena kita hanya menaiki lift untuk kesana. Disini

kami bertemu dengan teman-teman dari kelompok lain. Setelah berfoto-foto sejenak, kami

menuju Shamila Beach.

Page 12: Diary PKL

Karena masih ada hal yang perlu dibeli lagi, akhirnya kita mampir ke Lotus lagi. Namun

kita tak lama disana karena ditakutkan kami tidak mendapatkan Songtheu untuk ke Islam

Witayanukhroh Banthrap, Chana.

Di Songtheu dan tuk tuk saya selalu menemukan identitas dari pengemudi yang

ditempelkan di kendaraan tersebut. Disertai pessenger protection center yang bisa dihubungi

untuk melaporkan pengemudi ketika ia melakukan kesalahan seperti kebut-kebutan, atau

menarik biaya di atas normalnya. Inilah contoh yang baik bagi negara kita untuk menekan

penggunaan kendaraan pribadi. Karena dengan demikian, penumpang merasa aman dan nyaman.

Oh iya, satu lagi. Di kendaraan, dilarang keras merokok dan penumpang laki-laki, diharuskan

mengalah kepada penumpang perempuan. WOW! Really excited.

Setelah sampai di sana di sore hari kami istirahat sejenak. Setelah berjama‟ah sholat

Maghrib, tiba-tiba Babo memanggil kami untuk ke rumah beliau. Kami bercengkrama panjang

dengan beliau. Mulai dari nama, jurusan, umur dan keluarga kami. Satu hal yang baru saya

sadari, meski Babo setiap pagi selalu marah-marah di hadapan santrinya, sebenarnya beliau

adalah tipikal Ayah yang penyayang dan ramah. Bahkan keadaan pribadi kami pun beliau

tanyakan. Sayangnya, beliau bercengkrama dengan b. Arab. Meskipun saya paham dengan apa

yang beliau maksud, untuk menjawabnya saya masih gelagapan.

10 Januari 2015

Mencicipi Jajanan Thailand

Setelah kemarin lelah jalan-jalan akhirnya kami memutuskan bahwa hari ini adalah hari

istirahat. Karena asyiknya beristirahat kami pun lupa untuk sarapan dan mandi. Hingga akhirnya

kak Ella merasa kelaparan dan menanyakan kepada saya dan mbak Desti hendak makan apa.

Yang artinya, kak Ella akan membelikan kami makan (nitip maksudnya). Karena kak Ella

memang saat itu sedang dipenjami motor oleh kru yang piket pada hari itu, maka kami tak segan-

segan menitipkan sarapan kami.

Tidak disangka ternyata kak Ella membawa banyak makanan untuk sarapan dan untuk

sore hari. Kita mulai melahap mereka semua dengan selahap-lahapnya. Ketika sore tiba, para

Page 13: Diary PKL

kru-kru piket hendak mencari udara dengan berjalan ke Songkhla. Saya, kak Ella dan mbak Desti

hendak menjelajah jajanan Thailand. Akhirnya kami menitipkan uang sejumlah 30 baht dan

entah kak Ella menambahkan uang berapa baht dalam titipan tersebut. Sehingga saat mereka

kembali, banyak sekali jenis-jenis jajanan yang dibeli mulai dari mitiauw (semacam bakso), Thai

tea dan entahlah apa sebutannya, di Indonesia kami menyebutnya tempura namun ragam rasa dan

bentuk mereka banyak sekali. Saya dan mbak Desti tidak sabar menyergapnya. Oh iya, satu lagi

yang belum tersebut, mangga. Di Indonesia biasa disebut Mangga bacem. Namun agak berbeda,

warna mereka tetap namun ada beberapa bumbu yang membuat mereka berasa mangga bacem

semacam masam-manis. Intinya, hari ini adalah food day.

11 Januari 2016

Full English Day

Hari ini adalah hari pertama saya observasi langsung di kelas Bahasa Inggris. Saya

membuntuti kak Ella kemanapun ia pergi. Mulai dari kelas 2/2 hingga kelas 6/2. Dan hasilnya

mengejutkan! Kelas 2/2, masuk pukul 8 a.m. kelas belum dipiketi dan kelas teramai dari kelas-

kelas yang telah diobservasi. Untung kak Ella sabar. Jam 10.15, kelas 1/1 meskipun mereka

cowok mereka sangat penaat. Jam 11, kelas 4/2 khusus bahasa Inggris hari ini mereka ujian

speaking dan pertanyaan yang dikemukakan untuk mereka adalah sekitar “what is your hobby?”,

“what do you want to be in the future?” dan hanya sekian orang yang mampu menjawab. Oh

God!

Waktu istirahat tiba, kita akan masuk lagi pada pukul 1 p.m. Kelas 1/2 mereka agak ramai

namun masih bisa dikoordinasi. Setelah kelas ini, kita kosong jadwal 45 menit lagi. Karena lelah

naik-turun, akhirnya saya dan kak Ella beristirahat di perpus sambil menikmati angin sepoi-sepoi

dari kipas angin. Ya! Di Thailand sudah masuk musim panas. Setelah itu kami melanjutkan ke

kelas 4/2 dan hal yang mengejutkan terjadi. Mereka hanya 3 orang, dan yang lain? Entahlah.

Kelas 6/2 pun demikian. Inilah yang membuat kami bingung. Karena setiap mata pelajaran

memiliki alokasi waktu hanya 45 menit, maka saya dan kak Ella memutuskan untuk menunggu

hingga bel berbunyi. Setelah kami turun, ternyata mereka berada di lantai bawah. Tepatnya di

taman sekolah sambil santai-santai. Hah? What‟s wrong with you guys?

Page 14: Diary PKL

Sekolah sudah dipulangkan pada jam 4 p.m. Namun para guru baru boleh meninggalkan

kantor pada pukul 4.30 p.m. Kami pun akhirnya meninggalkan kantor pada pukul 4.30 p.m.

setelah mandi dan sholat ashar kami beristirahat sejenak. Ketika maghrib tiba saya ke Masjid

untuk sholat berjama‟ah. Ah, saya lupa menceritakan hal ini. Disini semua santri wajib

berjama‟ah 5 waktu. Jika tidak? Tongkat akan berbicara.

Setelah sholat Maghrib ada acara belajar ngaji bersama Po‟o. Namun saya tiba-tiba

dihampiri oleh kru Hayat (guru piket malam hari itu). Beliau mengatakan bahwa saya harus ikut

kak Ella mengajar B.Inggris di kelas untuk jenjang kelas 1-3 Mathayum. B.Inggris lagi?? Oh no.

