desi nurtrika sari-fkik.pdf

142
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA LAUNDRY DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BUNDA HARAPAN KITA JAKARTA TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun Oleh: DESI NURTRIKA SARI NIM : 109101000013 PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/1434 H

Upload: phungthuy

Post on 03-Feb-2017

245 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

IDENTIFIKASI BAHAYA

DAN GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAAN

ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA LAUNDRY

DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BUNDA HARAPAN KITA

JAKARTA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh:

DESI NURTRIKA SARI

NIM : 109101000013

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M/1434 H

Page 2: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf
Page 3: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, Maret-April 2013

Desi Nurtrika Sari, NIM: 109101000013

IDENTIFIKASI BAHAYADAN GAMBARANPERILAKU PENGGUNAAN

ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA LAUNDRYDI RUMAH SAKIT

ANAK DAN BUNDA HARAPAN KITAJAKARTA TAHUN 2013

108 halaman + tabel + gambar + lampiran

ABSTRAK

Identifikasi bahaya untuk menjawab apa saja potensi bahaya yang dapat

terjadi. Pengendalian bahayaberguna agar terjadinya incident, accident, penyakit

akibat kerja ataupun penyakit akibat hubungan kerja di tempat kerja berkurang atau

tidak terjadi kembali. Bahayadari linen-linen dikumpulkan menjadi satu di dalam

laundry berasal dari pasien yang menderita berbagai penyakit, penggunaan alat

pelindung diri yang benar dan tepat adalah salah satu cara untuk mengendalikan hal

tersebut.Dari hasil studi pendahuluan perilaku pekerjalaundry tidak menggunakan

alat pelindung diri lebih banyak daripada yang menggunakanalatpelindungdiri. Dari

22 pekerja terdapat 15 pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri.

Penelitianinibersifatkualitatifuntukidentifikasi bahaya, gambaran perilaku

penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan

Bunda Harapan Kita Jakarta.Penelitiandilakukanmulaidaribulan April hingga Mei

2013.Analisis datadengancontent analysis.Untukmendapatkankeabsahan data,

makadigunakanlahtriangulasiteknikdantriangulasisumber.Hasilpenelitianmenunjukka

nbahwaterdapatbahayakimiadanbiologisehinggapekerjaharusmenggunakanalatpelindu

ngdiri.Perilakupenggunaanalatpelindungdiridarihasilpenelitianinikebanyakanpekerjati

dakmenggunakanpelindungdirisecaralengkap.

Untukitudisarankanpihakrumahsakithendaknyamengadakanpenyuluhanterkait

potensialbahaya yang terdapat di bagianlaundry. Agar

dapatmeningkatkankesadaranakanpentingnyaalatpelindungdiri.

Laluperluadanyakomitmen yang kuatsejakawaluntuksemuapekerjalaundry agar

mematuhiperaturanyang dibuat.Jikaterdapatpekerja yang

tidakmematuhimakaakandikenakansanksidarikomitmentersebutterutamaterhadappeng

gunaanalatpelindungdiri.

Daftar bacaan: 29 (1970 -2012)

Page 4: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH

Undergraduate Thesis, March-April 2013

Desi Nurtrika Sari, NIM: 109101000013

HAZARD IDENTIFICATION AND DESCRIPTION OF BEHAVIOR USE

PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT IN LAUNDRY WORKER AT

MOM AND CHILDREN HOSPITAL HARAPAN KITA JAKARTA 2013

108Pages + tables + pictures + attachments

ABSTRACT

Hazard identification answer any potential hazard that could happen. Hazard

control useful incident, accident, occupational disease at work less or not happen

again. Hazard of linens be colleted at laundry form patients various diseases, so use

the personal protective equipment is true to control hazard. Preliminary study of the

behavior of laundry worker do not use personal protective equipment more than use

personal protective equipment. There are 15 of 22 workers not use personal protective

equipment.

This is qualitative research for hazard identification and description of

behavior use personal protective equipment in laundry worker at mom and children

hospital harapankita Jakarta 2013.Data analysis with content analysis.To obtain the

validity of the data, it isused triangulation methods and person triangulation. Result

be in a place chemical and biological hazard so use personal protective equipment.

Workers do not use personal protective equipment in full.

Is recommended for the hospital let provide potential hazards related

espionage section. To increase awareness of the importance of personal protective

equipment.And than early commitment for all laundry workers made to comply with

the rules.If any workers do not sequacious will be liable to sanction.

Reading list: 29 (1970 -2012)

Page 5: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

iii

Page 6: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

iv

Page 7: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Desi Nurtrika Sari

TTL : Jakarta, 30 Desember 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

No. HP : 0838-908-19-113

Alamat : Jalan Nuri RT 003 RW 04 Cipadu Jaya Larangan Tangerang Banten

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2009 – Sekarang : Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi

Kesehatan Masyarakat Falkutas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

2006 – 2009 : SMA Negeri 90 Jakarta

2003 – 2006 : SMP Negeri 110 Jakarta

1997 – 2003 : SD Negeri Kreo 01 Pagi Banten

PENGALAMAN ORGANISASI

2008 – 2009 : Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Kelas SMA Negeri

90 Jakarta

2004 – 2005 : OSIS SMP Negeri 110 Jakarta (Kabag Seni dan Olaharaga)

Page 8: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

vi

LembarPersembahan

Tulisaniniakansayapersembahkanuntukanda

yangmembutuhkannya,berbagisedikitpengetahuan.

Inilahniatsayasemogabermanfaat.

Page 9: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

vii

KATA PENGANTAR

AssalammualaikumWr. Wb.

Denganmenyebutnama Allah Yang MahaPengasihLagiMahaPenyayang,

pujidansyukursayaucapkankepadaIllahi Rabbi yang selalumemberikankenikmatan

yang takterhinggakepadakitasemua. Denganmemanjat rasa

syukuratassegalanikmatdanrahmat-Nyahinggaskripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI

BAHAYA DAN GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAANALAT PELINDUNG

DIRI PADA PEKERJA LAUNDRYDI RUMAH SAKIT ANAK DAN BUNDA

HARAPAN KITAJAKARTA TAHUN 2013” inidapattersusundenganbaik.

SholawatdansalamselalutercurahkepadabagindabesarNabi Muhammad SAW yang

telahmenuntunumatnyadarizamankegelapankezamanterangbenderangsepertisaatini.

Penuliskesempatan kali ini, penulisinginmengucapkanterimakasihkepada :

1. TerimaKasihkepadakedua orang tua yang

telahmemberikanperhatiandankasihsayangnyasertadoa yang

sangatluarbiasakepadasaya, dankakak-kakakkutersayang Mas

BarataSutrisnobesertaIstri Mba Indra Prahasti, Mas AgungYudoSantoso.

2. IbuFebriantiM,siselakukepala program studikesehatanmasyarakat yang

senantiasaberusaha agar prodikesehatanmasyarakatselalumenjadi yang

terbaik.

Page 10: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

viii

3. IbuYuliAmran, SKM, MKM selakudosenpembimbing I

danIbuRiastutiKusuma W, SKM, MKM selakudosenpembimbing II yang

senantiasamembimbing. Terimakasihataskesabarandanwaktu yang

telahdiberikan.

4. Bapak Ahmad Ghozali yang selalumembantusayaapabilaterdapatkesulitan,

terimakasihbanyakya PakGho.

5. Direkturutamaserta staff administratifRumahSakitAnakdanBundaHarapan

Kita Jakarta yang telahmengizinkansayauntukmelakukanpenelitian di

tempatBapak-BapakdanIbu-

Ibupimpin.TerutamauntukBapakUdartoselakuKepala CSSD

terimakasihbanyak Pak.

6. BapakdanIbuPekerja di bagianlaundry RumahSakitAnakdanBundaHarapan

Kita Jakarta yang telahmengizinkansayauntukmelakukanpenelitian.

7. Mas Hery B.K. yang telahmemberikanmotivasi yang

luarbiasasehinggasayatetapsemangat.

Terimakasihatasdukungannyasertadoasetiapsaat.

8. Untukteman-temanKesehatanmasyarakatangkatan 2009, khususnyaK3yang

telahmemberidukungandanmasukanterhadappenulisanskripsiini.

Denganmemanjatkandoakepada Allah SWT, penulisberharapsemuakebaikan

yang telahdiberikanmendapatbalasandari Allah SWT.

Amin.Semogaskripsiinibermanfaatbagipenulisdanpembacapadaumumnya.

WasalammualaikumWr. Wb.

Page 11: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

ix

Jakarta, Maret 2013

Penulis

Page 12: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………………..i

ABSTRAK……………………………………………………………………………ii

PESETUJUAN PEMBIMBING………………...……………………………….....iv

PENGESAHAN PENGUJI…………………………………………………….…....v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………...……....vi

PERSEMBAHAN…………………………………………………………………..vii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………..……….ix

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 LatarBelakang………………………………………...……………………….....1

1.2 RumusanMasalah…………………………..…………..………………………..6

1.3 Pertanyaanpenelitian..............................................................................................7

1.4 Tujuan.....................................................................................................................7

1.5 Manfaat...................................................................................................................8

1.6 RuangLingkup.......................................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................10

2.1.Identifikasi Bahaya…….......................................................................................10

2.2. PengendalianRisiko…...……..…………………………………………..……..15

2.3. PengertianAlatPelindungDiri……………........................................................17

2.4. Perilaku……..………………………..................................................................47

2.5. PengertianKecelakaanKerja………….……………….…...…………….…....52

2.6. PenyakitAkibatKerja………………………………………………………….52

2.7. PenyakitAkibatHubunganPekerjaan……………………………...……….....52

BAB III KERANGKA BERFIKIR DAN DEFINISI ISTILAH...........................57

3.1.Kerangka Berfikir.................................................................................................57

3.2.Definisi Istilah......................................................................................................59

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...............................................................60

Page 13: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

xi

4.1.Jenis Penelitian......................................................................................................60

4.2.Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................................................60

4.3.Informan Penelitian...............................................................................................60

4.4.Instrumen Penelitian..............................................................................................62

4.5.Sumber Data..........................................................................................................63

4.6.Pengumpulan Data................................................................................................64

4.7.Keabsahan Data.....................................................................................................66

4.8.Pengolahan Data....................................................................................................66

4.9.Analisis Data..........................................................................................................67

4.10. Penyajian Data....................................................................................................68

BAB VHASIL PENELITIAN…………..................................................................69

5.1.Informan……………………………………………………………………...…69

5.2.Langkah-LangkahPekerjaanLaundry RSAB Harapan Kita Jakarta…...……...69

5.3.IdentifikasiBahaya Di Laundry RSAB Harapan Kita Jakarta…..……..……....77

5.4.KetersediaanAlatPelindungDiri RSAB Harapan Kita Jakarta…..…………...82

5.5.PerilakuPenggunaanAlatPelindungDiri RSAB Harapan Kita Jakarta…........86

BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………………………..93

6.1.KeterbatasanPenelitian……………………………..…………………………..93

6.2.PembahasanLangkah-LangkahPekerjaanLaundry RSAB Harapan Kita

Jakarta………………………………………………………………………….....93

6.3.PembahasanIdentifikasiBahaya Di Laundry RSAB Harapan Kita Jakarta…...95

6.4.PembahasanKetersediaanAlatPelindungDiri RSAB Harapan Kita Jakarta....99

6.5.PembahasanPerilakuPenggunaanAlatPelindungDiri RSAB Harapan Kita

Jakarta…………………………………………..……………………………....101

BAB KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………….……..106

7.1.Kesimpulan………………...……………………………………………….......106

7.2.Saran………………………………...………………………...……….……….107

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk

upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari penyakit akibat kerja,

yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja

(Tresnaningsih, 2012). Tahapan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat

dan bebas dari pencemaran lingkungan dapat dilakukan identifikasi bahaya lalu

menerapkan pengendalian bahaya.

Identifikasi bahaya untuk menjawab apa saja potensi bahaya yang dapat

terjadi. Elemen pertama dari proses manajemen risiko keselamatan dan kesehatan

kerja dimulai dengan melakukan identifikasi bahaya. Keberhasilan suatu proses

manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja sangat ditentukan oleh

kemampuan dalam menentukan atau mengidentifikasi semua bahaya yang ada dalam

kegiatan. Jika semua bahaya berhasil diidentifikasi dengan lengkap berarti akan dapat

melakukan pengelolaan secara komprehensif (Ramli, 2010). Identifikasi bahaya

tidak dilakukan akan menyebabkan pengendalian yang salah sehingga tidak tepat.

Apabila kaitannya hanya membutuhkan beberapa alat pelindung diri seperti earplug

maka tidak perlu untuk membeli earmuff (Ferdi, 2011).

Pengendalian bahaya berguna agar terjadinya incident, accident, penyakit

akibat kerja ataupun penyakit akibat hubungan kerja di tempat kerja berkurang atau

Page 15: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

2

tidak terjadi kembali. Menurut Budiono, dkk (2003) hirarki pengendalian bahaya

yang pertama adalah eliminasi, selanjutnya substitusi, lalu engineering control,

kemudian administrative control dan yang terakhir penggunaan alat pelindung diri.

Penggunaan alat pelindung diri sebagai pengendalian bahaya terakhir apabila

pengendalian bahaya dengan eliminasi, substitusi, engineering control dan

administrative control sudah dilaksanakan tetapi belum bisa mengendalikan bahaya

yang ada.

Pemerintah mengeluarkan undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun

1970. Undang-undang ini memberikan perlindungan hukum kepada tenaga kerja yang

bekerja agar tempat dan peralatan produksi senantiasa berada dalam keadaan selamat

dan aman bagi pekerja

Menurut undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

terdiri XI Bab dan 18 Pasal. Pada pasal 12 mengatur mengenai hak dan kewajiban

tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri. Pada pasal 14 menyebutkan bahwa

pengusaha wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang

diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan

bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-

petunjuk yang diperlukan.

Adanya undang-undang tersebut bukan berarti tidak ada kecelakaan kerja lagi.

Hal ini dikarena faktor manusia juga menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan

kerja atau kecenderungan pekerja untuk celaka (accident proneness). Accident

proneness adalah kenyataan, bahwa untuk pekerja-pekerja tertentu terdapat tanda-

tanda kecenderungan untuk mengalami kecelakaan. Hal ini jelas betapa pentingnya

Page 16: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

3

faktor manusia dalam terjadinya kecelakaan akibat kerja. Beberapa penelitian juga

mengatakan bahwa 80%-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia (unsafe

action). Unsafe action tersebut salah satunya dikarenakan oleh tidak menggunakan

alat pelindung diri (Anizar, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Safety News Alert terhadap 290 orang pekerja

Safety Officer di Amerika mengenai berbagai alasan pekerja yang tidak memakai alat

pelindung diri saat bekerja didapatkan hasil sebagai berikut: karena alat pelindung

diri tidak nyaman (30%), karyawan tidak tahu bahwa harus menggunakan alat

pelindung diri (10%), karyawan merasa menggunakan alat pelindung diri hanya

menghabiskan waktu (18%), karyawan merasa tidak akan celaka (8%), dan karyawan

lupa untuk menggunakan alat pelindung diri (34%) (Himawari,2011). Penelitian

tersebut memperlihatkan bahwa orang memiliki perilaku berdasarkan faktor

predisposisi yang salah mengenai faktor risiko pada pekerjaan mereka, karena setiap

pekerjaan pasti memiliki tingkat risikonya masing-masing.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

432/MENKES/SK/IV/2007 tentang pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan

kerja di Rumah Sakit. Rumah sakit merupakan tempat pengobatan, rawat inap, rawat

jalan dan berbagai aktivitas lainnya sebagai pelayanan kesehatan dan merupakan

tempat bekerjanya para tenaga kerja baik medis maupun non medis yang mempunyai

potensi bahaya yang sangat berisiko. Pekerja medis di rumah sakit seperti dokter,

suster/perawat, apoteker, dll. Sedangkan pekerja non medis di rumah sakit seperti

pekerja administrasi, pekerja office boy/girl, pekerja laundry, dll.

Page 17: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

4

Menurut Kartika (2000) beberapa tempat di Rumah Sakit memiliki potensi

terjadi risiko bahaya akibat kerja terhadap pekerjanya, hal ini dapat disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu dari alat, tempat kerja ataupun pekerja itu sendiri. Penelitian

yang dilakukan oleh Sugianti (2005) yang berjudul study pengelolaan linen di Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Purbalingga dihasilkan angka kuman pada linen

diperoleh angka kuman tertinggi 5,7 x 1010

. Sedangkan terendah 1,6 x 1010

rerata

angka kuman tertinggi 2,7 x 1010

. Berdasarkan dirjen PPM dan PLP tentang Pedoman

Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia bahwa linen bersih setelah keluar dari semua

proses pengelolaan linen tidak mengandung 6 x 10 bakteri. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa pentingnya menggunakan alat pelindung diri.

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta memiliki kapasitas

tempat tidur sebanyak 355 tempat tidur. 355 tempat tidur terdiri dari kamar perawatan

anak (VIP, utama, kelas I, kelas II dan kelas III), kamar perawatan bunda (super VIP,

VIP, kelas I, kelas II, kelas III), kamar perawatan sehari, perawatan intensif (Pediatric

Intensive Care Unit (PICU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Intensive Care

Unit Bagi Bunda). Pasien yang dirawat selama menjalani perawatan diharuskan untuk

memakai pakaian yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit (Profil Rumah Sakit Anak

dan Bunda Harapan Kita Jakarta, 2012). Pengelolaan linen tersebut ditangani sendiri

oleh rumah sakit dimana dalam pelaksanaannya semua linen dari setiap ruangan

dikumpulkan menjadi satu yaitu di laundry.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

432/MENKES/SK/IV/2007 tentang pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan

kerja di Rumah Sakit bagian III Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit sub bagian “B”,

Page 18: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

5

bagian laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai bahaya

potensial fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial pada pekerjanya. Bahaya

potensial fisik seperti kebisingan, lalu bahaya potensial kimia seperti penggunaan

detergen atau bahan kimia lainnya untuk mencuci, kemudian bahaya potensial biologi

seperti infeksi dari baju yang telah digunakan oleh pasien penderita penyakit infeksi,

selanjutnya bahaya ergonomi seperti pekerjaan yang dilakukan dengan postur yang

salah dalam melakukan pekerjaannya, dan yang terakhir bahaya psikososial seperti

beban kerja yang berlebihan.

Bahaya yang berasal dari linen-linen dikumpulkan menjadi satu di dalam

laundry berasal dari pasien yang menderita berbagai penyakit, baik itu pasien yang

sudah didiagnosa menderita penyakit infeksius ataupun pasien yang masih dalam

penegakan diagnosa, sehingga perlu adanya antisipasi pada pekerja laundry yang

setiap hari selalu kontak dengan linen yang mengandung bahaya tersebut dengan

penggunaan alat pelindung diri (Basleti, 2004). Menurut standar operasional prosedur

(2012) salah satu aturan yang berlaku di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda

Haparan Kita Jakarta adalah pemakaian alat pelindung diri. Hal ini dimaksudkan

untuk memperkecil risiko celaka dan cidera bagi pekerja yang nantinya akan

berdampak pada produktivitas kerjanya. Dari hasil studi pendahuluan perilaku

pekerja laundry tidak menggunakan alat pelindung diri lebih banyak dari pada yang

menggunakan alat pelindung diri. Dari 22 pekerja terdapat 15 pekerja tidak

menggunakan alat pelindung diri.

