widiany nurrahmah - fkik.pdf

120
STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI RT 001 RW 012 KELURAHAN BINTARO KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2015 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH : WIDIANY NURRAHMAH NIM : 1111104000017 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: phunganh

Post on 04-Jan-2017

288 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: widiany nurrahmah - fkik.pdf

STUDI FENOMENOLOGI

PENGALAMAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT

MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI RT 001 RW 012

KELURAHAN BINTARO KECAMATAN PESANGGRAHAN

JAKARTA SELATAN TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

WIDIANY NURRAHMAH

NIM : 1111104000017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: widiany nurrahmah - fkik.pdf

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Page 3: widiany nurrahmah - fkik.pdf

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF

JAKARTA

Undergraduate Thesis, December 2015

Widiany Nurrahmah, ID Number : 1111104000017

The experience of community preparedness in facing the flood in RT 001 RW 012

Bintaro Urban Village District of South Jakarta Pesanggrahan year 2015

Xviii + 80 pages + 1 table+ 7 attachments

ABSTRACT

Flood is one of the natural disaster which is frequently happened in Indonesia.

DKI Jakarta has a very high frequency of flood, that requires preparedness. Flood

prevention efforts are useful to anticipate losses that ensued and minimize

casualties. The experience of citizens against floods have different responses -

depending on the disaster preparedness measures undertaken. This study aims to

explore the experience of community preparedness in facing the flood in RT 001

RW 012 Bintaro Urban Village District of South Jakarta Pesanggrahan year 2015.

This study is a qualitative research design of descriptive phenomenology through FGD (Focus Group Discussion)and field notes. The informants are included

people who have experienced in flood incident obtained through purposive

sampling technique. The data which are collected in the form of FGD recordings,

interviews and field notes were analyzed by Colaizzi method. This study identifies

four themes, namely: 1) The impact of flooding experienced by the community; 2)

Sources of knowledge gained by public about flood prevention programs; 3)

Community preparedness efforts in facing the flood; 4) The role of government in

the flood disaster preparedness efforts. The results could provide an overview of

community preparedness experience in facing the flood. Further research is

needed on deeper exploration of the role of nurses in the form of community

involvement in flood disaster management.

Keywords: experience, preparedness, flood disaster

Bibliography: 88 (1998 - 2015)

Page 4: widiany nurrahmah - fkik.pdf

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Desember 2015

Widiany Nurrahmah, NIM : 1111104000017

Studi Fenomenologi

Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001

RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015

Xviii+ 80 halaman + 1 tabel + 7 lampiran

ABSTRAK

Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.

Provinsi DKI Jakarta memiliki frekuensi banjir sangat tinggi, sehingga menuntut

adanya upaya kesiapsiagaan. Upaya penanggulangan banjir berguna untuk

mengantisipasi kerugian yang terjadi setelahnya dan meminimalisir korban jiwa.

Pengalaman warga saat menghadapi banjir memiliki respon yang berbeda – beda

terhadap tindakan kesiapan bencana yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan

untuk mengeksplorasi pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi

bencana banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui FGD (Focus Group Discussion)dan

catatan lapangan. Informan meliputi masyarakat yang telah mengalami kejadian banjir minimal yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Data yang

dikumpulkan berupa hasil rekaman FGDdan catatan lapangan yang dianalisis

dengan metode Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi empat tema yaitu : 1)

Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat; 2) Sumber pengetahuan yang

diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir; 3) Upaya

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir; 4) Peran pemerintah

terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir. Hasil penelitian ini dapat

memberikan gambaran pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi

bencana banjir. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi lebih

mendalam berupa keterlibatan peran perawat komunitas dalam penanggulangan

bencana banjir.

Kata kunci: Pengalaman, Kesiapsiagaan, Bencana Banjir

Daftar bacaan: 88 (1998 - 2015)

Page 5: widiany nurrahmah - fkik.pdf

v

Page 6: widiany nurrahmah - fkik.pdf

vi

Page 7: widiany nurrahmah - fkik.pdf

vii

Page 8: widiany nurrahmah - fkik.pdf

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Widiany Nurrahmah

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Desember 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Madrasah RT 001 RW 012 No. 20 Kelurahan

Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan

12330

HP : +6281218924182

E-mail : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Sejahtera II 1998 – 1999

2. Sekolah Dasar Negeri 05 Pagi Bintaro 1999 – 2005

3. SMP Negeri 161 Jakarta 2005 – 2008

4. SMA Negeri 29 Jakarta 2008 – 2011

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-Sekarang

ORGANISASI

1. PASKIBRA SMP Negeri 161 Jakarta 2005 – 2006

2. ROHIS SMP Negeri 161 Jakarta 2006 – 2007

3. ROHIS SMA Negeri 29 Jakarta 2008 - 2011

4. Jakampus UIN 2012 - 2013

5. Bela Diri 2012 - 2013

4. Ikatan Alumni Rohis (IAR) SMAN 29 Jakarta 2012 – 2015

Page 9: widiany nurrahmah - fkik.pdf

ix

PERSEMBAHAN

Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman:!3)

Skripsi ini Aku persembahkan

Untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta

Setiap tetesan keringat yang jatuh dari keningmu

Menjadi penyemangat untuk menggantikan posisimu di masa depan… Ayah

Setiap lelah yang selalu kau sembunyikan menjadi motivasi untukku… Ibu

Lantunan doa yang kalian panjatkan disetiap shalat malam

Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku Ayah… Ibu…

Untuk Kakak dan adik tersayang

Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energi baru untukku

Untuk Sahabat – sahabat terbaik

Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadi kenangan tak terlupakan

Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat hidupku

Terima kasih Allah telah Engkau anugerahi mereka untukku

Karena perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil

Sebab kehidupan adalah sebuah pembelajaran

Ya Allah Ya Rabbi.. Sayangilah mereka orang – orang yang ku sayang

Aamiin

Page 10: widiany nurrahmah - fkik.pdf

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaniirrahim

Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam yang hanya kepada-

Nyalah kita meminta pertolongan dan memohon ampunan. Salawat serta salam

tak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Nabi Muhammad SAW

berkat perjuangan Beliau kita bisa sampai zaman ini.

Alhamdulillah atas rahmat, karunia dan Ridha Allah sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dnegan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman

Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012

Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat kesulitan yang disebabkan

karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam

memecahkan masalah yang ada. Namun, berkat dukungan, bantuan, semangat dan

doa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini,

penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan

yang tidak terhingga, kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 11: widiany nurrahmah - fkik.pdf

xi

2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Ernawati, S.Kp,

M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi IImu Keperawatan.

4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku pembimbing akademik yang

selalu memberikan nasehat, dukungan dan motivasi selama proses pendidikan

di Program Studi Ilmu Keperawatan.

5. IbuNs. Eni Nuraini Agustini, S. Kep, M.Sc, selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan memberikan masukan serta support demi terselesainya

penulisan skripsi ini.

6. Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan proposal penelitian

ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

mengajarkan dan membimbing penulis selama 4 tahun dibidang pendidikan

keperawatan, serta staf akademik yang telah memudahkan dalam proses

birokrasi.

8. Ibu Aditha Rachmanti, ST selaku Kepala Lurah Bintaro, Perawat Puskesmas

Kelurahan Bintaro, Bapak Komarudin selaku Ketua RT 001 dan Bapak

M.Ridwan selaku Ketua RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan yang telah memberikan izin dan membantu

penulis dalam melakukan penelitian.

Page 12: widiany nurrahmah - fkik.pdf

xii

9. Warga RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta

Selatan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

10. Kedua orangtuaku Mama dan Papa yang selalu memberikan dukungan,

semangat, dan doa yang terus mengalir disetiap sujudnya serta kakak dan

kedua adikku Aa Avan, Azmi dan Azka kalianlah semangat perjuangan

bagiku.

11. Saudaraku Nisa, Linda, Bella yang selalu memberikan semgat dan tak

hentinya membuat penulis terharu

12. Sahabat Sosialita (Suci, Rifka, Susi, Ratna, Tristi, Dina dan Ita), teman-teman

satu bimbingan (Silvi, Rahma, Manda, Cava, Devi dan Azmi), adik-adik,

kakak-kakak dan teman-teman seperjuangan PSIK 2011.

13. Sahabat SMA (Fitria, Tami, dan Dyah), teman-teman liqo Hafidzoh (Ka Lala,

Hana, Syifa, mba Uut, Naqiyah dan mba Ifah), adik-adik mentoring (Nindya,

Alif, Vivi, Via, Hanum) dan teman-teman IAR SMAN 29 Jakarta.

14. Restiya Maulana,teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat,

motivasi, dan doa hingga tak pernah hentinya membuat senyuman ini terlukis.

Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua

kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua

kesalahan diampuni oleh Allah. Aamiin.

Jakarta, 23 Desember 2015

Widiany Nurrahmah

Page 13: widiany nurrahmah - fkik.pdf

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................... ii

ABSTRACT .................................................................................................................. iii

ABSTRAK .................................................................................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN……….……………………………………………….v

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………….vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... viii

PERSEMBAHAN .......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR..................................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................. xvi

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................xviii

BAB I ............................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 6

C. Pertanyaan Penelitian........................................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 7

E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................... 7

BAB II ............................................................................................................................ 9

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 9

A. Pengalaman ......................................................................................................... 9

B. Bencana............................................................................................................. 10

1. Definisi Bencana ............................................................................................... 10

3. Jenis Bencana .................................................................................................... 12

4. Akibat Bencana ................................................................................................. 15

C. Banjir ....................................................................................................................... 16

1. Pengertian Banjir ................................................................................................. 16

2. Faktor-faktor penyebab banjir ............................................................................ 17

3. Jenis-jenis banjir ................................................................................................ 18

Page 14: widiany nurrahmah - fkik.pdf

xiv

4. Dampak banjir ................................................................................................... 19

5. Upaya Penanggulangan Banjir ........................................................................... 20

D. Kesiapsiagaan .......................................................................................................... 25

1. Pengertian Kesiapsiagaan ...................................................................................... 25

2. Upaya Kesiapsiagaan ......................................................................................... 26

BAB III ......................................................................................................................... 30

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ...................................................... 30

A. Kerangka Konsep .............................................................................................. 30

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................................. 33

C. Informan Penelitian ........................................................................................... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 34

E. Teknik Validasi Data ......................................................................................... 37

F. Teknik Analisis Data ......................................................................................... 40

G. Etika Penelitian ................................................................................................. 42

BAB V .......................................................................................................................... 44

HASIL PENELITIAN ................................................................................................... 44

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ................................................................ 44

B. Karakteristik Informan ....................................................................................... 45

C. Hasil Analisis Tematik ...................................................................................... 45

Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat ........................................... 46

Tema 2. Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang program

penanggulangan banjir ........................................................................................... 49

Tema 3. Upaya Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir........ 51

Tema 4. Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir................ 53

BAB VI ........................................................................................................................ 57

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 57

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ............................................................ 57

Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat ........................................... 57

Tema 2. Sumber pengetahuan program penanggulangan banjir .............................. 62

Tema 3. Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir ........ 67

Tema 4. Peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir ................................ 70

B. Keterbatasan ...................................................................................................... 78

Page 15: widiany nurrahmah - fkik.pdf

xv

BAB VII ....................................................................................................................... 78

PENUTUP .................................................................................................................... 78

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 78

B. Saran ................................................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 81

Page 16: widiany nurrahmah - fkik.pdf

xvi

DAFTAR SINGKATAN

BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Depkes : Departemen Kesehatan

BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

UNESCO :United Nations Educational Scientific Cultural

Organization

WHO : World Health Organization

PAHO : Pan American Health Organization

DAS : Daerah Aliran Sungai

ISPA : Infeksi Saluran Penafasan Akut

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk

SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah

JEDI : Jakarta Dredging Emergency Initiative

BKT : Banjir Kanal Timur

FGD : Focus Group Discussion

PROMISE : Program For Hydro-Meteorological Risk Mitigation

Secondary Cities in Asia

SAR : Search and Rescue

Basarnas : Badan SAR Nasional

LIPI :Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

ISDR : International Strategy for Disaster Reduction

Satkorlak : Satuan Kordinasi Pelaksana

ADPC : Asian Disaster Preparedness Center

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

Page 17: widiany nurrahmah - fkik.pdf

xvii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

5.1 Karakteristik Informan…………………….45

Page 18: widiany nurrahmah - fkik.pdf

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 2. Surat izin Dinas Kesehatan

Lampiran 3. Surat izin Kelurahan

Lampiran 4. Informed consent

Lampiran 5. Lembar Persetujuan Informan

Lampiran 6. Pedoman Focus Group Discussion (FGD)

Lampiran 7. Matriks Analisis tematik

Lampiran 8. Dokumentasi FGD

Page 19: widiany nurrahmah - fkik.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah Indonesia berada pada daerah yang rawan bencana.

Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana

yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana.

Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan budaya

di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam,

bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks (BNPB, 2008). Bencana

yang terjadi di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan

data rekapitulasi bencana oleh BNPB (2014) bencana yang paling sering

terjadi di Indonesia dari tahun 1815-2011 adalah banjir 3990 kejadian

(39%), angin puting beliung 1771 kejadian (17%) dan tanah longsor 1600

kejadian (16%).

Menurut BNPB (2014) bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban

jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis. Bencana dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu bencana alam,

bencana non-alam dan bencana sosial (Undang-undang Nomor 24 Tahun

2007).

Bencana alam terjadi diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, Tsunami,

Page 20: widiany nurrahmah - fkik.pdf

2

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (UU

No. 24 tahun 2007).Akibat yang ditimbulkan dari bencana alam diantaranya

jatuhnya korban jiwa, rusaknya fasilitas kesehatan, dan krisis kesehatan.

Berdasarkan data statistik Depkes (2013) korban akibat bencana alam

selama tahun 2013 tercatat sebanyak 823 orang meninggal, 2.748 orang

lukaberat/dirawat inap, 154.870 orang luka ringan/ dirawat jalan, 192 orang

hilang dan 312.620 orang mengungsi.

Bencana alam dapat mengakibatkan krisis kesehatan seperti jatuhnya

korban massal yang menimbulkan kematian, cedera, maupun pengungsian

dan rusaknya infrastruktur, termasuk didalamnya adalah fasilitas kesehatan

seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dan lain-lain. Selama kurun

waktu 5 tahun, antara tahun 2009-2013, terdapat 1.738 kejadian krisis

kesehatan akibat bencana alam di Indonesia, dengan 442 kejadian banjir,

239 kejadian tanah longsor, 187 kejadian angin puting beliung, dan 137

peristiwa konflik sosial (Depkes, 2013). Jenis fasilitas kesehatan yang paling

banyak terjadi kerusakan adalah Polindes/Poskesdes yaitu sejumlah 81 unit

(33%). Kerusakan tersebut umumnya disebabkan oleh bencana banjir (118

kejadian).

Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di

Indonesia (BNPB, 2014). Wilayah Indonesia yang paling rawan bencana

banjir berada di Pulau Jawa termasuk provinsi DKI Jakarta. Provinsi DKI

Jakarta merupakan Ibu Kota Republik Indonesia yang merupakan dataran

rendah (24.000 hektar) dengan ketinggian rata-rata di bawah permukaan air

laut (BPBD DKI Jakarta, 2013). Secara alamiah, kondisi ini memposisikan

Page 21: widiany nurrahmah - fkik.pdf

3

wilayah DKI Jakarta memiliki kerawanan yang tinggi terhadap banjir. Banjir

di Jakarta terbagi menjadi dua, yaitu banjir yang disebabkan oleh meluapnya

sungai-sungai karena curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi karena

kiriman dari daerah hulu, yaitu Bogor. (BNPB, 2008). Daerah yang terkena

banjir akibat curah hujan diantaranya Pesing, Sunter, Mampang, Bintaro,

Hankam Slipi dan Bukit Duri. Daerah yang terkena banjir akibat hulu sungai

diantaranya Jakarta Barat yang disebabkan meluapnya Sungai Cisadane

adalah kelurahan Kedoya, Kembangan, Cengkareng, Kapuk, dan Bojong

Indah. Jakarta Pusat Kwitang, Gunung Sahari, RSAL Bendungan Hilir,

Jakarta Timur sungai Sunter dan Sungai Cipinang daerah Cipinang,

Cipinang Muara, Jatinegara Kaum, Sungai Ciliwung Kampung melayu,

Bidara Cina (Gunawan, 2010).

Banjir yang terjadi di Jakarta pada tahun 2007 adalah salah satu banjir

terbesar di mana hampir 60 persen wilayah Jakarta terendam banjir dan

telah banyak menimbulkan korban jiwa, korban yang meninggal akibat

banjir sekitar 8 orang dan meningkat menjadi 19 orang pada Januari 2014, 4

korban meninggal karena asap dari genset sedangkan 15 korban lainnya

karena sakit, hanyut, tersengat listrik, jatuh dan tenggelam (BNPB, 2014).

Selain itu, banjir juga merugikan diberbagai sektor, banyak orang yang

terhambat pekerjaannya akibat tidak bisa mengakses jalan karena dilalui

oleh banjir, anak – anak sekolah yang bangunan sekolahnya terendam banjir

dan terpaksa mengikuti aktivitas kegiatan belajar mengajar ditempat lain,

serta timbulnya berbagai macam penyakit seperti gatal-gatal, leptospirosis,

ISPA dan lain-lain.

