demam

21
Demam Disertai Menggigil Anesty Claresta 102011223 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Tubuh manusia memiliki suhu normal sekitar ± 37 o c. Suhu tubuh ini harus tetap dipertahankan agar seluruh sistem tubuh dapat bekerja dengan baik. Manusia biasanya tinggal di lingkungan yang suhunya lebih rendah (lebih dingin) dari tubuh mereka, tetapi tubuh manusia sendiri juga menghasilkan panas secara internal, yang membantu mempertahankan suhu tubuh. Hal inilah yang disebut sebagai homeostatis suhu tubuh. Perubahan suhu tubuh memiliki dampak bagi sistem metabolisme tubuh. Peningkatan suhu tubuh dapat mempercepat laju metabolism tubuh, sedangkan penurunan suhu tubuh dapat memperlambat laju metabolism tubuh. 1 Hal ini disebabkan oleh sistem kerja enzim- enzim tubuh yang kebanyakan bekerja optimal pada suhu 37 o c. Apabila terjadi perubahan suhu tubuh, keadaan tersebut harus dikembalikan seperti semula secepatnya. Kenaikan dan penurunan

Upload: anesty2112

Post on 08-Dec-2014

17 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

PBL- Matabolik & Endokrin

TRANSCRIPT

Page 1: Demam

Demam Disertai Menggigil

Anesty Claresta

102011223

[email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Tubuh manusia memiliki suhu normal sekitar ± 37oc. Suhu tubuh ini harus tetap

dipertahankan agar seluruh sistem tubuh dapat bekerja dengan baik. Manusia biasanya tinggal di

lingkungan yang suhunya lebih rendah (lebih dingin) dari tubuh mereka, tetapi tubuh manusia

sendiri juga menghasilkan panas secara internal, yang membantu mempertahankan suhu tubuh.

Hal inilah yang disebut sebagai homeostatis suhu tubuh.

Perubahan suhu tubuh memiliki dampak bagi sistem metabolisme tubuh. Peningkatan

suhu tubuh dapat mempercepat laju metabolism tubuh, sedangkan penurunan suhu tubuh dapat

memperlambat laju metabolism tubuh.1 Hal ini disebabkan oleh sistem kerja enzim-enzim tubuh

yang kebanyakan bekerja optimal pada suhu 37oc.

Apabila terjadi perubahan suhu tubuh, keadaan tersebut harus dikembalikan seperti

semula secepatnya. Kenaikan dan penurunan suhu dengan jumlah yang berarti dapat

membahayakan tubuh dan mengganggu sistem metabolism tubuh.

Skenario

Seorang wanita, usia 35 tahun, sejak 2 hari yang lalu menderita demam yang kadang-kadang

disertai mengigil. Ia sudah minum obat warung tetapi tidak sembuh sehingga akhirnya ia

berobat ke dokter. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : TD 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit.

Suhu 39oC, RR 19x / menit.

Page 2: Demam

Rumusan masalah dalam scenario ini adalah wanita 35 tahun demam disertai menggigil sejak 2

hari yang lalu

Patogenesis Demam

Demam adalah keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal (37oc).1,2

Demam adalah istilah umum, dan beberapa istilah lain yang sering digunakan adalah pireksia

atau febris. Demam dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang

mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau dehidrasi.2

Penyebab demam antara lain, adanya bahan pirogenik yang dikeluarkan kuman, dehidrasi

(contoh : saat muntaber), kerusakan jaringan tubuh, atau keadaan sesudah operasi (ruangan

operasi tidak steril, dll). Patogenesis demam terjadi saat bahan-bahan pirogenik asing atau

endotoksin masuk kedalam tubuh.1 Hal ini dideteksi sebagai hal yang bersifat asing, maka sel

pertahanan tubuh seperti leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula

besar memfagosit bakteri atau pecahan jaringan tersebut.1,2 Seluruh sel ini selanjutnya mencerna

hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh, yang disebut

juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Kondisi ini merangsang mengaktifkan

interleukin 1 atau lebih dikenal leukosit pirogen yang kemudian akan merangsang hipotalamus

anterior pada daerah preoptik. Interleukin-1 ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan

demam dengan cara meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8 – 10 menit. Dengan

terangsangnya hipotalamus anterior, maka disekresikanlah prostaglandin yang berdampak pada

meningkatnya set point suhu tubuh dan terjadilah proses demam.1

Stadium Demam

Demam memiliki tahapan-tahapan dengan ciri-cirinya tersendiri, stadium-stadium tersebut

adalah :