Page 19: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

6

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengidentifikasi bahaya,

mengetahui gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry

di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Bagian laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai bahaya

potensial fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial pada pekerjanya. Bahaya

potensial fisik seperti kebisingan. Akan tetapi bahaya potensial fisik seperti

kebisingan tidak signifikan dari hasil studi pendahuluan didapatkan 70dB selama tiga

jam. Bahaya potensial kimia seperti penggunaan detergen atau bahan kimia lainnya

untuk mencuci. Bahaya potensial biologi seperti infeksi dari baju yang telah

digunakan oleh pasien penderita penyakit infeksi. Bahaya ergonomi seperti pekerjaan

yang dilakukan dengan postur yang salah dalam melakukan pekerjaannya. Bahaya

psikososial seperti beban kerja yang berlebihan. Pekerja di unit kerja laundry

mempunyai risiko yang cukup tinggi untuk mengalami kecelakaan maupun penyakit

akibat kerja.

Oleh karena itu penggunaan alat pelindung diri yang benar dan tepat adalah

salah satu cara untuk mengendalikan hal tersebut. Dari hasil studi pendahuluan

perilaku pekerja laundry tidak menggunakan alat pelindung diri lebih banyak dari

pada yang menggunakan alat pelindung diri. Dari 22 pekerja terdapat 15 pekerja tidak

menggunakan alat pelindung diri. Berdasarkan hal tersebut maka masalah yang

penulis ajukan pada penelitian ini adalah identifikasi bahaya dan perilaku penggunaan

alat pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan

Kita Jakarta.

Page 20: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

7

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1. Apa saja langkah-langkah pekerjaan yang terdapat di laundry Rumah

Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013?

1.3.2. Apa saja bahaya yang terdapat di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda

Harapan Kita Jakarta tahun 2013?

1.3.3. Apa saja ketersediaan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya di

laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013?

1.3.4. Bagaimana gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada

pekerja di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta

tahun 2013?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran identifikasi bahaya dan perilaku penggunaan alat

pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita

Jakarta tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Mengetahui langkah-langkah pekerjaan yang terdapat di laundry

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013.

1.4.2.2 Mengetahui bahaya yang terdapat di laundry Rumah Sakit Anak

dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013.

1.4.2.3 Mengetahuai ketersediaan alat pelindung diri yang sesuai dengan

bahaya di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita

Jakarta tahun 2013.

Page 21: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

8

1.4.2.4 Mengetahui gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri

pada pekerja di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan

Kita Jakarta tahun 2013.

1.5 Manfaat

1.5.1. Bagi Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita

1.5.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita mengenai

identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat

pelindung diri pada pekerja laundry.

1.5.1.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada

pekerja di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita

khususnya di Bagian laundry tentang identifikasi bahaya dan

gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja

laundry.

1.5.1.3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Rumah Sakit

Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita dalam menangani

masalah ketidakpatuhan pekerja laundry dalam penggunaan alat

pelindung diri.

1.5.2. Bagi Peneliti

1.5.2.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti

lain yang akan melakukan penelitian terkait identifikasi bahaya

dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada

pekerja laundry.

Page 22: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

9

1.5.2.2. Dengan penelitian ini dapat menambah wawasan serta

kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan

dan kesehatan kerja.

1.6. Ruang Lingkup

Penelitian dilakukan oleh mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta karena ingin mengetahui

identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada

pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Jakarta tahun 2013. Penelitian

dilakukan pada April-Mei 2013. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif.

Informan utama penelitian ini adalah pekerja lapangan di bagian laundry Rumah

Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

Data penelitian ini diperoleh dengan cara pengambilan data primer dan data

sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan metode wawancara kepada

informan penelitian dan observasi kegiatan pencucian serta penggunaan alat

pelindung diri untuk mengetahui alasan tidak menggunakan alat pelindung diri.

Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data profil,

kebijakan, kebutuhan alat pelindung diri pekerja laundry, standar operasional Rumah

Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

Page 23: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010) identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam

mengembangkan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Identifikasi

bahaya, adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas

organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari manajemen risiko. Tanpa

melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan pengelolaan risiko dengan

baik.

2.1.1. Tujuan Identifikasi Bahaya Menurut Ramli (2010)

Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan

kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko

tidak dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko

tidak dapat dijalankan.

Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :

2.1.1.1. Mengurangi peluang kecelakaan. Identifikasi bahaya dapat

mengurangi peluang terjadinya kecelakaan, karena identifikasi

bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan.

2.1.1.2. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-

manajemen dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya

dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan

kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.

Page 24: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

11

2.1.1.3. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi

pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan

mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala

prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya

sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif.

2.1.1.4. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber

bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya

pemangku kepentingan. Dengan demikian mereka dapat

memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha yang akan

dilakukan (Ramli, 2010).

2.1.2. Persyaratan Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya harus dilakukan secara terencana dan

komprehensif. Banyak perusahaan yang telah melakukan identifikasi bahaya,

tetapi ternyata angka kecelakaan masih dinilai tinggi. Hal ini menunjukkan

bahwa proses identikasi bahaya yang dilakukan belum berjalan dengan efektif

(Ramli, 2010).

Ada beberapa hal yang mendukung keberhasilan program identifikasi

bahaya antara lain

2.1.2.1. Identifikasi bahaya harus sejalan dan relevan dengan aktivitas

perusahaan sehingga dapat berfungsi dengan baik. Hal ini sangat

menentukan dalam memilih teknik identifikasi bahaya yang tepat

bagi perusahaan. Bagi perusahaan yang sifat risiko rendah, tentu

Page 25: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

12

tidak perlu melakukan identifikasi bahaya dengan teknik yang

sangat komprehensif misalnya teknik kuantitatif.

2.1.2.2. Identifikasi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan

adanya teknologi dan ilmu terbaru. Banyak bahaya yang

sebelumnya belum dikenal tetapi saat ini menjadi suatu potensi

besar. Karena itu, dalam melakukan identifikasi bahaya mesti

selalu mempertimbangkan kemungkinan adanya teknik baru atau

sistem pencegahan yang telah dikembangkan.

2.1.2.3. Keterlibatan semua pihak terkait dalam proses identifikasi

bahaya. Proses identifikasi bahaya harus melibatkan atau

dilakukan melalui konsultasi dengan pihak terkait misalnya

dengan pekerja. Mereka paling mengetahui adanya bahaya di

lingkungan kerjanya masing-masing. Mereka juga

berkepentingan dengan pengendalian bahaya di tempat kerjanya.

Identifikasi bahaya juga berdasarkan masukan dari pihak lain

misalnya konsumen atau masyarakat sekitar. Konsumen biasanya

mengetahui berbagai kelemahan dan kondisi berbahaya yang ada

dalam jasa atau produk yang dihasilkan perusahaan.

2.1.2.4. Ketersediaan metoda, peralatan, referensi, data dan dokumen

untuk mendukung kegiatan identifikasi bahaya. Salah satu

sumber informasi misalnya data kecelakaan yang pernah terjadi

baik internal maupun eksternal perusahaan.

Page 26: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

13

2.1.2.5. Akses terhadap regulasi yang berkaitan dengan aktivitas

perusahaan termasuk juga pedoman industri dan data seperti

MSDS (Material Safety Data Sheet) (Ramli, 2010).

2.1.3. Jenis Bahaya

Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Lihatlah

di sekitar kita, tanpa disadari terdapat berbagai jenis bahaya. Jenis bahaya

dapat diklasifikasikan menjadi bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya fisis,

bahaya biologis, dan bahaya kimia (Ramli, 2010).

2.1.4. Teknik Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi

bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan

karakteristik bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada dan melakukan

langkah-langkah pengamanan agar tidak terkena bahaya. Namun demikian,

tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah, seperti mengenal bahaya

api (Ramli, 2010).

Identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk

mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Teknik

identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan menjadi

metoda pasif, metoda semiproaktif dan metoda aktif (Ramli, 2010).

2.1.4.1. Teknik pasif merupakan identifikasi pasif jadi bahaya dikenal

dengan mengalami terlebih dahulu.

Page 27: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

14

2.1.4.2. Teknik semi proaktif merupakan teknik belajar dari pengalaman

orang lain jadi mengetahui adanya bahaya yang tidak dialami diri

sendiri tetapi orang lain.

2.1.4.3. Metoda proaktif merupakan metoda terbaik untuk

mengidentifikasi bahaya atau mencari bahaya sebelum bahaya

tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan.

Tindakan proaktif memiliki kelebihan :

2.1.4.3.1. Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan

sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera.

2.1.4.3.2. Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual

improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat

dilakukan upaya-upaya perbaikan.

2.1.4.3.3. Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerja

setelah mengetahui dan mengenal adanya bahaya

disekitar tempat kerjanya.

2.1.4.3.4. Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena

adanya bahaya dapat menimbulkan kerugian (Ramli,

2010).

Identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain :

2.1.4.3.1. Daftar periksa dan audit atau inspeksi keselamatan

dan kesehatan kerja.

2.1.4.3.2. Analisa bahaya awal (preliminary hazards analysis)

2.1.4.3.3. Analisa pohon kegagalan (fault tree analysis)

Page 28: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

15

2.1.4.3.4. Analisa what if (what if analysis)

2.1.4.3.5. Analisa moda kegagalan dan efek (failure mode and

effect analysis)

2.1.4.3.6. Hazops (Hazards and operabolity study)

2.1.4.3.7. Analisa keselamatan pekerjaan (job safety analysis)

2.1.4.3.8. Analisa risiko pekerjaan (job safety analysis)

Penerapan teknik identifikasi bahaya ini dapat dilakukan sepanjang daur

hidup perusahaan mulai dari tahap pengembangan sampai ke operasi

(Ramli, 2010).

2.2. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko menurut Ramli (2010) merupakan langkah penting dan

menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Jika pada tahapan sebelumnya

lebih banyak bersifat konsep dan perencanaan, maka pada tahap ini sudah merupakan

realisasi dari upaya pengelolaan risiko dalam perusahaan. Risiko yang telah diketahui

besar dan potensi akibatnya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan

kemampuan dan kondisi perusahaan. Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan

berbagai pilihan, misalnya dengan dihindarkan, dialihkan kepada pihak lain, atau

dikelola dengan baik.

Proses pengendalian risiko menurut AS/NZS 4360 adalah sebagai berikut.

2.2.1. Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi risiko dapat ditentukan apakah

suatu risiko dapat diterima atau tidak. Jika risiko dapat diterima, tentunya

tidak diperlukan langkah pengendalian lebih lanjut. Cukup dengan

melakukan pemantuan dan monitoring berkala dalam pelaksanaan

Page 29: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

16

operasi. Misalnya perusahaan telah memilih menerima risiko penggunaan

suatu peralatan mekanis dalam proses produksinya.

2.2.2. Dalam peringkat risiko, dikategorikan sebagai risiko sedang (medium)

sehingga dapat diterima perusahaan. Karena itu tidak perlu dilakukan

tindakan pengendalian lebih lanjut. Perusahaan cukup melakukan

pemantauan berkala baik di tempat kerja maupun terhadap tenaga kerja

untuk mengetahui apakah ada efek yang tidak diinginkan. Sebaliknya jika

tingkat kebisingan mencapai 100-110 dB, maka risiko ini tidak dapat

diterima karena mengandung risiko tinggi terhadap pendengaran dan

kesehatan pekerja. Karena itu harus dilakukan tindakan pengendalian.

2.2.3. Jika risiko berada di atas batas yang dapat diterima maka perlu dilakukan

pengendalian lebih lanjut untuk menekan risiko dengan beberapa pilihan

yaitu :

2.2.3.1. Mengurangi kemungkinan (reduce likelihood)

2.2.3.2. Mengurangi keparahan (reduce consequence)

2.2.3.3. Alihkan sebagian atau seluruhnya

2.2.3.4. Hindari (avoid)

Menurut OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian risiko yang lebih

spesifik untuk bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan pendekatan sebagai

berikut.

2.2.3.1. Eliminasi

2.2.3.2. Substitusi

2.2.3.3. Pengendalian teknis (engineering control)

Page 30: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

17

2.2.3.4. Pengendalian administrative

2.2.3.5. Penggunaan alat pelindung diri (APD).

Lebih lanjut sub bab ini lebih dispesifikan pengendalian risiko dengan penggunaan

alat pelindung diri.

2.3. Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh pekerja

untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi

bahaya/kecelakaan kerja. Alat pelindung diri dipakai sebagai upaya terakhir dalam

usaha melindungi pekerja apabila engineering dan administrative tidak dapat

dilakukan dengan baik. Namun pemakaian alat pelindung diri bukanlah pengganti

dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Association, personal

protective equipment atau alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang

digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh

adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis,

radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Alat Pelindung Diri dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara

kerja yang aman (work practice) telah maksimum. Namun pemakaian alat pelindung

diri bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut tetapi sebagai usaha terakhir dalam

upaya melindungi tenaga kerja (Nedved, 1991).

2.3.1. Standar Occupational Safety and Health Association (OSHA)

Mengenai Alat Pelindung Diri

Page 31: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

18

Untuk meningkatkan perlindungan diri dari bahaya-bahaya

yang ada di tempat kerja maka OSHA (Occupational Safety and

Health Association) membuat peraturan alat pelindung diri sebagai

berikut :

2.3.1.1. Memeriksa sekeliling tempat kerja untuk menentukan apakah

ada bahaya-bahaya yang dapat terjadi sewaktu kerja.

2.3.1.2. Memilih dan mempersiapkan alat pelindung diri yang benar-

benar cocok untuk masing-masing pekerja (sesuai dengan

lingkup pekerjaanya).

2.3.1.3. Melatih bagaimana cara menggunakan atau memakai alat

pelindung diri secara benar untuk mencegah dari bahaya-

bahaya yang dapat mengancam bagian tubuh seperti kepala,

muka, mata, telinga, sistem pernafasan, tangan, kaki dan lain-

lain.

Masing-masing alat pelindung diri dirancang atau dibuat untuk

mencegah bahaya yang mengancam di tempat kerja. Untuk

meyakinkan bahwa pekerja telah memakai alat pelindung diri yang

sesuai dan tepat, maka OSHA merekomendasikan agar mengadakan

pemeriksaan atau peninjauan ke tempat kerja terlebih dahulu dan

kemudian mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan adanya

bahaya-bahaya yang timbul dan dapat mengancam pekerja pada waktu

mereka sedang melakukan pekerjaannya.

Page 32: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

19

2.3.2. Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan Alat Pelindung

Diri

Peraturan Pemerintah atau perundang-undangan yang terkait

dengan penggunaan alat pelindung diri antara lain :

2.3.2.1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970

2.3.2.2. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.1ns.02/M/BW/BK/1984

tentang pengesahan Alat Pelindung Diri

2.3.2.3. Surat Edaran Dirjen Biawas No.SE/06/BW/1997 tentang

Pendaftaran Alat Pelindung Diri.

2.3.3. Pemilihan Alat Pelindung Diri

Kebutuhan alat pelindung diri didasarkan pada bahaya dan

resiko yang ada di tempat kerja yang menyangkut tipe bahaya dan

resiko, efek atau dampak yang ditimbulkan, kecelakaan yang sering

terjadi dan lain-lain.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhitungkan

dalam pemilihan Alat Pelindung Diri agar tujuan untuk mengurangi

resiko, dan agar tujuan penggunaan alat pelindung diri lebih efektif

ditentukan juga oleh sikap, mental dan keadaan pemakai. Penggunaan

alat pelindung diri tidak hanya menyangkut permasalahan penyediaan

dan seluruh pekerja memakainya, tetapi ada beberapa langkah penting

sebelum penyediaan alat pelindung diri, yaitu :

2.3.3.1. Analisa kebutuhan, merupakan langkah pertama sebelum

pemilihan alat pelindung diri yang akan dibeli, terlebih

Page 33: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

20

dahulu tentukan jenis bahaya apa saja yang terdapat dalam

pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta

mengacu pada peraturan dan bagaimana kondisi kerja yang

ada serta mengacu pada peraturan mana. Dalam menganalisa

kebutuhan akan alat pelindung diri, statistik kecelakaan juga

sangat membantu, misalnya pekerjaan apa dan ruangan mana

kecelakaan sering terjadi serta bagian tubuh mana yang

sering mendapat cidera saat kecelakaan kemudian pada

waktu inspeksi ke tempat kerja perlu diperhatikan jenis

pekerjaan yang membahayakan, dimana letak sumber bahaya

serta sejauh mana sumber bahaya tersebut dapat

dikendalikan.

2.3.3.2. Pemilihan alat pelindung diri berdasarkan analisa kebutuhan,

dapat ditentukan jenis alat apa saja yang diperlukan, selain

itu sampai sejauh mana perlindungan yang diperlukan, selain

itu sampai sejauh mana perlindungan yang diperlukan dari

alat tersebut yang standar yang berlaku. Alat pelindung diri

harus sudah melalui pengujian apakah sudah memenuhi

standar atau tidak, kegagalan pemakaian dapat menyebabkan

tenaga kerja kembali kepada kebiasaan semula bekerja tanpa

alat pelindung diri, disinilah perlu tindakan disiplin.

2.3.3.3. Komunikasi program, diperlukan agar tenaga kerja mengerti

dan merasa diikutsertakan, tidak hanya berupa instruksi lisan

Page 34: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

21

lewat papan pengumuman. Perlu pula ditanamkan pengertian

akan pentingnya peranan alat pelindung diri, dalam

mencegah cidera atau mengurangi akibat suatu kecelakaan

dan meningkatkan minat dan akhirnya kebutuhan akan

pemakaian alat pelindung diri.

2.3.3.4. Latihan perlu dilakukan agar tenaga kerja mengetahui dalam

keadaan apa alat ini harus digunakan sebagaimana mestinya

latihan ini dapat diberikan secara khusus atau mungkin saja

secara khusus atau mungkin saja secara tidak formal. Dalam

periode latihan tenaga kerja harus bisa menggunakan alat

pelindung diri secara benar dan tepat, harus diberitahukan

cara menyesuaikan alat pelindung diri serta bagaimana

memeliharanya.

2.3.3.5. Penegakkan disiplin, dalam penggunaan alat pelindung diri

perlu ditegakkan disiplin, sebelum tindakan disiplin

dilakukan, tenaga kerja perlu diberi waktu untuk

menyesuaikan diri. Perlu diinventalisir keluhan-keluhan

mereka dan dicarikan usaha menghilangkannya selama

waktu penyesuainan tersebut, pimpinan perlu bersikap

persuasive dan bersifat mendidik. Setelah waktu penyesuaian

tersebut dianggap cukup, maka ditetapkan bahwa pemakaian

alat pelindung diri merupakan keharusan, adanya

Page 35: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

22

pelanggaran akan dikenakan hukuman, seperti teguran atau

peringatan keras dan tindakan disiplin lainnya.