Setelah kegiatan tersebut, saya menuju masjid untuk sholat Isya‟ berjama‟ah dan akhirnya saya

istirahat setelah menyelesaikan laporan untuk hari ini.

12 Januari 2016

Qur’an day

Kegiatan di sini hampir sama dengan di Ma‟had Sunan Ampel Al-Ali. Yakni setelah

subuh kita membaca wirdul latif. Dan setelah itu, kita belajar Al-Qur‟an dan saya harus

menyimak mereka. Bacaan mereka kebanyakan hanyalah bermasalah pada makhroj untuk huruf

lam khususnya untuk lafadz jalalah.

Hari ini adalah hari kedua saya observasi metode pembelajaran kak Ella. Namun saya

diharuskan mengikuti upacara pada hari itu. Urutan persis sama dengan di Indonesia. Hanya saja,

lagu kebangsaannya belum mengena ke hati. Setelah upacara, mereka di periksa. Apakah

atributnya lengkap ataukah tidak. Jika tidak, maka bersiaplah saya untuk melihat adegan

pemukulan yang lumayan menguji jantung saya. Hari ini tidak seperti sebelumnya. Kami hanya

punya 5 kelas untuk hari ini. Setelah sholat dzuhur, kami memiliki 2 kelas yang menggunakan 1

ruang kelas. Karena saya hanya mendampingi saya merasa sangat mengantuk. Akhirnya saya

berjalan-jalan dan melihat di pemandangan dari lantai 3. Dan saya baru tau bahwa jarak sekolah

dengan gunung kapur dapat di tempuh dengan jalan kaki. Wah, planning liburan nih. hehe

Alhamdulillah petang telah tiba. Saya pulang masih dengan hati berdebar karena esok

adalah hari pertama saya mengajar. Metode sih banyak, namun menjelaskan kepada mereka itu

Page 15: Diary PKL

yang sulit. Menyanyi pun tak boleh. Bid‟ah. Saya bingung. Namun di tengah kebingungan saya,

saya berusaha menghiburnya dengan membaca Al-Qur‟an. All be better. Because Allah will

never leave me alone.

Setelah sholat maghrib, saya disuruh mengajar Al-Qur‟an. Belajar Al-Qur‟an lagi? Iya

lah tak apa. Mereka antusias belajar Al-Qur‟an dengan saya. Hanya saja mereka sedikit terkejut

ketika saya mulai mengingatkan makhroj mereka. Mungkin mereka kira saya gak bisa baca Al-

Qur‟an. Hingga akhirnya mereka menyuruh saya untuk membaca Al-Qur‟an dihadapan mereka.

Apaan sih budak-budak nih? Yang disuruh belajar siapa, malah saya yang disuruh baca.

Akhirnya saya memutuskan menuruti permintaan mereka agar mereka mau membaca Al-Qur‟an.

Dan tanggapan mereka “Subhanallah very good teacher.” Nah lho? Kok jadi mereka yang

ngoreksi?

13 Januari 2015

Hari pertama mengajar

Hari ini saya mendapatkan jadwal di kelas 2/2, 5/2 dan 4/2. Di kelas 2/2 saya

menggunakan kertas berisikan perintah dan mereka mengoperkan sambil bernyanyi. Ternyata

mereka bisa menyanyi! Hanya saja mereka tidak diizinkan. Setelah menjelaskan dengan bahasa

inggris, bahasa gesture dan thailand sedikit. Akhirnya mereka paham dengan permainan yang

saya maksud. Alhamdulillah, mereka cerdas. Mereka cukup antusias memainkannya.

Kelas 5/2. masuk setelah sholat dzuhur. Di lantai 3. Hari ini luar biasa. Jika kemarin

hanya 3 orang yang datang, hari ini tidak ada yang datang! Luar biasa bukan?. Syukurlah saya

terhibur dengan kedatangan murid kelas 4/2. Hari ini mereka yang datang cukup banyak. Namun

kabar buruknya, mereka tidak paham apa yang saya katakan. Untunglah hari ini saya khususkan

untuk introduction dan refreshing sedikit. Jadi saya sedikit tau cara berkenalan dengan B.Thai.

Karena B. Inggris mereka cukup buruk, saya coba menebak mereka dengan kata-kata dasar.

Mulai dari name of Colour, peralatan kelas, kata ganti dan sebagainya yang sangat dasar.

Hari ini cukup melelahkan dan benar-benar menguras otak. Sejenak homesick

menyerang. Ingin pulang, kangen orang-orang yang paham bahasa saya. Namun saya tepis

Page 16: Diary PKL

dengan sangat gigih. SAYA PASTI BISA!!. Ketika Ashar datang, saya mencuci baju kotor saya.

Mereka sudah terlalu menumpuk. Perlahan kebahagiaan datang ke hati saya setelah kesedihan

tadi siang. Saya mulai mengoreksi, akankah saya menjadi guru yang selalu dirindukan?

14 Januari 2015

Hari kedua mengajar

Hari ini saya mengajar di kelas 1/1 dan 1/2. Semoga hari ini menyenangkan. Saya akan

memberikan lagu tentang arah seperti yang diajarakan waktu Shobahul lughoh di MSAA dulu.

“rolly polly, rolly polly, up-up-up

Rolly polly, rolly polly down-down-down

And up, and down, and shake-shake-shake

Jump to the right and jump to the left

And up, and down, and shake-shake-shake.”

Alhamdulillah mereka mengapresisasi lagu tersebut dan ikut melakukan gerakan yang saya

contohkan.

Setelah dzuhur saya punya dua kelas lagi 5/2 dan 4/2. Namun, 5/2 tidak ada yang hadir.

Sedangkan 4/2 yang hadir lumayan banyak dari sebelumnya. Untuk 4/2 hari ini saya khususkan

untuk perkenalan dengan adik-adik dan belajar sedikit banyak tentang posessive Pronoun.

Sayangnya mereka sedikit bingung karena perbedaan bahasa yang terjadi antara saya dan adik-

adik. Namun hal ini bukanlah hal yang harus saya takutkan, karena saya akan berusaha untuk

memperbaiki di pertemuan yang akan datang. Su su na Kha!

Page 17: Diary PKL

15 Januari 2015

Hari ketiga mengajar

Hari ini saya mengajar di kelas M.4. M.4 ini adalah kumpulan siswa kelas 4 dari berbagai

jurusan dan alhasil saya dihadapkan dengan 51 siswa dalam 1 kelas. Saya hadapi mereka dengan

mengajar bab Giving Direction. Karena mereka masih lemah dalam vocabulary, saya

memutuskan untuk memberi vocabulary dan memberi peta untuk mereka. Karena masih dasar,

saya memberi vocabulary English-Thai agar mereka mudah mengingatnya dan dengan kata-kata

dasar.