1. Stage of chill

Fase dimana demam yang disertai rasa dingin dan menggigil pada pasien. Rasa

kedinginan dan menggigil disebabkan oleh heat loss yang berasal dari konduksi, konveksi,

radiasi dan evaporasi berkurang drastis dan heat production atau produksi dari panas

Page 3: Demam

meningkat. Hal inilah yang meyebabkan badan saat diukur mempunyai suhu tinggi, namun

yang dirasakan sebaliknya yaitu menggigil.1

2. Stage of fastigium

Merupakan fase pada demam yang bersifat berbahaya apabila seoran sudah

mencapai fase ini pada demam. Pada fase ini, demam mencapai peningkatan yang paling

tinggi dan hal ini merupakan tingkat krisis dari penyakit.1 Pada fase ini terjadi heat loss

yang meningkat dan produksi panas yang sangat menurun, sehingga pada posisi ini, tubuh

seseorang akan menjadi sangat krisis.1

Pengaturan suhu tubuh

Rentang suhu tubuh normal pada manusia berkisar antara 96,50 sampai 99,50F (360

sampai 380C) dengan rata-rata suhu oral 98,60F (370C), dengan suhu terendah 98,20 F atau

36,80C. Dalam masa 24 jam, terdapat fluktuasi suhu pada seorang individu dengan suhu terendah

pada waktu tidur. Terdapat perbedaan suhu antara usia muda dan usia tua. Infant mempunyai

area permukaan tubuh yang relatif lebih luas terhadap volume dan cenderung mengluarkan panas

lebih cepat. Pada usia tua, mekanisme untuk mempertahankan suhu tubuh tidak berfungsi

seefisien masa muda, dan perubahan suhu lingkungan tidak dapat dikompensasi secepat atu

seefektif masa muda.

Suhu tubuh terbagi atas suhu inti dan suhu kulit. Suhu jaringan tubuh organ dalam

disebut sebagai suhu inti yang sifatnya hampir selalu konstan. Sedangkan suhu kulit sifatnya naik

dan turun sesuai dengan suhu lingkungan.2

Suhu tubuh akan berada dalam rentang yang normal jika terjadi keseimbangan antara

pembentukan panas dengan pengeluaran panas.2 Pembentukan panas berasal dari kerja otot,

asimilasi makanan dan proses-proses vital yang memberi kontribusi terhadap laju metabolisme

basal. Pengeluaran panas dari tubuh melalui radiasi, konduksi dan penguapan air di saluran nafas

dan kulit. Sebagian kecil panas juga dikeluarkan melalui urin dan feses.3

Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju hilangnya panas,

timbul panas dalam tubuh dan suhu tubuh meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih

besar, panas tubuh dan suhu tubuh menurun.2 Produksi panas adalah produk tambahan

metabolisme yang utama. Panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke

kulit, kemudian panas tersebut hilang ke udara dan sekitarnya.1

Page 4: Demam

Pengaturan suhu tubuh diatur oleh hipotalamus. Hipothalamus ini dikenal sebagai

thermostat yang berada dibawah otak. Hipothalamus anterior berfungsi mengatur pembuangan

panas sedangkan hipothalamus posterior berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.4

Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme umpan balik, dan hampir semua

mekanisme in terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang teletak pada hipotalamus. Agar

mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung, harus juga tersedia pendetektor suhu untuk

menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat dingin. Area preoptik

hipotalamus anterior mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas yang

jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif terhadap dingin. Neuron-neuron ini diyakini

berfungsi sebagai sensor suhu untuk mengatur suhu tubuh.4

Hipotalamus sebagai thermostat tubuh

Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus, sebagai pusat integrasi

termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen tentang suhu di berbagai bagian tubuh dan

memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkoordinasi dalam mekanisme penerimaan

panas dan pembuangan panas sesuai kebutuhan.3 Untuk menyeimbangkan mekanisme

pengeluaran panas dan mekanisme pembentukan dan penghemat panas, hipotalamus diberi

informasi secara terus menerus tentang suhu inti dan suhu kuliat oleh reseptor peka suhu khusus

yang disebut termoreseptor.3 Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral, yang terletak di

hipotalamus itu sendiri serta di tempat lain di susunan saraf pusat dan organ abdomen.

Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di seluruh tubuh dan menyalurkan informasi tentang

perubahan suhu permukaan hipotalamus.

Hipotalamus terletak di batang otak tepatnya di dienchepalon, dekat dengan ventrikel otak ketiga

(ventrikulus tertius). Hipotalamus sebagai pusat tertinggi sistem kelenjar endokrin yang

menjalankan fungsinya melalui humoral (hormonal) dan saraf. Hormon yang dihasilkan

hipotalamus sering disebut faktor R (Releasing) dan I (Inhibiting) mengontrol sintesa dan sekresi

hormone hipofise anterior sedangkan control terhadap hipofise posterior berlansung melalui

kerja saraf. Pembuluh darah kecil yang membawa secret hipotalamus ke hipofise disebut portal

hipotalamik hipofise.4

Page 5: Demam

Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis crania. Berbentuk oval dengan

diameter kira-kira 1cm dan dibagi atas dua lobus, lobus anterior, merupakan bagian terbesar dari

hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofisis. Lobus anterior juga disebut adenohipofise.3,4 Lobus

posterior merupakan 1/3 bagian dari hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga

neurohipofise.

Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus anterior dan posterior,

fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa referensi yang ada mengatakan lobus

ini mumgkin menghasilkan melanosit stimulating hormone (MSH).4 Secara histologi, sel-sel

kelenjar hipofise dikelompokan berdasarkan jenis hormone yang disekresi yaitu :

1. Sel-sel somatotrof bentuknya besar, mengandung granula sekretori, berdiameter 350-500

nm dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah yang menghasilkan hormone

somatotropin atau hormone pertumbuhan.4

2. Sel-sel lactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-350 nm,

menghasilkan prolaktin atau laktogen

3. Sel-sel tirotroph berbentuk polyhedral, mengandung granula sekretori dengan diameter

50-100nm, menghasilkan TSH

4. Sel-sel gonadotrof diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula sekretori,

menghasilkan FSH dan LH

5. Sel-sel kortikotrof diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar,

menghasilkan ACTH

6. Sel nonsekretori terdiri atas sel kromofob.

Mekanisme Pengeluaran Panas

Panas secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil sampingan metabolism, dan

panas tubuh juga secara terus menerus dibuang ke lingkungan sekitar. Bila kecepatan

pembentukan panas tepat sama seperti kecepatan kehilangan, orang dikatakan berada dalam

keseimbangan panas. Tetapi bila keduanya di luar keseimbangan, panas tubuh, dan suhu tubuh

jelas akan meningkat atau menurun.

Page 6: Demam

Heat Loss (Pengeluaran Panas)

Pengeluaran panas tubuh biasanya terjadi saat suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh.

Panas tubuh keluar dan pindah dari tubuh ke benda sekitar yang berupa benda padat, cair,

ataupun gas.1

a. Radiasi

Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%)

atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Kehilangan panas dengan cara radiasi

dalam bentuk sinar panas infra merah, suatu jenis gelombang elektromagnetik yang

beradiasi dari tubuh ke lingkungan, yang lebih dingin daripada suhu tubuh.2 Kehilangan

ini meningkat bila suhu sekeliling kita menurun. Gelombang inframerah yang

dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia

memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh.2

b. Konveksi

Pergerakan udara dikenal sebagai konveksi, dan pembuangan panas dari tubuh

dengan cara arus udara konveksi sering dinamakan “kehilangan panas dengan cara

konveksi”.2 Sebenarnya, panas pertama kali harus dikonduksi ke udara dan kemudian

dibawa menjauhi tubuh oleh arus konveksi.