Page 22: widiany nurrahmah - fkik.pdf

4

Kerugian yang diakibatkan dari bencana banjir membuat kapasitas

pengendalian banjir Jakarta terus ditingkatkan menyangkut infrastruktur,

sarana dan prasarana, sistem informasi dan sumber daya manusianya. Untuk

mengatasi dampak banjir di Jakarta, pemerintah Jakarta telah

mempersiapkan cara untuk menanggulangi bahaya banjir seperti

membangun waduk, sosialisasi, pelatihan dan lain-lain, sedangkan

pembuatan 2.000 sumur resapan oleh Pemda DKI maupun perbaikan

pompa-pompa air di berbagai lokasi dilakukan untuk mengurangi dampak

bencana banjir (BPBD DKI Jakarta, 2013). Hanya saja, seiring dengan

beralih fungsinya lahan menjadi pemukiman, beban kepadatan penduduk

dan perilaku manusia dan berbagai kendala lain dalam penanganan banjir

menyebabkan kapasitas tersebut menjadi tidak optimal.

Upaya kesiapsiagaan terhadap bencana tidak hanya dilakukan oleh

pemerintah, masyarakat juga perlu melakukan kesiapsiagaan bencana guna

mengurangi kerugian akibat bencana. Kesiapsiagaan bencana dapat

didefinisikan sebagai upaya yang memungkinkan pemerintah, organisasi,

komunitas dan individu untuk merespon kejadian bencana secara cepat dan

efektif (Carter, 2008). Upaya kesiapsiagaan pada setiap individu atau

kelompok tidak sama tergantung pada tingkat kesiapsiagaan bencana yang

dipengaruhi oleh faktor sosial demografi, jejaring sosial, dan pengalaman

kebanjiran sebelumnya (Lindell and Perry, 2000 dalam Kirschenbaum,

2002).Tingkat pengetahuan tentang kesiapan bencana yang dimiliki tiap

individu berbeda-beda sehingga akan menimbulkan respon yang beragam

saat individu menghadapi keadaan darurat akibat bencana alam atau non-

Page 23: widiany nurrahmah - fkik.pdf

5

alam. Tingkat pengetahuan yang baik akan berkontribusi terhadap

terciptanya rasa aman dan minimalisasi korban bencana. Dalam hal ini,

masyarakat telah memiliki inisiatif dalam menghadapi ancaman bencana di

provinsi DKI Jakarta, khususnya banjir. Upaya tersebut diwujudkan dalam

berbagai bentuk kegiatan. Dari mulai penyadaran masyarakat, pemetaan

kawasan rawan bencana, membuat dan menyiapkan jalur evakuasi,

peringatan dini banjir, membentuk kelompok siaga bencana dan lain

sebagainya (BPBD DKI Jakarta, 2013).

Penelitian mengenai bencana banjir di Jakarta memang sudah banyak

dilakukan, namun dalam hal pengalaman mengenai upaya kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadapi bencana banjir belum pernah dilakukan.

Terlebih lagi bagi profesi keperawatan yang bekerja di setting komunitas

yang memainkan peran pada upaya kesehatan dalam tindakan preventif

program penanggulangan bencana banjir. Peran perawat komunitas sebagai

pelaksana kesehatan dalam mencapai tujuan kesehatan melalui upaya

promotif dan preventif dalam kaitannya untuk meningkatkan status

kesehatan masyarakat (Iqbal & Nurul, 2009).

Penelitian ini, dilakukan didaerah yang terkena banjir, yaitu di RT 001

RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan

dengan jumlah 57 KK (Kepala Keluarga) yang terkena dampak banjir

(Laporan Kependudukan RT 001 RW 012 tahun 2014). Berdasarkan tingkat

keparahannya, dari 8 RT yang berada di wilayah RW 012 Kelurahan

Bintaro, RT 001 merupakan daerah yang sering terkena banjir dan belum

pernah ada yang melakukan penelitian tersebut sebelumnya. Peneliti juga

Page 24: widiany nurrahmah - fkik.pdf

6

berpikir bahwa upaya kesiapsiagaan bencana banjir bagi masyarakat penting

untuk diteliti, sehingga peneliti tertarik ingin mengkaji lebih mendalam

mengenai “Studi Fenomenologi Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat

Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015”

B. Perumusan Masalah

Provinsi DKI Jakarta memiliki frekuensi banjir sangat tinggi sehingga

menuntut adanya upaya kesiapsiagaan, penelitian sebelumnya (Sagala,

Dodon & Wimbardana, 2014) menunjukkan bahwa kesadaran mengenai

pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana belum dimiliki oleh

masyarakat dan bukan berasal dari pelatihan atau pemberitahuan dari

pemerintah melainkan pengalaman mereka yang telah lama mengalami

bencana banjir.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di RT 006 RW

012 Kelurahan Bintaro, dari salah satu informan yang telah diwawancarai,

yaitu ibu Y (43 tahun) mengatakan bahwa upaya kesiapsiagaan yang telah

dilakukan dalam menghadapi bencana banjir masih belum maksimal dan

seadanya, hanya sebatas mengungsikan barang berharga seperti pakaian,

buku sekolah dan barang elektronik ke tempat yang lebih aman. Dengan

demikian masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman

kesiapsiagaan warga RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan dalam menghadapi bencana banjir”.

Page 25: widiany nurrahmah - fkik.pdf

7

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengalaman kesiapsiagaan warga RT 001 RW 012 dalam

menghadapi bencana banjir?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau mengeksplorasi

pengalaman masyarakat terhadap upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana

banjir di wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai

upaya kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana banjir khususnya di

wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan.

2. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi institusi

keperawatan khususnya keperawatan komunitas dalam mencanangkan

program penanggulangan banjir bagi masyarakat.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang

berguna untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah yang bertujuan untuk menggali pengalaman warga terhadap

Page 26: widiany nurrahmah - fkik.pdf

8

kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di wilayah RT 001 RW 012

Kelurahan Bintaro.

Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi dengan pendekatan

kualitatif. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian berupa

wawancara, observasi dan catatan lapangan. Informan penelitian ini

sebanyak 6 orang dan teknik yang digunakan yaitu, teknik purposive

sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2015.

Page 27: widiany nurrahmah - fkik.pdf

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu hal yang pernah dialami (dijalani,

dirasa, ditanggung) (KBBI, 2008). James dalam Herdiansyah, (2015)

mendefinisikan pengalaman adalah proses yang berjalan terus dan saling

berhubungan satu sama lain, sehingga di balik pengalaman tersebut terdapat

cara untuk menginterpretasikan suatu peristiwa melalui interaksi dengan orang

lain (Endraswara, 2006). Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu (Notoatmodjo, 2010). Sumber pengetahuan adalah

pengalaman dan pengamatan panca indera yang memberi data dan fakta bagi

pengetahuan (Dua dan Keraf, 2010). Berdasarkan pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan

dari diri seseorang dan didapatkan dari kejadian atau peristiwa yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari.

Pengalaman menyebabkan orang dapat menafsirkan ungkapan, ekspresi

wajah, pesan secara lebih cermat yang diperoleh dari belajar secara formal dan

non-formal (Yulia dan Gunarsa, 2002). Pengalaman yang dirasakan individu

saat terjadi bencana dapat membuat seseorang menjadi trauma terhadap

bencana, respon yang ditunjukkan membuat seseorang menterjemahkan

melalui ungkapan dan ekspresi, diantaranya marah, sedih, kehilangan,

menyesal hingga depresi (Yulaelawati dan Usman, 2008).

Page 28: widiany nurrahmah - fkik.pdf

10

B. Bencana

1. Definisi Bencana

Menurut UU No. 24 tahun 2007 bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda, dan dampak psikologis. Kamus Besar Bahasa Indonesia

mendefinisikan bencana sebagai sesuatu yang menyebabkan

(menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan, kecelakaan dan

bahaya. WHO (2002) mendefinisikan bencana sebagai kejadian yang

menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia,

atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala

tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang

terkena. Dari beberapa pengertian bencana, maka dapat ditarik kesimpulan

bencana merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak terduga

akibat dari alam dan non alam yang dapat mengancam kelangsungan

hidup.

2. Penyebab Bencana

Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua (Kodoatie dan Syarif,

2010) yaitu:

a. Alam

Secara alami bencana selalu terjadi di muka bumi, misal Tsunami,

gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya benda-benda langit ke bumi

(misal meteor), tidak adanya hujan pada suatu lokasi dalam waktu

Page 29: widiany nurrahmah - fkik.pdf

11

yang relatif lama sehingga menimbulkan kekeringan atau sebaliknya

curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi menimbulkan bencana

banjir dan tanah longsor.

b. Manusia

Bencana oleh aktifitas manusia terutama akibat eksploitasi alam yang

berlebihan. Eksploitasi ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang

terus meningkat. Pertumbuhan ini mengakibatkan kebutuhan pokok

dan non-pokok meningkat, kebutuhan infrastruktur meningkat, alih

atau guna lahan meningkat.

Sementara itu, Ramli (2010) menyebutkan bahwa penyebab bencana

adalah :

a. Faktor Alam

Bencana alam antara lain berupa gempa bumi, letusan gunung api,angin

topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan karena faktor

alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan

kejadian antariksa/benda – benda angkasa.

b. Perbuatan Manusia

Bencana buatan manusia antara lain berupa kebakaran hutan/lahan yang

disebabkan ulah manusia, kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi

atau teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran

lingkungan, dan kegiatan pertambangan.

Page 30: widiany nurrahmah - fkik.pdf

12

c. Sosial

Bencana sosial terjadi karena rusak dan kurang harmonisnya hubungan

sosial antara anggota masyarakat yang disebabkan berbagai faktor baik

sosial, budaya, suku, atau ketimpangan sosial.

3. Jenis Bencana

BNPB (2014) mengklasifikasikan jenis – jenis bencana menjadi :

a. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di

permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng

bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.

b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang

dikenal dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat

berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava,

gas racun, tsunami dan banjir lahar.

c. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak

lautan ("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak).

Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang

timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.

d. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau

batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar

lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun

lereng.

e. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu

daerah atau daratan karena volume air yang meningkat.

Page 31: widiany nurrahmah - fkik.pdf

13

f. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan

debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai

pada alur sungai.

g. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan

air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan

lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian

adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman

(padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan .

h. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat

seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain

dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian.

i. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan

dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan

lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai

lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan

bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan

masyarakat sekitar.

j. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-

tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral

dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan

bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).

k. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang

ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah

Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam.

Page 32: widiany nurrahmah - fkik.pdf

14

Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan

siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin

kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.

l. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut

dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga

erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh

terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun

abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering

disebut sebagai penyebab utama abrasi.

m. Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang

terjadi di darat, laut dan udara.

n. Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua

faktor, yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan

kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Adapun jenis

kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam industrinya,

misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses

kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di

dalamnya.

o. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara

epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status

Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI

No. 949/MENKES/SK/VII/2004.

Page 33: widiany nurrahmah - fkik.pdf

15

p. Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu

gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial

yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan

ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku,

agama, ras (SARA).

q. Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang

dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan

sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang

secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal,

dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan

hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau

kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau

lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.

r. Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh

melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan/ atau

penghancuran. Dalam perang, istilah ini digunakan untuk

mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak

berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat

dilakukan terhadap beberapa struktur penting, seperti infrastruktur,

struktur ekonomi, dan lain-lain.

4. Akibat Bencana

Beberapa akibat yang ditimbulkan dari bencana (Pan American

Health Organization (PAHO), 2007) antara lain :

a. Reaksi Sosial

Page 34: widiany nurrahmah - fkik.pdf

16

b. Penyakit menular

c. Perpindahan penduduk

d. Pajanan terhadap unsur –unsur

e. Makanan dan gizi

f. Persediaan air bersih dan pembuangan air kotor

g. Kesehatan jiwa

h. Kerusakan infrastruktu

C. Banjir

1. Pengertian Banjir

Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh

air dalam jumlah yang begitu besar (Ramli, 2010). Lebih lanjut banjir

menurut Yulaelawati dan Usman (2008) yaitu meluapnya aliran sungai

akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan

menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Depkes

(2014) mendefinisikan banjir adalah peristiwa dimana air menggenangi

suatu wilayah yang biasanya tidak di genangi air dalam selang waktu

tertentu, yang di sebabkan hujan yang terus menerus, mengakibatkan

meluapnya air sungai/danau/laut/drainase saat aliran melebihi volume air

yang dapat di tampung dalam,sungai,danau,rawa,maupun saluran air

lainnya. Dari beberapa pengertian banjir diatas penulis dapat

menyimpulkan bahwa banjir adalah naiknya permukaan air akibat hujan

yang terus – menerus yang disebabkan oleh tingginya permukaan volume

sungai dan menimbulkan kerugian.

Page 35: widiany nurrahmah - fkik.pdf

17

2. Faktor-faktor penyebab banjir

Penyebab timbulnya banjir pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3

(tiga) faktor (Yulaelawati & Usman , 2008) yaitu:

1. Pengaruh aktivitas manusia, seperti:

a. Pemanfaatan dataran banjir yang digunakan untuk pemukiman dan

industri

b. Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada

tanah dan meningkatkan larian tanah permukaan

c. Permukiman di dataran banjir dan pembangunan di daerah dataran

banjir dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak

direncanakan dengan baik

d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-

saluran air, terutama di perumahan-perumahan

2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti:

a. Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena

badai atau siklon

b. Kondisi topografi yang cekung, yang merupakan dataran banjir

c. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar,

berkelok-kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol

(bottle neck), dan adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah

pulau (ambal sungai)

3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti:

a. Curah hujan yang tinggi

b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di

muara sungai atau pertemuan sungai besar

Page 36: widiany nurrahmah - fkik.pdf

18

c. Penurunan muka tanah atau amblesan

d. Pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi

Adapun penyebab terjadinya banjir di Jakarta menurut BNPB (2008) yaitu

:

a. Sistem drainase yang tidak berfungsi dengan optimal serta

tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah

b. Pembangunan bangunan hunian pada lahan basah atau daerah resapan

air serta semakin padatnya pembangunan fisik menyebabkan

kemampuan tanah menyerap air menjadi sangat berkurang

c. Pembangunan prasarana dan sarana pengendalian banjir yang belum

berfungsi maksimal

d. Banjir juga terjadi akibat rob yang melanda beberapa wilayah yang

berada di pantai utara DKI Jakarta diantaranya Kamal Muara, Pluit,

Penjaringan, Kalibaru, Cilincing dan Marunda

3. Jenis-jenis banjir

Ada 3 (tiga) jenis banjir yang umumnya terjadi. Ketiga jenis tersebut

(Yulaelawati & Usman , 2008) adalah:

a. Banjir bandang

Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan

berlangsung hanya sesaat. Banjir bandang umumnya terjadi hasil dari

curah hujan berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek

yang menyebabkan debit sungai naik secara cepat.

b. Banjir sungai

Page 37: widiany nurrahmah - fkik.pdf

19

Banjir sungai biasanya disebabkan oleh curah hujan yang terjadi di

daerah aliran sungai (DAS) secara luas dan berlangsung lama.

Selanjutnya air sungai yang ada meluap dan menimbulkan banjir dan

menggenangi daerah di sekitarnya.

c. Banjir pantai

Banjir ini berkaitan dengan adanya badai siklon tropis dan pasang

surut air laut. Banjir besar yang terjadi dari hujan sering diperburuk

oleh gelombang badai yang diakibatkan oleh angin yang terjadi di

sepanjang pantai.

4. Dampak banjir

Mistra (2007) mengungkapkan bahwa dampak banjir akan terjadi pada

beberapa aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut

ini:

a. Aspek Penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,

tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah

dan penduduk terisolasi

b. Aspek Pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya

dokumen, arsip, peralatan, perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya

pemerintahan.

c. Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian,tidak

berfungsinya pasar tradisional, kerusakan, hilangnya harta benda, ternak

dan terganggunya perekonomian masyarakat.

Page 38: widiany nurrahmah - fkik.pdf

20

d. Aspek Sarana/Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk,

jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas

umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.

e. Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan eko-sistem, obyek

wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan

tanggul/jaringan irigasi.

Disamping itu, dampak banjir juga menimbulkan beberapa penyakit

(Depkes, 2014) diantaranya :

1. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

2. Diare

3. Penyakit kulit

4. Kecelakaan (tersengat listrik,tenggelam,terbawa arus )

5. Leptospirosis

6. Konjungtivitas

7. Gigitan binatang

5. Upaya Penanggulangan Banjir

Program untuk mengatasi banjir di Jakarta menurut BPBD DKI Jakarta

( 2014) dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Jangka Pendek :

a. Membangun tanggul pengaman Rob di Kamal Muara, Muara

Baru, Kali Baru, Matradinata dan Muara Angke

b. Melaksanakan pengerukan sungai, waduk dan saluran Jakarta

Emergency Dredging Initiative (JEDI)

c. Membangun sumur resapandangkal, sedang, dan dalam

Page 39: widiany nurrahmah - fkik.pdf

21

d. Melakukan relokasi penduduk yang bermukim di bantaran kali

dalam rangka penataan Kali Ciliwung

e. Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat tidak

membuang sampah dan mendirikan bangunan di kali dan saluran.