Dalam pemilihan alat pelindung diri harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

2.3.3.1. Nyaman dipakai pada kondisi pekerjaan yang sesuai dengan

Desain alat tersebut.

2.3.3.2. Tidak mengganggu kerja dalam arti alat pelindung diri

tersebut harus sesuai dengan besar tubuh pemakainya dan

tidak menyulitkan gerak pengguna.

2.3.3.3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang

khusus sebagaimana alat pelindung diri tersebut didesain.

2.3.3.4. Alat-alat pelindung diri harus tahan lama.Alat-alat pelindung

diri tersebut mudah dibersihkan dan dirawat oleh pekerja.

2.3.3.5. Harus ada Desain, konstruksi, pengujian dan penggunaan alat

pelindung diri sesuai dengan standar. (Suma’mur, 1984)

2.3.4. Bahaya-Bahaya yang Membutuhkan Penggunaan Alat Pelindung

Diri

Beberapa kemungkinan bahaya yang dapat ditemui di lingkungan pekerjaan

seperti berikut ini :

2.3.4.1. Bahaya Kimia

Jika bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya, maka

pekerja harus memakai alat pelindung diri untuk mencegah

terhirupnya atau terpercik bahan kimia tersebut ke bagian tubuh pada

Page 36: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

23

saat penggunaan bahan kimia tersebut atau secara tidak sengaja dapat

menyebabkan kerusakan pada kulit.

2.3.4.2. Partikel-Partikel

Banyak pekerjaan yang dapat menyebabkan timbulnya debu

atau kotoran yang dapat membahayakan mata, selain itu jikka debu

atau kotoran tersebut terhirup maka akan membahayakan paru-paru

dan system pernafasan.

2.3.4.3. Panas dan Temperatur Tinggi

Tanpa alat pelindung diri yang benar-benar sesuai dan tepat

pemakaiannya maka dalam pelaksanaan proses atau pekerjaan yang

menimbulkan panas dapat mencederai atau membakar kulit dan

melukai mata.

2.3.4.4. Radiasi Cahaya

Bahaya radiasi seperti dapur api, intensitas cahaya yang

tinggi dari api pengelasan, pemotongan yang menggunakan panas

tinggi dan pekerjaan yang menimbulkan radisai cahaya yang dapat

merusak mata atau menggunakan radio aktif yang bisa menyebabkan

cidera bagi pekerja.

2.3.4.5. Pemindahan bagian dari suatu peralatan

Mesin-mesin yang mempunyai pelindung (guards) untuk

mencegah hubungan langsung antara pekerja dengan alat-alat atau

mesin-mesin yang berputar. Kadang-kadang bila pekerja lupa

Page 37: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

24

memindahkan ataupun memperbaiki mesin, lupa untuk memasanganya

kembali.

2.3.4.6. Kejatuhan suatu barang

Jika barang-barang ditempatkan pada ketinggian secara tidak

benar atau membawa alat-alat dan kurang hati-hati pada pada saat

naik, maka barang tersebut bisa lepas dan jatuh yang menyebabkan

bahaya bagi orang yang ada dibawahnya dan bisa mencederai bagian

tubuh atau bagian kepala dan kaki.

2.3.4.7. Barang-barang tajam/runcing

Perkakas atau barang-barang yang tajam/runcing dapat

membahayakan tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya bila tidak

memakai alat pelindung diri.

2.3.4.8. Keadaan atau kondisi tempat kerja

Bahaya juga dapat diakibatkan oleh keadaan tempat kerja

atau cara pekerja berdiri dan bergerak ketika mereka sedang

melakukan aktifitas pekerjaannya.

2.3.4.9. Jatuh dari ketinggian

Pekerja harus dilindungi dari bahaya jatuh pada saat bekerja

di tempat ketinggian, pekerja diharuskan memakai ALAT

PELINDUNG DIRI.

2.3.5. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (Alat Pelindung Diri)

Page 38: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

25

Berbagai macam alat pelindung diri seperti Surat Edaran

No.SE.06/BW/1997, yang dikeluarkan olehDirektorat Jendral Pembinaan

Hubungan Industrial dan Pengawasan Keternagakerjaan antara lain :

2.3.5.1. Alat Pelindung Kepala

Pemakaian alat pelindung ini bertujuan untuk melindungi

kepala dari terbentur dan terpukul yang dapat menyababkan luka juga

melindungi kepala dari panas, radiasi, api dan bahan-bahan kimia

berbahaya serta melindungi agar rambut tidak terjerat dalam mesin

yang berputar. Berdasarkan fungsinya, Pelindung kepala dapat dibagi

menjadi 3 bagian :

2.3.5.1.1. Topi pengaman (safety helmet) untuk melindungi

kepala dari benturan atau pukulan benda-benda.

Gambar 2.1

Sefety Helmet

Sumber : arktrading, 2010

2.3.5.1.2. Topi tudung

Untuk melindungi kepala dari api, uap-uap

korosif, debu, kondisi iklim yang buruk, untuk melindungi

Page 39: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

26

kepala dari zat-zat kimia, iklim yang berubah-ubah, api dan

lain-lain.

2.3.5.1.3. Tutup kepala

Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut

atau mencegah lilitan rambut dari mesin dan lain-lain.

Biasanya terbuat dari katun atau bahan yang mudah dicuci.

Berdasarkan susunannya pelindung kepala dibagi

atas 3 bagian. Outersheels (bagian luar yang keras).. Untuk

melindungi benturan keras dari luar. Shock absorbing

suspensions (headband and straps). Sebagai penahan

benturan antara outersheels dengan kepala. Chin straps (tali

pengikat di dagu). Untuk menjaga agar pelindung kepala

tidak terlepas oleh tiupan angin atau gerakan badan

2.3.5.2. Alat Pelindung Wajah atau Mata

Kaca mata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari

kemungkinan kontak bahaya karena percikan atau kemasukan debu,

gas, uap, cairan korosif, partikel melayang, atau terkena radasi

gelombang elektromagnetik. Pelindung mata (safety glasses)

mempunyai beberapa kriteria, yakni :

2.3.5.1.1. Lensa memiliki dua tingkat kemampuan : basic

impact dan high impact. Ketebalan/ketipisan

dari lensa diperbolehkan dengan ketentuan

tertentu sesuai dengan test yang dibutuhkan.

Page 40: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

27

2.3.5.1.2. Label peringatan untuk mengindikasi bahwa

lensa hanya dapat menahan basic impact saja.

2.3.5.1.3. Frame harus melalui beberapa tes seperti high-

mass dan high velocity impact. Frame harus

memiliki kemampuan untuk menahan 2.0 mm

high impact dari lensa.

2.3.5.1.4. Sideshields harus lebih memberikan

perlindungan di sisi samping.

Macam-macam alat pelindung mata dan muka,

yaitu :

2.3.5.1.1. Safety spectacles

Gambar 2.2

Safety Spectacles

Sumber : buildfix, tahun 2010

Kacamata pelindung mata yang dibuat dengan

kontruksi safety frames dari logam dan/plastik dan

disesuaikan dengan plano impact-resistant lenses. Terdiri

atas dengan atau tanpa side shields, tetapi kebanyakan

dengan side shields.

Page 41: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

28

2.3.5.1.2. Impact-resistant spectacles

Gambar 2.2

Impact-Resistant Spectacles

Sumber :sigma-tek, tahun 2010

Dapat digunakan untuk akibat sedang dari partikel

yang dihasilkan oleh beberapa pekerjaan, seperti perkayuan

pekerjaan tukang kayu, grinding dan scaling.

2.3.5.1.3. Side shields

Gambar 2.3

Side Shields

Sumber : .safetyoffice, tahun 2010

Melindungi dari partikel yang dapat masuk ke

mata dari bagian samping. Side shields dibuat dari

sambungan kawat atau plastik. Shide shields tipe eyecup

merupakan perlindungan yang paling baik.

Page 42: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

29

2.3.5.1.4. Goggles

Gambar 2.4

Goggles

Gambar : dryeyepain, tahun 2010

Pada umumnya, goggles melindungi mata, rongga

mata, dan area wajah sekitar dari dampak, debu dan percikan.

Beberapa goggles dilengkapi dengan lensa.

2.3.5.1.5. Welding shields

Gambar 2.5

Welding Shields

Sumber indiamart, tahun 2010

Disusun atas serat vulkanis dan dilengkapi

dengan lensa, yang didesain untuk bahaya yang spesifik saat

melakukan proses welding. Welding shields melindungi mata

dari pembakaran yang disebabkan oleh cahaya inframerah,

dan melindungi mata dan muka dari percikan logam dan slag

Page 43: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

30

chips yang dihasilkan selama pengelasan, brazing,

penyolderan dan pemotongan.

2.3.5.1.5. Laser safety goggles

Gambar 2.6

Laser Safety Goggles

Sumber : offenhaeuser, tahun 2010

Laser safety goggles memberikan perlindungan

terhadap cahaya berkonsentrasi tinggi yang dihasilkan oleh

laser. Tipe laser safety goggles yang dipilih tergantung pada

peralatan dan kondisi operasi di tempat kerja.

2.3.5.1.6. Face shields

Gambar 2.7

Face Shields

Sumber : labsafety, tahun 2010

Merupakan lembaran plastik transparan yang

menutupi dari kening ke bawah dagu. Alat alat tersebut

terdiri dari beberapa jenis dan ukuran sesuai kebutuhannya.

Page 44: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

31

Bagi pekerja yang memakai kacamata dianjurkan memakai

safety goggles yang sesuai dan enak dipakai tanpa

mengganggu aktifitas pekerjaannya.

2.3.5.2. Alat Pelindung Telinga

Penggunaan alat pelindung telinga sangat penting bagi

pekerja yang berada di daerah yang tingkat kebisingannya sangat

tinggi, karena dalam jangka waktu yang panjang akan merusak

pendengaran seseorang. Pengklasifikasian dari pelindung telinga

didasarkan pada tingkat kebisingan pada frekuensi tertentu. Ada 3 tipe

dasar untuk alat pelindung telinga:

2.3.5.2.1. Ear plug

Gambar 2.8

Ear Plug

Sumber : casafety, tahun 2010

Penyumbat telinga yang pemakaiannya

dimasukkan di saluran telinga bagian luar, dibuat untuk

semua ukuran, digunakan di tempat kerja dengan intensitas

kebisingan antara 85-95 dB dan kemampuan atenansinya

(daya lindung) 25-30 dB.

Page 45: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

32

2.3.5.2.2. Ear muff

Gambar 2.9

Ear Muff

Sumber : lewiscontractorsales, tahun 2010

Ear muff merupakan pelindung telinga yang

terbaik,bentuknya menutupi seluruh daun telinga dengan ikat

kepala (headband). Masing-masing ear cups ditutupi oleh

bantalan luar yang lunak. Digunakan di tempat kerja yang

mempunyai intensitas kebisingan 95-110 dB. Pada frekuensi

2800-4000 Hz kemampuan atenuasinya 35-45 dB.

2.3.5.2.3. Canal caps

Gambar 2.10

Canal Caps

Sumber : apgea, tahun 2010

Canal caps merupakan penyumbat telinga yang

empuk dan mempunyai head band.. Canal caps digunakan di

Page 46: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

33

tempat kerja yang mempunyai intensitas kebisingan lebih

dari 110 dB.

2.3.5.3. Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung pernafasan berfungsi memberikan

perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya di udara tempat kerja

seperti kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel atau uap dan

pencemaran oleh gas atau uap. Macam-macam alat pelindung diri

pernafasan yaitu:

2.3.5.3.1. Masker

Gambar 2.11

Masker

Sumber : blogspot, tahun 2010

Umumnya terbuat dari kain kasa atau busa yang

didesinfektan terlebih dahulu. Pada umumnya measker

digunakan untuk mengurangi masuknya debu ke saluran

pernapasan.

2.3.5.3.2. Respirator

Digunakan untuk melindungi pekerja dari debu,

kabut, uap logam, asap dan gas yang berbahaya bagi

kesehatan seseorang. Respirator dapat dibedakan menjadi 2

yaitu :

Page 47: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

34

a. Air Purifying Respirator

Air Purifying Respirator Adalah alat

pernafasan dengan pemurnian udara, digunakan jika

udara mengandung cukup oksigen tetapi mengandung

pencemaran (kontaminasi) yang berbahaya. Jenis-jenis

air purifying respirator :

a) Masker gas (gas mask)

Gambar 2.12

Gas Mask

Sumber : approvedgasmasks, tahun 2010

Masker gas terdiri dari topeng (masker)

yang dihubungkan ke tabung (canister). Udara yang

terkontaminasi akan dimurnikan oleh bahan-bahan

kimia yang ada di dalam canister.

b) Chemical cartridge respirators

Gambar 2.13

Chemical Cartridge Respirators

Sumber : safetyonline,

tahun 2010

Page 48: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

35

Chemical cartridge respirators terdiri dari

topeng penutup dan mulut yang dihubungkan langsung

ke cartridge se. Jenis ini umumnya digunakan untuk

menangani pekerjaan dimana konsentrasi gas/uap

tidak terlaku tinggi.

c) Self-Consumed Breathing Apparatus

(SCBA)

Gambar 2.14

Self-Consumed Breathing Apparatus

Sumber : .dcis.ca, tahun 2010

Umumnya digunakan oleh pekerja pada

atmosfir berbahaya untuk kehidupan. Selaun itu juga

digunakan apabila disertai adanya bahan iritasi pada

kulit atau mata. Respirator ini dilengkapi

denganpakaian khusus dan compressed oxygen

breathing apparatus.

2.3.5.4. Alat Pelindung Tangan

Untuk melindungi tangan dari bahaya seperti terpotong,

tertusuk, terbaka, terluka, lecet, patah, amputasi dan terkena zat kimia

yang berbahayadan lain-lain pada waktu bekerja, maka pekerja

Page 49: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

36

diharuskan memakai sarung tangan (safety gloves). Sarung tangan

terbuat dari bahan bahan seperti :

2.3.5.4.1. Jala logam (metal mesh), kulit atau kanvas

Sarung tangan yang kokoh terbuat dari metal

mesh, kulit atau kanvas memberikan perlindungan dari

terpotong, terbakar dan panas.

a) Leather gloves

Gambar 2.15

Leather Gloves

Sumber : indiamart, tahun 2010

Leather gloves digunakan melindungi dari

percikan, panas yang sedang, pukulan, chip

dan benda tajam.

b) Aluminized gloves

Gambar 2.16

Aluminized gloves

Sumber : .nsamf, tahun 2010

Page 50: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

37

Aluminized gloves biasanya digunakan untuk

pengelasan, pemanasan dan pekerjaan

pengecoran logam karena memberikan

perlindungan terhadap panas. Dibuat dari

material sintetik yang melindungi dari panas

dan dingin.

c) Aramid fiber gloves

Gambar 2.17

Aramid Fiber Gloves

Sumber : houseput, tahun 2010

Aramid adalah material sintetik yang

melindungi dari panas dan dingin yang dapat

dibuat menjadi sarung tangan yang resisten

terhadap pemotongan dan abrasif.

2.3.5.4.2. Fabric and coated fabric gloves

Sarung tangan ini dibuat dari katun untuk

bermacam-macam tingkat perlindungan.

Page 51: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

38

a) Fabric gloves

Gambar 2.18

Fabric Gloves

Sumber : allproducts, tahun 2010

Dapat melindungi dari kotoran, karat, gosokan

dan lecet. Sarung tangan ini tidak memberikan

perlindungan yang cukup untuk digunakan

dengan material yang kasar, tajam dan berat.

b) Coated fabric gloves

Gambar 2.19

Coated Fabric Gloves

Sumber : .tradekorea, tahun 2010

Sarung tangan jenis ini biasanya dibuat oleh

manufaktur dari bahan katun halus dengan

napping pada salah satu sisi.

2.3.5.4.3. Gloves yang resisten terhadap bahan dan cairan

kimia

Terbuat dari karet (latex, nitrile atau butyl),

plastic atau material seperti karet sintetik (neoprene) yang

Page 52: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

39

melindungi pekerja dari pembakaran, iritasi dan dermatitis

yang disebabkan oleh kontak dengan minyak, lemak, solven

dan bahan kimia lain.

a) Butyl rubber gloves

Gambar 2.20

Butyl Rubber Gloves

Sumber : uvex, tahun 2010

Melindungi dari asam nitrat, asam sulfur, asam

hydrofluoric, red furnace nitric acid, bahan

bakar roket dan peroksida. Daya tahan tembus

yang tinggi untuk gas, bahan kimia, uap air, butyl

rubber. Resisten terhadap oksidasi, korosi ozon,

abrasi dan lentur pada temperature rendah.

b) Natural latex or rubber gloves

Gambar 2.21

Natural Latex Gloves

Sumber : mammothcleaningsupplies, tahun

2010

Page 53: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

40

Sarung tangan ini melindungi tangan pekerja dari

asam, alkali, garam dan keton. Latekx gloves

dapat menyebabkan alergi pada beberapa orang.

Hypoallergenic gloves, glove liners dan

powderless gloves mungkin tidak dapat

digunakan pada individu yang alergi terhadap

latex gloves.

c) Neoprene gloves

Gambar 2.22

Neoprene Gloves

Sumber : fairfielduniform, tahun 2010

Neoprene gloves memiliki kelenturan yang

bagus, finger dexterity, densitas tinggi dan

resisten terhadap cairan hydraulic, gasoline,

alcohol, asam organik dan alkali.

d) Nitrile rubber gloves

Gambar 2.23

Nitrile Rubber Gloves

Page 54: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

41

Sumber : practicon, tahun 2010

Nitrile rubber gloves memberikan perlindungan

terhadap solven klorin seperti trychoroethylene

dan perchoroethylene. Sarung tangan ini resisten

terhadap abrasi, kebocoran, snags dan tears.

2.3.5.4.4. Insulasi karet

a) Leather (kulit)

Gambar 2.24

Insulasi Leather Gloves

Sumber : lewiscontractorsales, tahun 2010

Leather Gloves berfungsi untuk melindungi dari

benda-benda yang kasar, panas dan potongan-

potongan logam.

b) Cotton fabric (katun)

Gambar 2.25

Cotton Fabric

Sumber : directindustry, tahun 2010

Page 55: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

42

Cotton fabric berguna untuk melindungi dari

kotoran-kotoran dan benda-benda yang licin.

c) Rubber, neoprene, vinyl atau tipe lain

Gambar 2.26

Vinyl Gloves

Sumber : newyorksafetyequipment, tahun 2010

Sarung tangan ini dapat melindungi dari bahaya

zat kimia. Untuk itu diperlukan Material Safety

Data Sheet (MSDS)yang menjelaskan bahaya dan

cara penangananya.

d) Metal mesh (butiran logam)

Gambar 2.27

Metal Mesh

Sumber : chefknifes, tahun 2010

Metal mesh dapat melindungi dari bahaya

terpotong oleh pisau atau benda-benda tajam.

