diary pkl
TRANSCRIPT
FACULTY OF TARBIYAH & TEACHING TRAINING
MAULANA MALIK IBRAHIM STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF MALANG
INTERNSHIP REPORT
REFLECTIVE JOURNAL
January, 4th
– 31th
2016
Name : Amrita Puspa Devi Yunia
Student Number : 12130051
Date : January, 4th
– 31th
2016
Place/School : Islam Witaya Nukhroh, Chana-Songkhla,
Thailand
Supervisor : Muhammad Amin Chenu, M.A.
4 Januari 2016
Full of Journey
Pukul setengah 6 pagi semua anggota PKL Thailand telah berkumpul siap untuk
diberangkatkan ke negara Thailand untuk mengabdi atas nama Negara. Demikianlah dekan kami
memberikan pengarahan. Kira-kira pukul 8 kami akhirnya diberangkatkan ke Juanda untuk
check in dan penerbangan ke negara tetangga.
Alhamdulillah „ala kulli hal. Semua urusan mulai dari timbangan koper hingga
kebrangkatan sangat lancar tanpa satu pun dari kami yang bermasalah. Meskipun agak gugup
karena baru pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Juanda dan pesawat ditambah cuaca
buruk yang menyebabkan lampu darurat harus berkali-kali dinyalakan, Namun akhirnya kami
bisa sampai di Thailand dengan selamat pada pukul 4 sore.
Dari bandara Don Mueang, Bangkok. Kami melanjutkan perjalanan ke Guest House
sekitar 30 menit dengan menggunakan Bus yang VIP yang telah disiapkan oleh Mas Ridho DPL
kami selama PKL di Thailand dengan iuran masing-masing peserta 140 bath. Alhamdulillah
kami bermukim di lingkungan muslim dan dengan fasilitas sangat istimewa sehingga tidak
menyulitkan kita mencari makanan halal. Setelah sampai disana saya dan teman sekamar saya
memilih beristirahat mengingat keesokan harinya kami akan melanjutkan perjalanan ke tempat
PKLI di Thailand Selatan yang masih panjang.
5 Januari 2016
Perjalanan menuju Tempat PKL
Bangkok adalah momen yang tidak terlupakan. Di pagi hari, kami berjalan-jalan di
Rajamanggala National Sport sekaligus foto dan membeli makanan untuk sarapan. Namun kita
harus segera berangkat ke Thailand Selatan untuk tugas kita yang sesungguhnya.
Setelah itu kami menuju ke stasiun Bangkok untuk melanjutkan perjalanan ke Thailand
Selatan. Kami menuju stasiun dengan menggunakan bus 2 tingkat seperti sebelumnya dengan
biaya 140 baht dengan waktu tempuh 15 menit dari guest house. Setelah kami mengambil foto
sejenak di stasiun tersebut, kami menaiki gerbong kereta api 4 yang sudah dipesan untuk menuju
stasiun Chana dengan waktu tempuh 14 jam. Bosan? Sangat! bahkan lebih dari itu saya tidak
bisa memejamkan mata ketika malam tiba. Selain itu, fasilitas kereta api yang lebih buruk dari
Indonesia turut melengkapi kelelahan kita.
Namun di balik kelelahan kita tersebut, tersimpan banyak kenangan-kenangan unik yang
dapat menghapus sekat perbedaan jurusan diantara kami semua. Kami tertawa bersama, tidur
bersama, jail bersama, lelah bersama dan makan bersama. Ditengah canda kita pada malam itu,
yakni sekitar pukul 11 malam. tiba-tiba dua orang Perancis menghibur kepenatan kami. Salah
satu dari mereka mengajak teman kami berdansa. Sedangkan satu yang lain memainkan
harmonika mengelilingi gerbong 4. Sekitar pukul 12 malam saya baru dapat memejamkan mata
dengan lelap karena ketika itu seluruh penumpang di gerbong 4 telah terlelap.
6 Januari 2016
Welcome in South Thailand
Jadwal di tiket sih jam 8 pagi sudah sampai di stasiun Chana ternyata itu sama sekali
salah. Kita sampai di Chana pukul 10 pagi. Badan kami sudah benar-benar remuk di kereta tadi,
selain tidak menggunakan AC, tempat duduknya pun tak mendukung untuk istirahat. Untunglah
banyak pemandangan indah yang mengiringi perjalanan kami semalam sehingga kami benar-
benar lupa akan situasi mengenaskan tersebut.
Sesampainya disana, kami dijemput dengan menggunakan mini bus bagi perempuan,
entahlah mereka para lelaki menggunakan kendaraan apa. Kami terlalu lelah untuk mencari tau.
Dari hawa yang panas di kereta sekarang kami berada di hawa dingin karena AC bus. Bisa
terbayang bukan bagaimana buruknya rupa kami saat itu. Cukup hanya sekitar 20 menit untuk
sampai di Chariyatam Suksa Faoundation School tempat kita transit sebelum dijemput ke
sekolah Islam Witayanukhroh di Banthrap.
Disana kami disambut baik. Kami diarahkan ke tempat makan untuk sarapan. Setelah itu
kami mandi dan melepas lelah dengan tidur-tiduran ditempat yang disediakan khusus
perempuan. Tak disangka, sekitar pukul 12 siang kami diberikan konsumsi berupa nasi! Dan
lauknya masih sama dengan sebelumnya, Ayam namun diolah menjadi semacam capcay. Setelah
acara makan siang yang berdempetan dengan makan pagi tadi usai, kami menuju tempat acara
pelepasan para mahasiswa/i PKL UIN MALIKI Malang di tiga kota yakni Shongkhla, Yala dan
Pattani.
Setelah acara tersebut, saya bertemu dengan penjemput saya. Kabar gembiranya,
penjemput saya adalah orang Riau. How Lucky am I. Dia berbicara bahasa Indonesia meski
dengan nada Melayu. Dia adalah keluarga pertama saya di Islam Witayanukhroh yang setia
membimbing kami untuk hidup di Thailand seperti ia dulu. Dia sudah 1 tahun tinggal di Thailand
untuk mengajar B.Inggris. Namanya kak Ella. Namun ia tak sendiri, ia bersama Kang Yopi yang
juga orang Indonesia yakni Siak, Riau dan Kru (sebutan untuk guru) Nawawi orang Thailand asli
yang pernah tinggal di Malaysia. Sehingga saat kami berada dalam mobil jemputan, kami
khususnya saya dan teman kelompok saya namanya Mbak Desti dari Jurusan PBA tidak merasa
dideskriminasi. Dan dari sanalah kami berpisah dengan teman-teman yang lain. Berjuang
sendiri-diri di sekolahan tujuan masing-masing. Bismillah.
Tempat PKL kami sangat jauh dari Chariyatam Suksa Faoundation School sehingga
pukul 4 sore kami baru sampai di sekolah Islam Witayanukhroh. Sesampainya disana, saya dan
mbak Desti meletakkan barang kami sejenak ke kamar Kak Ella. Ya, kami numpang di kamar
kak Ella. Setelah itu kak Ella mengenalkan kami kepada kru-kru perempuan dan laki-laki disana.
Mereka menyambut kami dengan senang hati. Kami juga berkenalan dengan kak Firdaus, kru
yang mengajar B.Arab, SKI dan pelajaran keislaman lainnya. Dia adalah perempuan bercadar.
Dikamarnya kami akan numpang mandi, mencuci dsb.
Ketika kami datang, sekolah sedang mengadakan acara untuk hari anak nasional. Banyak
diantara murid mereka yang berjualan makanan hingga minuman yang beraneka ragam untuk
memeriahkan hari itu pula. Acara tersebut akan berlangsung selama 3 hari dengan rincian 1 hari
untuk hari anak nasional dan 2 hari untuk hari akademik nasional.
Pukul setengah 5 sore, para kru baru boleh meninggalkan kantor. Sehingga saya, mbak
Desti dan kak Ella menunggu waktu tersebut dikantor. Disana kami diberi camilan masam oleh
kru Ilham istri dari Po‟o (sebutan untuk Gus di Jawa) atau Kru Amin. Setelah itu kami dibelikan
oleh beliau makanan malam dan kartu perdana secara gratis!. Setelah membersihkan badan kami
menyantap makanan tersebut. Setelah Isya‟ kami akhirnya dapat istirahat dengan sempurna.
Namun tiba-tiba kak Ella mendapat telepon dari Kholi (sebutan untuk menantu Pengasuh yang
memiliki tingkatan di bawah Po‟o). Kak Ella disuruh mengambil Toto (Badcover) dan bantal
yang merupakan alas dan bantal untuk tidur saya dan teman saya. Alhamdulillah, hari ini luar
biasa.