Page 18: Diary PKL

Dan memberikan evaluasi dengan memberikan peta sebagai berikut:

Dan saya memberikan panduan kepada mereka agar mereka dapat mengingat vocabulary

yang saya berikan dengan baik. Alhamdulillah hari ini saya mendapatkan jadwal hanya 1 kali.

Namun berita buruknya, hari ini adalah perpisahan dengan kak Fashila. Guru matematika di

tempat kami. Sedih? Iya. Bagaimana tidak? Jika kehilangan salah satu pembimbing kami.

Setelah sekolah, para guru mengadakan acara perpisahan dengan kak fashila dengan

acara makan-makan. Namun saya dan teman saya memutuskan untuk tidak mengikuti acara

tersebut. Karena teman saya sedang sakit, maka saya pula tidak mengikutinya.

Page 19: Diary PKL

16 Januari 2016

Go Hat-Yai!

Hari ini pukul 09.00 pagi saya, kak Ella, kak Firdaus dan mbak Desti pergi menuju Hat-

Yai untuk jalan-jalan. Jadwal hari ini adalah mengunjungi City Park Hat-Yai, cukup jauh

memang dari sekolah kami. Sekitar 1 jam dengan menaiki 2 kendaraan umum yang disebut

songtheu. Ingat apa yang saya ceritakan kemarin? Perbedaan Songtheu dan thuk-thuk adalah,

Songtheu adalah kendaraan yang mengantar antar provinsi, sedangkan thuk-thuk antar daerah

dalam provinsi. Ukuran Songtheu dan thuk-thuk pun berbeda. Songtheu lebih besar dari thuk-

thuk. Hal yang menjadi tanda untuk mengetahui kemana kendaraan tersebut akan pergi adalah

dengan cat mobil tersebut.

Setelah sampai di city park, kami memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu. Setelah

sarapan selesai kami menaiki bus atau mobil yang kak Ella menyebutnya Pokemon karena

memang bagian depannya dibentuk dengan bentuk tokoh kartun tersebut. Saya kira city park ini

kecil layaknya alun-alun kota disana. Ternyata salah. Benar-benar salah. Jika digambarkan

rumah, di lantai bawah adalah tempat air mancur dan taman yang sangat indah, ada pula ice

dome yang akan memberikan sensasi bak di kutub. Sayangnya, saat ini adalah musim kemarau,

sehingga wahana ini tidak berfungsi dengan baik.

Setelah menaiki bukit dengan pokemon, kita akan dikejutkan dengan bangunan-bangunan

dengan arsitektur kerajaan yang indah. Saya tidak terlalu mengetahui fungsi bangunan tersebut.

Namun saya kira hanya orang-orang tertentu yang dapat masuk kesana. Semakin naik ke atas.

Bertemulah kita dengan patung besar Budha yang berdiri dengan tegap dengan ukuran yang

sangat besar. Dan pemandangan yang disuguhkan WOW! Indah sekali. Disini banyak para

penganut Budha yang melakukan ibadahnya. Jika dalam Islam, mungkin ini semacam masjid

Agung kali ya. Besar nan indah! Karena saya dan teman-teman bukanlah penganut Budha, kami

hanya mengambil foto sejenak.

Page 20: Diary PKL

Next trip kita adalah menuju tempat

tinggal kak Ulid. Kak Ulid ini juga orang

Indonesia yang mengajar di Thailand, disana

sudah ada kak Lini, kak Nisa yang merupakan

lulusan UIN Riau dan bisa ditebak, mereka

adalah orang asli Riau. Senang rasanya bisa

bertemu dengan orang-orang yang bisa

memahami apa yang kita katakan. Tidak

butuh waktu lama, kami terasa sangat dekat.

Setelah berkenalan satu sama lain,

kami jalan-jalan menyusuri pasar Hat-Yai, tepatnya pasar makanan. Berbagai jajanan khas

Thailand dijual disana. Namun kami malah mencari jam dinding untuk diberikan kepada sekolah

ketika kami pulang nanti. Harganya cukup terjangkau. Hanya sekitar 80 ribu rupiah. Kami

mencari tekstur jam yang mirip dengan khas Indonesia yakni yang dilapisi oleh kayu.

Disini banyak sekali penjual manisan buah. Saya dan kak Firdaus yang jailnya masya

allah. Mengincipi berbagi macam manisan buah tersebut yang pada akhirnya kami hanya beli 1

jenis manisan buah. Karena menurut saya, buah yang satu ini, sepertinya tidak pernah saya

temukan. Dengan perut yang kenyang karena puas menjadi taster manisan buah tadi, kami

menuju BIG C Center Hat-Yai.

Disana banyak sekali barang-barang cuci gudang yang dijual dengan harga sangat murah.

Disinilah kami menghabiskan banyak uang. Haha. Namun kami tetap memperhitungkan

kebutuhan untuk 2 Minggu yang akan kami lampaui. Setelah puas belanja hingga Maghrib

berukumandang, akhirnya kami pulang. Bukan ke asrama, namun kita sengaja menyewa 1 kamar

di lantai 3 masjid Moslem Assosiation untuk 1 malam dengan tarif 100 baht per orang yakni

saya, fatma dan mbak Desti. Hal yang menjadi daya tarik dan pelajaran tersendiri bagi saya

adalah ikatan ukhuwah disini. Dengan posisinya sebagai minoritas, mereka mampu menunjukkan

betapa agama Islam adalah agama yang cinta akan perdamaian. Mereka begitu welcome dengan

kami yang bukan warga negaranya. Tanpa curiga dan sebagainya. Meski berbeda aliran, bagi

mereka Islam hanyalah 1. Subhanallah.

Page 21: Diary PKL

Meski jadwal trip kami tinggal satu, kami memilih untuk istirahat. Karena sudah terlalu

lelah jalan-jalan. Kami istirahat dengan menikmati fasilitas yang ada. Ini kamar dalam masjid

namun fasilitasnya sangat lengkap. Selain AC, kami juga disediakan kipas angin. Sangat nyaman

berada disini.

17 Januari 2016

Masih di Hat-Yai

Hari ini kami tidak memiliki jadwal jalan-jalan. Namun kami sudah membuat janji untuk

pulang ke asrama pada pukul 10 pagi. Sebelum itu, saya ingin memanjakan diri sejenak

mumpung liburan. Setelah subuh saya mengobrol dengan teman-teman sekamar saya, yang tanpa

sadar kemudian saya ketiduran lagi. Hehe

Pada sekitar pukul 9 pagi, setelah mandi dan siap-siap kami mencari makanan untuk

sarapan sekaligus jalan-jalan. Namun kami hanya menemukan Mithiau, mie yang diberi lubcin

(semacam tempura dkk.) didalamnya. Enak sih, sayangnya agak sedikit asam. Porsi yang

disediakan sangat besar. Yang biasanya kami makan mie tidak pernah kenyang, kali ini makan

mie melebihi kenyang. Alhamdulillah.

