yanti puspitaningrum-fkik.pdf

Upload: rinny-ardina

Post on 02-Mar-2018

279 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    1/70

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    DETEKSI DNA GELATIN SAPI DAN GELATIN BABI PADA

    SIMULASI GUMMYVITAMIN C MENGGUNAKAN

    REAL -TIME PCRUNTUK ANALISIS KEHALALAN

    SKRIPSI

    YANTI PUSPITANINGRUM

    NIM : 1110102000043

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FARMASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    JANUARI 2015

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    2/70

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    DETEKSI DNA GELATIN SAPI DAN GELATIN BABI PADA

    SIMULASI GUMMYVITAMIN C MENGGUNAKAN

    REAL -TIME PCRUNTUK ANALISIS KEHALALAN

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

    YANTI PUSPITANINGRUM

    NIM : 1110102000043

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FARMASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    JANUARI 2015

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    3/70

    iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar

    Nama

    NIM

    Tanda Tangan

    : Yanti Puspitaningrum

    : 1110102000043

    :

    Tanggal : Januari 2015

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    4/70

    iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    5/70

    v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    6/70

    vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

    kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsidengan judul Deteksi DNA Gelatin Sapi Dan Gelatin Babi Pada Simulasi

    GummyVitamin C Menggunakan Real -Time PCRUntuk Analisis Kehalalan

    Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,

    keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang senantiasa istiqomah mengikuti

    sunnah-Nya.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

    Farmasi (S.Far) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Keberhasilan

    penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan semua

    pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan

    ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1.

    Bapak Prof. DR. (hc) dr. M.K Tadjudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2.Bapak Drs.Umar Mansur, M.Sc.,Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing II.

    3. Ibu Zilhadia, M.Si., Apt. sebagai Pembimbing I yang sangat baik telah memberikan

    ilmu, nasehat, waktu, tenaga, pikiran, materi dan dukungan selama penelitian dan

    penulisan skripsi.

    4.Kedua orang tua, ayahanda tersayang Edi Winarko dan ibunda tercinta Siti

    Rukmini yang selalu ikhlas memberikan dukungan moral, material, nasehat-

    nasehat, serta doa yang tiada pernah putus hingga penulis dapat menyelesaikan

    studi di jurusan Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Juga kepada

    adikku tercinta Koko Dwi Suryanto yang selalu memberikan dukungan dan

    semangat. Tiada apapun di dunia ini yang dapat membalas semua kebaikan, cinta

    dan kasih sayang yang telahkalian berikan.

    5.Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan ilmu

    pengetahuan, bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan di

    farmasi, FKIK UIN Jakarta.

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    7/70

    vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    6.Teman-teman Andalusia yang telah menjadi kepingan memori yang berharga.

    Kebersamaan kita di dalam suka dan duka akan selalu terkenang didalam hati

    7.

    Kak Rahmadi, Kak Liken, Kak Eris, Kak Lisna, Kak Rani, Kak Tiwi, Kak Lilis,

    dan Kak Ayu yang sangat banyak membantu penulis melakukan penelitian di

    laboratorium.

    8. Teman-teman seperjuangan tim PCR: Afifah dan Kak Sulaiman yang selalu

    meluangkan waktunya untuk bekerja sama, berdiskusi, memberikan masukan,

    membantu penulis dalam melakukan peneltian, serta memberikan dukungan

    doa dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih

    atas kebersamaan yang indah ini, semoga balasan kebaikan selalu menaungikita.

    9. Tim Roche Indonesia: Pak Deka, Pak Yos, dan Mbak Helen yang telah

    memberikan masukan dan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

    10.Sahabat tersayang : Finti, Nurul, Rifa, Ninik, dan Luni. Terima kasih atas

    dukungan, kasih sayang, perhatian, doa dan persahabatan yang indah ini.

    11.Farida, Yusna, Fahrur, Yuni, Vicka, Salma, Chandra, Ipho, yang menginspirasi.

    Terimakasih atas dukungan,bantuan dan semangatnya.

    12.Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak

    dapat disebutkan namanya satu persatu.

    Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan dari

    Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun akan

    penulis nantikan. Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi masyarakat umum

    dan pengembangan ilmu pengetahuan.

    Jakarta, Januari 2015

    Penulis

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    8/70

    viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRAK

    Salah satu produk food supplementyang disukai oleh kalangan anak-anak adalah

    gummy vitamin C. Bahan basis gummy vitamin C salah satunya adalah gelatin.

    Produksi gelatin di dunia sebanyak 46% masih berasal dari kulit babi, maka dari itu

    perlu dilakukan penelitian tentang bahan asal gelatin. Sampel simulasigummy yang

    digunakan adalahgummysapi,gummybabi,gummypencampuran gelatin babi dan

    gelatin sapi dengan konsentrasi 1%, 25%, 50%, dan 75%. Salah satu teknik analisis

    untuk membedakan gelatin babi dan gelatin sapi adalah teknik amplifikasi DNA

    dengan instrumen Real-Time PCR. Amplifikasi DNA membutuhkan sepasang

    primer spesifik yang diambil dari DNA mitokondria daerah sitokrom B serta

    hydrolysis probe sebagai pewarna fluoresensi. Proses ekstraksi dan isolasi DNA

    pada gummymengkombinasikan presipitasi DNA dan kit komersial. Isolat DNA

    yang dianalisis dengan hydrolysis probemenggunakan suhu annealing61C untukprimer sapi dan suhu 60C untuk primer babi. Hasil kurva amplifikasi dengan

    primer babi dari sampel simulasigummyhanya muncul pada gummy babi,gummy

    pencampuran babi dengan konsentrasi 25%, 50% dan 75%. Tetapi pada gummy

    pencampuran babi konsentrasi 1% tidak muncul kurva amplifikasi.

    Nama

    Nim

    Judul

    : Yanti Puspitaningrum

    : 1110102000043

    : Deteksi DNA Gelatin Sapi Dan Gelatin Babi Pada Simulasi

    Gummy Vitamin C Menggunakan Real -Time PCR Untuk

    Analisis Kehalalan

    Kata Kunci: Real Time Polymerase Chain Reaction, Gelatin, Hydrolysis

    Probe, Gummy

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    9/70

    ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRACT

    One of the food supplement products which are favored by the children is gummy

    vitamin C. One of vitamin C gummy bases is gelatin. About 46 % of gelatinproduction in the world still comes from pig skin, therefore the research of gelatin

    bases is necessary. Gummy simulation samples consist of beef gummy, pig gummy

    and the mixing gummy between porcine gelatin and bovine gelatin with the

    concentration of 1 % , 25 % , 50 % , and 75 %. One of analysis technique which is

    used to distinguish bovine gelatin and porcine gelatin is DNA amplification

    technique using Real-Time PCR instrument. Amplification DNA needs a pair of

    specific primary DNA taken from mitochondria cytochrome b and hydrolysis probe

    as dye fluorescence. Extraction and isolation process of DNA in gummy combine

    the precipitation of DNA and commercial kit. DNA isolates analyzed by hydrolysis

    probe method using annealing temperature was 61C for bovine primer and using

    annealing temperature was 60C for porcine primer. The results of the

    amplification curves for sampel gummy simulation only showed the rising of

    amplification curve for porcine gummy, mixing gummy with a concentration of

    25%, 50% and 75% of porvine gelatin. However, mixing of porcine gummy

    concentration of 1% does not show amplification curve.

    Keyword : Real Time Polymerase Chain Reaction, Gelatin, Hydrolysis Probe,

    Gummy

    Name

    Major

    Title

    : Yanti Puspitaningrum

    : Pharmacy

    : Detection of DNA Bovine Gelatin and Porcine Gelatin in the

    Gummy Simulation Vitamin C Using Real -Time PCR

    Instruments for Halal Analysis

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    10/70

    x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

    saya, dengan judul :

    Deteksi DNA Gelatin Sapi Dan Gelatin Babi Pada Simulasi GummyVitamin

    C Menggunakan Real -T ime PCRUntuk Analisis Kehalalan

    untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

    Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

    Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di

    Pada Tanggal

    : Jakarta

    : 18 Januari 2015

    Yang Menyatakan

    Yanti Puspitaningrum

    Nama

    Nim

    Program Studi

    Fakultas

    Jenis Karya

    : Yanti Puspitaningrum

    : 1110102000043

    : Strata-1 Farmasi

    : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    : Skripsi

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    11/70

    xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..........

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI..

    KATA PENGANTAR

    ABSTRAK..

    ABSTRACT........

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...

    DAFTAR ISI...........................................................................................................

    DAFTAR TABEL...................................................................................................

    DAFTAR GAMBAR..............................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................

    DAFTAR SINGAKATAN.

    BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

    1.1 Latar Belakang.................................................................................

    1.2 Rumusan Masalah............................................................................

    1.3

    Hipotesis...........................................................................................

    1.4

    Tujuan Penelitian..............................................................................

    1.5

    Manfaat Penelitian...........................................................................

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................

    2.1 Gummy Candy ................................................................................

    2.2 Vitamin C..........................................................................................

    2.3

    Gelatin...............................................................................................

    2.3.1 Definisi Gelatin....................................................................

    2.3.2 Sifat Kimia dan Fisika Gelatin..............................................

    2.3.3 Sumber Gelatin.....................................................................

    2.4 Sel.....................................................................................................

    2.5 DNA..................................................................................................

    2.5.1 Struktur DNA.......................................................................

    2.5.2

    Isolasi DNA..........................................................................

    iii

    ivv

    vi

    viii

    ix

    x

    xi

    xiii

    xiv

    xv

    xvi

    1

    1

    3

    3

    3

    5

    5

    5

    5

    6

    6

    7

    8

    9

    12

    12

    14

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    12/70

    xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.5.3 DNA Mitokondria................................................................

    2.6

    PCR..................................................................................................

    2.6.1

    Komponen PCR....................................................................

    2.6.2.

    Tahapan PCR........................................................................

    2.7 Real Time PCR.................................................................................

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................

    3.1 Waktu dan Tempat............................................................................

    3.2 Alat dan Bahan..................................................................................

    3.2.1

    Alat........................................................................................

    3.2.2 Bahan....................................................................................

    3.3

    Tahapan Penelitian............................................................................

    3.4 Prosedur Kerja..................................................................................

    3.4.1 Pembuatan Simulasi Gummy Vitamin C dari Gelatin Babi

    dan gelatin Sapi................................................................

    3.4.2

    Isolasi DNA........................................................................

    3.4.3 Pengujian Konsentrasi dan Kemurnian DNA dengan

    spektrofotometer DNA........................................................

    3.4.4

    Amplifikasi Real Time PCR......................................

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pembuatan Simulasi GummyVitamin C.

    4.2. Isolasi DNA

    4.3. Analisa Konsentrasi Dan Kemurnian Isolat DNA dengan

    Spektrofotometer DNA.......................................................................

    4.4. Amplifikasi DNA Daging, Gelatin, dan Sampel Simulasi GummyVitamin C padaReal Time PCR

    BAB 5 KESIMPULAN...........

    5.1. Kesimpulan........

    5.2. Saran..

    DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

    16

    17

    18

    21

    22

    24

    24

    24

    24

    24

    25

    25

    25

    26

    28

    28

    30

    30

    30

    33

    34

    40

    40

    40

    41

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    13/70

    xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR TABEL

    Tabel.1. Aplikasi Gelatin................................................................................

