diare akut.doc
TRANSCRIPT
Pendahuluan
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di negara
yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare
menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia1.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan
sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina
propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi2.
Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik2.
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi
serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi,
mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien
dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum
efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat
kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi
serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika
yang spesifik dan antiparasit3.
LAPORAN KASUS
Seorang anak lelaki berusia 10 bulan dibawa ke puskesmas karena diare yang sudah
berlangsung selama 2 hari. Diare terjadi setiap hari kira-kira 6-8 kali/hari dengan tinja cair
berlendir tanpa darah dan setiap diare sebanyak ¼ gelas. Sehari sebelum dibawa ke rumah
sakit penderita disertai muntah 3 kali banyak. Di samping diare anak juga batuk pilek disertai
demam.
Pada anamnesis selanjutnya bayi kelihatan haus yang bila disusukan bayi kelihatan llebih
tenang. Penderita hanya dirawat selama beberapa jam di ruangan observasi (one day care
center) dan tidak dirawat inap dan pulang dengan diberi terapi dari puskesmas. Dua hari
kemudian dibawa lagi ke rumah sakit karena masih diare, kejang, dan tidak mau minum.
Sejak satu hari terakhir buang air kecil sangat kurang, dan terlihat sangat gelisah. Pada
pemeriksaan bayi berat badan 12 kg, kelihatan lemah, suhu tubuh 39°Celcius, pernafasan
cepat dengan respiration rate 56 kali per menit, nadi masih teraba, denyut jantung 152
kali/menit. Pada pemeriksaan kepala, fontanel mayor dan mata kelihatan cekung,dan
konjungtiva kelihatan kering. Abdomen kelihatan kembung dan bising usus sulit didengar.
Pada pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan mikroskopik tinja tidak ditemukan eritrosit dan
lekosit. Tes reduksi tinja (clinitest) positif kuat.
Elektrolit darah :
Na+ 152 mEq/L, K+ 2,5 mEq/L
Analisa gas darah : pH : 7,22
BE : -15 mEq
HCO3- : 9 mEq/L
PEMBAHASAN
Fisiologi Sistem Pencernaan 4
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi
oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Kelenjar liur mensekresi enzim amilase ( ptialin) untuk mencerna karbohidrat. Enzim amilase
hanya sebentar saja dimulut karena langsung masuk ke dalam lambung dan hilang karena
adanya HCl.
Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai,
terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari
kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3
zat penting :
mucus
asam klorida (HCl)
prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada
lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Usus Halus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Pankreas
Pankraes merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon
A. Eksokrin
Sel – sel asini menghasilkan beberapa enzim yang disekresikan melalui ductus pankreas yang
bermuara ke duodenum. Enzim – enzim tersebut berfungsi untuk mencerna 3 jenis makanan utama =
karbohidrat, protein, dan lemak serta menetralkan asam kimus dari lambung. Sekresi ini juga
mengandung sejumlah besar ion bikarbonat
Enzim proteolitik = tripsin, kimotripsin, dan karboksipolipeptidase.
Tripsin dan kimotripsin : memisahkan protein yang dicerna menjadi peptida, tapi tidak
menyebabkan pelepasan asam – asam amino tunggal
Karboksipolipeptidase : memecah beberapa peptida menadi asam – asam amino bentuk
tunggal.
Enzim pankreas untuk mencerna karbohidrat = amilase pankreas : menghidrolisis serat, glikogen,
dan sebagian besar karbohidrat (kecuali selulosa) untuk membentuk trisakaridan dan disakarida.
Enzim pencerna lemak = lipase pankreas : menghidrolisis lemak netral menjadi asam
lemak dan monogliserida.
Kolesterolesterase : hidrolisis ester kolesterol.
Fosfolipase : memecah asam lemak dan fosfolipid.
Tiga rangsangan dasar yang menyebabkan sekresi pankreatik :
1. Asetikolin : disekresikan ujung n. vagus parasimpatis dan saraf2 kolinergenik.
2. Kolesistokinin : disekresikan mukosa duodenum dan jejunum rangsangan asam.
3. Sekretin : disekresikan mukosa duodenum dan jejunum rangsangan asam.
B. Endokrin
sel α, sel β, sel δ, dan sel F, terdiri atas 4 sel :
Fungsi endokrin kelenjar pankreas diperankan oleh pulau langerhans
- Sekresi sel – sel ini berupa hormon yang akan langsug diangkut melalui pembuluh darah.
Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah
yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung
dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah.
