atopic dermatitis
TRANSCRIPT
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Status marital : Menikah
Alamat : Bandung
ANAMNESA
Keluhan Utama :
Beruntus-beruntus kemerahan yang terasa gatal pada kedua tangan, lengan, dan
kedua tungkai bawah
Anamnesa Khusus :
± Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh timbul beruntus-beruntus yang terasa
gatal pada kedua tangan, lengan, dan kedua tungkai bawah. Awalnya keluhan sebesar
gigitan nyamuk yang awalnya ada di lipat sikut kanan sejak 5 hari yang lalu kemudian
meluas dan menyebar ke kedua lengan, tangan dan lipat lutut. Keluhan gatal dirasakan
terutama saat menjelang sore hari dan saat pasien sedang berkeringat sehingga pasien
sering menggaruknya. Tidak ada keluhan keluar nanah dari beruntus. Keluhan seperti ini
adalah keluhan yang pertama kali dirasakan pasien. Pasien juga mengeluhkan kulitnya
terasa kering.
Tidak ada keluhan sering bersin-bersin saat pagi hari atau saat terkena debu.
Pasien mengaku memiliki riwayat kaligata setelah makan udang. Saat ini pasien mengaku
tidak sedang stres.
Karena keluhannya, pasien membeli salicyl talk untuk menghilangkan rasa
gatalnya. Keluhan gatal dirasakan pasien sedikit berkurang namun tetap ada sehingga
pasien memutuskan untuk berobat ke Puskesmas Pasundan.
Pasien mandi 2x sehari dengan handuk dan alat mandi sendiri. Kebiasaan
bertukar pakaian dengan orang lain disangkal. Pasien tinggal serumah dengan 3 orang
dan tidak ada keluarga yang mengalami riwayat penyakit yang sama. Riwayat gigi
berlubang dan sakit tenggorokan sebelumnya disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos mentis
Status gizi : Baik
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : Afebris
Status Generalis
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hertoge Sign (-)
Dennie Morgan fold (-)
Orbital Darkening (-)
Fascial Pallor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak : Bentuk dan gerak simetris
Pulmo: VBS ki=ka, ronki-/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, lembut, hepar dan lien tidak teraba membesar, BU (+)N
Ekstremitas : Edema/clubbing/cyanosis : -/-/-
Hiperlinearity (-)
Kulit : lihat status dermatologikus
Status Dermatologikus
a. Distribusi lesi : Regioner
b. Ad regio : Kedua tangan, lengan, lipat ketiak kanan, dan kedua tungkai
bawah
c. Karakteristik lesi : Multiple, diskret, bentuk bulat sampai ireguler, ukuran terkecil
0,1x0,1 cm, ukuran terbesar 2x1 cm, batas tegas, sebagian menimbul, kering
d. Efloresensi : Makula eritem, papula eritem, krusta, skuama
USULAN PEMERIKSAAN
- Konsul ke bagian Gigi dan Mulut serta THT
- Pemeriksaan Laboratorium
DIAGNOSA BANDING
- Dermatitis Atopik
- Skabies dengan eksematisasi
- Dermatitis nummularis
DIAGNOSA
Dermatitis atopik
PENATALAKSANAAN
1. Umum :
- Penderita diberi penerangan bahwa penyakit yang diderita adalah penyakit
yang bersifat kronis residif dan sebaiknya penderita menghindari faktor
pencetus
- Penderita diberi penerangan tentang cara pengobatan yang harus dilakukan
secara menyeluruh, tekun, dan konsisten
2. Khusus :
- Topikal :
o Salep Imerson dipakai 2 kali sehari
o Dequbal lotion dipakai setiap hari sehabis mandi
- Sistemik
o Celestamin Syrup 5 ml diminum 1 kali sehari dan dihentikan jika
keluhan gatal sudah tidak dirasakan
PROGNOSA
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad malam
DERMATITIS ATOPIK
Definisi
Dermatitis Atopik adalah peradangan kulit kronik residif yang ditandai dengan
rasa gatal dan distribusi lesi yang khas serta berhubungan dengan keadaan atopi. Atopi
artinya kurang lebih sebagai suatu hipersensitivitas atau keadaan alergi yang dapat
bermanifestasi sebagai penyakit asma dan hay fever serta keadaan yang pada saat itu
disebutnya sebagai pruritic rash. Atopi dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu
yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, misalnya asma bronkhial, rhinitis
alergi, dermatitis atopik. Para peneliti berpendapat bahwa untuk terjadinya DA
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan merupakan suatu rantai, sehingga
penyakit ini dianggap merupakan suatu penyakit multifaktorial. Faktor tersebut dapat dari
tubuh (intrinsik) maupun dari luar tubuh (ekstrinsik).
