di seberang jembatan tua

21
Ahmad Gozali Al- Mandili DISEBERANG JEMBATAN TUA OLEH:

Upload: ahmad-gozali-almandili

Post on 26-May-2015

199 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Di Seberang jembatan tua

Ahmad Gozali Al-Mandili

DISEBERANG JEMBATAN TUAOLEH:

Page 2: Di Seberang jembatan tua

Anak ini sudah puluhan tahun mereka nantikan,namun baru

hari itulah allah berikan untuknya.

Dan kehadiran anak ini menjadi surga ditengah-

tengah mereka.

Pada suatu hari, lahirlah seorang anak laki-laki dari

seorang ibu yang berwajah tulus,

lugu dan penyayang.

Page 3: Di Seberang jembatan tua

Sianak sangat disayang oleh sang ibu........walau kehidupan mereka hanya tergolong pas-pasan, dan tinggal disebuah desa yang jauh dari perkotaan.

Kebahagiaan, semuanya, seolah-olah hanya milik mereka, dan semua ini mereka jalani dengan penuh ketenangan dan ketabahan. Hingga di suatu hari, kebahagiaan itu berubah menjadi tetes dan linangan air mata, ayah tercinta, kepala keluarga, pejuang tiada tara, terpaksa harus pergi meninggalkan mereka, dan semua kebahagiaan dan kenangan mereka, untuk memenuhi panggilan ilahi, yang tidak mungkin lagi bisa ditolak dan dielakkan.

Page 4: Di Seberang jembatan tua

Hati siibu benar-benar-benar hancur, hilang arah, hilang harapan, disaat semua kebahagiaan itu hilang dibawa bersama kepergian sang ayah. Sianak hanya bisa ber tanya, KENAPA????, ibu..!!! kenapa engkau menangis, ayah..!!! diamana dirimu, kenapa engkau biarkan aku sendiri berteman dengan tangisannya ibu..?? ibu....ayah.... kenapa dengan kalian??? Sianak benar-benar tidak tau, peristiwa apa yang sedang menimpanya.

Page 5: Di Seberang jembatan tua

Waktu terus berputar, hari terus bergulir, ded- aun hijau sudah me ngering, daun

keringsudah mulai berguguran, anak yang dulukecil, sekarang sudah mulai dewasa, ibu yang dulu cantik, sekarang satu demi

satu sudah mulai sirna, yang tinggal hanya senyuman yang terlukis dipipinya yang

sudah reot dan tak lagi menarik,

dan badan nya juga sudah mulai mengering, menampakkan semua bentuk tulang-tulang dalam tubuhnya, hingga di suatu hari sianak berkata kepada ibunya:

Page 6: Di Seberang jembatan tua

A: ibu... tiada kedamaian, kecuali disaat berada disampingmu, kebahagiaan hanya terasa disaat senyum masih terukir dibibirmu, harus dengan apakah semua ini bisa kubalas??? Ibu... akau tau, walau kulitmu kini sudah mulai keriput, pandanganmu sudah mulai kabur, badanmu sudah mulai lemah, namun semangatmu tak pernah sirna, agar aku menjadi manusia seutuhnya.

I: anakku... aku minta maaf jika engkau merasa masih kurang terhadap apa yang telah aku berikan kepadamu, sungguh... semua itu telah kukorbankan, agar engkau benar-benar merasakan kebahagiaan.

Page 7: Di Seberang jembatan tua

A: ibu... apa yang engkau berikan semuanya sudah lebih dari cukup, bahkan akulah yang takpandai bersyukur dan tak sanggup membalas semua itu. Namun aku masih punya pinta, agar ibu rela melepasku untuk beberapa waktu, karna... mungkin diluar sana ada setitik bahagia yang bisa kuberikan untukmu. 

I: anakku... sudah cukup pedih perpisahan disaat ayahmu meninggalkan kita, dan hari ini aku tak bisa merelakan semuanya hilang dalam hidupku, karna dirimulah satu-satunya harta yang aku miliki.

Page 8: Di Seberang jembatan tua

A: percayalah ibu.. kepergianku bukan untuk meninggalkan mu, tapi

berusaha untuk membangun kebahagiaan

baru dalam hidupmu.Dengan berbagai alasan yang disampaikan sianak kepada ibunya, hingga akhirnya si ibu mengatakan:I: anakku, jika itu memang sudah sebuah

kehendak, tiada tingkah dan ucapan yang lebih baik, selain dengan melepasmu pergi, walau sebenarnya hati ini belum mampu untuk melepasmu, namun aku percaya engkau pasti pulang disaat akau membutuh- kanmu. Namun agar engkau tau, kebahagiaanku tidak terletak pada kekayaan hartamu, namun senyumanku tersimpan pada kekayaan dan ketulusan jiwamu..

Berangkatlah!!! Dan berhati-hatilah, dan doaku akan

mengiring di setiap gerak langkahmu

Page 9: Di Seberang jembatan tua

Dengan linangan air mata, siibu mengiring

anak kesayangann

ya menuju perbatasan

diujung desa, yang

berbatas dengan sebuah

sungai yang besar, diatas

nya ada sebuah

jembatan gantung yang sudah mulai

rapuh.