7 Januari 2016
Jadi Juri lomba English Screable
Pagi jam setengah 8 kami harus sudah masuk kantor. Meskipun hari ini masih acara. Hari
ini semua kru diwajibkan menggunakan baju pink. Dan saya tidak membawa baju pink bahkan
satu pun. Kerudung pink pun ikut-ikut tidak terbawa. Namun kak Ella dengan sabarnya
mengatakan “Tak ape. Namanya juga tak punya.” Kami mengelilingi sekolah untuk mengenal
letak-letak kelas berikut dengan kode-kodenya. 1 untuk kelas laki-laki dan 2 untuk perempuan.
Disini mereka dipisahkan kelasnya untuk laki-laki dan perempuan hanya untuk tingkatan Moplai.
Setelah observasi sekolah, Saya, Kak Ella dan teman saya ikut melihat pertunjukkan yang
dipersembahkan oleh para kru-kru mulai tingkat Anuban (TK) hinggga Mathayum yang terdiri
atas Moplai dan Mothon (SMA dan SMP). Hingga akhirnya beberapa anak-anak tingkat Mothon
mendatangi kami memberikan 3 gelas es yang ternyata dibelikan oleh kru Amin. Masih ingat?
Ya! gusnya pondok ini.
Acara dihentikan sejenak untuk melaksanakan sholat dzuhur. Ditengah istirahat tersebut,
tiba-tiba kru Amin memanggil saya dan mbak Desti. Pada mulanya kami bertanya-tanya, namun
ternyata membicarakan masalah kontrak, mata pelajaran dan uang makan. Beliau memberikan
saya kepercayaan untuk mengajarkan B.Inggris.
Pada hari akademik ini, setiap guru mata pelajaran diwajibkan untuk memberikan satu
perlombaan untuk para murid. Sehingga setiap kelas dihias sesuai dengan perlombaan mata
pelajaran apa yang diadakan di kelas tersebut. Karena saya dipercayakan untuk mengajarkan B.
Inggris, maka saya harus membantu guru pamong saya yang tak lain adalah kak Ella guide saya
untuk menyiapkan lomba tersebut. Lomba yang disiapkan oleh kak Ella adalah permainan
screable.
Kak Ella menunjuk saya untuk menjadi penghitung score sekaligus pengamat dalam
permainan screable tersebut dan kak Ella sebagai penulis score di papan tulis. Meskipun hanya
terdapat 2 kelompok yang mengikuti lomba ini dengan alasan karena lomba tersebut bersamaan
dengan lomba mata pelajaran lainnya, namun permainan ini sangat serius dan penuh kegemesan.
Para murid-murid pun terlihat antusias untuk memenangkan permainan.
Permainan screable ini sudah akrab dimainkan di Indonesia. Sebelumnya, kak Ella telah
mempersiapkan tutup botol yang sudah diberikan huruf dan score diatasnya dan papan berpetak
yang telah ditulis ketentuan scorenya yakni dengan tulisan double dan triple score. Permainan ini
dilakukan berkelompok. 1 group terdiri atas 3 orang. Di awal permainan, kak Ella memberikan
perintah untuk mengambil huruf tertentu dengan jumlah tertentu. Setelah semua ketentuan sudah
dibacakan, permainan barulah di mulai dengan suit. Siapa yang menang, dia yang dapat
memberikan kata pertama di atas papan screable. Jika mereka tidak menemukan huruf yang
diinginkan, mereka boleh menukarkan pada huruf yang tersisa dengan huruf yang dimilikinya
atau dengan memberikan tutup botol yang tidak tertulis huruf sehingga tutup botol ini bernilai 0.
Beberapa kali saya dan kak ella mencocokkan kata-kata yang mereka rangkai, apakah
sudah sesuai dengan vocabulary di dalam kamus. Dan memberikan nilai dengan cara mengalikan
score di botol dengan ketentuan di papan screable setelah itu di jumlah dari rangkaian nilai huruf
yang tersusun dalam setiap kata. Menyenangkan bukan? This method is recommanded! Thanks
kak Ella for this inspiration!
8 Januari 2016
Makan Besar!
Hari ini seperti biasa, kami masuk pada pukul setengah 8. Acara untuk hari akademik
tetap dilaksanakan. Namun kali ini berbeda dari biasanya, aku ikut nervous. Bagaimana tidak?
Kami disuruh memperkenalkan diri di atas panggung. Iya! Saya dan mbak Desti. Kak Ella
menyuruh kami mempersiapkan performance yang akan ditampilkan untuk berjaga-jaga jika
kami disuruh untuk memberikan penampilan tertentu. Yap! Dapatlah kita, yakni lagu Opick yang
bersyukur sepanjang waktu. Sepakat!
Detik-detik maju telah tiba, untunglah kami telah sarapan tadi pagi sehingga getaran
nervousnya tidak terlalu terlihat. Ketika maju, Ya, karena terlalu nervous maka vocab yang saya
gunakan pun serasa amburadul. Namun ternyata kak Ella mengatakan “Enggak kok.”. Seketika
itu rasanya hati sedikit demi sedikit merasa lega. Ketika saya sudah memperkenalkan diri saya,
semua melongo. Saya bingung, ini mereka paham atau enggak sih? Karena ketika itu saya
menggunakan bahasa Inggris dan Babo (kyai) juga menunjuk-nunjuk saya tanda kalo dia pun tak
paham. Hadeh! What should I do?? Akhirnya kak Ella membantu saya dengan
menerjemahkannya sedikit-sedikit dalam bahasa Thailand. Ketika kak Ella menanyakan apakah
ada performance yang akan ditampilkan. Jawaban saya dan teman saya serempak menjawab
“TIDAK”. *Dasaar.
Tadi pagi setelah sarapan, tetoh (putri kyai) memanggil kami untuk memberikan uang
makan selama 1 bulan. Asyiiik gajian. Namun tetoh mengatakan bahwa beliau menginginkan
kami memperpanjang PKL hingga pertengahan maret karena beberapa alasan. Pertama, karena
kami datangnya di waktu yang nanggung. Bulan Januari artinya sudah saatnya middle test karena
Maret adalah final semester. Alasan kedua, khususnya untuk saya adalah untuk menggantikan
kak Ella yang memang akan keluar dari sekolah ini pada tanggal 22 Januari. Kebingungan
langsung menyelubung dalam diri saya dan mbak Desti. Mereka mengatakan mau menanggung
semua biaya perpanjangan baik visa, maupun tiket pulang. Setelah konfirmasi dengan mas Ridlo
yang merupakan DPL kami. Maka diputuskan bahwa kami tidak memperpanjang PKL.
Hari ini kami diajak kru-kru perempuan untuk makan bersama di tepi pantai sambil
merasakan angin sepoi-sepoi dengan menaiki mobil panther yang dikendarai oleh kru Hayat.
Seorang janda yang mengajar tingkat Anuban. Pesanan awal sih sesuai selera masing-masing
namun saya benar-benar terkejut, makanan yang dikeluarkan, subhanallah. Buanyaaak. Mungkin
sekitar 10 piring lebih yang berisi lauk-pauk doang. Selanjutnya nasi goreng yang saya pesan
keluar dan bukannya jadi 1 piring saja malah menjadi 1 nampan. Ini siapa juga yang nambah-
nambahin?. Pesanan seperti ini terus keluar hingga beberapa kali. Saya pun hanya mengelus
perut saya yang memang benar-benar sudah terlalu kenyang. Tapi mereka masih santai
menghabiskan semua lauk-pauk yang ada di atas meja.
Acara makan besar ini diperuntukan untuk kak Ella yang akan meninggalkan sekolah dan
kembali ke Indonesia di bulan Januari ini. Meski mereka sedikit sedih. Obrolan serius itu tetap
lancar dikatakan oleh kak Ella yang memberikan kata-kata perpisahan. Sedih? Tentu saya ikut
sedih, bagaimana tidak siapa lagi yang akan jadi guide saya disini. Setelah sambutan tersebut dan
telah diterjemahkan oleh kak Firdaus ke dalam bahasa Thailand (karena kak Ella sambutan
menggunakan bahasa Melayu), tak disangka makanan tetap datang dan katanya piring-piring
terakhir itu adalah bonus. Oh god! Perutku sudah terlalu penuh.
9 Januari 2016
Songkhla I’m coming
Hari ini adalah hari libur. Saya pergi ke Songkhla, Lee Subsin, pada pukul 10 pagi
dengan Songtheu. Songtheu adalah transportasi Tradisional di Thailand dan kita harus membayar
20 baht untuk itu. Namun, sebelumnya kita harus menjemput teman kami dari kelompok lain di
Deenul Islam. Saya, mbak Desti, Fatma (teman yang PKL di Deenul Islam), kak Ella dan kak
Firdaus membantu kami untuk mengenal Thailand dengan baik. Kami mencari barang-barang
murah untuk oleh-oleh keluarga, teman maupun yang lain di Indonesia. Dan akhirnya kami
menemukan kaos dan gantungan kunci yang sudah di diskon. Wow! How lucky are we.
