demam
DESCRIPTION
PBL- Matabolik & EndokrinTRANSCRIPT
Demam Disertai Menggigil
Anesty Claresta
102011223
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Tubuh manusia memiliki suhu normal sekitar ± 37oc. Suhu tubuh ini harus tetap
dipertahankan agar seluruh sistem tubuh dapat bekerja dengan baik. Manusia biasanya tinggal di
lingkungan yang suhunya lebih rendah (lebih dingin) dari tubuh mereka, tetapi tubuh manusia
sendiri juga menghasilkan panas secara internal, yang membantu mempertahankan suhu tubuh.
Hal inilah yang disebut sebagai homeostatis suhu tubuh.
Perubahan suhu tubuh memiliki dampak bagi sistem metabolisme tubuh. Peningkatan
suhu tubuh dapat mempercepat laju metabolism tubuh, sedangkan penurunan suhu tubuh dapat
memperlambat laju metabolism tubuh.1 Hal ini disebabkan oleh sistem kerja enzim-enzim tubuh
yang kebanyakan bekerja optimal pada suhu 37oc.
Apabila terjadi perubahan suhu tubuh, keadaan tersebut harus dikembalikan seperti
semula secepatnya. Kenaikan dan penurunan suhu dengan jumlah yang berarti dapat
membahayakan tubuh dan mengganggu sistem metabolism tubuh.
Skenario
Seorang wanita, usia 35 tahun, sejak 2 hari yang lalu menderita demam yang kadang-kadang
disertai mengigil. Ia sudah minum obat warung tetapi tidak sembuh sehingga akhirnya ia
berobat ke dokter. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : TD 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit.
Suhu 39oC, RR 19x / menit.
Rumusan masalah dalam scenario ini adalah wanita 35 tahun demam disertai menggigil sejak 2
hari yang lalu
Patogenesis Demam
Demam adalah keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal (37oc).1,2
Demam adalah istilah umum, dan beberapa istilah lain yang sering digunakan adalah pireksia
atau febris. Demam dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau dehidrasi.2
Penyebab demam antara lain, adanya bahan pirogenik yang dikeluarkan kuman, dehidrasi
(contoh : saat muntaber), kerusakan jaringan tubuh, atau keadaan sesudah operasi (ruangan
operasi tidak steril, dll). Patogenesis demam terjadi saat bahan-bahan pirogenik asing atau
endotoksin masuk kedalam tubuh.1 Hal ini dideteksi sebagai hal yang bersifat asing, maka sel
pertahanan tubuh seperti leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula
besar memfagosit bakteri atau pecahan jaringan tersebut.1,2 Seluruh sel ini selanjutnya mencerna
hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh, yang disebut
juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Kondisi ini merangsang mengaktifkan
interleukin 1 atau lebih dikenal leukosit pirogen yang kemudian akan merangsang hipotalamus
anterior pada daerah preoptik. Interleukin-1 ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan
demam dengan cara meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8 – 10 menit. Dengan
terangsangnya hipotalamus anterior, maka disekresikanlah prostaglandin yang berdampak pada
meningkatnya set point suhu tubuh dan terjadilah proses demam.1
Stadium Demam
Demam memiliki tahapan-tahapan dengan ciri-cirinya tersendiri, stadium-stadium tersebut
adalah :
1. Stage of chill
Fase dimana demam yang disertai rasa dingin dan menggigil pada pasien. Rasa
kedinginan dan menggigil disebabkan oleh heat loss yang berasal dari konduksi, konveksi,
radiasi dan evaporasi berkurang drastis dan heat production atau produksi dari panas
meningkat. Hal inilah yang meyebabkan badan saat diukur mempunyai suhu tinggi, namun
yang dirasakan sebaliknya yaitu menggigil.1
2. Stage of fastigium
Merupakan fase pada demam yang bersifat berbahaya apabila seoran sudah
mencapai fase ini pada demam. Pada fase ini, demam mencapai peningkatan yang paling
tinggi dan hal ini merupakan tingkat krisis dari penyakit.1 Pada fase ini terjadi heat loss
yang meningkat dan produksi panas yang sangat menurun, sehingga pada posisi ini, tubuh
seseorang akan menjadi sangat krisis.1
Pengaturan suhu tubuh
Rentang suhu tubuh normal pada manusia berkisar antara 96,50 sampai 99,50F (360
sampai 380C) dengan rata-rata suhu oral 98,60F (370C), dengan suhu terendah 98,20 F atau
36,80C. Dalam masa 24 jam, terdapat fluktuasi suhu pada seorang individu dengan suhu terendah
pada waktu tidur. Terdapat perbedaan suhu antara usia muda dan usia tua. Infant mempunyai
area permukaan tubuh yang relatif lebih luas terhadap volume dan cenderung mengluarkan panas
lebih cepat. Pada usia tua, mekanisme untuk mempertahankan suhu tubuh tidak berfungsi
seefisien masa muda, dan perubahan suhu lingkungan tidak dapat dikompensasi secepat atu
seefektif masa muda.
