diagnosis dan problem ft

9
A. DIAGNOSIS FT Diagnosis adalah penentuan suatu jenis penyakit berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan dalam proses pemeriksaan. Diagnosis merupakan kesimpulan dari anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Diagnosis fisioterapi adalah hasil proses kajian klinis yang menghasilkan identifikasi adanya gangguan ataupun potensi timbulnya gangguan, keterbatasan fungsi dan ketidakmampuan atau kecacatan. Diagnosis FT dihasikan dari pemeriksaan dan evaluasi yang dapat menunjukkan adanya disfungsi gerak dan dapat mencangkup Gangguan/kelemahan (impairment) Limitasi Fungsi (functional limitations) Ketidakmampuan (disabilities ) Sindrom ( syndromes ). Pada penegakan diagnosis, fisioterapis terkadang membutuhkan informasi tambahan (informasi yang diluar dari pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan fisioterapis) yang berupa kerjasama dengan profesi lain, misalnya dengan bagian radiologi. Adapun tujuan dari penegakan diagnosis dalam proses FT ini adalah : Untuk membantu menggambarkan kondisi atau jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Untuk menuntun menentukan prognosis Sebagai acuan pemeriksa dalam menentukan intervensi yang baik, benar, dan bermanfaat. Berikut adalah beberapa jenis diagnosis, yaitu : 1. Diagnosis Topik : Diagnosis ini mencakup topik apa yang mengalami masalah. Misalnya : Muskulo, Neuro, dll. 2. Diagnosis Klinik : Diagnosis ini mencakup gejala dan keluhan seperti apa yang timbul. Misalnya : Nyeri, stiffness, iritasi, dll.

Upload: syarifah-yasmin-assaggaf

Post on 02-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

diagnosis fisioterapi

TRANSCRIPT

Page 1: Diagnosis Dan Problem FT

A. DIAGNOSIS FT

Diagnosis adalah penentuan suatu jenis penyakit berdasarkan tanda dan gejala yang

ditemukan dalam proses pemeriksaan. Diagnosis merupakan kesimpulan dari anamnesis,

pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Diagnosis fisioterapi adalah hasil proses kajian klinis yang menghasilkan identifikasi

adanya gangguan ataupun potensi timbulnya gangguan, keterbatasan fungsi dan

ketidakmampuan atau kecacatan. Diagnosis FT dihasikan dari pemeriksaan dan evaluasi

yang dapat menunjukkan adanya disfungsi gerak dan dapat mencangkup

Gangguan/kelemahan (impairment)

Limitasi Fungsi (functional limitations)

Ketidakmampuan (disabilities )

Sindrom ( syndromes ).

Pada penegakan diagnosis, fisioterapis terkadang membutuhkan informasi

tambahan (informasi yang diluar dari pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan

fisioterapis) yang berupa kerjasama dengan profesi lain, misalnya dengan bagian radiologi.

Adapun tujuan dari penegakan diagnosis dalam proses FT ini adalah :

Untuk membantu menggambarkan kondisi atau jenis penyakit yang diderita oleh

pasien.

Untuk menuntun menentukan prognosis

Sebagai acuan pemeriksa dalam menentukan intervensi yang baik, benar, dan

bermanfaat.

Berikut adalah beberapa jenis diagnosis, yaitu :

1. Diagnosis Topik : Diagnosis ini mencakup topik apa yang mengalami masalah.

Misalnya : Muskulo, Neuro, dll.

2. Diagnosis Klinik : Diagnosis ini mencakup gejala dan keluhan seperti apa yang

timbul. Misalnya : Nyeri, stiffness, iritasi, dll.

3. Diagnosis Kerja : Diagnosis ini mencakup kegiatan atau pekerjaan apa yang

menyebabkan timbulnya masalah. Misalnya : Kecelakaan lalu lintas, olahraga,

trauma, dll.

4. Diagnosis Fungsi : Diagnosis ini mencakup mengenai fungsi apa yang terganggu.

Misalnya : Gangguan fungsi gerak knee, gangguan ADL, gangguan Koordinasi, dll.

Pada umumnya, diagnosis FT hanya terkait pada Diagnosis Fungsi. Namun, agar

terciptanya kemandirian dan Kemitraan Profesi Fisioterapi maka harus dilengkapi dengan

diagnosis topik, diagnosis klinik, dan diagnosis kerja. Diagnosis Fungsi FT dapat saja

berubah dalam topik dan klinik yang sama karena adanya perubahan patofisiologi.