Sejumlah kecil konveksi hampir selalu terjadi sekitar tubuh karena kecenderungan

udara yang dekat dengan kulit bergerak ke atas waktu udara tersebut dipanaskan.1 Oleh

karena itu, orang telanjang yang duduk dalam ruangan yang sejuk kehilangan sekitar 12

persen panasnya dengan cara konduksi ke udara dan kemudian dengan cara konveksi

menjauhi tubuh.

c. Konduksi

Konduksi (hantaran) adalah pemindahan panas antara benda-benda yang berbeda

suhunya yang berkontak langsung satu sama lain, dengan panas mengalir menuruni

gradient suhu dari benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin melalui

pemindahan dari molekul ke molekul.1 Semua molekul terus menerus bergetar, dengan

molekul yang panas bergerak lebih cepat daripada molekul yang dingin. Ketika molekul-

molekul dengan kandungan panas yang berbeda saling bersentuhan maka molekul yang

lebih hangat bergerak lebih cepat dan memicu molekul yang lebih dingin untuk menjadi

Page 7: Demam

lebih hangat.1 Karena itu, asalkan waktunya cukup maka suhu dua benda yang saling

bersentuhan akhirnya akan sama.

d. Evaporasi

Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas

tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan

panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme

evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas

terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat

dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus

melalui kulit dan sistem pernafasan.2

Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui

radiasi dan konduksi.2 Namun ketika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh

memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-

satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi.2

Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu

tubuh actual (yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan

antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.

Berkeringat adalah proses pengeluaran panas evaporative aktif di bawah control

saraf simpatis. Laju pengeluaran panas evaporative dapat diubah-ubah dengan mengubah

banyaknya keringat, yaitu mekanisme homeostasik penting untuk mengeluarkan

kelebihan panas sesuai kebutuhan. Pada kenyataannya, ketika suhu lingkungan melebihi

suhu kulit, berkeringat adalah satu-satunya cara untuk mengeluarkan panas, karena pada

keadaan ini tubuh memperoleh panas melalui radiasi dan konduksi.2

e. Memanaskan udara inspirasi dan pengeluaran panas melalui urine dan feses

Memanaskan udara inspirasi bergantung pada suhu lingkungan, disaat lingkungan yang

suhunya lebih rendah dari suhu tubuh, pemanasan udara inspirasi terjadi lebih banyak.

Pengeluaran panas melalui urine dan feses juga mempengaruhi pengeluaran panas tubuh

walaupun hanya sedikit. Contohnya, disaat kita demam, urine yang dikeluarkan suhunya

lebih tinggi dari suhu urine biasa, hal ini membantu pengeluaran panas tubuh kita saat

demam.

Page 8: Demam

Gambar 1. Pemasukan dan Pengeluaran PanasSumber : cnx.org

Peningkatan kebutuhan energy

Disaat kita demam, tubuh banyak menggunakan energy kita menjadi energy panas. Oleh karena

itu, kita membutuhan lebih banyak lagi energy. Peningkatan kebutuhan energy ini mengharuskan

tubuh kita untuk meningkatkan laju metabolism zat-zat makanan yang sudah masuk di dalam

tubuh kita. Salah satu yang dapat meningkatkan laju metabolism tubuh kita adalah peran dari

hormone tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, berikut adalah mekanismenya.

Gambar 2. Skema penghasilan hormone tiroksin

Sumber : Modul blok 11, Kuliah dr.Mirza I.Satriabudi tentang Hipofisis

stresshipotalam

us

hipofisis anterior

kelenjar tiroid

TRH

T3 dan T4

TSH

peningkatan laju metabolisme dan produksi panas, peningkatan

pertumbuhan dan perkembangan SSP, peningkatan aktivitas simpatis

dingin pada bayi

+

+

-

+-

Page 9: Demam

Demam menghabiskan energy tubuh kita menjadi panas. Oleh karena itu, hypothalamus

mengeluarkan TRH ( thyrotropin-releasing hormone) yang member efek positif ke hipofisis

anterior untuk menghasilkan TSH ( thyroid-stimulating hormone). TSH ini akan merangsang

kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormone T3 dan T4 yang akan meningkatkan laju

metabolism tubuh.

Metabolisme Karbohidrat

Glikolisis Embden Meyerhoff

Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses

pemecahan glukosa menjadi:

1. asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)

2. asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen).5

Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan

selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat. Dalam rangkaian ini, glukosa

akan diubah menjadi piruvat secara aerob dan menghasilkan 8 ATP atau menjadi laktat bila

secara anaerob dan menghasilkan 2 ATP. Terjadi di sitosol.

Rangkaiannya adalah:

1. Glukosa -> Glukosa 6-P

Dikatalisis oleh enzim glukokinase (hepar) atau heksokinase (jaringan lain) dan

memerlukan ATP dan Mg.