Suhu tubuh terbagi atas suhu inti dan suhu kulit. Suhu jaringan tubuh organ dalam
disebut sebagai suhu inti yang sifatnya hampir selalu konstan. Sedangkan suhu kulit sifatnya naik
dan turun sesuai dengan suhu lingkungan.2
Suhu tubuh akan berada dalam rentang yang normal jika terjadi keseimbangan antara
pembentukan panas dengan pengeluaran panas.2 Pembentukan panas berasal dari kerja otot,
asimilasi makanan dan proses-proses vital yang memberi kontribusi terhadap laju metabolisme
basal. Pengeluaran panas dari tubuh melalui radiasi, konduksi dan penguapan air di saluran nafas
dan kulit. Sebagian kecil panas juga dikeluarkan melalui urin dan feses.3
Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju hilangnya panas,
timbul panas dalam tubuh dan suhu tubuh meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih
besar, panas tubuh dan suhu tubuh menurun.2 Produksi panas adalah produk tambahan
metabolisme yang utama. Panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke
kulit, kemudian panas tersebut hilang ke udara dan sekitarnya.1
Pengaturan suhu tubuh diatur oleh hipotalamus. Hipothalamus ini dikenal sebagai
thermostat yang berada dibawah otak. Hipothalamus anterior berfungsi mengatur pembuangan
panas sedangkan hipothalamus posterior berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.4
Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme umpan balik, dan hampir semua
mekanisme in terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang teletak pada hipotalamus. Agar
mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung, harus juga tersedia pendetektor suhu untuk
menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat dingin. Area preoptik
hipotalamus anterior mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas yang
jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif terhadap dingin. Neuron-neuron ini diyakini
berfungsi sebagai sensor suhu untuk mengatur suhu tubuh.4
Hipotalamus sebagai thermostat tubuh
Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus, sebagai pusat integrasi
termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen tentang suhu di berbagai bagian tubuh dan
memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkoordinasi dalam mekanisme penerimaan
panas dan pembuangan panas sesuai kebutuhan.3 Untuk menyeimbangkan mekanisme
pengeluaran panas dan mekanisme pembentukan dan penghemat panas, hipotalamus diberi
informasi secara terus menerus tentang suhu inti dan suhu kuliat oleh reseptor peka suhu khusus
yang disebut termoreseptor.3 Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral, yang terletak di
hipotalamus itu sendiri serta di tempat lain di susunan saraf pusat dan organ abdomen.
Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di seluruh tubuh dan menyalurkan informasi tentang
perubahan suhu permukaan hipotalamus.