Berdasarkan jenis jaringan yang terserang, diagnosis dapat dibedakan menjadi 4,

yaitu :

Page 2: Diagnosis Dan Problem FT

1. Diagnosis Muskuloskeletal, Ciri ciri yng didapatkan dalam diagnosa ini antara lain :

a. Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system muskulo skeletal

b. Gangguan Sikap

c. Gangguan Kinerja otot

d. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan

dengan connective tissue.

e. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan

dengan inflamasi lokal.

f. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan

dengan kerusakan spinal.

g. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan

dengan fraktur.

h. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan

dengan Arthroplasti sendi.

i. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan

dengan bedah tulang atau jaringan lunak.

j. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, ROM, gait, locomotion,

balance yang berkaitan dengan amputasi

2. Diagnosis Neuromuskular, Ciri – ciri yang didapatkan dalam diagnosis ini antara lain :

a. Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system neuromuskuler

b. Gangguan Perkembangan Neuromotor

c. Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Non

progressive disorder CNS – congenital atau pada bayi dan masa anak.

d. Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Non

progressive disorder CNS – pada usia dewasa

e. Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan

progressive disorder CNS

f. Gangguan Peripheral nerve integrity dan motor function yang berkaitan dengan

Peripheral Nerve Injury.

g. Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Acute atau

Chronic Polyneuropathies.

h. Gangguan motor function dan Peripheral nerve integration yang berkaitan dengan

Non progressive disorder Spinal Cord.

i. Gangguan kesadaran , ROM, Motor Control yang berkaitan dengan Coma, Near

coma, atau status vegetative.

3. Diagnosis Cardiovascular / Pulmonary

Page 3: Diagnosis Dan Problem FT

a. Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system cardiovascular-pulmonary

b. Gangguan kapasitas aerobik/ketahanan yang berkaitan dengan decontioning

syndrome

c. Gangguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang

berkaitan dengan Airways clearance dysfunction.

d. Gangguan kapasitas aerobik/ketahanan yang berkaitan dengan Cardiovascular

Pump Dysfuntion or failure

e. Gangguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang

berkaitan dengan Ventilatory Pump Dysfunction or Failure.

f. Gangguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang

berkaitan dengan Respiratory Failure.

g. Gangguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang

berkaitan dengan Respiratory Failure pada neonatus

h. Gangguan sirkulasi darah, anthropometric dimensions berkaitan dengan Lymphatetic

System disorders.

4. Diagnosis Integumentary

a. Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system integument

b. Gangguan integumenary integrity berkaitan dengan Superficial skin involvement

c. Gangguan integumenary integrity berkaitan dengan partial thickness skin

involvement

d. Gangguan integumenary integrity berkaitan dengan Full Thickness skin involvement

e. Gangguan integumenary integrity berkaitan dengan Skin Involvement extended Into

Facia, Muscle, or Bone and scar formation.

B. PROBLEM FT

Problem FT adalah kajian Fisioterapi terhadap gangguan gerak dan fungsi gerak

yang dapat diatasi dan dijangkau oleh kompetensi FT, antara lain dengan menggunakan

modalitas Fisioterapi. Adapun kajian yang selain kajian tersebut diatas tidak termasuk dalam

problem FT dan tidak dapat ditangani oleh FT.

Yang termasuk dalam kajian / problem fisioterapi antara lain yaitu : Integritas dan

mobilitas sendi, Fungsi motorik, Kekuatan otot, Sensorik integrasi, Nyeri, Postur, Luas gerak

sendi (ROM), integritas refleks, ADL, Respirasi, Integritas saraf cranial dan saraf perifer,

Gait, Locomotion, dan keseimbangan (koordinasi), dll.

Dalam memberikan intervensi, fisioterapis mengelompokkan problem FT kedalam 3

kelompok, yaitu :

1. Problem Primer merupakan masalah yang paling pertama muncul dalam

patofisiologi. Misalnya : peradangan, swelling, hematoma, dll.

Page 4: Diagnosis Dan Problem FT

2. Problem Sekunder merupakan masalah yang muncul akibat adanya masalah

primer yang belum teratasi seperti akibat patofisiologi dan patopsikologi. Misalnya :

Stiffness, muscle wekness, keterbatasan ROM, gangguan koordinasi, dll.

3. Problem Kompleks merupakan masalah yang mencakup gangguan fungsional yang

ditimbulkan akibat suatu patofisiologi yang terjadi pada suatu organ tertentu,

utamanya pada anggota gerak. Misalnya : gangguan ADL (makan, minum, toileting,

merawat diri, berpakaian, aktifitas seks, dll.

