jembatan ampera

56
Jembatan Ampera Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi , cari Jembatan Ampera Nama resmi Jembatan Ampera Mengangkut 4 lajur Melintasi Sungai Musi Daerah Kota Palembang , Provinsi Sumatera Selatan Panjang total 1.117 m (3,665 kaki ) Lebar 22 m (72 kaki ) Tinggi 63 m (207 kaki ) Rentang terpanjang 75 m (246 kaki ) Jumlah rentangan 1 (jembatan utama) 1 (keseluruhan) Ruang vertikal 115 m (377 kaki ) Koordinat 7°11′3″LU 112°46′48″BT Koordinat : 7°11′3″LU 112°46′48″BT Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota Palembang , Provinsi Sumatera Selatan , Indonesia . Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota

Upload: surya-wijaya

Post on 03-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

1234

TRANSCRIPT

Page 1: Jembatan Ampera

Jembatan AmperaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Jembatan Ampera

Nama resmi Jembatan AmperaMengangkut 4 lajurMelintasi Sungai Musi

DaerahKota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan

Panjang total 1.117 m (3,665 kaki)Lebar 22 m (72 kaki)Tinggi 63 m (207 kaki)Rentang terpanjang

75 m (246 kaki)

Jumlah rentangan

1 (jembatan utama)1 (keseluruhan)

Ruang vertikal 115 m (377 kaki)

Koordinat7°11′3″LU

112°46′48″BT Koordinat : 7°11′3″LU 112°46′48″BT

Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.

Struktur

Panjang : 1.117 m[rujukan?] (bagian tengah 71,90 m)

Lebar : 22 m

Page 2: Jembatan Ampera

Tinggi : 11.5 m dari permukaan air

Tinggi Menara : 63 m dari permukaan tanah

Jarak antara menara : 75 m

Berat : 944 ton

Sejarah

Pemandangan Jembatan Ampera di waktu malam

Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.

Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk na-ma Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.

Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman

Page 3: Jembatan Ampera

terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).

Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.[1]

Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.[2]

Pemandangan dari menara (tower) Jembatan Ampera.

Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara.[3] Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).[4]

Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.[1]

Keistimewaan

Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.

Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan

Page 4: Jembatan Ampera

ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.[4]

Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.

Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini.[1]

Kota PalembangDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Untuk kegunaan lain dari Palembang, lihat Palembang (disambiguasi).

Kota Palembang

— Sumatera Sumatera Selatan —

Dari kanan ke atas searah jarum jam : Masjid Agung Palembang, Kantor Wali Kota Palembang, Gadis Palembang, Jembatan Ampera.

Page 6: Jembatan Ampera

Luas

• Total 358.55 km2 (138.44 mil²)

Populasi (2012)[1]

• Total 1.708.413 jiwa

• Kepadatan 4,764.78/km2 (12,340.7/sq mi)

Demografi

• Suku bangsaKomering, Lampung, Batak, Minangkabau, Suku Melayu, Sunda, Aceh

• AgamaIslam (93,08%), Kristen (1,97%), Katolik (1,16%), Hindu (0,05%), Buddha (3,41%), Kong Hu Cu (0,04%), Lain-Lain (0,28%)

• Bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Batak

Zona waktu WIB (UTC+7)

Kode telepon +62 711

Kecamatan 16

Desa/kelurahan 107

Situs web www.kotapalembang.go.id

Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan.

Sejarah Palembang yang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara pada saat itu, Kerajaan Sriwijaya, yang mendominasi Nusantara dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan julukan "Bumi Sriwijaya". Berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota pada tanggal 16 Juni 682 Masehi, menjadikan kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. Di dunia Barat, kota Palembang juga dijuluki Venice of the East ("Venesia dari Timur").

Page 8: Jembatan Ampera

Daftar isi

1 Sejarah 2 Demografi 3 Keadaan Geografis

o 3.1 Letak Geografis o 3.2 Iklim dan Topografi o 3.3 Batas Wilayah

4 Pemerintahan 5 Penduduk 6 Pariwisata

o 6.1 Objek Wisata o 6.2 Seni dan Budaya o 6.3 Makanan Khas o 6.4 Olahraga o 6.5 Pusat-pusat Perbelanjaan o 6.6 Hotel

7 Pendidikan 8 Transportasi 9 Media

o 9.1 Televisi o 9.2 Surat kabar

9.2.1 Nasional (8-surat kabar) 9.2.2 Lokal (9-surat kabar)

o 9.3 Radio 10 Prestasi 11 Rujukan 12 Lihat pula 13 Pranala luar

Sejarah

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang

Kota ini dianggap sebagai salah satu pusat dari kerajaan Sriwijaya,[2] Serangan Rajendra Chola dari Kerajaan Chola pada tahun 1025, menyebabkan kota ini hanya menjadi pelabuhan sederhana yang tidak berarti lagi bagi para pedagang asing.[2]

Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama Pa-lin-fong yang terdapat pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178 oleh Chou-Ju-Kua dirujuk kepada Palembang.[3][4]

Berdasarkan kisah Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan disebutkan seorang tokoh dari Kediri yang bernama Arya Damar sebagai bupati Palembang turut serta menaklukan Bali bersama dengan Gajah Mada Mahapatih Majapahit pada tahun 1343.[5]

Page 9: Jembatan Ampera

Kemudian sekitar tahun 1513, Tomé Pires seorang apoteker Portugis menyebutkan Palembang,[6]

telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada kesultanan Demak serta turut serta menyerang Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis.

Gambar Palembang di tahun 1659

Palembang muncul sebagai kesultanan pada tahun 1659 dengan Sri Susuhunan Abdurrahman sebagai raja pertamanya.[7] Namun pada tahun 1823 kesultanan Palembang dihapus oleh pemerintah Hindia-Belanda.[8] Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.

Pada tanggal 27 September 2005, Kota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai "Kota Wisata Air" seperti Bangkok di Thailand dan Phnom Penh di Kamboja. Tahun 2008 Kota Palembang menyambut kunjungan wisata dengan nama "Visit Musi 2008".

Palembang baru saja menjadi salah satu kota pelaksana pesta olahraga olahraga dua tahunan se-Asia Tenggara yaitu SEA Games XXVII Tahun 2011.

DemografiTahun 1980 1990 2000 2010 2012

Jumlah penduduk 787.187 1.144.279 1.221.443 1.455.284 1.708.413

Sejarah kependudukan kota PalembangSumber:[9]

Penduduk Kota Palembang hasil sensus penduduk tahun 2010 berjumlah 1.455.284 jiwa yang terdiri atas 728.296 laki-laki dan 726.988 perempuan. Dengan kepadatan penduduk 4.059 jiwa/km². Dibandingkan pada tahun 2000 penduduk Kota Palembang berjumlah 1.221.443 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.407 jiwa/km². Berarti penduduk Kota Palembang naik 233.841 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2010 sekitar 1,78 persen/tahun.

Page 10: Jembatan Ampera

Keadaan Geografis

Letak Geografis

Secara geografis, Palembang terletak pada 2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 358,55 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Palembang cukup strategis karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatera yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatera. Palembang sendiri dapat dicapai melalui penerbangan dari berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta (Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air), Batam (Wings Air, Sky Aviation, Citilink), Bandung (Indonesia Airways), Lampung (Merpati), Pangkal Pinang (Sriwijaya Air), Tanjung Pandan (Sky Aviation), Medan (Garuda Indonesia), Kuala Lumpur (Air Asia), Singapore (Silk Air). Selain itu di Palembang juga terdapat Sungai Musi yang dilintasi Jembatan Ampera dan berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah.

Iklim dan Topografi[sembunyikan]Data iklim PalembangBulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des TahunRata-rata tertinggi °C (°F)

29(85)

30(86)

31(87)

31(88)

31(88)

31(88)

31(88)

31(88)

31(88)

31(88)

31(87)

30(86)

31(87)

Rata-rata terendah °C (°F)

24(75)

24(75)

24(75)

24(76)

25(77)

24(76)

24(75)

24(75)

24(75)

24(75)

24(75)

24(75)

24(75)

Presipitasi mm (inci)

240(9.45)

240(9.45)

280(11.02)

270(10.63)

190(7.48)

110(4.33)

100(3.94)

90(3.54)

110(4.33)

200(7.87)

260(10.24)

330(12.99)

2.460(96,85)

Sumber: http://www.weatherbase.com/weather/weather.php3?s=12269&refer=&units=metric

Iklim Palembang merupakan iklim daerah tropis dengan angin lembab nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3 km/jam - 4,5 km/jam. Suhu kota berkisar antara 23,4 - 31,7 derajat celsius. Curah hujan per tahun berkisar antara 2.000 mm - 3.000 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75 - 89% dengan rata-rata penyinaran matahari 45%. Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya sebagian kecil wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi, yaitu pada bagian utara kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat musim hujan daerah tersebut tergenang. Ketinggian rata-rata antara 0 - 20 m dpl.