Setelah makan kami kembali ke tempat tinggal, megambil barang-barang kami dan

kemudian menuju tempat tinggal kak Ulid yang disana sudah ada kak Ella, kak Firdaus, kak Lini

dan kak Nisa‟. Mengobrol banyak dengan kakak-kakak tersebut. Hingga akhirnya kami harus

pulang, karena Fatma hendak bertemu teman-teman kami dari sekolah lain di Shamila beach.

Namun pertemuan itu berubah menjadi haru, dengan perpisahan kak Ella dengan kakak-kakak

yang lain. Semua saling memeluk dan bersalaman. Begitu pula dengan kami. Di akhir, kami

mengambil foto bersama dengan kakak-kakak tersebut.

Perjalanan panjang dari Hat-Yai menuju Songkhla lumayan membuat kami merasakan

kantuk yang luar biasa, didukung semilir angin yang melengkapi rasa kantuk kami. Sesampainya

di Songkhla, kami mengantarkan Fatma untuk menemukan tuk-tuk menuju Shamila beach.

Karena sudah mulai kehabisan uang dan uang ringgit yang kami tukarkan sewaktu di Indonesia

Page 22: Diary PKL

tidak berguna, maka kami menuju money changer untuk menukarkannya dengan uang baht.

Lumayan lah 100 ringgit, bisa menjadi 800 baht.

Setelah itu kami memutuskan untuk pulang, dan ternyata untuk mendapatkan songtheu ke

Chana, kami harus berjalan kaki cukup jauh dari posisi tuk-tuk. Sebenarnya, kami bisa

menggunakan tuk-tuk untuk kesana, namun untuk menghemat 20 baht yang kami punya,

akhirnya kami berjalan kaki. Hari ini hujan deras mengguyur Thailand. Sehingga sesampai kami

disana, kami beristirahat dengan sangat nyaman.

18-21 Januari 2016

Jaga Ujian

Tidak ada banyak hal yang bisa saya lakukan beberapa hari ini, karena minggu ini

mereka melaksanakan ujian tengah semester. Sehingga kegiatan malam baik bi‟ah maupun

pengajaran Al-Qur‟an diliburkan sementara waktu selama 1 minggu. Namun adik-adik sangat

senang sekali berkumpul di kamar kami. Terkadang, kami membantu mereka belajar, terkadang

kami bercanda dengan mereka, namun tidak jarang pula mereka mendengarkan nasyid dari

laptop kami.

Ujian disini sangat unik menurutku. Mereka tidak akan mencontek meskipun mereka

tidak paham dan tidak bisa mengerjakan soal tersebut. Mereka selalu menciptakan keadaan yang

tenang dan kondusif untuk ujian. Meski demikian, masih ada saja siswa yang melakukan

kecurangan dalam ujian. Beberapa kali saya memergoki siswa yang mencontek. Namun sebagian

besar, mereka malah memilih tidur setelah mengerjakan soal.

Satu hal yang aku pahami bahwa menjaga ujian itu mengundang rasa kantuk dan bosan

dalam diri. Apalagi ketika para siswa tidur. Untunglah waktu yang disediakan hanya 45 menit

karena menyeimbangkan soal yang diberikan. Soal yang diberikan sangat sedikit dan menurut

saya, sangat mudah. Dibandingkan soal ujian di Indonesia, soal tersebut tidak ada apa-apanya

deh. Pengalaman ini membuatku menyadari bahwa sebenarnya sistem pendidikan yang

diterapkan di Indonesia sudah sangat baik dan maksimal. Inilah yang membuat saya bangga

kepada negara saya dengan sepenuh hati.

Page 23: Diary PKL

22 Januari 2016

Buffair

Hari ini adalah hari perpisahan dengan kak Ella. Kak Ella harus pulang ke Indonesia

untuk melanjutkan S2. Menyedihkan? Iya. Bagaimana tidak, kita kali ini harus benar-benar

hidup dengan mandiri. Bismillah. Semoga lancar hingga akhir.

Hari ini adalah hari terakhir ujian. Kru Hamidah mengajak adik-adik untuk ke Buffair.

Buffair ini adalah sebuah tempat makan yang mana menyediakan berbagai jenis makanan.

Dengan membayar hanya 150 baht setiap orang, kami bisa makan sepuasnya. Namun, jangan

coba-coba untuk tidak menghabiskan makanan yang kita ambil atau kita akan kena denda. Kami

berangkat dengan menggunakan mobil van milik Kru Faison bersama adik-adik. Kru yang ikut

hanya 2, kru Hamidah dan kru Sukiah. Untunglah kru Hamidah pandai berbicara dalam bahasa

Inggris sehingga kami bisa mudah berbicara satu sama lain. Ternyata kru Sukiah pun pandai

memahami bahasa Inggris meski tidak bisa banyak bercakap.

Untuk menuju ke sana, kami melewati banyak sekali pemandangan yang indah. Mulai

dari gunung, pantai, sleepping Budha. Sangat Indah. Di tambah lagi kami berangkat kesana

ketika senja mulai tampak. Warna orange langit seakan menyatu dengan warna laut yang kebiru-

biruan. Sesampainya di buffair kami kembali disuguhkan dengan pemandangan bukit yang indah

disertai Masjid yang megah. Subhanallah.

Setelah menunaikan sholat maghrib, kami mencari meja kosong. Kemudian saya

membantu kru Sukiah dan kru Hamidah mengambil makanan yang akan kami lahap. Daging,

seafood, nasi goreng, berbagai makanan penutup dan berratus-ratus jenis makanan lainnya.

Sedangkan para pelayan menyediakan minuman dan tempat pembakaran daging dan sea food.

Untuk mengambil makanan saja, saya bolak-balik sekitar empat kali. Dan setiap saya ke meja

selalu membawa 3 piring makanan. Belum lagi kru Sukiah dan kru Hamidah membawa banyak

piring pula.

Kebetulan saya mengambil nasi goreng yang sangat pedas. Saya dan teman saya, mbak

Desti melahapnya dengan baik. Maklumlah, kita sangat merindukan masakan Indonesia yang

pedas. I like it so much, kerinduan saya pada Indonesia lumayan terbayar dengan makanan ini.