Hipotalamus terletak di batang otak tepatnya di dienchepalon, dekat dengan ventrikel otak ketiga
(ventrikulus tertius). Hipotalamus sebagai pusat tertinggi sistem kelenjar endokrin yang
menjalankan fungsinya melalui humoral (hormonal) dan saraf. Hormon yang dihasilkan
hipotalamus sering disebut faktor R (Releasing) dan I (Inhibiting) mengontrol sintesa dan sekresi
hormone hipofise anterior sedangkan control terhadap hipofise posterior berlansung melalui
kerja saraf. Pembuluh darah kecil yang membawa secret hipotalamus ke hipofise disebut portal
hipotalamik hipofise.4
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis crania. Berbentuk oval dengan
diameter kira-kira 1cm dan dibagi atas dua lobus, lobus anterior, merupakan bagian terbesar dari
hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofisis. Lobus anterior juga disebut adenohipofise.3,4 Lobus
posterior merupakan 1/3 bagian dari hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga
neurohipofise.
Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus anterior dan posterior,
fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa referensi yang ada mengatakan lobus
ini mumgkin menghasilkan melanosit stimulating hormone (MSH).4 Secara histologi, sel-sel
kelenjar hipofise dikelompokan berdasarkan jenis hormone yang disekresi yaitu :
1. Sel-sel somatotrof bentuknya besar, mengandung granula sekretori, berdiameter 350-500
nm dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah yang menghasilkan hormone
somatotropin atau hormone pertumbuhan.4
2. Sel-sel lactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-350 nm,
menghasilkan prolaktin atau laktogen
3. Sel-sel tirotroph berbentuk polyhedral, mengandung granula sekretori dengan diameter
50-100nm, menghasilkan TSH
4. Sel-sel gonadotrof diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula sekretori,
menghasilkan FSH dan LH
5. Sel-sel kortikotrof diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar,
menghasilkan ACTH
6. Sel nonsekretori terdiri atas sel kromofob.
Mekanisme Pengeluaran Panas
Panas secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil sampingan metabolism, dan
panas tubuh juga secara terus menerus dibuang ke lingkungan sekitar. Bila kecepatan
pembentukan panas tepat sama seperti kecepatan kehilangan, orang dikatakan berada dalam
keseimbangan panas. Tetapi bila keduanya di luar keseimbangan, panas tubuh, dan suhu tubuh
jelas akan meningkat atau menurun.
Heat Loss (Pengeluaran Panas)
Pengeluaran panas tubuh biasanya terjadi saat suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh.
Panas tubuh keluar dan pindah dari tubuh ke benda sekitar yang berupa benda padat, cair,
ataupun gas.1
a. Radiasi
Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%)
atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Kehilangan panas dengan cara radiasi
dalam bentuk sinar panas infra merah, suatu jenis gelombang elektromagnetik yang
beradiasi dari tubuh ke lingkungan, yang lebih dingin daripada suhu tubuh.2 Kehilangan
ini meningkat bila suhu sekeliling kita menurun. Gelombang inframerah yang
dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia
memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh.2
b. Konveksi
Pergerakan udara dikenal sebagai konveksi, dan pembuangan panas dari tubuh
dengan cara arus udara konveksi sering dinamakan “kehilangan panas dengan cara
konveksi”.2 Sebenarnya, panas pertama kali harus dikonduksi ke udara dan kemudian
dibawa menjauhi tubuh oleh arus konveksi.
Sejumlah kecil konveksi hampir selalu terjadi sekitar tubuh karena kecenderungan
udara yang dekat dengan kulit bergerak ke atas waktu udara tersebut dipanaskan.1 Oleh
karena itu, orang telanjang yang duduk dalam ruangan yang sejuk kehilangan sekitar 12
persen panasnya dengan cara konduksi ke udara dan kemudian dengan cara konveksi
menjauhi tubuh.
c. Konduksi
Konduksi (hantaran) adalah pemindahan panas antara benda-benda yang berbeda
suhunya yang berkontak langsung satu sama lain, dengan panas mengalir menuruni
gradient suhu dari benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin melalui
pemindahan dari molekul ke molekul.1 Semua molekul terus menerus bergetar, dengan
molekul yang panas bergerak lebih cepat daripada molekul yang dingin. Ketika molekul-
molekul dengan kandungan panas yang berbeda saling bersentuhan maka molekul yang
lebih hangat bergerak lebih cepat dan memicu molekul yang lebih dingin untuk menjadi
lebih hangat.1 Karena itu, asalkan waktunya cukup maka suhu dua benda yang saling
bersentuhan akhirnya akan sama.
d. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas
tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan
panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme
evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas
terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat
dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus
melalui kulit dan sistem pernafasan.2
Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui
radiasi dan konduksi.2 Namun ketika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh
memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-
satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi.2
Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu
tubuh actual (yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan
antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.
