diagnosis dan penatalaksanaan moluskum kontangiosum

10
Diagnosis Dan Penatalaksanaan Moloskum Kontangiosum I. Pendahuluan Moluskum kontangiosum (MK) adalah penyakit disebabkan oleh virus poks, klinis berupa papul papul berbentuk bulat, diskret, pada permukaannya terdapat lekukan, berisi massa yang mengandung badan moluskum (1,2) . Penyakit ini merupakan infeksi yang ringan namun cukup menganggu. Pasien biasanya terganggu dengan penyakit ini karena sifat penyakitnya yang berlangsung lama, dapat bertahan dari bulan hingga tahunan. (2) Moluskum kontangiosum virus (MKV) merupakan poxvirus yang besar, berbentuk balok yang bereplikasi pada sitoplasma sel. Virus ini memiiki beberapa kesamaan genom dengan poxvirus yang lain, dan hampir dua per tiga dari gen virus memiliki kemiripan dengan virus variola. Berdasarkan restriksi endonukleasi dan analisis PCR, DNA dari MKV dapat dibagi menjadi 4 subtipe yaitu, MKV-1, MKV-2, MKV-3, MKV-4. MKV-1 dan MKV-2 merupakan tipe yang umum dijumpai, sedangkan MKV- 3 dan MKV-4 jarang. (3) 98% dari penyakit moluskum kontagiosum disebabkan oleh virus moluskum genotipe 1 1

Upload: srirahmawaty

Post on 04-Sep-2015

105 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Diagnosis Dan Penatalaksanaan

Moloskum Kontangiosum

I.Pendahuluan

Moluskum kontangiosum (MK) adalah penyakit disebabkan oleh virus poks, klinis berupa papul papul berbentuk bulat, diskret, pada permukaannya terdapat lekukan, berisi massa yang mengandung badan moluskum (1,2). Penyakit ini merupakan infeksi yang ringan namun cukup menganggu. Pasien biasanya terganggu dengan penyakit ini karena sifat penyakitnya yang berlangsung lama, dapat bertahan dari bulan hingga tahunan. (2)

Moluskum kontangiosum virus (MKV) merupakan poxvirus yang besar, berbentuk balok yang bereplikasi pada sitoplasma sel. Virus ini memiiki beberapa kesamaan genom dengan poxvirus yang lain, dan hampir dua per tiga dari gen virus memiliki kemiripan dengan virus variola. Berdasarkan restriksi endonukleasi dan analisis PCR, DNA dari MKV dapat dibagi menjadi 4 subtipe yaitu, MKV-1, MKV-2, MKV-3, MKV-4. MKV-1 dan MKV-2 merupakan tipe yang umum dijumpai, sedangkan MKV-3 dan MKV-4 jarang. (3) 98% dari penyakit moluskum kontagiosum disebabkan oleh virus moluskum genotipe 1 dan merupakan penyebab utama moluskum kontangiosum pada anak. Virus genotipe 2 terutama menyerang orang dewasa dan orang dengan imunokompromise dengan kontak seksual merupakan metode transmisi yang paling sering. Meskipun berbeda, hampir semua tipe dari MKV bermanifestasi dalam bentuk yang mirip secara klinis. Periode inkubasi virus ini 2-7 minggu, ada yang mengatakan dapat sampai 6 bulan. Virus bereplikasi pada sitoplasma sel epitel, dan sel yang terinfeksi bereplikasi dua kali dari baseline rate normal. (2,3) Virus ini tidak dapat ditumbuhkan dalam media pertumbuhan atau pun telur. (3)

Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga orang dewasa yang aktif secara seksual, serta orang dengan sistem imun yang terganggu (4,5). Pada orang dewasa penyakit ini dihubungkan dengan penyakit menular seksual. Transmisi penyakit ini dapat melalui kontak kulit atau mukosa, benda-benda yang dipakai bersama, dan otoinokulasi. (1,2) Penggunaan barang secara bersama-sama dapat berupa peralatan mandi dan kolam renang (3) . Olahraga yang memakai kontak langsung seperti gulat juga dapat menjadi sumber penularan. Laporan terkini juga menyatakan bahwa adanya kemungkinan transmisi vertikal dari ibu ke neonatus selama masa intrapartum. (2)

Infeksi moluskum kontangiosum virus tersebar di seluruh dunia dan spesifik pada manusia. Prevalensi infeksi moluskum kontangiosum tekah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Dalam sebuah studi, di Amerika, telah terjadi peningkatan sebesar 11 kali dalam dua dekade terakhir. Peningkatan ini terjadi secara pararel dengan peningkatan penyakit menular seksual. Prevalensi dari moluskum kontangiosum pada anak di Amerika kurang dari 5%, namun diperkirakan infeksi subklinis yang tidak terdeteksi lebih banyak. (2) Sebuah studi di Jerman dan Inggris mendapatkan rasio seropositif 14.8% pada populasi, hal ini mendukung pandangan bahwa penyakit yang tidak terdeteksi banyak di populasi. Usia puncak insidensi penyakit ini pada anak yaitu di umur 2-10 tahun. (5)