Page 56: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

43

2.3.5.5. Alat Pelindung Kaki

Kaki harus dilindungi jika terdapat bahaya di tempat kerja

yang berbahaya bagi bagian tubuh ini. Dalam pelindung kaki terdapat

reinforced safety toe yang dapat menahan benturan dari kejatuhan

benda yang berat di atas jari kaki. Macam-macam pelindung kaki

adalah :

2.3.5.5.1. Leggings

Gambar 2.28

Legging

Sumber: toolsandequipment, tahun 2010

Leggings berfungsi untuk melindungi kaki

bagian bawah dari bahaya panas, seperti molten

metal atau percikan welding.

2.3.5.5.2. Metatarsal guards

Gambar 2.29

Metatarsal Guards

Sumber : www.labsafety, tahun 2010

Page 57: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

44

Metatarsal guards terbuat dari aluminium, baja,

serat atau plastik yang diikat ke bagian luar

sepatu untuk melindungi bagian dalam dari

bahaya tekanan.

2.3.5.5.3. Toe guards

Gambar 2.30

Toe Guards

Sumber : mensboots.guidestobuy, tahun 2010

Toe guards dapat dibuat dari baja, aluminium

atau plastik. Diletakkan di atas jari kaki dari

sepatu reguler. Perlindungan ini hanya

melindungi jari kaki dari dampak dan bahaya

tekanan.

2.3.5.5.4. Combination foot and shin guards

Gambar 2.31

Combination Foot and Shin Guards

Sumber : southernpoliceequipment, tahun 2010

Page 58: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

45

Perlindungan ini dapat digunakan sebagai

kombinasi dengan toe guards ketika

memerlukan perlindungan yang terbaik.

2.3.5.5.5. Safety shoes

Gambar 2.32

Safety Shoes

Sumber : glodok-safety, tahun 2010

Merupakan sepatu yang resistan terhadap

dampak jarikaki dan memiliki sol yang resisten

terhadap panas yang melindungi dari

permukaan kerja yang panas, seperti pada

industri roofing, trotoar dan logam panas.

Logam di dalam sol melindungi dari kebocoran.

Safety shoes juga di Desain untuk konduksi

listrik untuk mencegah terjadinya listrik statik di

area dengan potensial ledakan atau nonkonduksi

untuk melindungi dari bahaya listrik. Spesifikasi

safety shoes. Sol bawah : tidak licin, anti gores,

anti statik, tahan oli/minyak. Toe cap (baja

pelindung depan) : terbuat dari baja, daya tahan

Page 59: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

46

200 Joule dan mampu menahan beban hingga

20 kg yang jatuh dari ketinggian 1,5m. Bahan

bagian atas : terbuat dari kulit. Bahan lapisan

dalam : terbuat dari bahan yang lembut. General

specification : sepatu harus tahan panas sampai

dengan 150 0C serta nyaman dan fleksibel

(lentur)

2.3.5.6. Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi anggota

badan terhadap pengaruh pengaruh kebakaran, suhu tinggi, suhu

dingin, bahan-bahan korosif/kimia, cairan minyak serta benturan-

benturan benda. Bahan dapat terbuat dari kain drill, kulit, plastik,

asbes atau kain yang dilapisi aluminium. Jenis-jenis pakaian pelindung

yakni heat resistant clothing, acid resistant clothing dan pakaian kerja

biasa.

2.3.6. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan alat

pelindung diri dapat dilakukan antara lain dengan:

2.3.6.1. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air

secukupnya.Terutama untuk helm, kacamata, earplug, dan

sarung tangan kain/kulit/karet.

2.3.6.2. Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau,

terutama pada helm.

Page 60: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

47

2.3.6.3. Mengganti filter atau catridgenya untuk respirator.

2.3.7. Penyimpanan Alat Pelindung Diri

Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari alat

pelindung diri, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari

debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat

tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya.

2.4. Perilaku

2.4.1. Definisi Perilaku

Perilaku menurut Jeremy Stranks (2007) didefinisikan sebagai

bagaimana orang memperlakukan dirinya sendiri, sikap dan cara seorang

individu dan tindakan yang diamati dari seseorang.

Geller (2001) mendefinisikan perilaku adalah tindakan individual yang

dapat diamati oleh orang lain. Tes untuk menentukan definisi perilaku yang

baik adalah apakah orang lain menggunakan definisi tersebut dapat secara

akurat mengamati apakah perilaku target muncul atau terjadi. Kata yang

digunakan untuk mendeskripsikan perilaku harus dipilih dengan jelas agar

terhindar dari kesalahan pengertian, teliti agar sesuai dengan perilaku spesifik

yang diamati, cepat agar tetap mudah, dan harus memiliki referensi yang jelas

atas perilaku yang diamati.

Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologis, perilaku merupakan

hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Oleh

karena itu perilaku terjadinya melalui proses stimulus terdapat organisme,

kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut S-O-R

Page 61: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

48

(Stimulus-Organisme-Respon). Ada dua respon yang membentuk perilaku

seseorang, yaitu :

2.4.1.1. Respondent responds atau reflexive

Respon yang timbul oleh adanya stimulus tertentu. Stimulus

semacam ini disebut electing stimulation. Misalkan makanan yang

lezat yang menimbulkan rasa lapar, cahaya terang yang menyebabkan

mata tertutup dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup

perilaku emosional seperti sedih ketika mendengar musibah.

2.4.1.2. Operant responds atau instrumental responds

Respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh

stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing

stimulation atau reinforcer karena memperkuat respons. Misalnya

pujian atasan yang diberikan pada pekerja yang telah bekerja dengan

baik dapat meningkatkan motivasi pekerja tersebut.

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan

lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk

mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui

secara sadar oleh individu yang bersangkutan (Winardi, 2004).

Berikut merupakan definisi perilaku sebagai hasil dari konstruksi teori-teori

dan riset, sebagai berikut:

2.4.1.1. Perilaku merupakan sesuatu yang disebabkan karena sesuatu

hal

2.4.1.2. Perilaku ditunjukan ke arah sasaran tertentu

Page 62: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

49

2.4.1.3. Perilaku yang dapat diobservasi dapat diukur

2.4.1.4. Perilaku yang tidak langsung dapat di observasi (contoh

berpikir, melaksanakan persepsi) juga penting dalam rangka

mencapai tujuan-tujuan

2.4.1.5. Perilaku dimotivasi

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

2.4.1.1. Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan/kesadaran, sikap yang terjadi pada

orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati

secara jelas oleh orang lain.

2.4.1.2. Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap

stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh

orang lain (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007),

mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku

baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

2.4.1.1.Awareness (kesadaran) yaitu orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui objek terlebih dahulu.

Page 63: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

50

2.4.1.2.Interest yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

2.4.1.3.Evaluation yaitu orang mulai menimbang-nimbang yang baik

dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini bearti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

2.4.1.4.Trial yaitu telah mencoba perilaku yang baru.

2.4.1.5.Adoption yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

2.4.2. Perilaku Aman

Perilaku keselamatan kerja menurut Terry (2003) diawali dengan

adanya penilaian secara menyeluruh keamanan yang ada. Lalu dilakukan

peninjauan secara eksekutif dan mulai dengan mendesain tim kerja. Kemudian

desain akhir terdiri dari visi misi yang akan menjadi target pencapaian, proses

perkerjaan yang tetap aman, melakukan pengembangan prosedur, mendirikan

motivasi keamanan, merencanakan pelatihan, tinjauan manajemen. Selanjutnya

proses implementasi perilaku aman dan yang terakhir mempertahankan

perilaku aman. Dapat dilihat pada bagan 2.1 berikut.

Page 64: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

51

Bagan 2.1 Proses Penerapan Perilaku Aman

Sumber : Terry (2003)

Page 65: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

52

2.5. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.

Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang

paling ringan sampai kepada yang paling berat serta dapat menjadi penyakit akibat

kerja ataupun penyakit akibat hubungan pekerjaan (Tresnaningsih, 2012)

2.6. Penyakit Akibat Kerja

Menurut Tresnaningsih (2012) Penyakit Akibat Kerja (PAK) biasanya sering

terjadi pada pekerja yang sering mengabaikan safety, atau bisa pula karena

manajemen perusahaan yang kesadaran akan safety rendah, di Indonesia telah diatur

dalam Kepres Nomor 22 1993.

Berikut beberapa penyebab akibat kerja :

2.6.1. Golongan fisika

2.6.2. Golongan kimia

2.6.3. Golongan biologi

2.6.4. Golongan fisiologi (ergonomi)

2.6.5. Golongan mental psikologi

2.7. Penyakit Akibat Hubungan Pekerjaan

Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan yang dilakukannya, seperti pekerja

yang sebelumnya mempunyai penyakit asma berkerja pada produksi semen makan

asma tersebut menjadi parah. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi

berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan

kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah

Page 66: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

53

menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui

(Permenaker No. Per 03/Men/1994 mengenai Program JAMSOSTEK).

2.7.1. Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor utama yakni

faktor fisik dan faktor manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup dua

permasalahan pokok, yakni:

2.7.1.1.Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan

2.7.1.2.Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan

Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini

diperluas lagi sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja

yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat

kerja. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga

kerja dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka

menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan kerja. Penyebab

kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi dua, yakni:

2.7.1.1.Faktor Fisik

Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau

unsafety condition misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau,

dan sebagainya.

2.7.1.2.Faktor Manusia

Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan,

misalnya karena kelengahan, ngantuk dan sebagainya. Menurut hasil

Page 67: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

54

penelitian yang ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan

oleh faktor manusia.

2.7.2. Dampak Kecelakaan Kerja

Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja

(Simanjuntak, 1994):

2.7.2.1. Meninggal dunia

Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang

menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah

mendapatkan pertolongan dan perawatan sebelumnya.

2.7.2.2. Cacat permanen total

Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara

permanen tidak mampu lagi sepenuhnya melakukan

pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak

berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata,

satu mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki.

Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.

2.7.2.3. Cacat permanen sebagian

Cacat yang mengakibatkan astu bagian tubuh hilang atau

terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.

2.7.2.4. Tidak mampu bekerja sementara

Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa

pengobatan maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan,

Page 68: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

55

sehingga ada hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak

melakukan kerja produktif.

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi

dalam dunia kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari

dan diupayakan pencegahannya.

2.8. Kerangka Teori

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Sumber : Ramli (2010) dan Skiner (1938)

Dari kerangka teori menurut Ramli (2010) bahaya yang terdapat disuatu

tempat kerja pertama-tama harus mengetahui langkah-langkah pekerjaan dari awal

hingga akhir secara sistematis. Setelah mengetahui langkah-langkah pekerjaannya

maka dilakukan identifikasi bahaya. Lalu identifikasi bahaya yang didapat dapat

menentukan pengendalian seperti eliminasi, apabila dengan pengendalian bahaya

secara eliminasi tidak dapat dilakukan dapat melakukan substitusi, dan seterusnya.

Langkah-

langkah

pekerjaan

Identifikasi

bahaya

Pengendalian

bahaya

(Eliminasi,

Substitusi,

engineering

control,

administrative

control,

Penggunaan Alat

Pelindung Diri)

Respon Perilaku Penggunaan

Alat Pelindung

Diri

Stimulus

Alat

Pelindung

Diri

Page 69: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

56

Hingga pengendalian terakhir dengan penggunaan alat pelindung diri apabila

eliminasi, substitusi, engineering control, administrative control tidak dapat

dilakukan. Dari kerangka teori menurut Skiner (1938) terbentuknya perilaku

ditentukan oleh adanya stimulus yang kemudian menimbulkan respon terhadap

perilaku yang nyata dilakukan.

Page 70: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

57

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1. Kerangka Berpikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identifikasi bahaya dan gambaran

perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak

dan Bunda Harapan Kita Jakarta. Dalam penelitian ini yang diamati bahaya yang

mungkin dapat terjadi dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri.

Penelitian ini diawali dengan mengetahui langkah-langkah pekerjaan di

laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta kemudian dilakukan

identifikasi bahayanya. Lalu pengendalian bahaya yang dispesifikasikan dengan

ketersediaan alat pelindung diri di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan

Kita Jakarta selanjutnya dilihat gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri

tersebut.

Pada penelitian ini pengendalian secara eliminasi, substitusi, engineering

control, dan administrative control tidak diteliti dikarenakan menurut Ramli (2010)

pengendalian eliminasi akan membutuhkan biaya banyak karena menghilangkan

sumber bahaya yaitu mesin-mesin yang digunakan di laundry dan tidak efektif untuk

pekerjaan di laundry. Pengendalian secara substitusi akan membutuhkan biaya

banyak karena mengganti semua sumber bahaya yaitu mesin-mesin yang digunakan

di laundry. Pengendalian secara engineering control dari studi pendahuluan telah

dilakukan peneliti dengan penggunaan barrier untuk meredamkan kebisingan dan

penggunaan local exhaust dan general exhaust untuk sirkulasi udara yang baik.

Page 71: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

58

Pengendalian secara administrative control dari studi pendahuluan telat dilakukan

rotasi kerja secara bergiliran dan menurut standar operasional prosedur di laundry

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita (2012) terdapat dua shift pagi dan sore

dengan setiap shift 7 jam perhari.

Pengendalian dengan menggunakan alat pelindung diri telah disediakan akan

tetapi masih banyak pekerja yang tidak menggunakannya. Kesediaan ini termasuk

dalam stimulus lalu menimbulkan respon sehingga berperilaku menggunakan alat

pelindung diri atau tidak.

Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagan 3.1. Kerangka Berpikir

Langkah-langkah

pekerjaan di Laundry

RSAB

Identifikasi bahaya

di Laundry RSAB

Katersediaan

APD di Laundry

RSAB

Perilaku PenggunaanAPD di Laundry RSAB

Page 72: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

59

3.2. Definisi Istilah

Tabel 3.1.

Definisi Istilah

Istilah Definisi Cara Ukur Alat Ukur

Langkah-langkah

pekerjaan di

laundry RSAB

Tahapan dari awal

hingga akhir

proses pekerjaan

di laundry RSAB

Observasi

kegiatan dan

Indepth

interview.

Kamera

digital dan

pedoman

wawancara.

Identifikasi

bahaya

di laundry RSAB

Proses untuk

memprediksi

potensial bahaya

yang dapat terjadi

di laundry RSAB

Observasi

kegiatan dan

Indepth

interview.

Kamera

digital,

pedoman

wawancara.

Ketersediaan alat

pelindung diri di

laundry RSAB

Tindakan

menyediakan

secara cuma-cuma

semua alat

perlindungan diri

yang diwajibkan

pada pekerja dan

setiap orang lain

yang memasuki

tempat kerja

(laundry RSAB)

Observasi

ketersediaan

oleh pihak

rumah sakit

mengenai alat

pelindung diri

Observasi

dan kamera

digital,

pedoman

wawancara.

Perilaku

Penggunaan Alat

Pelindung Diri

Wujud kegiatan/

perbuatan dalam

menggunakan alat

pelindung diri.

Observasi

perilaku

pekerja

laundry

Rumah Sakit

Anak dan

Bunda

Harapan Kita

Jakarta

terhadap

penggunaan

alat pelindung

diri serta

melakukan

wawancara

mendalam.

Pedoman

wawancara,

lembar

observasi,

dan kamera

digital.

Page 73: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

60

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif

deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan tentang seluruh yang terjadi

dilapangan (Moleong, 1991). Pada penelitian ini untuk memberikan gambaran

identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada

pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April– Mei 2013 di Rumah sakit Anak

dan Bunda Harapan Kita Jalan Letjen Jendral S. Parman Kav. 87 Slipi, Jakarta.

4.3. Informan Penelitian

Fungsi informan dalam penelitian adalah sebagai sumber untuk mencari

informasi mengenai identifikasi bahaya dan penyebab perilaku penggunaan alat

pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita

Jakarta. Pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan non probability

sampling dengan teknik purposive sampling, yang didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat

informan yang sudah diketahui sebelumnya (Sugiyono, 2009). Informan dalam

penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu :

Page 74: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

61

4.3.1. Informan Utama

Pekerja laundry yang terdiri dari pekerja yang bertugas mengambil linen kotor

pada setiap bangsal/unit perawatan, pekerja bagian penimbangan, pekerja bagian

penghitungan, pekerja bagian pencucian, pekerja bagian pengeringan, pekerja bagian

melipat, pekerja bagian roll press, pekerja bagian plat press. Pekerja yang bertugas

mengambil linen kotor pada setiap bangsal/unit perawatan terdiri hanya satu orang

pekerja setiap harinya selama seminggu akan di rolling kebagian lainnya. Kemudian

pekerja bagian penghitungan hanya terdiri dari dua orang setelah penghitungan

selesai membantu pekerja yang di bagian lain kecuali pengambilan dan pencucian.

Lalu pekerja bagian pencucian hanya satu orang pekerja setiap harinya selama

seminggu akan di rolling kebagian lainnya. Selanjutnya pekerja bagian pengeringan

hanya satu orang pekerja setiap harinya tetapi dibantu dengan pekerja lainnya.

Pekerja bagian melipat, pekerja bagian roll press, pekerja bagian plat press terdiri

dari pekerja yang kurang lebih sepuluh orang.

4.3.2. Informan Kunci

Informan kunci adalah informan yang tidak terkait langsung pekerjaan di

bagian laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta, akan tetapi

informan adalah orang yang berpengalaman dan mengetahui secara ahli dalam hal

pekerjaan di laundry. Informan kunci dalam penelitian ini adalah seorang kepala

instansi sarana sandang dan CSSD Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita

Jakarta.

Page 75: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

62

4.3.3. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah para pekerja yang sekaligus

bekerja sebagai pengawas di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Jakarta. Pada

pekerja yang sekaligus sebagai pengawas terdiri dari satu orang.

Tabel 4.1.

Informan Penelitian

Jenis Informan Jumlah Bagian

Informan Utama -Satu Orang

-Satu Orang

-Satu Orang

-Satu Orang

-Tiga Orang

-Satu Orang

-Satu Orang

-Mengambilan linen

(bahan atau kain) kotor.

-Penimbangan dan

Penghitungan

-Pencucian

-Pengeringan

-Melipat

-Roll press

-Plat press

Informan Kunci Satu Orang Kepala laundry

Informan Pendukung Satu Orang Pekerja bagian laundry

sekaligus bekerja sebagai

pengawas di Laundry.

4.4. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2009) instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah

peneliti sendiri yaitu mahasiswi peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karena peneliti sebagai pengumpul data yang

mempengaruhi terhadap faktor instrumen. Untuk data yang diinginkan, peneliti

menggunakan instrumen berupa :

4.4.1. Pedoman observasi, wawancara dan telaah dokumen langkah-langkah

pekerjaan di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita

Jakarta.

