diagnosis dan penatalaksanaan paronychia

10
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PARONKIA I. PENDAHULUAN Paronikia adalah suatau reaksi peradangan mengenai lipatan kulit dan jaringan di sekitar kuku. Biasanya disebabkan oleh trauma karena maserasi pada tangan yang sering terkena air. Paronikia akut paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, umumnya Staphylococcus aureus atau Pseudomonas aeruginosa, sedangkan, paronikia kronis disebabkan oleh jamur Candida albicans. 1,7 Paronikia ditandai dengan jaringan kuku menjadi lunak dan membengkak serta dapat mengeluarkan pus (nanah), kuku bertambah tebal dan berubah warna. Bila infeksi telah kronis, maka terdapat celah horizontal pada dasar kuku biasanya menyerang 1-3 jari. Penyakit ini berkembang pada orang-orang yang tangannya lama terendam air, penderita diabetes dan kekurangan gizi. 1,2 Kasus paronikia lebih banyak terjadi pada wanita, pekerjaan bar, tukang cuci dan kadang-kadang penyakit ini muncul pada anak-anak, khususnya yang gemar menghisap jari tangannya. Setiap jari tangan dapat terkena, tetapi yang lebih sering adalah jari manis dan jari kelingking. 1,2 1

Upload: rahim-mohamad-nor

Post on 26-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Paronychia

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PARONKIA

I. PENDAHULUAN

Paronikia adalah suatau reaksi peradangan mengenai lipatan kulit dan jaringan di

sekitar kuku. Biasanya disebabkan oleh trauma karena maserasi pada tangan yang sering

terkena air. Paronikia akut paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, umumnya

Staphylococcus aureus  atau  Pseudomonas aeruginosa, sedangkan, paronikia kronis

disebabkan oleh jamur Candida albicans.1,7

Paronikia ditandai dengan jaringan kuku menjadi lunak dan membengkak serta

dapat mengeluarkan pus (nanah), kuku bertambah tebal dan berubah warna. Bila infeksi telah

kronis, maka terdapat celah horizontal pada dasar kuku biasanya menyerang 1-3 jari. Penyakit

ini berkembang pada orang-orang yang tangannya lama terendam air, penderita diabetes dan

kekurangan gizi.1,2

Kasus paronikia lebih banyak terjadi pada wanita, pekerjaan bar, tukang cuci dan

kadang-kadang penyakit ini muncul pada anak-anak, khususnya yang gemar menghisap jari

tangannya. Setiap jari tangan dapat terkena, tetapi yang lebih sering adalah jari manis dan jari

kelingking.1,2

Diagnosis ditegakkan berdasarkan terdapatnya edema, rasa sakit, atau abses di

satu atau lebih lipatan kuku. Kultur dan perwarnaan gram terhadap cairan abses akan

memperkuat diagnosis. Antibiotika dan pengobatan secara topikal dapat digunakan dalam

penatalaksanaan Paronikia akut maupun kronis.1,2,5,6

II. DIAGNOSIS

1

Page 2: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Paronychia

1. GEJALA KLINIS

Pasien datang dengan riwayat memotong kuku terlalu pendek, pernah trauma,

memiliki kebiasaan menggigit kuku, menghisap jari atau sering terendam air. Pasien yang

memiliki penyakit diabetes akan lebih sulit perawatannya. Keluhan tersering adalah pasien

merasa nyeri dan bengkak di sekitar kuku.1,2,5,6

Paronikia dapat dibagi:

Paronikia akut

Dari pemeriksaan akan tampak pinggir kuku kemerah-merahan, bengkak, nyeri di

pinggir kuku, biasanya terjadi 2 hingga 5 hari setelah trauma. Pada saat kuku ditekan

bisa keluar nanah. Bengkak dan kemerahan pada tepi kuku disebabkan oleh

penumpukan nanah di bawah kulit.

Paronikia kronik

Pasien dengan gejala lebih dari 6 minggu perlu dicurigai sebagai paronikia kronik.

Kuku cenderung kering, bengkak dan kemerahan tidak begitu nyata pada paronikia

kronik. Kuku tampak menebal dan berwarna pucat dan bisa terpisah sehingga tampak

ada ruang diantara kuku dengan nail bed.

2

Page 3: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Paronychia

Gambar 1: Kasus pada paronychia dengan bengkak dan

menebal pada daerah peronychium, perubahan warna pada

kuku.6

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan mikrobiologi dapat juga membantu dalam menegakkan diagnose

pada penyakit ini. Kultur dari sampel yang diambil dari tempat infeksi dapat membantu

mengidentifikasi jenis bakteri yang menyebabkan infeksi pada pasien tersebut dimana pada

kasus paronikia biasanya ditemukan bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus

merupakan bakteri Gram-positif, nonmotile dan fakultatif anaerob yang membentuk

karakteristik seperti kelompok cocci terlihat dalam warna ungu pada pewarnaan gram.1,2,4

III. DIAGNOSIS BANDING

1. Psoriasis

Kuku psoriasis sering dijumpai dengan insiden yang dilaporkan antara 10-50%.

Gejala klinik adalah terdapat pits atau terowongan. Terowongan ini disebabkan psoriasis

pada matriks kuku. Kadang-kadang terdapat cekungan yang transversal (Beau’s line),

leukonikia dengan permukaan yang kasar atau licin. Pada dasar kuku terdapat perdarahan

dan berwarna merah. Warna hijau kekuningan dapat terjadi pada hiponikia di daerah kolisis.

