diagnosis ppok
TRANSCRIPT
Ratna Setia Wati
102011203
SUMBER
Wardhani DP, Uyainah A. Penyakit paru obstruksi kronis. Dalam: Kapita selekta kedokteran.
Ed IV. Jakarta: Media Aesculapius; 2014. h. 824-5.
Diagnosis
Anamnesis
Jika pasien mengalami gejala sesak napas, batuk kronis, produksi sputum kronis dan
terdapat paparan faktor risiko meliputi : pajanan asap rokok; polusi udara di dalam
ruangan seperti bahan biomass untuk memasak dan memanaskan; pekerjaan yang
berkaitan dengan paparan bahan kimia dan partikel yang lama dan terus-menerus;
polusi udara di luar ruangan; defisiensi antitripsin alfa-1; masalah paru yang terjadi
pada saat masa gestasi atau masa kanak-kanak (berat badan lahir rendah, infeksi
pernapasan), diagnosis klinis PPOK dapat dipertimbangakan. Sesak napas pada pasien
PPOK bersifat progresif, menetap dan memburuk dengan olahraga/aktivitas.
Sedangkan batuk kronis bersifat intermiten dan mungkin unproductive.
Pemeriksaan fisis
Dapat ditemukan barrel chest, penggunaan otot bantu napas, pelebaran sela iga,
fremitus melemah, hipersonor, vesikuler normal/melemah, ekspirasi memanjang,
wheezing.
Foto thorax
Terdapat gambaran hiperinflasi, hiperlusen, diafragma mendatar, corakan
bronkovaskular meningkat, jantung pendulum.
Spirometri
Alat ini dibutuhkan untuk memastikan diagnosis klinis PPOK. Jika tidak memiliki
fasilitas spirometri di tempat praktik, diagnosis PPOK dapat ditegakkan secara klinis.
Pada pasien usia > 40 tahun dengan gejala yang mengarah ke PPOK, sangat
dianjurkan untuk dilakukan tes spirometri.
Setelah penggunaan bronkodilator, hasil VEP1/KVP < 70% (0,70) menjelaskan bahwa
pasien mengalami PPOK. Jika hasil ≥0,70, berarti bukan PPOK.
Penilaian PPOK
Tujuan dari assessment pasien PPOK adalah menentukan derajat keparahan penyakit
sehingga mempengaruhi status kesehatan pasien dan berisiko terjadinya kejadian ke
depannya eksaserbasi, rawat inap hingga kematian) dalam rangka untuk pemiliham terapi
yang sesuai. Hal ini dapat dinilai melalui beberapa aspek, yaitu :
1. Penilaian Gejala – dengan menggunakan kuesioner tervalidasi, seperti CAT (COPD
Assessment Test) atau mMRC (modified British Medical Research Council).
2. Penilaian Spirometri
Pemeriksaan dilakukan ketika tidak dalam eksaserbasi akut. Terbagi menjadi 4
klasifikasi, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Keterbatasan Aliran Udara pada PPOK (Berdasarkan
VEP1setelah penggunaan bronkodilator)
GOLD 1: Ringan VEP1 ≥ 80% prediksi
GOLD 2: Sedang 50% ≤ VEP1 < 80% prediksi
GOLD 3: Berat 30% ≤ VEP1 < 50% prediksi
GOLD 4: Sangat berat VEP1 < 30% prediksi
3. Penilaian risiko eksaserbasi
Eksaserbasi pada PPOK diartikan sebagai kejadian akut akibat gejala pernapasan yang
memburuk dibandingkan biasanya sehingga menyebabkan perubahan tatalaksana.
Eksaserbasi dikatakan sering jika terjadi ≥ 2x/tahun.
Tabel 2. Kombinasi Penilaian Pasien PPOK
Pasie
n
Karakteristik Klasifikasi
Spirometri
Eksaserbasi
per tahun
CAT mMRC
A Risiko rendah, gejala
sedikit
GOLD 1-2 ≤ 1 < 10 0-1
B Risiko rendah, gejala
banyak
GOLD 1-2 ≤ 1 ≥ 10 ≥ 2
C Risiko tinggi, gejala
sedikit
GOLD 3-4 ≥ 2 < 10 0-1
D Risiko tinggi, gejala
banyak
GOLD 3-4 ≥ 2 ≥ 10 ≥ 2
4. Komorbiditas
Penyakit komorbid, seperti penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, depresi dan cemas,
sindrom metabolik, kanker paru dan disfungsi otot skeletal