deep vein thrombosis (dvt).docx

2
1. ICD I 80.2 2. Diagnosis DEEP VEIN THROMBOSIS (DVT) 3. Kriteria diagnosis Secara klinis DVT merupakan pembuntutan aliran darah vena dalam pada ekstrimitas bawah dan hal ini disebabkan adanya thrombus yang menyumbat Tanda dan gejala klinis berupa : nyeri tekan pada betis, pada pemeriksaan terdapat Homan’s sign yaitu nyeri pada otot-otot betis bila dorso flexi, itting edema atau bengkak yang luas dan kemerahan disertai peningkatan suhu tubuh bila disertai infeksi, phlegmasia alba dolens (milk leg = pucat) atau pucat. Kemudian disusul dengan phlegmasia cerulea dolens (blue leg = sianosis), disertai gangguan sensoris dan motoris, bila telah terjadi penekanan pada sistem arterial 4. Diagnosis banding Selulitis, miositis, osteomielitis, fraktur dengan sindroma kompartemen. 5. Pemeriksaan penunjang Laboratorium : DL dan studi koagulasi, berupa hitung trombosit, prothrombin time (PTT), activated partial thromboplastin time (APTT), dll. Pletismografi (bila ada fasilitas). Doppler ultrasonografi (bila ada fasilitas) 6. Konsultasi Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait 7. Perawatan RS Rawat inap untuk observasi dan tindakan. 8. Terapi a. Non Bedah b. Bedah Tirah baring dengan kaki elevasi 8 – 10 inci. Tungkai di balut dengan bebat elastis dan di beri krim antiplogestikum seperti zinkzalf. Obat- obatan antikoagulan, thrombolotik Thrombektomi dengan kateter forgaty dengan indikasi trombus di vena besar 1

Upload: icigajah

Post on 25-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

deep vein thrombosis

TRANSCRIPT

1.ICDI 80.2

2.Diagnosis DEEP VEIN THROMBOSIS (DVT)

3.Kriteria diagnosisSecara klinis DVT merupakan pembuntutan aliran darah vena dalam pada ekstrimitas bawah dan hal ini disebabkan adanya thrombus yang menyumbatTanda dan gejala klinis berupa : nyeri tekan pada betis, pada pemeriksaan terdapat Homans sign yaitu nyeri pada otot-otot betis bila dorso flexi, itting edema atau bengkak yang luas dan kemerahan disertai peningkatan suhu tubuh bila disertai infeksi, phlegmasia alba dolens (milk leg = pucat) atau pucat. Kemudian disusul dengan phlegmasia cerulea dolens (blue leg = sianosis), disertai gangguan sensoris dan motoris, bila telah terjadi penekanan pada sistem arterial

4.Diagnosis bandingSelulitis, miositis, osteomielitis, fraktur dengan sindroma kompartemen.

5.Pemeriksaan penunjangLaboratorium : DL dan studi koagulasi, berupa hitung trombosit, prothrombin time (PTT), activated partial thromboplastin time (APTT), dll.Pletismografi (bila ada fasilitas).Doppler ultrasonografi (bila ada fasilitas)

6.KonsultasiBila perlu kepada dokter spesialis yang terkait

7.Perawatan RSRawat inap untuk observasi dan tindakan.

8.Terapia. Non Bedah

b. BedahTirah baring dengan kaki elevasi 8 10 inci. Tungkai di balut dengan bebat elastis dan di beri krim antiplogestikum seperti zinkzalf. Obat-obatan antikoagulan, thrombolotikThrombektomi dengan kateter forgaty dengan indikasi trombus di vena besar dan dalam waktu kurang 72 jam yang disertai rasa nyeri.

9.Tempat pelayananMinimal rumah sakit kelas CRumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan yang memadai

10.Penyulit Plebitis, infeksi, sepsis, gangren, emboli paru.

11.Informed consentPerlu

12.Tenaga standarDokter Umum (perawatan konservatif)Dokter Spesialis Bedah Umum Dokter Spesialis Bedah Toraks-KardiovaskularDokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darahDokter Spesialis Penyakit DalamDokter Spesialis Bedah (K) VaskularDokter Spesialis Hematologi

13.Lama perawatanMinimal 14 hari

14.Masa pemulihanMinimal 3 bulan

15.Hasil Bisa sembuh untuk sempurna atau meninggal bila terjadi emboli paru

16.Patologi -

17.Otopsi -

18.Prognosis Diharapkan baik atau biasa dubious atau bisa jelek

19.Tindak lanjutEvaluasi dan monitoring keadaan klinis

1