Pada tahun 2002 suhu minimum kota terjadi pada bulan Oktober 22,70C, tertinggi 24,50C pada bulan Mei. Sedangkan suhu maksimum terendah 30,40C pada bulan Januari dan tertinggi pada bulan Sepetember 34,30C. Tanah dataran tidak tergenang air: 49 %, tanah tergenang musiman: 15 %, tanah tergenang terus menerus: 37 % dan jumlah sungai yang masih berfungsi 60 buah (dari jumlah sebelumnya 108) sisanya berfungsi sebagai saluran pembuangan primer.

Tropis lembab nisbi, suhu antara 220-320 celcius, curah hujan 22-428 mm/tahun, pengaruh pasang surut antara 3-5 meter dan ketinggian tanah rata-rata 12 meter dpl. Jenis tanah kota Palembang berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang paling muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga dikenal dengan lembah Palembang - Jambi. Tanah relatif

Page 11: Jembatan Ampera

datar dan rendah, tempat yang agak tinggi terletak dibagian utara kota. Sebagian kota Palembang digenangi air, terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus.

Batas Wilayah

Kabupaten Banyuasin

Kabupaten Banyuasin

Kabupaten Banyuasin

Kota Palembang

Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Muara Enim

Pemerintahan

Gedung kantor wali kota Palembang

Kota Palembang dibagi ke dalam 16 kecamatan dan 107 kelurahan, kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:

Pakjo Ilir Timur I Ilir Timur II Ilir Barat I Ilir Barat II Seberang Ulu I Seberang Ulu II Sukarame Sako Bukit Kecill Kemuning

Page 12: Jembatan Ampera

Kertapati Plaju Gandus Kalidoni Alang-Alang Lebar, Palembang, Alang-Alang Lebar Sematang Borang

Penduduk

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar tokoh Sumatera Selatan

Gadis Palembang

Penduduk Palembang merupakan etnis Melayu dan menggunakan Bahasa Melayu yang telah disesuaikan dengan dialek setempat yang kini dikenal sebagai Bahasa Palembang. Namun para pendatang seringkali menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti bahasa Komering, Rawas, Musi dan Lahat. Pendatang dari luar Sumatera Selatan kadang-kadang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari dalam keluarga atau komunitas kedaerahan. Namun untuk berkomunikasi dengan warga Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan bahasa Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Selain penduduk asli, di Palembang terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, seperti dari Jawa, Minangkabau, Madura, Bugis dan Banjar. Warga keturunan yang banyak tinggal di Palembang adalah Tionghoa, Arab dan India. Kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan yang merupakan wilayah Komunitas Tionghoa serta Kampung Al Munawwar, Kampung Assegaf, Kampung Al Habsyi, Kuto Batu, 19 Ilir Kampung Jamalullail dan Kampung Alawiyyin Sungai Bayas 10 Ilir yang merupakan wilayah Komunitas Arab.

Agama mayoritas di Palembang adalah Islam. Di dalam catatan sejarahnya, Palembang pernah menerapkan undang-undang tertulis berlandaskan Syariat Islam, yang bersumber dari kitab Simbur Cahaya. Selain itu terdapat pula penganut Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Konghucu.

Page 14: Jembatan Ampera

Air mancur di Kambang Iwak

Sungai Musi, sungai sepanjang sekitar 750km yang membelah Kota Palembang menjadi dua bagian yaitu Seberang Ulu dan seberang Ilir ini merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sejak dahulu Sungai Musi telah menjadi urat nadi perekonomian di Kota Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan[10]. Di sepanjang tepian sungai ini banyak terdapat objek wisata seperti Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Pulau Kemaro, Pasar 16 Ilir, rumah Rakit, kilang minyak Pertamina, pabrik pupuk PUSRI, pantai Bagus Kuning, Jembatan Musi II, Masjid Al Munawar, dll.

Jembatan Ampera, sebuah jembatan megah sepanjang 1.177 meter yang melintas di atas Sungai Musi yang menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir ini merupakan ikon Kota Palembang. Jembatan ini dibangun pada tahun 1962 dan dibangun dengan menggunakan harta rampasan Jepang serta tenaga ahli dari Jepang.

Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Palembang, terletak di pusat Kota Palembang, masjid ini merupakan masjid terbesar di Sumatera Selatan dengan kapasitas 15.000 jemaah[11].

Benteng Kuto Besak, terletak di tepian Sungai Musi dan berdekatan dengan Jembatan Ampera, Benteng ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam. Di bagian dalam benteng terdapat kantor kesehatan Kodam II Sriwijaya dan rumah sakit. Benteng ini merupakan satu-satunya benteng di Indonesia yang berdinding batu dan memenuhi syarat perbentengan / pertahanan yang dibangun atas biaya sendiri untuk keperluan pertahanan dari serangan musuh bangsa Eropa dan tidak diberi nama pahlawan Eropa[12].

Gedung Kantor Walikota, terletak di pusat kota, pada awalnya bangunan ini berfungsi sebagai menara air karena berfungsi untuk mengalirkan air keseluruh kota sehingga juga dikenal juga sebagai Kantor Ledeng. Saat ini gedung ini berfungsi sebagai Kantor Walikota Palembang dan terdapat lampu sorot di puncak gedung yang mempercantik wajah kota di malam hari.

Kambang Iwak Family Park, sebuah danau wisata yang terletak di tengah kota, dekat dengan tempat tinggal wali kota Palembang. Di tepian danau ini terdapat banyak arena rekreasi keluarga dan ramai dikunjungi pada hari libur. Selain itu di tengah danau ini terdapat air mancur yang tampak cantik di waktu malam.

Hutan Wisata Punti Kayu, sebuah hutan wisata kota yang terletak sekitar 7 km dari pusat kota dengan luas 50 ha dan sejak tahun 1998 ditetapkan sebagai hutan lindung. Didalam hutan ini terdapat area rekreasi keluarga dan menjadi tempat hunian sekelompok monyet lokal.

Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, sebuah site peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terletak di tepian Sungai Musi. Terdapat sebuah prasasti batu peninggalan Kerajaan di area ini.

Taman Purbakala Bukit Siguntang, terletak di perbukitan sebelah barat Kota Palembang. Di tempat ini terdapat banyak peninggalan dan makam-makam kuno Kerajaan Sriwijaya.

Monumen Perjuangan Rakyat, terletak di tengah kota, berdekatan dengan Masjid Agung dan Jembatan Ampera. Sesuai dengan namanya di dalam bangunan ini terdapat benda-benda peninggalan sejarah pada masa penjajahan.

Museum Balaputradewa, sebuah museum yang menyimpan banyak benda - benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, terletak di dekat Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak dan dulunya merupakan salah satu peninggalan Keraton Palembang Darussalam. Didalamnya terdapat banyak benda - benda bersejarah Kota Palembang.

Museum Tekstil, terletak di Jl. Merdeka museum ini menyimpan benda - benda tekstil dari seluruh kawasan di Provinsi Sumatera Selatan.

Page 15: Jembatan Ampera

Kawah Tengkurep Masjid Cheng Ho Palembang Kampung Kapitan Kampung Arab Al Munawwar 13 Ulu Fantasy Island Bagus Kuning Pusat Kerajinan Songket Pulau Kemaro Kilang Minyak Pertamina Pabrik Pupuk Pusri Sungai Gerong Jakabaring Sport City (JSC) Waterboom OPI Jakabaring The Amanzi Waterpark CitraGrand City Rumah Mak Bani Montok Bukit Siguntang Taman Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Seni dan Budaya

Festival perahu hias dan lomba bidar di Sungai Musi

Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.

Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:

Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)[13]

Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan

Syarofal Anam adalah kesenian Islami yang dibawa oleh para saudagar Arab dulu, dan menjadi terkenal di Palembang oleh KH. M Akib, Ki Kemas H. Umar dan S. Abdullah bin Alwi Jamalullail

Lagu Daerah seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang Kemambang

Page 16: Jembatan Ampera

Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit

Selain itu Kota Palembang menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan di antara keluarga kain tenun tangan kain ini sering disebut sebagai Ratunya Kain. Hingga saat ini kain songket masih dibuat dengan cara ditenun secara manual dan menggunakan alat tenun tradisional. Sejak zaman dahulu kain songket telah digunakan sebagai pakaian adat kerajaan. Warna yang lazim digunakan kain songket adalah warna emas dan merah. Kedua warna ini melambangkan zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya dan pengaruh China pada masa lampau. Material yang dipakai untuk menghasilkan warna emas ini adalah benang emas yang didatangkan langsung dari China, Jepang dan Thailand. Benang emas inilah yang membuat harga kain songket melambung tinggi dan menjadikannya sebagai salah satu tekstil terbaik di dunia.

Selain kain songket, saat ini masyarakat Palembang tengah giat mengembangkan jenis tekstil baru yang disebut batik Palembang. Berbeda dengan batik Jawa, batik Palembang nampak lebih ceria karena menggunakan warna - warna terang dan masih mempertahankan motif - motif tradisional setempat.

Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain "Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan dan Tahun Baru Masehi.

Makanan Khas

Pempek merupakan makanan khas Palembang yang telah terkenal seantero nusantara

Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan "Chinese taste" yang kental pada masyarakat Palembang.

Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak -

Page 17: Jembatan Ampera

otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).

Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.

Model, salah satu olahan pempek yang menggugah selera

Pindang ikan patin khas Palembang, rasanya pedas, asam dan gurih

Model, mirip tekwan tetapi bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk menyerupai pempek tahu kemudian dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu udang sebagai kuah serta soun sebagai pelengkap. Ada 2 jenis model, yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).

Laksan, berbahan dasar pempek lenjer tebal, dipotong melintang dan kemudian disiram kuah santan pedas.

Celimpungan, mirip laksan, hanya saja adonan pempek dibentuk mirip tekwan yang lebih besar dan disiram kuah santan.

Page 18: Jembatan Ampera

Mie Celor, berbahan dasar mie kuning dengan ukuran agak besar mirip mie soba dari Jepang, disiram dengan kuah kental kaldu udang dan daging udang.

Burgo, berbahan dasar tepung beras dan tepung sagu yang dibentuk mirip dadar gulung yang kemudian diiris, dinikmati dengan kuah santan.

Lakso, berbahan dasar tepung beras, mirip Burgo, namun bertekstur mie. Martabak HAR,adalah makanan Khas dari India yang dibawah oleh Haji Abdul Razak. Berbahan

dasar tepung terigu, yang diberi telor bebek dan telor ayam,kuahnya berbahan kari kambing yang dicampur kentang.

Pindang Patin, salah satu makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging ikan patin yang direbus dengan bumbu pedas dan biasanya ditambahkan irisan buah nanas untuk memberikan rasa segar. Nikmat disantap dengan nasi putih hangat, rasanya gurih, pedas dan segar.

Pindang Tulang, berbahan dasar tulang sapi dengan sedikit daging yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang, direbus dengan bumbu pedas, sama halnya dengan pindang patin, makanan ini nikmat disantap sebagai lauk dengan nasi putih hangat.

Malbi, mirip rendang, hanya rasanya agak manis, berkuah dan gurih. Tempoyak, makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging durian yang ditumis beserta

irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.

Otak - otak, varian pempek yang telah tersebar di seluruh Indonesia, berbahan dasar mirip pempek yang dicocol dengan kuah santan dan kemudian dibungkus daun pisang, dimasak dengan cara dipanggang di atas bara api dan biasa disantap dengan saus cabai / kacang.

Kemplang, berbahan dasar pempek lenjer, diiris tipis dan kemudian dijemur hingga kering. Setelah kering kemplang dapat dimasak dengan cara digoreng atau dipanggang hingga mengembang.

Kerupuk, mirip kemplang, hanya saja adonan dibentuk melingkar, dijemur, kemudian digoreng. Kue Maksubah, kue khas Palembang yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu kental

manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya."[14]

Kue Delapan Jam, dengan adonan mirip kue maksubah, kue ini benar - benar sesuai dengan namanya karena dalam proses pembuatannya membutuhkan waktu delapan jam. Kue khas Palembang ini juga sering disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan dan sering disajikan di hari raya.

Kue Srikayo, berbahan dasar utama telur dan daun pandan, berbentuk mirip puding. Kue berwarna hijau ini biasanya disantap dengan ketan dan memiliki rasa manis dan legit.

Page 19: Jembatan Ampera

Olahraga

Stadion Gelora Sriwijaya Palembang

Stadion Gelora Sriwijaya dibangun dalam rangka penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XVI di tahun 2004. Stadion ini terletak di daerah Jakabaring, di bagian selatan Palembang. Bentuk dari stadion diilhami dari bentuk layar perahu terkembang dan diberi nama berdasarkan kebesaran Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang pada masa lampau. Di stadion berkapasitas 40.000 tempat duduk ini pernah digelar dua pertandingan dalam lanjutan Piala Asia AFC 2007, yaitu babak penyisihan grup D antara Arab Saudi dan Bahrain serta perebutan tempat ke-tiga antara Korea Selatan dengan Jepang. Palembang bersama Jakarta menjadi tuan rumah SEA Games 2011, yang diselenggarakan pada 11-22 November 2011. Dengan merehabilitasi venue eks Pekan Olahraga Nasional XVI dan membangun Wisma Atlet, Venue tambahan seperti lapangan Atletik, Aquatic Center, Volley Beach, Ski Air, Panjat Tebing dan Lapangan Tembak terbesar se-Asia yang digunakan untuk SEA Games 2011.

Selain itu, stadion ini merupakan homebase bagi klub sepak bola Palembang, Sriwijaya Football Club Sriwijaya FC yang merupakan klub sepak bola kebanggaan masyarakat Palembang.

Kota Palembang juga memiliki sebuah klub bola voli bernama Palembang Bank SUMSELBABEL, yang mewakili Indonesia dalam Men's Club Asian Volleyball Championship 2011 di GOR PSCC Palembang.

Pusat-pusat Perbelanjaan

Page 20: Jembatan Ampera

Keramaian Pasar 16 Ilir Palembang di pagi hari

Palembang Indah Mall , merupakan mall salah satu mall terbesar di Palembang. Terdapat anchor tenant seperti Hypermart, Ace Hardware, Index Furnishings, 21 Cineplex dll.

Palembang Square , merupakan mall teramai di Palembang. Terdapat anchor tenant seperti Carrefour, Grand JM, Gramedia, XXI (2013) dan lain-lain.

Palembang Trade Center Mall Internasional Plaza, merupakan mall terbesar di Palembang. Juga merupakan pusat handphone

terbesar di Sumatera Bagian Selatan. Terdapat anchor tenant seperti Matahari Department Store, Superindo, 21 Cineplex dan lain-lain.

Rajawali Village MDP IT Store (IT Mall), merupakan pusat perbelanjaan barang barang elektronik yang terletak di

simpang empat polda dengan gedung baru tinggi 8 lantai Bandung Pasaraya JM Pasaraya JM Kenten JM Sukarame JM Plaju Gramedia Ramayana Department Store Sumatera Department Store Megahria Department Store Dika Shopping Center Marathon Department Store Center Point Square Carrefour Jakabaring Lotte Mart Ilir Barat Permai (Songket, Lemari Palembang, Pelaminan Palembang, Ukiran Palembang dan

lain-lain). Pasar Tradisional seperti Pasar 16 Ilir, Pasar Induk Jakabaring, Pasar Kuto, Pasar Plaju, Pasar 26

Ilir, Pasar Gubah dan sebagainya.

Palembang Village Underground Mall - LIPPO Palembang CentrePoint (PSCC) INDOGROSIR Alfamart Grosir Indomaret

Page 21: Jembatan Ampera

Hotel Aryaduta Palembang

Hotel

Hotel-hotel berbintang di Palembang antara lain:

Aryaduta Hotel and Convention Center Palembang ***** Novotel Hotel Palembang ***** Hotel Grand Zuri Palembang *** Hotel Arista Palembang ***** The Jayakarta Daira Hotel Palembang **** Hotel Sanjaya Palembang **** Hotel Swarna Dwipa Palembang **** Hotel Aston International Palembang **** Rio City Hotel Palembang *** Hotel Royal Asia Palembang *** Sahid Imara Hotel Palembang *** Hotel Lembang Palembang *** Hotel Princess Palembang ** Hotel Zuri Express ** Grand Duta Hotel ** Hotel Wisata ** Sriwijaya Hotel Hotel Emilia Hotel Budi ** Hotel Paradise Hotel Safa Marwah Home Inn Hotel Palembang Hotel Bumi Asih Hotel Arjuna Hotel Anugerah ** Hotel Alam Sutra

Page 22: Jembatan Ampera

Hotel King's (habis terbakar yang akan di buka kembali) ** Hotel Sintesa Peninsula Palembang (Beroperasi Akhir 2011) *** Rio City Hotel Palembang ***

Pendidikan

Kota Palembang memiliki beberapa perguruan tinggi di antaranya Universitas Sriwijaya di Bukit Besar, walaupun kampus utamanya yang memiliki luas 712 ha berada pada kawasan Inderalaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan.[15] saat ini menempati urutan ke-15 Universitas Terbaik di Indonesia versi Webometrics Juli 2010. Peringkat Universitas Sriwijaya dalam pemeringkatan World Class University versi Webometrics terus mengalami peningkatan sejak edisi Januari 2009 (peringkat ke-37), edisi Juli 2009 (peringkat ke-29) dan edisi Juli 2010 (peringkat ke-15). Untuk wilayah sumatera, Universitas Sriwijaya menempati peringkat ke-1 yang kemudian diikuti oleh Universitas Lampung (Unila), Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Riau (Unri).