Epidemiologi
Umumnya wanita lebih banyak menderita DA dibandingkan dengan laki-laki
dengan rasio 1,3 : 1.
Etiopatogenesis
Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam patogenesis DA seperti :
- Faktor genetik
- Lingkungan
- Sawar kulit
- Imunologi
Dermatitis atopik dan penyakit atopi lainnya termasuk dalam reaksi
hipersensitivitas tipe I, dimana hal ini tergantung dari aktivasi sel-sel mastosit atau
basofil dan pelepasan mediator-mediator. Pada rangsangan antigen atau alergen yang
pertama kali akan terbentuk antibodi homositotropik atau disebut juga antibodi reagenik,
berupa antibodi kelas IgE. Antibodi ini akan berikatan dengan sel mastosit dan basofil
melalui reseptor Fc pada permukaan sel, sambil mengaktivasi pembentukan granula sel
tersebut. Bila ada antigen yang sama kemudian memasuki tubuh kembali maka antigen
tersebut akan berikatan dengan bagian Fab IgE yang telah melekat pada permukaan sel
mastosit dan basofil, sehingga akan mengakibatkan terjadinya degranulasi dari granula-
granula sel tersebut, dan selanjutnya akan melepaskan bahan-bahan vasoaktif amin oleh
granula-granula tersebut sehingga timbul berbagai macam reaksi.
Namun, dapat ditemukan juga respon lambat yang terjadi akibat induksi melalui
jalur metabolisme asam arakhidonat yang mengakibatkan timbulnya mediator fase lambat
yaitu leukotrienes (LT), prostaglandin (PGs), dan Tromboksan. Respon ini biasanya
terjadi 6-8 jam pasca paparan antigen.
TYPE 1 - Inflamasi imunologik tipe homositotrofik
Produk ataumetabolit obat
Basofil
Sekresihistamin
Peningkatanpermeabilitas
kapiler
Kontraksi ototpolos
Klasifikasi
1. Tipe infantil (lahir-2 tahun)
Eksema akut sampai subakut
Distribusi : wajah terutama dahi, pipi, skalp, bagian lateral lengan dan tungkai
2. Tipe anak (2-12 tahun)
Eksema subakut sampai kronik, sering disertai infeksi sekunder oleh bakteri.
Distribusi : lipat siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan dan kaki
3. Tipe Dewasa (>12 tahun)
Eksema kronik
Distribusi : dahi, kelopak mata, leher, lipat siku dan lipat lutut, pergelangan
tangan, punggung tangan dan kaki, daerah sekitar areola mamae (terutama pada
wanita muda) serta bibir.
Gejala Klinis
Gejala utama DA adalah kulit kering, gatal dan eksim, yang berjalan kronik
residif. Tempat predileksi utama di lipat siku dan lipat lutut. Pada penderita DA dapat
terjadi eksaserbasi penyakitnya, oleh karena dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan
misalnya debu, temperatur atau iklim, berbagai stres fisik atau jiwa. Gejala klinis yang
dianggap sebagai gejala yang sering ditemukan adalah gatal yang hilang timbul dan
kronik, selain itu terdapat pula gejala kulit kering, kasar, bersisik dan permukaan tidak
mengkilat.
Gejala kulit kering ini sering kali tampak pada kulit yang tidak dalam keadaan
inflamasi. Kelain kulit yang timbul sebagai akibat rasa gatal yang diderita akan
menimbulkan kelainan kulit sekunder yaitu bekas garukan dan diikuti oleh likenifikasi.