    Tabel.2. Perbedaan sel eukariotik dan sel prokariotik......................................Tabel 3. Susunan basa primer dan probe untuk DNA sapi dan babi.................

    Tabel.4. Komposisi Formula Gummy Vitamin C...........................................

    Tabel.5. Konsentrasi dan Kemurnian Isolat DNA...........................................

    Tabel.6. Komposisi Kit Ekstraksi DNA.

    Tabel.7. Campuran reaksiHydrolysis Probemastermix

    7

    1125

    26

    33

    46

    49

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    14/70

    xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar.1. Gummy candy...............................................................................

    Gambar.2. Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik................................................Gambar.3. Struktur Nukleotida......................................................................

    Gambar.4. Struktur DNA................................................................................

    Gambar 5. Struktur DNA Mitokondria

    Gambar.6. Siklus PCR....................................................................................

    Gambar.7. Kurva Real Time PCR..

    Gambar.8. Program Amplifikasi Real-Time PCR..........................................

    Gambar 9. Simulasi gummy vitamin C

    Gambar.10.Hasil Amplifikasi pada Uji Spesifitas Primer Sapi

    Menggunakan Kontrol Positif Daging Sapi, Gelatin Sapi dan

    Gummy Sapi

    Gambar.11.Hasil Amplifikasi Sampel Simulasi Gummy dengan Primer

    Sapi..

    Gambar.12.Hasil Amplifikasi Pada Uji Spesifitas Primer Babi

    Menggunakan Kontrol Positif Daging Babi, Gelatin Babi, dan

    Simulasi Gummy Babi

    Gambar 13. Hasil Amplifikasi Sampel Simulasi Gummydengan Primer

    Babi.

    5

    1013

    14

    17

    21

    23

    29

    30

    35

    36

    37

    38

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    15/70

    xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran.1 Kerangka Konsep........................................................................

    Lampiran 2. Tabel Komposisi Kit Ekstraksi DNA Roche..Lampiran 3. Membuat Larutan Primer dan Probe dan Natrium Asetat..

    Lampiran 4. Perhitungan Tm (Melting Temperature) Primer

    Lampiran 5. Campuran Reaksi Mastermix untuk Amplifikasi DNA.

    Lampiran 6. Hasil BLAST Berdasarkan Informasi NCBI.

    Lampiran 7. Gambar alat-alat dalam penelitian.

    Lampiran 8. COA Gelatin Babi..

    Lampiran 9. COA Gelatin Sapi..

    45

    4647

    48

    49

    50

    51

    52

    53

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    16/70

    xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR SINGKATAN

    BHQ-1 : Black Hole Quencher-1

    BLAST : Basic Local Aligment Search Tool

    CP : Crossing Point

    cyt b : Cytochrome b

    dATP : Deoxyadenosine Triphosphate

    dCTP : Deoxycytidine Triphosphate

    dGTP : Deoxyguanosine Triphosphate

    dNTP : Deoxyribonucleaside Triphosphate

    dTTP : Deoxythymidine Triphosphate

    DNA : Deoxyribonucleic Acid

    ELISA : Enzyme-linked Immunosorbent Assay

    FAM : Fluorescein Amidite

    HPLC : High Performance Liquid Chromatography

    mtDNA : mitochondria DNA

    NCBI : National Center for Biotechnology Information

    NTC : No Template Control

    PCR : Polymerase Chain Reaction

    pb : Pasang Basa

    qPCR : Quantitative Polymerase Chain Reaction

    RE : Retikulum Endoplasma

    RNA : Ribonucleic Acid

    SDS : Sodium Dodesil Sulfat

    SNI : Standar Nasional Indonesia

    Tm : Temperature Melting

    Ta : Temperature Annealing

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    17/70

    xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    18/70

    1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1.

    Latar Belakang

    Food supplement atau disebut sebagai makanan tambahan pada

    aneka produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat bersifat nutrisi

    dan obat. Nutrisi yang terkandung dalamfood supplement meliputi vitamin,

    mineral dan asam amino, sedangkan food supplement yang bersifat obat

    umumnya diambil dari tanaman atau jaringan tubuh hewan yang berkhasiat

    sebagai obat (Yuliarti, 2009). Dalam pemenuhan nutrisi bagi anak-anak,

    terutama pada pemberian vitamin, maka industri farmasi mulai memproduksi

    sediaan vitamin dalam bentuk gummy. Alasan pemilihan bentuk gummy

    tersebut, karena bentuk sediaan gummy seperti permen jelly dan mudah

    dikunyah sehingga anak-anak lebih menyukaigummydaripada bentuk tablet.

    Bahan-bahan untuk membuat gummy diantaranya adalah sukrosa, glukosa,

    asam sitrat serta bahan basisgummyyaitu gelatin. (Lanelli, 2014).

    Gelatin merupakan protein yang berasal dari hidrolisis kolagen

    jaringan ikat dan tulang dengan perlakuan asam dan basa. Gelatin memiliki

    sifat sebagai gelling agent, thickening agent, zat penstabil, dan emulsifier.

    Oleh karena itu gelatin digunakan dalam produk makanan seperti

    marshmallow, permengummy, daging olahan, es krim. Selain itu, gelatin juga

    digunakan dalam industri farmasi sebagai bahan untuk membuat kapsul keras

    dan kapsul lunak, tablet, salep untuk mukosa membran mulut, dan suplemen

    gummy(Hui et al.,2011; Nhari et al.,2012).

    Globalisasi dalam semua aspek kehidupan telah membawakonsekuensi banyak pada makanan produk lokal maupun produk impor, baik

    produk yang halal atau produk yang haram. Hal ini jelas sangat

    mengkhawatirkan karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama

    Islam. LPPOM MUI sudah meluncurkan sistem jaminan halal sebagai

    pedoman yang diwujudkan dalam bentuk sertifikasi halal, tetapi masih banyak

    kendala. Salah satu kendala yang dihadapi adalah belum terdapat metode yang

    valid untuk menganalisa adanya zat non halal pada produk makanan. Salah

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    19/70

    2

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    satu produk pangan yang masih diragukan kehalalannya yaitu produk

    makanan yang berbasis gelatin. Gelatin diekstraksi dari kulit, jaringan ikat

    putih dan tulang yang bersumber dari babi dan sapi. (Hermanto, Sumarlin,

    and Fatimah, 2013). Presentase produksi gelatin di dunia pada tahun 2006,

    masih didominasi oleh gelatin babi, dengan jumlah 45,8 % berasal dari kulit

    babi dan 28,4% berasal dari kulit sapi ( Phillips & William, 2009). Sementara

    itu, Al-Qur'an surat Al-Maidah: 3, menjelaskan bahwa umat Islam dilarang

    untuk mengkonsumsi produk babi dan hewan yang tidak disembelih

    berdasarkan hukum Islam. Hal ini jelas bahwa umat Islam dilarang untuk

    mengkonsumsi makanan diklasifikasikan sebagai bangkai (maytah), darah,

    daging babi dan daging yang didedikasikan untuk selain Allah (Raraswati et

    al., 2009).

    Banyak kajian yang telah dilakukan mengenai sifat, aplikasi dan

    struktur gelatin, mengingat luasnya penggunaan gelatin itu sendiri. Namun

    gelatin dari sumber yang berbeda bisa jadi sangat mirip ditinjau dari segi sifat

    fisika dan kimianya. Hal ini membuat sulit untuk membedakan antara gelatin

    yang haram dan gelatin halal (Nemati et al., 2004).

    Pada penentuan spesies hewan dapat dilakukan dengan analisis

    protein dan DNA. Pada analisis penentuan spesies hewan berbasis protein

    sering digunakan metode ELISA, HPLC, dan Spektrofotometri massa.

    Analisis penentuan spesies hewan berbasis DNA digunakan metodePCRatau

    Real Time PCR. Metode penentuan spesies hewan berbasis protein memiliki

    kekurangan yaitu protein terjadi denaturasi progresif yang disebabkan oleh

    perubahan suhu dan pH sehingga kehilangan heterogenitas dan stabilitas

    protein. Metode berbasis DNA memiliki kelebihan dibandingkan metodeberbasis protein yaitu metode real time PCRmenggunakan primer spesifik

    dengan jenis DNA hewan dan proses deteksi lebih sensitif dan cepat (Cai et

    al., 2012).

    Analisa kandungan babi dalam suatu produk dapat dilakukan

    melalui amplifikasi DNA dengan metodePolymerase Chain Reaction (PCR).

    Hal ini telah banyak dilakukan seperti pemeriksaan daging babi dalam produk

    olahan (Walker et al, 2003) dan pengujian pencemaran daging babi pada

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    20/70

    3

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    produk bakso (Ridwan dan Margawati, 2010). Selain pada produk makanan,

    PCR dapat digunakan dalam identifikasi DNA babi dan sapi yang terkandung

    dalam gelatin pada sediaan kapsul dan gummyseperti yang telah dilakukan

    Demirhan et al. (2012) dan Cai et al. (2012).

    Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa permasalahan, di

    antaranya adalah masih banyak obat-obatan di Indonesia yang belum

    mencantumkan label halal atau mendapatkan sertifikat halal dari lembaga

    yang berwenang. Sekitar 30 ribu obat dari 206 perusahaan hanya 34 produk

    yang bersertifikat halal, dengan rincian, obat sebanyak 4 produk, jamu

    sebanyak 17 produk dan suplemen sebanyak 13 produk. Sedangkan

    pemasaran gelatin di dunia didominasi oleh gelatin yang bersumber dari babi

    sehingga kemungkinan besar gelatin yang digunakan dalam pembuatan obat

    bentuk sediaangummyadalah gelatin yang tidak halal (LPPOM MUI, 2013).

    Tujuan dari penelitian untuk membedakan amplifikasi DNA gelatin

    sapi dan gelatin babi pada sampel simulasi gummy vitamin C dengan

    menggunakan instrumen real timePCR. Sampel simulasigummyvitamin C

    dibuat dengan campuran antara gelatin sapi dan gelatin babi dalam berbagai

    konsentrasi.

    1.2. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana kondisi optimal pada proses isolasi DNA sehingga

    didapatkan isolat DNA ?

    2.

    Apakah DNA gelatin babi dan gelatin sapi serta simulasigummy vitamin

    C dapat teramplifikasi dengan alat real-time PCR ?

    1.3. Hipotesis

    1.

    Isolasi DNA dapat dilakukan pada produk gelatin2. Real-time PCRdapat mengamplifikasi DNA gelatin sapi dan gelatin babi

    menggunakan primer spesifik babi dan sapi

    1.4. Tujuan Penelitian

    1. Menentukan kondisi optimal proses isolasi DNA dalam simulasigummy

    vitamin C

    2. Mendeteksi DNA gelatin babi dan gelatin sapi pada simulasigummy

    vitamin C melalui amplifikasi DNA menggunakan real-time PCR

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    21/70

    4

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    1.5. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan

    informasi tentang metode deteksi DNA pada gelatin babi dan gelatin sapi

    yang dibuat dalam simulasigummyvitamin C dengan instrumenReal-Time

    PCR sehingga dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya pada sampel

    berbasis gelatin dalam produk obat di pasaran.

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    22/70

    5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Gummy Candy

    Gummy Candy yaitu permen lunak yang diproses dengan

    penambahan komponen hidrokoloid seperti agar, gum, pektin, pati,

    karagenan, gelatin, dan lain-lain digunakan untuk modifikasi tekstur sehingga

    menghasilkan produk yang kenyal, harus dicetak dan diproses aging sebelum

    pengemasan (SNI, 2008).