Page 24: Diary PKL

Setelah itu berlanjut ke makanan yang lain. Entah sudah berapa jenis makanan yang saya lahap.

Hingga akhirnya saya berkata pada kru Hamidah. “kru, I give up”. Kru Hamidah tersenyum

sejenak dan berkata pada saya “Amrita, No, no give up.” Hadeh.

Setelah puas melahap makanan, buah dsb. Kami pulang, namun tidak langsung menuju

asrama, melainkan kami mengantarkan adik-adik ke rumah mereka masing-masing. Disinilah

saya baru menyadari sisi lain dari Thailand Selatan. Penuh dengan hutan. Rumah pun jarang.

Bahkan beberapa sangat gelap. Karena banyak yang diantarkan, sehingga kita sampai di asrama

sekitar pukul 12 malam. Karena sudah lelah, saya menuju kamar mandi untuk sholat Isya‟ dan

kemudian tidur dengan sangat nyenyak dengan perut yang sangat penuh.

23 Januari 2016

Pertemuan dengan teman-teman

Pagi ini saya harus ke Chana untuk membayar uang kereta ke Bangkok untuk minggu

depan. Kami menggunakan songtheu untuk kesana. Disana saya kembali bertemu dengan Fatma

dan Adam. Bahkan kami sarapan bersama di warung depan stasiun Chana sembari menunggu

kawan-kawan. Namun karena mereka terlalu lama, sehingga kami berjalan-jalan di pasar Chana

yang posisinya memang sangat dekat dengan posisi kami.

Setelah kami sudah lelah dengan berjalan-jalan di pasar tersebut, kami mendapatkan

informasi bahwa mereka telah berkumpul di 7 eleven dekat pasar Chana. Kami berjalan kaki

kesana untuk menghemat uang. Dan pertemuan itu terjadi. Bertemu dengan teman-teman

seperjuangan kami. Mendengar kisah-kisah mereka yang sangat unik.

Page 25: Diary PKL

Bertemu dengan teman seperjuangan adalah hal terindah bagi kita. Mereka bisa paham

apapun yang kami katakan adalah hal yang paling menyenangkan ketika di negara orang. Yah,

itulah derita kami yang buta, tuli dan bisu tentang bahasa Thailand di negara Thailand. Setelah

membayar, saya, mbak Desti, kak Firdaus, Fatma dan Adam pun berpamitan pulang karena

setelah dzuhur kami memiliki jadwal jalan-jalan ke Hat-Yai.

Prince of Songkhla Univeristy. Kamus megah nan mewah. Disini sedang diadakan

pameran muslim. Sehingga seluruh muslim di Thailand Selatan ini berkumpul disini. Nanti

malam ada semacam pengajian di kampus ini. Jadi, bisa dipastikan bahwa saya akan di sini

hingga nanti malam. Lumayanlah, dari pameran ini saya bisa beli 1 jubah dan makanan khas

patani untuk di bawa pulang minggu depan. Disana kami bertemu dengan teman-teman dari

kelompok lain lagi. Alhamdulillah.

Page 26: Diary PKL

Disana kami juga bertemu dengan mahasiswa dari STAIN Jember dan STAIN Kediri.

mereka adalah mahasiswa pertukaran pelajar. Meski perkenalan kami singkat, namun kami

berjalan-jalan mengelilingi kampus ini bersama. Bahkan kami berbagi cerita pengalaman kami

masing-masing. Suka dan duka mereka. Mereka harus menyelesaikan program dan kontrak

selama 5 bulan. WOW! Perjuangan mereka sangat luar biasa. Terimakasih sudah mengajarkan

saya untuk bersyukur dek.

24 Januari 2016

Bersih-Bersih Kamar

Karena dua hari ini kami sudah jalan-jalan, kami memutuskan untuk istirahat di kamar.

Karena saya punya cucian yang sudah menumpuk, saya memutuskan hari ini adalah hari untuk

saya bersih-bersih. Baik dari pakaian hingga kamar.

Cucian hari ini sangat banyak, maklumlah meskipun adik-adik kemarin-kemarin ujian,

pulangnya tetaplah pukul 4 sore. Dan saya belum sempat mencuci pakaian selama 1 minggu

dengan jadwal yang padat dengan jaga ujian dan jalan-jalan. Hehe. Oh iya, disini kami

diwajibkan ganti baju setiap hari. Bagaimana tidak? Para guru disini punya aturan pemakaian

baju. Kurang lebih seperti di Indonesia. Bedanya, jika di Indonesia harus menggunakan seragam,

Page 27: Diary PKL

di sini hanya di tuntut dress-code. Seperti contoh, untuk hari senin harus menggunakan pakaian

berwarna ungu, selasa warna hijau, rabu warna abu-abu atau biru, kamis warna cream, dan

jum‟at warna hitam. Nah, mereka bebas memilih. Mau kerudungnya saja yang warnanya

demikian, atau bajunya saja yang warna demikian itu terserah mereka.

Untuk siswanya, terkadang saya juga bingung karena seragam yang digunakan selalu

sama mulai hari senin-jum‟at selalu warna biru. Saya sendiri tidak pernah mempermasalahkan

soal pakaian itu. Yang pastinya, aturan penggunaan pakaian untuk guru itu berhasil membuat

cucian saya menumpuk. Hehe

Setelah mencuci pakaian yang banyak tersebut, saya membersihkan kamar. Karena sudah

banyak sekali sarang laba-laba di langit-langit kamar. Dengan didampingi lagu nasyid, saya

membersihkan kamar. Mulai dari langit-langit hingga lantai kamar. Hal ini saya lakukan

mengingat minggu depan kami sudah kembali ke Indonesia. Yang tentunya, saya tidak mau

memberikan kesan bahwa orang Indonesia sangat jorok. Hehe.

25 Januari 2016

Jadwal Penuh

Sepergi kak Ella, jadwal kak Ella sepenuhnya diserahkan kepada saya. Hari ini saya

harus mengisi 6 kelas dengan tingkatan dan kelas yang berbeda. Menjadi guru di sini, bagi saya

sangat berat. Khususnya untuk English. Bagaimana tidak? Buku pegangan mereka berada di

tingkatan yang tinggi sekali. Namun, pada kenyataannya dengan dasar dari english saja mereka

masih lemah. Terus terang ini yang membuat saya super gak betah.

Saya menyiapkan bab untuk introduction, kemudian tentang parts of time. Awalnya, saya

ingin melakukan sebuah permainan kalimat, untuk melatih kemampuan speaking mereka.