Politeknik Negeri Sriwijaya Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang Sekolah Jurnalisme Indonesia

Sekolah Jurnalisme Pertama di Indonesia, SJI diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada puncak Peringatan Hari Pers Nasional (HPN)di Palembang, 9 Februari 2010. Sekolah Jurnalisme ini merupakan sekolah jurnalisme internasional pertama di Indonesia yang berada di bawah naungan UNESCO. Sekolah ini ditujukan kepada yang ingin memahami terhadap dunia Jurnalistik, saaat ini berada sementara di Diklat Kepegawaiaan Provinsi Sumatera Selatan.

Universitas Bina Darma Universitas Indo Global Mandiri [16]

Politeknik Akamigas Palembang STBA (Sekolah Tinggi Bahasa Asing) Methodist Palembang STMIK GI MDP STMIK PalComTech Palembang STIE MUSI [17]

STT MUSI [18]

Universitas Muhammadiyah Palembang Universitas Katolik Musi Charitas Universitas Palembang Universitas Syahyakirty Universitas IBA Politekhnik Kesehatan Kemenkes Palembang [19]

Universitas Taman Siswa Universitas PGRI Palembang [20]

Universitas Kader Bangsa Universitas Tridinanti Universitas Terbuka AMIK SIGMA [21]

Akademi Keuangan dan Perbankan Mulia Darma Palembang

Page 23: Jembatan Ampera

Transportasi

Armada bus Trans Musi

Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang

Warga Palembang banyak menggunakan bus dan angkutan kota sebagai sarana transportasi. Selain menggunakan bus dan angkot, moda transportasi taksi juga banyak digunakan masyarakat. Terdapat beberapa perusahaan taksi yang beroperasi di penjuru kota. Selain taksi dan angkutan kota di Palembang dapat ditemukan bajaj yang berperan sebagai angkutan perumahan, dimana setiap bajaj memiliki kode warna tertentu yang hanya boleh beroperasi di wilayah tertentu di kota Palembang. Sebagai sebuah kota yang dilalui oleh beberapa sungai besar, masyarakat Palembang juga mengenal angkutan air, yang disebut ketek. Ketek ini melayani penyeberangan sungai melalui berbagai dermaga di sepanjang Sungai Musi, Ogan dan Komering. Baru-baru ini telah dibuka jalur kereta komuter yang diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Sriwijaya yang melayani jalur Kertapati-Indralaya. Selain itu, pada awal tahun 2010 rute angkutan kota dan bus kota di beberapa bagian kota akan digantikan oleh kendaraan umum baru berupa bus Trans Musi yang serupa dengan bus Trans Jakarta di Jakarta. Hal ini akan terus dilakukan secara bertahap di bagian kota lainnya dengan tujuan untuk mengurangi jumlah kendaraan umum di Palembang yang semakin banyak dan tidak terkendali jumlahnya serta mengurangi kemacetan karena kendaraan ini memiliki jalur laju khusus yang terpisah dari kendaraan lainnya.

Page 24: Jembatan Ampera

Palembang memiliki sebuah Bandar Udara Internasional yaitu Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II). Bandara ini terletak di barat laut Palembang, melayani baik penerbangan domestik maupun internasional. Bandara ini juga menjadi embarkasi haji bagi warga Sumatera Selatan. Penerbangan domestik melayani jalur Palembang ke Jakarta, Bandung, Batam, Pangkal Pinang dan kota-kota lainnya, sedangkan penerbangan internasional melayani Singapura, Kuala Lumpur, Malaka, Hongkong, China dan Thailand.

Palembang juga memiliki tiga pelabuhan utama yaitu Boom Baru, Pelabuhan 36 Ilir dan Pelabuhan Tanjung Api Api. Ketiga pelabuhan ini melayani pengangkutan penumpang menggunakan ferry ke Muntok (Bangka) dan Batam. Saat ini sedang dibangun pelabuhan Tanjung Api-api yang melayani pengangkutan penumpang dan barang masuk serta keluar Sumatera Selatan.

Selain itu Palembang juga memiliki Stasiun Kertapati yang terletak di tepi sungai Ogan, Kertapati. Stasiun ini menghubungkan wilayah Palembang dengan Bandar Lampung, Tanjung Enim, Lahat, dan Lubuklinggau

Media

Televisi

Kota Palembang juga memiliki beberapa terdiri dari 20-buah stasiun televisi bersiaran nasional dan lokal.

Stasiun Televisi Frekuensi Jaringan Status

Nasional (11-saluran)

TVRI Nasional 10 UHF TVRI Simulcast

RCTI 24 UHF MNC

SCTV 32 UHF Emtek

MNCTV 38 UHF MNC

ANTV 26 UHF Viva

Indosiar 28 UHF Emtek

MetroTV 34 UHF Media

Trans TV 30 UHF Trans

Global TV 36 UHF MNC

Page 25: Jembatan Ampera

Trans7 22 UHF Trans

tvOne 40 UHF Viva

Daerah (9-saluran)

TVRI Sumatera Selatan 46 UHF TVRI

Lokal

Sriwijaya TV 48 UHF Bali TV

Station 1 52 UHF B-Channel

Sky TV 44 UHF SINDOtv

MNC News 47 UHF Indovision

TV Edukasi 62 UHF Kemendikbud

Palembang TV 42 UHF JPMC

NET. Palembang 59 UHF NET.

MOS TV 52 UHF Kompas TV

Nasional lokal Daerah(11-saluran)

RCTI Palembang 24 UHF MNC

Lokal Dan Nasional

SCTV Palembang 32 UHF Emtek

MNCTV Palembang 38 UHF MNC

ANTV Palembang 26 UHF Viva

Indosiar Palembang 28 UHF Emtek

MetroTV Palembang 34 UHF Media

Trans TV Palembang 30 UHF Trans

Global TV Palembang 36 UHF MNC

Trans7 Palembang 22 UHF Trans

tvOne Palembang 40 UHF Viva

Page 26: Jembatan Ampera

Surat kabar

Beberapa tediri dari 16-surat kabar yang terbit di kota ini antara lain:

Nasional (8-surat kabar)

1. The Jakarta Post 2. Harian Seputar Indonesia 3. Media Indonesia 4. Kompas 5. Suara Pembaruan 6. Republika 7. Koran Tempo 8. Bisnis Indonesia

Lokal (9-surat kabar)

1. Tribun Sumsel 2. Sriwijaya Post 3. Sumatera Ekspres 4. Sumsel Post5. Palembang Post6. Palembang Express7. Radar Palembang8. Rakyat Palembang

Radio

Kota Palembang juga memiliki beberapa terdiri dari 20-buah stasiun radio bersiaran lokal seperti :

Frekuensi Stasiun Radio Jaringan

AM (Amplitude Modulation)

954 Radio Islam Palembang

1062 Radio Suara Palembang

1287 Radio Republik Indonesia Palembang Programma 1 Radio Republik Indonesia

1301 Radio Republik Indonesia Palembang Programma 2 Radio Republik Indonesia

1321 Radio Republik Indonesia Palembang Programma 3 Radio Republik Indonesia

1328 Radio Republik Indonesia Palembang Programma 4 Radio Republik Indonesia

Page 27: Jembatan Ampera

FM (Frequency Modulation)

87.6 Sindo Radio Sindo Radio

88.4 Radio Republik Indonesia Palembang Programma 4 Radio Republik Indonesia

88.8 Radio Ismoyo (96.3)

89.2 Radio Oz Radio Oz

89.6 Radio Prambors Palembang Radio Prambors

90.0 Radio Female

90.8 Radio Nian

91.6 Radio Republik Indonesia Palembang Programma 2

92.4 Radio Republik Indonesia Palembang Programma 1 Radio Republik Indonesia

93.2 Radio Ridho

93.7 Radio Republik Indonesia Palembang Programma 3 Radio Republik Indonesia

94.3 Radio Sriwijaya

95.1 Radio Megah

95.9 Radio El John

96.3 Radio Ismoyo (88.8)

96.7 Radio Musi

97.1 Radio Republik Indonesia Palembang Programma 3 Radio Republik Indonesia

97.5 Radio Play

98.3 Radio Elita

99.1 Radio Pesona Indah

101.0 Radio Global

101.8 Radio Smart

102.6 Radio Sonora Radio Sonora

Page 28: Jembatan Ampera

102.9 Radio Dangdut Indonesia Radio Dangdut Indonesia

103.4 Radio LCBS

103.7 Radio Elshinta Elshinta

104.2 Radio Momea

105.0 Radio La Nugraha

105.8 Radio Ramona

107.0 C-Radio

107.5 Ghiro

107.6 B- Radio

107.7 ACMY Radio

107.8 Radio Suara Rakyat

107.9 Radio Suara Palembang

Prestasi

Beberapa prestasi Kota Palembang :

Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2007 (Adipura Award). Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2008 (Adipura Award). Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2009 (Adipura Award). Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2010 (Adipura Award). Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2011 (Adipura Award). Taman Kota Terbaik se-Indonesia, atas nama Kambang Iwak (KI Family Park). Asean Environment Sustainable City 2008, sebagai Kota Terbersih se-Asean.

