dermatitis perioral referat

18
Tinjauan Pustaka DERMATITIS PERIORAL Disusun Oleh: CAESAR NURHADIONO R : 0807101050034 Pembimbing : VELLA BAGIAN / SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH 2014

Upload: yudi-pratama

Post on 08-Nov-2015

130 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

  • Tinjauan Pustaka

    DERMATITIS PERIORAL

    Disusun Oleh:

    CAESAR NURHADIONO R : 0807101050034

    Pembimbing :

    VELLA

    BAGIAN / SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

    RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN

    BANDA ACEH 2014

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan karena atas berkah dan

    rahmatNya penulis dapat menyelesaikan referat ini. Shalawt dan salam penulis

    junjungkan kepada junjungan besar nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan

    keluarga beliau.

    Referat ini berjudul Dermatitis Perioral yang merupakan salah satu tugas

    penulis dalam menjalani penidikan kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu

    Kesehatan Kulit dan Kelamin.

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Vella Sp. KK selaku dokter

    pembimbing yang telah berkenan membimbing penulis untuk menyempurnakan

    tulisan ini.

    Penulis sangat berharap kritik dan saran dari pembaca untuk kebaikan

    tulisan seoerti ini di kemudian hari. Akhirnya penulis berharao tulisan kecil ini

    dapat memberikan manfaat yang besar bagi para pembaca.

    Banda Aceh, Febuari 2014

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    JUDUL ............................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL .............................................................................................v

    1. Definisi ........................................................................................................1

    2. Epidemiologi ...............................................................................................1

    3. Klasifikasi ...................................................................................................2

    4. Etiopatogenesis ...........................................................................................3

    5. Gambaran Klinis .........................................................................................6

    6. Derajat dermatitis perioral...........................................................................7

    7. Diagnosis Banding ......................................................................................8

    8. Tatalaksana ................................................................................................10

    9. Komplikasi ................................................................................................13

    10. Prognosis ...................................................................................................13

    DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................12

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Lokasi dermatitis perioral............................................................... 1

    Gambar 2. CIRD dan dermatitis perioral idiopatik ...........................................2

    Gambar 3. Granulomatous periorificial dermatitis ......................................... 3

    Gambar 4. Dermatitis perioral...........................................................................6

    Gambar 5. Dermatitis perioral pada anak .........................................................7

    Gambar 6. Granulomatous periorificial dermatitis ..........................................7

    Gambar 7. Contoh Skoring PODSI ...................................................................8

    Gambar 8. Algoritma terapi ............................................................................10

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Distribusi lokasi lesi dermatitis perioral ............................................ 2

    Tabel 2. Perioral dermatitis severity index .......................................................7

    Tabel 3. Diagnosis banding dermatitis perioral ............................................... 9

    Tabel 4. Terapi farmakologis dermatitis perioral ............................................11

  • 1. Definisi

    Dermatitis perioral merupakan bentuk inflamasi kulit yang terlihat sebagai

    papuloeritema, vesikel dan pustula yang timbul terlokalisasi disekitar mulut, hidung

    ataupun mata. Dermatitis perioral merupakan sinonim dari rosacea like

    dermatitis.1,2

    2. Epidemiologi

    Insidensi dermatitis perioral terhitung mencapai 0,5 1% di negara industri,

    tergantung dari faktor geografis yang ada. Di Jerman didapatkan 6% wanita yang

    berkunjung untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kulit mengalami dermatitis

    perioral, sedangkan hanya 0,3% laki-laki saja yang mengalami dermatitis perioral.

    Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, pada anak-anak yang menderita asma

    angka kejadian dari dermatitis perioral ini tercatat sebanyak 3% berasal dari

    kelompok umur 6 bulan 18 tahun. Selain itu, menurut hasil penelitian terhadap

    lokasi lesi dermatitis perioral didapatkan sekitar 20% dari kasus tiak terjadi pada

    perioral (tabel 1).3

    Gambar 1. Lokasi dermatitis pada perinasal dan periorbital4

  • Tabel 1. Distribusi lokasi lesi dermatitis perioral3

    Perioral 39%

    Perinasal 13%

    Periokular 1%

    Perioral dan perinasal 14%

    Perioral dan periokular 6%

    Perinasal dan periokular 6%

    Perioral, perinasal, dan periokkular 10%

    3. Klasifikasi

    Berdasarkan penyebabnya dermatitis perioral secara garis besar dapat

    dibedakan menjadi dermatitis perioral yang berhubungan dengan penggunaan

    kortikosteroid topikal yang merupakan subtipe dari CIRD (corticosteroid-induced

    rosacea-like dermatitis) maupun yang tidak berhubungan dengan penggunaan

    kortikosteroid topikal (Idiopathic dermatitis perioral). CIRD mempunya tiga

    subtipe yang dibagi berdasarkan lokasi anatomi antara lain perioral, centrofacial,