Namun gagal total. Mereka tidak faham apa yang saya katakan. Hingga akhirnya saya menyuruh

mereka menuliskan pertanyaan untuk teman-teman mereka dalam bab introduction. Karena

kehabisan waktu, akhirnya saya menyuruh mereka untuk menyimpan pertanyaan mereka terlebih

dahulu.

Page 28: Diary PKL

Untuk parts of time sendiri, saya gunakan di dua kelas. Karena waktu yang terlalu singkat

dan persiapan yang membutuhkan banyak pikiran dan tenaga. Salah? Memang. Namun

bagaiamana lagi? Jika mereka dasarnya belum tau dan kita memaksakan mereka belajar buku

yang tingkatannya sudah tinggi, saya takut mereka semakin benci dengan bahasa Inggris. Meski

berat, saya harus menekadkan hati ini untuk berjuang dengan semaksimal mungkin hingga akhir.

Di kelas yang agak besar yakni 5/2 saya menyuruh mereka mengurutkan sebuah cerita

yang masing-masing sudah saya potong setiap paragrafnya. Namun sayangnya, mereka tidak

dapat memahaminya dengan baik. Sedangkan kamus yang disediakan hanyalah satu. Karena

pembelajaran hari ini belum dapat berjalan dengan baik, maka saya suruh mereka

menyimpannya untuk hari selanjutnya.

26 Januari 2016

Next full schedule

Dari 6 kelas, sekarang di 5 kelas. Karena bingung mau mengajarkan apa, akhirnya saya

memberikan mereka vocabulary tentang accessorise. Melihat saya membawa laptop, mereka

Page 29: Diary PKL

sangat antusias. Mereka kira saya tidak akan melakukan pelajaran hari ini. Namun kemudian

saya stop mereka untuk mengotak-atik laptop. Dan saya mulai menayangkan vocabulary terkait

accessoris. Mereka juga sangat antusias untuk mengajari saya bahasa siam (Thailand). Saya

hanya menayangkan gambar dan english, mereka yang menjawab english dan Siam.

Kelas selanjutnya, saya menyangkan video tentang finger. Alhamdulillah mereka pun

senang.

Page 30: Diary PKL

Di kelas yang lain, saya hanya melanjutkan materi sebelumnya. Yakni tentang giving

direction dan di kelas lain menggunakan parts of time. Namun saya berikan sedikit evaluasi agar

mereka dapat memahami dengan baik.

27 Januari 2016

First performance

Hari ini saya memiliki jadwal di 6 kelas lagi. Sebagian kelas yang kemarin saya beri

vocabulary tentang accessorise. Saya lakukan game untuk mengingat vocabulary. Yakni dengan

cara menyuruh mereka berdiri dan membentuk lingkaran besar. Selanjutnya, saya melemparkan

kotak pensil kepada salah satu murid dan menanyai bahasa Inggris dari wheen (Cincin (bahasa

Siam)) dan mereka menjawab dengan bahasa Inggris. Setelah mereka paham aturan mainnya.

Saya tingkatkan levelnya. Siapa yang tidak bisa menjawab dalam waktu 10 detik, akan dihukum.

Baik menyanyi maupun menari. Begitulah waktu 45 menit terasa sangat singkat dan

menyenangkan.

Di 1/1 saya menyuruh mereka untuk melakukan percakapan di depan kelas sesuai di

buku. Namun sebelumnya saya membacakan percakapan di buku tersebut dan mereka

menirukan. Ini saya lakukan untuk melatih mereka speaking. Kebetulan bab yang dibahas pada

Page 31: Diary PKL

waktu itu tentang dua sahabat yang satu menjadi dokter hewan dan yang satu menjadi pemilik

hewan. Kemudian saya tanya, siapa yang ingin menjadi dokter. Saya katakan kepada mereka,

siapa yang ingin menjadi dokter, harus bisa bahasa Inggris. Karena bahasa Inggris adalah syarat

pokok untuk bisa menjadi dokter.

Namun di kelas sebelumnya saya menggunakan materi tentang penggunaan a, an. Some,

much, many. Di kelas selanjutnya, yakni kelas 5/2 mereka tidak ada yang datang. Entahlah.

Mereka sangat sering melakukan ini. Absen dari kelas tanpa alasan. Dan di kelas selanjutnya

saya untuk pertama kalinya mengisi di 6/2. Kelas ini dihuni oleh 8 siswa, dengan 7 siswa laki-

laki dan 1 orang perempuan. Akhirnya saya menyuruh mereka untuk memperkenalkan diri.

Namun, baru saja pelajaran di mulai, kru Ma menghampiri saya dan mengatakan bahwa kru kyai

memanggil saya karena ada orang yang ingin bertemu dengan guru dari Indonesia. Saya pamit

dan meminta maaf kepada mereka karena kemungkinan itu adalah hari pertama dan terakhir saya

bertemu dengan mereka.

Di lantai bawah, saya sudah di tunggu oleh tiga polisi. Mereka hanya ingin menanyakan

kabar dan perasaan ketika tinggal di Thailand. Kirain ngapain gitu. Kami hanya dimintai nama.

Dan mengobrol singkat. Setelah itu mereka pergi. Dan buruknya, waktu itu bel berakhirnya jam

belum berdering. Sedangkan mereka sudah saya bubarkan. Bagaimana ini? Kak Huda kemudian

saya tanyai. Apakah tidak mengapa? Ternyata tidak mengapa.

Saya dan kak Huda kemudian saling curhat. Untunglah kak Huda sudah bisa bahasa

Melayu karena dia berasal dari Patani. Kak Huda juga menceritakan susahnya kak Huda ketika

mengajarkan disini. Karena kak Huda dari dulu hanya bercakap dengan bahasa Melayu. Dan

mau tidak mau, kak Huda harus belajar berbicara bahasa Thailand untung berjuang hidup di

sekolah ini. “Tak apelah. Budak-budak pun paham kalau awak tak boleh cakap Thailand.”

Begitulah kak Huda menguatkan saya.

Setelah Maghrib, tiba-tiba saya disuruh mengisi Bi‟ah pada hari itu. Disini, bi‟ah dibagi

dua. Hari senin untuk mathayum 1-3 sama dengan kelas 1-3 SMP. Dan hari Rabu, untuk anak

mathayum 4-6 sama dengan kelas 1-3 SMA. Kemudian karena saya lelah karena sudah mengisi

6 kelas tadi pagi, saya menyuruh mbak Desti untuk mengisi. Namun mbak Desti mengajak saya

Page 32: Diary PKL

untuk masuk juga. Akhirnya, kami masuk berdua. Mbak Desti menyuruh mereka melakukan

perkenalan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Ini mah mereka anak kelas ane semua. Hadeh.