2. Jangka Menengah :

a. Normalisasi Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan Kali Sunter dan

revitalisasi Kali Ciliwung

b. MembangunSodetan Kali Ciliwung ke BKT

c. Membangun Cengkareng Drain 2

d. MembangunWaduk Ciawi dan Waduk Cimanggis

e. Memperkuat tanggul Rob di sepanjang pantura Jakarta.

f. Meningkatkan RTH dan penghutanan kembali di kawasan hulu

g. Menahan penurunan muka tanah dengan memasalkan

pembangunan sumur resapan

h. MembangunTerowongan Bawah Tanah Multifungsi bila hasil

kajian kelayakannya positif

3. Jangka Panjang :

a. Membangun Tanggul Laut Raksasa (Giant Sea Wall)

mengantisipasi banjir, penampungan cadangan air baku dan

pengolahan air limbah

b. Memantapkan kerjasama dengan Pemerintah Daerah

Bodetabekjur, Jabar dan Banten serta Pemerintah Pusat

manajemen penegolaan air Jakarta sebagai Ibukota NKRI.

Page 40: widiany nurrahmah - fkik.pdf

22

Adapun upaya yang harus di lakukan petugas kesehatan sebelum, saat dan

setelah terjadi banjir (Depkes, 2014) adalah :

A. Sebelum Banjir

1. Membuat peta rawan dan jalur evakuasi

2. Menyusun rencana kontijensi (perencanaan kegiatan

penanggulangan bencana yang di susun sebelum bencana terjadi)

3. Menigkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan

4. Membentuk tim kesehatan di setiap jejaring administrasi

5. Menyiapkan obat dan logistik kesehatan lain

(PAC,Kaporit,kantong sampah,dll)

6. Meningkatkan kemampuan petugas dengan pelatihan

7. Menyiapkan sarana komunikasi dan transportasi

8. Menyiapkan perlengkapan lapangan (tenda velbet,genset,dll)

B. Saat Banjir

1. Mengaktifkan unit pelayanan kesehatan dan membuat pos

kesehatan di lokasi

2. Memberikan pelayanan kesehatan dan rujukan

3. Melakukan penilaian cepat kesehatan (Rapid Healt Assessment)

C. Setelah Banjir

1. Melakukan perbaikan kualitas air bersih

2. Melakukan surveilans penyakit potensi KLB

3. Membantu perbaikan kualitas jaman dan saluran pembuangan

limbah

Page 41: widiany nurrahmah - fkik.pdf

23

Sebagai salah satu petugas kesehatan perawat komunitas juga memiliki

peran penting dalam manajemen bencana (Efendi dan Makhfuldi, 2009) :

A. Peran Perawat dalam Fase Pre-impact

1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga

kesehatan dalam penaggulangan ancaman bencana untuk setiap

fasenya

2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,

organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga

– lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan

simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada

masyarakat

3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk

meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana

yang meliputi hal – hal berikut :

a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)

b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti

menolong anggota keluarga yang lain

c. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan

membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang

aman

d. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor

telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan

ambulans

Page 42: widiany nurrahmah - fkik.pdf

24

e. Memberikan informasi tempat – tempat alternative

penampungan atau posko – posko bencana

f. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat

dibawa, seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter

beserta baterainya, dan lainnya

B. Peran Perawat dalam Fase Impact

1. Bertindak cepat

2. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun

dengan pasti, dengan maskud memberikan harapan yang besar

pada korban selamat

3. Berkonsentrasilah penuh pada apa yang dilakukan

4. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and

create leadership)

5. Untuk jangka panjang, bersama – sama pihak yang terkait dapat

mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing,

biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama

C. Peran Perawat dalam Fase Post-impact

1. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik,

sosial, dan psikologis korban

2. Stress psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga

terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan

sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti

dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang

traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa –

Page 43: widiany nurrahmah - fkik.pdf

25

peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan emnunjukkan

gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat

mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan

gangguan memori

3. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait

bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah

kesehatan masayrakat pasca-gawat darurat serta mempercepat

fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman

D. Kesiapsiagaan

1. Pengertian Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan (preparedness) adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta

melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (BPBD DKI Jakarta,

2013). Menurut BNPB (2008) kesiapsiagaan menghadapi bencana

merupakan suatu aktivitas lintas-sektor yang berkelanjutan. Kesiapsiagaan

dalam menghadapi banjir terdiri dari kegiatan yang memungkinkan

masyarakat dan individu untuk dapat bertindak dengan cepat dan efektif

ketika terjadi banjir. Hal ini membantu masyarakat dalam membentuk dan

merencanakan tindakan apa saja yang perlu dilakukan ketika banjir

(UNESCO, 2008).

Tujuan khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin

bahwa sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya

masing-masing untuk memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi

Page 44: widiany nurrahmah - fkik.pdf

26

korban bencana sehingga dapat mempermudah langkah-langkah

pemulihan dan rehabilitasi layanan (BNPB, 2008)

2. Upaya Kesiapsiagaan

Upaya kesiapsiagaan banjir dapat dilakukan dalam tiga waktu secara

berkesinambungan, yaitu sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir

Ramli (2010) di antaranya :

A. Sebelum banjir

1. Di tingkat warga

a. Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat

bersihkan lingkungan sekitar, terutama pada saluran air atau

selokan dari timbunan sampah

b. Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi

lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut

pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait,

bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda

c. Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk

tim penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti

pengangkatan Penanggung Jawab Posko Banjir

d. Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat,

dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan

pelampung guna evakuasi

e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna

memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau

melakukan konfirmasi

Page 45: widiany nurrahmah - fkik.pdf

27

2. Di tingkat keluarga

a. Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim

Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air

b. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti : radio baterai,

senter, korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet

bila ada

c. Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mie instan, ikan

asin, beras, makanan bayi, gula, kopi, teh, dan persediaan air

bersih

d. Siapkan obat – obatan darurat seperti : oralit, anti diare, anti

influenza

e. Amankan dokumen penting seperti : akte kelahiran, kartu

keluarga, buku tabungan, sertifikat dan benda –benda berharga

dari jangkauan air dan tangan jahil

B. Saat Banjir

1. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk

mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana

2. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air

masih memungkinkan untuk diseberangi

3. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret

arus banjir. Segera mengamankan barang – barang berharga

ketempat yang lebih tinggi

Page 46: widiany nurrahmah - fkik.pdf

28

4. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan

penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah,

ataupun Camat

C. Setelah Banjir

1. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya

tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman

penyakit

2. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya

penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir

3. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan

lipan, atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat

dan nyamuk

4. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir

susulan

Berikut ini adalah contoh upaya kesiapan/kesiapsiagaan yang biasanya

dilakukan oleh pemerintah di tingkat lokal (ADPC, 2007) yaitu :

1. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar tidak

dilalui masyarakat pada saat banjir.

2. Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan

untuk tindakan penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan

bahan bakarnya; persediaan bahan pokok yang diperlukan pada

kondisi tanggap darurat, seperti makanan pokok, obat-obatan, air

bersih, selimut, peralatan memasak untuk di tempat evakuasi,

tempat evakuasi, dll (ADPC, 2005).

Page 47: widiany nurrahmah - fkik.pdf

29

3. Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Hal ini terkait

dengan koordinasi antara satu dengan yang lainnya, siapa

melakukan apa pada saat keadaan darurat, serta bagaimana

menyelamatkan diri menuju tempat yang aman (menentukan jalur

evakuasi dan tempat evakuasi) serta melakukan latihan evakuasi.

4. Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat,

khususnya rumah hunian yang ditinggal mengungsi.

Page 48: widiany nurrahmah - fkik.pdf

30

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, banjir di Jakarta

merupakan kejadian bencana yang sering melanda warga Jakarta. Dampak

yang terjadi akibat banjir antara lain, terhambatnya pekerjaan, terganggunya

aktivitas sekolah, masalah ketersediaan air bersih, munculnya berbagai

penyakit, lumpuhnya kegiatan ekonomi warga hingga kehilangan sanak

saudara. Upaya penanggulangan banjir berguna untuk mengantisipasi kerugian

yang terjadi setelahnya dan meminimalisir koban jiwa.

Pengalaman warga saat menghadapi banjir memiliki respon yang berbeda

– beda terhadap tindakan kesiapan bencana yang dilakukan. Kesiapsiagaan

menghadapi bencana banjir masih kurang diekspos bagi warga karena

kurangnya kesadaran diri, sering terjadinya banjir di daerah tersebut sehingga

warga sudah terbiasa dengan kondisi saat banjir dan bukan merupakan suatu

permasalahan yang besar. Peneliti ingin mengeksplor lebih mendalam tentang

pengalaman kesiapsiagaan warga saat menghadapi bencana banjir.

Page 49: widiany nurrahmah - fkik.pdf

31

B. Definisi Istilah

1. Pengalaman merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang pernah dialami,

dirasa dan dijalani seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kesiapsiagaan adalah tindakan dan upaya antisipasi dalam menghadapi

suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak dapat diprediksi guna

meminimalisir kerugian yang akan terjadi setelahnya.

3. Banjir adalah naiknya permukaan air akibat hujan yang terus- menerus

yang disebabkan oleh tingginya permukaan volume sungai dan

menimbulkan kerugian.

Page 50: widiany nurrahmah - fkik.pdf

32

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan

atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral

(Creswell, 2012). Menurut Moleong (2013) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

dan lain-lain. Pada penelitian kualitatif ini, di mana fokusnya adalah

pemahaman arti pengalaman dari perspektif individu (Houser, 2011). Sejalan

dengan hal itu, metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang

mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang

sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang

tampak (Sugiyono, 2011). Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu pengamatan, diskusi kelompok, wawancara atau penelaah dokumen.

Fenomenologi didefinisikan sebagai suatu studi untuk memberikan

gambaran tentang suatu arti dari pengalaman-pengalaman beberapa individu

mengenai konsep tertentu (Polkinghorne 1989 dalam Herdiansyah 2015).

Tujuan penelitian fenomenologis adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman

apa yang dialami oleh orang didalam kehidupan ini, termasuk interaksinya

dengan orang lain (Danim, 2003).

Peneliti mengidentifikasi tiga tahap untuk menjelaskan fenomenologi

yaitu : 1) intuisi (intuiting),2) analisis (analyzing), dan 3) menggambarkan

Page 51: widiany nurrahmah - fkik.pdf

33

(describing) (Streubert & Carpenter, 2003). Tahap pertama yaitu intuisi,

peneliti menjadi sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses

dimana peneliti mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan

oleh para informan, pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi

bencana banjir.

Tahap kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi esensi dari

fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data

disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan

elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi hubungan dan koneksi

dengan fenomena yang berdekatan yang dialami informan. Tahap ketiga yaitu

deskripsi, merupakan bagian integral dari intuisi dan analisis. Meskipun

ditangani secara terpisah, intuisi dan analisis sering terjadi secara bersamaan.

Pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan membawa ke

penjelasan tertulis dan lisan yang berbeda, juga elemen-elemen penting dari

fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan

mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut.

Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi mengenai

pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di RT 001

RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan pada bulan Juli 2015. Jumlah warga

yang terkena banjir di RT 001 RW 012 kelurahan Bintaro yaitu sekitar 57 KK

(Kepala Keluarga) (Laporan Kependudukan RT 001 RW 012 tahun 2014).

Page 52: widiany nurrahmah - fkik.pdf

34

C. Informan Penelitian

Informan pada penelitian ini adalah warga yang terkena banjir yang

berada di wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro. Pemilihan informan

pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling, dengan prinsip

kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Teknik purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010).

Informan artinya individu yang memberikan informasi dalam

menjawab pertanyaan – pertanyaan penelitian. Penentuan teknik pengambilan

sampel atau informan ini bergantung pada topik dan tujuan penelitian itu

sendiri. Informan dalam penelitian ini yaitu warga yang terkena bencana

banjir yang berada di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro dengan kriteria :

a. Informan yang diwawancarai dalam 1 KK yaitu suami atau istri

b. Informan adalah masyarakat di RT 001 RW 012 dan pernah mengalami

banjir

c. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua

pertanyaan peneliti

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu tahapan kajian dengan mencari dan

mengumpulkan data dari informan atau sampel. Berkenaan dengan upaya

pengumpulan data, terdapat setidaknya dua hal yang sangat menentukan

kualitas dari data, yakni teknik pengumpulan data dan alat (instrument) yang

digunakan (Sugiyono, 2005). Teknik pengumpulan data melibatkan prosedur

standar metode, seperti wawancara mendalam (in-depth interview), focus

group interview dan observasi.

Page 53: widiany nurrahmah - fkik.pdf

35

Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan

laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara, metode yang dilakukan oleh

peneliti yang disesuaikan dengan penelitian kualitatif. Pengumpulan data

dilakukan oleh peneliti langsung, pada penelitian ini teknik pengumpulan data

yang digunakan dengan cara :

1. FGD (Focus Group Discussion)

Diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) adalah

suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat

spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1998). Metode FGD merupakan

salah satu metode pengumpulan data penelitian dengan hasil akhir

memberikan data yang berasal dari hasil interaksi sejumlah partisipan suatu

penelitian, seperti umumnya metode-metode pengumpulan data lainnya

(Afiyanti, 2008).

2. Catatan Lapangan (Field Note)

Catatan lapangan, menurut (Bogdan dan Biklen 1982 dalam Moleong

2013) merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami,

dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data

dalam penelitian kualitatif. Catatan itu berupa coretan seperlunya yang sangat

dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau

pengamatan, misalnya gambar, sketsa, sosiogram, diagram dan lain-lain.

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2015. Penelitian

ini menggunakan instrument seperti alat pencatat, alat perekam video

(handycam), alat perekam suara (tape recorder), pedoman diskusi kelompok

dan catatan lapangan.

Page 54: widiany nurrahmah - fkik.pdf

36

Langkah – langkah tahap pengumpulan data :

a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan

surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala

Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik kota Administrasi Jakarta Selatan.

c. Setelah surat permohonan ijin penelitian disetujui oleh Kepala Kantor

Kesatuan Bangsa dan Politik kota Administrasi Jakarta Selatan, peneliti

mengajukan permohonan ijin penelitian ke Kepala Kelurahan Bintaro

Jakarta Selatan

d. Setelah ijin penelitian disetujui oleh Kepala Kelurahan Bintaro Jakarta

Selatan, peneliti diberikan surat pengantar penelitian oleh Kepala Seksi

Satuan Pelaksana PTSP Kelurahan Bintaro untuk diajukan ke ketua RT

001 dan RW 012 Kelurahan Bintaro

e. Setelah ijin penelitian disetujui oleh ketua RW dan RT, selanjutnya

peneliti mendata informan yang sesuai dengan kriteria penelitian dan

kemudian memberikan penjelasan kepada informan mengenai tujuan

penelitian, manfaat, prosedur, jumlah informan, etika penelitian dan

inform consent.

f. Jika calon informan bersedia menjadi informan, mereka dapat membaca

lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.

g. Setelah informan menandatangani lembar persetujuan, informan

selanjutnya diberikan penjelasan mengenai cara pelaksanaan FGD dan

Page 55: widiany nurrahmah - fkik.pdf

37

informan dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan

yang kurang jelas.

E. Teknik Validasi Data

Data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang

dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang

diteliti (Sugiyono, 2011). Pada penelitian kualitatif banyak hasil penelitian

yang diragukan kebenarannya karena beberapa hal, seperti subjektivitas

peneliti yang dominan pada penelitian, alat penelitian yang digunakan adalah

wawancara dan observasi yang memiliki kelemahan karena dilakukan secara

terbuka dan tanpa control (observasi partisipatif), dan sumber data kualitatif

yang kurang credible akan memengaruhi hasil akurasi penelitian (Bungin,

2011). Oleh karena itu, untuk menghindari ketidakvalidan dan ketidaksesuaian

instrumen penelitian maka dilakukan uji validitas dan uji kredibilitas. Uji

validitas pada penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas internal),

transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan

confirmability (obyektivitas) (Sugiyono 2011, Moleong 2013).

1. Uji Kredibilitas

Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat

dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah

keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk

atau keterpercayaan terhadap hasil data penelitian. Uji kredibilitas data

atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan

dengan cara :

Page 56: widiany nurrahmah - fkik.pdf

38

a. Perpanjangan pengamatan ,peneliti melakukan perpanjangan

pengamatan yang berarti kembali ke lapangan, melakukan

pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui

maupun yang baru (Sugiyono, 2011). Bersama informan di lapangan

akan membantu peneliti memahami budaya dan tradisi informan,

memahami makna-makna budaya, makna simbol, dan berbagai makna

lainnya yang hidup dan tumbuh di masyarakat dimana informan hidup

bersama peneliti (Bungin, 2011).

b. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan terus-menerus (Sugiyono, 2011). Dengan meningkatkan

ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan

kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak dan

validitas data dapat ditingkatkan pula.

c. Triangulasi, merupakan teknik pemeriksaan validitas data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2013). Triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono,

2011).

d. Peer debriefing (pengecekan melalui diskusi) yaitu dengan cara

mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam

bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat yang ahli dalam penelitian

kualitatif.

Page 57: widiany nurrahmah - fkik.pdf

39

e. Mengadakan member check, yaitu dengan menguji kemungkinan data

yang diperoleh berbeda, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan

apa yang dimaksud oleh informan.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kredibilitas

Peer debriefing. Data dikumpulkan peneliti untuk dibuat transkrip data.