Setelah membeli beberapa oleh-oleh. Kami pergi ke Tangkuan Hill. Darisana kami bisa
melihat pemandangan di seluruh Songkhla. Namun untuk kesana, kami menggunakan tuk-tuk
dan kami harus membayar 15 baht dan 30 baht untuk naik ke puncak. Disini kami tidak usah
bersusah payah mendaki menuju puncak, karena kita hanya menaiki lift untuk kesana. Disini
kami bertemu dengan teman-teman dari kelompok lain. Setelah berfoto-foto sejenak, kami
menuju Shamila Beach.
Karena masih ada hal yang perlu dibeli lagi, akhirnya kita mampir ke Lotus lagi. Namun
kita tak lama disana karena ditakutkan kami tidak mendapatkan Songtheu untuk ke Islam
Witayanukhroh Banthrap, Chana.
Di Songtheu dan tuk tuk saya selalu menemukan identitas dari pengemudi yang
ditempelkan di kendaraan tersebut. Disertai pessenger protection center yang bisa dihubungi
untuk melaporkan pengemudi ketika ia melakukan kesalahan seperti kebut-kebutan, atau
menarik biaya di atas normalnya. Inilah contoh yang baik bagi negara kita untuk menekan
penggunaan kendaraan pribadi. Karena dengan demikian, penumpang merasa aman dan nyaman.
Oh iya, satu lagi. Di kendaraan, dilarang keras merokok dan penumpang laki-laki, diharuskan
mengalah kepada penumpang perempuan. WOW! Really excited.
Setelah sampai di sana di sore hari kami istirahat sejenak. Setelah berjama‟ah sholat
Maghrib, tiba-tiba Babo memanggil kami untuk ke rumah beliau. Kami bercengkrama panjang
dengan beliau. Mulai dari nama, jurusan, umur dan keluarga kami. Satu hal yang baru saya
sadari, meski Babo setiap pagi selalu marah-marah di hadapan santrinya, sebenarnya beliau
adalah tipikal Ayah yang penyayang dan ramah. Bahkan keadaan pribadi kami pun beliau
tanyakan. Sayangnya, beliau bercengkrama dengan b. Arab. Meskipun saya paham dengan apa
yang beliau maksud, untuk menjawabnya saya masih gelagapan.
10 Januari 2015
Mencicipi Jajanan Thailand
Setelah kemarin lelah jalan-jalan akhirnya kami memutuskan bahwa hari ini adalah hari
istirahat. Karena asyiknya beristirahat kami pun lupa untuk sarapan dan mandi. Hingga akhirnya
kak Ella merasa kelaparan dan menanyakan kepada saya dan mbak Desti hendak makan apa.
Yang artinya, kak Ella akan membelikan kami makan (nitip maksudnya). Karena kak Ella
memang saat itu sedang dipenjami motor oleh kru yang piket pada hari itu, maka kami tak segan-
segan menitipkan sarapan kami.
Tidak disangka ternyata kak Ella membawa banyak makanan untuk sarapan dan untuk
sore hari. Kita mulai melahap mereka semua dengan selahap-lahapnya. Ketika sore tiba, para
kru-kru piket hendak mencari udara dengan berjalan ke Songkhla. Saya, kak Ella dan mbak Desti
hendak menjelajah jajanan Thailand. Akhirnya kami menitipkan uang sejumlah 30 baht dan
entah kak Ella menambahkan uang berapa baht dalam titipan tersebut. Sehingga saat mereka
kembali, banyak sekali jenis-jenis jajanan yang dibeli mulai dari mitiauw (semacam bakso), Thai
tea dan entahlah apa sebutannya, di Indonesia kami menyebutnya tempura namun ragam rasa dan
bentuk mereka banyak sekali. Saya dan mbak Desti tidak sabar menyergapnya. Oh iya, satu lagi
yang belum tersebut, mangga. Di Indonesia biasa disebut Mangga bacem. Namun agak berbeda,
warna mereka tetap namun ada beberapa bumbu yang membuat mereka berasa mangga bacem
semacam masam-manis. Intinya, hari ini adalah food day.
11 Januari 2016
Full English Day
Hari ini adalah hari pertama saya observasi langsung di kelas Bahasa Inggris. Saya
membuntuti kak Ella kemanapun ia pergi. Mulai dari kelas 2/2 hingga kelas 6/2. Dan hasilnya
mengejutkan! Kelas 2/2, masuk pukul 8 a.m. kelas belum dipiketi dan kelas teramai dari kelas-
kelas yang telah diobservasi. Untung kak Ella sabar. Jam 10.15, kelas 1/1 meskipun mereka
cowok mereka sangat penaat. Jam 11, kelas 4/2 khusus bahasa Inggris hari ini mereka ujian
speaking dan pertanyaan yang dikemukakan untuk mereka adalah sekitar “what is your hobby?”,
“what do you want to be in the future?” dan hanya sekian orang yang mampu menjawab. Oh
God!
Waktu istirahat tiba, kita akan masuk lagi pada pukul 1 p.m. Kelas 1/2 mereka agak ramai
namun masih bisa dikoordinasi. Setelah kelas ini, kita kosong jadwal 45 menit lagi. Karena lelah
naik-turun, akhirnya saya dan kak Ella beristirahat di perpus sambil menikmati angin sepoi-sepoi
dari kipas angin. Ya! Di Thailand sudah masuk musim panas. Setelah itu kami melanjutkan ke
kelas 4/2 dan hal yang mengejutkan terjadi. Mereka hanya 3 orang, dan yang lain? Entahlah.
Kelas 6/2 pun demikian. Inilah yang membuat kami bingung. Karena setiap mata pelajaran
memiliki alokasi waktu hanya 45 menit, maka saya dan kak Ella memutuskan untuk menunggu
hingga bel berbunyi. Setelah kami turun, ternyata mereka berada di lantai bawah. Tepatnya di
taman sekolah sambil santai-santai. Hah? What‟s wrong with you guys?
Sekolah sudah dipulangkan pada jam 4 p.m. Namun para guru baru boleh meninggalkan
kantor pada pukul 4.30 p.m. Kami pun akhirnya meninggalkan kantor pada pukul 4.30 p.m.
setelah mandi dan sholat ashar kami beristirahat sejenak. Ketika maghrib tiba saya ke Masjid
untuk sholat berjama‟ah. Ah, saya lupa menceritakan hal ini. Disini semua santri wajib
berjama‟ah 5 waktu. Jika tidak? Tongkat akan berbicara.
Setelah sholat Maghrib ada acara belajar ngaji bersama Po‟o. Namun saya tiba-tiba
dihampiri oleh kru Hayat (guru piket malam hari itu). Beliau mengatakan bahwa saya harus ikut
kak Ella mengajar B.Inggris di kelas untuk jenjang kelas 1-3 Mathayum. B.Inggris lagi?? Oh no.
Setelah kegiatan tersebut, saya menuju masjid untuk sholat Isya‟ berjama‟ah dan akhirnya saya
istirahat setelah menyelesaikan laporan untuk hari ini.
12 Januari 2016
Qur’an day
Kegiatan di sini hampir sama dengan di Ma‟had Sunan Ampel Al-Ali. Yakni setelah
subuh kita membaca wirdul latif. Dan setelah itu, kita belajar Al-Qur‟an dan saya harus
menyimak mereka. Bacaan mereka kebanyakan hanyalah bermasalah pada makhroj untuk huruf
lam khususnya untuk lafadz jalalah.
Hari ini adalah hari kedua saya observasi metode pembelajaran kak Ella. Namun saya
diharuskan mengikuti upacara pada hari itu. Urutan persis sama dengan di Indonesia. Hanya saja,
lagu kebangsaannya belum mengena ke hati. Setelah upacara, mereka di periksa. Apakah
atributnya lengkap ataukah tidak. Jika tidak, maka bersiaplah saya untuk melihat adegan
pemukulan yang lumayan menguji jantung saya. Hari ini tidak seperti sebelumnya. Kami hanya
punya 5 kelas untuk hari ini. Setelah sholat dzuhur, kami memiliki 2 kelas yang menggunakan 1
ruang kelas. Karena saya hanya mendampingi saya merasa sangat mengantuk. Akhirnya saya
berjalan-jalan dan melihat di pemandangan dari lantai 3. Dan saya baru tau bahwa jarak sekolah
dengan gunung kapur dapat di tempuh dengan jalan kaki. Wah, planning liburan nih. hehe
Alhamdulillah petang telah tiba. Saya pulang masih dengan hati berdebar karena esok
adalah hari pertama saya mengajar. Metode sih banyak, namun menjelaskan kepada mereka itu
yang sulit. Menyanyi pun tak boleh. Bid‟ah. Saya bingung. Namun di tengah kebingungan saya,
saya berusaha menghiburnya dengan membaca Al-Qur‟an. All be better. Because Allah will
never leave me alone.