    Gummy candy adalah permen unik berasal dari gelatin sebagai

    gelling agent, dan terjadi penyerapan air pada saat pengunyahan di mulut.

    Gelatin dalam industri gula tidak hanya digunakan untuk gel termoversibel,

    tetapi juga untuk pembentukan busa, busa yang dihasilkan untuk

    menstabilkan, mengikat, dan pengemulsi kualitas serta untuk mengontrol

    kristalisasi. Bahan dasar dari gummy candy terdiri dari empat bahan dasar,

    yaitu sirup glukosa, sukrosa, gelatin, dan air. (Schreiber, 2007).

    Gambar.1. Gummy candy(Sumber: GMIA, 2012)

    2.2. Vitamin C

    Vitamin adalah senyawa organik yang termasuk bahan makanan esensial

    diperlukan oleh tubuh, tetapi tubuh sendiri mensintesis vitamin yang mana

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    23/70

    6

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    laju sintesis vitaminnya kurang dari yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tetap

    sehat. Vitamin dalam tubuh berfungsi sebagai zat untuk pertumbuhan dan

    pemeliharaan jaringan melalui peranannya. Vitamin dikenal sebagai

    mikronutrien karena dibutuhkan pada manusia hanya dalam jumlah miligram

    atau mikrogram per hari, jumlah vitamin yang sangat kecil sudah mencukupi

    dari sekitar 0,01 mg hingga 100 mg per hari tergantung pada jenis vitamin

    tetapi defisiensi vitamin dapat menyebabkan permasalahan berat. Kelebihan

    salah satu vitamin pada tubuh dalam jumlah yang banyak dikenal dengan

    istilah hipervitaminosis. Hiperavitaminosis vitamin yang larut dalam air tidak

    dapat menimbulkan masalah karena vitamin ini pada umumnya dibuang

    melalui urine, berbeda halnya dengan vitamin larut lemak dapat menimbulkan

    masalah. Secara klasik vitamin diklasifikasikan atas dasar kelarutannya, yaitu

    golongan vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,K) dan golongan vitamin

    larut dalam air yaitu vitamin C dan B-kompleks. Vitamin yang larut dalam

    lemak tidak diekskresikan tetapi didepositkan dalam lemak tubuh, sehingga

    kelebihan dosis bisa mengakibatkan akumulasi senyawa hingga kadar

    mencapai toksik (Sumardjo, 2006; Campbell, 2004 ).

    Vitamin C merupakan suatu zat yang berbentuk serbuk kristal putih, tidak

    berbau dan memiliki rasa asam. Kelarutan vitamin C yaitu mudah larut dalam

    air, sedikit larut dalam etanol dan praktis tidak larut dalam dietil eter. Vitamin

    C diperlukan dalam sintesis jaringan ikat.Vitamin E bersama dengan vitamin

    C melindungi fosfolipid dalam membran dari oksidasi. Dosis harian untuk

    dewasa yang digunakan yaitu 30-100 mg perhari (Japanese Pharmacopeia

    edisi ke-15; Martindale edisi ke-36 ).

    2.3.

    Gelatin2.3.1.Definisi Gelatin

    Gelatin berasal dari kata gelatus yang berarti pekat. Gelatin adalah

    suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen berasal dari kulit,

    jaringan ikat putih dan tulang hewan. Gelatin yang berasal dari prekusor yang

    diasamkan dikenal dengan gelatin tipe A dan yang berasal dari prekusor yang

    dibasakan dikenal sebagai gelatin tipe B (Farmakope IV,1995). Gelatin tipe

    A berasal dari kulit babi dan gelatin tipe B berasal dari kulit sapi. Gelatin yang

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    24/70

    7

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    berasal dari mamalia lebih banyak digunakan dalam produksi makanan karena

    memiliki sifat-sifat yaitu titik leleh tinggi, gelling agent yang bagus serta

    termo reversible (Hafidz, 2011).

    Gelatin tersusun dari 18 asam amino yang saling terikat, terdiri dari

    asam aspartat, asam glutamat, serin, valin, tirosin, lisin, treonin, arginin,

    glisin, histidin, hidroksiprolin, isoleusin, leusin, hidroksilisin, fenilalanin,

    prolin, alanin dan metionin. Susunan asam amino gelatin berupa triplet

    peptida, yaitu Glisin-X-Y, dimana X umumnya adalah asam amino prolin dan

    Y umumnya adalah asam amino hidroksiprolin. Senyawa gelatin merupakan

    suatu polimer linier yang tersusun oleh satuan terulang asam amino glisin-

    prolin-prolin dan glisin-prolin-hidroksiprolin yang bergabung membentuk

    rangkaian polipeptida (Suryani, Sulistiawati,Fajriani, 2009).

    Aplikasi gelatin dalam makanan maupun produk farmasi digunakan

    untuk memproduksi permen berbasis gelatin seperti gummy, emulsifier,

    thickener,dan aplikasi dalam farmasi seperti cangkang hard capsuledansoft

    capsul, mikroenkapsulasi dan lain sebagainya (GMIA, 2012).

    Tabel 1. Aplikasi Gelatin(Sumber: GMIA, 2012)

    2.3.2.Sifat Kimia dan Fisika Gelatin

    Gelatin berbentuk serbuk kasar berwarna kuning samar tidak berbau

    dan tidak berasa. Dengan kelarutan praktis tidak larut dalam aseton,

    kloroform, etanol (95%), eter dan metanol. Larut dalam gliserin, larutan asam,

    larutan basa, dan air pada suhu di atas 40C. Gelatin kering stabil dengan

    udara berbeda dengan larutan gelatin yang stabil dalam penyimpanan lama

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    25/70

    8

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    pada kondisi dingin tetapi substansi gelatin terdegradasi oleh bakteri. Pada

    suhu di atas 50C larutan gelatin mengalami perlambatan proses

    depolimerisasi dan penurunan kekuatan gellingnya, tetapi pada suhu di atas

    65C proses depolimerisasi menjadi lebih cepat daripada dibawah suhu 65C.

    Tingkat dan luasnya proses depolimerisasi gelatin tergantung pada berat

    molekul. Pada berat molekul yang lebih rendah lebih cepat mengalami

    penguraian dibandingkan dengan berat molekul yang tinggi. Pada

    penyimpanan gelatin disimpan pada ruangan yang kering dalam wadah kedap

    udara (Handbook of Pharmaceutical Excipient,edisi ke-6).

    Gelatin bersifat amfoter, yaitu dapat stabil dalam asam dan basa.

    Dalam larutan asam gelatin bermuatan positif dan bermigrasi sebagai kation

    dalam medan listrik. Dalam larutan alkali gelatin bermuatan negtaif dan

    bermigrasi sebagai anion dalam medan listrik. pH isoelektrik gelatin tipe A

    yaitu pada pH 7 sampai pH 9, sedangkan pada tipe B memiliki pH isoelektrik

    pada pH 4,7 hingga 5,4 (GMIA, 2012).

    2.3.3.Sumber Gelatin

    Gelatin merupakan produk yang diperoleh dari bahan baku kolagen,

    sifat-sifat gelatin tergantung pada sumber dan jenis kolagen, biasanya kolagen

    diproduksi dari kulit dan tulang sapi, babi dan ikan (Wangtueai and

    Noomhorm, 2009). Gelatin diekstrak dari jaringan hewan kaya kolagen

    seperti kulit, urat, dan tulang. Zat asing seperti mineral, lemak dan albuminoid

    dipisahkan secara kimiawi atau fisika untuk mendapatkan kolagen yang murni

    ( GMIA, 2012). Pada proses pre treatment,jaringan hewan didihkan terlebih

    dahulu dengan air yang mendidih selanjutnya akan dicampurkan asam ataubasa untuk memperoleh gelatin tipe A atau tipe B. Proses pembuatan gelatin

    tipe A diperoleh dari tulang lunak ossein atau tulang tanpa mineral, otot, kulit

    babi, kulit sapi dan kulit ikan. Hal yang dilakukan dalam pembuatan gelatin

    yaitu pemotongan bahan-bahan dan pencucian dengan air dingin selama

    beberapa jam untuk menghilangkan lemak, kemudian penambahan larutan

    asam seperti HCl atau H2SO4 pada pH 1-3 dengan suhu 15- 20C hingga

    bahan tersebut terlihat membesar. Proses ini terjadi selama 24 jam, setelah

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    26/70

    9

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    terlihat pembesaran atau pembengkakan bahan tersebut dicuci dengan air

    untuk menghilangkan kelebihan asam. Dan pH disesuaikan menjadi pH 3,5-4

    (kulit babi dan kulit ikan), pH 2-3,5 (semua jaringan) untuk konversi pada

    proses ekstraksi gelatin dengan air panas. Ekstraksi hidrolitik dilakukan pada

    suhu 50 0C - 75 0C selanjutnya larutan gelatin disaring dengan menggunakan

    bantalan selulosa yang disterilkan, kemudian deionisasikan hingga mencapai

    konstentrasi 20-25 % w/v kemudian disterilisasi dengan flashingpada suhu

    1380C selama 4 detik. Dan kemudian gelatin kering akan terbentuk dengan

    mendinginkan larutan gelatin untuk membentuk gel selanjutnya dipanaskan

    pada oven dengan suhu terkontrol (Handbook of Pharmaceutical Excipient,

    edisi ke-6).

    Proses pembuatan gelatin tipe B atau disebut proses pengapuran,

    bahan yang digunakan yaitu tulang demineralisasi atau kulit sapi. Proses

    pembuatan gelatin tipe B diawali dengan mencampur bahan dengan kalium

    hidroksida selama 2- 4 bulan pada suhu 140C-180C. Pada akhir proses

    pengapuran, bahan dicuci dengan air dingin selama 24 jam untuk menghapus

    larutan kapur yang masih ada di dalam bahan tersebut. kemudian bahan

    dinetralkan dengan asam HCl, H2SO4, atau H3PO4. Dan proses ekstraksi

    gelatin sama dengan cara ekstraksi gelatin tipe A (Handbook of

    Pharmaceutical Excipient,edisi ke-6).

    2.4. Sel

    Sel adalah unit kehidupan struktural dan fungsional terkecil dari

    tubuh. Sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan

    berlangsung dalam sel. Sel dan zat intraseluler membentuk keseluruhanjaringan tubuh. (Sloane Ethel, 1995).

    Hampir semua sel memiliki empat karakter sebagai berikut :

    1.

    Dikelilingi oleh membran

    2. Sebuah cairan tebal berada di dalam membran bersama yang berisi

    beberapa komponen sel (organel) disebut protoplasma

    3. Organel, yang terletak di dalam protoplasma (eukariot) yang melakukan

    fungsi seluler tertentu

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    27/70

    10

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4. Sebuah pusat pengontrol yang disebut inti atau nukleus (pada eukariot)

    atau nukleoid (pada prokariot) yang berisi DNA materi herediter

    (Alters,2000)

    Berdasarkan sitologi, organisme dapat dikategorikan menjadi dua

    kelompok, yaitu prokariotik dan eukariotik. Sel prokariotik merupakan suatu

    jenis sel dengan inti yang tidak jelas hanya ada di dalam sitoplasma tampak

    adanya bagian berwarna terang yang mengandung bahan DNA. Sel yang

    termasuk jenis sel prokariotik yaitu jenis sel bakteri, virus, ganggang biru, dan

    ganggang hijau. Sedangkan sel eukariotik berbeda dengan sel prokariotik,

    yaitu sel eukariot memiliki inti sel yang jelas karena inti sel ini memiliki

    dinding atau membran inti. Yang termasuk dari jenis eukariotik yaitu sel

    manusia, sel hewan, dan sel tumbuhan ( Juwono dan Juniarto Zulfa Ahmad,

    2000).