Data yang sudah dibuatkan transkrip kemudian dibicarakan dan

didiskusikan oleh pembimbing tentang hal-hal yang dialami informan.

2. Transferabilitas (Transferability)

Transferabilitas dapat diartikan sebagai hasil dari penelitian yang dapat

diterapkan atau digunakan ditempat lain (Sugiyono, 2011). Hasil

penelitian kualitatif dapat dikatakan memiliki standar transferabilitas

tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran

dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian (Bungin,

2008). Peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang

rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.

3. Dependabilitas (dependabality)

Dalam penelitian kualitatif, jika dua atau beberapa kali diadakan

pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya

secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya tercapai (Moleong,

2013). Pada penelitian ini, peneliti membuat transkrip data secara singkat,

maksud, tujuan, proses dan hasil penelitian. Uji dependability dilakukan

dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian

(Sugiyono, 2011). Dalam hal ini auditor eksternal yang diikutsertakan

adalah pembimbing dari peneliti yang menguji keakuratan data melalui

Page 58: widiany nurrahmah - fkik.pdf

40

seluruh pencatatan yang dilakukan dan bahan-bahan yang diperlukan

(hasil rekaman, catatan lapangan, foto dan dokumen).

4. Konfirmabilitas (konfirmability)

Penelitian dikatakan konfirmabilitas (obyektif) bila hasil penelitian telah

disepakati banyak orang, bergantung pada data itu sendiri dan dapat

dibuktikan kebenarannya (Sugiyono, 2011; Moleong, 2013). Dalam

penelitian kualitatif, uji konfirmabiltas mirip dengan uji dependabilitas,

sehinggga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Pada

penelitian ini, uji konfirmabilitas yaitu dengan menguji hasil penelitian

yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Hasil penelitian yang

dilakukan nantinya dikoreksi oleh pembimbing, untuk menjamin apakah

hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah yang

dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti dan menelaah dalam

melakukan keabsahan data.

F. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono 2013).

Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982 dalam Moleong 2013)

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

Page 59: widiany nurrahmah - fkik.pdf

41

dikelola, mensitesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain. Pada penelitian ini peneliti menggunakan

teknik analisa menurut (Streubert & Carpenter, 2003)

Langkah-langkah analisis data kualitatif :

1. Peneliti mulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh

tentang fenomena yang diteliti yaitu pengalaman kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.

2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai

gambaran para informan mengenai pengalaman kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi bencana banjir, data yang dianggap penting kemudian

diberi tanda.

3. Membaca semua gambaran semua partisipan secara berulang-ulang dari

fenomena yang dialami informan mengenai pengalaman kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.

4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan

mengelompokkan kata kunci dari para informan mengenai pengalaman

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.

5. Mengatur kumpulan membentuk pengertian dari kelompok tema dengan

membuat kategori-kategori.

6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema.

7. Mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif, dimana peneliti

merangkai tema yang ditemukan selama proses analisis data dan

Page 60: widiany nurrahmah - fkik.pdf

42

menuliskannya dalam bentuk deskripsi yang terkait pengalaman

kesiapsiagaan masayarakat dalam menghadapi bencana banjir.

8. Peneliti mengulang validasi data ke informan atas gambaran yang

diberikan untuk mengklarifikasi data hasil penelitian.

9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi

gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003).

G. Etika Penelitian

Dalam sebuah penelitian, etika penelitian harus dijunjung tinggi, dan

seorang peneliti harus memegang teguh prinsip tersebut seperti yang

dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2010) diantaranya :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memberitahu mengenai tujuan,

manfaat penelitian tersebut dilakukan, memberikan kebebasan untuk

memberikan informasi atau tidak memberikan informasi, dan melakukan

inform consent pada informan.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Kerahasiaan pada suatu penelitian sangat dihormati sehingga peneliti tidak

boleh memberikan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas

informan. Peneliti sebaiknya cukup menggunakan kode sebagai pengganti

identitas informan.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness)

Page 61: widiany nurrahmah - fkik.pdf

43

Pada penelitian, prinsip keterbukaan dan keadilan perlu diperhatikan oleh

peneliti dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Menjelaskan

prosedur penelitian berarti memenuhi prinsip keterbukaan dan menjamin

bahwa semua informan penelitian memperoleh perlakukan dan keuntungan

yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya yang

berarti memenuhi prinsip keadilan.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan informan penelitian pada

khususnya. Peneliti hendaknya berusaha untuk meminimalisir dampak

yang merugikan informan.

Page 62: widiany nurrahmah - fkik.pdf

44

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

kepada informan dengan proses analisa data dari hasil diskusi kelompok (FGD)

dan catatan lapangan, pada saat melakukan analisa data ditemukan beberapa tema-

tema esensial yang selanjutnya dideskripsikan oleh peneliti dalam bentuk naratif

pada penyajian hasil penelitian sebagai berikut.

Penyajian hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama

menguraikan gambaran umum wilayah penelitian. Bagian kedua berisi hasil

penelitian meliputi karakteristik informan dan hasil analisis tematik pengalaman

kesiapsiagaan, masyarakat dalam menghadapi bencana banjir, paparan hasil

penelitian ini dideskripsikan berdasarkan hasil diskusi kelompok (FGD) yang

disusun berdasarkan tema yang ditemukan.

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Kelurahan Bintaro merupakan salah satu Kelurahan yang ada di

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan luas 4,56 km2 dari seluruh

wilayah kecamatan Pesanggrahan terdiri dari 15 RW dan 142 RT dengan total

jumlah penduduk sebanyak 55.466 jiwa. Adapun batas- batasnya sebelah utara

kelurahan Kebayoran lama utara dan Kebayoran lama selatan, sebelah barat

kelurahan Pesanggrahan, Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang dan

sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Pondok Pinang. (Laporan

kependudukan Kelurahan Bintaro tahun 2014)

Page 63: widiany nurrahmah - fkik.pdf

45

Bencana banjir yang terjadi di Kelurahan Bintaro, sedikitnya lima RW

terendam banjir dengan ketinggian rata – rata air banjir mencapai 4 (empat)

meter. Banjir yang terjadi di kelurahan Bintaro khususnya RT 001 RW 012

terjadi sejak tahun 1985 dengan tinggi kisaran tiga sampai empat meter,

terulang besar tahun 1987 tercapai dua sampai dua setengah meter,terjadi yang

besar lagi tahun 2002 tercapai tiga sampai empat meter, terulang lagi tahun

2007 tertinggi tiga meter terendah dua mter, selebihnya terjadi tiap tahun

dengan rata-rata ketinggiannya sekitar satu meter.

B. Karakteristik Informan

Sebanyak enam informan berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua

informan adalah masyarakat yang pernah mengalami bencana banjir yang

bertempat tinggal di wilayah RT 001 Kelurahan Bintaro Kecamatan

Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Adapun karakteristik dari informan sebagai

berikut :

Kode

informan

Usia Pendidikan

terakhir

Pekerjaan Waktu

mengalami

banjir

I1 39 tahun SMU Ibu rumah tangga Tahun 2013

I2 47 tahun S1 Guru Tahun 1993

I3 60 tahun SMA Buruh harian Tahun 2002

I4 39 tahun SMA Karyawan swasta Tahun 2002

I5 36 tahun S1 Guru Tahun 1990

I6 51 tahun SD Wiraswasta Tahun 1985

Tabel 5 - 1 Kara kteristik informan

C. Hasil Analisis Tematik

Hasil analisis tematik ini menjelaskan empat tema yang didapatkan

dalam penelitian ini. Berbagai tema yang diperoleh terkait dengan pengalaman

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir sebagai berikut :

1) Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat; 2) Sumber pengetahuan yang

Page 64: widiany nurrahmah - fkik.pdf

46

diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir; 3) Upaya

masyarakat dalam menghadapi bencana banjir; 4) Peran pemerintah terhadap

upaya kesiapsiagaan bencana banjir.

Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat

Bencana banjir menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat seperti

terjadinya berbagai kerusakan, terganggunya aktifitas masyarakat,

menurunnya kegiatan perekonomian, timbulnya berbagai penyakit, hingga

menimbulkan kematian yang disebabkan oleh banjir.Informan dalam

penelitian ini memaparkan adanya dampak yang dialami oleh masyarakat

selama mengalami banjir. Adapun dampak yang dialami meliputi : 1)

Rusaknya bangunan dan perabotan rumah; 2) Rusaknya tempat ibadah; 3)

Terbentuknya kesadaran masyarakat; 4) Menjadi terbiasa; 5) Masyarakat bisa

memprediksi datangnya banjir dengan sendiri; 6) Perasaan yang dirasakan

1. Rusaknya bangunan dan perabotan rumah

Satu dari enam informan mengungkapkan yang dirasakan masyarakat

yaitu kerusakan bangunan dan perabotan rumah, kerusakan yang terjadi

seperti jebolnya rumah dan terendamnya barang – barang yang belum sempat

diselamatkan masyarakat. Berikut ungkapan informan tersebut :

“dulu kan bahaya ya, di rumah saya sendiri sempat jebol kan.. kalo dulu kan

yang namanya kulkas, tv pada ngmbang semua” (I4)

2. Rusaknya tempat ibadah

Tiga dari enam informan mengungkapkan dampak yang dialami oleh

masyarakat selama mengalami banjir salah satunya adalah terjadinya

kerusakan sarana umum, seperti masjid yang terkena banjir setinggi satu

meter, berikut ini salah satu ungkapan dari informan tersebut :

Page 65: widiany nurrahmah - fkik.pdf

47

“….karena kalo banjir gede itu juga sempet aula itu masjid itu sampai 1

meter” (I2)

“Masjid itu pernah kena 1 meter itu… 2 kali” (I6)

3. Terbentuk dengan sendirinya kesadaran masyarakat

Satu dari enam informan mengatakan dampak yang ditimbulkan dari

kejadian banjir membuat masyarakat memiliki kesadaran mengenai hal apa

saja yang harus dilakukan saat terjadi banjir. Berikut ini adalah penuturannya :

“Kesadaran masyarakatnya itu timbul sendiri.. oh harus begini.. harus

begini.. harus begini” (I4)

4. Menjadi terbiasa

Dampak dari kejadian banjir menurut dua informan, telah membuat

mereka menjadi terbiasa saat mengalami kejadian banjir. Seperti ungkapan

informan berikut:

“…kita udah paham evakuasi yang paling mudah itu seperti apa gitu ya?

Begitu ada banjir oh apa dulu yang naik, oh ini.. ini.. ini.. kita udah terbiasa,

jadi udah gak terlalu paniklah” (I4)

“iya udah.. lagi kita udah biasa” (I1)

5. Masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dengan sendiri

Tiga dari enam informan mengungkapkan kejadian banjir membuat

masyarakat dapat memprediksi datangnya banjir. Adapun ungkapan informan

sebagai berikut :

“Itu secara gak langsung sudah berguru dengan.. alam., nah itu, jadi

perkiraan tertinggi sekian meter alat rumah sudah lebih dari itu” (I3)

“udah tau nih, aer udah mau sampe ke rumah kita, gak ah masih jauh gitu.

Udah kita bisa prediksi sendiri” (I1)

“aernya.. oh ini gak bakalan nyampe rumah kita” (I6)

6. Perasaan yang dirasakan

Page 66: widiany nurrahmah - fkik.pdf

48

Dua dari enam informan menjelaskan perasaan yang muncul saat

terjadi banjir yaitu merasa cemas memikirkan jiwa, harta benda, banjir yang

deras dan sulitnya mencari lahan parkir. Adapun ungkapan informan tersebut

sebagai berikut :

“kalo bicara banjir yang namanya aer itu kecemasan udah pasti ada, yang

utama.. yang utama sekali itu adalah dibagian bapak-bapak. Apabila

menjelang hari kerja, pada waktu saat hari kerja, kondisi sungai itu banjir.

Sehingga dirumah yang ada cuman hanya seorang ibu dan anak-anak, barang

tentu cemas itu pasti ada. Memikirkan jiwa.. memikirkan harta benda yang

ada… ama yang cemas yang terakhir ya paling itu pak apa itu salah satunya

banjir…. untuk mencari lahan parkir yang punya baik motor maupun mobil

karena main dulu-duluan. Kecemasan kadang-kadang ada di tv juga taro

dimana nih motor taro dimana nih mobil aman apa enggak? Ya kan kayak

gitu” (I6)

“kalo dulu cemas kenapa, karena banjirnya kan deres… dulu kan bahaya ya,

dirumah saya sendiri sempat jebol kan” (I4)

Sebagian besar informan mengungkapkan perasaan takut saat terjadi

banjir dikarenakan derasnya arus air di kali sama dengan yang terjadi dirumah.

Sebagaimana ungkapan informan tersebut :

“…dulu itu kan dangkal sekali airnya, jadi begitu air meluap itu kali bener-

bener pindah.. pindah jalur bukan hanya kali doang tapi kampungnya. Jadi

deresnya air di kali dengan di rumah kita itu hampir sama arusnya itu, karena

emang.. emang meluap gitu, bukan.. bukan bukan rembes atau apa bukan

emang pindah kali itu (I4)

Satu informan juga mengungkapkan perasaan yang muncul saat terjadi

banjir yaitu merasa bingung apa yang harus dilakukan. Seperti ungkapan

informan sebagai berikut :

“…beda dengan dulu tahun tahun 97 mungkin, 2002 aaa… saya sendiri

ngerasain gitu apa yang harus dilakukan juga bingung begitu datang banjir

dengan waktu cuma berapa menit itu udah tinggi satu meter itu apa yang

dilakukan? Makanya semua barang-barang kerendem…” (I4)

Page 67: widiany nurrahmah - fkik.pdf

49

Empat dari enam informan mengekspreksikan perasaan menyesal saat

terjadi banjir, mereka menyesal dikarenakan tidak menerima ganti rugi

pembelian lahan untuk rumah pompa. Dibawah ini penuturannya :

“bahkan itu pun juga yang jadi permasalahan sebenarnya rakyat pada waktu

itu, tidak ada ganti rugi sama sekali.. sepeser pun tidak menerima ganti rugi,

termasuk kami kena pertama...” (I6)

Semua informan mengatakan merasa senang saat terjadi banjir sebab,

banjir tidak lagi menakutkan seperti dulu yang pindah ke perkampungan.

Mereka mengungkapkan banjir yang terjadi sekarang ini lebih menyenangkan

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, seperti ungkapan salah satu informan :

“kalo banjir tuh anak-anak seneng”(I1)

“seneng bisa renang” (I4)

“seneng banyak ikan”(I5)

“tetapi, dibandingkan tahun-tahun yang lalu untuk aaa.. lima tujuh tahun

aaa… ke belakang, enam tujuh tahun kedepan ini lebih… menyenangkan

dibandingkan dulu-dulunya”(I6)

Tema 2. Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang

program penanggulangan banjir

Pengetahuan merupakan suatu informasi yang didapatkan dari

pengalaman-pengalaman yang pernah dialami. Hasil diskusi kelompok (FGD)

kepada enam informan mengenai sumber pengetahuan program

penanggulangan banjir yang diperoleh selama mengalami kejadian banjir,

pengetahuan didapatkan dari : 1) Pengalaman melewati kejadian banjir; 2)

Media massa televisi dan koran; 3) Wawasan dari Tim SAR; 4) Penyuluhan

dari RT dan Kelurahan; 5) Tim siap siaga bencana dompet dhuafa

1. Pengalaman melewati kejadian banjir

Page 68: widiany nurrahmah - fkik.pdf

50

Semua informan mengatakan memperoleh pengetahuan mengenai

kesiapsiagaan bencana banjir berdasarkan pengalaman kejadian banjir yang

pernah dialami. berikut ungkapan salah satu informan :

“…program yang terstruktur mungkin sampai saat ini pun sebagai warga ya

kita juga belum tahu sebenarnya program yang penanggulangan banjir tuh

yang terstruktur dari Pemerintah atau apa prosedur-prosedurnya kita juga

sebenarnya sih belum ngerti ke arah sana. Apakah ada atau gak kita juga gak

paham, yang ada yang kita rasakan adalah setiap banjir yang dilakukan

paling awal adalah evakuasi” (I4)

2. Media massa televisi dan koran

Dua dari enam informan mengungkapkan mendapatkan pengetahuan

mengenai kesiapsiagaan banjir dari media massa seperti koran dan televisi.