Page 10: Di Seberang jembatan tua

Dengan perasaan pilu, sianak memeluk tubuh ibunya yang sudah menulang, mencium pipi-pipinya yang sudah mulai reot dan peot,

sambil berkata:A: ibu izinkan lah aku untuk sementara waktu, jauh dan mungkin akan meninggalkan mu, ibu...jika doamu ada di setiap lambaian langkahku, menyatu di setiap hembusan nafasku, percayalah, aku akan kembali pulang membawa bingkisan bahagia untukmu, dan menjadikanmu ratu dalam istanaku,

Insyaallah.

Page 11: Di Seberang jembatan tua

langkah demi langkah yang digerakkan anaknya, hingga semakin jauh, menghilang, hingga tak dapat lagi dilihat matanya yang sudah mulai rabun.

teringat betapa pedih disaat suaminya meninggalkan dia dan anaknya, dan didetik ini, anak kesayangn beranjak pula pergi meninggalkannnya

Pada saat itu siibu kembali menangis,

Dengan haru, ibu melepas anaknya pergi,

Page 12: Di Seberang jembatan tua

Hari-harinya hanya dihiasi dengan rasa rindu dan air mata. Menjelang mata hari terbenam, sang ibu selalu

pergi ke ujung jembatan tua, ditempat di mana dia melepas

anaknya pergi, dan menatap dari kejauhan, berharap diseberang sana tampak sosok dan wajah anaknya,

namun setiap kali itu hanya harapan hampa, hingga mata hari terbenam

dan ia pun kembali pulang.

Page 13: Di Seberang jembatan tua

Waktu terus berlalu, sang ibu sudah terus melemah, pandangannya

sudah benar-benar menjadi gelap. Kerinduan yang mendalam itu terus

mengaliri wajahnya dengan linangan airmata, ber harap anak

nya pulang dan berkata :Hingga pada suat hari dia mendengar kabar, bahwa jembatan tua penuh kenangan sudah runtuh dimakan masa, kembalilah menetes airmatanya, merasa seolah-olah jembatan runtuh itulah yang akan menjadi pemisah dia dengan anaknya

Ibu aku sudah pulang...!!!

Page 14: Di Seberang jembatan tua

Disamping itu sianak tadi masih dalam

kesibukan, selesai dari satu tempat, pindah ketempat yang lain,

berharap bisa pulang dengan membawa

oleh-oleh kebahagiaan untuk siibu tercinta, agar kasih ibu bisa terbalas walaupun tidak seutuhnya.

Page 15: Di Seberang jembatan tua

Dengan perputaran waktu, akhirnya ia lulus diberbagai perguruan tinggi ternama, dan mendapat kerja serta gaji yang lumayan, kehidupannya memang sudah sangat baik dan

bahagia. Setelah semuanya berhajatlah ia mem berikan harapan untuk berangkat menuju

ia dapatknan, ingin pulang dan semua janji dan ibunya, lalu iapun desanya,

tiba-tiba ia melihat sebuah pandangan yang sangat indah,

jembatan gantung dulu, kini, sudah berobah menjadi rangkaian besi yang

sangat kokoh, desanya pun sudah mulai maju, disitulah ia baru SADAR bahwa kepergiannya sudah ter lalu

lama.

Page 16: Di Seberang jembatan tua

Dari kejauahan, terlihatlah sebuah pondok-pondok kecil yang sudah

dibalut rumput, dan digelumuti dengan sarang laba- laba, ternyata

itu adalah gubuk mereka, tempat dia dan ibunya melukis kebahagiaan dan

kedamaian bersama siibu tercinta.Dengan dada penuh sesak, dia mencoba mengetuk pintu dan memanggil,

IBU....IBU....IBU....

anakmu sudah pulang,

namun tak ada sahutan yang datang dari dalam, hingga akhirnya pintu itu dia buka sendiri. Tiba-tiba, dia terperanjat melihat beberapa kalimat yang tertulis didinding rumahnya,

Page 17: Di Seberang jembatan tua
Page 18: Di Seberang jembatan tua

Dengan rasa penasaran yang mendalam mendorong dia untuk

melangkah dengan kencang, bergegas ketempat ayahnya dimakamkan beberapa

tahunyang lalu, disamping makam ayahnya, ada pusara bertulisan

Sepuluh tahun sebelum kepulangannya.

Page 19: Di Seberang jembatan tua

Kebahagiaannya sepontan berubah menjadi tangisan, jiwa terlukai, sesal yang mendalam. Dan pada saat itulah ia baru sadar betapa terlukanya hati

ibunya saat ayah dan dirinya meninggalkan ibunya.

 Sambil berdoa “tuhan, limpahkan lah

karunia yang tiada tara buat ayah dan ibuku, berikan cahaya penerang

dirumah mereka, dan izinkan mereka meraih kebahagiaan darimu, saat

mereka tak mendapat kebahagiaan itu dariku, tuhan... sampaikan salam dan

maafku buat mereka, dan sampaikan... bahwa aku AKAN TETAP

MENYAYANGI MEREKA, walaupun mereka sudah tiaada HINGGA AKHIR

HAYATKU NANTINYA.”

Page 20: Di Seberang jembatan tua

Kawan-kawan, berhentilah untuk sejenak dari kesibukanmu, dan ingatlah bahwa ayah dan ibumu

sedang merindukanmu.buat anak RANTAU, pulanglah, dan jangan berlama-lama dinegri orang,

karna mereka sudah sangat membutuhkan kehadiranmu, sebelum

harapan mereka itu sia-sia disaat mereka tak melihatmu diwaktu mereka menutup mata untuk

selamanya.

Page 21: Di Seberang jembatan tua

Ahmad gozali al_mandili