Kandung Empedu & Saluran Empedu
Empedu memiliki 2 fungsi penting :
membantu pencernaan dan penyerapan lemak
berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb)
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol
Usus Besar
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi
yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Rektum & Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid)
dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Orang dewasa dan anak yang
lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
Pembagian cairan tubuh dalam keadaan normal
INTRASELULER EKSTRASELULERBBLR 30 % 50%
NEONATUS 35% 35-40%ANAK-ANAK 35% 30%
DEWASA 40-45% 20-25%
MEKANISME PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH 5
Pertahanan cairan tubuh
Volume plasma menurun tekanan darah arteri menurun rangsang jantung untuk
reflek baroreseptor curah jantung, resistensi perifer total pd sel itu sendiri
merangsang perpindahan cairan dari plasma ke interstitial kompartemen plasma
pembuluh darah meningkatkan volume plasma
Osmolaritas , berhubungan dengan anti diuretik hormone
1. Kekurangan ADH dehidrasi sekresi ADH meningkat permeable thd
air berkumpul di tubuli ginjal air menurun di urin ( pekat )
2. Kelebihan ADH sekresi ADH menurun impermeable terhadap air air
meningkat di urin ( encer )
Normal water loss : kehilangan sejumlah cairan dalam tubuh masih dalam kadar
seimbang (Jumlah cairan tubuh yang masuk sama dengan jumlah cairan tubuh yang
keluar / input = output)
Insensible water loss : fungsi langsung dari pemakaian energi sebesar rata-rata 50
ml per 100 kkal yang dikonsumsi. Kira-kira 1/3 dari kehilangan air terjadi melalui
paru dan 2/3 melalui kulit. Kulit berasal dari evaporasi yang terus-menerus terjadi.
Dapat juga berasal dari ginjal dan usus yang dikeluarkan melalui urin dan feces.
Insensible water loss meningkat bila terjadi hiperventilasi (misalnya neonatus
prematur, asma, pneumonia, diabetik ketoasidosis, dan asidosis akibat uremia),
demam, ruam kulit (misalnya viral exanthem), luka bakar, dan lingkungan kering.
Sebaliknya, insensble water loss berkurang pada pasien-pasien koma, sedasi yang
lama, hipotiroidisme, hipotermia, dan menghirup udara lembab (misalnya ventilasi
mekanik).
Water intake berasal dari :
1. Makanan
2. Minuman
3. Hasil oksidasi yang menghasilkan air
Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
Ringan
Sedang
Berat
50
75
125
100
100
100
25
25
25
175
200
250
Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
Komposisi Elektrolit
KATION ANION
Na ( 135-145) meq/L Cl (98-108) meq/L
K (3.5-5) meq/L HCO3- ( 22-30) meq/L
Ca SO4
Mg HPO4
As.Organik
Protein
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh.
pH 7,0 adalah netral
pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat
memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0).
Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang
sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang,
yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH
suatu larutan. Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan
bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan
karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan
lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa
yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan
di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di
otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan
kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon
dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar
karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur
kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu
mengatur pH darah menit demi menit.
Gambaran flora usus pada bayi ialah:
Pada waktu bayi berada di dalam kandungan, ususnya steril. Tapi setelah lahir hari pertama
dan kedua, kuman masuk ke dalam ususnya. Bagi ibu yang memberikan ASI eksklusif, maka
kuman yang baik tumbuh, sedangkan kuman negatif berkurang, karena ASI eksklusif
mengandung probiotik. Kuman negatif yang hidup yaitu bakteri E.coli dan kolera. Tapi bila
bayi tidak memperoleh ASI, dan mendapatkan kelebihan antibiotika, maka kuman negatif lah
yang dominan di dalam ususnya. Untuk mencegah kuman masuk ke dalam usus, maka
diperlukan asam lambung, enzim untuk melakukan proses pencernaan. Usus bayi yang
minum ASI eksklusif, katanya, didominasi oleh kuman Bifidobacterium (kuman baik) karena
di dalam ASI banyak mengandung oligosakarida (prebiotik) yang dapat merangsang
pertumbuhan kuman Bifidobacteria. Dengan dominasi kuman itu, maka pertumbuhan kuman
lain akan ditekan sehingga infeksi dapat dicegah.
Etiologi Diare
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral® infeksi pada GIT (penyebab utama)
Bakteri : Vibrio cholerae, Salmonella spp, Entero Toxcin Escherichia Coli (ETEC),dll
Virus : Rotavirus (40-60%), Coronavirus, Calcivirus, dll
Parasit : Cacing (Ascaris, Oxyuris,dll), Protozoa (Entamoba histolica, Giardia
Lambia, dll), Jamur (Candida Albicans)
b. Infeksi parenteral® infeksi di luar GIT (OMA, BP, Ensefalitis, dll)
2. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein
3. Faktor makanan : basi/ beracun, alergi
4. Faktor psikologis : takut dan cemas
Klasifikasi Diare
Berdasarkan patofisiologinya, antara lain:
Diare osmotik : diare akibat adanya bahan yang tidak dapat diabsorbsi oleh lumen
usus ® hiperosmoler ®hiperperistaltik.
Diare sekretorik : terjadi akibat stimulasi primer dari enterotoksin atau oleh
neoplasma.
Diare akibat gangguan motilitas usus : gangguan pada kontrol otonomik.