    dan diffuse. Dermatitis perioral yang merupakan subtipe dari CIRD merupakan

    subtipe paling sering terjadi pada dewasa dan anak-anak. Pada beberapa kasus juga

    terjadi pada perinasal dan periokular. Pada subtipe centrofacial terjadi pada pipi

    bagian dalam, kelopak mata bagian dalam, hidung dan dahi. Pada subtipe diffuse

    terjadi pada seluruh wajah dan seringkali meluas sampai ke leher.4

    a.

    b.

    Gambar 2. a.Cortikosteroid induced perioral dermatitis; b. dermatitis perioral

    idiopatik4

  • Dermatitis perioral idiopatik biasanya lebih sering terjadi pada pasien wanita

    berusia 20 45 tahun meskipun dapat juga terjadi pada pria. Dermatitis perioral

    idiopatik juga terjadi pada anak-anak tanpa adanya dominasi gender. Terdapat

    varian lainnya dari dermatitis perioral idiopatik yaitu granulomatous periorificial

    dermatitis atau Facial Afro-Caribbean Childhood Eruption (FACE).

    Granulomatous periorificial dermatitis paling sering terjadi pada anak-anak ras

    Afrika-Amerika dan mungkin juga berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid

    topikal. Dermatitis perioral idiopatik tidak dipengaruhi oleh penggunaan pasta gigi

    berfluoride, pemakaian kosmetik dan pelembab, stress emosional, dan agen

    mikrobiologi. Granulomatous periorificial dermatitis lebih sering terjadi pada

    anak-anak prepubertas. Pada pasien dengan granulomatous periorificial dermatitis

    terdapat lesi erupsi papular yang biasanya berukuran 1 3 mm terdapat di sekitar

    mulut, hidung dan mata. Pada pemeriksaan histopatologi menunjukkan pola

    granulomatus, terdapat infiltrat granulomatosa perifolikular yang terdiri dari sel

    makrofag epitel, limfosit dan giant sel. Granulomatous periorificial dermatitis

    merupakan keadaan self-limited dan tidak terlalu membutuhkan terapi khusus.3,4

    Gambar 3 Granulomatous periorificial dermatisis10

    4. Etiopatogenesis

    Penyebab pasti dermatitis perioral belum diketahui dengan jelas. Penyebab

    tersering yang sering teridentifikasi adalah penggunaan kortikosteroid topikal pada

    wajah. Dermatitis perioral juga bisa disebabkan karena penggunaan obat

    kortikosteroid inhalasi dan kortikosteroid sistemik. Penyebab lain yang

  • memungkinkan dapat menyebabkan dermatitis perioral adalah kulit kering.

    Penggunaan kosmetik, moisturizing cream, dan pasta gigi yang mengandung

    fluoride.3

    Dermatitis perioral timbul akibat reaksi penolakan dari kulit wajah terhadap

    iritasi. Kelainan yang sama juga dapat timbul pada daerah lain, terutama periokular

    (periocular dermatitis). Penggunaan kosmetik wajah seperti pembersih ataupun

    krim kulit wajah dapat menyebabkan iritasi kulit wajah. Bersamaan dengan itu,

    kebanyakan dari pasien memiliki kelainan atopi.3

    Pada fase awal, akibat penggunaan obat topikal pada wajah akan menginduksi

    gangguan fungsi lapisan epidermis. Hal ini akan menyebabkan pembengkakan

    stratum korneum yang disertai gangguan minimal pada fungsi lapisan kulit dan

    meningkatnya kehilangan cairan transepidermal (transepidermal water loss).

    Kemudian dapat menyebabkan lapisan kulit menjadi lebih tegang dan kering yang

    mendesak jaringan sekitarnya akibat kompensasi penggunaan obat topikal.

