diagnosis dan penatalaksanaan paronychia
TRANSCRIPT
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PARONKIA
I. PENDAHULUAN
Paronikia adalah suatau reaksi peradangan mengenai lipatan kulit dan jaringan di
sekitar kuku. Biasanya disebabkan oleh trauma karena maserasi pada tangan yang sering
terkena air. Paronikia akut paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, umumnya
Staphylococcus aureus atau Pseudomonas aeruginosa, sedangkan, paronikia kronis
disebabkan oleh jamur Candida albicans.1,7
Paronikia ditandai dengan jaringan kuku menjadi lunak dan membengkak serta
dapat mengeluarkan pus (nanah), kuku bertambah tebal dan berubah warna. Bila infeksi telah
kronis, maka terdapat celah horizontal pada dasar kuku biasanya menyerang 1-3 jari. Penyakit
ini berkembang pada orang-orang yang tangannya lama terendam air, penderita diabetes dan
kekurangan gizi.1,2
Kasus paronikia lebih banyak terjadi pada wanita, pekerjaan bar, tukang cuci dan
kadang-kadang penyakit ini muncul pada anak-anak, khususnya yang gemar menghisap jari
tangannya. Setiap jari tangan dapat terkena, tetapi yang lebih sering adalah jari manis dan jari
kelingking.1,2
Diagnosis ditegakkan berdasarkan terdapatnya edema, rasa sakit, atau abses di
satu atau lebih lipatan kuku. Kultur dan perwarnaan gram terhadap cairan abses akan
memperkuat diagnosis. Antibiotika dan pengobatan secara topikal dapat digunakan dalam
penatalaksanaan Paronikia akut maupun kronis.1,2,5,6
II. DIAGNOSIS
1
1. GEJALA KLINIS
Pasien datang dengan riwayat memotong kuku terlalu pendek, pernah trauma,
memiliki kebiasaan menggigit kuku, menghisap jari atau sering terendam air. Pasien yang
memiliki penyakit diabetes akan lebih sulit perawatannya. Keluhan tersering adalah pasien
merasa nyeri dan bengkak di sekitar kuku.1,2,5,6
Paronikia dapat dibagi:
Paronikia akut
Dari pemeriksaan akan tampak pinggir kuku kemerah-merahan, bengkak, nyeri di
pinggir kuku, biasanya terjadi 2 hingga 5 hari setelah trauma. Pada saat kuku ditekan
bisa keluar nanah. Bengkak dan kemerahan pada tepi kuku disebabkan oleh
penumpukan nanah di bawah kulit.
Paronikia kronik
Pasien dengan gejala lebih dari 6 minggu perlu dicurigai sebagai paronikia kronik.
Kuku cenderung kering, bengkak dan kemerahan tidak begitu nyata pada paronikia
kronik. Kuku tampak menebal dan berwarna pucat dan bisa terpisah sehingga tampak
ada ruang diantara kuku dengan nail bed.
2
Gambar 1: Kasus pada paronychia dengan bengkak dan
menebal pada daerah peronychium, perubahan warna pada
kuku.6
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikrobiologi dapat juga membantu dalam menegakkan diagnose
pada penyakit ini. Kultur dari sampel yang diambil dari tempat infeksi dapat membantu
mengidentifikasi jenis bakteri yang menyebabkan infeksi pada pasien tersebut dimana pada
kasus paronikia biasanya ditemukan bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus
merupakan bakteri Gram-positif, nonmotile dan fakultatif anaerob yang membentuk
karakteristik seperti kelompok cocci terlihat dalam warna ungu pada pewarnaan gram.1,2,4
III. DIAGNOSIS BANDING
1. Psoriasis
Kuku psoriasis sering dijumpai dengan insiden yang dilaporkan antara 10-50%.
Gejala klinik adalah terdapat pits atau terowongan. Terowongan ini disebabkan psoriasis
pada matriks kuku. Kadang-kadang terdapat cekungan yang transversal (Beau’s line),
leukonikia dengan permukaan yang kasar atau licin. Pada dasar kuku terdapat perdarahan
dan berwarna merah. Warna hijau kekuningan dapat terjadi pada hiponikia di daerah kolisis.
Pada psoriasis sering terjadi onikolisis, perlepasan kuku dapat terjadi mendadak dan
meliputu beberapa kuku.6,8
3
Gambar 2: Psoriasis pada kuku
2. Onikomikosis
Onikomikosis adalah infeksi jamur pada lempeng kuku, yang dapat disebabkan
oleh dermatofita, kandida, dan jamur lain. Gambaran klinis bervariasi tergantung jenis
penyebab maupun cara infeksi. Pada onikomikosis yang disebabkan dermatofita, yakni tinea
unguium, gambaran tersering adalah distrofi dan debris pada kuku subungual distal.
