diagnosa diare dan klasifikasi dehidrasi

5
Diagnosa Diare dan Klasifikasi Dehidrasi Diagnosa Diare Diagnosa diare ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Amati konsistensi tinja dan frekuensi buang air besar bayi atau balita. Jika tinja encer dengan frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari, maka bayi atau balita tersebut menderita diare. Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah putih. Namun, untuk mengetahui organisme penyebab diare, perlu dilakukan pembiakan terhadap contoh tinja. Klasifikasi Dehidrasi Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi ringan, sedang, atau berat. 1. Dehidrasi Ringan Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak terlihat agak lesu, haus, dan agak rewel. 2. Dehidrasi Sedang Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut: Gelisah, cengeng Kehausan Mata cekung Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke posisi semula. 3. Dehidrasi berat Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut: Berak cair terus-menerus Muntah terus-menerus Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk Tidak bisa minum, tidak mau makan Mata cekung, bibir kering dan biru

Upload: devina-wangsa

Post on 09-Apr-2016

24 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

diare

TRANSCRIPT

Page 1: Diagnosa Diare Dan Klasifikasi Dehidrasi

Diagnosa Diare dan Klasifikasi Dehidrasi

Diagnosa Diare

Diagnosa diare ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Amati konsistensi tinja dan frekuensi buang air besar bayi atau balita. Jika tinja encer dengan frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari, maka bayi atau balita tersebut menderita diare.

Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah putih. Namun, untuk mengetahui organisme penyebab diare, perlu dilakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

Klasifikasi Dehidrasi

Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi ringan, sedang, atau berat.

1. Dehidrasi Ringan

Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak terlihat agak lesu, haus, dan agak rewel.

2. Dehidrasi Sedang

Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:

Gelisah, cengeng Kehausan

Mata cekung

Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke posisi semula.

3. Dehidrasi berat

Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:

Berak cair terus-menerus Muntah terus-menerus

Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk

Tidak bisa minum, tidak mau makan

Mata cekung, bibir kering dan biru

Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik

Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6 popok/hari.

Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

ayi dan balita yang diare membutuhkan lebih banyak cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang melalui tinja dan muntah. Pemberian cairan yang tepat dengan jumlah memadai merupakan modal utama mencegah dehidrasi. Cairan harus diberikan sedikit demi sedikit dengan frekuensi sesering mungkin.

Page 2: Diagnosa Diare Dan Klasifikasi Dehidrasi

Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga dapat mengganti elektrolit yang ikut hilang bersama cairan.

Baca aturan penggunaan oralit dengan baik, berapa jumlah air yang harus disiapkan untuk membuat larutan oralit, sehingga takaran oralit dapat tepat diberikan. Larutan sup maupun air biasa cukup praktis dan hampir efektif sebagai upaya rehidrasi oral untuk mencegah dehidrasi.

Cairan yang biasa disebut sebagai cairan rumah tangga ini harus segera diberikan pada saat anak mulai diare. Berikan cairan dengan sendok, sesendok tiap 1-2 menit. Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan minum langsung dari gelas/cangkir dengan tegukan yang sering. Jika terjadi muntah, ibu dapat menghentikan pemberian cairan selama kurang lebih 10 menit, selanjutnya cairan diberikan perlahan-lahan (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit).

Selain pemberian cairan, pemberian ASI maupun makanan pendamping ASI harus tetap dilanjutkan agar anak tidak jatuh dalam keadaan kurang gizi dan pertumbuhannya tidak terganggu. Sebaliknya, larutan-larutan yang hiperosmoler karena kandungan gulanya tinggi tidak boleh diberikan, contohnya adalah teh yang sangat manis, soft drink dan minuman buah komersial yang manis.

Orang tua pun harus tahu tanda-tanda memburuknya diare. Bawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan atau ke dokter jika kondisinya tidak membaik dalam 3 hari atau buang air besar cair bertambah sering, muntah berulang-ulang, makan atau minum sangat sedikit, terdapat demam dan tinja anak berdarah.

Jangan tunggu lebih lama jika anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, anak bersikap sangat rewel atau justru apatis dan lesu pada dehidrasi yang lanjut. Untuk anak-anak yang kurang dari satu tahun, dapat dilihat atau diraba ubun-ubunnya cekung. Pada dehidrasi yang ringan dan sedang, anak tampak sangat kehausan, namun bila dehidrasinya berat, anak justru tidak merasa haus lagi.

Dapat juga diperiksa turgor kulit pada daerah perut yang akan berkurang kelenturannya jika anak mengalami dehidrasi. Caranya dengan menjepit atau mencubit kulit selama 30-60 detik, kemudian lepaskan. Bila turgor kulit masih baik, kulit akan cepat kembali ke keadaan semula. Bila tidak, kembalinya akan lambat. Selain itu anak yang mengalami dehidrasi matanya akan terlihat cekung, menangis tidak keluar air mata, tidak kencing, mulut dan lidah terlihat kering.

Jika terjadi hal-hal tersebut maka anak perlu ditangani oleh petugas kesehatan. Antibiotik tidak rutin diberikan, hanya pada kasus-kasus tertentu saja dokter akan meresepkan antibiotik. Saat ini lebih sering diberikan sejenis probiotik yang dicampurkan dalam cairan atau makanan anak. Tujuan pemberian probiotik adalah memperbanyak "kuman baik" sehingga dapat mempersingkat episode diare.

Sejauh ini, pemberian obat antidiare pada anak dapat berisiko menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya. Risiko tersebut dapat berupa mual, muntah bahkan yang cukup berat, timbulnya ileus paralitik (gangguan pada usus) yang dapat berakibat sangat fatal, bahkan tidak jarang membutuhkan pembedahan.

Pengobatan Diare yang Tepat

Tidak selamanya diare itu buruk. Sebenarnya diare adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Racun yang dihasilkan oleh virus, bakteri, parasit dan sebagainya akan dibuang keluar bersama dengan tinja yang encer.

Kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit penting adalah penyebab kematian pada penderita diare. “Kondisi yang disebut dehidrasi ini berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan menurunkan kesadaran pasien. Jangan anggap remeh, kalau tidak diatasi bisa menimbulkan kematian,” jelas dr.

Page 3: Diagnosa Diare Dan Klasifikasi Dehidrasi

Ari Fahrial Syam, Sp.PD, KGEH, MMB

Sebagian besar diare akut (diare mendadak) pada anak dapat disembuhkan hanya dengan pemberian cairan dan meneruskan pemberian makanan saja. Oleh sebab itu, inti dari pengobatan diare adalah memberikan cairan untuk menghindari terjadi dehidrasi.

“Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare, “ ungkap dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD, KGEH, MMB. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.

Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare .seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.

Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter

Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.

Penggolongan Obat Diare

A. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.

1. RacecordilAnti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.

2. LoperamideLoperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.

3. NifuroxazideNifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.

4. Dioctahedral smectiteDioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang

Page 4: Diagnosa Diare Dan Klasifikasi Dehidrasi

terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.

B. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:

1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)

2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.

3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.

C. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.