Berkeringat adalah proses pengeluaran panas evaporative aktif di bawah control
saraf simpatis. Laju pengeluaran panas evaporative dapat diubah-ubah dengan mengubah
banyaknya keringat, yaitu mekanisme homeostasik penting untuk mengeluarkan
kelebihan panas sesuai kebutuhan. Pada kenyataannya, ketika suhu lingkungan melebihi
suhu kulit, berkeringat adalah satu-satunya cara untuk mengeluarkan panas, karena pada
keadaan ini tubuh memperoleh panas melalui radiasi dan konduksi.2
e. Memanaskan udara inspirasi dan pengeluaran panas melalui urine dan feses
Memanaskan udara inspirasi bergantung pada suhu lingkungan, disaat lingkungan yang
suhunya lebih rendah dari suhu tubuh, pemanasan udara inspirasi terjadi lebih banyak.
Pengeluaran panas melalui urine dan feses juga mempengaruhi pengeluaran panas tubuh
walaupun hanya sedikit. Contohnya, disaat kita demam, urine yang dikeluarkan suhunya
lebih tinggi dari suhu urine biasa, hal ini membantu pengeluaran panas tubuh kita saat
demam.
Gambar 1. Pemasukan dan Pengeluaran PanasSumber : cnx.org
Peningkatan kebutuhan energy
Disaat kita demam, tubuh banyak menggunakan energy kita menjadi energy panas. Oleh karena
itu, kita membutuhan lebih banyak lagi energy. Peningkatan kebutuhan energy ini mengharuskan
tubuh kita untuk meningkatkan laju metabolism zat-zat makanan yang sudah masuk di dalam
tubuh kita. Salah satu yang dapat meningkatkan laju metabolism tubuh kita adalah peran dari
hormone tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, berikut adalah mekanismenya.
Gambar 2. Skema penghasilan hormone tiroksin
Sumber : Modul blok 11, Kuliah dr.Mirza I.Satriabudi tentang Hipofisis
stresshipotalam
us
hipofisis anterior
kelenjar tiroid
TRH
T3 dan T4
TSH
peningkatan laju metabolisme dan produksi panas, peningkatan
pertumbuhan dan perkembangan SSP, peningkatan aktivitas simpatis
dingin pada bayi
+
+
-
+-
Demam menghabiskan energy tubuh kita menjadi panas. Oleh karena itu, hypothalamus
mengeluarkan TRH ( thyrotropin-releasing hormone) yang member efek positif ke hipofisis
anterior untuk menghasilkan TSH ( thyroid-stimulating hormone). TSH ini akan merangsang
kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormone T3 dan T4 yang akan meningkatkan laju
metabolism tubuh.
Metabolisme Karbohidrat
Glikolisis Embden Meyerhoff
Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses
pemecahan glukosa menjadi:
1. asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)
2. asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen).5
Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan
selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat. Dalam rangkaian ini, glukosa
akan diubah menjadi piruvat secara aerob dan menghasilkan 8 ATP atau menjadi laktat bila
secara anaerob dan menghasilkan 2 ATP. Terjadi di sitosol.
Rangkaiannya adalah:
1. Glukosa -> Glukosa 6-P
Dikatalisis oleh enzim glukokinase (hepar) atau heksokinase (jaringan lain) dan
memerlukan ATP dan Mg.
2. Glukosa 6-P fruktosa 6-P (isomerase)
3. Fruktosa 6-P Fruktosa 1,6 bifosfat (fosfofruktokinase).
Reaksi ini memerlukan ATP dan Mg. Enzim dalam reaksi ini adalah enzim kunci (karena
penting dalam pengaturan kecepatan glikolisis).