Setelah sholat maghrib, saya disuruh mengajar Al-Qur‟an. Belajar Al-Qur‟an lagi? Iya
lah tak apa. Mereka antusias belajar Al-Qur‟an dengan saya. Hanya saja mereka sedikit terkejut
ketika saya mulai mengingatkan makhroj mereka. Mungkin mereka kira saya gak bisa baca Al-
Qur‟an. Hingga akhirnya mereka menyuruh saya untuk membaca Al-Qur‟an dihadapan mereka.
Apaan sih budak-budak nih? Yang disuruh belajar siapa, malah saya yang disuruh baca.
Akhirnya saya memutuskan menuruti permintaan mereka agar mereka mau membaca Al-Qur‟an.
Dan tanggapan mereka “Subhanallah very good teacher.” Nah lho? Kok jadi mereka yang
ngoreksi?
13 Januari 2015
Hari pertama mengajar
Hari ini saya mendapatkan jadwal di kelas 2/2, 5/2 dan 4/2. Di kelas 2/2 saya
menggunakan kertas berisikan perintah dan mereka mengoperkan sambil bernyanyi. Ternyata
mereka bisa menyanyi! Hanya saja mereka tidak diizinkan. Setelah menjelaskan dengan bahasa
inggris, bahasa gesture dan thailand sedikit. Akhirnya mereka paham dengan permainan yang
saya maksud. Alhamdulillah, mereka cerdas. Mereka cukup antusias memainkannya.
Kelas 5/2. masuk setelah sholat dzuhur. Di lantai 3. Hari ini luar biasa. Jika kemarin
hanya 3 orang yang datang, hari ini tidak ada yang datang! Luar biasa bukan?. Syukurlah saya
terhibur dengan kedatangan murid kelas 4/2. Hari ini mereka yang datang cukup banyak. Namun
kabar buruknya, mereka tidak paham apa yang saya katakan. Untunglah hari ini saya khususkan
untuk introduction dan refreshing sedikit. Jadi saya sedikit tau cara berkenalan dengan B.Thai.
Karena B. Inggris mereka cukup buruk, saya coba menebak mereka dengan kata-kata dasar.
Mulai dari name of Colour, peralatan kelas, kata ganti dan sebagainya yang sangat dasar.
Hari ini cukup melelahkan dan benar-benar menguras otak. Sejenak homesick
menyerang. Ingin pulang, kangen orang-orang yang paham bahasa saya. Namun saya tepis
dengan sangat gigih. SAYA PASTI BISA!!. Ketika Ashar datang, saya mencuci baju kotor saya.
Mereka sudah terlalu menumpuk. Perlahan kebahagiaan datang ke hati saya setelah kesedihan
tadi siang. Saya mulai mengoreksi, akankah saya menjadi guru yang selalu dirindukan?
14 Januari 2015
Hari kedua mengajar
Hari ini saya mengajar di kelas 1/1 dan 1/2. Semoga hari ini menyenangkan. Saya akan
memberikan lagu tentang arah seperti yang diajarakan waktu Shobahul lughoh di MSAA dulu.
“rolly polly, rolly polly, up-up-up
Rolly polly, rolly polly down-down-down
And up, and down, and shake-shake-shake
Jump to the right and jump to the left
And up, and down, and shake-shake-shake.”
Alhamdulillah mereka mengapresisasi lagu tersebut dan ikut melakukan gerakan yang saya
contohkan.
Setelah dzuhur saya punya dua kelas lagi 5/2 dan 4/2. Namun, 5/2 tidak ada yang hadir.
Sedangkan 4/2 yang hadir lumayan banyak dari sebelumnya. Untuk 4/2 hari ini saya khususkan
untuk perkenalan dengan adik-adik dan belajar sedikit banyak tentang posessive Pronoun.
Sayangnya mereka sedikit bingung karena perbedaan bahasa yang terjadi antara saya dan adik-
adik. Namun hal ini bukanlah hal yang harus saya takutkan, karena saya akan berusaha untuk
memperbaiki di pertemuan yang akan datang. Su su na Kha!
15 Januari 2015
Hari ketiga mengajar
Hari ini saya mengajar di kelas M.4. M.4 ini adalah kumpulan siswa kelas 4 dari berbagai
jurusan dan alhasil saya dihadapkan dengan 51 siswa dalam 1 kelas. Saya hadapi mereka dengan
mengajar bab Giving Direction. Karena mereka masih lemah dalam vocabulary, saya
memutuskan untuk memberi vocabulary dan memberi peta untuk mereka. Karena masih dasar,
saya memberi vocabulary English-Thai agar mereka mudah mengingatnya dan dengan kata-kata
dasar.
Dan memberikan evaluasi dengan memberikan peta sebagai berikut:
Dan saya memberikan panduan kepada mereka agar mereka dapat mengingat vocabulary
yang saya berikan dengan baik. Alhamdulillah hari ini saya mendapatkan jadwal hanya 1 kali.
Namun berita buruknya, hari ini adalah perpisahan dengan kak Fashila. Guru matematika di
tempat kami. Sedih? Iya. Bagaimana tidak? Jika kehilangan salah satu pembimbing kami.
Setelah sekolah, para guru mengadakan acara perpisahan dengan kak fashila dengan
acara makan-makan. Namun saya dan teman saya memutuskan untuk tidak mengikuti acara
tersebut. Karena teman saya sedang sakit, maka saya pula tidak mengikutinya.
16 Januari 2016
Go Hat-Yai!
Hari ini pukul 09.00 pagi saya, kak Ella, kak Firdaus dan mbak Desti pergi menuju Hat-
Yai untuk jalan-jalan. Jadwal hari ini adalah mengunjungi City Park Hat-Yai, cukup jauh
memang dari sekolah kami. Sekitar 1 jam dengan menaiki 2 kendaraan umum yang disebut
songtheu. Ingat apa yang saya ceritakan kemarin? Perbedaan Songtheu dan thuk-thuk adalah,
Songtheu adalah kendaraan yang mengantar antar provinsi, sedangkan thuk-thuk antar daerah
dalam provinsi. Ukuran Songtheu dan thuk-thuk pun berbeda. Songtheu lebih besar dari thuk-
thuk. Hal yang menjadi tanda untuk mengetahui kemana kendaraan tersebut akan pergi adalah
dengan cat mobil tersebut.
Setelah sampai di city park, kami memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu. Setelah
sarapan selesai kami menaiki bus atau mobil yang kak Ella menyebutnya Pokemon karena
memang bagian depannya dibentuk dengan bentuk tokoh kartun tersebut. Saya kira city park ini
kecil layaknya alun-alun kota disana. Ternyata salah. Benar-benar salah. Jika digambarkan
rumah, di lantai bawah adalah tempat air mancur dan taman yang sangat indah, ada pula ice
dome yang akan memberikan sensasi bak di kutub. Sayangnya, saat ini adalah musim kemarau,
sehingga wahana ini tidak berfungsi dengan baik.
Setelah menaiki bukit dengan pokemon, kita akan dikejutkan dengan bangunan-bangunan
dengan arsitektur kerajaan yang indah. Saya tidak terlalu mengetahui fungsi bangunan tersebut.
Namun saya kira hanya orang-orang tertentu yang dapat masuk kesana. Semakin naik ke atas.
Bertemulah kita dengan patung besar Budha yang berdiri dengan tegap dengan ukuran yang
sangat besar. Dan pemandangan yang disuguhkan WOW! Indah sekali. Disini banyak para
penganut Budha yang melakukan ibadahnya. Jika dalam Islam, mungkin ini semacam masjid
Agung kali ya. Besar nan indah! Karena saya dan teman-teman bukanlah penganut Budha, kami
hanya mengambil foto sejenak.
Next trip kita adalah menuju tempat
tinggal kak Ulid. Kak Ulid ini juga orang
Indonesia yang mengajar di Thailand, disana
sudah ada kak Lini, kak Nisa yang merupakan
lulusan UIN Riau dan bisa ditebak, mereka
adalah orang asli Riau. Senang rasanya bisa
bertemu dengan orang-orang yang bisa
memahami apa yang kita katakan. Tidak
butuh waktu lama, kami terasa sangat dekat.
Setelah berkenalan satu sama lain,
kami jalan-jalan menyusuri pasar Hat-Yai, tepatnya pasar makanan. Berbagai jajanan khas
Thailand dijual disana. Namun kami malah mencari jam dinding untuk diberikan kepada sekolah
ketika kami pulang nanti. Harganya cukup terjangkau. Hanya sekitar 80 ribu rupiah. Kami
mencari tekstur jam yang mirip dengan khas Indonesia yakni yang dilapisi oleh kayu.