Pengobatan selama observasi , di antaranya:
1. Oralit 50-100 ml sehabis BAB (<12 bulan)
2. Penurunan Panas
3. Antiemetik
4. Nasogastric tube
Pada pengobatan selama observasi orang tua pasien diberi nasihat:
1. Asi / Susu Formula dilanjutkan (atas indikasi tertentu) contoh : jika anak tersebut
dalam keadaan Laktose Intolarance, maka diberikan susu formula yang rendah
laktosa, dan disamping itu dalam susu formula mempunyai sulemen nukleotida
mengurangi diare dengan replikasi sel epitel usus.
2. Memperhatikan makanan (sari buah) untuk memperbaiki kadar kalium dalam darah.
3. Memperhatikan kebersihan anak dan ibu.
4. Memberikan oralit 2-4 jam (5 ml/5 menit) karena muntah sampai terpenuhinya
toleransi dosis terpenuhi ( 60 ml).
5. Bila masi diare dilakukan intravena 75 ml/kgBB/3 jam.
Derajat dehidrasi
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan 2-4% Berat badan, Turgor kulit menurun, Suara serak, belum pre-syok
2. Dehidrasi Sedang
Kehilangan 5-8% Berat Badan, Turgor Buruk, Suara serak, Pre syok, pernapasan
cepat dan dalam
3. Dehidrasi berat
Kehilangan 8-10% atau >10% Berat badan, Kesadaran Menurun (apatis/Koma), Otot
kaku, Sianosis
Derajat Dehidrasi WHO
Yang dinilaiSKOR
1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas, mengantuk
hingga syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan < 30 x/menit 30-40 x/menit > 40 x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi < 120 x/menit 120-140 x/menit > 140 x/menit
Skor: 6 : tanpa dehidrasi
7 – 12 : dehidrasi ringan-sedang
≥ 13 : dehidrasi berat
Interprestasi hasil pemeriksaan laboratorium:7
Na+ 152 mEq/l (Normal 134-150 mEq/l)
K+ 2.5 mEq/l (Normal 3.6-5.8 mEq/l)
Analisan gas darah : ph : 7.22 (Normal 7.35-7.45)
BE : -15 mEq (Normal +2- -2)
HCO3- : 9 meq/l (Normal 24-28 mEq/l)
Interpertasi hasi dari data pemeriksaan laboratorium adalah kadar natrium melebihi normal
jadi (hipernatremia), kadar kalium rendah jadi Hipokalemi, PH asidosis metabolik dan jika di
lihat dari base excess maka penderita ini mengalami asedosis metabolik, kadar bikarbonat
mengalami penurunan yang sangat rendah.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik dengan
anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia. Selain penurunan
bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini akan
merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya
meningkatkan eksresi CO2 melalui paru ( pernapasan Kussmaul ) Untuk pemenuhan
kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya
produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.6
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. Ph dan kadar gula dalam tinja
c. Kultur dan uji resistensi
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa AGD
3. EKG Menilai deplesi elektrolit (biasanya kalium)
4. Pemeriksaan keseimbangan cairan dan elektrolit Hb-Ht, Na, K, Ca dan F
Diagnosis kerja :
1. EPEC ( Entero Pathogenic E.Coli )
Dapat menyebabkan diare berair disertai muntah dan panas pada bayi dan anak < 2 tahun.
Diare biasanya terbatas, tetapi dapat berat (fatal) atau menetap terutama pada penderita yang
tidak minum ASI
2. Rotavirus
Merupakan penyebab terbanyak diare akut terutama pada bayi dan anak usia 6-24 bulan.
Diare bisa cair disertai muntah dan panas. Karena rotavirus menyebabkan kerusakan jonjot-
jonjot usus, sering kali disertai juga intoleransi laktosa namun tidak begitu berat. Jonjot usus
akan kembali normal 2-3 minggu setelah sakit.
Penatalaksanaan yang dilakukan dengan:
intravena karena pasien yang datang kedua kali ini karena dehidrasi berat , jika IV tidak
berhasil maka akan dilakukan nasogastric tube. Setelah rehidrasi maka dilakukan IV kalium.
Untuk menurunkan morbiditas dan mortilitas,
Individu : Cuci tangan, air tangan, pemberian ASI eksklusif (minimal 6 bulan)
Masyarakat : Menjaga kebersihan masyarakat, memberi makanan pendamping asi,
pembuangan tinja bayi aman, pemberian cairan, diet (makanan tambahan sesuai usia,
penyajian makan), memberi vaksin rotavirus,shigella.
Daftar Pustaka
1. Kandun N.I. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003 hal 29
2. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric Diagnosis Little Brown and Company 1990;20 – 23.
3. Booth IW, CuttingWAM. Current Concept in The Management of Acute in Children Postgraad Doct Asia 1984 : Dec : 268 – 274
4. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 2. EGC. 1996. Page 537-85.
5. Bhan MK.Current consepts in management of acute diarrhea Indian Pediatrics
2003:40:463-76
6. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut
dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003
7.Sutedjo A.Y. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Yogyakarta: Amara Books ; 2007.