    Gambar 2. Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik(Sumber: Alters,2000)

    Sel Prokariotik Sel Eukariotik

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    28/70

    11

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel.2. Perbedaan sel eukariotik dan sel prokariotik (Sumber: Black, 2008)

    Karakteristik Prokariotik Euokariotik

    Struktur Genetik

    DNA Kromosom sirkular

    tunggal

    Kromosom

    berpasangan

    Lokasi informasi genetik nukleoid Membran nukleus

    Nukleus Tidak ada Ada

    Histon Tidak ada Ada

    DNA ekstrakromosal Di plasmid Di organel sel seperti,

    mitokondria,

    kloroplas,dan plasmid

    Struktur Intraseluler

    Benang mitosis Tidak ada Terdapat selama

    pembelahan sel

    Membran dalam Hanya terdapat pada

    fotosintesis organisme

    Terdapat pada organel

    yang tertutup

    membran

    Retikulum endoplasma Tidak ada Ada

    Kloroplas Tidak ada Ada

    Aparatus golgi Tidak ada Ada

    Lisosom Tidak ada Ada

    Peroksisom Tidak ada Ada

    Ribosom 70s 80s terdapat pada

    sitoplasma dan

    retikulumendoplasma, dan 70s

    terdapat pada organel

    lainnya

    Sitoskelesion Tidak ada Ada

    Sel Ekstraseluler

    Dinding sel Peptidoglikan terdapat

    pada kebanyakan sel

    Selulosa, kitin. Atau

    keduanya terdapat

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    29/70

    12

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    pada tanaman dan

    jamur

    Pemukaan lapisan flagella Kapsul atau lapisan

    yang berlendir ketika

    mengandung fibril

    atau flagelin

    Ketika terlihat seperti

    memiliki kandungan

    membran yang

    tertutup oleh

    mikrotubuli

    2.5.DNA

    Asam nukleat berfungsi menyimpan dan mentransmisikan informasi

    genetik dalam sel. Sel mempunyai dua jenis molekul asam nukleat yaitu DNA

    (asam deoksiribonukleat) dan RNA (asam ribonukleat). DNA menyimpan

    informasi genetik yang spesifik untuk setiap individu dan spesies tertentu,

    yang akan diwariskan ke generasi berikutnya. (Ghaffar,2009).

    DNA adalah polimer dari nukleotida-nukleotida. Nukleotida-

    nukleotida dalam DNA dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh ikatan

    fosfodiester, yaitu ikatan yang terjadi antara Carbon katida dari satu

    nukleotida terdiri dari sebuah gula pantosa (deoksiribosa), satu buah fosfat

    dan satu basa nitrogen. Basa nitrogen tersebut berikatan dengan karbon

    pertama dari gula deoksiribosa, sedangkan fosfat berikatan dengan karbon

    kelima dari gula yang sama (Stryer, 1988).

    2.5.1.Struktur DNA

    DNA merupakan polimer linier (polinukleotida) yang tersusun dari

    subunit atau monomer nukleotida. Komponen penyusun nukleotida terdiridari tiga jenis molekul, yaitu gula pentosa (deoksiribosa pada DNA atau

    ribosa pada RNA), basa nitrogen, dan gugus fosfat (Gambar 2.1). Basa yang

    ditemukan pada nukleotida adalah basa purin (adenin = A, guanin = G) dan

    basa pirimidin (cytosin = C, tymin = T, urasil = U) (Gambar 3). Monomer

    nukleotida mempunyai gugus hidroksil pada posisi karbon 3, gugus fosfat

    pada posisi karbon 5 dan basa pada posisi karbon 1 molekul gula.

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    30/70

    13

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Nukleotida satu dengan yang lainnya berikatan melalui ikatan fosfodiester

    antara gugus 5fosfat dengan gugus 3hidroksil (Ghaffar, 2007).

    Gambar.3. Struktur nukleotida(Sumber: Ghaffar, 2009)

    Struktur molekul DNA merupakan rantai heliks ganda yang

    memutar ke kanan. Kedua rantai polinukleotida memutar pada sumbu yang

    sama dan bergabung satu dengan yang lainnya melalui ikatan hidrogen antara

    basa-basanya. Basa guanin berpasangan dengan basa cytosin, sedangkan basa

    adenin berpasangan dengan basa tymin. Antara basa guanin dan basa cytosin

    terbentuk tiga ikatan hidrogen, sedang antara basa adenin dan tymin terbentuk

    dua ikatan hidrogen. Sehingga dalam molekul DNA jumlah basa G akan

    selalu sama dengan jumlah basa C, sedangkan jumlah basa A=T. Kemudian

    jumlah basa purin (A + G) akan sama dengan jumlah basa pyrimidin (C + T).

    Kedua untai DNA saling berkomplementasi melalui basa penyusunnya

    dengan arah antiparalel (berlawanan 5 3 vs 35), ujung yang

    mengandung gugus fosfat bebas disebut ujung 5 sedangkan pada ujung

    lainnya yang mengandung gugus hidroksil bebas disebut ujung 3. Kedua

    untai tersebut saling melilit satu sama lain membentuk struktur heliks ganda.

    Gugus fosfat dan gula yang tersusun bergantian menjadi tulang punggung

    (backbone) molekul DNA sementara pada bagian dalam terdapat basa yang

    melekat pada molekul gula.

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    31/70

    14

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar.4. Struktur DNA(Sumber: Black, 2008)

    Untai heliks DNA dapat memisah menjadi struktur untai tunggal

    dengan adanya pemanasan dengan suhu tinggi (> 90C), peristiwa ini sering

    dikenal dengan denaturasi. Denaturasi DNA bersifat reversible. Proses

    pembentukan kembali struktur untai ganda dari keadaan terdenaturasi

    disebut renaturasi. Proses renaturasi dapat berjalan jika suhu mendekati suhu

    subdenaturasi (mendekati 60C) (Yuwono, 2009). Selain itu derajat

    keasaman pH yang ekstrim (pH 10) dapat menyebabkan DNA

    terdenaturasi (Fatiyach et al, 2011).

    2.5.2.Isolasi DNA

    Pada proses analisis atau proses yang berkaitan dengan DNA

    dibutuhkan proses isolasi dan purifikasi DNA yang mana DNA terbungkus

    di dalam sel. Sebuah teknik yang ideal harus mengoptimalkan hasil DNA,

    meminimalkan degradasi DNA, dan efisiensi dalam biaya, waktu dan tenaga

    (Cheng Hon et al., 2010 ). Prinsip isolasi DNA adalah memisahkan DNA

    kromosom atau DNA genom dari komponen-komponen sel lain.Ada tiga

    langkah utama dalam ekstraksi DNA, yaitu perusakan dinding sel (lisis),

    pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta

    pemurnian DNA. Sumber DNA bisa dari tanaman, kultur mikroorganise,

    atau sel manusia. Membran sel dilisis dengan menambahkan detergen untuk

    membebaskan isinya, kemudian pada ekstrak sel tersebut ditambahkan

    protease (yang berfungsi mendegradasi protein) dan RNase (yang berfungsi

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    32/70

    15

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    untuk mendegradasi RNA), sehingga yang tinggal adalah DNA. Selanjutnya

    ekstrak tersebut dipanaskan sampai suhu 90C untuk menginaktifasi enzim

    yang mendegradasi DNA (DNase). Larutan DNA kemudian di presipitasi

    dengan etanol dan bisa dilarutkan lagi dengan air (Ghaffar, 2007; Ardiana,

    2009). Salah satu cara untuk memecahkan sel dan mengisolasi DNA dengan

    menggunakan larutan EDTA, larutan tersebut mengandung ion pengkelat

    Mg2+ dikombinasi dengan enzim pendegradasi membran sel yaitu enzim

    lisozim. Setelah DNA terlepas dari sel maka selanjutnya dilakukan eliminasi

    RNA dengan enzim Rnase. (Rapley dan Walker, 2000). RNAse merupakan

    endoribonuklease yang secara khusus mendegradasi C dan U pada untai

    tunggal RNA. RNase memotong rantai fosfodiester antara 5-ribosa pada

    nukleotida dan kelompok fosfat pada 3- ribosa pirimidin yang saling

    berdekatan (Blackburn & Moore, 1982; Raines, 1998). Adanya garam

    (NaCl) dengan konsentrasi tinggi dapat mengendapkan protein karena

    adanya fenomena salting-out (Kurniati, 2009).

    Purifikasi DNA bertujuan untuk menghilangkan kontaminan

    (protein) selain DNA. Salah satu metode purifikasi DNA hasil ekstraksi

    adalah metode ekstraksi fenol-kloroform. Campuran fenol dan kloroform

    merupakan campuran yang homogen (Sambrook dan Russell, 2001).

    Cara ini menghilangkan protein dengan penambahan fenol atau campuran

    fenol: kloroform : isoamil alkohol (50:49:1). Larutan organik ini

    mengendapkan protein yang akan menggumpal pada batas antara fase air dan

    fase organik. Fungsi isoamil alkohol untuk mencegah terjadinya emulsi

    (Sudjadi, 2008).

    Metode pengendapan DNA paling banyak dilakukan dengan etanolyang mengandung natrium klorida pada suhu -200C. Pada preparasi sampel

    DNA, setelah pengendapan dengan etanol, DNA disentrifugasi kemudian

    dilarutkan kembali dalam buffer TE. DNA plasmid dapat dimurnikan lebih

    lanjut dengan sesium klorida. Sedangkan preparasi DNA kromosom,

    endapan DNA akan berbentuk kabut putih berisi molekul DNA dalam bentuk

    benang panjang yang dapat diambil dengan batang pengaduk (Sudjadi,

    2008).

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    33/70

    16

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pada zaman modern ini, telah dilakukan pengembangan dan

    modifikasi proses ekstraksi DNA, salah satunya menggunakanspin coloumn

    yang mengandung silicon dioxide. Prinsip dari metode ini adalah

    berdasarkan tingginya afinitas muatan negatif dari rantai utama DNA

    terhadap partikel silika yang bermuatan positif.DNA dapat terikat dengan

    kuat pada silika dibawah kondisi garam chaotropic seperti Guanidine-HCl.

    Garam ini dapat memecah ikatan hidrogen antara ion oksigen pada DNA

    dengan ion hidrogen pada air. DNA yang terabsorpsi oleh silika dapat

    dipisahkan dari protein dan sel debris dengan pencucian. DNA murni

    kemudian dapat dielusi dari silika dengan buffer Tris-EDTA atau Aquabidest

    (Chee Tan dan Chin Yiap, 2009).

    Untuk mengukur DNA, dapat dilakukan pengukuran konsentrasi

    DNA dengan spektrofotometri UV. Kemurnian larutan DNA murni memiliki

    rasio A260/A280 adalah 1,8. Jika rasio kurang dari 1,8 menunujukkan

    adanya pengotor protein atau fenol, sedangkan jika rasio lebih dari 1,8

    menunjukkan adanya RNA (Sudjadi, 2008).