Disini banyak sekali penjual manisan buah. Saya dan kak Firdaus yang jailnya masya
allah. Mengincipi berbagi macam manisan buah tersebut yang pada akhirnya kami hanya beli 1
jenis manisan buah. Karena menurut saya, buah yang satu ini, sepertinya tidak pernah saya
temukan. Dengan perut yang kenyang karena puas menjadi taster manisan buah tadi, kami
menuju BIG C Center Hat-Yai.
Disana banyak sekali barang-barang cuci gudang yang dijual dengan harga sangat murah.
Disinilah kami menghabiskan banyak uang. Haha. Namun kami tetap memperhitungkan
kebutuhan untuk 2 Minggu yang akan kami lampaui. Setelah puas belanja hingga Maghrib
berukumandang, akhirnya kami pulang. Bukan ke asrama, namun kita sengaja menyewa 1 kamar
di lantai 3 masjid Moslem Assosiation untuk 1 malam dengan tarif 100 baht per orang yakni
saya, fatma dan mbak Desti. Hal yang menjadi daya tarik dan pelajaran tersendiri bagi saya
adalah ikatan ukhuwah disini. Dengan posisinya sebagai minoritas, mereka mampu menunjukkan
betapa agama Islam adalah agama yang cinta akan perdamaian. Mereka begitu welcome dengan
kami yang bukan warga negaranya. Tanpa curiga dan sebagainya. Meski berbeda aliran, bagi
mereka Islam hanyalah 1. Subhanallah.
Meski jadwal trip kami tinggal satu, kami memilih untuk istirahat. Karena sudah terlalu
lelah jalan-jalan. Kami istirahat dengan menikmati fasilitas yang ada. Ini kamar dalam masjid
namun fasilitasnya sangat lengkap. Selain AC, kami juga disediakan kipas angin. Sangat nyaman
berada disini.
17 Januari 2016
Masih di Hat-Yai
Hari ini kami tidak memiliki jadwal jalan-jalan. Namun kami sudah membuat janji untuk
pulang ke asrama pada pukul 10 pagi. Sebelum itu, saya ingin memanjakan diri sejenak
mumpung liburan. Setelah subuh saya mengobrol dengan teman-teman sekamar saya, yang tanpa
sadar kemudian saya ketiduran lagi. Hehe
Pada sekitar pukul 9 pagi, setelah mandi dan siap-siap kami mencari makanan untuk
sarapan sekaligus jalan-jalan. Namun kami hanya menemukan Mithiau, mie yang diberi lubcin
(semacam tempura dkk.) didalamnya. Enak sih, sayangnya agak sedikit asam. Porsi yang
disediakan sangat besar. Yang biasanya kami makan mie tidak pernah kenyang, kali ini makan
mie melebihi kenyang. Alhamdulillah.
Setelah makan kami kembali ke tempat tinggal, megambil barang-barang kami dan
kemudian menuju tempat tinggal kak Ulid yang disana sudah ada kak Ella, kak Firdaus, kak Lini
dan kak Nisa‟. Mengobrol banyak dengan kakak-kakak tersebut. Hingga akhirnya kami harus
pulang, karena Fatma hendak bertemu teman-teman kami dari sekolah lain di Shamila beach.
Namun pertemuan itu berubah menjadi haru, dengan perpisahan kak Ella dengan kakak-kakak
yang lain. Semua saling memeluk dan bersalaman. Begitu pula dengan kami. Di akhir, kami
mengambil foto bersama dengan kakak-kakak tersebut.
Perjalanan panjang dari Hat-Yai menuju Songkhla lumayan membuat kami merasakan
kantuk yang luar biasa, didukung semilir angin yang melengkapi rasa kantuk kami. Sesampainya
di Songkhla, kami mengantarkan Fatma untuk menemukan tuk-tuk menuju Shamila beach.
Karena sudah mulai kehabisan uang dan uang ringgit yang kami tukarkan sewaktu di Indonesia
tidak berguna, maka kami menuju money changer untuk menukarkannya dengan uang baht.
Lumayan lah 100 ringgit, bisa menjadi 800 baht.
Setelah itu kami memutuskan untuk pulang, dan ternyata untuk mendapatkan songtheu ke
Chana, kami harus berjalan kaki cukup jauh dari posisi tuk-tuk. Sebenarnya, kami bisa
menggunakan tuk-tuk untuk kesana, namun untuk menghemat 20 baht yang kami punya,
akhirnya kami berjalan kaki. Hari ini hujan deras mengguyur Thailand. Sehingga sesampai kami
disana, kami beristirahat dengan sangat nyaman.
18-21 Januari 2016
Jaga Ujian
Tidak ada banyak hal yang bisa saya lakukan beberapa hari ini, karena minggu ini
mereka melaksanakan ujian tengah semester. Sehingga kegiatan malam baik bi‟ah maupun
pengajaran Al-Qur‟an diliburkan sementara waktu selama 1 minggu. Namun adik-adik sangat
senang sekali berkumpul di kamar kami. Terkadang, kami membantu mereka belajar, terkadang
kami bercanda dengan mereka, namun tidak jarang pula mereka mendengarkan nasyid dari
laptop kami.
Ujian disini sangat unik menurutku. Mereka tidak akan mencontek meskipun mereka
tidak paham dan tidak bisa mengerjakan soal tersebut. Mereka selalu menciptakan keadaan yang
tenang dan kondusif untuk ujian. Meski demikian, masih ada saja siswa yang melakukan
kecurangan dalam ujian. Beberapa kali saya memergoki siswa yang mencontek. Namun sebagian
besar, mereka malah memilih tidur setelah mengerjakan soal.
Satu hal yang aku pahami bahwa menjaga ujian itu mengundang rasa kantuk dan bosan
dalam diri. Apalagi ketika para siswa tidur. Untunglah waktu yang disediakan hanya 45 menit
karena menyeimbangkan soal yang diberikan. Soal yang diberikan sangat sedikit dan menurut
saya, sangat mudah. Dibandingkan soal ujian di Indonesia, soal tersebut tidak ada apa-apanya
deh. Pengalaman ini membuatku menyadari bahwa sebenarnya sistem pendidikan yang
diterapkan di Indonesia sudah sangat baik dan maksimal. Inilah yang membuat saya bangga
kepada negara saya dengan sepenuh hati.
22 Januari 2016
Buffair
Hari ini adalah hari perpisahan dengan kak Ella. Kak Ella harus pulang ke Indonesia
untuk melanjutkan S2. Menyedihkan? Iya. Bagaimana tidak, kita kali ini harus benar-benar
hidup dengan mandiri. Bismillah. Semoga lancar hingga akhir.
Hari ini adalah hari terakhir ujian. Kru Hamidah mengajak adik-adik untuk ke Buffair.
Buffair ini adalah sebuah tempat makan yang mana menyediakan berbagai jenis makanan.
Dengan membayar hanya 150 baht setiap orang, kami bisa makan sepuasnya. Namun, jangan
coba-coba untuk tidak menghabiskan makanan yang kita ambil atau kita akan kena denda. Kami
berangkat dengan menggunakan mobil van milik Kru Faison bersama adik-adik. Kru yang ikut
hanya 2, kru Hamidah dan kru Sukiah. Untunglah kru Hamidah pandai berbicara dalam bahasa
Inggris sehingga kami bisa mudah berbicara satu sama lain. Ternyata kru Sukiah pun pandai
memahami bahasa Inggris meski tidak bisa banyak bercakap.
Untuk menuju ke sana, kami melewati banyak sekali pemandangan yang indah. Mulai
dari gunung, pantai, sleepping Budha. Sangat Indah. Di tambah lagi kami berangkat kesana
ketika senja mulai tampak. Warna orange langit seakan menyatu dengan warna laut yang kebiru-
biruan. Sesampainya di buffair kami kembali disuguhkan dengan pemandangan bukit yang indah
disertai Masjid yang megah. Subhanallah.
Setelah menunaikan sholat maghrib, kami mencari meja kosong. Kemudian saya
membantu kru Sukiah dan kru Hamidah mengambil makanan yang akan kami lahap. Daging,
seafood, nasi goreng, berbagai makanan penutup dan berratus-ratus jenis makanan lainnya.
Sedangkan para pelayan menyediakan minuman dan tempat pembakaran daging dan sea food.
Untuk mengambil makanan saja, saya bolak-balik sekitar empat kali. Dan setiap saya ke meja
selalu membawa 3 piring makanan. Belum lagi kru Sukiah dan kru Hamidah membawa banyak
piring pula.