Pada psoriasis sering terjadi onikolisis, perlepasan kuku dapat terjadi mendadak dan

meliputu beberapa kuku.6,8

3

Page 4: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Paronychia

Gambar 2: Psoriasis pada kuku

2. Onikomikosis

Onikomikosis adalah infeksi jamur pada lempeng kuku, yang dapat disebabkan

oleh dermatofita, kandida, dan jamur lain. Gambaran klinis bervariasi tergantung jenis

penyebab maupun cara infeksi. Pada onikomikosis yang disebabkan dermatofita, yakni tinea

unguium, gambaran tersering adalah distrofi dan debris pada kuku subungual distal.

Sedangkan yang disebabkan kandida sering didahului oleh paronikia atau peradangan

jaringan sekeliling kuku yang kronik akibat pekerjaan basah atau iritasi kronik. Penyebab

pasti ditentukan dengan pemeriksaan KOH dan kultur yang perlu dilakukan untuk pemilihan

obat serta menyingkirkan diagnosis banding.6,8

Gambar 3: onikomikosis pada kuku

IV. PENATALAKSANAAN

Pada paronikia akut, apabila masih ringan dan tidak bernanah bisa dilakukan penanganan

dengan obat-obatan. Basuh dengan air hangat 3-4 kali sehari atau kompres dengan air hangat.

Apabila sudah timbul nanah maka kuku harus diangkat supaya mudah dibersihkan. Pada

paronikia kronik, obat-obatan anti jamur mungkin diperlukan. Pilihan pengobatan dapat

diberikan secara sistemik ataupun topikal.4,5,7,6

4

Page 5: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Paronychia

Pilihan obat anti jamur sistemik yang efektif pada paronikia adalah fluconazole oral dan

dosis anjuran adalah 100 mg/hari satu kali sehari selama 1-2 minggu. Pilihan anti jamur topical

yang effektif adalah salep ketakonazole dua kali sehari sampai gejala klinisnya tidak tampak lagi.

Apabila terjadi tanda radang yang berupa, kemerahan, panas, pembengkakan dan nyeri

dianjurkan pemberian amoxicillin ataupun clavulanate secara oral dengan dosis 500/125mg tiga

kali sehari selama 1 minggu, karena selalu ditemukan Staphylococcus disekitar luka yang masih

sensitif terhadap antibiotika tersebut. Antibiotika oral lain seperti clindamisin dengan dosis

150mg tiga kali sehari selama 1 minggu juga masih efektif. Pilhan antibiotika sistemik yang

dapat diberikan adalah bacitrasin atau gentamisin ointment sebanyak tiga kali sehari selama 5-

10 hari.2,5,6

Tatalaksana pembedahan biasa dilakukan pada paronikia kronik yang tidak respon

dengan pemberian obat-obatan. Ada beberapa teknik pembedahan yang bias dilakukan antaranya

seperti Simple Eponychial Marsupilization, En bloc Excision dan Swiss Roll Technique.2,6,7

Gambar 4: Eponychial marsupilization pada pasien paronikia kronik.6

5

Page 6: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Paronychia

Gambar 5: En bloc excision pada kasus paronikia kronik.6

Gambar 6: Swiss roll technique pada kasus paronikia kronik.6

V. PROGNOSIS

Pada umumnya prognosis paronikia baik dengan penanganan yang tepat dan

menghindari komplikasinya. Pada paronikia kronik penyembuhan agak lambat, waktu

penyembuhan bisa sehingga beberapa minggu atau bulan, tetapi ini bukan bermakna terapi tidak

berhasil. Jika pasien tidak diterapi dengan baik, pasien akan terus-menerus merasakan nyeri dan

menyebabkan penetrasi dari kuman semakin banyak dan menyebakan lesi semakin parah.5,6

VI. REFERENSI

1. Tosti A, Piraccini BM. Biology of nails and nails disorders, In: Wolff K, Goldsmith AL,

Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD editors. Fitzpatrick’s dermatology in general

medicine 8th Edition. New York: Mc Grew Hill Medical, 2012. p. 1434-7

6

Page 7: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Paronychia

2. Berker D.A.R. D, Baran R. Disorders of nails, In: Burns T, Breathnach S, Cox N,

Griffiths C editors. Rook’s textbook of dermatology. 8th Edition.Willey-Blackwell, 2010

p. 3345-6

3. James DW, Berger GT, Elston MD. Bacterial infections. In: Andrew’s disease of the

skin. 3rd Edition, Elsvier Saunders,2006.p. 254

4. Bolognia JL, Lorizzo JL, Rapini PR. Infections. In: Callen PJ, Horn DT, Mancini JA,

Salache JS, Stone SM editors. Dermatology 2nd Edition, British Library

Cataloguing,2008.

5. Rigopoulos D, Larios G, Gregoriou S. Acute and chronic paronychia, Am Fam Physician.

6. Relhan, V., K. Goel, et al. "Management of chronic paronychia." Indian Journal of

Dermatology,2014.

7. Sjahrial, D. Infeksi bakteri stafilokokus dan streptokokus. Ilmu penyakit Kulit. P. D. M.

Harahap. Jakarta, Hipokrates,2000.p.56.

8. Soedarto,M. Kelainan kuku dan rambut. Ilmu penyakit kulit. P. D. M. Harahap. Jakarta,

Hipokrates,2000.p.176-80.

7