4. Fruktosa 1,6 bifosfat gliseraldehid -3P + Dihidroksi Aseton-P (aldolase)
Dihidroksi Aseton-P gliseraldehid-3P (isomerase)
5. Gliseraldehid- 3P 1,3 bifosfogliserat (gliseraldehid-3P dehidrogenase)
Reaksi ini Memerlukan NAD+ + Pi NADH + H+ dan menghasilkan 3 ATP melalui
rantai pernapasan. Reaksi ini dihambat oleh iodoasetat.5
6. 1,3 bifosfogliserat 3 fosfogliserat ( fosfogliserat kinase)
Reaksi ini Memerlukan Mg2+ sebagai koenzim dan menghasilkan 1 ATP
7. 3-Fosfogliserat 2-fosfogliserat (mutase)
8. 2- Fosfogliserat Fosfoenolpiruvat (enolase)
Reaksi ini memerlukan Mg2+ dan dihambat reaksinya oleh fluorida
9. Fosfoenolpiruvat (enol) piruvat (piruvat kinase)
Reaksi ini memerlukan Mg dan ADP dan menghasilkan 1 ATP
10. (enol) piruvat -> (keto) piruvat, yang terjadi secara spontan dan diosidasi lebih lanjut
melalui siklus asam sitrat.5
Kemudian dilanjutkan dengan Piruvat yang dioksidasi menjadi asetil Ko-A yang terjadi di
mitokondria:
Piruvat + NAD+ + KoA Asetil KoA + NADH + H+ + CO2
Dikatalisis oleh enzim piruvat dehidrogenase dan menghasilkan 3 ATP.
Siklus Asam sitrat
Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:
1. Kondensasi awal asetil KoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat, dikatalisir oleh
enzim sitrat sintase.
2. Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat hidratase). Reaksi ini
bisa dihambat oleh fluoroasetat.
3. Isositrat mengalami dehidrogenasi membentuk oksalosuksinat dengan adanya enzim
isositrat dehidrogenase. Kemudian terjadi dekarboksilasi menjadi –ketoglutarat yang
juga dikatalisir oleh enzim isositrat dehidrogenase. Reaksi ini menghasilkan 3 ATP
4. Selanjutnya –ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif yang dikatalisir oleh
kompleks –ketoglutarat dehidrogenase dan menghasilkan pembentukan suksinil KoA.
Reaksi ini dapat dihambat oleh arsenat dan menghasilkan 3 ATP.
5. Selanjutnya terjadi perubahan suksinil KoA menjadi suksinat dengan adanya peran enzim
suksinat tiokinase (suksinil KoA sintetase). Adanya reaksi GTP + ADP GDP + ATP
(menghasilkan 1 ATP).
6. Suksinat dimetabolisir lebih lanjut melalui reaksi dehidrogenasi dikatalisir oleh enzim
suksinat dehidrogenase. Menghasilkan Fumarat. Pada reaksi ini dihasilkan 2 ATP
7. Fumarase mengkatalisir penambahan air ke fumarat yang kemudian dihasilkan malat.
8. Malat dikonversikan menjadi oksaloasetat dengan katalisator berupa enzim malat
dehidrogenase yang menghasilkan 3 ATP.5
Metabolisme Lemak
Karena tidak larut dalam air, lemak harus menjalani serangkaian transformasi. Lemak
dalam makanan yang berada dalam bentuk trigliserida diemulsifikasi oleh efek deterjen garam-
garam empedu. Emulsi lemak ini mencegah penyatuan butir-butir lemak, sehingga luas
permukaan yang dapat diserang oleh lipase pankreas meningkat. Lipase menghidrolisis
trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak bebas. Produk-produk yang tidak larut air ini
diangkut di dalam misel yang larut air, yang dibentuk oleh garam empedu dan konstituen-
konstituen empedu lainnya, ke permukaan luminal sel epitel usus halus. Setelah meninggalkan
misel dan berdifusi secara pasif menembus membran luminal, monogliserida dan asam lemak
bebas disintesis ulang menjadi trigliserida di sel epitel. Sedangkan rantai asam lemak yang
sedang atau yang pendek akan langsung masuk ke kapiler darah. Trigliserida-trigliserida ini
menyatu dan dibungkus oleh satu lapisan lipoprotein untuk membentuk kilomikron yang laru air.