Kebetulan saya mengambil nasi goreng yang sangat pedas. Saya dan teman saya, mbak
Desti melahapnya dengan baik. Maklumlah, kita sangat merindukan masakan Indonesia yang
pedas. I like it so much, kerinduan saya pada Indonesia lumayan terbayar dengan makanan ini.
Setelah itu berlanjut ke makanan yang lain. Entah sudah berapa jenis makanan yang saya lahap.
Hingga akhirnya saya berkata pada kru Hamidah. “kru, I give up”. Kru Hamidah tersenyum
sejenak dan berkata pada saya “Amrita, No, no give up.” Hadeh.
Setelah puas melahap makanan, buah dsb. Kami pulang, namun tidak langsung menuju
asrama, melainkan kami mengantarkan adik-adik ke rumah mereka masing-masing. Disinilah
saya baru menyadari sisi lain dari Thailand Selatan. Penuh dengan hutan. Rumah pun jarang.
Bahkan beberapa sangat gelap. Karena banyak yang diantarkan, sehingga kita sampai di asrama
sekitar pukul 12 malam. Karena sudah lelah, saya menuju kamar mandi untuk sholat Isya‟ dan
kemudian tidur dengan sangat nyenyak dengan perut yang sangat penuh.
23 Januari 2016
Pertemuan dengan teman-teman
Pagi ini saya harus ke Chana untuk membayar uang kereta ke Bangkok untuk minggu
depan. Kami menggunakan songtheu untuk kesana. Disana saya kembali bertemu dengan Fatma
dan Adam. Bahkan kami sarapan bersama di warung depan stasiun Chana sembari menunggu
kawan-kawan. Namun karena mereka terlalu lama, sehingga kami berjalan-jalan di pasar Chana
yang posisinya memang sangat dekat dengan posisi kami.
Setelah kami sudah lelah dengan berjalan-jalan di pasar tersebut, kami mendapatkan
informasi bahwa mereka telah berkumpul di 7 eleven dekat pasar Chana. Kami berjalan kaki
kesana untuk menghemat uang. Dan pertemuan itu terjadi. Bertemu dengan teman-teman
seperjuangan kami. Mendengar kisah-kisah mereka yang sangat unik.
Bertemu dengan teman seperjuangan adalah hal terindah bagi kita. Mereka bisa paham
apapun yang kami katakan adalah hal yang paling menyenangkan ketika di negara orang. Yah,
itulah derita kami yang buta, tuli dan bisu tentang bahasa Thailand di negara Thailand. Setelah
membayar, saya, mbak Desti, kak Firdaus, Fatma dan Adam pun berpamitan pulang karena
setelah dzuhur kami memiliki jadwal jalan-jalan ke Hat-Yai.
Prince of Songkhla Univeristy. Kamus megah nan mewah. Disini sedang diadakan
pameran muslim. Sehingga seluruh muslim di Thailand Selatan ini berkumpul disini. Nanti
malam ada semacam pengajian di kampus ini. Jadi, bisa dipastikan bahwa saya akan di sini
hingga nanti malam. Lumayanlah, dari pameran ini saya bisa beli 1 jubah dan makanan khas
patani untuk di bawa pulang minggu depan. Disana kami bertemu dengan teman-teman dari
kelompok lain lagi. Alhamdulillah.
Disana kami juga bertemu dengan mahasiswa dari STAIN Jember dan STAIN Kediri.
mereka adalah mahasiswa pertukaran pelajar. Meski perkenalan kami singkat, namun kami
berjalan-jalan mengelilingi kampus ini bersama. Bahkan kami berbagi cerita pengalaman kami
masing-masing. Suka dan duka mereka. Mereka harus menyelesaikan program dan kontrak
selama 5 bulan. WOW! Perjuangan mereka sangat luar biasa. Terimakasih sudah mengajarkan
saya untuk bersyukur dek.
24 Januari 2016
Bersih-Bersih Kamar
Karena dua hari ini kami sudah jalan-jalan, kami memutuskan untuk istirahat di kamar.
Karena saya punya cucian yang sudah menumpuk, saya memutuskan hari ini adalah hari untuk
saya bersih-bersih. Baik dari pakaian hingga kamar.
Cucian hari ini sangat banyak, maklumlah meskipun adik-adik kemarin-kemarin ujian,
pulangnya tetaplah pukul 4 sore. Dan saya belum sempat mencuci pakaian selama 1 minggu
dengan jadwal yang padat dengan jaga ujian dan jalan-jalan. Hehe. Oh iya, disini kami
diwajibkan ganti baju setiap hari. Bagaimana tidak? Para guru disini punya aturan pemakaian
baju. Kurang lebih seperti di Indonesia. Bedanya, jika di Indonesia harus menggunakan seragam,
di sini hanya di tuntut dress-code. Seperti contoh, untuk hari senin harus menggunakan pakaian
berwarna ungu, selasa warna hijau, rabu warna abu-abu atau biru, kamis warna cream, dan
jum‟at warna hitam. Nah, mereka bebas memilih. Mau kerudungnya saja yang warnanya
demikian, atau bajunya saja yang warna demikian itu terserah mereka.
Untuk siswanya, terkadang saya juga bingung karena seragam yang digunakan selalu
sama mulai hari senin-jum‟at selalu warna biru. Saya sendiri tidak pernah mempermasalahkan
soal pakaian itu. Yang pastinya, aturan penggunaan pakaian untuk guru itu berhasil membuat
cucian saya menumpuk. Hehe
Setelah mencuci pakaian yang banyak tersebut, saya membersihkan kamar. Karena sudah
banyak sekali sarang laba-laba di langit-langit kamar. Dengan didampingi lagu nasyid, saya
membersihkan kamar. Mulai dari langit-langit hingga lantai kamar. Hal ini saya lakukan
mengingat minggu depan kami sudah kembali ke Indonesia. Yang tentunya, saya tidak mau
memberikan kesan bahwa orang Indonesia sangat jorok. Hehe.
25 Januari 2016
Jadwal Penuh
Sepergi kak Ella, jadwal kak Ella sepenuhnya diserahkan kepada saya. Hari ini saya
harus mengisi 6 kelas dengan tingkatan dan kelas yang berbeda. Menjadi guru di sini, bagi saya
sangat berat. Khususnya untuk English. Bagaimana tidak? Buku pegangan mereka berada di
tingkatan yang tinggi sekali. Namun, pada kenyataannya dengan dasar dari english saja mereka
masih lemah. Terus terang ini yang membuat saya super gak betah.
Saya menyiapkan bab untuk introduction, kemudian tentang parts of time. Awalnya, saya
ingin melakukan sebuah permainan kalimat, untuk melatih kemampuan speaking mereka.
Namun gagal total. Mereka tidak faham apa yang saya katakan. Hingga akhirnya saya menyuruh
mereka menuliskan pertanyaan untuk teman-teman mereka dalam bab introduction. Karena
kehabisan waktu, akhirnya saya menyuruh mereka untuk menyimpan pertanyaan mereka terlebih
dahulu.
Untuk parts of time sendiri, saya gunakan di dua kelas. Karena waktu yang terlalu singkat
dan persiapan yang membutuhkan banyak pikiran dan tenaga. Salah? Memang. Namun
bagaiamana lagi? Jika mereka dasarnya belum tau dan kita memaksakan mereka belajar buku
yang tingkatannya sudah tinggi, saya takut mereka semakin benci dengan bahasa Inggris. Meski
berat, saya harus menekadkan hati ini untuk berjuang dengan semaksimal mungkin hingga akhir.
Di kelas yang agak besar yakni 5/2 saya menyuruh mereka mengurutkan sebuah cerita
yang masing-masing sudah saya potong setiap paragrafnya. Namun sayangnya, mereka tidak
dapat memahaminya dengan baik. Sedangkan kamus yang disediakan hanyalah satu. Karena
pembelajaran hari ini belum dapat berjalan dengan baik, maka saya suruh mereka
menyimpannya untuk hari selanjutnya.
26 Januari 2016
Next full schedule
Dari 6 kelas, sekarang di 5 kelas. Karena bingung mau mengajarkan apa, akhirnya saya
memberikan mereka vocabulary tentang accessorise. Melihat saya membawa laptop, mereka
sangat antusias. Mereka kira saya tidak akan melakukan pelajaran hari ini. Namun kemudian
saya stop mereka untuk mengotak-atik laptop. Dan saya mulai menayangkan vocabulary terkait
accessoris. Mereka juga sangat antusias untuk mengajari saya bahasa siam (Thailand). Saya
hanya menayangkan gambar dan english, mereka yang menjawab english dan Siam.
Kelas selanjutnya, saya menyangkan video tentang finger. Alhamdulillah mereka pun
senang.