    2.5.3.DNA Mitokondria

    Mitokondria merupakan organel intraseluler dengan ukuran 0,2 m

    sampai 0,5 m, berbentuk bulat atau berbentuk tongkat. Mitokondria

    diselubungi oleh dua membran yaitu membran luar bersifat licin dan

    berhubungan dengan sitoplasma, sedangkan membran dalam berbentuk

    lekukan dan lipatan ke dalam disebut dengan krista. Fungsi mitokondria

    sebagai tempat respirasi sel, yaitu proses katabolik yang membutuhkan

    oksigen dalam produksi adenosin trifosfat (ATP). Di dalam mitokondria

    mengandung DNA dan ribosom yang berfungsi melaksanakan proses sintesisprotein (Brensick, 1996).

    Ukuran DNA mitokondria pada hewan 15 sampai 20 kb dan

    mengandung 37 gen (Boore, 1999). Penggunaan MtDNA dalam analisis

    karena memiliki jumlah kopi tinggi menjadikannya mudah diisolasi dan

    dipurifikasi untuk keperluan analisis genom (Sholihin, 1994).

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    34/70

    17

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 5. Struktur DNA Mitokondria

    (Sumber : Moraes et al, 2002)

    2.6. PCR

    Polymerase Chain Reaction(PCR) adalah suatu teknik sintesis dan

    amplifikasi DNA secara in vitro, dimana setiap fragmen DNA dapat

    diamplifikasi dengan cepat tanpa menggunakan sel. DNA diinkubasi dalam

    tabung reaksi dengan DNA polimerase jenis khusus, suatu pasokan

    nukleotida, dan potongan pendek DNA untai tunggal sintetik yang berfungsi

    sebagai primer. (Campbell, Reece Nail, Jane B., Mitchell, Lawrence G.

    2002).

    PCRmemungkinkan adanya perbanyakan DNA antara dua primer,

    hanya di dalam tabung reaksi, tanpa perlu memasukkannya ke dalam sel ( in

    vivo). Pada prosesPCRdibutuhkan DNA untai ganda yang berfungsi sebagaicetakan (templat) yang mengandung DNA-target (yang akan di amplifikasi)

    untuk pembentukan molekul DNA baru, enzim DNA polimerase,

    deoksinukleosida trifosfat (dNTP), dan sepasang primer oligonukleotida.

    Pada kondisi tertentu, kedua primer akan mengenali dan berikatan dengan

    untaian DNA komplemennya yang terletak pada awal dan akhir fragmen

    DNA target, sehingga kedua primer tersebut akan menyediakan gugus

    hidroksil bebas pada karbon 3. Setelah kedua primer menempel pada DNA

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    35/70

    18

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    templat, DNA polimerase mengkatalisis proses pemanjangan kedua primer

    dengan menambahkan nukleotida yang komplemen dengan urutan

    nukleotida templat. DNA polimerase mengkatalisis pembentukan ikatan

    fosfodiester antara OH pada karbon 3 dengan gugus 5 fosfat dNTP yang

    ditambahkan. Sehingga proses penambahan dNTP yang dikatalisis oleh

    enzim DNA polimerase ini berlangsung dengan arah 53 dan disebut

    reaksi polimerisasi. Enzim DNA polimerase hanya akan menambahkan

    dNTP yang komplemen dengan nukleotida yang terdapat pada rantai DNA

    templat (Ghaffar, 2007).

    PCR melibatkan banyak siklus yang masing-masing terdiri dari tiga

    tahap berurutan, yaitu pemisahan (denaturasi) rantai DNA templat,

    penempelan (annealing) pasangan primer pada DNA target dan

    pemanjangan (extension) primer atau reaksi polimerisasi yang dikaalisis oleh

    DNA polimerase. (Ghaffar, 2007).

    2.6.1.Komponen PCR

    Komponen-komponen yang diperlukan pada proses PCR adalah

    fragmen DNA yang akan diamplifikasi (template DNA), sepasang primer,

    yaitu suatu oligonukleotida pendek yang mempunyai urutan nukleotida yang

    komplementer dengan urutan nukleotida DNA template, dNTPs

    (Deoxynucleotide triphosphates), buffer PCR, magnesium klorida (MgCl2)

    dan enzim polimerase DNA yang tahan panas (Taq polymerase). Semua

    komponen PCR dicampur dalam total volume 10 50 L (Muladno, 2010;

    Handoyo dan Rudiretna, 2001; Sulistyaningsih, 2007).

    1. Taq DNA PolymeraseEnzim ini bersifat termostabil dan diisolasi dari Thermus aquaticus.

    Akitivitas polimerisasi DNA dari ujung-5 ke ujunug-3, dan aktivitas

    enzimatik ini memiliki waktu paruh sekitar 40 menit pada suhu 95 C.

    Biasanya untuk setiap 100 uL volume reaksi, ditambahkan 2,0-2,5 unit

    Taq polymerase. Penggunaan enzim ini harus memperhatikan proses

    penyimpanan (selalu di freezer pada suhu -20C), dan pada saat

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    36/70

    19

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    pengambilan tidak boleh terlalu lama di suhu ruang. Hal ini dilakukan

    untuk meminimalkan kerusakan enzim akibat pengaruh suhu.

    2.

    Primer

    Merupakan oligonukleotida pendek rantai tunggal yang mempunyai

    urutan komplemen dengan DNA templat yang akan diperbanyak. Panjang

    primer berkisar antara 20-30 basa. Untuk merancang urutan primer, perlu

    diketahui urutan 55 nukleotida pada awal dan akhir DNA target. Primer

    oligonukleotida di sintesis menggunakan suatu alat yang disebut DNA

    synthesizer.

    Pasangan primer terdiri dari 2 oligonukleotida yang mengandung 16

    30 nukleotida dan mempunyai 40 60 % GC content. Sekuen primer

    kurang dari 16 basa dapat memicu amplifikasi produk PCR non spesifik.

    Untuk ukuran primer yang pendek kemungkinan terjadinya mispriming

    (penempelan primer pada situs non-target) tinggi, ini akan menyebabkan

    berkurangnya spesifisitas dari primer tersebut yang nantinya akan

    berpengaruh pada efektifitas dan efisiensi proses PCR. Sedangkan untuk

    panjang primer lebih dari 30 basa tidak akan meningkatkan spesifisitas

    primer secara bermakna dan ini akan menyebabkan biaya yang lebih

    mahal.

    Interaksi primer-primer seperti self-homology dan crosshomology

    harus dihindari. Demikian juga dengan terjadinya misprimingpada daerah

    lain yang tidak dikehendaki, ini semua dapat menyebabkan spesifisitas

    primer menjadi rendah di samping itu konsentrasi primer menjadi

    berkurang.

    Melting temperatur (Tm) adalah temperatur di mana 50 % untaiganda DNA terpisah. Pemilihan Tm suatu primer sangat penting karena

    Tm primer sangat berpengaruh di dalam pemilihan suhu annealingproses

    PCR. Tm berkaitan dengan komposisi primer dan panjang primer. Secara

    teoritis Tm primer dapat dihitung dengan menggunakan rumus [2(A+T) +

    4(C+G)]. Sebaiknya Tm primer berkisar antara 5065C.

    3.dNTPs (Deoxynucleotide Triphosphates)

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    37/70

    20

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dNTPs merupakan suatu campuran yang terdiri atas dATP

    (deoksiadenosin trifosfat), dTTP (deoksitimidin trifosfat), dCTP

    (deoksisitidin trifosfat) dan dGTP (deoksiguanosin trifosfat). Dalam

    proses PCR dNTPs bertindak sebagai building block DNA yang

    diperlukan dalam proses ekstensi DNA. dNTP akan menempel pada gugus

    OH pada ujung 3 dari primer membentuk untai baru yang komplementer

    dengan untai DNA template. Konsentrasi dNTP harus seimbang untuk

    meminimalkan kesalahan penggabungan. Konsentrasi dNTP yang rendah

    akan mengurangi terjadinya mispriming pada daerah non target dan

    menurunkan kemungkinan perpanjangan nukleotida yang salah, oleh

    karena itu spesifitas dan ketepatan PCR meningkat pada konsentrasi

    dNTP yang lebih rendah.

    4.Buffer PCR dan MgCl2

    Reaksi PCR hanya akan berlangsung pada kondisi pH tertentu. Oleh

    karena itu untuk melakukan proses PCR diperlukan buffer PCR. Fungsi

    buffer di sini adalah untuk menjamin pH medium. Selain buffer PCR

    diperlukan juga adanya ion Mg2+, ion tersebut berasal dari berasal MgCl2.

    MgCl2bertindak sebagai kofaktor yang berfungsi menstimulasi aktivitas

    DNA polimerase. Adanya MgCl2 akan meningkatkan interaksi primer

    dengan template DNA.

    5.

    DNA Template

    Fungsi DNA template di dalam proses PCR adalah sebagai cetakan

    untuk pembentukan molekul DNA baru yang sama atau molekul DNA

    yang menjadi sekuen target yang akan diamplifikasi. Template DNA

    dapat berupa DNA kromosom, DNA plasmid ataupun fragmen DNAapapun asal di dalam DNA template tersebut mengandung fragmen DNA

    target yang dituju. Ukuran DNA bukan merupakan faktor utama

    keberhasilan PCR, berapapun panjangnya asal mengandung sekuen yang

    diinginkan. Konsentrasi DNA template harus dioptimasi. Jika

    konsentrasinya terlalu rendah maka primer mungkin tidak dapat

    menemukan target, sebaliknya bila terlalu tinggi akan meningkatkan

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    38/70

    21

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    kemungkinan mispriming. Disamping itu perlu diperhatikan kemurnian

    template karena dapat mempengaruhi hasil reaksi.

    2.6.2. Tahapan PCR

    1.Denaturasi

    Selama proses denaturasi, DNA untai ganda akan membuka menjadi

    dua untai tunggal. Hal ini disebabkan karena suhu denaturasi yang tinggi

    menyebabkan putusnya ikatan hidrogen diantara basa-basa yang

    komplemen. Pada tahap ini, seluruh reaksi 53 enzim tidak berjalan,

    misalnya reaksi polimerisasi pada siklus yang sebelumnya. Denaturasi

    biasanya dilakukan antara suhu 90C95C.

    2.Penempelan Primer

    Pada tahap penempelan primer (annealing), primer akan menuju

    daerah yang spesifik yang komplemen dengan urutan primer. Pada proses

    annealing ini, ikatan hidrogen akan terbentuk antara primer dengan urutan

    komplemen pada templat. Proses ini biasanya dilakukan pada suhu 50C

    60C. Selanjutnya, DNA polymerase akan berikatan sehingga ikatan

    hidrogen tersebut akan menjadi sangat kuat dan tidak akan putus kembali

    apabila dilakukan reaksi polimerisasi selanjutnya, misalnya pada 72 C.

    3.Reaksi Polimerisasi

    Umumnya, reaksi polimerisasi atau perpanjangan rantai ini, terjadi

    pada suhu 72 C. Primer yang telah menempel tadi akan mengalami

    perpanjangan pada sisi 3nya dengan penambahan dNTP yang

    komplemen dengan templat oleh DNA polimerase.