Berikut ini penuturannya :

“dari media koran, televisi…” (I1)

3. Wawasan dari Tim SAR

Satu dari enam informan yaitu bapak A (51 tahun) mengatakan bahwa

sumber pengetahuan tentang program penanggulangan banjir diperoleh dari

tim SAR dan pihak posko banjir seperti memberikan wawasan dalam

melakukan pertolongan, berikut ungkapannya :

“untuk penanggulangan banjir itu emang ada datangnya dari pihak tim SAR,

itu diberikan wawasan apabila mengadakan pertolongan untuk khususnya

yang suka kejebak-kejebak banjir atau yang listrik belum dimatikan… yang

jelas datangnya adalah untuk memberikan saran-saran datangnya itu dari tim

SAR, pihak aaa… pihak posko banjir” (I6)

4. Penyuluhan dari RT dan Kelurahan

Semua informan mengatakan bahwa sumber pengetahuan mengenai

kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir diperoleh dari pemerintah melalui

penyuluhan dari pihak RT atau kelurahan. Berikut ungkapannya :

“…penyuluhan dari RT atau kelurahan…” (I1)

Page 69: widiany nurrahmah - fkik.pdf

51

“dari RT setempat” (I2)

5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dompet dhuafa

Satu dari enam informan mengungkapkan memperoleh informasi

tentang kesiapsiagaan bencana banjir dari lembaga swadaya masyarakat

dompet dhuafa. Seperti ungkapan berikut :

“dari tim siap siaga bencana dompet dhuafa…”(I5)

Tema 3. Upaya Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

banjir

Berbagai upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

banjir berbeda-beda sesuai dengan pengalaman yang dirasakan selama

kejadian banjir. Upaya kesiapsiagaan masyarakat meliputi : 1) Membersihkan

lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya; 2) Evakuasi diri; 3)

Menaikkan barang – barang; 4) Membersihkan lantai dan perabotan rumah

1. Membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya

Banjir tidak sepenuhnya dapat dihindari, namun masyarakat dapat

melakukan tindakan – tindakan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Dua dari enam informan menuturkan tindakan pencegahan yang dilakukan

diantaranya membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada

tempatnya. Berikut ungkapan dari salah satu informan :

“membersihkan lingkungan dari sampah-sampah” (I1)

“membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya” (I2)

Page 70: widiany nurrahmah - fkik.pdf

52

2. Evakuasi Diri

Semua informan memaparkan upaya yang paling utama dilakukan saat

terjadi banjir yaitu evakuasi. Berikut ungkapan dari salah satu informan

tersebut :

“…setiap ada banjir yang di lakukan paling awal adalah evakuasi...” (I4)

“ya upayanya yang udah pernah dilakukan banjir itu apabila banjir datang

ya artinya yang paling utama sekali yaitu kita kontrol warga ada yang

kejebak atau tidak nih…” (I6)

3. Menaikkan barang – barang

Bagian lainnya dari upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana

banjir yaitu dengan menaikkan barang-barang atau perabotan rumah, seperti

ungkapan informan berikut ini :

“persiapannya ditaek-taekin perabotan” (I6)

“... kita udah mengkondisikan untuk banjir kalo nyimpen tv tuh ya paling

enggak satu meter diataslah, colokan listrik gak ada yang dibawah pasti

semua diatas gitu. Di atas pasti ada rak-rak untuk nyimpen barang-

barang…” (I4)

“…nah itu.. jadi prediksi saya kalo sudah musim mendung alat dirumah

sudah mulai dinaikin…” (I3)

“upaya meninggikan lantai, membuat para-para buat menaro barang-

barang” (I5)

4. Membersihkan lantai dan perabotan rumah

Upaya yang dilakukan sesudah terjadi banjir salah satunya adalah

membersihkan lantai dan perabotan rumah. Seperti ungkapan salah satu

informan berikut ini :

“ramenya sambil bersih-bersih… Kalo banjir tuh sekalian bersihin rumah,

kalo gak banjir kita gak bisa bersihin rumah… Kekeluargaannya juga ada loh

kalo banjir… kebersamaannya malah ada” (I1)

Page 71: widiany nurrahmah - fkik.pdf

53

“mungkin rumah kita kotor selama ini gak pernah di pel gitu ya, karena kan

ibu – ibu biasanya sebagian males – males kalo ngepel rumah hahaha” (I6)

“kapan lagi bersihin kulkas ya?ngepel masal lagi ya? Ngepel masal ya jadi

gak capek haha” (I4)

Tema 4. Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir

Ketika terjadi bencana banjir, pemerintah memiliki peranan penting

didalamnya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan, dalam studi ini

didapatkan beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah meliputi : 1)

Pembuatan tanggul; 2) Pengerukan kali; 3) Pengadaan rumah pompa; 4)

Relokasi pemukiman; 5) Disiapkan Tim penanggulangan banjir; 6)

Tersedianya dapur umum dan logistik; 7) Pengadaan alat – alat banjir; 8)

Layanan kesehatan puskesmas

1. Pembuatan tanggul

Lima dari enam informan menyatakan peran pemerintah dalam hal ini,

salah satunya adalah pembuatan tangggul pertama. Berikut ini penuturannya :

“kalo persiapannya mungkin ada dari boleh disebutkan ini karena juga

persiapan pertama kan memang awalnya datangnya dari pemerintah ya bu

ya? Nah itu tahun 1994. Itu adalah pembuatan tanggul. Nah itu pembutaan

tanggul pertama” (I6)

“karena sistem penanggulangan kan waktu itu kan hanya pake pondasi biasa

ya, ga pake.. pancang-pancang ke bawah. Jadi, tanah itu kan ke gerus air –

ke gerus air jadi bolong dari bawah itu, itu.. yaitu emang.. emang aaa…

konstruksinya seperti itu dulu gitu.. kalo.. kalo konstruksi aaa… standarnya

tanggul sekarang kan mesti pake tiang pancang ya terus di tancep ke bawah

jadi ga ada kebocoran… (I4)

2. Pengerukan kali

Semua informan mengatakan bahwa peran pemerintah dalam hal

penanggulangan infrastruktur yaitu pengerukan kali. Berikut ini salah satu

ungkapan informan tersebut :

Page 72: widiany nurrahmah - fkik.pdf

54

“asal tiap tahun dikeruk”(I5)

“yang paling signifikan untuk merubah arus aer itu ya waktu itu ya, itu

pengerukan. pengerukan kali itu sangat-sangat aaa… bermanfaat…” (I4)

3. Pengadaan rumah pompa

Peran pemerintah yang lainnya yaitu pengadaan rumah pompa yang

berfungsi untuk mengurangi debit air sungai saat terjadi banjir. Berikut

ungkapannya :

“…akhirnya sehingga memang struktur tambahan dari pemerintah pak RT ya,

itu mendapatkan pompa yang pompa mobil sebutannya…” (I6)

“membuat rumah pompa atau sedot air” (I5)

“mungkin yang lebih mengena lagi mungkin aaa… fungsi dari pompa itu

setelah banjir itu terjadi, ya pada saat air datang itu pompa susah untuk

aaa… berfungsi karena emang aer lagi masuk. Nah begitu masuk, nah untuk

mengurangin biar segera kering nah itu pompa baru berfungsi” (I4)

4. Relokasi pemukiman

Keenam informan menyebutkan sebagian wilayah di RT 001 akan

dilakukan perluasan kali yang akan berdampak penggusuran beberapa rumah.

Berikut ini salah satu ungkapan dari informan berikut :

“terus ada isu lagi kita mau digusur” (I2)

“ada juga tadinya wacana pengurus RT 01 ini, wacananya tadinya mba…

akan berusaha untuk membuat aula yang datarannya tinggi. Pada waktu itu

juga udah sempat lapor ke… kecamatan ke kelurahan. Tapi akhirnya setelah

mendapatkan informasi tahun 2013 awal bulan Februari tanggal 5 itu adalah

warga RT 01 tuh sebagian akan kena peluasan kali.. pelebaran kali…” (I6)

5. Disiapkan Tim Penanggulangan Banjir

Bagian lainnya seperti yang diungkapkan salah satu informan ibu I (47

tahun) dan bapak A (51 tahun) mengungkapkan adanya tim penanggulangan

banjir sebagai salah satu upaya dalam pengurangan risiko banjir. Berikut

ungkapnya:

Page 73: widiany nurrahmah - fkik.pdf

55

“sampai kita pernah kan Yusep ya kita ini ada tim, tim penanggulangan

banjir, tim SAR… karena mungkin sekarang udah ada tuh tim pembersih kali

ya, jadi saluran gotnya lancar, kalinya lancar” (I2)

“kita ini ada tim penanggulangan banjir satkorlaknya memang ada…” (I6)

6. Pengadaan alat-alat banjir

Tiga informan mengatakan pengadaan alat-alat yang dipersiapkan

pemerintah dalam upaya penanggulangan banjir adalah perahu, tambang, dan

ambulan. Seperti ungkapan salah satu informan berikut ini :

“ya… sediain perahu…” (I2)

“persiapannya adalah perahu ama tambang… pernah juga terjadi pak RT ya

tahun 2002 ama tahun 2007 itu disiapkan mohon maaf tidak mengharapkan

warganya ada hal-hal yang terjadi yang diinginkan tapi karena itu memang

kondisinya udah sangat-sangat mengkhwatirkan akhirnya sehingga dari pihak

pemerintah sendiri juga menyediakan apa itu.. kendaraan untuk ambulan

apabila takut nanti warganya itu ada yang kena sakit atau apa.. itu persiapan

dari pemerintah…” (I6)

7. Tersedianya dapur umum dan logistik

Informan dalam penelitian ini mengungkapkan adanya kesiapsiagaaan

yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi bencana banjir salah

satunya adalah dapur umum, seperti ungkapan salah satu ungkapan informan

berikut :

“… jadi ya apabila kita dadakan- dadakan itulah ya struktur tambahan

intinya daripada dapur umum dan pukesmas sampai akhirnya, pukesmas

memang setiap banjir memang… selalu siap, selalu ada…” (I6)

“…untuk penanggulangan yang sosialnya mungkin ya yang, yang sudah rutin

dilakukan warga setiap ada banjir adalah dapur umum terus penyimpan

aaa… lahan untuk pengungsian, yang biasanya di konsentrasikan di aaa…

aula masjid…” (I4)

Tiga dari enam informan menyatakan bantuan pemerintah yaitu

pertolongan pertama adalah air mineral dan makanan ringan seperti yang

diungkapkan oleh salah satu informan Bapak A (51 tahun) sebagai berikut :

Page 74: widiany nurrahmah - fkik.pdf

56

“…mungkin kalo memang udah ada yang ngungsi ada posko ya mungkin

sedikit banyaknya memang ada bantuan dari pemerintah tuh ya pertolongan

yang paling pertama itu adalah air mineral ama makanan ringan artinya

macem kayak kue paling biskuit atau indomie itu penanggulangan dari pihak

pemerintah…” (I6)

8. Layanan kesehatan puskesmas

Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk memenuhi

kebutuhan dasar korban bencana yang selamat, maka dilakukan tindakan

tanggap darurat. Tindakan tanggap darurat yang dilakukan yaitu

disediakannya layanan kesehatan puskesmas. Peran layanan kesehatan sangat

penting bagi masyarakat saat terjadi banjir untuk mengurangi dampak

penyakit pasca banjir. Tiga informan lain mengungkapkan penanggulangan

sosial yang lainnya yaitu layanan kesehatan puskesmas. Berikut penuturannya

:

“…gak kalah pentingnya itu puskesmas, jadi setiap banjir ada pengobatan

gratis, dari puskesmas menyiapkan obat-obat udah ada. pengobatan gratis,

obat-obat juga ada, emang mereka yang paling diperhatiin balita, khusus

balita ada susunya ada” (I2)

“kesiapsiagaan itu kalo dari pemerintah ya, menyediakan aaa… apa sarana

ya itu tadi macam kayak perahu karet terus puskesmas, posko untuk

mengadakan layanan kesehatan itu posko kesehatan ya…” (I6)

“…peran puskesmas yang penting, dampak penyakit pasca banjir” (I1)

Page 75: widiany nurrahmah - fkik.pdf

57

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan beberapa bagian yang terkait dengan hasil penelitian

yang telah diperoleh. Bagian pertama menguraikan pembahasan hasil penelitian,

yaitu membandingkan dengan konsep, teori, dan berbagai penelitian sebelumnya,

yang terkait dengan hasil penelitian ini untuk memperkuat pembahasan dan

interpretasi hasil penelitian. Bagian kedua adalah menjabarkan berbagai

keterbatasan selama proses penelitian dengan membandingkan pengalaman

selama proses penelitian yang telah dilakukan dengan proses yang seharusnya

dilakukan sesuai dengan aturan. Bagian ketiga menguraikan tentang implikasi

penelitian sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan bagi ilmu keperawatan baik

dalam pelayanan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta pendidikan

keperawatan.

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi

Penelitian ini menghasilkan empat tema. Beberapa diantaranya

memiliki sub tema dengan beberapa kategori makna tertentu. Tema tersebut

teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Berikut penjelasan secara rinci

untuk masing-masing tema yang dihasilkan dari penelitian ini :

Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat

Akibat hujan yang terus-menerus yang disebabkan oleh tingginya

permukaan volume sungai dapat mengakibatkan bencana banjir. Setiap

bencana termasuk banjir, tentu saja menimbulkan beragam dampak, pada

Page 76: widiany nurrahmah - fkik.pdf

58

penelitian ini dampak yang dirasakan masyarakat akibat terjadinya banjir

diantaranya : 1) Rusaknya bangunan dan perabotan rumah; 2) Rusaknya

tempat ibadah; 3) Terbentuknya kesadaran masyarakat; 4) Menjadi terbiasa;

5) Masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dengan sendiri; 6)

Perasaan yang dirasakan

Rusaknya bangunan dan perabotan rumah

Dampak banjir yang dialami masyarakat salah satunya mengakibatkan

kerusakan. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa terjadi kerusakan bangunan

dan perabotan rumah, dimana tempat tinggal masyarakat mengalami

kerusakan hingga berakibat jebol akibat terjangan arus air yang deras dan

barang – barang terendam seperti televisi dan kulkas. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Nurhaimi dan Rahayu (2014) melaporkan

dampak banjir yang mereka rasakan adalah rusaknya bangunan rumah. Hal

ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jurenzy (2011) yang

menyatakan sebanyak 76,67 persen responden memilih akibat dari banjir

adalah hanyutnya berbagai barang dan harta. Kerugian yang dialami oleh

reponden rata-rata adalah hanyut dan rusaknya barang-barang berharga

seperti barang-barang elektronik dan peralatan rumah tangga.

Kodoatie dan Syarief (2006) memberikan beberapa contoh dampak

atau kerugian banjir antara lain hilangnya nyawa atau terluka, hilangnya harta

benda, kerusakan permukiman, kerusakan wilayah perdagangan, kerusakan

wilayah industri, kerusakan areal pertanian, kerusakan system drainase dan

Page 77: widiany nurrahmah - fkik.pdf

59

irigasi, kerusakan jalan dan rel kereta api, kerusakan jalan raya, jembatan,

dan bandara, kerusakan system telekomunikasi.

Rusaknya tempat ibadah

Dampak banjir tidak hanya merusak bangunan, tetapi juga berdampak

secara fisik mengenai sarana dan prasarana umum seperti fasilitas

pendidikan, kesehatan, sarana ibadah dan pelayanan publik. Pada penelitian

ini, didapatkan hasil bahwa ketika banjir besar datang, air banjir bisa

mengenai sekitar aula masjid hingga ketinggian 1 meter. Dalam hal ini, untuk

mengembalikan fungsi pelayanan public maka diperlukan rehabilitasi.

Menurut BNPB (2013) rehabilitasi bertujuan mengembalikan dan

memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan

untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rahabilitasi bangunan

ibadah, bangunan sekolah, infrsatruktur sosial dasar, serta prasarana dan

sarana perekonomian yang sangat diperlukan.

Menjadi terbiasa

Pada penelitian ini dua dari enam informan mengungkapkan kejadian

banjir membuat mereka menjadi terbiasa dalam melakukan tindakan

kesiapsiagaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sagala (2014) yang

melaporkan riwayat bencana banjir yang telah lama terjadi di Kecamatan

Baleendah menjadikan masyarakat telah terbiasa melakukan berbagai

tindakan untuk mengurangi risiko yang mereka alami.Hal serupa juga

ditemukan pada penelitian yang Awaliyah dkk (2014) yang menunjukkan

Page 78: widiany nurrahmah - fkik.pdf

60

bahwa pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana setelah banjir

kategori tinggi karena sebagian besar masyarakat sudah menganggap bahwa

bencana banjir sudah menjadi kebiasaan rutin yang terjadi saat musim hujan,

kebiasaan ini sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama sehingga mereka

menganggap bencana banjir sudah menjadi bencana langganan mereka. .

Clust, Human & Simpson (2007) berpendapat bahwa individu akan

beradaptasi dan belajar selama terlibat dalam situasi bencana sehingga

ancaman bencana akan direspon secara serius dan lebih efektif di masa

depan.

Masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dengan sendiri

Dampak kejadian banjir membuat masyarakat dapat memprediksi

datangnya banjir sehingga masyarakat bisa melakukan tindakan

kesiapsiagaan lebih dini untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jurenzy (2011) di Kelurahan

Katulampa yang melaporkan bahwa apabila sudah ada tanda-tanda akan

terjadinya banjir yaitu status ketinggian sungai sudah mencapai siaga 4

hampir seluruh responden menyatakan mereka akan memindahkan barang-

barang berharga mereka ke tempat yang lebih aman. Hasil penelitian ini juga

diperkuat oleh penelitian Dodon (2013) yang mengungkapkan bahwa

sebagian besar masyarakat menjadikan intensitas lamanya hujan turun

sebagai sumber informasi yang didasarkan dengan pengalaman mereka

dalam menghadapi bencana banjir.

Page 79: widiany nurrahmah - fkik.pdf

61

Masyarakat memerlukan sistem peringatan dini meliputi tanda

peringatan dan distriusi informasi jika akan terjadi bencana. Sistem

peringatan dini yang baik dapat mengurangi kerusakan yang dialami oleh

masyarakat (Gissing dalam Sagala, 2014). Sistem yang baik ialah sistem

dimana masyarakat juga mengerti informasi yang akan diberikan oleh tanda

peringatan dini tersebut atau tahu apa yang harus dilakukan jika suatu saat

tanda peringatan dini bencana berbunyi/menyala (Sutton dan Tierney,

2006).