Pemeriksaan Fisioterapi

Proses pemeriksaan Fisioterapi terdiri dari :

1. Anamnesis, yaitu informasi mengenai pasien dan riwayat penyakit yang dialami oleh

pasien, baik informasi yang diceritakan secara langsung ataupun diceritakan oleh

keluarga dan orang lain. Adapun hal hal yang pelru ditanyakan dalam anamnesis

menyangkut nama, umur, alamat, pekerjaan, hobi, keluhan utama, lokalisasi

keluhan, sifat keluhan, Riwayat perjalanan penyakit, kondisi provokasi, pengobatan

sebelummnya, waktu terjadinya keluhan, dll. Tujuan anamnesis ini adalah untuk

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan penyakit

pasien dan sekiranya dibutuhkan dalam proses selanjutnya dan sebagai acuan

dalam penegakan diagnosis, kaena 60-70% diteakkan melalui anamnesis yang

benar.

2. Inspeksi, yaitu suatu proses melihat dan mengamati keadaan fisik pasien secara

keseluruhan yang bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda peyakit yang diderita dan

untuk membantu menegakkan diagnosis. Inspeksi dibedakan menjadi 2, yaitu

inspeksi dinamis dan inspeksi statis. Hal-hal yang harus diamati dalam proses

inspeksi antara lain yaitu : postur, sikap, adanya deformitas, gait, ekspresi wajah,

warna kulit, kualita gerakan, dll.

3. Tes Orientasi, yaitu tes singkat untuk mengetahui gangguan fungsi tubuh dan

mengungkap kelainan yang dikeluhkan oleh pasien baik secara segmental maupun

regional. Tes orientasi ini dilakukan dengan cara memancing rasa sakit pasien

melalui berbagai gerakan aktif sehari-hari sehingga dapat diketahui struktur mana

yang terganggu (lokalisasi nyeri), dan gerakan mana yang memprovokasi nyeri.

Informasi dari tes orientasi ini masih bersifat global sehingga selanjutnya dibutuhkan

tes spesifik dan tes tambahan lainnya.

4. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar, merupakan Pemeriksaan pada alat gerak tubuh

dengan cara melakukan gerakan fungsional dasar pada regio tertentu untk melacak

kelainan struktur dan fungsional regio tersebut. PFGD dibedakan menjadi 3, yaitu :

Page 5: Diagnosis Dan Problem FT

Pemeriksaan Aktif, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara fisioterapis

memerintahkan pasien untuk melakukan suatu gerakan dengan memperhatikan

jangkauan gerakan (ROM), kekuatan otot, nyeri, dan kualitas motorik.

Pemeriksaan Pasif, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara fisioterapis

yang menggerakkan pasien dalam melakukan suatu gerakan. Yang diperhatikan

dalam pemeriksaan ini adalah ROM (Capsular Pattern, yaitu pola limitasi

gerakan), dan endfeel. Endfeel adalah rasa akhir dari gerakan yaitu keras, lunak,

atau elastis

TIMT (Tes Isometrik Melawan Tahanan), Tes untuk menilai otot-otot dan tendon-

tendon, dimana pasien menegangkan sebuah otot atau rumpun otot, sementara

pemeriksa memberi begitu banyak tekanan lawan sehingga tidak timbul gerakan

di dalam sendi tersebut tetapi ada kontraksi otot isometris dan kuat. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui kontraksi isometrik yang akan menggambarkan ada

tidaknya gangguan otot. Dengan melakukan tes daya tahan, ada dua macam

kelainan yang dapat ditemukan, yaitu rasa sakit dan kekuatan otot yang

berkurang.

5. Pemeriksaan Spesifik / tambahan yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan apabila

informasi yang diperoleh melalui Anamnesis, Inspeksi, dan Pemeriksaan Fungsi

belum cukup untuk menegakkan Diagnosis penyakit / problematic fisioterapi pada

penderita. Pemeriksaan spesifik dilakukan untuk mengungkapkan ciri khusus / khas,

serta jenis gangguan dari suatu struktur / jaringan tertentu. Ada beberapa macam

pemeriksaan spesifik, yaitu pemeriksaan neurologi, stabilitas sendi, ROM, MMT,

panjang otot, kapasitas pernafasan, pemeriksaan lab. Radiologi, dll.

6. Diagnosis yaitu penentuan suatu jenis penyakit berdasarkan tanda dan gejala yang

ditemukan dalam proses pemeriksaan.

Proses pemeriksaan FT biasa dikenal dengan istilah CHARTS, yaitu :

C : Chief of Complain (Anamnesis)

H : History (Anamnesis)

A : Asimetrical (Inspeksi)

R : Restrictive ( Orientasi Tes )

T : Tissue Impairment ( PFGD , palpasi )

S : Spesific test (pemeriksaan spesifik / tambahan)

Page 6: Diagnosis Dan Problem FT

DIAGNOSIS DAN PROBLEM FT

SYARIFAH FATIMA YASMIN

C 131 112 273

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013