Secara klinis papul yang timbul pada penderita Da ditandai dengan rasa gatal yang hebat
dan dikenal sebagai “prurigo papel”.
1. Gejala Pada Bayi
Bentuk lesi pada bayi dan anak sering kali susah dibedakan dengan lesi dermatitis
seboroika, sehingga pada fase awal sering kali DA pada bayi dianggap sebagai dermatitis
seboroika. Pada saai ini berkembang suatu pendapat bahwa dermatitis seboroik pada bayi
merupakan petanda awal adanya DA pada masa kanak. Lesi kulit biasanya berbentuk
sebagai lesi dermatitis pada umumnya, terutama menyerang daerah muka dengan
kelainan beruypa eriteme, erosi dan krusta sehingga kelainanya tampak basah.
2. Gejala Pada Anak
Lesi DA pada anak yang berjalan kronik, akan melanjut sampai usia sekolah. Lesi
kulit sudah tidak tampak akut, tetapi gejala klinis yang tampak adalah sisa dari dermatitis
yang timbul pada masa anak. Pada umumnya lesi pada usia ini sudah lebih kering
dibandingkan lesi pada usia bayi. Predileksi lesi pada umumnya terdapat pada lipat siku
dan lipat lutut. Kedalam fase ini dibagi dalam 2 golongan yaitu fase “child hood” yaitu
antara 4-8 tahun, merupakan kelajutan dari fase infantil dan fase adolescent yang terjadi
pada usia 8-12 tahun yang gejala klinis dan predileksinya mirip dengan fase dewasa.
3. Gejala Pada Dewasa
Pada fase ini lesi kulit sudah lebih sering didapatkan pada regio fleksuralis,
terutam daerah lipatan siku, lutu dan leher. Lesi pada muka berangsur mengurang dan
diganti lesi daerah fleksural dan akan diganti dengan “prurigeneus papula” pada daerah
ekstremitas, lesinya kering dan terjadi likenifikasi.
Diagnosa
Pada awalnya diagnosis didasarkan pada berbagai fenomena klinis yang tampak
menonjol yaitu gatal, kemudian adanya hubungan dengan faktor turunan (familiar) dan
akhirnya berhubungan dengan faktor alergi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
awalnya diagnosa DA dimulai dari gambaran klinik dan akhirnya dilanjutkan dengan
menggunakan kaidah imunologi.
I. Diagnosa klinis
Hubungan antara faktor alergi dan lingkungan diajukan pertama kali oleh Coca &
Cooke dan selanjutnya penyakit yang tampak sebagai penyakit gatal, dipengaruhi faktor
alergi dan keturunan yang timbulnya sering kali bersamaan dengan penyakit asma dan
rhinitis disebutnya sebagai dermatitis atopik.
II. Diagnosa Imunologi
Adanya keadaan atopi yang mendorong timbulnya lesi kulit ini dapat ditemukan
dengan pemeriksaan :
1. Penentuan kadar IgE total dalam serum
Penentuan kadar IgE total dalam serum sangat berguna untuk menegakkan
diagnosis penyakit alergi. Namun peninggian IgE ini bukan hanya spesifik
untuk penyakit atopi, tetapi dapat terjadi pula pada penyakit yang lainnya.
Walaupun kadar IgE didapatkan meningkat pada DA, namun untuk
menentukan adanya alergi terhadap bahan alergen lingkungan masih perlu
konfirmasi lebih lanjut dengan memeriksa kadar IgE spesifik.
2. Pemeriksaan IgE spesifik
Pemeriksaan IgE spesifik yang terdapat di dalam serum terhadap alergen
lingkungan terutama terhadap tungau debu rumah saat ini dapat dipakai
sebagai petunjuk adanya alergi terhadap alergen lingkungan. Banyak ahli
membuktikan kaitan tungau debu rumah dengan kekambuhan DA, terlebih
lagi setelah diketahui adanya sel langerhan epidermal yang mempunyai
IgE spesifik pada permukaan membran selnya. Dengan ditemukannya IgE
pada jaringan epidermis maka dapat dipakai sebagai patanda
patognomonik adanya DA.