Sedangkan yang disebabkan kandida sering didahului oleh paronikia atau peradangan
jaringan sekeliling kuku yang kronik akibat pekerjaan basah atau iritasi kronik. Penyebab
pasti ditentukan dengan pemeriksaan KOH dan kultur yang perlu dilakukan untuk pemilihan
obat serta menyingkirkan diagnosis banding.6,8
Gambar 3: onikomikosis pada kuku
IV. PENATALAKSANAAN
Pada paronikia akut, apabila masih ringan dan tidak bernanah bisa dilakukan penanganan
dengan obat-obatan. Basuh dengan air hangat 3-4 kali sehari atau kompres dengan air hangat.
Apabila sudah timbul nanah maka kuku harus diangkat supaya mudah dibersihkan. Pada
paronikia kronik, obat-obatan anti jamur mungkin diperlukan. Pilihan pengobatan dapat
diberikan secara sistemik ataupun topikal.4,5,7,6
4
Pilihan obat anti jamur sistemik yang efektif pada paronikia adalah fluconazole oral dan
dosis anjuran adalah 100 mg/hari satu kali sehari selama 1-2 minggu. Pilihan anti jamur topical
yang effektif adalah salep ketakonazole dua kali sehari sampai gejala klinisnya tidak tampak lagi.
Apabila terjadi tanda radang yang berupa, kemerahan, panas, pembengkakan dan nyeri
dianjurkan pemberian amoxicillin ataupun clavulanate secara oral dengan dosis 500/125mg tiga
kali sehari selama 1 minggu, karena selalu ditemukan Staphylococcus disekitar luka yang masih
sensitif terhadap antibiotika tersebut. Antibiotika oral lain seperti clindamisin dengan dosis
150mg tiga kali sehari selama 1 minggu juga masih efektif. Pilhan antibiotika sistemik yang
dapat diberikan adalah bacitrasin atau gentamisin ointment sebanyak tiga kali sehari selama 5-
10 hari.2,5,6
Tatalaksana pembedahan biasa dilakukan pada paronikia kronik yang tidak respon
dengan pemberian obat-obatan. Ada beberapa teknik pembedahan yang bias dilakukan antaranya
seperti Simple Eponychial Marsupilization, En bloc Excision dan Swiss Roll Technique.2,6,7
Gambar 4: Eponychial marsupilization pada pasien paronikia kronik.6
5
Gambar 5: En bloc excision pada kasus paronikia kronik.6
Gambar 6: Swiss roll technique pada kasus paronikia kronik.6
V. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis paronikia baik dengan penanganan yang tepat dan
menghindari komplikasinya. Pada paronikia kronik penyembuhan agak lambat, waktu
penyembuhan bisa sehingga beberapa minggu atau bulan, tetapi ini bukan bermakna terapi tidak
berhasil. Jika pasien tidak diterapi dengan baik, pasien akan terus-menerus merasakan nyeri dan
menyebabkan penetrasi dari kuman semakin banyak dan menyebakan lesi semakin parah.5,6
VI. REFERENSI
1. Tosti A, Piraccini BM. Biology of nails and nails disorders, In: Wolff K, Goldsmith AL,
Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD editors. Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine 8th Edition. New York: Mc Grew Hill Medical, 2012. p. 1434-7
6
2. Berker D.A.R. D, Baran R. Disorders of nails, In: Burns T, Breathnach S, Cox N,
Griffiths C editors. Rook’s textbook of dermatology. 8th Edition.Willey-Blackwell, 2010
p. 3345-6
3. James DW, Berger GT, Elston MD. Bacterial infections. In: Andrew’s disease of the
skin. 3rd Edition, Elsvier Saunders,2006.p. 254
4. Bolognia JL, Lorizzo JL, Rapini PR. Infections. In: Callen PJ, Horn DT, Mancini JA,
Salache JS, Stone SM editors. Dermatology 2nd Edition, British Library
Cataloguing,2008.
5. Rigopoulos D, Larios G, Gregoriou S. Acute and chronic paronychia, Am Fam Physician.
6. Relhan, V., K. Goel, et al. "Management of chronic paronychia." Indian Journal of
Dermatology,2014.
7. Sjahrial, D. Infeksi bakteri stafilokokus dan streptokokus. Ilmu penyakit Kulit. P. D. M.
Harahap. Jakarta, Hipokrates,2000.p.56.
8. Soedarto,M. Kelainan kuku dan rambut. Ilmu penyakit kulit. P. D. M. Harahap. Jakarta,
Hipokrates,2000.p.176-80.
7