Sejarah Kota Palembang

[Awal] [Sebelumnya] Halaman 1 / 9 [Selanjutnya] [Akhir]

Page 29: Jembatan Ampera

Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.

Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:

Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan. Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran

rendah. Daerah pesisir timur laut.

Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara

Page 30: Jembatan Ampera

Sriwijaya, seperti juga bentuk-bentuk pemerintahan di Asia Tenggara lainnya pada kurun waktu itu, bentuknya dikenal sebagai Port-polity. Pengertian Port-polity secara sederhana bermula sebagai sebuah pusat redistribusi, yang secara perlahan-lahan mengambil alih sejumlah bentuk peningkatan kemajuan yang terkandung di dalam spektrum luas. Pusat pertumbuhan dari sebuah Polity adalah entreport yang menghasilkan tambahan bagi kekayaan dan kontak-kontak kebudayaan. Hasil-hasil ini diperoleh oleh para pemimpin setempat. (dalam istilah Sriwijaya sebutannya adalah datu), dengan hasil ini merupakan basis untuk penggunaan kekuatan ekonomi dan penguasaan politik di Asia Tenggara.

Ada tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju-Kua pada abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :Negara ini terletak di Laut selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat. Pada zaman dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang, rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah dipelabuhan dikepung oleh perahu-perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.

Tentunya banyak lagi cerita, legenda bahkan mitos tentang Sriwijaya. Pelaut-pelaut Cina asing seperti Cina, Arab dan Parsi, mencatat seluruh perisitiwa kapanpun kisah-kisah yang mereka lihat dan dengan. Jika pelaut-pelaut Arab dan Parsi, menggambarkan keadaan sungai Musi, dimana Palembang terletak, adalah bagaikan kota di Tiggris. Kota Palembang digambarkan mereka adalah kota yang sangat besar, dimana jika dimasuki kota tersebut, kokok ayam jantan tidak berhenti bersahut-sahutan (dalam arti kokok sang ayam mengikuti terbitnya matahari). Kisah-kisah perjalanan mereka penuh dengan keajaiban 1001 malam. Pelaut-pelaut Cina mencatat lebih realistis tentang kota Palembang, dimana mereka melihat bagaimana kehiduapan penduduk kota yang hidup diatas rakit-rakit tanpa dipungut pajak. Sedangkan bagi pemimpin hidup berumah ditanah kering diatas rumah yang bertiang. Mereka mengeja nama Palembang sesuai dengan lidah dan aksara mereka. Palembang disebut atau diucapkan mereka sebagai Po-lin-fong atau Ku-kang (berarti pelabuhan lama).Setelah mengalami kejayaan diabad-abad ke-7 dan 9, maka dikurun abad ke-12 Sriwijaya mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan. Keruntuhan Sriwijaya ini, baik karena persaingan dengan kerajaan di Jawa, pertempuran dengan kerajaan Cola dari India dan terakhir kejatuhan ini tak terelakkan setelah bangkitnya bangkitnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam yang tadinya merupakan bagian-bagian kecil dari kerajaan Sriwijaya, berkembang menjadi kerajaan besar seperti yang ada di Aceh dan Semenanjung Malaysia.

Dari sisa Kerajaan Sriwijaya tersebut tinggalah Palembang sebagai satu kekuatan tersendiri yang dikenal sebagai kerajaan Palembang. Menurut catatan Cina raja Palembang yang bernama Ma-

Page 31: Jembatan Ampera

na-ha Pau-lin-pang mengirim dutanya menghadap kaisar Cina tahun 1374 dan 1375.Maharaja ini barangkali adalah raja Palembang terakhir, sebelum Palembang dihancurkan oleh Majapahit pada tahun 1377. Berkemungkinan Parameswara dengan para pengikutnya hijrah ke semenanjung, dimana ia singgah lebih dulu ke pulau Temasik dan mendirikan kerajaan Singapura. Pulau ini ditinggalkannya setelah dia berperang melawan orang-orang Siam. Dari Singapura dia hijrah ke Semenanjung dan mendirikan kerajaan Melaka. Setelah membina kerajaan ini dengan gaya dan cara Sriwijaya, maka Melaka menjadi kerajaan terbesar di nusantara setelah kebesaran Sriwijaya.Palembang sendiri setelah ditinggalkan Parameswara menjadi chaos. Majapahit tidak dapat menempatkan adipati di Palembang, karena ditolak oleh orang-orang Cina yang telah menguasai Palembang. Mereka menyebut Palembang sebagai Ku-Kang dan mereka terdiri dari kelompok-kelompok cina yang terusir dari Cina Selatan, yaitu dari wilayah Nan-hai, Chang-chou dan Changuan-chou.

Meskipun setiap kelompok ini mempunyai pemimpin sendiri, tetapi mereka sepakat menolak pimpinan dari majapahit dan mengangkat Liang Tau-ming sebagai pemimpin mereka.Pada masa ini Palembang dikenal sebagai wilayah yang menjadi sarang bajak laut dari orang-orang Cina tersebut. Tidak heran jika toko sejarah dan legendaris dari Cina, yaitu Laksamana Chen-ho terpaksa beberapa kali muncul di Palembang guna memberantas para bajak laut ini. Pada tahun 1407 setelah kembali dari pelayarannya dari barat, Chen-ho sendiri telah menangkap toko bajak laut dari Palembang yaitu Chen Tsui-i. Chen-ho membawa bajak laut ini kehadapan kaisar, kemudian dihukum pancung ditengah pasar ibukota. Namun beberapa toko bajak laut di lautan cina seperti Chin Lien, pada tahun 1577 telah bersembunyi di Palembang dan kemudian menjadi pedagang yang disegani di Palembang. Chiang Lien sebagai pengawas perdagangan untuk cina. sebetulnya kedudukan ini adalah suatu jabatan yang disahkan oleh kaisar dan mempunyai wewenang mengatur hukum, imbalan, penurunan ataupun kenaikan (promosi) bagi warga Cina di Palembang. Dapat dibayangkan bahwa kekuasaan orang-orang Cina di Palembang hampir 200 tahun.

 

Masa Kesultanan Palembang

 

Menurut Tomec Pires yang menulis sekitar tahun kejatuhan Melaka, menyatakan bahwa pupusnya pengaruh Majapahit dan Cina du Palembang adalah akibat kebangkitan Islam di wilayah Palembang sendiri. Situasi dan kondisi ini menempatkan Palembang menjadi wilayah perlindungan Kerajaan Islam Demak sekitar tahun 1546, yang melibatkan Aria Penangsang dari Jipang dan Pangeran Hadiwijaya dari Pajang, dimana kematian Aria Penangsang membuat para pengikutnya melarikan diri ke Palembang.Para pengikut Aria

Page 32: Jembatan Ampera

Jipang ini membuat ketakutan baru dengan mendirikan Kerajaan Palembang. Tokoh pendiri Kerajaan Palembang adalah Ki Gede Ing Suro. Keraton pertamanya di Kuto Gawang, pada saat ini situsnya tepat berada di komplesk PT. Pusri. Dimana makam Ki Gede Ing Suro berada di belakang Pusri.Dari bentuk keraton Jawa di tepi sungai Musi, para penguasanya beradaptasi dengan lingkungan melayu di sekitarnya. Terjadilah suatu akulturasi dan asimilasi kebudayaan jawa dan melayu, yang dikenal sebagai kebudayaan Palembang. Ki Mas Hindi adalah tokoh kerajaan Palembang yang memperjelas jati diri Palemban, memutus hubungan ideologi dan kultural ddengan pusat kerajaan di Jawa (Mataram). Dia menyatakan dirinya sebagai sultan, setara dengan Sultan Agung di Mataram. Ki Mas Hindi bergelar Sultan Abdurrahma, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Cinde Walang (1659-1706). Keraton Kuto Gawang dibakar habis oleh VOC pada tahun 1659, akibat perlawanan Palembang atas kekurang ajaran hasil wakil VOC di Palembang, Sultan Abdurrahman memindahkan keratonnya ke Beringin Janggut (sekarang sebagai pusat perdangangan).Sultan Mahmud Baaruddin I yang bergelar Jayo Wikramo (1741-1757) adalah merupakan tokoh pembangunan Kesultanan Palembang, dimana pembangunan modern dilakukannya. Antara lain Mesjid Agung Palembang, Makam Lembang (Kawah Tengkurep), Keraton Kuto Batu (sekarang berdiri Musium Badarudin dan Kantor Dinas Pariwisata Kota Palembang). Selain itu dia juga membuat kanal-kanal di wilayah kesulatan, yang berfungsi ganda, yaitu baik sebagai alur pelayaran, pertanian juga untuk pertahanan. Badaruddin Jayo Wikramo memantapkan konsep kosmologi Batanghari Sembilan sebagai satu lebensraum dari kekuasaan Palembang. Batanghari Sembilan adalah satu konsep Melayu - Jawa, yaitu adalah delapan penjuru angin yang terpencar dari pusatnya yang, merupakan penjuru kesembilan. Pusat atau penjuru kesembilan ini berada di keraton Palembang (lebih tegas lagi berada ditangan Sultan yang berkuasa).