    Gambar.6. Siklus PCR, yang terdiri dari denaturasi,

    penempelan primer (annealing) dan polimerisasinya(Sumber: Ghaffar, 2007)

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    39/70

    22

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jika siklus dilakukan berulang-ulang maka daerah yang dibatasi oleh

    dua primer akan di amplifikasi secara eksponensial (disebut amplikon

    yang berupa untai ganda), sehingga mencapai jumlah copy yang dapat

    dirumuskan dengan (2n)x. Dimana n adalah jumlah siklus dan x adalah

    jumlah awal molekul DNA. Jadi, seandainya ada 1 copy DNA sebelum

    siklus berlangsung, setelah satu siklus, akan menjadi 2 copy, sesudah 2

    siklus akan menjadi 4, sesudah 3 siklus akan menjadi 8 kopi dan

    seterusnya. Sehingga perubahan ini akan berlangsung secara

    eksponensial. PCR dengan menggunakan enzim Taq DNA polimerase

    pada akhir dari setiap siklus akan menyebabkan penambahan satu

    nukleotida A pada ujung 3 dari potongan DNA yang dihasilkan. Sehingga

    nantinya produk PCR ini dapat di kloning dengan menggunakan vektor

    yang ditambahkan nukleotida T pada ujung-ujung 5-nya. Proses PCR

    dilakukan menggunakan suatu alat yang disebut thermocycler (Ghaffar,

    2007).

    2.7. Real-T ime PCR

    Real-time PCR adalah suatu metode untuk mendeteksi dan

    penghitungan sinyal fluoresensi sebanding dengan dihasilkannya produk

    PCR setiap siklus amplifikasi PCR (Dennis Lo et al., 2006). Kuantifikasi

    level ekspresi gen dapat menghasilkan petunjuk tentang fungsi gen, sebagai

    contoh yaitu pengukuran ekspresi gen dapat membantu mengidentifikasi

    jenis sel atau jaringan dimana gen tersebut diekspresikan, selain itu juga

    menunjukkan tingkat ekspresi gen keadaan biologis individu seperti jenis

    penyakit yang terdapat pada individu tersebut (Fraga et al., 2008).Penggunaan Real-time PCR memiliki beberapa keunggulan yaitu mampu

    menganalisis sampel dengan jumlah relatif sedikit, memiliki kemampuan

    untuk menghasilkan data cepat dan akurat, dan mampu menganalisis lebih

    dari satu gen dalam satu waktu (Fraga et al., 2008).

    Dalam penggunaan alat real-time PCR memiliki dua jenis

    komponen bahan kimia untuk mendeteksi sampel selama siklus PCR yaitu

    pewarna fluoresensi SYBR greendan probe DNA. Pewarna berfluoresensi

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    40/70

    23

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    menginterkalasi DNA beruntai ganda, sedangkan probe DNA terdiri dari

    oligonuklotida yang dihubungkan dengan pewarna fluoresensi dan quencher.

    Pada proses pendegradasian melepaskan pewarna fluoresensi dari komponen

    yang berfungsi untuk pendegradasi sehingga menghasilkan emisi fluoresensi

    yang sebanding dengan jumlah template DNA. Sinyal fluoresensi yang

    terbentuk diukur dan digunakan untuk kuantisasi DNA (Hui Chai et al.,

    2011).

    Instrumen real-time PCR mendeteksi amplikon dan mengukur

    peningkatan fluoresensi yang dihasilkan dari sintesis DNA. Fluoresensi ini

    dihasilkan ketika terjadi peningkatan ikatan double strand DNA dengan

    pewarna atau probefluorogenicpada pencampuran amplifikasi. Peningkatan

    fluoresensi digambarkan dengan kurva yang terdiri dari tiga buah fasa yaitu

    fasa awal atau fasa inisiasi yaitu fase terjadi pada siklus pertama PCR dimana

    pancaran fluoresensi belum dapat dibedakan dari baseline, fasa eksponensial

    atau fasa puncak merupakan fase peningkatan eksponensial dalam

    fluoresensi sebelum fase plateau tercapai, dan fasa plateau atau fasa stabil

    yaitu tidak terjadi peningkatan fluoresensi yang diamati (Vaerman, 2004;

    Rodriguez, 2013).

    Instrumen Real-time PCR memiliki tiga komponen utama yaitu

    thermal block cycler sebagai akurasi data, optical system sebagai deteksi

    data, dan software sebagai analisa data. Real-time PCRdapat menganalisa

    banyak sampel hingga 96 sampel menggunakan multiwell plates (Rochec,

    2008).

    Gambar 7. Bentuk KurvaReal- Time PCR

    (Sumber :Rodriguez, 2013)

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    41/70

    24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Halal Food and Drug

    Analysis, Laboratorium Penelitian II, dan Laboratorium MPR Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah, Jakarta. Waktu pelaksanaan dari bulan Januari 2014 hingga

    Desember 2014.

    3.2. Alat dan Bahan

    3.2.1. Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau steril,

    mikropipet ukuran 10 L, 200 L, 1000 L [BIO RAD], tips 10 L, 100

    L, 1000 L, tube dan mikro tube, high pure filtrationn tube [Roche],

    collectiontube [Roche], Spektrofotometer Nano Drop [BioDrop], dan mesin

    real-time PCR [LightCycler 480.0-Roche]. Alat gelas yang digunakan

    adalah gelas ukur, gelas beaker [Pyrex], batang pengaduk dan cawan

    penguap.

    3.2.2.Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging

    sapi, daging babi, standar gelatin babi dan gelatin sapi pro analisa [Sigma

    Aldrich], sukrosa, sirup glukosa, asam sitrat, tartrazine [Sigma Aldrich],

    aquadest, aquabidest, gelatin sapi teknis [EMS], Natrium Asetat 3M[Merck], Isopropanol [Merck] satu set High Pure PCR Template

    Preparation Kit Roche (meliputi: Tissue Lysis Buffer, Binding Buffer,

    Proteinase K, Inhibitor Removal Buffer, Wash Buffer, dan Elution

    Buffer),etanol absolut [Merck],isopropanol [Merck], ddH2O [Roche], LC

    TaqMan Probe Master [Roche] yang terdiri: FastStart Taq DNA

    Polymerase, buffer, dNTP mix, MgCl26,4 mM. Dan primer-probe seperti

    pada tabel berikut.

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    42/70

    25

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel. 3. Susunan basa primer dan probe untuk DNA sapi dan babi (Sumber

    : Tanabe et al., 2007 dengan modifikasi)

    Babi Forward

    Reverse

    Probe

    5'-ATCTTGCAAATCCTAACAGGCCTG-3'

    5'-CGTTTGCATGTAGATAGCGAATAAC-3'

    5'-(FAM)-CACAACAACAGCTTTCTCATCAGTTAC-(BHQ1)-3'

    Sapi Forward

    Reverse

    Probe

    5'-CCCGATTCTTCGCTTTCCAT-3'

    5'-AATGGGATTTTGCTACGTCTGAGG-3'

    5'-(FAM)-CCACCTACTATTCCTCCACGAAACA-(BHQ1)-3'

    3.3. Tahapan Penelitian

    1.Pembuatan GummySimulasi Vitamin C Dari Gelatin Babi Dan Gelatin

    Sapi

    2.Isolasi DNA dari Daging, Gelatin, dan GummySimulasi

    3.Analisis Konsentrasi dan Kemurnian Isolat DNA dengan

    Spektrofotometri DNA

    4.

    Amplifikasi Isolat DNA denganReal-Time PCR

    5.Analisis Hasil Amplifikasi

    3.4. Prosedur Kerja

    3.4.1.Pembuatan Simulasi Gummy Vitamin C dari Gelatin Babi dan Gelatin

    Sapi

    Sebanyak 0,95 gr sukrosa, 0,9 gr glukosa dan 0,05 gr asam sitrat

    dilarutkan dengan 1,4 mL aquadest diatas penangas air pada suhu 65 C

    (larutan A). Pada wadah lain 0,5 gr gelatin dilarutkan dengan 1 mL aquadest

    di atas penangas air dengan suhu 60 C (Larutan B). Sebanyak 0,075 gr

    vitamin C dilarutkan dengan 0,1 ml aquadest diaduk hingga melarut (Larutan

    C). Kemudian larutan A dan larutan C dicampur pada larutan B, diadukhingga homogen. Sebanyak 0,025 ml tartrazine dicampurkan ke larutan B

    diaduk hingga terlihat warna yang homogen. Massa yang terbentuk disimpan

    di dalam refigrator selama 24 jam. Untuk pembuatan sampel simulasigummy

    dengan berbagai presentase campuran babi sama perlakuan dengan prosedur

    di atas (Schrieber and Gareis, 2007 dengan modifikasi).

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    43/70

    26

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel.4. Komposisi Formula Simulasi GummyVitamin C

    Bahan

    Konsentrasi

    %

    Penimbangan Bahan

    Gummy

    Simulasi

    Sapi

    Gummy

    Simulasi

    1% Babi

    Gummy

    Simulasi

    25%

    Babi

    Gummy

    Simulasi

    50%

    Babi

    Gummy

    Simulasi

    75%

    Babi

    Gummy

    Simulasi

    Babi

    Sukrosa 19 % 0,95 gr 0,95 gr 0,95 gr 0,95 gr 0,95 gr 0,95 gr

    Glukosa 18 % 0,9 gr 0,9 gr 0,9 gr 0,9 gr 0,9 gr 0,9 gr

    Gelatin

    *) Gelatin Sapi

    *) Gelatin Babi

    10 % 0,5 gr

    -

    0,495 gr

    0,005 gr

    0,375 gr

    0,125 gr

    0,25 gr

    0.25 gr

    0,375 gr

    0,125 gr

    -

    0,5 gr

    Asam sitrat 1 % 0,05 gr 0,05 gr 0,05 gr 0,05 gr 0,05 gr 0,05 gr

    Vitamin C 1,5 % 0,075 gr 0,075 gr 0,075 gr 0,075 gr 0,075 gr 0,075 gr

    Tartazine 0,5 % 0,025 ml 0,025 ml 0,025 ml 0,025 ml 0,025 ml 0,025 ml

    Aquadest 50 % 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml

    Total 100 % 5 gr 5 gr 5 gr 5 gr 5 gr 5 gr

    3.4.2. Isolasi DNA

    Proses isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan High Pure

    PCR Template Preparation Kitdari Roche.

    1.Preparasi sampel

    a.Daging Segar (Rochea, 2012; Erwanto et al., 2012)

    Sebanyak 50 mg masing-masing daging sapi dan daging babi

    dipotong halus dengan pisau steril. Masing masing daging tersebut

    dimasukkan ke dalam microsentrifuge tube. Kemudian ke dalam tube

    tersebut masing-masing ditambahkan 200 l Tissue Lysis Bufferdan 40

    l larutan Proteinase K. Campuran divortex selama 1 menit dan

    diinkubasi pada suhu 55C selama 24 jam dalam waterbath.

    b.Gelatin dan Sampel Simulasi GummyVitamin C (Rochea, 2012; Erwanto

    et al., 2012;Sambrook et al, 2001 dengan modifikasi)

    Sebanyak 500 mg masing-masing gelatin sapi, gelatin babi dan

    sampel simulasi gummy vitamin C dimasukkan ke dalam

    microtube,sampelsimulasi gummyvitamin C dileburkan diatas penangas

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    44/70

    27

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dengan suhu 60C. Kemudian ditambahkan 500 L natrium asetat 3M

    dan 500 L isopropanol (equal volume). Sampel dikocok dengan

    membalikkan tube tiga kali hingga homogen.

    2.

    Proses isolasi DNA (Roche a, 2012; Erwanto et al., 2012)

    Sebanyak 600 L sampel yang diambil dari campuran natrium asetat dan

    isopropanol dilarutkan dalam 200 uL Tissue Lysis Buffer dan 40 uL

    proteinase K kemudian diinkubasi pada suhu 55 C selama 24 jam.