Page 76: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

63

4.4.2. Pedoman observasi dan wawancara identifikasi bahaya pekerjaan di

laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.4.3. Pedoman observasi dan wawancara ketersediaan alat pelindung diri di

laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.4.4. Pedoman observasi terhadap perilaku penggunaan alat pelindung diri

di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.4.5. Pedoman wawancara untuk mencari penyebab perilaku penggunaan

alat pelindung diri pada pekerja laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda

Harapan Kita Jakarta.

Serta alat bantu pengambilan data terdiri dari dokumen standar operasional

prosedur di bagian laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita

Jakarta, alat perekam, kertas catatan, alat tulis, kamera dan laptop.

4.5. Sumber Data

4.5.1. Data Primer :

4.5.1.1. Mengenai identifikasi bahaya yang terdapat di pekerja

laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta

diperoleh dari wawancara mendalam.

4.5.1.2. Mengenai alat pelindung diri pada pekerja laundry Rumah

Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta diperoleh dari

observasi lapangan dan wawancara mendalam.

4.5.1.3. Untuk mengetahui penyebab penggunaan alat pelindung diri

pada pekerja laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan

Page 77: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

64

Kita Jakarta diperoleh dari wawancara dengan informan dan

observasi lapangan.

4.5.1.4. Pedoman wawancara dan observasi lapangan diadopsi dari

penelitian sebelumnya yaitu Omeh 2007 dengan judul

tinjauan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

penggunaan alat pelindung diri di unit kerja laundry Rumah

Sakit Umum Pasar Rebo.

4.5.2. Data Sekunder

Data sekunder mengenai standar operasional prosedur yang terdapat di

laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.6. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

observasi lapangan, wawancara mendalam, dan analisis dokumen standar operasional

prosedur.

4.6.1. Observasi

Menurut Marsshall dan Rossman (2006) dalam Neldi (2011),

observasi ialah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca

indera mata sebagai alat bantu utamanya selain indera lainnya, seperti telinga,

penciuman, mulut, dan kulit. Usman dan Akbar (1996) dalam Neldi (2011)

menyatakan bahwa observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data

jika disesuaikan dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara

sistematis, serta dapat dikontrol reliabilitas dan kebenarannya. Teknik

observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi terbuka, yaitu observasi

Page 78: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

65

yang mana keberadaan pengamat diketahui oleh subjek yang diteliti dan

subjek memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa

yang terjadi dan subjek menyadari adanya orang yang mengamati apa yang

subjek kerjakan.

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk melihat penggunaan alat

pelindung diri pada pekerja laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan

Kita Jakarta secara langsung di lokasi kerja. Teknik ini juga akan digunakan

untuk identifikasi bahaya, gambaran penggunaan alat pelindung diri, dan

penyebab penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry Rumah Sakit

Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta di lokasi kerja. Hasil observasi

lapangan menjadi informasi yang penting bagi peneliti serta dapat mendukung

keabsahan data.

4.6.2. Wawancara

Menurut Prastowo (2010) dalam Neldi (2011) wawancara merupakan

suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih

secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara

lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu. Dalam

penelitian ini, teknik wawancara digunakan untuk identifikasi bahaya,

gambaran penggunaan alat pelindung diri, dan penyebab penggunaan alat

pelindung diri pada pekerja laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan

Kita Jakarta. Wawancara akan dilakukan pada pekerja lapangan laundry,

pengawasan dan kepala instalasi sarana sandang & CSSD.

Page 79: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

66

4.6.3. Analisis dokumen

Dokumen yang akan diamati dalam penelitian adalah dokumen resmi

jenis dokumen internal. Dokumen internal berupa standar prosedur pelayanan

dan standar prosedur kerja sarana sandang. Dokumen seperti ini dapat

menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat

memberikan petunjuk tentang cara kerja di lokasi. Bahan dokumen besar

manfaatnya dalam penelitian. Dokumen resmi yang akan ditelaah dalam

penelitian ini merupakan data-data sekunder yang didapatkan di instasi sarana

sandang & CSSD Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.7. Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2009) uji keabsahan data dilakukan salah satunya dengan

triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai pengecek data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara. Triangulasi sumber yakni untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui informan utama, informan

kunci dan informan pendukung. Triangulasi teknik yakni teknik pengumpulan data

dimana peneliti menggunakan teknik pengumpulan data seperti indepth interview,

observasi, dan telaah dokumen standar operasional prosedur untuk mendapatkan data

yang sama.

4.8. Pengolahan Data

4.8.1. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan untuk mengetahui

identifikasi bahaya, gambaran penggunaan alat pelindung diri, dan

penyebab penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry di

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

Page 80: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

67

4.8.2. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan untuk identifikasi bahaya,

gambaran penggunaan alat pelindung diri, dan penyebab penggunaan

alat pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan

Bunda Harapan Kita Jakarta adalah sebagai berikut:

4.8.2.1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh wawancara,

observasi lapangan, serta dokumen yang didapatkan.

4.8.2.2. Data yang telah terkumpul kemudian dibuat dan disusun dalam

bentuk transkip data yaitu membuat catatan hasil wawancara

seperti apa adanya, termasuk mencatat kembali hasil

wawancara dan rekaman.

4.8.2.3. Data yang telah disusun dalam bentuk transkip data selanjutnya

dibandingkan dengan litelatur-litelatur mengenai faktor

penyebab perilaku penggunaan alat pelindung diri (studi

kepustakaan).

4.9. Analisis Data

Analisis data mengenai identifikasi bahaya, gambaran penggunaan alat

pelindung diri, dan penyebab penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry di

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta yaitu content analysis. Content

analysis bersifat prediktif yaitu peramalan apa yang menyebabkan pekerja laundry

dalam perilaku penggunaan alat pelindung diri. Content analysis bertujuan untuk

menjelaskan penyebab perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta sesuai dengan kenyataan yang

terjadi di lapangan (Raharjo, 2010). Hasil analisis bermanfaat untuk mengetahui

Page 81: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

68

identifikasi bahaya, gambaran penggunaan alat pelindung diri, dan penyebab

penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan

Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.10. Penyajian Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan

matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil observasi

lapangan dan analisis dokumen.

Page 82: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

69

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Informan

5.1.1. Informan Utama

Informan utama adalah para pekerja laundry Rumah Sakit Anak dan

Bunda Harapan Kita Jakarta. Pekera laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda

Harapan Kita Jakarta terbagi bagian pekerjaan yang terdiri dari pengambilan

linen kotor, penimbangan, pemisahan, penghitungan, pencucian, pengeringan,

pelipatan, roll press, plat press, dan distribusi. Pada setiap harinya pekerja utama

laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta yang terlibat

langsung dalam proses laundry terdiri dari kurang lebih lima belas orang pekerja.

Dalam penelitian, informan berasal dari setiap bagian proses pada laundry. Pada

kenyataannya proses laundry dilakukan secara bekerjasama apabila pekerjaan

satu orang pekerja telah selesai maka akan membantu pekerjaan lainnya.

Tabel 5.1. Informan Utama

Jenis

Informan

Usia Pendidikan

Terakhir

Lama

Bekerja

Bagian

Informan 1 57 Tahun SMP 34 Tahun Pengambilan dan Penimbangan

Informan 2 51 Tahun SMA 31 Tahun Pencucian

Informan 3 58 Tahun SMA 29 Tahun Pencucian dan Pengeringan

Informan 4 53 Tahun SMA 31 Tahun Distribusi, Pelipatan

Informan 5 48 Tahun SMA 30 Tahun Pelipatan, Roll Press

Informan 6 55 Tahun SMA 30 Tahun Pengecekan, dan Pelipatan

Informan 7 52 Tahun SMA 34 Tahun Roll Press, Pelipatan dan

Pengeringan

Informan 8 54 Tahun STM 30 Tahun Pelipatan

Page 83: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

70

5.1.2. Informan Kunci

Informan kunci adalah informan yang tidak terkait langsung pekerjaan di

bagian laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta, akan tetapi

informan adalah orang yang berpengalaman dan mengetahui secara ahli dalam

hal pekerjaan di laundry. Informan kunci dalam penelitian ini adalah seorang

kepala instansi sarana sandang dan CSSD Rumah Sakit Anak dan Bunda

Harapan Kita Jakarta.

Tabel 5.2. Informan Kunci

Jenis

Informan

Usia Pendidikan

Terakhir

Lama

Bekerja

Bagian

Informan

Kunci

55 Tahun Srata 2 30 Tahun Kepala Instansi Sarana

Sandang dan CSSD

5.1.3. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah para pekerja yang

sekaligus bekerja sebagai pengawas di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda

Jakarta. Pada pekerja yang sekaligus sebagai pengawas terdiri dari satu orang.

Tabel 5.3. Informan Pendukung

Jenis

Informan

Usia Pendidikan

Terakhir

Lama

Bekerja

Bagian

Informan

Pendukung

51

Tahun

SMA 33 Tahun Pekerja bagian laundry

sekaligus bekerja sebagai

pengawas di Laundry.

Wawancara yang dilakukan oleh delapan informan utama, satu informan

kunci dan satu informan pendukung.

Page 84: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

71

5.2. Langkah-Langkah Pekerjaan Laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda

Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Menurut profil Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta (2012)

dalam memberikan layanan kepada masyarakat tidak hanya memiliki para ahli tetapi

juga fasilitas medis yang mendukung. Hal ini menjadikan Rumah Sakit Anak dan

Bunda Harapan Kita sebagai rumah sakit anak dan bunda terlengkap di Indonesia.

Unit-unit pelayanan seperti gawat darurat, laboratorium, radiologi, kamar

operasi dan ambulan siap melayani pasien 24 jam sehari dan kapanpun di butuhkan.

Ruang perawatan dengan tatanan yang kerap di perbaharui mulai dari ICU, NICU,

kamar bersalin hinga ruang perawatan anak dan bunda selalu siap melayani di bawah

pengawasan tenaga-tenaga baik medis dan non medis yang handal, berpengalaman

dan memiliki kecakapan tinggi (Profil Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita

Jakarta, 2012).

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita juga memiliki fasilitas

pendukung lainnya yang dapat diandalkan. Fasilitas terapi seperti fisioterapi,

densitometri, dan lain-lainnya menjadi satu bagian dalam memberikan layanan

kesehatan terpadu dan berkesinambungan (Profil Rumah Sakit Anak dan Bunda

Harapan Kita Jakarta, 2012).

Tidak hanya fasilitas penunjang kesehatan, Rumah Sakit Anak dan Bunda

Harapan Kita juga memiliki fasilitas lainnya yang dapat diandalkan dan menjadi

perhatian dalam memberi pelayanan. Kebersihan linen merupakan salah satu dari hal

yang sangat diperhatikan. Linen yang higienis dan steril akan menghindari resiko

penularan penyakit. Laundry atau tempat pencucian berkaspasitas besar yang

Page 85: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

72

menempati ruangan seluas kurang lebih 600m2 merupakan pusat pencucian linen

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita (Profil Rumah Sakit Anak dan Bunda

Harapan Kita Jakarta, 2012).

Proses pelayanan pencucian semua jenis linen yang telah dipakai atau

digunakan oleh pasien baik yang sifatnya infeksius maupun non infeksius. Untuk

memastikan bahwa proses pelayanan pencucian linen kotor dapat dijalankan dengan

benar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hasil penelitian untuk mengetahui

langkah-langkah pekerjaan di laundry dilakukan dengan observasi kegiatan serta

melakukan wawancara kepada informan utama, informan kunci dan informan

pendukung. Berikut kutipan pernyataan informan :

“…dimulai dari pengambilan linen kotor dari setiap ruangan, lalu ditimbang,

dipilih mana yang infeksius mana yang nggak, lalu ditimbang lagi masuk ke mesin

cuci, dikeringkan dilipat, pas dilipat masih ada yang kotor balik lagi untuk ditaro

disini untuk dicuci lagi, yang bersih lanjut untuk pengerolan untuk sprei untuk baju

di platpress dilipat disimpan terakhir didistribusikan kembali…” (Informan

Pendukung)

Semua jenis linen kotor yang telah dipakai atau digunakan oleh pasien baik

yang sifatnya infeksius maupun non infeksius pencuciannya dilaksanakan di laundry.

Petugas laundry dalam melaksanakan aktifitasnya menggunakan pakaian kerja : Baju

dan celana kerja, topi penutup kepala, sepatu boat/sandal, masker dan sarung tangan

(Standar Prosedur Pelayanan dan Standar Prosedur Kerja Sarana Sandang, 2012).

Hasil observasi kegiatan dihasilkan pertama mulai yaitu dengan petugas

ruangan memasukan linen kotor ke gentong dan mencatat jumlah dan jenis linen

Page 86: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

73

(linen infeksius adalah semua linen yang terkena cairan pasien, seperti : darah, nanah,

air seni, muntahan).

Lalu petugas sarana sandang membawa linen kotor dari bangsal ke sarana

sandang, selanjutnya melakukan penimbangan, pemisahan dan penghitungan. Petugas

sarana sandang melakukan penimbangan ulang sesuai kapasitas mesin kemudian

melakukan pencucian tahap satu dan pembilasan.

Proses pencucian tahap dua dengan suhu 90 derajat celsius untuk mematikan

kuman menggunakan kimia detergen, alkali, cloroin bleach, pewangi. Petugas sarana

sandang mengeluarkan linen bersih dari dalam mesin apabila sudah oka bersih lanjut

untuk memasukkan ke mesin pengering setelah selesai proses pencucian lalu lanjut

untuk mengerol, mengepres dan melipat, lalu disusun pada rak yang tersedia. Apabila

tidak bersih saat mengeluarkan linen bersih dari dalam mesin maka dicuci kembali.

Kegiatan dilapangan sesuai standar prosedur pelayanan dan standar prosedur kerja

sarana sandang (2012). Berikut bagan 5.1 proses pekerjaan laundry.

Page 87: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

74

Bagan 5.1. Proses Pekerjaan Laundry

Sumber : Standar Prosedur Pelayanan dan Standar Prosedur Kerja

Sarana Sandang (2012)

Mulai

Petugas ruangan (Memasukkan linen kotor ke gentong dan mencatat jumlah dan jenis linen)

Petugas sarana sandang (Membawa linen kotor dari bangsal ke sarana sandang)

Petugas sarana sandang (Melakukan penimbangan, pemisahan, penghitungan)

Petugas sarana sandang (Melakukan penimbangan ulang linen sebelum masuk mesin)

Petugas sarana sandang (Melakukan pencucian)

Petugas sarana sandang (Melakukan proses pencucian tahap satu dan pembilasan)

A/1

Petugas sarana sandang (Melakukan proses pencucian tahap dua dengan suhu 90 derajat celsius untuk

mematikan kuman menggunakan kimia detergen alkali, cloroin bleach, oxigen bleach, pewangi)

Petugas sarana sandang (Memasukan ke mesin pengering setelah selesai proses pencucian)

Petugas sarana sandang (Mengeluarkan linen bersih dari dalam mesin)

Petugas sarana sandang (Mengerol, mengepres dan melipat lalu disusun pada rak yang tersedia)

OK

Selesai

Tidak

Page 88: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

75

Gambar 5.1 Petugas Ruangan Mengambil Linen Kotor

Sumber : data pribadi 2013

Gambar 5.2 Petugas Sarana Sandang Membawa Linen Kotor Ke Laundry

Sumber : data pribadi 2013

Gambar 5.3 Petugas Sarana Sandang Melakukan Penimbangan,

Pemisahan, Penghitungan

Sumber : data pribadi 2013

Page 89: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

76

Gambar 5.4 Petugas Sarana Sandang Melakukan Pencucian

Sumber : data pribadi 2013

Gambar 5.5 Petugas Sarana Sandang Melakukan Pengeringan

Sumber : data pribadi 2013

Gambar 5.6 Petugas Sarana Sandang Melakukan Pelipatan Platpress

Sumber : data pribadi 2013

Gambar 5.7 Rollpress

Sumber : data pribadi 2013

Page 90: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

77

5.3. Identifikasi Bahaya Di Laundry Rumah Sakit Anak Dan Bunda Harapan

Kita Jakarta Tahun 2013

Hasil identifikasi bahaya didapatkan dari wawancara kepada informan utama

dan informan pendukung terhadap potensi bahaya yang pernah terjadi. Observasi

kegiatan untuk mengetahui pengendalian yang telah dilakukan dapat dilihat pada

tabel 5.4. Berikut beberapa kutipan dari petugas masing-masing bagian.

“…waktu itu saya pernah keseleo gara-gara buru-buru karena udah mau

waktunya untuk penimbangan…bisa juga kena bekas feses atau yang lainnya kalau

kita gak pake APD...Saya si pakai APD, tapi dulu ada temen saya bagian ini juga

penimbangan sama penghitungan kena hepatitis soalnya emang dia gak pakai

APD…” (Informan 1)

“…kena detergennya, ini panas kalau kena ketangan…pakai APD soalnya

pernah mau masukin pakaian kotor kena kaya ada kotorannya…” (Informan 2)

“…tuh debunya dibawah liat…jadi disini banyak debu…” (Informan 7)

Page 91: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

78

Tabel 5.4.

Identifikasi Bahaya

Laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Langkah Pekerjaan Potensi Bahaya Pengendalian

Mengambil Linen Kotor 1.Terkilir akibat muatan

berlebih (potensi bahaya

ergonomi)

1. Menggunakan dorongan beroda

2. Rolling pekerjaan setiap minggu

2. Terkena linen kotor

berinfeksi (potensi bahaya

biologi)

1. Memisahkan untuk linen infeksi

dengan linen non infeksi pada tempat

berbeda

2. Menggunakan alat pelindung diri

berupa, masker, barakscort, sarung

tangan

3. Terkena sisa cairan tubuh

pasien pada linen (non infeksi)

(potensi bahaya biologi)

1.Memisahkan untuk linen infeksi

dengan linen non infeksi pada tempat

berbeda

2. Menggunakan alat pelindung diri

berupa, masker, barakscort, sarung

tangan

Penimbangan, pemisahan

dan penghitungan

1. Terkena linen kotor

berinfeksi (potensi bahaya

biologi)

1. Memisahkan untuk linen infeksi

dengan linen non infeksi pada tempat

berbeda

2. Menggunakan alat pelindung diri

berupa, topi penutup rambut, masker,

sarung tangan, sepatu

2. Terkena sisa cairan tubuh

pasien pada linen (non infeksi)

(potensi bahaya biologi)

1. Memisahkan untuk linen infeksi

dengan linen non infeksi pada

tempat berbeda

2. Menggunakan alat pelindung diri

berupa, topi penutup rambut,

masker, sarung tangan, sepatu

Pencucian 1. Terpapar detergen (potensi

bahaya kimia)

1. Menggunakan alat pelindung diri

berupa, masker, barakscort, sarung

tangan.