Prognosis penyakit ini cukup baik, karena dapat sembuh sendiri dalam jangka waktu bulan hingga tahun. Komplikasi yang terjadi dapat berupa gatal, infeksi sekunder, serta keratitis dan konjungtivitis jika terkena kelopak mata. (2)II.Diagnosis

A. Gambaran Klinis

Kelainan kulit berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular sekitar 3-5 mm dan berwarna seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle).(2,4) Lesi awal muncul berupa papul pink kecil, yang kemudian kadang dapat membesar mencapai 3 cm (giant molluscum). Pada saat membesar, morfologi berbentuk kubah dan lebih kentara. Kebanyakan pasien memiliki mutipel papul.(2) Jika papul dipijat akan tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi (badan moluskum).(1) Jika lesi mengalami iritasi dapat menjadi krusta ataupun pustul. (4) Durasi penyakit ini sangat bervariasi dan penyakit ini dapat sembuh sendiri dalam 6-9 bulan, kadang ada yang dapat bertahan sampai 3-4 tahun. Dapat timbul bekas luka yang masuk ke dalam saat penyakit ini sudah sembuh.(3) Predileksi penyakit ini di daerah muka, badan, dan ekstremitas sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna.(1) Lesi dapat timbul berkelompok dalam suatu gugus atau timbul dalam susunan linear. Perubahan eritema dan eksema dapat timbul di sekitar lesi; hal ini disebut moluskum dermatitis. Papul dapat menjadi eritema, yang diyakini merupakan respon imun dari infeksi. Pasien dengan sindrom immunodefisiensi dapat memperlihatkan lesi yang besar dan ekstensif baik di daerah genital maupun ekstra genital.(2)

Gambar 1. Lesi Moluskum Kontangiosum berbentuk papul pink berbentuk kubah dengan lekukan di bagian tengahnya. (2)Gambar 2. Papul disertai eritem (2)

Gambar 3. Molluskum Kontangiosum yang sudah sembuh meninggalkan bekas luka (3)B. Pemeriksaan Penunjang

Histopatologi : Pada pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat ditemukan badan moluskum yang mengandung partikel virus.(1) Terdapat hipertrofi dan hiperplasia epidermis. Di atas stratum basalis, terdapat sel yang membesar mengandung inklusi intrasitoplasma yang besar (Henderson-Patterson bodies).(2)Gambar 4. Gambaran histopatologi moluskum kontangiosum (2)III.Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret. Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan CO2, N2, dan sebagainya.(1) Namun, tidak semua kasus diterapi, khususnya pada anak karena respon imun alamiah dapat menghilangkan penyakit ini tanpa intervensi.(2)

Selain tindakan operatif, dapat juga menggunakan terapi konservatif. Banyak ahli menggunakan Kantaridin topikal 0.7% atau cairan 0.9% untuk terapi moluskum kontangiosum. Obat ini menginduksi vesikulasi di perbatasan dermoepidermal. Obat ini harus digunakan secara hati-hati dan dicuci 2-6 jam setelah pengolesan. Penggunaan di wajah dan daerah genital tidak dianjurkan, dan keluarga harus diberi konseling mengenai kemungkinan akan adanya reaksi dan bekas luka. Terapi topikal yang lain adalah krim retinoid, krim imiquimod, asam salisilat, asam triklorasetat, sidofuvir, dan pasta perak nitrat dan tape stripping. Untuk obat sistemik biasa digunakan simetidin.(2) Sebuah studi terbaru melaporkan keberhasilan pengobatan menggunakan Pratisaraniya Knara topikal dan Bilvaldi Agada oral dengan efek samping yang lebih sedikit dibanding pengobatan-pengobatan yang ada sebelumnya. (6)Pasien juga perlu diedukasi untuk menjaga papul dari trauma serta menghindari dari garukan. Dapat diberikan antihistamin jika perlu jika gatal.(2)

Daftar Pustaka

1. Handoko RP. Penyakit Virus. Dalam: Djuanda A, Hamzah, M., Aisah, S., editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakrta: Badan Penerbit FKUI; 2009. p. 114-5.

2. Piggot C, Friedlander SF, Tom W. Poxvirus Infection. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, eds. Fitspatrickss Dermatology In General Medicine. 8th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2012.p. 2417-20.3. Sterling JC. Virus Infection. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, eds. Rooks Textbook of Dermatology.8th edition. UK: Wiley-Blackwell; 2010. p. 33.11-33.134. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Disease of The Skin Clinical Dermatology. Eleventh ed. Saunder Elseiver; 2011.p. 387-95. Sherwan S, Farleigh L, Agarwal N, et al. Seroprevalence of Molluscum contangiosum Virus in German and UK Populations. Plos One 2014; 9(2): 1-11

6. Kalasannavar SB & Sawalgimath MP. Molluscum contangiosum: A novel Ayurvedic approach. Anc Sci Life 2013; 33(1): 49-51

1