2. Glukosa 6-P fruktosa 6-P (isomerase)

3. Fruktosa 6-P Fruktosa 1,6 bifosfat (fosfofruktokinase).

Reaksi ini memerlukan ATP dan Mg. Enzim dalam reaksi ini adalah enzim kunci (karena

penting dalam pengaturan kecepatan glikolisis).

4. Fruktosa 1,6 bifosfat gliseraldehid -3P + Dihidroksi Aseton-P (aldolase)

Dihidroksi Aseton-P gliseraldehid-3P (isomerase)

5. Gliseraldehid- 3P 1,3 bifosfogliserat (gliseraldehid-3P dehidrogenase)

Page 10: Demam

Reaksi ini Memerlukan NAD+ + Pi NADH + H+ dan menghasilkan 3 ATP melalui

rantai pernapasan. Reaksi ini dihambat oleh iodoasetat.5

6. 1,3 bifosfogliserat 3 fosfogliserat ( fosfogliserat kinase)

Reaksi ini Memerlukan Mg2+ sebagai koenzim dan menghasilkan 1 ATP

7. 3-Fosfogliserat 2-fosfogliserat (mutase)

8. 2- Fosfogliserat Fosfoenolpiruvat (enolase)

Reaksi ini memerlukan Mg2+ dan dihambat reaksinya oleh fluorida

9. Fosfoenolpiruvat (enol) piruvat (piruvat kinase)

Reaksi ini memerlukan Mg dan ADP dan menghasilkan 1 ATP

10. (enol) piruvat -> (keto) piruvat, yang terjadi secara spontan dan diosidasi lebih lanjut

melalui siklus asam sitrat.5

Kemudian dilanjutkan dengan Piruvat yang dioksidasi menjadi asetil Ko-A yang terjadi di

mitokondria:

Piruvat + NAD+ + KoA Asetil KoA + NADH + H+ + CO2

Dikatalisis oleh enzim piruvat dehidrogenase dan menghasilkan 3 ATP.

Siklus Asam sitrat

Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:

1. Kondensasi awal asetil KoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat, dikatalisir oleh

enzim sitrat sintase.

2. Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat hidratase). Reaksi ini

bisa dihambat oleh fluoroasetat.

3. Isositrat mengalami dehidrogenasi membentuk oksalosuksinat dengan adanya enzim

isositrat dehidrogenase. Kemudian terjadi dekarboksilasi menjadi –ketoglutarat yang

juga dikatalisir oleh enzim isositrat dehidrogenase. Reaksi ini menghasilkan 3 ATP

4. Selanjutnya –ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif yang dikatalisir oleh

kompleks –ketoglutarat dehidrogenase dan menghasilkan pembentukan suksinil KoA.

Reaksi ini dapat dihambat oleh arsenat dan menghasilkan 3 ATP.

Page 11: Demam

5. Selanjutnya terjadi perubahan suksinil KoA menjadi suksinat dengan adanya peran enzim

suksinat tiokinase (suksinil KoA sintetase). Adanya reaksi GTP + ADP GDP + ATP

(menghasilkan 1 ATP).

6. Suksinat dimetabolisir lebih lanjut melalui reaksi dehidrogenasi dikatalisir oleh enzim

suksinat dehidrogenase. Menghasilkan Fumarat. Pada reaksi ini dihasilkan 2 ATP

7. Fumarase mengkatalisir penambahan air ke fumarat yang kemudian dihasilkan malat.

8. Malat dikonversikan menjadi oksaloasetat dengan katalisator berupa enzim malat

dehidrogenase yang menghasilkan 3 ATP.5

Metabolisme Lemak

Karena tidak larut dalam air, lemak harus menjalani serangkaian transformasi. Lemak

dalam makanan yang berada dalam bentuk trigliserida diemulsifikasi oleh efek deterjen garam-

garam empedu. Emulsi lemak ini mencegah penyatuan butir-butir lemak, sehingga luas

permukaan yang dapat diserang oleh lipase pankreas meningkat. Lipase menghidrolisis

trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak bebas. Produk-produk yang tidak larut air ini

diangkut di dalam misel yang larut air, yang dibentuk oleh garam empedu dan konstituen-

konstituen empedu lainnya, ke permukaan luminal sel epitel usus halus. Setelah meninggalkan

misel dan berdifusi secara pasif menembus membran luminal, monogliserida dan asam lemak

bebas disintesis ulang menjadi trigliserida di sel epitel. Sedangkan rantai asam lemak yang

sedang atau yang pendek akan langsung masuk ke kapiler darah. Trigliserida-trigliserida ini

menyatu dan dibungkus oleh satu lapisan lipoprotein untuk membentuk kilomikron yang laru air.