2. Terkena sisa cairan tubuh

pasien pada linen (non

infeksi) (potensi bahaya

biologi)

1. Memisahkan untuk linen infeksi

dengan linen non infeksi pada mesin

cuci berbeda

2. Menggunakan alat pelindung diri

berupa, masker, barakscort, sarung

tangan

Pengeringan, Plat Press,

Roll Press, Pelipatan

1. Debu kapas (potensi

bahaya fisik)

1. General exhaust/ventilasi memadai

2. Menggunakan alat pelindung diri

berupa, topi penutup rambut, masker,

barakscort, sepatu/sandal

Page 92: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

79

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

432/MENKES/SK/IV/2007 tentang pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan

kerja di Rumah Sakit bagian III Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit sub bagian “B”,

bagian laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai bahaya

potensial fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial pada pekerjanya. Dari hasil

penelitian bahaya yang sangat mungkin terjadi di laundry Rumah Sakit Anak dan

Bunda Harapan Kita Jakarta yaitu bahaya potensial kimia dari bahan detergen yang

digunakan dan bahaya potensial biologi dari yang berasal dari linen-linen

dikumpulkan menjadi satu di dalam laundry berasal dari pasien yang menderita

berbagai penyakit, baik itu pasien yang sudah didiagnosa menderita penyakit

infeksius ataupun pasien yang masih dalam penegakan diagnosa, sehingga perlu

adanya antisipasi pada pekerja laundry yang setiap hari selalu kontak dengan potensi

bahaya tersebut dengan penggunaan alat pelindung diri.

Dari tabel 5.1 hasil identifikasi didapatkan potensi bahaya yang terdapat di

laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita berupa bahaya fisik, biologi,

kimia dan ergonomi. Bahaya potensial fisik berasal dari debu dari serat kain. Bahaya

potensial biologi berasal dari linen kotor yang telah digunakan oleh pasien. Bahaya

potensial kimia berasal dari detergen dan bahan-bahan kimia alkali untuk mencuci.

Bahaya potensial ergonomi berasal beban angkat.

Bahaya-bahaya tersebut telah dikendalikan. Pada saat mengambil linen kotor

potensi bahaya yang dapat terjadi terkilir akibat muatan linen berlebih maka

pengendalian yang telah ditetapkan dengan menggunakan dorongan beroda dan

rolling pekerjaan setiap minggu.

Page 93: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

80

Gambar 5.8.

Trolly Linen Kotor

Sumber : data pribadi 2013

Lalu saat mengambil linen kotor juga terdapat potensi bahaya terkena linen

kotor yang terkena cairan tubuh pasien (infeksi/non infeksi). Pengendalian yang telah

ditetapkan menggunakan alat pelindung diri berupa, masker, barakscort, sarung

tangan dan memisahkan linen infeksi dengan linen non infeksi pada tempat berbeda

saat diambil.

Page 94: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

81

Gambar 5.9.

Trolly dan wadah untuk linen infeksi

Sumber : data pribadi 2013

Gambar 5.10.

Trolly dan wadah untuk linen non infeksi

Sumber : data pribadi 2013

Pada saat penimbangan, pemisahan dan penghitungan potensi bahaya yang

dapat terjadi terkena linen kotor yang terkena cairan tubuh penghitungan pasien

(infeksi/non infeksi). Pengendalian yang telah ditetapkan menggunakan alat

pelindung diri berupa, topi penutup rambut, masker, sarung tangan, sepatu dan

memisahkan linen infeksi dengan linen non infeksi pada tempat berbeda saat

penimbangan, pemisahan dan penghitungan. Lalu bahaya terkilir akibat posisi kerja

yang tidak ergonomi maka pengendalian yang telah ditetapkan dengan sistem

Page 95: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

82

pekerjaan dengan minimal dua pekerja yang bertugas dan rolling pekerjaan setiap

minggu.

Pada saat pencucian potensi bahaya yang signifikan terjadi terpaparnya

detergen. Pengendalian yang dilakukan dengan menggunakan alat pelindung diri

berupa, masker, barakscort, sarung tangan. Lalu terkena linen kotor yang terkena

cairan tubuh penghitungan pasien (infeksi/non infeksi). Pengendalian yang dilakukan

menggunakan alat pelindung diri berupa, masker, barakscort, sarung tangan dan

memisahkan linen infeksi dengan linen non infeksi pada tempat berbeda saat

pencucian.

Pada saat pengeringan, plat press, roll press,dan pelipatan potensi bahaya

yang terjadi terhirupnya debu kapas tetapi sudah dikendalikan dengan pemasangan

general exhaust dan dengan menggunakan alat pelindung diri berupa, masker,

barakscort, sarung tangan untuk pengeringan. Sedangkan plat press, roll press,dan

pelipatan menggunakan topi penutup rambut, masker, barakscort, sarung tangan,

sepatu/sandal.

5.4. Ketersediaan Alat Pelindung Diri Di Laundry Rumah Sakit Anak dan

Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Didapatkan sebagian besar informan memiliki pendapat gampang dalam

mendapatkan alat pelindung diri. Berikut kutipan beberapa pernyataan informan :

“...mudahlah, sesusai kebutuhannya...” (Informan 1)

“...kadang gampang kadang susah kadang dari gudangnya aja ini kehabisan,

biasanya sii gampang...” (Informan 5)

Page 96: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

83

“...tersedia terus, stand by, udah rusak ganti, masker ganti setiap hari,

masker kita pakai kain kita cuci, disimpan diloker langsung, layak, cukup....”

(Informan 8)

Menurut informan kunci menyatakan bahwa ketersediaan alat pelindung diri

lengkap sudah direncanakan dengan baik. Berikut kutipan pernyataan informan:

“...untuk pengadaan APD si lengkap kita, itu baju kerja aja dobel-dobel

berapa stel kemudian masker-masker kita lengkap topi lengkap sepatu boot lengkap

semua lengkap google earmuff aja kita punya, tapi mereka kadang-kadang mending

dengerin musik. Pengadaan ada di RBA diajukan ke bagian rumah tangga setiap

tahun baru kita udah ngadain, APD jelas lengkap.” (Informan Kunci)

Sedangkan menurut informan pendukung menyatakan sedikit berbeda dari

informan kunci, ketersediaan alat pelindung diri ada yang mudah mendapatkannya

tetapi ada juga yang sulit dalam penyediaannya dari bagian rumah tangga Rumah

Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta. Berikut kutipan pernyataan informan :

“...untuk meminta APD, APD ada sebagian sudah diminta ada sebagian

susah karena alasan itu gak penting sekali kadang suka ketunda, ada sementara beli

sendiri sementara beli sendiri ada penggantian karena ada kwitansi, dibagian

rumah tangga minta gantinya...” (Informan Pendukung)

Setelah melakukan observasi memang ketersediaan telah cukup pada bagian

rumah tangga Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta. Jadi ketersediaan

akan alat pelindung diri mudah didapatkan akan tetapi untuk ketersediaan alat

pelindung diri berupa sepatu tidak disediakan. Berikut tabel 5.5 mengenai

ketersediaan alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya.

Page 97: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

84

Tabel 5.5.

Ketersediaan Alat Pelindung Diri

Laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Langkah Pekerjaan Potensi Bahaya Pengendalian Ketersediaan

APD yang

Sesuai SOP

APD Tambahan

Kerjaan

Laundry

Mengambil Linen

Kotor 1.Terkilir akibat

muatan berlebih

1. Menggunakan

dorongan beroda

2. Rolling pekerjaan

setiap minggu

- -

2. Terkena linen

kotor berinfeksi

1. Memisahkan untuk

linen infeksi dengan

linen non infeksi pada

tempat berbeda

2. Menggunakan alat

pelindung diri berupa,

masker, barakscort,

sarung tangan

Telah tersedia

topi penutup

rambut, masker,

barakscort,

sarung tangan

Sepatu atau sendal

3. Terkena sisa

cairan tubuh

pasien pada linen

(non infeksi)

1. Memisahkan untuk

linen infeksi dengan

linen non infeksi pada

tempat berbeda

2. Menggunakan alat

pelindung diri berupa,

masker, barakscort,

sarung tangan

Telah tersedia

topi penutup

rambut, masker,

barakscort,

sarung tangan

Sepatu atau sendal

Penimbangan,

pemisahan dan

penghitungan

1. Terkena linen

kotor berinfeksi

1. Memisahkan untuk

linen infeksi dengan

linen non infeksi pada

tempat berbeda

2. Menggunakan alat

pelindung diri berupa,

topi penutup rambut,

masker, sarung

tangan, sepatu

Telah tersedia

topi penutup

rambut, masker,

barakscort,

sarung tangan

Sepatu

2. Terkena sisa

cairan tubuh

pasien pada linen

(non infeksi)

1. Memisahkan untuk

linen infeksi dengan

linen non infeksi pada

tempat berbeda

2. Menggunakan alat

pelindung diri berupa,

topi penutup rambut,

masker, sarung

tangan, sepatu

Telah tersedia

topi penutup

rambut, masker,

barakscort,

sarung tangan

karet

Sepatu

Page 98: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

85

Langkah Pekerjaan Potensi Bahaya Pengendalian Ketersediaan

APD yang

Sesuai SOP

APD Tambahan

Kerjaan

Laundry

Pencucian 1.Terpapar

detergen

1. Menggunakan alat

pelindung diri berupa,

barakscort, sarung

tangan, masker.

Telah tersedia

barakscort,

sarung tangan

Sepatu

2. Terkena sisa

cairan tubuh

pasien pada linen

(non infeksi)

1. Memisahkan untuk

linen infeksi dengan

linen non infeksi pada

mesin cuci berbeda

2. Menggunakan alat

pelindung diri berupa,

masker, barakscort,

sarung tangan.

Telah tersedia

topi penutup

rambut, masker,

barakscort,

sarung tangan

Sepatu

Pengeringan, Plat

Press, Roll Press,

Pelipatan

1. Debu

kapas

1. General

exhaust/ventilasi

memadai

2. Menggunakan alat

pelindung diri berupa,

topi penutup rambut,

masker, barakscort,

sarung tangan,

sepatu/sandal

Telah tersedia

topi penutup

rambut, masker,

barakscort,

sarung tangan

Sepatu

Page 99: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

86

5.5. Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Laundry Rumah Sakit Anak

dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Observasi yang dilakukan selama bulan April hingga Mei mengenai perilaku

penggunaaan alat pelindung diri pada pekerja laundry. Laundry Rumah Sakit Anak

dan Bunda Harapan Kita Jakarta terdapat proses pengambilan linen kotor,

penimbangan, pemisahan, penghitungan, pencucian, pengeringan, pelipatan, roll

press, plat press, dan distribusi. Pada bulan April hingga Mei informan 1 merupakan

pekerja di bagian pengambilan serta dipenghitungan dan dibantu beberapa orang

rekan kerja lainnya diatur dengan system rolling dalam sebulan dengan perminggu

dua orang pekerja. Kemudian informan 2 dan 3 merupakan pekerja di bagian

pencucian. Sedangkan informan 4 hingga 8 bekerja secara bersama-sama bahu

membahu untuk menyelesaikan pekerjaan di bagian pengeringan, pelipatan, roll

press, plat press, dan distribusi.

Pada pekerja yang sedang bertugas di bagian pengambilan linen kotor,

penimbangan, pemisahan, penghitungan, pencucian didapatkan menggunakan alat

pelindung diri dengan tidak patuh dan tidak lengkap seperti pada ketentuan di standar

operasional prosedur.

Standar operasional prosedur saat pengambilan linen alat pelindung diri yang

harus digunakan terdiri dari topi penutup rambut, masker, barakscort, sarung tangan,

sepatu didapatkan pekerja laundry yang sedang bertugas pengambilan tidak lengkap

dan sesuai dengan standar operasional prosedur. Standar operasional prosedur saat

penghitungan alat pelindung diri yang harus digunakan terdiri dari topi penutup

Page 100: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

87

rambut, masker, barakscort, sarung tangan, sepatu didapatkan pekerja laundry rata-

rata yang sedang bertugas di bagian penghitungan tidak menggunakan secara lengkap

alat pelindung dirinya. Standar operasional prosedur saat pencucian alat pelindung

diri yang harus digunakan terdiri dari topi penutup rambut, masker, barakscort,

sarung tangan, sepatu didapatkan pekerja laundry yang sedang bertugas pencucian

tidak lengkap dan tidak sesuai dengan standar operasional prosedur.

Pada pekerja yang sedang bertugas di bagian pengeringan, pelipatan, roll

press, plat press, dan distribusi didapatkan sebagian besar menggunakan alat

pelindung diri dengan tidak patuh serta tidak lengkap dengan standar operasional

prosedur. Standar operasional prosedur saat pengeringan alat pelindung diri yang

harus digunakan terdiri dari topi penutup rambut, masker, barakscort, sarung tangan,

sepatu didapatkan pekerja laundry yang sedang bertugas pengeringan hanya

menggunakan barakschort, topi penutup kepala, sepatu sedangkan masker tidak

digunakan secara benar dan tidak menggunakan sarung tangan karet. Standar

operasional prosedur saat pelipatan, roll press, plat press untuk penggunaan alat

pelindung diri terdiri dari topi penutup rambut, masker, barakscort, sarung tangan,

sepatu. Didapatkan sebagian besar pekerja laundry yang sedang bertugas pelipatan,

roll press, plat press hanya menggunakan pakaian kerja dan sandal. Berikut kutipan

beberapa informan utama :

Page 101: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

88

“Kalau tugas pencucian mungkin pake lengkap pake masker pake sarung

tangan, kalau diluar sana harus pake walaupun pelipatan, itu kan menyumbat debu-

debu itu kan kotor yaa, pernah gak pake dibagian melipat” (Informan 3)

“Kalau ini (sarung tangan) ditempat sana yaa penting ini,tapi kalau disini ini

(masker) tapi lagi gak pake hehehe, biasanya pake juga, kadang pake kadang nggak,

banyakan nggak yaa hehehe, karena disini merasa udah bersihnya,tapi kalau debu

ini si nggak, kadang-kadang mba ini nyesek kalau dipake terus-terusan, tapi kita tau

ini pusat penyakit” (Informan 6)

Jadi pekerja yang menggunakan alat pelindung diri rata-rata tidak patuh dan

tidak lengkap dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini

dimungkinkan pada pekerja yang sedang bertugas di bagian pengambilan linen kotor,

penimbangan, pemisahan, penghitungan, pencucian pengeringan, pelipatan, roll

press, plat press, dan distribusi sebagian besar menggunakan alat pelindung diri

dengan tidak patuh serta tidak lengkap dimungkinkan telah merasa tidak terpapar

potensi bahaya. Berikut tabel 5.6 mengenai perilaku penggunaan alat pelindung diri

di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013.

Page 102: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

89

Tabel 5.6.

Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri

Di Laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Langkah

Pekerjaan

Potensi Bahaya Pengendalian Ketersediaan

APD yang

Sesuai SOP

Perilaku Penggunaan APD

Mengambil

Linen Kotor

1.Terkilir akibat

muatan berlebih

1. Menggunakan dorongan

beroda

2. Rolling pekerjaan setiap

minggu

- -

2. Terkena linen

kotor berinfeksi

1. Memisahkan untuk linen

infeksi dengan linen non

infeksi pada tempat

berbeda

2. Menggunakan alat

pelindung diri berupa,

masker, barakscort, sarung

tangan

Telah

tersedia topi

penutup

rambut,

masker,

barakscort,

sarung tangan

Pekerja menggunakan alat pelindung diri

tidak lengkap tidak menggunakan sarung

tangan dan penggunaan masker yang

tidak benar. Dikarenakan merasa justru

menyulitkan saat bekerja.

3. Terkena sisa

cairan tubuh

pasien pada linen

(non infeksi)

1. Memisahkan untuk linen

infeksi dengan linen non

infeksi pada tempat

berbeda

2. Menggunakan alat

pelindung diri berupa,

masker, barakscort, sarung

tangan

Telah tersedia

topi penutup

rambut,

masker,

barakscort,

sarung tangan

Pekerja menggunakan alat pelindung diri

tidak lengkap tidak menggunakan sarung

tangan dan penggunaan masker yang

tidak benar. Dikarenakan merasa justru

menyulitkan saat bekerja.

Page 103: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

90

Langkah

Pekerjaan

Potensi Bahaya Pengendalian Ketersediaan

APD yang

Sesuai SOP

Perilaku Penggunaan APD

Penimbangan,

pemisahan

dan

penghitungan

1. Terkena linen

kotor berinfeksi

1. Memisahkan untuk linen

infeksi dengan linen non

infeksi pada tempat

berbeda

2. Menggunakan alat

pelindung diri berupa, topi

penutup rambut, masker,

sarung tangan, sepatu

Telah tersedia

topi penutup

rambut,

masker,

barakscort,

sarung tangan

Pekerja tidak menggunakan tutup kepala

dikarenakan ketidaknyamanan saat

menggunakannya dan tetap merasa aman

(tidak akan terjadi apa-apa)

2. Terkena sisa

cairan tubuh

pasien pada linen

(non infeksi)

1. Memisahkan untuk linen

infeksi dengan linen non

infeksi pada tempat

berbeda

2. Menggunakan alat

pelindung diri berupa, topi

penutup rambut, masker,

sarung tangan, sepatu

Telah tersedia

topi penutup

rambut,

masker,

barakscort,

sarung tangan

Pekerja tidak menggunakan tutup kepala

dikarenakan ketidaknyamanan saat

menggunakannya dan tetap merasa aman

(tidak akan terjadi apa-apa)

Page 104: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

91

Langkah

Pekerjaan

Potensi Bahaya Pengendalian Ketersediaan

APD yang

Sesuai SOP

Perilaku Penggunaan APD

Pencucian

1.Terpapar

detergen

1. Menggunakan alat

pelindung diri berupa,

masker, barakscort, sarung

tangan

Telah tersedia

barakscort,

sarung tangan

Pekerja menggunakan alat pelindung diri

dikarenakan telah mengetahui standar

prosedur dari penggunaan detergen

2. Terkena sisa

cairan tubuh

pasien pada linen

(non infeksi)

1.Memisahkan untuk linen

infeksi dengan linen non

infeksi pada mesin cuci

berbeda

2.Menggunakan alat

pelindung diri berupa

masker, barakscort, sarung

tangan

Telah tersedia

topi penutup

rambut,

masker,

barakscort,

sarung tangan

Pekerja tidak menggunakan masker dan

sarung tangan alasannya menggunakan

dikarenakan setelah meninggalkan untuk

mesin bekerja pekerja pindah kearea lain

sehingga lupa untuk menggunakan

masker dan sarung tangan

Pengeringan,

Plat Press,

Roll Press,

Pelipatan

1. Debu kapas 1. General exhaust/ventilasi

memadai

2.Menggunakan alat

pelindung diri berupa, topi

penutup rambut, masker,

barakscort, sarung tangan,

sepatu/sandal

Telah tersedia

topi penutup

rambut,

masker,

barakscort,

sarung tangan

Rata-rata pekerja tidak menggunakan

masker dan sarung tangan dengan alasan

tidak nyaman.

Page 105: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

92

Gambar 6.1.

Tidak menggunakan alat pelindung diri

Sumber : data pribadi. 2013

Page 106: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

93

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

6.1.1. Pada saat wawancara mendalam dilakukan, terdapat beberapa

informan memberikan jawabannya sambil bekerja, sehingga jawaban

yang diberikan sangat singkat saja.