3. Uji kulit
Uji kulit untuk menentukan adanya respon imun terhadap alergen inhalan
dapat dikerjakan dengan 2 jalan tergantung respon imun yang akan
diperiksa. Untuk melihat respon seluler dapat diperiksa dengan jalan uji
tempel menggunakan alergen TDR konsentrat 1% di dalam larutan vaselin
album dibaca 48-72 jam pasca penempelan alergen. Untuk memeriksa
adanya respon humoral dilakukan dengan uji tusuk dan dibaca setelah 15-
20 menit pasca tusukan.
4. Pemeriksaan IgE pada epidermis
Pemeriksaan adanya IgE dalam jaringan epidermis merupakan
pemeriksaan yang dapat diandalkan sebagai alat bantu diagnosis DA.
Dengan menemukan adanya IgE pada lapisan epidermis merupakan
petunjuk bahwa pada epidermis terdapat sel langerhan epidermal yang
membawa IgE pada permukaan selnya. Sedangkan sel langerhan
epidermal yang mengandung IgE ini khas hanya didapatkan pada orang
DA, tidak pada kelompok atopi yang lainnya.
KRITERIA KLINIS DARI RAJKA
KRITERIA MAYOR
1. Adanya riwayat atopi pada keluarga.
2. Kombinasi gatal hebat dan menetap, prurigo, likenifikasi serta eksim pada
predileksi sesuai umur
3. Kulit kering dan gatal apabila berkeringat
4. Adanya penyakit atopik saluran pencernaan, iktiosis, katarak, dan kelainan sekitar
mulut.
5. Peninggian kadar IgE dan riwayat alergi terhadap bahan hisapan.
6. Lebih dari satu tes kulit yang positif
KRITERIA MINOR
1. Perjalan penyakit dipengaruhi oleh faktor panas, emosi dan infeksi.
2. “Hertog sign” infra orbital fold dan facial palor
3. Riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, daya tahan yang menurun
terhadap infeksi bakteri dan virus.
4. Adanya gangguan saluran pencernaan
5. Onset yang cepat
6. Tidak tahan terhadap wol dan pakaian tertutup
7. adanya eosinofilia
Diagnosa DA ditegakan apabila pada penderita terdapat :
- Min 3 kriteria mayor
- 2 kriteria mayor dan beberapa kriteria minor
KRITERIA HANIFIN
Kelompok 1 :
1. Rasa gatal
2. Morfologi dan distribusi yang khas
a. Lichenifikasi pada daerah lipatan orang dewasa
b. Pada daerah muka dan ekstensor pada bayi
3. Perjalanan penyakit yang kronik atau kronik eksaserbasi
Kelompok 2 :
1. Riwayat penyakit atopi (asma, rinitis, dermatitis atopi) pada penderita atau
keluarganya
2. Tes kulit yang positif
3. White dermatografisme
4. Katarak
Kelompok 3 :
1. Xerosis atau ichtiosis
2. Pityriasis alba
3. Keratosis pilaris
4. Fasial palor/ infraorbital darkning
5. Peninggian IgE
6. Dennie Morgan Fold
7. Hand dermatitis
8. Infeksi kulit yang berulang
Diagnosis ditegakkan apabila pada penderita terdapat :
- Salah satu kelompok 1+2 atau lebih kelompok 2
- Salah satu kelompok 1+4 atau lebih kelompok 3
KRITERIA SVENSSONS
Kelompok 1 (p < 0,001, bernilai 3) :
1. Perjalanan penyakitnya dipengaruhi musim
2. Xerosis
3. diperburuk dengan tegangan jiwa
4. kulit kering secara berlebihan atau terus menerus
5. Gatal pada kulit yang sehat apabila berkeringat
6. Serum IgE 80 iu/ml
7. menderita rinitis alergik
8. Riwayat rinitis alergika pada keluarga
9. Iritasi dengan tekstil
10. Hand Eczema pada waktu anak-anak