Kilomikron kemudian dialirkan ke pembuluh darah tetapi melewati lakteal pusat. Didalam darah
ada enzim lipoprotein lipase yang kemudian melisis lipoprotein/kilomikron menjadi gliserol dan
asam lemak bebas.5
Bahan-bahan dari mekanisme protein seperti asam amin dan mekanisme lemak seperti
asam lemak dan gliserol bisa masuk ke reaksi pembentukan KH yang disebut reaksi
glukoneogenesis. Reaksi ini merupakan reaksi pembentukan dengan menggunakan bahan non-
KH.
Pemeriksaan Basal Metabolisme Rate (BMR)
Metabolisme basal adalah banyaknya energi yang dipakai untuk aktifitas jaringan tubuh sewaktu
istirahat jasmani dan rohani. Energi tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital
tubuh berupa metabolisme makanan, sekresi enzim, sekresi hormon, maupun berupa denyut
jantung, bernafas, pemeliharaan tonus otot, dan pengaturan suhu tubuh.
Basal metabolisme rate (BMR) atau taraf metabolisme pada kondisi basal ditentukan dalam
keadaan individu istirahat fisik dan mental yang sempurna. Pengukuran metabolisme basal
dilakukan dalam ruangan bersuhu nyaman setelah puasa 12 sampai 14 jam (keadaan post-
absorptive). Sebenarnya taraf metabolisme basal ini tidak benar-benar basal. Taraf metabolisme
pada waktu tidur ternyata lebih rendah dari pada taraf metabolisme basal, oleh karena selama
tidur otot-otot terelaksasi lebih sempurna. Apa yang dimaksud basal disini ialah suatu kumpulan
syarat standar yang telah diterima dan diketahui secara luas. Metabolisme basal dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu jenis kelamin, usia, ukuran dan komposisi tubuh, faktor pertumbuhan.
Metabolisme basal juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan
keadaan emosi atau stres. 1
Orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai metabolisme
basal lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan yang besar tapi proporsi
lemak yang besar. Demikian pula, orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang
sedikit mempunyai metabolisme basal yang lebih besar dibanding dengan orang yang
mempunyai berat badan kecil dan proporsi lemak sedikit.3
Metabolisme basal seorang laki-laki lebih tinggi dibanding dengan wanita. Umur juga
mempengaruhi metabolisme basal dimana umur yang lebih muda mempunyai metabolisme basal
lebih besar dibanding yang lebih tua. Rasa gelisah dan ketegangan menghasilkan metabolisme
basal 5% sampai 10% lebih besar. Hal ini terjadi karena sekresi hormon epinefrin yang
meningkat, demikian pula tonus otot meningkat.
Tubuh yang mengalami demam, laju metabolismenya meningkat. Hal ini diakibatkan oleh
aktivitas hormon tiroksin yang meningkatkan laju metabolisme untuk membentuk energy baru.
Apabila metabolisme meningkat, maka hasil pemeriksaan BMRnya pun meningkat.
Kesimpulan
Wanita 35 tahun yang menderita demam, energinya habis untuk pembentukan panas
dalam tubuhnya, sehingga tubuhnya memerlukan energy yang lebih dari keadaan normal.
Peningkatan kebutuhan energy ini menyebabkan meningkatnya laku metabolik basal.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2011.p.701-16.
2. Guyton, AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Edisi ke-8. Jakarta: EGC;
2007.p.637-50
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.p.203-8,300-11.
4. Mescher AL. Histologi dasar Junqueira: teks & atlas. Edisi ke-10. Jakarta : EGC;
2007. p.340.
5. Murray RK et al. Harper’s illustrated biochemistry. 28 th ed. New York: Appleton &
Lange; 2009.p.143-64,193-205.
13