Menurut Tomec Pires yang menulis sekitar tahun kejatuhan Melaka, menyatakan bahwa pupusnya pengaruh Majapahit dan Cina du Palembang adalah akibat kebangkitan Islam di wilayah Palembang sendiri. Situasi dan kondisi ini menempatkan Palembang menjadi wilayah perlindungan Kerajaan Islam Demak sekitar tahun 1546, yang melibatkan Aria Penangsang dari Jipang dan Pangeran Hadiwijaya dari Pajang, dimana kematian Aria Penangsang membuat para pengikutnya melarikan diri ke Palembang.Para pengikut Aria Jipang ini membuat ketakutan baru dengan mendirikan Kerajaan Palembang. Tokoh pendiri Kerajaan Palembang adalah Ki Gede Ing Suro. Keraton pertamanya di Kuto Gawang, pada saat ini situsnya tepat berada di komplesk PT. Pusri. Dimana makam Ki Gede Ing Suro berada di belakang Pusri.Dari bentuk keraton Jawa di tepi sungai Musi, para penguasanya beradaptasi dengan lingkungan melayu di sekitarnya. Terjadilah suatu akulturasi dan asimilasi kebudayaan jawa dan melayu, yang dikenal sebagai kebudayaan Palembang. Ki Mas Hindi adalah tokoh kerajaan Palembang yang memperjelas jati diri Palemban, memutus hubungan ideologi dan kultural ddengan pusat kerajaan di Jawa (Mataram). Dia menyatakan dirinya sebagai sultan, setara dengan Sultan Agung di Mataram. Ki Mas Hindi bergelar Sultan Abdurrahma, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Cinde Walang (1659-1706). Keraton Kuto Gawang dibakar habis oleh VOC pada tahun 1659, akibat perlawanan Palembang atas kekurang ajaran hasil wakil VOC di Palembang, Sultan Abdurrahman memindahkan keratonnya ke Beringin Janggut (sekarang sebagai pusat perdangangan).Sultan Mahmud Baaruddin I yang bergelar Jayo Wikramo (1741-1757) adalah merupakan tokoh pembangunan Kesultanan Palembang, dimana pembangunan modern dilakukannya. Antara lain Mesjid Agung Palembang, Makam Lembang (Kawah Tengkurep), Keraton Kuto Batu (sekarang berdiri Musium Badarudin dan Kantor Dinas Pariwisata Kota

Page 33: Jembatan Ampera

Palembang). Selain itu dia juga membuat kanal-kanal di wilayah kesulatan, yang berfungsi ganda, yaitu baik sebagai alur pelayaran, pertanian juga untuk pertahanan. Badaruddin Jayo Wikramo memantapkan konsep kosmologi Batanghari Sembilan sebagai satu lebensraum dari kekuasaan Palembang. Batanghari Sembilan adalah satu konsep Melayu - Jawa, yaitu adalah delapan penjuru angin yang terpencar dari pusatnya yang, merupakan penjuru kesembilan. Pusat atau penjuru kesembilan ini berada di keraton Palembang (lebih tegas lagi berada ditangan Sultan yang berkuasa).

Dari seluruh pelabuhan di wilayah orang-orang Melayu, Palembang telah membuktikan dn terus secara seksama menjadi pelabuhan yang paling aman dan peraturan paling baik, seperti dinyatakan oleh orang-orang pribumi dan orang-orang Eropa. Begitu memasuki perairan sungai, perahu-perahu kecil, dengan kewaspadaan yang biasa siaga dengan tindakan-tindakan perampasan. Kemungkinan perahu perampok yang bersembunyi akan memangsa perahu-perahu dagang kecil yang memasuki sungai, jarang terjadi, karena ketatnya penjagaan oleh kekuatan Sultan dengan segala peralatannya.Selain kekayaan yang melimpah dari baiknya pelayanan pelabuhan dan perdagangan, membuat Palembang mempunyai kesempatan memperkuat pertananannya. Ini dibuktikannya oleh Sultan Muhammad Bahauddin mendirikan keraton Kuto Besak pada tahun 1780. Di dalam melawan penjajahan Belanda dan Inggris, Sultan Mahmud Baruddin II berhasil mengatasi politik diplomasi dan peperangan kedua bangsa tersebut. Sebelum jatuhnya Palembang dalam peperangan besar di tahun 1821, Sultan Mahmud Badaruddin II secara beruntun pada tahun 1819 telah dua kali mengahajar pasukan pasukan Belanda keluar dari perairan Palembang. Keperkasaan Sultan Mahmud Badaruddin II ini dinilai oleh Pemerintah Republik Indonesia adalah wajar untuk dianugrahi sebagai Pahlawan Nasional.

Masa Belanda

 

Palembang sebagai Ibukota Kesultanan Palembang Darussalam pada saat dibawah pemerintah kolonial Belanda dirombak secara total dari sisi penggolongan kotanya. Pada awalnya wilayah pemukiman penduduk kota Palembang, dizaman Kesultanan lebih dari sekedar pemukiman yang terorganisir. Pemukiman pada waktu itu adalah suatu lembaga persekutuan dimana patronage dan paternalis terbentuk akibat struktur masyarakat tradisional dan feodalistis. Keseluruhan sistem ini berada dalam satu lingkungan dan lokasi. Sistem ini dikenal dengan nama gugu(k). Kosakata gugu berasal dari jawa - Kawi yang berarti : barang katanya, diturut, diindahkan.Setiap guguk mempunyai sifat sektoral ataupun aspiratip. Sekedar untuk pengertian meskipun tidak sama, bentuk guguk ini dapat dilihat dengan sistem gilda pada abad pertengahan di Eropa. Contoh nama wilayah pemukiman yang dikenal sebagai Sayangan, adalah wilayah dimana paramiji dan alingan(struktur bawah dari golongan penduduk kesultanan) yang memproduksi hasil-hasil dari bahan tembaga. Sayangan artinya pengerajin tembaga (Jawa Kawi). Produksi ini dilakukan atas perintah dari bangsawan yang menjadi pimpinan (guguk) yang menjadi pelindung terhadap kedua golongan baik miji maupun alingan (orang yang di-alingi/dilindungi). Hasil produksi ini merupakan pula income bagi sultan dan kesultanan.Contoh lain dalam adalah wilayah pemukiman mengindikasikan wilayah guguk, yaitu : kepandean adalah rajin atau pandai besi, pelampitan adalah perajin lampit, demikian juga dengan kuningan adalah perajin pembuat bahan-bahan dari kuningan.Pemukiman ini dapat pula bersifat aspiratif, yaitu satu guguk yang

Page 34: Jembatan Ampera

mempunyai satu profesi atau kedudukan yang sama, seperti guguk Pengulon, pemukiman para pendahulu dan alim ulama disekitar Mesjid Agung.

Demikian pula dengan kedemangan, wilayah dimana tokoh demang tinggal, ataupun kebumen yaitu tempat tempat dimana Mangkubumi menetap. Disamping ada wilayah-wilayah dimana kelompok tertentu bermukim, seperti Kebangkan adalah pemukiman orang-orang dari Bangka, Kebalen adalah pemukiman orang-orang dari Bali.Setelah Palembang dibawah adminstrasi kolonial, maka oleh Regering Commisaris J.I Van Sevenhoven sistem perwilayahan guguk harus dipecah belah. Pemecahan ini bukan saja memecah belah kekuatan kesultanan, juga sekaligus memcah masyarakat yang tadinya tunduk kepada sistem monarki, menjadi tuduk pada administrasi kolonial. Guguk dijadikan beberapa kampung. Sebagai kepala diangkat menjadi Kepala Kampung, dan di Palembang dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Untuk mengepalai wilayah tersebut diangkat menjadi Demang. Demang adalah pamongraja pribumi yang tunduk kepada controleur. Kota Palembang pada waktu itu terdiri dari 52 kampung, yaitu 36 kampung berada di seberang ilir dan 16 kampung di seberang Ulu. Kampung-kampung ini diberi nomor yaitu dari nomor 1 sampai 36 untuk seberang ilir, sedangkan seberang ulu dari 1 sampai 16 ulu.Pemberian nomor-nomor kampung ini penuh semangat pada awal pelaksanaannya, tetapi kemudian pembagian tidak berkembang malah menyusut. Pada tahun 1939 kampung tersebut menjadi 43 buah, dimana 29 kampung berada diseberang ilir dan 14 kampung berada di seberang ulu.