11. Dermatitis atopik pada keluarga
Kelompok 2 (p < 0,001, bernilai 2) :
1. Kulit muka yang pucat/ kemerahan
2. Knuckle dermatitis (dermatitis dengan lichenifikasi pada jari-jari)
3. Penderita menderita asma
4. Keratosis spiralis
5. Alergi terhadap makanan
6. Numuler dermatitis
7. Nipple eczema
Kelompok 3 (p < 0,001, bernilai 1) :
1. Pomfolik
2. Ichtiosis
3. Dennie Morgan Fold
Diagnosis ditegakkan bila jumlah nilai ≥ 15
GRADING DERMATITIS ATOPIK
1. Luasnya kelainan kulit Nilai/ Skor
a. Fase anak-anak dan dewasa
- < 9% luas tubuh 1
- > 9% - 36% 2
- > 36% luas tubuh 3
b. Fase infantil
- 18% luas tubuh 1
- 18% - 54% 2
- 54% luas tubuh 3
2. Perjalanan penyakit
- Remisi > 3 bulan dalam 1 tahun 1
- Remisi < 3 bulan dalam 1 tahun 2
- Kambuhan 3
3. Intensitas penyakit
- Gatal ringan kadang terjadi gangguan tidur 1
- Gatal sedang 2
- Gatal hebat biasanya mengganggu tidur 3
Penilaian :
- Skor 3-4 : ringan
- Skor 4,5-7,5 : sedang
- Skor 8,5-9 : berat
Minor Sign (Tanda Minor) menurut Rajka :
1. Hiperlinearity pada telapak tangan dan kaki yaitu bertambahnya garis-garis
tangan
2. Hertoge Sign adalah suatu penipisan atau pelonggaran alis di bagian lateral, hal
ini diduga suatu keadaan autonom atau akibat garukan yang terus menerus pada
DA
3. Dennie Morgan Fold adalah suatu lipatan linear masuk ke dalam kelopak mata
bawah. Merupakan tanda patognomonis untuk DA
4. Adanya kelainan respon vaskuler pada DA ditujukan dengan tes White
Dermatografisme
5. Fasial palor (pucat) yang terjadi karena peninggian tonus pembuluh darah perifer
dan terjadi kemerahan pada muka (fasial eritem) apabila kena rangsangan dari
luar terutama sinar matahari
6. Alergi terhadap berbagai makanan contohnya telur. susu, kacang-kacangan, dan
gandum
7. Orbital darkening ditandai dengan bertambah gelapnya daerah kelopak mata
terutama kelopak bawah, kadang-kadang terlihat sedikit edema
Diagnosa Banding
- Dermatitis atopik
- Dermatitis kontak
- Dermatitis numularis
Penatalaksanaan
Umum :
- Menghindari faktor pencetus
Khusus :
- Topikal :
1. Kortikosteroid topikal diberikan sampai lesi kulit sembuh
2. Pelembab, dipakai setiap habis mandi atau mencuci tangan
3. Dapat digunakan pelembab bibir yang tidak mengandung lipid
- Sistemik :
1. Antibiotik : dapat diberikan bila perlu
2. Antihistamin untuk mengatasi rasa gatal dan menimbulkan rasa
mengantuk. Dapat diberikan klorpeniramin 0,2-0,4 mg/kgBB/hari, 2
sampai 3 kali sehari
3. Kortikosteroid diberikan pada lesi yang luas dan tappering off dalam 2
minggu
4. Fototerapi dengan PUVA atau UVB dapat digunakan bila gagal dengan
pengobatan standar
Komplikasi
1. Kelaianan pada mata dapat berupa dermatitis pada kelopak mata dan
blepharitis kronis
2. Infeksi kulit yang berulang baik oleh bakteri, virus, maupun jamur
3. Hand dermatitis
4. Dermatitis eksfoliatifa
CASE REPORT SESSION
DERMATITIS ATOPIK
Disusun oleh :Wiyana Wulandari 1301-1207-0051Ajeng Pratiwi F. W 1301-1207-0054
Preceptor :
Inne Arline Diana, dr, SpKK
BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKINBANDUNG
2008