6.1.2. Jawaban yang diberikan pekerja juga sulit untuk diketahui

keobjektifannya karena timbul kesan jika jawaban yang diberikan

adalah jawaban yang ideal dalam rangka mempertahankan diri.

6.2. Pembahasan Langkah-Langkah Pekerjaan Laundry Rumah Sakit Anak

dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Pertama mulai yaitu dengan petugas ruangan memasukan linen kotor ke

gentong yang telah disediakan dan mencatat jumlah dan jenis linen kotor. Lalu

petugas sarana sandang membawa linen kotor dari bangsal ke sarana sandang,

selanjutnya melakukan penimbangan, pemisahan dan penghitungan. Petugas sarana

sandang melakukan penimbangan ulang sesuai kapasitas mesin kemudian melakukan

pencucian tahap satu dan pembilasan. Proses pencucian tahap dua dengan suhu

sembilan puluh derajat celsius untuk mematikan kuman menggunakan kimia

detergen, alkali, cloroin bleach, pewangi. Petugas sarana sandang mengeluarkan linen

bersih dari dalam mesin apabila sudah bersih lanjut untuk memasukkan ke mesin

pengering setelah selesai proses pencucian lalu lanjut untuk mengerol, mengepres dan

Page 107: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

94

melipat, lalu disusun pada rak yang tersedia. Apabila tidak bersih saat mengeluarkan

linen bersih dari dalam mesin maka dicuci kembali (Standar Prosedur Pelayanan dan

Standar Prosedur Kerja Sarana Sandang, 2012).

Kegiatan ini telah sesuai dengan standar operasional prosedur pelayanan dan

standar prosedur kerja sarana sandang tahun 2012. Sudah sangat baik dikarenakan

telah melakukan kegiatan lebih dari peraturan perundang menurut Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 mengenai Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit tertera bahwa standar pelayanan laundry hanya tidak adanya

kejadian linen yang hilang dan ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat

inap berstandar 100%.

Hasil observasi didapatkan potensi bahaya yang terdapat di laundry Rumah

Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita berupa bahaya fisik, biologi, kimia dan

ergonomi. Bahaya potensial fisik berasal dari debu dari serat kain. Bahaya potensial

biologi berasal dari linen kotor yang telah digunakan oleh pasien. Bahaya potensial

kimia berasal dari detergen dan bahan-bahan kimia alkali untuk mencuci. Bahaya

potensial ergonomi berasal dari beban angkat.

Oleh karena itu diperlukan safety briefing setiap hari sebelum pekerjaan

dilakukan agar pekerja dapat melakukan langkah-langkah pekerjaan dengan aman.

Setelah pekerjaan selesai adanya laporan untuk apa saja yang telah dilakukan pada

hari itu (tindakan aman dan tidak aman). Hal ini sesuai dengan Terry (2003)

terbentuk perilaku aman dipengaruhi oleh langkah-langkah pekerjaan yang tetap

aman. Pada penelitian Sari (2012) menyatakan bahwa salah satu langkah-langkah

Page 108: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

95

pada saat bekerja diperlukan adanya safety briefing agar pekerja dapat aware

terhadap keselamatan dan kesehatan dirinya.

6.3. Pembahasan Identifikasi Bahaya Di Laundry Rumah Sakit Anak dan

Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Menurut Ramli (2010) identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam

mengembangkan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Identifikasi

berguna untuk mengenal bahaya. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat

ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat

dijalankan.

Menurut Terry (2003) terbentuk perilaku aman dipengaruhi oleh langkah-

langkah pekerjaan yang tetap aman. Langkah-langkah tersebut bisa diawali dengan

adanya identifikasi bahaya. Dari identifikasi bahaya maka akan didapatkan potensi

bahaya yang mungkin dapat mengakibatkan kecelakaan. Lalu dapat mengetahui

tindakan pencegahan yang tepat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

432/MENKES/SK/IV/2007 tentang pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan

kerja di Rumah Sakit bagian III Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit sub bagian “B”,

bagian laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai bahaya

potensial fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial pada pekerjanya. Dari hasil

penelitian bahaya yang sangat mungkin terjadi di laundry Rumah Sakit Anak dan

Bunda Harapan Kita Jakarta yaitu bahaya potensial kimia dari bahan detergen yang

digunakan dan bahaya potensial biologi dari yang berasal dari linen-linen

Page 109: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

96

dikumpulkan menjadi satu di dalam laundry berasal dari pasien yang menderita

berbagai penyakit, baik itu pasien yang sudah didiagnosa menderita penyakit

infeksius ataupun pasien yang masih dalam penegakan diagnosa, sehingga perlu

adanya antisipasi pada pekerja laundry yang setiap hari selalu kontak dengan potensi

bahaya tersebut dengan penggunaan alat pelindung diri.

Hasil identifikasi didapatkan potensi bahaya yang terdapat di laundry Rumah

Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita berupa bahaya fisik, biologi, kimia dan

ergonomi. Bahaya potensial fisik berasal dari debu dari serat kain. Bahaya potensial

biologi berasal dari linen kotor yang telah digunakan oleh pasien. Bahaya potensial

kimia berasal dari detergen dan bahan-bahan kimia alkali untuk mencuci. Bahaya

potensial ergonomi berasal dari beban angkat.

Pada saat mengambil linen kotor dari hasil wawancara potensi bahaya yang

dapat terjadi terkilir akibat muatan linen berlebih maka pengendalian yang telah

ditetapkan dengan menggunakan dorongan beroda dan rolling pekerjaan setiap

minggu. Lalu saat mengambil linen kotor juga terdapat potensi bahaya terkena linen

kotor yang terkena cairan tubuh pasien (infeksi/non infeksi). Pengendalian yang telah

ditetapkan menggunakan alat pelindung diri berupa masker, barakscort, sarung tangan

dan memisahkan linen infeksi dengan linen non infeksi pada tempat berbeda saat

diambil. Pada penggunaan alat pelindung diri seharusnya saat pengambilan linen

kotor perlu penambahan di standar operasional prosedur yaitu alas kaki seperti sandal

atau sepatu untuk mencegah bakteri dari linen kotor agar tidak mengenai kulit kaki.

Berikut gambar 6.2 dan 6.3 pemisahan linen kotor infeksi dengan yang tidak infeksi.

Page 110: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

97

Gambar 6.2 Wadah untuk linen Infeksi

Sumber : Data Pribadi 2013

Gambar 6.3 Wadah untuk linen Noninfeksi

Sumber : Data Pribadi 2013

Dari hasil wawancara dan observasi pada saat penimbangan, pemisahan dan

penghitungan potensi bahaya yang dapat terjadi terkena linen kotor yang terkena

cairan tubuh penghitungan pasien (infeksi/non infeksi). Pengendalian yang telah

ditetapkan menggunakan alat pelindung diri berupa, topi penutup rambut, masker,

sarung tangan, sepatu dan memisahkan linen infeksi dengan linen non infeksi pada

tempat berbeda saat penimbangan, pemisahan dan penghitungan. Pada penggunaan

alat pelindung diri seharusnya saat penimbangan linen kotor infeksi perlu

penambahan di standar operasional prosedur yaitu penggunaan barakscort. Lalu

Page 111: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

98

bahaya terkilir akibat posisi kerja yang tidak ergonomi maka pengendalian yang telah

ditetapkan dengan sistem pekerjaan dengan minimal dua pekerja yang bertugas dan

rolling pekerjaan setiap minggu.

Dari hasil wawancara dan observasi pada saat pencucian potensi bahaya yang

signifikan terjadi terpaparnya detergen. Pengendalian yang dilakukan dengan

menggunakan alat pelindung diri berupa masker, barakscort, sarung tangan. Pada

penggunaan alat pelindung diri seharusnya saat pencucian perlu penambahan di

standar operasional prosedur yaitu alas kaki seperti sepatu untuk mencegah

tumpahnya detergen mengenai kulit kaki. Lalu terkena linen kotor yang terkena

cairan tubuh penghitungan pasien (infeksi/non infeksi). Pengendalian yang dilakukan

seharunya menggunakan alat pelindung diri berupa, topi penutup rambut, masker,

barakscort, sarung tangan, sepatu dan memisahkan linen infeksi dengan linen non

infeksi pada tempat berbeda saat pencucian.

Dari hasil wawancara dan observasi ada saat pengeringan, plat press, roll

press,dan pelipatan potensi bahaya yang terjadi terhirupnya debu kapas tetapi sudah

dikendalikan dengan pemasangan general exhaust dan dengan menggunakan alat

pelindung diri berupa, topi penutup rambut, masker, barakscort, sarung tangan,

sepatu. Jadi identifikasi bahaya yang dilakukan telah mengikuti mulai dari langkah

awal hingga akhir dengan menyesuaikan dengan pengendalian yang telah diterapkan.

Page 112: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

99

Di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta telah terdapat

ventilasi seperti gambar 6.4 dibawah ini.

Gambar 6.4 Local Exhaust dan General Exhaust

Sumber : Data Pribadi 2013

Hal ini telah sesuai dengan penelitian Kartika (2000) dalam penelitiannya

yang berjudul Tinjauan Persepsi Pekerja terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri

pada Pekerja Di Bagian Laundry RSPP menyatakan ventilasi yang terdapat di

laundry akan mengurangi debu serat kain. Agar lebih aman karena debu yang

berterbangan dalam area breathing zone perlu menggunakan masker sesuai dengan

standar OSHA 2000 yaitu dengan masker kain.

6.4. Pembahasan Ketersediaan Alat Pelindung Diri Di Laundry Rumah Sakit

Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Setelah melakukan observasi serta wawancara mendalam memang

ketersediaan alat pelindung diri telah cukup dikarenakan setiap pekerja laundry

mendapatkan alat pelindung diri berupa pakaian seragam dan barakscort, topi penutup

rambut, masker, sarung tangan. Akan tetapi untuk sepatu ataupun sandal tidak

disediakan oleh pihak manajemen.

Page 113: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

100

Lalu ada yang menyatakan mudah ada yang menyatakan kurang mudah. Akan

tetapi dari hasil wawancara dengan informan utama secara keseluruhan para pekerja

apabila terdapat sarung tangan, masker, tutup kepala serta barakscort rusak cepat

untuk diberikan yang baru. Pihak kepala sarana sandang juga telah membuat proposal

terkait kebutuhan pada bagian rumah tangga Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan

Kita Jakarta.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Reason’s (1997) menyatakan

bahwa faktor organisasi merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi

perilaku aman. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Green dalam

Notoatmodjo (2007) bahwa ketersediaan alat pelindung diri akan mempengaruhi

seseorang berprilaku menggunakan alat pelindung diri. Penyediaan alat pelindung diri

oleh pihak manajemen rumah sakit akan menjadi stimulus pekerja akan menggunakan

alat pelindung diri.

Ketersediaan alat pelindung diri di tempat kerja harus menjadi perhatian pihak

manajemen dan pekerja untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pekerja.

Menurut Green (1980) dalam Lina (2004) untuk mencapai perilaku, salah satu faktor

yang mendukung terjadinya perubahan perilaku yaitu dengan ketersediaan fasilitas

pendukung yang dapat digunakan, maka dari itu fasilitas alat pelindung diri ditempat

kerja sangat diperlukan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya juga menyatakan

bahwa ketersediaan alat pelindung diri oleh pihak manajemen akan mempengaruhi

pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (Omeh, 2007)

Page 114: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

101

6.5. Pembahasan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Laundry

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Penelitian yang dilakukan selama bulan April hingga Mei mengenai perilaku

penggunaaan alat pelindung diri pada pekerja laundry. Laundry Rumah Sakit Anak

dan Bunda Harapan Kita Jakarta terdapat proses pengambilan linen kotor,

penimbangan, pemisahan, penghitungan, pencucian, pengeringan, pelipatan, roll

press, plat press, dan distribusi.

Pada bulan April hingga Mei pekerja yang sedang bertugas di bagian

pengambilan linen kotor, penimbangan, pemisahan, penghitungan, pencucian. Pada

pekerja yang sedang bertugas di bagian pengambilan linen kotor, penimbangan,

pemisahan, penghitungan, pencucian, pengeringan, pelipatan, roll press, plat press,

dan distribusi didapatkan menggunakan alat pelindung diri dengan tidak patuh dan

tidak lengkap seperti pada ketentuan di standar operasional prosedur.

Standar operasional prosedur saat pengambilan linen alat pelindung diri yang

harus digunakan terdiri dari masker, barakscort, sarung tangan, didapatkan pekerja

laundry yang sedang bertugas pengambilan tidak lengkap dan sesuai dengan standar

operasional prosedur. Pekerja pengambilan tidak menggunakan sarung tangan dan

penggunaan masker yang tidak benar. Dari hasil wawancara merasa justru

menyulitkan saat bekerja. Bahaya apabila tidak menggunakan masker menurut

Sumamur (1984) akan mudah masuknya bakteri secara inhalasi. Bahaya apabila tidak

menggunakan sarung tangan apabila lupa tidak mencuci tangan saat makan akan

dapat masuk bakteri kedalam mulut.

Page 115: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

102

Standar operasional prosedur saat penghitungan dan pemisahan alat pelindung

diri yang harus digunakan terdiri dari topi penutup rambut, masker, sarung tangan,

sepatu didapatkan pekerja laundry rata-rata yang sedang bertugas di bagian

penghitungan tidak menggunakan secara lengkap alat pelindung dirinya. Pekerja

tidak menggunakan tutup kepala dikarenakan ketidaknyamanan saat

menggunakannya dan tetap merasa aman (tidak akan terjadi apa-apa). Bahaya yang

timbul apabila tidak menggunakan penutup kepala apabila menyerap sisa cairan ke

dalam kulit maka dimungkinkan akan terpapar bahaya potensial biologi. Lalu apabila

rambut rontok ataupun saat makan menunduk jatuh bakteri ke makanan akan masuk

kedalam mulut.

Standar operasional prosedur saat pencucian alat pelindung diri yang harus

digunakan terdiri dari masker, barakscort, sarung tangan didapatkan pekerja laundry

yang sedang bertugas pencucian tidak lengkap dan tidak sesuai dengan standar

operasional prosedur. Pekerja tidak menggunakan masker dan sarung tangan

alasannya menggunakan dikarenakan setelah meninggalkan untuk mesin bekerja

pekerja pindah kearea lain sehingga lupa untuk menggunakan masker dan sarung

tangan. Bahaya apabila tidak menggunakan sarung tangan akan terpapar bahaya

kimia dari detergen yang digunakan.

Standar operasional prosedur saat pengeringan, plat press, roll press,

pelipatan alat pelindung diri yang harus digunakan terdiri dari topi penutup rambut,

masker, barakscort, sarung tangan, sepatu. Pekerja pengeringan, plat press, roll press,

pelipatan rata-rata pekerja tidak menggunakan masker dan sarung tangan dengan

Page 116: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

103

alasan tidak nyaman. . Dari hasil wawancara merasa justru menyulitkan saat bekerja.

Bahaya apabila tidak menggunakan masker akan mudah masuknya debu yang dapat

membuat bersin serta batuk. Bahaya apabila tidak menggunakan sarung tangan

apabila terkena alat dari platpress ataupun rollpress maka akan terjadi luka bakar.

Jadi pekerja laundry yang sedang bertugas didapatkan sebagian besar

menggunakan alat pelindung diri dengan tidak patuh serta tidak lengkap dengan

standar operasional prosedur. Penelitian Sugianti (2005) yang berjudul study

pengelolaan linen di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Purbalingga dihasilkan

angka kuman pada linen diperoleh angka kuman tertinggi 5,7 x 1010

. Sedangkan

terendah 1,6 x 1010

rerata angka kuman tertinggi 2,7 x 1010

. Berdasarkan dirjen PPM

dan PLP tentang Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesian bahwa linen bersih

setelah keluar dari semua proses pengelolaan linen tidak mengandung 6 x 10 bakteri.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya menggunakan alat pelindung diri pada

bagian laundry.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

432/MENKES/SK/IV/2007 tentang pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan

kerja di Rumah Sakit bagian III Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit sub bagian “B”,

bagian laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai bahaya

potensial fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial pada pekerjanya. Hal ini

menguatkan bahwa pentingnya menggunakan alat pelindung diri pada bagian

laundry.

Page 117: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

104

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Safety News Alert

terhadap 290 orang pekerja Safety Officer di Amerika mengenai berbagai alasan

pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri saat bekerja didapatkan hasil sebagai

berikut: karena alat pelindung diri tidak nyaman (30%), karyawan tidak tahu bahwa

harus menggunakan alat pelindung diri (10%), karyawan merasa menggunakan alat

pelindung diri hanya menghabiskan waktu (18%), karyawan merasa tidak akan celaka

(8%), dan karyawan lupa untuk menggunakan alat pelindung diri (34%)

(Himawari,2011). Karyawan tidak akan merasa celaka maka tidak menggunakan alat

pelindung diri.

Berdasarkan penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007),

mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku

baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

6.5.1. Awareness (kesadaran) yaitu orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui objek terlebih dahulu.

6.5.2. Interest yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

6.5.3. Evaluation yaitu orang mulai menimbang-nimbang yang baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini bearti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

6.5.4. Trial yaitu telah mencoba perilaku yang baru.

6.5.5. Adoption yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

Page 118: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

105

Dari teori ini jelas bahwa perilaku pekerja laundry yang akan menggunakan

alat pelindung diri apabila kesadaran, ketertarikan dalam menggunakan alat

pelindung diri, evaluasi untuk memulai akan menggunakan alat pelindung diri mereka

bahwa pengambilan linen kotor, penimbangan/penghitungan, pencucian,

pengeringan, pelipatan, roll press, plat press masih terdapat banyak risiko. Setelah di

trial ternyata sudah tidak lagi adanya diagnosa penyakit menular sehingga di

adoption. Sehingga akan menetapkan nilai – nilai, keyakinan/kepercayaan bahwa

masih terdapat banyak risiko yang mengharuskan menggunakan alat pelindung diri.

Tidak hanya itu tetapi kenyamanan yang dirasakan pekerja bagian pelipatan,

roll press, plat press saat menggunakan alat pelindung diri juga mempengaruhi

seseorang berperilaku hal ini berdasarkan teori Green dalam Notoatmodjo (2007).

Tidak nyaman dikarenakan susahnya bernafas apabila menggunakan masker, setelah

ditelaah susahnya bernafas diakibatkan banyaknya debu-debu kapas yang banyak

berterbangan.

Menurut Mcsween (2013) perilaku safety dapat terbentuk berawal dari visi

misi yang memang harus dikomit sejak awal, untuk itu perilaku penggunaan alat

pelindung diri pada pekerja laundry tergantung dari visi misi sejak awal untuk semua

pekerja agar menggunakan alat pelindung diri saat berada diarea kerja.

Page 119: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

106

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Langkah-langkah pekerjaan laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda

Harapan Kita Jakarta pertama dengan petugas ruangan memasukan linen

kotor ke gentong yang telah disediakan dan mencatat jumlah dan jenis

linen. Lalu membawa linen kotor dari bangsal ke sarana sandang,

selanjutnya melakukan penimbangan, pemisahan dan penghitungan.