    Penggunaan kortikosteroid, terutama topikal kortikosteroid, sangat berkaitan

    erat dengan perubahan pada struktur epidermis dan permeabilitas membran

    epidermis, termasuk juga berefek pada penurunan densitas dan maturasi

    pembentukan badan lamellar, efek lain yang terjadi adalah penurunan sintesis

    enzim oleh lapisan epidermal, penurunan keratinosit dan penipisan lapisan

    epidermal.4

    Perubahan pada epidermal dan dermal termasuk penipisan stratum korneum

    ditandai dengan hilangnya matriks pada lapisan epidermal, pengecilan granular,

    peningkatan TEWL, penurunan kolagen dermal, penipisan bagian atas serat elastin

    dermal, penguraian lemak epidermal termasuk ceramid dan adanya respon

    hipersensitivitas tipe IV.4

    Pada pasien dengan kasus dermatitis perioral dan riwayat dermatitis atopik,

    memiliki tanda abnormalitas pada stratum korneum yang berhubungan dengan

    dermatitis atopik dan kulit atopik yang berefek terjadinya penurunan subfraksi

    ceramid spesifik dan lemak lainnya dan dalam beberapa kasus, terjadi mutasi pada

    gen fillagrin menyebabkan terjadinya penurunan faktor pelembab alami,

    peningkatan TEWL wajah yang merupakan karaktristik utama dari dermatitis

    perioral dengan atopik diatesis yang diyakini sebagai faktor resiko yang mungkin

  • pada perkembangan dermatitis perioral. tanda dan gejala dari akibat sensititivitas

    dari kulit wajah yang ada termasuk kulit kering, skuama, edema, priritus, sensasi

    panas, rasa terbakar dan nyeri.3,4

    Penggunaan topikal kortikosteroid berkepanjangan menyebabkan beberapa

    perubahan fungsional dan biologi pada kulit, hal ini dapat menyebabkan respon

    pada kulit sehingga menimbulkan penurunan sintesis kolagen dan elastin serta

    menyebabkan degradasi matriks dermal dengan penurunan struktur pendukung

    pembuluh darah superfisial yang menyebabkan vasodilatasi pada kulit, gambaran

    ini dapat dilihat secara klinis sebagai telangietaksis dan eritema diffusa.

    Penggunaan topikal kortikosteroid juga dapat mengganggu keseimbangan

    homeostasis dari mediator kimiawi yang merubah aliran darah kutaneus yang

    merupakan faktor patogenesis utama dari dermatitis perioral.3,4

    Hal utama yang menyebabkan eksaserbasi dermatitis perioral yang diikuti

    diskontinuitas dari pemakaian topikal kortikosteroid secara tidak teratur yang

    tampak terlihat pada akumulasi oksida nitrat endotel (eNO) kulit yang

    mengakibatkan dilatasi berlebihan dari pembuluh darah kulit selain itu eNO juga

    disebut sebagai faktor relaksasi endotel bawaan yang merupakan vasodilator

    endogen yang dihambat oleh glukokortikosteroid termasuk juga penggunaan

    topikal kortikosteroid. Selama penggunaan topikal kortikosteroid, timbul

    vasokontriksi dan menghambat pelepasan eNO yang menyebabkan dilatasi berlebih

    pada vaskular, sebagai hasilnya timbulah gejala klinis seperti eritem, edema, dan

    gejala lainya. Hal itu nantinya dapat menyebabkan vasodiltasi yang menetap

    sehingga timbul "Trampoline Effect atau "Neon sign".4

    Etiologi yang paling mungkin menyebabkan dermatitis perioral idiopatik

    termasuk pasta gigi berfluoride, penggunaan krim pelembab dan kosmetik berlebih,

    stress emosional dan faktor mikrobiologi. Bagaimanapun etiologi yang disebutkan

    diatas masih sebagai spekulasi, dan tidak ada faktor diatas yang pernah terbukti

    berhubungan4

    Pada akhirnya menjadi lingkaran setan, menyebabkan iritasi dan kulit semakin

    kering bila dengan penggunaan obat topikal lebih lanjut. Reaksi inflamasi yang

    ditimbulkan pada akhirnya dapat mengarah ke fase klinis dermatitis perioral. Oleh

  • karena itu penggunaan kortikosteroid topikal menjadi kontraindikasi pada

    dermatitis perioral karena dapat meningkatkan gangguan pada lapisan epitel.4

    5. Gambaran klinis

    Karakteristiknya adalah keterlibatan daerah sekitar mulut dengan lesi kecil.