Perasaan yang dirasakan

Respon masyarakat dalam menghadapi bencana banjir sangat

beragam, sesuai dengan pengalaman banjir yang dirasakan oleh masing-

masing individu. Secara psikologis salah satu respon yang diungkapkan

masyarakat dapat digambarkan melalui perasaan, perasaan yang muncul pada

masyarakat dapat memberikan gambaran nyata mengenai perasaan yang

dirasakan saat terjadi banjir. Menurut Yulaelawati & Usman (2008)

pengalaman yang dirasakan individu saat terjadi bencana dapat membuat

seseorang menajadi trauma terhadap bencana, respon yang ditunjukkan

membuat seseorang menterjemahkan melalui ungkapan respon dan ekspresi,

diantaranya marah, sedih, kehilangan, menyesal hingga depresi.

Kejadian banjir seharusnya menjadikan masyarakat waspada terhadap

dampak yang ditimbulkan (Rohman & Suroso, 2012). Dampak yang dialami

masyarakat, khususnya dampak sosial dan dampak ekonomi secara langsung

mempengaruhi sikap masyarakat terhadap bencana yang ada. Masyarakat

Page 80: widiany nurrahmah - fkik.pdf

62

menjadikan dampak ekonomi dan sosial sebagai pertimbangan mereka yang

paling utama dalam menghadapi bencana banjir (Sagala, 2014). Berdasarkan

dari hasil penelitian ini, menurut peneliti berbagai dampak banjir telah

dialami oleh masyarakat ketika terjadi banjir, untuk itu dibutuhkan tindakan

pencegahan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Tema 2. Sumber pengetahuan program penanggulangan banjir

Pengetahuan sebagai fakta atau kondisi dari mengetahui sesuatu

dengan derajat pemahaman tertentu melalui pengalaman, asosiasi, atau

hubungan (Mohanty et al, dalam Pangesti, 2012). Pengetahuan terhadap

bencana merupakan alasan utama seseorang untuk melakukan kegiatan

perlindungan atau upaya kesiapsiagaan yang ada (Sutton dan Tierney,

2006). Pada penelitian ini, sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat

mengenai kesiapsiagaan bencana banjir diperoleh dari pengalaman melewati

kejadian banjir, media massa televisi dan koran, wawasan dari Tim SAR,

penyuluhan dari RT atau kelurahan dan Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) dompet dhuafa.

Pengalaman melewati kejadian banjir

Pengalaman merupakan salah satu cara untuk memperoleh kebenaran

dari suatu pengetahuan (Pangesti, 2012). Pada penelitian ini lima dari

enam informan mengungkapkan hal yang mereka ketahui saat terjadi

bencana banjir yang pertama kali dilakukan sesuai dengan pengalaman

Page 81: widiany nurrahmah - fkik.pdf

63

mereka adalah evakuasi. Dodon (2013) yang melakukan penelitian di

Kelurahan Baleendah didapatkan bahwa kesiapsiagaan yang mereka

lakukan didapatkan berdasarkan pengalaman pribadi mereka dalam

menghadapi bencana banjir yang berulang kali melanda wilayah mereka.

Namun hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Takao, et al

(2004) yang menyatakan bahwa pengalaman kebanjiran tidak memiliki

keterkaitan dalam meningkatkan upaya kesiapsiagaan bencana. Hasil ini

juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rohman dan Suroso (2012)

mengatakan bahwa pengalaman rumah tangga mengenai kejadian banjir

sebelumnya tidak menentukan tindakan kesiapsiagaan dalam

mengantisipasi bencana. Masyarakat memiliki pemahaman sendiri

terhadap banjir yang sudah mereka alami selama bertahun-tahun, dengan

pengalaman kejadian banjir ini membuat masyarakat melakukan tindakan

kesiapsiagaan berdasarkan pengetahuan masyarakat terhadap banjir yang

telah mereka alami.

Media massa televisi dan koran

Setiap individu akan berbeda cara menginterpretasikan pengetahuan

mengenai upaya kesiapsiagaan masyarakat (PROMISE, 2009). Pada

penelitian ini didapatkan hasil bahwa dua dari enam informan mengatakan

pengetahuan mengenai upaya kesiapsiagaan banjir diperoleh dari media

massa seperti koran dan televisi. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Dodon (2013) yang melaporkan bahwa

sumber informasi bencana yang diperoleh masyarakat berasal dari ajakan

Page 82: widiany nurrahmah - fkik.pdf

64

tetangga, instruksi tokoh masyarakat, berita tv dan radio, dan

selebaran/koran. Yuwanto dkk (2014) mengungkapkan media memiliki

peran penting dalam bencana alam, melalui media informasi mengenai

bencana alam dapat tersebar ke berbagai penjuru dunia. Informasi mengenai

jenis bencana, informasi mengenai kapan terjadinya bencana, informasi

mengenai lokasi bencana, dampak, dan kebutuhan korban bencana alam

dapat terekam dan tersampaikan melalui pemberitaan.

Salah satu pusat media informasi bencana alam di Indonesia yaitu

media center. Mediacenter ini selain sebagai pusat informasi bencana alam

terbaru juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat yang

memberikan informasi tentang tata cara dan teknis penanganan bencana

alam,sekaligus sebagai media sosialisasi wilayah rawan bencana alam

Indonesia (media center, 2014). Masyarakat dapat mengakses informasi

mengenai kesiapsiagaan bencana banjir mealui media cetak dan elektornik

seperti buku, koran, majalah, internet, radio dan televisi.

Wawasan dari Tim SAR

Pemerintah dalam hal ini erat kaitannya dalam memberikan

informasi mengenai kesiapsiagaan bencana banjir bagi masyarakat. Seorang

informan mengungkapkan bahwa dirinya memperoleh pengetahuan

mengenai kesiapsiagaan banjir didapatkan dari tim SAR dan pihak posko

banjir dengan memberikan wawasan dalam melakukan pertolongan pertama.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dodon (2013) yang

melaporkan sumber informasi bencana datang dari instruksi kepala dusun

Page 83: widiany nurrahmah - fkik.pdf

65

dan perangkat RT/RW serta petugas Kelurahan. Mereka menyatakan

mendapatkan materi kesiapsiagaan yang diadakan mulai dari Balai Besar

Wilayah Sungai Citarum (BBWS Citarum), TNI dan Tim Sar Kabupaten

Bandung. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang pencarian

dan pertolongan, pelaksanaan SAR (yang meliputi usaha dan kegiatan

mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau

menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran, dan/atau penerbangan, atau

bencana atau musibah lainnya) dikoordinasikan oleh Basarnas yang berada

di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden.

Penyuluhan dari RT atau Kelurahan

Disisi lain salah satu informan juga mengungkapkan memperoleh

pengetahuan mengenai kesiapsiagaan bencana banjir yang diperoleh

melalui penyuluhan RT atau Kelurahan. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Jurenzy (2013) yang menyatakan bahwa RT dan RW sangat

berperan dalam membantu pemerintah untuk melakukan sosialisasi

penanggulangan bencana kepada masyarakat seperti penyuluhan, pelatihan

, pengawasan dalam izin mendirikan bangunan sesuai dengan tata ruang

wilayah, mengadakan forum-forum khusus mengenai kebencanaan,

membantu memindahkan masyarakat yang terkena banjir ke daerah

evakuasi, membuat tanda peringatan bahaya dan lainnya.

Tim siaga bencana dompet dhuafa

Page 84: widiany nurrahmah - fkik.pdf

66

Kesiapan bencana pada tingkat individu dapat diukur dari tiga

parameter yaitu, pengetahuan, perencanaan emergensi individu, dan

kapasitas akan sumber mobilisasi (Rachmalia dalam Pangesti, 2012).

Kesiapan individu terhadap bencana juga ditunjukkan oleh adanya

pengetahuan, keterampilan (skills), dan kemampuan yang diperoleh

melalui proses belajar dari pengalaman yang diaplikasikan secara nyata

saat kondisi darurat (Clust, Human & Simpson, 2007). LSM (Lembaga

Swadaya Masyarakat) merupakan salah satu sumber informasi yang

masyarakat dapatkan mengenai upaya kesiapsiagaan banjir. Hal ini sesuai

dengan penelitian dilakukan oleh Jurenzy (2011) yang didapatkan bahwa

sebanyak 30 responden yang mengalami bencana banjir terdapat 23,33

persen responden yang sudah pernah mengikuti latihan upaya

penanggulangan banjir sedangkan yang sudah pernah mengikuti

pendidikan mengenai bencana banjir hanyalah 16,67 persen.

Dalam penelitian ini, masyarakat berupaya mencari informasi

melalui penyuluhan – penyuluhan yang diadakan oleh LSM terkait

kesiapsiagaan bencana banjir. Upaya yang dapat dilakukan masyarakat

dalam menghadapi bencana banjir diantaranya mengembangkan diri

dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam menghadapi bencana, seperti

pelatihan pertolongan pertama pada kondisi tanggap darurat (PROMISE

2009 ).

Menurut LIPI UNESCO/ISDR (2006) kesiapsiagaan individu dan

rumah tangga untuk mengantisipasi bencana alam, khususnya banjir salah

Page 85: widiany nurrahmah - fkik.pdf

67

satunya adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana.

Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk

kesiapsiagaan. Dari hasil diskusi kelompok (FGD) mengenai sumber

pengetahuan yang diperoleh masyarakat dalam menghadapi bencana banjir

masih belum maksimal dalam penerapannya, pihak pemerintah diharapkan

dapat memberikan edukasi kepada masyarakat secara serius dalam hal

kesiapsiagaan melalui promosi kesehatan, penyuluhan, pendidikan

kesehatan dan simulasi.

Tema 3. Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi

bencana banjir

Bahaya bencana dapat terjadi dimana saja, kapan saja dengan atau

tanpa peringatan, maka sangat penting bersiapsiaga terahadap bencana

untuk mengurangi risiko dampaknya. Kesiapsiagaan menurut Gregg

(2004) bertujuan untuk meminimalkan efek samping bahaya melalui

tindakan pencegahan yang efektif, tepat waktu, memadai, efesiensi untuk

tindakan tanggap darurat dan bantuan saat bencana. Tindakan yang

dilakukan oleh masyarakat diantaranya membersihkan lingkungan dan

membuang sampah, evakuasi diri, menaikkan barang – barang,

membersihkan lantai dan perabotan rumah.

Membersihkan lingkungan dan membuang sampah

Salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat dalam

mencegah terjadinya bencana banjir yaitu menentukan langkah- langkah

menghadapi bencana banjir (Dodon, 2013). Pada penelitian ini dua

Page 86: widiany nurrahmah - fkik.pdf

68

informan melakukan tindakan membersihkan lingkungan dan membuang

sampah pada tempatnya sebagai tindakan pencegahan bencana banjir.

Penelitian yang dilakukan Jurenzy (2011) melaporkan mengenai

pengetahuan responden dalam mengurangi resiko banjir yaitu sebanyak

73,33 persen tindakan yang dilakukan adalah membuang sampah pada

tempatnya. Membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada

tempatnya merupakan salah satu yang dapat dilakukan masyarakat sebagai

tindakan pencegahan bencana banjir sehingga dapat mengurangi resiko

terjadinya bencana banjir.

Evakuasi diri

Dampak bencana alam umumnya menimbulkan berbagai

kerusakan dan kerugian. Kerusakan dan kerugian dari bencana alam ini

mendorong masyarakat untuk melakukan tindakan untuk meminimalisir

kerugian/kerusakan yang ada (Lindell and Whitney, 2000).Pada penelitian

ini hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan mengungkapkan

upaya kesiapsiagaan yang dilakukan pertama kali adalah evakuasi diri.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Nurhaimi dan Rahayu (2014)

melaporkan bahwa hampir semua responden dalam penelitiannya

mengatakan tindakan yang dilakukan pada saat banjir mengungsi baik ke

tempat pengungsian, rumah kerabat, atau rumah lainnya yang aman.

Kesiapan bencana yang sesungguhnya harus dimilki tiap individu adalah

kesiapan bencana untuk menyelamatkan diri, membantu anggota keluarga,

teman, dan warga sekitar saat bencana terjadi (Kapucu, 2008).

Page 87: widiany nurrahmah - fkik.pdf

69

Menaikkan barang – barang

Kesiapsiagaan adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk

mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari

jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata

kehidupan masyarakat dikemudian hari (Gregg et al., 2004; Perry and

Lindell, 2008). Pada penelitian ini sebagian besar informan

mengungkapkan tindakan yang dilakukan dalam kesiapsiagaan bencana

banjir yaitu mengevakuasi barang – barang berharga ke tempat yang lebih

aman. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Jurenzy (2011) yang menyatakan bahwa persiapan masyarakat dalam

menghadapi bencana khususnya untuk pengamanan barang-barang

berharga yang mereka amankan biasanya adalah surat-surat penting,

televisi, kulkas, dan lain-lain. Temuan ini membenarkan temuan Tokai

dalam Dodon (2004) yang menyatakan bahwa masyarakat cenderung

melakukan tindakan kesiapsiagaan ketika dampak bencana banjir mulai

mengancam mereka.

Membersihkan lantai dan perabotan rumah

Upaya kesiapsiagaan bertujuan untuk memastikan bahwa sumber

daya yang diperlukan untuk tanggap dalam peristiwa bencana dapat

digunakan secara efektif pada saat bencana dan tahu bagaimana

menggunakanya (Sutton and Tierney, 2006). Dalam penelitian ini tindakan

yang dilakukan masyarakat adalah membersihkan lantai dan perabotan

Page 88: widiany nurrahmah - fkik.pdf

70

rumah serta mengeluarkan dan membersihkan air dan lumpur yang sempat

masuk rumah. Masyarakat direpotkan setelah banjir reda dengan kondisi

rumah yang kotor, bau, dan berantakan. Membersihkan rumah pasca banjir

menurut Mistra (2007) meliputi, banjir sudah reda, gunakan alat

pengaman, padamkan listrik, maksimalkan udara masuk, buang semua

makanan yang terkena air banjir, keluarkan semua perabotan rumah, cat

dinding rumah, sterilkan dengan desinfektan.

Kesiapsiagaan memiliki langkah-langkah yang memungkinkan

unit-unit yang berbeda, dimulai dari individu, rumah tangga, organisasi,

komunitas, dan masyarakat untuk merespon dan mengembalikan keadaan

menjadi normal pada saat terjadi bencana (Sutton dan Tierney, 2006).

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, menurut peneliti pentingnya tindakan

kesiapsiagaan yang dilakukan masyarakat yang telah lama hidup

berdampingan dengan bencana banjir menjadikan masyarakat memiliki

kesiapsiagaan tersendiri dalam mengurangi dampak yang mereka rasakan,

namun masih harus ditingkatkan guna meminimalisir kerugian atau

kerusakan yang dtimbulkan.

Tema 4. Peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir

Masalah banjir tidak hanya menjadi masalah orang yang tertimpa

banjir tetapi juga menjadi masalah pemerintah setempat. Kesiapsiagaan

bencana dapat didefinisikan sebagai upaya yang memungkinkan

pemerintah, organisasi, komunitas dan individu untuk merespon kejadian

bencana secara cepat dan efektif (Carter, 2008). Seperti halnya

Page 89: widiany nurrahmah - fkik.pdf

71

kesiapsiagaan yang dilakukan oleh masyarakat, pemerintah memiliki peran

yamg sangat penting dalam penanggulangan bencana banjir. Menurut UU.

No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menyatakan bahwa

penyelenggaraan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi

penetapan kebijakan pembangunan yang berisikio timbulnya bencana,

kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Pada

penelitian ini penanggulangan banjir yang telah dilakukan Pemerintah

diantaranya pembuatan tanggul, pengerukan kali, pengadaan rumah

pompa, relokasi pemukiman, Tim penanggulangan banjir, dapur umum

dan logistic, pengadaan alat – alat banjir dan layanan kesehatan

puskesmas.

Pembuatan tanggul

Solusi pengurangan risiko banjir yang diterapkan di Indonesia

masih perlu ditingkatkan. Solusi pengurangan risiko banjir yang telah

dilakukan pemerintah yaitu pembuatan tanggul. Hal ini sesuai dnegan teori

yang dikemukakan Plate (2002) bahwa solusi pengurangan risiko bencana

dilakukan dengan pendekatan secara teknis klasik dan struktural dimana

masalah banjir dapat diselesaikan dengan metode-metode hidrologis,

seperti studi hidrologi tentang bahaya banjir dan penyelesaian

pembangunan infrastruktur (contoh: pembuatan kanal, saluran air,

pembuatan tanggul raksasa dan lain-lain).

Selain itu, dalam mengurangi risiko banjir, pendekatan struktural

dapat dilakukan dengan memodifikasi struktur lingkungan melalui

Page 90: widiany nurrahmah - fkik.pdf

72

pembangunan tanggul di bantaran sungai; perbaikan saluran (bandul,

saluran pematang, waduk dan metode untuk mempercepat atau

melambatkan arus air, memperdalam dan meluruskan atau melebarkan

saluran); perbaikan tanah (pengendalian selokan, memodifikasi praktik

tanam, konservasi tanah, revegetasi dan stabilisasi lereng) (Sagala, et al

2014).