    Setelah sampel melebur, ditambahkan 200 uL binding bufferdivortex

    selama 2 menit lalu diinkubasi pada suhu 70 C selama 10 menit. Lalu

    ditambahkan 200 l isopropanol dan dihomogenkan dengan vortex

    selama 2 menit. Campuran sampel dipipet ke atasHigh Pure Filter Tube

    yang telah dipasangkan Collection Tube, kemudian tube ditutup dan

    dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 8700 rpm selama 1 menit.Filter

    tube dilepaskan dari collection tube dan cairan yang melewati filter

    dibuang bersamaan collection tube. Filter tube dipasangkan kembali

    dengan collection tube yang baru. Ditambahkan 500 l Inhibitor

    Removal Buffermelalui penyangga atas Filter Tube dan disentrifugasi

    kembali dengan kecepatan 8700 rpm selama 1 menit. Filter tube

    dilepaskandari collection tubedan cairan yang melewati filter dibuang

    bersamaan collection tube. Filter tube dipasangkan kembali dengan

    collection tube yang baru. Ditambahkan 500 l Wash Bufferkemudian

    sentrifugasi kembali dengan kecepatan 8700 rpm selama 1 menit.Filter

    tube dilepaskan dari collection tube dan cairan yang melewati filter

    dibuang bersamaan collection tube. Filter tube dipasangkan kembali

    dengan collection tube yang baru. Ditambahkan 500 l Wash Buffer

    kemudian sentrifugasi kembali dengan kecepatan 8700 rpm selama 1

    menit. Filter tube dilepaskan dari collection tube dan cairan yang

    melewati filter dibuang.Filter tubedipasang kembali dengan collection

    tube dan dilakukan sentrifugasi selama 10 detik dengan kecepatan

    maksimum. Hal ini dilakukan agar semua wash buffer tidak tertinggal

    pada filter. Collection tube dilepaskan dari Filter tube dan dibuang.

    Untuk mengelusi DNA yang terdapat pada filter, pasang Filter tube

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    45/70

    28

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    tersebut pada 1.5 mlMicrosentrifuge tube yang bersih dan steril.Elution

    Bufffer dihangatkan dengan Penangas Air pada suhu 70oC terlebih

    dahulu. Kemudian ditambahkan 150 l Elution Buffer yang telah

    dihangatkan sebelumnya dan penambahan elution buffer dibagi menjadi

    tiga kali dengan volume 50 uL. Sentrifugasi kembali selama 1 menit

    dengan kecepatan 8000 rpm. Filter tube dilepaskan. Pada

    Microsentrifuge tube telah mengandung DNA terpurifikasi yang dapat

    disimpan pada suhu 2oC, 8o C, 15o C, dan 25oC untuk dianalisa

    selanjutnya.

    3.4.3.Pengujian Konsentrasi dan Kemurnian Isolat DNA dengan

    Spektrofotometer DNA

    Alat spektrofotometer Biodrop dinyalakan, bagian nucleic

    acidditekan. Dipilih pathlength 0.5mm. Pedestal dibersihkan terlebih

    dahulu dengan tissu kemudian dipipet sebanyak 1 Lblanko elution buffer

    dan diteteskan pada pedestal. BagianBLANKpada layar ditekan untuk

    pengukuran blanko, setelah selesai pedestal dibersihkan dengan tissue.

    Larutan isolat DNA sebanyak 1L dipipet dan dimasukkan ke dalam

    pedestal, kemudian klik tombol Measure sehingga layar akan

    menampilkan spektrum dan jumlah konsentrasi yang dihitung (Biodrop,

    2012).

    3.4.4.AmplifikasiReal-T ime PCR

    Proses yang dilakukan pada amplifikasi DNA dengan Real Time

    PCR adalah sebagai berikut:

    Larutan induk primer dan probe dengan konsentrasi 100 M dibuat

    dan dimasukkan ke dalam tube.Primer dan probe konsentrasi 10 M yangdibuat dari larutan induk 100 M dan disimpan ke dalam tube yang lain.

    Kemudian Master Mix dibuat dengan volume total 20 L yang terdiri dari 5

    L template DNA, 1.4 L Aquabidest, 1.6 L primer forwardkonsentrasi

    0,8 M, 1.6 L primer reversekonsentrasi 0,8 M, 0.4 L probe konsentrasi

    0,2 M, dan 10 L LightCycler 480 probe master (enzim FastStart Taq

    DNA Polymerase,dNTP mix, dan 6.4 mM MgCl2). Masing-masing DNA

    template dimasukkan ke well terlebih dahulu kemudian master mix

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    46/70

    29

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dimasukkan ke dalam multiwell platepada well yang diinginkan dan ditutup

    dengan sealing foil. Dilakukan proses pengaturan programLightCycler 480

    Real-Time PCR yang akan digunakan untuk proses amplifikasi. Setelah

    campuran reaksi total PCR dan program amplifikasi telah siap, campuran

    reaksi total PCR diletakkan pada multiwell plateyang ditutup menggunakan

    sealing foil, kemudian diletakkan pada mesin real-time PCR. Instrumen

    Real-Time PCRakan mengamplifikasi DNA secara otomatis dan langsung

    memberikan hasil amplifikasi melalui monitor dalam bentuk kurva (Rochec,

    2008).

    Gambar.8. Program AmplifikasiReal-Time PCR

    (Sumber : Rochec,2008)

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    47/70

    30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1.

    Pembuatan Simulasi GummyVitamin C

    Gambar 9. Simulasi gummy vitamin C

    Pada penelitian ini dilakukan pembuatan simulasigummyvitamin C

    yang terdiri dari simulasi gummyvitamin C sapi, simulasigummy vitamin

    Cbabi, serta simulasi gummy vitamin C campuran sapi dan babi dengan

    persentase 1% babi, 25% babi, 50% babi, dan 75% babi.Formulasi simulasi

    gummy vitamin c yang digunakan adalah sukrosa dan glukosa sebagai

    pemanis, gelatin sebagai basis gummy, asam sitrat sebagai agen pengasam

    dan tartrazin sebagai pewarna. Formulasi gummy simulasi vitamin C

    merupakan modifikasi dari formulasi gummy yang terdapat pada Gelatine

    Handbook : Theory and Industrial Practice (Schriber & Gareis, 2007).

    Simulasi Gummy vitamin C yang dihasilkan pada penelitian ini

    memiliki sifat organoleptis yaitu berwarna oranye, memiliki rasa asam,

    kenyal, dan meleleh dalam mulut saat dikunyah. Berat sediaangummyrata-

    rata 3,8 gr. Berat sediaan tersebut masih belum memenuhi standar berat

    sebenarnya yaitu 5 gr. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal

    diantaranya sisa larutan gummymasih ada yang menempel pada dinding

    cawan sehingga tidak tertuang keseluruhan.

    4.2.Isolasi DNA

    Proses isolasi DNA merupakan tahap awal sebelum dilakukannya

    analisis sumber DNA pada sediaan gummy simulasi vitamin C. Isolasi DNA

    dilakukan untuk mendapatkan DNA genom dari daging sapi, daging babi,

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    48/70

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    49/70

    32

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    terlebih dahulu dengan 200 L tissue lysis buffer. Larutan tissue lysis buffer

    mengandung EDTA yang merupakanzat yang mengikat ion magnesium

    pada dinding sel sehingga memudahkan proses pelisisan dinding sel

    (Sudjadi, 2008). Urea 4M merupakan zat kaotropik yang mendenaturasi

    protein pada sel. Tris 200 mM sebagai buffer yang menjaga kestabilan pH

    DNA efektif pada pH 7-9 (Tan Alex, 2014).

    Langkah selanjutnya sampel ditambahkan proteinase K lalu

    diinkubasi pada suhu 55C selama 24 jam. Proteinase K berfungsi sebagai

    pendegradasi protein yang terikat pada DNA. Proses degradasi protein

    diperlukan kondisi yang optimal pada suhu 50-55 C dengan pH 7.5 sampai

    8 (Kieleczawa, 2006).

    Selanjutnya ditambahkan 200 L binding buffer diinkubasi 10 menit

    pada suhu 70 C dan ditambahkan 250 L isopropanol untuk mengikat

    DNA pada membran. Larutan sampel kemudian dimasukkan pada filter tube

    yang telah terpasang pada collection tube kemudian disentrifugasi. Filter

    tubeyang telah digunakan sebelumnya, dipasangkan collection tubebaru

    dan ditambahkan inhibitor removal buffer.Tujuan dari penambahan

    inhibitor removalbufferini adalah untuk menghilangkan zat-zat pengotor

    seperti protein yang menghambat pada amplifikasi PCR. Filter tube

    kemudian dipasangkan dengan collection tubebaru dan ditambahkan wash

    buffer. Larutanwash bufferberfungsi menghilangkan sisa kotoran protein

    dan garam kaotropik yang terikat pada DNA. Setelah dilakukan pencucian,

    DNA yang terikat pada matriks silika kemudian dielusi dengan Elution

    Buffer yang telah dipanaskan pada suhu 70 C, tujuan pemanasan untuk

    pengelusian isolat DNA secara optimal. (Roche, 2012; Kennedy, 2010).Isolat DNA kemudian dianalisis konsentrasi dan kemurniannya dengan

    spektrofotometer DNA.

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    50/70

    33

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.3.Analisa Konsentrasi dan Kemurnian Isolat DNA dengan

    Spektrofotometer DNA

    Tabel .5. Konsentrasi dan kemurnian Isolat DNA

    Analisa konsentrasi dan kemurnian DNA dilakukan dengan

    menggunakan spektrofotometer DNA. Prinsip kerja spektrofotometer DNA

    sesuai dengan spektrofotometer UV tetapi pengukuran dilakukan pada

    panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Kemurnian isolat DNA dilihat

    dengan rasio A260/A280 adalah 1,8-2 (Sambrook et al, 2001 ; Sudjadi,

    2008;Conn, 2012).Konsentrasi DNA yang didapatkan pada daging sapi

    sebesar 36,45 ng/L dan daging babi sebesar 46 ng/L. Sedangkan gelatin

    sapi sebesar 29,44 ng/L, gelatin babi sebesar 10,36 ng/L, serta gummy

    1% babi sebesar13,85 ng/L, gummy 25% babi sebesar 10,23ng/L,

    gummy50% babi sebesar 12,06 ng/L, dangummy75% babi sebesar 30,13

    ng/L. Konsentrasi isolat DNA daging yang didapatkan jauh lebih besar

    dibandingkan DNA gelatin dan DNA sampel gummy. Hal ini dikarenakan

    pada daging memiliki jumlah sel yang banyak dan belum mengalami proses

    pengolahan sedangkan gelatin merupakan produk hasil hidrolisis dari

    kolagen yang menyebabkan denaturasi DNA sehingga DNA yang

    NO SAMPEL KONSENTRASI

    (ng/L)

    KEMURNIAN

    (A260/A280)

    1 Daging sapi 36,54 1,923

    2 Daging babi 46 1,804

    3 Gelatin sapi 29,44 1,597

    4 Gelatin babi 10,36 1,610

    5 Gummysapi 17,18 1,606

    6 Gummybabi 18 1,645

    7 Gummycampuran babi 1% 13,85 1,565

    8 Gummycampuran babi 25% 10,23 1,588

    9 Gummycampuran babi 50% 12,06 1,504

    10 Gummycampuran babi 75% 30,13 1,638

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    51/70

    34

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    didapatkan sedikit. Kemurnian DNA daging kisaran 1,9-1,8. Sedangkan

    kemurnian gelatin berada pada kisaran 1,6-1,5. Sampel gummy vitamin C

    memiliki kemurnian pada kisaran 1,5-1,6. Nilai kemurnian DNA pada

    daging termasuk dalam kategori murni karena memenuhi rasio antara 1,8-

    2,0. Adapun nilai kemurnian DNA pada gelatin maupun sampel simulasi

    gummy vitamin C termasuk dalam kategori belum murni, karena nilai

    kemurnian dibawah 1,8. Nilai kemurnian DNA pada sampel gelatin sapi,

    gelatin babi, dan simulasi gummy vitamin C rendah disebabkan terdapat

    kontaminan protein dimana nilai kemurnian 1,5 memiliki perbandingan

    persentase protein dan asam nukleat yaitu sekitar 80% dan 20% selain hal

    tersebut sebanyak 92% komposisi gelatin adalah protein maka dari itu

    dengan presentase protein yang besar memungkinkan terdapat sisa protein

    yang tertinggal dalam isolat DNA (Sambrook et al, 2001; Schrieber, 2007).