    Sering juga melibatkan lipatan nasolabial, pipi serta kedua kelopak mata yang

    terlihat simetris. Tergantung pada derajat klinis, dermatitis perioral dapat meluas

    hingga ke dagu, glabela, bagian lateral kelopak mata bawah, kelopak mata atas, pipi

    dan dahi. Diagnosis dibuat secara klinis, akan terlihat eritema dengan tepi tidak rata

    disertai papula vesikel yang berbentuk seperti kerucut, kadang disertai pustula

    dengan diameter 1 2 mm serta pada daerah kulit yang tidak terkena dapat terlihat

    kering.5

    Gambar 4 Dermatitis perioral7,8

    Gejala khas yang sering terlihat adalah sensasi nyeri atau terbakar. Kadang

    pasien juga merasakan sensasi tegang pada kulit. Pada dermatitis perioral yang lama

    dapat terjadi kolonisasi bakteri yang ditandai adanya papulopustul.6

    Faktor yang dapat memperberat dermatitis perioral adalah paparan sina

    matahari, sering mencuci wajah dengan sabun pembersih atau penggunaan

  • kosmetika secara berlebihan serta pemakaian kortikosteroid dengan potensi

    menengah dan tinggi.6

    Suatu bentuk khusus dari dermatitis perioral adalah lupoid dermatitis perioral

    dimana papul terlihat lebih padat dan besar berwarna merah kecoklatan disertai

    dengan skuama dan infiltrat. Bentuk granuloma dari lupoid dermatitis perioral pada

    anak-anak dinamakan sebagai Facial Afro-Caribbean Childhood Eruption (FACE).

    Bila keadaan ini sembuh tidak akan menyisakan bekas akibat lesi tersebut.6,7

    Gambar 5 Dermatitis perioral pada anak11

    Gambar 6 Granulomatous periorificial dermatitis4,5

    6. Derajat dermatitis perioral

    Untuk mengklasifikasikan derajat dermatitis perioral digunakan skor evaluasi

    klinis yaitu PODSI (Perioral dermatitis severity index) pada tahun 2005. Nilai

    diambil berdasarkan lesi pada kulit seperti eritema, papula, dan skuama kemudian

    dihitung dengan skala perhitungan (0 3), dengan sub-gradasi (0,5; 1,5; dan 2,5)

    dengan nilai maksimal adalah 9.3

    Dermatitis perioral derajat ringan terhitung dengan skor 0,5 2,5; derajat

    sedang 3,0 5,5; dan derajat berat 6,0 9,0. PODSI biasanya digunakan untuk

    evaluasi objektif dari hasil pengobatan ataupun menentukan terapi, tapi dapat juga

    digunakan untuk pemeriksaan rutin.3

  • Penilaian derajat dermatitis perioral dengan menggunakan perioral dermatitis

    severity index (PODSI) serta contoh perhitungannya dapat dilihat pada tabel dan

    gambar.

    Tabel 2 Perioral dermatitis severity index12

    Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3

    Kemerahan Ringan, merah jambu,

    pucar, diskret

    Sedang, merah

    jelas, belang

    Berat, merah gelap,

    tersebar, konfluen

    Papula sedikit, kecil sekali,

    berwarna seperti

    daging

    Sedang, beberapa,

    diseminata

    Berat, sangat

    banyak, kemerahan,

    berkumpul

    Skuama Ringan, halus, sulit

    dilihat

    Sedang, jelas Berat, besar, luas

    a. Eritema 0,5; papul 1,0; skuama 0;

    PODSI 1,5 (=PODSI ringan)

    b. Eritema 1,5; papul 1,5; skuama 0;

    PODSI 3,0 (= PODSI sedang)

    c. Eritema 1,5; papul 2,0; skuama 0,5;

    PODSI 4,0 (= PODSI sedang)

    d. Eritema 2,0; papul 1,5; skuama 2,0;

    PODSI 5,5 (= PODSI sedang)

    e. Eritema 2,5; papul 3,0; skuama 1,5;

    PODSI 7,0 (= PODSI berat)

    f. Eritema 3,0; papul 3,0; skuama 3,0;

    PODSI 9,0 (=PODSI berat)

    Gambar 7 contoh skoring PODSI12

    7. Diagnosis banding

    Secara klinis, dermatitis perioral harus dipisahkan dari berbagai kemungkinan

    diagnosis yang ada. Termasuk rosacea, acne, dermatitis seboroik dan dermatitis

    kontak. Gambaran khas dermatitiss perioral biasanya dapat dibedakan dengan lesi

    inflamasi pada wajah lainnya. Pasien dengan rosacea biasanya memiliki gambaran

    telangiektasis dan kemerah-merahan pada muka dengan penyebaran yang lebih luas

    mengenai kedua pipi, hidung dan dahi. Dermatitis kontak tampak sebagai lesi

  • kemerahan, berskuama dan krusta yang timbul di sekitar mulut akibat alergi

    terhadap kosmetik lipstik, makanan, kawat gigi dan alat kosmetik lainnya. Lesi

    terlihat seperti papula dengan batas yang tidak tegas. Ermatitis kontak juga

    seringkali mengenai area kulit lainnya dan dapat didiagnosis dengan patch test.