Di kelas yang lain, saya hanya melanjutkan materi sebelumnya. Yakni tentang giving
direction dan di kelas lain menggunakan parts of time. Namun saya berikan sedikit evaluasi agar
mereka dapat memahami dengan baik.
27 Januari 2016
First performance
Hari ini saya memiliki jadwal di 6 kelas lagi. Sebagian kelas yang kemarin saya beri
vocabulary tentang accessorise. Saya lakukan game untuk mengingat vocabulary. Yakni dengan
cara menyuruh mereka berdiri dan membentuk lingkaran besar. Selanjutnya, saya melemparkan
kotak pensil kepada salah satu murid dan menanyai bahasa Inggris dari wheen (Cincin (bahasa
Siam)) dan mereka menjawab dengan bahasa Inggris. Setelah mereka paham aturan mainnya.
Saya tingkatkan levelnya. Siapa yang tidak bisa menjawab dalam waktu 10 detik, akan dihukum.
Baik menyanyi maupun menari. Begitulah waktu 45 menit terasa sangat singkat dan
menyenangkan.
Di 1/1 saya menyuruh mereka untuk melakukan percakapan di depan kelas sesuai di
buku. Namun sebelumnya saya membacakan percakapan di buku tersebut dan mereka
menirukan. Ini saya lakukan untuk melatih mereka speaking. Kebetulan bab yang dibahas pada
waktu itu tentang dua sahabat yang satu menjadi dokter hewan dan yang satu menjadi pemilik
hewan. Kemudian saya tanya, siapa yang ingin menjadi dokter. Saya katakan kepada mereka,
siapa yang ingin menjadi dokter, harus bisa bahasa Inggris. Karena bahasa Inggris adalah syarat
pokok untuk bisa menjadi dokter.
Namun di kelas sebelumnya saya menggunakan materi tentang penggunaan a, an. Some,
much, many. Di kelas selanjutnya, yakni kelas 5/2 mereka tidak ada yang datang. Entahlah.
Mereka sangat sering melakukan ini. Absen dari kelas tanpa alasan. Dan di kelas selanjutnya
saya untuk pertama kalinya mengisi di 6/2. Kelas ini dihuni oleh 8 siswa, dengan 7 siswa laki-
laki dan 1 orang perempuan. Akhirnya saya menyuruh mereka untuk memperkenalkan diri.
Namun, baru saja pelajaran di mulai, kru Ma menghampiri saya dan mengatakan bahwa kru kyai
memanggil saya karena ada orang yang ingin bertemu dengan guru dari Indonesia. Saya pamit
dan meminta maaf kepada mereka karena kemungkinan itu adalah hari pertama dan terakhir saya
bertemu dengan mereka.
Di lantai bawah, saya sudah di tunggu oleh tiga polisi. Mereka hanya ingin menanyakan
kabar dan perasaan ketika tinggal di Thailand. Kirain ngapain gitu. Kami hanya dimintai nama.
Dan mengobrol singkat. Setelah itu mereka pergi. Dan buruknya, waktu itu bel berakhirnya jam
belum berdering. Sedangkan mereka sudah saya bubarkan. Bagaimana ini? Kak Huda kemudian
saya tanyai. Apakah tidak mengapa? Ternyata tidak mengapa.
Saya dan kak Huda kemudian saling curhat. Untunglah kak Huda sudah bisa bahasa
Melayu karena dia berasal dari Patani. Kak Huda juga menceritakan susahnya kak Huda ketika
mengajarkan disini. Karena kak Huda dari dulu hanya bercakap dengan bahasa Melayu. Dan
mau tidak mau, kak Huda harus belajar berbicara bahasa Thailand untung berjuang hidup di
sekolah ini. “Tak apelah. Budak-budak pun paham kalau awak tak boleh cakap Thailand.”
Begitulah kak Huda menguatkan saya.
Setelah Maghrib, tiba-tiba saya disuruh mengisi Bi‟ah pada hari itu. Disini, bi‟ah dibagi
dua. Hari senin untuk mathayum 1-3 sama dengan kelas 1-3 SMP. Dan hari Rabu, untuk anak
mathayum 4-6 sama dengan kelas 1-3 SMA. Kemudian karena saya lelah karena sudah mengisi
6 kelas tadi pagi, saya menyuruh mbak Desti untuk mengisi. Namun mbak Desti mengajak saya
untuk masuk juga. Akhirnya, kami masuk berdua. Mbak Desti menyuruh mereka melakukan
perkenalan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Ini mah mereka anak kelas ane semua. Hadeh.
Setelah perkenalan dari nama, alamat dan hobby, mereka meminta saya dan mbak Desti
untuk perform. Kami disuruh nyanyi. Lagu pertama yang kami nyanyikan adalah lagu yang
sebelumnya gagal kami bawakan ketika perkenalan di atas panggung. Yakni lagu Opick feat
Amanda. Bersujud kepada Allah, bersyukur sepanjang waktu. Kami hanya menyanyikan sedikit.
Namun anak-anak minta kami menyanyikan lagu nasyid “Rohman Ya Rohman”. Dan buruknya,
mbak Desti tidak mengetahui lagu tersebut sedangkan saya mengetahuinya. Berakhirlah saya
menyanyi solo “Rohman Ya Rohman” tersebut. Bersyukur, adzan isya‟ akhirnya berkumandang.
Sehingga tidak meminta lagu lagi dari kami.
28 Januari 2016
Reading day
Hari ini, kembali saya punya jadwal di 4 kelas. Kelas pertama adalah M.5 dengan durasi
waktu 90 menit. Di sini saya pertama kali masuk. Meski sebagian siswanya sudah sering bertemu
saya yakni kelas 5/2. Saya memperkenalkan diri saya sejenak. Dan kemudian membagi kertas
cerita yang sebelumnya saya berikan di kelas 5/2. Bukan untuk mengurutkan cerita, namun untuk
belajar reading.
Saya bagi potongan kertas tersebut kepada masing-masing siswa. Menyimak bacaan
mereka dan ternyata mereka pun belum lancar membaca alfabet. Oh, No! Nah terus, kemarin-
kemarin waktu saya ngajarin berarti mereka tak paham? Namun saya tetap menyimak dengan
sabar dan terkadang membenarkan pronounciationnya. Mereka senang sekali bisa bertemu
dengan kata-kata bahasa Inggris. Sehingga mereka mencobanya berkali-kali.
Setelah selesai, saya tuliskan di papan kata-kata yang sulit mereka katakan. Saya
mencontohkan dan mereka menirukan. Setelah itu, saya suruh mereka mengoperkan kertas di
tangan mereka ke teman di sebelah mereka. Dan saya kembali menyimak bacaan mereka satu per
satu. Waktu masih tersisa, dan akhirnya saya mengobrol dengan mereka terkait hobby mereka
dsb. Dan ternyata waktu berlalu sangat singkat. Bel berbunyi tanda waktu telah usai.
Kelas selanjutnya setelah sholat dzuhur adalah 1/1, saya mengajarkan mereka tentang
parts of time. Sama dengan kelas 1/2 karena tingkatan mereka sama. Suasana kelas saat itu
sangat gaduh, sehingga setelah saya menjelaskan saya menanyai anak-anak yang membuat gaduh
di kelas atas apa yang sudah saya terangkan. Barulah kelas bisa berjalan dengan kondusif.
Dan setelah 1/1 saya masuk 1/2 dengan materi yang berbeda. Karena mereka sudah
menyelesaikan materi tentang parts of time. Selanjutnya saya mengajarkan tentang accessorise.
Namun karena waktunya yang tidak tepat yakni di siang hari, sebelum mengajar, saya suruh
mereka berbaris seperti kereta dan memijat bahu teman di depannya. Alhamdulillah akhirnya
mereka tidak mengantuk. Setelah mereka semua bangun, saya baru memulai pelajaran. Karena di
kelas ini tidak terdapat LCD sehingga saya hanya bisa menunjukkannya di laptop. Saya
menyuruh mereka untuk melihat dan menirukan saya. Kemudian saya menuliskannya di papan
agar mereka dapat menulisnya.
Setelah Ashar, kami (saya dan mbak Desti) diajak untuk menemui kholi untuk
memberikan undangan acara penutupan PKL pada tanggal 29 Januari 2016 sekaligus
memberikan kenang-kenangan untuk sekolah. Setelah itu kami dipanggil ke kantor untuk
membuat sertifikat yang dibuatkan oleh kak Yopie.
29 Januari 2016
Last Day in Islam Witaya Nukhro
Hari ini adalah hari terakhir saya dan mbak Desti di Islam Witaya Nukhro. Pagi ini kami
disuruh untuk memberikan kata-kata perpisahan, pesan dan kesan di sekolah ini. Sangat sedih
rasanya harus meninggalkan mereka. Namun saya berkata pada saya sendiri. SAYA TIDAK
BOLEH MENANGIS!.