    4.4. Amplifikasi DNA Daging, Gelatin, dan Sampel Simulasi Gummy

    Vitamin C pada Real T ime PCR

    DNA yang berhasil diisolasi kemudian diamplifikasi dengan

    menggunakan alatReal-Time PCR. Komponen yang digunakan pada proses

    amplifikasi Real Time PCR adalah DNA template, satu pasang primer

    spesifik sapi dan babi, hydrolysis probe, dan LC 480probe master.

    Proses deteksi dengan alatReal Time PCRmembutuhkan sepasang

    primer spesifik dengan spesies DNA sapi dan DNA babi yang diidentifikasi

    secara in silicodengan website BLAST NCBI.RegionDNA yang dipakai

    terletak pada mitokondria cytB. Selain sepasang primer spesifik, dibutuhkan

    juga pewarna fluoresensi probe. Hydrolysis probe merupakanoligonuklotida probe yang dilabel dengan pemancar atau reporter dyepada

    bagian 5 eksonuklease dan peredam atau quencher dyepada bagian 3

    eksonuklease. Probe pada Real-Time PCR digunakan sebagai pewarna

    pendeteksi adanya sinar fluoresen yang ditangkap. Pada proses annealing

    setiap siklus, reporter probe akan dipisah dari quencher probe melalui

    hibridisasi atau aktifitas nuklease Taq Polimerase(Johansson, 2006).

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    52/70

    35

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Campuran reaksi total PCR (Lampiran 5) dibuat dalam volume 20 L

    dengan konsentrasi tiap primer forward dan reverse 0,8 M serta untuk

    konsentrasi probe adalah 0,2 M. Konsentrasi primer dan probe dibuat dari

    larutan induk 10 M (Lampiran 3). Konsentrasi primer untuk PCR

    sebaiknya berkisar antara 0,3-1 M dan untuk konsentrasi hydrolysis probe

    berkisar antara 0,05-0,2 M (Rocheb, 2008). Konsentrasi primer yang

    optimal adalah konsentrasi terendah yang dapat menghasilkan nilai CP awal

    dan kurva fluoresensi yang baik, begitu juga dengan probe. Analisa kurva

    amplifikasi pada Real Time PCR dapat dilihat pada kenaikan kurva

    amplifikasi dan nilai CP (crossing point). Nilai crossing point(CP) yaitu

    siklus dimana fluoresensi mencapai ambang batas atau threshold sehingga

    terjadi peningkatan signifikan saat pertama kali terdeteksi (Rodriguez,

    2013).

    Gambar 10. Hasil Amplifikasi pada Uji Spesifitas Primer Sapi

    Menggunakan Kontrol Positif Daging Sapi, Gelatin Sapi

    dan Simulasi Gummy Vitamin C Sapi

    * Keterangan :DS = Daging sapi; GS = Gelatin Sapi; GB = Gelatin Babi;

    DB = Daging Babi; GMS = Gummy Sapi; GMB =

    Gummy babi; NTC = No Template Control; dan CP =

    Crossing Point

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    53/70

    36

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 11. Hasil Amplifikasi Sampel Simulasi GummyVitamin

    C dengan Primer Sapi

    * Keterangan:DS = Da ging sapi; GS = Gelatin Sapi; GB = Gelatin

    Babi; DB = Daging Babi; GMS = GummySapi; GMB

    = Gummybabi; NTC =No Template Control; dan CP

    = Crossing Point

    Sebelum pengujian sampel simulasi gummy, dilakukan pengecekan

    spesifitas primer sapi dan babi. Pada uji spesifitas primer sapi dilakukan

    dengan 40 siklus dengan suhu annealing61 C. Hasil dari uji terlihat pada

    gambar 8 primer dan probe sapi hanya mengamplifikasi daging sapi dengan

    nilai CP 18,89, gelatin sapi dengan nilai CP 25,88, dangummysapi dengan

    nilai CP 26,19.

    Seluruh sampel simulasigummyvitamin C diuji dengan menggunakan

    primer sapi dan primer babi. Pada uji ini dilakukan dengan suhu annealing

    61 C dan dilakukan sebanyak 40 siklus. Hasil kurva amplifikasi primer sapi

    pada gambar 9 terlihat adanya perbedaan kenaikan kurva amplifikasi.

    Kontrol positif daging sapi terlihat kenaikan kurva amplifikasi pertama kali

    yaitu pada siklus 18,27 dengan konsentrasi DNA 36,54 ng/L. Kurva

    amplifikasi yang kedua yaitu padagummykonsentrasi 75% babi pada siklus

    24,91 dengan konsentrasi DNA 30,13 ng/L. Kurva ketiga yang muncul

    yaitu kontrol positif gelatin sapi pada siklus 25,31 dengan konsentrasi DNA

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    54/70

    37

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    29,44 ng/L. Kurva keempat yang muncul yaknigummysapi pada siklus

    25,49 dengan konsentrasi DNA 17,18 ng/L. Adapun kurva kelima yaitu

    gummybabi 50% pada siklus 26,06 dengan konsentrasi 12,06 ng/L. Kurva

    keenam muncul gummy babi 25% pada siklus 26,36 dengan konsentrasi

    DNA 10,23 ng/L. Secara teoritis, konsentrasi DNA yang tinggi

    membutuhkan siklus amplifikasi lebih sedikit untuk mencapai CP, begitu

    juga dengan konsentrasi DNA yang rendah membutuhkan siklus amplifikasi

    lebih panjang untuk mencapai CP. Data di atas menunjukkan bahwa

    semakin besar konsentrasi DNA maka semakin kecil nilai CP, dan

    sebaliknya semakin sedikit konsentrasi DNA semakin besar nilai CP

    (Rochec, 2008).

    Gambar 12. Hasil Amplifikasi Pada Uji Spesifitas Primer Babi

    Menggunakan Kontrol Positif Daging Babi, Gelatin Babi, dan

    Simulasi Gummy Vitamin C Babi

    *Keterangan :DS = Daging sapi; GS = Gelatin Sapi; GB = Gelatin Babi; DB

    = Daging Babi; GMS = GummySapi; GMB = Gummybabi;

    NTC =No Template Control; dan CP = Crossing Point

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    55/70

    38

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 13. Hasil Amplifikasi Sampel Simulasi Gummy Vitamin

    C dengan Primer Babi

    *Keterangan:DS = Daging sapi; GS = Gelatin Sapi; GB = Gelatin

    Babi; DB = Daging Babi; GMS = GummySapi; GMB

    = Gummybabi; NTC =No Template Control; dan CP= Crossing Point

    Pada uji spesifitas primer babi dilakukan dengan 50 siklus lebih

    panjang dari siklus uji spesifitas primer sapi dengan suhuannealing60 C.

    Hasil pada pengujian ini terlihat pada gambar 10 adapun primer dan probe

    babi hanya mengamplifikasi daging babi dengan nilai CP 20,77, gelatin

    babi dengan nilai CP 38,40 dangummybabi dengan nilai CP 37,01. Dan

    kontrol negatif tidak terjadi kenaikan kurva amplifikasi.

    Pada pengujian sampel simulasi gummy dilakukan sebanyak 50

    siklus dengan suhu annealing60 C. Hasil kurva amplifikasi dengan primer

    babi ditunjukkan pada gambar 11. Berdasarkan hasil tersebut terlihat

    kenaikan kurva pertama kali pada kontrol positif daging babi, pada siklus

    ke 18,81 dengan konsentrasi DNA 46 ng/L. Kemudian pada kurva

    amplifikasi kedua muncul sampel babi konsentrasi 75% pada siklus 37,20

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    56/70

    39

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dengan konsentrasi DNA 30,13 ng/L. Pada kurva amplifikasi ketiga

    muncul gummy babi pada siklus 37,63 dengan nilai konsentrasi DNA 18

    ng/L. Adapun pada kurva amplifikasi keempat muncul gelatin babi pada

    siklus 41,62 dengan konsentrasi DNA 10,36 ng/L. Sedangkan pada kurva

    kelima muncul sampel gummy 50% babi pada siklus 41,95 dengan nilai

    konsentrasi DNA 12,06 ng/L. Pada kurva keenam muncul sampel simulasi

    gummy25% babi pada siklus 42,08 dengan konsentrasi DNA 10,23 ng/L.

    Sedangkan pada sampel gummy 1% babi tidak terlihat kenaikan kurva

    amplifikasi yang disebabkan konsentrasi gelatin dalam sediaan yang relatif

    kecil sehingga pada proses ekstraksi tidak didapatkan isolat DNA. Secara

    teoritis, konsentrasi DNA yang tinggi membutuhkan siklus amplifikasi

    lebih sedikit untuk mencapai CP, begitu juga dengan konsentrasi DNA yang

    rendah membutuhkan siklus amplifikasi lebih panjang untuk mencapai CP.

    Data di atas menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi DNA maka

    semakin kecil nilai CP, dan sebaliknya semakin sedikit konsentrasi DNA

    semakin besar nilai CP (Rochec, 2008).

  • 7/26/2019 YANTI PUSPITANINGRUM-FKIK.pdf

    57/70

    40 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 5

    KESIMPULAN

    5.1. Kesimpulan

    1.

    Kondisi optimal proses isolasi DNA dari gummy dan gelatin diperoleh

    melalui metode presipitasi DNA kombinasi natrium asetat dan isopropanol

    dengan perbandingan volume 1:1.

    2.Amplifikasi DNA dengan primer spesifik sapi dilakukan sebanyak 40

    siklus dan kondisi annealingpada suhu 61C. Sedangkan amplifikasi DNA

    dengan primer spesifik babi dilakukan sebanyak 50 siklus dengan kondisi

    annealingpada suhu 60C.

    3.

    Kurva amplifikasi real-time PCR menggunakan primer spesifik sapi

    menunjukkan bahwa kontrol positif daging sapi, gelatin sapi dan simulasi

    gummy sapi teramplifikasi dengan nilai CP 18,27, 25,31, dan 25,49

    sedangkan kontrol negatif tidak menunjukkan kurva amplifikasi.

    4.Kurva amplifikasi real-time PCR menggunakan primer spesifik babi

    menunjukkan bahwa hanya kontrol positif yang teramplifikasi yaitu pada