Kemudian melakukan pencucian tahap satu dan pembilasan.

Mengeluarkan linen bersih dari dalam mesin apabila sudah bersih lanjut

untuk memasukkan ke mesin pengering setelah selesai proses pencucian

lalu lanjut untuk mengerol, mengepres dan melipat, lalu disusun pada

rak yang tersedia.

7.1.2. Hasil identifikasi didapatkan potensi bahaya yang terdapat di laundry

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita berupa bahaya fisik,

biologi, kimia dan ergonomi. Bahaya potensial fisik berasal dari debu

dari serat kain. Bahaya potensial biologi berasal dari linen kotor yang

telah digunakan oleh pasien. Bahaya potensial kimia berasal dari

detergen dan bahan-bahan kimia alkali untuk mencuci. Bahaya potensial

ergonomi berasal dari beban angkat.

Page 120: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

107

7.1.3. Hasil wawancara dan observasi ketersediaan akan alat pelindung diri di

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta disimpulkan mudah

didapatkan.

7.1.4. Pekerja laundry yang sedang bertugas didapatkan sebagian besar

menggunakan alat pelindung diri dengan tidak patuh serta tidak lengkap

dengan standar operasional prosedur. Pekerja pengambilan linen kotor

tidak menggunakan sarung tangan dan penggunaan masker. Pekerja

penimbangan, pemisahan dan penghitungan pekerja tidak menggunakan

tutup kepala. Pekerja pencucian tidak menggunakan masker dan sarung

tangan. Pekerja pengeringan, plat press, roll press, pelipatan rata-rata

pekerja tidak menggunakan masker dan sarung tangan.

7.2. Saran

7.2.1. Saran Untuk Pekerja Laundry

7.2.1.1. Diharapkan untuk pekerja patuh menggunakan secara benar

dan lengkap alat pelindung diri sesuai dengan standar

operasional prosedur di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda

Harapan Kita Jakarta.

7.2.1.2. Diharapkan untuk pekerja memelihara/menyimpan alat

pelindung diri agar lebih bertahan lama sehingga dapat

menghemat anggaran pengeluaran untuk membeli alat

pelindung diri.

Page 121: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

108

7.2.2. Saran untuk Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta

7.2.2.1. Pihak manajemen laundry hendaknya mengadakan sosialiasi

minimal setahun sekali terkait standar operasional prosedurnya

terutama terkait jenis alat pelindung diri yang wajib digunakan

pada setiap bagian dengan cara tidak disuruh membaca sendiri.

Jadi manajemen mengadakan presentasi untuk menjelaskan

standar operasional prosedurnya terutama terkait jenis alat

pelindung diri.

7.2.2.2. Pihak rumah sakit hendaknya mengadakan penyuluhan

minimal sebulan sekali terkait potensial bahaya yang terdapat

di bagian laundry. Agar dapat meningkatkan kesadaran akan

pentingnya alat pelindung diri.

7.2.2.3. Perlu adanya komitmen yang kuat sejak awal untuk semua

pekerja laundry agar mematuhi peraturan yang dibuat. Jika

terdapat pekerja yang tidak mematuhi maka akan dikenakan

sanksi dari komitmen tersebut.

7.2.3. Saran Penelitian Berikutnya

7.2.3.1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kelembaban

yang terdapat pada pekerjaan laundry Rumah Sakit.

7.2.3.2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui partikel dust

yang terdapat pada pekerjaan laundry Rumah Sakit.

Page 122: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 1985.Strategi Pengamanan Keracunan Pestisida. Jakarta : UI.

Adenan, S. 1986. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakain APD pada Pekerja

Tukang LAS Terhadap Sinar Ultraviolet pada PT. Bukaka Teknika Utama di

Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat”. Tesis. Jakarta :

FKM – UI.

Adryanto, Michael dan Savitri Soekrisno. 1985. “Psikologi Sosial “. Jakarta : Erlangga.

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Australian/New Zealand Standard, AS/NZS 4360. 2004. Risk Management Standards.

Australia

Badrujaman, Aip. 2008. Sosiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Trans Info

Media.

Bainar, Hajar dkk. 2006. Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman Dasar. Jakarta: Jenki

Satria.

Bandjar, Mukri Edwin. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Penggunaan APD Pekerja Bagian Produksi Kulkas di PT. LG Tangerang Tahun

2005”. Tesis. Jakarta : FKM – UI.

Bart, Smet. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Grasindo.

Basleti, Reni. 2004. Tinjauan Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Penggunaan

Alat Pelindung Diri Di Laundry Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita

Jakarta Tahun 2004. Skripsi. FKM : UI.

Basuki, Widya. “ Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Pekerja Terhadap

Penggunaan APD di Laboratorium Patoligi Klinik Rumah Sakit Husada “.

Jakarta : FKM-UI.

Bird, Frank E. And Germain, George L. 1990.Practical Loss Control Leadership.

Atalanta USA.

Budiono, Sugeng A. M (dkk). 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Edisi ke 2. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Page 123: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

Ferdi, amad. 2011. Identifikasi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan

Metode Job Safety Analysis Pada Rumah Sakit X Tahun 2011. Skripsi. Semarang

: Universitas Diponegoro

Geller E.S. 2001. Keys to Behavior – Based Safety. Printed in The United Startes of

America.

Geller E.S. 2001. The Psychology of Safety Handbook. Boca Raton, FL : CRC Press.

Gibson, James L. Jhon M. Ivancevich. James H. Donnely, Jr. 1993. Organisasi Dan

Manajemen Perilaku Struktur Proses. Edisi ke empat. Terbitan Erlangga:

Jakarta.

Hendriawati, Elisabeth Dianingtyas. 2012. Penggunaan APD Ditinjau dari Persepsi

Terhadap Risiko Kecelakaan Kerja pada Karyawan PT Bama Prima Textile

Pekalongan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Himawary. 2011. Alat Pelindung Diri Di Laboratorium. Semarang : Kompas.

http://www.bpmigas.go.id/wp-content/uploads/2011/02/PTK-013-II-2007.pdf

Diakses: 2 Januari 2013 pukul 17.05 WIB.

Kartika, Ika. 2000. Tinjauan Persepsi Pekerja Terhadap Penggunaan Alat Pelindung

Diri Pada Pekerja Di Bagian Laundry RSPP Jakarta Tahun 2000. Skripsi,

Jakarta : FKM – UI.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007

tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah

Sakit.

Lina, Made. 2004. Gambaran Perilaku Pekerja Terhadap Penggunaan Alat Pelindung

Diri Di Workshop Divisi A & C PT Siemens Indonesia Jakarta Tahun 2004.

Skripsi. Jakarta : FKM – UI.

Mokhtar. 1992. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerja. Bandung : CV

Medika.

Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Nedved, Milos. 1991. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Biokimia dan Pengendalian

Bahaya Besar. Editor Soemanto Imam Hanafi. Jakarta: ILO

Neldi, Mellysa Putri. 2011. Analisis Pelaksanaan JSA Pada Pekerjaan Wellwork dan

Initial Completion yang Dilakukan Kontraktor MIGAS Berdasarkan Teknik

Page 124: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

Management Oversight and Risk Tree Di Lokasi Kerja X Tahun 2011. Skripsi.

Jakarta : FKIK –UIN.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. “ Pendidikan dan Perilaku Kesehatan”. Jakarta : Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Omeh. 2007. Tinjauan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penggunaan Alat

Pelindung Diri di Unit Kerja Laundry Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

Tahun 2007. Jakarta : FKM – UI.

OSHA. 2000. Assesing the need for personal protective equipment a guide for small

business employers. Occupational Safety and Health Administration : U.S

Departemen Of labour.

Ocupational Safety and Health Administration (OSHA). 2003. Personal Protective

Equipment. Artikel diakses pada tanggal 11 Desember 2012 dari www.osha.gov

Pareek, Udai. 1996. PerilakuOrganisasi. Jakarta: IkrarMandiriabadi.

PeraturanMenteri Tenaga Kerja Nomor PER 03/MEN/Tahun 1994 tentang Program

JAMSOSTEK.

Pickett G, Hanlon JJ. 1995. Kesehatan Masyarakat Administrasi dan Praktik 9th

ed.

Trans. Mukti AG. Jakarta : EGC.

Raharjo, Mudjia. Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif. Diakses pada 1 April

2013,Tersedia di: <www.mudjiraharjo.com/materi-kuliah/215-jenis-dan

metodepenelitian-kualitatif.html >.

Raharjo. 2010. Content Analysis Sebagai Metode Tafsir Teks : Akar Sejarah dan

Penggunaannya. Diunduh tanggal 2 Mei 2013 pada

http://www.mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/286-content-analysis-sebagai-

metode-tafsir-teks-akar-sejarah-dan-penggunaannya.html .

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS

18001. Dian Rakyat : Jakarta.

Reason’s. 1997. Achieving a Safe Culture : Theory and Pratice Department of

Psychology. University of Manchester. Manchester.

Page 125: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

Sari, Kartika. 2012. Pengaruh Safety Inspection Terhadap Angka Kecelakaan Kerja di

Perusahaan X Tahun 2011-2012. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro

Sarina, M. 2012. Hubungan Persepsi Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

dengan Produktivitas. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Sarwoto. 1991. Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Skiner B. F. 1938. The Behavior of Organisms : An Experimental Analysis. New York :

Appleto Century.

Stranks Jeremy. Health & Safety at Work. Ninth Edition India by Replika Press Pvt Ltd.

Printed and Bound in India by Replika Press Pvt Ltd.

Sugianti, Erna. (2005). Study Pengelolaan Linen Di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Purbalingga Tahun 2005. Tesis. Universitas Diponegoro.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumamur P.K., 1984. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Gunung

Agung.

Sutrinowati. 2004. “Pengelolaan Limbah Infeksius Rumah Sakit (Studi Kasus Di Rumah

Sakit PT. Pupuk Kaltim)”. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro.

Terry E Mc Sween. 2003. Improving Your Safety Culture With Behavior Based Safety.

Printed in The United States of America.

Tresnaningsih, Erna. 2012. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan.

Pusat Kesehatan Kerja Sekretaris Jenderal Depkes RI.

Undang-undang nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

www.balitbangham.go.id/perangkatuuterkait/UU.23.pdf.Diakses: 2 Januari 2013

pukul 17.05 WIB.

Vredenbregt, Jacob.1984. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT

Gramedia.

Winardi. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Witherington H.C. 1984. Educational Psychology, terjemahan M Buchori. Jakarta :

Aksara Baru.

Page 126: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

Yoganingrum, dkk.2009. Merajut Makna. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri.

Page 127: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

LAMPIRAN

Page 128: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

Transkrip Kategorisasi Hasil Wawancara

Identifikasi Bahaya dan Gambaran Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Laundry

Di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

No. Subtansi Informan Utama Subtansi Informan Kunci Informan Pendukung

1.

Langkah-Langkah

Pekerjaan laundry

RSAB

a. Bagaimana

tahapan dari

pekerjaan di

laundry Rumah

Sakit Anak dan

Bunda Harapan

Kita Jakarta?

-

-

IP : “…dimulai dari

pengambilan linen kotor

dari setiap ruangan, lalu

ditimbang, dipilih mana

yang infeksius mana

yang nggak, lalu

ditimbang lagi masuk ke

mesin cuci, dikeringkan

dilipat, pas dilipat masih

ada yang kotor balik lagi

untuk ditaro disini untuk

dicuci lagi, yang bersih

lanjut untuk pengerolan

untuk sprei untuk baju di

platpress dilipat

disimpan terakhir

didistribusikan

kembali…”

Page 129: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

No.

2.

Subtansi

Identifikasi Bahaya

a. Menurut anda

bahaya apa saya

yang terdapat

pada pekerjaan

ini?

Informan Utama

1 : “…waktu itu saya pernah keseleo

gara-gara buru-buru karena udah

mau waktunya untuk

penimbangan…bisa juga kena bekas

feses atau yang lainnya kalau kita

gak pake APD...Saya si pakai APD,

tapi dulu ada temen saya bagian ini

juga penimbangan sama

penghitungan kena hepatitis soalnya

emang dia gak pakai APD…”

2 : “…kena detergennya, ini panas

kalau kena ketangan…pakai APD

soalnya pernah mau masukin

pakaian kotor kena kaya ada

kotorannya…”

7 : “…tuh debunya dibawah

liat…jadi disini banyak debu…”

Subtansi

Informan Kunci

Informan Kunci

Page 130: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

No.

3.

Subtansi

Ketersediaan APD

a. Bagaimana

kesediaan alat

pelindung diri

pada saat ini?

Sudah layak dan

cukup?

Informan Utama

1 : “Mudahlah, heem sesusai

kebutuhannya”

2 : “Kadang-kadang gampang kadang-

kadang susah, kalau ada ya

gampang kalau belum beli ya susah

gitu, banyakan gampangnya,

ketersediannya cukup ya, disimpan

di belakang yang

kotor”

3 : “Ya gampang si kalau kita mau

ngomong dapet untuk kebutuhan,

cukup”

4 : “Mudah sii untuk masker kan disini

pakenya yang kain ya, terkadang

kan bulu-bulu kan, kita kan maunya

disposible yaa,kalau pake buang,

kalau pakai kain alergi gatel-gatel

hidung pakai yang kain”

5 : “Kadang gampang kadang susah

kadang dari gudangnya aja ini

kehabisan, biasanya sii gampang”

6 : “Gampang si”

7 : “Gampan”

8 : “Tersedia terus , stand by, udah

rusak ganti, masker ganti setiap

hari, masker kita pakai kain kita

cuci, disimpan diloker langsung,

layak , cukup”

Subtansi

Ketersediaan

APD

a. Bagaimana

Rumah Sakit

menyediakan

alat pelindung

diri?

Informan Kunci

IK : “Untuk pengadaan

APD si lengkap kita, itu

baju kerja aja dobel-

dobel berapa stel

kemudian masker-

masker kita lengkap

topi lengkap sepatu

boat lengkap semua

lengkap google earmuff

aja kita punya, tapi

mereka kadang-kadang

mending dengerin

musik. Pengadaan ada

di RBA diajukan ke

bagian rumah tangga

setiap tahun baru kita

udah ngadain, APD

jelas lengkap”

Informan Pendukung

IP : “Untuk meminta APD,

APD ada sebagian

sudah diminta ada

sebagian susah karena

alasan itu gak penting

sekali kadang suka

ketunda, ada

sementara beli sendiri

sementara beli sendiri

ada penggantian

karena ada kwitansi,

dibagian rumah

tangga minta

gantinya”

Page 131: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri

No.

11.

Subtansi

Kesimpulan

Informan Utama

1 : “menggunnakan APD saat pengambilan,

tidak ada hambatan nyaman digunakan”

2 : “Setiap hari pakai APD saat kita bekerja,

APD penting, gak mengganggu, gak

menyulitkan menyamankan bisa emang

kepentingan kita kok”

3 : “Menggunakan keadaan kita bekerja,

merasa nyaman, terlindungi, menyulitkan

aktivitas nggak”

4 : “Kalau kontak dengan pakaian, kalau

pakai kain

pengep juga ya, menimbulkan bahaya

lain”

5 : “Sesuai si sesuai kurang nyaman sedikit,

kebiasaan lepas gak pake, pake APD

penghitungan, pencucian”

6 : “Begitu masuk kesini harus pake APD,

merasa kesempitan, tidak menggangu

APD, kalau disana selalu pake soalnya

kan kotor banget disana”

7 : “Males gak make batuk gak sembuh-

sembuh…”

8 : “Saya gak kuat lama kalau pake APD,

kalau udah basah bau, bisa memperberat

pilek saya, menimbulkan bahaya lain

memang APD penting”

Subtansi

Informan Kunci

IK : “APD digunakan ketika

saat melaksanakan

tugas…patuh sekali di

bagian pengambilan,

penghitungan dan

pencucian”

Informan Pendukung

IP : “Sesuai, cuma dari

ketaatan kita,

sebenernya melindungi

Cuma kendala

dimasker, sebenernya

tidak terbiasa”

Page 132: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

Matriks Analisis Tematik yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri

Di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

Pertanyaan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Informan 6 Informan 7 Informan 8

Ketersediaan Alat Pelindung Diri

Bagaimana

kesediaan

alat

pelindung

diri pada

saat ini?

Sudah layak

dan cukup?

Mudah

didapatkan

dan telah

sesuai

dengan

kebutuhan

Kadang-

kadang

gampang,

kadang-

kadang

susah,

kenayakan

gampang-

nya,

ketersediaan

nya cukup

Kalau minta

gampang,

kebutuhan

APD telah

cukup

Mudah

didapatkan

Kalau dari

gudang habis

susah tapi

kebiasaan

mudah

didapatkan

Mudah

didapatkan

Mudah

didapatkan

Tersedia

terus rusak

akan segera

diganti telah

layak dan

cukup

Kesimpulan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri

Perilaku

pekerja

laundry

terhadap

penggunaan

alat

pelindung

diri

Pekerja

tidak

mengguna-

kan alat

pelindung

diri secara

lengkap

Pekerja

tidak

mengguna-

kan alat

pelindung

diri secara

lengkap

Pekerja

tidak

mengguna-

kan alat

pelindung

diri secara

lengkap

Pekerja tidak

mengguna-

kan alat

pelindung diri

secara

lengkap

Pekerja tidak

menggunakan

alat pelindung

diri secara

lengkap

Pekerja tidak

mengguna-

kan alat

pelindung diri

secara

lengkap

Pekerja tidak

mengguna-

kan alat

pelindung diri

secara

lengkap

Pekerja tidak

mengguna-

kan alat

pelindung

diri secara

lengkap

Page 133: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

Pertanyaan Informan Kunci Informan Pendukung

Ketersediaan Alat Pelindung Diri

Bagaimana Rumah Sakit menyediakan alat

pelindung diri?

Ketersediaannya sudah lengkap, layak dan cukup

karena telah dibuat anggarannya, anggaran yang

dibuat diajukan ke bagian rumah tangga

Kadang sulit kadang gampang kalau

sulit beli sendiri kemudian kwitansi

diberikan ke bagaian rumah tangga

Pertanyaan Informan Kunci Informan Pendukung

Kesimpulan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri

Perilaku pekerja laundry terhadap

penggunaan alat pelindung diri

Pekerja menggunakan alat pelindung diri hanya

saat dibagian pengambilan linen kotor,

penghitungan dan pencucian sedangkan pekerja

bagian pengeringan, pelipatan, roll press, plat

press sebagian besar tidak mengguna-kan alat

pelindung diri

Pekerja menggunakan alat pelindung diri

hanya saat dibagian pengambilan linen

kotor, penghitungan dan pencucian

sedangkan pekerja bagian pengeringan,

pelipatan, roll press, plat press sebagian

besar tidak mengguna-kan alat pelindung

diri

Page 134: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf

Lampiran

Page 135: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf
Page 136: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf
Page 137: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf
Page 138: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf
Page 139: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf
Page 140: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf
Page 141: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf
Page 142: DESI NURTRIKA SARI-fkik.pdf