Kilomikron kemudian dialirkan ke pembuluh darah tetapi melewati lakteal pusat. Didalam darah

ada enzim lipoprotein lipase yang kemudian melisis lipoprotein/kilomikron menjadi gliserol dan

asam lemak bebas.5

Bahan-bahan dari mekanisme protein seperti asam amin dan mekanisme lemak seperti

asam lemak dan gliserol bisa masuk ke reaksi pembentukan KH yang disebut reaksi

glukoneogenesis. Reaksi ini merupakan reaksi pembentukan dengan menggunakan bahan non-

KH.

Page 12: Demam

Pemeriksaan Basal Metabolisme Rate (BMR)

Metabolisme basal adalah banyaknya energi yang dipakai untuk aktifitas jaringan tubuh sewaktu

istirahat jasmani dan rohani. Energi tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital

tubuh berupa metabolisme makanan, sekresi enzim, sekresi hormon, maupun berupa denyut

jantung, bernafas, pemeliharaan tonus otot, dan pengaturan suhu tubuh. 

Basal metabolisme rate (BMR) atau taraf metabolisme pada kondisi basal ditentukan dalam

keadaan individu istirahat fisik dan mental yang sempurna. Pengukuran metabolisme basal

dilakukan dalam ruangan bersuhu nyaman setelah puasa 12 sampai 14 jam (keadaan post-

absorptive). Sebenarnya taraf metabolisme basal ini tidak benar-benar basal. Taraf metabolisme

pada waktu tidur ternyata lebih rendah dari pada taraf metabolisme basal, oleh karena selama

tidur otot-otot terelaksasi lebih sempurna. Apa yang dimaksud basal disini ialah suatu kumpulan

syarat standar yang telah diterima dan diketahui secara luas. Metabolisme basal dipengaruhi oleh

berbagai faktor yaitu jenis kelamin, usia, ukuran dan komposisi tubuh, faktor pertumbuhan.

Metabolisme basal juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan

keadaan emosi atau stres. 1

Orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai metabolisme

basal lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan yang besar tapi proporsi

lemak yang besar. Demikian pula, orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang

sedikit mempunyai metabolisme basal yang lebih besar dibanding dengan orang yang

mempunyai berat badan kecil dan proporsi lemak sedikit.3 

Metabolisme basal seorang laki-laki lebih tinggi dibanding dengan wanita. Umur juga

mempengaruhi metabolisme basal dimana umur yang lebih muda mempunyai metabolisme basal

lebih besar dibanding yang lebih tua. Rasa gelisah dan ketegangan menghasilkan metabolisme

basal 5% sampai 10% lebih besar. Hal ini terjadi karena sekresi hormon epinefrin yang

meningkat, demikian pula tonus otot meningkat. 

Tubuh yang mengalami demam, laju metabolismenya meningkat. Hal ini diakibatkan oleh

aktivitas hormon tiroksin yang meningkatkan laju metabolisme untuk membentuk energy baru.

Apabila metabolisme meningkat, maka hasil pemeriksaan BMRnya pun meningkat.

Page 13: Demam

Kesimpulan

Wanita 35 tahun yang menderita demam, energinya habis untuk pembentukan panas

dalam tubuhnya, sehingga tubuhnya memerlukan energy yang lebih dari keadaan normal.

Peningkatan kebutuhan energy ini menyebabkan meningkatnya laku metabolik basal.

Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;

2011.p.701-16.

2. Guyton, AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Edisi ke-8. Jakarta: EGC;

2007.p.637-50

3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.p.203-8,300-11.

4. Mescher AL. Histologi dasar Junqueira: teks & atlas. Edisi ke-10. Jakarta : EGC;

2007. p.340.

5. Murray RK et al. Harper’s illustrated biochemistry. 28 th ed. New York: Appleton &

Lange; 2009.p.143-64,193-205.

13