Setelah perkenalan dari nama, alamat dan hobby, mereka meminta saya dan mbak Desti

untuk perform. Kami disuruh nyanyi. Lagu pertama yang kami nyanyikan adalah lagu yang

sebelumnya gagal kami bawakan ketika perkenalan di atas panggung. Yakni lagu Opick feat

Amanda. Bersujud kepada Allah, bersyukur sepanjang waktu. Kami hanya menyanyikan sedikit.

Namun anak-anak minta kami menyanyikan lagu nasyid “Rohman Ya Rohman”. Dan buruknya,

mbak Desti tidak mengetahui lagu tersebut sedangkan saya mengetahuinya. Berakhirlah saya

menyanyi solo “Rohman Ya Rohman” tersebut. Bersyukur, adzan isya‟ akhirnya berkumandang.

Sehingga tidak meminta lagu lagi dari kami.

28 Januari 2016

Reading day

Hari ini, kembali saya punya jadwal di 4 kelas. Kelas pertama adalah M.5 dengan durasi

waktu 90 menit. Di sini saya pertama kali masuk. Meski sebagian siswanya sudah sering bertemu

saya yakni kelas 5/2. Saya memperkenalkan diri saya sejenak. Dan kemudian membagi kertas

cerita yang sebelumnya saya berikan di kelas 5/2. Bukan untuk mengurutkan cerita, namun untuk

belajar reading.

Saya bagi potongan kertas tersebut kepada masing-masing siswa. Menyimak bacaan

mereka dan ternyata mereka pun belum lancar membaca alfabet. Oh, No! Nah terus, kemarin-

kemarin waktu saya ngajarin berarti mereka tak paham? Namun saya tetap menyimak dengan

sabar dan terkadang membenarkan pronounciationnya. Mereka senang sekali bisa bertemu

dengan kata-kata bahasa Inggris. Sehingga mereka mencobanya berkali-kali.

Setelah selesai, saya tuliskan di papan kata-kata yang sulit mereka katakan. Saya

mencontohkan dan mereka menirukan. Setelah itu, saya suruh mereka mengoperkan kertas di

tangan mereka ke teman di sebelah mereka. Dan saya kembali menyimak bacaan mereka satu per

satu. Waktu masih tersisa, dan akhirnya saya mengobrol dengan mereka terkait hobby mereka

dsb. Dan ternyata waktu berlalu sangat singkat. Bel berbunyi tanda waktu telah usai.

Page 33: Diary PKL

Kelas selanjutnya setelah sholat dzuhur adalah 1/1, saya mengajarkan mereka tentang

parts of time. Sama dengan kelas 1/2 karena tingkatan mereka sama. Suasana kelas saat itu

sangat gaduh, sehingga setelah saya menjelaskan saya menanyai anak-anak yang membuat gaduh

di kelas atas apa yang sudah saya terangkan. Barulah kelas bisa berjalan dengan kondusif.

Dan setelah 1/1 saya masuk 1/2 dengan materi yang berbeda. Karena mereka sudah

menyelesaikan materi tentang parts of time. Selanjutnya saya mengajarkan tentang accessorise.

Namun karena waktunya yang tidak tepat yakni di siang hari, sebelum mengajar, saya suruh

mereka berbaris seperti kereta dan memijat bahu teman di depannya. Alhamdulillah akhirnya

mereka tidak mengantuk. Setelah mereka semua bangun, saya baru memulai pelajaran. Karena di

kelas ini tidak terdapat LCD sehingga saya hanya bisa menunjukkannya di laptop. Saya

menyuruh mereka untuk melihat dan menirukan saya. Kemudian saya menuliskannya di papan

agar mereka dapat menulisnya.

Setelah Ashar, kami (saya dan mbak Desti) diajak untuk menemui kholi untuk

memberikan undangan acara penutupan PKL pada tanggal 29 Januari 2016 sekaligus

memberikan kenang-kenangan untuk sekolah. Setelah itu kami dipanggil ke kantor untuk

membuat sertifikat yang dibuatkan oleh kak Yopie.

29 Januari 2016

Last Day in Islam Witaya Nukhro

Hari ini adalah hari terakhir saya dan mbak Desti di Islam Witaya Nukhro. Pagi ini kami

disuruh untuk memberikan kata-kata perpisahan, pesan dan kesan di sekolah ini. Sangat sedih

rasanya harus meninggalkan mereka. Namun saya berkata pada saya sendiri. SAYA TIDAK

BOLEH MENANGIS!.

Setelah Pidato singkat saya, saya diberi kenang-kenangan dari sekolah yang diserahkan

oleh Babo. Dan kemudian kami berfoto bersama dengan guru-guru sejenak. Setelah itu, saya

harus menyelesaikan 4 kelas lagi sebelum saya diantarkan ke Rungroutte Witaya School. Nanti

pukul 2 siang.

Page 34: Diary PKL

Karena hari terakhir, saya tidak bisa maksimal dalam memberikan materi kepada mereka.

Untuk kelas 6/2 saya suruh mereka reading dan membenarkan jika terdapat kata yang salah.

Karena terpotong dengan acara pagi tadi. Sehingga jam pertama tidak bisa maksimal. Setelah itu

adalah kelas 4/2 sama, mereka juga saya suruh membaca tentang tempat-tempat menarik di New

York. Kemudian saya beri motivasi sedikit. Bahwa untuk bisa ke New York, Kita harus bagus

dalam berbahasa Inggris dst.

Kelas selanjutnya adalah kelas M. 4. Saya melanjutkan giving direction yang belum

terselesaikan. Namun kali ini melibatkan mereka. Agar mereka tidak mengantuk. Saya bagi

masing-masing baris dengan nama-nama tertentu. Turn right untuk baris pertama, turn left untuk

baris kedua, in front of untuk baris ketiga dan behind untuk baris ke empat. Namun sebelumnya

saya suruh mereka menulis. Karena sebelumnya, mereka hanya mengingat tidak menulis.

Kini saya akan menunjukkan arah, ketika saya katakan turn right, maka baris pertama

harus berdiri dan ketika saya katakan turn left harus berdiri dan seterusnya. Saya

menunjukkannya dengan tetap berpedoman pada peta. Dan alhamdulillah. Mereka tidak sempat

mengantuk dengan pelajaran ini.

Di kelas terakhir yakni 6/2 saya mengajarkan penggunaan a, an. Some, much, many.

Karena spidol yang biasanya saya gunakan habis, Maka saya menggunakan kertas untuk

menjelaskannya. Alhamdulillah mereka bisa memahami dengan baik.