Setelah Pidato singkat saya, saya diberi kenang-kenangan dari sekolah yang diserahkan
oleh Babo. Dan kemudian kami berfoto bersama dengan guru-guru sejenak. Setelah itu, saya
harus menyelesaikan 4 kelas lagi sebelum saya diantarkan ke Rungroutte Witaya School. Nanti
pukul 2 siang.
Karena hari terakhir, saya tidak bisa maksimal dalam memberikan materi kepada mereka.
Untuk kelas 6/2 saya suruh mereka reading dan membenarkan jika terdapat kata yang salah.
Karena terpotong dengan acara pagi tadi. Sehingga jam pertama tidak bisa maksimal. Setelah itu
adalah kelas 4/2 sama, mereka juga saya suruh membaca tentang tempat-tempat menarik di New
York. Kemudian saya beri motivasi sedikit. Bahwa untuk bisa ke New York, Kita harus bagus
dalam berbahasa Inggris dst.
Kelas selanjutnya adalah kelas M. 4. Saya melanjutkan giving direction yang belum
terselesaikan. Namun kali ini melibatkan mereka. Agar mereka tidak mengantuk. Saya bagi
masing-masing baris dengan nama-nama tertentu. Turn right untuk baris pertama, turn left untuk
baris kedua, in front of untuk baris ketiga dan behind untuk baris ke empat. Namun sebelumnya
saya suruh mereka menulis. Karena sebelumnya, mereka hanya mengingat tidak menulis.
Kini saya akan menunjukkan arah, ketika saya katakan turn right, maka baris pertama
harus berdiri dan ketika saya katakan turn left harus berdiri dan seterusnya. Saya
menunjukkannya dengan tetap berpedoman pada peta. Dan alhamdulillah. Mereka tidak sempat
mengantuk dengan pelajaran ini.
Di kelas terakhir yakni 6/2 saya mengajarkan penggunaan a, an. Some, much, many.
Karena spidol yang biasanya saya gunakan habis, Maka saya menggunakan kertas untuk
menjelaskannya. Alhamdulillah mereka bisa memahami dengan baik.
Setelah sholat jum‟at, kholi sudah bersiap mengantar kami menuju Rungroutte Witaya
School. Kami pun bersiap-siap. Lalu kami berpamitan kepada para guru dan tetoh. Di kantor
tidak ada satu orang pun. Sehingga kami hanya berpamitan dengan kak Huda. Kak Huda
memeluk saya dengan mata berkaca-kaca. Ah, kak Huda. Bikin saya terharu saja. Dan
dilanjutkan pula adik-adik dari kelas 1/2 dan 2/2 keluar dari kelas dan lantai 2 yang menambah
rasa haru itu.
Setelah sampai di Rungroute, perasaan haru semakin menjadi-jadi bisa bertemu dengan
teman-teman. Kami mulai saling menceritakan pengalaman satu sama lain. Alhamdulillah acara
penutupan berjalan dengan lancar. Karena masih menunggu pembagian souvenir untuk sekolah
lain sedangkan untuk sekolah kami selesai, kami akhirnya memutuskan untuk menuju ke Stasiun
Chana lebih awal dari yang lain.
Sesampainya disana, saya, mbak Desti, kak Firdaus, kak Yopie dan kholi berfoto sejenak.
Namun sebelum pulang, kholi sempat memberi kami masing-masing uang 100 baht.
Alhamdulillah. Terimakasih kholii.
Selanjutnya kami habiskan waktu kami di kereta sembari saling menceritakan
pengalaman kami masing-masing. Satu hal yang saya rasakan perbedaan antara berangkat
dengan pulang adalah, kekompakan kami semakin meningkat. Yang dulunya diam-diaman.
Sekarang seakan tidak ada sekat antara perbedaan jurusan. Terimakasih Allah. Selama satu bulan
saya sudah dipertemukan dengan orang-orang yang baik hati.
30 Januari 2016
Terlantar di Bangkok
Setelah menaiki kereta beberapa jam dan sampai di stasiun Bangkok pada pukul 12.00
siang, kami terlantar disana. Berada di depan stasiun hingga pukul 3 sore. Kelaparan pun mulai
menyerang perut saya. Saya berusaha menahannya. Karena bisa ditebaklah, disini sulit mencari
makanan halal.
Setelah tiga jam menunggu, akhirnya mas Ridho dan pak Amar datang. Kami menaiki
bus dengan tarif 2000 baht. Syukurlah dapat yang murah. Sebelumnya kami iuran 200 baht untuk
transportasi pulang-pergi Bangkok. Ternyata rencana ini meleset dari rencana awal yang
rencananya kita bakalan menerlantarkan diri di Bandara menjadi di Stasiun dan kami disediakan
hotel oleh fakultas, yang bayar? Fakultas juga. Hehe.
Setelah naik bus kira-kira 1 jam. Kami akhirnya berhenti di depan Rajamanggala. Lagi-
lagi di tempat ini. Namun berbeda gang dan taukah kalian? Jarak antara kita turun ke tempat kita
tinggal, sangat jauh. Hingga koper teman-teman banyak yang rusak. Ada yang rodanya rusak,
ada yang pegangannya rusak. Namun kami bersyukur bisa segera sampai.
Saya satu kamar dengan Ilvi. Keputusannya adalah satu kamar berdua. Dan saya, berada
di lantainya para cowok. Sedangkan teman-teman cewek yang lain, kamarnya semuanya berada
di lantai tiga. Akhirnya, di malam hari saya dan Ilvi hanya jalan-jalan berdua. Mencari makanan
halal yang artinya harus keluar dari gang dulu dan untuk keluar dari gang sangatlah jauh. Namun
kita masih sempat saja jalan-jalan di pasar malam. Lelah tidak menjadi halangan bagi kami untuk
jalan-jalan.
31 Januari 2016
Indonesia, I’m coming
Di pagi hari, saya dan Ilvi masih bermalas-malas ria. Meskipun teman-teman sudah
mengajak beli makan, kami tetap molor. Sangat lelah memang. Setelah mengepack barang kita,
kami membersihkan diri karena jam 10 harus sudah berangkat ke bandara Don Mueang. Saya
sarapan dengan nasi Ilvi yang tadi malam tidak dihabiskan. Tak apalah untuk pengganjal perut.
Kami kembali menaiki bus untuk menuju bandara. Tanpa didampingi siapapun. Kami
sampai di Bandara jam 12 siang. Sedangkan check in dilakukan 2 jam sebelum keberangkatan.
Karena kami berangkat pukul 4 sore. Maka kami baru bisa check in jam 2. Lagi-lagi kami harus
terlantar 2 jam di Bandara. Teman-teman banyak yang mengambil foto sedangkan saya
menunggui koper mereka.
Setelah 2 jam terlantar akhirnya kami melakukan check-in. Setelah proses check-in usai,
kami bertemu dengan orang-orang yang ternyata dari jawa pula. Mereka bercakap menggunakan
bahasa jawa. Senangnya bisa bertemu dengan orang yang paham bahasa kita. Kami mulai masuk
pesawat pukul 4 sore. Sangat tepat waktu. Baiklah kita akan menghabiskan waktu 4 jam di
langit.
Di pesawat, kami disuguhi makanan Indonesia. Nasi Kuning. Rindunya aku padamu.
Setelah saya melahap semuanya, saya bisa tidur dengan nyenyak. Saya duduk di sebelah Habib
dan Iqbal yang mereka berdua selama di Thailand dituntut untuk merilis lagu dan permainan.
Karena mereka mengajar anak TK. Selama perjalanan mereka menyanyikan lagu-lagu hasil
aransemen mereka. Saya hanya tertawa dengan tingkah mereka.
Setelah 4 jam mengudara, akhirnya kami mendarat. Namun cuaca sedang buruk, sehingga
untuk mendarat saja, membutuhkan waktu setengah jam. Syukurlah, kami selamat hingga di
Indonesia. Di Indonesia, kami langsung dijemput dengan bus Air Asia untuk menuju bandara 2.
Setelah mengambil koper, saya dan Ilvi mencari orang tua kami. Kebahagiaan yang tak terhingga
ketika sinyal kami tidak lagi bertuliskan R. Hehe. Welcome Indonesia.
Demikian kisah saya di negara orang, semoga bisa memberikan inspirasi untuk angkatan
selanjutnya agar ikut mengikuti program PKL di Luar Negeri yang tentunya bukan hanya
mengabdi namun juga belajar. Belajar untuk mandiri, belajar untuk survive, dan belajar untuk
mengenal banyak perbedaan. Karena kita baru bisa belajar melihat sesuatu dari sudut pandang
yang berbeda karena pengalaman. Khop khun kha.