Dapat diperkirakan penciutan adminstratif kampung ini karena yang diperlukan bukannlah wilayahnya, tetapi cacah jiwanya yang ada kaitan dengan pajak kepalanya. Sehingga untuk itu digabungkanlah beberapa kampung yang cacah jiwanya minim, dan cukup dikepalai oleh seorang Kepala Kampung.Oleh karen Kepala Kampung hanya mengurus penduduk pribumi, maka untuk golongan orang Timur Asing, mereka mempunyai Kepala dan wijk tersendiri. Untuk golongan Cina, kepalanya diangkat dengan kedudukan seperti kepangkatan militer, yaitu Letnan, Kapten dan Mayor. Demikian pula dengan golongan Arab dan Keling (India/Pakistan) dengan kepalanya seorang Kapten. Untuk kedudukan kepala Bangsa Timur Asing, biasanya dipilih berdasarkan atas pernyataan jumlah pajak yang akan mereka pungut dan diserahkan bagi pemerintah disertai pula jaminan dana begi kedudukannya.Pemerintah Kota Palembang pada 1 April 1906 menjadi satu Stadgemeente. Satu pemerintahan kota yang otonom, dimana dewan kota yang mengatur pemerintahan. Penduduk menyebut pemerintah kota ini adalah Haminte. Ketua Dewan Kota adalah Burgemeester (Walikota), dia dipilih oleh anggota Dewan Kota. Anggota Dewan Kota dipilih oleh penduduk kota.Sebenernya pemerintah kota bukanlah dibentuk untuk tujuan utama memenuhi kepentingan pribumi, akan tetapi lebih kepada kepentingan para pengusaha Barat yang sedang menikmati liberalisasi. Karena dampak liberalisasi menjadikan kota sebagai pusat atau konsentrasi ekonomi, baik sebagai pelabuhan ekspor, industri, jasa-jasa perdagangan dan menjadi markas para pengusaha.

Di Era Zaman Jepang

 

Dizaman penduduk Jepang (1942-1945), secara struktural tidak ada perubahan kedudukan kepala kampung. Hanya gelarnya saja yang berubah, yaitu menjadi Ku - Co dan mereka dibawah

Page 35: Jembatan Ampera

koordinasi Gun - Co. Tugasnya dititik beratkan pada pembangunan ekonomi peperangan Jepang. Untuk merapatkan barisan dikalangan penduduk, diperkenalkan suatu sistem lingkungan Jepang, Tonari - Gumi, yaitu Rukun Tetangga yang meliputi setiap 10 rumah di suatu kampung. Tonari - gumi dipimpin oleh seorang Ku - Mi - Co (Ketua RT).

Kegiatan Pembangunan yang Menonjol

Masa Kerajaan Sriwijaya

 

Pusat pemerintahan dan pemukiman terletak di bagin barat kota Palembang. Bentuk pembangunan yang dilakukan berupa :

1. Tata ruang dan saluran air serta pengurukan dan penimbunan daerah rawa (di Kelurahan Karang Anyar, kelurahan Bukit Lama dan Kecamatan Seberang Ulu I), baik bentuk istana, pemukiman warga maupun tempat ibadah.

2. Bangunan tempat ibadaha berupa Vihara dan kelengkapannya.3. Pembangunan pelabuhan, serta sarana Transportasi.4. Pembangunan Istana serta rumah-rumah tempat tinggal penduduk, baik diatas daratan,

maupun di atas sungai berupa rakit dan rumha bertiang di atas rawa.5. Pembangunan industri antara lain industri manik-manik di Ilir Barat.6. Pembangunan Taman Srisetra dibagian barat kota (Prasasti Karang Tuo).

Masa Kesultanan Palembang

 

Pusat pemerintahan pada awal kebangkitan, di bagian timur kota palembang (di sekitar PT. PUSRI dan Kelurahan I Ilir). Kemudian setelah hampir satu abad pindah ke bagian tengah di Kelurahan 19 Ilir, bentuk pembangunan yang dilakukan berupa :

1. Keraton/Istana Kuto Gawang (PT Pusri I Ilir), Kuto Lamo dan Kuto Besak (Kelurahan 19 Ilir).

2. Benteng pertahanan (pemasangan lantai di Sungai Musi untuk menghalangi kapal musuh).

3. Mesjid (di I Ilir, Beringin Janggut dan Mesjid Agung 19 Ilir).4. Pelabuhan dan tempat penambatan angkutan sungai.5. Makam raja-raja Palembang.6. Penataan tata ruang kota (seperti Kepandean, Sayangan, Kebumen, Depaten).7. Pembangunan oleh masyarakat (klenteng, rumah limas, industri rumah tangga tenunan,

ukiran, dll)

Masa Penjajahan Belanda

 

Page 36: Jembatan Ampera

Berdasarkan catatan pelaksanaan pembangunan kota yang berencana baru di mulai pada awal terbentuknya pemerintahan kota di tahun 1900-an, seperti dibawah ini :

1. 30 September 1918 Pemerintah Kota menetapkan tentang pendirian dan pembongkaran bangunan, yaitu Verordening op het bouwen en sloopen in de Gemeente Palembang.

2. 1935 diterbitkan Bouwverordening der Gemeente Palembang berupa Standsplan (Rencana Tehnik Ruang Kota), yang kemudian dengan diterbitkannya peta rencana, peta situasi atau peta penggunaan tanah (detail plan).

1906 - 1935

 

Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kota Palembang antara 1906-1935 adalah sebagai berikut :

Pembelian lapangan-lapangan untuk menimbun bahan bangunan. Pembuatan Jembatan Sungai Ogan. Perbaikan Jalan Seberang Ulu dari Ogan ke Plaju melalui 10 Ulu (Jl. KH. Azhari). Pembuatan medan lalu lintas dekat 10 Ulu dan Tengkuruk. Menyediakan lapangan-lapangan untuk lanjutan jalan kereta api Sum-Sel dari

Kertapati ke Seberang. Menyediakan Lapangan pelabuhan di Seberang Ulu. Pendalaman alur sungai Musi. Perbaikan jalan dengan pembuatan jalan - jalan tembus dan pelebaran jalan antara

Pelabuhan Tengkuruk - talang Jawa; Jl. Gevangenis (Jl. Lembaga Pemasyarakatan) - Boom Baru.

Perbaikan tempat-tempat berlabuh untuk kapal-kapal sungai di 19 Ilir ( Pelabuhan/ponton).

Penyediaan tempat transit yang mendesak dari Kertapati (titik ujung jalan kereta api Sum-Sel) yang dapat dicapai oleh kapal-kapal laut, yang mengambil batubara dari tambang bukit asam.

1. Realisasi stands plan (Master Plan Kota) Kota Palembang. Ini adalah penetapan lokasi-lokasi :

a. Industrial estate di daerah Sungai Gerong dan Plaju.b. Real Estate di Talang Semut.

Page 37: Jembatan Ampera

c. Sistem Ring and Radial bangunan jalan kota (yang saat itu baru sampai di Talang Grunik sebagai lingkar II) Jl. Kapten Arivai dan Jl. Veteran sekarang).

1935 - 1950

Jepang

 

a. Perubahan bayas kota dengan memasukkan pelabuhan udara Talang Betutu ke dalam Administrasi Kotapraja.

b. Pembangunan jalan By Pass dengan nama jalan Miaji (Jl. Jend. Sudirman).c. Pembangunan landasan pesawat udara :

Pembangunan Pelabuhan Udara di Betung. Lapangan terbang di Talang Balai. Perbaikan pelabuhan laut di kota Palembang. Pembangunan lapangan Pesawat Udara di Sungai Buah. Perluasan lapangan udara talang Betutu (SMB II). Pembukaan jalan yang dimulai dari Simpang Mesjid (Simp. Jl. TP. Rustam

Effendi) sampai ke simpang Charitas (Jl. Jend. Sudirman). Perbaikan dan pelebaran serta pelurusan Jl. Ke Talang Betutu (Jl. Kol. H.

Burlian).

1950 - 1960

 

1. Pembangunan Pasar :

Lingkis (Cinde)

Page 38: Jembatan Ampera

Kertapati Lemabang Buah (Jl. Kol. Atmo/Tp. Rustam Effendi) Kuto.