Pengerukan kali

Proyek Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) atau proyek

pengendalian banjir melalui normalisasi dan pengerukan 13 sungai di

Jakarta dimulai pada pertengahan tahun 2012. Kali Pesanggrahan

sepanjang 27 kilometer dari Cirendeu sampai Cengkareng mengalami

normalisasi. Pelebaran badan sungai dilakukan dari semula 15 m menjadi

40 m, pelebaran Kali Pesanggrahan tersebut dilengkapi dengan pembuatan

tanggul beton di sepanjang badan sungai dengan tinggi 3 m dan juga

pengerukan sungai (Rezza, 2011). Semua informan pada penelitian ini

mengungkapkan upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengurangi

dampak bencana banjir yaitu pengerukan kali yang dinilai masyarakat

sangat bermanfaat untuk mengurangi kerusakan yang terjadi.

Menurut Danapriatna (2009) salah satu cara untuk mengurangi

terjadinya luapan banjir adalah dengan meningkatkan kapasitas saluran

yang ada. Pekerjaan perbaikan dan pengaturan alur sungai dimaksudkan

untuk meningkatkan kapasitas angkut dari alur alami, atau memungkinkan

elevasi air banjir lebih rendah daripada yang terjadi alami. Pekerjaan

Page 91: widiany nurrahmah - fkik.pdf

73

perbaikan dan pengaturan alur sungai menurut Darsono dalam Danapriatna

(2009) menyangkut hal berikut ini : Pendalaman dan atau pelebaran alur

(termasuk pengerukan); (b) mengurangi kekasaran alur; (c) pelurrusan atau

pemendekan alur (sodetan); (d) mengatur pola aliran; (e) pengendalian

erosi; (f) pengerukan

Pengadaan rumah pompa

Pada penelitian ini tiga dari enam informan mengungkapkan peran

Pemerintah yang lainnya yaitu pengadaan rumah pompa yang berfungsi

untuk mengurangi debit air sungai saat terjadi banjir. Untuk mengatasi

dampak banjir di Jakarta, pemerintah Jakarta telah mempersiapkan cara

untuk menanggulangi bahaya banjir seperti membangun waduk,

sosialisasi, pelatihan dan lain-lain, sedangkan pembuatan 2.000 sumur

resapan oleh Pemda DKI maupun perbaikan pompa-pompa air di berbagai

lokasi dilakukan untuk mengurangi dampak bencana banjir (BPBD DKI

Jakarta, 2013)

Relokasi pemukiman

Penelitian yang dilakukan oleh Harliani (2014) yang melaporkan

bahwa sebagian besar responden yang memiliki kedekatan hubungan

sosial yang biasa saja tidak mengetahui rencana relokasi dari pemerintah,

sedangkan responden yang memiliki kedekatan hubungan sosial sangat

erat dengan tetangganya sebagian menjawab mengetahui mengenai

Page 92: widiany nurrahmah - fkik.pdf

74

rencana relokasi dari pemerintah. Walaupun demikian, dalam penelitian

ini semua informan menyebutkan mengenai adanya isu relokasi

pemukiman yang akan dilakukan pada sebagian rumah yang ada disekitar

bantaran kali Pesanggrahan.

Relokasi penduduk juga merupakan salah satu kebijakan yang

biasa dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi masyarakat dari

ancaman bencana alam, bahkan menjadi solusi yang populer dalam

pengelolaan bencana (Whiteford dan Tobin, 2004). Salah satu kegagalan

yang terjadi dalam melakukan program relokasi ini yaitu masih kurangnya

partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, hal ini menjadi

tantangan tersendiri bagi Pemerintah dalam mensosialisasikan rencana

relokasi permukiman secara resmi dan merata kepada seluruh masyarakat

agar tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai informasi atau pemahaman

tentang relokasi yang direncanakan oleh pemerintah.

Tim penanggulangan banjir satkorlak

Pada penelitian ini empat dari enam informan mengatakan di

wilayah RT 001 Kelurahan Bintaro sudah terdapat tim penanggulangan

banjir satkorlak. Sejalan dengan hasil penelitian Jurenzy (2011) yang

melaporkan pada masa tanggap darurat, pemerintah setempat membentuk

tim penyelamatan yang terdiri atas SATKORLAK (Satuan Koordinasi

Pelaksana) dan ketua-ketua RT yang gunanya adalah untuk membantu

masyarakat dalam masa tanggap darurat seperti evakuasi ketempat yang

lebih aman dan menjamin keselamatan anggota keluarga lainnya. Saat

Page 93: widiany nurrahmah - fkik.pdf

75

banjir terjadi, satkorlak melakukan penyelamatan, menutup tanggul yang

bocor atau limpas, baru setelah banjir terjadi memperbaiki kerusakan

akibat banjir (Adhi, 2010).

Dapur umum dan Logistik

Hasil penelitian ini menyebutkan pemerintah dalam hal

kesiapsiagaan banjir memberikan bantuan seperti menyediakan dapur

umum dan logistik, bantuan tersebut bahannya diperoleh dari pemerintah

ataupun swadaya masyarakat berupa air mineral dan makanan ringan.

Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Gresik oleh Rohman & Suroso

(2012) pada 156 responden didapatkan bahwa sebagian besar rumah

tangga (69%) menjawab tidak pernah menyiapkan cadangan dan makanan

sebelum banjir terjadi. Kecenderungan responden memilih kurang setuju

maupun tidak setuju adalah karena anggapan responden mengenai pasokan

makanan itu sendiri. Mereka menyatakan bahwa menyiapkan pasokan

makanan tidak terlalu penting karena di sekitar daerah rawan banyak

terdapat warung yang dapat menyediakan bahan kebutuhan pokok. Selain

itu berdasarkan pengalaman responden dari banjir tahun lalu, pemerintah

biasanya memberikan pasokan bahan makanan selama satu minggu kepada

korban banjir.

Sumber daya yang mendukung adalah salah satu indikator

kesiapsiagaan yang mempertimbangkan bagaimana berbagai sumber daya

yang ada digunakan untuk mengembalikan kondisi darurat akibat bencana

menjadi kondisi normal (ISDR/UNESCO, 2006). Sumber daya menurut

Page 94: widiany nurrahmah - fkik.pdf

76

Sutton dan Tierney (2006) dibagi menjadi 3 bagian yaitu sumber daya

manusia, sumber daya pendanaan/logistik, dan sumber daya bimbingan

teknis dan penyedian materi.

Pengadaan alat-alat banjir

Kesiapsiagaan bencana dilakukan dengan cara mempersiapkan diri

dengan perlengkapan yang efektif (Cappola, 2007) dengan tujuan untuk

meningkatkan keselamatan dan melindungi nyawa manusia (Sutton and

Tierney, 2006). Para informan mengatakan berbagai macam alat telah

disiapkan dalam menanggulangi bencana banjir seperti perahu karet,

tambang, mesin pompa air dan kendaraan untuk ambulan.Untuk

penanggulangan banjir bidang kesehatan, fasilitas yang penting untuk

digunakan meliputi obat, bahan-bahan habis pakai, bahan sanitasi, alat

kesehatan, sarana penunjang lapangan (genset, tenda, identitas, petugas,

alat komunikasi) serta transportasi (Nurul, 2010).

Layanan kesehatan puskesmas

Peran pemerintah dalam penanggulangan banjir salah satu hal yang

penting adalah layanan kesehatan puskesmas. Program puskesmas sangat

penting peranannya dalam membantu masyarakat untuk mengurangi

dampak penyakit pasca banjir. Dalam penanggulangan bencana bidang

kesehatan, pada dasarnya tidak dibentuk sarana dan prasarana secara

khusus, tetapi menggunakan sarana dan prasarana yang telah ada, hanya

saja intensitas pemakaiannya ditingkatkan seperti halnya sumber daya

Page 95: widiany nurrahmah - fkik.pdf

77

yang lain (Depkes, 2007). Hal ini sejalan dengan penelitian Nurul (2010)

melaporkan gambaran kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan

dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana banjir di

Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 sebagian besar (68,1%) sumber daya

manusia kesehatan yang bekerja di lingkungan Dinas Kesehatan di

Provinsi DKI Jakarta menyatakan siap siaga dalam bekerja menghadapi

bencana banjir dan 31,9% yang menyatakan tidak siap siaga. Sumber daya

kesehatan yang bekerja bagi masyarakat salah satunya adalah perawat,

peran perawat komunitas sebagai pelaksana kesehatan dalam mencapai

tujuan kesehatan melalui upaya promotif dan preventif dalam kaitannya

untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat (Iqbal & Nurul, 2009)..

Tindakan kesiapsiagaan yang dilakukan masyarakat dilakukan

setelah masyarakat mengalami kerugian dan kerusakan yang besar akibat

bencana alam (Lindell and Whitney, 2000). Selama ini masih banyak

masyarakat yang mengantungkan kesiapsiagaan dan mitigasi kepada

pemerintah dengan mengabaikan kesiapsiagaan pribadi masing-masing

(Matsuda dan Okada, 2006).

Pengurangan risiko bencana yang dilakukan oleh pemerintah

menurut Sagala dkk (2014) perlu mempertimbangkan kesiapsiagaan

masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana banjir. Upaya yang

dilakukan Pemerintah sampai saat ini sudah demikian banyak namun

banjir masih saja terjadi. Peran masyarakat dalam hal ini perlu

ditingkatkan agar masalah banjir dapat diatasi salah satunya dengan tidak

Page 96: widiany nurrahmah - fkik.pdf

78

membuang sampah sembarangan dan mendirikan bangunan di bantaran

sungai.

B. Keterbatasan

Berdasarkan pengalaman proses penelitian didapatkan beberapa

keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain :

1. Peneliti memiliki kesulitan dalam hal mengontrol ide atau pendapat

dari informan.

2. Pada waktu FGD munculnya berbagai pendapat yang sulit untuk

dibatasi hal ini diperlukan pedoman wawancara yang bisa dijadikan

acuan.

3. Molornya waktu pengambilan data dikarenakan sulitnya menyamakan

jadwal pada informan.

Page 97: widiany nurrahmah - fkik.pdf

78

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bab pembahasan ini menguraikan analisis lebih mendalam terhadap hasil

pengolahan data penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran arti pengalaman

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.

Berdasarkan hasil penelitian, tema yang teridentifikasi ada empat yaitu :

1. Tema 1 dampak banjir yang dialami oleh masyarakat

Dampak banjir yang di alami oleh masyarakat antara lain

terjadinya kerusakan bangunan dan perabotan rumah, keruskaan sarana

umum seperti sarana ibadah, masyarakat menjadi terbiasa dengan ekjadian

banjir, masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dan respon yang

dialami masyarakat seperti perasaan cemas memikirkan jiwa dan harta

benda.

2. Tema 2 sumber pengetahuan program penanggulangan banjir

Sumber pengetahuan program penanggulangan banjir yaitu

pengalaman kejadian banjir yang pernah dialami, media massa seperti

koran dan televisi, wawasan dari Tim SAR, penyuluhan dari pemerintah

yakni dari RT atau Kelurahan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

seperti tim siap siaga bencana dompet dhuafa.

Page 98: widiany nurrahmah - fkik.pdf

79

3. Tema 3 upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

banjir

Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

banjir adalah membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada

tempatnya, evakuasi diri, menaikkan barang – barang ke tempat yang lebih

aman, dan membersihkan tempat tinggal dari air dan lumpur banjir.

4. Tema 4 peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir

Tema yang terakhir adalah peran pemerintah dalam menghadapi

bencana banjir, diantaranya pembuatan tanggul, pengerukan kali,

pengadaan rumah pompa, relokasi pemukiman, terbentuknya Tim

penanggulangan banjir, tersedianya dapur umum dan logistik, pengadaan

alat-alat banjir dan layanan kesehatan puskesmas.

B. Saran

1. Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi

landasan dalam mengembangkan program kurikulum keperawatan

khususnya keperawatan komunitas dan dapat mengembangkan kompetensi

pembelajaran pada mahasiswa mengenai pengalaman kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.

2. Peneliti Selanjutnya

Page 99: widiany nurrahmah - fkik.pdf

80

Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan referensi dan

pertimbangan serta perlu adanya pengeksplorasian lebih dalam mengenai

keterlibatan peran perawat komunitas dalam penanggulangan bencana

banjir.

3. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini bagi pelayanan keperawatan dapat memperkaya

perkembangan ilmu keperawatan yang terkait dengan berbagai aspek

ketika masyarakat menghadapi bencana banjir. Demikian pula di

pelayanan masyarakat, diharapkan perawat komunitas mampu

meningkatkan pengetahuannya dengan melibatkan diri pada eduaksi

masyarakat melalui pendidikan kesehatan, informasi serta promosi

kesehatan kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana banjir.

Page 100: widiany nurrahmah - fkik.pdf

81

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Robert Ksp. Banjir Kanal Timur : Karya Anak Bangsa. Jakarta : Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2010

Afiyanti, Yati. Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan

Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 58-62, 2008

Alan, Kirschenbaum. Disaster Preparedness : A Conceptual and Empirical Re-evaluation. International Journal of Mass Emergencies and Disasters

March 2002 Vol. 2 No. 1 PP. 5-28, 2002

Aminudin.Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung : Angkasa

Bandung. 2013

Arifianto, S & Mohan Rifqo Virhani. Artikel Informasi Bencana dan Budaya

Lokal : Kasus Penanggulangan Banjir di Kelurahan Bukit Duri Jakarta

Selatan. Jakarta : Puslitbang Aptel SKDI Balitbang SDM Depkominfo,

2009

BNPB. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Tahun 2008.

Diakses 10 November 2014. http://www.bnpb.go.id

. Definisi dan Jenis Bencana. Diakses 2 Desember 2014. http://www.bnpb.go.id

. Info Bencana Edisi Oktober 2014. Diakses 2 Desember 2014.

http://www.bnpb.go.id

. Potensi Ancaman Bencana. Diakses 2 Desember 2014. http://www.bnpb.go.id

. Siaga Bencana Banjir. Diakses 2 Desember 2014. http://www.bnpb.go.id

.Sistem Penanggulangan Bencana. Diakses 2 Desember 2014.

http://www.bnpb.go.id

. Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir Tahun 2007-2008. Diakses 28

Desember 2014. http://www.bnpb.go.id

BPBD DKI Jakarta. Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2013-2017. Diakses Selasa 2 Desember 2014.

http://www.bpbd.jakarta.go.id

. Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Banjir-UNESCO. Diakses

Selasa 2 Desember 2014. http://www.bpbd.jakarta.go.id

Page 101: widiany nurrahmah - fkik.pdf

82

. Kebijakan Penanggulangan Bencana di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014.

Diakses Selasa 13 Desember 2014. http://www.bpbd.jakarta.go.id

Brody, S.D., Zahran, S., Highfield, W.E., Bernhardt, S.P. and Vedlitz, A.Policy

learning for flood mitigation: A longitudinal assessment of the community

rating system in Florida. Risk Analysis, 29(6): 912-929, 2009

Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

2011

Carter, W. N. Disaster Management: A Disaster Manager’s Book. Manila: Asian

Development Bank, 2008

Clust, Michael, R.J. Human, dan D.M. Simpson. Mapping and rail safety: the

development of mapping display technology for data communication.Center for Hazards Research and Policy Development,

2007

Coppola, D. P.Introduction to International Disaster Management. Burlington:

Elsevier Inc. 2007

Creswell, John W.Qualitative Inquiry and Research Design : Choosing Among

Five Traditions Sage Publications Inc. USA, 1998

Danapriatna, Nana. Fenomena Banjir Jakarta : Penyebab dan Alternatif

Pengendalian. Region volume 1 No. 3 September, 2009

Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta : EGC,

2003

Departemen Kesehatan. Statistik Kejadian Bencana Tahun 2013. Diakses 18

Desember 2014. http://www.penanggulangankrisis.depkes.go.id

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa.

Edisi Keempat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008

Dua, Mikhael & A. Sonny Keraf. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis.

Yogyakarta : KANISIUS. 2010

Dodon. 2013. Indikator dan Perilaku Kesiapsiagaan Masyarakat di Permukiman

Padat Penduduk dalam Antisipasi Berbagai Bencana Banjir. Jurnal

Perencanaan Wilayah dan Kota vol. 24 No. 2 SAPPK Institut Teknologi

Bandung, 2013

Efendi, Ferry & Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2009

Endraswara, Suwardi. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan : Ideologi,

Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2006

Page 102: widiany nurrahmah - fkik.pdf

83

Gregg, C.E., Houghton, B.F., Johnston, D.M., Paton, D. and Swanson, D.A.,

2004. The Perception of Volcanic Risk in Kona Communities from Mauna Loa and Hualalai Volcanoes, Hawaiki.Journal of Volcanology and

Geothermal Research, 130: 179-196, 2004

Gunawan, Restu. Gagalnya Sistem Kanal : Pengendalian Banjir Jakarta dari

Masa ke Masa. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2010

Harliani, Fanni. Persepsi Masyarakat Kampung Cienteung, Kabupaten Bandung tentang rencana relokasi akibat banjir.Jurnal Perencanaan Wilayah dan

Kota vol. 25 No. 1 hlm 37-57, 2014

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi.