    Akne vulgaris dan dermatitis seboroik tidak mempunyai lokasi dan pola yang sama

    dengan dermatitis perioral. Keduanya tersebar lebih luas dan dapat mengenai badan

    termasuk muka. Akne vulgaris tampak sebagai komedo dan dermatitis seboroik

    tampak skuama.9

    Berdasarkan kepustakaan lain, diagnosis banding dari dermatitis perioral

    dibagi menjadi non-granuloma dermatitis perioral dan granuloma dermatitis

    perioral seperti pada tabel.

    Tabel 3 Diagnosis banding dermatitis perioral1

    Gangguan Gambaran klinis

    Dermatitis perioral non-granuloma

    Tersering

    Rosacea Terdapat pada hidung, wajah; persisten

    eritema dan telangiektasis

    Dermatitis seboroik Sering pada lipatan nasolabial; skuama

    Dermatitis kontak alergi instrumen musik, pasta gigi

    mengandung tar, latex, kawat gigi,

    lipstik

    Dermatitis kontak iritan Sering pada anak-anak

    Lip-licking cheilitis Sering pada anak-anak; skuama; batas

    tegas

    Diagnosis banding lain

    Akne vulgaris Bisa pada tubuh; komedo

    Gram-negatif folikulitis Lebih banyak pustula

    Demodex foliculorum infestation Pustula tidak khas; pruritus;

    immunocompromised

    Acrodermatitis enterohepatica Infant dengan akral dan/atau dermatitis

    popok

    Granuloma dermatitis perioral

    Tersering

    Granulomatous rosacea Flushing telangiektasis, pustula dan

    edema; jelas pada pemeriksaan

    histopatologi

    Diagnosis banding lain

    Blau syndrome Kista sinovial, uveitis, arthritis

    granuloma, camptodactyl, papula

    Benign cephalic histiocytosis Distribusi diffus pada wajah

  • 8. Tatalaksana

    Jika pasien menggunakan steroidm maka langkah pertama pengobatan adalah

    segera hentikan pemakaian steroid. Pasien harus diperingatkan untuk tidak

    menggunakan steroid karena akan menyebabkan dermatitis perioral. Edukasi

    pasien untuk menghentikan pemakaian krim pelembab, krim malam, make-up serta

    pasta gigi berfluoride.3

    Berdasarkan guideline3 mengenai dermatitis perioral, terapi yang diberikan

    menurut perhitungan PODSI, yang bisa dilihat pada algoritma terapi dermatitis

    perioral.

    Gambar 8 Algoritma terapi dermatitis perioral3

    1. Terapi zero

    Terapi zero adalah dengan menghentikan semua penggunaan obat

    topikal, terutama kortikosteroid topikal dan kosmetik yang menjadi

    faktor penyebab utama. Dalam beberapa studi pada pasien dengan

    ermatitis perioral dihentiken pengggunaan obat topikal disertai

    pemberian antibiotik sistemik dengan pemberian plasebo memiliki

    tingkat kesembuhan yang sama pada kedua pasien tersebut.3

    Tidak respon

    dalam 3

    minggu Tidak respon dalam 3 minggu

    Algoritma Terapi Ringan Sedang Berat

    Terapi Zero Terapi antiinflamasi

    topikal

    Terapi antiinflamasi

    topikal

    Antibiotik sistemik Cream Indiff*

    Antibiotik sistemik

    Sembuh

    Jika diperlukan, langkah demi langkah bisa diulang kembali

    Terapi sistemik maksimal 8

    minggu

  • 2. Terapi topikal

    Berbeda dengan rosacea, tidak ada gold standard dalam pemberian

    terapi topikal, namun berdasarkan beberapa hasil penelitian ada terapi

    topikal yang apat memberikan perbaikan klinis selain dengan pemberian

    zero terapi yaitu, adapalene, asam azelaic, eritromisin topikal, ichthyol,

    metronidazole, pimecrolimus, takrolimus, terapi fotodinamik.3

    3. Terapi sistemik

    Dermatitis perioral jarang membutuhkan terapi sistemik. Tetrasiklin dan

    makrolida telah digunakan untuk terapi sementara dari dermatitis

    perioral. Terapi sistemik pada dermatitis perioral yang

    direkomendasikan adalah tetrasiklin, makrolida, dan isotretinoin.3

    Pada kepustakaan lain dinyatakan terapi pada dermatitis perioral dapat

    diberikan tetrasiklin, doxysiklin, dan minosiklin oral dalam 8 hingga 10 minggu

    kemudian tappering off pada 2 hingga 4 minggu setelahnya. Pada kasus berat lebih

    baik diberikan minosiklin atau doksisiklin atau tetrasiklin dosis tinggi. Pada anak