Page 35: Diary PKL

Setelah sholat jum‟at, kholi sudah bersiap mengantar kami menuju Rungroutte Witaya

School. Kami pun bersiap-siap. Lalu kami berpamitan kepada para guru dan tetoh. Di kantor

tidak ada satu orang pun. Sehingga kami hanya berpamitan dengan kak Huda. Kak Huda

memeluk saya dengan mata berkaca-kaca. Ah, kak Huda. Bikin saya terharu saja. Dan

dilanjutkan pula adik-adik dari kelas 1/2 dan 2/2 keluar dari kelas dan lantai 2 yang menambah

rasa haru itu.

Setelah sampai di Rungroute, perasaan haru semakin menjadi-jadi bisa bertemu dengan

teman-teman. Kami mulai saling menceritakan pengalaman satu sama lain. Alhamdulillah acara

penutupan berjalan dengan lancar. Karena masih menunggu pembagian souvenir untuk sekolah

lain sedangkan untuk sekolah kami selesai, kami akhirnya memutuskan untuk menuju ke Stasiun

Chana lebih awal dari yang lain.

Sesampainya disana, saya, mbak Desti, kak Firdaus, kak Yopie dan kholi berfoto sejenak.

Namun sebelum pulang, kholi sempat memberi kami masing-masing uang 100 baht.

Alhamdulillah. Terimakasih kholii.

Page 36: Diary PKL

Selanjutnya kami habiskan waktu kami di kereta sembari saling menceritakan

pengalaman kami masing-masing. Satu hal yang saya rasakan perbedaan antara berangkat

dengan pulang adalah, kekompakan kami semakin meningkat. Yang dulunya diam-diaman.

Sekarang seakan tidak ada sekat antara perbedaan jurusan. Terimakasih Allah. Selama satu bulan

saya sudah dipertemukan dengan orang-orang yang baik hati.

30 Januari 2016

Terlantar di Bangkok

Setelah menaiki kereta beberapa jam dan sampai di stasiun Bangkok pada pukul 12.00

siang, kami terlantar disana. Berada di depan stasiun hingga pukul 3 sore. Kelaparan pun mulai

menyerang perut saya. Saya berusaha menahannya. Karena bisa ditebaklah, disini sulit mencari

makanan halal.

Setelah tiga jam menunggu, akhirnya mas Ridho dan pak Amar datang. Kami menaiki

bus dengan tarif 2000 baht. Syukurlah dapat yang murah. Sebelumnya kami iuran 200 baht untuk

transportasi pulang-pergi Bangkok. Ternyata rencana ini meleset dari rencana awal yang

rencananya kita bakalan menerlantarkan diri di Bandara menjadi di Stasiun dan kami disediakan

hotel oleh fakultas, yang bayar? Fakultas juga. Hehe.

Setelah naik bus kira-kira 1 jam. Kami akhirnya berhenti di depan Rajamanggala. Lagi-

lagi di tempat ini. Namun berbeda gang dan taukah kalian? Jarak antara kita turun ke tempat kita

tinggal, sangat jauh. Hingga koper teman-teman banyak yang rusak. Ada yang rodanya rusak,

ada yang pegangannya rusak. Namun kami bersyukur bisa segera sampai.

Saya satu kamar dengan Ilvi. Keputusannya adalah satu kamar berdua. Dan saya, berada

di lantainya para cowok. Sedangkan teman-teman cewek yang lain, kamarnya semuanya berada

di lantai tiga. Akhirnya, di malam hari saya dan Ilvi hanya jalan-jalan berdua. Mencari makanan

halal yang artinya harus keluar dari gang dulu dan untuk keluar dari gang sangatlah jauh. Namun

kita masih sempat saja jalan-jalan di pasar malam. Lelah tidak menjadi halangan bagi kami untuk

jalan-jalan.

Page 37: Diary PKL

31 Januari 2016

Indonesia, I’m coming

Di pagi hari, saya dan Ilvi masih bermalas-malas ria. Meskipun teman-teman sudah

mengajak beli makan, kami tetap molor. Sangat lelah memang. Setelah mengepack barang kita,

kami membersihkan diri karena jam 10 harus sudah berangkat ke bandara Don Mueang. Saya

sarapan dengan nasi Ilvi yang tadi malam tidak dihabiskan. Tak apalah untuk pengganjal perut.

Kami kembali menaiki bus untuk menuju bandara. Tanpa didampingi siapapun. Kami

sampai di Bandara jam 12 siang. Sedangkan check in dilakukan 2 jam sebelum keberangkatan.

Karena kami berangkat pukul 4 sore. Maka kami baru bisa check in jam 2. Lagi-lagi kami harus

terlantar 2 jam di Bandara. Teman-teman banyak yang mengambil foto sedangkan saya

menunggui koper mereka.

Setelah 2 jam terlantar akhirnya kami melakukan check-in. Setelah proses check-in usai,

kami bertemu dengan orang-orang yang ternyata dari jawa pula. Mereka bercakap menggunakan

bahasa jawa. Senangnya bisa bertemu dengan orang yang paham bahasa kita. Kami mulai masuk

pesawat pukul 4 sore. Sangat tepat waktu. Baiklah kita akan menghabiskan waktu 4 jam di

langit.

Di pesawat, kami disuguhi makanan Indonesia. Nasi Kuning. Rindunya aku padamu.

Setelah saya melahap semuanya, saya bisa tidur dengan nyenyak. Saya duduk di sebelah Habib

dan Iqbal yang mereka berdua selama di Thailand dituntut untuk merilis lagu dan permainan.

Karena mereka mengajar anak TK. Selama perjalanan mereka menyanyikan lagu-lagu hasil

aransemen mereka. Saya hanya tertawa dengan tingkah mereka.

Setelah 4 jam mengudara, akhirnya kami mendarat. Namun cuaca sedang buruk, sehingga

untuk mendarat saja, membutuhkan waktu setengah jam. Syukurlah, kami selamat hingga di

Indonesia. Di Indonesia, kami langsung dijemput dengan bus Air Asia untuk menuju bandara 2.

Page 38: Diary PKL

Setelah mengambil koper, saya dan Ilvi mencari orang tua kami. Kebahagiaan yang tak terhingga

ketika sinyal kami tidak lagi bertuliskan R. Hehe. Welcome Indonesia.

Demikian kisah saya di negara orang, semoga bisa memberikan inspirasi untuk angkatan

selanjutnya agar ikut mengikuti program PKL di Luar Negeri yang tentunya bukan hanya

mengabdi namun juga belajar. Belajar untuk mandiri, belajar untuk survive, dan belajar untuk

mengenal banyak perbedaan. Karena kita baru bisa belajar melihat sesuatu dari sudut pandang

yang berbeda karena pengalaman. Khop khun kha.