Jakarta : Salemba Medika, 2015

Irwanto. Focused Group Discussion (FGD) : Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta :

Yayasan Obor Indonesia, 2006

Iqbal, Mubarak Wahit & Nurul Chayatin. Ilmu Keperawatan : Pengantar dan

Teori. Jakarta : Salemba Medika, 2009

Jurenzy, Thresa. Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat dalam Kaitannya

dengan Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana di Daerah Rawan Bencana :

Studi Kasus Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.Skripsi. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor,

2011

Kapucu, Naim. Culture of preparedness: household disaster preparedness.Journal

of Disaster Prevention and Management, 17, (4), 1-7, 2008

Kodoatie, Robert J & Roestam Syarief. Tata Ruang Air. Yogyakarta : ANDI.

2010

_______________________________. Pengelolaan Bencana Terpadu. Jakarta :

Penerbit Yarsif Watampone, 2006

Lindell, M.K. and Whitney, M. Correlates of Household Seismic Hazard

Adjusment Adoption. Risk Analysis, 20(1), 2000

LIPI – UNESCO-ISDR. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi

Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, Jakarta, 2006

Matsuda, Y. and Okada, N. Community diagnosis for sustainable disaster

preparedness.Journal of Natural Disaster Science, 28(1): 25-33, 2006

Mistra, Antisipasi Rumah di Daerah Rawan Banjir, Jakarta : Griya Kreasi, 2007

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualtitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2013

Page 103: widiany nurrahmah - fkik.pdf

84

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT. Rineka

Cipta, 2010

Nurhaimi, Rizka dan Rahayu, Sri. Kajian Pemahaman Masyarakat terhadap Banjir

di Kelurahan Ulujami Jakarta.Jurnal PWK volume 3 Nomor 2 Fakultas

Teknik Universitas Diponegoro, 2014

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2.

Jakarta : Salemba Medika, 2008

Octavia, Rafita. Studi Fenomenologi: Pengalaman Suami Menghadapi Istri yang

Memasuki Masa Menopause di Kelurahan Pisangan.Skripsi. Fakultas

Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan, 2013

Pan American Health Organization. Bencana Alam : Perlindungan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta : EGC, 2006

PAHO/WHO Pan American Health Organization World Health Organization.

Manajemen dan logistic bantuan kemanusiaan dalam sektor kesehatan.

Jakarta : EGC, 2007

Pangesti, Asih Dwi Hayu. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Aplikasi

Kesiapan Bencana pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia Tahun 2012. Skripsi. Jakarta : Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia, 2012

Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKiS, 2008

Plate, E.J. Flood risk and flood management. Journal of Hydrology, 267(1): 2-11,

2002

Priambodo, S. Arie. Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta :

Kanisius, 2009

PROMISE. Banjir dan Upaya Penanggulangnnya. Programme for Hydro-

Meteorological Risk Mitigation Secondary Cities in Asia, 2009

Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster

Management). Jakarta : PT. Dian Rakyat, 2011

Rohman,A. Kesiapsiagaan rumah tangga dalam mengantisipasi bencana banjir.

Studi Kasus Kali Lamong Kabupaten Gresik. Bandung: Institut Teknologi

Bandung, 2012

Rohman, Ahmad Abdul& Santoso Abi Suroso. Hubungan Antara Umur,

Pendidikan, Pendapatan, dan Pengalaman Bencana dengan Kesiapsiagaan

Tingkat Rumah Tangga: Studi Kasus Banjir Kali Lamong Kabupaten

Gresik.Tesis. Bandung : Sekolah Arsitektur Perencanaan dan

Pengembangan Kebijakan ITB, 2012

Page 104: widiany nurrahmah - fkik.pdf

85

Sinha, Abhinav, D.K. Pal, P.K. Kasar, et al. Knowledge, attitude, and practice of

disaster preparedness and mitigation among medical students.Journal of

Disaster Prevention and Management, 17 (4), 1, 2008

Straubert, Helen J & Carpenter, Dona R. Qualititative Research In Nursing

Advancing the Humanistic Imperative. Second Edition. Walnut Street,

Philadelphia, 1999

Sudarma, Momon. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika, 2008

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Alfabeta, 2011

Sutton, Jeannette and Tierney, Kathleen., Disaster preparedness: concepts,

guidance, and research. Boulder, University of Colorado Natural Hazards

Center, Institute of Behavioral Science, 2006

Takao, K. Factors Determining Disaster Preparedness In Resident: Difference In

Terms of Homeownership and Age. vol.9 No.1 2003. P. Kawasaki Journal

of Medical Welfare, 2003

Takao, K., Motoyoshi, T., Sato, T., Fukuzondo, T., Seo, K. and Ikeda, S.Factors

determining residents’ preparedness for floods in modern megalopolises: the case of the Tokai flood disaster in Japan.Journal of Risk Research, 7(7-

8): 775-787 , 21-29, 2004

Tambunan, Mangapul P. Flooding Area in the Jakarta Province on February 2 to

4 2007. Conference proceedings of the oral presentation in International

Symposium ISG-GNSS2007. Conducted by Department of Geography

Faculty of Mathematics and Natural Sciences University of Indonesia.

Johor : Malaysia, 2007

Team Mirah Sakethi. Mengapa Jakarta Banjir? : Pengendalian Banjir

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : PT. Mirah Sakethi, 2010

UNDP. Indonesia : National Programmes in Disaster Management. United

Nations Development Programme, 2007

UNESCO United Nations Educational Scientific Cultural Organization.Petunjuk

Praktis : Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Banjir. Jakarta :

UNESCO Office, 2008

UNISDR. Indonesia Declares State Of Emergency In Wake Of Heavy Floods

Brigitte Leoni. Diakses 7 Januari 2015. http://www.unisdr.org

Wahyuningsih, Tri. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap

Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Kelurahan Joyotokan

Page 105: widiany nurrahmah - fkik.pdf

86

Kecamatan Serengan Kota Surakarta.Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013

Wisner dan Adams. Environmental Health in Emergencies and Disasters. WHO,

2002

Wursanty Dewi, Rucky Nurul. Kesiapsiagaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

dalam Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Banjir di

Provinsi DKI Jakarta.Tesis. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia, 2010

Yayasan IDEP. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Bencana.

Bali : Indonesia, 2007

Yulaelawati, Ella & Usman Syihab. Mencerdasi Bencana. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2008

Yulia, Singgih D & Gunarsa. Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta : PT.

BPK Gunung Mulia, 2002

Yuwanto, L., Adi, C. M. P., Pamudji, S. S., & Santoso, M. Isue kontemporer

psikologi bencana. Sidoarjo : Dwiputra Pustaka Jaya, 2014

Page 106: widiany nurrahmah - fkik.pdf

87

Lampiran 1

Page 107: widiany nurrahmah - fkik.pdf

Lampiran 2

Page 108: widiany nurrahmah - fkik.pdf

Lampiran 3

Page 109: widiany nurrahmah - fkik.pdf

Lampiran 4

INFORMED CONSENT

Pengalaman Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012

Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015

Kepada Yth,

Informan Bapak/Ibu

Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Widiany Nurrahmah

NIM : 1111104000017

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, akan melakukan penelitian tentang

“Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Mengahadapi Bencana Banjir di RT 001

RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun

2015”

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan atau mengeksplorasi

pengalaman masyarakat terhadap upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir

di wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan.Selain itu, penelitian ini merupakan

bagian dari persyaratanuntuk menyelesaikan Program Pendidikan S1 saya di

Program Studi IlmuKeperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

A. Prosedur Penelitian

Apabila Anda bersedia berpasrtisipasi dalam penelitian ini, Anda diminta

menandatangani lembar persetujuan ini. Prosedur selanjutnya adalah:

1. Anda diminta mengisi identitas yang terdapat di lembar biodata.

2. Peneliti akan melakukan diskusi kelompok selama kurang lebih 60 - 90 menit.

Page 110: widiany nurrahmah - fkik.pdf

3. Diskusi kelompok akan dipimpin oleh seorang fasilitator,

3. Bila diperlukan diskusi tambahan, diharapakan kesediaan waktu informan di

lain waktu.

4. Informan diperkenankan mengundurkan diri bila dirasa tidak nyaman atau

keberatan ketika dilakukan penelitian.

B. Kewajiban informan

Sebagai subyek penelitian, Anda berkewajiban mengikuti aturan dan petunjuk

penelitian seperti yang tertulis diatas, bila belum jelas dapat bertanya langsung

kepada peneliti.

C. Kerahasiaan

Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden akan dirahasiakan

dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa

identitas asli informan.

D. Informasi tambahan

Anda dapat menanyakan hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini

atau mengenai kontrak waktu dan tempat untuk dilakukan diskusi, Anda dapat

menghubungi saya Widiany Nurrahmah pada no hp. 081218924182

Bersama surat ini kami lampirkan lembar persetujuan menjadi informan.

Bapak/Ibu dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan apabila bersedia

secara sukarela menjadi informa penelitian. Besar harapan saya agar Anda

bersedia menjadi informan dalam penelitiansaya dan mengungkapkan pengalaman

serta pendapat terkait penelitian yang akandilakukan. Atas kesediaan dan

kerjasamanya, peneliti ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

Peneliti

Page 111: widiany nurrahmah - fkik.pdf

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah membaca surat permohonan dan mendapat penjelasan tentang penelitian

yang akan dilakukan, saya dapat memahami tujuan, manfaat, dan prosedur

penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti akan

menghormati hak-hak dan kerahasiaan saya sebagai informan. Dengan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, saya bersedia menandatangani

lembar persetujuan untuk menjadi informan pada penelitian ini.

Jakarta, Juli 2015

Tanda Tangan dan Nama Jelas Responden

( )

Page 112: widiany nurrahmah - fkik.pdf

Lampiran 6

Pedoman Focus Group Discussion (FGD) bagi Informan

Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT

001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan

Tahun 2015

A. Petujuk Umum

1. Tahap perkenalan

2. Menjelaskan maksud dan tujuan

3. Mengisi identitas informan

4. Membuat kontrak dan waktu

A. Petunjuk Focus Group Discussion (FGD)

1. Focus Group Discussion dilakukan oleh peneliti dan dibantu dengan

beberapa orang yang bertugas sebagai moderator, asisten moderator/co-

fasilitator, notulen (pencatat proses), penghubung peserta dan dokumentasi.

2. Informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, kritik maupun saran

3. Pernyataan informan tidak bernilai salah atau benar tetapi bersifat pendapat

apa yang diketahui informan

4. Semua hasil diskusi akan dijamin kerahasiaannya

B. Identitas Peneliti

Nama Peneliti :

Tanggal Diskusi :

Waktu Diskusi : s/d

Page 113: widiany nurrahmah - fkik.pdf

Tempat Diskusi :

D. Identitas Informan

1. Nama Informan :

2. Tanggal lahir/Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan :

5. Pekerjaan :

6. No Telepon/Hp :

E. Pertanyaan Diskusi

1. Selama anda tinggal di RT 001, sudah mengalami banjir dari tahun berapa?

2. Bagaimana pengalaman banjir yang Anda rasakan?

3. Dari mana Anda memperoleh pengetahuan tentang program penanggulangan

banjir?

4. Upaya apa saja yang Anda lakukan dalam menghadapi bencana banjir?

5. Terkait dengan upaya kesiapsiagaan, menurut Anda apa peran serta pemerintah

didalamnya?

Page 114: widiany nurrahmah - fkik.pdf

LEMBAR OBSERVASI

Subjek :

Tanggal :

Waktu : s/d

Tempat :

Catatan Lapangan

1. Proses atau kegiatan selama diskusi berlangsung

2. Kondisi tempat diskusi

3. Penampilan informan saat diskusi

4. Sikap, mimik, intonasi, respon nonverbal informan saat diskusi

5. Gangguan khusus selama diskusi

6. Terdapat waduk, posko banjir, dapur umum, jalur evakuasi

7. Tempat tinggal berlantai 1 atau lebih

8. Tersedia alat-alat P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)

Page 115: widiany nurrahmah - fkik.pdf

Lampiran 7

Matriks Analisis Tematik

Kategori

I1

I2

I3

I4

I5

I6

Subtema

Tema

Dulu kan bahaya ya.. dirumah saya sendiri

sempat jebol kan, kalo dulu kan yang namanya

kulkas, tv pada ngambang semua

Rusaknya

bangunan dan

perabotan

rumah

Dampak banjir yang

alami oleh

masyarakat

Kalo banjir gede aula masjid sempat terkena

satu meter

√ √ √ Kerusakan

sarana ibadah

Kita udah terbiasa, jadi udah gak terlalu

paniklah

√ √ Menjadi

terbiasa

Secara gak langsung sudah berguru dengan

alam

√ √ √

Memprediksi

datangnya

banjir

Cemas memikirkan jiwa, harta benda dan

mencari lahan parkir

Perasaan yang

dirasakan

Cemas karena banjirnya deres

Saya sendiri ngerasain gitu apa yang harus

dilakukan juga bingung begitu datang banjir

dengan waktu cuma berapa menit itu udah

Page 116: widiany nurrahmah - fkik.pdf

tinggi satu meter itu apa yang dilakukan?

bahkan itu pun juga yang jadi permasalahan

sebenarnya rakyat pada waktu itu, tidak ada

ganti rugi sama sekali.. sepeser pun tidak

menerima ganti rugi, termasuk kami kena

pertama.

tetapi, dibandingkan tahun-tahun yang lalu

untuk aaa.. lima tujuh tahun aaa… ke belakang,

enam tujuh tahun kedepan ini lebih…

menyenangkan dibandingkan dulu-dulunya

Program yang terstruktur mungkin sampai saat

ini pun sebagai warga ya kita juga belum tahu

sebenarnya program yang penanggulangan

banjir tuh yang terstruktur dari pemerintah atau

apa prosedur-prosedurnya kita juga sebenarnya

sih belum ngerti ke arah sana. Apakah ada atau

gak kita juga gak paham, yang ada yang kita

rasakan adalah setiap banjir yang dilakukan

paling awal adalah evakuasi

√ √ √ √ √ √

Pengalaman

melewati

kejadian banjir Sumber pengetahuan

yang diperoleh

masyarakat tentang

program

penanggulangan

banjir

Media Koran dan televisi

√ √ Media massa

Penyuluhan dari RT atau kelurahan

√ √ √ √ √ √

Pemerintah Diberikan wawasan dari pihak tim SAR untuk

melakukan pertolongan √

Page 117: widiany nurrahmah - fkik.pdf

Tim siap siaga bencana dompet dhuafa

Lembaga

Swadaya

Masyarakat

(LSM)

Membersihkan lingkungan dari sampah-sampah

√ Membersihkan

lingkungan

Upaya kesiapsiagaan

masyarakat dalam

menghadapi bencana

banjir

Membersihkan lingkungan dan membuang

sampah pada tempatnya

Upayanya yang paling utama sekali kita kontrol

warga ada yang kejebak atau tidak

Evakuasi Diri

Setiap ada banjir yang dilakukan paling awal

adalah evakuasi √ √ √ √ √ √

Persiapannya ditaek-taekin perabotan

√ √ √ √

Menaikkan

barang - barang

Untuk banjir kalo nyimpen tv tuh paling enggak

satu meter diataslah, colokan listrik gak ada

yang di bawah pasti semua di atas gitu, diatas

pasti ada rak-rak untuk nyimpen barang-barang

√ √ √

Kalo banjir tuh sekalian bersihin rumah, kalo

gak banjir kita gak bisa bersihin rumah

√ √ √ √

Membersihkan

lantai dan

perabotan

rumah

Upaya dari pemerintah pembuatan tanggul

pertama √ √ √ √ √

Pembuatan

tanggul

Page 118: widiany nurrahmah - fkik.pdf

Peran pemerintah

terhadap upaya

kesiapsiagaan

bencana banjir

Pengerukan kali sangat bermanfaat

√ √ √ √ √ √ Pengerukan kali

Struktur tambahan dari pemerintah itu

mendapatkan pompa yang pompa mobil

sebutannya

√ √ √ Pengadaan

rumah pompa

Terus ada isu lagi kita mau digusur

√ √ √ √ √ √

Relokasi

pemukiman

Sampai kita pernah ada tim penanggulangan

banjir, tim SAR… karena mungkin sekarang

udah ada tuh tim pembersih kali ya, jadi saluran

gotnya lancar

√ √ √ √ Dibentuknya

Tim Satkorlak

Untuk penanggulangan yang sosialnya dapur

umum dan pengungsian

√ √

Dapur umum

dan logistik

Dapur umum pun sumbernya bahannya ada

yang bantuan dari pemerintah juga dari

kelurahan mungkin ataupun yang swadaya

masyarakat

√ √

Bantuan dari pemerintah, pertolongan yang

paling pertama adalah air mineral dan makanan

ringan

√ √ √

Persiapannya adalah perahu, tambang, mesin

pompa air dan kendaraan untuk ambulan √ √ √

Pengadaan alat-

alat banjir

Page 119: widiany nurrahmah - fkik.pdf

Struktur tambahan intinya daripada dapur

umum dan puskesmas √ √ √

Layanan

kesehatan

puskesmas

Page 120: widiany nurrahmah - fkik.pdf

Lampiran 8

Dokumentasi Kegiatan FGD

Gambar 1.1 Gambar 1.2 Peneliti sedang memberikan penjelasan Infoman mengisi informed consent

Gambar 1.3 Gambar 1.4

Suasana FGD Informan memberikan pendapat

Gambar 1.5 Gambar 1.6

Informan memberikan pendapat Fasilitator memberikan arahan