    dibawah 8 tahun eritromisin oral direkomendasikan. Terapi antibiotik topikal yang

    paling sering diberikan adalah metronidazole. Pilihan lain termasuk klindamisin

    atau eritromisin, sulfur topikal, dan asam azelaik serta foto terapi dengan asam 5-

    aminolevulinic. Pemberian dan dosis dapat dilihat pada tabel.

    Tabel 4 Terapi farmakologis dermatitis perioral1

    Topikal Dosis Sistemik Dosis dewasa

    Lini pertama Metronidazole Apply bid Tetrasiklin

    Doksisiklin

    Minosiklin

    200 500 mg

    50 100 mg

    50 100 mg

    Lini kedua Eritromisin

    Sulfur topikal

    Asam azelin

    Apply bid

    Apply bid

    Apply bid

    Eritromisin 400 mg

    30 50 mg

    9. Komplikasi

  • Kebanyakan dari kasus dermatitis perioral, non-granuloma ataupun granuloma,

    dapat sembuh tanpa ada gejala sisa ataupun kambuh. Meskipun, ada juga laporan

    mengenai komplikasi luka akibat garukan yang jarang dilaporkan.1

    10. Prognosis

    Tanpa pengobatan, dermatitis perioral dapat berlangsung lama hingga

    menahun. Pengobatan dengan antibiotik topikal maupun oral yang tepat dapat

    memberikan hasil dalam 6 sampai 10 minggu. Dermatitis perioral dapat sembuh

    tanpa pengobatan dengan menghindari penggunaan kortikosteroid, pelembab,

    make-up dan pasta gigi berfluoride.1,2,3

    DAFTAR PUSTAKA

  • 1. GOLDSMITH ag, Stephen IK, Barbara AG, Ami SP, David JL. Fitzpatricks

    Dermatology in General Medicine. McGraw Hill. New York; 2008. P. 709

    12

    2. James WG, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of The Skin Clinical

    Dermatology 11th Edition. Elsevier. New York; 2012. P. 245 6

    3. Wollen A, Bibier T, Dirschka T, et al. Guideline of Perioral Dermatitis.

    Journal of the German Society of Dermatology 2011; 5: 422 9

    4. Rosso JD. Management of papulopustular rosacea and perioral dermatitis

    with emphasis on iatrogenic causation or exacerbation of inflammatory facial

    dermatoses. Journal of Clinical Aesthetic and Dermatology 2011; 4: 20 30.

    5. Leung A and Barankin B. Whats your diagnosis? Multiple erythematous

    papules on a 6 year olds face. Consultant for pediatrician 2013

    6. Kihiczak G, Cruz M, Schwarts R. Case report: periorificial dermatitis in

    children: an update and description of a child with striking features.

    International journal of Dermatology 2009; 48: 304 6

    7. Kim YJ, Shin JW, Lee JS, et al. Case report: childhhood granulomatous

    periorificial dermatitis. Ann Dermatol 2011; 23: 386 8

    8. Buimir V, Brailo V, Alajbeg I, et al. Case report: allergic contact cheilitis and

    perioral dermatitis cause by propolis. Acta dermatovenerol croatica 2012; 20

    (3): 187 90

    9. Abeck D, Geisenfelder B, Nramdt O. Physical sunscreens with high sun

    protection factor may cause perioral dermatitis in children. Journal of the

    German Society of Dermatology 2009; 8: 701 3

    10. Yu Y, Scheinman PL. Lip and perioral dermatitis caused by propyl gallate.

    Amerocan contact dermatitis society 2010; 21 (2): 118 22

    11. Clementson B, Smidt A. Case report: periorificial dermatitis due to systemic

    corticosteroid in children. Pediatric dermatology 2012; 29 (3): 331 2

    12. Wollenberg A and Oppel T. Scoring of lesions with the perioral dermatitis

    secverity index (PODSI). Acta dermato-venereologica 2006; 86: 251 3