1. Perumahan Rakyat :Sungai Buah dan Talang Betutu

 

2. Air Bersih : Perluasan PenyaringanPemasangan pipa induk, dari penyaringan ke Jl. Jend. SudirmanPipa Suro, Tangga Buntung - Ladang Plaju - Rimab SeruPemasangan pipa 270 KmPeningkatan produksi menjadi 23.000 m3/hari

 

3. Pembangunan jalan lingkar I, Jl. Jend. Sudirman ke Simpang Cinde Welan

 

4. Panjang jalan dalam kota 225 Km

 

5. Penimbunan Musi Boulevart

 

6. Perumahan Proyek Khusus Kebangkan (PCK)

 

7. Pembebasan tanah peruntukan :

Daerah Indusri PT. Pusri Universitas Sriwijaya Traffic Garden di Bukit Besar

1. Pembangunan Balai Pertemuan di Jl. Sekanak.

 

2. Pembangunan Stasion Kamboja.

Page 39: Jembatan Ampera

 

3. Pembuatan Kanal (terusan) Sungai Bendung.

 

4. Pembangunan Penyebrangan Tangga Buntung - Kertapati.

 

5. Pembukaan jalan Tangga Buntung ke Gandus.

1960 - 1970

 

1. Pembangunan Jembatan Musi (Jembatan Ampera) April 1962 - Mei 1965

 

2. Perbaikan Kampung

 

3. Pembangunan sekolah dasar

 

4. Pembangunan Perumahan Pegawai di Jalan Duku (Sumur Batu), Jl. Makrayu dan PCK

 

5. Pemugaran Makam Raja-raja Palembang, Rumah Bari

 

6. Peningkatan Kebersihan

 

Page 40: Jembatan Ampera

7. Terminal Bawah Jembatan Ampera

 

8. Pertokoan Tengkuruk By Pass (Permai)

 

9. Pasar 10 Ulu

 

10. Pemekaran kampung 20 Ilir jadi 4, 26 ilir jadi 2, Sungai Batang dibagi dengan Sungai Selincah

 

1970 - 1980

Sasaran pembangunan : Jalan, Air Bersih, Listrik dan Kebersihan. Pembangunan Proyek Non Bujeter :

 

1. Sumbangan PertaminaUpgrading Jalan dalam Kota :

1969/1970 Jalan Utama Veteran, Harapan, Jl. Jend. Sudirman dan Jl. Jend. A.Yani (aspal beton).

1970-1971 Jalan-jalan dalam kota di lebarkan menjadi lebar rata-rata 8 m. 1973-1974 Upgrading jalan dalam kota. 1975-1976 Jalan-jalan di sekitar Pasar 16 ilir.

1. Sumbangan dari PT. PUSRI3 buah jembatan penyebrangan pejalan kaki di jalan Jend. Sudirman.

 

2. Makmur StoreMenyumbang 1 buah jembatan penyebrangan jalan di Jl. Jend. Sudirman

Page 41: Jembatan Ampera

 

3. 1975 - 1978 perusahaan-perusahaan industri menyumbang 16 buah Shelter Bus.

 

4. Pembangunan petak-petak pasar secara swadaya masyarakat, peremajaan dan modernisasi pasar atau pusat perbelanjaan.

 

5. 1974 pembangunan gedung pusat pemerintahan Kotamadya. Penetapan hari jadi kota Palembang.

 

6. Sasaran pembangunan diarahkan pada pembangunan sistem drainage (Pengeringan Kota)

Pembangunan Sistem Makro dan Sistem Mikro

Sistem Makro : meliputi Saluran induk dengan memanfaatkan sungai-sungai dan kolam-kolam (Retention Basin).

Sistem Mikro : Meliputi saluran-saluran pengumpul dari daerah-daerah aliran ke saluran-saluran utama dan kesaluran induk.

Tahap Pelaksanaan :

 

1. Program mendesak

Pembersihan sungai Bendung dan Sungai rendang. Pembuatan/peningkatan saluran-saluran primer, siring-siring dan koker-koker.

1. Program Jangka Pendek

Normalisasi Sungai Sekanak, sungai bendung Peningkatan/pembuatan saluran primer dan saluran sekunder antara kedua sungai

tersebut.

1. Program Jangka Menengah

Perancangan detail dan pelaksanaan di wilayah lingkaran II Normalisasi sungai-sungai, peningkatan /pembuatan saluran-saluran primer and

sekunder.

Page 42: Jembatan Ampera

1. Jangka Panjang

Lanjutan Studi dan perancangan sistem drainage secara keselurahan. Perbaikan dan normalisasi sungai rendang. Survey design sungai-sungai di daerah Seberang Ilir. Rehabilitasi anak sungai Bayas. Program Perbaikan Kampung (Kampong Improvment Program).

1979 - 1980

Untuk Kampung 9,10,11,13,14 ilir dan 1 ulu, dengan luas areal 40 ha untuk penduduk 30.210 jiwa. 1981 - 1982

Untuk Kampung 1,2 ulu, 13,14, 19, 22, 26, 26, 27 dan 28 ilir, dengan luas areal 80 ha untuk penduduk 41.654 jiwa.

1982 - 1983

Untuk Kampung 8,9,10,11,24,26,29,30dan 32 ilir, dengan luas areal 125 ha untuk penduduk 75.358 jiwa.

1983 - 1984

Diusulkan untuk Kampung 35 ilir, 3, 4, 5, 7 ulu, kertapati dan ogan baru dengan luas areal 75 ha untuk penduduk 99.126 jiwa.

Dalam realisasinya perbaikan kampung dilakukan pada kelurahan 29, 30, 32, 35 ilir, 3/4, 5,7 dan 8 ulu.

1984 - 1985

Untuk Kelurahan 3/4, 5,7,11,12 ulu, kertapati dan Ogan Baru.

1986 - 1987

Untuk kelurahan karang anyar, 36, 35, 32 ilir, 8, 11, 12, 13, 14 ulu, dan Tangga Takat.

1987 - 1988

Untuk kelurahan 2, 3, 5 ilir, dan 13, 14 ulu. Bentuk pembangunan KIP ini antara lain :

 

Jalan Lingkungan (aspal), Konstruksi Ris Beton, Konstruksi jembatan beton, kran air minum, MCK, Bak sampah, Gerobak Sampah, Buis Beton, SD Bertingkat, Puskesmas.

Page 43: Jembatan Ampera

1981Pembangunan kembali daerah yang terbakar dikampung 22, 23, 24 dan 26 ilir denagn areal site seluas 236.078 M2 dengan bangunan rumah flat 4 lantai, pelbagai tipe sebanyak 3.584 Unit lengkap dengan prasarana dan fasilitas lingkungan dan 214 kapling tanah siap bangun.

Pembebasan Tanah

Untuk rencana pemindahan terminal bawah jembatan Ampera Seberang Ilir ke wilayah seberang ulu baik untuk terminal Penumpang maupun unutk barang ± 8 Ha.

Pembangunan taman-taman kota. Pembangunan jalan dengan sistem Ring dan Radial sesuai Peta 1930. Peningkatan Kebersihan dengan Pemantapan Program PALEMBANG KOTA BARI. Panjang Jalan dalam kota = 282.290 Km, terdiri dari :

Jalan Arteri = 61.220 KmJalan Arteri Sekunder = 58.752 KmJalan Kolektor dan lokal = 162.418 Km

Penambahan dan Pembukaan Ring dan Radial

a. Jalan Radial soak Bato ke Jalan kapten Arivai.b. Jalan Lingkungan II dari Jl. Letkol Iskandar tembus ke Jalan segaran.c. Jalan Radial dari Lingkaran I tembus ke Jalan Veteran.d. Jalan Lingkaran Luar dari Gandus Ke Macan Lindungan, Jl. Demang lebar daun.

Jumlah jembatan yang ada di kota Palembang sebanyak 116 buah, terdiri dari :

a. Jembatan beton 80 buahb. Jembatan Besi 7 buahc. Jembatan kayu 29 buah

Pembangunan permukiman Kenten Sako, Polygon dan rumah susun.

Drainage

 

Sejak 1980 - 1987 dibangun saluran sepanjang 333.671 Km, tersebar dari jalan Kapten A. Rivai ke arah Sungai Musi dan Daerah Seberang Ulu.

1987 - 1988 dibangun proyek pengeringan kota sepanjang 7.740 Km untuk lokasi di Kecamatan Ilir Barat I dan Ilir Timur I.

1988 Sumatera Selatan ditetapkan sebagai Daerah Tujuan Wisata ke - 17. Kota Palembang sebagai ibukota Propinsi menjadi Daerah Utama yang dijadikan sasaran pembangunan kepariwisataan. Obyek wisata yang ditonjolkan adalah wisata air dan budaya.

Page 44: Jembatan Ampera

1990 - 1999

Pembangunan RSUD dan Jalan Menuju Ke RSUD Jalan Keramasan - Musi II - Macan Lindungan Jembatan Musi II Jalan Mas krebet Jalan Kebun Bunga Jalan Tembus Jalan Sudirman ke Sako Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya Reklamasi Seberang Ulu I Jalan Menuju tanjung Api-api Jalan tembus Jalan Jend. A. Yani ke Dusun Rambuatan Jalan Lingkar Selatan Jalan Gandus ke Jalan raya Palembang - Betung Jalan Musi II ke Pembuangan sampah Kelurahan Keramasan Jalan Tembus Jalan Macan Lindungan ke Jalan haji Burlian Pembangunan Pemakaman Kebun Bunga (Silk Air) Pembangunan Retaining Wall depan Benteng Kuto Besak